BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :"

Transkripsi

1

2 BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : (sirkulasi) Fax. : BKM_TOD@bi.go.id Website :

3 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2012 Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Darmin Nasution Hartadi A. Sarwono Muliaman D. Hadad Ardhayadi Mitroatmodjo Budi Mulya Halim Alamsyah Ronald Waas Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur i

4 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia ii

5 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga (Inflation Targeting Framework) Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Prinsip Dasar Sasaran Inflasi Strategi Kebijakan Moneter Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan. Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang. Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode , masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%. Instrumen dan Operasi Moneter BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu. Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities). Proses Perumusan Kebijakan Transparansi BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Koordinasi dengan Pemerintah Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan. iii

6 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia iv

7 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Gubernur Bank Indonesia Kata Pengantar Di tengah melemahnya perekonomian global, perekonomian Indonesia diperkirakan masih dapat tumbuh tinggi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2012 diperkirakan masih akan tumbuh tinggi didorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi. Kuatnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh keyakinan konsumen akan perekonomian yang tetap baik serta daya beli mereka yang tetap terjaga. Sementara iklim usaha yang kondusif telah mendorong investasi untuk tumbuh baik, diantaranya ditandai dengan maraknya pembangunan infrastruktur. Namun demikian, di sisi lain, ekspor pada triwulan laporan diperkirakan melambat akibat turunnya permintaan eksternal sebagai dampak dari perlambatan perekonomian dunia. Disamping ekspor yang melemah, impor juga diperkirakan akan melambat walaupun masih tumbuh tinggi sejalan dengan tetap kuatnya permintaan domestik. Sumber utama pertumbuhan diperkirakan masih didominasi oleh sektor-sektor pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi. Neraca pembayaran pada triwulan II 2012 diperkirakan ditandai dengan membesarnya defisit transaksi berjalan. Defisit yang lebih besar ini disebabkan oleh kondisi tadi, yaitu menurunnya ekspor sebagai akibat dari melambatnya permintaan eksternal di tengah impor yang masih tinggi. Namun di sisi lain, transaksi modal dan finansial diperkirakan tetap mencatat kinerja positif yang ditopang oleh aliran investasi langsung. Dengan didasarkan oleh perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai akhir Juni 2012 adalah sebesar 106,5 miliar dolar AS, atau setara dengan kemampuan impor selama 5,7 bulan ditambah kemampuan membayar seluruh utang luar negeri pemerintah satu tahun ke depan. Nilai tukar rupiah selama triwulan laporan mengalami depresiasi sebagai akibat berbagai faktor eksternal maupun internal. Ketidakpastian penyelesaian masalah krisis Eropa yang mendorong investor berperilaku aman, serta meningkatnya kebutuhan valuta asing untuk membiayai impor memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Namun, Bank Indonesia telah melaksanakan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang diperlukan guna memastikan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah. Dinamika inflasi secara umum masih terkendali. Hal ini terlihat dari inflasi inti (core inflation) dan inflasi dari komponen dengan harga diatur (administered prices), yang masih relatif stabil selama triwulan laporan. Inflasi yang terjadi lebih didorong oleh inflasi kelompok makanan dengan harga bergejolak (volatile food) akibat kenaikan harga bahan pangan karena terbatasnya pasokan. Bank Indonesia akan senantiasa mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi v

8 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia tersebut dan menyesuaikan kebijakan moneternya apabila diperlukan, guna tetap mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat agar sama dengan target inflasi yang telah ditetapkan. Di tengah pelemahan ekonomi global, stabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang kian membaik dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Ini tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan tetap rendahnya rasio kredit bermasalah. Sementara itu, kegiatan intermediasi berupa penyaluran kredit untuk pembiayaan perekonomian terus berlanjut. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Juli 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 5,75%. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kinerja perekonomian saat ini dan prospeknya ke depan, serta mempertimbangkan berbagai faktor risiko dan tantangan yang dihadapi. Tingkat suku bunga acuan tersebut dipandang masih konsisten dengan tekanan inflasi yang masih terkendali sesuai target inflasi tahun 2012 dan 2013 sebesar 4,5% + 1%. Bank Indonesia akan terus mewaspadai melemahnya perekonomian global yang berdampak pada melambatnya ekspor di tengah masih tingginya impor, dan siap menyesuaikan kebijakan moneternya apabila diperlukan guna tetap menjamin tercapainya inflasi sesuai target. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat pengelolaan nilai tukar sesuai fundamentalnya yang didukung oleh langkah-langkah lanjutan dalam operasi moneter dan pendalaman pasar valas, dalam rangka menjaga agar keseimbangan eksternal tetap terjaga. Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan II 2012 serta prospek ke depannya. Saya berharap laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua. Jakarta, Juli 2012 Gubernur Bank Indonesia Dr. Darmin Nasution vi

