KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc."

Transkripsi

1 JUNI 2013

2 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator Makro Sektor Pertanian Volume VII Nomor 6/Juni 2013 ini berisi data dan analisis deskriptif indikator ekspor dan impor komoditas pertanian bulan Pebruari Maret 2013, Indeks Harga Konsumen (IHK) perkotaan dan inflasi bulan Mei 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) bulan April Mei Data ekspor-impor yang dipublikasikan telah disesuaikan dengan klasifikasi kode HS (Harmony System) berdasarkan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) Data yang disajikan dalam buletin ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Besar harapan kami bahwa Buletin ini dapat bermanfaat bagi para pengguna data baik di lingkup maupun pengguna lainnya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan buletin ini di masa mendatang. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

3 DAFTAR ISI Halaman BAB I. PENJELASAN UMUM Ekspor Impor Indeks Harga Konsumen/Inflasi Nilai Tukar Petani (NTP)...3 BAB II. EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sub Sektor Tanaman Pangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sub Sektor Hortikultura Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sub Sektor Perkebunan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sub Sektor Peternakan BAB III. INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DAN LAJU INFLASI Perkembangan IHK Gabungan 66 Kota di Indonesia Bulan Mei Perkembangan IHK Gabungan 66 Kota di Indonesia untuk Kelompok Bahan Makanan Andil Sub Kelompok Terhadap Inflasi Kelompok Bahan Makanan BAB IV. NILAI TUKAR PETANI (NTP) Perkembangan Indeks Harga yang Diterima (IT), Indeks Harga yang Dibayar (IB) dan Nilai Tukar Petani (NTP) Nasional dan Sub Sektor 2010 Mei Perkembangan Nilai Tukar Petani Nasional Bulan April Mei Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Nasional Sektor Pertanian Sempit (tanpa sub sektor Perikanan) Bulan April Mei Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) Nilai Tukar Petani (NTP) Perbandingan IT, IB dan NTP Antar Provinsi di Indonesia Upah Buruh Tani... 34

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian BAB I. PENJELASAN UMUM edisi Volume VII Nomor 6, Juni 2013 ini menyajikan keragaan data makro sektor pertanian yang meliputi: 1. Ekspor impor komoditas pertanian bulan Pebruari Maret Indeks harga konsumen (IHK) gabungan 66 Kota di Indonesia dan inflasi bulan Mei Nilai tukar petani nasional dan beberapa provinsi di Indonesia bulan April Mei Ekspor Impor Data ekspor impor komoditas pertanian adalah data ekspor impor yang berasal dari kode HS 10 digit yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan sudah berstatus angka tetap. Kode HS mengacu pada klasifikasi sesuai Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) Cakupan kode HS komoditas pertanian merupakan kesepakatan hasil koordinasi dengan instansi terkait lingkup. Penyajian data perkembangan ekspor impor komoditas pertanian ini dititikberatkan pada kelompok komoditas baik segar maupun olahan yang mencerminkan peranan masing-masing sub sektor terhadap sektor pertanian secara keseluruhan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Data perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan laju inflasi/deflasi bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Penyajian perkembangan IHK dan laju inflasi lebih dititikberatkan pada kelompok bahan makanan yang mencerminkan peranan komoditas utama sektor pertanian dalam tingkat inflasi secara nasional. Sejak bulan Juni 2008, Indeks Harga Konsumen (IHK) dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH) di 66 kota tahun 2007 yang mencakup sekitar komoditas. IHK gabungan 66 kota ini merupakan hasil perhitungan dari Volume VII, Nomor 6/Juni

5 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian gabungan indeks masing-masing kota yang ditimbang dengan banyaknya rumahtangga di kota bersangkutan. IHK dihitung dengan menggunakan formula Laspeyres yang dikembangkan dan dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu: Bahan makanan yang terdiri dari padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, daging dan hasil-hasilnya, ikan segar, ikan diawetkan, telur, susu dan hasil-hasilnya, sayursayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, bumbu-bumbuan, lemak dan minyak serta bahan makanan lainnya. Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang terdiri dari makanan jadi, minuman yang tidak beralkohol dan tembakau dan minuman beralkohol. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang terdiri dari biaya tempat tinggal, bahan bakar, penerangan dan air, perlengkapan rumah tangga dan penyelenggaraan rumah tangga. Sandang yang terdiri dari sandang laki-laki, sandang wanita, sandang anak-anak, barang pribadi dan sandang lain. Kesehatan yang terdiri dari jasa kesehatan, obat-obatan, jasa perawatan jasmani, perawatan jasmani dan kosmetika. Pendidikan, rekreasi dan olahraga yang terdiri dari jasa pendidikan, kursuskursus/pelatihan, perlengkapan/peralatan pendidikan, rekreasi dan olahraga. Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang terdiri dari transportasi, komunikasi pengiriman, sarana dan penunjang transportasi dan jasa keuangan. Persentase (%) perubahan IHK (Laju inflasi/deflasi) bulanan diperoleh dari : ln ln 1 x 100 ln 1 Dimana : In = Indeks bulan n; In-1 = Indeks bulan n-1 Persentase (%) perubahan IHK dalam satu tahun dihitung dengan menggunakan metode point to to point. 2 Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1.3. Nilai Tukar Petani (NTP) Data perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Indeks harga yang dibayar petani (IB) disusun berdasarkan data hasil survei bulanan statistik harga konsumen di pasar pedesaan yang dilaksanakan setiap bulan. Indeks harga yang diterima petani (IT) bersumber dari hasil survei harga di tingkat produsen (farm gate) yang dilaksanakan setiap bulan. IT dan IB tersebut dihitung dengan menggunakan formula Laspeyres yang dikembangkan. NTP merupakan rasio antara IT dengan IB yang dinyatakan dalam persentase. NTP IT IB x100% Volume VII, Nomor 6/Juni

7 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 4 Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian BAB II. EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN 2.1. Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian Volume ekspor komoditas pertanian pada bulan Maret 2013 dibandingkan dengan bulan Pebruari 2013, mengalami penurunan sebesar 21,56% yaitu dari 2,95 juta ton menjadi 2,32 juta ton. Penurunan volume ekspor ini disebabkan karena menurunnya volume ekspor sub sektor perkebunan dan peternakan. Seiring dengan penurunan volume ekspor, nilai ekspor komoditas pertanian pada bulan Maret 2013 juga mengalami penurunan dari US$ 2,65 milyar menjadi US$ 2,33 milyar atau turun sebesar 12,35%. Volume impor komoditas pertanian Indonesia pada bulan Maret 2013 juga mengalami penurunan dibandingkan bulan Pebruari 2013 sebesar 8,59% yakni dari 1,10 juta ton menjadi 1,01 juta ton. Demikian pula dari sisi nilai impor menurun sebesar 4,54% yakni dari US$ 814,08 juta menjadi US$ 777,09 juta. Penurunan volume impor komoditas pertanian tersebut disebabkan oleh menurunnya impor semua sub sektor, kecuali sub sektor peternakan. Berdasarkan selisih angka ekspor dan impor, maka pada bulan Maret 2013 neraca perdagangan komoditas pertanian Indonesia mengalami surplus dari sisi volume sebesar 1,31 juta ton, demikian juga dari sisi nilai mengalami surplus sebesar US$ 1,55 milyar. Surplus nilai neraca perdagangan komoditas pertanian bulan Maret 2013 menunjukkan pertumbuhan menurun sebesar 15,8% dibandingkan bulan Pebruari Demikian juga dari sisi volume, mengalami penurunan surplus sebesar 29,31%. Penurunan surplus neraca perdagangan sektor pertanian ini sangat dipengaruhi oleh menurunnya surplus neraca perdagangan sub sektor perkebunan. Perkembangan ekspor - impor komoditas pertanian Indonesia menurut sub sektor periode bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel 2.1. Volume VII, Nomor 6/Juni

9 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tabel 2.1. Ekspor-impor pertanian Indonesia menurut sub sektor, Pebruari Maret 2013 No Sub Sektor Pebruari Maret Pertumbuhan (%) Mar thd Peb Kumulatif Januari-Maret 1 Tanaman Pangan Volume (Kg) - Ekspor , Impor , Neraca , Nilai (US$) - Ekspor , Impor , Neraca , Hortikultura Volume (Kg) - Ekspor , Impor , Neraca , Nilai (US$) - Ekspor , Impor , Neraca , Perkebunan Volume (Kg) - Ekspor , Impor , Neraca , Nilai (US$) - Ekspor , Impor , Neraca , Peternakan Volume (Kg) - Ekspor , Impor , Neraca , Nilai (US$) - Ekspor , Impor , Neraca , PERTANIAN Volume (Kg) - Ekspor , Impor , Neraca , Nilai (US$) - Ekspor , Impor , Neraca , Sumber: BPS, diolah Pusdatin Keterangan: Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2.2. Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Sub Sektor Tanaman Pangan Volume ekspor sub sektor tanaman pangan pada bulan Maret 2013 mencapai 13,63 ribu ton atau naik 15,11% dibandingkan bulan Pebruari Namun demikian, nilai ekspor komoditas sub sektor tanaman pangan mengalami penurunan sebesar 1,42%, yakni dari US$ 9,90 juta menjadi US$ 9,76 juta. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan harga ekspor pada beberapa komoditas tanaman pangan pada periode ini. Komoditas ekspor utama sub sektor tanaman pangan sekaligus penyumbang ekspor terbesar sub sektor ini pada bulan Maret 2013 adalah gandum/meslin olahan yang mencapai US 3,1 juta. Komoditas berikutnya yang menyumbang nilai ekspor tanaman pangan cukup besar adalah ubi kayu olahan yang mencapai US$ 1,79 juta, serta kedele olahan sebesar US$ 1,76 juta. Ekspor komoditas sub sektor tanaman pangan bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Ekspor komoditas sub sektor tanaman pangan, Pebruari Maret 2013 No Komoditas Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) 1 Beras ,53-56, Beras olahan ,00-36, Gandum, Meslin ,91-69, Gandum, Meslin olahan ,16 15, Jagung ,76-65, Jagung olahan ,67 479, Kacang tanah ,74-97, Kacang tanah olahan ,15-10, Kedele , Kedele olahan ,97 36, Ubi jalar ,58-7, Ubi kayu Ubi kayu olahan ,53 603, Tanaman Pangan Lainnya , Total ,11-1, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Pebruari Keterangan: Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI 2012 Maret Pertumbuhan (%) Mar thd Peb Kumulatif Jan - Mar Perkembangan nilai impor komoditas sub sektor tanaman pangan pada bulan Maret 2013 mengalami penurunan sebesar 1,12% dibandingkan bulan Pebruari 2013, yakni dari US$ 347,18 juta menjadi US$ 343,28 juta. Demikian pula dari sisi volume impor komoditas tanaman pangan mengalami penurunan sebesar 7,41% yakni dari 826,71 ribu ton, menjadi 765,46 ribu ton. Pada bulan Maret 2013, komoditas utama impor sub sektor Volume VII, Nomor 6/Juni

