HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector
|
|
- Widyawati Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM). Namun sebelumnya diperlukan langkahlangkah uji atau tahapan untuk melakukan estimasi yaitu: uji akar unit, uji lag optimal, uji stabilitas VAR, dan uji kointegrasi. Selain itu tahap terakhir adalah melakukan estimasi-estimasi yang menyertai metode VAR dan VECM, yaitu uji kausalitas, fungsi respon terhadap shock (Impuls Respon Function/IRF), dan dekomposisi varian (Forecast Error Variance Decomposition/FEVD) Uji Akar Unit (Unit Root Test) Data time series sering menimbulkan masalah dalam analisisnya, terutama masalah ketidakstasioneran data. Uji kestasioneran data merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya akar unit (unit root) yang terkandung diantara variabel sehingga hubungan antar variabel menjadi valid. Uji ini dilakukan agar hasil regresi yang dilakukan tidak menghasilkan regresi palsu (spurious regression). Spurious regression adalah regresi yang menggambarkan hubungan dua variabel atau lebih yang nampak signifikan secara statistik padahal kenyataannya tidak. Regresi bersifat spurious biasanya memiliki R 2 yang tinggi dan t-statistik yang terlihat signifikan, akan tetapi hasilnya tidak dapat diinterpretasikan secara ekonomi. Penelitian ini menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) untuk menguji stasioneritas data. Dalam tes ADF, jika nilai ADF lebih kecil dari Mc
2 53 Kinnon Critical Value maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut stasioner. Jika data berdasarkan uji ADF tidak stasioner maka solusinya adalah dengan proses diferensiasi. Uji akar unit setiap variabel dalam model penelitian didasarkan pada ADF test pada tingkat level. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Uji Akar Unit Pada Tingkat Level Variabel Nilai ADF Nilai Kritis Mc Kinnon 1% 5% 10% Keterangan Nilai Tukar Riil Tidak Stasioner Capital Inflow Tidak Stasioner Inflasi Stasioner GDP Tidak Stasioner Suku Bunga Stasioner Trade Opennes Stasioner Sumber : Lampiran 1, data diolah Berdasarkan hasil pengujian akar unit pada tingkat level dapat diketahui bahwa dengan menggunakan taraf nyata lima persen terdapat tiga variabel yang stasioner yaitu inflasi, suku bunga, dan trade openness. Untuk variabel yang tidak stasioner perlu dilakukan uji kestasioneran data pada tingkat first difference. Data yang tidak stasioner akan menghasilkan regresi palsu atau lancung (spurious regression). Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa seluruh variabel stasioner pada tingkat first difference karena nilai ADF test statistic variabelvariabel itu secara aktual lebih kecil dari nilai kritis Mac Kinnon. Hasil uji akar unit selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
3 54 Tabel 4.2. Uji Akar Unit pada Tingkat First Difference Variabel Nilai ADF Nilai Kritis Mc Kinnon 1% 5% 10% Keterangan Nilai Tukar Riil Stasioner Capital Inflow Stasioner Inflasi Stasioner GDP Stasioner Suku Bunga Stasioner Trade Opennes Stasioner Sumber : Lampiran 1, data diolah Hasil pengujian akar unit pada tingkat first difference menunjukkan bahwa semua variabel sudah stasioner. Seluruh variabel yang akan diestimasi dalam penelitian ini terintegrasi pada derajat pertama I(1). Hal itu dapat diketahui karena nilai ADF lebih kecil dari nilai kritis Mc Kinnon Uji Lag Optimal Dalam estimasi model VAR, penentuan lag optimum merupakan tahap yang penting karena variabel independen yang digunakan adalah lag dari variabel dependen dan juga variabel independennya. Hal ini penting karena berkaitan dengan keakuratan informasi yang akan dihasilkan oleh estimasi model VAR. Pengujian panjang lag yang optimal dapat memanfaatkan beberapa informasi yaitu dengan menggunakan Akaike Information Criteria (AIC), Schwarz Information Criterion (SIC) dan Hannan-Quin criterion (HQ) yang terkecil atau minimum. Tabel 4.3. memperlihatkan hasil tingkat lag optimal berdasarkan berbagai kriteria. Hasilnya menunjukkan bahwa lag optimal untuk variabelvariabel yang ingin diestimasi adalah satu.