9 Respons Kebijakan Moneter Triwulan II Respons Kebijakan Moneter Triwulan II 2012 Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 Juli 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Bank Indonesia memandang bahwa tingkat suku bunga tersebut masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Di sisi eksternal, Bank Indonesia terus mewaspadai melemahnya perekonomian global yang berdampak pada melambatnya ekspor di tengah masih tingginya impor sejalan dengan kuatnya permintaan domestik. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia terus memperkuat pengelolaan nilai tukar sesuai fundamentalnya dan didukung oleh langkah-langkah lanjutan dalam operasi moneter dan pendalaman pasar valas dalam rangka menjaga agar penyesuaian keseimbangan eksternal berjalan secara teratur. Dengan langkah-langkah kebijakan tersebut, tekanan neraca pembayaran diperkirakan kembali berkurang dalam paruh kedua tahun Dewan Gubernur mewaspadai kecenderungan perekonomian global yang mengalami pelemahan dan diliputi ketidakpastian yang cukup besar. Penyelesaian krisis di Eropa diperkirakan masih memerlukan waktu yang panjang, meskipun terdapat sejumlah kemajuan dengan hasil European Union Summit beberapa waktu yang lalu. Di samping berlanjutnya persepsi negatif di pasar keuangan global, ekonomi Eropa akan mengalami resesi pada tahun ini sebelum berangsur membaik pada tahun Di sisi lain, kondisi perekonomian AS juga masih rentan di tengah risiko fiskal ke depan yang masih dalam proses penyelesaian. Melemahnya perekonomian global telah berdampak pada pertumbuhan negara-negara di Asia, seperti China dan India, yang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Sementara itu, harga komoditas global, termasuk harga minyak, terus menurun seiring dengan permintaan dunia yang melemah. Hal itu juga diikuti dengan tekanan inflasi global yang terus menurun. Melemahnya perekonomian dunia mulai berdampak pada kinerja sisi eksternal perekonomian Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Dengan menurunnya kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2012 diprakirakan tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 6,3% dan berada pada kisaran 6,1-6,5% pada tahun 2012 dan 6,3-6,7% tahun Tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didukung oleh tetap kuatnya permintaan domestik, baik konsumsi dan investasi yang tumbuh cukup tinggi. Di sisi sektoral, seluruh sektor ekonomi diprakirakan masih tumbuh dengan baik. Sektor-sektor yang diprakirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi ke depan, antara lain sektor transportasi dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor industri. Neraca Pembayaran Indonesia diprakirakan mengalami tekanan pada triwulan II 2012 dan cenderung membaik pada paruh kedua Defisit transaksi berjalan di triwulan II 2012 diperkirakan lebih besar dibandingkan defisit di triwulan sebelumnya akibat kinerja ekspor yang menurun sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia di tengah masih 1

10 Respons Kebijakan Moneter Triwulan II 2012 tingginya impor untuk mendukung kegiatan ekonomi domestik. Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial (TMF) di triwulan II 2012 diprakirakan masih cukup tinggi, terutama ditopang oleh tingginya investasi langsung (FDI) dan membaiknya arus portofolio asing. Ke depan, penyesuaian terhadap impor bahan baku sejalan dengan menurunnya ekspor akan mengurangi tekanan defisit neraca transaksi berjalan. Sementara itu, cadangan devisa sampai dengan akhir Juni 2012 mencapai 106,5 miliar dolar AS, atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Nilai tukar Rupiah pada triwulan II 2012 masih mengalami tekanan depresiasi, namun dengan volatilitas yang terjaga dibandingkan triwulan sebelumnya didukung oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia. Rupiah secara point-topoint melemah sebesar 2,65% (qtq) ke level Rp9.393 per dolar AS atau secara rata-rata melemah 2,27% (qtq) menjadi Rp9.277 per dolar AS. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh dinamika krisis di Eropa yang mendorong meningkatnya permintaan valas terkait portfolio rebalancing oleh pelaku nonresiden. Selain itu, permintaan valas domestik juga meningkat seiring dengan impor yang tinggi. Bank Indonesia terus menempuh langkahlangkah untuk menjaga keseimbangan di pasar valas maupun pengembangan instrumen moneter valas untuk mendukung stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai fundamentalnya dan sejalan dengan pergerakan mata uang kawasan Asia. Tekanan Inflasi pada triwulan II 2012 masih relatif rendah. Inflasi IHK pada triwulan II 2012 tercatat 0,90% (qtq) sehingga secara tahunan tercatat sebesar 4,53% (yoy). Secara fundamental, inflasi masih terkendali sebagaimana tercermin pada inflasi inti yang berada level yang rendah (4,15%, yoy) seiring dengan penurunan harga komoditas global dan ekspektasi yang membaik. Sementara itu, harga bahan pangan mengalami peningkatan akibat terganggunya pasokan. Di sisi lain, inflasi administered prices minimal seiring dengan tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis. Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan moderat dan diperkirakan tetap berada dalam kisaran sasarannya. Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dan disertai dengan fungsi intermediasi yang terus meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Industri perbankan menunjukkan kinerja yang semakin solid sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus membaik, tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir Mei 2012 mencapai 26,3% (yoy). Kredit investasi tumbuh cukup tinggi, sebesar 29,3% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian. Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 28,9% (yoy) dan 20,3% (yoy). Ke depan, Dewan Gubernur tetap fokus pada upaya menjaga keseimbangan eksternal, terutama untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, dan pengendalian inflasi. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh selama ini. Respon kebijakan suku bunga BI Rate 2

11 Respons Kebijakan Moneter Triwulan II 2012 tetap diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan makroekonomi ke depan. Bank Indonesia akan melanjutkan penguatan operasi moneter dan kebijakan makroprudensial, termasuk dengan menjaga kecukupan likuiditas dan mendorong pendalaman pasar keuangan, untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah dan menjaga ekspektasi inflasi. Di samping itu, koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah juga terus diperkuat. 3

