3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007"

Transkripsi

1 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 Kondisi selama triwulan IV-27 menunjukkan perkembangan makroekonomi yang semakin baik dengan stabilitas yang tetap terjaga. Inflasi berhasil dikendalikan pada kisaran yang ditetapkan oleh Pemerintah, yaitu 6% ± 1%. Nilai tukar rupiah yang secara rata-rata menguat dengan tingkat volatilitas yang rendah, ditopang oleh perkembangan positif pada kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Kinerja NPI yang membaik tercermin pada meningkatnya surplus serta posisi cadangan devisa yang mencapai sekitar USD57 miliar. Sementara itu, stabilitas di pasar keuangan juga tetap terjaga. Kebijakan Bank Indonesia untuk menurunkan BI Rate di akhir triwulan laporan direspon positif oleh pasar keuangan. Di pasar saham, peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus berlangsung. Di pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) menunjukkan penurunan meski terbatas. Dari sisi uang beredar, perkembangan M1 dan M2 didukung oleh pertumbuhan kredit yang terus berakselerasi. Kebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk menciptakan stabilitas makroekonomi melalui penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) secara konsisten. Dengan penerapan ITF, Bank Indonesia meyakini bahwa pencapaian sasaran inflasi terutama dalam jangka menengah panjang akan dapat tercapai. Tercapainya stabilitas makroekonomi selanjutnya diprakirakan akan mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berimbang. Perekonomian yang semakin terkonsolidasi akan memberi ruang yang lebih luas bagi penerapan kebijakan pembangunan berkelanjutan untuk memperkuat pondasi ketahanan perekonomian nasional ditengah berbagai faktor risiko terutama terkait dengan tingginya harga minyak dunia. INFLASI Pada triwulan IV-27, penurunan laju inflasi IHK terus berlanjut. Laju inflasi IHK tercatat sebesar 2,9% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,28% (q-t-q). Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi tahunan pada akhir triwulan IV-27 relatif menurun menjadi 6,59% (y-o-y) dari 6,95% (y-o-y) pada triwulan III-27 (Grafik 3.1). Lebih rendahnya inflasi IHK di triwulan IV-27 terutama disebabkan oleh faktor fundamental, seperti tercermin pada penurunan inflasi inti. Sementara itu, dari sisi non fundamental, laju inflasi volatile food tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya berkaitan dengan pola musiman hari raya dan Tahun Baru. Sedangkan inflasi administered price mengalami penurunan dibandingkan triwulan III

2 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 %, yoy %, yoy 5 21 IHK Rata-rata (YoY) Inti (trimmed) Periode inti volatile adm 19 Inti (exclusion) ,5 11, 18,8 Volatile Foods 26 8,8 16,9 24,6 17 Adm Prices (RHS) 27 5,9 12,5 2, Berdasarkan kelompoknya, inflasi pada triwulan IV-27, terutama disebabkan oleh tingginya inflasi kelompok sandang dan kelompok bahan makanan (Grafik 3.2). Secara triwulanan, peningkatan inflasi kelompok sandang sebesar 4,78%, terutama didorong oleh peningkatan harga emas perhiasan sejalan dengan meningkatnya harga emas internasional di triwulan IV-27. Sementara itu, peningkatan harga bahan makanan (4,43%) terutama terkait dengan terbatasnya pasokan bawang merah. 5 - Inflasi pada kelompok harga yang dikendalikan pemerintah (administered prices) ) pada triwulan IV-27 mencapai,42% Grafik 3.1 (q-t-q) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya Inflasi IHK, Administered, Inti dan Volatile Foods sebesar 1,4% (q-t-q). Relatif rendahnya inflasi administered prices terkait dengan upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menstabilkan harga minyak tanah dengan menambah pasokan. Upaya tersebut mengakibatkan penurunan harga minyak tanah paska kenaikan harga yang cukup tinggi di triwulan sebelumnya.4.22 akibat pengurangan pasokan terkait program konversi ke elpiji..1 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga.12 Sementara itu, inflasi kelompok administered prices pada triwulan Kesehatan.1.41 IV-27 terutama diakibatkan oleh kenaikan harga rokok terkait Sandang.6.99 Sumbangan dengan announcement effect rencana penyesuaian tarif spesifik Perumahan, Listrik, Air,.16 Inflasi (m-t-m) Gas & Bhn Bkr.63 rokok dan ad valorum per 1 Januari 28 dan kenaikan harga Mkn Jadi, Minuman,. Rokok & Tbk.91 BBM non subsidi (Pertamax, Pertamax Plus) yang dipengaruhi Bhn Mkn oleh kenaikan harga minyak internasional. Dengan % perkembangan tersebut, laju inflasi tahunan administered prices Grafik 3.2 Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok Triwulan IV-27 (q-t-q) triwulan IV-27 mencapai 3,3% (y-o-y), menurun dari 3,45% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya Sementara itu, inflasi volatile food di triwulan IV-27 mencapai 4,39% (q-t-q), meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,16% (q-t-q). Meningkatnya inflasi triwulanan IV-27 terutama disebabkan peningkatan harga pada beberapa komoditi seperti bawang merah, kelapa, dan minyak goreng serta beras. Namun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, laju inflasi volatile food mengalami penurunan. Hal ini terutama disebabkan oleh relatif stabilnya harga beras sejalan dengan pasokan beras yang lebih baik. Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi tahunan volatile food triwulan IV-27 mencapai 11,41% (y-o-y), menurun dari 14,2% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya. Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan Laju inflasi inti pada triwulan IV-27 mencapai 1,93% (q-t-q) sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,12% (q-t-q). Menurunnya tekanan inflasi inti terutama akibat relatif stabilnya nilai tukar pada triwulan IV-27 sehingga dapat menahan laju peningkatan inflasi inti. Di sisi lain, secara tahunan inflasi inti mencapai 6,29% (y-o-y) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 6,3% (y-o-y). y). Meningkatnya inflasi inti terkait tekanan dari imported inflation berkaitan dengan