4 55 Tabel 4.3. Uji Optimum Lag LR FPE AIC SC HQ NA * * * * * Sumber : Lampiran 2, data diolah 4.3. Uji Stabilitas VAR Pengujian stabilitas VAR perlu dilakukan sebelum melakukan analisis lebih jauh. Hal ini dikarenakan apabila didapatkan model VAR yang tidak stabil maka analisis Impulse Response Function dan Variance Decomposition menjadi tidak valid. Untuk menguji stabil atau tidaknya estimasi VAR yang telah dibentuk maka dilakukan pengecekan kondisi VAR stability berupa roots of characteristic polynomial. Persamaan VAR dapat dikatakan stabil jika modulus dari seluruh roots of characteristic polynomial lebih kecil dari satu. Berikut hasil pengujian stabilitas model VAR dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Hasil Uji Stabilitas Model VAR Root Modulus i i i i Sumber : Lampiran 3, data diolah Dari Tabel 4.4. terlihat bahwa nilai akar karakteristik atau modulus semuanya menunjukkan angka kurang dari satu. Sehingga berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.4. dapat disimpulkan bahwa model VAR telah stabil.
5 Uji Kointegrasi Tahap uji kointegrasi yang dilakukan berguna untuk mengetahui apakah variabel yang tidak stasioner terkointegrasi atau tidak. Pengujian kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang antar variabel yang telah memenuhi persyaratan selama proses integrasi yaitu dimana semua variabel telah stationer pada derajat yang sama yaitu derajat satu I(1). Salah satu cara untuk menguji kointegrasi yaitu dengan menggunakan tes kointegrasi Johansen. Uji kointegrasi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Johansen dengan membandingkan antara trace statistic dengan critical value yang digunakan, yaitu lima persen. Jika trace statistic lebih besar dari critical value 5%, maka terdapat kointegrasi dalam sistem persamaan tersebut. Hasil uji kointegrasi berdasarkan trace test dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Hasil Uji Kointegrasi H0 R=0 R<=1 R<=2 R<=3 R<=4 R<=5 H1 R>=1 R>=2 R>=3 R>=4 R>=5 R>=6 Trace Statistic Nilai Kritis 5% Sumber : Lampiran 4, data diolah Hasil tes kointegrasi Johansen dengan menggunakan taraf nyata sebesar lima persen, menunjukkan terdapat empat persamaan yang terkointegrasi. Hal itu dapat diketahui karena nilai trace statistic lebih besar dari pada nilai kritis lima persen. Model yang akan digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM) karena terdapat persamaan yang terkointegrasi.
6 Uji Kausalitas Granger Uji kausalitas Granger dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat (kausalitas) di antara variabel-variabel yang ada dalam model (Firdaus, 2011). Uji kausalitas pada penelitian ini menggunakan VAR Pairwise Granger Causality Test dan menggunakan taraf nyata 5 persen. Hipotesis awal atau Ho yang diuji adalah tidak adanya hubungan kausalitas, sedangkan hipotesis alternatifnya atau H1 adalah adanya hubungan kausalitas. Untuk menerima atau menolak hipotesis awal atau H o digunakan nilai probability. Jika nilai probability lebih kecil daripada nilai taraf nyata 5 persen, maka kita mempunyai cukup bukti untuk menolak H o dan menyimpulkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel lain tertentu. Hasil dari pengujian kausalitas di dalam model dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Hasil Uji Kausalitas Granger Probabilitas does not Granger Cause Variabel RER CIF INF IR GDP TRADE RER CIF INF IR GDP TRADE Sumber : Lampiran 5, data diolah Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.6. didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan dua arah antara variabel RER dengan variabel INF. Hipotesis nol yang menyatakan bahwa RER tidak mempengaruhi INF ditolak pada tingkat signifikan 10 persen dan hipotesis nol yang menyatakan bahwa INF tidak mempengaruhi RER ditolak pada tingkat signifikan 10 persen. Nilai tukar mempengaruhi inflasi, sebaliknya inflasi juga mempengaruhi nilai tukar.
7 58 Sedangkan sisanya terdapat hubungan yang saling tidak mempengaruhi ataupun satu arah seperti yang ditunjukkan pada Tabel Hasil Penelitian Hasil Estimasi Vector Error Correction Model Hasil estimasi VECM akan didapat hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara nilai tukar riil, capital inflow, inflasi, GDP, suku bunga, dan trade openness. Pada estimasi ini, nilai tukar riil (Ln_RER) merupakan variabel dependen, sedangkan variabel independennya adalah capital inflow (Ln_CIF), inflasi (INF), GDP (Ln_GDP), suku bunga (IR), dan trade openness (TRADE). Hasil estimasi VECM untuk menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Hasil Estimasi VECM Persamaan Nilai Tukar Riil Variabel Koefisien T-Statistik Jangka Pendek CointEq1-0, ,86664* D(RER(-1)) 2, ,44044* D(CIF(-1)) 0, ,00976 D(INFLASI(-1)) -0, * D(GDP(-1)) 1, ,08962 D(IR(-1)) 0, ,27021 D(TRADE(-1)) -0, ,16076 Jangka Panjang Ln_CIF(-1) 0, ,62636* INFLASI(-1) 0, ,00811* Ln_GDP(-1) -0, ,7265* IR(-1) 0, ,3056* TRADE(-1) 0, ,9124* Sumber : Lampiran 6, data diolah Keterangan : Signifikan pada taraf nyata 1%, 5%, dan 10%
8 59 Terdapat dugaan parameter error correction sebesar persen yang secara statistik signifikan maka dinyatakan bahwa terbukti adanya mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjang. Hasil estimasi VECM jangka pendek menunjukkan bahwa variabel nilai tukar riil pada lag pertama berpengaruh positif terhadap nilai tukar riil yang signifikan pada taraf nyata 5 persen sebesar 2, Artinya apabila terjadi kenaikan pada nilai tukar riil (terdepresiasi) sebesar satu persen pada periode sebelumnya, maka akan menyebabkan peningkatan nilai tukar riil (terdepresiasi) sebesar 2,025 persen. Ini berarti bahwa pergerakan nilai tukar riil lebih besar dalam periode - periode sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar riil sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar riil periode sebelumnya. Variabel inflasi pada lag pertama signifikan berpengaruh negatif terhadap nilai tukar riil dalam jangka pendek sebesar -0,0255. Artinya apabila terjadi kenaikan inflasi sebesar satu persen pada periode sebelumnya, maka akan menyebabkan nilai tukar riil terapresiasi sebesar 0,0025 persen. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori International Fisher Effect (IFE) yang menyatakan bahwa kenaikan laju inflasi akan direspon oleh bank sentral dengan meningkatkan suku bunga dimana dengan tingginya suku bunga akan meningkatkan minat investor asing untuk menanamkan modalnya. Sehingga dengan banyaknya modal yang masuk maka akan menyebabkan nilai tukar terapresiasi. Tabel 4.7. juga menunjukkan bahwa dalam jangka panjang terdapat lima variabel yang berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar riil. Variabel capital inflow yang merupakan fokus utama peneltian ini mempunyai pengaruh positif terhadap nilai tukar riil yang signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen
9 60 sebesar 0, Artinya pada jangka panjang, apabila terjadi peningkatan capital inflow sebesar satu persen, maka akan menyebabkan peningkatan nilai tukar riil (depresiasi) sebesar 0, persen. Hal ini berbeda dengan teori hubungan investasi dan nilai tukar dimana kenaikan dalam capital inflow atau investasi asing akan menyebabkan apresiasi nilai tukar riil. Kenaikan pada capital inflow menyebabkan kurva (S-I) bergeser ke kiri karena investasi lebih besar dari tabungan yang berarti mengurangi penawaran mata uang domestik. Persediaan mata uang domestik yang lebih sedikit ini menyebabkan keseimbangan nilai tukar riil meningkat dan mata uang domestik menjadi lebih berharga atau apresiasi. Namun, dari hasil estimasi VECM yang didapat peningkatan capital inflow justru mendepresiasi nilai tukar riil. Hal ini kemungkinan terjadi karena keterbatasan pada data time series, serta pengaruh variabel lain dalam penelitian. Selain itu, ada kemungkinan disebabkan oleh komponen capital inflow di Indonesia terdiri dari FDI yang berorientasi pada impor. Sebagaimana diketahui FDI meliputi investasi ke dalam aset-aset nyata dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang modal, tanah, bahan baku, dan persediaan oleh investor asing dimana investor tersebut terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol penanaman modal tersebut. Apabila pengadaan barang modal tersebut sebagian besar dari impor, maka hal ini justru akan mengakibatkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi. Variabel lain dalam penelitian seperti inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap nilai tukar riil pada jangka panjang yang signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen sebesar 0, Artinya apabila terjadi kenaikan laju inflasi sebesar satu persen, maka akan menyebabkan nilai tukar riil terdepresiasi sebesar
10 61 0, persen. Hasil ini sesuai dengan teori purchasing power parity yang menyatakan bahwa jika inflasi dalam negeri relatif meningkat dari inflasi luar negeri maka akan mengakibatkan harga barang domestik akan semakin mahal dibandingkan harga barang di luar negeri. Hal ini mendorong peningkatan permintaan terhadap barang luar negeri dan akan meningkatkan permintaan valas untuk pembiayaan barang tersebut sehingga dollar menjadi terapresiasi sedangkan nilai tukar rupiah terdepresiasi. GDP mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai tukar riil pada jangka panjang yang signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen sebesar - 0, Artinya apabila terjadi kenaikan GDP sebesar satu persen, maka akan menyebabkan terjadinya penurunan nilai tukar atau apresiasi nilai tukar sebesar 0, persen. Hasil ini sesuai sesuai dengan hipotesis Balassa-Samuelson dimana peningkatan pada GDP menyebabkan apresiasi nilai tukar rupiah. Dapat dijelaskan bahwa kenaikan pada GDP dapat mencirikan keadaan ekonomi Indonesia semakin baik dan menurunnya resiko terhadap kegagalan investasi. Keadaan tersebut menyebabkan adanya respon positif dari investor asing untuk menanamkan modalnya secara langsung di Indonesia. Adanya aliran modal yang masuk tersebut dapat menyebabkan permintaan terhadap rupiah meningkat atau dapat dikatakan nilai tukar rupiah terapresiasi. Suku bunga mempunyai pengaruh positif terhadap nilai tukar riil pada jangka panjang yang signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen sebesar 0, Artinya apabila terjadi kenaikan suku bunga pada lag pertama sebesar satu persen, maka akan menyebabkan peningkatan nilai tukar riil atau nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 0, persen. Hasil ini tidak sesuai dengan
11 62 hipotesis awal dimana terjadinya kenaikan suku bunga, maka akan menyebabkan nilai tukar rupiah terapresiasi. Namun hal ini dapat dijelaskan bahwa ada kemungkinan kenaikan suku bunga luar negeri lebih besar daripada suku bunga di Indonesia. Kenaikan suku bunga juga selain dapat meningkatkan return investasi portofolio, hal tersebut juga dapat menurunkan investasi pada sektor riil. Apabila investasi pada sektor riil mengalami penurunan maka akan menyebabkan tingkat produksi untuk menghasilkan barang ekspor juga menurun. Sehingga keadaan tersebut menyebabkan penawaran terhadap mata uang asing menurun dan dengan kata lain nilai tukar rupiah terdepresiasi. Trade openness mempunyai pengaruh positif terhadap nilai tukar riil pada jangka panjang yang signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen sebesar 0, Artinya apabila terjadi kenaikan trade openness sebesar satu persen, maka akan meningkatkan nilai tukar rill atau nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 0, persen. Hasil penelitian menunjukkan keterbukaan perdagangan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap nilai tukar riil di Indonesia, karena berkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor. Peningkatan keterbukaan perdagangan dapat melalui penurunan tarif atau peningkatan kuota. Tentunya hal ini dalam jangka panjang akan mempengaruhi peningkatan harga dari barangbarang yang bisa di ekspor atau barang tradable sehingga akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi melalui menurunnya neraca perdagangan Impuls Respon Function (IRF) IRF bermanfaat untuk menunjukkan bagaimana respon suatu variabel dari sebuah shock dalam variabel itu sendiri dan variabel endogen lainnya, dimana
12 63 analisis ini tidak hanya dalam waktu pendek tetapi dapat menganalisis untuk beberapa horizon kedepan sebagai infomasi jangka panjang. Sumbu horizontal menunjukkan waktu dalam periode tahun ke depan setelah terjadinya shock, sumbu vertikal menunjukkan besarnya respon atau tingkat laju perubahan shock variabel gangguan dalam variabel endogen. Dalam penelitian ini menganalisis respon nilai tukar riil terhadap guncangan (shock) atau inovasi pada capital inflow dan variabel lainnya (variabel inflasi, GDP, suku bunga, dan trade openness) Respon Nilai Tukar Riil Terhadap Guncangan Capital Inflow Analisis impuls respon (IRF) pada model penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh guncangan capital inflow terhadap nilai tukar riil. Analisis ini penting untuk melihat pengaruh guncangan capital inflow terhadap nilai tukar riil Indonesia. Untuk memudahkan interepretasi, shock pada capital inflow sebesar satu standar deviasi terhadap nilai tukar riil ditunjukkan dalam Gambar 4.1 dalam 50 periode, berikut ini: Response of RER to Cholesky One S.D. CIF Innovation Sumber : Lampiran 7, data diolah Gambar 4.1. Respon Nilai Tukar Riil Terhadap Guncangan Capital Inflow di Indonesia
13 64 Respon nilai tukar riil akibat guncangan sebesar satu standar deviasi capital inflow menyebabkan fluktuasi nilai tukar riil. Pada Gambar 4.1 tersebut terlihat guncangan capital inflow sebesar satu standar deviasi pada priode pertama belum direspon oleh nilai tukar riil, baru pada periode ke-2 dan ke-4 direspon positif dan menyebabkan depresiasi nilai tukar berturut-turut sebesar 0,05 dan 0,02 standar deviasi. Akan tetapi pengaruh guncangan capital inflow juga direspon negatif atau dapat dikatakan terjadi penurunan nilai tukar riil (apresiasi) berturut-turut pada periode ke-3, ke-6, ke-7 sebesar -0,02; -0,009; dan -0,007 standar deviasi. Guncangan capital inflow terhadap nilai tukar riil secara keseluruhan menunjukkan respon yang negatif dengan pergerakan yang stabil pada periode setelah kuartal ke-17 sebesar -0,003 standar deviasi. Hasil IRF menunjukkan bahwa respon nilai tukar riil terhadap shock capital inflow sesuai dengan hipotesis awal, bahwa peningkatan pada capital inflow akan menyebabkan apresiasi nilai tukar rupiah. Berdasarkan teori hubungan investasi dan nilai tukar dimana kenaikan dalam capital inflow menyebabkan kurva (S-I) bergeser ke kiri karena investasi lebih besar dari tabungan yang berarti mengurangi penawaran mata uang domestik. Dengan kata lain, terjadi peningkatan terhadap penawaran mata uang asing di pasar valuta asing sehingga permintaan terhadap rupiah juga mengalami peningkatan dan menyebabkan rupiah mengalami apresiasi Respon Nilai Tukar Riil Terhadap Guncangan Variabel Makroekonomi di Indonesia Hasil IRF yang menggambarkan respon nilai tukar riil dalam lima puluh (50) periode mendatang terhadap pengaruh guncangan variabel makroekonomi
14 65 seperti inflasi, GDP, suku bunga, dan trade openness sebesar satu standar deviasi ditunjukkan dalam Gambar 4.2, berikut ini :.04 Respon RER terhadap Inflasi.04 Respon RER terhadap GDP (a) (b).04 Respon RER terhadap IR.04 Respon RER terhadap Trade (c) (d) Sumber : Lampiran 7, data diolah Gambar 4.2. Respon Nilai Tukar Riil Terhadap Guncangan Variabel Makroekonomi Berdasarkan Gambar 4.2 (a) diatas, shock satu standar deviasi dari inflasi belum direspon oleh nilai tukar riil pada awal periode, hal ini berarti shock inflasi tidak serta merta menyebabkan apresiasi nilai tukar rupiah. Respon negatif terjadi pada periode kedua sebesar -0,122 standar deviasi yang sekaligus menjadi respon negatif tertinggi selama periode pengamatan. Respon positif baru terjadi pada periode ke-3 lalu kemudian mengalami penurunan pada periode ke-4 hingga ke-5. Respon positif tertinggi terjadi pada periode ke-7 sebesar -0,033 standar deviasi
15 66 dan mencapai konvergen pada periode ke-19. Secara umum respon nilai tukar riil terhadap perubahan inflasi adalah negatif. Hasil IRF nilai tukar riil terhadap perubahan laju inflasi yang menunjukkan respon yang negatif, yaitu kenaikan pada inflasi akan menyebabkan nilai tukar rupiah terapresiasi. Kenaikan laju inflasi dengan kondisi seperti ini dapat dikaitkan dengan nilai tukar riil melalui teori International Fisher Effect. Apabila terjadi kenaikkan laju inflasi akan direspon oleh bank sentral dengan meningkatkan suku bunga dimana dengan tingginya suku bunga akan meningkatkan minat investor asing untuk menanamkan modalnya. Sehingga dengan banyaknya modal yang masuk maka akan menyebabkan nilai tukar terapresiasi. Selanjutnya akan diuraikan respon variabel nilai tukar terhadap perubahan GDP. Sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 4.2 (b) nilai tukar riil belum menunjukkan respon diawal periode, baru direspon positif pada periode ke-2 sebesar 0,02 standar deviasi dan mengalami respon yang negatif pada periode ke- 3 hingga ke-4. Respon positif tertinggi pada periode ke-6 sebesar 0,0367 standar deviasi dan terus mengalami fluktuasi hingga kemudian menjadi stabil pada periode ke-17. Hasil IRF nilai tukar riil terhadap perubahan GDP berlawanan dengan hipotesis awal yaitu positif. Menurut hipotesis Balassa-Samuelson, kenaikan pada GDP seharusnya menyebabkan niali tukar terapresiasi. Akan tetapi hasil ini ada kemungkinan apabila terjadi kenaikan GDP atau pertumbuhan pendapatan di suatu negara meningkat maka akan menyebabkan meningkatnya konsumsi atas berbagai macam barang dan jasa. Jika diimbangi peningkatan penawaran
16 67 barang/jasa maka akan memicu impor barang/jasa dari negara lain. Dengan meningkatnya impor barang/jasa maka terjadi kenaikan permintaan mata uang negara eksportir untuk pembiayaan. Sehingga hal tersebut menyebabkan mata uang domestik atau rupiah menjadi terdepresiasi. Variabel suku bunga sebagaimana terlihat pada gambar 4.2 (c) pada periode pertama nilai tukar riil tidak merespon shock yang terjadi. Respon baru ditunjukkan pada periode ke-2 dengan respon negatif sebesar -0,022 standar deviasi dan terus menurun pada periode ke-3 sebesar -0,032 standar deviasi. Pada periode ke-4 mengalami respon yang positif sebesar -0,025 standar deviasi. Respon negatif tertinggi dari perubahan suku bunga terjadi pada periode ke-5 yaitu sebesar -0,034 standar deviasi. Respon nilai tukar riil mengalami fluktuasi hingga mencapai kondisi stabil yang terjadi pada periode ke-15. Hasil IRF nilai tukar riil terhadap shock suku bunga sesuai dengan hipotesis awal yaitu negatif. Peningkatan suku bunga oleh bank sentral akan meningkatkan ketertarikan investor asing untuk menanamkan modalnya. Hal ini berarti semakin banyaknya modal asing yang masuk, maka terjadi peningkatan permintaan terhadap rupiah sehingga menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami apresiasi. Bahasan selanjutnya adalah respon nilai tukar riil terhadap guncangan satu standar deviasi pada variabel trade openness. Pada Gambar 4.2 (d) terlihat bahwa pada periode pertama belum ada respon nilai tukar riil, respon baru terjadi pada periode ke-2 dan periode ke-3 yaitu respon positif sebesar 0,024 dan 0,029 standar deviasi. Pada periode ke-4 respon berbalik menjadi negatif dan kembali di respon positif pada periode ke-5. Kondisi stabil terjadi pada periode ke-19 dan secara keseluruhan menunjukkan respon yang positif.
17 68 Hasil IRF nilai tukar riil terhadap perubahan trade openness telah sesuai dengan hipotesis awal, bahwa peningkatan trade openness menyebabkan nilai tukar riil mengalami depresiasi. Keterbukaan perdagangan akan meningkatkan kegiatan ekspor dan impor dimana suatu negara dapat dengan bebas masuk. Peningkatan keterbukaan perdagangan dapat melalui penurunan terhadap tarif atau peningkatan kuota. Dengan semakin murahnya harga barang maka pada awalnya akan meningkatkan ekspor dan berakibat nilai tukar mengalami apresiasi. Namun, tentunya hal ini dalam jangka panjang akan mempengaruhi peningkatan harga dari barang-barang yang bisa di ekspor atau barang tradable sehingga berakibat neraca perdagangan mengalami penurunan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Pengaruh capital inflow terhadap nilai tukar rupiah juga dapat dilihat melalui analisis Variance Decomposition (VD). Analisis FEVD dipergunakan untuk mengetahui variabel mana yang paling berperan penting dalam menjelaskan perubahan suatu variabel RER TRADE CIF INFLASI IR GDP Gambar 4.3. Dekomposisi Varians Nilai Tukar Riil di Indonesia
18 69 Hasil FEVD menunjukkan bahwa varian nilai tukar riil dominan dijelaskan oleh shock pada variabel itu sendiri hingga akhir periode. Kontribusi nilai tukar riil yang besar terhadap dirinya sendiri dapat diartikan bahwa adanya perilaku spekulasi dari para pelaku pasar uang terhadap terdepresiasi dan terapresiasinya nilai tukar rupiah yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Pada periode pertama nilai tukar mempengaruhi dirinya sendiri sebesar 100 persen dan menurun hingga 80,3 persen pada akhir tahun ke-5. Kemudian variabel inflasi menempati posisi kedua setelah nilai tukar itu sendiri dalam menjelaskan nilai tukar riil dengan kontribusi sebesar 12,7 persen pada periode ke-6 dan terus mengalami penurunan hingga periode akhir mencapai angka 9,52 persen. Sementara itu, shock pada capital inflow kurang dapat menjelaskan nilai tukar riil karena pengaruhnya yang sangat kecil. Rendahnya kontribusi guncangan capital inflow terhadap nilai tukar rupiah terjadi karena variabel tersebut hanya mempengaruhi sebagian kecil bagi tersedianya nilai mata uang asing yang diperdagangkan. Hasil temuan ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ardiansyah (2006), yang menemukan bahwa current account yang didalamnya termasuk capital inflow kurang signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah. Hal ini membuktikan bahwa apabila terjadi peningkatan dan penurunan capital inflow sebenarnya kurang menggambarkan pengaruh pada pergerakan nilai tukar rupiah.
HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari
40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious
48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit
48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang
40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit
32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek
53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang
60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000
28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series
40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series
30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik
Lebih terperinciBAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini
BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock
40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN
70 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan
40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan
Lebih terperinciPenjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45
Lebih terperinciV. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS
59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data
23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini
27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif 4.1.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Produksi padi Indonesia meskipun mengalami fluktuasi namun masih menunjukkan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI
3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ANALISIS Pengujian vektor autoregresi pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi perangkat lunak Eviews versi 6 yang dikembangkan dan didistribusikan oleh Quantitative
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya
47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Volatilitas Harga Minyak 4.1.1 Deskripsi Data Plot data harga minyak pada bulan Januari 2000 hingga bulan Desember 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hal ini menunjukan
Lebih terperinciAnalisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)
Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut :
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari
40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t-
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Unit Root Test Uji akar unit atau disebut juga dengan uji akar stasioner yang digunakan untuk menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan memiliki tujuan yang pada dasarnya mendapatkan keuntungan demi kelancaran usahanya dan mampu bersaing dalam lingkungan bisnis secara
Lebih terperinciEconomics Development Analysis Journal
EDAJ 6 (1) (2017) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj ANALISIS PENGARUH VOLATILITAS CAPITAL INFLOW DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu (timeseries) bulanan dari periode 2008:04 2013:12 yang diperoleh dari laporan Bank
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada
BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kuantitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,
BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
61 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Stasioneritas Dalam meneliti data time series, yang pertama harus dilakukan adalah dengan menggunakan uji stasioneritas. Uji stasioneritas yang digunakan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskripstif merupakan pengujian hipotesis
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak
46 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu berupa data tahunan yang berbentuk angka dan dapat diukur/dihitung. Sumber
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini
43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh
Lebih terperinciBAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA
81 BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA Pembahasan pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil regresi yang dimulai dari tahap awal hingga terakhir, sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana penerapan model
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang
III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan
III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Input Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan Foreign Direct Investment ((FDI). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra-Estimasi Sebelum estimasi metode SVAR diaplikasikan, perlu dilaksanakan pengujian pra-estimasi yang meliputi pengujian stasioneritas data dan penentuan
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account
III. METODELOGI PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account sebagai variabel terikat dan nilai tukar, inflasi, PDB, dan aktiva luar negeri
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regressive (VAR) perlu melakukan uji stasioneritas. Uji
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Pra Estimasi 4.1.1 Uji Kestasioneritasan Data Sebelum mengestimasi variabel dengan data time series dan menggunakan metode Vector Auto Regressive (VAR) perlu melakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif dengan hubungan kausal dimana terdapat variabel bebas dan terikat.dilihat dari data yang diperoleh,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun
37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1. Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia Laju inflasi tahunan Indonesia selama kurun waktu 2000 hingga 2011 masih menunjukkan fluktuasi seperti
Lebih terperinciPerkembangan M1 dan M2
2011 Juni Des Maret Sept 2013 Juni Des Maret Sept 2015 Juni Des Maret Sept dalam miliar rupiah 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pergerakan Permintaan Uang di Indonesia Dalam melihat pergerakan permintaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka,
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Yang dimaksud dengan penelitian
Lebih terperinciBAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
43 BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN Analisis data dilakukan melalui serangkaian tahapan pengujian menggunakan analis Vector Auto Regression (VAR). Pada tahap pertama dilakukan pengujian terhadap variabel
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran
3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pengembangan bahan bakar alternatif untuk menjawab isu berkurangnya bahan bakar fosil akan meningkatkan permintaan terhadap bahan bakar alternatif, dimana salah
Lebih terperinciANALISIS DETERMINASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PERIODE
ANALISIS DETERMINASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PERIODE 3-214 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Virda Oktalara Rosalina 1152471115 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
Lebih terperinciKAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract
KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : ibal.2911@gmail.com
Lebih terperinci