12 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan 2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Prospek perekonomian tahun 2012 dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian global yang cenderung melemah. Perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa menyebabkan prospek pertumbuhan negara-negara emerging markets Asia menurun. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 diprakirakan berada dalam kisaran 6,1%-6,5% ditopang oleh kuatnya permintaan domestik, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Kontribusi net ekspor diperkirakan menurun sejalan dengan lebih rendahnya volume perdagangan dunia dan menurunnya harga komoditas ekspor. Pada tahun 2013 perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,3%- 6,7% dengan dorongan dari sisi domestik maupun eksternal. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti industri pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Inflasi tahun 2012 diperkirakan dalam kisaran target 4,5% ± 1% sejalan dengan kecenderungan harga global yang masih akan menurun akibat berlanjutnya melemahnya perekonomian global. Tekanan inflasi dari sisi domestik diperkirakan tetap terkendali didukung oleh kondisi penawaran yang masih dapat merespons peningkatan permintaan, ekspektasi inflasi yang membaik, dan minimalnya kebijakan penyesuaian harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah. Pada tahun 2013, dengan membaiknya respons sisi penawaran serta dukungan kebijakan, inflasi diperkirakan tetap berada dalam rentang sasaran sebesar 4,5% ± 1%. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh selama ini sesuai dengan perkembangan perekonomian global dan domestik serta mengevaluasi dampak perkembangan tersebut terhadap kinerja perekonomian Indonesia ke depan. Bank Indonesia akan mengarahkan kebijakannya untuk mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai dengan prakiraan makroekonomi ke depan. Selain itu koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah akan terus diperkuat, baik melalui forum TPI maupun TPID. ASUMSI YANG MENDASARI PERKIRAAN EKONOMI Asumsi Perekonomian Internasional Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2012 dan 2013 diperkirakan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Lebih rendahnya perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2012 tersebut terutama disebabkan perkiraan pertumbuhan negara-negara emerging market Asia yang diperkirakan tumbuh lebih rendah akibat imbas perlambatan 4

13 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ekonomi di Amerika Serikat dan kawasan Eropa. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan membaik, meskipun lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2012 diperkirakan sebesar 3,2%, lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 3,5%. Pada tahun 2013, ekonomi dunia diperkirakan meningkat secara gradual menjadi 3,5%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,1%. Perekonomian AS yang diharapkan menjadi salah satu pendorong utama pemulihan perekonomian dunia mengindikasikan perlambatan yang terlihat dari menurunnya laju penyerapan tenaga kerja dan aktivitas industri. Di Eropa, secara umum perekonomian diperkirakan masih mengalami kontraksi di tahun 2012, sehubungan masih belum jelasnya resolusi dari penyelesaian krisis yang dialami oleh beberapa negara di Eropa. Dari kawasan Asia, perekonomian Jepang diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, sementara China dan India diperkirakan mengalami perlambatan di tahun Perekonomian dunia yang tumbuh lebih rendah selanjutnya mendorong penurunan aktivitas perdagangan dunia. Beberapa lembaga internasional memproyeksikan lebih rendahnya pertumbuhan volume perdagangan dunia di tahun 2012 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. IMF memprakirakan volume perdagangan dunia di tahun 2012 tumbuh sebesar 4%, lebih rendah dari 5,8% di tahun sebelumnya. Sementara World Bank memprakirakan pertumbuhan volume perdagangan dunia di tahun 2012 sebesar 5,3%, di bawah kinerja tahun 2011 sebesar 6,1%. Sejalan dengan lebih rendahnya pertumbuhan volume perdagangan dunia, harga komoditas nonmigas diprakirakan juga akan mengalami penurunan. Di tahun 2012, IMF dan World Bank masing-masing memprakirakan terjadi koreksi harga komoditas nonmigas sebesar -10,3% dan -8,5% setelah pada tahun sebelumnya mencatat pertumbuhan yang positif. Asumsi Kebijakan Fiskal Pemerintah menetapkan defisit sekitar -2,3% dari PDB pada APBN-P Defisit tersebut lebih tinggi dari APBN 2012, yakni -1,5% dari PDB. Dari sisi penyerapan anggaran, penyerapan anggaran di tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi. Hal ini terlihat dari realisasi APBN-P 2012 yang telah mencatat defisit sebesar 0,4% dari PDB, atau lebih baik dibandingkan dengan surplus sebesar 0,6% di periode yang sama di tahun Di tahun 2013, sejalan dengan rencana pemerintah untuk melakukan konsolidasi fiskal secara bertahap, kontribusi APBN terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan menurun. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 diprakirakan berada dalam kisaran 6,1%-6,5%, dan pada tahun 2013 diprakirakan meningkat mencapai kisaran 6,3%- 6,7%. Prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 tersebut lebih rendah dari prakiraan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,3% - 6,7%. Prospek pertumbuhan 5

14 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ekonomi pada tahun 2012 ditopang oleh permintaan domestik baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Sementara dari sisi eksternal, kontribusi net ekspor diperkirakan menurun sejalan dengan lebih rendahnya volume perdagangan dunia dan menurunnya harga komoditas ekspor di tengah berlanjutnya pertumbuhan impor untuk mendukung aktivitas perekonomian domestik. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti industri pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2013, sejalan dengan perkiraan membaiknya perekonomian dunia yang diikuti oleh peningkatan permintaan eksternal, kinerja perekonomian diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang terutama disumbangkan oleh peningkatan kontribusi net ekspor di tengah meningkatnya aktivitas perekonomian domestik. Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih menjadi penunjang utama kinerja perekonomian nasional. Prospek Permintaan Agregat Konsumsi rumah tangga di tahun 2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,7% - 5,1%. Perkembangan berbagai indikator mengindikasikan tren perkembangan konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil. Hasil survei konsumen Bank Indonesia Juni 2012 menunjukkan tingkat keyakinan konsumen masih dalam level optimis (Grafik 2.1). Optimisme konsumen terutama didukung oleh membaiknya indeks penghasilan dan lapangan kerja baik untuk saat ini maupun di masa mendatang. Penjualan eceran pada Mei 2012 masih kuat dan diperkirakan akan meningkat pada akhir triwulan II dan awal triwulan III sehubungan dengan musim liburan dan bulan suci Ramadhan (Grafik 2.2). Penjualan mobil mencatat pertumbuhan yang tinggi pada Mei 2012, melanjutkan tren peningkatan yang dimulai sejak Desember Relatif terkendalinya tingkat inflasi sampai dengan triwulan II serta ekspektasi inflasi yang membaik juga menjaga kestabilan daya beli masyarakat. Selain itu, berlanjutnya tren penurunan suku bunga simpanan dan kredit juga mendukung kinerja konsumsi rumah tangga di tahun Perlambatan ekspor yang terjadi * Proyeksi Bank Indonesia K o m p o n e n Tabel 2.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan I II* III* 2012* %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,9 4,9 4,9 4,7-5,1 4,8-5,2 Konsumsi Pemerintah 3,2 5,9 6,9 7,6 6,9-7,3 6,0-6,4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,8 9,9 9,0 9,2 9,2-9,6 9,9-10,3 Ekspor Barang dan Jasa 13,6 7,8 5,3 7,1 6,9-7,3 9,2-9,6 Impor Barang dan Jasa 13,3 8,2 7,3 8,2 8,0-8,4 9,6-10,0 PDB 6,5 6,3 6,2 6,3 6,1-6,5 6,3-6,7 2013* 6

15 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 2.2 Pertumbuhan Penjualan Mobil, Motor dan Penjualan Eceran Grafik 2.3 Nilai Investasi (SKDU) 1 Hasil survei AT Kearney 2 Hasil survei Bank Dunia di paruh pertama tahun 2012 diperkirakan berdampak minimal pada tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh relatif kecilnya porsi pendapatan rumah tangga yang terkait dengan kegiatan ekspor dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari sumber lain. Di tahun 2012, konsumsi pemerintah riil diprakirakan tumbuh sebesar 6,9% - 7,3%. Perkiraan tersebut didasari oleh peningkatan kinerja belanja pemerintah dan adanya APBN-P yang meningkatkan rasio defisit anggaran terhadap PDB menjadi sekitar -2,3%. Beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya defisit adalah perubahan harga minyak, produksi minyak mentah domestik, pergerakan nilai tukar dan kondisi makroekonomi lainnya. Berdasarkan hal tersebut, kontribusi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi 2012 diperkirakan meningkat dari tahun sebelumnya. Investasi di tahun 2012 diprakirakan tumbuh 9,2% - 9,6%. Dengan tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga domestik yang stabil serta ekspektasi membaiknya kinerja ekspor ke depan, investasi diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Beberapa indikator yang mendukung stabilnya pertumbuhan investasi adalah masih kuatnya penjualan semen dan impor bahan bangunan, pertumbuhan belanja modal pemerintah yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, berlanjutnya tren penurunan suku bunga, serta membaiknya iklim usaha di Indonesia sebagaimana yang ditunjukkan oleh kenaikan peringkat keyakinan FDI 1 serta membaiknya kinerja logistik. 2 Selain indikator-indikator tersebut, hasil survei SKDU Bank Indonesia triwulan I 2012 menunjukkan adanya peningkatan realisasi dan rencana investasi (Grafik 2.3). Pertumbuhan ekspor di tahun 2012 diprakirakan melambat. Hal itu disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan perekonomian global yang diikuti dengan penurunan harga komoditas. Walaupun pangsa ekspor Indonesia ke kawasan Eropa relatif kecil, namun kinerja ekspor Indonesia mulai terkena dampak tidak langsung dari melambatnya perekonomian negara-negara Asia seperti China dan India yang mulai terpapar oleh dampak krisis tersebut. Dengan kondisi tersebut, ekspor di tahun 2012 diperkirakan berada dalam kisaran 6,9% - 7,3%. Pertumbuhan impor di tahun 2012 diperkirakan masih relatif tinggi sejalan dengan kegiatan ekonomi domestik yang masih kuat. Pertumbuhan impor diperkirakan menurun sejalan dengan laju pertumbuhan ekspor yang menurun. Namun, dengan aktivitas perekonomian domestik yang masih kuat, impor 7

16 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Grafik 2.4 Utilisasi Kapasitas Industri Pengolahan diprakirakan masih tumbuh cukup tinggi. Dengan kondisi tersebut, impor diprakirakan akan mencapai 8,0% - 8,4% di tahun 2012, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2013, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh 6,3% - 6,7%. Kinerja ekspor diprakirakan akan membaik sejalan dengan mulai pulihnya perekonomian global dan harga komoditas internasional. Konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tetap berada dalam tren meningkat, diiringi dengan investasi yang lebih tinggi sebagai respons dari peningkatan permintaan baik dari sisi eksternal maupun domestik. Sejalan dengan rencana pemerintah untuk mencapai surplus anggaran pada tahun 2015, pertumbuhan konsumsi pemerintah riil diprakirakan lebih rendah dari tahun Prospek Penawaran Agregat Prospek perekonomian Indonesia tahun 2012 dari sisi sektoral diprakirakan masih cukup baik, meski dibayangi oleh melemahnya perekonomian dunia. Permintaan domestik yang masih tinggi mampu mengimbangi perlambatan sektor-sektor yang terjadi akibat penurunan permintaan eksternal. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih akan didominasi oleh sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan pada tahun 2012 diprakirakan masih akan tumbuh tinggi, meskipun melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor industri pengolahan diprakirakan tumbuh di kisaran 5,6% - 6,0% (Tabel 2.3). Investasi yang masih mengalir ke sektor-sektor industri, baik dalam bentuk Pananaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendorong kinerja sektor Tabel 2.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 S e k t o r I II* III* 2012* 2013* Pertanian 3,0 3,9 3,6 3,0 3,1-3,5 2,9-3,3 Pertambangan & Penggalian 1,4 2,9 2,7 2,8 2,5-2,9 2,3-2,7 Industri Pengolahan 6,2 5,7 5,5 6,0 5,6-6,0 5,9-6,3 Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 6,1 5,9 6,0 5,8-6,2 5,4-5,8 Bangunan 6,7 7,3 7,5 7,6 7,3-7,7 7,4-7,8 Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 8,5 8,4 8,7 8,4-8,8 8,9-9,3 Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,3 10,3 10,5 10,2-10,6 10,0-10,4 Keuangan, Persewaan & Jasa 6,8 6,3 6,3 6,1 6,0-6,4 6,2-6,6 Jasa-jasa 6,7 5,5 5,7 5,8 5,5-5,9 5,9-6,3 PDB 6,5 6,3 6,2 6,3 6,1-6,5 6,3-6,7 * Proyeksi Bank Indonesia 8

