BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan merode Augmented Dickey Fuller Test (ADF Test). Tabel 5.1 Hasil Uji Root Test Tingkat Level Variabel t-hitung Critical value 1 % 5 % 10 % Hasil Kesimpulan INF Tolak H 0 Stasioner EXP_INF Tolak H 0 Stasioner LN_PFW TerimaH 0 Tidak Stasioner LN_KURS Tolak H 0 Stasioner LN_P_OIL TerimaH 0 Tidak Stasioner LN_W_RIIL TerimaH 0 Tidak Stasioner Sumber: Lampiran 1 Cetak Tebal menunjukkan bahwa data tersebut stasioner pada taraf nyata 1%, 5% dan 10% Tabel 5.1 di atas menyajikan hasil Uji Root Test dengan metode ADF pada tahap level. Metode ADF yang digunakan ada yang memasukkan intercept dan ada yang memasukkan intercept and trend tergantung perilaku dari masingmasing variabel. Selanjutnya, dengan membandingkan nilai dari t-hitung dengan nilai Critical Value untuk masing-masing α yaitu 1 persen, 5 persen dan 10 persen

2 61 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada tingkat level variabel yang stasioner adalah INF, EXP_INF dan LN_KURS sedangkan variabel lainnya yaitu LN_PFW, LN_P_OIL dan LN_W_RIIL masih belum stasioner. Semua variabel stasioner belum stasioner pada level sehingga akan dilakukan kembali uji Root Test pada First Differencing. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini: Tabel 5.2 Hasil Uji Root Test Tingkat First Differencing Variabel t-hitung Critical value 1 % 5 % 10 % Hasil Kesimpulan INF Tolak H 0 Stasioner EXP_INF Tolak H 0 Stasioner LN_PFW Tolak H 0 Stasioner LN_KURS Tolak H 0 Stasioner LN_P_OIL Tolak H 0 Stasioner LN_W_RIIL Tolak H 0 Stasioner Sumber : Lampiran 2 Cetak Tebal menunjukkan bahwa data tersebut stasioner pada taraf nyata 1%, 5% dan 10%. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa pada tingkat first differencing semua variabel sudah stasioner. Artinya, data yang digunakan pada penelitian ini terintegrasi pada ordo satu atau dapat disingkat menjadi I(1). Sims dalam Hasanah (2007), penggunaan data perbedaan pertama tidak direkomendasikan karena akan menghilangkan informasi jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menganalisis informasi jangka panjang akan digunakan data level sehingga model VAR akan dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan menjadi VECM.

3 Uji Lag Optimal Penentuan uji lag optimal sangat penting dalam pendekatan VAR karena lag dari variabel endogen dalam sistem persamaan akan digunakan sebagai variabel eksogen. Pengujian panjang lag optimal ini sangat berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sistem VAR. Sehingga dengan digunakannya lag optimal diharapkan tidak muncul lagi masalah autokorelasi. Penentuan panjang lag optimal didasarkan pada nilai dari kriteria Likelihood Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SC), dan Hannan-Quinn Criterion (HQ). Besarnya lag optimal yang dipilih dilihat dari nilai adjusted R 2 yang terbesar. Dari pengujian lag optimal di penelitian ini dapat dilihat bahwa lag yang mungkin adalah 1, 2 dan 8. Dari nilai lag tersebut masing-masing akan dimasukkan ke uji VAR dan akan dilihat nilai adjusted R 2. Nilai adjusted R 2 untuk lag optimal 1 yaitu sebesar 0,34, lag optimal 2 adalah sebesar 0,38 dan lag optimal 8 sebesar 0,21. Nilai adjusted R 2 terbesar didapatkan dengan memasukkan nilai lag optimal 2 yaitu sebesar 0,38. Sehingga dalam penelitian ini nilai lag optimal yang akan digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah Pengujian Stabilitas VAR Stabilitas VAR perlu diuji sebelum melakukan analisis lebih jauh, karena jika hasil estimasi VAR yang dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan tidak stabil, maka impulse response function (IRF) dan forecasting error variance decomposition (FEVD) menjadi tidak valid. Untuk pengujian stabil atau tidaknya

4 63 estimasi VAR yang telah terbentuk, maka dilakukan VAR stability condition check berupa roots of characteristic polynomial. Suatu sistem VAR dikatakan stabil jika seluruh roots-nya memiliki modulus lebih kecil dari 1. Hasil pengujian stabilitas model VAR dapat dilihat pada Tabel 5.3. Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai modulusnya semuanya kurang dari 1 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model VAR tersebut sudah stabil. Tabel 5.3 Hasil Uji Stabilitas VAR Root Modulus i i i i i i i i i i Sumber : Lampiran Analisis Kointegrasi Konsep kointegrasi ini dikemukakan oleh Engle Granger pada tahun 1987 sebagai fenomena kombinasi linier dari dua atau lebih variabel yang tidak stasioner akan menjadi stasioner. Kombinasi linier ini dikenal dengan istilah persamaan kointegrasi dan dapat diinterpretasikan sebagai hubungan keseimbangan jangka panjang diantara variabel. Metode pengujian kointegrasi didasarkan pada metode Johansen dengan membandingkan antara trace statistics

5 64 dengan critical value yang digunakan yaitu taraf nyata 5 persen. Jika trace statistics lebih besar dari critical value, terdapat kointegrasi dalam sistem persamaan tersebut. Terdapat lima asumsi deterministic trend dalam uji kointegrasi dan untuk menetukan pilihan trend yang akan dipakai bisa dilihat dari hasil summary, serta pilihan lag yang digunakan adalah lag optimal. Berdasarkan hasil summary dapat dilihat bahwa deterministic trend yang tersedia untuk penelitian ini adalah no intercept or trend (1) dan intercept no trend (2) yang didasarkan pada adanya tanda bintang pada uji kointegrasi tersebut. Untuk penelitian ini akan digunakan pilihan trend yang model 2 yaitu intercept no trend. Setelah mengetahui pilihan trend yang akan digunakan dan lag optimal yang akan dipakai, selanjutnya akan dlakukan uji kointegrasi. Hasil uji tersebut disajikan dalam Tabel 5.4. Tabel 5.4 Hasil Uji Kointegrasi No Hipotesis Trace Statistics Max-Eigen Statistics 1 Rank = Rank = Rank = Rank = Rank = Rank = Sumber : Lampiran 5 Cetak tebal menunjukkan Trace Statistics dan Max-Eigen Statistics > 5% critical value dan terjadi kointegrasi. Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dalam pengujian ini dengan model intercept no trend dan lag optimal sebesar 2 terdapat dua (2) rank kointegrasi pada taraf nyata 5

6 65 persen. Artinya secara multivariate terdapat dua persamaan linear jangka panjang yang dikandung di dalam model. Dengan adanya kointegrasi, hasil estimasi selanjutnya menggunakan model VECM. 5.5 Analisis Kausalitas dengan Granger Causality Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan kausalitas antara inflasi dan variabel-variabel lain yaitu expected inflation, harga minyak dunia, indeks komoditi pangan, nilai tukar rupiah (exchange rate) dan upah buruh. Hasil uji kausalitas dapat diketahui dengan melihat nilai probability-nya. Variabel yang menolak H 0 dicerminkan dengan nilai probabilitas kurang dari nilai taraf uji yang digunakan. Dalam uji kausalitas Granger, digunakan taraf uji sampai dengan 10 persen. Jika hasil uji menolak H 0, maka terdapat hubungan sebab akibat. Sedangkan pengaruh yang diberikan oleh tiap variabel bisa berbeda jika dilakukan pengujian pada lag berbeda. Adapun penelitian ini menguji hubungan kausalitas dengan menelusuri pengaruhnya sampai dengan lag 2 sesuai dengan panjang lag optimal yang telah dihasilkan dalam uji lag yang dilakukan sebelumnya. Pada penelitian ini, uji kausalitas lebih ditujukan untuk mengetahui variabel-variabel yang menyebabkan inflasi atau variabel-variabel yang bertindak sebagai leading indikator bagi inflasi. Tabel 5.5 menyajikan nilai F stat dan probability untuk masing-masing H 0 dalam uji kausalitas Granger. Tabel 5.5 menunjukkan bahwa yang berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi hanya variabel kurs (KURS), sedangkan variabel inflasi mempengaruhi variabel upah buruh riil (W_RIIL) dan indeks harga komoditi pangan dunia. Hal ini sesuai teori bahwa kurs berpengaruh terhadap inflasi karena berhubungan

7 66 dengan harga bahan baku impor dimana jika kurs melemah maka harga bahan baku impor akan naik sehingga biaya produksi ikut naik dan akan terjadi kenaikan harga pada barang yang bisa memicu terjadinya inflasi. Yang berpengaruh terhadap variabel expected inflation adalah harga minyak dunia dan upah riil. Yang berpengaruh terhadap variabel kurs adalah variabel expected inflation (EXP_INF). Variabel harga minyak dunia dipengaruhi oleh indeks harga komoditi pangan dunia, sedangkan indeks harga pangan dunia dipengaruhi oleh upah buruh riil. Tabel 5.5 Hasil Uji Kausalitas dengan Granger Causality Test Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. LN_KURS does not Granger Cause INFLASI E-05 INFLASI does not Granger Cause LN_KURS LN_PFW does not Granger Cause INFLASI INFLASI does not Granger Cause LN_PFW LN_W_RIIL does not Granger Cause INFLASI INFLASI does not Granger Cause LN_W_RIIL LN_KURS does not Granger Cause EXP_INF EXP_INF does not Granger Cause LN_KURS LN_P_OIL does not Granger Cause EXP_INF EXP_INF does not Granger Cause LN_P_OIL LN_W_RIIL does not Granger Cause EXP_INF EXP_INF does not Granger Cause LN_W_RIIL LN_PFW does not Granger Cause LN_P_OIL LN_P_OIL does not Granger Cause LN_PFW LN_W_RIIL does not Granger Cause LN_PFW LN_PFW does not Granger Cause LN_W_RIIL Sumber : Lampiran 8 Cetak Tebal menunjukkan bahwa data tersebut signifikan pada taraf nyata 10% Tabel 5.5 juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang saling mempengaruhi antar variabel dan hubungan mempengaruhinya hanya berlaku satu sisi saja.

8 Analisis Impulse Response Function (IRF) Analisis IRF digunakan untuk menunjukkan bagaimana respons suatu variabel dari sebuah shock dalam variabel itu sendiri dan variabel endogen lainnya. Dalam mengidentifikasi respon inflasi pada IRF dalam model VECM ini, digunakanlah standar Cholesky Decomposition. Cholesky Decomposition bertujuan untuk membangkitkan impulse response yang tergantung secara krusial pada urutan (ordering) variabel dalam sistem. Dalam penelitian ini, jangka waktu yang digunakan dalam menganalisis respon laju inflasi terhadap variabel-variabel lainnya diproyeksikan dalam 50 bulan ke depan Analisis Respon Inflasi terhadap Guncangan Inflasi Guncangan laju inflasi sebesar satu standar deviasi pada bulan pertama akan menyebabkan peningkatan pada inflasi sebesar 1,30 persen. Hingga bulan keenam, guncangan inflasi masih direspon positif oleh inflasi itu sendiri, meskipun semakin lama respon tersebut semakin berkurang. Misalkan saja pada bulan ketujuh, peningkatan inflasi hanya sebesar 0,12 persen. Namun, mulai bulan kedelapan guncangan pada inflasi mengakibatkan inflasi berkurang sebesar 0.11 persen. Mulai periode ini hingga 50 bulan ke depan, inflasi masih tetap merespon positif terhadap guncangan inflasi dan semakin lama guncangan ini mengakibatkan inflasi naik dalam jumlah yang semakin menurun. Misalkan pada tahun pertama, guncangan tersebut mengakibatkan kenaikan inflasi sebesar 0,11 persen. Respon inflasi terhadap guncangan ini mulai mencapai kseimbangan pada

9 68 periode jangka panjangnya, yakni pada bulan ke 10, dimana inflasi masih merespon positif guncangan tersebut pada kisaran 0,11 persen (Gambar 5.1). 1.4 Response of INFLASI to Cholesky One S.D. INFLASI Innovation Gambar 5.1 Respon Inflasi terhadap Guncangan Inflasi Analisis Respon Inflasi terhadap Guncangan Expected Inflation Guncangan expected inflation sebesar satu standar deviasi pada bulan pertama belum direspon oleh inflasi. Mulai bulan kedua, guncangan pada expected inflation direspon negatif oleh inflasi sebesar 0,17 persen. Namun pada bulan kelima respon negatifnya semakin berkurang yaitu sebesar 0,41 persen. Respon negatif ini semakin berkurang mulai bulan kelima dan pada akhirnya respon inflasi terhadap guncangan expected inflation ini mulai mencapai keseimbangan pada bulan kesembilan, dimana inflasi merespon negatif guncangan tersebut pada kisaran 0,36 persen (Gambar 5.2).

10 69 Response of INFLASI to Cholesky One S.D. EXP_INF Innovation Gambar 5.2 Respon Inflasi terhadap Guncangan Expected Inflation Pada awal periode respon inflasi terhadap expected inflation memang tidak sesuai teori yaitu seharusnya responnya positif. Tetapi hal ini bisa disebabkan karena jika prediksi expected inflation itu tinggi, di awal bulan masyarakat cenderung untuk mengurangi konsumsinya sehingga menyebabkan inflasi turun di awal bulan. Tetapi setelah sekitar lima bulan penyesuaian, maka masyarakat kembali meningkatkan konsumsinya sehingga inflasi naik kembali Analisis Respon Inflasi terhadap Guncangan Kurs Guncangan nilai tukar rupiah sebesar satu standar deviasi pada bulan pertama ternyata belum direspon oleh inflasi. Mulai bulan kedua, guncangan pada kurs akan direspon positif oleh inflasi dengan kenaikan inflasi sebesar 0,47 persen. Mulai bulan ketiga sampai bulan kelima respon positif inflasi terhadap guncangan kurs semakin berkurang, dimana pada bulan kelima peningkatan inflasi hanya sebesar 0,21 persen. Di bulan keenam, respon positif inflasi tersebut

11 70 mulai menunjukkan peningkatan kembali yakni sebesar 0,22 persen. Peningkatan respon positif ini terus berlangsung hingga bulan kesembilan yang mencapai 0,25 persen. Respon inflasi terhadap guncangan kurs mulai mencapai keseimbangan pada bulan ke-10, dimana inflasi merespon positif guncangan tersebut pada kisaran 0,26 persen (Gambar 5.3)..5 Response of INFLASI to Cholesky One S.D. LN_KURS Innovation Gambar 5.3 Respon Inflasi terhadap Guncangan Kurs Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Permana (2004) bahwa nilai tukar rupiah berhubungan positif dengan inflasi melalui sektor usaha dan berhubungan dengan biaya impor atas bahan baku industri. Sebagian besar industri manufaktur di Indonesia masih mengandalkan bahan baku utamanya pada impor dari luar negeri. Semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar membuat harga impor bahan baku menjadi mahal. Bahan baku yang semakin mahal membuat biaya produksi semakin meningkat dan pada akhirnya produsen

12 71 akan menaikkan harga jual. Melemahnya nilai tukar rupiah pada awal bulan langsung direspon positif dengan naiknya inflasi Analisis Respon Inflasi terhadap Guncangan Harga Minyak Dunia Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi pada bulan pertama ternyata belum direpon oleh inflasi. Respon inflasi terhadap guncangan ini mulai muncul pada bulan kedua yang responnya bersifat negatif yang ditunjukkan dengan adanya penurunan inflasi sebesar 0,14 persen. Respon inflasi terhadap guncangan harga minyak dunia mulai mencapai keseimbangan pada bulan ke-15, di mana inflasi akan merespon negatif guncangan tersebut pada kisaran 0,17 persen (Gambar 5.4)..00 Response of INFLASI to Cholesky One S.D. LN_P_OIL Innovation Gambar 5.4 Respon Inflasi terhadap Guncangan Harga Minyak Dunia Respon inflasi di awal bulan terhadap guncangan harga minyak dunia tidak sesuai dengan teori. Seharusnya sesuai teori bahwa kenaikan harga minyak

13 72 dunia akan direspon dengan kenaikan inflasi. Tapi penelitian ini sesuai dengan penelitian Permana (2004) dimana dalam penelitiannya disebutkan bahwa harga BBM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi. Respon yang negatif pada awal bulan dikarenakan kenaikan harga minyak dunia tidak langsung direspon dengan kenaikan harga minyak dalam negeri. Pemerintah membutuhkan waktu yang agak lama untuk menyesuaikan harga BBM dalam negeri dengan harga minyak dunia. Di samping itu, sektor usaha kemungkinan masih memiliki persediaan BBM sehingga dampak kenaikan harga minyak dunia tidak langsung direspon dengan kenaikan harga. Seiring bertambahnya bulan, respon sektor usaha mulai terasa terhadap kenaikan harga minyak dunia. Mereka meresponnya dengan menaikkan harga jual produknya. Pada awal menaikkan harga jual, akan menyebabkan inflasi di masyarakat tapi hal ini tidak berlangsung lama karena lama kelamaan masyarakat akan mulai menyesuaikan Analisis Respon Inflasi terhadap Guncangan Indeks Harga Komoditi Pangan Dunia Inflasi tampak belum merespon guncangan indeks harga komoditi pangan dunia sebesar satu standar deviasi pada bulan pertama. Guncangan ini mulai direpon positif pada bulan kedua yakni dengan peningkatan inflasi sebesar 0,29 persen. Namun, mulai bulan ketiga sampai tahun pertama, respon positif ini cenderung semakin berkurang dimana pada tahun pertama sebesar 0,12 persen. Respon inflasi terhadap guncangan ini mulai mencapai keseimbangan pada periode jangka panjangnya, yakni pada bulan ke-19 (Gambar 5.5).

14 73 Response of INFLASI to Cholesky One S.D. LN_PFW Innovation Gambar 5.5 Respon Inflasi terhadap Guncangan Indeks Harga Komoditi Pangan Hal ini sesuai dengan teori bahwa kenaikan harga komoditi pangan akan menyebabkan kenaikan inflasi terutama inflasi makanan. Kecenderungan respon yang semakin berkurang ini dikarenakan masih cukupnya persediaan komoditi pangan di dalam negeri dan mulai berkurangnya ketergantungan terhadap komoditi pangan luar negeri Analisis Respon Inflasi terhadap Guncangan Upah Buruh di Indonesia Guncangan upah buruh riil sebesar satu standar deviasi juga tampak belum direspon oleh inflasi pada bulan pertama. Di bulan kedua respon inflasi bersifat negatif terhadap guncangan upah riil yang dtunjukkan dengan penurunan inflasi sebesar 0,18 persen. Di bulan ketiga sampai kelima, respon inflasi terhadap guncangan upah riil cenderung berfluktuatif dan menunjukkan penurunan respon negatifnya yaitu berkisar pada 0,05 persen. Inflasi akan mencapai keseimbangan

15 74 jangka panjangnya pada bulan ke-16 dalam merespon guncangan upah riil pada kisaran 0,06 persen (Gambar 5.6)..00 Response of INFLASI to Cholesky One S.D. LN_W_RIIL Innovation Gambar 5.6 Respon Inflasi terhadap Guncangan Upah Buruh Respon inflasi di awal bulan terhadap kenaikan upah buruh kurang sesuai dengan teori biaya produksi bahwa jika upah naik maka biaya produksi akan naik dan terjadi kenaikan harga yang memicu inflasi. Hal ini mungkin disebabkan bahwa data yang dipakai adalah upah riil yang telah terkoreksi dengan kenaikan harga sehingga tidak benar-benar mencerminkan upah yang dibayarkan produsen. Perbedaan hasil ini bisa juga disebabkan produsen yang tidak langsung merespon kenaikan upah tersebut karena kondisi usaha yang lesu karena adanya krisis ekonomi. 5.7 Analisis Forecast Error Decomposition of Variance (FEDVs) FEVDs bermanfaat untuk menjelaskan kontribusi masing-masing variabel terhadap shock (guncangan) yang ditimbulkannya terhadap variabel endogen

16 75 utama yang diamati. Dengan kata lain, FEDV menjelaskan proporsi variabel lain dalam menjelaskan variabilitas variabel endogen utama penelitian. Dalam kaitannya dengan FEDVs maka pada penelitian ini akan dibahas bagaimana peranan berbagai macam variabel yang terdapat dalam ruang lingkup penelitian dalam menjelaskan fluktuasi laju inflasi. Di samping itu, FEDVs juga bertujuan untuk menjelaskan seberapa besar persentase kontribusi masing-masing guncangan (shock) variabel endogen lainnya dalam mempengaruhi tingkat inflasi. Berdasarkan hasil dekomposisi varian (Gambar 5.7), dapat disimpulkan bahwa pada awal periode yaitu di bulan pertama, variabilitas laju inflasi disebabkan oleh guncangan inflasi itu sendiri yakni sebesar 100 persen. Pada bulan kedua tampak variabel-variabel lain mulai mempengaruhi variabilitas laju inflasi. Pada tahun pertama peranan laju inflasi dalam menjelaskan fluktuasi laju inflasi itu sendiri masih dominan yaitu sebesar 40,52 persen. Variabel expected inflation berada pada urutan kedua yakni sebesar 28,58 persen. Variabel nilai tukar rupiah (kurs) juga tampak mulai memegang peranan dalam menjelaskan fluktuasi laju inflasi pada periode tersebut, yakni sebesar 16,90 persen. Variabel indeks harga komoditi pangan dunia, upah riil dan harga minyak dunia tampak tidak terlalu mempengaruhi variabilitas laju inflasi, di mana masing-masing hanya berperan sebesar 6,95 persen, 5,71 persen dan 1,34 persen.

17 76 PERSEN 100% 80% 60% 40% 20% 0% INFLASI EXP_INF PERIODE LN_KURS LN_P_OIL LN_PFW LN_W_RIIL Gambar 5.7 Hasil Forecast Error Variance Decompositionss (FEVDs) Dalam periode dua tahun mendatang, peranan inflasi dalam menjelaskan fluktuasi inflasi itu sendiri semakin berkurang, yakni sebesar 26,78 persen. Namun disisi lain, peranan expected inflation tampak semakin meningkat yakni sebesar 36,96 persen. Peranan kurs juga menunjukkann peningkatan yakni sebesar 20,64 persen. Variabel indeks harga komoditi pangan dunia menunjukkan peranan yang agak menurun dalam menjelaskan variabilitas inflasi. Pada periodee ini, variabel harga minyak dunia menunjukkan peranan yang lebih besar dibandingkan variabel upah riil dalam menjelaskan inflasi yaitu sebesar 6,23 persen Proporsi untuk variabel hargaa minyak dunia dan upah riil masing-masing sebesar 8,76 persen dan 1,34 persen. Padaa proyeksi tiga tahun ke depan (36 bulan) ), dominansi inflasi dalam menjelaskan variabilitas inflasi itu sendiri mulai berkurang dan digantikann oleh variabel expected inflation dimana proporsinya dalam menjelaskan variabilitas inflasi menjadi sebesar 20,70 persen. Variabel expected inflation, proporsinya

18 77 dalam menjelaskan variabilitas inflasi sebesar 40,67 persen. Untuk variabel kurs menunjukkan peranan yang semakin meningkat dalam menjelaskan variabilitas inflasi yakni sebesar 22,30 persen, sedangkan variabel indeks harga komoditi pangan dunia menunjukkan peranan yang cenderung menurun walaupun dengan proporsi yang masih relatif besar dalam menjelaskan variabilitas inflasi yaitu sebesar 6,10 persen. Harga minyak dunia menunjukkan peranan yang semakin meningkat dalam menjelaskan variabilitas inflasi dengan proporsi sebesar 9,29 persen. Variabel upah riil mulai tahun pertama sampai tahun ketiga menunjukkan proporsi yang tetap dalam menjelaskan variabilitas inflasi yaitu sebesar 1,34 persen. Periode jangka panjang yang distimulasikan dalam analisis ini yakni proyeksi empat tahun mendatang (48-50 bulan). Dalam jangka panjang dapat dilihat bahwa variabilitas inflasi paling dominan dijelaskan oleh variabel expected inflation dengan proporsi sebesar 42,77 persen. Variabel inflasi dalam jangka panjang memberikan kontribusi sebesar 17,27 persen dalam menjelaskan variabilitas inflasi itu sendiri. Variabel kurs, indeks harga komoditi pangan, harga minyak dunia dan upah riil, dalam jangka panjang memberikan kontribusi masing-masing sebesar 23,34 persen, 6,10 persen, 9,29 persen dan 1,34 persen. Hasil dekomposisi varian tersebut sesuai dengan Kurva Philips bentuk modern dimana inflasi itu salah satunya disebabkan oleh inflasi yang diharapkan (expected inflation). Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian Permana (2004) yang menyebutkan bahwa variabel expected inflation dan kurs berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif 4.1.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Produksi padi Indonesia meskipun mengalami fluktuasi namun masih menunjukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder berupa data

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder berupa data BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder berupa data bulanan periode 1998-2010. Variabel, data, satuan dan sumber data yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1. Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia Laju inflasi tahunan Indonesia selama kurun waktu 2000 hingga 2011 masih menunjukkan fluktuasi seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Volatilitas Harga Minyak 4.1.1 Deskripsi Data Plot data harga minyak pada bulan Januari 2000 hingga bulan Desember 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hal ini menunjukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI 3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI BAHAN AJAR APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI MODEL VAR Pengertian VAR AGUS TRI BASUKI Dosen Fakultas Ekonomi Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Vector Autoregression atau VAR merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 70 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kuantitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM 1 analisis regresi dengan pendekatan VECM BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI, SE., M.SI MODEL VECM 10. Pengertian VECM VECM (atau Vector Error Correction Model) merupakan metode turunan dari VAR.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan memiliki tujuan yang pada dasarnya mendapatkan keuntungan demi kelancaran usahanya dan mampu bersaing dalam lingkungan bisnis secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t-

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t- BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Unit Root Test Uji akar unit atau disebut juga dengan uji akar stasioner yang digunakan untuk menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskripstif merupakan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam pencarian metode peramalan terbaik, diperlukan berbagai informasi relevan sebagai data penunjang untuk pasar kue. Peramalan pasar kue dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan

Lebih terperinci

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA 101 IX. INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA Meskipun industri minyak goreng sawit telah tersebar di 19 propinsi, sentra produksi minyak goreng yang utama masih terpusat di Indonesia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ANALISIS Pengujian vektor autoregresi pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi perangkat lunak Eviews versi 6 yang dikembangkan dan didistribusikan oleh Quantitative

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif dengan hubungan kausal dimana terdapat variabel bebas dan terikat.dilihat dari data yang diperoleh,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA Lianti, T. Mustaqim 1) Elsha Nora 2) 1,2) Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe 3) Alumni Politeknik Negeri Lhokseumawe Abstract:

Lebih terperinci

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA 81 BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA Pembahasan pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil regresi yang dimulai dari tahap awal hingga terakhir, sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana penerapan model

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK 81 VII. INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia saat ini dengan produksi CPO pada tahun 2010 mencapai 23,6 juta ton atau mencapai 44% dari total produksi

Lebih terperinci

ANALISIS VECTOR AUTOREGRESION (VAR) TERHADAP INTERRELATIONSHIP ANTARA IPM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA

ANALISIS VECTOR AUTOREGRESION (VAR) TERHADAP INTERRELATIONSHIP ANTARA IPM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA ANALISIS VECTOR AUTOREGRESION (VAR) TERHADAP INTERRELATIONSHIP ANTARA IPM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA MASTA SEMBIRING Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Stasioneritas Dalam meneliti data time series, yang pertama harus dilakukan adalah dengan menggunakan uji stasioneritas. Uji stasioneritas yang digunakan

Lebih terperinci

Perkembangan M1 dan M2

Perkembangan M1 dan M2 2011 Juni Des Maret Sept 2013 Juni Des Maret Sept 2015 Juni Des Maret Sept dalam miliar rupiah 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pergerakan Permintaan Uang di Indonesia Dalam melihat pergerakan permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian diuraikan menurut metode penghitungannya, sebagai berikut: 1. Inflasi (INF) Inflasi adalah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 25 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan

Lebih terperinci

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Energi XYZ Semula pengusahaan gas XYZ di Indonesia adalah perusahaan gas swasta Belanda yang berdiri pada tahun 1859. Pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 69 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian menggunakan data sekunder, baik data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif yang digunakan adalah data sekunder dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Kesimpulan yang di dapatkan dari hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil dari tiga tahapan pengujian yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penilitian ini adalah pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan

Lebih terperinci

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : ibal.2911@gmail.com

Lebih terperinci