LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM TAHUN 2014"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN SEKRETARIAT KABINET RI FEBRUARI 2015

2 K A T A P E N G A N T A R Laporan Kinerja merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban instansi pemerintah kepada publik yang menggambarkan capaian kinerja satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran instansi masing-masing dengan menjelaskan berbagai keberhasilan maupun kegagalan pencapaian kinerja. Dalam rangka memberikan laporan hasil pencapaian atas target kinerja yang telah ditetapkan dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014, Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam melakukan penyusunan Laporan Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014, yang juga merupakan bentuk dari pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan ini memuat tentang pelaksanaan seluruh program dan kegiatan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alamyang direncanakan sejak awal sampai dengan akhir Tahun Dengan adanya laporan ini maka akan terlihat tingkat keberhasilan maupun kegagalan pencapaian target termasuk kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program dan kegiatan telah direncanakan. Dengan disusunnya Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014 ini diharapkan dapat memberi manfaat terutama sebagai bahan evaluasi di lingkungan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam, agar capaian kinerja Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam dapat lebih meningkat pada masa-masa mendatang. Jakarta, Februari 2014 Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam, Ir. AgustinaMurbaningsih, M.Si Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, dan Sumber Daya Alam Tahun 2015 i

3 KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Gambaran Organisasi I. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi... 3 II. Struktur Organisasi... 5 III.Sumber Daya Manusia... 9 C. Aspek Strategis BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Visi Misi 17 B. Ikhtisar Penerapan Kinerja C. Indikator Kinerja Utama D. Indikator Sasaran E. Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran Strategis F. Indikator Kinerja Utama G. Penetapan Kinerja Tahun BAB III CAPAIAN KINERJA A. Pengukuran Kinerja dan Indikator Kinerja I. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) II. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja B. Akuntabilitas Keuangan Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, dan Sumber Daya Alam Tahun 2015 ii

4 C. Perbandingan Pendanaan sesuai Renstra Asdep Bidang Prasarana, Riset Teknologi, Sumber Daya Alam D. Pengaruh Kerja 57 E. Kendala. 57 F. Upaya Mengatasi Kendala. 59 G. Galeri Kegiatan BAB IV PENUTUP LAMPIRAN Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, dan Sumber Daya Alam Tahun 2015 iii

5 BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG Manajeman kinerja yang berorientasi pada hasil diwujudkan dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Berdasarkan Perarturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, SAKIP dikembangkan terintegrasi dengan sistem perencanaan, sistem penganggaran, sistem perbendaharaan, dan akuntabilitas pemerintahan. Sistem tersebut terdiri dari sub sistem, yaitu: 1. Perencanaan strategi (strategic planing), yang terdiri atas, antara lain, Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). 2. Pengukuran kinerja (performance measurement), yaitu penghitungan capaian kinerja. 3. Pelaporan kinerja (performance reporting), yaitu melalui penyusunan Laporan Kinerja (LKj). 4. Evaluasi kinerja (performance evaluation), baik berupa self assestment maupun yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi. Pelaporan akuntabilitas kinerja yang dituangkan dalam bentuk LAKIP berisi uraian pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi suatu instansi pemerintah termasuk didalamnya aspek keuangan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan. LKj berfungsi sebagai : 1. Instrumen untuk melaksanakan reformasi dalam penyelenggaraan tugastugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat. 2. Cara dan sarana yang efektif untuk mendorong seluruh aparatur pemerintah meningkatkan disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dan fungsi-fungsi manajemen kinerja yang taat azas. Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Prasarana, Ristek dan Sumber Daya Alam Tahun

6 3. Cara dan sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja instansi pemerintah/unit kerja berdasarkan rencana kerja yang jelas dan sistematis dengan sasaran kinerja yang terukur dan berkelanjutan. 4. Alat untuk mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan dari setiap pimpinan instansi/unit kerja dalam menjalankan misi dan tugas sehingga dapat dijadikan faktor utama dalam evaluasi kebijakan, program kerja, struktur organisasi dan penetapan alokasi anggaran setiap tahun bagi setiap instansi/unit kerja. 5. Cara dan sarana untuk mendorong usaha penyempurnaan struktur organisiasi, kebijakan publik, ketatalaksanaan, mekanisme pelaporan, metode kerja dan prosedur pelayanan masyarakat berdasarkan permasalahan nyata yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen pemerintahan secara berkelanjutan. Sehubungan dengan hal tersebut, Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam yang merupakan salah satu unit kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet, melakukan penyusunan LAKIP ini guna menjelaskan hasil kinerja organisasi selama kurun waktu Tahun 2014 sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam pencapaian tujuan organisasi sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden dimaksud. B. GAMBARAN ORGANISASI I. KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI ASISTEN DEPUTI BIDANG PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010 tentang Sekretariat Kabinet, Sekretaris Kabinet telah menetapkan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet sebagaimana diubah dengan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet. Berdasarkan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 4 Tahun 2012 tersebut, susunan organisasi Sekretariat Kabinet terdiri atas: 1. Wakil Sekretaris Kabinet; 2. Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; 3. Deputi Bidang Perekonomian; Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Prasarana, Ristek dan Sumber Daya Alam Tahun

7 4. Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat; 5. Deputi Bidang Persidangan Kabinet; 6. Deputi Bidang Administrasi; 7. Staf Ahli Bidang Hukum dan Hubungan Internasional; 8. Staf Ahli Bidang Tata Ruang dan Wilayah Perbatasan; 9. Staf Ahli Bidang Riset, Teknologi, Komunikasi dan Informasi; dan 10. Inspektorat; 11. Pusat Data dan Informasi. Dari jajaran jabatan eselon I tersebut, Deputi Bidang Perekonomian mempunyai tugas membantu Sekretaris Kabinet dalam menyelenggarakan dukungan staf, administrasi, dan pemikiran dalam perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah, penyiapan dan persetujuan prakarsa, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden, dan penyiapan pendapat atau pandangan kepada Presiden dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, serta pemantauan dan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian. Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Perekonomian menyelenggarakan fungsi: 1. perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian; 2. penyiapan dan persetujuan prakarsa, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden serta penyiapan pendapat atau pandangan kepada Presiden dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di bidang perekonomian; 3. pengamatan perkembangan, pengumpulan dan pengolahan data, informasi dan penyiapan laporan mengenai pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang perekonomian, berikut permasalahan yang timbul dan upaya pemecahannya; 4. pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian; 5. pengamatan terhadap perkembangan umum di bidang perekonomian, baik di luar negeri maupun dalam negeri, berikut penyerapan pandangan yang Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Prasarana, Ristek dan Sumber Daya Alam Tahun

8 berkembang di kalangan pemerintah, lembaga-lembaga negara, partai politik, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, masyarakat akademi, media massa, dan kalangan lainnya yang dianggap perlu; dan 6. pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris Kabinet. Berdasarkan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tersebut, Deputi Bidang Perekonomian dibantu oleh 4 (empat) Asisten Deputi, yaitu: 1. Asisten Deputi Bidang Ekonomi Makro, Keuangan, dan Ketahanan Pangan; 2. Asisten Deputi Bidang Industri, Usaha Kecil dan Menengah, Perdagangan dan Ketenagakerjaan; 3. Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam; dan 4. Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian. Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam sebagai salah satu Asisten Deputi di Kedeputian Bidang Perekonomian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah, pengamatan perkembangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, serta pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset dan teknologi, dan sumber daya alam. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam menyelenggarakan fungsi: 1. penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset dan teknologi, dan sumber daya alam; 2. penyiapan pendapat atau pandangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset dan teknologi, dan sumber daya alam; 3. pengamatan perkembangan, pengumpulan dan pengolahan data, informasi dan penyiapan laporan mengenai pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset dan teknologi, Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Prasarana, Ristek dan Sumber Daya Alam Tahun

9 dan sumber daya alam, berikut permasalahan yang timbul dan upaya pemecahannya; 4. pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset dan teknologi, dan sumber daya alam; 5. pengamatan terhadap perkembangan umum di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset dan teknologi, dan sumber daya alam, baik di luar negeri maupun dalam negeri, berikut penyerapan pandangan yang berkembang di kalangan pemerintah, lembaga-lembaga negara, partai politik, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, masyarakat akademi, media massa, dan kalangan lainnya yang dianggap perlu; dan 6. pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Perekonomian. II. STRUKTUR ORGANISASI Susunan organisasi Sekretariat Kabinet (dan susunan organisasi Deputi Bidang Perekonomian sebagai bagian dari organisasi Sekretariat Kabinet) tersebut, dapat disajikan dalam bagan sebagai berikut: Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Prasarana, Ristek dan Sumber Daya Alam Tahun

10 Bagan 1.1 Struktur Organisasi Sekretariat Kabinet IN Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Prasarana, Ristek dan Sumber Daya Alam Tahun

11 Selanjutnya, susunan organisasi Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam terdiri atas: 1. Bidang Tata Ruang, Prasarana Jalan, dan Sumber Daya Air terdiri atas: a. Subbidang Tata Ruang dan Prasarana Jalan; dan b. Subbidang Sumber Daya Air. 2. Bidang Transportasi, Riset dan Teknologi, terdiri atas: a. Subbidang Transportasi; dan b. Subbidang Riset dan Teknologi. 3. Bidang Sumber Daya Alam terdiri atas: a. Subbidang Pertanian, Kelautan dan Kehutanan; dan; b. Subbidang Energi dan Sumber Daya Mineral. 4. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas: a. Analis Kebijakan Subbidang Sumber Daya Air; b. Analis Kebijakan Subbidang Transportasi; c. Analis Kebijakan Subbidang Riset dan Teknologi; dan d. Analis Kebijakan Subbidang Energi dan Sumber Daya Mineral. Bagan struktur organisasi Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam selengkapnya, adalah sebagai berikut: Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Prasarana, Ristek dan Sumber Daya Alam Tahun

12 Bagan 2 Struktur Organisasi Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam (Berdasarkan Perseskab Nomor 1 Tahun 2011) Kabid Tata Kabid Kabid Sumber Kasubbid Kasubbid Kasubbid Kasubbid Kasubbid Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Prasarana, Ristek dan Sumber Daya Alam Tahun

13 III. SUMBER DAYA MANUSIA Pada bulan Februari 2014 ada pengisian Calon Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Kabinet, termasuk di Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam, dimana Sdri. Rusmitra Ayu, S.E. ditempatkan sebagai staf analis kebijakan pada Bidang Sumber Daya Alam. Pada bulan April 2014 penambahan 1 (satu) staf a.n. Sdri. Mela Meilania, S.AP. dikarenakan kenaikan pangkat III.a dari Sekretaris pada Subbidang Fasilitasi Operasional Bidang Perekonomian, ditempatkan menjadi analis kebijakan pada Subbidang Sumber Daya Air. Dengan adanya penambahan pegawai di Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam menjadi berjumlah 12 (duabelas) orang. Perubahan struktur pegawai pada Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Berdasarkan Jabatan/Eselonisasi: a. 1 (satu) orang Asisten Deputi (Eselon II); b. 3 (tiga) orang Kepala Bidang (Eselon III); c. 3 (tiga) orang Kepala Subbidang (Eselon IV); d. 5 (lima) orang staf Analis Kebijakan. 2. Berdasarkan kepangkatan golongan: a. Golongan IV= 3 (tiga) orang; b. Golongan III= 9 (sembilan) orang. 3. Berdasarkan jenjang pendidikan formal: a. S-2 sebanyak 3 (tiga) orang; b. S-1 sebanyak 9 (sembilan) orang. 4. Jenis kelamin dan status perkawinan adalah sebagai berikut : a. Pria sebanyak 4 (empat) orang; b. Perempuan sebanyak 8 (delapan) orang. Gambaran selengkapnya sumber daya manusia Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam diuraikan dalam tabel 1 dan tabel 2 sebagai berikut: 9

14 Tabel 1.1 Data Pegawai Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun 2014 Pangkat Jabatan Pendidikan Jenis Kelamin Golongan Jumlah Nama Jabatan Jumlah Tingkat Jumlah Jenis Jumlah IV/c 1 Eselon II 1 S2 1 Perempuan 1 IV/b 1 3 S2 1 Perempuan 1 IV/a 1 Eselon III S1 1 Laki-Laki 1 III/d 1 S1 1 Perempuan 1 III/c 1 Eselon IV 3 S1 1 Laki-laki 1 III/b 2 Perempuan 2 III/a 5 Staf Analis Kebijakan 5 S1 5 Laki-Laki 2 Perempuan 3 Tabel 1.2 Nama-Nama Pejabat/Pegawai Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun 2014 No. Nama Pejabat/Pegawai ESL. NIP GOL PANGKAT PENDIDIKAN 1. Ir. Agustina Murbaningsih, M.Si. II IV/b 2. R.R. Rita Erawati, S.H., LL.M III IV/b Pembina Utama Muda Pembina Tk. I 3. Zainal Arifin, S.H. III IV/a Pembina S1 L 4. Wida Artistin, S.H. IV III/d Penata Tk. I 5. Banyu Alam Badru, S.H. IV III/c Penata S1 L 6. Kusnul Nur Kasanah, S.E. IV Febriana, S.E. IV III/b 8. Aqif Mahendra, SE III/a 9. Benni Kusriyadi, S.ST III/a III/b Penata Muda Tk. I Penata Muda Tk. I Penata Muda Penata Muda S2 S2 S1 S1 S1 S1 S1 JENIS KELAMIN P P P P P L L 10

15 No. Nama Pejabat/Pegawai ESL. NIP GOL PANGKAT PENDIDIKAN 10. Ricky Wulan Noviyanthi, S.AP III/a 11. Mela Meilania, S.AP III/a Penata Muda Penata Muda 12. Rusmita Ayu Rachmawati., S.E III/a CPNS S1 P Dalam rangka pengembangan kualitas (capacity building) SDM, Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam telah mengikutsertakan pejabat/pegawai pada berbagai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) struktural dan fungsional, serta mengikuti seminar/workshop/ sosialisasi. Keikutsertaan pejabat/pegawai Asdep dalam seminar selain sebagai upaya capacity building SDM, juga dimaksudkan sebagai salah satu cara dalam melakukan pengumpulan data dan informasi terkait pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah terkait dengan bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam, guna dijadikan bahan analisis. Adapun pendidikan dan pelatihan struktural yang diikuti adalah Diklatpim Tingkat IV oleh 1 (satu) orang Eselon IV yaitu Saudara Kusnul Nur Kasanah, SE. C. ASPEK STRATEGIS Setiap organisasi ingin terus berkembang untuk meningkatkan eksistensinya dalam memenuhi tuntutan lingkungan baik internal maupun eksternal, sehingga organisasi perlu berupaya untuk meng-gunakan kemampuan, memperhatikan kelemahan, memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan yang kompleks. Guna mengetahui isu-isu penting bagi organisasi, diperlukan suatu analisis lingkungan strategis yang menganalisis organisasi mencakup lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan organisasi, dan lingkungan eksternal berupa peluang dan tantangan. Kekuatan dan peluang merupakan potensi yang dapat dikembangkan dalam rangka memperkuat organisasi, sedangkan kelemahan dan tantangan merupakan permasalahan yang perlu diantisipasi agar organisasi dapat terus berkembang. Analisis lingkungan tersebut dilakukan dengan menggunakan Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) yang dijelaskan sebagai berikut: S1 S1 JENIS KELAMIN P P 11

16 1. Kekuatan (Strengths) Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam mempunyai kekuatan untuk dapat berkembang menjadi organisasi yang profesional dan handal, yaitu: a) Visi dan Misi organisasi yang jelas; b) Tugas dan fungsi yang jelas; c) Komitmen yang kuat dari pimpinan dan seluruh staf untuk mewujudkan Visi dan Misi organisasi; d) Tersedianya jumlah SDM yang dapat ditingkatkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan struktural, teknis, dan fungsional; e) Tersedianya dokumen hukum, keikutsertaan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam dalam rapat dan atau pertemuan yang dipimpin oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden yang mendukung penelaahan dalam rangka memberikan analisis kebijakan kepada Presiden; f) Kesempatan mengikuti pendidikan yang ditawarkan oleh pihak/lembaga pemerintah yang lain untuk kepentingan pengembangan SDM Sekretariat Kabinet; dan g) Terbentuknya struktur organisasi baru di Sekretariat Kabinet yang lebih efektif dan dinamis dengan pendekatan pembagian fungsi Kementerian Koordinator dalam rangka mendukung tugas Presiden, termasuk terbentuknya Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam. 2. Kelemahan (Weaknesses) Di samping potensi-potensi yang dimiliki Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam yang dapat mendukung menjadi organisasi yang profesional dan handal tersebut, Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam perlu mewaspadai kelemahan-kelemahan yang sampai saat ini masih ada dalam organisasi untuk segera melakukan pembenahan. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut: a) Hasil pemantauan dan evaluasi implementasi kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam belum dimanfaatkan secara optimal; 12

17 b) Peningkatan kemampuan dan penempatan SDM belum sesuai kebutuhan organisasi; c) Standar Pelayanan belum memadai dalam menunjang tugas dan fungsi Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam; d) Sarana dan prasarana belum terpenuhi sesuai kebutuhan; e) Sistem Informasi Manajemen untuk mendukung efektifitas dan efisiensi kegiatan organisasi (antara lain, Bill Tracking dan Mail Tracking), belum sepenuhnya dikembangkan dan diimplementasikan, dan belum tersosialisasikannya dengan baik penyediaan informasi mengenai Sekretariat Kabinet termasuk Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam melalui website Sekretariat Kabinet agar pemanfaatannya optimal; f) Pengendalian internal belum berjalan secara efektif. 3. Peluang Organisasi (Opportunities) Dinamika lingkungan eksternal yang cepat berkembang masih memberikan peluang-peluang yang memungkinkan organisasi berkembang untuk menjadi yang terbaik. Peluang-peluang tersebut adalah sebagai berikut: a) Undang-Undang Pelayanan Publik yang memperkuat landasan lembaga pemerintahan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat; b) Komitmen nasional untuk melaksanakan reformasi birokrasi dan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN); c) Pengembangan dan kemajuan teknologi informasi yang cepat dan dinamis dalam mendukung pengembangan e-government di setiap instansi pemerintah; d) Dukungan kebijakan tentang penerapan tata pemerintahan yang baik (good governance) di semua lini dan tingkatan pada semua kegiatan; e) Pengembangan mekanisme dan kesempatan partisipasi masyarakat dalam aktivitas proses penyelenggaraan atau pengawasan pelayanan publik; f) Dukungan kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak dalam hal ini instansi pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. 13

18 g) Tuntutan Kementerian/Lembaga yang semakin tinggi terhadap Kinerja Sekretariat Kabinet, dan Kinerja Deputi Bidang Perekonomian, termasuk Kinerja Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam. 4. Ancaman Organisasi (Threats) Di samping peluang-peluang yang ada, perubahan lingkungan eksternal dapat mengancam keberadaan organisasi, terutama apabila organisasi tidak segera memperbaiki diri. Ancaman organisasi tersebut adalah: a) Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih rendah terhadap birokrasi Pemerintah; b) Krisis keuangan global yang berdampak pada menurunnya ekonomi masyarakat dan negara; c) Praktek KKN di jajaran eksekutif, legislatif, dan yudikatif masih berlangsung; d) Pemberitaan yang bersifat negatif terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. Berdasarkan potensi, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang masih akan dihadapi organisasi selama lima tahun ke depan, meliputi: 1. Aspek Kelembagaan a) Pelaksanaan tugas dan fungsi di Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam khususnya yang terkait dengan pengelolaan manajemen kabinet masih belum optimal; b) Struktur organisasi masih perlu dikaji kembali dan disempurnakan untuk dapat mewadahi tugas dan fungsi yang dilaksanakan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam. 2. Aspek Ketatalaksanaan a) Koordinasi dan kerja sama yang belum optimal antar lembaga pemerintah di pusat dan daerah maupun dengan lembaga kepresidenan lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam; b) Standar Pelayanan masih mengacu pada standar pelayanan unit eselon I struktur organisasi Sekretariat Kabinet yang lama, sehingga perlu disempurnakan dan untuk selanjutnya perlu diterapkan secara konsisten dan menyeluruh. 14

19 3. Aspek Sumber Daya Manusia Kuantitas dan kualitas SDM perlu terus ditingkatkan dalam mendukung tugas dan fungsi Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam. 4. Aspek Sarana dan Prasarana a) Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung kegiatan organisasi yang memadai; b) Sistem informasi manajemen berbasis teknologi informasi di Sekretariat Kabinet termasuk pada Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam, belum terintegrasi sepenuhnya dan belum ada kesesuaian antara manajemen teknologi informasi dengan sistem yang sedang dan akan dikembangkan. 15

20 BAB II P E R E N C A N A A N K I N E R J A A. GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA Instansi pemerintah menyusun rencana kinerja tahunan yang memuat visi, misi, tujuan dan sasaran, serta ukuran keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaannya, dengan mengacu pada Perencanaan Strategis (Renstra) instansi pemerintah. Rencana kinerja merupakan penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan yang akan dilaksanakan oleh satuan organisasi dan unit-unit dibawahnya melalui berbagai kegiatan tahunan, melalui penetapan rencana capaian kinerja tahunan, sasaran, dan seluruh indikator kinerja kegiatan. Hal tersebut akan menjadi tolok ukur dalam pelaporan dan evaluasi akuntabilitas kinerja pimpinan dan seluruh anggota satuan organisasi/satuan kerja pada akhir tahun. Rencana kinerja diajukan kepada para pemberi amanat untuk selanjutnya para pihak tersebut mengikat suatu kesepakatan terhadap rencana kinerja yang telah disusun dalam bentuk Penetapan Kinerja (PK). PK merupakan ikhtisar kinerja dari RKT yang akan dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima amanah/pengemban tugas dan penanggung jawab kinerja dengan pihak yang memberikan amanah/tugas dan tanggung jawab kinerja. Selain menetapkan RKT dan PK, instansi pemerintah jugamenentukan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai bentuk ukuran keberhasilan suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. IKU akan memberikan petunjuk sejauhmana kinerja suatu instansi pemerintah berikut seluruh unit kerja dibawahnya dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Berikut akan dijabarkan unsur-unsur yang terkait dengan Perencanaan Kinerja, Penetapan Kinerja dan Indikator Kinerja Utama Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun VISI Perumusan Visi Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam dilakukan dengan mengacu kepada tugas dan fungsi Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam sebagaimana diatur 16

21 dalam Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet dan Rencana Strategis Sekretariat Kabinet Tahun Perumusan Visi ini untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan yang diharapkan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam ke depan sampai dengan Tahun Gambaran mengenai keadaan yang tercermin dalam Visi tersebut sebagai berikut: Visi Asdep Menjadi Asdep yang Visi tersebut mengandung pengertian bahwa Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam merupakan suatu unit kerja di bawah Deputi Bidang Perekonomian, Sekretariat Kabinet yang strategis, profesional, dan dapat diandalkan dalam memberikan dukungan kepada Presiden untuk melaksanakan tugas sehari-hari sebagai kepala pemerintahan berupa dukungan teknis, administrasi, dan pemikiran yang prima di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam dalam rangka mendukung Sekretaris Kabinet dalam menjalankan manajemen kabinet. Adanya Visi ini diharapkan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam akan mampu mengantisipasi berbagai tantangan di masa depan sekaligus meningkatkan kualitas kinerja secara maksimal dalam rangka memberikan dukungan kebijakan dan administrasi kepada Deputi Bidang Perekonomian. 2. MISI Sesuai ketentuan Pasal 1 angka 13 Undang-Undang nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan ketentuan Pasal 1 angka 16 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, Misi merupakan rumusan 17

22 umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi. Perumusan ini diperlukan untuk memberikan gambaran kepada seluruh pegawai di lingkungan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam dan para stakeholders mengenai peran dan tindakan Deputi Bidang Perekonomian dalam menjalankan tugas dan fungsinya, termasuk berbagai hasil yang bisa dicapai di masa yang akan datang. Perumusan Misi Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam ini sekaligus berfungsi sebagai landasan kerja yang harus diikuti oleh seluruh pegawai sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi. Rumusan Misi Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam adalah sebagai berikut: Misi Asdep Bidang Prasarana, Riset, Memberikan dukungan kepada Deputi Bidang Perekonomian untuk Misi tersebut dimaksudkan bahwa dalam rangka membantu Deputi Bidang Perekonomian dalam mendukung Sekretaris Kabinet menjalankan manajemen kabinet diperlukan dukungan sehingga penyelenggaraan kabinet dapat terlaksana dengan baik dengan mengacu kepada prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. B. IKHTISAR PENETAPAN KINERJA Sebagai salah satu unit organisasi di bawah Deputi Bidang Perekonomian, Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam menetapkan tujuan, sasaran, kebijakan, program operasional, kegiatan, dan target capaian kinerja selama kurun waktu mengacu Renstra Sekretariat Kabinet Tujuan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam pada Tahun 2014 dirumuskan berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam mewujudkan visi dan misi. Tujuan tersebut 18

23 merupakan kondisi yang ingin dicapai pada periode jangka menengah sesuai kemampuan organisasi.tujuan tersebut juga dimaksudkan untuk mengarahkan perumusan sasaran, arah kebijakan dan strategi, serta program dan kegiatan organisasi dalam mewujudkan misi. Perumusan tujuan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam pada Tahun 2014, juga mengacu pada tujuan Sekretariat Kabinet terkait bidang Perekonomian sebagaimana ditetapkan pada Renstra Sekretariat Kabinet , yaitu: Tujuan Asdep Bidang Prasarana, Memberikan dukungan saran Tabel 2.1 Sasaran Strategis, Program, dan Kegiatan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Sasaran Strategis Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Program Penyelenggaraan dukungan kebijakan kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan Kegiatan Penyelenggaraan dukungan kebijakan kepada Presiden di bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam C. INDIKATOR KINERJA UTAMA Sasaran strategis merupakan hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan yang ingin dicapai pada 19