17 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Grafik 2.5 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan industri pengolahan. Hingga triwulan I 2012 investasi manufaktur nasional mencapai Rp 28,91 triliun. Investasi tersebut terdiri dari realisasi PMDN mencapai Rp 8,12 triliun dari 210 proyek dan realisasi investasi PMA mencapai 2,31 miliar dolar AS dari 570 proyek. Selain itu, fundamental ekonomi yang tetap solid serta iklim usaha yang lebih kondusif semakin memperkuat kinerja sektor industri pengolahan (Grafik 2.5). Kinerja sektor industri pengolahan didukung oleh solidnya pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin). Dengan daya beli masyarakat yang cukup kuat dan jumlah penduduk yang besar menjadikan Indonesia pasar yang sangat potensial. Kondisi ini sangat kondusif bagi perkembangan industri mamin. Selain itu masih maraknya usaha waralaba berbentuk 24 hours convenience store di Indonesia menambah jumlah outlet pemasaran produk-produk industri mamin. Untuk memenuhi peningkatan konsumsi menjelang bulan puasa dan hari raya Lebaran, industri mamin akan meningkatkan produksinya sekitar 20%-30%. Adanya dukungan dari penambahan investasi, pertumbuhan penduduk yang masih positif serta integrasi ASEAN, dalam lima tahun ke depan industri mamin dan tembakau diharapkan dapat mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri nasional. Selain industri mamin, industri otomotif dan semen juga menjadi faktor pendukung kinerja industri pengolahan. Geliat perkembangan industri otomotif terlihat dari tingginya permintaan mobil baru di pasar domestik yang mengakibatkan panjangnya antrian mobil baru (indent) yang akan dikirim ke konsumen. Dengan perkembangan tersebut tidak mengherankan jika beberapa merk otomotif ingin menjadikan Indonesia sebagai basis dari produksinya. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil dari pabrikan ke dealer (wholesale) pada Januari-Mein 2012 mencapai unit. Sementara itu, penjualan mobil dari dealer ke konsumen (retail sales) mencapai unit. Dengan demikian stok indikatif mobil yang belum tersalurkan (existing stock) hanya sebesar unit. Selain itu, upaya pemerintah untuk menyukseskan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) akan mendorong meningkatnya pembangunan infrastruktur. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan sektor bangunan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Momentum ini akan menjadi dorongan bagi pengusaha industri semen untuk meningkatkan kapasitas produksinya guna mengantisipasi peningkatan permintaan semen ke depan. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) diprakirakan masih mampu tumbuh tinggi pada tahun 2012, meski melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor PHR diprakirakan tumbuh pada kisaran 8,4% - 8,8% (Grafik 2.6). Pertumbuhan tersebut sejalan dengan perkembangan konsumsi rumah tangga dan impor. Melemahnya ekonomi kawasan Eropa dan AS akibat krisis berdampak pada penurunan ekspor yang pada gilirannya mengakibatkan penurunan impor. Namun, impor barang 9

18 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Grafik 2.6 Pertumbuhan Sektor PHR dan Impor Grafik 2.7 Pertumbuhan Sektor Pengangkutan & Komunikasi konsumsi diperkirakan masih akan tumbuh pada level yang tinggi akibat masih tingginya permintaan domestik. Kondisi ini menjadi faktor pendukung perkembangan aktivitas subsektor perdagangan. Produk impor yang banyak membanjiri pasar domestik antara lain produk makanan dan minuman olahan serta barang-barang elektronik (durable consumption goods). Sementara itu, subsektor hotel dan restoran menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil. Pemerintah optimis bahwa target kedatangan delapan juta wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada tahun 2012 dapat tercapai. Pertumbuhan jumlah kedatangan wisman ke Indonesia pada empat bulan pertama tahun 2012 naik 8,8% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun Angka tersebut dua kali lipat dibandingkan dengan pertumbuhan pariwisata global, di tengah krisis perekonomian yang masih melanda negara-negara belahan barat dunia. Optimisme di bidang pariwisata inilah yang mendorong bertumbuhnya subsektor hotel dan restoran. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2012 diprakirakan masih dapat tumbuh pada level yang tinggi meskipun melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perlambatan yang terjadi lebih disebabkan oleh tren perlambatan pertumbuhan subsektor komunikasi, sementara subsektor pengangkutan masih cenderung mengalami tren pertumbuhan yang meningkat (Grafik 2.7). Pertumbuhan pengangkutan udara yang masih tinggi mendorong pertumbuhan subsektor pengangkutan. Kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan menjadi keuntungan tersendiri bagi industri angkutan udara. Kondisi tersebut membuka peluang bagi berkembanganya industri penerbangan, dengan didorong oleh ekspansi ekonomi, peningkatan pendapatan, serta peningkatan industri perdagangan dan pariwisata. Pertumbuhan penumpang pesawat udara diprakirakan dapat mencapai 15%- 20% per tahun untuk beberapa tahun ke depan. Hal tersebut direspons oleh para pelaku usaha maskapai penerbangan dengan menambah jumlah armada, rute penerbangan, dan frekuensi penerbangan. Akivitas angkutan udara yang tinggi terindikasi pada impor pesawat udara beserta komponennya yang meningkat tinggi mencapai 119,4% (yoy) pada Mei Selain itu, beberapa maskapai penerbangan juga berencana untuk mengekspansi bisnis berupa penerbangan jarak dekat untuk memenuhi permintaan penerbangan di wilayah pedalaman. Selain peningkatan penumpang, aktivitas kargo juga bertambah. Peningkatan kargo tidak hanya terjadi pada angkutan udara, tetapi juga angkutan laut dan darat. Pertumbuhan subsektor komunikasi diprakirakan masih tetap tinggi, meskipun melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hingga akhir tahun

19 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan lalu, jumlah pelanggan seluler di Indonesia telah mencapai 240 juta pelanggan dengan kontribusi terbesar masih diberikan oleh pelanggan prabayar yang jumlahnya mencapai 95%. Industri telekomunikasi telah memasuki masa saturasi atau titik jenuh. Kondisi tersebut tercermin dari tingkat penetrasi pengguna telepon seluler yang sudah mendekati 100% dan menurunnya pendapatan dari layanan suara dan pesan singkat (Short Message Service SMS). Dengan jumlah pelanggan yang telah melebihi jumlah penduduk Indonesia, layanan data dan mobile broadband akan menjadi bisnis utama bagi industri telekomunikasi. Hal tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan layanan data konsumen. Pelanggan broadband berkembang dengan pesat mencapai 70 juta pelanggan pada tahun 2011 dengan pertumbuhan lebih dari 100% dibandingkan dengan tahun Peningkatan pendapatan dari layanan data didukung juga oleh perkembangan infrastruktur yakni peningkatan jumlah Base Transceiver Station (BTS), dari 97 ribu BTS sekitar 22 ribu di antaranya merupakan BTS node B (3G). Operator seluler juga terus mengembangkan berbagai inovasi layanan terkait data dan layanan nilai tambah (Value Added Services - VAS). Hingga beberapa tahun ke depan pertumbuhan kebutuhan masyarakat akan layanan data akan tetap tinggi. Kondisi itu mungkin terjadi mengingat penetrasi pasar internet di Indonesia relatif masih rendah dibandingkan dengan negaranegara lain. Pertumbuhan ekonomi sektoral pada tahun 2013 diprakirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun Perbaikan tersebut didukung oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga dan kondisi ekonomi global yang diprakirakan membaik. Investasi yang diprakirakan akan tetap tinggi, termasuk pembangunan proyek infrastruktur akan meningkatkan produktivitas perekonomian. Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian global, ekspor berpotensi tumbuh membaik. Selain itu, dengan konsumsi domestik yang diprakirakan masih tinggi akan mendorong aktivitas di berbagai sektor perekonomian. Sumber pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih tetap berasal dari sektor industri pengolahan, PHR, serta pengangkutan dan komunikasi. Sektor bangunan juga diprakirakan akan tumbuh baik seiring dengan maraknya proyek pembangunan infrastruktur dalam rangka menyukseskan program MP3EI. PROSPEK INFLASI Inflasi tahun 2012 diperkirakan dalam kisaran target 4,5% + 1%. Perkiraan inflasi tahun 2012 tersebut didukung baik dari sisi eksternal maupun sisi domestik. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi diperkirakan relatif rendah sejalan dengan kecenderungan harga global yang masih akan menurun akibat berlanjutnya ketidakpastian pemulihan ekonomi Eropa di tengah kecenderungan pelemahan nilai tukar rupiah. Dari sisi domestik, tekanan inflasi diperkirakan tetap terkendali didukung oleh kondisi penawaran yang masih dapat merespons peningkatan permintaan, ekspektasi inflasi yang membaik, dan minimalnya kebijakan penyesuaian harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah. 11

20 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Inflasi inti tahun 2012 diprakirakan terkendali. Hal itu didukung oleh perkembangan inflasi inti hingga triwulan II yang masih cenderung menurun. Selain dampak penurunan harga komoditas global, relatif stabilnya permintaan domestik dan membaiknya ekspektasi inflasi turut membantu mengendalikan tekanan inflasi. Grafik 2.8 Kapasitas Utilisasi Grafik 2.9 Perkembangan Ekspektasi Inflasi (Consensus Forecast) Grafik 2.10 Perkembangan Harga Beras dan Inflasi Volatile Food Terjaganya inflasi inti dikonfirmasi berbagai indikator penuntun inflasi seperti Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) industri pengolahan, IHPB impor dan berbagai indikator sisi permintaan. IHPB impor mengindikasikan bahwa dalam jangka pendek belum ada tekanan inflasi signifikan dari harga barang impor dengan adanya tren harga global yang menurun, meskipun pada saat bersamaan nilai tukar cenderung mengalami tekanan depresiasi. Sementara, IHPB industri pengolahan mengindikasikan tekanan harga barang manufaktur juga relatif stabil. Dari sisi eksternal, sampai dengan akhir tahun diperkirakan harga komoditas global baik pangan maupun non pangan masih dalam kecenderungan menurun. Penurunan tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan melambat. Selain itu, produksi komoditas pangan diperkirakan meningkat didukung oleh iklim yang kondusif. Sementara dari sisi domestik, permintaan yang masih kuat diperkirakan dapat direspons dengan memadai oleh sisi pasokan. Indikator permintaan yang tercermin dari pertumbuhan penjualan eceran terlihat masih relatif stabil, begitu pula dengan kapasitas utilisasi yang masih cenderung stabil. Selain itu, pertumbuhan kredit konsumsi juga relatif stabil. Secara umum, perkembangan inflasi volatile food pada periode ke depan diperkirakan cukup terkendali. Hal tersebut antara lain didukung oleh indikasi perbaikan produksi beras dalam negeri. Setelah pada tahun 2011 produksi beras terkontraksi sekitar -1,03%, pada tahun 2012 produksi diperkirakan membaik, yaitu tumbuh sekitar 4,3% (ARAM I, Juli 2012). Sampai dengan awal Juli 2012, pengadaan beras dalam negeri telah mencapai hampir 2,4 juta ton, jauh lebih tinggi dari pengadaan sepanjang tahun 2011 yang hanya mencapai 1,5 juta ton. Pengaturan impor hortikultura dari aspek keamanan pangan dan titik masuk yang mulai berlaku pertengahan Juni berpotensi memberikan dampak inflasi mengingat kebijakan tersebut dapat membatasi pasokan dan menaikkan harga akibat meningkatnya porsi biaya transportasi. Namun, dampak kenaikan inflasi yang 12

21 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ditimbulkan diperkirakan minimal. Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia, wilayah yang berpotensi mengalami kenaikan harga akibat peraturan terkait impor hortikultura tersebut adalah pulau Jawa mengingat porsi komoditas impornya yang cukup besar dan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Inflasi harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah diperkirakan moderat. Di tahun 2012 sumbangan inflasi kelompok ini diperkirakan hanya berasal dari komoditas non-strategis, seperti kenaikan harga rokok, dan tarif tol. Selain itu, sumbangan inflasi diperkirakan juga berasal dari kenaikan tarif transportasi pada hari raya (toeslag). Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun 2012 diperkirakan relatif rendah. Dengan perkembangan harga minyak dunia terkini, potensi terlampauinya harga ICP dalam APBNP 2012 (105 dolar AS/barel) sebesar 15% selama 6 bulan terakhir (diatas 120,75 dolar AS/barel) sangat kecil. Realisasi ICP Januari hingga Juni baru mencapai 117,80 dolar AS/ barel. Kebijakan penyesuaian harga gas industri berpotensi memberikan dampak lanjutan melalui kenaikan harga barang hasil industri pengolahan, terutama industri keramik, kaca dan makanan minuman. Harga gas industri direncanakan akan disesuaikan sebesar 35% pada awal September 2012 dan 15% pada April tahun mendatang. Potensi tekanan harga dari komoditas non strategis juga rendah. Terdapat potensi tekanan inflasi dari kenaikan tarif parkir, rencana kenaikan tarif di 6 ruas tol sepanjang tahun 2012, serta rencana kenaikan tarif KRL Commuter Line sebesar Rp2.000,- di wilayah Jabodetabek. Namun, mengingat bobot dari masing-masing barang tersebut relatif kecil, dampak dari kenaikan harga barang-barang tersebut diperkirakan minimal. Inflasi pada tahun 2013 diperkirakan berada dalam kisaran sasaran inflasi 4,5% + 1%. Sejalan dengan perkiraan mulai pulihnya perekonomian dunia di tahun 2013 serta terus meningkatnya kinerja perekonomian domestik, inflasi diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2012 namun masih terkendali dan berada dalam rentang target inflasi. Meningkatnya kinerja perekonomian dan perdagangan internasional pada gilirannya akan meningkatkan harga komoditas internasional yang dapat ditransmisikan ke harga domestik. Perekonomian domestik yang terus meningkat, khususnya dari sisi permintaan juga dapat menyebabkan meningkatnya tekanan inflasi, namun tekanan tersebut dapat diminimalkan apabila respons dari sisi penawaran memadai untuk memenuhi permintaan yang meningkat. Inflasi administered prices diperkirakan stabil pada level yang rendah apabila tidak ada kebijakan untuk menaikkan harga barang/jasa yang bersifat strategis. Sementara inflasi volatile foods diperkirakan masih berada pada level rata-rata historis apabila tidak ada gangguan terkait produksi dan distribusi. FAKTOR RISIKO Prospek perekonomian tahun 2012 dan 2013 sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko baik dari sisi eksternal maupun domestik. Faktor yang dapat membawa kinerja PDB pada kisaran bawah adalah lebih rendahnya pertumbuhan PDB dunia dan volume perdagangan dunia. Lebih lemahnya perekonomian dunia akan mengurangi permintaan barang-barang 13

22 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Grafik 2.11 Fan Chart Proyeksi Inflasi Tahun ekspor Indonesia sehingga dapat menurunkan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, harga komoditas yang masih rendah dapat mengurangi insentif untuk melakukan ekspor akibat menurunnya margin eksportir. Sementara dari sisi inflasi, beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan inflasi adalah adanya pemberlakukan pengaturan tata niaga impor bahan makanan, kenaikan harga gas industri sebesar 35% yang direncanakan mulai berlaku 1 September 2012 dan sebesar 15% pada April tahun depan sehingga diperkirakan berdampak pada kenaikan harga sejumlah komoditas industri pengolahan, meningkatnya ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang berpotensi memicu tekanan nilai tukar rupiah lebih lanjut, potensi terlampauinya kuota konsumsi BBM bersubsidi pada APBN-P 2012 sehingga dapat menyebabkan terbatasnya ketersediaan BBM bersubsidi di berbagai daerah. 14

23 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini 3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Perlambatan ekonomi dunia diprakirakan masih berlanjut pada triwulan II Ketidakpastian krisis utang di kawasan Eropa, menurunnya proyeksi volume perdagangan dunia, dan sentimen perlambatan ekonomi AS dan China memberikan tekanan pada melemahnya perekonomian global. Kondisi yang hampir sama juga terjadi di Asia, dimana perekonomian Asia juga mengalami perlambatan akibat menurunnya kinerja eksternal sehingga berdampak pada sektor industri. Sejalan dengan melambatnya perekonomian dunia, tekanan inflasi global masih berada dalam tren yang menurun. Respons kebijakan di negara maju secara umum masih akomodatif guna mendukung kegiatan perekonomian. Hal yang sama juga terjadi pada respons kebijakan negara berkembang meski ruang pelonggaran kebijakan semakin terbatas. Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2012 diprakirakan masih mencatat pertumbuhan yang tinggi di tengah melambatnya perekonomian global. Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih akan tumbuh tinggi disertai dengan kinerja investasi yang meningkat. Melambatnya perekonomian dunia mengakibatkan menurunnya permintaan eksternal sehingga kinerja ekspor akan mengalami koreksi yang cukup dalam pada triwulan laporan. Sementara di tengah melemahnya ekspor, impor juga diprakirakan akan melambat meski masih tumbuh tinggi sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik. Selama triwulan II 2012 nilai tukar rupiah mengalami depresiasi yang dipicu baik dari sisi eksternal maupun sisi domestik. Dari sisi eksternal meningkatnya risiko global terutama terkait dengan meningkatnya ketidakpastian penyelesaian masalah Eropa. Dari sisi domestik pelemahan rupiah antara lain disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan valuta asing untuk membiayai impor korporasi yang masih meningkat. Di sisi harga, pergerakan inflasi IHK relatif masih terkendali. Kondisi tersebut didukung oleh inflasi inti dan administered prices yang relatif stabil. Inflasi IHK yang terjadi disebabkan oleh inflasi kelompok volatile food, terutama terkait dengan harga aneka bumbu. Di pasar uang, perkembangan suku bunga PUAB menunjukkan peningkatan, seiring dengan meningkatnya volume transaksi di pasar PUAB. Sementara itu suku bunga perbankan masih menunjukkan tren yang menurun baik suku bunga deposito maupun suku bunga kredit. Di sisi lain peningkatan ketidakpastian pemulihan ekonomi global, terutama terkait dengan permasalahan di Eropa telah berdampak pada pasar keuangan domestik. Tekanan yang meningkat di 15

24 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini pasar keuangan telah mendorong peningkatan imbal hasil SBN dan penyesuaian portofolio investor asing di pasar saham domestik. Grafik 3.1 Survei PMI Manufaktur AS Grafik 3.2 Nonfarm Payrolls dan Pengangguran AS PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Perekonomian dunia masih menunjukkan perlambatan sejalan dengan penurunan prakiraan pertumbuhan ekonomi negara emerging markets Asia dan negara kawasan Eropa. Proyeksi volume perdagangan dunia tahun 2012 diturunkan menjadi 4,3% (yoy) dari 5,2% (yoy) terkait memburuknya ekonomi Eropa sementara pangsa Eropa cukup besar dalam perdagangan dunia. Selain itu, memburuknya ekonomi Eropa disertai dengan krisis politik di Yunani dan sentimen perlambatan ekonomi AS dan China berdampak pada melemahnya pasar keuangan global. Harga komoditas internasional menurun drastis akibat dampak bergejolaknya pasar keuangan dan meningkatnya kekhawatiran akan prospek ekonomi dunia ke depan. Respons kebijakan moneter di negara maju dan emerging markets masih akomodatif yang ditandai dengan diperpanjangnya operation twist oleh The Fed, dipangkasnya suku bunga Reserve Bank of Australia, China, India, ECB, dan Brasil, serta pelonggaran likuiditas di beberapa negara. Laju pertumbuhan ekonomi AS menjelang akhir triwulan II 2012 menunjukkan perlambatan. Indikasi perlambatan ekonomi tersebut tercermin dari sektor industri yang mengalami penurunan aktivitas. Hal tersebut terlihat dari penurunan pertumbuhan indeks produksi menjadi 4,67% (yoy) pada Mei 2012, setelah tumbuh 5,12% (yoy) pada bulan sebelumnya. Selain itu, Purchasing Manager Index (PMI) Mei 2012 juga menurun ke level 53,5 dari 54,8 pada bulan sebelumnya (Grafik 3.1). Tingkat pengangguran AS tahun 2012 diprakirakan meningkat menjadi 8,0% - 8,2% dari sebelumnya 7,8% - 8,0% (Grafik 3.2). Dari sisi konsumsi, bergejolaknya pasar keuangan disertai dengan meningkatnya angka pengangguran memicu pelemahan keyakinan konsumen yang terekam dalam survei Universitas Michigan yang turun dari level 79,3 ke level 74,1 pada Juni Berdasarkan perkembangan tersebut, Consensus Forecast edisi Juni 2012 memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh sebesar 2,2% (yoy) pada triwulan II 2012 dan 1,9% (yoy) untuk keseluruhan tahun Perekonomian Eropa masih melemah seiring dengan implementasi kebijakan penghematan fiskal. Kebijakan penghematan fiskal yang diterapkan oleh beberapa negara kawasan Eropa berdampak pada tertekannya aktivitas ekonomi khususnya di pasar tenaga kerja. Aktivitas industri yang melambat 16

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2010 i Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007 1 SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, kinerja perekonomian domestik selama tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN 0522-2572 Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Pemerintah

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik.

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik. Jakarta, 11/11/2012 (Kominfonewscenter) Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 dan keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,1%-6,5%. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan II 29 Responden Survei Persepsi Pasar (SPP) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-29 (yoy) dan selama tahun 29 berada pada kisaran 4,1-4,5%. Perkiraan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menggunakan sistem perekonomian terbuka dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya sehingga hal tersebut memungkinkan terjadinya interaksi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan masih akan terus berlangsung pada 2008, melanjutkan perkembangan yang membaik selama 2007. Pertumbuhan ekonomi 2008 diprakirakan mencapai

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci