BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang berbeda-beda. Motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai proses yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang berbeda-beda. Motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai proses yang"

Transkripsi

1 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Motivasi Kerja Motivasi kerja merupakan hasil interaksi antara individu dengan situasi tempat dia bekerja, tentu saja setiap individu memiliki dorongan motivasional dasar yang berbeda-beda. Motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuannya (Robbins and Judge,2009). Motivasi bukanlah gagasan yang pasif. Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak (Mathis and Jackson,2004). Kata-kata kebutuhan, keinginan,hasrat, dan dorongan, semuanya serupa dengan motif, yang merupakan asal dari kata motivasi. Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja, sehingga kuat atau lemahnya motivasi pegawai ikut menentukan besar kecilnya prestasi kerja. Handoko (2001), berpendapat motivasi adalah sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Motivasi kerja merupakan salah satu topik yang paling banyak diteliti secara intensif dalam penelitian ilmu sosial. Terutama dalam ruang lingkup manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi, motivasi sering

2 12 dijabarkan menjadi faktor intrinsik atau ekstrinsik (Sansone and Harackiewicz,2000). 2.2 Teori-teori Motivasi Berdasarkan beberapa pengertian mengenai konsep motivasi, dalam hal ini banyak teori yang mengupas tentang motivasi. Teori motivasi dibagi menjadi dua macam yaitu : (1) content theories (teori kepuasan) dan (2) process theories (teori proses). Teori kepuasan memusatkan perhatian pada faktor-faktor individu yang mendorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Teori ini mencoba menjawab pertanyaan kebutuhan apa yang memuaskan seseorang dan apa yang mendorong semangat kerja seseorang. Sedangkan teori proses menerangkan dan menganalisis bagaimana perilaku didorong, diarahkan, dipertahankan dan dihentikan Teori motivasi berbasis konten Teori motivasi ini dikemukakan oleh Mc Gregor (1967), pandangan teori ini mengokohkan pengertian tentang faktor-faktor di dalam individu yang menyebabkan bertindak dengan cara tertentu. Menurut pandangan teori ini, seseorang mempunyai kebutuhan yang membuat mereka bersemangat dan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya artinya seorang bertindak atau berperilaku menurut cara-cara ke arah pemuasan kebutuhan yang harus dipenuhi. 1) Teori hirarki kebutuhan Maslow Hirarki kebutuhan manusia merupakan predictor dan descriptor dari motivasi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut disusun dalam suatu hirarki

3 13 kepentingan. Bila suatu kebutuhan telah dipuaskan, yang lainnya tumbuh dan menuntut kepuasan. Menurut Maslow kebutuhan manusia digolongkan dalam lima kategori yaitu : (1) Kebutuhan fisik (lapar dan haus) (2) Kebutuhan akan rasa aman (kebutuhan akan keselamatan dan bebas dari rasa takut) (3) Kebutuhan sosial (persahabatan dan kekerabatan) (4) Kebutuhan akan penghargaan (kebutuhan untuk mencapai kepercayaan diri, prestasi, kompetensi, penghargaan diri, kebebasan serta independensi (ketidak tergantungan) (5) Kebutuhan untuk mewujudkan diri (pengembangan dan aktualisasi diri). Sebuah asumsi sering kali dibuat dengan menggunakan hirarki Maslow bahwa pekerja di masyarakat modern dan berkembang secara teknologi pada dasarnya telah memenuhi kebutuhan fisiologis, keselamatan, dan kebersamaan mereka. Oleh karena itu, mereka akan termotivasi oleh kebutuhan akan rasa harga diri dan penghargaan dari orang lain, dan kemudian kebutuhan akan aktualisasi diri. Akibatnya, kondisi untuk memenuhi kebutuhan ini harus ada di tempat kerja guna memungkinkan pekerjaan itu sendiri menjadi berarti dan memberikan motivasi

4 14 2) Teori X dan Y Mc. Gregor (1967), menjawab kebingungan kontradiksi para ahli filsafat dan hakekat rangkap dalam diri manusia. Manusia bisa bersikap lembut dan simpatik sedangkan di sisi lain memiliki kecenderungan bersikap kejam dan agresif. Mc. Gregor (1967), menuangkan pendapatannya dalam teori X dan teori Y. Menurut teori X, manajer harus mempolakan, mengontrol atau mengawasi secara langsung terhadap perekrutan karyawan, yang berarti karyawan dimotivasi dengan jalan memberikan sanksi atau hukuman yang tegas. Teori Y beranggapan bahwa manajer akan bersikap membantu, mendukung dan mempermudah orang-orang dalam mengembangkan kreativitas tugas-tugasnya, dengan memotivasi pegawai dengan cara memberi imbalan dan penghargaan. 3) Teori dua faktor Herzberg Ketidakpuasan kerja dan kepuasan kerja muncul dari dua faktor yang terpisah. Pertama, faktor penyebab ketidakpuasan kerja disebut hygiene factor di dalamnya termasuk gaji, kondisi kerja dan kebijakan organisasi. Kedua, faktor penyebab kepuasan (faktor yang memotivasi) termasuk prestasi, pengetahuan, tanggung jawab dan kemajuan. Semuanya berkaitan dengan isi pekerjaan dan imbalan prestasi kerja. Cara terbaik memotivasi pegawai adalah dengan memasukkan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan ke dalam pekerjaan mereka.

5 Teori motivasi berbasis proses Dasar teori proses dari motivasi adalah gagasan tentang penghargaan yaitu apa yang seseorang perkirakan akan terjadi sebagai hasil perilakunya. Faktor lain dalam motivasi adalah derajat kekuatan dari preferensi seseorang terhadap hasil yang diharapkan. 1) Teori harapan (expectancy theory) Menurut Vroom (1964), motivasi adalah hasil dari tiga faktor yaitu, seberapa besar seseorang menginginkan imbalan (valensi), perkiraan orang itu tentang kemungkinan bahwa upaya yang dilakukan akan menimbulkan prestasi yang berhasil (harapan), dan perkiraan bahwa prestasi itu akan menghasilkan perolehan imbalan (instrumentalitas). Teori ini menilai besar dan arah semua kekuatan yang mempengaruhi individu, tindakan yang didorong oleh kekutan paling besar adalah tindakan yang mungkin dilakukan individu karena adanya insentif yang menarik. 2) Teori keadilan (equity theory) Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atas keadilan dari penghargaan yang diterima. Orang menilai keadilan dari imbalan mereka dengan membandingkan dengan imbalan yang diterima orang lain untuk input yang serupa yang diterima.