24 setiap tahun selama 5 (lima) tahun. Penetapan sasaran diperlukan untuk memberikan fokus dalam penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya yang dimiliki Penetapan sasaran diperlukan untuk memberikan fokus dalam penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya yang dimiliki. Dalam sasaran dimuat indikator sasaran yang merupakan ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun yang bersangkutan beserta rencana tingkat capaian (target) masing-masing.setiap sasaran diidentifikasi melalui indikator kinerja masing-masing yang akan dijadikan tolok ukur keberhasilan pencapaian sasaran. Sasaran beserta indikator kinerjanya dirumuskan berdasarkan tingkatan indikator. Setiap sasaran dapat diidentifikasi melalui indikator kinerja yang nantinya akan dijadikan tolok ukur keberhasilan pencapaian sasaran dimaksud. Selanjutnya, pada tiap indikator kinerja tersebut ditetapkan target kinerja yang akan dicapai, guna sebagai alat untuk mengukur efisiensi dan efektivitas kegiatan. Target kinerja tersebut menunjukkan nilai kuantitatif dan kualitatif kegiatan yang harus dicapai selama Tahun Selanjutnya, pada akhir tahun, hal tersebut menjadi ukuran keberhasilan organisasi dalam pencapaian visi dan misi organisasi. Indikator kinerja, target kinerja dan anggaran pada setiap sasaran. Dengan mengacu pada tujuanyang ingin dicapai di atas, Sasaran Strategis Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam , dirumuskan sebagai berikut: Sasaran Strategis : Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam Tujuan: Memberikan dukungan saran kebijakan di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang berkualitas 20

25 D. INDIKATOR SASARAN Dalam Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2014, Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam menetapkan 1 (satu) sasaran strategis yang ingin dicapai, yang selanjutnya diidentifikasi indikator kinerjanya, dan dirumuskan berdasarkan tingkatan indikator. Adapun sasaran strategis, indikator dan target dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 2.2 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Asdep Bidang Prasarana, Transportasi, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun 2014 Sasaran Indikator Sasaran Satuan Target Target Anggaran (Rp)* Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam *setelah revisi 1. Persentase penyelesaian hasil analisis perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu 2. Persentase saran perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti 3. Persentasepenyelesaian hasil pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah dibidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu 4. Persentase saran hasil pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti % % 97 % % 97 21

26 Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian sasaran tersebut adalah persentase penyelesaian saran yang tepat waktu dan persentase saran yang ditindaklanjuti. Pengukuran kedua indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Persentase penyelesaian saran yang tepat waktu Penyelesaian yang tepat waktu apabila waktu penyelesaian dinyatakan tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan rentang waktu, ditetapkan sebagai berikut: a. Top Down Diukur mulai adanya disposisi/arahan Presiden dan/atau Sekretaris Kabinet sampai dengan diserahkannya saran kebijakan kepada stakeholders. b. Bottom Up Diukur mulai adanya ide awal atau pemantauan yang diprakarsai oleh unit kerja sampai dengan diserahkannya hasil pemantauan dalam bentuk saran kebijakan kepada stakeholders Waktu penyiapan penyelesaian tersebut ditentukan oleh target waktu berdasarkan SP dan tingkat kompleksitas permasalahan. a. Target waktu adalah berdasarkan SP, yaitu 1) Bersifat Disposisi Prioritas, yaitu Disposisi yang diberikan Atasan dengan mencantumkan kata Prioritas untuk saran kebijakan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari, atau jangka waktu tertentu yang dicantumkan dalam disposisi, yang penyelesaiannya didahulukan. Termasuk dalam kategori Disposisi Prioritas adalah Disposisi yang mencantumkan kata very top urgent, top urgent, urgent, sangat segera, segera atau kata-kata lain dengan maksud yang sama yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari staf. Pimpinan memberikan petunjuk bersifat Disposisi Prioritas berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional/negara dan masyarakat dari segi politik, ekonomi, sosial budaya, dan/atau pertahanan keamanan bahwa suatu saran kebijakan di bidang 22

27 prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam perlu diselesaikan dengan sangat segera. 2) Tidak bersifat Disposisi Prioritas, yaitu jangka waktu penyelesaiannya paling lama 9 hari. b. Tingkat kompleksitas permasalahan menentukan waktu penyiapan penyelesaian saran kebijakan. Kompleksitas permasalahan dalam sebuah rencana kebijakan ditentukan oleh permasalahan terkait bentuk hukum, urgensi pengaturan, dampak yang mungkin timbul, perumusan maupun teknis perundang-undangan Rperpres, RKeppres, dan Rinpres dimaksud. Sedangkan kompleksitas pelaksanaan kebijakan ditentukan, apabila dalam membuat suatu saran kebijakan perlu didukung dengan kegiatan pemantauan berupa koordinasi ke kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah guna klarifikasi data dan informasi, analisis berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait, dan/atau comparative studi terhadap referensi terkait (internet, buku, jurnal, dan/atau data statistik). Metode perhitungan target indikator tersebut adalah sebagai berikut: (jumlah penyelesaian berkas yang tepat waktu ) = - x 100% 2. Persentase saran yang ditindaklanjuti Indikator persentase saran yang ditindaklanjuti, menekankan pada ketepatan substansi saran kebijakan yang dihasilkan, yang berarti bahwa saran kebijakan yang disampaikan kepada stakeholders terkait yang selanjutnya ditindaklanjuti/disetujui. Untuk tingkatan Eselon II, stakeholders yang dimaksud adalah level Eselon I. Dengan demikian, semakin banyak saran yang diterima/ditindaklanjuti oleh Eselon I berarti kinerja Asdep Bidang Prasarana, Riset, teknologi, dan Sumber Daya Alam semakin tinggi. 23

28 Metode perhitungan target indikator tersebut adalah sebagai berikut: Saran yang ditindaklanjuti X E. CARA PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS Pencapaian sasaran strategis tersebut di atas diwujudkan melalui pelaksanaan program teknis, yaitu: Penyelenggara an Dukungan Untuk menjalankan program yang telah ditetapkan, Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam sepanjang tahun 2014 melaksanakan kegiatan yang menggambarkan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana diatur dalam Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat Kabinet, yaitu: Penyelenggaraan Dukungan Pelaksanaan kegiatan tersebut terbagi ke dalam beberapa sub kegiatan, yaitu: 1. Perumusan dan analisis terhadap rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam. 2. Pengamatan dan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, 24

29 transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam, yang dilaksanakan melalui beberapa detail, yaitu: a. Penyiapan pendapat atau pandangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam; b. Pengamatan perkembangan, pengumpulan dan pengolahan data, informasi dan penyiapan laporan mengenai pelaksanaan kebijakan pemerintah bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam; c. Pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam; dan d. Pengamatan terhadap perkembangan umum bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam, baik di dalam maupun di luar negeri. Berikut penjabaran kegiatan yang akan dilakukan oleh Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam sepanjang tahun 2013, beserta dana yang dibutuhkan guna pelaksanaan kegiatan tersebut. Perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang tata Kegiatan ini merupakan penjabaran dari pelaksanaan fungsi pertama, yang difokuskan pada pemberian saran terhadap rancangan peraturan perundang- 25

30 undangan yang proses penyelesaiannya merupakan kewenangan Sekretariat Kabinet, yaitu Rancangan Peraturan Presiden (RPerpres), Rancangan Keputusan Presiden (RKeppres), dan Rancangan Instruksi Presiden (RInpres). Dalam kaitan rencana kinerja ini perlu dijelaskan bahwa Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam tidak menyiapkan penyusunan RPerpres, RKeppres, dan RInpres dalam tahun berjalan karena inisiatif penyusunannya dilakukan oleh Kementerian/Lembaga sebagaimana diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PUU dan Perpres Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan RUU, RPerppu, RPP, dan RPerpres. Disamping ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut, juga memperhatikan pula Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor B.257/M.Sesneg/D tanggal 3 Maret 2010, kepada para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, dan para pimpinan LPNK hal Penyusunan Rancangan Undang-Undang, Perpu, RPP, RPerpres, RKeppres, RInpres yang intinya mengatur bahwa setiap rancangan yang akan dibahas dengan panitia antar kementerian/lembaga harus terlebih dahulu mendapat izin prakarsa Presiden. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam hanya berwenang memberikan saran kebijakan terhadap substansi maupun aspek legal drafting sebatas rancangan tersebut masih dalam proses pembahasan di Kementerian/Lembaga terkait. Untuk proses penyelesaiannya (diajukan kepada Presiden untuk penetapannya) dilakukan oleh Asdep yang membidangi perancangan perundang-undangan bidang perekonomian. Indikator kinerja pada kegiatan ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.3 Indikator Kinerja Sub Kegiatan 1 Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya AlamTahun 2014 Indikator Kinerja Satuan Target Rincian Anggaran dalam RAB Input Dana Rp a. Rapat-rapat koordinasi (Rp ,-) b. Pengumpulan dan pengolahan 26

31 Indikator Kinerja Satuan Target Rincian Anggaran dalam RAB Output Persentase saran perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam Outcome a. Persentase penyelesaian hasil analisis perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu b. Persentase saran perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti *setelah revisi berkas 40 % 97 % 97 data (Rp ,-) Berdasarkan tabel tersebut, ukuran perhitungan output sudah menggunakan hitungan berkas, berbeda dengan tahun 2013 dengan alasan bahwa prakarsa kegiatan penyusunan RPerpres, RKeppres, dan RInpres, maupun perencanaan kebijakan dan program pemerintah berasal dari Kementerian/ Lembaga, walaupun tidak dapat diprediksi jumlahnya dalam satuan berkas. Pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan Kegiatan pengamatan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah merupakan pelaksanaan dari fungsi kedua sampai dengan fungsi kelima, yang dapat dilakukan melalui dua cara yaitu top down dan bottom up. 27

32 Pemantauan secara top down dilaksanakan sesuai dengan disposisi/arahan dari pimpinan, dalam hal ini Deputi Bidang Perekonomian. Sedangkan pengamatan dan pemantauan secara bottom up artinya ide awal pelaksanaannya diprakarsasi oleh Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam dengan tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Detail kegiatan yang dilakukan pada kegiatan pengamatan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah, berupa: 1. pengumpulan data/informasi yang akurat dan lengkap terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di daerah. Kegiatan pemantauan difokuskan pada temuan spesifik, baik berupa permasalahan utama di daerah maupun pencapaian target pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di daerah. Kegiatan ini berupa kunjungan kerja ke daerah dalam rangka menghimpun data/informasi mengenai implementasi kebijakan (on the spot implementation). 2. pengumpulan data dan informasi dengan cakupan lembaga pemerintahan dan organisasi tertentu di tingkat pusat, baik melalui pelaksanaan rapat koordinasi di lingkungan sekretariat kabinet dengan mengundang nara sumber dari departemen teknis ataupun instansi lain yang berkompeten, maupun dengan menghadiri rapat koordinasi di luar lingkungan sekretariat kabinet, namun masih di wilayah pusat, seperti menghadiri seminar dan dengar pendapat yang diadakan oleh kementerian/lembaga terkait. 3. Pemantauan terhadap penyusunan rancangan peraturan perundangundangan di luar Perpres, Keppres, dan Inpres, yang merupakan kewenangan Sekretariat Kabinet. Selain terhadap proses penyusunannya, pemantauan juga dilakukan terhadap pelaksanaannya, dengan maksud untuk menilai hasil implementasi berlakunya peraturan perundang-undangan. Indikator kinerja pada kegiatan ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.4 Indikator Kinerja Sub Kegiatan 2 Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun 2014 Indikator Kinerja Satuan Target Rincian Anggaran dalam RAB Input Dana Rp a. Rapat-rapat Koordinasi 28

33 Indikator Kinerja Satuan Target Rincian Anggaran dalam RAB Output Jumlah laporan hasil pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam Outcome a. Persentasepenyelesaian hasil pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah dibidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu b. Persentase saran hasil pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti *setelah revisi berkas 120 % 97 % 97 (Rp ,-) b. Seminar (Rp ,-) c. Pengumpulan dan Pengolahan Data (Rp ,-) d. FGD (Rp ,-) Berdasarkan tabel tersebut, satuan output yang digunakan adalah berkas. Hal ini mengingat kegiatan pengamatan dan pemantauan yang dihasilkan adalah berkas, baik dari kegiatan yang bersifat bottom up dimana ide dasar dari kegiatan ini merupakan inisiatif dari Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam dengan tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, maupun kegiatan yang bersifat top down dimana permasalahan berasal dari disposisi/petunjuk atasan. F. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. 29

34 Berdasarkan tujuan strategis, sasaran strategis, program dan kegiatan tersebut Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun 2014 menetapkan IKU, sebagai berikut: Tabel 2.5 Indikator Kinerja Utama Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun 2014 No Uraian Alasan a. Persentase penyelesaian hasil analisis perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu b. Persentase saran perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti c. Persentase penyelesaian hasil atas pengamatan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu d. Persentase saran pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti Mengukur efisiensi kerja dalam penyelesaian hasil analisis perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam Mengukur efektifitas kerja (ketepatan) dalam penyelesaian saran perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam Mengukur efisiensi kerja dalam penyelesaian hasil atas pengamatan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam Mengukur efektifitas kerja (ketepatan) dalam penyelesaian saran pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam G. PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 Penetapan Kinerja Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun 2014 merupakan ikhtisar kesepakatan rencana kinerja yang akan dicapai pada Tahun Uraian mengenai Penetapan Kinerja Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya AlamTahun 2014 tersebut adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel

35 Penetapan Kinerja Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisiskebijakan di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam 1. Persentase penyelesaian hasil analisis perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu 2. Persentase saran perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti 3. Persentasepenyelesaian hasil analisis atas pengamatan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah dibidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu 4. Persentase saran hasil pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti 97% 97% 97% 97% 31

36 BAB III C A P A I A N K I N E R J A Akuntabilitas merupakan instrumen pengendalian, terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik.untuk memantapkan mekanisme akuntabilitas, diperlukan manajemen kinerja yang didalamnya terdapat indikator kinerja dan target kinerja, pelaporan kinerja, dan mekanisme reward and punishment. Indikator pengukuran kinerja yang baik berfungsi sebagai sinyalyang menunjukkan bahwa terdapat masalah yang memerlukan tindakan manajemen lebih lanjut. Sektor publik dituntut untuk memperhatikan value for money yang mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama. Kinerja pemerintah tidak hanya diukur dari kinerja keuangannya, tetapi juga kinerjanya dalam memenuhi kebutuhan publik secara ekonomis, efisien dan tepat sasaran. Guna menggambarkan pencapaian kinerja dari organisasi sektor publik, diperlukan suatu media akuntabilitas yang dapat memberikan informasi secara lengkap kepada stakeholders. Media akuntabilitas yang memadai antara lain berupa laporan yang dapat menggambarkan pencapaian tujuan dan sasaran melalui pengelolaan sumber daya yang dimiliki, sebagai bagian dari ukuran kinerja individu maupun unit organisasi. Laporan Kinerja (LKj) Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam tahun 2014 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban, komitmen dan upaya Asdep untuk selalu mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan Sekretariat Kabinet serta mendukung Sekretariat Kabinet sebagai organisasi pemerintah yang akuntabel. A. PENGUKURAN KINERJA DAN INDIKATOR KINERJA Terdapat tiga tahap yang harus dilakukan dalam melakukan pengukuran kinerja, meliputi: penetapan indikator kinerja, pengumpulan data kinerja, dan cara pengukuran kinerja. Penetapan indikator kinerja merupakan proses pengidentifikasian, pengembangan, dan penyeleksian indikator kinerja yang akan digunakan untuk 32

37 mengukur efektivitas pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Karenanya, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun tahapan setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Data kinerja diperlukan untuk melakukan pengukuran kinerja. Guna memperoleh data kinerja yang akurat, lengkap, tepat waktu dan konsisten, perlu dikembangkan sistem pengumpulan data kinerja atau sistem informasi kinerja. Menurut Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, pengumpulan data kinerja untuk indikator kinerja kegiatan yang terdiri dari indikator-indikator masukan, keluaran dan hasil, dilakukan pada setiap tahun untuk mengukur kehematan efektivitas, efisiensi, dan kualitas pencapaian sasaran. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan formulir Pengukuran Kinerja (PK), yaitu membandingkan antara rencana kegiatan dan realisasinya. Laporan Kinerja (LKj) harus menyajikan data dan informasi yang relevan bagi pembuat keputusan agar dapat menginterpretasikan keberhasilan dan kegagalan secara lebih luas dan mendalam. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis tentang pencapaian akuntabilitas kinerja secara keseluruhan yang dijabarkan kedalam analisis atas capaian IKU dan capaian kinerja tahun bersangkutan. Analisis tersebut menggunakan kategori capaian kinerja dengan skala ordinal yang ditetapkan di internal Sekretariat Kabinet seperti yang digambarkan pada tabel berikut: Tabel 3.1 Kategori Pencapaian Kinerja No. Rentang Capaian Kinerja Kategori Capaian Kinerja > 100 % 85 % % 70 % - < 85 % 55 % - < 70 % < 55 % Memuaskan Sangat Baik Baik Sedang Kurang Baik Pengukuran kinerja merupakan dasar yang penting dalam membangun manajemen kinerja sehingga suatu organisasi dapat mengetahui kinerjanya dalam 33

38 suatu periode tertentu dan melakukan evaluasi atas kinerja yang telah dicapai. Hal tersebut guna memperbaiki pelayanan publik (improved public service) dan akuntabilitas (improved accountability). Kegiatan pengukuran kinerja memerlukan data kinerja (performance data)berupa capaian kinerja (performance result) yang dinyatakan dalam satuan indikator kinerja selama satu periode pelaksanaan tertentu. Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan berupa hasil (input), keluaran (output) dan hasil (outcome). Indikator-indikator ini baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mengindikasikan sejauhmana keberhasilan pencapaian sasaran. Indikator kinerja akan memberikan sinyal apakah suatu kegiatan atau sasaran telah berhasil dicapai sesuai rencana sebelumnya atau sebaliknya. Indikator Kinerja berupa input, output maupun outcome telah ditetapkan pada awal tahun 2014, dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Indikator input merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output. 2. Indikator output merupakan segala sesuatu berupa produk/jasa baik fisik dan/atau non fisik sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan input yang digunakan. 3. Indikator outcome merupakan segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output kegiatan. Indikator ini merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Ke 3 (tiga) indikator tersebut merupakan alat atau media yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan atau capaian kinerja suatu unit kerja/instansi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pengukuran persentase capaian kinerja menggunakan rumus yang disesuaikan dengan karakteristik komponen realisasinya, yaitu: Realisasi Persentase pencapaian = Rum 34

39 Dengan demikian, semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik. I. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Indikator kinerja harus dapat mengukur ketercapaian tujuan yang telah dirumuskan dari suatu program/kegiatan yang dilakukan. Bila semua indikator yang telah ditetapkan berhasil mencapai tingkat yang diinginkan, maka memberi gambaran kualitas ketercapaian tujuan. Analisis capaian IKU mengungkapkan keterkaitan capaian IKU dengan capaian sasaran secara efektif dan efisienyang merupakan pembandingan antara realisasi dengan rencana tahun bersangkutan. Selanjutnya, pencapaian rencana strategis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam analisis tersebut. Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alamtelah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) ke arah yang lebih bersifat outcome. Indikator yang dipilih sebagai dasar penetapan IKU adalah indikator sasaran yang dianggap paling strategis dan mencerminkan core businessasisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam. Capaian IKU Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun 2014 direpresentasikan oleh capaian indikator sasaran yang berhubungan langsung atau yang dijadikan dasar penetapan IKU serta ditunjang indikator lain yang juga memberikan kontribusi bagi pencapaian IKU tersebut.gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Capaian IKU Berdasarkan Capaian Sasaran Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun 2014 Sasaran Indikator Sasaran Target Outcome Realisasi Outcome % Capaian Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang 1. Presentase penyelesaian hasil analisis perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu. 97% (40 Lap) 97 % (85 Lap) 213 % 35

40 Sasaran prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam Indikator Sasaran 2. Presentase saran rumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti Target Outcome 97% (40 Lap) Realisasi Outcome 100% (87 Lap) % Capaian 218 % 3. Presentase penyelesaian hasil analisis atas pengamatan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu 97% (120 Lap) 100 % (329 Lap) 274 % 4. Presentase saran hasil pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti 97% (120 Lap) 100 % (329 Lap) 274 % Uraian lebih lanjut tentang capaian IKU dapat dilihat pada uraian masingmasing sasaran yang terkait langsung dengan pencapaian masing-masing IKU yang dijelaskan secara rinci pada evaluasi dan analisis capaian kinerja. II. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA Pelaporan akuntabilitas kinerja tidak hanya berisi tingkat keberhasilan/kegagalan yang dicerminkan oleh hasil evaluasi indikator-indikator kinerja sebagaimana yang ditunjukkan oleh pengukuran dan penilaian kinerja, tetapi juga harus menyajikan data dan informasi relevan lainnya bagi pembuat keputusan agar dapat menginterpretasikan keberhasilan/kegagalan tersebut secara lebih luas dan mendalam. Analisis pencapaian kinerja meliputi uraian keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dan program dengan kebijakan dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, misi serta visi. Dalam analisis ini juga dijelaskan proses pencapaian sasaran secara efisien, efektif, dan ekonomis sesuai dengan program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan informasi/data yang diperoleh secara lengkap dan rinci. Disamping itu, juga dilakukan analisis terhadap komponen-komponen penting dalam evaluasi kinerja yang antara lain mencakup 36

41 analisis input dan output, analisis realisasi outcome serta manfaat yang didapat, serta analisis proses pencapaian indikator-indikator kinerja. Penghitungan capaian kinerja sasaran pada Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam dihitung sejak bulan Januari sampai bulan Desember Uraian capaian kinerja per sasaran oleh Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam pada tahun 2014 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 3.3 Perbandingan Capaian Sasaran Indikator 1 dan 2 Tahun 2012, 2013, dan 2014 IndikatorSasaran Target Outcome Realisasi Outcome % Capaian Target Outcome Realisasi Outcome % Capaian Target Outcome Realisasi Outcome % Capaian Presentase penyelesaian hasil analisis perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu. 95% (44 Lap) 105% (46 Lap) 110% 96% (44 Lap) 134 % (59 Lap) 140 % 97% (40 Lap) 213 % (85 Lap) 220 % 2. Presentase saran rumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti. 95% (44 Lap) 91% (40 Lap) 96% 96% (44 Lap) 132 % (58 Lap) 138 % 97% (40 Lap) 218% (87 Lap) 225 % Berdasarkan tabel diatas realisasi outcome pada indikator sasaran presentase penyelesaian hasil analisis perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu adalah sebesar 97 % dengan tingkat capaian 213 %, sehingga berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk sasaran ini adalah memuaskan. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013 tingkat capaiannya naik 100%, dan jika dilihat dari jumlah laporan yang tepat waktu naik 13 laporan, dimana pada tahun 2012 yang tepat waktu 46 laporan, di tahun 2013 ada 59 laporan, sedangkan di tahun 2014 ada 85 berkas yang tepat waktu. 37

42 Sedangkan realisasi pada indikator sasaran presentase saran rumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti pada tahun 2013 adalah sebesar 132% dengan tingkat capaian 138%, sehingga berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk sasaran ini adalah memuaskan. Tingkat capaian pada indikator ini naik sebesar 42% jika dibandingkan tahun 2012 yang tingkat capaiannya hanya 96%. Begitu pula pada tahun 2014 tingkat capaian sebesar 225% dengan target 97%. Hal ini menunjukan bahwa kualitas laporan yang dihasilkan semakin baik, sehingga laporan yang ditindaklanjuti pimpinan semakin meningkat. Pada Tahun 2013, Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam menerima 135 berkas masuk (input) terkait dengan perumusan rencana kebijakan dari instansi pemrakarsa, yang terdiri atas RPerpres, RKeppres, RInpres, RPerda, dan RKepmen/RKepLembaga bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam. Terhadap 135 berkas masuk (input) tersebut dihasilkan 60 laporan yang 59 laporan diantaranya disampaikan kepada pimpinan dengan tepat waktu, dari 59 laporan yang disampaikan tersebut yang ditindaklanjuti oleh Deputi Bidang Perekonomian sebanyak 58 laporan. Sedangkan pada tahun 2014 Laporan yang ditindaklanjuti lebih banyak yaitu 87 laporan. Terhadap perumusan rencana kebijakan berupa RPerpres, RKeppres, dan RInpres, sesuai dengan tugas dan fungsinya, Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam hanya berwenang memberikan saran kebijakan terhadap substansi maupun aspek legal drafting sebatas rancangan tersebut masih dalam proses pembahasan di Kementerian/Lembaga terkait. Untuk penyiapan proses penyelesaiannya (diajukan kepada Presiden untuk penetapannya) dilakukan oleh Asdep yang membidangi perancangan perundang-undangan sesuai bidang terkait. Penyusunan RPerpres, RKeppres, dan RInpres mengacu pada ketentuan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan dan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden. Disamping ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut, memperhatikan pula: 38

43 a. Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor B.257/M.Sesneg/D tanggal 3 Maret 2010, kepada para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, dan para pimpinan LPNK hal Penyusunan Rancangan Undang-Undang, Perpu, RPP, RPerpres, RKeppres, RInpres yang intinya mengatur bahwa setiap rancangan yang akan dibahas dengan panitia antar kementerian/lembaga harus terlebih dahulu mendapat izin prakarsa Presiden. b. Surat Sekretaris Kabinet Nomor SE 8/Seskab/I/2012 tanggal 5 Januari 2012 kepada Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Jaksa Agung, Panglima TNI, dan Kepala Kepolisian Negara RI hal Percepatan Proses Penyelesaian Rancangan Perpres, Keppres, dan Inpres, yang intinya mengatur bahwa sebelum disampaikan kepada Presiden RPerpres, RKeppres dan RInpres disiapkan oleh Menteri Koordinator dan/atau Menteri sektor dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait dan diajukan kepada Presiden untuk penetapannya harus telah mendapatkan paraf dari Menteri Koordinator dan para Menteri terkait (tidak boleh didelegasikan kepada Wakil Menteri/pejabat eselon I). c. Himbauan Sekretaris Kabinet dalam beberapa kali rapat di Sekretariat Kabinet dan Kementerian terkait, bahwa penetapan kebijakan di bidang investasi, harus mempertimbangkan terjaminnya kepentingan Negara dan Pemerintahan saat ini, tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan sedapat mungkin tidak menggunakan APBN (melalui investasi swasta atau kerja sama Pemerintah Swasta). Selanjutnya, di akhir periode masa Jabatan Presiden tahun , penetapan kebijakan hendaknya dapat mengamankan situasi dan kondisi social, ekonomi, politik, pertahanan dan kemananan Negara sampai masa Jabatan Presiden tahun 2014 dan tidak membebani kinerja Presiden/Pemerintahan pada periode berikutnya. Adapun, langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam kegiatan pemberian saran kebijakan terhadap rancangan peraturan perundang-undangan, secara singkat dapat disampaikan sebagai berikut : 1. RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan oleh pimpinan Kementerian/LPNK, oleh pimpinan (Presiden, Sekretaris Kabinet/Wakil Sekretaris Kabinet, Deputi Bidang Perekonomian) secara hierarkis diteruskan kepada Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam, kemudian kepada staf dengan disertai petunjuk penyelesaiannya. 39

44 2. Staf melakukan penelitian dan analisis terhadap prakarsa penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan hasilnya disampaikan/dilaporkan secara hierarkis kepada pimpinan, baik mengenai bentuk hukum, urgensi pengaturan, dampak yang mungkin timbul, perumusan maupun teknis perundang-undangan dengan disertai berkas. 3. Dalam hal laporan/hasil penelitian/analisis menyatakan terdapat permasalahan, maka dapat dilakukan: a) koordinasi dengan instansi terkait, baik melalui rapat maupun permintaan pertimbangan/persetujuan; b) melaporkan lebih lanjut pokok-pokok masalah kepada pimpinan. 4. RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang tidak lagi mengandung permasalahan diteruskan kepada Asdep yang membidangi perancangan perundang-undangan bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam untuk disiapkan dalam bentuk naskah rancangan untuk selanjutnya kepada pimpinan guna mendapatkan persetujuan/penetapan Presiden. Jumlah pembahasan rapat RPerpres, RKeppres, dan RInpres per tahun tidak dapat diprediksi, namun ditentukan oleh ada tidaknya permasalahan RPerpres, RKeppres, dan RInpres terkait bentuk hukum, urgensi pengaturan, dampak yang mungkin timbul, perumusan maupun teknis perundang-undangan. Tabel 3.4 Perbandingan Capaian Sasaran Indikator 3 dan 4 Tahun 2012, 2013, dan 2014 Indikator Sasaran Target Outcome Realisasi Outcome % Capaian Target Outcome Realisasi Outcome % Capaian Target Outcome Realisasi Outcome % Capaian Presentase penyelesaian hasil analisis atas pengamatan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu. 95% (140 Lap) 120% (168 Lap) 126% 96% (137 Lap) 133% (182 Lap) 139% 97% (120 Lap) 274% (329 Lap) 282% 40

45 Indikator Sasaran Target Outcome Realisasi Outcome % Capaian Target Outcome Realisasi Outcome % Capaian Target Outcome Realisasi Outcome % Capaian Presentase saran hasil pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti. 95% (140 Lap) 93% (130 Lap) 98% 96% (137 Lap) 130% (178 Lap) 135% 97% (120 Lap) 274% (329 Lap) 282% Berdasarkan tabel diatas realisasi outcome pada indikator sasaran presentase penyelesaian hasil analisis atas pengamatan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu pada tahun 2013 adalah sebesar 133% dengan tingkat capaian 139%, sehingga berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk sasaran ini adalah memuaskan. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 tingkat capaiannya naik 13%, namun jika dilihat dari jumlah laporan yang tepat waktu naik 13 laporan, dimana pada tahun 2012 yang tepat waktu 168 laporan, sedangkan di tahun 2013 ada 182 laporan yang tepat waktu. Turunnya capaian disebabkan karena jumlah berkas yang masuk tahun 2013 naik dibandingkan tahun 2012, sedangkan jumlah sumber daya yang menangani tetap. Dan untuk tahun 2014menaglami kenaikan dengan tingkat capaian 274% untuk 329 Laporan dari target 120 laporan. Sedangkan realisasi pada indikator sasaran presentase saran hasil pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti Tahun 2013 adalah sebesar 130% dengan tingkat capaian 135%, sehingga berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk sasaran ini adalah memuaskan. Tingkat capaian pada indikator ini naik sebesar 34% jika dibandingkan tahun 2012 yang tingkat capaiannya hanya 98%. Hal ini menunjukan bahwa kualitas laporan yang dihasilkan semakin baik, sehingga laporan yang ditindaklanjuti pimpinan semakin meningkat Dari kegiatan pemantauan, evaluasi, dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber 41

46 daya alam menerima 448 berkas masuk. Berkas masuk dimaksud berasal dari kementerian/lembaga terkait kepada Sekretariat Kabinet maupun kegiatan di kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah yang diselengarakan di dalam kota luar kota, maupun luar negeri. Terhadap ke-448 berkas masuk (input) tersebut menghasilkan 184 laporan, 182 laporan diantaranya disampaikan tepat waktu, dan 178 laporan ditindaklanjuti oleh Deputi Bidang Perekonomian. Adanya laporan yang disampaikan tidak tepat waktu karena ada beberapa permasalahan yang membutuhkan koordinasi dengan instansi terkait, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lebih lama, sehingga menghambat penyelesaian laporan, karena beban kerja per individu meningkat. Seperti halnya pada indikator sasaran 2, pada indikator sasaran 4 laporan yang ditindaklanjuti lebih sedikit dari laporan yang disampaikan, karena beberapa hal, antara lain: 1. Satu laporan dihasilkan dari beberapa berkas masuk, karena memberikan informasi terhadap permasalahan yang sama, maka dibuat satu laporan yang komprehensif. 2 Beberapa laporan yang disampaikan kepada pimpinan ditindaklanjuti dengan satu laporan/tindaklanjut, karena beberapa laporan memiliki keterkaitan permasalahan. 3 Laporan yang disampaikan kepada pimpinan belum ditindaklanjuti karena permasalahan yang disampaikan masih dalam proses pembahasan atau membutuhkan analisis lebih lanjut. Pemberian saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam dilakukan melalui dua cara, yaitu top down dan bottom up. Secara top down ditentukan melaksanakan disposisi/arahan Presiden dan/atau Sekretaris Kabinet, sedangkan secara bottom up artinya ide awal pelaksanaannya diprakarsai/inisiatif unit-unit kerja dengan tetap mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat pula dilakukan berdasarkan inisiatif/undangan dari kementerian/lembaga dan/atau pemerintah daerah yang terkait erat dengan substansi kebijakan dan program pemerintah yang akan dipantau. Kegiatan pemantauan, evaluasi dan analisis dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan yang timbul, mengambil tindakan sedini mungkin, 42

47 dan mengetahui hal-hal yang perlu diperbaiki, baik mengenai sistem dan proses pelaksanaannya maupun kebijakan itu sendiri. Bentuk kegiatan pemantauan tersebut dapat berupa keikutsertaan dalam rapat koordinasi, rapat antar kementerian, keanggotaan dalam suatu badan/komisi/tim koordinasi, sosialisasi PUU, workshop, dan kunjungan pada instansi pemerintah baik di dalam kota, di daerah maupun di luar negeri atau peninjauan langsung di lapangan atau di daerah (site visit), dan pemantauan melalui media cetak dan elektronik yang bersifat current issue. Hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah disampaikan kepada stakeholders terkait dalam bentuk laporan yang didalamnya memuat saran atau rekomendasi (solusi) atas permasalahan yang ditemui dan perlu dilakukan penyempurnaan. Pada Tahun 2014, fokus pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah adalah program dan kebijakan pemerintah sesuai dengan: 1. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , yang dijabarkan secara rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP); 2. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) Arahan Presiden dalam sidang kabinet. Selain itu, terkait dengan saran kebijakan hasil pemantauan atas perumusan/rencana kebijakan, kegiatan pemantauan meliputi pembahasan atas permasalahan pelaksanaan pemerintahan yang disampaikan ke Presiden melalui Sekretariat Kabinet, dan kegiatan pemantauan dalam rangka penyiapan penyelesaian RPUU, terutama untuk mendapatkan bahan-bahan sebagai masukan penyusunan RPUU tersebut (feedback) maupun evaluasi terhadap pelaksanaan suatu PUU. Dalam hal ini yang dimaksud PUU bukan hanya Peraturan Presiden (Perpres), Keputusan Presiden (Keppres) dan Instruksi Presiden (Inpres), melainkan juga Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri/Kepala LPNK, Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. 43

48 Penjelasan secara rinci terhadap pencapaian masing-masing indikator sasaran adalah sebagai berikut: 1. Indikator tepat waktu. Indikator tepat waktu ditentukan oleh target waktu berdasarkan SP dan tingkat kompleksitas permasalahan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. a. Target waktu adalah berdasarkan SP, yaitu 1) Bersifat Disposisi Prioritas, yaitu Disposisi yang diberikan Atasan dengan mencantumkan kata Prioritas untuk saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari, atau jangka waktu tertentu yang dicantumkan dalam disposisi, yang penyelesaiannya didahulukan. Termasuk dalam kategori Disposisi Prioritas adalah Disposisi yang mencantumkan kata very top urgent, top urgent, urgent, sangat segera, segera atau kata-kata lain dengan maksud yang sama yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari staf. Pimpinan memberikan petunjuk bersifat Disposisi Prioritas berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional/negara dan masyarakat dari segi politik, ekonomi, sosial budaya, dan/atau pertahanan keamanan bahwa suatu saran terhadap rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam perlu diselesaikan dengan sangat segera. 2) Tidak bersifat Disposisi Prioritas, yaitu jangka waktu penyelesaiannya paling lama 9 hari. b. Tingkat kompleksitas permasalahan menentukan waktu penyiapan penyelesaian saran atas perumusan dan pelaksanaan kebijakandi bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam. Kompleksitas permasalahan dalam sebuah rencana kebijakan ditentukan oleh permasalahan terkait bentuk hukum, urgensi pengaturan, dampak yang mungkin timbul, perumusan maupun teknis perundang-undangan RPerpres, RKeppres, Rinpres, RPerda, RKepmen/RKepLembaga dimaksud. 44

49 Sedangkan kompleksitas pelaksanaan kebijakan ditentukan, apabila dalam membuat suatu saran kebijakan perlu didukung dengan kegiatan pemantauan berupa koordinasi ke kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah guna klarifikasi data dan informasi, analisis berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait, dan/atau comparative studi terhadap referensi terkait (internet, buku, jurnal, dan/atau data statistik). Berdasarkan hal di atas, maka capaian indikator sasaran 1 dan 3 di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam pada Tahun 2014, dapat digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 3.5 Distribusi Waktu Penyiapan Penyelesaian Hasil Analisis Terhadap Rencana dan Pelaksanaa Kebijakan dan Program Pemerintah di Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Tahun 2014 Waktu Penyelesaian Sesuai SP Jenis Berkas Jumlah Berkas Masuk Jumlah Laporan Yang Dihasilkan (output) Jumlah Laporan Tepat Waktu (outcome) Bersifat Prioritas < 3 hari 3,1 - < 6 hari Bersifat Tidak Prioritas 6,1 - < 9 hari Perumusan Rencana kebijakan Pelaksanaan Kebijakan Total Berdasarkan tabel di atas maka distribusi waktu penyelesaian saran rencana kebijakan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Bersifat Disposisi Prioritas Sejumlah 135 laporan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam memerlukan penyiapan penyelesaian saran bersifat Prioritas berdasarkan SP yang waktu penyelesaiannya. 45

50 b. Tidak Bersifat Disposisi Prioritas Sejumlah 293 Laporan tidak bersifat disposisi prioritas dan berdasarkan tingkat kompleksitas permasalahan, penyelesaian saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusanrencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam memerlukan proses penyelesaian yang lebih panjang (7 - < 9 hari), karena perlu didukung dengan seluruh kegiatan pembahasan materi substansi RPerpres, RKeppres, Rinpres, Rperda dan RKepmen/RKepLembaga serta pemantauan, evaluasi, dan analisis, yaitu melalui rapat pembahasan/koordinasi dengan kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah, analisis peraturan perundangundangan terkait, dan comparative studi dengan referensi terkait. 2. Indikator ditindaklanjuti Rumusan ditindaklanjuti yang digunakandalam indikator 2 dan 4,menekankan pada ketepatan substansi saran kebijakan yang dihasilkan, yang berarti bahwa saran kebijakan yang disampaikan kepada Deputi Bidang Perekonomian selanjutnya ditindaklanjuti/disetujui, bentuk tindaklanjuti dapat berupa saran disampaikan kepada Sekretaris Kabinet maupun stakeholders lain di luar Lingkungan Sekretariat Kabinet. Dengan demikian, semakin banyak saran yang diterima oleh stakeholders berarti kinerja Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alamsemakin tinggi. Adapun gambaran mengenai saran terhadap rencana kebijakan dan pelaksanaan kebijakan di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti, adalah sebagai berikut: Tabel 3.6 Distribusi Saran terhadap Rencana dan Pelaksanaan Kebijakan yang Ditindaklanjuti oleh Deputi Bidang Perekonomian Jenis Berkas Perumusan rencana kebijakan Jumlah Berkas Masuk Jumlah Laporan Yang Dihasilkan (output) Jumlah Laporan Ditindaklanjuti (outcome) Pelaksanaan kebijakan Total

51 Berdasarkan tabel di atas maka distribusi saran terhadap rencana dan pelaksanaan kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Deputi Bidang Perekonomian di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Disampaikan kepada Sekretaris Kabinet. Jumlah saran terhadap rencana dan pelaksanaan kebijakan di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang disampaikan kepada Sekretaris Kabinet adalah 195 Laporan, antara lain sebagai berikut: 1. Pengelolaan Blok Mahakam Direktur Indonesian Resources Studies (IRESS) menyampaikan permohonan kepada Presiden (tembusan Sekretariat Kabinet) perihal penyerahan Pengelolaan Blok Mahakam kepada Pertamina melalui surat tanggal 26 Februari Surat tersebut diteruskan kepada Menteri BUMN dan Menteri ESDM untuk ditangani lebih lanjut dan melaporkan hasilnya ke Presiden. 2. Peninjauan Kembali Pemberlakuan UU No.4/2009 tentang Mineral dan Batubara dan Peraturan Majelis Rakyat Papua (MRP) menyampaikan permohonan kepada Presiden (tembusan Sekretariat Kabinet) untuk dapat meninjau dan mempertimbangkan kembali pelaksanaan UU No. 4/2009 dan peraturan pelaksanaan lainya tersebut dengan tetap memperhatikan kepentingan Pemerintah Daerah dan masyarakat Papua. Surat permohonan tersebut diteruskan kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk ditangani lebih lanjut. 3. Permohonan Koordinat batas Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK- REMBANG) menyampaikan permohonan konfirmasi data koordinat batas Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih dalam Keppres RI No. 26 Tahun 2011 kepada Presiden (tembusan Sekretariat Kabinet) melalui surat tanggal 3 Maret Permohonan konfirmasi CAT tersebut diteruskan ke Menteri ESDM untuk ditangani lebih lanjut dan melaporkan hasilnya ke Presiden. 4. Hearing Pansus Lumpur DPRD Kabupaten Sidoarjo Kepada Presiden Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo menyampaikan permohonan kepada Presiden (tembusan Sekretariat Kabinet) perihal audiensi/hearing guna mencari solusi serta langkah-langkah konkrit dalam penyelesaian masalah pembayaran ganti rugi korban luapan lumpur porong Sidoarjo melalui surat tanggal 26 Mei Surat permohonan tersebut diteruskan kepada Menteri ESDM selaku Dewan Pengarah Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo untuk ditangani langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan di dalam wilayah PAT pasca Putusan MK Nomor 83/PUU-XI/

52 b. Keluar Sekretariat Kabinet. Jumlah saran terhadap rencana dan pelaksanaan kebijakan di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang disampaikan selain kepada Sekretaris Kabinet baik yang diterbitkan dalam website Sekretariat Kabinet maupun yang disampaikan kepada instansi di luar Sekretariat Kabinet. Berikut surat keluar Sekretaris Kabinet yang diproses oleh Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam, antara lain : 1. Permohonan dana program/kegiatan pembangunan kabupaten Sumenep ke Menteri PPN/Bappenas, Menteri Dalam Negeri, Menteri Dalam Negeri 2. Usulan pembangunan saluran irigasi teknis dan bendung serta pembangunan tanggul pengaman pinggir pantai di kabupaten Aceh Timur ke Menteri PU, Menteri Keuangan, dan Kepala BNPB 3. Permohonan persetujuan pembangunan industri smelter dengan memanfaatkan tanah barang milik negara (BMN) di Tuban, JawaTimur ke Menteri Keuangan 4. Tanggapan atas permohonan audiensi/hearing pansus lumpur DPRD Kabupaten Sidoarjo kepada Presiden ke Menteri PU selaku ketua dewan pengarah BPLS 5. Permohonan dukungan percepatan penetapan kawasan hutan di provinsi riau untuk penetapan rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi Riau ke Menteri Kehutanan 6. Permohonan pembangunan pelabuhan laut dalam di kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah ke Menteri PPN/Bappenas dan Menteri Perhubungan 7. Pandangan Kudutaan Besar Tiongkok terhadap Penangkapan Kapal Ilegal dari Tiongkok ke Menteri Koordinator Bidang Maritim, Menteri Kelautan Perikanan, dan Meteri Luar Negeri Lebih lanjut, gambaran keberhasilan Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam dalam pencapaian Sasaran terkait pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah dapat dilihat dari peran aktif Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam mewakili Sekretariat Kabinet, dalam pemberian saran terhadap rencana dan pelaksanaan kebijakan di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam,antara lain dalam kegiatan berikut: 48

53 a. Focus Group Discussion (FGD) Implementasi Kewajiban Pengolahan Dan Pemurnian (Hilirisasi) Mineral Dalam Meningkatkan Nilai Tambah Mineral Di Dalam Negeri FGD dengan tema Implementasi Kewajiban Pengolahan Dan Pemurnian (Hilirisasi) Mineral Dalam Meningkatkan Nilai Tambah Mineral Di Dalam Negeri dilaksanakan tanggal 9 Oktober 2014 di Sekretariat Kabinet. Kegiatan FGD dilaksanakan dalam rangka untuk pengumpulan data dan identifikasi permasalahan implementasi kebijakan pengolahan dan pemurnian (hilirisasi) mineral di dalam negeri sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. Hasil FGD: a. Permasalahan dalam implementasi kebijakan hilirisasi mineral antara lain: Tidak tersedianya infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, listrik, air dan jembatan yang memadai di lokasi smelter Permasalahan pembebasan lahan dan penataan ruang Permasalahan kewenangan perijinan yang tumpang tindih (Izin Usaha, Izin Lokasi, dan Izin Lingkungan) baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. b. Rekomendasi terhadap identifikasi permasalahan tersebut: Pemerintah perlu lebih serius dalam memberikan fasilitasi dan percepatan pembangunan infrastruktur yang mendukung dengan memberikan kemudahan (insentif) kepada pelaku usaha yang membangun pembangkit listrik, dan pelabuhan. Hal ini merupakan bentuk kompensasi terhadap pelaku usaha yang membangun infrastruktur. Pemerintah perlu segera menyusun roadmap industri strategis nasional dan kebijakan mineral sebagai basis implementasi kebijakan hilirisasi dengan melibatkan pelaku usaha dalam penyusunannya. Penyederhanaan perijinan dan perlunya kejelasan kewenangan antara Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian dalam hal pemberian izin industri pertambangan. Menata kembali pengelolaan administrasi pemerintahan daerah terutama dalam membantu pengurusan ijin pembangunan b. Rapat koordinasi Penanganan Masalah Sosial Kemasyarakatan Korban Lumpur Sidoarjo berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 83/PUU- XI/2013 Rapat Diluar Jam Kantor (RDK) dengan tema Penanganan Masalah Sosial Kemasyarakatan Korban Lumpur Sidoarjo berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 83/PUU-XI/2013 telah dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2014 di Sekretariat Kabinet. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan saran dan masukan dari instansi dan pakar terkait penyelesaian sisa pembayaran jual beli tanah dan bangunan di dalam PAT yang menjadi tanggung jawab PT Minarak Lapindo Brantas (PT MLJ) termasuk instrumen hukum yang dapat dikembangkan untuk memaksa perusahaan tersebut melaksanakan kewajibannya pasca putusan MK Nomor 83/PUU-XI/2013. Hasil RDK: a. Sekretaris Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mengusulkan pemerintah dapat mengambil alih kewajiban PT MLJ melalui dana talangan (yang berasal dari APBN), atau pinjaman bank dengan jaminan pemerintah. Sedangkan terhadap warga diluar wilayah PAT tetap dilakukan pembayaran ganti rugi nya oleh pemerintah. 49

54 b. Kementerian Keuangan tidak sepakat dengan wacana pengambilalihan sisa kewajiban PT MLJ oleh Pemerintah dengan pertimbangan bahwa putusan MK tidak mengamanatkan negara untuk melakukan hal tersebut, melainkan negara hanya menjamin dan mengawasi kelancaran pembayaran ganti rugi dari PT MLJ dan tidak ada dasar hukum dalam UU Keuangan Negara bagi pemberian pinjaman kepada pihak swasta, kecuali untuk mengatasi krisis ekonomi makro yang terjadi pada lembaga keuangan nasional. Upaya maksimal yang dapat dilakukan Pemerintah yaitu dengan menggunakan kekuasaan yang ada, negara mengajukan gugatan dengan mendasarkan pada perbuatan melakukan hukum (PMH) yang dilakukan PT MLJ. c. Pakar Hukum Lingkungan UI sependapat dengan Kementerian Keuangan yaitu Pemerintah (melalui Jaksa Pengacara Negara) dapat melakukan penegakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata (atas nama korban) kepada PT MLJ karena telah melakukan pelanggaran perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang pada prinsipnya menganut asas pencemar membayar (polluter must pay principle) sesuai UU tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dengan gugatan ini Pemerintah dapat meminta reimbursement atas semua biaya yang selama ini telah dikeluarkan oleh negara. Berdasarkan rapat koordinasi di Sekretariat Kabinet, pemerintah akan membayar sisa kewajiban PT MLJ sebesar Rp milyar dan mengambilalih alih aset PT MLJ. Hal tersebut akan diatur dalam perubahan Peraturan Presiden (Perpres) No 37/2012 tentang Perubahan Keempat atas Perpres No 14/2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS). d. FGD Implementasi Short Sea Shipping guna Terwujudnya Sistem Logistik Nasional yang Terintegrasi pada Jalur Lintas Timur Sumatera mengidentifikasi berbagai permasalahan implementasi kebijakan Short Sea Shipping (SSS) di wilayah, Sumatera, Jawa, serta pengembangan logistic support di wilayah laut dalam serta dalam rangka mengumpulkan data dan informasi atas rencana kementerian/lembaga terkait dalam implementasi kebijakan tersebut. Didalam FGD tersebut membahas antara lain: a. Latar Belakang perlunya penerapan SSS antara lain: 1) Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 mencantumkan rencana aksi Bigwin Tahun 2015 dengan konektivitas lokal sebagai jalur alternatif daerah padat (macet) pada jalur darat dengan pengembangan pelabuhan short-sea shipping diwilayah, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Kawasan Indonesia Timur sebagai alternatif pengembangan infrastruktur jalan raya. Short Sea Shipping (SSS) merupakan pola angkutan komersial yang memanfaatkan aliran sungai dan perairan pesisir pantai untuk memindahkan barang komersial dari pelabuhan utama ke tujuan dimana pelabuhan-pelabuhan yang dilayani oleh Short Sea Shipping adalah pelabuhan domestik. 2) Kepadatan jalur transportasi darat, terutama di pantai utara Pulau Jawa dan jalur lintas Sumatera sudah sangat mengkhawatirkan dan mengakibatkan kerusakan jalan raya dengan dana pemeliharaan jalan lebih dari Rp. 1 Triliun per tahun serta resiko kecelakaan menjadi tinggi. 50

55 3) Biaya BBM angkutan jalan tinggi, secara teoritis konsumsi BBM per unit barang yang diangkut oleh truk lebih tinggi dibandingkan penggunaan BBM per unit barang yang diangkut oleh kapal (economy of scale). Data konsumsi nasional BBM dengan persentase kenaikan tiap tahun sebesar 6.2% b. Implementasi Kebijakan Short Sea Shipping (SSS) mempunyai manfaat jangka panjang yang meliputi: 1) Meningkatkan mobilitas distribusi komoditas; 2) Mengalihkan beban transportasi di jalan, sehingga biaya distribusi barang menjadi lebih ekonomis; 3) Mengurangi kemacetan lalu lintas, polusi udara, dan menghemat penggunaan bahan bakar, dan biaya pemeliharaan jalan; 4) Mengurangi kepadatan atau stagnasi arus bongkar-muat kapal di pelabuhan utama; 5) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan; 6) Mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas jalan raya yang disebabkan oleh truk. c. Permasalahan yang timbul dalam implementasi kebijakan Short Sea Shipping (SSS): 1) Pengusaha masih mengandalkan angkutan darat dalam distribusi barang karena murahnya biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh pengusaha ke tempat tujuan. 2) Subsidi bahan bakar yang diberikan kepada angkutan darat dalam hal ini truk pengangkut yang masih menggunakan solar subsidi dibandingkan kapal laut yang menggunakan solar industri. 3) Belum adanya pelayanan perjalanan angkutan kapal barang terjadwal sehingga pengusaha maupun stakeholder terkait masih mengandalkan angkutan darat untuk pengiriman muatan. 4) Pelayanan angkutan darat (truk) mampu melayani distribusi barang door to door sehingga pengiriman menjadi efektif dan efisien yang berdampak pada murahnya biaya logistik. 5) Pengenaan tarif bea masuk untuk pengadaan komponen kapal atau pengadaan kapal baru, sehingga keterbatasan dalam pengadaan jumlah kapal nasional. 6) Infrastruktur pelabuhan dan ketersediaan kapal belum memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang antara lain karena belum adanya pelabuhan hub, belum dikelola secara terintegrasi, efektif dan efisien, serta belum efektifnya intermodal transportasi dan interkoneksi antara infrastruktur pelabuhan, pergudangan, transportasi dan wilayah hinterland. d. Rekomendasi yang diperoleh: 1) Pemerintah perlu lebih serius dalam memberikan fasilitasi dan percepatan pembangunan infrastruktur yang mendukung dengan membangun pelabuhan dimana terdapat titik potensial sebagai simpulsimpul logistik nasional dan konektivitasnya mulai dari pedesaan, perkotaan, antar wilayah dan antar pulau sampai dengan hub pelabuhan internasional melalui kolaborasi antar pemangku kepentingan. 51

56 2) Kebijakan Pemerintah dan perlunya penegakan hukum untuk muatan truk berlebih terkait pembatasan muatan di jalan raya dan kebutuhan subsidi untuk BBM kapal (equal treatment) serta sosialisasi kepada pengguna jasa (pengusaha dan pengemudi truk). 3) Identifikasi mengenai keinginan pengguna jasa untuk lebih memilih menggunakan kapal Ro-Ro (roll on - roll off) dibandingkan jalur transportasi darat, termasuk fasilitas pelayanan yang disediakan untuk para pengguna jasa angkutan laut selama perjalanan. 4) Identifikasi pelabuhan yang diperuntukkan bagi pelayanan kapal Ro-Ro (dedicated terminal) dengan fasilitas pelabuhan yang sesuai dengan spesifikasi kapal dan fasilitas parkir yang cukup untuk menampung antrian truk sebelum masuk ke dalam kapal serta lalu lintas yang lancar untuk keluar-masuk pelabuhan. 5) Lokasi pelabuhan, harus dipilih lokasi pelabuhan yang tepat sehingga industri tidak memerlukan waktu tempuh yang lama dari pelabuhan ke gudang/industri dan sebaliknya. 6) Penyusunan sistem dan prosedur yang dapat meminimalisasi antrian serta mekanisme pembayaran yang terintegrasi antara pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan (satu kali bayar). Terkait hal ini, diperlukan koordinasi antara operator Ro-Ro dan operator kedua pelabuhan (muat dan tujuan). b. Rapat koordinasi Penanganan Masalah Sosial Kemasyarakatan Korban Lumpur Sidoarjo berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 83/PUU-XI/2013 Rapat Diluar Jam Kantor (RDK) dengan tema Penanganan Masalah Sosial Kemasyarakatan Korban Lumpur Sidoarjo berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 83/PUU-XI/2013 telah dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2014 di Sekretariat Kabinet. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan saran dan masukan dari instansi dan pakar terkait penyelesaian sisa pembayaran jual beli tanah dan bangunan di dalam PAT yang menjadi tanggung jawab PT Minarak Lapindo Brantas (PT MLJ) termasuk instrumen hukum yang dapat dikembangkan untuk memaksa perusahaan tersebut melaksanakan kewajibannya pasca putusan MK Nomor 83/PUU-XI/2013. Hasil RDK: e. Sekretaris Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mengusulkan pemerintah dapat mengambil alih kewajiban PT MLJ melalui dana talangan (yang berasal dari APBN), atau pinjaman bank dengan jaminan pemerintah. Sedangkan terhadap warga diluar wilayah PAT tetap dilakukan pembayaran ganti rugi nya oleh pemerintah. f. Kementerian Keuangan tidak sepakat dengan wacana pengambilalihan sisa kewajiban PT MLJ oleh Pemerintah dengan pertimbangan bahwa putusan MK tidak mengamanatkan negara untuk melakukan hal tersebut, melainkan negara hanya menjamin dan mengawasi kelancaran pembayaran ganti rugi dari PT MLJ dan tidak ada dasar hukum dalam UU Keuangan Negara bagi pemberian pinjaman kepada pihak swasta, kecuali untuk mengatasi krisis ekonomi makro yang terjadi pada lembaga keuangan nasional. Upaya maksimal yang dapat dilakukan Pemerintah yaitu dengan menggunakan kekuasaan yang ada, negara mengajukan gugatan dengan mendasarkan pada perbuatan melakukan hukum (PMH) yang dilakukan PT MLJ. 52

57 g. Pakar Hukum Lingkungan UI sependapat dengan Kementerian Keuangan yaitu Pemerintah (melalui Jaksa Pengacara Negara) dapat melakukan penegakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata (atas nama korban) kepada PT MLJ karena telah melakukan pelanggaran perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang pada prinsipnya menganut asas pencemar membayar (polluter must pay principle) sesuai UU tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dengan gugatan ini Pemerintah dapat meminta reimbursement atas semua biaya yang selama ini telah dikeluarkan oleh negara. Berdasarkan rapat koordinasi di Sekretariat Kabinet, pemerintah akan membayar sisa kewajiban PT MLJ sebesar Rp milyar dan mengambilalih alih aset PT MLJ. Hal tersebut akan diatur dalam perubahan Peraturan Presiden (Perpres) No 37/2012 tentang Perubahan Keempat atas Perpres No 14/2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS). d. Rapat Pembahasan Batas Wilayah dalam RPerpres tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan RPerpres tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Nusa Tenggara terkait Pengelolaan Blok Masela Participating Interest (PI) BLOK MASELA Sekretaris Kabinet mendorong Participating Interest 10% bagi Pemerintah Daerah terhadap Kontrak Kerja Sama (KKS) Wilayah Kerja (WK) yang berada di wilayahnya, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu, terkait surat Gubernur Maluku kepada Presiden mengenai permohonan persetujuan Participating Interest 10% terhadap Kontrak Kerja Sama (KKS) Wilayah Kerja (WK) Masela bagi Provinsi Maluku, sesuai amanat Pasal 34 PP Nomor 35 Tahun 2004 tentang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Surat Nomor 119/468 tanggal 16 Februari 2012), Sekretaris Kabinet melalui surat Nomor B-393/Seskab/ X/2013 tanggal 17 Oktober 2013 mendorong Kementerian Politik Hukum dan Keamanan dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, agar: 1) segera menyelesaikan SOP tentang tata cara penawaran Participating Interest 10% KKS WK bagi Pemerintah Daerah; dan 2) menyusun kriteria dan landasan hukum eksistensi BUMD (prosentase kepemilikan saham Pemerintah Daerah, kemampuan permodalan, dan lain-lain) yang dapat menerima Participating Interest 10%. e. Rancangan - RPerpres 9 (sembilan) RTR KSN Kawasan Perbatasan Negara di 1) Kalimantan, 2) Nusa Tenggara Timur, 3) Papua, 4) Maluku Utara-Papua Barat, 5) Maluku, 6) Aceh-Sumatera Utara, 7) Riau-Kepulauan Riau, 8) Sulawesi Utara-Gorontalo-Sulawesi, dan 9) Kawasan Perbatasan yang berhadapan dengan Laut Lepas. - Revisi terhadap RPerpres Rencana Tata Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur; - Revisi PP Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. - Revisi Perpres RTR Kawasan Perkotaan Sarbagita. - Perpres Dewan Sumber Daya Air dan Keppres Dewan Sumber daya Air Nasional. 53

58 Ditindaklanjuti Tepat Waktu B. AKUNTABILITAS KEUANGAN Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dilaksanakan melalui kegiatan, dengan penilaian melalui empat indikator. Untuk indikator 1 dan 2 dicapai dengan melaksanakan sub kegiatan perumusan dan analisis terhadap rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam. Sedangkan indikator 3 dan 4 dilaksanakan melalui sub kegiatan Pengamatan dan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam. Gambaran efisiensi penggunaan anggaran pada sub kegiatan perumusan dan analisis terhadap rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam adalah sebagai berikut: Tabel 3.7 Akuntabilitas Keuangan Sub Kegiatan perumusan dan analisis terhadap rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam %Capaian Outcome Output Uraian Satuan Target Realisasi 97% 100% Saran rumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam Output Laporan Input Rupiah Rp Rp Input ratarata per output Rupiah Rp Rp Penghematan dana = Rp ,- (4%) 2. Efisiensi = Rp ,- per output (17,4%) 3. Efektivitas = Efisien dan efektif karena % capaian sasaran>% target (97%) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guna tercapainya sasaran melalui sub kegiatan perumusan dan analisis terhadap rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam telah dialokasikan dana sebesar Rp ,- dengan target 40 laporan rumusan rencana kebijakan dan program 54

59 Ditindaklanjuti Tepat Waktu pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam. Dalam pelaksanaannya mampu menghasilkan 90 berkas analisis dengan penggunaan dana Rp ,-. Oleh karena itu, untuk menghasilkan 1 laporan output dibutuhkan dana rata-rata sebesar Rp ,- lebih rendah dari target yang direncanakan, yaitu sebesar Rp ,-. Dengan kata lain anggaran yang mampu dihemat sebesar Rp ,- /output, atau mencapai tingkat efisiensi 17,4%. Sedangkan untuk sub kegiatan pengamatan dan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam, gambaran efisiensi penggunaan anggaran adalah sebagai berikut: Tabel 3.8 Akuntabilitas Keuangan sub kegiatan Pengamatan dan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam %Capaian Outcome Output Uraian Satuan Target Realisasi 100% 100% Saran hasil pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam Output Laporan Input Input ratarata per output 1. Penghematan dana = Rp ,- (3%) Rupiah 2. Efisiensi = Rp ,- per output (65,5%) Rp Rupiah Rp Rp Efektivitas = % capaian sasaran > % target dan efisiensi (efektif) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guna tercapainya sasaran melalui sub kegiatan pengamatan dan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset, teknologi, dan sumber daya alam telah dialokasikan dana sebesar Rp ,-, dengan target 120 hasil pengamatan dan pemantauan 55

60 atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam. Dalam pelaksanaannya mampu menghasilkan 338 laporan analisis dengan penggunaan dana Rp ,-. Oleh karena itu, untuk menghasilkan 1 laporan output dibutuhkan dana rata-rata sebesar Rp ,- lebih rendah dari target yang direncanakan, yaitu sebesar Rp ,-. Hal tersebut berarti anggaran yang mampu dihemat sebesar Rp ,-/output, atau mencapai tingkat efisiensi 65,5%. Dibandingkan dengan Tahun 2012, meskipun pada indikator 1 dan 3 (tepat waktu) terjadi penurunan capaian outcome, namun disisi lain terjadi peningkatan kinerja yang cukup signifikan baik dari capaian outcome pada indikator 2 dan 3 (ditindaklanjuti), penghematan anggaran, efisiensi dan efektifitas kegiatan. Dan dibandingkan dengan Tahun 2013 terjadi peningkatan kinerja yang cukup signifikan baik dari capaian outcome pada indikator 2 dan 3 (ditindaklanjuti), penghematan anggaran, efisiensi dan efektifitas kegiatan. C. PERBANDINGAN PENDANAAN UNTUK TAHUN SESUAI RENSTRA ASDEP BIDANG PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM TAHUN Tabel 3.9 *dalam ribuan PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS OUTPUT INDIKATOR Alokasi Anggaran Realisasi Anggaran (Target) (Kinerja) Kegiatan : Output: Indikator: (Prioritas K/L) Penyelengga-raan Dukungan Kebijakan Presiden di Bidang Prasarana, Ristek dan Sumber Daya Alam. Hasil analisis kebijakan di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang berkualitas 1. Persentase penyelesaian hasil analisis perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu. 2. Persentase saran perumusan rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti Persentase penyelesaian hasil analisis atas pengamatan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam secara tepat waktu. 4. Persentase saran atas pengamatan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang ditindaklanjuti 56

61 D. Pengaruh Kinerja Kondisi dan dan situasi yang berpengaruh pada pencapaian sasaran strategis adalah sebagai berikut: 1. Peran dan posisi Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam dalam pembahasan kebijakan dan program pemerintah yang diselenggarakan dalam sidang-sidang kabinet, rapat koordinasi, rapat antar kementerian dan lembaga, sosialisasi, workshop dan kunjungan kerja pada instansi pemerintah daerah terkait terkait suatu kebijakan dan program pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam. 2. Munculnya isu-isu penting bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam yang berkembang di masyarakat berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan yang selanjutnya direspon baik atas inisiatif Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam, arahan Sekretaris Kabinet dan Presiden maupun permintaan pertimbangan dari instansi terkait dan pemerintah daerah, terutama terkait program prioritas yang perlu dikaji, dianalisis dan dievaluasi. 3. Keterlibatan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alamsebagai anggota dalam Tim, Panitia, Dewan, Badan atau Kelompok Kerja tingkat nasional terkait pemantauan, evaluasi dan analisis pelaksanaan kebijakan dan program bidang pemerintahdibidangprasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam. 4. Meningkatnya peran Sekretariat Kabinet sebagai Kabinet Manajemen sehingga berpengaruh pada meningkatnya jenis dan kegiatan pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam. E. Kendala Kendala yang dihadapi dalam pencapaian kinerja,antara lain: a. Terkait dengan sumber daya manusia, program peningkatan kualitas sumber daya manusia (capacity building) belum optimal, demikian juga dari 57

62 sisi kuantitas perlu penambahan pegawai, baik staf maupun pegawai administrasi. b. Pelaksanaan Standar Pelayanan telah dan akan ditetapkan oleh Sekretaris Kabinet harus didukung oleh: a. tersedianya piranti administrasi elektronik (manajemen persuratan elektronik/mail tracking) terintegrasi pada unit kerja-unit kerja dengan tupoksi serupa guna pengukuran kinerja berdasarkan Standar Pelayanan. b. ketentuan/norma Standar Pelayanan perlu disempurnakan berdasarkan hasil evaluasi kinerja. c. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi belum optimal. d. Anggaran Rencana Anggaran Biaya Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya AlamTahun Anggaran 2013 terserap 89,99% lebih rendah 2% dibandingkan Tahun Oleh karena itu, perlu perencanaan yang lebih matang sehingga anggaran dapat terserap optimal dan efektif. e. Pengaruh perubahan dinamika lingkungan strategis yang cepat berubah baik internal maupun eksternal mempengaruhi prioritas pelaksanaan tugas. f. Mekanisme tata persuratan dan administrasi yang ada di lingkungan Lembaga Kepresidenan terkait penanganan pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program bidang pemerintah belum terintegrasi secara optimal, sehingga menyulitkan Sekretariat Kabinet dalam memantau perkembangan saran yang diajukan ke Presiden dan Kementerian/Lembaga terkait. g. Kesamaan tugas antar Lembaga Kepresidenan terkait penanganan pemantauan, evaluasi dan analisis atasperumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program bidang pemerintah di bidang hukum, berimplikasi pada overlapping penanganan surat masuk sehingga terdapat surat yang substansinya sama ditangani dan ditindaklanjuti/ditanggapi oleh beberapa unit kerja baik di sudah Sekretariat Kabinet maupun Sekretariat Negara. 58

63 h. Belum berjalannya sistem informasi manajemen pemerintahan dan koordinasi yang baik antar instansi pemerintah, menyebabkan hasil kegiatan penanganan permasalahan hukum yang telah dilakukan Sekretariat Kabinet dan ditindaklanjuti kepada stakeholder berupa saran dan rekomendasi, belum dapat dimonitor secara efektif oleh Sekretariat Kabinet. i. Mekanisme tata persuratan dan administrasi yang ada di lingkungan Lembaga Kepresidenan belum terintegrasi secara optimal, sehingga menyulitkan Sekretariat Kabinet dalam memantau perkembangan saran penyelasaian permasalahan hukum yang diajukan ke Presiden dan Kementerian/Lembaga terkait. j. Kesamaan tugas antar Lembaga Kepresidenan berimplikasi pada overlapping penanganan surat masuk sehingga terdapat surat yang substansinya sama ditangani dan ditindaklanjuti/ditanggapi oleh beberapa unit kerja baik di lingkungan Sekretariat Kabinet maupun Sekretariat Negara. F. Upaya Mengatasi Kendala 1. Sosialisasi Renstra, RKT, PK dan IKU Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Perekonomian dan Asdep pada pejabat dan pegawai di lingkungan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam. 2. Peningkatan kualitas (capacity building) dan kuantitas sumber daya manusia. 3. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasanana penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi. 4. Pengelolaan anggaran berbasis kinerja. 5. Melaksanakan reformasi birokrasi gelombang II di lingkungan Sekretariat Kabinet, melalui pemenuhan kondisi yang diinginkan, antara lain dengan: a. Memperkuat manajemen perubahan dan resiko dalam mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam proses transisi dan adaptasi dari struktur yang lama ke struktur yang baru. Kebijakan yang ditempuh antara lain mempercepat penyesuaian/adaptasi pejabat/pegawai dengan tugas dan fungsi sesuai struktur organisasi baru 59

64 melalui percepatan penyusunan SP setiap unit kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet, pembinaan SDM yang berbasis pada kompetensi, dan peningkatan tata kerja dengan memanfaatkan IT; b. Menetapkan program percepatan (quick wins) dengan Perseskab nomor 3/RB Tahun 2011 tentang Program Percepatan (quick wins) Reformasi Birokrasi Sekretariat Kabinet RI; c. Menetapkan program dan rencana kerja jangka menengah dan tahunan, yang ditetapkan dengan Perseskab Nomor 1/RB Tahun 2011 tentang Road Map Reformasi Birokrasi, dan Perseskab Nomor 2/RB Tahun 2011 tentang Work Plan/Rencana Kerja. d. Menetapkan pimpinan sebagai role model yang dijadikan panutan dalam pelaksanaan nilai-nilai organisasi untuk peningkatan budaya kerja Sekretaria tkabinet, ditetapkan dengan Kepseskab Nomor 1/RB Tahun 2011 tentang Penunjukan Role ModelPengembangan Budaya Kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet. e. Penetapan kode etik pegawai Sekretariat Kabinet dengan Perseskab Nomor 4/RB tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Sekretariat Kabinet. f. sosialisasi pelaksanaan reformasi birokrasi, antara lain sosialisasi peraturan disiplin dan kode etik Sekretariat Kabinet dan SP. 6. Kegiatan pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam difokuskan pada pelaksanaan kebijakan dan program yang menjadi prioritas nasional 7. Kegiatan pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam sebagian besar didasarkan pada inisiatif/prakarsa dari instansi/lembaga terkait, untuk itu guna meningkatkan kinerja Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam, perlu ditingkatkan kerja sama atau networking dengan instansi/lembaga terkait. 8. Pembentukan media komunikasi di lingkungan Lembaga Kepresiden untuk mengefektifkan penanganan surat masuk mengenai pemantauan, evaluasi 60

65 dan analisis atas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam. 9. Akselerasi pemanfaatan sistem informasi manajemen pemerintahan dalam rangka mendukung kegiatan pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam. G. GALERI KEGIATAN Fokus Group Discussion tanggal 15 61

66 Coffee Morning tanggal 24 September 2014 tentang pemaparan hasil mengikuti seminar di luar kota. 62

67 Pemantauan ke 63

68 Pemantauan ke Dinas Pertambangan, Kendari 64

69 Kunjungan Lapangan ke KAPET Sasamba, Produk Unggulan Singkong Gajah dan Pepaya Mini, Balikpapan Kunjungan Lapangan 65

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN 2010 2014 DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI Kata Pengantar Rancangan Rencana Strategis (Renstra) Deputi bidang

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian sasaran kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian. Satya Bhakti Parikesit

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian. Satya Bhakti Parikesit KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014 yang disusun oleh Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Perekonomian merupakan laporan hasil pencapaian atas target

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 merupakan perwujudan dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Deputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk media untuk melaporkan keberhasilan atau kegagalan suatu instansi pemerintah atas pelaksanaan tujuan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja. Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014

Laporan Kinerja. Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014 Laporan Kinerja Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014 Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 2015 K a t a P e n g a n t a r Daftar Pustaka ---------------,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis BAB II Renstra Tahun 2015 2019 merupakan panduan pelaksanaan tugas dan fungsi pada periode 2015 2019 yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 ASISTEN DEPUTI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN SEKRETARIAT KABINET

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 ASISTEN DEPUTI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN SEKRETARIAT KABINET LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 ASISTEN DEPUTI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN SEKRETARIAT KABINET A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja (LKj) adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2015 2019 SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016 DAFTAR ISI Kata Pengantar..... Daftar Isi......

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2012-2014 SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Perkembangan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj)

LAPORAN KINERJA (LKj) LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PARIWISATA, RISET DAN TEKNOLOGI, DAN LINGKUNGAN MARITIM TAHUN 2016 DAFTAR ISI Sampul Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif Daftar Isi i ii iii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET TAHUN

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET TAHUN RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET TAHUN 2010-2014 SEKRETARIAT KABINET 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan nasional secara menyeluruh, setiap

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET LAKIP TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA ASDEP EKONOMI MAKRO, KEUANGAN, DAN KETAHANAN PANGAN

SEKRETARIAT KABINET LAKIP TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA ASDEP EKONOMI MAKRO, KEUANGAN, DAN KETAHANAN PANGAN SEKRETARIAT KABINET LAKIP TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA ASDEP EKONOMI MAKRO, KEUANGAN, DAN KETAHANAN PANGAN ASDEP BIDANG EKONOMI MAKRO, KEUANGAN DAN KETAHANAN PANGAN DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan dukungan staf, pelayanan administrasi, dan dukungan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Aparatur Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Aparatur Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Kinerja (LKj) adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Asisten Deputi Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET 2017 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2016 SEKRETARIAT KABINET 2017 KATA PENGANTAR i Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA. (LKj) KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA. (LKj) KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET RI KATA PENGANTAR Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan atau

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel. RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Sasaran Program Program/Kegiatan (Outcome )/Sasaran Kegiatan Indikator Target 2017 (Output ) SEKRETARIAT KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. C:/LKj-2014-Asdep-3-doc

PENDAHULUAN BAB I. C:/LKj-2014-Asdep-3-doc BAB I PENDAHULUAN Pada setiap akhir tahun anggaran, setiap instansi pemerintah (termasuk satuan/unit kerja di dalamnya), diharuskan menyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP). Sejalan

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DEPUTI KEMARITIMAN SEKRETARIAT KABINET DAN UNIT KERJA DI LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DEPUTI KEMARITIMAN SEKRETARIAT KABINET DAN UNIT KERJA DI LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN LAMPIRAN V PERATURAN SEKRETARIS KABINET NOMOR : 10 TAHUN 2015 TANGGAL : 30 OKTOBER 2015 INDIKATOR KINERJA UTAMA DEPUTI KEMARITIMAN SEKRETARIAT KABINET DAN UNIT KERJA DI LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto 1 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Hubungan Kemasyarakatan dan Kelembagaan Tahun 2014 disusun sebagai bentuk komitmen untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tujuan dan sasaran strategis

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG DUKUNGAN KERJA KABINET TAHUN

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG DUKUNGAN KERJA KABINET TAHUN RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG DUKUNGAN KERJA KABINET TAHUN 2015-2019 SEKRETARIAT KABINET 2015 i KATA PENGANTAR Dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2015 tentang Sekretariat Kabinet

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN)

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN) 14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Laporan Kinerja (LKj) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Siak Tahun 2016, merupakan wujud dari

Lebih terperinci

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah merupakan dasar untuk terselenggaranya Good Governance yang artinya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1 TAHUN 2016 TANGGAL : 29 JANUARI 2016

LAMPIRAN II PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1 TAHUN 2016 TANGGAL : 29 JANUARI 2016 LAMPIRAN II PERATURAN SEKRETARIS KABINET NOMOR : 1 TAHUN 2016 TANGGAL : 29 JANUARI 2016 INDIKATOR KINERJA UTAMA DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN SEKRETARIAT KABINET DAN UNIT KERJA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Deputi Bidang Tata Laksana LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012

Deputi Bidang Tata Laksana LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 DEPUTI BIDANG TATA LAKSANA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN... 7 A. Latar belakang... 7 B. Gambaran Organisasi... 8 C. Gambaran aspek

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET 2015 Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Sekretariat

Lebih terperinci

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET SEKRETARIAT KABINET 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Deputi Bidang Persidangan Kabinet Tahun 2014 disusun sebagai bentuk

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Sekretariat Negara

BAB I PENDAHULUAN. B. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Sekretariat Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2015 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Lebih terperinci

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN A. Latar Belakang B. Norma dan Dasar Hukum C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G.

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M SEKRETARIAT DAERAH KEPUTUSAN SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 188.4/747/Org./X/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa karena hanya dengan limpahan karunia Nya penyusunan Dokumen

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pasuruan, Januari 2015 INSPEKTUR KABUPATEN PASURUAN. Ir. DWITONO MINAHANTO Pembina Utama Muda NIP

KATA PENGANTAR. Pasuruan, Januari 2015 INSPEKTUR KABUPATEN PASURUAN. Ir. DWITONO MINAHANTO Pembina Utama Muda NIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LAKIP ) INSPEKTORAT KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH. KATA PENGANTAR Penyusunan Renstra (Rencana Strategis) Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI Tahun 200 204, dimaksudkan guna mencapai tujuan dan sasaran strategis dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2017 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) INSPEKTORAT TAHUN 2016 NOMOR : LAP- 1/INSP/1/2017 TANGGAL : 13 Januari 2017

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda

Lebih terperinci

ANALISIS GAMBARAN TUPOKSI SKPD INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS GAMBARAN TUPOKSI SKPD INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ANALISIS GAMBARAN TUPOKSI SKPD INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR A. DASAR PEMBENTUKAN ORGANISASI. Dasar hukum pembentukan Inspektorat Provinsi Kalimantan Timur sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2016 i KATA PENGANTAR Alhamdulillah, akhirnya Kami

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government) menjadi kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Inspektorat Kabupaten Tanah Bumbu Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Inspektorat Kabupaten Tanah Bumbu Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya

Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya 0 I-1 Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya telah mendorong pelaksanaan penerapan sistem akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA RI RENCANA AKSI LAKIP KEMENTERIAN AGAMA

KEMENTERIAN AGAMA RI RENCANA AKSI LAKIP KEMENTERIAN AGAMA KEMENTERIAN AGAMA RI RENCANA AKSI LAKIP KEMENTERIAN AGAMA SEKRETARIAT JENDERAL BIRO ORGANISASI DAN TATALAKSANA JAKARTA, MARET 2011 DAFTAR ISI Hal BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Dasar Hukum

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesuksesan sebuah penyelenggaraan tugas pemerintahan, terutama pada penyelenggaraan pelayanan public kepada masyarakat sangat tergantung pada kualitas SDM Aparatur.

Lebih terperinci