BAB I PENDAHULUAN. benua Asia hingga mencapai benua Eropa melalui Jalur Sutera. Para ilmuwan mulai

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. benua Asia hingga mencapai benua Eropa melalui Jalur Sutera. Para ilmuwan mulai"

Johan Hermanto
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sutera ditemukan di Cina sekitar 2700 sebelum Masehi dan teknologi budidayanya masih sangat dirahasiakan pada masa itu. Perkembangan dan persebarannya dimulai dari benua Asia hingga mencapai benua Eropa melalui Jalur Sutera. Para ilmuwan mulai meneliti sutera sejak permulaan abad 20 dan terus mengalami perkembangan yang pesat. Hingga kini sutera sudah dikenal secara luas dikarenakan potensi ekonominya yang tinggi.. Dalam Ordo Lepidoptera terdapat dua kelompok penghasil sutera, yaitu sutera murbei dan sutera non murbei (Wang San Ming, 1989). Ulat sutera yang termasuk kelompok sutera murbei adalah yang sudah didomestikasi dan pakannya adalah daun murbei (Morus sp), sedangkan yang termasuk kelompok non murbei atau sutera liar adalah yang belum didomestikasi dan pakannya bukan daun murbei. Menurut Akai (1997), terdapat perbedaan karakteristik sutera yang dihasilkan ulat sutera murbei dengan ulat sutera liar. Pertama, pada pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa serat sutera liar memiliki lebih banyak saluran halus dan vakuola. Kedua, serat sutera liar bertekstur halus, kuat, tidak mudah kusut, tahan panas, anti bakteri, dan tidak menyebabkan alergi. Karakteristik tersebutlah yang menyebabkan serat sutera liar lebih unggul dibandingkan dengan serat sutera murbei. Di Indonesia paling tidak terdapat lima spesies ulat sutera liar yaitu Attacus atlas L., Samia cynthia ricini Bsd., Cricula trifenestrata Helf., Cricula aelaezea Jord., Antherea 1

2 pernyi yang semuanya termasuk dalam Famili Saturniidae (Situmorang, 1996). Salah satu anggota Famili Saturniidae yang memiliki keistimewaan adalah C. trifenestrata karena merupakan spesies yang hidup di daerah tropis dan tersebar hanya di Indonesia dan sekitar Asia Tenggara. Larva C. trifenestrata ketika dewasa menghasilkan kokon yang berwarna keemasan. Karena keindahan tersebut, serat kokonnya digunakan sebagai ornamen atau bahan tekstil (Akai et al., 1996), sedangkan kokonnya dapat dibuat menjadi hiasan tas tangan; sampul buku; korsase dan kerajinan tangan lainnya (Prihatin dan Situmorang, 2002). Selain menghasilkan sutera yang berkilau keemasan dan filamen yang berpori, serat yang dihasilkan juga memberikan efek halus jika tersentuh kulit.. Harga dari serat kokon C. trifenestrata yang sudah diolah bervariasi tergantung dari kegunaan dan kualitasnya. Tetapi sekarang ini berkisar antara 50 $ (± Rp ) 100 $ (± Rp ) per kilogram cangkang kokon (Akai, 2000). C. trifenestrata selama ini dikenal masyarakat sebagai hama yang berbahaya bagi beberapa tanaman buah dan ulatnya menyebabkan alergi gatal pada kulit. Masyarakat biasanya menghindari ulat ini dengan membunuh atau menghancurkan ekosistemnya. Keberadaan ulat ini menjadi terancam sehingga perlu suatu usaha konservasi untuk menjaga ulat ini tetap ada, mengingat peran pentingnya dalam perekonomian masyarakat. Di Indonesia, serangga ini dapat hidup di pohon Kenari, Alpukat, Kedondong, Jambu Mete, dan pohon Mangga (Kalshoven, 1981). Pohon Jambu Mete merupakan salah satu pohon yang paling disukai oleh serangga ini (Harjanti, 2001). Penelitian ini mengamati preferensi C. trifenestrata dalam memilih pohon induknya dalam satu spesies terkait kandungan fitokimia daun dan kualitas kokonnya. 2

3 Permasalahan berawal dari satu individu pohon yang sudah terserang habis oleh C. trifenestrata, berada dalam area perkebunan yang sama dengan pohon yang sedikit terserang dan pohon yang sama sekali tidak terserang. Fenomena tersebut menyebabkan munculnya pertanyaan baru mengenai faktor apa yang menentukan C. trifenestrata dalam memilih pohon induk dalam satu spesies. Pertimbangan aspek ekologi, kebiasaan, komposisi pakan dan beberapa aspek lain yang terkait, menjadi referensi bagi penelitian ini. Fitokimia pakan menjadi salah satu pertimbangan yang mungkin dapat menjawab fenomena tersebut. Hal tersebut akan ditera dengan melihat secara komprehensif pada penelitian ini. Penelitian lanjutan tentang kandungan zat kimia yang terdapat dalam pakan terutama pada daun jambu mete perlu dilakukan karena perbedaan kandungan senyawa kimia masing masing tanaman pakan menyebabkan kualitas tanaman yang satu dengan yang lain menjadi tidak sama. Perbedaan kualitas tersebut akan mempengaruhi pemilihan pohon induk dan kehidupan larva yang hidup pada pohon tersebut. (Harjanti, 2001; Nurcahyo, 2001) B. Perumusan Masalah 1. Apakah kandungan fitokimia daun Jambu Mete mempengaruhi preferensi C. trifenestrata dalam memilih ketiga kondisi pohon Jambu Mete (Terserang, Sedikit Terserang, dan Tidak Terserang)? 2. Apakah terdapat perbedaan kualitas kokon C. trifenestrata pada kedua kondisi pohon Jambu Mete (Terserang dan Sedikit Terserang)? 3

4 3. Apakah kandungan fitokimia daun Jambu Mete berkorelasi dan berpengaruh terhadap kualitas kokon C. trifenestrata? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh kandungan fitokimia daun terhadap preferensi C. trifenestrata dalam memilih ketiga kondisi pohon Jambu Mete (Terserang, Sedikit Terserang, dan Tidak Terserang). 2. Mengetahui perbedaan kualitas kokon C. trifenestrata pada kedua kondisi pohon Jambu Mete (Terserang dan Sedikit Terserang)? 3. Mengetahui hubungan dan pengaruh kandungan fitokimia daun jambu mete terhadap kualitas kokon C. trifenestrata D. Keaslian Penelitian dan Justifikasi Penelitian terdahulu mengenai C. trifenestrata pernah dilakukan dan diantaranya tercantum pada jurnal internasional sutera liar, beberapa penerbit jurnal lain, dan seminar. Pada beberapa penelitian terkait disebutkan bahwa belum ada atau masih jarang yang meneliti mengenai hubungan kandungan fitokimia daun Jambu Mete terhadap preferensi pemilihan pohon induk dalam satu spesies tanaman pakan serta kualitas kokon yang dihasilkan ulat tersebut. Penelitian mengenai preferensi pakan C. trifenestrata dalam memilih tanaman induknya pada beberapa spesies pernah dilakukan (Harjanti, 2001). Preferensi peletakan telur oleh ngengat betina pada tanaman pakan induk dan beberapa tanaman pakan lainnya pernah dilakukan (Situmorang dan Mulyatno, 2002). Dalam kedua penelitian tersebut dikemukakan bahwa C. trifenestrata lebih menyukai pohon 4

5 jambu mete sebagai tanaman pakan dan tempat meletakkan telurnya dibandingkan dengan tanaman pakan lainnya. Disebutkan juga bahwa warna daun dan bau kimia yang berasal dari tanaman tersebut merupakan sinyal yang sangat penting untuk menarik serangga. Penelitian ini perlu dilakukan karena melalui penelitian ini dapat diketahui faktor yang menentukan kualitas kokon dan preferensi C. trifenestrata dalam memilih tanaman pakan induk dalam satu spesies melalui penelusuran kandungan fitokimianya. Dengan diketahuinya faktor tersebut akan memberikan informasi baru mengenai preferensi dan kualitas kokon terbaik pada C. trifenestrata diantara ketiga kondisi pohon jambu mete (pohon terserang, pohon sedikit terserang, dan pohon tidak terserang). E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat umum maupun ilmiah yang membutuhkan sebagian referensi dan data mengenai hubungan kandungan fitokimia daun jambu mete dengan kualitas kokon C. trifenestrata pada ketiga kondisi pohon yang berbeda. 5

dokumen-dokumen yang mirip

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-Ukuran Kulit Kokon C. trifenestrata Rataan, simpangan baku, koefisien keragaman berbagai ukuran kokon panjang kokon, lingkar bagian medial kokon, lingkar ¼ bagian posterior