6 16 3) Teori penetapan tujuan (goal setting theory) Teori ini memfokuskan pada proses penetapan tujuan itu sendiri, dalam teori ini mengasumsikan manusia sebagai individu yang berpikir, yang berusaha untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Robbins dan Judge (2009), kecenderungan manusia menetapkan dan berusaha mencapai tujuan akan terjadi jika manusia memahami dan menerima tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Tujuan spesifik dan tujuan menantang dapat menjadikan pemotivasian yang efektif baik bagi individu maupun untuk kelompok. 4) Teori kebutuhan McClelland Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan : pencapaian, kekuatan dan hubungan. Hal-hal tersebut didefinisikan sebagai berikut. (1) Kebutuhan pencapaian (need for achievement) adalah dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil. (2) Kebutuhan kekuatan adalah kebutuhan untuk membuat individu lain berprilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berprilaku sebaliknya. (3) Kebutuhan hubungan (need for affiliation) adalah keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab. 5) Teori Evaluasi kognitif (cognitive evaluation theory) Deci dan Ryan (2000) menyatakan bahwa pemberian penghargaanpenghargaan ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya memuaskan

7 17 secara intrinsik cenderung mengurangi tingkat motivasi secara keseluruhan. Dengan kata lain teori ini menyatakan, ketika penghargaan-penghargaan ekstrinsik diberikan kepada seseorang karena mengerjakan tugas yang menarik, hal itu justru menurunkan minat intrinsik dalam tugas itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena individu tersebut mengalami kehilangan kendali atas perilakunya sendiri, sehingga motivasi intrinsik yang sebelumnya ada mulai berkurang. 6) Self-Determination theory Dalam Teori Self Determination (Deci and Ryan,2000), menemukan adanya perbedaan motivasi berdasarkan perbedaan alasan dan tujuan yang ingin dicapai yang menjadi dasar untuk melakukan tindakan. Menurut Latham dan Pinder (2004) motivasi kerja didefinisikan sebagai seperangkat daya atau kekuatan yang bersumber baik di dalam maupun di luar individu, yang memulai perilaku terkaitpekerjaan, dan menentukan bentuk,arah, intensitas, dan durasinya. Motivasi dibedakan menjadi 2, sebagai berikut. (1) Motivasi intrinsik, yaitu dorongan untuk melakukan sesuatu karena tertarik atau memang menikmatinya. Motivasi intrinsik timbul ketika perilaku individu berorientasi pada kepuasan dari pemenuhan kebutuhan psikologis dibandingkan dengan mendapatkan penghargaan dalam bentuk materi (Deci and Ryan, 2000). Dengan kata lain, motivasi adalah intrinsik ketika

8 18 seseorang melakukan aktivitas untuk kepentingan aktivitas itu sendiri. Independensi, variasi pekerjaan, kreativitas, tanggung jawab, kemampuan kerja, keamanan kerja, status sosial, pencapaian kerja dan aktivitas merupakan beberapa faktor yang mewakili motivasi intrinsik (Toker,2011). Elemen-elemen dari motivasi intrinsik antara lain: ketertarikan pada pekerjaan, keinginan untuk berkembang, senang pada pekerjaannya dan menikmati pekerjaannya. (2) Motivasi ekstrinsik yaitu dorongan untuk melakukan sesuatu karena imbalan materi yang menyertainya. Motivasi ekstrinsik timbul ketika pekerja mampu secara langsung memenuhi kebutuhannya, yang paling terpenting dengan cara kompensasi berupa uang. Supervisi (secara teknik), supervisi (dalam hubungan antar pegawai), pengakuan, kebijakan-kebijakan perusahaan, dan kompensasi merupakan beberapa dari faktor motivasi ekstrinsik (Toker,2011). Faktor-faktor motivasi ekstrinsik merupakan faktor-faktor dari luar pegawai itu sendiri, seperti : kebijakan organisasi, pelayanan administrasi, supervisi dari atasan, hubungan dengan teman sekerja, kondisi kerja, gaji yang diperoleh, dan ketenangan kerja. SDT adalah teori yang memfokuskan pada sifat dari motivasi, yaitu mengapa suatu perilaku terjadi. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa manusia adalah organisme aktif yang berorientasi pada

9 19 pertumbuhan yang secara alamiah cenderung mengintegrasikan unsurunsur psikis mereka ke dalam rasa diri yang dipersatukan dan mengintegrasikan diri mereka ke dalam struktur sosial yang lebih besar (Deci and Ryan, 2000). SDT membedakan motivasi menjadi dua tipe, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik dalam hal tingkat inheren dari determinasi diri (self determination) terdiri dari empat tipe, yaitu sebagai berikut. (1) Regulasi terintregasi (integrated regulation) mencakup keterlibatan dalam sebuah aktivitas dari sebuah perspektif ekstrinsik dalam cara yang penuh pilihan. (2) Regulasi teridentifikasi (identified regulation) mengacu pada melakukan sebuah aktivitas karena seorang mengidentifikasi nilai atau maknanya dan menerimanya sebagai miliknya sendiri. (3) Regulasi introjected (introjected regulation) merupakan regulasi prilaku melalui kemungkinan kepantasan diri, seperti penghargaan diri, rasa bersalah. (4) Regulasi eksternal (external regulation) merupakan tindakan yang diregulasikan dalam arti eksternal, seperti mendapatkan penghargaan dan menghindari hukuman. (5) Amotivation mengacu pada kurangnya tujuan dan kehendak di dalam tindakan seseorang.

10 20 Memakai konsep SDT, Vallerand et al. (1992) menyatakan dan menunjukkan bahwa paling tidak terdapat tiga tipe motivasi intrinsik, yaitu sebagai berikut. (1) Motivasi intrinsik untuk tahu ( melibatkan aktivitas untuk memperoleh kesenangan dari proses pembelajaran). (2) Motivasi intrinsik yang berhubungan dengan pencapaian pribadi (melakukan aktivitas untuk kesenangan dalam mencoba melampaui kemampuan diri sendiri). (3) Motivasi intrinsik untuk mengalami stimulasi (melakukan aktivitas untuk kesenangan terhadap keindahan dan panca indra). Berdasarkan uraian teori motivasi yang disebutkan oleh para ahli tersebut, maka dapat dikatakan bahwa motivasi selain berfungsi sebagai alat bagi seorang manajer untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan, juga sebagai konsep yang dapat merupakan kendali seseorang dalam berperilaku. Inti dari motivasi adalah pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan internal maupun kebutuhan eksternal yang selanjutnya dapat dikatakan secara sederhana merupakan pemenuhan kebutuhan material dan pemenuhan kebutuhan non-material. Dalam setiap organisasi, baik di sektor publik ataupun swasta, para pegawai dapat termotivasi oleh kedua faktor faktor baik intrinsik maupun ekstrinsik yang dapat memenuhi persepsi mereka yang berkaitan dengan sukses, penghargaan dan kepuasan. Motivasi kerja dinyatakan juga sebagai gabungan antara berbagai macam aspek-aspek seperti arah, intensitas dan persistensi dari

11 21 kerja yang dihubungkan dengan perilaku yang diharapkan oleh organisasi atau perwakilannya. Pada kenyataannya, tujuan utama dari penelitian tentang motivasi kerja bukanlah untuk mengetahui mengapa para pegawai bertindak seperti yang mereka inginkan, tetapi selain itu untuk mengetahui bagaimana memotivasi para pegawai untuk melakukan kewajiban dan tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi Faktor-Faktor Penentu Motivasi Pada hakekatnya motivasi dipengaruhi oleh beberpa faktor, ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu sebagai berikut Karakteristik individu Karakteristik individu adalah ciri pribadi seseorang yang obyektif serta membedakan orang tersebut dari orang lain. Karakteristik individu akan dibawa oleh setiap individu ke dalam dunia kerja sehingga karakteristik individu tersebut sangat mempengaruhi hasil dari suatu pelaksanaan pekerjaan. Karakteristik individu meliputi sikap, minat dan kebutuhan. 1) Sikap Sikap adalah obyektivitas dan pertimbangan evaluatif yang mencerminkan perasaan pegawai terhadap pelaksanaan pekerjaan. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Komponen perilaku suatu sikap merujuk ke suatu maksud untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Lebih lanjut diuraikan oleh Robbins and Judge (2009) bahwa dalam

12 22 organisasi, sikap merupakan hal yang penting karena sikap itu mempengaruhi perilaku kerja, seperti kepuasan kerja, rasa tanggung jawab, mengutamakan kepentingan organisasi dan mempunyai komitmen tinggi terhadap organisasi. Para pegawai memiliki sikapsikap atau cara pandang tentang beberapa aspek dalam pekerjaan, karir dan organisasi mereka. Secara umum, para praktisi sumber daya manusia mengetahui pentingnya situasi kerja yang menyebabkan terbentuknya sikap pegawai. Sikap adalah pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap obyek, individu, atau peristiwa (Robbins and Judge, 2009). Sikap merupakan salah satu karakteristik individu yang menjadi faktor utama penentu motivasi Tiga komponen utama dari sikap yaitu sebagai berikut. (1) Komponen kesadaran/kognitif (cognitive component), merupakan segmen opini atau keyakinan dari sikap. (2) Komponen perasaan/afektif (affective component), merupakan segmen emosional atau perasaan dari sikap. (3) Komponen perilaku (behavioral component), merupakan niat untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Sebagian besar penelitian dalam perilaku organisasi berhubungan dengan tiga sikap (Robbins dan Judge,2009), yaitu sebagai berikut. (1) Kepuasan kerja (job satisfaction), yang dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan positif tentang suatu pekerjaan yang

13 23 merupakan hasil dari evaluasi karakteristik-karakteristiknya. Kepuasan kerja juga didefinisikan sebagai keadaan emosi yang menyenangkan atau positif yang didapat dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. Dalam perspektif dunia penelitian dan praktisi, sikap pegawai yang paling nyata adalah kepuasan kerja. (2) Keterlibatan pekerjaan (job involvement), yang didefinisikan sebagai tingkat sampai mana seseorang memihak sebuah pekerjaan, berpartisipasi secara aktif didalamnya, dan menganggap kinerja penting sebagai bentuk penghargaan diri. (3) Komitmen organisasional (organizational commitment), yang didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seorang pegawai memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. (4) Sebuah konsep sikap yang paling baru adalah keterlibatan karyawan (employee engagement), yang didefinisikan sebagai keterlibatan, kepuasan, dan antusiasme individual dengan kerja yang mereka lakukan. 2) Minat Minat adalah kecenderungan perasaan pegawai untuk menyenangi atau tidak menyenangi suatu pekerjaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990). Minat yang dimaksud dalam konteks ini adalah yang berkaitan dengan pekerjaan, yaitu kecenderungan seorang pegawai untuk

14 24 menyenangi atau tidak terhadap pekerjaan yang dilakukan seperti misalnya minat terhadap pekerjaan yang berpeluang untuk maju atau didasari prestasi kerja sendiri serta meminati pekerjaan yang memiiki kebebasan untuk mengatur segala sesuatunya sendiri. 3) Kebutuhan Kebutuhan yaitu kesesuaian kebutuhan material (kompensasi) dan kebutuhan non material (rasa aman, penghargaan, aktualisasi diri) seorang pegawai dengan hasil kerja yang telah dilaksanakannya. Kompensasi yaitu kesesuaian antara balas jasa dalam bentuk uang berupa insentif diluar gaji pokok berupa honor tambahan berkaitan dengan prestasi pekerjaan yang telah dilakukan seorang pegawai di dalam organisasi. Kompensasi sangat penting bagi pegawai karena besarnya kompensasi merupakan cerminan ukuran nilai pekerjaan pegawai itu sendiri. Besar kecilnya kompensasi akan dapat mempengaruhi prestasi kerja pegawai. Berkaitan dengan kompensasi dalam konteks disini adalah balas jasa yang diterima di luar gaji pokok berupa insentif disesuaikan dengan prestasi kerja seorang pegawai. Apabila pemberian kompensasi pada pegawai dilakukan secara merata dan sesuai dengan tingkat beban kerja yang dilakukannya maka akan dapat menumbuhkan motivasi kerja yang tinggi bagi pegawai bersangkutan dan berdampak positif terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kebutuhan non material yang dimaksud dalam konteks ini meliputi: (a) rasa aman, yaitu nilai keamanan dan rasa terlindugi

15 25 selama bekerja, (b) penghargaan, yaitu kesesuaian antara penghormatan atas kompensasi bukan dalam bentuk uang dengan hasil kerja, dan (c) aktualisasi, yaitu pengakuan terhadap eksistensi dan potensi diri seseorang Karakteristik pekerjaan Menurut Swasto (1996), karakteristik pekerjaan adalah segala aspek dari suatu pekerjaan yang menjelaskan sifat-sifat umum yang dicerminkan dalam perilaku oleh orang yang mengerjakannya. Karakteristik pekerjaan akan berpengaruh pada aktivitas personal pegawai yaitu pegawai dapat mempelajari pekerjaan yang menjadi tugasnya dan pegawai dapat melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan produktifitas kerjanya. Karakteristik pekerjaan yang dimaksud adalah identitas tugas, otonomi dan umpan balik. 1) Identitas tugas Identitas tugas merupakan tingkat urutan terperinci suatu pekerjaan yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan, meliputi pemahaman pegawai terhadap prosedur kerja serta menjamin kejelasan wewenang dan tanggung jawab. Dengan diketahui identitas tugas yang jelas maka karyawan dapat melaksanakan seluruh pekerjaan secara utuh dan dapat mengidentifikasi hasil-hasil usaha mereka, sehingga pekerjaan tersebut benar-benar dapat dihayati dan menimbulkan rasa kesenangannya pada pekerjaan (Swasto, 1996).

16 26 2) Otonomi Otonomi menurut Swasto (1996) merupakan suatu tingkat kebebasan dan kemandirian seorang pegawai terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dengan otonomi berarti seseorang pegawai memperoleh kebebasan/berwenang berinisiatif dalam bekerja, mengatur prosedur penyelesaian pekerjaan, keterlibatan kerja yang tinggi dan menumbuhkan rasa tanggung jawab kerjanya. 3) Umpan balik Umpan balik merupakan tingkat informasi yang diperoleh seorang karyawan mengenai hasil kerja yang meliputi pengetahuan karyawan tentang seberapa jauh prestasi yang telah dicapai dalam waktu tertentu dan seberapa jauh atasan puas dengan hasil kerja yang telah dilakukan. Dengan umpan balik yang diberikan organisasi, karyawan akan memperoleh informasi mengenai prestasi kerjanya selama bekerja di dalam organisasi sehingga seseorang akan mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan (Swasto, 1996) Karakteristik situasi kerja Karakteristik situasi kerja yang dimaksud disini adalah faktor situasi di dalam lingkungan kerja dimana individu bersangkutan melakukan aktivitas kerja sehari-hari. Adapun yang berkaitan dengan karkateristik situasi kerja adalah: 1) Kerjasama Kerjasama menurut Swasto (1996) merupakan kemampuan dalam melaksanakan tugas yang dibebankannya. Dengan kerjasama yang baik

17 27 di dalam organisasi antar pegawai di dalamnya serta dengan atasan akan menciptakan koordinasi kerja yang baik sehingga kegiatan kerja dapat berjalan lancar dikarenakan masing-masing pegawai mampu menyerasikan pekerjaan dengan tugas-tugas orang lain secara harmonis. 2) Gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan merupakan kemampuan pimpinan dalam menggerakkan bawahannya dengan penerapan model kepemimpinan. Gaya kepemimpinan terdiri dari. (1) Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi (achievement oriented leadership). Cirinya yaitu pemimpin memberikan pekerjaan yang bersifat menantang dengan harapan bawahannya termotivasi dan akan berusaha mencapai tujuan itu dengan upaya yang maksimal. Selain itu pimpinan menaruh kepercayaan bahwa bawahan akan memenuhi tuntutan pimpinannya. Gaya ini dapat diterapkan pada bawahan dalam mengerjakan tugas rutin yang sederhana maupun yang sulit melalui pemberian motivasi, dorongan semangat dan penanaman rasa percaya diri. (2) Gaya kepemimpinan direktif (directive leadership). Cirinya ialah pemimpin memberi kesempatan kepada bawahannya untuk mengetahui apa yang menjadi harapan pimpinan dan bagaimana mencapai keinginan itu. Jadi kepemimpinan jenis ini berorientasi pada hasil kerja. Gaya ini dapat diterapkan bila bawahan

18 28 menghadapi tugas-tugas yang kompleks yaitu dengan memberikan petunjuk mengurangi tingkat kesulitan yang ada dan membantu memudahkan penyelesaian tugas dan tercapainya tujuan. (3) Gaya kepemimpinan yang partisipatif (participative leadership) dengan ciri pemimpin berkonsultasi dengan bawahannya dan bertanya untuk mendapat masukan dan saran-saran dalam rangka pengambilan keputusan. Gaya ini diterapkan bila pimpinan membutuhkan informasi yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan maupun pada saat para bawahan menghadapi tugas-tugas yang tidak rutin dan rumit. (4) Gaya kepemimpinan suportif (suportive leadership), dengan ciri pemimpin berusaha mendekatkan diri dan bersikap ramah serta menyenangkan bawahannya. Gaya ini efektif diterapkan pada bawahan yang tinggal menerima paket kerja, bawahan bersifat reseptif terhadap keputusan atasan serta tidak diikutsertakan dalam penentuan kegiatan. 3) Peraturan dan kebijakan Peraturan adalah ketentuan yang berlaku yang sudah ditetapkan dan harus diikuti. Kebijakan merupakan kesesuaian peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi dengan ketentuan yang berlaku umum. Kebijakan terdiri dari hal-hal berikut.

