Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012"

Transkripsi

1

2

3 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Darmin Nasution Hartadi A. Sarwono Muliaman D. Hadad Ardhayadi Mitroatmodjo Budi Mulya Halim Alamsyah Ronald Waas Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur 1

4 Daftar Isi I. Statement Kebijakan Moneter...3 II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter...6 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia...6 Neraca Pembayaran Indonesia...10 Inflasi...11 Nilai Tukar Rupiah...12 Perkembangan Sektor Keuangan...14 Suku Bunga...14 Dana, Kredit, dan Uang Beredar...16 Pasar Saham...18 Pasar Surat Berharga Negara (SBN)...19 Pasar Reksadana...20 Kondisi Perbankan...21 III. Respons Kebijakan Moneter

5 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Februari 2012 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75%. Keputusan ini diambil sebagai langkah lanjutan untuk memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah menurunnya kinerja ekonomi global dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan keputusan BI Rate ini, koridor bawah dan atas suku bunga operasi moneter Bank Indonesia masing-masing menjadi 3,75% untuk fasilitas simpanan o/n (deposit facility rate) dan 6,75% untuk fasilitas pinjaman o/n (lending facility rate). Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko memburuknya perekonomian global dan dampak kebijakan Pemerintah di bidang energi, dan akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Dewan Gubernur meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang bersifat counter-cyclical sangat diperlukan dalam pengelolaan makroekonomi secara keseluruhan serta untuk membawa inflasi pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 4,5%±1% pada tahun 2012 dan Dewan Gubernur mencermati prospek ekonomi global yang terus menurun seiring krisis Eropa yang masih berlanjut dan perlambatan ekonomi negara-negara emerging markets. Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2012 diprakirakan menjadi 3,3%, lebih rendah dari prakiraan sebelumnya sebesar 3,7%. Penyelesaian krisis yang dialami negara-negara Eropa terkait utang dan defisit fiskal masih akan memakan waktu dan mengandung ketidakpastian, sementara pemulihan ekonomi AS masih lemah. Hal tesebut berdampak pada perdagangan global yang menurun dan berpengaruh pada penurunan kinerja ekonomi negaranegara emerging markets, termasuk Indonesia. Sejalan dengan aktivitas ekonomi global yang melemah, harga komoditas global non energi cenderung menurun, dan disertai dengan penurunan tekanan inflasi global. Di sisi domestik, Dewan Gubernur menilai perekonomian Indonesia masih memiliki daya tahan yang kuat, meskipun dengan kecenderungan pertumbuhan yang lebih rendah seiring dengan menurunnya prospek perekonomian global. Untuk triwulan I 2012, 3

6 pertumbuhan ekonomi diprakirakan sebesar 6,5%, sementara untuk keseluruhan tahun 2012 akan cenderung pada batas bawah prakiraan 6,3-6,7%. Sumber pertumbuhan terutama dari permintaan domestik, didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang tetap kuat. Konsumsi rumah tangga yang kuat ditopang oleh perbaikan daya beli dan keyakinan konsumen yang membaik seiring dengan terkendalinya inflasi. Peningkatan investasi didukung oleh iklim investasi yang kondusif dan persepsi terhadap prospek ekonomi Indonesia yang positif. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diperkirakan akan melambat seiring dengan perlambatan ekonomi global. Dari sisi produksi, sektor-sektor yang diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri, sektor transportasi dan komunikasi, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2012 diprakirakan akan mencatat surplus meskipun dengan kecenderungan yang lebih rendah. Transaksi berjalan diperkirakan akan mengalami defisit seiring dengan menurunnya pertumbuhan ekspor sementara impor masih relatif besar. Surplus NPI pada triwulan I 2012 akan ditopang oleh transaksi modal dan finansial seiring dengan aliran investasi langsung (FDI) dan portofolio yang diprakirakan akan meningkat. Hal tersebut didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, pencapaian investment grade diprakirakan akan memperkuat sentimen positif terhadap perekonomian Indonesia. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir Januari 2012 mencapai 112 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Pergerakan nilai tukar rupiah cenderung stabil meskipun sedikit melemah. Selama Januari 2012, rupiah secara rata-rata melemah 0,28% (yoy) menjadi Rp9.060 per dolar AS, namun secara point-topoint menguat sebesar 0,65% (yoy) ke level Rp8.990 per dolar AS. Meningkatnya permintaan valas terkait kebutuhan impor, terutama impor BBM, memberikan tekanan terhadap rupiah. Meskipun demikian, tekanan tersebut dapat diimbangi dengan sentimen positif terkait kenaikan peringkat utang (credit rating) Indonesia. Untuk menjaga keseimbangan pasar domestik, Bank Indonesia terus memonitor perkembangan nilai tukar rupiah dan memastikan kecukupan likuiditas rupiah dan valas. 4

7 Inflasi terus mengalami tren penurunan. Inflasi pada Januari 2012 tercatat 3,65% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,79% (yoy). Penurunan tekanan inflasi didorong oleh penurunan inflasi bahan pangan seiring dengan terjaganya pasokan. Sementara itu, inflasi inti relatif stabil seiring dengan harga komoditas global non energi yang menurun dan ekspektasi inflasi yang membaik. Di sisi lain, inflasi administered prices hanya mengalami sedikit peningkatan seiring dengan kenaikan cukai rokok. Ke depan, apabila tidak ada kebijakan penurunan subsidi BBM, inflasi diperkirakan akan terus mengalami penurunan. Bank Indonesia akan mewaspadai dampak kebijakan Pemerintah di bidang energi yang dapat memberikan tekanan inflasi yang meningkat. Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga yang disertai dengan terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan. Perkembangan industri perbankan semakin solid sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus membaik, tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir Desember 2011 mencapai 24,5% (yoy), di mana kredit investasi tumbuh sebesar 33,2% (yoy), kredit modal kerja tumbuh sebesar 21,4% (yoy), dan kredit konsumsi tumbuh sebesar 24,1% (yoy). Ke depan, Dewan Gubernur akan terus mewaspadai dampak penurunan ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia dan dampak kebijakan Pemerintah di bidang energi. Bank Indonesia akan terus berupaya mengoptimalkan peran kebijakan moneter dalam mendorong kapasitas perekonomian, menjaga stabilitas pasar keuangan, dan memitigasi dampak perlambatan ekonomi global, dengan senantiasa menjangkar ekspektasi inflasi ke depan ke arah sasarannya. Untuk itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan melalui respon kebijakan suku bunga, kebijakan nilai tukar, kebijakan makroprudensial dalam rangka pengelolaan capital flows, kebijakan makroprudensial dalam rangka pengelolaan likuiditas, dan koordinasi kebijakan bersama Pemerintah. 5

8 II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2011 tetap mampu mencapai pertumbuhan yang cukup tinggi dengan sumber pertumbuhan berasal dari investasi, konsumsi rumah tangga, dan ekspor. Dengan kondisi makroekonomi yang cukup kondusif pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2011 tumbuh 6,5%. Investasi yang tumbuh tinggi di atas prakiraan mengkompensasi penurunan kinerja ekspor sehingga mampu menopang kestabilan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Kenaikan pertumbuhan investasi merespons membaiknya kondisi perekonomian domestik yang didukung oleh optimisme konsumen dan para pelaku usaha. Peningkatan investasi terjadi baik pada investasi bangunan maupun non bangunan. Peningkatan yang terjadi pada investasi nonbangunan sejalan dengan kenaikan pertumbuhan impor barang modal dan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA). Sementara itu, pada investasi bangunan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh meningkatnya optimisme pelaku usaha sektor konstruksi. Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mendekati 5% didukung oleh optimisme konsumen yang semakin menguat. Di sisi lain, konsumsi Pemerintah tumbuh relatif terbatas dan lebih rendah. Ekspor tumbuh lebih lambat dari perkiraan seiring dengan meluasnya dampak perlambatan perekonomian global dan masih berlanjutnya koreksi harga komoditas internasional. Ekspor yang masih tumbuh tidak terlepas dari keberhasilan upaya diversifikasi negara tujuan ekspor, terutama ke negara-negara emerging markets. Sementara itu, kinerja impor juga tumbuh melambat sejalan dengan melemahnya kinerja ekspor. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi diprakirakan masih akan berlanjut pada triwulan I Motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi berasal dari akselerasi kinerja investasi, konsumsi rumah tangga, dan ekspor. Pada triwulan I 2012 pertumbuhan ekonomi diprakirakan mencapai 6,5% (yoy). Penguatan keyakinan konsumen di tengah potensi tekanan harga mendorong konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat. Realisasi belanja Pemerintah diprakirakan tumbuh lebih rendah pada awal tahun sesuai pola historisnya dengan potensi perbaikan berupa 6

9 Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen SK BI Grafik 2.2 Indeks Penjualan Eceran Grafik 2.3 Pertumbuhan Penjualan Mobil dan Sepeda Motor percepatan penyerapan anggaran oleh Pemerintah. Sementara itu, akselerasi investasi didukung oleh optimisme pelaku usaha seiring dengan pencapaian peringkat layak investasi, potensi pendanaan yang meningkat, serta peningkatan realisasi infrastruktur dan belanja modal Pemerintah pada awal tahun. Di sisi eksternal, perlambatan ekonomi global yang menurunkan daya serap negara mitra dagang utama diprakirakan mulai berdampak pada kinerja ekspor. Impor tumbuh tinggi meski melambat seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik di tengah melambatnya kinerja ekspor. Di sisi lapangan usaha, aktivitas domestik yang masih kuat menjadi pendorong utama kinerja sektoral pada triwulan I Melambatnya perekonomian Amerika Serikat dan Eropa akan berdampak pada kinerja ekspor manufaktur meski relatif terbatas. Kinerja sektor tradables diprakirakan tumbuh tinggi terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan. Pada sektor non-tradables, perbaikan pertumbuhan terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), sektor keuangan, persewaan, dan jasa, serta sektor jasa-jasa. Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2012 diprakirakan tumbuh stabil pada level yang relatif tinggi. Hal tersebut seiring dengan keyakinan konsumen yang masih kuat meskipun dibayangi oleh tekanan harga terkait rencana kenaikan harga energi. Keyakinan konsumen berdasarkan Survei Konsumen BI pada Januari 2012 terus menunjukkan penguatan dan kembali mencatat rekor tertinggi sejak tahun 2009 dengan indeks sebesar 121,8 (Grafik 2.1). Perbaikan optimisme terjadi baik pada komponen keyakinan terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap perekonomian enam bulan mendatang. Kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga didukung oleh perkembangan beberapa indikator dini konsumsi rumah tangga. Penjualan eceran riil tumbuh tinggi meskipun melambat menjadi 22,2% (yoy) (SPE Desember 2011) dari sebelumnya 26,8% (yoy) pada November 2011 (Grafik 2.2). Perlambatan terutama terjadi pada subkelompok nonmakanan khususnya pakaian dan barang konstruksi, sedangkan subkelompok makanan dan suku cadang kendaraan bermotor meningkat. Penjualan eceran pada Januari 2012 diperkirakan akan naik 27,2% (yoy) terkait perayaan Imlek. Perkiraan meningkatnya penjualan eceran sejalan dengan indeks konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama yang terus meningkat. Penjualan mobil dan sepeda motor mulai pulih pada Januari 2012 pascabencana banjir di Thailand (Grafik 2.3). Namun, masih melemahnya nilai tukar 7

10 rupiah ikut berperan pada turunnya volume impor barang konsumsi baik makanan maupun nonmakanan pada akhir tahun Dari sisi pembiayaan, membaiknya suku bunga riil simpanan deposito satu dan tiga bulan sejak triwulan II 2011 berpotensi meningkatkan penghasilan konsumen (Grafik 2.4), khususnya para deposan. Sementara itu, sumbangan kredit konsumsi dan pembiayaan konsumsi riil sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi tumbuh tinggi di atas 20% didukung suku bunga riil yang cenderung stabil. Investasi pada triwulan I 2012 diprakirakan masih tumbuh kuat. Pertumbuhan investasi yang kuat tersebut didukung oleh optimisme pelaku usaha yang meningkat seiring dengan iklim usaha yang semakin kondusif. Survei Keyakinan Dunia Usaha (SKDU BI) memprakirakan kegiatan bisnis akan terus meningkat pada triwulan I Nilai investasi pada semester I 2012 diprakirakan meningkat tajam dengan investasi yang dominan berupa investasi baru (Grafik 2.5). Sejalan dengan indikator tersebut, optimisme pelaku usaha berdasarkan Indeks Tendensi Bisnis BPS juga menunjukkan penguatan pada triwulan berjalan. Optimisme akselerasi investasi tahun 2012 turut didukung oleh naiknya peringkat Indonesia ke level layak investasi oleh lembaga pemeringkat Fitch dan Moodys. Kinerja investasi ditopang oleh pertumbuhan investasi bangunan dan nonbangunan. Investasi bangunan diprakirakan masih tumbuh baik sejalan dengan indikator penjualan semen dan impor bahan bangunan yang masih tinggi pada Desember 2011 (Grafik 2.6). Investasi bangunan meningkat sebagai respons aktivitas konstruksi masih kuat pada tahun Investasi non bangunan juga masih tumbuh tinggi sebagai respons atas kuatnya permintaan domestik. Dari sisi pembiayaan, sumber pembiayaan investasi berasal dari modal sendiri dan penyisihan laba, kredit modal kerja dan investasi swasta serta pemerintah, di samping pasar modal dan dana asing. Ekspor pada triwulan I 2012 diprakirakan tumbuh melambat sejalan dengan pelemahan perekonomian global. Ekspektasi perlambatan ekonomi global mendorong pelemahan mayoritas harga komoditas terutama pertanian dan pertambangan. Hal tersebut diiringi dengan penyusutan daya serap negara mitra dagang pada triwulan IV 2011, terutama negara pasar tradisional ekspor dan emerging markets dengan penurunan nilai ekspor paling dalam yaitu ke China, Eropa, dan Jepang. Sinyalemen tersebut dikonfirmasi oleh realisasi volume perdagangan dunia hingga pertengahan triwulan IV 2011 yang terkoreksi turun dan Grafik 2.4 Suku Bunga Tabungan & Deposito Grafik 2.5 Sifat Investasi SKDU BI Grafik 2.6 Investasi Bangunan & Indikator 8

11 Grafik 2.7 Ekspor Riil Migas & Non Migas Grafik 2.8 Impor Riil Migas & Non Migas ke depannya berpotensi semakin melemah. Berdasarkan komponennya, pertumbuhan ekspor nonmigas diprakirakan melambat akibat perlambatan ekspor sektor industri hingga triwulan IV 2011 terutama pada komoditas tekstil, peralatan listrik dan karet olahan. Sementara itu, ekspor berbasis sumber daya primer masih tumbuh tinggi, antara lain ekspor pertanian ditopang oleh masih kuatnya permintaan produk perikanan seperti udang dan ikan, sedangkan ekspor pertambangan didukung oleh kenaikan ekspor batubara dan bauksit. Di sisi lain, kontraksi ekspor migas diperkirakan masih berlanjut akibat produksi minyak yang masih belum mencapai target karena faktor penyusutan produksi tambang lama dan gangguan produksi. Merespons berlanjutnya perlambatan ekspor, kinerja impor pada triwulan I 2012 juga diprakirakan turut melambat. Perlambatan impor mulai terjadi memasuki semester II 2011 akibat investasi yang melambat disertai dengan merosotnya pasokan impor alat angkut karena gangguan produksi di Jepang dan Thailand. Hingga akhir tahun 2011, komponen impor nonmigas yang mengalami perlambatan terutama pada impor barang konsumsi berupa makanan dan minuman serta barang tahan lama (durable goods,) seperti kendaraan penumpang, sementara impor barang modal dan bahan baku masih tumbuh tinggi. Sementara itu, seluruh komponen impor migas dalam tren melambat sehubungan dengan belum memadainya produksi migas domestik. Namun, masih cukup terjaganya nilai tukar dan kuatnya permintaan domestik menahan penurunan akselerasi impor yang lebih dalam. Berdasarkan kelompok penggunaannya hingga triwulan IV 2011, impor bahan baku mencatat kenaikan tertinggi, diikuti oleh impor barang modal yang menunjang kapasitas produksi. Kenaikan tersebut terutama pada bahan baku untuk industri seperti bahan baku peralatan telekomunikasi dan barang modal (selain peralatan transportasi) yang mendukung kapasitas produksi investasi non bangunan. Dilihat berdasarkan pangsanya, negara pemasok impor terbesar hingga tahun 2011 masih bersumber dari China (18,6%) dan Jepang (14,2%). Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan PDB sektoral triwulan I 2012 diprakirakan tumbuh cukup baik. Kinerja sektor riil terindikasi masih baik yang utamanya didorong oleh masih kuatnya aktivitas domestik. Melambatnya perekonomian Amerika Serikat dan Eropa akan berdampak pada kinerja ekspor manufaktur meski relatif terbatas. Beberapa faktor positif yang mendukung kinerja sektoral diantaranya adalah : 1) Membaiknya kondisi cuaca serta adanya rencana penambahan 9

12 areal sawah oleh Pemerintah; 2) Pulihnya produksi tembaga dan emas PT. Freeport serta mulai berproduksinya empat Kontraktor Kerja Sama (KKKS); 3) Membaiknya industri semen seiring dengan meningkatnya konstruksi; 4) Penambahan armada angkutan udara dan kereta api pada tahun Namun, melambatnya impor diperkirakan akan berdampak pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Neraca Pembayaran Indonesia Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan I 2012 diprakirakan mencatat perkembangan positif. Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan mencatat surplus pada triwulan I 2012 sejalan dengan kembali masuknya aliran dana asing sebagai respons kenaikan peringkat kredit Indonesia menjadi investment grade oleh dua lembaga pemeringkat internasional yaitu Fitch dan Moody s. Sementara itu, neraca transaksi berjalan pada periode yang sama diperkirakan akan mencatat surplus yang lebih kecil dipicu oleh tingginya impor seiring dengan berlanjutnya pertumbuhan ekonomi domestik. Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan mencatat surplus. Aliran dana asing diperkirakan akan kembali masuk ke pasar keuangan domestik dengan struktur yang lebih baik, meskipun ketidakpastian di pasar keuangan global masih tinggi terkait krisis utang Eropa dan perlambatan ekonomi global. Kondisi tersebut juga didukung oleh ekspektasi positif investor asing terhadap ekonomi domestik yang tetap positif. Keberhasilan Indonesia mencapai peringkat investment grade semakin memperkuat daya tarik Indonesia di mata investor. Hingga 31 Januari 2012, investasi portofolio oleh investor asing mengindikasikan terjadi peningkatan. Di sisi lain, neraca transaksi berjalan diprakirakan akan mencatat surplus yang lebih rendah. Berlanjutnya ekspansi ekonomi domestik yang tercermin dari tingginya pertumbuhan impor berdampak negatif pada kinerja transaksi berjalan. Meskipun neraca perdagangan masih mencatat surplus, namun defisit di neraca jasa semakin membesar seiring dengan meningkatnya biaya pengangkutan sebagai dampak tingginya pertumbuhan impor. 10

13 Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Grafik 2.10 Inflasi Cabai Merah (mtm) Grafik 2.11 Inflasi Beras (mtm) I n f l a s i Tren penurunan inflasi IHK masih berlanjut pada Januari Secara tahunan, inflasi IHK pada bulan laporan menurun menjadi 3,65% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 3,79% (yoy, Grafik 2.9). Sementara secara bulanan, inflasi IHK tercatat sebesar 0,76% (mtm), lebih rendah dari rata-rata historisnya. Penurunan tekanan inflasi terutama didorong oleh terjaganya inflasi kelompok inti dan penurunan inflasi volatile food. Di sisi lain, inflasi administered prices cenderung sedikit meningkat karena dipicu oleh kenaikan tarif cukai rokok yang cukup besar. Terjaganya inflasi inti didukung oleh harga komoditas global nonenergi yang masih mengalami penurunan dan ekspektasi inflasi yang terus membaik di tengah nilai tukar rupiah yang stabil meski cenderung sedikit melemah. Tren penurunan inflasi kelompok volatile food didorong oleh pasokan yang terjaga, baik dari domestik maupun impor. Hal tersebut menyebabkan koreksi harga pada sejumlah komoditas bumbu-bumbuan seperti cabai dan bawang merah masih berlanjut. Koreksi harga komoditas bumbu-bumbuan tersebut dapat mengurangi tekanan dari kenaikan harga beras. Tekanan inflasi kelompok volatile food masih menunjukkan penurunan meskipun harga beras masih meningkat. Sejalan dengan pola musimannya, kelompok volatile food pada Januari 2012 mencatat inflasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 2,02% (mtm), relatif sama dengan bulan sebelumnya yang sebesar 1,92% (mtm). Jika dilihat secara tahunan, realisasi inflasi kelompok volatile food pada bulan laporan mengalami penurunan menjadi 2,97% (yoy) dari 3,37% (yoy) pada bulan sebelumnya. Penurunan inflasi kelompok volatile food didorong oleh masih berlanjutnya koreksi harga beberapa komoditas pangan seperti cabai dan bawang merah. Koreksi harga komoditas tersebut didukung oleh pasokan yang melimpah. Cabai merah dan cabai rawit masih memberikan dampak penurunan harga terkait masih melimpahnya pasokan sehingga memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,10% (mtm, Grafik 2.10). Sesuai pola musimannya, meningkatnya harga beras dikarenakan masih berada masa paceklik. Periode awal tahun merupakan masa tanam bagi komoditas beras sehingga berdampak pada penurunan pasokan di pasar. Pada Januari 2012, beras tercatat mengalami inflasi sebesar 3,35% (mtm) dan memberikan sumbangan sebesar 0,18% (mtm, Grafik 2.11). Selain beras, komoditas yang mencatat kenaikan harga adalah daging ayam ras, telur ayam ras, dan CPO. 11

14 Inflasi kelompok inti relatif terkendali terutama didorong oleh penurunan harga komoditas global nonenergi, ekspektasi inflasi yang terus membaik di tengah nilai tukar yang stabil, serta masih memadainya respons sisi penawaran. Secara tahunan, inflasi inti menunjukkan perlambatan dan tercatat sebesar 4,29% (yoy) dari 4,34% (yoy) pada Desember Perlambatan tersebut didorong oleh inflasi inti bahan pangan yang menurun dan inflasi inti nonpangan yang cenderung stabil. Secara bulanan, inflasi inti meningkat menjadi 0,44% (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,28% (mtm). Peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh faktor penyesuaian harga di awal tahun serta periode liburan sekolah dan penyambutan hari raya Imlek. Grafik 2.12 Inflasi Administered Prices Inflasi administered prices pada bulan laporan mengalami peningkatan didorong oleh kenaikan tarif cukai rokok per 1 Januari 2012 dengan rata-rata sebesar 16%. Berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi kelompok administered prices pada bulan laporan tercatat sebesar 0,43% (mtm) atau 2,96% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,14% (mtm) dan 2,78% (yoy) (Grafik 2.12). Kenaikan cukai rokok pada bulan laporan yang mencapai rata-rata 16%, jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 6%. Dengan kenaikan tersebut, komoditas rokok memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,06% (mtm) pada bulan laporan. Selama ini, komoditas rokok secara konsisten memberikan sumbangan inflasi setiap bulannya mengingat Harga Transaksi Pasar (HTP) yaitu harga yang dibayar konsumen masih lebih rendah dibandingkan dengan Harga Jual Eceran (HJE) yang ditetapkan oleh Pemerintah. Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar rupiah selama Januari 2012 kembali mengalami depresiasi namun dengan tekanan yang lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pelemahan terjadi pada awal bulan laporan dan kembali menunjukkan penguatan pada akhir periode laporan. Pelemahan tersebut dipicu oleh tingginya permintaan valas pelaku domestik dan imbas dari ketidakpastian ekonomi global akibat krisis ekonomi Eropa. Belum tuntasnya penyelesaian krisis utang dan fiskal kawasan Eropa serta indikasi melemahnya ekonomi dunia turut memberi tekanan pada nilai tukar rupiah. Namun, kenaikan peringkat 12

15 Grafik 2.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah kredit Indonesia menjadi investment grade oleh lembaga pemeringkat Moody s mengikuti langkah Fitch mampu menahan pelemahan rupiah lebih lanjut. Investor nonresiden mulai mengakumulasi kepemilikan SUN dan saham sehingga mampu mendorong penguatan nilai rupiah pada akhir periode. Secara rata-rata, rupiah terdepresiasi sebesar 0,07% (mtm) ke level Rp9.060 per dolar AS pada bulan laporan (Grafik 2.13). Namun secara point to point, nilai tukar masih mampu menunjukkan penguatan sebesar 0,87% (mtm) dari bulan sebelumnya dan ditutup pada level Rp8.990 per dolar AS dengan volatilitas yang meningkat (0,59%, Grafik 2.14). Pergerakan nilai rupiah tersebut relatif sejalan dengan pergerakan nilai tukar kawasan. Tekanan pada nilai tukar rupiah masih didominasi oleh ketidakpastian perekonomian global. Selama Januari 2012, masih tingginya ketidakpastian mengenai langkah penanganan krisis utang serta penurunan peringkat kredit sembilan negara kawasan Eropa secara tidak langsung memberikan dampak pada penempatan dana investor global di pasar keuangan negara emerging markets. Hal tersebut pada gilirannya memengaruhi pergerakan nilai tukar, tak terkecuali Indonesia. Meskipun pasar keuangan global sempat diwarnai sentimen positif akibat membaiknya sektor produksi dan konsumsi AS, tekanan masih dirasakan pada nilai tukar rupiah terutama pada awal bulan laporan. Spread antara NDF rate (offshore) dengan forward rate dalam negeri (onshore) masih positif pada paruh pertama bulan laporan. Spread positif tersebut mengindikasikan persepsi preferensi investor terhadap investasi pada instrumen pasar keuangan global (offshore) yang lebih menjanjikan dibandingkan onshore. Namun, tekanan pada nilai tukar rupiah berbalik arah pada akhir bulan dimana mata uang utama dunia dan kawasan menguat terhadap dolar AS. Grafik 2.14 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Risiko global masih berada pada level yang tinggi. Meski dengan tren yang menurun, ketidakpastian di pasar keuangan global masih berada di level yang tinggi dan berpotensi memicu investor melakukan penyesuaian penempatannya di aset emerging markets (portfolio rebalancing) dan beralih ke aset-aset aman berdenominasi dolar AS dan emas. Sementara itu, beberapa rilis data makroekonomi yang positif dari kawasan belum mampu sepenuhnya mendongkrak risk appetite investor ke negara emerging markets. Risiko yang masih tinggi tercermin dari indeks MSCI World dan VIX yang bertahan di posisi tinggi meski dengan kecenderungan menurun. 13

16 Kendati demikian, melimpahnya ekses likuiditas global tetap menjadi potensi penguatan rupiah ke depan. Ekses likuiditas global pasca-kebijakan pelonggaran kuantitatif dan terus berlanjutnya program pembelian aset oleh beberapa bank sentral, serta kebijakan mempertahankan suku bunga rendah dan pembelian surat-surat berharga (longer-term refinancing operations/ltros) untuk jangka waktu 3 tahun oleh ECB tetap menjadi sumber aliran dana ke negara berkembang. Kebijakan suku bunga rendah di negara maju menyebabkan investor mencari lokasi penempatan dana yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. Negara emerging markets Asia yang tumbuh lebih tinggi menjadi tujuan utama penempatan dana global ini, termasuk Indonesia. Indikator imbal hasil investasi di aset rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional Asia meski dengan kecenderungan penurunan seiring dengan kebijakan penurunan suku bunga acuan (Grafik 2.15). Bahkan jika memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah juga masih menarik (Grafik 2.16). Perkembangan Sektor Keuangan Suku Bunga Penurunan suku bunga di pasar uang jangka pendek masih berlangsung seiring dengan masih berlimpahnya likuiditas perbankan. Rata-rata suku bunga PUAB O/N di Januari 2012 sebesar 4,37%, turun 18 bps dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan pelebaran koridor bawah (suku bunga Deposit Facility O/N) sebesar 50 bps menjadi 200 bps di bawah BI Rate yang berlaku sejak 18 Januari Selain rata-rata suku bunga PUAB O/N yang mengalami penurunan, volume transaksi di pasar uang antar bank juga mengalami penurunan akibat dari rendahnya permintaan. Sementara itu, suku bunga PUAB O/N yang menurun juga diikuti oleh penurunan suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang. Rata-rata suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang dari O/N pada Januari 2012 berada pada kisaran 4,41% 4,75%. Grafik 2.15 UIP (Uncovered Interest Parity) Grafik 2.16 CIP (Covered Interest Parity) Grafik 2.17 Indikator Persepsi Risiko Indonesia 14

17 Di sisi lain, persepsi risiko di PUAB pada Januari 2012 tercatat stabil dari bulan sebelumnya. Hal itu tercermin pada rata-rata selisih suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah yang relatif sama dari bulan sebelumnya sebesar 3 bps. Persepsi risiko yang rendah juga mengindikasikan kondisi PUAB yang cukup resilien terhadap gejolak eksternal. Suku bunga deposito dan kredit perbankan terus menurun sebagai respons atas berbagai kebijakan Bank Indonesia yang mendorong penurunan suku bunga perbankan. Kebijakan Bank Indonesia menurunkan BI Rate pada Oktober dan November 2011 sebesar 75 bps diikuti baik oleh penurunan suku bunga deposito maupun suku bunga kredit. Pada Desember 2011, suku bunga deposito tercatat menurun 21 bps dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 6,35%. Sementara itu, untuk periode yang sama, suku bunga kredit juga tercatat menurun, khususnya suku bunga modal kerja (KMK) dan suku bunga kredit konsumsi (KK). Suku bunga KMK dan KK masing-masing turun menjadi sebesar 12,16%, dan 14,15%. Suku bunga KI sedikit mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 7 bps menjadi 12,04%. Ke depan, potensi penurunan suku bunga kredit masih cukup besar seiring dengan masih lebarnya selisih (spread) antara suku bunga deposito sebagai biaya dana dengan suku bunga kredit. Selain itu, berbagai upaya juga tengah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi operasional perbankan serta penyaluran dana perbankan guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito 1 bulan terbesar terjadi pada kelompok bank persero sebesar 32 bps. Sementara itu, kelompok bank asing dan campuran, kelompok bank swasta dan kelompok BPD masing-masing menurunkan suku bunga deposito 1 bulannya sebesar 19 bps, 15 bps dan 3 bps. Untuk suku bunga kredit, penurunan terbesar terjadi pada kelompok BPD. Sampai dengan Desember 2011, kelompok BPD menurunkan suku bunga KMK, KI dan KK masing-masing sebesar 21 bps, 8 bps dan 12 bps. Hal tersebut sejalan dengan level suku bunga kredit kelompok BPD yang masih cenderung tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kelompok bank swasta dan kelompok bank persero secara rata-rata menurunkan suku bunga kreditnya masing-masing sebesar 11 bps dan 8 bps. Sebaliknya, kelompok bank asing dan campuran justru tercatat menaikkan suku bunga KI dan KK-nya masing-masing sebesar 483 bps dan 30 bps. 15

18 Suku Bunga (%) BI Rate Penjaminan Deposito Dep 1 bulan (Weighted Average) Base Lending Rate Kredit Modal Kerja (KMK) Kredit Investasi (KI) Kredit Konsumsi (KK) Tabel 2.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan 6,50 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 7,00 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,72 6,72 6,83 6,80 6,85 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,56 n.a 12,03 11,84 12,21 12,06 12,22 12,15 12,08 12,17 12,07 12,05 11,94 11,88 11,92 12,75 12,72 12,69 12,68 12,61 12,60 12,55 12,50 12,39 12,36 12,31 12,16 n.a 12,25 12,20 12,18 12,16 12,15 12,13 12,11 12,10 12,06 12,02 11,97 12,04 n.a 14,48 14,50 14,39 14,38 14,37 14,37 14,32 14,30 14,25 14,02 14,18 14,15 n.a Dana, Kredit, dan Uang Beredar Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tetap tinggi. Sampai dengan Desember 2011, DPK tumbuh 19,0% (yoy) menjadi Rp2.785 triliun, relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 19,6% (yoy). Pertumbuhan DPK yang tetap tinggi tersebut terutama ditopang oleh deposito yang memiliki pangsa mencapai 46%. Pertumbuhan giro, tabungan dan deposito pada Desember 2011 masing-masing sebesar 21,8%, 22,5% dan 15,3% (yoy). Tren peningkatan kredit masih berlanjut sejalan dengan aktivitas perekonomian yang meningkat. Hingga Desember 2011, pertumbuhan kredit (tidak termasuk kredit channeling) mencapai 24,5% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada 2010 sebesar 22,9% (yoy). Posisi kredit sampai dengan Desember 2011 bertambah sebesar Rp48 triliun dari posisi sebelumnya hingga mencapai Rp2.199 triliun. Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit yang akseleratif masih didukung oleh jenis kredit produktif. Sampai dengan Desember 2011, pertumbuhan KMK tercatat sebesar 21,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 17,7% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan KI pada 2011 tercatat sebesar 33,2% (yoy) sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya, namun jauh lebih tinggi dibandingkan dengan akhir 2010 yang hanya mencapai 17% (yoy). Di sisi kredit nonproduktif, KK tumbuh cukup tinggi sebesar 24,1% (yoy). Dengan besarnya penyaluran kredit produktif, diharapkan dapat berdampak positif terhadap peningkatan kapasitas pertumbuhan ekonomi. Secara sektoral, pertumbuhan penyaluran kredit pada sektor produktif berada dalam tren yang meningkat. Sampai dengan Grafik 2.18 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Grafik 2.19 Pertumbuhan DPK per Jenis 16

19 Grafik 2.20 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan Grafik 2.21 Pertumbuhan Uang Primer dan Uang Kartal Grafik 2.22 Pertumbuhan Uang Beredar Desember 2011, sumbangan kredit sektor produktif yang yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor jasa dunia usaha terhadap total kredit masih berada pada tren yang meningkat. Pertumbuhan sektor-sektor tersebut pada Desember 2011 tercatat sebesar 25,1%, 26,0%, 19,3% dan 24,8%, meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Di sisi lain, besarnya pertumbuhan kredit sektor lainnya pada Desember 2011 sedikit menurun menjadi 24,3% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara itu, berdasarkan valuta, pertumbuhan kredit valas masih tetap tinggi meski dalam perkembangan terakhir menurun terkait kondisi eksternal. Sampai dengan Desember 2011, pertumbuhan kredit valas mencapai 32,1% (yoy), sedikit menurun dibandingkan dengan November sebesar 33,3% (yoy). Di sisi lain, untuk periode yang sama, kredit rupiah tumbuh sebesar 23,2%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 24,4% (yoy). Pertumbuhan uang kartal dan uang primer menurun sesuai dengan pola historis di awal tahun. Pada Januari 2012, pertumbuhan uang kartal turun menjadi 15,4% (yoy) mencapai Rp286,1 triliun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pertumbuhan uang primer juga mengalami penurunan menjadi 16,7% (yoy) dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya sejalan dengan pola historisnya di awal tahun (Grafik 2.21). Likuiditas perekonomian berada dalam tren yang meningkat sejalan dengan perkembangan ekonomi rill di masyarakat yang meningkat. Sampai dengan Desember 2011, pertumbuhan M1 dan M2 terus meningkat (Grafik 2.22). Pertumbuhan M1 pada Desember 2011 meningkat menjadi 19,4% (yoy) menjadi Rp723,0 triliun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 16,8% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan M1 pada Desember 2011 terutama disebabkan oleh pola ekspansif rekening Pemerintah yang cukup signifikan sehingga berdampak pada pertambahan giro rupiah yang signifikan. Sampai dengan Desember 2011, pertumbuhan M1 masih di bawah rata-rata sebelum krisis (21,5%, yoy), mengindikasikan likuiditas perekonomian masih belum berlebih untuk membiayai pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan M2 pada Desember 2011 sebesar 16,4% (yoy) mencapai Rp2.877 triliun, relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 16,2% (yoy). Pertumbuhan M2 tersebut terutama didukung oleh pertumbuhan tabungan dan deposito. 17

20 Pasar Saham Perkembangan pasar saham pada awal tahun menunjukkan kinerja yang positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak menguat ditopang oleh sentimen positif yang berasal dari eksternal dan domestik. Penguatan bursa domestik terutama berasal dari peningkatan rating Indonesia oleh Moody s menjadi investment grade mengikuti peningkatan peringkat yang telah dilakukan oleh Fitch. Moody s menaikkan peringkat Indonesia menjadi Baa3 dengan prospek stabil dari Ba1 pada 18 Januari Selain pencapaian investment grade, faktor lain yang mendorong menguatnya indeks ialah fundamental ekonomi Indonesia yang cukup baik dan optimisme investor terhadap kinerja keuangan emiten domestik. Sementara itu, sentimen positif eksternal berasal dari (1) membaiknya data perekonomian AS, Cina dan Jerman, (2) spekulasi terhadap pelonggaran kebijakan moneter Cina, (3) optimisme investor terhadap tercapainya kesepakatan dalam pertemuan para pemimpin EU di Belgia, serta (4) hasil positif dari lelang obligasi Spanyol dan Perancis. Dengan perkembangan tersebut, IHSG mengalami penguatan sebesar 3,1% ke level pada 31 Januari Penguatan IHSG tersebut juga sejalan dengan penguatan bursa saham di negara-negara kawasan. Pencapaian investment grade direspons positif oleh investor non residen. Pencapaian investment grade dan perkembangan positif lainnya baik yang berasal dari domestik maupun eksternal mendorong minat asing untuk menambah kepemilikannya dan kembali mencatat beli neto sebesar Rp2,46 triliun. Penguatan IHSG juga ditopang oleh pertumbuhan sektoral. Sebagian indeks sektoral mengalami penguatan dengan penguatan terbesar dialami oleh sektor pertambangan yang mencapai sebesar 7%. Sektor aneka industri dan perdagangan berada di posisi berikutnya dengan penguatan sebesar 6,7%. Sementara itu, sektor pertanian mengalami penurunan seiring dengan terjadinya penurunan harga komoditas seperti kelapa sawit. Grafik 2.23 IHSG dan Perkembangan Bursa Global Grafik 2.24 Perkembangan Saham Sektoral 18

21 Grafik 2.25 Yield SBN dan BI Rate Pasar Surat Berharga Negara (SBN) Kinerja pasar SBN positif sejalan dengan perkembangan di pasar saham. Peningkatan peringkat Indonesia hingga mencapai investment grade oleh Fitch dan Moody s berdampak positif terhadap pasar SBN. Imbal hasil SUN bergerak membaik. Selama bulan Januari 2012 rata-rata imbal hasil SBN turun sebesar 65 bps menjadi 5,2% dibandingkan dengan Desember Imbal hasil SBN untuk tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 62 bps, 64 bps dan 71 bps jika dibandingkan dengan akhir Desember Kondisi domestik yang positif mendorong arus masuk modal asing dan meningkatkan kinerja pasar SBN. Investor non residen kembali mencatat beli neto selama Januari 2012 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Selain faktor imbal hasil yang menarik, minat asing tersebut juga dipengaruhi oleh optimisme investor terhadap prospek perekonomian domestik dan premi risiko yang relatif terjaga. Tingginya permintaan terhadap SUN juga disebabkan oleh beberapa hal, yaitu (1) kenaikan peringkat Indonesia ke investment grade, (2) investor global masih menghindari zona Eropa yang masih mengalami krisis dan pasar Amerika Serikat yang menawarkan imbal hasil sangat rendah. Grafik 2.26 Yield Negara Kawasan 19

22 Pasar Reksadana Kinerja reksadana selama Desember 2011 menunjukkan perkembangan yang positif. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dari NAB tumbuh sebesar 3,2% (mtm) dibandingkan dengan November Secara tahunan, NAB reksadana tumbuh sebesar 17,5% (yoy) pada Desember Peningkatan NAB reksadana ditopang oleh seluruh produk reksadana. Reksadana saham, pasar uang, campuran dan pendapatan tetap masing-masing tumbuh 2,7%, 12,9%, 5,5%, dan 6,4% (mtm) atau secara tahunan 37%, 33,1%, 22,4%, 9,6% (yoy). Portofolio aset produk reksadana membukukan kinerja hampir sama dengan kinerja IHSG. MTM Saham Pasar Uang Campuran Tabel 2.2 Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Terproteksi Indeks ETF- Saham ETF- Pendapatan Tetap Syariah -2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -0,7% -0,8% -20,4% 2,4% 0,7% -3,5% 1,7% 3,7% 1,0% -0,1% 0,1% -34,1% -2,9% -39,6% 0,8% 0,6% 0,8% 10,4% 5,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9% 0,6% 5,2% 10,1% 4,1% 11,1% 6,7% 5,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7% -1,6% -2,5% 0,9% -0,1% 1,5% -5,8% -5,2% -1,2% -6,4% -0,3% -4,4% -1,2% -1,6% 10,8% 2,8% -5,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1% -1,8% 2,1% -1,8% -0,6% 0,3% -3,6% 4,7% 2,4% 0,9% -0,6% -1,1% 0,7% 0,7% 7,5% 6,0% 10,8% -1,5% 0,6% -2,8% 2,9% 9,4% 0,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 10,3% 2,3% 2,8% 6,3% 5,5% -2,2% 3,4% 10,5% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2% 2,1% -2,0% 5,1% -4,5% 2,8% 3,1% -21,1% -15,4% -1,0% 0,9% 8,6% 0,6% -0,1% -3,3% -0,8% -30,6% 0,0% 0,0% 17,1% 2,1% 1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1% 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7% 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9% 3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5% 1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7% 0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4% 4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7% -4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6% 9,6% -0,8% 6,8% 3,0% 1,0% 9,6% -2,7% 8,8% 3,9% 5,1% -1,7% 9,6% -1,6% 2,1% 1,1% -2,6% 30,8% 2,4% 0,1% 0,3% 2,7% 12,9% 5,5% 6,4% -1,0% 2,2% 8,1% 6,6% 2,0% 3,2% Total December Desember ,0% 33,1% 22,4% 9,6% -0,7% 35,6% 8,2% 36,5% -10,8% 17,5% 20

23 Kondisi Perbankan Stabilitas sistem keuangan tetap terkendali baik. Kinerja perbankan yang stabil sebagaimana tercermin pada angka rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang tetap stabil pada level 16,1% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross di bawah 5% di tengah meningkatnya penyaluran kredit (Tabel 2.3). Pertumbuhan kredit selama tahun 2011 mencapai 24,9% (yoy) atau di atas target Rencana Bisnis Bank 2011 sebesar 24,4%. Tabel 2.3 Kondisi Umum Perbankan Indikator Utama 2011 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total Aset (T Rp) 2.990, , , , , , , , , , , ,8 DPK (T Rp) 2.302, , , , , , , , , , , ,1 Kredit * (T Rp) 1.776, , , , , , , , , , , ,5 LDR* (%) 77,2 78,8 78,4 80,0 80,0 81,2 81,3 83,8 82,9 82,5 82,4 80,0 NPLs Gross* (%) 3,1 3,1 3,2 3,2 3,2 3,0 3,1 3,1 3,0 3,1 3,0 2,6 NPLs Net * (%) 0,9 0,9 0,9 0,9 1,1 0,9 0,9 1,0 0,9 1,1 1,1 0,9 CAR (%) 17,0 18,0 17,6 17,8 17,4 17,0 17,2 17,3 16,7 17,1 16,6 16,1 NIM (%) 0,5 0,5 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 ROA (%) 3,0 2,8 3,1 3,0 3,0 3,1 3,0 3,0 3,1 3,1 3,1 3,0 * dengan channeling 1) Angka Sementara 21

24 III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Februari 2012 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75%. Keputusan ini diambil sebagai langkah lanjutan untuk memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah menurunnya kinerja ekonomi global, dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah. Dengan keputusan BI Rate ini, koridor bawah dan atas suku bunga operasi moneter Bank Indonesia masing-masing menjadi 3,75% untuk fasilitas simpanan o/n (deposit facility rate) dan 6,75% untuk fasilitas pinjaman o/n (lending facility rate). Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko memburuknya perekonomian global dan dampak kebijakan Pemerintah di bidang energi, dan akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Dewan Gubernur meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang bersifat counter-cyclical sangat diperlukan dalam pengelolaan makroekonomi secara keseluruhan serta untuk membawa inflasi pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 4,5%±1% pada tahun 2012 dan

25 Indikator Terkini SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 9 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) BESARAN MONETER (miliar Rp Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposit Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan 6,50 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00-6,72 6,72 6,83 6,80 6,85 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35-6,88 6,82 6,91 6,96 6,91 6,95 6,88 6,90 7,05 7,11 6,99 6,81-6,21 6,27 6,49 6,48 6,50 6,45 6,37 6,11 5,61 5,30 4,87 4, H A R G A Inflasi bulanan (%. mtm) Inflasi tahunan (%. yoy) 0,89 0,13-0,32-0,31 0,12 0,55 0,67 0,93 0,27-0,12 0,34 0,57 0,76 7,02 6,84 6,65 6,16 5,98 5,54 4,67 4,79 4,61 4,42 4,15 3,79 3,65 SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode. nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD) INDIKATOR KUARTALAN Pertumbuhan PDB (%. yoy)** Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor ,18 85,05 88,61 92,87 96,95 96,56 99,32 100,79 93,80 89,68 89,08 88,57 88, Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV* 6,5 6,5 6,5 6,5 4,3 4,6 4,5 5,3 7,3 9,2 7,1 7,2 147,8 213,0 30,1-12,3 17,4 18,5 17,3 15,6 16,0 14,2 14,2 * angka sementara ** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 *** angka prakiraan Bank Indonesia 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS 23

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Mei 213 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 Indeks 17 1 13 1 9 7 Kadin-Roy Morgan AC Nielsen BI BPS Danareksa

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 10 Juli 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2010 i Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER November 2013 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 T i n j a

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007 1 SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 April 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 April 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Maret 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,75%,

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan II 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2014 menunjukkan bahwa proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang masih

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 Juni 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Maret 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13 Maret 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Oktober 2016 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar

Lebih terperinci

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id Juni 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan

Lebih terperinci

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id Juni 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 26 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Kebijakan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Kebijakan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Kebijakan Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2016 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN 0522-2572 Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 Kondisi moneter pada triwulan II-2006 masih menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Hal ini tercermin dari nilai tukar yang masih menguat, inflasi

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163

Lebih terperinci

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 1,494.165 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 September 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 11 Desember 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan

Lebih terperinci