3 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-27 %, yoy %, yoy Depresiasi Apresiasi Depresiasi/Apresiasi Rp/USD (skala kiri) Inflasi IHPB Impor (skala kiri) Inflasi Komoditas Impor Inflasi Core Traded Grafik 3.3 Depresiasi/Apresiasi Nilai Tukar dan Laju Inflasi Barang Impor 5 meningkatnya harga komoditas internasional yang diperkirakan sebagian telah ditransmisikan ke harga output (Grafik 3.3). Bila dilihat dari komponen barangnya, pada triwulan IV-27, emas perhiasan merupakan komoditas yang memberikan andil cukup besar terhadap inflasi, yaitu sebesar 16,7% (sumbangan,21%). Sementara itu, dari interaksi permintaan dan penawaran, tekanan terhadap inflasi inti masih relatif minimal. Kondisi permintaan yang masih terus berada pada tren meningkat hingga triwulan IV-27, sebagaimana tercermin pada Indeks Penjualan Eceran (Grafik 3.4), masih dapat dipenuhi oleh sisi penawaran. Di samping itu, inflasi inti yang relatif tinggi berkaitan dengan ekspektasi inflasi yang masih berada pada level cukup tinggi namun tetap terkendali. Dilihat dari hasil Survei Konsumen, ekspektasi harga konsumen untuk 6 bulan ke depan meningkat dari posisi di triwulan sebelumnya (Grafik 3.5) %, yoy Total Peralatan Rumah Tangga Makanan dan Tembakau Kontruksi Kendaraan dan Suku Cadang Indeks Grafik 3.4 Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran 6 bln yad 3 bln yad (RHS) Indeks Grafik 3.5 Ekspektasi Harga Konsumen 6 Bulan Ke Depan NILAI TUKAR RUPIAH Nilai tukar rupiah sepanjang Tw-IV 27 secara rata-rata masih menguat. Di awal triwulan, rupiah bergerak cukup stabil dan sempat menguat hingga mencapai Rp 9.6/USD. Memasuki akhir November rupiah terdepresiasi hingga sempat mencapai level terendah Rp 9.418/USD akibat sentimen negatif kenaikan harga minyak serta imbas penurunan pasar saham Amerika Serikat. Pelemahan juga terjadi di akhir Desember 27 akibat pesimisme pasar terhadap langkah penurunan suku bunga Fed yang tidak sesuai ekspektasi. Perkembangan tersebut menjadikan rupiah bergerak melemah dari level Rp 9.145/USD hingga mencapai Rp 9.393/USD atau melemah 2,6% (point-to-point), namun secara rata-rata triwulanan rupiah masih menguat tipis,12% dari Rp 9.25/USD menjadi Rp 9.238/USD di triwulan IV- 27 (Grafik 3.6). Meski melemah, pergerakan rupiah masih relatif lebih stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercermin dari volatilitas yang menurun dari 2,2% (tw-iii) menjadi 1,5% (Grafik 3.7). Dari sisi fundamental, surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tercatat cukup besar di triwulan IV-27. Surplus sebesar USD4,45 miliar menjadi penyeimbang terhadap tekanan pada neraca transaksi modal dan finansial akibat penyesuaian portofolio asing. Kinerja NPI yang membaik ini mendorong peningkatan cadangan devisa Indonesia sebesar 7,9% dibandingkan posisi pada triwulan III-27. Hingga Desember 27, cadangan devisa telah mencapai USD56,9 miliar atau 16

4 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Kurs Harian Rata-rata Triwulanan Pemerintah. Dengan kecenderungan cadangan devisa yang terus membaik tersebut akan mampu memberikan dukungan terhadap kestabilan pergerakan nilai tukar rupiah, serta optimisme bagi para pelaku pasar bahwa kestabilan tersebut akan tetap dapat terjaga. Selain itu, posisi cadangan devisa yang kuat diprakirakan dapat menjaga stabilitas makroekonomi dari potensi pembalikan arus modal sebagai akibat pengalihan portofolio asing Des Feb Mar 14 Apr 19 Mei 25 3 Jun Ags 7 Sep 12 Okt 18 Nov 23 Des 29 5 Feb Mar 13 Apr 18 Mei Jun Ags 6 Sep 11 Okt 17 Nov 22 Des Grafik 3.6 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Kurs, Rp/USD Volatilitas, %. 7, Kurs Harian Volatilitas 6, Rata-rata Volatilitas Triwulanan 9.5 5, Jan Feb Mar Mei Jun Jul Sep Okt Nov Jan Feb Mar Mei Jun Jul Sep Okt Nov Grafik 3.7 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Grafik 3.8 2, 1,74 Rp/USD % 9.7 3, IDR/USD Yield Spread Poly. (Yield Spread) Poly. (IDR/USD) 9.5 2, ,17 2, Yield Spread Global Bond Indonesia dan US T-Note 2,21 1, Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov 4, 3, 1, - 1,5 1,,5 Dari sisi risiko, berbagai faktor risiko dalam negeri terpelihara stabil. Dinamika sosial politik di dalam negeri cukup kondusif bagi perkembangan pasar keuangan domestik. Indikator risiko yang dicerminkan oleh yield spread antara obligasi valas pemerintah (dalam denominasi USD) dengan obligasi pemerintah Amerika (US T-Note) bergerak berfluktuasi antara 1,37% - 2,36% namun relatif masih terjaga (Grafik 3.8). Sedangkan indikator lainnya, yaitu premi swap pada semua tenor, terlihat masih berada pada tingkat yang rendah (Grafik 3.9). Sementara itu, imbal hasil investasi rupiah masih tetap menarik. Imbal hasil investasi rupiah yang tercermin pada selisih yield obligasi pemerintah Indonesia (denominasi rupiah) dengan yield obligasi pemerintah Amerika (US T-Note) meningkat dari 4,72% menjadi 5,83% di triwulan IV-27. Imbal hasil ini masih jauh lebih menarik dibandingkan imbal hasil di negara regional lainnya yang berkisar antara,13% sampai 2,23% (Grafik 3.). Hal ini mendorong masuknya aliran masuk modal asing yang cukup besar. Di awal triwulan IV-27, aliran masuk dana asing tercatat cukup besar. Besarnya aliran dana tersebut mampu memenuhi permintaan valas domestik yang meningkat menjelang libur hari raya. Namun, di akhir triwulan IV-27 terjadi pelepasan portofolio rupiah oleh asing yang disebabkan oleh kekhawatiran terhadap resesi ekonomi Amerika Serikat dan perlambatan ekonomi beberapa negara maju lainnya. Keluarnya dana asing di akhir triwulan tersebut menyebabkan aliran dana asing secara keseluruhan di triwulan IV-27 menjadi net outflow. Permintaan valas selama triwulan IV-27 cukup besar terutama bersumber dari pelaku domestik. Permintaan valas domestik masih didominasi oleh permintaan valas korporasi sejalan dengan meningkatnya impor untuk memenuhi produksi. Jika ditinjau berdasarkan sektornya, permintaan korporasi terutama berasal dari sektor makanan dan minuman serta sektor otomotif. 17