19 29 (1) Prosedur kerja yaitu langkah-langkah kegiatan untuk penyelesaian pekerjaan. (2) Prosedur promosi yaitu pemberian penghargaan kepada pegawai yang berprestasi dengan melalui peningkatan jabatan. (3) Sistim pemberian insentif yaitu pengaturan pemberian insentif sesuai beban kerja dan aturan yang berlaku. (4) Sistim penilaian hasil kerja pegawai yaitu pemberian penilaian hasil pelaksanaan pekerjaan pegawai secara obyektif dan terbuka sesuai prestasi kerjanya. (5) Peraturan jam kerja yaitu ketentuan mengenai jam kerja yang harus ditaati pegawai dan mendapatkan sanksi apabila dilanggar. 2.4 Insentif Kompensasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang memilih untuk bekerja di sebuah organisasi daripada organisasi yang lain. Insentif merupakan salah satu bentuk kompensasi langsung dalam bentuk penghasilan tidak tetap yang diterima oleh pegawai. Penghasilan tidak tetap (variable pay) merupakan jenis lain dari imbalan kerja langsung yang dihubungkan dengan kinerja individual, tim, atau organisasional. Menurut Mathis and Jackson (2004), terdapat tiga jenis insentif dari perspektif pemberian, yaitu sebagai berikut. 1) Insentif individual, diberikan untuk memberikan penghargaan pada usaha dan kinerja individual.

20 30 2) Insentif tim atau kelompok, diberikan untuk memberi penghargaan pada seluruh kelompok kerja atau tim untuk kinerjanya. 3) Insentif organisasional, diberikan berdasarkan pada hasil kinerja dari seluruh organisasi. Secara umum telah diterima bahwa pemberian insentif dipercaya mampu meningkatkan nilai-nilai dan kinerja organisasi. Salah satu motivasi ekstrinsik yang diharapkan oleh setiap pegawai baik yang bekerja di sektor publik maupun swasta adalah berupa insentif yang diterima atas pekerjaan yang telah dilakukan selain gaji. Namun telah diketahui pula, tidak semua sependapat bahwa program insentif memiliki kemampuan untuk meningkatkan outcome yang positif dan beberapa kasus selama ini menunjukkan indikasi bahwa insentif dapat menurunkan produktivitas dan kinerja. Ketika seorang pekerja dijanjikan penghargaan atas kinerjanya, maka para pekerja mulai melaksanakan pekerjaannya hanya untuk mendapatkan penghargaan yang bersifat ekstrinsik dibandingkan dengan alasan intrinsik dari pekerjaan itu sendiri. Oleh karena itu, persepsi dari penentuan-diri dikatakan menurun dan motivasi serta kualitas kinerja juga menurun. Dalam beberapa tahun terakhir, pendapat di atas mendapatkan kepopulerannya. Namun beberapa penelitian yang signifikan membantah pendapat bahwa penghargaan menurunkan motivasi dan kinerja. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa secara umum, para pekerja lebih menikmati aktivitas kerja atau tugasnya ketika mereka mendapatkan penghargaan dan argumen bahwa penghargaan menurunkan kinerja tidak didukung oleh data eksperimen. Hasil

21 31 penelitian tersebut menyatakan bahwa penghargaan dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan motivasi dan kinerja.. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di luar negeri, menunjukkan bahwa tidak seperti pegawai di sektor swasta, pegawai di sektor publik tidak terlalu termotivasi oleh uang/upah, mereka lebih termotivasi oleh keinginan yang kuat untuk melayani kebutuhan dan kepentingan publik (Perry and Wise,1990). Dari penelitian diatas terlihat bahwa dalam bekerja, pegawai sektor publik di luar negeri lebih termotivasi oleh faktor-faktor intrinsik dibandingkan oleh faktorfaktor ekstrinsik, seperti insentif. Namun belum ditemukan apakah penelitian tersebut relevan dengan kondisi pegawai sektor publik di Indonesia pada umumnya dan di Bali pada khususnya. 2.5 Keadilan ( ) Dalam salah satu teori motivasi modern yaitu teori keadilan (equity theory) dinyatakan bahwa individu membandingkan masukan-masukan dan hasil pekerjaan mereka dengan masukan-masukan dan hasil pekerjaan orang lain dan kemudian merespons untuk menghilangkan ketidakadilan. Teori ini juga menyatakan bahwa pegawai akan kehilangan motivasi kerjanya jika mereka memberikan input yang lebih besar dibandingkan dengan output yang diberikan oleh perusahaan. Kebijakan dalam pemberian insentif merupakan salah satu cara memberikan penghargaan bagi pegawai untuk dapat meningkatkan kinerja, tidak hanya itu, teori ekuitas juga dapat diterapkan sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai. Namun apabila kebijakan pemberian insentif tidak sama

22 32 kepada seluruh pegawai, maka akan dapat menimbulkan rasa ketidakadilan bagi pegawai. Setiap individu menghubungkan apa yang mereka dapat dari situasi pekerjaan (hasil-hasil) dengan apa yang mereka berikan (masukan-masukan), dan kemudian mereka membandingkan rasio hasil masukan mereka dengan rasio hasil masukan individu lain yang relevan. Bila seorang individu merasa rasio mereka sama dengan rasio individu lain yang relevan dengan siapa mereka membandingkan diri mereka sendiri, maka bisa dikatakan ada suatu keadaan yang adil. Ketika mereka meganggap rasio tersebut tidak adil maka mereka akan mengalami ketegangan keadilan. Empat perbandingan rujukan yang bisa digunakan oleh seorang pegawai, yaitu sebagai berikut. 1) Diri-di dalam, artinya pengalaman-pengalaman seorang pegawai dalam posisi yang berbeda di dalam organisasi pegawai tersebut pada saat ini. 2) Diri-di luar, artinya pengalaman-pengalaman seorang pegawai dalam posisi atau situasi di luar organisasi pegawai tersebut pada saat ini. 3) Individu lain-di dalam, artinya individu atau kelompok individu lain di dalam organisasi pegawai tersebut. 4) Individu lain-di luar, artinya individu atau kelompok individu lain di luar organisasi pegawai tersebut. Rujukan yang dipilih oleh seorang pegawai akan dipengaruhi oleh informasi yang dimiliki pegawai tersebut tentang rujukan dan oleh daya tarik dari rujukan tersebut. Dari hasil penelitian terbaru Latham and Pinder (2004), keadilan kemudian dipandang dari sudut keadilan organisasional (organizational justice), yang

23 33 didefinisikan sebagai persepsi keseluruhan dari apa yang adil di tempat kerja, yang terdiri dari keadilan distributif, prosedural dan interaksional. Satu elemen penting dari keadilan organisasional adalah persepsi seorang individu tentang keadilan, dengan kata lain keadilan bisa bersifat subjektif dan terletak dalam persepsi individu tersebut. Apa yang dianggap tidak adil oleh seseorang mungkin dianggap sangat layak oleh individu lain. Pada umumnya, setiap individu mempunyai bias yang egosentris atau memikirkan diri sendiri. Mereka menganggap adil pemberian-pemberian atau prosedur yang menguntungkan diri mereka. Keadilan organisasional terbagi menjadi tiga bentuk yaitu sebagai berikut. 1) Keadilan distributif (distributive justice), adalah keadilan jumlah dan pemberian penghargaan yang dirasakan di antara individu-individu. Keadilan ini sangat berkaitan antara kepuasan dengan hasil-hasil (misalnya, kepuasan dengan imbalan kerja) dan komitmen organisasional. 2) Keadilan prosedural (procedural justice), adalah keadilan yang dirasakan mengenai proses yang digunakan untuk menentukan distribusi penghargaan-penghargaan. Keadilan ini berhubungan erat dengan kepuasan kerja, kepercayaan karyawan, penguduran diri dari organisasi, prestasi kerja, dan perilaku kewargaan organisasional. 3) Keadilan interaksional (interactional justice), adalah persepsi individu tentang tingkat sampai mana ia diperlakukan dengan martabat, perhatian, dan rasa hormat.

24 34 Teori keadilan memprediksi bahwa, untuk sebagian besar karyawan, motivasi dipengaruhi secara signifikan oleh penghargaan-penghargaan individu lain dan oleh penghargaan-penghagaan individu itu sendiri. 2.6 Tanggung Jawab Individu yang bekerja dalam suatu organisasi memiliki tanggung jawab kerja yang telah ditetapkan oleh organisasi tempatnya bekerja. Tanggung jawab adalah kewajiban untuk melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban tertentu (Mathis and Jackson,2004). Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat konsesus bahwa pegawai di sektor publik lebih termotivasi secara intrinsik. Kebanyakan penelitian telah menyimpulkan bahwa pekerja sektor publik kurang termotivasi secara ekstrinsik dan lebih termotivasi secara intrinsik. Pegawai sektor publik lebih termotivasi oleh job content, pengembangan diri, pengakuan, otonomi, pekerjaan yang menarik, dan peluang mempelajari hal-hal baru. Hanya sebagian kecil penelitian melaporkan temuan bahwa pegawai sektor publik menunjukkan motivasi kerja internal yang lebih lemah daripada rekan mereka di sektor privat. Bagian terpenting dalam memotivasi karyawan adalah memberikan arahan yang tepat dan menentukan tujuan atas apa yang akan mereka kerjakan. Tugas yang dirasakan berat oleh seseorang, mendorong mereka untuk mengeluarkan usaha terbaik mereka dalam kemampuan kinerja terbaik mereka untuk menyelesaikan tugas tersebut dibandingkan membuat tujuan kinerja yang lebih spesifik.

25 Sikap individu terhadap unit organisasi dari perspektif Theory of Planned Behavior (teori perilaku yang terencana) Theory of Planned Behavior (TPB) yang dinyatakan oleh Ajzen (1991) merupakan salah satu teori psikologi-sosial yang paling berpengaruh dan terpercaya dalam memprediksi perilaku manusia. Hal yang paling sentral dalam teori ini menyatakan bahwa keputusan-keputusan atas perilaku seseorang tidak dilakukan secara spontanitas, tetapi merupakan hasil dari proses-proses yang berdasar dimana perilaku tersebut dipengaruhi secara tidak langsung oleh sikapsikap, norma-norma, dan persepsi-persepsi dari perilaku yang terkontrol. Seperti teori aslinya yaitu teori tindakan beralasan (theory of reasoned action), sebuah faktor sentral dalam teori perilaku terencana adalah minat individu untuk melakukan motivasional sebuah sesuatu. Minat diasumsikan mewakili faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku. Menurut Ajzen (1991), minat mengindikasikan seberapa kuat keinginan seseorang untuk mencoba, dan berapa banyak usaha yang mereka rencanakan untuk dikerahkan, untuk melakukan sebuah perilaku tertentu.

26 36

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan MOTIVASI DEFINISI MOTIVASI Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang individu untuk mencapai suatu tujuan. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan INTENSITAS Berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Handoko, 2001:155). Masalah kompensasi merupakan fungsi manajemen

Lebih terperinci

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Motivasi Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana

Lebih terperinci

Riset Per iila il k O u rgan isas

Riset Per iila il k O u rgan isas Riset Perilaku Organisasi i Perilaku organisasi merupakan telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang-orang bertindak dalam organisasi 3 unsur perilaku organisasi: Orang Struktur Teknologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori pertukaran sosial menurut Staley dan Magner (2003) menyatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori pertukaran sosial menurut Staley dan Magner (2003) menyatakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep Teori pertukaran sosial menurut Staley dan Magner (2003) menyatakan bahwa dalam hubungan pertukaran sosial, sifat mendasar yang

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 7 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur dalam organisasi dapat diartikan sebagai manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Motivasi Kerja Motivasi adalah proses seseorang untuk mendorong mereka melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan motivasi kerja adalah keinginan yang timbul

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-5

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-5 Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-5 Konsep - Konsep Motivasi Dasar PERILAKU ORGANISASI 2 Definisi

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-5

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-5 Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-5 Konsep - Konsep Motivasi Dasar SN 322023 PERILAKU ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras atau seberapa baik seseorang bekerja, melainkan seberapa jauh seseorang menyukai

Lebih terperinci

Motivasi penting dikarenakan :

Motivasi penting dikarenakan : Motivasi Bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan Pemberian daya penggerak yg menciptakan

Lebih terperinci

Motivasi : proses yg berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu, ke arah pencapaian sasaran.

Motivasi : proses yg berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu, ke arah pencapaian sasaran. Motivasi Oleh : Rino A Nugroho rinoan@gmail.com Definisi Motivasi : proses yg berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu, ke arah pencapaian sasaran. Forces acting on an employee

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Turnover Intention Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan yakni mengenai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Manajemen SDM Dewasa ini dalam dunia praktik, manajer SDM semakin terlibat dalam komite strategis untuk menentukan arah strategis perusahaan. Manajemen SDM telah menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013) 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasional 2.1.1. Pengertian Komitmen Organisasional Komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

Lebih terperinci

Definisi. Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjachman dan Husnan, 2003:197)

Definisi. Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjachman dan Husnan, 2003:197) Materi Motivasi Definisi Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjachman dan Husnan, 2003:197) Dorongan yang timbul pada diri seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI PERILAKU ORGANISASI TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI Manager yang berhasil adalah yang mampu menggerakkan bawahannya dengan menciptakan motivasi yang tepat bagi bawahannya PEMBAGIAN TEORI MOTIVASI TEORI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Guru 2.1.1. Tugas Guru Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang

Lebih terperinci

Adalah proses yang menghasilkan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha untuk mencapai tujuan.

Adalah proses yang menghasilkan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha untuk mencapai tujuan. Definisi Motivasi Adalah proses yang menghasilkan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha untuk mencapai tujuan. Elemen Kunci : 1. Intensitas : Seberapa keras usaha seseorang 2. Arah : Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas yang menjadi tanggung jawab guru tersebut secara tepat waktu, disamping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

II. TINJAUAN PUSTAKA.1 16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi,

Lebih terperinci

MOTIVASI. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Internal Kegiatan yang dapat diamati Kepuasan Eksternal. Motivasi. Hambatan pencapai Tujuan Mengurangi Tekanan

MOTIVASI. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Internal Kegiatan yang dapat diamati Kepuasan Eksternal. Motivasi. Hambatan pencapai Tujuan Mengurangi Tekanan Harrison Papande Siregar Tugas Resumé Mata Kuliah Perilaku Organisasi MOTIVASI Di dalam manajemen, kepemimpinan, atau perilaku organisasi, barangkali tidak ada isu paling terkenal selain motivasi. Hal

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Definisi Motivasi Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan usaha yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan dalam memenuhi beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Path Goal Theory Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi bawahan, kepuasan dan kinerjanya (Luthans, 2006) dan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak 12 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan sumber daya yang menggerakan

Lebih terperinci

Konsep - Konsep Motivasi Dasar

Konsep - Konsep Motivasi Dasar Konsep - Konsep Motivasi Dasar 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. ORGANIZATIONAL BEHAVIOR S T E P H E N P. R O B B I N S E L E V E N T H E D I T I O N W W W. P R E N H A L L. C O M / R O B B

Lebih terperinci

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA Disusun oleh: Ida Yustina Kesuksesan suatu organisasi sangat tergantung dari aktivitas dan kreativitas sumber daya manusianya Oleh karenanya, seorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Inisiatif manajerial Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi kepada tenaga kerja perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Subjective Well Being dari Russell (2008) adalah persepsi manusia tentang keberadaan atau pandangan subjektif mereka tentang pengalaman hidupnya, menurut beberapa

Lebih terperinci

Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi Modul ke: Komunikasi Organisasi Motivasi & Kepemimpinan Fakultas FIKOM Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom Program Studi PUBLIC RELATIONS www.mercubuana.ac.id A. Motivasi Perilaku manusia sebenarnya adalah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat. Analisis

BAB II KERANGKA TEORETIS. Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat. Analisis BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Judul Penelitian Peneliti (Tahun)

Lebih terperinci

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini)

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini) Konsep Dasar Motivasi (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini) Motif Alasan yang disadari oleh indv untuk bertingkah laku pada suatu tujuan Motivasi Suatu proses dimana kebutuhan2 mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperilaku secara bertujuan. Bagi perusahaan atau organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperilaku secara bertujuan. Bagi perusahaan atau organisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumberdaya manusia memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan maupun organisasi karena jika tidak ada sumber daya manusia maka perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan dilaksanakannya pendidikan formal. Dilihat berdasarkan prosesnya pendidikan formal dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Lingkungan Kerja Meskipun tekanan kompetitif di kebanyakan organisasi semakin kuat dari sebelumnya, beberapa organisasi mencoba merealisasikan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan

Lebih terperinci

MOTIVASI. Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan sangat menentukan efektifitas manajer.

MOTIVASI. Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan sangat menentukan efektifitas manajer. MOTIVASI Motivas (Motivation), Kebutuhan (Need), Dorongan (Drive) : keadaan dalam pribadi seseorangyang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Kemampuan manajer

Lebih terperinci

KONSEP DASAR MOTIVASI. Oleh : Desy Herma Fauza, SE., MM

KONSEP DASAR MOTIVASI. Oleh : Desy Herma Fauza, SE., MM KONSEP DASAR MOTIVASI Oleh : Desy Herma Fauza, SE., MM 1 Faktor Penentu Kinerja (Griffin) Motivasi (Motivation) Kemampuan (Ability) Lingkungan Pekerjaan (Work Environment) Pengertian Motivasi Motivation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Dalam menghadapi kehidupan serba modern dengan teknologi yang canggih, peranan karyawan sebagai sumber tenaga kerja dalam suatu unit organisasi sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua organisasi pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi organisasi tersebut. Tidak hanya pada sektor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI II. TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam diri seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rosita Dewi (2008) jurnal dengan judul PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA AKUNTAN PUBLIK

BAB II URAIAN TEORITIS. Rosita Dewi (2008) jurnal dengan judul PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA AKUNTAN PUBLIK BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rosita Dewi (2008) jurnal dengan judul PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA AKUNTAN PUBLIK Kesimpulan dari penilitian ini adalah : 1. Secara

Lebih terperinci

1.1. Penelitian Terdahulu

1.1. Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penyusunan yang dilakukan pada penelitian ini, peneliti juga mempelajari penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan. Berikut ini akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk ativitas. Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Kerja Mangkunegara (2005) menyatakan : motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kepemimpinan Efektif 2.1.1 Perilaku Purwanto (1998) mendefinisikan perilaku sebagai penyesuaian diri dari adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia atau SDM adalah salah satu faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia atau SDM adalah salah satu faktor yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia atau SDM adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan organisasi. Sebagai tenaga penggerak utama, faktor tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur dalam organisasi dapat diartikan sebagai manusia yang bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Intention To Quit 2.1.1. Pengertian Intention To Quit Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti dari pekerjaannya secara sukarela menurut pilihannya

Lebih terperinci

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Wukir (2013:134), kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Karyawan a. Pengertian Kinerja Karyawan Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Stres Kerja Menurut Robbins (2007 : 368), stres adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Akademik a. Definisi Motivasi berasal dari kata Latin movere diartikan sebagai dorongan atau menggerakkan (Hasibuan, 2006). Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Grand Theory 2.1.1. Teori Motivasi Secara psikologi, aspek penting dalam kepemimpinan kerja adalah sejauh mana pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Panggaribuan (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. Indosat, Tbk. Divisi Regional

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sebagai pertimbangan dan acuan perbandingan untuk landasan penelitian terdahulu, peneliti memakai penelitian yang mempunyai variabel yang sama, variabel

Lebih terperinci

BAB I. kualitas maupun kuantitas. Menurut Rivai (2006) kinerja adalah perilaku nyata yang

BAB I. kualitas maupun kuantitas. Menurut Rivai (2006) kinerja adalah perilaku nyata yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kinerja pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak karyawan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional 2.1.1 Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana dimaklumi bahwa perkembangan teknologi dan globalisasi sangat mempengaruhi dalam setiap kegiatan dunia usaha saat ini. Hal ini menyebabkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas tentang teori dari kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang akan mendasari penelitian ini. Pemabahasan ini akan menjadi panduan dalam memahami secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian

Lebih terperinci

Motivasi dan Kepemimpinan

Motivasi dan Kepemimpinan Motivasi dan Kepemimpinan Manajemen Industri Ponco WP PTI FT UNY 2014 (Diambil dari beberapa sumber) Pentingnya motivasi Salah satu faktor penting yang mempengaruhi Kinerja karyawan adalah motivasi. Motivasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan dengan sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam

Lebih terperinci

MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS. Minggu ke tujuh

MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS. Minggu ke tujuh MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS Minggu ke tujuh MOTIVASI Dalam melaksanakan fungsi penggerakan (actuating) seorang manajer harus memotivasi para bawahannya agar mau

Lebih terperinci

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA. Teori-Teori Motivasi

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA. Teori-Teori Motivasi MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Teori-Teori Motivasi Oleh : Fransisko Purba (135030201111184) Rinaldi Hidayat (135030201111011) Ike Venessa (135030207111100) Mitha Febriana (135030201111060) JURUSAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Sunyoto (2012), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek konstruksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang berada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi, diharapkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. national, menegah dan kecil bersaing untuk mendapatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. national, menegah dan kecil bersaing untuk mendapatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi setiap perusahaan, baik perusahaan berskala national, menegah dan kecil bersaing untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki lingkungan kerja di tempat kerja. Lingkungan kerja yang buruk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki lingkungan kerja di tempat kerja. Lingkungan kerja yang buruk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja Masalah lingkungan kerja merupakan salah satu hal yang sangat penting. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran operasi perusahaan. Salah satu cara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kinerja Karyawan Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Moh As ad, (2003) sebagai kesuksesan seseorang

Lebih terperinci

Motivasi. Hendra Wijayanto

Motivasi. Hendra Wijayanto Motivasi Hendra Wijayanto Definisi Motivation is All those inner striving conditions variously described as wishes, desires, needs, drives and the like Kesiapan khusus seseorang untuk melakukan atau melanjutkan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 9 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2012 : 13) manajemen melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap aktivitas kerja orang lain yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Manajer Operasi terhadap Prestasi Karyawan PT. Bank Muammalat Medan. Hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi menghadapi perubahan seiring dengan perkembangan bisnis, perubahan lingkungan bisnis, serta tuntutan yang semakin tinggi dari pelanggan. Organisasi dihadapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka perlu dikaji teori tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka perlu dikaji teori tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka perlu dikaji teori tentang produktivitas dan motivasi pada industri konstruksi, definisi motivasi, teori motivasi kerja, teori hirarki

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk 13 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2009:10) manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak perubahan pada peningkatan kualitas hidup perawat melalui kesehatan. Dengan adanya obat-obatan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR Pengertian Kepemimpinan Entrepreneurial

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR Pengertian Kepemimpinan Entrepreneurial BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Kepemimpinan Entrepreneurial 2.1.1.2 Pengertian Kepemimpinan Entrepreneurial Kepemimpinan Entrepreneurial menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2012), manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI Pemerintah merupakan organisasi pelayanan publik yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Pegawai negeri sipil yang merupakan pelaksana tugas-tugas

Lebih terperinci