11 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ini adalah gandum/meslin segar yang mencapai US$ 163,35 juta, kedele segar sebesar US$ 66 juta dan jagung segar sebesar US$ 41,51 juta. Perkembangan impor komoditas sub sektor tanaman pangan bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Impor komoditas sub sektor tanaman pangan, Pebruari Maret 2013 No Komoditas Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) 1 Beras ,22 14, Beras olahan Gandum, Meslin ,10 23, Gandum, Meslin olahan ,45-24, Jagung ,30-51, Jagung olahan ,31-11, Kacang tanah ,25 0, Kacang tanah olahan ,81 362, Kedele ,65 44, Kedele olahan ,71-12, Ubi jalar Ubi kayu Ubi kayu olahan ,39-60, Tanaman Pangan Lainnya ,31-35, Total ,41-1, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Pebruari Keterangan: Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI 2012 Maret Pertumbuhan (%) Mar thd Peb Kumulatif Jan - Mar Berdasarkan realisasi ekspor dan impor tersebut, maka neraca perdagangan sub sektor tanaman pangan pada bulan Maret 2013 menunjukkan posisi defisit sebesar US$ 333,51 juta dan mengalami penurunan sebesar 1,12% dibandingkan bulan Pebruari Pada bulan Maret 2013, defisit neraca perdagangan terbesar terjadi pada komoditas gandum/meslin segar yang mencapai US$ 163,35 juta, disusul kemudian oleh kedele segar dengan defisit neraca perdagangan sebesar US$ 65,99 juta dan jagung segar sebesar US$ 40,59 juta. Neraca perdagangan komoditas sub sektor tanaman pangan periode bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tabel 2.4. Neraca perdagangan komoditas sub sektor tanaman pangan, Pebruari Maret 2013 No Komoditas Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) 1 Beras ,04 14, Beras olahan ,79 1, Gandum, Meslin ,10 23, Gandum, Meslin olahan ,88-32, Jagung ,37-50, Jagung olahan ,20-26, Kacang tanah ,60 0, Kacang tanah olahan ,90-78, Kedele ,99 45, Kedele olahan ,42-84, Ubi jalar ,03-5, Ubi kayu (95) -75, Ubi kayu olahan ,26-71, Tanaman Pangan Lainnya ,85-27, Total ,74-1, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Pebruari Keterangan: Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI 2012 Maret Pertumbuhan (%) Mar thd Peb Kumulatif Jan - Mar 2.3. Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Sub Sektor Hortikultura Total nilai ekspor sub sektor hortikultura pada bulan Maret 2013 adalah US$ 35,16 juta atau mengalami peningkatan sebesar 14,02% dibandingkan bulan Pebruari Demikian pula, dari sisi volume ekspor mengalami peningkatan sebesar 17,33%, yaitu dari 23,67 ribu ton menjadi 27,78 ribu ton. Komoditas sub sektor hortikultura yang mempunyai nilai ekspor terbesar pada bulan Maret 2013 adalah nenas sebesar US$ 12,27 juta, cabe sebesar US$ 3,01 juta, manggis sebesar US$ 2,78 juta, anggur sebesar US$ 1,58 juta, serta tanaman hidup lainnya sebesar US$ 1,1 juta. Perkembangan ekspor komoditas hortikultura periode bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel 2.5. Volume VII, Nomor 6/Juni

13 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tabel 2.5. Ekspor komoditas sub sektor hortikultura, Pebruari Maret 2013 Pertumbuhan (%) Pebruari Maret Kumulatif Jan - Mar No Komoditas Mar thd Peb Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) A. SAYURAN 1 Kentang 1) ,50 1, Bawang bombay 1) ,11 155, Bawang merah 1) ,43-46, Bawang putih 1) ,11-11, Tomat 1) ,62-3, Bunga kol dan brokoli segar Kubis segar ,76-33, Terung ,67 453, Kacang kapri segar dan beku ,29-89, Jamur dan cendawan ,33 3, Cabe 1) ,55 59, B BUAH-BUAHAN 13 Pisang segar ,82 187, Nenas 1) ,21 6, Mangga ,67-47, Manggis ,73 333, Jeruk 1) ,99 190, Anggur 1) ,81 11, Apel 1) , , Pir 1) Lengkeng 1) C TANAMAN HIAS 24 Anggrek ,90-13, Krisan ,93-48, Tanaman hidup lainnya ,64-13, D TANAMAN BIOFARMAKA 27 Jahe ,44-22, Turmeric (Curcuma) ,74 171, E HORTIKULTURA LAINNYA ,75-1, Total ,33 14, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan: 1 ) wujud segar dan olahan Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI 2012 Nilai impor komoditas sub sektor hortikultura pada bulan Maret 2013 mengalami penurunan sebesar 25,85% dibandingkan bulan Pebruari 2013, yakni dari US$ 93,67 juta menjadi US$ 69,46 juta. Demikian pula dari sisi volume mengalami penurunan sebesar 20,22%, yaitu dari 100,57 ribu ton menjadi 80,23 ribu ton. Realisasi nilai impor yang cukup besar pada bulan Maret 2013 adalah bawang putih (US$ 17,42 juta), kentang (US$ 8,25 juta), pir (US$ 6,16 juta), bawang merah (US$ 2,66 juta), anggur (US$ 2,27 juta), bawang bombay (US$ 2,01 juta), cabe (US$ 1,46 juta), dan apel (US$ 1,28 juta). Perkembangan impor komoditas sub sektor hortikultura bulan Pebruari - Maret 2013 disajikan pada Tabel Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tabel 2.6. Impor komoditas sub sektor hortikultura, Pebruari Maret 2013 Pertumbuhan (%) Pebruari Maret No Komoditas Mar thd Peb Kumulatif Jan - Mar Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) A. SAYURAN 1 Kentang 1) ,73 101, Bawang bombay 1) ,43-5, Bawang merah 1) ,78 73, Bawang putih 1) ,88 36, Tomat 1) ,21-5, Bunga kol dan brokoli segar Kubis segar ,07 47, Terung Kacang kapri segar dan beku ,34-51, Jamur dan cendawan ,91 23, Cabe 1) ,30 87, B BUAH-BUAHAN 13 Pisang segar Nenas 1) ,85-87, Mangga Manggis Jeruk 1) ,14-82, Anggur 1) ,04-68, Apel 1) ,65-88, Pir 1) ,54-50, Lengkeng 1) C TANAMAN HIAS 24 Anggrek Krisan Tanaman hidup lainnya ,01-34, D TANAMAN BIOFARMAKA 27 Jahe ,05-17, Turmeric (Curcuma) ,07-95, E HORTIKULTURA LAINNYA ,44-15, Total ,22-25, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan: 1 ) wujud segar dan olahan Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI 2012 Pada bulan Maret 2013, neraca perdagangan sub sektor hortikultura mengalami defisit sebesar US$ 34,30 juta dan mengalami penurunan sebesar 45,41% dibandingkan bulan Pebruari Komoditas yang mengalami defisit neraca perdagangan yang cukup besar yakni bawang putih (US$ 17,21 juta), kentang (US$ 7,98 juta), pir (US$ 6,16 juta), bawang merah (US$ 2,66 juta), bawang bombay (US$ 1,84 juta), serta apel (US$ 1,25 juta). Sedangkan komoditas hortikultura yang mengalami surplus terbesar adalah nenas (US$ 12,27 juta) dan manggis (US$ 2,78 juta). Perkembangan neraca perdagangan komoditas sub sektor hortikultura bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel 2.7. Volume VII, Nomor 6/Juni

