LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK REKRISTALISASI Tujuan Percobaan : Mempelajari teknik rekristalisasi untuk pemurnian senyawa organik.
|
|
- Inge Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK REKRISTALISASI Tujuan Percobaan : Mempelajari teknik rekristalisasi untuk pemurnian senyawa organik. Pendahuluan Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat dari campuran padatannya. Zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali dengan cara menguapkan pelarutnya. Prinsipnya proses ini mengacu pada perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampurnya. Larutan zat yang diinginkan dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali dengan cara menjenuhkannya. Pelarut yang cocok untuk digunakan dapat dipilih pelarut yang titik didihnya rendah agar dapat mempermudah proses pengeringan kristal yang terbentuk. Sedangkan titik didih pelarut hendaknya lebih rendah daripada titik leleh zat padat yang dilarutkan supaya zat yang akan diuraikan tidak terdisosiasi dan yang paling penting pelarut tidak bereaksi dengam zat yang akan dilarutkan (biner) dan sebaiknya pelarut yang digunakan ekonomis dan mudah didapat (Oxtoby, 2001 ). Proses memanipulasi kelarutan membutuhkan pemahaman kesetimbangan antara zat yang tidak tercampur dengan larutannya. Sebuah larutan mulai mengendapkan sebuah senyawa jika larutan tersebut telah mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut dalam proses rekristalisasi. Pelarut menyerang zat padat dan mensolvatasinya pada tingkat partikel individual saat pelarutan terjadi. Sedangkan pada proses pengendapan terjadi sebaliknya yaitu terjadi kembali tarik-menarik zat terlarut saat zat terlarut meninggalkan larutan. Tarik menarik zat terlarut-pelarut sering tetap berlangsung selama proses pengendapan dan pelarut bergabung sendiri ke dalam zat padat. Pelarut yang mempunyai ikatan longgar dikenal dengan pelarut kristalisasi. Pelarutan dan pengendapan suatu senyawa dapat juga menghasilkan bahan dengan rumus kimia berbeda. Sebagai akibatnya proses kristalisasi untuk pemurnian produk hasil reaksi harus direncakan dengan hati-hati (Arsyad, 2001). Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk pemurnian komponen larutan organik. Syarat dari proses rekristalisasi diantaranya yaitu perbedaan kelarutan cukup jauh, suhu kelarutan tidak terlalu tinggi, antara zat terlarut dan pelarut diusahakan
2 tidak bereaksi karena jika bereaksi masing-masing komponen tidak dapat dipisahkan, menggunakan pelarut non-polar. Metode yang digunakan pada proses rekristalisasi ada tujuh macam yaitu memilih pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal, mengeringkan produknya (hasil) (Williamson, 1999). Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum, sangat menguntungkan, karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai jika endapan yang terdiri dari kristal-kristal demikian (Svehla, 1979). Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikelpartikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (Austin, 1986). MSDS (Material Safety Data Sheet) Akuades Akuades memiliki rumus molekul H 2 O. Akuades didapatkan memalui proses penyulingan
3 sehingga tidak berasa, tidak bahan mengandung ini tergolong mineral. bahan Akuades yang stabil berfase sehingga cair, tidak berwarna, memerlukan tidak berbau, dan penyimpanan. Akuades memiliki berat molekul sebesar 18,02 g/mol, titik didih sebesar 100 o C dengan ph sebesar 7. Akuades tidak menyebabkan korosi pada mata, kulit, dan tidak berbahaya apabila terhirup maupun tertelan. Tindakan pertolongan pertama yang perlu dilakukan apabila terjadi tumpahan kecil maupun besar yaitu, dengan mengepel tumpahan dengan lap kering yang mudah menyerap (Anonim, 2016). Aseton Aseton memiliki rumus kimia C 3 H 6 O. Aseton berwujud cair dengan aroma arum seperti mintdan tidak berwarna. Aseton memiliki berat molekul sebesar 58,08 g / mol, titik didih sebesar 56,2 C, titik leleh sebesar -95,35 C. Aseton dapat larut dalam air dingin, air hangat. Aseton berbahaya apabila terhirup. Aseton yang terhirup dapat ditangani dengan membawa korban ke udara segar, jika sulit bernapas segera beri napas buatan dan hubungi pihak medis (Anonim, 2016). Asam benzoat Asam benzoat memiliki wujud padat. Berat molekulnya 122,12 g/mol. ph asam benzoate yaitu 3. Titik didihnya 249,2ᵒC dan titik lelehnya 122,4ᵒC. kelarutan asam benzoat yaitu larut sedikit larut dalam air dingin. Asam benzoate sangat berbahaya jika tertelan. Penanganan saat asam benzoat tetelan yaitu jangan dipaksakan muntah kecuali diarahkan oleh tenaga medis (Anonim, 2016). Etanol Etanol memiliki wujud cairan, berbau seperti alcohol, tidak berwarna. Titik didiih etanol 78ᵒ C sedangkan titik lelehnya -177ᵒ C. Etanol larut dalm air panas dan air dingin. Identifikasi bahaya dari etanol yaitu berbahaya dalam kasus kontak mata, kulit, menelan dan inhalasi. Tindakan pertolongan pertama saat terjadi kontak dengan mata segera periksa dan lepaskan kontak serta basuh dengan air mengalir selama minimal 15 menit (Anonim, 2016). Heksana Heksana memiliki rumus molekul C 6 H 14. Bahan ini berbentuk cair, berbau seperti bensin, memiliki berat molekul 86,18 g/mol, berat jenisnya 0,66 g/cm 3 dan titik didihnya 86 C Bahan ini Larut dalam dietil eter, aseton. Tidak larut dalam air dingin, air panas. Bahan ini berbahaya pada kasus kontak dengan mata, kulit, menelan, dan menghirup. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan apabila terkena mata yaitu dibasuh dengan air mengalir minimal selama 15 menit (Anonim, 2016).
4 Toluena Toluena adalah senyawa dengan rumus kimia C 6 -H 5 -CH 3 atau C 7 -H 8. Toluena berwujud cair yang tidak berwarna dengan bau manis seperti benzena. Toluena memiliki berat molekul sebesar 92,14 g/mol, titik didih sebesar 110,6 o C dan titik leleh sebesar -95 o C. Toluena ini dapat larut pada dietil eter, aseton, dan air. Toluena berbahaya jika tertelan. Tindakan yang dapat dilakukan apabila tertelan adalah jangan memuntahkan dan segera hubungi tenaga medis (Anonim, 2016). Etil Asetat Etil aetat adalah senyawa C 4 -H 8 -O 2. Etil asetat meupakan senyawa yang berwujud cairan, yang tidak berwarna dan berasa manis. Etil asetat memiliki berat molekul sebesar 11 g/mol, titik didih sebesar 77 C, titik leleh sebesar -83 C dan tekanan uapnya sebesar 12.4 kpa saat suhu 20 C. Etil asetat dapat larut dala air digin, air hangat, dietil eter, aseton, alkohol, dan benzeana. Etil asetat yang terkena pada kulit dapat berbahaya. Tindakan yang dapat dilakukan apabila terkena kulit adalah segera membasuh menggunakan air dn sabun selama 15 menit (Anonim, 2016). Asam salisilat Asam Salisilat adalah senyawa dengan rumus kimia C 7 -H 6 -O 3. Asam salisilat ini berwujud kistal padat berwarna putihyang tidak berasa. Asam salisilat memiliki berat molekul sebesar g/mol, titikdidih sebesar 211 C, titik leleh sebesar 159 C. Asam Salisilat dapat larut dalam aseton, air dingin. Asam salisilat yang terrhirup dapat berbahaya. Tindakan yang dapat dilakukan apabila asam salisillat terirup adalah dengan membawa korban ke udara segar (Anonim, 2016). Asetinilida Asetinilida merupakan senyawa yang memiliki rumus kimia CH 3 CONHC 6 H 5. Asetanilida merupakan senyawa yang memiliki berat molekul sebesar g/mol, titik didih sebesar 304 C, titik leleh sebesar C. Asetanilida mudah larut dalam air dingin. Asetanilida yang tertelan dapat berbahaya. Tindakan yang dapat dilakukan apabila tertelan adalah dengan tidak memuntahkan dan segera hubungi tenaga medis (Anonim, 2016). Norit
5 Norit merupakan ssenyawa dengan rumus kimia C. Norit merupakan senyawa berbentuk padata yang berwarna hitam dan tidak berbau. Norit memiliki titik leleh sebesar 3500 C dan berat molekulnya sebesar g/mol. Norit tidak larut dalam air dingin dan air panas. Norit berbahaya jika tertelan. Norit yang terhirup dapat dapat ditangani dengan membawa korban ke udara segar (Anonim, 2016). Prinsip Kerja Percobaan ini memperhatikan perbedaan kelarutan pada setiap sampel dalam masing-masing pelarut. Pelarut yang baik tidak dapat melarutkan sampel dalam suhu ruang. Tetapi, apabila dilakukan pemanasan pelarut yang baik dapat melarutkan sampel dengan sempurna. Pelarut dan sampel yang melarut apabila suhunya didinginkan akan membentuk kristal yang bagus dan merata dalam larutan. Proses rekristalisasi sampel menggunakan pelarut baik yang telah dipilih sebelumnya agar diperoleh recovery yang banyak. Sampel yang ditambahkan dengan pelarut akan tidak melarut pada suhu kamar dan dapat melarut pada proses pemanasan, tetapi apabila tetap tidak dapat larut dapat ditambahkan sedikit pelarut lagi. Penambahan pelarut dapat memperbesar kelarutan sampel. Kristalisasi dilakukan dengan mendinginkan suhu karena pelarut yang baik dapat mengkristalkan sampel. Pemisahan endapan sampel menggunakan corong buchner dengan menyiram menggunakan air es. Air es digunakan untuk membersihkan kristal dari kotoran yang menempel pada tabung reaksi agar tersaring seutuhnya. Endapan yang diperoleh dalam kertas saring dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air sehingga diketahui jumlah recovery sampelnya. Alat Tabung reaksi, mortar, pipet mohr 5 ml, pipet tetes, penangas air, erlenmeyer, pipet Pasteur, corong Buchner, timbangan, alat pennetu titik leleh. Bahan Asam salisilat, asam benzoat, asetanilida, etanol 95%, etil asetat, aseton, n-heksana, toluena, aquades, norit, kapas.
6 Prosedur Kerja A; Pemilihan Pelarut 1; Masukkan masing-masing 0,05 g sampel yang telah dihaluskan kedalam 6 tabung reaksi. 2; Tambahkan 2 ml aquades, etanol 95%, etil asetat, aseton, toluen, dan heksan pada masing-masing tabung reaksi tadi dan beri nomor 1-6 secara berurutan. Goyang tabung dan amati apakah sampel larut dalam pelarut tersebut pada suhu kamar. Amati dan catat pengamatannya. 3; Panaskan tabung berisi sampel yang tak larut, lalu goyang tabungnya dan catat bilamana sampel tersebut larut dalam pelarut panas. Amati dan catat pengamatannya. 4; Biarkan larutan menjadi dingin dan amati pembentukan kristalnya. 5; Catat masing-masing pelarut dan tunjukkan pelarut yang manakah yang terbaik diantara keenam pelarut tersebut dan cocok untuk proses rekristalisasi sampel. 6; Lakukan prosedur yang sama dengan diatas untuk sampel unknown dan tentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasinya. B; Rekristalisasi Sampel Unknown 1; Masukkan 0,05 g sampel unknown kedalam erlenmeyer. Tambahkan 2 ml pelarut yang sesuai (hasil dari prosedur A.6). 2; Panaskan campuran perlahan sambil goyang larutan hingga semua padatan larut. 3; Jika padatan tidak larut sempurna, tambahkan sedikit pelarut (kira-kira 0,5 ml) dan lanjutkan pemanasan. Amati setiap penambahan pelarut apakah lebih banyak padatan yang terlarut atau tidak. Jika tidak banyak padatan yang larut, kemungkinan karena adanya pengotor. Saring larutan panas tersebut melewati penyaring pipet Pasteur untuk menghilangkan pengotor yang tak larut atau dapat menggunakan karbon aktif. Langkah ini bisa diloncati langsung menuju langkah B.7 jika tidak terdapat partikel yang tak larut atau semua padatan telah dapat larut sempurna.
7 Pipet Pasteur penyaring disiapkan dengan cara memasukkan sedikit kapas pada pipet lalu ditekan menggunakan kawat atau lidi sehingga kapas berada pada bagian bawah (posisi menyumbat tip). Panaskan pipet penyaring dengan cara melewatkan pelarut panas beberapa kali kedalam pipet dan tampung pelarut panas yang telah melewati pipet kedalam wadah penampung atau erlenmeyer. Bilamana larutan memenuhi pipet, dorong larutan dengan bantuan karet penghisap seperti gambar 4; Sebelum larutan sampel dilewatkan dalam pipet penyaring, encerkan dulu untuk mencegah terjadinya kristalisasi selama proses penyaringan. 5; Cuci pipet Pasteur penyaring dengan sejumlah pelarut panas untuk recovery solute yang kemungkinan terkristalisasi didalam pipet dan kapas. 6; Tutup wadah penampung atau erlenmeyer dan biarkan filtrat atau larutan menjadi dingin. Setelah larutan berada dalam suhu kamar, siapkan ice bath untuk menyempurnakan proses kristalisasi. Lalu masukkan wadah larutan kedalam ice bath dan amati pembentukan kristalnya.
8 8; Saring kristal dan cuci dengan sejumlah pelarut dingin menggunakan penyaring Buchner. Lalu lanjutkan penyaringan hingga kering. 9; Timbang kristal dan hitung persen recovery-nya. Tentukan titik leleh kristal dan catat. Waktu yang dibutuhkan No. Jenis Percobaan Waktu percobaan 1. Pemilihan pelarut 50 menit 2. Rekristalisasi sampel unknown 90 menit Total waktu yang dibutuhkan 140 menit Data yang diperhitungkan Massa kristal yang terbentuk = (Massa sampel + kertas saring) Massa kertas saring = 0,498 gram 0,468 gram = 0,03 gram Hasil
9 A; Pemilihan Pelarut 1; Sampel A No. Pelarut Kelarutan Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan Setelah dingin 1. Akuades Tidak larut Larut Terdapat endapan kristal 2. Etanol 95% Larut Etil asetat Larut Aseton Larut
10 5. Toluen Tidak larut Larut Larut 6. Heksana Tidak larut Mengkristal Mengkristal 2; Sampel B No. Pelarut Kelarutan Setelah dingin Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan 1. Akuades Tidak larut Larut Terdapata endapan kristal 2. Etanol 95% Larut
11 3. Etil asetat Larut Aseton Larut Toluen Tidak larut Larut Larut 6. Heksana Tidak larut Mengkristal Mengkristal
12 3; Sampel C No. Pelarut Kelarutan Setelah dingin Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan 1. Akuades Tidak larut Larut Terdapat endapan kristal 2. Etanol 95% Larut Etil asetat Larut Aseton Larut
13 5. Toluen Tidak larut Larut Larut 6. Heksana Tidak larut Mengkristal Mengkristal B; Rekristalisasi Sampel Unknown Massa sampel + Massa sampel Massa kertas Titik lebur ( Pelarut kertas saring (gram) saring (gram) ) (gram) Akuades 2 ml 0,05 0,468 0, Pembahasan Hasil Percobaan ke empat ini mengenai pemurnian senyawa organik menggunakan metode rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan metode pemurnian suatu senyawa organik di mana senyawa tersebut berbentuk padat dilarutkan dalam suatu pelarut yang sesuai dan kemudian dikristalkan kembali sehingga didapatkan kristal yang lebih murni yang pada prinsipnya didasarkan pada perbedaan daya larut antara bahan yang akan dimurnikan dengan pengotornya serta perbedaan titik didih antara pelarut dengan bahan yang akan dikristalkan. Terdapat dua percobaan yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu pemilihan pelarut yang cocok untuk setiap sampel dan proses rekristalisasi.
14 Pemilihan pelarut yang cocok untuk sampel menggunakan enam macam pelarut diantaranya yaitu akuades, etanol, etil asetat, aseton, toluena dan n-heksana. Sampel yang digunakan ada tiga macam yaitu sampel A, sampel B, dan sampel C. Sampel A merupakan sampel asam salisilat dan sampel C merupakan sampel asam benzoat. Berdasarkan teori, syarat-syarat pelarut yang baik digunakan dalam proses rekristalisasi diantaranya yaitu pelarut yang hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dalam keadaan panas dan sedangkan pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut, pelarut yang memiliki titik didih rendah untuk mempermudah proses pengkristalan serta titik didih pelarut harus lebih rendah daripada titik leleh zat yang akan dilarutkan supaya zat yang akan diuraikan tidak terdisosiasi. Selain itu, pelarut yang baik untuk proses rekristalisasi adalah pelarut yang mempunyai daya pelarut yang tinggi pada suhu tinggi, dan daya pelarut semakin turun seiring dengan menurunnya suhu. Ciri-ciri pelarut yang baik digunkaan yaitu pada suhu ruang tidak larut dengan sampel, saat dipanaskan akan melarut, dan saat didinginkan akan membentuk kristal. Berdasarkan percobaan, ketika sampel A ditambahkan dengan ke enam pelarut menghasilkan hasil yang berbeda-beda. Pada suhu ruang sampel A dapat larut pada pelarut etanol, etil asetat, dan aseton. Tetapi, tidak dapat larut pada pelarut n-heksana, toluene dan akuades. Sampel yang tidak larut dengan pelarut akuades, toluene dan n-heksana kemudian dipanaskan pada penangas. Fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat proses pelarutan karena adanya kenaikan suhu. Setelah dipanaskan, sampel A pada pelarut akuades dan n- heksana dapat larut sempurna. Pelarut n-heksana mudah menguap sehingga saat pemansan diperlukan waktu yang sangat sedikit agar pelarut tidak menguap semuanya karena titik didih n-heksana yang rendah yaitu 69 0 C Penurunan suhu yang terjadi pada pelarut akuades dan pelarut n-heksana membentuk kristal seperti jarum yang sangat halus. Bentuk kristal yang diperoleh antara pelarut akuades dan pelarut n-heksana berbeda. Kristal yang terbentuk pada pelarut akuades lebih besar dan lebih rapat dibandingkan dengan pelarut n-heksana. Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui pelarut yang baik untuk sampel A (asam salisilat) yaitu pelarut akuades dan n- heksana. Tetapi, jika dilihat dari hasil kristal yang didapat, pelarut akuades lebih cocok untuk sampel A dibandingkan dengan pelarut n-heksana. Berdasarkan teori yang ada, pembentukan
15 kristal yang baik adalah kristal yang ukurannya besar dan hasilnya banyak, sehingga akuades adalah pelarut yang paling baik digunakan sebagai pelarut sampel A. Akuades baik digunakan sebagai pelarut sampel A karena pada suhu ruang akuades tidak melarutkan sampel A, saat pemanasan dengan penambahan suhu dapat larut sempurna dan saat didinginkan membentuk sebuah kristal. Hasil percobaan telah sesuai dengan teori, akuades merupakan pelarut yang baik untuk sampel A (asam salisilat) karena memiliki titik didih sebesar C yang berada di bawah titik didih asam salisilat C sehingga mempermudah proses pengkristalan. Selain itu, titik didih akuades lebih rendah daripada titik leleh asam salisilat yaitu sebesar C sehingga asam salisilat tidak mudah terdisosiasi. Sampel kedua (B) yang digunakan adalah asam benzoat dan sampel ketiga yang digunakan untuk pemilihan pelarut yaitu sampel C yang berupa asetanida Asam benzoate dan asetanida dilarutkan dalam enam pelarut yang digunakan yaitu etanol, etil asetat, aseton, toluena, n-heksana, dan akuades. Hasil percobaan, ketika sampel B dan C dengan jumlah yang sama sebanyak ujung spatula ditambahkan dengan ke enam pelarut sebanyak kurang lebih 3 ml pada masing-masing tabung reaksi didapatkan hasil yang berbeda-beda. Sampel B dan C larut dalam pelarut etanol, aseton, dan etil asetat. Pelarut n-heksana dan toluen hanya larut sebagian dan pada pelarut akuades tidak dapat larut. Hal tersebut dikarenakan, asam benzoat dan asetanida dapat larut pada air yang panas dan mudah larut pada senyawa organik seperti etanol dan sejenisnya. Sampel yang tidak larut dengan pelarut akuades, toluen dan n- heksana dipanaskan dalam bunsen untuk mempercepat proses pelarutan dengan kenaikan suhu. Sampel yang berada pada pelarut n-heksana hanya dipanaskan sebentar agar tidak menguap semuanya karena titik didih n-heksana yang rendah sekitar 69 0 C. Pemanasan pada pelarut akuades harus digoyang-goyang hingga sampel B dan C larut sempurna dengan akuades. Akuades yang telah melarutkan sampel secara sempurna, sampel pada keenam tabung reaksi yang telah larut dalam pelarut didinginkan sehingga diperoleh hasil yang berbeda. Sampel pada pelarut akuades dan n-heksana dapat membentuk kristal halus seperti jarum kecil-kecil. Namun, pada pelarut toluena yang melarutkan sampel pada suhu ruang tidak terbentuk kristal. Hal tersebut mungkin karena adanya efek pengotor yang berada dalam sampel. Kristal yang terbentu kantara pelarut akuades dan n- heksana juga berbeda. Kristal
16 pada pelarut akuades lebih banyak dan lebih besar daripada kristal yang terbentuk pada pelarut n-heksana. Menurut hasil percobaan, akuades merupakan pelarut yang baik untuk sampel B dan C. Tetapi, jika ditinjau dari pembentukan kristal saat suhu didinginkan n- heksana juga dapat menjadi pelarut untuk sampel B dan C. Pelarut akuades dan n-heksana dapat digunakan sebagai pelarut untuk sampel B dan C karena pada suhu ruang tidak dapat melarutkan sampel, dan pada kenaikan suhu dengan pemanasan dapat melarutkan sampel secara sempurna, serta pada saat suhu diturunkan terbentuk kristal pada pelarut akuades dan n-heksena. Hasil percobaan untuk penentuan pelarut pada sampel B sesuai dengan teori yaitu akuades merupakan pelarut yang baik untuk sampel B karena memiliki titik didih sebesar C yang berada di bawah titik didih asam benzoat C sehingga mempermudah proses pengkristalan dan juga titik didih akuades lebih rendah daripada titik leleh asam benzoate yaitu sebesar 122,4 0 C sehingga asam benzoat tidak mudah terdisosiasi saat menggunakan pelarut akauades. Kristal yang terbentuk sesuai dengan pembentukan kristal yang baik yaitu banyak dan juga besar sehingga akuades merupakan pelarut yang baik untuk sampel B asam benzoat. Berdasarkan percobaan penentuan pelarut pada sampel A (asam salisilat), sampel B (asam benzoat), dan sampel C (asetanida) diperoleh pelarut yang baik untuk ketiga sampel tersebut yaitu pelarut akuades. Pelarut akuades memiliki kriteria sebagai pelarut yang baik diantaranya yaitu pelarut akuades hanya dapat melarutkan sampel dalam keadaan panas dan sedangkan pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut, pelarut akuades memiliki titik didih rendah untuk mempermudah proses pengkristalan dan memiliki titik didih yang lebih rendah daripada titik leleh sampel agar sampel tidak mudah terdisosiasi. Selain itu, pelarut akuades mempunyai daya pelarut yang tinggi pada suhu tinggi dan daya pelarut semakin turun seiring dengan menurunnya suhu. Percobaan selanjutnya yaitu mengenai proses rekristalisasi. Proses rekristalisasi dilakukan setelah pemilihan pelarut yang baik untuk sampel yang digunakan pada rekristalisasi. Sampel yang digunakan yaitu sampel asam salisilat yang telah diketahui pelarut yang cocok untuk asam salisilat sehingga pelarut yang digunakan yaitu pelarut akuades karena telah ditentukan pada percobaan pemilihan pelarut. Sampel asam salisilat yang
17 digunakan sebanyak 0,05 g dan ditambahkan dengan pelarut akuades sebanyak 2 ml. Sampel asam salisilat tidak dapat larut sempurna dengan pelarut akuades pada suhu ruang, sehingga dilakukan pemanasan dengan bunsen agar sampel asam salisilat cepat larut sempurna dengan akuades. Hal ini disebabkan energi kinetik pada partikel-partikelnya menjadi besar, sehingga tumbukan antar partikel lebih sering terjadi dan akibatnya reaksi menjad semakin cepat. Setelah proses pemanasan maka dilanjutkan dengan proses kristalisasi. Sampel yang telah larut dengan akuades kemudian didinginkan sehingga terbentuk kristal pada sampel bodrex tersebut. Penggunaan es batu ini dimaksudkan agar proses pengkristalan lebih cepat. Apabila telah terbentuk endapan sedikit masukkan tabung reaksi yang berisi sampel pada freezer agar sampel yang terlarut dalam akuades cepat mengendap atau mengkristal. Penurunan suhu yang terjadi sangat berpengaruh terhadap proses terbentuknya kristal. Hasil percobaan pembentukan kristal kecil-kecil dan halus. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penurunan suhu yang dilakukan berjalan cepat sehingga kecepatan tumbuh inti kristal lebih cepat daripada kecepatan pertumbuhan krtistal sehingga menyebabkan kristal yang diperoleh kecil. Proses berikutnya yaitu pemisahan dan pengeringan kristal yang telah terbentuk. Penyaringan dilakukan dengan corong Buchner dengan menggunakan bantuan air. Air bertujuan untuk membersihkan kristal dari kotoran yang menempel pada tabung reaksi agar tersaring seutuhnya. Setelah kristal tersaring pada kertas saring yang telah ditimbang, kemudian kertas saring berisi kristal dan mengandung air dikeringkan menggunakan oven agar kristal atau endapan terpisah dengan kandungan air. Setelah di oven kertas saring dan kristal yang diperoleh ditimbang dan diperoleh massa rendemen sebesar 0,03 gram dengan presentase 60% dari massa sampel sebelumnya 0,05 gram. Rendemen yang dihasilkan sedikit yang berarti massa kristal yang diperoleh kembali cukup sedikit. Hal tersebut mungkin dikarenakan pemanasan yang kurang lama sehingga sampel belum larut sempurna dengan pelarut dan terbentuk kristal yang sedikit. Proses selanjutnya menentukan titik leleh sampel asam salisilat. Penentuan titik leleh menggunakan sampel asam salisilat yang sedikit sehingga susah diambil menggunakan pipa kapiler. Sampel dimasukkan dalam sebuah pipa kapiler dan dimasukkan pada alat penangas
18 yang dilengkapi dengan termometer. Titik leleh sampel dapat ditentukan saat sampel yang berada pada pipa kapiler mulai mencair sedikit. Termometer menunjukkan angka C saat sampel pertama kali meleleh. Sampel asam salisilat pada literatur mempunyai titik leleh sebesar C. Kesimpulan Percobaan mengenai rekristalisasi menurut hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa: 1; Rekristalisasi adalah suatu teknik pemisahan zat padat dari pencemarnya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya. 2; Pelarut yang baik untuk sampel A, sampel B, dan sampel C adalah akuades karena memenuhi syarat pelarut yang baik seperti memiliki titik didih dibawah titik didih dan titik leleh sampel. 3; Pelarut terbaik yang dapat digunakan untuk rekristalisasi sampel asam salisilat adalah akuades. 4; Sampel asam salisilat dengan pelarut akuades memiliki nilai rendemen sebesar 60% Referensi dan titik lelehnya pada suhu 155 o C. Arsyad, M. N Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta : Gramedia. Austin, G Farmasi Fisika. Jakarta: Erlangga. Svehla Buku Teks Anailisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima. Alih Bahasa : A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka. Williamson Macroscale and Microscale Organic Experiments. USA : Houghton Mifflin Company. Oxtoby, D.W Prinsip Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Saran Sebaiknya praktikan memahami prosedur kerja yang akan dilakukan pada percobaan reksristalisasi ini sehingga diperoleh data yang akurat. Selain itu, sebaiknya sebelum
19 praktikum disiapkan bahan-bahan percobaan yang akan digunakan oleh praktikan agar tidak kehabisan bahan untuk melakukan percobaan rekristalisasi. Nama Praktikan Ageliya Dwi Pratiwi ( )
REKRISTALISASI REKRISTALISASI
REKRISTALISASI Dwi Yuli Prastika 2013 Telah dilakukan percobaan rekritalisasi dengan tujuan mempelajari teknik pemurnian senyawa berbentuk kristal, memurnikan vanilin dan menentukan titik lebur vanilin.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 PERCOBAAN VIII PEMURNIAN SENYAWA ORGANIK PADAT DENGAN REKRISTALISASI Tanggal Praktikum : 4 Maret 2014 Tanggal Pengumpulan : 13 Maret 2014 Disusun
Lebih terperinciREKRISTALISASI DAN TITIK LELEH
REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH I. Tujuan Dapat memahami teknik teknik dasar dalam pemisahan dan pemurnian zat padat dengan rekristalisasi serta menentukan kemurniannya dengan titik leleh. II. Teori Zat
Lebih terperinciPERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT
I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia
Lebih terperinciRevisi BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Penyaringan B. Tujuan Percobaan 1. Melatih kemampuan agar dapat menggunakan kertas saring untuk menyaring endapan hasil reaksi kimia. 2. Mengenal metode pemisahan secara
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR LABORATORIUM FAKULTAS KIMIA FISIKA FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR I. Tujuan 1. Menentukan titik lebur zat padat dan menggunakannya
Lebih terperinciTitik Leleh dan Titik Didih
Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN VIII PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT ( REKRISTALISASI & SUBLIMASI)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN VIII PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT ( REKRISTALISASI & SUBLIMASI) DISUSUN OLEH : NAMA : RAHMAWATI STAMBUK : F1C1 13 031 KELOMPOK : VI (ENAM) ASISTEN : EKA
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN
LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN I. Tujuan Praktikum 1. Melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan asam asetat anhibrida 2. Menjelaskan prinsip asetilasi II. Landasan Teoritis Reaksi asam salisilat (asam
Lebih terperinciI. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH
Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciPERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS
PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen
Lebih terperinciPENENTUAN METODE REKRISTALISASI YANG TEPAT UNTUK MENINGKATKAN KEMURNIAN KRISTAL AMONIUM PERKLORAT (AP)
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 6 No. 2 Juni 2011 :64-70 PENENTUAN METODE REKRISTALISASI YANG TEPAT UNTUK MENINGKATKAN KEMURNIAN KRISTAL AMONIUM PERKLORAT (AP) Anita Pinalia Peneliti Bidang
Lebih terperinciHASIL KALI KELARUTAN (Ksp)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA
Lebih terperinciNama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.
Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Cara menggunakannya adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkandengan lap. Kemudian dimasukkan larutan
Lebih terperinciC. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )
I. Tujuan Percobaan o Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) o Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah
Lebih terperinciNama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.
Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk Cara nya Pembersihan sangat mengencerkan suatu larutan. adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu disarankan busa / dikeringkandengan lap.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK
LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK PEMBUATAN t - BUTIL KLORIDA NAMA PRAKTIKAN : KARINA PERMATA SARI NPM : 1106066460 PARTNER PRAKTIKAN : FANTY EKA PRATIWI ASISTEN LAB : KAK JOHANNES BION TANGGAL
Lebih terperinciSintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh
Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh Jumat, 4 April 2014 Raisa Soraya*, Naryanto, Melinda Indana Nasution, Septiwi Tri Pusparini Jurusan Pendidikan Imu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Percobaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap, terutama jika terjadi kenaikan suhu (Aziz, dkk, 2009). Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH
LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa
Lebih terperinci1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52
I. Pustaka 1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52 2. Ralph J. Fessenden, Joan S Fessenden. Kimia Organic, Edisi 3.p.42 II.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan
Lebih terperinciI. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol
JUDUL TUJUAN PERCBAAN IV : BENZIL ALKL : 1. Mempelajari kelarutan benzyl alkohol dalam berbagai pelarut. 2. Mengamati sifat dan reaksi oksidasi pada benzyl alkohol. ari/tanggal : Selasa, 2 November 2010
Lebih terperinciPEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014
PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciPERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO
PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO Septi Nur Diana 10510036 K-02 Kelompok J septinurdiana92@yahoo.com Abstrak Pada percobaan ini telah dilakukan sintesis senyawa organik dengan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH) OLEH: NAMA : RAMLAH NIM : F1F1 12 071 KELOMPOK KELAS ASISTEN : III : B : FAISAL
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat Oleh: Nabila Fatin Aisiah M0614026 S1 Farmasi 2014 Fakultas
Lebih terperinciPEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI
PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI Penulis: Gayatri Ayu Andari NIM: 10513053 Kelas: K-01 Kelompok: 4 gayatriayuandari@yahoo.com Abstrak Ekstraksi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk proses
Lebih terperinciASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT
ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK
Paraf Asisten LAPRAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA RGANIK Judul : Sintesis Para Nitroasetanilida Tujuan Percobaan : Memperlajari reaksi nitrasi senyawa aromatis Pendahuluan Asetanilida adalah senyawa turunan
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) OLEH : NAMA : HANIFA NUR HIKMAH STAMBUK : A1C4 09001 KELOMPOK ASISTEN : II (DUA) : WD. ZULFIDA NASHRIATI LABORATORIUM
Lebih terperinciPEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan
PEMISAHAN CAMPURAN Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 21 April 2014 Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH 1112016200040 KELOMPOK 1 MILLAH HANIFAH (1112016200073) YASA ESA YASINTA (1112016200062) WIDYA
Lebih terperinciMODUL I Pembuatan Larutan
MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak
LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak 40 Lampiran 2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR 41 Lampiran 3. Hasil uji asam dikofenak dengan FT-IR 42 Lampiran 4. Hasil uji butil diklofenak
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional
OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL Nama : Ardian Lubis NIM : 121810301028 Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciPercobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM
Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM TUJUAN Mengetahui cara membersihkan, mengeringkan dan menggunakan berbagai alat gelas yang digunakan di laboratorium kimia. Mengatur nyala pembakar Bunsen
Lebih terperinciLAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL
LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI
Lebih terperinciPEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM (Aluminium Foil)
PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM (Aluminium Foil) K[Al(SO 4 ) 2 ] atau 2K[Al(SO 4 )] 2.12H 2 O Widya Kusumaningrum (1112016200005), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.
Lebih terperinciPercobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR Candra Tri Kurnianingsih Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang,
Lebih terperinciEKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap
EKSTRAKSI Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi yaitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang, manusia tidak dapat lepas dari bahan-bahan kimia, hampir disemua aspek kehidupan manusia dapat ditemukan bahan-bahan kimia. Mulai dari aspek kesehatan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I (Pembuatan Kalium Nitrat) Penyusun: Sri Rizka Fadila Guci/ 1205735 Kelompok 6 Rizha Virly/ 1205718 Sherly Destia Rahyu/ 1205715 Silvia Utari/ 1205711 Umul Khairi MS/
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani
Lebih terperinciSintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain
Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Safira Medina 10512057; K-01; Kelompok IV shasamedina@gmail.com Abstrak Sintesis ester etil p-aminobenzoat atau benzokain telah dilakukan melalui
Lebih terperinciReaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3
Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan
Lebih terperinciPRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciOptimalisasi Proses Isolasi Etil Parametoksisinamat (EPMS) Dari Rimpang Kencur dengan Variasi Proses dan Konsentrasi Pelarut
Optimalisasi Proses Isolasi Etil Parametoksisinamat (EPMS) Dari Rimpang Kencur dengan Variasi Proses dan Konsentrasi Pelarut Mohammad Istnaeny Hudha, Elvianto Dwi Daryono, Muyassaroh Jurusan Teknik Kimia,
Lebih terperinci3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan
3 Percobaan Garis Besar Pengerjaan Rangkaian proses isolasi pertama-tama dimulai dengan proses pengumpulan sampel. Karena area sampling adalah area yang hanya ditemukan pada musim hujan, sampel alga baru
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B
Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang
Lebih terperinci5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan
5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa kompleks merupakan senyawa yang memiliki warna yang khas yang diakibatkan oleh adanya unsur yang dari golongan transisi yang biasanya berperperan sebagai atom pusat
Lebih terperinciPEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI
PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI TUJUAN Mempelajari pengaruh konsentrasi katalisator asam sulfat dalam pembuatan etil asetat melalui reaksi esterifikasi DASAR TEORI Ester diturunkan dari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciMETODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.
METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat
Lebih terperinciSINTESIS KLOROFORM. I. TUJUAN 1. Membuat kloroform dengan bahan dasar aseton dan kaporit. 2. Menghitung rendemen kloroform yang terbentuk.
SINTESIS KLOROFORM I. TUJUAN 1. Membuat kloroform dengan bahan dasar aseton dan kaporit. 2. Menghitung rendemen kloroform yang terbentuk. II. TEORI Kloroform merupakan senyawa turunan dari alkana yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas
Lebih terperinciMATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1
MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara umum, penelitian yang dilakukan adalah pengujian laju korosi dari
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Secara umum, penelitian yang dilakukan adalah pengujian laju korosi dari senyawa tanin sebagai produk dari ekstraksi kulit kayu akasia (Acacia mangium)
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMURNIAN. Nama : Shinta Wijaya NRP : Kelompok : E Meja : 10 (Sepuluh) Asisten : Tyas Citra Aprilia
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMURNIAN Nama : Shinta Wijaya NRP : 143020129 Kelompok : E Meja : 10 (Sepuluh) Asisten : Tyas Citra Aprilia LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinci4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)
4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) FeCl 3. 6 H 2 O C 10 H 7 C 20 H 14 O 2 (144.2) (270.3) (286.3) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Penggabungan oksidatif naftol,
Lebih terperinciPenetapan Kadar Sari
I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.
Lebih terperinci5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein
57 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein CH H H + 2 + 2 H 2 H C 8 H 4 3 C 6 H 6 2 C 2 H 12 5 (148.1) (11.1) (332.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2012 Januari 2013 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II KLOROKUIN FOSFAT
LAPORA PRAKTIKUM KIMIA FARMASI AALISIS II KLOROKUI FOSFAT Oleh : Kelompok 6 Lisma Rahmawati ( 31112090) FARMASI 3B PRODI S1 FARMASI SEKOLAH TIGGI ILMU KESEHATA BAKTI TUAS HUSADA TASIKMALAYA 2015 A. Tujuan
Lebih terperinciPembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.
A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap. B. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa diharapkan mampu mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS
SNI 01-0005-1995 Standar Nasional Indonesia Lada hitam ICS Badan Standardisasi Nasional i SNI 01 0005-1995 Daftar Isi 1. Ruang lingkup... 2 2. Acuan Normatif... 2 3. Istilah dan definisi... 2 4. Klasifikasi/penggolongan...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciJURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014
JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 Oleh KIKI NELLASARI (1113016200043) BINA PUTRI PARISTU (1113016200045) RIZQULLAH ALHAQ F (1113016200047) LOLA MUSTAFALOKA (1113016200049) ISNY
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak)
LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak) 56 Lampiran 2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR 57 Lampiran 3. Hasil uji asam diklofenak dengan FT-IR 58 Lampiran 4. Hasil
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS OLEH: RATIH NOVIYANTI (1113031028) DEWA AYU PRAPTI WIDI PRAMERTI (1113031042) GUSTI AYU PUTU WULAN AMELIA PUTRI
Lebih terperinci4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat
NP 4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat H 3 C (CH 2 ) 8 + I CH 2 CH 3 H 3 C (CH 2 ) 8 + CH 3 CH 2 I C 12 H 22 2 C 4 H 7 I 2 C 14 H 24 4 C 2 H 5 I (198.3) (214.0) (63.6) (256.3) (156.0)
Lebih terperinciBABffl METODOLOGIPENELITIAN
BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI CIS DAN TRANS KALIUM DIOKSALATODIAKUOKROMAT ( III )
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI CIS DAN TRANS KALIUM DIOKSALATODIAKUOKROMAT ( III ) OLEH : NAMA : IMENG NIM: ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI, TANGGAL
Lebih terperinciJURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DENGAN ALUMINIUM FOIL Rabu, 26 maret 2014 Ipa Ida Rosita 1112016200007 Kelompok 2 Amelia Rahmawati 1112016200004 Nurul mu nisa A. 1112016200008 Ummu
Lebih terperinciKETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM
KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM Oleh : Dewi Agustin ACC 113 028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang tanah, oat, dan wortel yang diperoleh dari daerah Bogor. Bahan kimia yang digunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran
Lebih terperinciPenataan Ulang Beckmann
Penataan Ulang Beckmann [Rizki Maulana Arief] [10512029; 01; 02] rizki.maulana@students.itb.ac.id Abstrak Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatik yang digolongkan sebagai amida primer,
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan
Lebih terperinciBAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari
Setelah mempelajari dan memahami konsep atom, ion, dan molekul, kini saatnya mempelajari ketiganya dalam bahan kimia sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah dapat melihat atom, ion,
Lebih terperinci5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida
NP 5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida CH CH + H H 2 S 4 + CH 3 CH C 4 H 6 3 C 7 H 6 3 C 9 H 8 4 C 2 H 4 2 (120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1) Klasifikasi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis amina sekunder rantai karbon genap dan intermediat-intermediat sebelumnya dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Sedangkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciReaksi Kupling Diazonium : Sintesis Kombinatorial Azo Dyes
Laporan Praktikum Senyawa Organik Polifungsi KI2251 1 Reaksi Kupling Diazonium : Sintesis Kombinatorial Azo Dyes Antika Anggraeni Kelas 01; Subkelas I; Kelompok C; Ibnu Ubaidillah Abstrak. Garam diazonium
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PEMBUATAN ASAM ASETIL SALISILAT (ASPIRIN) Tanggal: 8 Oktober 2015 Dosen Pembimbing: Lina Elfita, M.Si, Apt Disusun oleh: Kelompok 3D Safizah Ummu Harisah (1112102000010)
Lebih terperinci