BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini"

Transkripsi

1 BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. 38

2 39 Karena pertanian industri selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan. Tabel 4.1 Index Harga Saham Sektor Agricultural Tahun : Tahun Bulan Agriculture Januari 2, Februari 2, Maret 2, April 2, Mei 2, Juni 2, Juli 2, Agustus 2, September 2, Oktober 2, November 1, Desember 2, Januari 1, Februari 2, Maret 1, April 1, Mei 1, Juni 2, Juli 1, Agustus 1, September 1, Oktober 1, November 1, Desember 2, Januari 1, Februari 2, Maret 2, April 2, Mei 2, Juni 2, Juli 2, Agustus 2, September 2, Oktober 2,

3 Sumber: idx.id November 2, Desember 2, Januari 2, Februari 2, Maret 2, April 2, Mei 2, Juni 2, Juli 1, Agustus 1, September 1, Oktober 1, November 1, Desember 1, Januari 1, Februari 1, Maret 1, April 1, Mei 1, Juni 1, Juli 1, Agustus 1, September 1, Oktober 1, November 1, Desember 1, Dari tabel di atas, dapat dilihat harga agriculture tahun yang mana dalam transaksi tersebut terdapat naik turunnya harga agricultur pada bulan Januari 2012 sebesar , kemudian meningkat sampai bulan Maret tahun 2012 sebesar Setelah itu harga agricultur menurun kembali sampai bulan Maret tahun 2014 sebesar , kemudian naik kembali pada bulan April 2014 sebesar Pada bulan-bulan selanjutnya sampai Desember tahun 2016 mengalami penurunan.

4 41 Gambar 4.1 Grafik Index Saham Sektor Pertanian Tahun Sember: idx.id Gambar 4.1 di atas menggambarkan pada Index Saham Sektor Pertanian yang mana dapat di lihat pada gambar tersebut bahwasannya memperlihatkan naik turunnya harga Index Saham Sektor Pertanian dari bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2012 sampai tahun Pada bulan Januari tahun 2014 menunnjukkan harga Indes Saham Sektor Pertanian pada saat itu menurun di bawah kemudian pada tahun 2012 harga yang naik ditunjukkan pada bulan Oktober 2015 sebesar 0.15.

5 42 2. Analisis Deskriptif Kurs Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga penukaran dari suatu mata uang ke mata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negra, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum. Perubahan suatu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap setiap jenis saham yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Misalnya, kenaikan kurs US$ yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dollar sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara itu, emiten yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs US$ tersebut. Ini berarti harga saham emiten yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek, sementara emiten yang terkena dampak positif akan meningkat harga sahamnya. Sebagian emiten yang tercatat di Bursa Efek akan terkena dampak negatif dan sebagian lagi terkena dampak positif dari perubahan kurs US$ yang tajam.

6 43 Gambar 4.2 Grafik Kurs Tahun Sumber: Gambar 4.3 di atas menggambarkan perkembangan Kurs tahun secara kuartal. Yang mana pergerakan Kurs pada gambar tersebut menunjukkan kenaikan Kurs dari bulan ke bulan berikutnnya terus meningkat, sedangkan pada bulan April 2015 itu mengalami penurunan yang sangat drastis, tetapi penurunan tersebut hanyalah bersifat sementara dalam jangka waktu sebulan Kurs mengalami kenaikan kembali sampai bulan Desember tahun Analisis Deskriptif Inflasi Inflasi dianggap sebagai fenomena, karna terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Inflasi adalah gejala yang menunjukkan kenaikkan tingkat harga umum yang berlangsun terus menerus. Kenaikan harga tersebut dimaksudkan bukan terjadi sesaat. Semakin cepat kenaikan inflasi, semakin sulit