5 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-27 %, 8, 6, 4, 2,, Premi 1 M Premi 3 M Premi 6 M Premi 12 M -2, Jan FebMarApr Mei Jun Jul AgsSepOkt NovDes JanFebMarAprMei Jun Jul AgsSepOktNovDes Sumber : Reuters (diolah) %, 8, 6, 4, 2,, -2, -4, 9 Jan (1.) (2.) (3.) 28 Mar Grafik 3.9 Premi Swap Berbagai Tenor 14 Jun 31 Ags 17 Nov 3 Feb Indonesia Thailand 22 Apr 9 Jul Filipina Malaysia 25 Sep Grafik 3. Perbandingan Imbal Hasil Beberapa Negara - Excess Supply Excess Demand Grafik 3.11 Permintaan dan Penawaran Valas 12 Des ,835,134 Juta USD Rp/USD Supply-Demand LN Supply-Demand Total 4. Supply-Demand DN Kurs (skala kanan) Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des KEBIJAKAN MONETER Strategi Kebijakan Dalam periode triwulan IV-27, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan level BI Rate sebesar 8,25% pada Oktober dan November 27 dan kemudian menurunkan BI Rate pada bulan Desember 27 ke level 8,%. Di awal triwulan laporan (8 Oktober 27 dan 6 November 27), BI Rate dipertahankan tetap pada level 8,25%. Hal ini didasari pertimbangan untuk mencermati lebih jauh dampak dan perkembangan berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk Bank Indonesia serta untuk terus menjaga pencapaian sasaran inflasi tahun 27 sebesar 6%±1% dan tahun 28 sebesar 5%±1% dan memelihara stabilitas ekonomi makro serta sistem perbankan. Selanjutnya, pada 6 Desember 27, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan level BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi sebesar 8,%. Penurunan tersebut diputuskan berdasarkan hasil evaluasi menyeluruh terhadap perekonomian nasional yang terus mengalami peningkatan, arah perkembangan laju inflasi, serta prospek perekonomian ke depan. Keputusan penurunan BI Rate tersebut tetap diarahkan guna menjaga pencapaian sasaran inflasi terutama dalam jangka menengah panjang serta identifikasi terhadap berbagai faktor risiko, terutama terkait dengan tingginya harga minyak dunia. Strategi kebijakan tersebut diterjemahkan dalam operasi kebijakan moneter melalui pengelolaan likuiditas dalam bentuk Operasi Pasar Terbuka dan berbagai instrumen lainnya. Sejalan dgn perkembangan BI Rate, seluruh instrumen yang dikaitkan secara langsung dengan BI rate otomatis mengalami penurunan dengan besaran yang sama. Kegiatan Operasi Pasar Terbuka secara berkala terutama bertumpu pada lelang mingguan instrumen SBI 1 bulan dengan Fixed Rate TenderΩ pada level BI rate. Adapun kegiatan Operasi Pasar Terbuka non rutin berupa Fine Tuning Operation diimplementasikan secara terbatas dan dengan pricing yang variatif menyesuaikan kondisi pasar uang. Selama triwulan IV-27, perubahan BI Rate ditransmisikan melalui berbagai jalur. Di pasar uang, transmisi melalui suku bunga deposito di tenor yang lebih panjang serta suku bunga kredit menguat, dimana kedua suku bunga tersebut terlihat cenderung mengalami penurunan. Sementara itu, penurunan BI Rate di akhir triwulan laporan belum dicerminkan pada suku bunga pasar uang antar bank. Di pasar saham, pelonggaran 18

6 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 kebijakan moneter sejak Mei 26 serta membaiknya fundamental makro ekonomi dan mikro emiten mampu mendorong kembali peningkatan kinerja IHSG baik dari sisi level maupun kualiltasnya. Di pasar obligasi, transmisi BI Rate masih terbatas sejalan dengan masih kuatnya pengaruh eksternal. Dalam tahun 27 yield SUN hanya turun 17bps, dengan tingkat frekuensi dan volume perdagangan yang terus meningkat. Di pasar reksadana, membaiknya harga underlying assets (terutama saham) yang digunakan oleh reksadana dan meningkatnya volume penerbitan, kembali mengangkat NAB Reksadana sehingga mencapai Rp9,4 triliun. Dari sisi pembiayaan perekonomian domestik, tren penurunan BI Rate telah direspon perbankan dengan akselerasi pembiayaan ke sektor riil. Di bidang kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Upaya tersebut antara lain dilakukan melalui penerapan instrumen suku bunga moneter. Bank Indonesia juga terus berupaya menjaga kecukupan cadangan devisa yang dapat digunakan sebagai penyangga apabila terjadi pembalikan modal secara mendadak. Di samping itu, penguatan strategi komunikasi serta peningkatan efektivitas peraturan prudensial dan monitoring lalu lintas devisa terus dilakukan untuk menopang pengelolaan kebijakan tersebut. Bank Indonesia juga terus berupaya untuk bersinergi bersama pemerintah dalam mengoptimalkan stimulus fiskal serta memperbaiki iklim investasi yang merupakan kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah-langkah untuk menuju hal itu terus disinergikan, antara lain upaya untuk mempercepat belanja modal pemerintah, mempercepat realisasi anggaran terutama untuk pemerintah daerah, serta mendorong kemajuan implementasi perbaikan iklim investasi dan infrastruktur. Pada sisi moneter, kebijakan Bank Indonesia akan terus diarahkan untuk menciptakan stabilitas makroekonomi guna mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi melalui penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) secara konsisten. Suku Bunga Tidak berubahnya level BI Rate di awal triwulan laporan diikuti dengan tetapnya suku bunga instrumen moneter. Sampai dengan November 27, suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Overnight (FASBI O/N) dan suku bunga SBI Repo Suku Bunga (%) Tabel 3.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Triwulan I-27 Triwulan II-27 Triwulan III-27 Triwulan IV-27 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des BI Rate 9,5 9,25 9, 9, 8,75 8,5 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8, Penjaminan Dep 1 bulan 9,5 9,25 9,25 9, 8,75 8,5 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 Dep 1 bulan (Weighted Average) 8,64 8,43 8,13 7,93 7,59 7,46 7,26 7,16 7,13 7,16 7,18 n.a Dep 1 bulan (Counter Rate) 8,46 8,2 7,96 7,87 7,72 7,53 7,36 7,2 7, 7, 7,13 7,9 Base Lending Rate 14,78 14,41 14, 14,1 13,92 13,8 13,62 13,42 13,31 13,21 13,21 13,21 Kredit Modal Kerja (KMK) 14,9 14,71 14,49 14,3 14,6 13,88 13,71 13,66 13,31 13,16 13,16 n.a Kredit Investasi (KI) 14,85 14,71 14,53 14,38 14,16 13,99 13,82 13,75 13,45 13,28 13,19 n.a Kredit Konsumsi (KK) 17,64 17,51 17,38 17,24 17,9 16,91 16,68 16,7 16,47 16,33 16,39 n.a 19

7 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-27 % BI Rate* Pnjaminan Dep Deposito 1 bulan 2 Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Grafik 3.12 Perkembangan Berbagai Suku Bunga tercatat sebesar 3,25% dan 11,25%. Selanjutnya, sejalan dengan penurunan BI Rate di akhir triwulan laporan, suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Overnight (FASBI O/N) dan suku bunga SBI Repo juga mengalami penurunan mencapai 3% dan 11%. Dari pelaksanaan operasional, penurunan BI Rate langsung tercermin pada hasil lelang SBI 1 bulan. Lelang SBI 1 bulan dilaksanakan dengan sistem Fixed Rate Tender, sehingga suku bunga hasil lelang sama dengan suku bunga BI Rate, yaitu sebesar 8% pada akhir triwulan IV-27. Dalam pelaksanaan lelang tersebut, operasi moneter tetap diselaraskan sesuai dengan arah umum kebijakan moneter Bank Indonesia. Selama triwulan IV-27, penurunan BI Rate masih diikuti oleh penurunan suku bunga penjaminan serta suku bunga simpanan meski diindikasi mulai tertahan. Suku bunga penjaminan deposito rupiah 1 bulan tidak berubah dari triwulan sebelumnya sebesar 8,25% (Tabel 3.1). Sementara untuk suku bunga deposito 1 bulan counter rate tampak masih mengalami penurunan meskipun terlihat semakin landai, dari 7,% pada akhir triwulan III-27 menjadi 7,9% di akhir triwulan IV-27. Namun secara rata-rata tertimbang (weighted average) suku bunga deposito rupiah 1 bulan pada November 27 tercatat sebesar 7,18%, sedikit meningkat dibanding akhir triwulan III-27 sebesar 7,13% (Grafik 3.12). Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh base lending rate juga mengalami penurunan. Pada akhir triwulan IV-27, base lending rate sebesar 13,12% atau menurun dibanding triwulan III-27 sebesar 13.31% (Tabel 3.1). Penurunan tersebut diikuti oleh penurunan suku bunga kredit bank umum. Suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing menurun dari 13,31%, 13,45% dan 16,47% pada akhir triwulan III-27 menjadi 13,16%, 13,19% dan 16,39% pada November 27. (%, y-o-y) 5 Total DPK Tabungan () (2) sumber: DPNP Giro Deposito Nov Sep Jul Mei Mar Jan Nov Sep Jul Mei Mar Nov Jan Sep Jul Mei Mar Jan Nov Sep Jul Grafik 3.13 Perkembangan Dana Dana, Kredit, dan Uang Beredar Dari sisi penghimpunan dana, posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan yang semakin melandai. Pada November 27, DPK mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 14,6% (Grafik 3.13). Stabilnya DPK ini mengindikasikan cukup kuatnya dampak suku bunga terhadap dana ketimbang kredit serta masih mencerminkan kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap perbankan nasional di tengah kecenderungan penurunan suku bunga. Dari sisi penyaluran kredit, pertumbuhan kredit terus berakselerasi melampaui perkiraan pertumbuhan awal tahun 27. Total penyaluran kredit perbankan per November 27 tercatat sebesar Rp 1.4,6 triliun atau meningkat sebesar Rp 47,9 triliun 2

8 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 (%, y-o-y) Suku Bunga Kredit dan Depo (%) dibandingkan penyaluran kredit pada akhir triwulan III-27. Secara tahunan, pertumbuhan kredit pada November 27 telah mencapai 24,3% (Grafik 3.14). Dengan perkembangan tersebut maka secara year to date kredit telah tumbuh mencapai 2,6%, melampaui perkiraan pertumbuhan 18% sepanjang 27. Akselerasi penyaluran kredit ini mencerminkan kinerja perbankan yang melaksanakan fungsi intermediasi, yang menunjukkan semakin meningkatnya pembiayaan ke sektor riil. Uang beredar pada November 27 meningkat cukup tinggi. Posisi M1 tercatat sebesar Rp 424,4 triliun atau meningkat Rp 47,9 triliun dari posisi di akhir triwulan III-27. Dibanding setahun sebelumnya, posisi M1 tersebut tumbuh 23,87% (y-oy). Sementara itu, secara riil M1 tumbuh cukup tinggi sebesar 17,16% (y-o-y) pada November 27. Di lain pihak, posisi M2 tercatat sebesar Rp 1.556,2 triliun atau meningkat Rp 43,4 triliun dari posisi di akhir triwulan III-27. Posisi M2 tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 16,26% (y-o-y) dibanding posisi pada bulan November setahun lalu. Sementara itu, secara riil pertumbuhan M2 pada November 27 mencapai level yang cukup tinggi sebesar 9,55% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan uang beredar ini sejalan dengan peningkatan kegiatan domestik yaitu konsumsi masyarakat Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov %, y-o-y Total DPK Total Kredit Grafik 3.14 Perkembangan Dana vs Kredit M1 Riil Currency Riil M2 Riil Grafik 3. Pertumbuhan Riil M1 dan M2 rkredit (rata-rata) rdepo (rata-rata) Pasar Keuangan Pelonggaran kebijakan moneter yang ditetapkan sejak Mei 26 mendorong bullishnya IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, membaiknya perkembangan dan prospek fundamental perekonomian dan mikro emiten menjadi penggerak IHSG untuk tidak hanya meningkat tetapi juga tumbuh berkualitas. Perdagangan saham yang terus meningkat menyebabkan IHSG bergerak naik hingga ditutup pada level pada akhir triwulan IV-27 atau menguat 52,1% dibanding akhir tahun 26 (Grafik 3.16). Peningkatan ini menjadikan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai bursa ke-2 berkinerja terbaik untuk tahun 27 dibawah bursa Shenzen (163%) dan Shanghai (98%) yang keduanya berada di China. Bullish-nya pasar saham pun tidak terlepas dari berbagai faktor positif dari domestik, regional dan global. Membaiknya kondisi makroekonomi yang dicerminkan dari tingkat inflasi yang terkendali, pertumbuhan PDB yang semakin baik, cadangan devisa yang cukup kuat, nilai tukar rupiah yang stabil, peningkatan ekspansi kredit perbankan, realisasi IPO saham yang hampir dua kali lipat dari target semula serta masih meningkatnya berbagai harga komoditas di pasar internasional, diartikan oleh investor bahwa kondisi perekonomian domestik sudah mulai 21

9 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-27 JCI JCI BI Rate 1. 7,5 Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Sumber: CEIC Miliar Rp NET BELI ASING ,6 Vol(Rp t) 3, 25, 2,,, 5,, 3.196,1 Grafik 3.16 IHSG dan BI Rate , ,3 Grafik 3.17 Net Beli Asing Saham 6.6,1 Grafik 3.18 Aktivitas Perdagangan SUN BI Rate % Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 27 Feb Apr Vol Frek 13,5 12,75 12, 11,25,5 9,75 9, 8, ,4 Frek Data per 28 Des 27 Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des 25 pulih. Sementara itu berbagai faktor positif regional yang memengaruhi pergerakan IHSG terutama berasal dari perkembangan di Cina. Perkembangan tersebut antara lain tercapainya level tertinggi indeks bursa saham Cina. Sedangkan dari kawasan global, perkembangan positif yang terjadi diantaranya membaiknya indikator ekonomi Amerika Serikat yang ditandai dengan angka inflasi yang moderat serta tercapainya level tertinggi indeks Dow Jones di Amerika Serikat pada level.336,5, membaiknya pendapatan korporasi di wilayah Eropa dan Amerika Serikat, tren merger operator bursa dunia serta keberpihakan Bank Sentral dalam penyelesaian krisis keuangan yang terjadi selama 27. Dari sisi pemodal, jumlah net beli investor asing selama triwulan laporan mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penyesuaian kembali aset-aset yang dimiliki oleh investor asing terkait dengan kasus capital control di Thailand, kekhawatiran pecahnya bubble di Cina serta ekspektasi terjadinya perlambatan ekonomi dunia di tahun 28. Namun, posisi net beli asing di akhir triwulan IV-27 jika dibandingkan dengan posisi net beli asing di akhir triwulan-iv 26 terlihat mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar Rp,2 triliun. Posisi net beli asing di akhir triwulan IV- 27 mencapai Rp 32,5 triliun, sedangkan posisi net beli asing di akhir triwulan IV-26 tercatat hanya sebesar Rp 17,3 triliun. (Grafik 3.17). Peningkatan net beli asing itu didorong oleh kondisi masih terjadinya kelebihan likuiditas di kawasan global, dan masih menariknya imbal hasil di pasar modal negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Di pasar obligasi, kenaikan risiko global akibat krisis sub prime mortgage Amerika Serikat dan kenaikan harga minyak dunia menyebabkan yield SUN di triwulan IV-27 mengalami kenaikan. Meskipun begitu, secara rata-rata yield SUN selama tahun 27 masih tercatat menurun sebesar 17bps dari rata-rata tahun 26. Dari sisi pelaksanaan transaksi, perdagangan SUN selama triwulan IV-27 semakin marak, terlihat dari frekuensi perdagangan SUN yang terus meningkat. Secara rata-rata volume perdagangan SUN tercatat sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp5,5 triliun per hari. Sementara rata-rata frekuensi mengalami peningkatan dari 258,9 per hari pada triwulan III-27 menjadi sebesar 279,5 per hari. Berbeda dengan triwulan sebelumnya, kepemilikan investor asing atas SUN kembali membukukan net beli di triwulan IV

10 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 Hal ini seiring dengan aksi Bank Sentral di seluruh dunia yang melakukan injeksi likuiditas serta menurunkan suku bunga sehingga mampu mengurangi tekanan di pasar SUN. Di triwulan IV-27, net beli asing tercatat sebesar Rp 21,85 triliun. Sementara itu, sebagai counterpart, kelompok Bank Rekap, Bank non Rekap, Sekuritas dan lembaga lainnya masing-masing mengalami net jual sebesar Rp,6 triliun, Rp 32,3 triliun, Rp 4,9 triliun dan Rp 3,9 triliun. Sementara itu, di pasar reksadana, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana terus meningkat. Pada Desember 27, NAB reksadana mencapai Rp 9,4 triliun yang dipicu oleh net inflow reksadana saham, ditambah dengan terbitnya reksadana saham berbasis Exchange Traded Fund (ETF). Kenaikan NAB tersebut merupakan imbas dari apresiasi di sisi harga maupun volume-nya. Dari sisi harga, hal tersebut tercermin dalam kenaikan harga pada underlying asset-nya terutama saham. Sedangkan dari sisi volume hal tersebut terindikasi dari net subscription (net inflow) baik dari produk reksadana lama maupun baru, termasuk penerbitan ETF pada Desember 27. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pembiayaan dan pembentukan benchmark maturitas didalam negeri, pemerintah kembali menerbitkan SUN (jangka menengah dan panjang). Tercatat ada 5 kali lelang SUN baik perdana maupun reopening selama triwulan laporan. Dari lelang tersebut, pemerintah berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 6,6 triliun dari penawaran yang masih oversubscribe sebesar Rp 19,98 triliun. Hasil lelang yang relatif lebih sedikit dibandingkan target indikatifnya disebabkan oleh pemerintah yang sempat tidak memenangkan 1 kali lelang terkait dengan tingginya yield yang diminta peserta lelang saat itu. Kondisi demikian terkait dengan naiknya risiko global. Sementara itu, dalam upaya memperbaiki struktur utangnya, pemerintah terus melakukan buy back SUN dan debt switching. Buy back dilakukan khususnya terhadap SUN yang akan jatuh tempo sampai dengan 2 tahun ke depan. Pembelian kembali ini merupakan pelunasan sebelum jatuh tempo (redemption) dengan tunai. Selama triwulan laporan, hanya dilakukan 1 kali buy back SUN dan pemerintah berhasil melakukan pembelian kembali SUN sebesar Rp 1,2 triliun. Di lain pihak, dengan adanya perbaikan struktur melalui fasilitas debt switching diharapkan pengelolaan beban pemerintah atas utang-utang domestik yang akan jatuh tempo dapat diatur sehingga tidak akan terlalu memberatkan pada tahun anggaran tertentu. Oversubscribe Debt switching pada beberapa kali debt switching merupakan indikasi pasar SUN masih cukup diminati. Selain itu debt switching dapat diartikan sebagai komitmen pemerintah untuk memperbaiki benchmark jangka panjang dan menambah supply SUN tenor jangka panjang yang saat ini paling diminati khususnya saat suku bunga terus mengalami penurunan. Pada triwulan IV-27, debt switching dilakukan 2 kali yaitu pada tanggal 2 Oktober 27 dan 13 November 27. Jumlah yang dimenangkan pemerintah adalah sebesar Rp 1,42 triliun dari jumlah penawaran yang masuk sebesar Rp 2,27 triliun dengan yield 9,79% dan 9,91%. 23

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 Kondisi moneter pada triwulan II-2006 masih menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Hal ini tercermin dari nilai tukar yang masih menguat, inflasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 Laju inflasi IHK pada triwulan IV-2 mengalami peningkatan yang tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005 Laju inflasi IHK pada triwulan III-2005 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama berasal dari kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 26 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 Kinerja neraca pembayaran yang mencatat surplus cukup besar telah mendukung penguatan nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi Akhir semester I 2009 Inflasi sebesar 0,11% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,10 terjadi pada penghujung Jun. Inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menggunakan sistem perekonomian terbuka dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya sehingga hal tersebut memungkinkan terjadinya interaksi

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% RD Pasar

Lebih terperinci

USD FIXED INCOME FUND

USD FIXED INCOME FUND Feb-14 Mar-14 LAPORAN USD FIXED INCOME FUND keahlian dalam mengidentifikasi kondisi ekonomi dan pergerakan investasi untuk menghasilkan hasil investasi yang kompetitif melalui berbagai macam instrumen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report 1 Februari 1 ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report RESEARCH Data Pasar Hari Kerja Sebelumnya Perubahan Tingkat Suku Bunga dan Kurs Acuan BI Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Utama Dunia Keterangan Hari

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia

TINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Tinjauan Umum 485 TINJAUAN UMUM Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Selama triwulan I-2005, kinerja perekonomian Indonesia masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Kestabilan makroekonomi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% BII (TD)

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran

BAB I PENDAHULUAN. terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah negara besar yang memiliki kekuatan ekonomi terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran ekonomi dunia. Ekonomi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

PDB Dunia (rhs) Jan-02 May-02 Sep-02 Jan-03 May-03 Sep-03 Jan-04 May-04 Sep-04 Jan-05 May-05 Sep-05 Jan-06 May-06 Sep-06 Jan-07 May-07 Sep-07 Jan-08 May-08 Sep-08 Jan-09 May-09 Sep-09 Jan-10 May-10 Sep-10

Lebih terperinci

Ikhtisar. Perekonomian tahun 2003 relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember 2003 menurun dibanding November...

Ikhtisar. Perekonomian tahun 2003 relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember 2003 menurun dibanding November... Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Desember Ikhtisar Perekonomian tahun relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember menurun dibanding November......diikuti dengan kurs yang masih stabil...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100.00% Deposito

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Mei 213 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 Indeks 17 1 13 1 9 7 Kadin-Roy Morgan AC Nielsen BI BPS Danareksa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia)

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) 1. SBI 3 bulan PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) SBI 3 bulan digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen untuk melakukan operasi

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2013 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 L a p o r a n

Lebih terperinci