15 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tabel 2.7. Neraca perdagangan komoditas sub sektor hortikultura, Pebruari Maret 2013 Pertumbuhan (%) Pebruari Maret No Komoditas Mar thd Peb Kumulatif Jan - Mar Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) A. SAYURAN 1 Kentang 1) ,11 108, Bawang bombay 1) ,52-10, Bawang merah 1) ,78 73, Bawang putih 1) ,12 37, Tomat 1) ,76-5, Bunga kol dan brokoli segar ,60-100, Kubis segar ,78-37, Lobak Cina 1) ,67 453, Kacang kapri segar dan beku ,26-49, Jamur dan cendawan ,52-14, Cabe 1) , B BUAH-BUAHAN 13 Pisang segar Nenas 1) ,33 6, Mangga Manggis ,73 333, Jeruk 1) ,94-89, Anggur 1) ,20-88, Apel 1) ,91-89, Pir 1) ,54-50, Lengkeng 1) ,00-100, C TANAMAN HIAS 24 Anggrek ,46-13, Krisan ,46-99, Tanaman hidup lainnya ,07 10, D TANAMAN BIOFARMAKA 27 Jahe ,47-11, Turmeric (Curcuma) ,64-481, E HORTIKULTURA LAINNYA ,03-24, Total ,78-45, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan: 1 ) wujud segar dan olahan Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Sub Sektor Perkebunan Selama bulan Pebruari Maret 2013, volume ekspor komoditas perkebunan mengalami penurunan sebesar 22,04% yaitu dari 2,90 juta ton menjadi 2,26 juta ton. Demikian juga dari sisi nilainya mengalami penurunan sebesar 12,75% yakni dari US$ 2,57 milyar menjadi US$ 2,24 milyar. Penurunan volume ekspor pada periode ini sangat besar dipengaruhi oleh menurunnya volume ekspor minyak sawit, yang masih menjadi andalan ekspor perkebunan primer Indonesia karena mempunyai realisasi ekspor terbesar yakni mencapai US$ 1,18 milyar pada bulan Maret 2013, disusul kemudian oleh komoditas karet sebesar US$ 686,64 juta. Komoditas andalan ekspor sub sektor perkebunan lainnya adalah 12 Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian kakao sebesar US$ 94,01 juta, kopi sebesar US$ 80,93 juta, dan kelapa sebesar US$ 73,19 juta. Perkembangan ekspor sub sektor perkebunan bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel 2.8. Tabel 2.8. Ekspor komoditas sub sektor perkebunan, Pebruari Maret 2013 No Komoditas Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) 1 Kelapa ,01 5, Karet ,95 15, Minyak sawit ,79-27, Kopi ,84-4, Teh ,62-4, Lada ,94-1, Tembakau ,40 17, Kakao ,64 37, Kapas ,79 16, Cassiavera (kayu manis) ,13 10, Kemiri ,49 125, Gula tebu ,96-24, Pinang ,52-14, Jambu mete ,63-39, Minyak atsiri ,91-30, Gambir ,96-12, Lainnya ,28 94, Total ,04-12, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Pebruari Keterangan: Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI 2012 Maret Pertumbuhan (%) Mar thd Peb Kumulatif Jan - Mar Indonesia masih melakukan impor beberapa komoditas perkebunan, walaupun dalam proporsi yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan realisasi ekspornya. Impor komoditas perkebunan bulan Pebruari Maret 2013 mengalami penurunan dari sisi volume sebesar 20,23%, demikian pula dari sisi nilai menurun sebesar 13,65%. Pada bulan Maret 2013, volume impor komoditas perkebunan mencapai 84,26 ribu ton atau setara dengan US$ 166,60 juta, dimana yang dominan diimpor oleh Indonesia adalah kapas, tembakau, dan kakao. Realisasi impor kapas pada bulan Maret 2013 mencapai 54,18 ribu ton atau setara dengan US$ 101,73 juta, disusul kemudian oleh tembakau sebesar 4,31 ribu ton atau setara dengan US$ 18,85 juta, dan kakao sebesar 4,32 ribu ton atau setara dengan US$ 16,04 juta. Perkembangan impor sub sektor perkebunan bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel 2.9. Volume VII, Nomor 6/Juni

17 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tabel 2.9. Impor komoditas sub sektor perkebunan, Pebruari Maret 2013 No Komoditas Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) 1 Kelapa ,07-0, Karet ,62 76, Minyak sawit ,07 758, Kopi ,92 84, Teh ,88-2, Lada ,67 300, Tembakau ,89-61, Kakao ,53 2, Kapas ,99-3, Cassiavera (kayu manis) ,16-78, Kemiri ,21-81, Gula tebu ,80-80, Pinang Jambu mete ,01 53, Minyak atsiri ,27 47, Gambir Lainnya ,57 19, Total ,23-13, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Pebruari Keterangan: Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI 2012 Maret Pertumbuhan (%) Mar thd Peb Kumulatif Jan - Mar Komoditas perkebunan merupakan komoditas andalan ekspor Indonesia, karena dari waktu ke waktu neraca perdagangan komoditas perkebunan hampir selalu mengalami surplus. Surplus neraca perdagangan pada bulan Maret 2013 mengalami penurunan baik dari sisi volume maupun nilai masing-masing sebesar 22,11%, dan 12,67%. Selama periode bulan Maret 2013, surplus neraca perdagangan yang terbesar adalah komoditas minyak sawit mencapai US$ 1,17 milyar, disusul oleh komoditas karet sebesar US$ 680,81 juta, kakao sebesar US$ 77,98 juta, dan kopi sebesar US$ 75,00 juta. Sementara, komoditas yang mengalami defisit neraca perdagangan pada bulan Maret 2013 adalah hanya pada komoditas kapas mencapai US$ 97,52 juta. Neraca perdagangan sub sektor perkebunan bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tabel Neraca perdagangan komoditas sub sektor perkebunan, Pebruari Maret 2013 No Komoditas Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) 1 Kelapa ,11 5, Karet ,59 14, Minyak sawit ,13-28, Kopi ,25-7, Teh ,81-4, Lada ,14-2, Tembakau ,49-110, Kakao ,57 47, Kapas ,89-4, Cassiavera (kayu manis) ,03 12, Kemiri ,92-703, Gula tebu ,88-132, Pinang ,79-14, Jambu mete ,58-48, Minyak atsiri ,96-48, Gambir ,96-12, Lainnya ,62 115, Total ,11-12, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Pebruari Keterangan: Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI 2012 Maret Pertumbuhan (%) Mar thd Peb Kumulatif Jan - Mar 2.5. Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Sub Sektor Peternakan Volume ekspor sub sektor peternakan pada bulan Maret 2013 dibandingkan dengan bulan Pebruari 2013 mengalami penurunan sebesar 19,64% yakni dari 19,24 ribu ton menjadi 15,46 ribu ton. Demikian pula, dari sisi nilai ekspor turun dari US$ 43,87 juta menjadi US$ 39,57 juta atau turun 9,80%. Komoditas ekspor utama sub sektor peternakan pada bulan Maret 2013 adalah komoditas kulit dan jangat yang mencapai US$ 12,15 juta, disusul kemudian oleh susu dan kepala susu sebesar US$ 5,39 juta, lemak sebesar US$ 4,89 juta, serta mentega sebesar US$ 2,02 juta. Perkembangan ekspor komoditas sub sektor peternakan bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel Volume VII, Nomor 6/Juni

19 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tabel Ekspor komoditas sub sektor peternakan, Pebruari Maret 2013 Pertumbuhan (%) Pebruari Maret No Komoditas Mar thd Peb Kumulatif Jan - Mar Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) 1 Sapi hidup Kerbau hidup Babi hidup ,18-99, Primata hidup ,99-80, Kelinci hidup ,88 36, Binatang melata hidup ,80 39, Burung hidup Daging dan jeroan lembu ,33-32, Daging biri-biri atau kambing Daging ayam Daging bebek Daging binatang melata ,06 45, Daging kodok ,62 16, Susu dan kepala susu ,97-16, Yogurt ,05-6, Mentega ,43 20, Keju dan dadih susu ,59 54, Telur unggas Madu alam Bulu babi Bulu unggas ,44 16, Lemak ,53-35, Makanan olahan lain ,22-43, Obat hewan ,49-20, Kulit dan jangat ,83 9, Wol ,78 122, Lainnya ,36 30, Total ,64-9, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Perkembangan volume impor sub sektor peternakan bulan Maret 2013 dibandingkan bulan Pebruari 2013 mengalami peningkatan sebesar 11,52%, demikian juga dari sisi nilai naik sebesar 9,69%. Pada bulan Maret 2013, realisasi impor komoditas peternakan mencapai 79,02 ribu ton atau setara US$ 197,76 juta. Nilai impor terbesar terjadi pada komoditas susu dan kepala susu yang mencapai US$ 67,89 juta, diikuti oleh kulit dan jangat sebesar US$ 32,47 juta, makanan olahan lain sebesar US$ 28,83 juta, serta mentega sebesar US$ 23,71 juta. Perkembangan impor komoditas sub sektor peternakan bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tabel Impor komoditas sub sektor peternakan, Pebruari Maret 2013 Pertumbuhan (%) Pebruari Maret No Komoditas Mar thd Peb Kumulatif Jan - Mar Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) 1 Sapi hidup ,55-67, Kerbau hidup Babi hidup Primata hidup Kelinci hidup ,00 362, Binatang melata hidup ,00-52, Burung hidup ,17-82, Daging dan jeroan lembu ,00 49, Daging biri-biri atau kambing ,80-29, Daging ayam ,98-5, Daging bebek ,15 260, Daging binatang melata Daging kodok Susu dan kepala susu ,10 23, Yogurt ,93 22, Mentega ,77 14, Keju dan dadih susu ,19 19, Telur unggas ,29-9, Madu alam ,92-26, Bulu babi ,02-50, Bulu unggas ,75 2, Lemak ,30 43, Makanan olahan lain ,05 17, Obat hewan ,09-13, Kulit dan jangat ,37 40, Wol ,85 41, Lainnya ,68-3, Total ,52 9, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan: Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI 2012 Neraca perdagangan sub sektor peternakan pada periode bulan Pebruari Maret 2013 mengalami peningkatan defisit dari sisi volume sebesar 23,13%, dan dari sisi nilai mengalami peningkatan defisit sebesar 15,95%. Defisit neraca perdagangan terbesar terjadi pada komoditas susu dan kepala susu yang mencapai US$ 62,50 juta, disusul makanan olahan lain sebesar US$ 28,23 juta, mentega sebesar US$ 21,69 juta serta kulit dan jangat sebesar US$ 20,32 juta. Sementara, surplus neraca perdagangan terbesar di bulan Maret 2013 dialami komoditas lemak sebesar US$ 3,96 juta dan daging kodok sebesar US$ 1,23 juta, dan binatang melata hidup sebesar US$ 299,4 ribu. Neraca perdagangan komoditas sub sektor peternakan bulan Pebruari Maret 2013 secara rinci disajikan pada Tabel Volume VII, Nomor 6/Juni

21 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tabel Neraca perdagangan komoditas sub sektor peternakan, Pebruari Maret 2013 Pertumbuhan (%) Pebruari Maret No Komoditas Mar thd Peb Kumulatif Jan - Mar Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai Volume (Kg) Nilai (US$) 1 Sapi hidup ,55-67, Kerbau hidup Babi hidup ,18-99, Primata hidup ,99-80, Kelinci hidup ,16-3, Binatang melata hidup ,69 40, Burung hidup ,35-91, Daging dan jeroan lembu ,01 49, Daging biri-biri atau kambing ,81-29, Daging ayam ,06-4, Daging bebek ,15 260, Daging binatang melata ,06 45, Daging kodok ,62 16, Susu dan kepala susu ,15 28, Yogurt ,89-12, Mentega ,70 13, Keju dan dadih susu ,26 18, Telur unggas ,29-9, Madu alam ,24-67, Bulu babi ,02-50, Bulu unggas ,71-1, Lemak ,12-43, Makanan olahan lain ,31 20, Obat hewan ,71-12, Kulit dan jangat ,65 69, Wol ,33 34, Lainnya ,59 33, Total ,13 15, Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan: Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian BAB III. INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DAN LAJU INFLASI 3.1. Perkembangan IHK Gabungan 66 Kota di Indonesia Bulan Mei 2013 Dibandingkan bulan lalu secara umum perkembangan IHK gabungan 66 kota pada bulan Mei 2013 mengalami sedikit penurunan, yaitu dari 138,64 menjadi 138,60 atau terjadi deflasi sebesar 0,03%. Deflasi umum tersebut terjadi utamanya karena adanya penurunan harga pada dua kelompok penyusunannya yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,83% dan kelompok sandang 1,22 %. Kelompok penyusun IHK umum gabungan 66 kota terdiri dari 7 kelompok, yaitu: (1) bahan makanan; (2) makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; (3) perumahan, air, listrik dan bahan bakar; (4) sandang; (5) kesehatan; (6) pendidikan, rekreasi dan olahraga; serta (7) transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok penyusun yang mengalami peningkatan harga atau inflasi, antara lain kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 0,35%, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar mengalami kenaikan sebesar 0,75%, kelompok kesehatan mengalami kenaikan sebesar 0,23%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami peningkatan sebesar 0,06% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami kenaikan sebesar 0,05%. Apabila dilihat selama periode tahun ini (Mei 2013 terhadap Desember 2012), lebih dikenal dengan istilah inflasi tahun kalender terjadi inflasi umum sebesar 2,30%. Inflasi umum ini terjadi karena meningkatnya harga semua kelompok penyusunnya, yaitu kelompok bahan makanan dengan laju inflasi sebesar 5,95%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,00%, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 2,78%, kelompok kesehatan sebesar 1,55%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,57%, dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,14%, kecuali kelompok sandang yang mengalami deflasi atau penurunan harga sebesar 3,36%. Apabila dilihat perubahan dari tahun ke tahun (Mei 2013 terhadap Mei 2012) semua kelompok bahan makan mengalami kenaikan harga atau inflasi, yakni kelompok bahan makanan sebesar 11,14%, kelompok bahan makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 5,60%, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar sebesar 4,71%, kelompok sandang sebesar 0,56%, kelompok kesehatan sebesar 3,24%, kelompok Volume VII, Nomor 6/Juni

23 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 4,41% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,64%. Perkembangan IHK gabungan 66 kota di Indonesia pada bulan Mei 2013 secara rinci disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Indeks Harga Konsumen (IHK) Gabungan 66 kota di Indonesia, Mei 2013 No. Kelompok/ Sub Kelompok Satu bulan (Mei thd April '13) Tahun Kalender (Mei '13 thd Des '12) Tahun ke tahun (Mei '13 thd Mei '12) U M U M 138,64 138,60-0,03 2,30 5,47 I BAHAN MAKANAN 172,48 171,04-0,83 5,95 11,14 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 174,62 174,95 0,19-0,34 3,81 Daging dan Hasil-hasilnya 161,44 161,73 0,18 2,63 10,38 Ikan Segar 160,81 160,38-0,27 2,73 7,36 Ikan Diawetkan 166,91 168,54 0,98 6,42 8,45 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 143,50 145,35 1,29 1,79 5,66 Sayur-sayuran 184,61 186,43 0,99 9,13 16,60 Kacang - kacangan 197,10 196,27-0,42 0,57 12,05 Buah - buahan 188,94 191,23 1,21 15,42 24,09 Bumbu - bumbuan 242,87 215,26-11,37 39,09 45,60 Lemak dan Minyak 137,53 137,07-0,33-0,32-3,21 Bahan Makanan Lainnya 136,61 137,81 0,88 3,80 4,76 II MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 149,45 149,98 0,35 2,00 5,60 Makanan Jadi 147,59 147,87 0,19 1,85 4,96 Minuman yang Tidak Beralkohol 146,07 146,36 0,20 1,22 5,41 Tembakau dan Minuman Beralkohol 158,09 159,33 0,78 2,96 7,55 III PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 130,68 131,66 0,75 2,78 4,71 Biaya Tempat Tinggal 130,60 130,87 0,21 2,31 4,69 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 139,62 142,97 2,40 4,56 5,24 Perlengkapan Rumahtangga 118,50 118,63 0,11 0,85 2,37 Penyelenggaraan Rumahtangga 127,68 128,06 0,30 2,37 5,27 IV SANDANG 139,63 137,92-1,22-3,36 0,54 Sandang Laki-laki 126,89 127,23 0,27 1,34 2,86 Sandang Wanita 118,11 118,24 0,11 0,76 2,67 Sandang Anak-anak 121,52 121,76 0,20 0,57 2,27 Barang Pribadi dan Sandang Lain 186,82 180,30-3,49-9,57-2,86 V KESEHATAN 125,94 126,23 0,23 1,55 3,24 Jasa Kesehatan 124,70 124,80 0,08 1,39 2,87 Obat-obatan 123,43 123,76 0,27 1,05 2,38 Jasa Perawatan Jasmani 132,84 133,09 0,19 1,82 3,71 Perawatan Jasmani dan Kosmetika 127,62 128,07 0,35 1,84 3,81 VI PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 129,82 129,90 0,06 0,57 4,41 Pendidikan 146,57 146,58 0,01 0,26 6,10 Kursus-kursus / Pelatihan 122,13 122,30 0,14 1,46 2,87 Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 111,90 111,94 0,04 0,72 1,97 Rekreasi 114,92 115,15 0,20 1,31 2,07 Olahraga 114,92 115,28 0,31 1,04 1,97 VII TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 110,62 110,67 0,05 0,14 1,64 Transpor 116,38 116,44 0,05 0,11 2,14 Komunikasi Dan Pengiriman 86,47 86,47 0,00-0,08-0,27 Sarana dan Penunjang Transpor 140,04 140,28 0,17 0,56 2,12 Jasa Keuangan 111,90 111,90 0,00 0,86 2,35 Sumber : BPS, diolah Pusdatin April IHK 2013 Perubahan (%) Mei 20 Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3.2. Perkembangan IHK Gabungan 66 kota di Indonesia untuk Kelompok Bahan Makanan Penyusun IHK kelompok bahan makanan terdiri dari sub kelompok : (1) padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya; (2) daging dan hasil-hasilnya; (3) ikan segar; (4) ikan diawetkan; (5) telur, susu dan hasil-hasilnya; (6) sayur-sayuran; (7) kacang-kacangan; (8) buah-buahan; (9) bumbu-bumbuan; (10) lemak dan minyak; serta (11) bahan makanan lainnya. Perkembangan IHK kelompok bahan makanan pada bulan Mei 2013 mengalami penurunan/deflasi sebesar 0,83% apabila dibandingkan dengan bulan lalu, yaitu dari 172,48 menjadi 171,04. Sub kelompok penyusun bahan makanan yang mengalami deflasi atau penurunan antara lain sub kelompok ikan segar sebesar 0,27%, sub kelompok kacang-kacangan sebesar 0,42%, sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami deflasi cukup signifikan mencapai 11,37%, sub kelompok lemak dan minyak sebesar 0,33%. Sedangkan yang mengalami kenaikan atau inflasi adalah sub kelompok Padi-padian, umbiumbian dan hasilnya sebesar 0,19%, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 0,18%, sub kelompok ikan di awetkan sebesar 0,98%, sub kelompok telur, susu dan hasilhailnya sebesar 1,29%, sub kelompok sayur-sayuran sebesar 0,99%, sub kelompok buahbuahan sebesar 1,21% dan sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 0,88%. Beberapa komoditas penyusun bahan makanan yang mengalami penurunan harga pada bulan Mei 2013 antara lain : bawang merah, bawang putih, tomat sayur, cabe rawit, ikan segar, tempe, tomat buah dan minyak goreng Sedangkan yang mengalami kenaikan harga adalah cabe merah, telur ayam ras, daging ayam ras, ikan di awetkan, bayam, kentang, petai, sawi hijau, wortel, apel, jeruk dan pisang. Apabila dilihat selama periode tahun ini (Mei 2013 Desember 2012), lebih dikenal dengan istilah inflasi tahun kalender, terjadi inflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 5,95% Hampir semua sub kelompok bahan makanan mengalami kenaikan harga atau inflasi antara lain sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 2,63%, sub kelompok ikan segar sebesar 2,73%, sub kelompok ikan di awetkan sebesar 6,42%, sub kelompok telur,susu dan hasil-hasilnya sebesar 1,79%, sub kelompok sayur-sayuran sebesar 9,13%, sub kelompok kacang-kacangan sebesar 0,57%, sub kelompok buahbuahan sebesar 15,42%, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 39,09% dan sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 3,80%. Sedangkan sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami deflasi sebesar 0,34%, dan sub kelompok lemak Volume VII, Nomor 6/Juni

25 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian dan minyak sebesar 0,32%. Perkembangan IHK dan tingkat inflasi sub kelompok bahan makanan bulan Mei 2013 secara rinci disajikan pada Tabel Andil Sub Kelompok Terhadap Inflasi Kelompok Bahan Makanan Selama bulan Mei 2013, sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilhasilnya disusun oleh 6 (enam) komoditi yaitu: beras, bihun, ketela pohon, mie kering instan, talas/ keladi dan tepung terigu. Sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya memberikan andil positip terhadap inflasi sebesar 0,0099% yang disumbang dari andil komoditas bihun sebesar 0,0001%, ketela pohon sebesar 0,0001%, mie kering instant sebesar 0,0118% dan talas/keladi sebesar 0,0001%. Sedangkan komoditi yang memberikan andil negatif adalah beras sebesar 0,0021%, dan tepung terigu sebesar 0,0001%. Pada bulan Mei 2013 kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,83% terhadap bulan sebelumnya. Kelompok bahan makanan tersebut memberikan andil/sumbangan deflasi sebesar 0,2035%. Penurunan atau andil negatif bahan makanan diikuti pula oleh penurunan kelompok ikan segar sebesar 0,0078%, kacang-kacangan sebesar 0,0070%, bumbu-bumbuan sebesar 0,2960% dan lemak dan minyak sebesar 0,0057%. Sedangkan bahan makanan yang memberikan andil positif/ inflasi adalah sub komoditi kelompok padi-padian, umbi-umbian & hasilnya sebesar 0,0099%, kelompok daging-dagingan & hasil-hasilnya sebesar 0,0083%, kelompok ikan diawetkan sebesar 0,0088%, kelompok susu, telur dan hasil-hasilnya sebesar 0,0269% dan kelompok sayursayuran sebesar 0,0312%, kelompok buah-buahan sebesar 0,0266%, dan bahan makanan lainnya sebesar 0,0013%,. Andil sub kelompok terhadap inflasi kelompok bahan makanan dan inflasi umum bulan Mei 2013 secara rinci disajikan pada Tabel Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tabel 3.2. Andil Sub Kelompok Terhadap Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Mei 2013 No. Kelompok / Sub Kelompok Andil (%) UMUM -0, BAHAN MAKANAN -0,2035 PADI-2AN, UMBI-2AN & HASILNYA 0, BERAS -0, BIHUN 0, KETELA POHON 0, MIE KERING INSTANT 0, TALAS/KELADI 0, TEPUNG TERIGU -0, DAGING-DAGINGAN & HASIL-HASILNYA 0, IKAN SEGAR -0, IKAN DIAWETKAN 0, SUSU, TELUR & HASIL-HASILNYA 0, SAYUR-SAYURAN 0, KACANG-KACAANGAN -0, BUAH-BUAHAN 0, BUMBU-BUMBUAN -0, LEMAK & MINYAK -0, BAHAN MAKANAN LAINNYA 0,0013 Sumber : BPS Volume VII, Nomor 6/Juni

27 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 24 Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

28 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian BAB IV. NILAI TUKAR PETANI (NTP) 4.1. Perkembangan Indeks Harga yang Diterima (IT), Indeks Harga yang Dibayar (IB) dan Nilai Tukar Petani (NTP) Nasional dan Sub Sektor 2010 Mei 2013 Perkembangan IT Nasional bulanan sejak tahun 2010 hingga Mei 2013 (tahun dasar=2007) menunjukkan pola terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 0,49%. Peningkatan nilai IT ini dikarenakan adanya peningkatan indeks harga jual komoditas. Demikian pula, nilai IB dari tahun 2010 hingga Mei 2013 juga terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 0,40% yang disebabkan meningkatnya indeks harga barang konsumsi rumah tangga maupun indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal. Peningkatan kedua nilai komponen penyusun NTP yang senantiasa beriringan tersebut menyebabkan NTP bulanan dari tahun 2010 Mei 2013 tersebut relatif stagnan, atau hanya naik 0,09% (Gambar 4.1.) IT IB NTP Gambar 4.1. Perkembangan IT, IB, dan NTP Nasional, 2010 Mei 2013 Perkembangan NTP Nasional (tahun dasar=2007) menurut sub sektor dari tahun 2010 Mei 2013 menunjukkan pola berfluktuasi namun cenderung meningkat untuk NTP sub sektor tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat dan perikanan dengan rata-rata masing-masing sebesar 0,18%, 0,09%, 0,02%, dan 0,1% sedangkan NTP sub sektor peternakan cenderung mengalami penurunan sebesar 0,08%. Dari ke-lima NTP Volume VII, Nomor 6/Juni

29 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian tersebut, NTP hortikultura mempunyai pencapaian nilai tertinggi, sedangkan NTP terendah pada sub sektor peternakan Tan Pangan Horti Bun Rakyat Nak Kan Gambar 4.2. Perkembangan NTP Nasional menurut sub sektor, 2012 Mei Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Nasional Bulan April - Mei 2013 Perkembangan nilai tukar petani (NTP) Indonesia berdasarkan tahun dasar 2007, pada bulan Mei 2013 jika dibandingkan dengan bulan April 2013 mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,39% yaitu dari 104,55 menjadi 104,95. Peningkatan tersebut dikarenakan meningkatnya indeks harga yang diterima petani lebih besar dibandingkan dengan peningkatan biaya yang dikeluarkan. Indeks harga yang diterima petani (IT) secara nasional meningkat sebesar 0,38% yaitu dari 150,86 naik menjadi 151,44. Sebaliknya indeks yang dibayar petani (IB) mengalami penurunan dari 144,30 menjadi 144,29 atau hanya turun sebesar 0,01%. Perkembangan IT, IB dan NTP bulan April - Mei 2013 tersaji pada Gambar Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 160,00 155,00 150,00 145,00 140,00 135,00 130,00 125,00 120,00 115,00 110,00 105,00 100,00 IT IB NTP April 150,86 144,30 104,55 Mei 151,44 144,29 104,95 April Mei Gambar 4.3. Perkembangan IT, IB, dan NTP Nasional, April - Mei Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Nasional Sektor Pertanian Sempit (tanpa sub sektor Perikanan) Bulan April - Mei 2013 Perkembangan nilai tukar petani (NTP) Indonesia untuk sektor pertanian sempit (tanpa sub sektor perikanan) berdasarkan tahun dasar 2007, pada bulan Mei 2013 jika dibandingkan dengan bulan April 2013 mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,40% yaitu dari 104,49 menjadi 104,91. Peningkatan tersebut dikarenakan peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dibandingkan dengan peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani (IT) meningkat sebesar 0,39% yaitu dari 151,55 naik menjadi 152,14. Sementara indeks harga yang dibayar petani (IB) mengalami penurunan sebesar 0,01% dari 145,03 menjadi 145,02. Perkembangan IT, IB dan NTP bulan April - Mei 2013 sektor pertanian sempit tersaji pada Gambar 4.4. Volume VII, Nomor 6/Juni

31 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 160,00 150,00 140,00 130,00 120,00 110,00 100,00 IT IB NTP April 151,55 145,03 104,49 Mei 152,14 145,02 104,91 April Mei Gambar 4.4. Perkembangan IT, IB, dan NTP Nasional Sektor Pertanian Sempit, April - Mei Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) Indeks harga yang diterima petani (IT) sub sektor tanaman pangan mengalami peningkatan dari 152,88 menjadi 153,41 atau naik sebesar 0,34% pada bulan Mei 2013 dibandingkan April Peningkatan IT sub sektor tanaman pangan dipengaruhi oleh naiknya indeks harga padi sebesar 0,41% dan indeks harga palawija naik sebesar 0,19%. IT nasional sub sektor hortikultura juga mengalami peningkatan yaitu dari 156,77 menjadi 157,77 atau naik sebesar 0,64%. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh naiknya indeks harga buah-buahan sebesar 0,76% dan indeks harga sayur-sayuran naik sebesar 0,18%. Untuk IT tanaman perkebunan rakyat juga mengalami peningkatan yaitu dari 149,91 menjadi 150,31 atau naik sebesar 0,27%. Selama bulan Mei 2013, IT sub sektor peternakan juga mengalami peningkatan dari 141,40 menjadi 141,91 atau naik sebesar 0,36%. Peningkatan IT sub sektor peternakan dipengaruhi oleh naiknya indeks harga unggas sebesar 0,40%, indeks harga hasil ternak naik sebesar 0,31%, indeks harga ternak kecil naik sebesar 0,29% dan indeks harga ternak besar naik sebesar 0,26%. Begitu juga IT sub sektor perikanan mengalami peningkatan yaitu dari 144,33 menjadi 144,74 atau naik sebesar 0,29%, yang dipengaruhi oleh naiknya indeks harga hasil penangkapan sebesar 0,43% dan indeks harga budidaya 28 Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian naik sebesar 0,02%. Perkembangan indeks penyusun IT bulan April - Mei 2013 secara rinci disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Perkembangan IT, IB dan NTP per Sub Sektor, April - Mei 2013 (2007=100) Rincian April Mei Pertumbuhan (%) Tanaman Pangan A Indeks Harga yang Diterima Petani 152,88 153,41 0,34 - Padi 147,58 148,19 0,41 - Palawija 164,52 164,84 0,19 B Indeks Harga yang Dibayar Petani 147,23 147,18-0,03 - Konsumsi Rumah Tangga 149,69 149,60-0,06 - BPPBM 137,25 137,41 0,12 C Nilai Tukar Petani 103,84 104,23 0,37 Hortikultura A Indeks Harga yang Diterima Petani 156,77 157,77 0,64 - Sayur-sayuran 157,94 158,22 0,18 - Buah-buahan 155,70 156,88 0,76 B Indeks Harga yang Dibayar Petani 144,81 144,77-0,03 - Konsumsi Rumah Tangga 148,42 148,35-0,04 - BPPBM 128,91 129,02 0,08 C Nilai Tukar Petani 108,27 108,98 0,66 Tanaman Perkebunan Rakyat A Indeks Harga yang Diterima Petani 149,91 150,31 0,27 - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 149,91 150,31 0,27 B Indeks Harga yang Dibayar Petani 142,54 142,60 0,04 - Konsumsi Rumah Tangga 147,54 147,61 0,04 - BPPBM 125,55 125,62 0,06 C Nilai Tukar Petani 105,17 105,41 0,23 Peternakan A Indeks Harga yang Diterima Petani 141,40 141,91 0,36 - Ternak Besar 135,33 135,68 0,26 - Ternak Kecil 153,53 153,98 0,29 - Unggas 143,31 143,89 0,40 - Hasil Ternak 149,97 150,44 0,31 B Indeks Harga yang Dibayar Petani 139,80 139,81 0,01 - Konsumsi Rumah Tangga 147,92 147,87-0,03 - BPPBM 124,19 124,33 0,12 C Nilai Tukar Petani 101,15 101,50 0,35 Perikanan A Indeks Harga yang Diterima Petani 144,33 144,74 0,29 - Penangkapan 147,00 147,63 0,43 - Budidaya 129,96 129,99 0,02 B Indeks Harga yang Dibayar Petani 137,33 137,40 0,06 - Konsumsi Rumah Tangga 147,95 148,02 0,05 - BPPBM 119,77 119,85 0,07 C Nilai Tukar Petani 105,10 105,34 0,23 Sumber: BPS 4.5. Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, maka indeks harga yang dibayar petani (IB) sub sektor tanaman pangan bulan Mei 2013 mengalami sedikit penurunan dari 147,23 menjadi 147,18 atau turun sebesar 0,03%, penurunan IB sub sektor tanaman pangan dipengaruhi turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,06%, sedangkan Volume VII, Nomor 6/Juni

33 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,12%. IB nasional sub sektor hortikultura juga mengalami penurunan dari 144,81 menjadi 144,77 atau turun sebesar 0,03%, sebagai akibat turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,04%, sedangkan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) naik sebesar 0,08%. Sementara IB sub sektor tanaman perkebunan rakyat mengalami peningaktan yaitu dari 142,54 menjadi 142,60 atau naik sebesar 0,04%, yang dipengaruhi naiknya indeks biaya konsumsi rumah tangga sebesar 0,04% dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) naik sebesar 0,06%. IB sub sektor peternakan mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 139,80 menjadi 139,81 atau naik sebesar 0,01%, yang dipengaruhi oleh naiknya indeks biaya produksi penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,12%, sedangkan biaya konsumsi rumah tangga turun sebesar 0,03%. IB sub sektor perikanan mengalami peningkatan yaitu dari 137,33 menjadi 137,40 atau naik sebesar 0,06% yang dipengaruhi naiknya indeks biaya konsumsi rumah tangga sebesar 0,05% dan indeks biaya produksi penambahan barang modal (BPPBM) naik sebesar 0,07%. Perkembangan indeks penyusun IB bulan April - Mei 2013 secara rinci tersaji pada Tabel Nilai Tukar Petani (NTP) Apabila dibandingkan dengan bulan April 2013, NTP nasional untuk sub sektor tanaman pangan mengalami peningkatan sebesar 0,37% yaitu dari 103,84 menjadi 104,23, sub sektor hortikultura naik sebesar 0,66% dari 108,27 menjadi 108,98, sub sektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,23% dari 105,17 menjadi 105,41, begitu juga sub sektor peternakan mengalami peningkatan yaitu dari 101,15 menjadi 101,50 atau naik sebesar 0,35% dan sub sektor perikanan naik dari 105,10 menjadi 105,34 atau naik sebesar 0,23%. Perkembangan NTP per sub sektor bulan April - Mei 2013 secara rinci tersaji pada Tabel Perbandingan IT, IB dan NTP Antar Provinsi Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, maka indeks yang diterima petani (IT) pada bulan Mei 2013 mengalami peningkatan di 23 (dua puluh tiga) provinsi di 30 Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Indonesia. Peningkatan IT terbesar terjadi di Provinsi Lampung hingga mencapai 0,90% dari 170,66 menjadi 172,21, sedangkan peningkatan terkecil terjadi di Provinsi Banten sebesar 0,01% dari 155,21 menjadi 155,22. Penurunan IT terjadi di 9 (sembilan) provinsi dengan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,51%, sedangkan penurunan terkecil terjadi di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 0,03%. Perkembangan IT per provinsi di Indonesia bulan April - Mei 2013 secara rinci tersaji pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Perkembangan IT per Provinsi di Indonesia, April - Mei 2013 (2007=100) No Provinsi April Mei Pertumbuhan (%) 1 Lampung 170,66 172,21 0,90 2 Sulawesi Tenggara 143,47 144,53 0,74 3 Jawa Tengah 150,51 151,59 0,72 4 Bali 149,42 150,49 0,71 5 Sulawesi Utara 140,82 141,74 0,65 6 Maluku 150,10 151,00 0,60 7 Nusa Tenggara Barat 133,62 134,42 0,60 8 Gorontalo 134,63 135,38 0,56 9 Sulawesi Tengah 139,96 140,74 0,56 10 Jawa Timur 154,44 155,27 0,54 11 Yogyakarta 159,65 160,51 0,54 12 Kepulauan Bangka Belitung 126,40 127,01 0,48 13 Sulawesi Barat 143,08 143,75 0,47 14 Bengkulu 151,37 152,04 0,44 15 Sumatera Selatan 149,38 150,01 0,42 16 Papua Barat 134,84 135,32 0,35 17 Jawa Barat 162,20 162,68 0,29 18 Riau 136,48 136,84 0,26 19 Sumatera Barat 148,11 148,39 0,19 20 Sulawesi Selatan 152,94 153,21 0,18 21 Jambi 125,94 126,15 0,17 22 Maluku Utara 139,42 139,62 0,14 23 Banten 155,21 155,22 0,01 24 Kalimantan Timur 131,34 131,30-0,03 25 PAPUA 139,01 138,91-0,07 26 Nanggroe Aceh D. 139,25 139,15-0,07 27 Kalimantan Selatan 147,94 147,82-0,08 28 Nusa Tenggara Timur 148,28 148,15-0,08 29 Kepulauan Riau 133,66 133,51-0,11 30 Kalimantan Tengah 140,34 140,15-0,13 31 Sumatera Utara 147,09 146,72-0,25 32 Kalimantan Barat 139,74 139,03-0,51 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya maka terjadi peningkatan indeks yang dibayar petani (IB) pada bulan Mei 2013 di 17 (tujuh belas) provinsi di Indonesia, Volume VII, Nomor 6/Juni

35 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian peningkatan IB terbesar terjadi di Provinsi Maluku dari 143,09 menjadi 143,75 atau naik sebesar 0,46%, sementara peningkatan terkecil terjadi di Provinsi Kepulaun Riau naik sebesar 0,01%. Perkembangan IB per provinsi di Indonesia bulan April - Mei 2013 secara rinci tersaji pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Perkembangan IB per Provinsi di Indonesia Bulan April - Mei 2013 (2007=100) No Provinsi April Mei Pertumbuhan (%) 1 Maluku 143,09 143,75 0,46 2 Kalimantan Barat 141,90 142,24 0,24 3 Sulawesi Barat 136,73 137,04 0,23 4 Nanggroe Aceh D. 135,28 135,56 0,21 5 Sulawesi Tengah 143,39 143,64 0,18 6 Maluku Utara 138,33 138,56 0,17 7 Riau 133,22 133,44 0,17 8 Sulawesi Utara 139,37 139,57 0,14 9 Sumatera Utara 146,25 146,44 0,13 10 Nusa Tenggara Timur 148,41 148,55 0,09 11 Jambi 140,34 140,46 0,09 12 Jawa Tengah 143,94 144,05 0,08 13 Sulawesi Tenggara 135,50 135,59 0,06 14 Lampung 137,31 137,38 0,05 15 Kalimantan Timur 137,52 137,56 0,03 16 Sulawesi Selatan 141,79 141,83 0,03 17 Kepulauan Riau 128,28 128,29 0,01 18 Kepulauan Bangka Belitung 125,97 125,95-0,01 19 Nusa Tenggara Barat 141,81 141,79-0,01 20 Sumatera Barat 141,80 141,77-0,02 21 Banten 141,55 141,46-0,06 22 Jawa Barat 149,29 149,17-0,08 23 PAPUA 136,15 136,03-0,09 24 Gorontalo 132,78 132,62-0,12 25 Jawa Timur 151,55 151,36-0,12 26 Bali 139,85 139,68-0,12 27 Kalimantan Tengah 143,14 142,92-0,15 28 Yogyakarta 137,14 136,90-0,18 29 Sumatera Selatan 135,48 135,23-0,18 30 Bengkulu 151,84 151,55-0,19 31 Papua Barat 135,62 135,33-0,22 32 Kalimantan Selatan 140,00 139,50-0,36 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, terjadi peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Mei 2013 di 25 (dua puluh lima) provinsi. Peningkatan terbesar 32 Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian terjadi di Provinsi Lampung sebesar 0,85% dan peningkatan terkecil terjadi di Provinsi Papua sebesar 0,01%. Sedangkan penurunan NTP terjadi di 7 (tujuh) provinsi dengan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,74% dan penurunan terkecil terjadi di Provinsi Maluku Utara sebesar 0,03%. Pada bulan Mei 2013, terdapat di 8 (delapan) provinsi mempunyai NTP dibawah 100 (tahun dasar 2007) yakni Provinsi Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Papua Barat. Sementara NTP tertinggi terjadi di Lampung yang mencapai 125,35. Perkembangan NTP per provinsi di Indonesia periode bulan April - Mei 2013 secara rinci tersaji pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Perkembangan NTP per Provinsi di Indonesia, April - Mei 2013 (2007=100) Pertumbuhan No Provinsi April Mei (%) 1 Lampung 124,29 125,35 0,85 2 Bali 106,84 107,74 0,84 3 Yogyakarta 116,41 117,24 0,71 4 Gorontalo 101,40 102,08 0,68 5 Sulawesi Tenggara 105,88 106,60 0,68 6 Jawa Timur 101,91 102,58 0,66 7 Jawa Tengah 104,56 105,23 0,64 8 Bengkulu 99,69 100,32 0,63 9 Nusa Tenggara Barat 94,22 94,80 0,61 10 Sumatera Selatan 110,26 110,92 0,60 11 Papua Barat 99,43 99,99 0,57 12 Sulawesi Utara 101,05 101,56 0,51 13 Kepulauan Bangka Belitung 100,35 100,84 0,49 14 Sulawesi Tengah 97,61 97,98 0,38 15 Jawa Barat 108,65 109,05 0,38 16 Kalimantan Selatan 105,67 105,97 0,28 17 Sulawesi Barat 104,64 104,89 0,24 18 Sumatera Barat 104,45 104,67 0,20 19 Sulawesi Selatan 107,86 108,03 0,15 20 Maluku 104,90 105,04 0,14 21 Riau 102,45 102,55 0,10 22 Jambi 89,74 89,81 0,08 23 Banten 109,65 109,73 0,07 24 Kalimantan Tengah 98,05 98,06 0,02 25 PAPUA 102,10 102,12 0,01 26 Maluku Utara 100,79 100,76-0,03 27 Kalimantan Timur 95,51 95,45-0,06 28 Kepulauan Riau 104,20 104,07-0,12 29 Nusa Tenggara Timur 99,91 99,73-0,17 30 Nanggroe Aceh D. 102,94 102,65-0,28 31 Sumatera Utara 100,58 100,19-0,39 32 Kalimantan Barat 98,48 97,74-0,74 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Volume VII, Nomor 6/Juni

37 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 4.8. Upah Buruh Tani Perkembangan upah buruh tani di Indonesia dapat dilihat dari upah nominal harian dan upah riil harian buruh tani. Rata-rata upah nominal harian buruh tani di Indonesia pada bulan Januari tahun 2010 sebesar Rp ,- per hari dan terus mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp ,- per hari pada bulan Mei 2013 atau meningkat rata-rata sebesar 0,26%. Namun demikian, setelah dikoreksi dengan faktor inflasi, sejatinya, upah riil harian buruh tani di Indonesia pada tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 0,21%. Pada bulan Januari tahun 2010 upah riil harian sebesar Rp ,- per hari dan menurun menjadi sebesar Rp ,- per hari pada bulan Mei Perkembangan upah nominal harian dan upah riil harian buruh tani di Indonesia tahun 2010 Mei 2013 tersaji pada Gambar 4.5. (Rp/hari) Upah nominal buruh tani Upah riil buruh tani Gambar 4.5. Perkembangan Upah Nominal dan Upah Riil Buruh Tani di Indonesia, Tahun Volume VII, Nomor 6/Juni 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JULI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin Bulanan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. OKTOBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 JUNI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 MEI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 SEPTEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 MARET 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 AGUSTSU 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 OKTOBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 MARET 2015 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 APRIL 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014 DESEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013 DESEMBER 2013 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 1 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA TASIKMALAYA No. 02/02/33/79/Th.XVI, 1 FEBRUARI 2013 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TASIKMALAYA JANUARI 2013 JANUARI 2013 KOTA TASIKMALAYA INFLASI 1,15 PERSEN

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 2 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VII Nomor 1 Tahun 2015 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 3 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 4 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 Pada bulan April 2017 Wonosobo mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,27. Inflasi April 2017 lebih tinggi dibandingkan Maret 2017

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR OKTOBER PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor September sebesar 0,09 persen Inflasi pada bulan September di Kota Bogor relatif cukup rendah yakni hanya

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN KENDAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN KENDAL BULAN OKTOBER 2015 DEFLASI 0,18 PERSEN

BPS KABUPATEN KENDAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN KENDAL BULAN OKTOBER 2015 DEFLASI 0,18 PERSEN BPS KABUPATEN KENDAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN KENDAL BULAN OKTOBER 2015 DEFLASI 0,18 PERSEN Bulan Oktober 2015 di Kabupaten Kendal terjadi deflasi 0,18 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Deflasi Di Kabupaten Kendal Bulan Maret 2017 DEFLASI 0,43 Persen Bulan Maret 2017 di Kabupaten Kendal terjadi deflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 07/1107/TH.III, 1 Agustus PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI INFLASI 0,41 PERSEN Pada bulan Juli di Kota Meulaboh terjadi inflasi sebesar 0,41 persen, di Kota Banda Aceh terjadi inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 06/06/33/05/Th. VI, 01 April 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN Pada Bulan Maret 2015 di Kota Kebumen terjadi

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan Juni 2016 INFLASI 0,38 Persen Bulan Juni 2016 di Kabupaten Kendal terjadi inflasi 0,38 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JUNI 2016 INFLASI 0,22 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JUNI 2016 INFLASI 0,22 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JUNI 2016 INFLASI PERSEN No. 07/07/33/16/Th.VIII, 11 Juli 2016 Pada bulan Juni 2016 Kota Blora terjadi inflasi persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR MARET 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Kota Bogor Alami Deflasi bulan Februari 2016 sebesar 0.02 persen Setelah pada Januari 2016 di Kota Bogor mengalami inflasi

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan Januari 2016 INFLASI 0,43 Persen Bulan Januari 2016 di Kabupaten Kendal terjadi Inflasi 0,43 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA JANUARI 2016 INFLASI 0,28 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA JANUARI 2016 INFLASI 0,28 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA JANUARI 2016 INFLASI 0,28 PERSEN No. 02/02/33/16/Th.VIII, 10 Februari 2016 Pada bulan Januari 2016 Kota Blora terjadi inflasi 0,28 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR Januari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor bulan Desember 2015 sebesar 1,86 persen Bulan Desember 2014 di Kota Bogor terjadi inflasi sebesar 1,86

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,03 PERSEN Pada Februari 2016 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA MAGELANG BULAN AGUSTUS 2016 DEFLASI 0.48 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA MAGELANG BULAN AGUSTUS 2016 DEFLASI 0.48 PERSEN No.01/09/Th. III, 05 September 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA MAGELANG BULAN AGUSTUS 2016 DEFLASI 0.48 PERSEN Kota Magelang pada bulan Agustus 2016 mengalami deflasi 0,48 persen

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR JUNI 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Bulan Mei 2016 sebesar 0,37 persen Setelah pada April 2016 di Kota Bogor mengalami deflasi yang cukup rendah

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen BPS KOTA TEGAL Tegal, 4 Maret BULAN FEBRUARI KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen - Pada bulan Februari Kota Tegal terjadi inflasi 0,79 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,47, sedikit lebih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA MAGELANG BULAN JANUARI 2017 INFLASI 1.23 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA MAGELANG BULAN JANUARI 2017 INFLASI 1.23 PERSEN No.01/02/Th. IV, 05 Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA MAGELANG BULAN JANUARI 2017 INFLASI 1.23 PERSEN Kota Magelang pada bulan Januari 2017 mengalami inflasi 1.23 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PURBALINGGA BULAN AGUSTUS 2016 DEFLASI 0,26 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PURBALINGGA BULAN AGUSTUS 2016 DEFLASI 0,26 PERSEN No. 15/08/3303/Th.I, 1 September 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PURBALINGGA BULAN AGUSTUS 2016 DEFLASI 0,26 PERSEN di Purbalingga terjadi deflasi sebesar 0,26 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA TASIKMALAYA No. 05/05/32/78/Th.XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2016 KOTA TASIKMALAYA DEFLASI 0,32 PERSEN Bulan April 2016 Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,21 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,21 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,21 PERSEN No. 09/09/33/16/Th.IX, 7 September 2017 Pada bulan Agustus 2017 Kota Blora terjadi deflasi 0,21 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 11/3373/4/06/16/Th.VIII, 6 Juni 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN MEI 2016 TERCATAT INFLASI 0,11 PERSEN Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/DEFLASI KOTA BLORA FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,25 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/DEFLASI KOTA BLORA FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,25 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/DEFLASI KOTA BLORA FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,25 PERSEN No. 03/03/33/16/Th.VIII, 10 Maret 2016 Pada bulan Februari 2016 Kota Blora terjadi deflasi 0,25 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN FEBRUARI 2017 INFLASI 0,41 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN FEBRUARI 2017 INFLASI 0,41 PERSEN No.03/03/3311/Th.IV, 13 Maret 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN FEBRUARI 2017 INFLASI 0,41 PERSEN Bulan Februari 2017, Kabupaten Sukoharjo mengalami inflasi sebesar 0,41

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA TASIKMALAYA No. 01/09/32/78/Th.XIX, 2 Oktober 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 KOTA TASIKMALAYA INFLASI 0,24 PERSEN Bulan 2017 Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN MARET 2016 INFLASI 0,48 PERSEN No.05/04/3311/Th.III, 15 April 2016 Bulan Maret 2016, Kabupaten Sukoharjo mengalami Inflasi sebesar 0,48 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN APRIL 2016 DEFLASI 0,27 PERSEN No.06/05/3311/Th.III, 12 Mei 2016 Bulan April 2016, Kabupaten Sukoharjo mengalami deflasi sebesar 0,27 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/07/Th. XVII, 1 JULI 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 INFLASI 0,43 PERSEN Pada Juni 2015 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,43 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEX HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2016 INFLASI 0,97 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEX HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2016 INFLASI 0,97 PERSEN No. 032/63/09 Th. III, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEX HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2016 INFLASI 0,97 PERSEN Di Kota Tanjung, pada Bulan Juni 2016 mengalami inflasi sebesar 0,97 persen. Laju inflasi kumulatif

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan Juli 2016 INFLASI 1,03 Persen Bulan Juli 2016 di Kabupaten Kendal terjadi inflasi 1,03 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI No. 01/33/10/Th.IV, 10 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN BOYOLALI Bulan Desember 2016 Inflasi 0,23 persen Pada bulan Desember

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN PEMALANG

BPS KABUPATEN PEMALANG BPS KABUPATEN PEMALANG No. 05/04/3327/Th.IV, 16 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI PEMALANG BULAN MARET 2016 INFLASI 0,46 PERSEN Pada di Pemalang terjadi inflasi sebesar 0,46 persen

Lebih terperinci

Pada bulan Agustus Perkembangan harga berbagai komoditas sangat bervariasi. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Magelang, pada bulan Agustus te

Pada bulan Agustus Perkembangan harga berbagai komoditas sangat bervariasi. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Magelang, pada bulan Agustus te BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.01/03/33.08/Th. III, 9 September PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN MAGELANG BULAN AGUSTUS DEFLASI 0,22 PERSEN Bulan Agustus di Kabupaten

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan April 2017 INFLASI 0,16 Persen Bulan April 2017 di Kabupaten Kendal terjadi inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KOTA PEKALONGAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KOTA PEKALONGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN No. 11/Desember/3375/Tahun V, 7 Desember 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KOTA PEKALONGAN BULAN NOVEMBER KOTA PEKALONGAN INFLASI 0,49 PERSEN Pada November 2016,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 06/02/76/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2016 MAMUJU DEFLASI -0,06 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 03/08/Th. XVII, 3 AGUSTUS 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2015 INFLASI 0,81 PERSEN Pada Juli 2015 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,81

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI ACEH No. 15/04/TH.XIX, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan di Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 0,26 persen, Kota Lhokseumawe deflasi sebesar 0,19 persen, dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2016 INFLASI 0,27 PERSEN Pada Desember 2016 di Kota Bekasi terjadi Inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 09/3373/4/05/16/Th.VIII, 10 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN APRIL 2016 DEFLASI 0,49 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI ACEH No. 18/05/TH.XIX, 2 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan di Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 1,09 persen, Kota Lhokseumawe deflasi sebesar 0,39 persen, dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,26 PERSEN Pada September 2016 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 2 Oktober 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 INFLASI 0,26 PERSEN Pada September 2017 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN NOVEMBER 2016 INFLASI 0,52 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN NOVEMBER 2016 INFLASI 0,52 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No.22/12/33/05/Th. VII, 1 Desember 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN NOVEMBER 2016 INFLASI 0,52 PERSEN Pada bulan November 2016 terjadi inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/09/Th. XVII, 1 September 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2015 INFLASI 0,82 PERSEN Pada 2015 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,82

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN INFLASI KOTA BOGOR APRIL SEBESAR 0,07 PERSEN MEI Kota Bogor masih mengalami kenaikan harga sehingga secara umum masih terjadi kenaikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,06 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,06 PERSEN No. 03/04/IHK/10 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,06 PERSEN Bulan Maret 2017 di Jepara, terjadi deflasi sebesar 0,06 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JANUARI 2016 INFLASI 0,49 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JANUARI 2016 INFLASI 0,49 PERSEN No.03/02/3311/Th.III, 12 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JANUARI 2016 INFLASI 0,49 PERSEN Bulan Januari 2016, Kabupaten Sukoharjo mengalami Inflasi sebesar 0,49

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/11/Th. XVII, 2 November 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2015 DEFLASI 0,32 PERSEN Pada 2015 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar 0,32 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI ACEH No. 11/03/TH.XIX, 1 Maret PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan di Kota Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 0,02 persen, Kota Lhokseumawe deflasi sebesar 0,13 persen, dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2016 INFLASI 0,37 PERSEN Pada Januari 2016 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Februari 2017 sebesar 0,34 persen

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Februari 2017 sebesar 0,34 persen BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR MARET 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Februari 2017 sebesar 0,34 persen Februari 2017 Kota Bogor masih mengalami kenaikan harga sehingga secara

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI No. 12/33/09/Th.III, 10 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN BOYOLALI Bulan November 2016 Inflasi 0,67 persen Pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 09/09/Th. XIX, 01 September 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2016 INFLASI 0,66 PERSEN Pada Agustus 2016 terjadi inflasi sebesar 0,66 persen, atau terjadi kenaikan IHK dari 128,29

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JULI 2016 INFLASI 0,65 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JULI 2016 INFLASI 0,65 PERSEN No.09/08/3311/Th.III, 15 Agustus 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JULI 2016 INFLASI 0,65 PERSEN Bulan Juli 2016, Kabupaten Sukoharjo mengalami inflasi sebesar 0,65 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/10/Th. XVII, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2015 DEFLASI 0,38 PERSEN Pada 2015 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar 0,38

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN No. 4/April/3375/Tahun IV, 5 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KOTA PEKALONGAN BULAN MARET KOTA PEKALONGAN INFLASI 0,28 PERSEN Pada Maret 2016, Kota Pekalongan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 4 September 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN Pada Agustus 2017 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi/Deflasi Kota Bogor bulan Februari 2015 sebesar 0.14 persen Bulan Februari 2015 di Kota Bogor terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 38/07/76/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 MAMUJU INFLASI 0,95 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 01/01/76/Th. X, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2015 MAMUJU INFLASI 1,70 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/01/Th. XVII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2014 DEFLASI 0,80 PERSEN Pada 2014 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar 0,80 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 03/3373/4/02/17/Th.IX, 3 Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN JANUARI 2017 INFLASI 1,09 Bulan di Kota Salatiga terjadi inflasi sebesar 1,09 persen dengan

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Oktober 2017, Mamuju Deflasi 0,48 persen. Berdasarkan hasil Survei Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 01/3373/4/01/17/Th.IX, 5 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,20 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 07/07/Th. XVIII, 01 Juli 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 INFLASI 1,44 PERSEN Pada Juni 2015, di Kota Pematangsiantar terjadi inflasi sebesar 1,44 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JULI 2016 INFLASI 1,03 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JULI 2016 INFLASI 1,03 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JULI 2016 INFLASI 1,03 PERSEN No. 08/08/33/16/Th.VIII, 15 Agustus 2016 Pada bulan Juli 2016 Kota Blora terjadi inflasi 1,03 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA TASIKMALAYA No. 03/03/32/78/Th.XIX, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2016 KOTA TASIKMALAYA DEFLASI 0,31 PERSEN Bulan Februari 2016 Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 6/11/76/Th. IX, November 015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 015 MAMUJU INFLASI 0,13 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 8 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA MARET 2017 DEFLASI 0,07 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA MARET 2017 DEFLASI 0,07 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BLORA MARET 2017 DEFLASI 0,07 PERSEN No. 04/04/33/16/Th.IX, 4 April 2017 Pada bulan Maret 2017 Kota Blora terjadi deflasi 0,07 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI DI KOTA SRAGEN Bulan Januari 2017 Inflasi 1,10 persen

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI DI KOTA SRAGEN Bulan Januari 2017 Inflasi 1,10 persen KERJASAMA BPS DAN BAPPEDA KABUPATEN SRAGEN No. 01/II/2017, 3 Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI DI KOTA SRAGEN Inflasi 1,10 persen di Kota Sragen terjadi inflasi sebesar 1,10 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 INFLASI 1,08 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 INFLASI 1,08 PERSEN No. 033/63/09 Th. III, 01 Agustus PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI INFLASI 1,08 PERSEN Di Kota Tanjung, pada Bulan Juli mengalami inflasi sebesar 1,08 persen. Laju inflasi kumulatif Tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET DEFLASI 0,06 PERSEN Pada bulan Maret di Kota Meulaboh terjadi deflasi sebesar 0,06 persen, di Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 0,15 persen dan di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 19/3373/4/10/16/Th.VIII, 5 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,10 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 16/03/76/Th. IX, 2 Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2015 MAMUJU DEFLASI -1,13 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

No. 12/12/Th.II, 5 Januari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KUDUS BULAN DESEMBER 2015 INFLASI 0,93 PERSEN Pada Desember 2015 di Kudus terjadi inflasi sebesar 0,93 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 07/3373/4/04/16/Th.VIII, 5 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN MARET 2016 INFLASI 0,37 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TOBOALI (KABUPATEN BANGKA SELATAN) BULAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,28 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TOBOALI (KABUPATEN BANGKA SELATAN) BULAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,28 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TOBOALI (KABUPATEN BANGKA SELATAN) BULAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,28 PERSEN Pada Desember 2016 Kabupaten Bangka Selatan mengalami inflasi sebesar 0,28 persen

Lebih terperinci