Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia"

Transkripsi

1 Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

2 BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : (sirkulasi) Fax. : BKM_TOD@bi.go.id Website :

3 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2013 Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Darmin Nasution Hartadi A. Sarwono Halim Alamsyah Ronald Waas Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur i

4 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia ii

5 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga (Inflation Targeting Framework) Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Prinsip Dasar Sasaran Inflasi Strategi Kebijakan Moneter Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan. Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang. Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode , masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%. Untuk tahun 2013, 2014, dan 2015, sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode berdasarkan PMK no.66/pmk.011/2012 masing-masing sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4% dengan deviasi +1%. Instrumen dan Operasi Moneter BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu. Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities). Proses Perumusan Kebijakan Transparansi BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Koordinasi dengan Pemerintah Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan. iii

6 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia iv

7 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Gubernur Bank Indonesia Kata Pengantar Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2013 tetap tumbuh kuat di tengah masih lemahnya kondisi ekonomi global. Konsumsi rumah tangga dan investasi diprakirakan masih tumbuh kuat dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Kinerja ekspor diprakirakan mulai berangsur pulih sejalan dengan prospek pemulihan ekonomi global. Merespons permintaan domestik yang masih kuat, kinerja impor diprakirakan juga akan mengalami peningkatan. Di sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan diperkirakan masih didominasi oleh sektor-sektor pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan akan mengalami defisit yang lebih rendah pada triwulan II Hal tersebut didukung oleh perbaikan di sisi neraca transaksi modal dan finansial. Arus masuk dana nonresiden mengalami peningkatan, terutama investasi portofolio, sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi domestik yang masik baik. Namun, kita tetap harus mewaspadai kondisi defisit neraca transaksi berjalan yang diprakirakan meningkat akibat impor yang masih cukup tinggi. Berdasarkan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir Maret 2013 mencapai 104,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Nilai tukar rupiah selama triwulan I 2013 masih terdepresiasi, walaupun relatif moderat sejalan dengan mengalirnya arus modal masuk. Relatif stabilnya pergerakan rupiah merupakan hasil dari kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Secara umum, volatilitas rupiah selama triwulan I 2013 masih terjaga. Laju inflasi IHK pada triwulan I 2013 tercatat cukup tinggi yang didorong oleh gejolak harga pada kelompok volatile food. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya pasokan komoditas pangan strategis akibat gangguan produksi maupun permasalahan terkait kebijakan impor. Di sisi lain, inflasi inti dan administered prices tercatat masih stabil. Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang semakin membaik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah. Kegiatan intermediasi perbankan berupa penyaluran kredit masih tumbuh baik sejalan dengan kondisi perekonomian nasional yang masih cukup solid. v

8 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 11 April 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Mencermati meningkatnya tekanan inflasi jangka pendek harga bahan pangan (volatile foods) akhir-akhir ini dan masih berlanjutnya tekanan terhadap keseimbangan eksternal, Bank Indonesia akan memperkuat operasi moneter melalui penyerapan ekses likuiditas yang lebih besar ke tenor yang lebih jangka panjang. Bank Indonesia juga tetap mewaspadai sejumlah risiko terhadap tekanan inflasi tersebut dan akan menyesuaikan respons kebijakan moneter sesuai kebutuhan. Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental yang selama ini dilakukan akan dilanjutkan, diperkuat dengan percepatan upaya-upaya pendalaman pasar valuta asing. Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi bersama Pemerintah dengan fokus pada upaya menekan defisit transaksi berjalan dan meminimalkan potensi tekanan inflasi dari sisi volatile foods, termasuk kebijakan impor hortikultura. Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan I 2013 serta prospek ke depannya. Saya berharap laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua. Gubernur Bank Indonesia Dr. Darmin Nasution vi

9 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Daftar Isi Daftar Isi 1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan I Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan... 3 Asumsi Yang Mendasari Perkiraan Ekonomi... 3 Prospek Pertumbuhan Ekonomi... 4 Prakiraan Inflasi Faktor Risiko Perkembangan Ekonomi Makro dan Moneter Terkini Perkembangan Ekonomi Dunia Pertumbuhan Ekonomi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Nilai Tukar Rupiah Inflasi Disagregasi Inflasi Perkembangan Pasar Keuangan Kondisi Perbankan Tabel Statistik vii

10 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Daftar Isi viii

11 Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV Respons Kebijakan Moneter Triwulan I 2013 Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 11 April 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Mencermati meningkatnya tekanan inflasi jangka pendek harga bahan pangan (volatile foods) akhir-akhir ini dan masih berlanjutnya tekanan terhadap keseimbangan eksternal, Bank Indonesia akan memperkuat operasi moneter melalui penyerapan ekses likuiditas yang lebih besar ke tenor yang lebih jangka panjang. Bank Indonesia juga tetap mewaspadai sejumlah risiko terhadap tekanan inflasi tersebut dan akan menyesuaikan respons kebijakan moneter sesuai kebutuhan. Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental yang selama ini dilakukan akan dilanjutkan, diperkuat dengan percepatan upaya-upaya pendalaman pasar valuta asing. Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi bersama Pemerintah dengan fokus pada upaya menekan defisit transaksi berjalan dan meminimalkan potensi tekanan inflasi dari sisi volatile foods, termasuk kebijakan impor hortikultura. Pemulihan ekonomi global tidak seoptimis prakiraan sebelumnya dan masih dibayangi ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) diprakirakan tertahan akibat permasalahan fiskalnya, meskipun kegiatan produksi dan konsumsi mulai menunjukkan perbaikan. Di sisi lain, resesi perekonomian Eropa masih berlanjut terkait lambatnya implementasi program austerity di beberapa negara. Kondisi berbeda ditunjukkan perekonomian di beberapa negara Asia, terutama China, yang membaik sebagaimana tercermin dari indikator konsumsi dan produksi. Harga komoditas dunia juga masih cenderung menurun, kecuali harga minyak. Sejalan dengan itu, respons kebijakan bank sentral dunia secara umum masih tetap akomodatif dengan mempertahankan suku bunga rendah maupun quantitative easing. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 diprakirakan lebih rendah yaitu menjadi 6,2%-6,6% dari prakiraan sebelumnya 6,3%-6,8%. Pada triwulan II 2013, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tidak jauh berbeda dari triwulan sebelumnya yaitu sekitar 6,2%. Permintaan domestik masih tumbuh cukup kuat, meskipun terjadi moderasi, di tengah perbaikan pertumbuhan dari sisi eksternal. Kuatnya konsumsi swasta didukung oleh perbaikan daya beli masyarakat dan kepercayaan konsumen. Sementara itu, di tengah investasi bangunan yang tetap tumbuh kuat, investasi nonbangunan cenderung melambat. Di sisi lain, volume ekspor mengalami peningkatan sejalan dengan perbaikan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama, khususnya China. Masih cukup baiknya pertumbuhan ekonomi nasional juga didukung oleh pertumbuhan ekonomi daerah yang masih cukup tinggi dan semakin merata. Untuk tahun 2014, sejalan dengan permintaan domestik yang tetap kuat dan ekonomi global yang semakin baik, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan mencapai kisaran 6,6%-7,0%, atau lebih rendah dari prakiraan sebelumnya sekitar 6,7%-7,2%. 1

12 Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012 Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2013 diprakirakan mengalami defisit yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya seiring membaiknya transaksi modal dan finansial (TMF). Membaiknya TMF terutama didorong oleh arus investasi portofolio, termasuk penerbitan global bond oleh Pemerintah, yang meningkat sejalan dengan masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia dan dampak kebijakan ekonomi global yang masih akomodatif. Namun, defisit transaksi berjalan diprakirakan meningkat terutama karena impor yang masih cukup tinggi, antara lain terkait masih tingginya konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak). Cadangan devisa pada akhir Maret 2013 mencapai 104,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional. Nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan depresiasi pada triwulan I 2013, meskipun lebih moderat sejalan dengan berlanjutnya aliran modal masuk. Hal itu sebagai hasil dari kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan kondisi fundamental, baik melalui penguatan mekanisme intervensi valas, penerapan term deposit (TD) valas maupun pendalaman pasar valas. Nilai tukar rupiah secara rata-rata melemah sebesar 0,7% (qtq) mencapai Rp9.680 per dolar AS dengan volatilitas pada triwulan I 2013 yang masih terjaga. Ke depan, dengan mempertimbangkan kondisi NPI pada triwulan II 2013, tekanan depresiasi nilai tukar rupiah diprakirakan juga akan moderat. Gejolak harga bahan pangan mendorong tingginya inflasi IHK pada Maret Inflasi IHK Maret 2013 mencapai 0,63% (mtm) atau 5,90% (yoy) di atas rata-rata historisnya. Inflasi kelompok volatile foods tercatat sangat tinggi yaitu 2,44% (mtm) atau 14,20% (yoy), khususnya pada komoditas bawang putih, bawang merah dan cabai akibat gangguan pasokan terkait dengan kebijakan impor yang diterapkan oleh Pemerintah. Di sisi lain, inflasi inti masih stabil sebesar 4,21% (yoy) sejalan dengan ekspektasi inflasi masyarakat yang masih terjaga dan kapasitas produksi yang masih memadai. Ke depan, tekanan inflasi diharapkan mereda seiring dengan langkah-langkah Pemerintah untuk mengatasi gangguan pasokan bahan pangan dan datangnya musim panen. Langkah-langkah koordinasi melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) diperkuat untuk pengendalian inflasi baik di pusat maupun daerah. Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Februari 2013 mencapai 23,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kredit modal kerja dan kredit investasi masih tumbuh cukup tinggi sebesar 24,5% (yoy) dan 25,4% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh 20,3% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas sistem keuangan akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang akan meningkat seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian nasional. 2

13 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan 2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 diprakirakan mencapai 6,2%- 6,6% dan pada tahun 2014 diprakirakan meningkat mencapai 6,6%-7,0%. Sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 terutama disumbang oleh permintaan domestik. Ekspor diprakirakan akan tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya sejalan dengan prospek meningkatnya permintaan eksternal akibat perbaikan perekonomian global. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap menjadi penopang utama pertumbuhan dari sisi domestik seiring dengan terjaganya optimisme konsumen dan kegiatan persiapan penyelenggaraan PEMILU. Sementara itu, peranan investasi dalam pertumbuhan ekonomi akan meningkat ditunjang oleh prospek ekonomi yang lebih baik, kinerja ekonomi makro yang stabil, dan iklim investasi yang membaik. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti industri pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2014, sejalan dengan perkiraan semakin meningkatnya pertumbuhan perekonomian dunia, kinerja perekonomian domestik diprakirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2013 melalui peningkatan ekspor dan permintaan domestik. Dari sisi lapangan usaha, pada tahun 2014, sektor-sektor utama yakni sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih akan mendominasi perkembangan perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan sektor-sektor usaha akan membaik seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan global. Inflasi tahun 2013 diprakirakan berada dalam kisaran target 4,5% ± 1%. Prakiraan tersebut sudah memperhitungkan dampak kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Pada tahun 2014, dengan membaiknya respons sisi penawaran serta dukungan kebijakan, inflasi diprakirakan tetap berada dalam rentang sasaran sebesar 4,5% ± 1%. Namun, prospek perekonomian tahun 2013 dan 2014 dipengaruhi oleh berbagai faktor ketidakpastian yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Dari sisi eksternal, faktor risiko antara lain berasal dari potensi lebih lambatnya pertumbuhan perekonomian dunia dari yang diasumsikan semula. Dari sisi domestik, kemungkinan adanya kebijakan terkait subsidi bahan bakar minyak dan barang/jasa yang bersifat strategis dapat mendorong peningkatan inflasi. ASUMSI YANG MENDASARI PRAKIRAAN EKONOMI Asumsi Perekonomian Internasional Perekonomian dunia tahun 2013 diprakirakan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun demikian, prakiraan pertumbuhan perekonomian dunia 3

14 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Tabel 2.1 Proyeksi PDB Dunia (% yoy) saat ini lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya dari 3,4% menjadi 3,3% (yoy) (Tabel 2.1). Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya penurunan prakiraan pertumbuhan ekonomi Proyeksi AS, Eropa dan India. Di sisi lain, prakiraan pertumbuhan ekonomi Jepang meningkat menjadi 1,2% (yoy). Pada tahun 2014, prospek PDB Dunia 3,3 3,9 ekonomi dunia diprakirakan membaik menjadi 3,9% (yoy) didukung Jepang Amerika Serikat 1,2 1,7 1,1 2,5 Kawasan Eropa -0,3 1,2 oleh asumsi membaiknya kinerja ekonomi Eropa, dan menguatnya ekonomi AS seiring dengan meredanya efek pemotongan belanja Perancis Jerman Italia Spanyol Negara Kawasan Eropa Lainnya China India Negara Lainnya 0,1 0,6-1,0-1,4-0,7 8,0 5,9 3,3 1,2 1,4 0,5 0,8 1,6 8,2 6,4 3,7 fiskal. Sementara itu, sejalan dengan koreksi prakiraan pertumbuhan perekonomian dunia serta rendahnya realisasi volume perdagangan dunia pada triwulan I 2013, pertumbuhan volume perdagangan dunia tahun 2013 diprakirakan juga menjadi lebih rendah yakni dari 4,1% menjadi sebesar 4,0% (yoy). Pada tahun 2014, seiring dengan perbaikan pertumbuhan perekonomian dunia, volume perdagangan dunia diprakirakan meningkat secara gradual. Indeks harga komoditas diprakirakan tumbuh terbatas pada tahun 2013 sejalan dengan masih rendahnya pertumbuhan harga komoditas internasional pada triwulan I Prospek harga minyak tahun 2013 diprakirakan masih akan tetap pada level yang tinggi sehubungan dengan tingginya realisasi pada triwulan I 2013 yang terpengaruh oleh kondisi geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Namun, harga minyak diprakirakan akan lebih rendah pada tahun 2014 sehubungan dengan melimpahnya pasokan dan meningkatnya kapasitas distribusi minyak di AS. Berdasarkan perkembangan terkini, indikator perekonomian AS membaik ditopang oleh sektor produksi, sementara konsumsi rumah tangga masih cukup kuat didukung oleh perbaikan sektor perumahan dan pasar tenaga kerja. Sementara itu, ekonomi Eropa masih tertekan sehubungan dengan kondisi ekonomi di Siprus dan Italia. Di Jepang, aktivitas industri yang berperan sebagai motor ekonomi terindikasi membaik seiring dengan membaiknya kinerja ekspor. Ekonomi China juga terindikasi menguat ditopang oleh peningkatan produksi, investasi dan keyakinan konsumen. Secara umum, kinerja pasar keuangan global masih cukup baik meski disertai dengan meningkatnya indikator risiko global terkait kekhawatiran pengetatan fiskal di AS, dan tekanan krisis Eropa. Respons kebijakan moneter masih akomodatif sebagaimana tercermin dari tetap rendahnya suku bunga acuan dan berlanjutnya kebijakan quantitative easing. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan perekonomian domestik tahun 2013 diprakirakan berada dalam kisaran 6,2% - 6,6% sejalan dengan aktivitas domestik yang tetap kuat dan kinerja perekonomian dunia yang meningkat secara gradual. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap menjadi penopang utama pertumbuhan dari sisi domestik seiring dengan terjaganya optimisme konsumen dan kegiatan persiapan penyelenggaraan Pemilu. 4

15 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen Sementara itu, peranan investasi dalam pertumbuhan ekonomi akan meningkat ditunjang oleh prospek ekonomi yang lebih baik, kinerja ekonomi makro yang stabil, dan iklim investasi yang membaik. Ekspor diprakirakan akan tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya sejalan dengan prospek meningkatnya permintaan eksternal akibat perbaikan perekonomian global khususnya negara-negara mitra dagang utama. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti industri pengolahan; perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); serta pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2014, sejalan dengan semakin meningkatnya pertumbuhan perekonomian dunia, kinerja perekonomian domestik diprakirakan akan mencapai kisaran 6,6% - 7,0% melalui peningkatan ekspor dan permintaan domestik. Dari sisi lapangan usaha, pada tahun 2014, sektor-sektor utama yakni sektor industri pengolahan; sektor PHR; serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih akan mendominasi perkembangan perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan sektor-sektor usaha akan membaik seiring dengan tetap kuatnya permintaan domestik dan perekonomian global yang membaik. Grafik 2.2 Kondisi Penghasilan Konsumen Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Usaha Prakiraan Pertumbuhan Sisi Penerimaan Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh dalam kisaran 5,6% - 6,0% pada tahun Pertumbuhan konsumsi tersebut ditunjang oleh penduduk usia produktif yang semakin besar proporsinya sehingga akan meningkatkan jumlah angkatan kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan tingkat konsumsi. Keyakinan konsumen yang masih cukup tinggi tetap terjaga. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (SK BI) Maret 2013 menunjukkan bahwa tingkat keyakinan konsumen bergerak stabil dan masih dalam level optimis (Grafik 2.1). Relatif stabilnya keyakinan konsumen tersebut didukung oleh optimisme akan perbaikan ketersediaan lapangan pekerjaan dan penghasilan dalam 6 bulan mendatang. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga ditunjang oleh daya beli yang membaik karena perbaikan upah di beberapa wilayah, kenaikan gaji pegawai negeri sipil, TNI/Polri serta pensiunan (Grafik 2.2). Selain itu, dampak ekonomi dari aktivitas kampanye dan penyelenggaraan Pemilu 2014 diperkirakan akan meningkatkan konsumsi rumah tangga pada tahun 2013 dan Pada tahun 2013, konsumsi pemerintah riil diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%-5,5%. Perkiraan tersebut didasari oleh 5

16 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Grafik 2.4 Indikator Investasi Bangunan rancangan operasi keuangan pemerintah tahun 2013 yang mendukung kesinambungan fiskal disertai dengan peningkatan kualitas belanja negara. Berdasarkan hal tersebut, kontribusi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2013 diprakirakan lebih besar dari tahun sebelumnya. Investasi pada tahun 2013 diprakirakan tumbuh lebih kuat dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 9,8%-10,2%. Hal tersebut ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan mulai meningkatnya permintaan eksternal untuk produk ekspor Indonesia. Prakiraan tersebut sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengindikasikan adanya peningkatan kegiatan usaha dan investasi pada tahun 2013 (Grafik 2.3). Selain itu, berbagai hasil survei dan indikator menunjukkan bahwa minat investor untuk menanamkan investasi di Indonesia cukup tinggi. Investasi bangunan dan nonbangunan diprakirakan meningkat sehubungan dengan besarnya kebutuhan infrastruktur serta kebutuhan barang-barang produksi hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Grafik 2.4). Kinerja investasi juga akan didukung oleh relatif stabilnya kondisi makroekonomi Indonesia dan pembiayaan investasi dari perbankan. Grafik 2.5 Pergerakan Ekspor dengan Pertumbuhan PDB Dunia Grafik 2.6 Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Negara Utama Tujuan Ekspor Pertumbuhan ekspor diprakirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dan dapat mencapai kisaran 5,3% - 5,7%. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekspor diprakirakan lebih baik dari tahun 2012 sejalan dengan membaiknya pertumbuhan perekonomian global yang diikuti dengan peningkatan harga komoditas (Grafik 2.5). Beberapa negara tujuan utama ekspor Indonesia diprakirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 sehingga berpotensi mendorong permintaan barang ekspor Indonesia (Grafik 2.6). Pertumbuhan ekspor yang lebih baik di tengah kinerja permintaan domestik yang kuat menyebabkan pertumbuhan impor diprakirakan meningkat mencapai 9,0% - 9,4% (Grafik 2.7). Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan investasi yang meningkat, impor barang modal dalam bentuk mesin dan perlengkapan juga akan meningkat. Kegiatan produksi yang diprakirakan masih tetap kuat mendorong permintaan impor akan bahan baku impor akan tetap tinggi. Impor barang konsumsi akan tetap tumbuh sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat (Grafik 2.8). Pada tahun 2014, pertumbuhan perekonomian domestik diprakirakan akan membaik (Tabel 2.2). Hal tersebut seiring 6

17 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Sumber : BPS * Proyeksi Bank Indonesia K o m p o n e n Tabel 2.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan I II III IV I* II* Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,9 5,2 5,6 5,4 5,3 5,4 5,5 5,6-6,0 5,9-6,3 Konsumsi Pemerintah 3,2 6,4 8,6 (-2,8) (-3,3) 1,2 (-4,1) 2,6 5,1-5,5 7,2-7,6 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,8 10,0 12,5 9,8 7,3 9,8 6,4 7,5 9,8-10,2 10,8-11,2 Ekspor Barang dan Jasa 13,6 8,2 2,6-2,6 0,5 2,0 3,8 4,2 5,3-5,7 8,6-9,0 Impor Barang dan Jasa 13,3 8,9 11,3-0,2 6,8 6,6 6,8 6,9 9,0-9,4 10,1-10,5 PDB 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,2 6,2 6,2 6,2-6,6 6,6-7,0 2013* %Y-o-Y, Tahun Dasar * dengan perkiraan semakin menguatnya laju pertumbuhan perekonomian global dan harga komoditas internasional yang membaik. Dari sisi domestik, penyelenggaraan Pemilu diprakirakan akan menjadi faktor pendorong peningkatan permintaan domestik. Investasi diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2013 sejalan dengan tumbuhnya permintaan eksternal dan domestik. Grafik 2.7 Pertumbuhan Ekspor dan Impor Grafik 2.8 Pertumbuhan Impor dan Permintaan Domestik Prakiraan Pertumbuhan Sisi Penawaran Dari sisi lapangan usaha, struktur perekonomian tahun 2013 masih didominasi oleh sektor industri pengolahan; sektor PHR; serta sektor pengangkutan dan komunikasi (Tabel 2.3). Dominasi ketiga sektor tersebut diperkirakan masih berlanjut pada tahun Terkait dengan kegiatan Pemilu tahun 2014 yang diperkirakan sudah dimulai pada triwulan III 2013, sektor-sektor usaha yang akan mendapat manfaat tambahan yaitu sektor industri pengolahan melalui subsektor makanan, minuman dan tembakau serta sektor keuangan, real estat dan jasa melalui subsektor jasa perusahaan, terutama jasa periklanan. Permintaan domestik yang masih kuat dan pertumbuhan ekonomi dunia yang membaik akan menjadi pendukung yang cukup kuat bagi kinerja sektor industri pada tahun Tingginya pertumbuhan sektor industri antara lain terkait dengan tingginya pertumbuhan investasi di sektor industri pada beberapa tahun terakhir. Selain itu, kondisi ekonomi makro dan sistem keuangan yang dapat terjaga kondusif dan stabil beberapa tahun terakhir diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun ini dan tahun mendatang. Kondisi tersebut mendorong tetap tinggi aktivitas ekonomi domestik, baik dari sisi rumah tangga maupun dunia usaha. Daya beli masyarakat yang tetap kuat memungkinkan konsumsi 7

18 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Sumber : BPS * Proyeksi Bank Indonesia S e k t o r Tabel 2.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran I II III IV I* II* 2013* 2014* Pertanian 3,4 4,3 4,0 5,3 2,0 4,0 2,9 3,4 3,7-4,1 3,8-4,2 Pertambangan & Penggalian 1,4 2,5 3,3 (-0,3) 0,5 1,5 0,7 0,1 0,8-1,2 1,3-1,7 Industri Pengolahan 6,1 5,5 5,2 5,9 6,2 5,7 6,4 6,4 6,2-6,6 6,4-6,8 Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 5,7 6,5 6,1 7,3 6,4 7,0 6,5 6,3-6,7 6,3-6,7 Bangunan 6,6 7,2 7,3 7,6 7,8 7,5 7,7 7,8 7,6-8,0 7,9-8,3 Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 8,7 8,7 7,2 7,8 8,1 7,9 8,0 8,0-8,4 8,3-8,7 Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,0 9,9 10,4 9,6 10,0 9,5 9,4 9,3-9,7 9,5-9,9 Keuangan, Persewaan & Jasa 6,8 6,4 7,1 7,5 7,7 7,1 7,6 7,3 7,2-7,6 7,5-7,9 Jasa-jasa 6,7 5,5 5,8 4,5 5,3 5,2 5,1 5,4 5,5-5,9 6,3-6,7 PDB 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,2 6,2 6,2 6,2-6,6 6,6-70 Grafik 2.9 Pertumbuhan Ekspor, Manufaktur & Konsumsi Grafik 2.10 Perkembangan Investasi rumah tangga tumbuh cukup tinggi (Grafik 2.9). Sebagai dampaknya, permintaan barang dari sisi domestik akan tetap kuat. Membaiknya pertumbuhan perekonomian dunia, terutama negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia, berpotensi mendorong permintaan barang-barang ekspor Indonesia. Berbagai perkembangan tersebut menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi sektor industri pengolahan untuk melakukan ekspansi. Kegiatan investasi yang tetap tinggi akan mendukung kemampuan sektor industri pengolahan melakukan ekspansi usaha dalam rangka merespons peningkatan permintaan yang terjadi (Grafik 2.10). Aktivitas terkait Pemilu tahun 2014, yang diperkirakan sudah dimulai pada triwulan III 2013, akan menjadi faktor pendorong tambahan bagi kinerja sektor industri pengolahan. Perkiraan tersebut didasarkan pada kondisi yang terjadi pada masa persiapan Pemilu tahun Pada saat perekonomian nasional terkena imbas krisis ekonomi global, sektor industri pengolahan masih mampu mencatat pertumbuhan positif, kendati mengalami perlambatan yang cukup tajam. Pertumbuhan yang positif tersebut ditopang oleh subsektor makanan, minuman dan tembakau yang tumbuh relatif tinggi sebagai dampak dari kegiatan Pemilu tahun 2009 (Grafik 2.11). Peran subsektor makanan, minuman dan tembakau terhadap industri pengolahan mencapai sekitar 27%. Dengan demikian, pertumbuhan subsektor makanan, minuman dan tembakau yang cukup tinggi pada periode Pemilu akan memberikan dorongan positif yang signifikan bagi kinerja sektor industri pengolahan. Di sisi lain, subsektor makanan, minuman dan tembakau menghadapi sejumlah tantangan terkait dengan beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kebijakan 8

19 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Grafik 2.11 Pertumbuhan, Makanan, Minuman dan Tembakau pemerintah tersebut antara lain kebijakan pembatasan impor hortikultura, terutama terkait komoditas buah-buahan. Pembatasan impor buah-buahan menyebabkan pasokan bahan baku industri minuman berkurang. Selain itu Peraturan Pemerintah no.109 tahun 2012 yang mengatur penggunaan bahan-bahan adiktif pada produk tembakau dan mengatur kegiatan promosi produk tembakau terkait dengan dampaknya pada kesehatan, diperkirakan akan mengurangi laju ekspansi industri rokok nasional terutama industri rokok kretek. Besarnya potensi pasar yang tersedia di Indonesia, serta didukung dengan daya beli yang cukup tinggi menjadi faktor yang menjaga tetap baiknya kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Potensi yang besar ini dimanfaatkan dengan baik terutama di sektor ritel. Hal tersebut terlihat dari perkembangan gerai-gerai mini market serta perkembangan usaha berdasarkan waralaba yang masih marak. Aturan waralaba terkait toko modern dan restoran yang dikeluarkan pemerintah untuk membatasi jumlah gerai milik sendiri dan mewajibkan memenuhi ketentuan porsi minimal barang dagangan lokal sebesar 80%, diperkirakan tidak akan menghambat ekspansi usaha ritel dengan sistem waralaba secara signifikan. Kemampuan Indonesia mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan stabil dalam beberapa tahun terakhir dan prospek ekonomi mendatang yang diprakirakan masih tetap bagus menjadikan Indonesia sebagai pusat perhatian dunia. Selain itu, kondisi Indonesia yang relatif aman menambah kepercayaan dunia Internasional untuk menyelenggarakan berbagai pertemuan, konferensi ataupun perhelatan seni dan budaya di Indonesia. Dengan kondisi ini kegiatan usaha di bidang meeting, incentive, convention, dan exhibition (MICE) berpotensi berkembang pesat. Sebagai respons atas kondisi ini, banyak pengusaha berpacu membangun fasilitas yang akan mendukung kegiatan MICE tersebut atara lain melakukan ekspansi usaha perhotelan dan pembangunan ruang-ruang pamer (exhibition hall). Aktivitas ekonomi nasional kini mulai melebar ke beberapa wilayah Indonesia lainnya di luar pulau Jawa. Dengan semakin luasnya pusat-pusat kegiatan ekonomi nasional, arus penumpang, arus barang dan arus informasi semakin meningkat. Sejalan dengan itu, kebutuhan sarana pendukung yang dapat menghubungkan daerah yang satu dengan daerah yang lain, serta melakukan komunikasi yang lebih cepat pun semakin meningkat. Sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi tersebut, sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih akan mencatat pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2013 dan beberapa tahun mendatang. Peningkatan mobilitas pelaku bisnis dan arus barang menjanjikan optimisme di subsektor pengangkutan. Untuk merespons perkembangan ini berbagai maskapai penerbangan melakukan penambahan armada, frekuensi penerbangan dan perluasan ruterute penerbangan. Dibandingkan dengan negara-negara emerging market seperti China dan India, pertumbuhan penumpang pesawat udara Indonesia masih lebih tinggi. Peningkatan 9

20 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Grafik 2.12 Perkembangan Arus Peti Kemas Grafik 2.13 Indikasi Investasi Pengembangan Infrastruktur aktivitas pengangkutan tidak hanya terjadi pada angkutan udara, angkutan laut juga mengalami peningkatan, terutama terkait dengan arus peti kemas. Dari tahun ke tahun arus peti kemas terus meningkat di berbagai pelabuhan di Indonesia, baik pelabuhan besar maupun kecil (Grafik 2.12). Selain itu, pemerintah juga merencanakan peningkatan kelancaran transportasi, terutama untuk arus barang di pulau Jawa dengan mambangun jalur kereta api ganda (double track). Jalur kereta api ganda yang akan menghubungkan Jakarta dan Surabaya diperkirakan siap beroperasi pada Desember Dengan keberadaan fasilitas ini, kapasitas kargo yang melintas pada jalur tersebut akan meningkat dari TEUs per tahun menjadi TEUs per tahun. Untuk mendukung aktivitas ekonomi yang cukup tinggi, tuntutan akan ketersediaan informasi yang tepat dan cepat semakin besar. Dengan kondisi tersebut penggunaan media komunikasi modern, sehingga memungkinkan memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan tepat dan cepat, akan meningkat. Untuk itu, peningkatan jaringan broadband dan layanan komunikasi lainnya terus dikembangkan oleh hampir semua operator komunikasi agar dapat memberikan layanan data yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Keterhubungan antarwilayah dan pusat-pusat kegiatan ekonomi berperan penting untuk mencapai pertumbuhan yang tetap tinggi dan lebih meratakan dampak pembangunan ekonomi kepada masyarakat. Untuk itu, pemerintah telah merancang program pembangunan ekonomi jangka menengah yang dikenal dengan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Pelaksanaan program MP3EI untuk menciptakan konektivitas antar koridor-koridor ekonomi secara fisik difokuskan pada penyediaan infrastruktur. Pengembangan infrastruktur untuk mendukung penguatan konektivitas nasional, diperkirakan membutuhkan investasi sekitar Rp1.786 triliun. Dari total nilai investasi tersebut, 75% di antaranya akan diperlukan untuk pembangunan pembangkit listrik dan energi, jalan dan jalur kereta api (Grafik 2.13). Bila pelaksanaan peraturan pemerintah terkait pembebasan lahan (land acquisition), yang selama ini menjadi permasalahan klasik, dapat berjalan lebih baik, perkembangan pembangunan infrastruktur akan menjadi lebih cepat. Dengan perkembangan di atas, pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan akan menunjukkan tren yang meningkat. Tren pertumbuhan yang meningkat tersebut tidak saja disebabkan oleh maraknya pembangunan infrastruktur, namun juga didukung oleh maraknya pembangunan properti yang menyediakan baik ruang bisnis maupun tempat tinggal. 10

21 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan, diprakirakan juga akan mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada tahun Prospek perekonomian Indonesia yang cukup baik, memberikan keyakinan bagi lembaga keuangan untuk ikut memberikan dorongan melalui pembiayaan kegiatan ekonomi Indonesia. Dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan tercermin dari pertumbuhan kredit yang cukup tinggi beberapa tahun terakhir, terutama kredit kepada sektor-sektor ekonomi yang menunjukkan prospek dan kinerja yang baik. Aktivitas ekonomi yang meningkat kemudian mendorong meningkatnya permintaan ruang usaha (perkantoran, mal dan pusat-pusat bisnis), terutama di kota-kota besar kepada pengusaha real estat. Sejalan dengan itu, aktivitas jasa perusahaan seperti kegiatan riset komersial, pemasaran, promosi (iklan) dan desain juga ikut menggeliat. Pertumbuhan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan yang cukup tinggi juga didukung oleh aktivitas terkait persiapan Pemilu tahun 2014, melalui aktivitas subsektor jasa perusahaan, terutama yang terkait dengan jasa periklanan. Sebagaimana halnya dengan kondisi saat Pemilu 2009, kegiatan pada subsektor jasa perusahaan menunjukkan pertumbuhan yang tetap tinggi, di tengah pelemahan ekonomi domestik akibat kondisi global yang tidak menguntungkan (Grafik 2.14). Tingginya aktivitas subsektor jasa perusahaan tercermin dari besarnya pengeluaran belanja iklan terkait dengan aktivitas Pemilu. Kinerja subsektor jasa perusahaan berperan penting dalam perkembangan kinerja sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan secara keseluruhan, mengingat pangsanya yang mencapai sekitar 20% dalam sektor tersebut. Grafik 2.14 Pertumbuhan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Grafik 2.15 Perkembangan Lifting Minyak Kinerja di sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2013 diprakirakan tumbuh relatif terbatas. Hal itu disebabkan karena lifting minyak yang terus mengalami penurunan (Grafik 2.15). Target lifting minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan rata-rata 900 ribu barel per hari. Namun, nampaknya kondisi ini juga tidak mudah untuk dicapai mengingat perkembangan hingga triwulan I 2013 rata-rata lifting minyak hanya mencapai 840 ribu barel per hari. Angka tersebut sudah memperhitungkan perolehan minyak dari sejumlah sumur baru. Sektor pertambangan dan penggalian diprakirakan masih mampu tumbuh positif sebesar 1% (yoy), terutama didukung oleh hasil pertambangan nonmigas. Kondisi ekonomi yang terus membaik akan meningkatkan aktivitas di berbagai sektor ekonomi dan rumah tangga. Peningkatan aktivitas tersebut pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi listrik, air dan gas (LAG) oleh para pelaku ekonomi. Pertumbuhan sektor LAG terutama didukung oleh pertumbuhan pada subsektor listrik seiring dengan perkembangan aktivitas berbagai sektor ekonomi yang lebih mengandalkan penggunaan listrik sebagai sumber energi. 11

22 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Pada tahun 2014, proses pemulihan kondisi ekonomi global diperkirakan berjalan lebih baik. Hal tersebut juga akan berdampak positif bagi perekonomian domestik. Kinerja perekonomian domestik diperkirakan akan lebih baik dari tahun 2013 dan diprakirakan dapat tumbuh sebesar 6,6%-7,0%. Kinerja ekonomi yang lebih baik tersebut, selain didukung oleh kondisi global yang membaik juga didukung oleh adanya penyelenggaraan Pemilu. Apabila kondisi keamanan kondusif, berbagai aktivitas terkait penyelenggaraan Pemilu, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan akan turut mendorong pertumbuhan usaha-usaha yang terkait dengan kegiatan Pemilu, seperti kegiatan riset komersial, promosi/iklan, usaha makanan, minumunan dan tembakau. Namun dari sisi struktur, peran pertumbuhan ekonomi masih akan didominasi oleh sektor industri pengolahan, PHR, pengangkutan dan komunikasi. PRAKIRAAN INFLASI Inflasi pada tahun 2013 diprakirakan akan berada dalam kisaran target 4,5% ± 1%. Prakiraan tersebut telah memperhitungkan realisasi pada triwulan I 2013 berikut dampak kenaikan TTL serta UMP. Pada tahun 2014, dengan membaiknya respons sisi penawaran serta dukungan kebijakan, inflasi diprakirakan tetap berada dalam rentang sasaran sebesar 4,5% ± 1%. Namun, beberapa risiko yang dapat menyebabkan lebih tingginya tekanan inflasi ke depan perlu tetap diwaspadai, khususnya terkait kemungkinan terjadinya penyesuaian kebijakan terkait BBM bersubsidi. Intensitas tekanan inflasi diperkirakan mulai menurun memasuki triwulan II Tekanan inflasi inti diperkirakan masih moderat, ditopang oleh seluruh determinannya yang masih kondusif (interaksi permintaan-penawaran, faktor eksternal dan ekspektasi). Lebih lanjut, relatif meredanya tekanan inflasi ditopang oleh cukup besarnya pasokan beras seiring dengan panen raya pada bulan April sehingga mendorong terjadinya koreksi harga. Namun, perkiraan koreksi harga khususnya pada beras tersebut masih dibayangi oleh risiko tekanan harga pada komoditas pangan lainnya terutama yang diatur pengadaannya pada semester I Tekanan inflasi yang berasal dari sisi eksternal diprakirakan relatif rendah seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang masih relatif rendah dan rendahnya harga komoditas internasional. Di sisi domestik, tekanan inflasi dari sisi permintaan diprakirakan relatif moderat seiring dengan masih cenderung meningkatnya pertumbuhan investasi di tengah masih kuatnya permintaan domestik. Dari sisi volatile food, inflasi diprakirakan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sejalan dengan berbagai kendala terkait produksi dan pengadaan bahan pangan. Inflasi administered prices diprakirakan juga lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sehubungan dengan adanya penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL). Tekanan inflasi inti tahun 2013 diprakirakan terjaga. Terjaganya tekanan inflasi inti dari sisi eksternal terutama terkait dengan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas yang terbatas. Harga minyak internasional pada tahun 2013 dan 2014 diprakirakan relatif stabil sehingga tekanan dari harga komoditas internasional terhadap inflasi inti relatif rendah. Dari sisi domestik, meningkatnya permintaan domestik diprakirakan masih dapat direspons 12

23 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan dengan kapasitas produksi yang ada sejalan dengan pertumbuhan investasi. Dengan kondisi tersebut tekanan inflasi dari sisi permintaan diprakirakan relatif minimal. Ekspektasi inflasi di sektor keuangan dan di level konsumen masih relatif stabil (Grafik 2.16). Berdasarkan hasil Survei Konsumen Maret 2013 (Grafik 2.17), ekspektasi inflasi menunjukkan adanya peningkatan, meskipun selanjutnya dalam 6 bulan ke depan terdapat indikasi adanya penurunan ekspektasi inflasi. Grafik 2.16 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast Grafik 2.17 Indeks Ekspektasi Harga 6 Bulan ke Depan SK BI Inflasi dari kelompok volatile food pada tahun 2013 diprakirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Perkiraan lebih tingginya inflasi kelompok ini berdasarkan pada realisasi tingkat inflasi volatile food sampai dengan triwulan I 2013 yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya pada periode yang sama. Lebih tingginya inflasi volatile food sampai dengan triwulan I 2013 terutama disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrem di awal tahun dan adanya kendala dalam pengadaan bahan makanan. Inflasi kelompok administered prices pada tahun 2013 diperkirakan tercatat lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Faktor utama lebih tingginya inflasi kelompok ini adalah adanya penyesuaian TTL secara bertahap tiap triwulan dengan besaran keseluruhan sebesar 15%. Inflasi administered prices diperkirakan dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi apabila Pemerintah mengambil kebijakan penyesuaian harga untuk komoditas yang bersifat strategis. Pada tahun 2014, dengan berbagai kebijakan yang diambil untuk mengendalikan inflasi, inflasi diprakirakan terkendali dan berada dalam rentang sasaran inflasi 4,5% + 1%. Sumber tekanan inflasi diprakirakan berasal dari, antara lain, peningkatan harga komoditas dan permintaan domestik. Inflasi inti diprakirakan akan terjaga dengan ekspektasi yang terjangkar, inflasi volatile food juga diprakirakan tidak setinggi tahun 2013 seiring dengan peningkatan produksi bahan makanan dan proses pengadaan yang antisipatif. Sementara itu, inflasi administered prices diprakirakan stabil pada level yang rendah apabila tidak ada kebijakan untuk menaikkan harga barang/jasa yang bersifat strategis. FAKTOR RISIKO Prakiraan perekonomian tahun 2013 dan 2014 dipengaruhi oleh berbagai faktor ketidakpastian yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Dari sisi eksternal, faktor risiko antara lain berasal dari potensi lebih lambatnya pertumbuhan perekonomian dunia dari yang diasumsikan semula. Dari sisi domestik, kemungkinan adanya kebijakan terkait subsidi bahan bakar minyak dan barang/jasa yang bersifat strategis dapat mendorong peningkatan inflasi. 13

24 Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Dampak krisis Eropa yang semakin menyebar dan berkepanjangan memicu perlambatan ekonomi sehingga target defisit fiskal tidak tercapai di sebagian besar negara Eropa. Hal tersebut berpotensi menimbulkan gejolak pasar keuangan serta makin menekan aktivitas perekonomian di berbagai negara. Pemotongan belanja fiskal AS diprakirakan akan mengakibatkan meningkatnya pengangguran, sementara berlarut-larutnya penyelesaian pagu utang (debt ceiling) memicu ketidakpastian bagi pelaku bisnis. Kombinasi berbagai faktor tersebut yang disertai dengan penurunan harga komoditas internasional berpotensi menekan kinerja perekonomian global secara keseluruhan yang akan berdampak pada kinerja perekonomian domestik. Dari sisi domestik, semakin meningkatnya beban subsidi BBM yang membebani APBN dan meningkatkan tekanan transaksi berjalan memerlukan kebijakan untuk mengendalikan pemakaian BBM bersubsidi. Selain BBM, terdapat beberapa risiko inflasi dari kelompok administered prices, a.l. rencana kenaikan harga LPG 12 kg. Selain itu, terdapat juga risiko dari kelanjutan kenaikan harga gas industri sebesar 15% setelah sebelumnya meningkat 35% pada September 2012 meski dampaknya terhadap inflasi diperkirakan minimal. Risiko dari sisi inflasi volatile food dapat berlanjut apabila masalah keterbatasan pasokan masih berlanjut, terutama impor hortikultura. Dengan berbagai faktor risiko tersebut, inflasi dapat meningkat lebih tinggi dari yang semula diprakirakan. Kenaikan harga atau pembatasan konsumsi BBM bersubsidi selain akan memberikan dampak secara langsung terhadap peningkatan inflasi, juga akan memberikan dampak lanjutan berupa naiknya harga barang dan jasa lainnya akibat meningkatnya biaya produksi, transportasi dan ekspektasi peningkatan harga. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, meningkatnya tekanan inflasi lebih tinggi akan membawa pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah terkait menurunnya daya beli masyarakat secara umum serta meningkatnya biaya produksi. 14

25 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini 3. Perkembangan Ekonomi Makro dan Moneter Terkini Pemulihan ekonomi global tidak seoptimis prakiraan sebelumnya dan masih dibayangi ketidakpastian yang cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi AS diprakirakan tertahan akibat permasalahan fiskalnya, meskipun kegiatan produksi dan konsumsi mulai menunjukkan perbaikan. Di sisi lain, tekanan terhadap perekonomian Eropa masih berlanjut terkait lambatnya implementasi program penghematan anggaran di beberapa negara. Kondisi berbeda ditunjukkan oleh perekonomian di beberapa negara Asia, terutama China, yang membaik sebagaimana tercermin dari indikator konsumsi dan produksi. Sejalan dengan itu, respons kebijakan bank sentral dunia secara umum masih tetap akomodatif dengan mempertahankan suku bunga rendah maupun quantitative easing. Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2013 diprakirakan masih tumbuh baik di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global. Sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih kuat. Kinerja ekspor mengalami peningkatan sejalan dengan prospek pemulihan ekonomi global. Di sisi lain, impor juga tumbuh tinggi seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan merespons perbaikan kinerja ekspor. Tekanan depresiasi pada nilai tukar rupiah masih berlanjut pada triwulan I 2013 namun dengan intensitas yang lebih moderat dan tingkat volatilitas yang terjaga. Sumber tekanan pelemahan rupiah disebabkan oleh masih tingginya permintaan valuta asing (valas) di pasar valas domestik sejalan dengan masih tingginya impor di tengah perbaikan ekspor yang masih terbatas. Namun, pelemahan tekanan depresiasi yang lebih dalam dapat tertahan seiring dengan arus masuk modal yang meningkat. Gejolak harga kelompok volatile food yang terjadi sejak awal tahun hingga Maret 2013 mendorong tingginya tekanan inflasi IHK pada triwulan I Sumber pendorong utama inflasi di sepanjang triwulan I berasal dari kelompok volatile foods akibat terbatasnya pasokan beberapa komoditas pangan strategis. Tekanan pada inflasi inti relatif stabil seiring dengan melambatnya harga global, terjaganya stabilitas nilai tukar, kondusifnya kondisi penawaran dan permintaan serta cukup terkendalinya ekspektasi inflasi. Sementara itu, tekanan inflasi administered price tercatat moderat. Di pasar keuangan, perkembangan suku bunga PUAB sepanjang triwulan I 2013 masih bergerak stabil di batas bawah koridor. Sementara itu, suku bunga kredit dan deposito terus menurun meski selisih suku bunga semakin lebar selama 3 tahun terakhir. Kinerja pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih tumbuh positif bahkan pasar mencapai level tertinggi sepanjang sejarah bursa domestik didukung 15

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007 1 SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, kinerja perekonomian domestik selama tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID Harga Pangan Dorong Inflasi Oktober 2017 Tetap Rendah INFLASI IHK Inflasi IHK sampai dengan Oktober 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER INFLASI IHK Inflasi September 2017 Terkendali Inflasi IHK sampai dengan September 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017. Pada bulan September inflasi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2010 i Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 29 Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-29 dan selama tahun 29 diperkirakan masih akan berlanjut sebagaimana kondisi perekonomian dunia yang belum menunjukkan

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan Ringkasan Laporan Nusantara Februari 2014 *) Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan PERKEMBANGAN TERKINI EKONOMI DAERAH Setelah mengalami perlambatan pada beberapa triwulan sebelumnya, realisasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN 0522-2572 Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Pemerintah

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

BAURAN KEBIJAKAN MONETER DAN MAKROPRUDENSIAL BANK INDONESIA SEMENJAK MARET 2011 HINGGA MARET 2012

BAURAN KEBIJAKAN MONETER DAN MAKROPRUDENSIAL BANK INDONESIA SEMENJAK MARET 2011 HINGGA MARET 2012 BAURAN KEBIJAKAN MONETER DAN MAKROPRUDENSIAL BANK INDONESIA SEMENJAK MARET 2011 HINGGA MARET 2012 Teguh Sihono Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia sihonoteguh@yahoo.com Rohaila Yusof Universiti Pendidikan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya

Lebih terperinci