KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract"

Transkripsi

1 KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Abstract This study aimed to test the causality of inflation and exchange rate. Both of these variables will be tested reciprocal relationship, whether it's inflation on the exchange rate, and the rate of inflation. This study includes all the data of inflation and the exchange rate in Indonesia from 2005 until 2015 for observational data. The data is in the form of monthly data, amounting respectively 132 inflation data and 132 exchange data. Methods of data analysis used in this study is the VAR model, which consists of a unit root test, optimal lag test, granger test, test and test FEVD IRF. The results of this study found that, during the observation period 2005 until 2015, inflation and exchange rate does not have a causal relationship between the two. This is because a causal relationship between these variables is predominantly influenced by other variables outside the research such non-economic factors, politics, legal and social culture. Keywords: Inflation, Exchange Rate. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji kausalitas inflasi dan kurs. Kedua variabel tersebut akan diuji hubungan timbal baliknya, baik itu inflasi terhadap kurs, maupun kurs terhadap inflasi. Penelitian ini memasukan semua data inflasi dan kurs di Indonesia pada periode 2005 s.d 2015 sebagai data pengamatan. Data tersebut yaitu berupa data bulanan yang berjumlah masingmasing 132 data inflasi dan 132 data kurs. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model VAR, yang terdiri dari uji unit root, uji lag optimal, uji granger, uji IRF dan uji FEVD. Hasil penelitian ini menemukan bahwa, selama periode pengamatan tahun 2005 s.d 2015, inflasi dan kurs tidak memiliki hubungan kausalitas antar keduanya. Hal ini karena hubungan kausalitas antara variabel tersebut lebih dominan dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini, seperti faktor non ekonomi, politik, hukum dan sosial budaya. Kata kunci: Inflasi, Kurs. PENDAHULUAN Perdagangan internasional merupakan kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Perdagangan ini akan melibatkan mata uang dalam negeri dan mata uang asing. Mata uang pembayaran yang telah disepakati merupakan nilai konversi dari setiap mata uang. Kegiatan ini atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa individu dengan individu, maupun individu dengan pemerintah suatu negara. Selain itu dapat juga antara pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Kegiataan perdagangan internasional ini tidak lain ingin mendapatkan keuntungan atas transaksi perdagangan yang 106

2 selanjutnya akan berdampak terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik. Perdagangan internasionalpun turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Kurs merupakan salah satu harga yang penting dalam perekonomian terbuka karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar.nilai kurs dan inflasi tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam Rupiah Sumber: Bank Indonesia (2016) diolah. Gambar 1. Data Kurs di Indonesia Tahun 2005 s.d 2015 Berdasarkan Gambar 1, telihat fluktuasi nilai rata-rata per tahun kurs USD terhadap IDR selama tahun 2005 s.d Kurs terendah terjadi tahun 2011 sebesar Rp Nilai ini menunjukan bahwa nilai tukar Dollar Amerika serikat terhadap Rupiah (USD/IDR) mengalami penurunan, atau dengan kata lain nilai tukar Rupiah mengalami penguatan. Kurs tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar Rp Nilai ini menunjukan bahwa nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (USD/IDR) mengalami peningkatan, atau dengan kata lain nilai tukar Rupiah mengalami penurunan. Secara umum dapat diamati bahwa selama tahun 2005 s.d 2015 nilai tukar USD terhadap IDR selalu mengalami fluktuasi. Naik turunnya kurs ini tidak terlepas dari faktor inflasi yang terjadi di suatu negara tersebut. Mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca perdagangan, transaksi berjalan maupun bagi variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil. Ketidakstabilan nilai tukar ini berpotensi dipengaruhi oleh inflasi. Inflasi merupakan meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (Budiyanto, 2009). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Inflasi di Indoensia dapat dilihat secara ringkas pada Gambar 2. Dalam % Sumber: Bank Indonesia (2016) diolah. 107

3 Gambar 2. Data Inflasi di Indonesia Tahun 2005 s.d Berdasarkan Gambar 2, terlihat fluktuatif nilai rata-rata per tahun inflasi di Indoensia periode 2005 s.d Nilai tertinggi inflasi terjadi pada tahun 2006, sebesar 13,33%. Sedangkan nilai terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 4,28%. Meningkatnya inflasi menunjukan bahwa pertumbuhan perekonomian dari suatu negara sedang dalam kondisi yang sehat atau buruk. Akan tetapi, inflasi yang tinggi dalam jangka panjang tidak akan bagus untuk suatu negara. Hal ini akan memberikan dampak yang buruk di sektor perekonomian suatu negara. Budiyanto (2009) dan Muhammadinah (2011), juga berpendapat tentang kaitan inflasi terhadap kurs. Melalui hasil penelitiannya, mereka menyatakan bahwa inflasi berpengaruh terhadap kurs. Fluktuasi nilai inflasi baik kenaikan atau penurunannya akan mempengaruhi terhadap nilai kurs. Inflasi mempunyai hubungan dengan kurs. TINJAUAN PUSTAKA Inflasi dan Kurs Inflasi merupakan kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Berdasarkan beberapa sumber pengertian tentang pengertian inflasi, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa inflasi merupakan kenaikan harga secara terus menurus dalam jangka waktu tertentu (Budiyanto, 2009). Kurs merupakan salah satu harga yang penting dalam perekonomian terbuka karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Oleh karena itu jika meningkatnya inflasi maka akan memberikan dampak yang negatif, seperti harga barang dalam negeri yang relatif lebih mahal dari barang luar negeri. Hal ini cenderung akan memperlihatkan bahwa harga barang-barang lebih mahal. Harga yang mahal inilah yang menyebabkan naiknya nilai tukar kurs terhadap mata uang lainnya. Kondisi ini yang menyebabkan masyarakat melakukan penyebaran uang beredar lebih banyak di pasar. Hal tersebut juga mempengaruhi terhadap melemahnya nilai tukar akibat dari naiknya harga-harga barang. Oleh karena itu fluktuasi kurs sangat besar dipengaruhi oleh faktor kenaikan harga-harga barang di pasar (Muhammadinah, 2011). Hubungan Inflasi dan Kurs Inflasi mempunyai hubungan kausalitas dengan kurs. Hal ini dapat dilihat pada peranan inflasi terhadap kurs dan sebaliknya. Pada awalnya, meningkatnya inflasi menunjukan bahwa pertumbuhan perekonomian dari suatu negara sedang dalam kondisi yang sehat atau buruk. Akan tetapi, inflasi yang tinggi dalam jangka panjang tidak akan bagus untuk suatu negara. Hal ini akan memberikan dampak yang buruk disektor perekonomian suatu negara. Meningkatnya inflasi memberikan dampak yang positif, seperti harga barang dalam negeri yang relatif lebih mahal dari barang luar negeri. Hal ini cenderung akan memperlihatkan bahwa harga barang impor lebih murah dan barang dalam negeri mahal. Harga yang mahal inilah yang menyebabkan turunnya daya saing barang dalam negeri dengan barang impor. Kondisi ini yang menyebabkan masyarakat lebih memilih membeli barang impor. Hal tersebut juga mempengaruhi daya saing barang domestik dalam negeri di pasar international karena pertimbangan dari harga dan kualitas. Faktor tersebut juga berdampak pada nilai ekspor dan naiknya nilai impor. Dengan kata lain, meningkatnya harga yang juga salah satu faktor kenaikan tingkat 108

4 inflasi cenderung membuat turunnya nilai mata uang dalam negeri dan juga membuat menurunnya daya saing barang dan jasa di dalam negeri maupun di pasa luar negeri. Oleh karena itu semakin tingginya inflasi, maka semakin rendah kurs mata uang. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat pengujian hipotesis, yaitu menguji hubungan kausalitas inflasi dan kurs. Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada pengujian hubungan kausalitas kedua variabel tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. berupa nilai nilai bulanan inflasi dan kurs selama periode pengamatan tahun 2005 s.d Data tersebut diperoleh dengan mengunduh (download) langsung berupa data time series dari situs (website) resmi BI, yaitu di Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model Vector Autoregressive (VAR) untuk melihat apakah ada hubungan kausalitas antara variabel inflasi dan kurs. Namun sebelum membentuk model VAR, ada beberapa langkah pengujian yang harus dilakukan. Menurut Widarjono (2007:345), langkah pertama pembentukan model VAR adalah uji stasioner data. Jika data telah di tingkat level, maka model yang digunakan adalah model VAR biasa. Selanjutnya baru digunakan uji unit root test, penentuan lag optimal, uji kausalitas granger. Inflasi dalam penelitian ini berpedoman pada ukuran yang diungkapkan oleh BPS (2016) melalui situs resminya di Atau dengan kata lain, inflasi dalam penelitian ini diukur dari IHK, dengan rumus: Keterangan: IHK : Indeks Harga Konsumen Pn : Harga sekarang P0 : Harga pada tahun Dasar Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kewal (2012), maka kurs dalam penelitian ini adalah kurs tengah BI, yaitu penambahan nilai jual dan nilai beli, kemudian dibagi dua. Atau dengan formulasi sebagai berikut: HASIL PEMBAHASAN Pergerakan Inflasi Pergerakan inflasi dapat dilihat pada Gambar 3. Nilai tertinggi inflasi terjadi pada tahun 2006, sebesar 13,33 persen. Hal ini dikarenakan oleh ketika pemerintah memutuskan untuk mengurangi subsidi bahan bakar secara besar-besaran di akhir tahun 2005 dengan menaikan harga bahan bakar bersubsidi lebih dari dua kali lipatnya. Dengan tingginya harga minyak internasional, tindakan ini menyebabkan tingkat inflasi meningkat di tahun Sedangkan nilai terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 4,28 persen. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi membaik pasca kurs global. Pada awal tahun 2012 kenaikan inflasi disebabkan karena kenaikan harga-harga pokok. Akhirnya, pada Juni 2013, premium dinaikkan 44 persen menjadi Rp 6.500,- dan solar sebesar 22 persen menjadi Rp 5.500,- per liter karena subsidi bahan bakar yang besar mengancam untuk mendorong defisit APBN melewati level 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, inflasi meningkat menjadi 8,4 persen pada pada

5 Dalam % Sumber: Bank Indonesia (2016) diolah. Gambar 2. Data Inflasi di Indonesia Tahun 2005 s.d Pergerakan Kurs Pergerakan nilai kurs, dapat dilihat pada Gambar 4. Kurs terendah terjadi tahun 2011 sebesar Rp.8.776, menunjukan nilai tukar Dollar Amerika serikat terhadap Rupiah (USD/IDR) mengalami penurunan, atau dengan kata lain nilai tukar Rupiah mengalami penguatan. Dalam Rupiah Sumber: Bank Indonesia (2016) diolah. Gambar 1. Data Kurs di Indonesia Tahun 2005 s.d 2015 Kurs tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar Rp Nilai ini menunjukan bahwa nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (USD/IDR) mengalami peningkatan, atau dengan kata lain nilai tukar Rupiah mengalami penurunan. Kondisi ini jika terjadi berkepanjangan maka akan mengandung risiko. Istilah untuk keadaan ini disebut devaluasi, yaitu menurunnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Analisis dan Pembahasan Model VAR Uji Unit Root Test Hasil uji menggunakan uji unit root (Tabel 1) menggunakan Phillps-Perron test menunjukkan bahwa inflasi (INF) dan nilai tukar (ER) telah stasioner pada tingkat first difference, dimana nilai statistik dari kedua variabel tersebut lebih kecil dari nilai kritis 5 persen. sehingga menolak H0 dan menerima H1. 110

6 Tabel 1. Hasil Uji Unit Root Menggunakan Phillips-Perron Test Variabel Nilai statistik Nilai Kritis 5% Kesimpulan INF -9,14-2,88 Menolak H0 ER -8,82-2,88 Menolak H0 Sumber: Hasil Uji Akar Unit menggunakan EViews, 2016 (diolah) Uji Lag Optimal Uji Lag Information Criteria, didapatkan bahwa lag yang optimal adalah pemilihan lag yang terkecil dan paling banyak bintang (*) pada tabel tersebut yaitu sebesar 2. Pemilihan lag 2 dimaksudkan agar semua informasi dapat dimasukkan ke dalam model analisis. Selain itu, jumlah sampel yang relatif panjang masih sangat memungkinkan untuk menggunakan lag 2. Secara ringkas, hasil uji Lag Optimal dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Lag Information Criteria Lag LogL LR FPE AIC SC HQ NA * * * * * Sumber: Lag Information Criteria menggunakan EViews dengan analisis VAR, 2016 (diolah). Uji Kausalitas Granger Secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Kausalitas Granger yang Diolah Menggunakan Eviews, 2016 Uji F-statistik Probabilitas 5% - 10% INF à ER 0, ,7887 ER à INF 1, ,3024 Sumber Lag 2 : Hasil Uji Kausalitas Granger menggunakan EViews, 2016 Nilai probabilitas inflasi terhadap kurs sebesar 0,7887. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat probabilitas (0,7 > 0,05 s.d 0,1). Begitu juga kurs terhadap inflasi yang memiliki nilai probabilitas sebesar 0,3024. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat probabilitas (0,3024 > 0,05 s.d 0,1). Oleh karena itu, maka hasil uji tersebut menerima H0, yaitu tidak ada hubungan kausalitas antar kedua variabel inflasi dengan kurs. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa, tingkat inflasi tidak ada hubungan dengan kurs 111

7 karena selama periode pengamatan yaitu tahun 2005 s.d 2015 nilai inflasi di Indonesia relatif tidak dapat mengkoordinir nilai kurs. Pergerakan nilai kurs sangat dominan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dari penelitian ini. Faktor tersebut seperti faktor non ekonomi yang berupa faktor politik dan faktor hukum, dan sosial budaya (Noor, 2011). Faktor politik juga mempunyai peranan yang besar seperti otoritas pemerintah yang menerapkan tingkat suku bunga, kebijakan ekspor dan impor. Begitu juga terkait dengan kebijakan lainya, sehingga dapat mempengaruhi kurs mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika. Selain itu, peranan kebijakan fiskal juga mempengaruhi kurs, kebijakan tersebut seperti bertambahnya hutang luar negeri dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) Hasil IRF akan menjelaskan dampak dari guncangan pada satu variabel terhadap variabel lain, dimana dalam analisis dapat melihat respon dinamika jangka panjang setiap variabel apabila ada inovasi (shock) tertentu. Pengaruh variabel bisa positif ataupun negatif. Hasil uji IRF secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4. Hasil Uji Impulse Respons Function Inflasi terhadap Kurs Response of INFLASI: Period INFLASI KURS Sumber: Hasil Uji IRF menggunakan EViews, 2015 (diolah) Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa, kurs mulai direspon oleh inflasi pada periode kedua, yaitu positif sebesar 0,118679, berlangsung sampai dengan periode keenam. Hal ini menunjukan bahwa kurs direspon oleh inflasi dalam jangka pendek. Selanjutnya, kurs juga direspon oleh inflasi pada periode ke tujuh, namun arahnya negatif. Hal ini menunjukan bahwa, kurs juga direspon oleh inflasi dalam jangka pendek. Tabel 5. Hasil Uji Impulse Respons Function Kurs terhadap Inflasi Response of KURS: Period INFLASI KURS Sumber: Hasil Uji IRF menggunakan EViews, 2015 (diolah) Berdasarkan Tabel 5 terlihat sebaliknya bahwa, inflasi mulai direspon oleh kurs pada 112

8 periode pertama, yaitu positif sebesar 6, Kemudian berlangsung sampai dengan periode kesepuluh. Hal ini menunjukan inflasi direspon oleh kurs dalam jangka panjang. Hasil IRF dalam bentuk gambar terdiri dari hasil uji IRF inflasi terhadap kurs, dan kurs terhadap inflasi. a. Hasil Uji Impulse Respons Function Inflasi (INF) terhadap Kurs (ER) Sumber: Hasil IRF menggunakan EViews, 2016 (diolah) Gambar 5. Respon Inflasi terhadap Kurs Pembahasan IRF hanya difokuskan kepada kausalitas antara variabel inflasi dan kurs. Berdasarkan Gambar 5, inflasi merespon shock kurs secara positif pada periode ke 6. Namun setelah periode ke 6 justru terlihat merespon negatif. Terlihat dalam jangka pendek inflasi merespon perubahan kurs yaitu pada ke 6. Hal ini menandakan bahwa kurs direspon oleh variabel inflasi dalam jangka pendek. Perubahan kurs akan diikuti oleh perubahan inflasi dalam jangka pendek. b. Hasil Uji Impulse Respons Function Kurs (ER) terhadap Inflasi (INF) Sumber: Hasil IRF menggunakan Eviews, 2015(diolah) Gambar 6. Respon Kurs terhadap Inflasi Berdasarkan Gambar 6 memperlihatkan bahwa kurs merespon shock variabel inflasi secara positif dalam jangka panjang, yaitu di mana respon tersebut terjadi pada periode awal sampai perode selanjutnya, atau kemudian tidak menurun hingga periode selanjutnya. Hal ini berarti perubahan inflasi direspon dan di ikuti oleh perubahan kurs dalam jangka panjang. Dari hasil IRF dapat disimpulkan bahwa inflasi dan kurs akan saling merespon dalam jangka pendek. Hasil Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) FEVD dalam model VAR bertujuan untuk menganalisis seberapa besar guncangan sebuah variabel dalam mempengaruhi variabel yang lain. Dengan kata lain forecast error variance decomposition digunakan untuk mengetahui variabel mana yang paling berperan 113

9 penting dalam menjelaskan shock suatu variabel. a. Hasil uji FEVD inflasi Hasil uji FEVD inflasi secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Forecast Error Variance Decomposition Inflasi FEVD Period dinf der Sumber: Hasil Uji FEVD inflasi menggunakan Eviews, Berdasarkan Tabel 6, terlihat pada periode pertama kurs belum dipengaruhi oleh shock inflasi. Tetapi pada periode kedua, kurs mulai dipengaruhi oleh inflasi dengan nilai Nilai tersebut akibat dampak inflasi yang menurun. Kondisi yang sama terjadi pada periode kedua dan ketiga, yaitu kurs masih dipengaruhi oleh inflasi dengan nilai masing-masing 0, dan 0, Kedua nilai kurs ini terjadi akibat penurunan inflasi pada periode kedua dan tiga. Sebaliknya, pada periode kelima s.d ketujuh kurs mengalami penurunan akibat dipengaruhi oleh inflasi yang meningkat juga pada periode kelima s.d ketujuh. Pada periode kedelapan s.d kesepuluh kurs kembali kondisinya seperti periode kedua s.d keempat. Jadi kesimpulannya, setiap tiga periode kurs mengalami peningkatan yang disebabkan oleh tiga periode penuruan inflasi. Sebaliknya, setiap tiga periode penurunan kurs, yaitu akibat dari peningkatan tiga periode inflasi. b. Hasil Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Kurs (ER) Tabel 7. Hasil Forecast Error Variance Decomposition Kurs (ER) Period der FEVD dinf

10 Sumber: Hasil Uji FEVD Kurs dengan EViews, Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa nilai inflasi mengalami peningkatan dari periode pertama s.d periode kelima yaitu sebesar 0, s.d 0, Peningkatan tersebut disebabkan oleh penurunan nilai kurs dari periode yang sama yaitu periode pertama s.d periode kelima. Sebaliknya nilai inflasi mengalami penurunan dari periode keenam s.d periode kesepuluh yaitu sebesar 0, s.d 0, Penurunan nilai tersebut disebabkan oleh peningkatan nilai kurs dari periode yang sama yaitu periode keenam s.d periode kesepuluh. Jadi dapat disimpulkan bahwa, lima periode berturut-turut shock inflasi mengalami peningkatan diakibatkan oleh penurunan lima periode kurs. Begitu juga sebaliknya, lima periode berturut-turut shock inflasi mengalami penurunan, akibat peningkatan lima periode kurs. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uji Granger Causality Test terhadap kedua variabel yaitu inflasi dan kurs menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan kausalitas antar kedua varaiabel selama periode 2005 s.d Hal ini karena banyak faktor lain yang mempengaruhi kurs dan inflasi baik itu variabel ekonomi maupun non ekonomi. Meningkatnya inflasi akan memperlemah kurs dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang kurs akan kembali menguat (stabil). Melemahnya kurs dalam jangka pendek maupun pada periode seterusnya akan menyebabkan meningkatnya inflasi. Kurs dan inflasi akan saling mempengaruhi dalam jangka pendek dan akan semakin kuat pengaruhnya dalam jangka panjang. Saran Beberapa saran yang penulis berikan yaitu: 1) Walaupun tidak terdapat hubungan kausalitas secara langsung antara kurs dan inflasi, namun kedua variabel ini akan saling mempengaruhi dalam jangka pendek dan semakin kuat pengaruhnya dalam jangka panjang, sehingga kebijakan untuk stabilitas inflasi dan kurs sengat penting. 2) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bisa menambah periode pengamatan sehingga lebih mencerminkan keadaan jangka panjang, dan membandingkan penelitian sekarang ini dengan memasukkan variabel lainnya untuk penelitian yang ingin diteliti sehingga mendapatkan hasil penelitian yang baru. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2016). Dipetik Februari Selasa, 2016, dari Bank Indonesia. (2016). Dipetik Februari Selasa, 2016, dari Budiyanto, A. (2009). Analisa Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Nilai Tukar 115

11 Rupiah - US Dollar Tahun Esiensi, Muhammadinah. (2011). Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah atas Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (Jenius), Noor, Z. Z. (2011). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Tukar. Trikonomika,

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : ibal.2911@gmail.com

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

PENGARUH BI RATE, THE FED RATE,

PENGARUH BI RATE, THE FED RATE, PENGARUH BI RATE, THE FED RATE, DAN KURS TERHADAP KESEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Ratna Mutia Dewi 1* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017:

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: ANALISIS HUBUNGAN VARIABEL MAKRO DENGAN PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA DI PERBANKAN UMUM Danil Maulana 1*, Fakhruddin 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi 112 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi pergerakan atau fluktuasi nilai tukar, seperti sukubunga dunia, industrial production

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu (timeseries) bulanan dari periode 2008:04 2013:12 yang diperoleh dari laporan Bank

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Kesimpulan yang di dapatkan dari hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil dari tiga tahapan pengujian yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Pengolahan Data Pada bab ini akan dibahas mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang akan dilakukan. Data yang telah didapatkan akan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika, merupakan salah satu gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh

Lebih terperinci

IJBE: Integrated Journal of Business and Economics e-issn:

IJBE: Integrated Journal of Business and Economics e-issn: IJBE: Integrated Journal of Business and Economics Model Vector Auto Regression (VAR) and Vector Error Correction Model (VECM) Approach for Inflation Relations Analysis, Gross Regional Domestic Product

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kuantitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan base

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan base 130 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat terkait dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua kebijakan tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia untuk suatu negara dalam otoritas moneter yang digunakan untuk menutupi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

PERAMALAN LAJU INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN LAJU INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) PERAMALAN LAJU INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) SKRIPSI Disusun Oleh : Fitrian Fariz Ichsandi 24010210141024 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berkembangnya proses globalisasi, dimana seperti tidak adanya batas antar negara di dunia serta nampaknya setiap negara menjadi terintegrasi, maka kegiatan atau

Lebih terperinci

Perkembangan M1 dan M2

Perkembangan M1 dan M2 2011 Juni Des Maret Sept 2013 Juni Des Maret Sept 2015 Juni Des Maret Sept dalam miliar rupiah 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pergerakan Permintaan Uang di Indonesia Dalam melihat pergerakan permintaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE Disusun Oleh : NURING TYAS KUSUMO WARDANI B

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE Disusun Oleh : NURING TYAS KUSUMO WARDANI B ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE 2015.7-2017.12 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PERIODE

ANALISIS DETERMINASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PERIODE ANALISIS DETERMINASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PERIODE 3-214 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Virda Oktalara Rosalina 1152471115 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian Indonesia secara dinamis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu indikator yang menunjukan bahwa perekonomian sebuah negara lebih baik dari negara lain adalah melihat nilai tukar atau kurs mata uang negara tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12.

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12. BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan menganalisis mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005:07 2014:12. Empat sistem persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1. Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia Laju inflasi tahunan Indonesia selama kurun waktu 2000 hingga 2011 masih menunjukkan fluktuasi seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework 63 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework (BMTF) periode

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 6 (1) (2017) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj ANALISIS PENGARUH VOLATILITAS CAPITAL INFLOW DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH

Lebih terperinci