7 44 untuk memprediksikan inflasi di masa yang akan datang. Kebanyakan ekonomi berpendapat bahwa perekonomian akan berjalan efisien apabila rendah. Gambar 4.3 Grafik inflasi Tahun Sumber: Dari gambar 4.4 Inflasi tahun secara kuartal. Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwasannya inflasi di Indonesia setiap tahun selalu mengalami perubahan. Seperti pada tahun 2012 itu mengalami kenaikan setiap bulannya. Pada bulan Agustus 2013 Inflasi mengalami kenaikan yang tinggi yaitu sebesar 3.4%. kemudian mengalami penurunan pada bulan Oktober Setelah itu inflasi mengalami penurunan seterusnya sampai bulan Oktober Kemudian meningkat kembali pada bulan Desember Pada bulan Januari 2015 sampai bulan Desember 2016 inflasi masih tetap mengalami kenaikan dan penurunan.

8 45 B. Analisis Model Dan Pengujian Hipotesis Analisi model dan pengujian hipotesis termasuk salah satu langkahlangkah penelitian, karena dalam tujuan penelitian adalah menguji sebuah jawaban sementara atau dugaan sehingga perlu dibuktikan atau di uji kebenarannya. Berikut ini disajikan analisi model VAR dan pengujian dari hipotesis yang sudah dicantumkan pada bab sebelumnya. 1. Uji Stasioneritas Data Dalam melakukan analisis data time series terdapat kasus ditemukannya masalah dalam stasioneritas data. Penggunaan data yang tidak stasioner dapat menimbulkan masalah spurious regression dimana data menunjukkan hasil yang signifikan namun tidak memiliki makna kausal yang jelas. Sehingga uji stasioneritas dilakukan untuk memastikan bahwa tidak terdapat akar unit di variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Selain menggunakan t-statistic, kestasioneran data time series juga dapat dilihat dari nilai probabilitasnya (critical value) yang kurang dari 1%, 5% atau 10%. Suatu variabel dikatakan stasioner apabila p- value lebih kecil dari selang kepercayaan, dalam penelitian ini menggunakan selang kepercayaan 5%. Apabila nilai t-statistik ADF lebih besar dari nilai kritis pada tingkat keyakinan 5% jika nilai positif (sebaliknya jika nilai negatif) maka data stasioner. Apabila probabilitas kurang dari 0,05 maka data stasioner.

9 46 Variabel Tabel 4.2 Unit Root Test Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat Level Nilai t- Nilai Kritis Statistik statistik Prob Kesimpulan ADF ADF ISSP Stasioner KURS Stasioner INF Stasioner Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa: 1. Data Saham Sektor Perkebunan stasioner pada tingkat level. Hal ini terlihat dari nilai absolut t-statistik ADF ( ) yang lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat keyakinan 5% ( ), dapat pula dilihat dari probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 yakni Data Kurs stasioner pada tingkat level. Hal ini terlihat dari nilai absolut t-statistik ADF ( ) yang lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat keyakinan 5% ( ), dapat pula dilihat dari probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 yakni Data Inflasi stasioner pada tingkat level. Hal ini terlihat dari nilai absolut t-statistik ADF ( ) yang lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat keyakinan 5% ( ), dapat pula dilihat dari probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 yakni

10 47 2. Uji Lag Optimal Penetapan lag optimal biasanya didasarkan pada nilai Akaike Information Criteria (AIC), Hannan-Quinn (HQ), Final Prediction Error (FPE) dan Schwarz information criterion (SC) dalam penelitian ini dilihat yang paling banyak bintangnya lag tersebut yang digunakan. Tabel 4.3 Hasil Pengujian Lag Optimal VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: ISSP KURS INFLASI Exogenous variables: C Date: 09/03/17 Time: 22:17 Sample: 1 61 Included observations: 58 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ NA * * * * * * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion Berdasarkan hasil perhitungan di EVIEWS 9 dilihat bahwa pada lag yang paling banyak bintangnya. Hal ini menunjukkan bahwa lag optimal yang terpilih adalah lag 2.

11 48 3. Uji Stabilitas Var Tabel 4.4 Hasil Pengujian Stabilitas VAR Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: ISSP KURS INFLASI Exogenous variables: C Lag specification: 1 2 Date: 09/03/17 Time: 22:20 Root Modulus i i i i No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. Lag optimal yang telah ditentukan sebelumnya kemudian di uji stabilitasnya. Pengujian stabilitas VAR dilakukan pada hasil estimasi sistem persamaan VAR yang telah terbentuk yang nantinya dapat dilihat apakah model VAR stabil atau tidak. Pengujian stabilitas VAR perlu dilakukan untuk melihat validitas dalam melakukan analisis Impuls Response Function (IRF) dan juga Variance Decompotion (VD). Estimasi VAR stabil jika seluruh rootsnya memiliki modulus lebih kecil dari satu (<1) dan terletak pada unit circle nya. Pada tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa sistem VAR yang yang digunakan bersifat stabil. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan modulus yang di uji memiliki nilai dibawah satu pada kisaran terlihat bahwa <1.

12 49 4. Uji Kausalitas Granger Tabel 4.5 Hasil Uji Kausalitas Granger Pairwise Granger Causality Tests Date: 09/03/17 Time: 22:22 Sample: 1 61 Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. KURS does not Granger Cause ISSP ISSP does not Granger Cause KURS INFLASI does not Granger Cause ISSP ISSP does not Granger Cause INFLASI INFLASI does not Granger Cause KURS KURS does not Granger Cause INFLASI Uji kausalitas granger dilakukan untuk melihat apakah dua variabel memiliki hubungan timbal balik atau tidak. Dengan kata lain, apakah satu variabel memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel lainnya secara signifikan, karena setiap variabel dalam penelitian mempunyai kesempatan untuk menjadi variabel endogen maupun eksogen. Dari hasil uji kausalitas granger, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan timbal balik maupun hubungan satu arah diantara variabel yang di uji dalam penelitian ini, karena tidak terdapat hasil yang signifikan. Karna angka signifikan itu 1,67203, sedangkan pada tabel di atas tidak mengarah pada angka tersebut

13 50 5. Estimasi VAR Tabel 4.6 Estimasi VAR Vector Autoregression Estimates Date: 09/03/17 Time: 22:23 Sample (adjusted): 4 61 Included observations: 58 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] ISSP KURS INFLASI ISSP(-1) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] ISSP(-2) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] KURS(-1) -1.01E E-05 (5.0E-06) ( ) (4.0E-05) [ ] [ ] [ ] KURS(-2) 1.09E E-05 (5.1E-06) ( ) (4.1E-05) [ ] [ ] [ ] INFLASI(-1) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] INFLASI(-2) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] C ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] R-squared Adj. R-squared Sum sq. resids E S.E. equation F-statistic Log likelihood Akaike AIC Schwarz SC Mean dependent S.D. dependent Determinant resid covariance (dof adj.) Determinant resid covariance Log likelihood

14 51 Akaike information criterion Schwarz criterion Dalam menganalisis signifikansi variabel-variabel tersebut digunakan metode VAR. Sementara untuk melihat arah dari pengaruh variabel tersebut digunakan suatu metode yang bernama Impulse Response Function (IRF) dan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel terhadap utang luar negeri digunakan Variance Decomposition (VD). Signifikansi terlihat dari nilai t-statistik>t-tabel jika positif dan t- statistik<t-tabel jika negatif. T-tabel pada penelitian ini adalah (1,67203). Berdasarkan hasil estimasi VAR tidak terdapat variabel yang signifikan terhadap variabel Saham Sektor Perkebunan dilihat dari t-hitung setiap varibel yang lebih kecil dari t-tabel (1,67203) jika positif, dan lebih besar dari t-tabel (-1,67203) jika negatif. 6. Impulse Response Function (IRF) Pembahasan mengenai impuls response function pada model ini difokuskan pada respon variable utang luar negeri terhadap shock variabel defisit transaksi berjalan dan inflasi. Sumbu horizontal menunjukkan periode waktu sedangkan sumbuh vertikal menunjukkan saham sektor perkebunan akibat shock variabel tertentu, di mana perubahan ini dinyatakan dalam satuan standar deviasi (SD). Uji IRF ini ditunjukkan dengan grafik. Jika grafik IRF berada di atas titik keseimbangan maka respon variabel yang di analisis adalah positif. Sedangkan jika grafik IRF

15 52 berada di bawah grafik keseimbangan maka variabel yang di analisis memberikan respon negatif atau mengalami penurunan. Gambar 4.4 Respon SSP Terhadap Shock KURS dan INF Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E. Response of ISSP to ISSP Response of ISSP to KURS Response of ISSP to INFLASI Response of KURS to ISSP Response of KURS to KURS Response of KURS to INFLASI 2,000 2,000 2,000 1,000 1,000 1, ,000-1,000-1,000 Response of INFLASI to ISSP Response of INFLASI to KURS Response of INFLASI to INFLASI Tabel 4.7 Hasil IRF Response of ISSP Period ISSP KURS INFLASI E E

16 53 Berikut ini akan dijelaskan respon Index Saham Sektor Pertanian shock variabel Kurs dan Inflasi: 1. Gambar 4.4 dan Tabel 4.7 menjelaskan bahwa shock dari Kurs sebesar 1 standar deviasi pada periode pertama ternyata belum direspon Saham Sektor Perkebunan. Dari periode kedua sampai akhir periode, terlihat shock dari Kurs fluktuatif dan direspon positif oleh Saham Sektor Perkebunan hingga akhir periode baru mencapai titik kestabilan. Respon positif memiliki arti bahwa guncangan atau shock pada Kurs menyebabkan terjadinya peningkatan pada Saham Sektor Perkebunan. Shock dari Kurs sebesar 1 standar deviasi mulai periode 2 sampai 10 direspon Saham Sektor Perkebunan antara % %. 2. Gambar 4.5 dan Tabel 4.7 menjelaskan bahwa Index Saham Sektor Pertanian tampak belum merespon shock dari Inflasi sebesar 1 standar deviasi pada periode pertama. Shock dari Inflasi sebesar 1 standar deviasi direspon negatif pada periode kedua, ketujuh dan kedelepan, artinya guncangan pada Inflasi menyebabkan terjadinya penurunan Index Saham Sektor Pertanian. Shock dari Inflasi sebesar 1 standar deviasi mulai periode ketiga, keempat, kelima, keenam, kesembilan, dan sepuluh direspon positif oleh Index Saham Sektor Pertanian antara % %.

17 54 7. Variance Decomposition Analisis VD digunakan untuk memprediksi seberapa besar kontribusi varians setiap variabel berpengaruh terhadap variabel lainnya pada saat ini dan periode kedepannya. Pada Tabel 4.8 menjelaskan hasil uji VD di mana pada periode pertama Saham Sektor Perkebunan dipengaruhi oleh Sektor Perkebunan itu sendiri. Namun seiring bertambahnya periode, variabel Kurs dan Inflasi mulai mempengaruhi Saham Sektor Perkebunan. Tabel 4.8 Hasil Variance Decomposition Variance Decomposition of ISSP Period S.E. ISSP KURS INFLASI Berikut hasil analisis Variance Decomposition untuk melihat pengaruh variabel Kurs dan Inflasi terhadap Saham Sektor Perkebunan: 1. Kurs pada awal periode belum memberikan pengaruh terhadap Saham Sektor Perkebunan. Mulai periode kedua Kurs memberikan pengaruh sebesar % dan terus meningkat sampai akhir

18 55 periode pengaruhnya sebesar % terhadap Saham Sektor Perkebunan. 2. Inflasi Pada periode awal belum memberikan pengaruh terhadap Saham Sektor Perkebunan. Pada periode kedua Inflasi mulai memberikan pengaruh sebesar %. Namun seiring bertambahnya periode pengaruh Inflasi terhadap Saham Sektor Perkebunan semakin meningkat pengaruhnya, sehingga pada akhir periode Inflasi memberikan pengaruh sebesar %. 8. Uji signifikansi Tabel 4.9 Hasil Uji t VAR Variabel Koefisien T-Statistik ISSP(-1) [ ] ISSP(-2) [ ] KURS(-1) -1.01E-05 [ ] KURS(-2) 1.09E-05 [ ] INF(-1) [ ] INF(-2) [ ] t-tabel( ) Untuk menunjukkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap Saham Sektor Perkebunan dengan melihat t-statistik < dari t-tabel pada taraf nyata 5% jika t-statistiknya negatif dan sebaliknya t-statistik > t- tabel jika t-statistiknya positif. Hipotesis yang digunakan adalah satu arah (t-tabel= ). Tabel 4.9 menunjukkan hasil estimasi bahwa:

19 56 1. KURS(-1) tidak berpengaruh signifikan secara negative terhadap Index Saham Sektor Pertanian dimana t-statistik lebih kecil dari t-tabel dengan koefisien regeresi sebesar -1.01E- 05%. 2. KURS(-2) tidak berpengaruh signifikan secara positif terhadap Index Saham Sektor Pertanian dimana t-statistik lebih kecil dari t-tabel dengan koefisien regeresi sebesar 1.09E- 05% 3. INF(-1) tidak berpengaruh signifikan secara negatif terhadap Index Saham Sektor Pertanian dimana diperoleh t-statistik yang lebih besar dari (t-tabel) dengan koefisien regresi sebesar %. 4. INF(-2) tidak berpengaruh signifikan secara positif terhadap Index Saham Sektor Pertanian dimana diperoleh t-statistik yang lebih besar dari (t-tabel) dengan koefisien regresi sebesar %. 9. Pembuktian Hipotesis Berdasarkan analisis model yang telah dilakukan sebelumnya, maka pembuktian hipotesis dalam penelitian ini mendapatkan jawaban yaitu: 1. Kurs tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Index Saham Sektor Pertanian.

20 57 2. Inflasi tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Index Saham Sektor Pertanian. C. Pembahasan 1. Pengaruh Kurs Terhadap Index Saham Sektor Pertanian Ada dua pengaruh Kurs terhadap Index Saham Sektor Pertanian yaitu: Dampak Appresiasi dan dampak Depresiasi yang mana dampak appresiasi terhadap saham JII adalah berdampak positif terhadap perusahaan yang kegiatannya berorientasi impor, karna hasil produksi yang dibeli dari luar negeri akan lebih murah seiring dengan peningkatan mata uang Nasional terhadap US$. Sedangkan bagi perusahaan yang berorientasi Ekspor akan memberikan dampak negatif, karna harga jual hasil produksi akan menurun. Jadi hubungan Appresiasi Rupiah memberikan dampak negatif bagi Saham Sektor Perkebunan pada JII yang berorintasi Ekspor. Sedangkan dampak depresiasi terhadap saham JII berorientasi Ekspor adalah berdampak positif. Hal ini disebabkan tingginya mata uang US$ terhadap mata uang Nasional (Rupiah). Barang-barang hasil produksi yang dijual keluar negeri akan mendapatkan untung yang besar. Emiten yang terkena dampak positif akan meningkat harga sahamnya di BEI. Kurs menjadi variabel yang mempengaruhi Saham Sektor Perkebunan dalam penelitian ini. Kurs dan Saham Sektor Perkebunan memiliki hubungan yang tidak signifikan tetapi positif. Kurs(-1) tidak

21 58 berpengaruh signifikan secara positif terhadap Saham Sektor Perkebunan dimana t-statistik lebih kecil dari t-tabel dengan koefisien regeresi sebesar 1.71E-05%. Kurs(-2) tidak berpengaruh signifikan secara positif terhadap Saham Sektor Perkebunan dimana t-statistik lebih kecil dari t-tabel dengan koefisien regeresi sebesar 2.42E-05%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dilakukan oleh Harya Buntala Koostanto (2013) dan Neni Mulyani (2012) yang mana disebutkan oleh Harya Buntala Koostanto (2013) secara parsial suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan tingkat pengembalian saham, sedangkan inflasi, nilai tukar, dan produk domestic bruto tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan tingkat pengembalian saham. Sedangkan Neni Mulyani (2012) mengatakan inflasi berpengaruh positif terhadap JII, suku bunga berpengaruh negatif terhadap JII, nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh negatif terhadap JII. Maka berdasarkan hasil di atas Ho ditolak dan H 1 diterima dimana Kurs tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Saham Sektor Perkebunan.

22 59 A. Respon Index Saham Sektor Pertanian Shock Dari Kurs Gambar 4.5 Respon Index Saham Sektor Pertanian Terhadap Shock Kurs Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of ISSP to ISSP Response of ISSP to KURS Response of ISSP to INFLASI Response of KURS to ISSP Response of KURS to KURS Response of KURS to INFLASI 2,000 2,000 2,000 1,500 1,500 1,500 1,000 1,000 1, Response of INFLASI to ISSP Response of INFLASI to KURS Response of INFLASI to INFLASI Dapat di lihat pada gambar di atas bahwa shock dari Kurs sebesar 1 standar deviasi pada periode pertama ternyata belum direspon Index Saham Sektor Pertanian. Dari periode kedua sampai akhir periode, terlihat shock dari Kurs fluktuatif dan direspon positif oleh Index Saham Sektor Pertanian hingga akhir periode baru mencapai titik kestabilan. Respon positif memiliki arti bahwa guncangan atau shock pada Kurs menyebabkan terjadinya peningkatan pada Index Saham Sektor Pertanian. Shock dari Kurs sebesar 1 standar deviasi mulai periode 2 sampai 10 direspon Index Saham Sektor Pertanian % %.

23 60 B. Besar Pengaruh Kurs Terhadap Index Saham Sektor Pertanian Variance Decomposition of ISSP Kurs pada awal periode belum memberikan pengaruh Index Saham Sektor Pertanian. Mulai periode kedua Kurs memberikan pengaruh sebesar % dan terus meningkat sampai akhir periode pengaruhnya sebesar % terhadap Index Saham Sektor Pertanian. 2. Pengaruh Inflasi Terhadap Index Saham Sektor Pertanian Tingkat Inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pola derajat inflasi itu sendiri, inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Period S.E. ISSP KURS INFLASI

24 61 Variabel Inflasi mempunyai koefisien regresi sebesar Inflasi(-1) tidak berpengaruh signifikan secara negatif terhadap Index Saham Sektor pertanian dimana diperoleh t-statistik yang lebih besar dari (t-tabel) dengan koefisien regresi sebesar %. Inflasi(-2) tidak berpengaruh signifikan secara negatif terhadap Index Saham Sektor Pertanian dimana diperoleh t-statistik yang lebih besar dari (t-tabel) dengan koefisien regresi sebesar %. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dilakukan oleh Harya Buntala Koostanto (2013) dan Neni Mulyani (2012) yang mana disebutkan oleh Harya Buntala Koostanto (2013) secara parsial suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan tingkat pengembalian saham, sedangkan inflasi, nilai tukar, dan produk domestic bruto tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan tingkat pengembalian saham. Sedangkan Neni Mulyani (2012) mengatakan inflasi berpengaruh positif terhadap JII, suku bunga berpengaruh negatif terhadap JII, nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh negatif terhadap JII.

25 62 A. Respon Index Saham Sektor Pertanian Shock Dari Inflasi Gambar 4.6 Respon Index Saham Sektor Pertanian Terhadap Shock Inflasi Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of ISSP to ISSP Response of ISSP to KURS Response of ISSP to INFLASI Response of KURS to ISSP Response of KURS to KURS Response of KURS to INFLASI 2,000 2,000 2,000 1,500 1,500 1,500 1,000 1,000 1, Response of INFLASI to ISSP Response of INFLASI to KURS Response of INFLASI to INFLASI Index Saham Sektor Pertanian tampak belum merespon shock dari Inflasi sebesar 1 standar deviasi pada periode pertama. Shock dari Inflasi sebesar 1 standar deviasi direspon negatif pada periode kedua, ketujuh dan kedelepan, artinya guncangan pada Inflasi menyebabkan terjadinya penurunan Index Saham Sektor Pertanian. Shock dari Inflasi sebesar 1 standar deviasi mulai periode ketiga, keempat, kelima, keenam, kesembilan, dan sepuluh direspon positif oleh Index Saham Sektor Pertanian antara % %.

26 63 B. Besar Pengaruh Inflasi Terhadap Saham Sektor Perkebunan Period S.E. ISSP KURS INFLASI Inflasi Pada periode awal belum memberikan pengaruh terhadap Saham Sektor Perkebunan. Pada periode kedua Inflasi mulai memberikan pengaruh sebesar %. Namun seiring bertambahnya periode pengaruh Inflasi terhadap Saham Sektor Perkebunan semakin meningkat pengaruhnya, sehingga pada akhir periode Inflasi memberikan pengaruh sebesar %.

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dapat diperoleh dari pasar uang atau bisa juga dari pasar valas.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dapat diperoleh dari pasar uang atau bisa juga dari pasar valas. 38 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Dalam perdagangan internasional kegiatan mengimpor barang dari suatu Negara ke Negara lain yang dilakukan para importir tidak mungkin membayarnya

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 70 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah kota Tebing Tinggi Tahun (juta rupiah)

Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah kota Tebing Tinggi Tahun (juta rupiah) Lampiran I Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2007 (juta rupiah) Tahun Penerimaan Pajak Pengeluaran Pemerintah 1983 150.392 1.627.530 1984 155.699 1.842300 1985 149.670

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI BAHAN AJAR APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI MODEL VAR Pengertian VAR AGUS TRI BASUKI Dosen Fakultas Ekonomi Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Vector Autoregression atau VAR merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perkembangan APBN, (Rp triliun)

Lampiran 1. Perkembangan APBN, (Rp triliun) LAMPIRAN Lampiran 1. Perkembangan APBN, 000 009 (Rp triliun) Uraian 000 001 00 APBN APBN-P Real APBN APBN-P Real APBN APBN-P Real A. Pendapatan Negara dan Hibah 15.9 194.1 05.3 63. 99.9 301.1 301.9 305.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM 1 analisis regresi dengan pendekatan VECM BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI, SE., M.SI MODEL VECM 10. Pengertian VECM VECM (atau Vector Error Correction Model) merupakan metode turunan dari VAR.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Volatilitas Harga Minyak 4.1.1 Deskripsi Data Plot data harga minyak pada bulan Januari 2000 hingga bulan Desember 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hal ini menunjukan

Lebih terperinci

INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA Lianti, T. Mustaqim 1) Elsha Nora 2) 1,2) Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe 3) Alumni Politeknik Negeri Lhokseumawe Abstract:

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t-

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t- BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Unit Root Test Uji akar unit atau disebut juga dengan uji akar stasioner yang digunakan untuk menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif dengan hubungan kausal dimana terdapat variabel bebas dan terikat.dilihat dari data yang diperoleh,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini, sampel yang dijadikan objek penelitian adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dari tahun 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan memiliki tujuan yang pada dasarnya mendapatkan keuntungan demi kelancaran usahanya dan mampu bersaing dalam lingkungan bisnis secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: Mirza.winanda38@gmail.com 2)

Lebih terperinci

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : ibal.2911@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 69 Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 2004-2010 Periode sbdepo Inflasi depo Jan-04 6.27 0.57 426.424 Feb-04 5.99-0.02 409.204 Mar-04 5.86 0.36 401.686 Apr-04

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah indeks harga saham gabungan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah indeks harga saham gabungan BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah indeks harga saham gabungan (JSX dan IDX), indeks Dow Jones (DJIA), indeks FTSE (FTSE), indeks

Lebih terperinci

BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI, SE., M.SI MODEL VAR

BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI, SE., M.SI MODEL VAR 1 regresi model VAR BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI, SE., M.SI MODEL VAR 9.1 Pengertian VAR Vector Autoregression atau VAR merupakan salah satu metode time series yang sering digunakan dalam penelitian,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dilakukan pengujian terhadap data yang meliputi pemilihan model dengan membandingkan antara model linear dan model logarima, pengujian kausalitas,

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS EKONOMI LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE DOI: /medstat

KAJIAN AKTIVITAS EKONOMI LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE DOI: /medstat p-issn 1979 3693 e-issn 2477 0647 MEDIA STATISTIKA 9(2) 2016: 119-132 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/media_statistika KAJIAN AKTIVITAS EKONOMI LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif mewakili seluruh contoh populasi dalam penelitian. Hal ini menjelaskan mengenai kecenderungan data tengah dan pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ANALISIS Pengujian vektor autoregresi pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi perangkat lunak Eviews versi 6 yang dikembangkan dan didistribusikan oleh Quantitative

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan industri asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2010-2013.

Lebih terperinci

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Energi XYZ Semula pengusahaan gas XYZ di Indonesia adalah perusahaan gas swasta Belanda yang berdiri pada tahun 1859. Pada

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif 4.1.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Produksi padi Indonesia meskipun mengalami fluktuasi namun masih menunjukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kuantitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Stasioneritas Dalam meneliti data time series, yang pertama harus dilakukan adalah dengan menggunakan uji stasioneritas. Uji stasioneritas yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kelayakan Data 4.1.1 Uji Stasioner Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series stasioner (tidak ada akar akar unit) atau tidak

Lebih terperinci

X t =? 0 +? 1 X t-1 +? t

X t =? 0 +? 1 X t-1 +? t BOX : Dampak Kebijakan Bank Indonesia Berupa Penurunan BI Rate/Suku bunga SBI Terhadap Suku Bunga Dana dan Kredit Menggunakan Metode Vector Auto Regression (VAR) Penurunan suku bunga SBI hingga ke level

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pola sejumlah data, kemudian menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pola sejumlah data, kemudian menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif, yaitu menggunakan metode numerik dan grafis untuk mengenali pola sejumlah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam pencarian metode peramalan terbaik, diperlukan berbagai informasi relevan sebagai data penunjang untuk pasar kue. Peramalan pasar kue dapat dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI 3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Mercu Buana dengan data yang diambil adalah harga penutupan dari tahun 2009-2015, untuk

Lebih terperinci

BULAN

BULAN LAMPIRAN I Data Inflasi Bulanan Provinsi Sumatera Utara Menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Utara Periode Januari 2002 - Desember 2013 TAHUN 2002 2003 2004 2005 2006 2007 BULAN JANUARI

Lebih terperinci

ANALISIS VECTOR AUTOREGRESION (VAR) TERHADAP INTERRELATIONSHIP ANTARA IPM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA

ANALISIS VECTOR AUTOREGRESION (VAR) TERHADAP INTERRELATIONSHIP ANTARA IPM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA ANALISIS VECTOR AUTOREGRESION (VAR) TERHADAP INTERRELATIONSHIP ANTARA IPM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA MASTA SEMBIRING Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Perkembangan BEI dan perusahaan Manufaktur Sejarah Bursa Efek Indonesia yang didirikan oleh pemerintah Belanda di mulai sejak tahun 1912 namun kemudian

Lebih terperinci

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 15, NO. 1, FEB 2016 ISSN

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 15, NO. 1, FEB 2016 ISSN ANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA DENGAN METODE PENDEKATAN VECTOR AUTOREGRESSION Muhammad Nasir 1, Fakriah 2, Ayuwandirah 3 1,2) Dosen Jurusan Tata Niaga Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci