Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 :// tp ht.id ps.g o m.b ja ti

2

3 Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 29,7 cm : ix halaman halaman Naskah : Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Desain Kover : Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Dicetak oleh : - Dilarang mengumumkan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur

4 Tim Penyusun Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 Pengarah: Teguh Pramono, MA Penanggung Jawab: Ir. Mohammad Farikhin, MSi Penyunting: Drs. Ec. Doddy Suprijanto, MM Penulis & Pengolah Data: Lilik Hariyanti, SST, M.Stat Desain Kover & Tata Letak: Lilik Hariyanti, SST, M.Stat

5 KATA PENGANTAR Indikator Pertanian merupakan salah satu statistik yang dapat menggambarkan kondisi/kinerja di bidang pertanian. Cakupan sektor pertanian pada publikasi ini meliputi 5 (lima) sub sektor antara lain : tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Kelima sub sektor dalam pertanian masing-masing memiliki peranan penting dalam perekonomian Jawa Timur. Publikasi Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016, disajikan baik dalam bentuk ulasan, grafik serta tabel yang dirinci menurut komoditi untuk tiap jenis tanaman hortikultura. Dengan demikian, publikasi ini diharapkan mampu menggambarkan kondisi pertanian di Jawa Timur dari tahun 2010 sampai Selain data yang disajikan dalam bentuk ulasan ringkas dan tabel, juga diberikan penjelasan tentang latar belakang survei, metodologi, konsep dan definisi. Penyajian tersebut dimaksudkan untuk membantu pengguna data dalam memahami dan memanfaatkan data dan statistik Pertanian. Kepada semua pihak yang telah membantu hingga diterbitkannya publikasi ini, disampaikan terima kasih. Semoga penerbitan ini bermanfaat. Surabaya, Oktober 2017 BPS Provinsi Jawa Timur Kepala, Teguh Pramono, MA Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 i

6 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL ULASAN... i ii iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Sistematika Penulisan... 3 BAB II METODOLOGI Sumber Data Indikator Konsep Usaha Pertanian Konsep Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Konsep Angka Indeks Berantai Konsep Distribusi Persentase Konsep Produktivitas Pemilihan Komoditi untuk Menghitung Indikator Pertanian BAB III PEMBAHASAN Sektor Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) Sub Sektor Hortikultura Sub Sektor Perkebunan Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 ii

7 3.5 Sub Sektor Peternakan Sub Sektor Perikanan LAMPIRAN Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 iii

8 DAFTAR TABEL ULASAN Halaman Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Jawa Timur (Persen) Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 iv

9 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Distribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Adh. Berlaku Jawa Timur, Tahun (Persen) Distribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Adh. Berlaku Jawa Timur, Tahun (Persen) Produktivitas Komoditi Tanaman Pangan Jawa Timur, Tahun (Ton/Hektar) Produktivitas Tanaman Sayuran Semusim Jawa Timur, Tahun (Ton/Hektar) Produksi Tanaman Buah-buahan Tahunan Jawa Timur, Tahun (Ribu Ton) Gambar 6 Produksi Tanaman Perkebunan Jawa Timur Tahun (Ribu Ton) dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Jawa Timur Tahun 2016 (Ton/Hektar) Gambar 7 Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Ternak Unggas Jawa Timur, Tahun 2016 (Ribu Ekor) Gambar 8 Produksi Daging Jawa Timur, Tahun 2016 (Ribu Ton) Gambar 9 Produksi Perikanan di Jawa Timur Tahun 2016 (Ton) Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 v

10 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 1.8 Tabel 1.9 Tabel 1.10 Tabel 1.11 Tabel 1.12 Tabel 1.13 Tabel 1.14 Tabel 1.15 Produksi Tanaman Pangan di Jawa Timur, Tahun Distribusi Produksi Tanaman Pangan di Jawa Timur, Tahun Luas Panen Tanaman Pangan di Jawa Timur, Tahun Distribusi Luas Panen Tanaman Pangan di Jawa Timur, Tahun Produktivitas Tanaman Pangan di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Luas Panen Tanaman Pangan di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Produksi Tanaman Pangan di Jawa Timur, Tahun Produksi Padi Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Jawa Timur, Tahun Luas Panen Padi Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produktivitas Padi Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Luas Panen Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produktivitas Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produksi Kedelai Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Luas Panen Kedelai Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 vi

11 Tabel 1.16 Tabel 1.17 Tabel 1.18 Tabel 1.19 Tabel 1.20 Tabel 1.21 Tabel 1.22 Tabel 1.23 Tabel 1.24 Tabel 1.25 Tabel 1.26 Tabel 1.27 Tabel 1.28 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Produktivitas Kedelai Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produksi Kacang Tanah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Luas Panen Kacang Tanah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produktivitas Kacang Tanah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produksi Ubi Jalar Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Luas Panen Ubi Jalar Menurut Kabupaten/Kota Jawa Timur, Tahun Produktivitas Ubi Jalar Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produksi Ubi Kayu Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Luas Panen Ubi Kayu Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produktivitas Ubi Kayu Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produksi Kacang Hijau Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Luas Panen Kacang Hijau Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produktivitas Kacang Hijau Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produksi Sayuran dan Buah-buahan Semusim di Jawa Timur, Tahun Luas Panen Sayuran dan Buah-buahan Semusim di Jawa Timur, Tahun Produktivitas Sayuran dan Buah-buahan Semusim di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Produksi Sayuran dan Buah-buahan Semusim di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Luas Panen Sayuran dan Buah-buahan Semusim di Jawa Timur, Tahun Produksi Sayuran dan Buah-buahan Tahunan di Jawa Timur, Tahun Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 vii

12 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 2.16 Tabel 2.17 Tabel 2.18 Tabel 2.19 Tabel 2.20 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tanaman Hasil Sayuran dan Buah-buahan Tahunan di Jawa Timur, Tahun Produktivitas Sayuran dan Buah-buahan Tahunan di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Produksi Sayuran dan Buah-buahan Tahunan di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Tanaman Hasil Sayuran dan Buah-buahan Tahunan di Jawa Timur, Tahun Produksi Tanaman Obat di Jawa Timur, Tahun Luas Panen Tanaman Obat di Jawa Timur, Tahun Produktivitas Tanaman Obat di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Produksi Tanaman Obat di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Luas Panen Tanaman Obat di Jawa Timur, Tahun Produksi Tanaman Hias di Jawa Timur, Tahun Luas Panen Tanaman Hias di Jawa Timur, Tahun Produktivitas Tanaman Hias di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Produksi Tanaman Hias di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Luas Panen Tanaman Hias di Jawa Timur, Tahun Produksi Tanaman Perkebunan di Jawa Timur, Tahun Luas Panen Tanaman Perkebunan di Jawa Timur, Tahun Produktivitas Tanaman Perkebunan di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Produksi Tanaman Perkebunan di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Luas Panen Tanaman Perkebunan di Jawa Timur, Tahun Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 viii

13 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Produksi Perkebunan Cengkeh di Jawa Timur, Tahun Produksi Perkebunan Jambu Mete di Jawa Timur, Tahun Produksi Perkebunan Kelapa di Jawa Timur, Tahun Produksi Perkebunan Kapas di Jawa Timur, Tahun Produksi Perkebunan Tembakau di Jawa Timur, Tahun Produksi Perkebunan Tebu di Jawa Timur, Tahun Produksi Perkebunan Kakao di Jawa Timur, Tahun Produksi Perkebunan Kopi di Jawa Timur, Tahun Produksi Perkebunan Teh di Jawa Timur, Tahun Produksi Perkebunan Karet di Jawa Timur, Tahun Produksi Perkebunan Kapuk Randu di Jawa Timur, Tahun Produksi Peternakan di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Produksi Peternakan di Jawa Timur, Tahun Populasi Ternak di Jawa Timur, Tahun Produksi Telur Unggas Menurut Jenis Unggas Per Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produksi Susu Perah Menurut Jenis Ternak Per Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Produksi Susu Perah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Tahun Populasi Sapi Potong menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Populasi Sapi Perah menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 ix

14 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Populasi Kerbau menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Populasi Kuda menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Populasi Kambing menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Populasi Domba menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Populasi Babi menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Populasi Unggas menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Produksi Daging Sapi Potong menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Produksi Daging Kerbau menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Produksi Daging Kambing menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Produksi Daging Domba menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Produksi Daging Kuda menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Produksi Daging Babi menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Produksi Daging Unggas menurut Kabupaten/Kota, di Jawa Timur, Tahun Produksi Perikanan di Jawa Timur, Tahun Indeks Berantai Perikanan di Jawa Timur, Tahun Produksi Perikanan Tangkap Perikanan Laut di Jawa Timur, Tahun Produksi Perikanan Tangkap Perairan Umum di Jawa Timur, Tahun Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Jawa Timur, Tahun Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 x

15 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Produksi Perikanan Budidaya Kolam di Jawa Timur, Tahun Produksi Perikanan Budidaya Keramba di Jawa Timur, Tahun Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Produksi Perikanan Budidaya Laut di Jawa Timur, Tahun Produksi Perikanan Budidaya Jaring Apung di Jawa Timur, Tahun Produksi Perikanan Budidaya Sawah Tambak dan Mina Padi di Jawa Timur,Tahun Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 xi

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan kategori pertanian dalam perekonomian Jawa Timur menduduki peringkat ketiga, yaitu sebesar 13,31 persen dari total perekonomian Jawa Timur. Industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 28,92 persen masih menduduki peringkat pertama dalam hal peranannya terhadap perekonomian Jawa Timur. Perdagangan besar dan eceran merupakan kategori dengan kontribusi terbesar ke dua dengan share sebesar 18,00 persen. Untuk memperoleh gambaran struktur perekonomian Jawa Timur dapat dilihat pada gambar 1 berikut. Gambar 1. Distribusi Persentase Pdrb Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen) Tahun A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan C Industri Pengolahan F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Lainnya Meskipun hanya menduduki peringkat ke tiga dalam struktur perekonomian Jawa Timur, namun upaya pembangunan pertanian tidak boleh dikelola secara asal-asalan. Hal Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

17 ini karena masalah utama di Jawa Timur adalah besarnya angka kemiskinan. Upaya pengentasan kemiskinan di Jawa Timur harus terintegrasi ke dalam sektor pertanian. Ini karena sebagian besar penduduk miskin di Jawa Timur sebagian besar bekerja di kategori pertanian. Selama pembangunan kategori pertanian tidak ditangani dengan baik, bisa dikatakan mustahil kemiskinan di Jawa Timur dapat berkurang secara signifikan. Oleh karena itu perkembangan kategori pertanian di Jawa Timur harus terus menerus dipantau dalam bentuk monitoring dan evaluasi. Untuk mengukur perkembangan pertanian diperlukan indicator. Indkator dimaksud merupakan parameter dari gambaran perkembangan kategori pertanian selama kurun waktu tertentu. Mengingat betapa pentingnya pengukuran indikator-indikator sebagaimana tersebut di atas, maka disusunlah publikasi indikator pertanian tahun 2016 ini. Dengan melihat hasil pengukuran indikator pertanian tahun 2016 ini diharapkan dapat disusun suatu perencanaan yang tepat untuk meningkatkan kinerja pertanian. Tujuan akhir yang diharapkan dari penyusunan publikasi ini adalah agar Jawa Timur mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mengurangi angka kemiskinan. 1.2 Tujuan Berdasarkan latar belakang situasi Sektor Pertanian di Jawa Timur, maka penyusunan publikasi ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai hasil pembangunan Sektor Pertanian dalam bentuk tabulasi dan grafis 1.3 Ruang Lingkup Lingkup bahasan publikasi ini adalah mengenai perkembangan Sektor Pertanian di Jawa Timur yang pembahasannya dilakukan secara analisis deskriptip, tabulasi, grafik, dan melalui hasil penghitungan Indikator Pertanian. Data yang disajikan merupakan data sekunder bersumber dari berbagai dinas/instansi yang menangani sektor Pertanian. Pembahasan akan disajikan menurut sub sektor dalam sektor pertanian yaitu sub sektor Tanaman Pangan (Padi dan Palawija), sub sektor Hortikultura (Sayuran, Buah, biofarmaka, dan tanaman hias), sub sektor Perkebunan, sub sektor Peternakan, dan sub sektor Perikanan. Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

18 1.4 Sistematika Penulisan Publikasi ini disajikan dalam 3 (tiga) bab, dan pembahasan tiap-tiap bab dijelaskan dalam sistematika penulisan berikut ini. BAB I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang penyusunan publikasi, tujuan penyusunan publikasi, ruang lingkup dan sistematika penyajian dalam publikasi. BAB II. METODOLOGI Bab ini membahas tentang sumber data yang digunakan dalam analisis, Konsep dan definisi serta metode analisis yang digunakan dalam penyusunan publikasi ini. BAB III. PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis secara deskriptip melalui berbagai indikator pertanian. Pembahasan dilakukan untuk setiap sub sektor dalam sektor pertanian seperti sub sektor tanaman pangan, sub sektor hortikultura, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, dan sub sektor perikanan. Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

19 BAB II METODOLOGI 2.1 Sumber Data Indikator Perkembangan pembangunan di Sektor Pertanian dapat dilihat melalui indikator pertanian. Indikator pertanian merupakan ukuran yang diperoleh melalui teknik penghitungan tertentu sehingga mampu memberikan deskripsi tentang keunggulan suatu obyek terhadap obyek yang lainnya. Bentuk produksi yang dihasilkan dari sektor pertanian sangatlah beragam, sehingga untuk menghitung berbagai Indikator Pertanian perlu dikelompokkan dalam beberapa sub sektor, selain itu karena banyaknya kualitas/jenis yang dihasilkan dari suatu produk pertanian, maka dalam proses penghitungan Indikator Pertanian perlu dilakukan pemilihan jenis produksi dari sumber komoditi dengan mempertimbangkan ketersediaan data, kontinyunitas, serta besaran andil suatu komoditi dibandingkan dengan komoditi yang lainnya. Untuk menghitung Indikator Pertanian dibutuhkan data tentang populasi, produksi, produktivitas, dan nilai produksi dari komoditi pertanian. Data sekunder hasil kompilasi dari beberapa Institusi pemerintah yang menangani Sektor Pertanian seperti Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan, dan Dinas Perkebunan digunakan sebagai variabel input. Untuk mengukur pencapaian pembangunan di Sektor Pertanian melalui penghitungan Indikator Pertanian diperlukan input data yang berasal dari data sekunder tersebut. Selain itu, indikator dari BPS juga digunakan untuk menghitungnya yaitu indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Nilai Tukar Petani (NTP). 2.2 Konsep Usaha Pertanian Usaha Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati (budidaya, penangkapan, eksploitasi) untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidup. Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek secara bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Ini banyak terjadi pada petani yang melakukan budidaya untuk lebih dari satu macam sub sektor. Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

20 yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming). Sub sektor pada sektor pertanian dibagi menurut perbedaan karakteristik hasil/produksi, dengan penjelasan sebagai berikut: Sub sektor Tanaman Pangan terdiri dari komoditi Padi, Palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar), dan Hortikultura (tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman obat, dan tanaman hias). Pendekatan produksi dilakukan oleh Dinas Pertanian dengan mengkompilasi data pada tingkat kecamatan, untuk data Padi dan Palawija melalui kompilasi data luas panen dan produktivitasnya dihitung dengan membagi produksi dengan luas panen. Produksi Padi dan Palawija datanya diperoleh melalui hasil perkalian antara data luas panen dengan produktivitas menurut jenis tanaman. Sub sektor Tanaman Hortikultura terdiri dari Tanaman Buah-buahan dan Sayuran Semusim, Tanaman Buah-buahan dan Sayuran Tahunan, Tanaman Biofarmaka dan Tanaman Hias. Sub sektor Tanaman Perkebunan terdiri dari jenis tanaman budidaya yang produksinya sebagian besar tidak bisa dikonsumsi secara langsung dan merupakan bahan baku untuk industri pengolahan misalnya Tanaman Tebu, Tembakau, Kakao, Kopi, Teh, Rami (penghasil Serat). Tanaman perkebunan bisa merupakan perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta. Data produksi tanaman perkebunan diperoleh dari data Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. Sub Sektor Peternakan mencakup produksi peternakan (daging, telur dan susu), populasi ternak (sapi potong, sapi perah, kerbau, babi, kambing, domba, ayam). Sub Sektor Perikanan mencakup perikanan laut, perairan umum, perikanan budidaya laut, tambak, kolam, keramba, jaring apung, sawah tambak dan mina padi. Produksi yang dimaksud adalah semua hasil yang diperoleh baik yang dijual maupun yang dikonsumsi rumahtangga atau yang dibayar sebagai upah. Data dikutip dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. Produksi perikanan tangkap mencakup semua hasil penangkapan dari sumber perikanan alami dilaut atau perairan umum secara bebas dan bukan milik perorangan. Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

21 Produksi yang dimaksud adalah semua hasil yang diperoleh baik yang dijual maupun yang dikonsumsi rumahtangga atau yang dibayar sebagai upah. Data dikutip data Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. Produktivitas adalah penghitungan rata-rata hasil produksi per satuan luas per komoditi pada periode satu tahun laporan. Luas Panen adalah luas tanaman yang dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur. Dalam hal ini termasuk tanaman yang hasilnya hanya bisa dipetik sebagian saja (lebih besar dengan 11 persen terhadap total produksi), hasil yang tidak maksimal ini mungkin disebabkan karena mendapat serangan organisme pengganggu tumbuhan atau bencana alam. 2.3 Konsep Pertanian dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten /kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kelender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa. Dalam penghitungannya, untuk menghindari hitung ganda, nilai output bersih diberi nama secara spesifik, yaitu nilai tambah bruto (gross value added). Demikian juga, harga yang digunakan dalam perhitungan ini adalah harga produsen atau harga di tingkat petani. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan/agregasi dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan usaha dikelompokkan menjadi sembilan sektor ekonomi. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) ditingkat nasional. Pembagian ini sesuai dengan System of National Accounts (SNA). Hal ini juga memudahkan para analis untuk membandingkan PDRB antar provinsi dan antara PDRB dengan PDB. Penyajian PDRB biasa dilakukan dengan bentuk tabulasi yang karakteristiknya dikelompokkan menurut kegiatan ekonomi/lapangan usaha/sektor dirinci menjadi: 1). Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, 2). Pertambangan dan Penggalian, 3). Industri Pengolahan, 4). Pengadaan Listrik dan Gas, 5). Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, 6). Konstruksi, 7). Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil, 8). Transportasi dan Pergudangan, 9). Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10). Informasi dan Komunikasi. 11). Jasa Keuangan dan Asuransi. 12). Real Estate, 13). Jasa Perusahaan, 14). Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15). Jasa Pendidikan, 16). Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17). Jasa Lainnya. Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

22 Hasil penghitungan PDRB disajikan atas harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan Nilai Output dengan biaya antara masing-masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi yang dihasilkan dan tingkat perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor. Sektor Pertanian termasuk sektor primer yang produksinya bisa diperoleh secara langsung dari alam. Sektor lain yang termasuk sektor primer adalah sektor pertambangan dan sektor penggalian. Cara penghitungan sektor primer adalah pertama kali dicari kuantum produksi dengan satuan standar yang biasa digunakan, setelah itu ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan. Satuan dan kualitas yang dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya. Selain itu diperlukan juga data harga per unit/satuan dari barang yang dihasilkan. Harga yang dipergunakan adalah harga produsen, yaitu harga yang diterima oleh produsen atau harga yang terjadi pada transaksi pertama antara produsen dengan pembeli/konsumen. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara kuantum produksi dengan harga masing-masing komoditi pada tahun yang bersangkutan. Selain menghitung nilai produksi utama, dihitung pula nilai produksi ikutan yang dihasilkan dengan anggapan mempunyai nilai ekonomi. Produksi ikutan yang dimaksudkan adalah produksi ikutan yang benar-benar dihasilkan sehubungan dengan proses produksi utamanya. Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara kesuluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu daerah dari tahun ke tahun. 2.4 Konsep Angka Indeks Berantai Angka indeks berantai adalah suatu bilangan tanpa satuan, yang secara statistik dapat menunjukkan perbedaan/perbandingan dari suatu angka (produksi, nilai, harga, dll) dalam dua (atau lebih) waktu yang berbeda. Dikatakan berantai karena perbandingan dilakukan Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

23 terhadap tahun sebelumnya (t-1) sebagai tahun dasar/faktor penyebut, atau dengan kata lain metode penghitungan indeks berantai adalah dengan melakukan perbandingan hasil pengukuran data tahun berjalan dengan tahun sebelumnya (t-1). Metode penghitungan indeks berantai adalah dengan melakukan perbandingan hasil pengukuran data tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Variabel yang dihitung indeksnya adalah produksi, luas panen dan luas tanam/luas areal tanam. Formula sebagai berikut : penghitungan indeks berantai adalah Dimana: I it = Indeks Berantai Komoditi/Komponen i Tahun t Q it = Produksi Komoditi/Komponen i Tahun t Q i(t-1) = Produksi Komoditi/Komponen i Tahun t-1 Series data yang digunakan untuk penghitungan Indeks Berantai adalah luas panen, dan produksi. Sedangkan kelompok komoditi untuk penghitungan ini adalah tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Penghitungan Indikator Berantai ini biasanya untuk mengukur persentase pertambahan atau penurunan suatu komoditas. 2.5 Konsep Distribusi Persentase Distribusi persentase adalah perbandingan unit pengamatan (komoditas) terhadap kelompoknya, sehingga diketahui besaran sumbangan (share) hasil pengukuran satu bagian data terhadap keseluruhan data yang sama. Untuk melihat besarnya sumbangan dari unit pengamatan (komoditas) terhadap sub kelompoknya, maka dihitung distribusi persentase dengan membandingkan besaran nilai hasil pengukuran satu bagian data terhadap keseluruhan data yang sama. Data yang memiliki persentase terbesar menunjukkan pengaruh yang paling besar terhadap Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

24 keseluruhan kelompok data tersebut. Komponen yang disajikan dengan distribusi persentase adalah PDRB, Produksi dan luas panen. Formula penghitungan distribusi persentase adalah sebagai berikut : Dimana : P it = Persentase Komponen i Tahun t Q t = Komponen i Tahun t 2.6 Konsep Produktivitas Adalah penghitungan rata-rata hasil produksi per satuan luas per komoditi pada periode satu tahun laporan. Formula penghitungan produktivitas adalah sebagai berikut : Dimana : Y t Q t = Produktivitas Tahun t = Produksi Tahun t A t = Luas Panen Tahun t 2.7 Pemilihan Komoditi untuk Menghitung Indikator Pertanian Untuk menyusun indikator pertanian perlu dipilih beberapa komoditi dalam sektor pertanian, karena tidak mungkin semua komoditi pertanian yang banyak macamnya masuk dalam komponen perhitungan. Dalam pemilihan jenis komoditi dipertimbangkan ketersediaan data yang kontinyunitas serta besarnya sumbangan jenis komoditi terhadap Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

25 kelompoknya. Jenis-jenis komoditi yang dipakai terdiri dari atas 5 (lima) kelompok besar yaitu: 1. Kelompok tanaman bahan makanan yang terdiri dari sub kelompok pangan, antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai; 2. Kelompok tanaman hortikultura a. Sub kelompok sayuran, terdiri dari : bawang merah, bawang putih, bawang daun, kentang, kubis, petsai/sawi, wortel, kacang panjang, cabe, tomat, terung, buncis, ketimun, kangkung, bayam, lobak, kacang merah, labu siam b. Sub kelompok buah-buahan : alpokat, duku/langsat, durian, jambu biji, jambu air, jeruk, mangga, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, belimbing, manggis, nangka/cempedak, sirsak, sukun, melinjo, petai, anggur, apel; c. Sub kelompok tanaman biofarmaka, terdiri dari : jahe, laos, kencur, kunyit, lempuyang, temuireng, temukunci, dringo, kapulaga, pace, mahkota dewa, sambiloto, kejibeling, lidah buaya; d. Sub kelompok tanaman hias, teridir dari : anggrek, anthurium bunga, anyelir, gerbera, gladiol, heliconia, krisan, mawar, sedap malam, dracaena, melati, palem, aglaonema, adenium, euphorbia, philodendron, pakis, monster, soka, cordyline, diffenbachia, sansevieria, anthurium daun, caladium; 3. Kelompok perkebunan : karet, kopi, teh, tebu, cengkeh, tembakau. 4. Kelompok peternakan dan hasil-hasilnya : daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging kuda, daging domba, daging babi, daging ayam buras, daging ayam ras, daging ayam buras, daging itik, telur ayam ras, telur ayam buras, telur itik, susu segar; 5. Kelompok perikanan yang terdiri dari : a. Sub kelompok perikanan budidaya : budidaya laut, budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya karamba, budidaya jaring apung, budidaya sawah tambak dan mina padi b. Sub kelompok perikanan tangkap : perikanan laut dan perairan umum Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

26 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Sektor Pertanian Berbagai program pembangunan pertanian terpadu di Jawa Timur telah dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan produktivitas dan produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Pembangunan pertanian di Jawa Timur diarahkan pada pengembangan agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan terdesentralistik yang mengintegrasikan pembangunan pertanian untuk mendukung pembangunan industri pengolahan, perdagangan, dan jasa yang terkait dalam subsistem agribisnis yakni input produksi, usaha tani, pengolahan, pemasaran dan jasa. Pengembangan komoditas unggulan melalui pendekatan tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian di Jawa Timur. Kontribusi Pertanian terhadap pembentukan PDRB masih menduduki urutan ketiga setelah kategori industri pengolahan dan perdagangan. Pertanian merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Hal ini karena kontribusinya yang masih relatif besar terhadap total perekonomian Jawa Timur. Selain itu multiplayer effect yang ditimbulkan kategori pertanian terhadap sektor Industri dan perdagangan juga cukup besar. Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur dari tahun 2012 sampai dengan tahun Dimana dari tahun 2012 sampai 2015 mengalami kenaikan setiap tahunnya, masing-masing sebesar 13,46 persen, 13,56 persen dan 13,72 persen. Namun di tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 0,41 persen menjadi persen. Besarnya penurunan kontribusi di sektor pertanian dapat dimengerti. Hal ini karena laju pertumbuhan ADHB sektor pertanian pada tahun 2016 lebih cepat dibanding laju pertumbuhan sektor lainnya. Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

27 Gambar 2. Distribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Adh. Berlaku Jawa Timur, Tahun (persen) Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Pada tahun 2016 sektor pertanian mengalami pertumbuhan 2,35 persen (Tabel 1). Nilai ini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sebesar 3,29 persen, hal ini dikarenakan adanya pergeseran lapangan usaha, sehingga untuk beberapa sektor lapangan usaha lain mengalami kenaikan seperti pertambangan dan penggalian, perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, dan real estate. Pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sub sektor perikanan sebesar 5,06 persen. Untuk sub sektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 2.26 persen. Sedangkan untuk sub sektor kehutanan dan penebangan kayu justru mengalami penurunan sebesar 9,12 persen. Pada sub sektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada tanaman hortikultura sebesar 7,26 persen. Selanjutnya peternakan sebesar 3,11 persen, tanaman pangan sebesar 1,76 persen, jasa pertanian dan perburuan sebesar 1,52 persen. Namun untuk tanaman perkebunan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,74 persen. Walaupun pertumbuhannya tidak sebesar tahun sebelumnya, namun bisa dilhat bahwa sektor pertanian tetap sebagai sektor penyumbang terbesar bagi pembangunan Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu kebijakan baik dari Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

28 Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Kebijakan tersebut dibuat untuk fokus melakukan pengembangan pada sektor pertanian dengan berpijak pada konsep efisiensi. Diartikan pada efisiensi pengembangan sumberdaya pertanian yang dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang mempunyai keunggulan kompetitif dalam aspek biofisik (lokasi, lahan) dan aspek sosial ekonomi (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia infrastruktur dicontohkan seperti pasar dan kebiasaan petani di masing-masing daerah) (Anonymous, 1995 dalam Syafa at dan Friyatno, 2000). Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh adanya komoditas unggulan dapat dijadikan potensi bagi pembangunan masyarakat daerah tersebut. Hal ini diperjelas oleh Taufik dan Saleh (2002) dalam Yulianita (2009), bahwa komoditas unggulan memberikan dua sumbangan berupa efek langsung yang mampu membuat kenaikan pada pendapatan faktor-faktor produksi daerah dan pendapatan daerah juga bagi produksi industri lokal dimana akan menghasilkan permintaan yang membantu industri lokal untuk terus tumbuh Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Jawa Timur, Tahun (Persen) Uraian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,14 3,06 3,54 3,29 2,35 1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 3,28 1,12 2,95 2,71 2,26 a. Tanaman Pangan 2,48 1,38 2,98 3,13 1,76 b. Tanaman Hortikultura 1,09-1,13 3,06 5,03 7,26 c. Tanaman Perkebunan 6,02 1,81 4,97 1,25-0,74 d. Peternakan 3,30 1,07 1,15 2,01 3,11 e. Jasa Pertanian dan Perburuan 8,22 4,31 3,59 4,00 1,52 2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 26,10 6,54 0,13 3,34-9,12 3 Perikanan 10,37 11,58 6,87 5,71 5,06 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

29 3.2 Sub Sektor Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) Jenis tanaman pangan yang dihasilkan di Jawa Timur antara lain adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu, kedelai dan kacang hijau. Diantara ketujuh tanaman pangan tersebut, yang mempunyai luas panen terluas adalah tanaman padi yaitu sebesar 2,28 juta hektar. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena makanan pokok masyarakat Indonesia pada umumnya adalah nasi yang berasal dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi, sehingga tanaman padi masih menjadi tanaman pangan yang harus ditanam sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Luas panen tahun 2016 ini meningkat sebesar 126 ribu hektar dibanding tahun Selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2016, luas tanaman padi di Jawa Timur mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dimulai dari tahun 2010 sebesar 1,96 juta hektar yang meningkat terus sampai dengan 2,3 juta hektar pada tahun Sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, kabupaten dengan luas panen padi terbesar adalah Kabupaten Jember dengan luas 166 ribu hektar, yang naik sekitar 2 ribu hektar dibanding tahun Selanjutnya adalah Kabupaten Bojonegoro dengan luas 155 ribu hektar, yang naik sekitar 5 ribu hektar dibanding tahun Luas panen terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Lamongan sebesar 151 ribu hektar, yang naik sekitar 6 ribu hektar dibanding tahun sebelumnya. Lihat Tabel 1.9. Luas panen terbesar selanjutnya adalah tanaman jagung dengan luas 1,24 juta hektar. Dengan luasan panen terbesar kedua setelah padi ini bisa dimaklumi karena jagung adalah makanan pokok kedua setelah padi yang diolah menjadi nasi jagung. Berbeda dengan padi yang setiap tahun luas panennya meningkat, maka untuk tanaman jagung cenderung berfluktuasi dengan rata-rata luas panen dari tahun 2010 sampai dengan 2016 adalah sekitar 1,2 juta hektar. Lihat Tabel 1.3. Kabupaten dengan luas panen jagung terbesar adalah Kabupaten Sumenep sebesar 151,9 hektar, selanjutnya adalah Kabupaten Tuban yang luasnya hanya 64 persen dibanding Sumenep yaitu sebesar 97,5 ribu hektar. Lihat Tabel Pada kondisi normal tentunya produksi tanaman padi sebanding dengan luas panen, sehingga padi adalah tanaman yang mempunyai produksi terbesar dibanding tanaman pangan lainnya. Produksi padi di tahun 2016 sebesar 13,6 juta ton, yang meningkat sekitar 4 persen atau 478,7 ribu ton dibanding tahun Lihat Tabel 1.1. Kabupaten penghasil padi tebesar ada di Kabupaten Jember, Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Lamongan, masing-masing sebesar 986,6 ribu ton, 890,8 ribu ton dan 979 ribu ton. Lihat Tabel 1.8 Dipandang dari sisi produktivitasnya, ubi jalar dan ubi kayu memiliki produktivitas terbesar dibanding dari ketujuh tanaman pangan, masing-masing sebesar 27,25 persen Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

30 dan 24,33 persen. Untuk padi sendiri, produktivitasnya mengalami penurunan sebesar 0,13 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu 5,98 persen. Sedangkan produktivitas jagung yang mempunyai produksi terbesar kedua setelah padi mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen. Pada Gambar 2 terlihat produktivitas padi, jagung, kedelai dan kacang hijau cenderung stabil, namun untuk ubi jalar dan ubi kayu cenderung berfluktuasi. Untuk tanaman padi, produktivitas terbesar adalah Kota Malang yaitu sebesar 7,06 ton per hektar, selanjutnya adalah Kota Pasuruan sebesar 7,04 ton per hektar, Kabupaten Sidoarjo sebesar 6,76 ton per hektar, Kabupaten Magetan 6,72 ton per hektar. Lihat table Untuk tanaman jagung, produktivitas terbesar adalah Kabupaten Jombang sebesar 7,63 ton per hektar, selanjutnya adalah Kabupaten Ngawi sebesar 7,10 ton per hektar, Kabupaten Magetan sebesar 6,86 ton per hektar. Lihat Tabel Gambar 3. Produktivitas Komoditi Tanaman Pangan Jawa Timur, Tahun (Ton/Hektar) 01. Padi 02. Jagung 03. Kacang Tanah 04. Ubi Jalar 05. Ubi Kayu 06. Kedelai Kacang Hijau Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Angka produktivitas di atas hanya diukur dari jumlah panen (amatan) per hektar. Tanpa memasukkan unsur harga. Jika faktor harga dipertimbangkan atau biasa disebut sebagai nilai produksi, maka padi merupakan komoditas yang paling menjanjikan untuk ditanam. Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

31 3.3 Sub Sektor Tanaman Hortikultura Tanaman hortikultura yang terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman obat dan tanaman hias merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang juga tidak kalah pentingnya dibanding tanaman padi dan palawija. Hortikultura merupakan salah satu sub kategori yang terdapat dalam pertanian dan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Tanaman hortikultura terdiri dari berbagai macam jenis, antara lain tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias atau bunga, dan biofarmaka. Beragam jenis tanaman tersebut masing-masing memiliki kegunaan dan manfaat. Tanaman buahbuahan dan sayur-sayuran sangat penting bagi tercapainya hidup sehat. Apalagi saat ini berbagai media gencar sekali mengangkat tema pentingnya gaya hidup sehat, masyarakat harus diproteksi dari berbagai penyakit yang diakibatkan banyaknya bahan kimia pada makanan, terutama pada makanan cepat saji. Tanaman hias atau bungabungaan juga sangat diperlukan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang indah dan asri. Tanaman biofarmaka berguna sebagai obat-obatan herbal, jamu tradisional, aroma therapy dan kosmetika alami. Tanaman sayuran semusim adalah tanaman hortikultura sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman sepeti daun, bunga dan umbinya yang berumur kurang dari setahun. Tidak dibedakan antara tanaman sayuran yang ditanam di daerah dataran tinggi dan dataran rendah, begitu juga yang ditanam di lahan sawah dan lahan bukan sawah. Tanaman sayuran yang dipanen sekaligus artinya tanaman sehabis panen langsung dibongkar/dicabut, seperti bawang merah, bawang putih, bawang daun, kubis, kentang, petsai/sawi, wortel, lobak, kacang-kacangan yang dipanen sekaligus. Tanaman sayuran yang dipanen berulang kali/lebih dari satu kali seperti cabe besar, cabe rawit, tomat, terung, ketimun, buncis, bayam, kangkung, kacang-kacangan yang dipanen berulangkali. Tanaman buah-buahan semusim adalah tanaman hortikultura sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman berupa buah, berumur kurang dari setahun, tidak berbentuk pohon/rumpun, tetapi menjalar dan berbatang lunak. Pada Tabel 2.1 menunjukkan produksi sayuran dan buah-buahan semusim, bawang merah masih menjadi komoditas dengan produksi tertinggi dibanding komoditas lain di Jawa Timur setiap tahunnya dari tahun 2010 sampai dengan 2016, yaitu sebesar 277 ribu ton pada tahun Produksi terbesar selanjutnya yaitu cabe rawit sebesar 250 ribu ton, kentang 212 ribu ton, kubis sebesar 199 ribu ton dan semangka 153 ribu ton. Tidak heran jika komoditas bawang merah dan cabe rawit mempunyai nilai produksi yang tinggi, karena komoditas ini sebagai bumbu dasar untuk setiap masakan, sehingga Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

32 permintaan komoditas tersebut selalu tinggi setiap saat. Jika persediaan tidak ada sedangkan permintaan selalu ada maka akan membuat harga komoditas ini melejit tinggi, sehingga sangat menguntungkan bagi petani. Jika dilihat dari luas panennya pada Tabel 2.2, maka cabe rawit dan bawang merah mempunyai luas panen terbesar, masing-masing sebesar 53,8 ribu hektar dan 30,8 ribu hektar. Luas panen terbesar selanjutnya adalah cabe besar yaitu sebesar 14,4 ribu hektar. Pada Tabel 2.3 tentang produktivitas sayuran dan buah-buahan semusim selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2016, komoditas paprika mempunyai produktivitas terbesar dibanding komoditas lain yaitu sebesar 106,94 ton per hektar. Produktivitas terbesar selanjutnya adalah labu siam sebesar 52,21 ton per hektar, melon sebesar 20,85 ton per hektar. Untuk cabe rawit dan bawang merah yang mempunyai produksi terbesar mempunyai produktivitas masing-masing sebesar 4,84 ton per hektar dan 8,42 ton per hektar. Produktivitas bawnag merah sendiri mengalami penurunan sebesar 0,6 ton per hektar, sedangkan cabe rawit mengalami kenaikan sebesar 0,2 ton per hektar. Pada Gambar 3 dapat diketahui produktivitas tanaman sayuran semusim khusus untuk komoditas cabe rawit, kentang dan bawang merah pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, terlihat bahwa produktivitas cabe rawit dan kentang cenderung meningkat, namun untuk bawang merah menurun. Gambar 4. Produktivitas Tanaman Sayuran Semusim Jawa Timur, Tahun (ton/hektar) Cabe Rawit Kentang Bawang Merah Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

33 Tanaman buah-buahan tahunan ada yang berupa pohon dan rumpun, diantaranya yang berupa pohon adalah alpukat, belimbing, durian dan lain-lain, sedangkan yang berupa rumpun adalah nanas, pisang dan salak. Tanaman buah-buahan tahunan dikelompokkan dalam 3 jenis yaitu jenis tanaman tidak berumpun dan dipanen sekaligus (duku, manga, manggis, rambutan, dan sukun); jenis tanaman tidak berumpun dan dipanen berulangkali atau lebih dari satu kali dalam satu musim (alpukat, belimbing, jambu biji, jeruk siam, jeruk besar, markisa, nangka, papaya, sawo, sirsak, apel dan durian); dan jenis tanaman berumpun dan dipanen terus menerus (nanas, pisang dan salak). Pada tahun 2016, jenis tanaman buah-buahan yang tidak berumpun dan dipanen sekaligus, produksi terbesar adalah tanaman mangga yaitu mencapai 655 ribu ton (Tabel 2.6). Namun hasil tersebut masih lebih rendah dibanding produksi tahun 2015 yang mencapai angka lebih dari 806 ribu ton. Penurunan tersebut disebabkan jumlah tanaman yang menghasilkan pada tahun 2016 sebanyak 6,9 juta pohon, lebih sedikit dari jumlahnya di tahun 2015 yang mencapai lebih dari 7,98 juta pohon atau terjadi penurunan sebesar 12,47 persen. Disisi lain, produktivitas tanaman mangga di tahun 2016 yang mencapai 93,86 kg per pohon juga lebih kecil produktivitas tahun 2015 yang mencapai angka lebih dari 100 kg per pohon. Pada tahun 2016, jenis tanaman tidak berumpun dan dipanen berulangkali atau lebih dari satu kali dalam satu musim, produksi terbesar adalah tanaman jeruk siam/keprok mencapai 837 ribu ton, dengan jumlah tanaman menghasilkan meningkat dibanding tahun 2015 sebesar 71 persen yaitu sebanyak 10,3 juta pohon. Walaupun mempunyai produksi yang tinggi, namun secara produktivitas komoditas jeruk siam mengalami penurunan produktivitas yang sangat signifikan yaitu sebesar 51 kg per pohon menjadi 28 kg per pohon. Untuk jenis tanaman berumpun dan dipanen terus menerus, produksi terbesar di tahun 2016 adalah komoditas pisang sebanyak 1,87 juta ton. Produksi yang besar ini ditunjang dengan jumlah pohon yang banyak pula yaitu 19,89 juta pohon. Namun produktivitas mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya sekitar 51 kg per pohon. Lihat Tabel 2.8. Pada gambar 4 menunjukkan produksi tanaman buah-buahan tahunan Jawa Timur tahun 2011 sampai dengan 2016, untuk komoditas pisang, mangga, jeruk siam, papaya, dan apel. Nampak bahwa komoditas pisang dan jeruk siam mengalami peningkatan sampai dengan tahun Sedangkan untuk komoditas mangga, papaya dan apel cenderung stabil. Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

34 ,000 Gambar 5. Produksi Tanaman Buah-buahan Tahunan Jawa Timur, Tahun (Ribu Ton),500, Jeruk siam/keprok Mangga Pisang Pepaya Apel Pada Tabel 2.11 menunjukkan produksi tanaman obat di Jawa Timur selama 6 tahun terakhir. Sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya dimana komoditas jahe mempunyai nilai produksi paling besar dibanding komoditas tanaman biofarmaka lainnya yaitu sebesar 100,9 juta kilogram, dengan luas panen sebesar 32,7 hektar (Tabel 2.12). Tanaman hias memiliki berbagai macam manfaat yang belum diketahui banyak orang. Yang mereka tahu hanyalah tanaman hias memiliki manfaat untuk membuat halaman rumah menjadi lebih cantik. Manfaat tanaman hias salah satunya adalah untuk kesehatan seperti Mengurangi debu dalam ruangan, karena tanaman hias menciptakan kelembaban sehingga mampu mengurangi debu dalam ruangan, Tidak membuat mengantuk, tingginya kadar karbondioksida di dalam ruangan bisa membuat ngantuk, lelah dan lesu, namun dengan adanya tanman hias di dalam ruangan mampu menyerap karbondioksida untu melakukan fotosintesis dan lain-lain. Pada Tabel 2.16 menunjukkan produksi tanaman hias di Jawa Timur selama kurun waktu 2010 sampai dengan Tanaman hias mawar adalah komoditas dengan produksi terbesar dibanding tanaman hias lain yaitu sebanyak 138,6 juta pohon. Komoditas terbesar selanjutnya adalah krisan sebanyak 129,8 juta pohon. Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

35 3.4 Sub Sektor Perkebunan Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah, dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Tanaman yang ditanam bukanlah tanaman yang menjadi makanan pokok maupun sayuran, tanaman yang ditanam umumnya berukuran besar dengan waktu penanaman yang relatif lama, antara kurang dari setahun hingga tahunan. Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung volume komoditas yang dihasilkan. Namun, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya. Kepemilikan lahan bukan merupakan syarat mutlak dalam perkebunan, sehingga untuk beberapa komoditas berkembang sistem sewa-menyewa lahan atau sistem pembagian usaha, seperti Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Komoditas perkebunan di Jawa Timur adalah cengkeh, jambu mete, kelapa, kapas, tembakau, tebu, kakao, kopi, teh, karet dan kapuk randu. Pada tahun 2016, ratarata komoditas perkebunan mengalami penurunan, salah satunya adalah tebu yang merupakan komoditas penghasil perkebunan terbanyak diantara komoditas lainnya, mencapai 1,14 juta ton atau mengalami penurunan 5 persen dari tahun sebelumnya. Kemudian produksi kelapa sebesar 260,7 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar 4 persen dibanding tahun 2015, tembakau sebesar 42 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar 58 persen. (Lihat Tabel 3.1). Dipandang dari luas panennya, komoditas kelapa mempunyai luas panen terbesar diantara komoditas perkebunan lain yaitu sebesar 286,4 ribu hektar, nilai ini mengalami penurunan sebesar 1 persen dibanding tahun sebelumnya. Luas panen terbesar selanjutnya adalah tebu sebesar 200,7 ribu hektar dan kopi sebesar 105 ribu hektar. Lihat Tabel 3.2. Jika dilihat dari sisi produktivitasnya, maka komoditas dengan produktivitas tertinggi adalah tebu sebesar 5,16 ton per hektar. Produktivitas terbesar selanjutnya adalah karet sebesar 3,13 ton per hektar dan teh sebesar 1,72 ton per hektar. Sedangkan untuk komoditas lainnya tidak mencapai 1 ton per hektarnya.lihat Tabel 3.3. Daerah penghasil kelapa terbanyak di Jawa Timur adalah Kabupaten Sumenep yang merupakan daerah pantai sebanyak 51 ribu ton, dimana nilai ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2015 sebesar 1,87 persen. Daerah produksi terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Pacitan yang masing-masing Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

36 sebanyak 28 ribu ton dan 24,7 ribu ton. Sedangkan daerah lain menghasilkan kelapa tidak lebih dari 20 ribu ton selama tahun Lihat Tabel 3.8 Sedangkan daerah penghasil tebu terbanyak adalah Kabupaten Malang sebanyak 221 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar 20 persen dibanding tahun Daerah penghasil tebu terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Kediri sebanyak 144 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar 12 persen. Gambar 6. Produksi Tanaman Perkebunan Jawa Timur Tahun dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Jawa Timur Tahun 2016 Produksi (Ribu Ton) 1,500 1, Tebu Kelapa Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Pada tahun 2016, produksi kakao mengalami kenaikan cukup signifikan yaitu sebesar 119 persen menjadi 71 ribu ton. Hal ini disebabkan kenaikan produksi di beberapa daerah seperti Kabupaten Banyuwangi (9,5 ribu ton), Kabupaten Jember (4 ribu ton), Kabupaten Kediri (4,2 ribu ton), dan Kabupaten Lumajang (2,8 ribu ton). Tidak hanya komoditas kakao yang mengalami kenaikan tajam, komoditas kopi pun mengalami hal demikian. Pada tahun 2016, kopi mengalami peningkatan sebesar 117 persen menjadi 132 ribu ton. Daerah penghasil kopi terbesar yaitu Kabupaten Jember (18 ribu ton), Kabupaten Banyuwangi (17,9 ribu ton), dan Kabupaten Malang (17,5 ribu ton) Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

37 3.5 Sub Sektor Peternakan Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut, misalnya untuk pengembakbiakan, penggemukan, pembibitan, pembesaran ternak betina (rearing) dan untuk mendapatkan hasilnya seperti susu atau telur. Ternak dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda, ternak kecil seperti babi, kambing dan domba, dan jenis ungags seperti ayam, itik, dan entok. Peternakan adalah sub sektor pertanian yang juga mempengaruhi stabilitas ketahanan pangan masyarakat. Karena daging yang dihasilkan ternak merupakan lauk pauk untuk makanan sehari-hari, begitu pula dengan telur dan susu. Pada Lampiran Tabel 4.1 menunjukkan produksi peternakan di Jawa Timur, seperti jumlah pemotongan hewan ternak, secara keseluruhan jumlah ternak yang dipotong mengalami peningkatan sebesar hampir 1 juta ekor di tahun 2016 dibanding Komoditas ayam mempunyai jumlah terbanyak yang dilakukan pemotongan yaitu sebesar 232,4 juta ekor, kemudian kambing sebesar 1,09 juta ekpr dan sapi sebesar 476 ribu ekor. Jika dilihat dari produksi dagingnya maka komoditas ayam tetaplah menduduki nilai terbesar diantara komoditas lainnya yaitu sebesar 284,5 juta kilogram selama tahun Nilai ini meningkat sebesar 6 persen dibanding 2015 atau sebesar 15,2 juta kilogram. Produksi daging terbesar selanjutnya adalah sapi potong sebesar 101,7 juta kilogram selama tahun 2016 atau mengalami peningkatan sebesar 13 persen atau 11,6 juta kilogram dibanding tahun sebelumnya. Ternak penghasil telur adalah ayam, itik dan entok. Telur terbanyak dihasilkan oleh ayam dengan nilai sebesar 466,6 juta kilogram atau meningkat sebesar 14 persen dibanding tahun sebelumnya. Secara keseluruhan populasi ternak di Jawa Timur pada tahun 2016 mengalami kenaikan yaitu dari 284,38 juta ekor menjadi 298,22 juta ekor atau naik sebesar 3,32 persen. Populasi sapi potong mengalami kenaikan dari 4,27 juta ekor menjadi 4,41 juta ekor atau naik 3,29 persen dibanding tahun sebelumnya, sama halnya dengan populasi tahun 2015 dimana tahun 2016 ini masih dibawah populasi sapi potong tahun 2012 yang hampir mencapai 5 juta ekor. Populasi sapi perah juga mengalami kenaikan menjadi 265 ribu ekor, sedangkan populasi kerbau mengalami penurunan sebesar 1,76 persen. Lihat Tabel 4.3. Populasi sapi potong tertinggi berada di Kabupaten Sumenep dengan jumlah sapi potong sebanyak ekor, kemudian Kabupaten Tuban dan Probolinggo yaitu Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

38 masing-masing sebanyak ekor dan ekor. Diantara wilayah perkotaan di Jawa Timur yang memiliki populasi sapi potong terbanyak adalah Kota Probolinggo yaitu ekor. Populasi sapi perah terbanyak berada di Kabupaten Pasuruan yang terus mengalami kenaikan jumlah sejak tahun 2013 yaitu dari ekor menjadi ekor di tahun Selanjutnya adalah Kabupaten Malang yang mencapai ekor, sehingga dapat dikatakan bahwa lebih dari 60 persen sapi perah berasal dari kedua daerah tersebut yaitu Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang. Kemudian populasi kerbau dan kuda terbanyak berasal dari Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Lumajang dengan jumlah masing-masing ekor dan ekor. Lihat Tabel 4.7. Gambar 7. Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Ternak Unggas Jawa Timur, Tahun 2016 (Ribu Ekor) Ternak Besar Ternak Kecil Ternak Unggas Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur 200, , ,000 50,000 0 Populasi ternak kecil (babi, kambing, domba) mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya dengan persentase kenaikan tertinggi yaitu populasi babi sebesar 12,65 persen kemudian domba (6,86 persen) dan kambing (3,19 persen). Populasi babi terbanyak berada di Kabupaten Malang ( ekor) dan Kabupaten Tulungagung ( ekor). Populasi domba terbanyak berasal dari Kabupaten Bojonegoro yang terus mengalami peningkatan selama kurun waktu lima tahun terakhir hingga mencapai ekor pada tahun Kemudian populasi domba terbanyak berada di Kabupaten Tuban ( ekor) dan Lamongan ( ekor). Populasi kambing menyebar di beberapa Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

39 wilayah Jawa Timur yaitu sebagian besar berada di Kabupaten Trenggalek ( ekor), kemudian Kabupaten Malang ( ekor) dan Ponorogo ( ekor). Sapi Potong Populasi unggas tahun 2016 didominasi oleh ayam ras pedaging yaitu sebanyak 200,896 juta ekor, hal tersebut sejalan dengan kondisi masyarakat Jawa Timur yang memiliki kecenderungan mengkonsumsi ayam ras pedaging dibanding ayam bukan ras karena harganya relatif lebih terjangkau. Daerah dengan jumlah ayam ras pedaging terbanyak adalah Kabupaten Lamongan sebanyak 47,68 juta ekor, kemudian Kabupaten Malang (28,34 juta ekor). Populasi ayam ras petelur tahun 2016 mencapai 45,88 juta ekor yang sebagian besar berada di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri dengan jumlah masing-masing 15,21 juta ekor dan 8,096 juta ekor. Populasi ayam bukan ras mencapai 36,49 juta ekor dimana Kabupaten Tulungagung merupakan daerah terbanyak dengan jumlah 3,19 juta ekor. 101,729 Gambar 8. Produksi Daging Jawa Timur, Tahun 2016 (Ton) ,580 17,950 7,291 Kerbau Kuda Babi Kambing Domba Ayam Bukan Ras 31,567 33, ,833 Ayam Ras Ayam Ras Petelur Pedaging Itik 7,386 Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Pada Tabel 4.15 menunjukkan produksi daging sapi potong di Jawa Timur, dimana daging sapi potong terbanyak berada di Kota Surabaya sebanyak ton atau naik 60,01 persen dibanding tahun Produksi daging yang terbanyak berikutnya berada di Kabupaten Sidoarjo (7.218 ton) dan Kabupaten Tuban (6.127 ton). Sedangkan produksi daging sapi terendah berada di Kota Madiun (101 ton) dan Kota Batu (387 ton). Produksi daging kerbau kembali menurun di tahun 2016 sebesar 0,32 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu menjadi 93 ton. Walaupun demikian hal tersebut Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

40 menunjukkan bahwa daging kerbau masih diminati oleh sebagian masyarakat Jawa Timur sebagai konsumsi. Produksi daging kerbau terbesar di Jawa Timur adalah Kabupaten Lumajang sebesar 39,6 ribu kilogram, kemudian adalah Kabupaten Tulungagung sebesar 19,9 ribu kilogram, dan Kabupaten Malang sebesar 13,1 ribu kilogram. Lihat Tabel Produksi daging kambing mengalami kenaikan dari ton di tahun 2015 menjadi ton di tahun Daerah dengan produksi daging kambing terbanyak adalah Kabupaten Tulungagung yang mencapai 1,85 juta kilogram, Kabupaten Gresik sebesar 1,59 ribu kilogram, Kabupaten Blitar sebesar 1,44 ribu kilogram, dan Kabupaten Trenggalek sebesar 1,02 ribu kilogram. Sedangkan kabupaten lain hanya menghasilkan daging kambing tidak lebih dari 1 juta kilogram selama tahun Lihat Tabel Produksi daging unggas terbanyak adalah dari ayam ras pedaging sebesar 219,8 juta kilogram. Selanjutnya adalah ayam ras petelur sebesar 33,1 juta kilogram dan ayam bukan ras sebesar 31,57 juta kilogram. Lihat Tabel Tabel 4.4 menunjukkan produksi telur terbanyak, tentunya ayam ras petelur adalah penghasil telur terbanyak yaitu sebesar 445, 79 juta kilogram. Kemudian itik sebesar 36, 8 juta kilogram dan ayam buras sebesar 20,76 juta kilogram. Produksi telur ayam ras petelur paling besar berada di Kabupaten Blitar (154, 25 juta kilogram) dan Kabupaten Kediri (82 juta kilogram). Ternak penghasil susu di Jawa Timur adalah sapi perah dan kambing perah. Produksi susu dari sapi perah tahun 2016 mencapai 492, 46 juta kilogram dengan daerah penghasil terbesar masih didominasi oleh Kabupaten Pasuruan yaitu sebanyak 169,58 juta kilogram dan Kabupaten Malang sebesar 136,3 juta kilogram. Produksi susu kambing perah di Jawa Timur mencapai ton, walaupun tidak sebesar hasil produksi susu sapi perah namun susu kambing perah mulai dinikmati oleh masyarakat Jawa Timur. Kurangnya minat masyrakat terhadap susu kambing perah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyrakat mengenai manfaat susu kambing yang tidak kalah bagusnya dengan susu sapi perah, selain itu juga pemasaran susu kambing yang masih kurang memadai di Jawa Timur. Lihat Tabel 4.5. Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

41 3.6 Sub Sektor Perikanan Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Di Indonesia, menurut UU RI no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam perikanan dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan dapat dianggap merupakan usaha agribisnis. Pada umumnya perikanan dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan pangan bagi manusia. Produksi perikanan terdiri dari produksi perikanan tangkap dan produksi perikanan budidaya. Produksi perikanan tangkap terdiri dari penangkapan perikanan laut dan perikanan perairan umum. Produksi perikanan budidaya terdiri dari perikanan laut, perikanan tambak, perikanan kolam, perikanan keramba, perikanan jaring apung dan perikanan sawah. Hasil produksi perikanan tangkap perikanan laut sebesar 390,3 ribu ton (meningkat 1,43 persen dari tahun sebelumnya), begitu pula dengan perikanan tangkap perairan umum meningkat dibanding tahun 2015 dari 9,9 ribu ton menjadi 17,5 ribu ton. Tabel 5.1. Budidaya Perikanan Tambak, 214,025 Gambar 9. Produksi Perikanan di Jawa Timur Tahun 2016 (Ton) Budidaya Budidaya Perikanan Kolam, Perikanan 229,401 Keramba, 1,599 Perikanan Budidaya Laut, 640,819 Perikanan Tangkap Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur Perikanan Laut, 390,269 Perikanan Japung, 11,554 Perikanan Perairan Umum, 17,545 Pada Tabel 5.1 juga menunjukkan produksi perikanan melalui budidaya dimana produksi perikanan budidaya masih didominasi oleh budidaya laut dengan total produksi Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

42 Jawa Timur tahun 2016 sebesar 640 ribu ton, kemudian budidaya perikanan kolam sebesar 229 ribu ton dan budidaya tambak 214 ribu ton. Produksi perikanan tangkap perikanan laut di Jawa Timur pada tahun 2016 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya sebesar 1 persen menjadi 390 ribu ton. Pada tahun 2016 ini, produksi terbanyak dari Kabupaten Lamongan sebesar 73 ribu ton, Kabupaten Banyuwangi sebesar 50 ribu ton dan Kabupaten Sumenep sebesar 46,7 ribu ton. Lihat Tabel 5.3. Sedangkan produksi perikanan tangkap perairan umum di Jawa Timur pada tahun 2016 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya sebesar 76,6 persen menjadi 17,5 ribu ton. Kabupaten penghasil perikanan tangkap perairan umum terbesar adalah Kabupaten Banyuwangi sebesar 7,9 ribu ton. Pada Tabel 5.5 menunjukkan produksi perikanan tambak di Jawa Timur, dimana tahun 2016 mengalami peningkatan 3,89 persen menjadi 214 ribu ton. Daerah produksi budidaya tambak terbesar adalah Kabupaten Sidoarjo mencapai 74,9 ribu ton, Kabupaten Sidoarjo tetap memiliki sumbangan terbesar terhadap hasil produksi budidaya tambak di Jawa Timur. Daerah selanjutnya adalah Kabupaten Gresik yang mengalami kenaikan 2,21 persen menjadi 50,8 ribu ton. Produksi budidaya kolam tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 9,13 persen dibanding tahun sebelumnya, walaupun kenaikannya tidak setinggi tahun 2014 namun bisa dikatakan budidaya kolam mengalami peningkatan dari segi produksinya. Daerah produksi budidaya kolam yang tertinggi berada di Kabupaten Gresik sebesar 56,9 ribu ton atau mengalami kenaikan 17,91 persen dari tahun Kemudian Kabupaten Tulungagung (36,6 ribu ton) juga mengalami kenaikan sebesar 5,48 persen. Lihat Tabel 5.6. Daerah produksi perikanan budidaya laut tertinggi masih didominasi oleh Kabupaten Sumenep selama lima tahun terakhir dengan total produksi yang bisa dicapai sebesar 624 ribu ton, dapat dikatakan bahwa sekitar 97 persen dari total produksi budidaya laut di Jawa Timur berasal dari Kabupaten Sumenep. Hal ini bias dilihat pada Lampiran Tabel 5.8. Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur

43 Tabel 1.30 LQ Sub sektor tanaman pangan (Padi dan Palawija) Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun Kabupaten/Kota Padi Jagung Kacang Tanah Ubi Jalar Ubi Kayu Kedelai Kacang Hijau (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01. Kab. Pacitan Kab. Ponorogo Kab. Trenggalek Kab. Tulungagung Kab. Blitar Kab. Kediri Kab. Malang Kab. Lumajang Kab. Jember Kab. Banyuwangi Kab. Bondowoso Kab. Situbondo Kab. Probolinggo Kab. Pasuruan Kab. Sidoarjo Kab. Mojokerto Kab. Jombang Kab. Nganjuk Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. N g a w i Kab. Bojonegoro Kab. T u b a n Kab. Lamongan Kab. Gresik Kab. Bangkalan Kab. Sampang Kab. Pamekasan Kab. Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur

44 Tabel 2.1. Produksi Sayuran dan Buah-buahan Semusim di Jawa Timur Tahun (Ton) Jenis Tabama (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 BAWANG MERAH 203, , , , , , , BAWANG PUTIH 1,412 1, BAWANG DAUN 82,872 87, , , ,697 79,003 91, KENTANG 115,423 85, , , , , , KUBIS 181, , , , , , , KEMBANG KOL 11,921 22,562 22,436 25,044 10,318 6,211 11, PETSAI/SAWI 41,111 59,373 47,158 36,929 39,399 39,289 44, WORTEL 53, ,239 90,583 66,193 48,844 48,589 59, LOBAK KACANG MERAH KACANG PANJANG 40,092 36,851 36,884 37,161 38,348 32,297 32, CABE BESAR 71,565 73,674 99, , ,022 91,135 95, CABE RAWIT 142, , , , , , , PAPRIKA , ,065 1,916 1, TOMAT 56,342 67,644 62,018 63,430 64,851 59,180 60, TERUNG 39,132 42,762 47,839 49,657 71,114 62,483 48, BUNCIS 26,704 33,853 27,087 30,188 30,469 28,542 26, KETIMUN 35,931 34,456 34,988 33,581 34,045 34,326 34, LABU SIAM 18,283 14,611 16,467 21,674 23,063 25,902 22, KANGKUNG 16,067 23,815 18,782 17,421 35,219 14,140 17, BAYAM 5,707 5,265 6,342 5,327 5,057 5,307 6, MELON 42,678 41,320 55,669 48,100 57,681 53,314 47, SEMANGKA 96, , , , , , , BLEWAH 20,125 42,260 39,343 12,535 17,774 15,669 13, STROBERI Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur

45 Tabel 2.2. Luas Panen Sayuran dan Buah-buahan Semusim di Jawa Timur Tahun (Hektar) Jenis Tabama (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 BAWANG MERAH 26,507 20,940 22,323 26,030 30,652 30,783 30, BAWANG PUTIH BAWANG DAUN 7,881 9,449 10,964 9,318 8,725 8,124 8, KENTANG 8,561 6,563 10,391 11,688 11,277 11,889 11, KUBIS 9,993 9,748 9,922 8,793 7,979 9,272 9, KEMBANG KOL 1,023 1,852 1,893 1, PETSAI/SAWI 4,794 5,904 5,134 3,848 3,821 3,930 3, WORTEL 3,597 7,198 4,903 3,993 2,473 2,480 2, LOBAK KACANG MERAH KACANG PANJANG 6,899 6,534 6,159 5,812 5,638 5,093 5, CABE BESAR 13,894 14,672 14,074 13,457 13,868 14,435 14, CABE RAWIT 43,812 47,275 49,111 50,657 51,212 53,783 53, PAPRIKA TOMAT 4,439 4,860 4,663 4,757 4,555 4,390 4, TERUNG 3,265 3,668 3,699 3,735 3,879 3,738 3, BUNCIS 1,900 2,295 2,450 2,123 2,208 2,028 2, KETIMUN 2,759 2,792 2,616 2,408 2,436 2,310 2, LABU SIAM KANGKUNG 5,643 7,420 5,367 4,758 4,310 2,544 2, BAYAM 2,719 2,713 2,532 1,905 2,397 2,099 2, MELON 2,238 2,080 2,506 2,217 2,757 2,617 2, SEMANGKA 5,187 6,546 7,834 7,624 8,841 9,808 9, BLEWAH 1,773 3,261 2,364 1,431 1,799 2,083 2, STROBERI Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur

46 Tabel 2.3. Produktivitas Sayuran dan Buah-buahan Semusim di Jawa Timur Tahun (Ton/Hektar) Jenis Tabama (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 BAWANG MERAH BAWANG PUTIH BAWANG DAUN KENTANG KUBIS KEMBANG KOL PETSAI/SAWI WORTEL LOBAK KACANG MERAH KACANG PANJANG CABE BESAR CABE RAWIT PAPRIKA TOMAT TERUNG BUNCIS KETIMUN LABU SIAM KANGKUNG BAYAM MELON SEMANGKA BLEWAH STROBERI Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur

47 Tabel 2.4. Indeks Berantai Produksi Sayuran dan Buah-buahan Semusim di Jawa Timur Tahun Jenis Tabama (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 BAWANG MERAH BAWANG PUTIH BAWANG DAUN KENTANG KUBIS KEMBANG KOL PETSAI/SAWI WORTEL LOBAK KACANG MERAH KACANG PANJANG CABE BESAR CABE RAWIT PAPRIKA TOMAT TERUNG BUNCIS KETIMUN LABU SIAM KANGKUNG BAYAM MELON SEMANGKA BLEWAH STROBERI Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur

48 Tabel 2.5. Indeks Berantai Luas Panen Sayuran dan Buah-buahan Semusim di Jawa Timur Tahun Jenis Tabama (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 BAWANG MERAH BAWANG PUTIH BAWANG DAUN KENTANG KUBIS KEMBANG KOL PETSAI/SAWI WORTEL LOBAK KACANG MERAH KACANG PANJANG CABE BESAR CABE RAWIT PAPRIKA TOMAT TERUNG BUNCIS KETIMUN LABU SIAM KANGKUNG BAYAM MELON SEMANGKA BLEWAH STROBERI Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur

49 Tabel 2.6. Produksi Sayuran dan Buah-buahan Tahunan di Jawa Timur Tahun (Ton) Jenis Tabama (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Alpukat 44,540 46,371 50,101 53,593 54,687 78,124 72, Belimbing 17,268 22,811 28,294 31,941 30,690 54,000 38, Duku/Langsat 9,574 4,090 7,014 7,162 7,516 12,707 10, Durian 87, , , , , , , Jambu Biji 17,709 18,481 19,643 22,148 26,590 28,339 30, Jambu Air 8,716 9,825 13,713 13,641 14,918 14,110 10, Jeruk Siam/Keprok 267, , , , , , , Jeruk Besar 22,531 12,967 27,709 20,793 23,678 15,160 19, Mangga 416, , , , , , , Manggis 11,238 11,535 8,392 14,418 9,605 29,748 19, Nangka/Cempedak 81, , , , , , , Nenas 72,404 40, , , , ,303 65, Pepaya 202, , , , , , , Pisang 921,964 1,188,926 1,362,881 1,527,375 1,336,685 1,629,437 1,865, Rambutan 64, , ,998 89, , ,148 97, Salak 72, ,722 76,356 58,779 66, ,020 73, Sawo 7,640 9,777 10,694 9,535 12,400 12,100 11, Markisa/Konyal Sirsak 8,107 8,855 10,548 9,789 12,619 14,250 14, Sukun 9,736 9,180 10,286 9,857 10,345 12,655 13, Apel 190, , , , , , , Anggur Melinjo 22,981 26,869 24,238 22,273 23,936 26,972 25, Petai 26,472 38,292 47,157 55,468 58,494 61,998 48, Jengkol , Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan: Untuk tanaman Nenas, Pisang, dan Salak, satuan tanaman yang menghasilkannya adalah rumpun

50 Tabel 2.7. Tanaman yang Menghasilkan Sayuran dan Buah-buahan Tahunan di Jawa Timur Tahun (Pohon) Jenis Tabama (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Alpukat 541, , , , , ,734 68, Belimbing 238, , , , , , , Duku/Langsat 101,291 52, , , , , , Durian 751, , ,317 1,077,487 1,079,854 1,481,581 1,520, Jambu Biji 365, , , , , , , Jambu Air 150, , , , , , , Jeruk Siam/Keprok 3,050,221 3,418,577 3,616,373 4,389,128 5,792,012 6,046,442 10,338, Jeruk Besar 370, , , , , , , Mangga 4,609,019 7,653,238 7,654,726 9,895,837 10,281,980 7,980,809 6,985, Manggis 106, , , , , , , Nangka/Cempedak 854,683 1,064,798 1,172,272 1,054,292 1,036,360 1,089, , Nenas 26,106,846 15,360, ,325, ,627, ,123,308 69,969,069 18,100, Pepaya 2,039,787 3,113,327 2,965,960 2,690,870 2,184,184 1,923,691 2,026, Pisang 15,509,591 19,312,613 21,343,126 19,593,942 21,570,111 20,939,906 19,894, Rambutan 1,100,198 1,899,114 1,216,515 1,221,090 1,859,787 1,920,448 1,492, Salak 3,833,909 4,659,687 3,979,430 2,826,821 2,960,151 3,445,504 3,343, Sawo 65,447 93,588 90,681 81,798 91,368 97,746 96, Markisa/Konyal 3,112 3,550 2,695 10,588 8,483 7,835 6, Sirsak 187, , , , , , , Sukun 104,556 79,541 87,876 97,432 97,886 91, , Apel 3,119,324 3,033,356 3,471,148 3,040,832 2,256,876 2,351,662 2,466, Anggur 11,538 12,530 7,878 10,140 11,397 9,395 8, Melinjo 545, , , , , , , Petai 406, , , , , , , Jengkol 13,093 11,986 4, ,973 3,179 1,302 Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan: Untuk tanaman Nenas, Pisang, dan Salak, satuan tanaman yang menghasilkannya adalah rumpun

51 Tabel 2.8. Produktivitas Sayuran dan Buah-buahan Tahunan di Jawa Timur Tahun (Kg/Pohon) Jenis Tabama (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Alpukat Belimbing Duku/Langsat Durian Jambu Biji Jambu Air Jeruk Siam/Keprok Jeruk Besar Mangga Manggis Nangka/Cempedak Nenas Pepaya Pisang Rambutan Salak Sawo Markisa/Konyal Sirsak Sukun Apel Anggur Melinjo Petai Jengkol Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan: Untuk tanaman Nenas, Pisang, dan Salak, satuannya adalah ton/rumpun

52 Tabel 2.9. Indeks Berantai Produksi Sayuran dan Buah-buahan Tahunan di Jawa Timur Tahun (Ton) Jenis Tabama (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Alpukat Belimbing Duku/Langsat Durian Jambu Biji Jambu Air Jeruk Siam/Keprok Jeruk Besar Mangga Manggis Nangka/Cempedak Nenas Pepaya Pisang Rambutan Salak Sawo Markisa/Konyal Sirsak Sukun Apel Anggur Melinjo Petai Jengkol Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan: Untuk tanaman Nenas, Pisang, dan Salak, satuan tanaman yang menghasilkannya adalah rumpun

53 Tabel Indeks Berantai Luas Panen Sayuran dan Buah-buahan Tahunan di Jawa Timur Tahun (Ton) Jenis Tabama (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Alpukat Belimbing Duku/Langsat Durian Jambu Biji Jambu Air Jeruk Siam/Keprok Jeruk Besar Mangga Manggis Nangka/Cempedak Nenas Pepaya Pisang Rambutan Salak Sawo Markisa/Konyal Sirsak Sukun Apel Anggur Melinjo Petai Jengkol Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan: Untuk tanaman Nenas, Pisang, dan Salak, satuan tanaman yang menghasilkannya adalah rumpun

54 Tabel Produksi Tanaman Obat di Jawa Timur Tahun (Kg) Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Jahe 18,444,867 14,564,262 17,464,640 44,263,473 81,081,205 77,541, ,993, Laos/Lengkuas 6,649,374 6,788,820 7,837,763 13,281,811 7,219,858 10,211,388 11,562, Kencur 3,933,832 2,814,569 3,466,490 4,310,014 3,714,419 4,839,165 5,185, Kunyit 23,179,732 22,943,433 22,031,126 30,521,628 24,348,111 37,503,966 33,326, Lempuyang 2,586,388 3,630,661 1,894,042 3,538,217 1,924,338 4,252,906 2,126, Temulawak 11,123,355 10,935,780 8,316,896 12,150,662 7,887,423 14,076,557 11,206, Temuireng 2,564,063 4,283,196 1,666,421 4,077,464 1,535,538 3,369,082 1,805, Temukunci 1,910,061 1,846,612 2,093,774 4,029,976 1,453,708 2,670,241 1,713, Dringo/Dlingo 47,959 43,606 23,125 32,463 63, ,861 73, Kapulaga 247, , , , ,723 2,550,335 2,778, Mengkudu/Pace*) 5,304,467 5,866,862 3,473,993 2,636,831 2,924,776 1,398,357 1,553, Mahkota Dewa*) 632,821 1,440, , , , , , Kejibeling 308, ,049 91,307 34,305 26,470 34,598 22, Sambiloto 3,069,697 2,611, ,086 1,278, ,231 1,581, , Lidah Buaya 249, , , , , , ,835 Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) satuan luas panen dalam pohon

55 Tabel Luas Panen Tanaman Obat di Jawa Timur Tahun (m2) Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Jahe 15,725,694 11,331,178 11,391,443 19,296,308 42,139,278 53,042,350 32,715, Laos/Lengkuas 3,430,177 3,163,864 3,321,527 4,493,694 3,164,878 4,757,734 6,250, Kencur 3,372,488 2,507,333 2,403,460 2,528,561 2,535,327 3,722,555 3,821, Kunyit 11,861,740 11,147,204 16,043,917 16,272,715 15,259,012 24,208,261 22,534, Lempuyang 1,685,613 1,966,073 1,624,078 2,017,732 1,111,707 3,206,223 1,602, Temulawak 5,867,925 5,291,325 6,203,118 6,267,872 4,760,428 8,357,010 6,501, Temuireng 1,344,994 1,205,405 1,093,238 2,215, ,087 2,456,651 1,478, Temukunci 1,292,275 1,068,942 1,183,685 2,234,211 1,101,811 2,383,691 1,386, Dringo/Dlingo 20,740 19,920 29,562 39,577 28, , , Kapulaga 94, , , , ,660 1,919, , Mengkudu/Pace*) 349,413 2,001,624 57,933 68,571 32, , , Mahkota Dewa*) 17,722 27,509 18,089 14,572 11,829 23,199 8, Kejibeling 84,436 62,123 36,166 12,509 7,147 18,475 8, Sambiloto 1,309,798 1,027, ,661 1,446, ,310 1,648, , Lidah Buaya 51,354 12,125 29, ,911 18,226 36,901 35,621 Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) satuan luas panen dalam pohon

56 Tabel Produktivitas Tanaman Obat di Jawa Timur Tahun (Kg/m2) Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Jahe Laos/Lengkuas Kencur Kunyit Lempuyang Temulawak Temuireng Temukunci Dringo/Dlingo Kapulaga Mengkudu/Pace*) Mahkota Dewa*) Kejibeling Sambiloto Lidah Buaya Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) satuan produktivitas dalam kg/pohon

57 Tabel Indeks Berantai Produksi Tanaman Obat di Jawa Timur Tahun Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Jahe Laos/Lengkuas Kencur Kunyit Lempuyang Temulawak Temuireng Temukunci Dringo/Dlingo Kapulaga Mengkudu/Pace*) Mahkota Dewa*) Kejibeling Sambiloto Lidah Buaya Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur

58 Tabel Indeks Berantai Luas Panen Tanaman Obat di Jawa Timur Tahun Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Jahe Laos/Lengkuas Kencur Kunyit Lempuyang Temulawak Temuireng Temukunci Dringo/Dlingo , Kapulaga , Mengkudu/Pace*) Mahkota Dewa*) Kejibeling Sambiloto Lidah Buaya Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur

59 Tabel Produksi Tanaman Hias di Jawa Timur Tahun Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Anggrek 3,430,362 1,952,960 2,483,618 2,890,127 2,440,221 3,879,651 3,705, Anthurium Bunga 3,603,618 2,071,540 1,478, , , , , Anyelir 1,204, , , , , , , Gerbera (Herbras) 166, , , , , , , Gladiol 291, , , , , , , Heliconia (Pisang-pisangan) 118,857 82, ,784 43,078 36,327 86,896 46, Krisan 43,490,166 51,005,632 57,126,398 65,675,925 88,165, ,135, ,829, Mawar 26,735,833 27,372,750 27,528,210 99,175, ,610, ,020, ,569, Sedap Malam 41,949,836 46,279,671 56,123,387 59,854,971 62,526,940 65,161,499 69,458, Dracaena *) 361, , ,095 77,769 58,154 98,749 53, Melati **) 1,517,393 1,634,003 1,673,313 1,437,485 1,643,166 2,674,237 2,722, Palem *) 307, , , , , , , Aglonema *) 303, , , , , , , Adenium (Kamboja Jepang) *) 1,074, , , ,509 60, , , Euphorbia *) 525, , , ,251 46,355 46,333 39, Phylodendron *) 1,450,027 1,337,187 1,371,957 1,479,879 1,577,486 2,064,962 2,046, Pakis *) 68,037 55, ,564 35,757 29,013 37,546 47, Monstera *) 8,636 12,861 19,932 14,025 5,764 4,617 3, Soka (Ixora) *) 84,138 55,063 91,901 40,903 38, ,762 65, Cordyline *) 76,137 81,128 30,131 23,901 24,758 25,444 31, Diffenbahia *) 92, ,535 22,239 40,489 32,372 30,531 35, Sansevieria (Pedangpedangan) ***) 740,148 2,606,626 3,500, , , , , Anthurium Daun *) 171,470 95, , ,811 46,705 57,393 89, Caladium *) 71,250 81,340 38,102 38,766 36,580 41,031 64,827 Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) satuan luas panen dalam pohon

60 Tabel Luas Panen Tanaman Hias di Jawa Timur Tahun Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Anggrek 519, , , , , , , Anthurium Bunga 174, , ,824 39,473 39,679 41,509 25, Anyelir 67,399 22,653 41,041 35,804 30,253 25,634 22, Gerbera (Herbras) 11,942 9,576 12,493 14,320 13,941 14,408 14, Gladiol 15,392 12,948 20,491 17,927 15,637 18,799 16, Heliconia (Pisang-pisangan) 35,002 23,007 17,159 11,468 14,906 13,543 15, Krisan 7,972,876 4,493,307 4,595,049 3,908,948 3,965,112 5,741,853 6,318, Mawar 4,341,892 1,193,753 1,171,723 1,957,272 2,081,125 2,096,036 2,010, Sedap Malam 1,556,878 1,913,965 1,967,612 2,460,126 1,290,681 1,271,809 2,052, Dracaena *) 47,689 13,657 11,738 14,110 11,505 9,231 5, Melati **) 373, , , , , , , Palem *) 213, , , , , , , Aglonema *) 37,878 17,977 18,384 26,657 21,016 18,682 16, Adenium (Kamboja Jepang) *) 124,679 55,701 30,253 39,336 30, ,130 38, Euphorbia *) 99,040 48,957 25,506 28,656 16,844 14,679 12, Phylodendron *) 72,544 50,674 99,799 92,023 93, , , Pakis *) 10,311 5,155 7,805 3,426 27,925 36,268 45, Monstera *) 3,297 3,298 5,953 3,689 1,643 1, Soka (Ixora) *) 25,218 8,006 7,976 8,004 25,655 41,746 35, Cordyline *) 9,185 7,233 3,059 3,996 4,952 6,435 7, Diffenbahia *) 15,855 15,627 4,556 4,907 3,184 3,781 4, Sansevieria (Pedangpedangan) ***) 110,661 95, ,360 67,768 49,116 51,026 36, Anthurium Daun *) 59,963 33,591 34,801 26,856 15,821 10,011 17, Caladium *) 12,542 11,208 9,606 4,970 8,498 12,055 14,067 Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) satuan luas panen dalam pohon

61 Tabel Produktivitas Tanaman Hias di Jawa Timur Tahun Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Anggrek Anthurium Bunga Anyelir Gerbera (Herbras) Gladiol Heliconia (Pisang-pisangan) Krisan Mawar Sedap Malam Dracaena *) Melati **) Palem *) Aglonema *) Adenium (Kamboja Jepang) *) Euphorbia *) Phylodendron *) Pakis *) Monstera *) Soka (Ixora) *) Cordyline *) Diffenbahia *) Sansevieria (Pedang-pedangan) ***) Anthurium Daun *) Caladium *) Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) satuan luas panen dalam pohon

62 Tabel 2.19 Indeks Berantai Produksi Tanaman Hias di Jawa Timur Tahun Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Anggrek Anthurium Bunga Anyelir Gerbera (Herbras) Gladiol Heliconia (Pisang-pisangan) Krisan Mawar Sedap Malam Dracaena *) Melati **) Palem *) Aglonema *) Adenium (Kamboja Jepang) *) Euphorbia *) Phylodendron *) Pakis *) Monstera *) Soka (Ixora) *) Cordyline *) 1, Diffenbahia *) Sansevieria (Pedang-pedangan) ***) Anthurium Daun *) Caladium *) Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) satuan luas panen dalam pohon

63 Tabel 2.20 Indeks Berantai Luas Panen Tanaman Hias di Jawa Timur Tahun Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Anggrek Anthurium Bunga Anyelir Gerbera (Herbras) Gladiol Heliconia (Pisang-pisangan) Krisan Mawar Sedap Malam Dracaena *) Melati **) Palem *) Aglonema *) Adenium (Kamboja Jepang) *) Euphorbia *) Phylodendron *) Pakis *) Monstera *) Soka (Ixora) *) Cordyline *) Diffenbahia *) Sansevieria (Pedangpedangan) ***) Anthurium Daun *) Caladium *) Sumber: Diperta Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) satuan luas panen dalam pohon

64 Tabel 3.1. Produksi Tanaman Perkebunan di Jawa Timur Tahun (Ton) Komoditi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Cengkeh 10,340 6,807 11,699 11,551 9,804 11,525 10, Jambu Mete 10,500 11,327 12,719 12,811 12,849 13,347 14, Kelapa 257, , , , , , , Kapas 346 1, Tembakau 53, , ,412 67, , ,414 42, Tebu 1,014,272 1,087,958 1,287,871 1,244,284 1,260,632 1,207,333 1,143, Kakao 24,200 22,078 32,912 33,399 30,299 32,481 71, Kopi 56,200 37,411 54,236 54,076 58,137 60, , Tehe 4,172 4,135 3,958 4,115 7,143 7,143 6, Karet 26,621 27,021 27,215 27,296 27,850 27,622 63, Kapuk Randu 30,482 31,753 34,913 34,433 26,198 25,288 26,285 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) Angka Sementara

65 Tabel 3.2. Luas Panen Tanaman Perkebunan di Jawa Timur Tahun (Ha) Komoditi (1) *) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Cengkeh 42,007 42,152 46,902 46,915 45,084 44,805 45, Jambu Mete 48,284 48,440 52,912 50,093 48,626 48,126 48, Kelapa 293, , , , , , , Kapas 1,705 2,050 1, Tembakau 109, , ,515 95, , ,524 47, Tebu 193, , , , , , , Kakao 54,657 59,077 63,040 66,774 52,600 53,850 57, Kopi 95,266 96,022 99, , , , , Tehe 2,453 2,455 2,455 2,458 4,008 4,008 4, Karet 26,092 26,092 26,104 26,107 26,882 26,786 20, Kapuk Randu 79,173 78,325 77,449 77,798 70,806 69,380 70,722 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) Angka Sementara

66 Tabel 3.3. Produktivitas Tanaman Perkebunan di Jawa Timur Tahun (Ton/Ha) Komoditi (1) *) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1. Cengkeh Jambu Mete Kelapa Kapas Tembakau Tebu Kakao Kopi Tehe Karet Kapuk Randu Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) Angka Sementara

67 Tabel 3.4. Indeks Berantai Produksi Tanaman Perkebunan di Jawa Timur Tahun Komoditi (1) *) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Cengkeh Jambu Mete Kelapa Kapas Tembakau Tebu Kakao Kopi Tehe Karet Kapuk Randu Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) Angka Sementara

68 Tabel 3.5. Indeks Berantai Luas Panen Tanaman Perkebunan di Jawa Timur Tahun Komoditi (1) *) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1. Cengkeh Jambu Mete Kelapa Kapas Tembakau Tebu Kakao Kopi Tehe Karet Kapuk Randu Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan : *) Angka Sementara

69 Tabel 3.6. Produksi Perkebunan Cengkeh di Jawa Timur Tahun (Ton) Kabupaten/Kota *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten 01 Pacitan 1,972 1,184 2,780 2,747 1,524 1,844 1, Ponorogo Trenggalek , Tulungagung Blitar Kediri Malang 1, ,526 1,547 1,078 1,301 1, Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep PT Perkebunan/ PNP Perkebunan Besar Swasta 1, ,298 1,298 1,184 1,184 1,146 Jawa Timur 10,340 6,807 11,699 11,551 9,804 11,525 10,769 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka Sementara

70 Tabel 3.7. Produksi Perkebunan Mete di Jawa Timur Tahun (Ton) Kabupaten/Kota *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten 01 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi ,126 1,177 1, Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan 1,126 1,526 1,645 1, , Sampang 2,450 2,742 2,812 2,832 3,150 3,291 3, Pamekasan Sumenep 2,569 2,694 3,323 3,342 3,323 3,472 4,116 Kota 71 Kediri Blitar Malang Probolinggo Pasuruan Mojokerto Madiun Surabaya Batu Jawa Timur 10,500 11,327 12,719 12,811 12,849 13,347 14,596 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka Sementara

71 Tabel 3.8. Produksi Perkebunan Kelapa di Jawa Timur Tahun (Ton) Kabupaten/Kota *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten 01 Pacitan 23,974 23,988 25,302 25,302 20,892 22,447 24, Ponorogo 3,921 4,120 4,132 4,463 1,425 1,531 4, Trenggalek 14,432 14,524 15,294 15,294 15,241 16,375 15, Tulungagung 16,312 16,445 16,823 16,823 16,823 18,075 19, Blitar 16,791 16,850 19,813 19,813 22,041 23,681 19, Kediri 9,635 9,740 11,446 11,446 8,015 8,611 9, Malang 15,029 15,035 15,984 15,984 16,274 17,485 13, Lumajang 8,643 8,656 9,115 8,790 9,584 10,297 8, Jember 11,828 11,835 12,882 12,745 11,025 11,845 13, Banyuwangi 29,229 29,234 33,058 33,058 32,701 35,134 28, Bondowoso 2,442 2,456 2,586 1,882 2,452 2,634 4, Situbondo 4,623 4,645 4,541 4,279 4,798 5,155 4, Probolinggo 3,433 3,440 3,622 3,622 2,415 2,595 4, Pasuruan 3,289 3,332 3,509 3,253 6,582 7,072 5, Sidoarjo 2,982 2,995 3,246 3,246 1,004 1,079 1, Mojokerto Jombang 2,334 2,480 2,538 2, , Nganjuk 2,530 2,622 2,866 2, , Madiun 4,165 4,342 4,530 4,530 1,245 1,338 3, Magetan 1,982 2,005 2,234 2,677 1,779 1,912 2, Ngawi 3,159 3,506 3,376 3,376 2,915 3,132 6, Bojonegoro 6,745 6,945 7,148 7,143 5,105 5,485 7, Tuban 6,995 7,450 7,193 5,637 6,014 6,461 5, Lamongan 2,583 2,612 2,750 2, , Gresik 3,762 3,775 4,204 4,204 3,262 3,505 4, Bangkalan 4,401 4,410 2,079 `1794 2,475 2,659 7, Sampang 1,994 1,996 2,102 1,876 2,015 2,165 3, Pamekasan 4,523 4,538 4,779 4,587 3,235 3,476 3, Sumenep 42,378 42,384 44,876 44,876 46,751 50,230 51,171 Kota 71 Kediri , Blitar Malang Probolinggo Pasuruan Mojokerto Madiun Surabaya Batu PT Perkebunan/ PNP ,907 1,907 1,267 1,267 1,305 Perkebunan Besar Swasta 1,503 1,503 2,358 2,358 1,736 1,736 1,724 Jawa Timur 257, , , , , , ,428 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka Sementara

72 Tabel 3.9 Produksi Perkebunan Kapas di Jawa Timur Tahun (Ton) Kabupaten/Kota *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten 01 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Jawa Timur Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka Sementara

73 Tabel 3.10 Produksi Perkebunan Tembakau di Jawa Timur Tahun (Ton) Kabupaten/Kota *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten 01 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung 703 1,145 2, ,159 2,004 1, Blitar , Kediri Malang ,254 1,113 1,033 1, Lumajang 812 1,084 1,053 2,992 1,339 1, Jember 7,235 15,846 31,284 18,297 19,939 18,511 2, Banyuwangi 1,130 1,219 1, Bondowoso 3,736 7,440 4,123 5,607 4,967 4,611 3, Situbondo 4,920 7,488 8,856 2,287 5,015 4,656 2, Probolinggo 9,805 7,835 10,336 9,528 13,098 12,160 9, Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang 604 2,401 4,519 4,740 7,110 6,601 3, Nganjuk , ,176 1, Madiun Magetan Ngawi ,828-2,331 2, Bojonegoro 3,857 15,218 11,216 5,292 9,210 8,550 4, Tuban 525 1,579 2, ,789 1,661 2, Lamongan 2,053 7,331 13,704 4,856 7,053 6,548 1, Gresik Bangkalan Sampang 1,429 3,002 2, ,896 2, Pamekasan 10,242 16,688 19,236 3,642 15,018 13,940 3, Sumenep 3,139 9,247 13,392 3,230 9,430 8,755 2,320 Kota 71 Kediri Blitar Malang Probolinggo Pasuruan Mojokerto Madiun Surabaya Batu PT Perkebunan/ PNP , Perkebunan Besar Swasta Jawa Timur 53, , ,412 67, , ,414 42,191 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka Sementara

74 Tabel 3.11 Produksi Perkebunan Tebu di Jawa Timur Tahun (Ton) Kabupaten/Kota *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten 01 Pacitan Ponorogo 10,541 11,420 14,250 9,610 10,288 9,809 6, Trenggalek 3,225 3,284 3,886 3,529 3,834 3,656 1, Tulungagung 34,560 47,310 50,622 30,256 31,256 29,802 32, Blitar 49,765 35,801 36,036 35,680 38,418 36,630 37, Kediri 80, , , , , , , Malang 154, , , , , , , Lumajang 53,475 60,345 67,308 73,830 73,920 70, , Jember 42,616 28,114 31,815 6,851 46,458 44,296 47, Banyuwangi 14,561 4,488 18,381 5,342 2,743 2,615 30, Bondowoso 38,500 34,447 32,447 29,506 30,272 28,863 21, Situbondo 41,756 60,097 47,852 63,253 49,884 47,563 39, Probolinggo 14,320 9,207 13,207 17,085 18,829 17,953 19, Pasuruan 33,045 20,558 25,724 21,839 26,809 25,562 21, Sidoarjo 35,262 31,560 38,974 34,138 30,266 28,858 23, Mojokerto 61,350 65,645 77,620 65,980 54,342 51,814 51, Jombang 74,658 69,402 78,049 68,462 57,749 55,062 49, Nganjuk 24,445 24,862 22,884 28,620 25,415 24,232 17, Madiun 33,283 40,970 29,063 29,330 17,253 16,450 16, Magetan 41,420 44,924 37,260 50,212 50,212 47,876 42, Ngawi 26,200 27,526 35,526 43,524 34,145 32,556 31, Bojonegoro 3,781 3,845 4,250 8,898 10,312 9,832 8, Tuban 4,221 4,307 3,912 9,040 8,140 7,761 8, Lamongan 11,542 11,846 18,288 21,332 24,995 23,832 28, Gresik 11,643 7,152 12,272 9,338 10,290 9,811 10, Bangkalan ,749 5,538 5,280 3, Sampang ,102 7,015 6,689 7, Pamekasan Sumenep Kota 71 Kediri 16,517 3,250 3,267 14,876 6,251 5,960 6, Blitar Malang 2,616 4,457 3,932 4,851 4,851 4,625 3, Probolinggo Pasuruan Mojokerto 993 1, ,099 1,099 1, Madiun 2, Surabaya Batu PT Perkebunan/ PNP 83,521 98, , , , , ,134 Perkebunan Besar Swasta 7, ,163 2,163 3,173 Jawa Timur 1,014,272 1,087,958 1,287,871 1,244,284 1,260,632 1,207,333 1,143,464 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka Sementara

75 Kabupaten/Kota *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten 01 Pacitan ,393 1,352 1,625 1,850 6, Ponorogo ,121 2, Trenggalek ,690 1,699 2,354 2,680 4, Tulungagung , Blitar ,097 2,114 1,952 2,222 5, Kediri ,038 1, , Malang ,570 1,683 1,584 1,803 3, Lumajang , Jember , Banyuwangi , Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang , Nganjuk ,134 1,152 1,045 1,190 2, Madiun ,763 1,782 2,452 2,791 5, Magetan Ngawi ,231 1, , Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep PT Perkebunan/ PNP 13,572 11,663 13,916 14,132 11,713 11,713 10,956 Perkebunan Besar Swasta 4,751 3,808 4,266 4,279 2,816 2,816 3,147 Jawa Timur Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan: Hanya Daerah yang terdapat Komoditi Tersebut *) Angka Sementara Tabel 3.12 Produksi Perkebunan Kakao di Jawa Timur Tahun (Ton) 24,200 22,078 32,912 33,399 30,299 32,481 71,203

76 Kabupaten/Kota *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten 01 Pacitan , Ponorogo , Trenggalek Tulungagung Blitar ,234 1,343 5, Kediri , Malang 10,028 5,669 7,752 7,703 8,619 9,382 17, Lumajang 3,365 1,999 2,665 2,683 2,653 2,888 4, Jember 3,357 1,880 3,178 3,105 2,893 3,149 18, Banyuwangi 2,917 1,620 2,138 2,165 3,724 4,054 17, Bondowoso 2,056 1,130 1,843 1,846 3,939 4,288 12, Situbondo , Probolinggo 1, ,296 1,291 1,535 1,671 4, Pasuruan 2,579 1,516 2,764 2,766 2,850 3, Sidoarjo Mojokerto Jombang , Nganjuk Madiun , Magetan Ngawi , Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan , Sumenep Kota 71 Kediri Blitar Malang Probolinggo Pasuruan Mojokerto Madiun Surabaya Batu PT Perkebunan/ PNP 13,221 8,721 13,350 13,350 13,607 13,607 14,093 Perkebunan Besar Swasta 11,543 10,263 12,883 12,883 13,142 13,142 13,162 Jawa Timur Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan: Hanya Daerah yang terdapat Komoditi Tersebut *) Angka Sementara Tabel 3.13 Produksi Perkebunan Kopi di Jawa Timur Tahun (Ton) 56,200 37,411 54,236 54,076 58,137 60, ,474

77 Kabupaten/Kota (1) Kabupaten Tabel 3.14 Produksi Perkebunan Teh di Jawa Timur Tahun (Ton) *) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 04 Tulungagung Blitar Malang PT Perkebunan/ PNP 2,942 2,905 2,695 2,783 5,576 5,576 5,596 Perkebunan Besar Swasta 1,175 1,175 1,208 1,264 1,544 1,544 1,285 Jawa Timur 4,172 4,135 3,958 4,115 7,143 7,143 6,900 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan: Hanya Daerah yang terdapat Komoditi Tersebut *) Angka Sementara

78 Kabupaten/Kota (1) Kabupaten *) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 04 Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember 15,355 15,464 15,489 15,505 17,074 16,895 14, Banyuwangi 8,571 8,689 8,734 8,760 7,392 7,374 5, Jombang Madiun Ngawi 1,124 1,205 1,238 1,242 1,385 1, Jawa Timur Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan: Hanya Daerah yang terdapat Komoditi Tersebut *) Angka Sementara Tabel Produksi Perkebunan Karet di Jawa Timur Tahun (Ton) 26,621 27,021 27,215 27,296 27,850 27,622 23,218

79 Tabel 3.15 Produksi Perkebunan Kapuk Randu di Jawa Timur Tahun (Ton) Kabupaten/Kota *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten 01 Pacitan Ponorogo ,450 1, Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang ,089 1,089 1, Lumajang Jember 2,069 2,069 2,246 2,234 1,052 1, Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo 2,340 2,495 2,695 2,681 1,856 1,856 1, Pasuruan 6,800 6,962 7,841 7,925 7,560 7,560 7, Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun ,126 1, Magetan Ngawi 1,340 1,410 1,235 1, Bojonegoro 1,256 1,272 1,162 1, Tuban 1,029 1,088 1, Lamongan Gresik Bangkalan 1,337 1,348 1,348 1, , Sampang Pamekasan Sumenep 4,062 4,184 5,184 5,162 5,326 5,326 5,106 Kota 71 Kediri Blitar Malang Probolinggo Pasuruan Mojokerto Madiun Surabaya Batu PT Perkebunan/ PNP Perkebunan Besar Swasta 1,760 1,760 1,849 1,849 1,544 1,544 1,537 Jawa Timur 30,482 31,753 34,913 34,433 26,198 25,288 26,285 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka Sementara

80 Tabel 4.21 Produksi Daging Unggas menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2016 (Ekor) Kabupaten/Kota (1) Entog Burung Puyuh Burung Dara (2) (3) (4) Kabupaten 01 Pacitan Ponorogo 12, Trenggalek 25,224 6,769 1, Tulungagung 86,335 2,196 4, Blitar 88,330 14,600 16, Kediri 26,398 58,047 3, Malang 67,563 5, Lumajang - 3,703 74, Jember Banyuwangi 14, Bondowoso Situbondo 1,724-1, Probolinggo Pasuruan 3, Sidoarjo 1, Mojokerto 5, Jombang 15,260 2,036 1, Nganjuk 21,516 3,133 10, Madiun 98,680-4, Magetan 7, Ngawi 3, Bojonegoro 4,375 2, Tuban 17, , Lamongan 266, Gresik Bangkalan 7, Sampang 6, Pamekasan 1, Sumenep ,983 Kota 71 Kediri 4, Blitar 1,914 2,782 2, Malang 2, Probolinggo Pasuruan Mojokerto Madiun 16,173-9, Surabaya 468,645-4, Batu 4, Jawa Timur Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka Sementara/Proyeksi 1,283, , ,786

81 Tabel 5.10 Produksi Perikanan Budidaya Sawah Tambak dan Mina Padi di Jawa Timur Tahun (Ton) Kabupaten/Kota (1) *) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kabupaten 01. Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung 1, Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban 1,860 6,040 6,495 15,001 8,687 7,457 15, Lamongan 2,945 30,738 31,968 33,989 36,800 40,180 45, Gresik ,014 34,100 51, Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota 71. Kediri Blitar Malang Probolinggo Pasuruan Mojokerto Madiun Surabaya Batu Jawa Timur Sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka Sementra 13,859 60,496 73, ,509 46,011 48,236 61,769.98

82 :// tp ht.id ps.g o m.b ja ti

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA A. Sasaran Umum Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2.

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 Komoditas Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des TOTAL 1 Kacang Panjang 1 2-1 - - 1 5 2 Cabe Besar 1 2 - - - 1-4 3 Cabe Rawit - 1 1-1

Lebih terperinci

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5 Lampiran 2. Konversi Hortikultura 1. Konversi Jarak Tanam, Populasi dan Umur Panen Sayuran dan Buahbuahan Semusim (SBS). a. Sayuran Semusim Jarak Populasi Umur Mulai No Tan / ha Tanam / cm Panen (Hari)

Lebih terperinci

LEMBAR KATALOG Statistik Sayur-Sayuran Dan Buah-Buahan Kabupaten Penajam Paser Utara 2016 Katalog BPS : 5216.6409 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah Halaman : ix + 79 Naskah : BPS Kabupaten Penajam Paser

Lebih terperinci

Badan Pusat Statistik Kota Palu i STATISTIK PERTANIAN KOTA PALU 2015/2016 Katalog : 5101006.7271 ISSN : 2502-2563 No. Publikasi : 72710.1619 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : x + 39 halaman Naskah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4

Lebih terperinci

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 9 2.1 Tanaman Sayuran Tabel 2.1.1 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 20112015 Uraian A. 1 Bawang Merah Tahun * Luas Panen (Ha) 2,00 7,00 * Produktivitas (Ku/Ha) 45,00 90,00 * Produksi

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

Tabel 7.1 Luas Lahan Sawah Provinsi Jawa Barat Tahun (ha)

Tabel 7.1 Luas Lahan Sawah Provinsi Jawa Barat Tahun (ha) 7. PERTANIAN TANAMAN PANGAN/PERKEBUNAN 48 Tabel 7.1 Luas Lahan Sawah Provinsi Jawa Barat 2005-2010 (ha) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Luas Lahan Sawah 925.500 926.782 934.845 945.544 937.373 930.268

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : SUMBER DAYA ALAM : Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Peternakan, Perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

STATISTIK TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

STATISTIK TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 STATISTIK TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 STATISTIK TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 ISBN : Ukuran Buku : 21 cm x 16,5 cm Jumlah Halaman : viii + 55 halaman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JUNI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JULI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin Bulanan.

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah 5 Ubi Kayu 6 Ubi Jalar Tanaman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah

Lebih terperinci

BAB V PERTANIAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB V PERTANIAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB V PERTANIAN A. PERTANIAN TANAMAN PANGAN Pembangunan di Sektor Pertanian khususnya Pertanian Tanaman Pangan dari tahun ke tahun terus ditingkatkan untuk dapat memelihara kemantapan swasembada pangan,

Lebih terperinci

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI) KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN DAN SURPLUS PRODUKSI) Eka Dewi Nurjayanti, Endah Subekti Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR

PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR Universitas Brawijaya, 5 November 2014 DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. OKTOBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) RAHASIA Republik Indonesia SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan NP-2 adalah untuk mencatat/mengetahui nilai & volume produksi yang dijual petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/05/Th. XIV, 2 Mei 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,78 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 84,25 persen,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN ST01-L BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA SENSUS PERTANIAN 01 PENCACAHAN LENGKAP RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN RAHASIA I. KETERANGAN UMUM RUMAH TANGGA 101. Provinsi Kab/Kota Kecamatan Desa/Kel. No.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2010 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,63 PERSEN No. 04/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 Pada bulan Desember 2010, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2013, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,13 PERSEN Berdasarkan penghitungan dengan tahun dasar baru (2012

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 99,49 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Mei 2011 tercatat sebesar 99,49 persen,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 No. 18/03/35/Th.X, 1 Maret 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Februari 2012 Turun 1,39 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia agribisnis di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia umumnya merupakan suatu sistem pertanian rakyat dan hanya sedikit saja yang berupa sistem perusahaan

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 OKTOBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 No. 68/11/35/Th.X, 1 November 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Oktober 2012 Naik 0,33 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN No. 34/08/14/Th.XIV, 01 Agustus 2013 NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN Pada bulan Juli 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 100,43 atau turun 1,84

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah Nilai Tukar Petani (NTP) September 2017 Sebesar 100,69 Atau Naik 0,85 Persen. Upah Nominal Harian Buruh Tani Provinsi

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel mengisi daftar kehadiran atau berdasar data yang diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. Adapun jumlah Pengunjung Perpustakaan dapat dilihat pada tabel 2.184. Tabel 2.184. Jumlah Pengunjung Perpustakaan

Lebih terperinci

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 6885 INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Karmini 1 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Jalan

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 MARET 2015 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

2. Semua bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas.

2. Semua bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas. V. CARA PENGISIAN DAFTAR Semua isian daftar SPH-SBS, SPH-BST, SPH-TBF, SPH-TH, SPH-ALSIN dan SPH-BN adalah dalam bilangan bulat (dibulatkan) dan ditulis dengan pensil hitam, untuk memudahkan pengisian

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 MARET 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012 No. 63/10/35/Th.X, 1 Oktober 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan September 2012 Naik 0,38 persen. Nilai Tukar Petani

Lebih terperinci

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013 Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2015

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2015 No. 03/01/35/Th.XIV, 4 Januari 2016 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Desember 2015 turun 0,41 persen. Nilai Tukar Petani

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017 No. 37/07/36/ Th.XI, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) JUNI 2017 SEBESAR 100,19 ATAU NAIK

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 No. 23/04/35/Th.X, 2 April 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Maret 2012 Turun 0,79 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN No. 02/07/81/Th.IX, 3 Juli 2017 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada Juni 2017 adalah sebesar 101,07, atau naik sebesar

Lebih terperinci

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2014

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2014 Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2014 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA No. 60/11/82/Th.XIV, 02 November PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI MALUKU UTARA BULAN OKTOBER SEBESAR 102,07 ATAU NAIK 1,06 PERSEN Pada Oktober, Nilai

Lebih terperinci

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura IV. KONSEP DAN DEFINISI 4.1. Tanaman Sayuran Semusim Tanaman Sayuran Semusim adalah tanaman sumber vitamin, mineral dan lainlain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah dan umbinya,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017 No. 33/06/36/ Th.XI, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) MEI 2017 SEBESAR 98,86 ATAU NAIK 0,17

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 SEPTEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 AGUSTSU 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah Nilai Tukar Petani (NTP) Oktober 2017 Sebesar 101,01 Atau Naik 0,32 Persen. Rata-rata harga gabah kualitas GKG di Tingkat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,55 PERSEN No. 04/02/Th. XIV, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 JUNI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. OKTOBER 2010, NTP BALI TURUN SEBESAR 0,33 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Oktober

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 97,22 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Februari 2013 sebesar 97,22

Lebih terperinci

https://ambonkota.bps.go.id

https://ambonkota.bps.go.id No. 02/09/81/Th.IX, 4 September 2017 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU AGUSTUS 2017 SEBESAR 101,16, NAIK 0,31 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada Agustus 2017 adalah sebesar 101,16, atau

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

S. Andy Cahyono dan Purwanto

S. Andy Cahyono dan Purwanto S. Andy Cahyono dan Purwanto Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Jend A. Yani-Pabelan, Kartasura. PO BOX 295 Surakarta 57102 Telp/Fax: (0271) 716709; 716959 Email:

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA No. 07/02/82/Th.XIV, 02 Februari 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI MALUKU UTARA BULAN JANUARI 2015 SEBESAR 102,83 ATAU NAIK 0,41 PERSEN Pada Januari

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan kemanusiaan purba yang bersifat laten dan aktual sekaligus. Ia telah ada sejak peradaban manusia ada dan hingga kini masih menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JANUARI 2016 INFLASI 0,49 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JANUARI 2016 INFLASI 0,49 PERSEN No.03/02/3311/Th.III, 12 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JANUARI 2016 INFLASI 0,49 PERSEN Bulan Januari 2016, Kabupaten Sukoharjo mengalami Inflasi sebesar 0,49

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 MEI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN No. 20/04/14/Th.XVI, 1 April 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN Pada bulan Maret 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 97,55

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan buah-buahan. Indonesia menghasilkan banyak jenis buah-buahan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR 7.1 Komoditas Unggulan di Kecamatan Pamijahan Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) terhadap komoditas pertanian di Kabupaten Bogor yang menggambarkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 09/02/51/Th. VIII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2014, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,23 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Januari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JULI 2016 INFLASI 0,65 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JULI 2016 INFLASI 0,65 PERSEN No.09/08/3311/Th.III, 15 Agustus 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JULI 2016 INFLASI 0,65 PERSEN Bulan Juli 2016, Kabupaten Sukoharjo mengalami inflasi sebesar 0,65 persen

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 5205.003.32 PRODUKSI HORTIKULTURA JAWA BARAT 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, BPS Provinsi Jawa Barat tahun ini kembali mempublikasikan data statistik

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 APRIL 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2017 No.02/01/36/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) DESEMBER 2016 SEBESAR 100,49 ATAU

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 23/04/52/Th.IX, 1 April 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MENURUT SUB SEKTOR BULAN MARET 2016 Penghitungan Nilai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan sejak tahun 1999, masing-masing daerah harus bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci