Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2014"

Transkripsi

1

2 Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

3 Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2014 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 90 halaman Penanggung Jawab : Ir. M. Tassim Billah, MSc Penyunting : Ir. Dewa N Cakrabawa, MM Ir. Sabarella, MSi Naskah : Metha Herwulan Ningrum Ir. Wieta B Komalasari, MSi Yani Supriati, SE Rinawati, SE Pengolah Data: Tim BPS Metha Herwulan Ningrum Yani Supriati, SE Heri Dwi Martono Heruwati Design dan Layout : Rinawati, SE Heri Dwi Martono Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian, 2014 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena anugrah dan rahmatnya telah selesai disusun Buku Analisis PDB Sektor Pertanian tahun 2014 yang merupakan salah satu output dari sub kegiatan Laporan Penyusunan Data PDB dalam Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pertanian. Buku ini berisi data PDB sektor pertanian, PDB sektor industri pengolahan berbasis pertanian dan PDB sektor perdagangan berbasis pertanian serta analisis kinerja masingmasing sektor. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Badan Pusat Statistik, Eselon I terkait lingkup Kementerian Pertanian dan seluruh anggota tim, yang telah bekerja sama dengan sangat baik dalam penyusunan Buku ini. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan hasil analisis PDB sektor pertanian pada kegiatan selanjutnya. Semoga Buku Analisis PDB sektor pertanian ini dapat memberikan manfaat bagi para pengambil kebijakan di sektor pertanian dan pengguna data lainnya. Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. NIP P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n i

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Cakupan Data... 3 BAB II. SUMBER DATA DAN METODOLOGI Sumber Data Metodologi... 9 BAB III. ANALISIS PDB SEKTOR PERTANIAN PDB Sektor Pertanian PDB Sektor Pertanian dari Hulu hingga Hilir PDB Sektor Pertanian (on farm/hulu) PDB Sektor Industri Pengolahan Berbasis Pertanian PDB Sektor Perdagangan Berbasis Pertanian BAB IV. KESIMPULAN LAMPIRAN P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i Per t a n i a n ii

6 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 PDB atas dasar harga berlaku dan kontribusinya terhadap PDB Indonesia, tahun PDB sektor pertanian atas dasar harga konstan dan laju pertumbuhan, tahun PDB atas dasar harga berlaku menurut klasifikasi Kementerian Pertanian (triliun rupiah), tahun Peranan PDB atas dasar harga berlaku, menurut klasifikasi Kementerian Pertanian terhadap penciptaan PDB Indonesia (%), tahun PDB atas dasar harga konstan menurut klasifikasi Kementerian Pertanian (triliun rupiah), tahun Laju pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan menurut klasifikasi Kementerian Pertanian (%), tahun PDB industri pengolahan berbasis pertanian atas dasar harga berlaku, tahun Kontribusi PDB industri berbasis pertanian terhadap PDB Indonesia, tahun PDB industri pengolahan berbasis pertanian atas dasar harga konstan, tahun Halaman Tabel 3.10 Laju pertumbuhan PDB industri pengolahan berbasis pertanian, tahun P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i Per t a n i a n iii

7 Tabel 3.11 Tabel 3.12 PDB perdagangan berbasis pertanian atas dasar harga berlaku, tahun PDB perdagangan berbasis pertanian atas dasar harga konstan, tahun P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i Per t a n i a n iv

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Kontribusi PDB sektor pertanian dari hulu hingga hilir terhadap PDB Indonesia, tahun Laju pertumbuhan PDB sektor pertanian dari hulu hingga hilir, tahun Kontribusi sektor pertanian (on farm) terhadap PDB Indonesia, tahun Kontribusi PDB sub sektor pertanian terhadap PDB Indonesia, tahun Halaman Gambar 3.5 Kontribusi PDB kelompok komoditas dalam tanaman bahan makanan terhadap PDB Indonesia, tahun Gambar 3.6 Kontribusi PDB kelompok komoditas terhadap PDB sub sektor tanaman bahan makanan, tahun Gambar 3.7 Kontribusi PDB masing-masing komoditas perkebunan terhadap PDB sub sektor perkebunan, tahun Gambar 3.8 Gambar 3.9 Kontribusi PDB kelompok komoditas peternakan terhadap PDB sub sektor peternakan, tahun Laju pertumbuhan PDB sektor pertanian atas dasar harga konstan, tahun Gambar 3.10 Laju pertumbuhan PDB kelompok tanaman bahan makanan/komoditas atas dasar harga konstan, tahun P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i Per t a n i a n v

9 Gambar 3.11 Laju pertumbuhan PDB komoditas perkebunan atas dasar harga konstan, tahun Gambar 3.12 Laju pertumbuhan PDB kelompok komoditas perternakan atas dasar harga konstan, tahun Gambar 3.13 Kontribusi sektor industri pengolahan berbasis pertanian terhadap PDB Indonesia, tahun Gambar 3.14 Kontribusi kelompok sektor industri pengolahan berbasis pertanian terhadap PDB Indonesia, tahun Gambar 3.15 Kontribusi PDB tiga industri pengolahan terbesar terhadap kelompok industri makanan, minuman dan tembakau, tahun Gambar 3.16 Kontribusi PDB dua industri karung goni dan kapuk terhadap kelompok industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, tahun Gambar 3.17 Kontribusi PDB tiga industri terbesar terhadap kelompok industri kimia, tahun Gambar 3.18 Laju pertumbuhan PDB sektor industri pengolahan berbasis pertanian atas dasar harga konstan 2000, tahun Gambar 3.19 Kontribusi PDB sektor perdagangan besar dan eceran (PBE) berbasis pertanian, atas dasar harga berlaku terhadap PDB pertanian perdagangan besar dan eceran, tahun P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i Per t a n i a n vi

10 Gambar 3.20 Kontribusi PDB sektor perdagangan besar dan eceran (PBE), masing-masing kelompok terhadap PDB sektor PBE berbasis pertanian, tahun Gambar 3.21 Laju pertumbuhan PDB sektor perdagangan besar dan eceran (PBE), atas dasar harga konstan, tahun P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i Per t a n i a n vii

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator makro ekonomi yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian menurut lapangan usaha (industri) selama satu periode tertentu (tahunan/triwulan). PDB menurut harga berlaku menggambarkan tingkat (level) nilai tambah yang diciptakan oleh seluruh faktor produksi dalam perekonomian. Sedangkan PDB atas dasar harga konstan menggambarkan tingkat pertumbuhan riil (nyata) perekonomian baik secara total maupun menurut lapangan usaha. Jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi makro, peran sektor pertanian secara konvensional ditunjukkan oleh besarnya persentase Nilai Tambah Bruto (NTB) yang diciptakan sektor pertanian terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB). PDB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Dalam penyajian angka PDB Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian (kecuali kehutanan dan perikanan) hanya mencakup komoditas-komoditas primer hasil budidaya pertanian seperti padi, palawija, sayuran, buah-buahan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 1

12 Sementara itu cakupan komoditas binaan Kementerian Pertanian meliputi hasil produk primer pertanian hingga industri berbahan baku produk pertanian serta pendistribusian barangbarang hasil pertanian. NTB industri seperti yang disebutkan sebelumnya selama ini penyajiannya dalam PDB masih tergabung dalam PDB sektor industri pengolahan, demikian juga dengan pendistribusiannya masih tergabung dalam PDB sektor perdagangan. Keadaan yang demikian menyebabkan peranan sektor pertanian didalam penciptaan Produk Domestik Bruto belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya, bahkan cenderung under estimate dalam konteks pertanian secara luas. Berdasarkan uraian di atas, Pusat data dan sistem informasi pertanian (pusdatin) telah bekerjasama dengan BPS dalam penyusunan PDB sektor pertanian yang lebih rinci, berdasarkan komoditas/kelompok komoditas termasuk di dalamnya PDB indistri berbasis pertanian dan PDB perdagangan berbasis pertanian, sehingga diharapkan persentase penciptaan nilai tambah bruto pertanian terhadap PDB Indonesia mendekati realitas Tujuan Penyusunan Buku Analisis Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian bertujuan untuk menganalisis kinerja pembangunan sektor pertanian dari hulu sampai hilir berdasarkan data PDB. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 2

13 1.3. Cakupan Data Cakupan dalam penyusunan PDB sektor pertanian, industri pengolahan berbasis pertanian dan perdagangan berbasis pertanian berdasarkan Kode Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 5 digit tahun 2005 terdiri dari 122 kelompok komoditi yang sektornya meliputi : Sektor Sub sektor Jumlah Kelompok Pertanian (16 kelompok) 1. Tanaman bahan makanan 2. Tanaman perkebunan 3. Peternakan Industri Pengolahan ( 71 kelompok) Perdagangan Besar dan Eceran (35 kelompok) 1. Industri makanan, minuman dan tembakau 2. Industri tekstil, barang kulit dan alas kaki 3. Industri pupuk, kimia dan barang dari karet 1. Perdagangan besar dan eceran tanaman bahan makanan 2. Perdagangan besar dan eceran tanaman Perkebunan 3. Perdagangan besar dan eceran peternakan dan hasil-hasilnya 4. Perdagangan besar dan eceran industri pengolahan berbasis komoditi pertanian P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 3

14 Klasifikasi dan diskripsi kelompok komoditi di atas secara rinci dapat di lihat pada Lampiran 1a. Hasil penyusunan PDB pertanian, PDB industri pengolahan berbasis pertanian dan PDB perdagangan berbasis pertanian menurut kelompok tersebut periode tahun Sementara dengan adanya rencana perubahan PDB atas dasar harga konstan dari tahun 2000 menjadi tahun dasar 2010 di tahun 2015, maka kementerian pertanian melalui Pusdatin telah mengusulkan klasifikasi dan diskripsi kelompok komoditas berdasarkan KBLI tahun 2010 sebagai dasar pada penyajian data PDB sektor pertanian tahun 2015 (Lampiran 1b). P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 4

15 BAB II SUMBER DATA DAN METODOLOGI 2.1. Sumber Data Data yang digunakan untuk penyusunan PDB sektor pertanian, PDB industri pengolahan berbasis pertanian dan PDB perdagangan berbasis pertanian menurut kelompok dibagi menjadi: 1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Data produksi padi dan palawija diperoleh dari Sub Direktorat Statistik Tanaman Pangan BPS. Data tahun 2011 sd 2012 yang digunakan adalah data angka tetap padi dan palawija, sedangkan tahun 2013 menggunakan angka ramalan III karena PDB yang dirilis oleh BPS menggunakan angka tersebut. Cakupan kelompok palawija meliputi komoditas jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedele dan kacang hijau. Data produksi sayur-sayuran dan buah-buahan diperoleh dari Sub Direktorat Statistik Hortikultura BPS. Data tahun 2011 sd 2012 menggunakan angka tetap, sedangkan data tahun 2013 menggunakan angka sementara. Cakupan kelompok hortikultura sayuran meliputi bawang daun, bawang merah, kubis, petsai/sawi, wortel, kacang panjang, cabe, tomat, terung, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 5

16 lobak, petai, melinjo, kacang merah dan kentang. Sedangkan cakupan kelompok hortikultura buah-buahan meliputi komoditas alpukat, belimbing, duku/langsat, durian, jambu biji, jambu air, jeruk, mangga, manggis, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak, sukun, melon dan semangka. Data harga padi menggunakan harga produsen padi dari Sub Direktorat Statistik Harga Produsen BPS. Data harga palawija, sayuran dan buah-buahan menggunakan indikator harga berdasarkan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dari Sub Direktorat Statistik Harga Perdagangan Besar BPS. Data telah tersedia sampai tahun Data struktur ongkos untuk palawija, sayuran dan buahbuahan menggunakan struktur ongkos hasil pengolahan Sensus Pertanian 2003 tahun 2004 dan struktur ongkos padi tahun 2008 dari Sub Direktorat Statistik Tanaman Pangan, BPS. 2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan Data produksi tanaman perkebunan diperoleh dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. Komoditas yang tersedia produksinya meliputi: tembakau, karet, kelapa sawit, tebu, kelapa, kakao, kopi dan teh, cengkeh serta perkebunan lainnya. Data yang digunakan untuk tahun 2011 sd 2012 merupakan angka P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 6

17 tetap, sementara tahun 2013 menggunakan angka sementara. Data harga menggunakan indikator harga yaitu Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dari Sub Direktorat Statistik Harga Perdagangan Besar BPS. Data telah tersedia sampai tahun Data struktur Ongkos masih menggunakan struktur ongkos hasil pengolahan Sensus Pertanian 2003 tahun 2004 dari Sub Direktorat Statistik Perkebunan, BPS. 3. Sub Sektor Peternakan Data peternakan diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian. Jenis data yang tersedia meliputi: populasi ternak, produksi telur, produksi susu dan pemotongan daging. Data yang digunakan tahun 2011 sd 2012 merupakan angka tetap, sedangkan data tahun 2013 menggunakan angka sementara. Data harga menggunakan indikator harga yaitu Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dari Sub Direktorat Statistik Harga Perdagangan Besar BPS. Data sudah tersedia sampai tahun Data struktur Ongkos masih menggunakan struktur ongkos hasil pengolahan Sensus Peternakan Nasional (SPN) tahun 2006, 2003 tahun 2004 dari Sub Direktorat Statistik Peternakan BPS. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 7

18 4. Sektor Industri Berbasis Pertanian Data industri besar dan sedang diperoleh dari hasil survei industri besar dan sedang dari Sub Direktorat Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS. Data yang digunakan mencakup produksi yang dihasilkan, bahan baku dan penolong serta biaya-biaya lain yang dirinci menurut komoditas. Data ini tersedia untuk tahun 2011 dan 2012, serta Indeks Produksi Besar dan Sedang, BPS tahun Data industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKRT) diperoleh dari hasil pengolahan Sensus Ekonomi 2006 dan indikator tenaga kerja, BPS. Data harga menggunakan indikator harga yaitu Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dari Sub Direktorat Statistik Harga Perdagangan Besar BPS. Data telah tersedia sampai tahun Data struktur ongkos menggunakan struktur ongkos hasil survei industri besar dan sedang dari Sub Direktorat Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS tahun 2011 sampai dengan tahun Sektor Perdagangan Berbasis Pertanian Output sektoral barang-barang yang diperdagangkan diperoleh dari output masing-masing sektor PDB yaitu barang-barang pertanian dan industri berbasis pertanian P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 8

19 2.2. Metodologi Metode penghitungan yang digunakan untuk menyusun PDB setiap sektor berbeda-beda, sehingga metodologi yang akan disajikan dibagi menjadi beberapa sektor maupun subsektor. Metodologi ini digunakan untuk memperoleh PDB atas dasar harga berlaku maupun PDB atas dasar harga konstan tahun PDB Sektor Pertanian PDB yang disusun dalam analisis ini meliputi Subsektor Tanaman Bahan Makanan, Subsektor Tanaman Perkebunan, dan Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya yang dirinci menurut klasifikasi yang sudah dijelaskan sebelumnya. PDB atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu nilai tambah diperoleh dari pengurangan total nilai produksi (output) dengan biaya antaranya untuk masing-masing kelompok komoditas. Atau dengan rumus dapat dijelaskan : Output b,t NTB b,t = Produksi t x Harga t = Output b,t Biaya antara b,t dimana: Output b,t = Output/nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku tahun t P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 9

20 NTB b,t Produksi t Harga t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun t = Kuantum produksi tahun t = Harga produksi tahun t PDB atas dasar harga konstan dihitung menggunakan metode revaluasi, yaitu output diperoleh dari perkalian antara produksi dengan harga tahun dasar. Sedangkan nilai tambah dihasilkan dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio nilai tambah tahun dasar. Atau dengan rumus dapat dijelaskan : dimana: Output k,t = Output k,t = Produksi t x Harga 0 NTB k,t = Output k,t x Rasio NTB 0 harga konstan tahun t Output/nilai produksi bruto atas dasar NTB k,t Harga 0 Rasio NTB 0 = Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun t = Harga produksi tahun dasar = Rasio nilai tambah bruto terhadap output tahun dasar. Khusus Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, penghitungan produksinya adalah selisih populasi ditambah dengan pemotongan, dengan rumus sebagai berikut: Produksi t = (Populasi t Populasi t-1 ) + Pemotongan t + (Ekspor t Impor t ) P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 10

21 2. PDB Sektor Industri Pengolahan Berbasis Pertanian Output Industri Besar dan Sedang, biaya antara dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil pengolahan transfer in transfer out (TITO) survei industri besar dan sedang. Data Industri besar dan sedang dihasilkan dari survei tahunan industri yang dilakukan secara sensus. Survei ini dilakukan dengan pendekatan establishment, dan tabulasi akhirnya disajikan secara rinci menurut kelompok komoditi berdasarkan KBLI 5 digit. Penentuan suatu establishment masuk ke dalam KBLI 5 digit tertentu didasarkan kepada produk utamanya (main characteristic product). Produk utama adalah produk yang nilai outputnya paling besar dibandingkan dengan nilai produk-produk lainnya yang dihasilkan oleh suatu establishment. Pada kenyataannya terlihat bahwa dalam satu establishment ternyata dapat menghasilkan beberapa jenis produk disamping produk utama. Dengan kata lain digunakannya pendekatan establishment tersebut mengakibatkan bahwa seluruh jenis komoditi yang dihasilkan oleh suatu establishment akan masuk ke dalam KBLI 5 digit tertentu mengikuti produk utamannya. Oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa produk lainnya di luar produk utama tersebut mempunyai ciri produk yang tidak sesuai lagi dengan ciri produk utamanya. Ada P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 11

22 kemungkinan bahwa produk lainnya tersebut memiliki Kode KBLI 5 digit yang berbeda dengan produk utamanya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh suatu gambaran bahwa penyajian hasil survei tahunan industri besar dan sedang yang dirinci menurut KBLI 5 digit belum secara murni memperlihatkan identitas dari KBLI 5 digit tertentu, karena di dalamnya masih terdapat produkproduk di luar produk utama. Agar data hasil survei tahunan Industri besar dan sedang (IBS) ini dapat digunakan untuk kebutuhan penyusunan PDB Industri Pertanian perlu dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Proses pengolahan data tersebut, dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: melalui a. Melakukan identifikasi establishment IBS yang sebagian atau seluruh barang-barang yang dihasilkan adalah barang-barang berbahan baku tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan serta peternakan. b. Melakukan penyandian (Coding) setiap komoditi dari barang-barang yang dihasilkan untuk seluruh establishment yang terpilih pada point 1 ke dalam KBLI 5 digit meskipun hasil penyandian berbeda dari KBLI yang akan disusun PDB-nya. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 12

23 c. Melakukan penyandian (Coding) setiap komoditi dari bahan baku dan penolong untuk seluruh establishment yang terpilih pada point 1 ke dalam KBLI 5 digit. d. Menjumlahkan nilai dari barang-barang yang dihasilkan dengan kode KBLI yang sama pada setiap establishment. e. Melakukan destinasi terhadap bahan baku dan penolong setiap komoditi sesuai dengan industri pemakai (hasil point 4). f. Melakukan proses Transfer In Transfer Out (TITO) terhadap bahan baku maupun biaya lainnya sesuai dengan output yang sesuai. Output ini terdiri dari barang-barang yang dihasilkan, listrik yang dijual, jasa industri, selisih nilai stok barang setengah jadi, dan penerimaan lainnya. g. Setelah proses TITO selesai, maka dilakukan agregasi barang-barang yang dihasilkan serta bahan baku dan biaya produksi lainnya (termasuk komponen nilai tambah) sesuai dengan KBLI 5 digit Industri yang telah ditentukan. h. Memeriksa kelayakan rasio nilai tambah menurut KBLI yang telah disepakati. i. Membuat neraca produksi IBS menurut KBLI 5 digit. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 13

24 Setelah neraca produksi Industri Besar dan Sedang diperoleh, artinya nilai tambah untuk industri Besar dan Sedang atas dasar harga berlaku diperoleh pula. Kemudian untuk menghitung nilai tambah industri Besar dan Sedang atas dasar harga konstan 2000 diperlukan suatu deflator yaitu indeks harga perdagangan besar (IHPB). Dari Output industri besar dan sedang atas dasar harga berlaku dideflate dengan indeks harga perdagangan besar maka diperoleh output industri besar dan sedang atas dasar harga konstan. Kemudian output atas dasar harga konstan tersebut dikalikan rasio nilai tambah terhadap output tahun dasar diperoleh NTB industri besar dan sedang atas dasar harga konstan. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga, dasar penghitungannya adalah output hasil pengolahan Sensus Ekonomi (SE) Output hasil SE 2006 di-deflate dengan IHPB tahun yang sama diperoleh output atas dasar harga konstan. Kemudian untuk tahun 2011 sampai 2013 digerakkan menggunakan indeks produksi Industri Mikro dan Kecil (IMK). Setelah output atas dasar harga konstan masing-masing tahun diperoleh maka di-inflate dengan IHPB dihasilkan output atas dasar harga berlaku masing-masing tahun. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari output atas dasar berlaku kali rasio NTB tahun berjalan. Demikian juga NTB atas dasar harga konstan dihitung dari output atas dasar harga konstan kali rasio NTB tahun dasar. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 14

25 Nilai Tambah Bruto Sektor Industri atas dasar harga berlaku dan konstan dihasilhan dari penjumlahan nilai tambah industri besar dan sedang dan nilai tambah industri kecil dan kerajinan rumah tangga untuk masing-masing harga berlaku dan harga konstan. 3. PDB Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Berbasis Pertanian Penghitungan PDB sektor ini didasarkan pada metode commodity flow (arus barang), artinya output subsektor perdagangan didasarkan pada output sektoral atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Output sektoral dalam laporan ini adalah output tanaman bahan makanan, output tanaman perkebunan, output peternakan dan hasil-hasilnya, serta output industri pengolahan berbasis pertanian. Output sektor perdagangan adalah margin perdagangan yang dihasilkan dari selisih penjualan dan pembelian barang-barang yang didagangkan. Output subsektor perdagangan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan dihitung dengan mengalikan output sektoral dengan rasio margin perdagangan dan rasio barang yang didagangkan untuk masing-masing kelompok komoditi. Rasio margin perdagangan dan rasio barang yang didagangkan diturunkan dari tabel Input- Output tahun P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 15

26 Output sektor perdagangan = Margin Perdagangan Besar + Margin Perdagangan Eceran Margin Perdagangan Besar (PB) = RMS Produsen x RMS PB x RMH PB x Output Produsen Dimana : RMS Produsen = Rasio Marketed Surplus di tingkat produsen RMS PB = Rasio Marketed Surplus di tingkat perdagangan besar RMH PB = Rasio Marjin Harga di tingkat Perdaganan Besar Output Produsen = Output dari produsen sektoral Margin Perdagangan Eceran (PE) = RMS Produsen x RMS PB x RMS PB ke PE x RMS PE x RMH PE x Output Produsen Dimana : RMS Produsen = Rasio Marketed Surplus di tingkat produsen RMS PB = Rasio Marketed Surplus di tingkat perdagangan besar RMS PB ke PE = Rasio Marketed Surplus di tingkat Perdaganan Besar yang dijual ke Pedagang Eceran RMS PE = Rasio Marketed Surplus di tingkat Perdaganan Eceran RMH PE = Rasio Marjin Harga di tingkat Perdaganan Eceran Output Produsen = Output dari produsen sektoral P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 16

27 Nilai tambah bruto (NTB) atau PDB subsektor perdagangan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan dihitung dari perkalian antara output perdagangan dengan rasio nilai tambah terhadap output masing-masing kelompok komoditi. Output dan NTB perdagangan yang dihitung di sini hanya mencakup perdagangan besar dan eceran dalam negeri, tidak termasuk penjualan barangbarang impor, pajak penjualan, dan bea masuk barang impor. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 17

28 BAB III Analisis PDB Sektor Pertanian PDB merupakan jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara pada jangka waktu tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS, 2001). PDB berdasarkan penghasil barang dan jasa dikelompokan menurut 9 (sembilan) sektor ekonomi/lapangan usaha, salah satunya adalah sektor pertanian. Sesuai dengan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian, diantaranya meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor yang dapat dilihat salah satunya melalui perkembangan PDB pertanian. Pusdatin telah bekerjasama dengan BPS dalam menyusun data PDB sektor pertanian yang lebih rinci berdasarkan komoditas/ kelompok komoditas termasuk didalamnya PDB industri berbasis pertanian dan PDB perdagangan berbasis pertanian, sehingga diharapkan persentase penciptaan nilai tambah bruto pertanian terhadap PDB Indonesia lebih mendekati realitas. Dalam penyajian data PDB menurut lapangan usaha yang secara rutin dirilis oleh BPS, salah satunya adalah PDB pertanian secara luas yang mencakup tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Namum mengingat Kementerian Pertanian tidak termasuk kehutanan dan perikanan sehingga dalam penyusunan PDB sektor Pertanian yang lebihn rinci ini hanya mencakup PDB menurut sub sektor Tanaman Bahan Makanan, sub sektor Tanaman Perkebunan dan sub sektor P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 18

29 Peternakan yang dalam penyajiannya lebih diperinci per kelompok komoditas atau komoditas pertanian penyusunnya. Selain itu juga PDB dihitung dengan 2 pendekatan yaitu harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Harga konstan merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar (tahun 2000) PDB Sektor Pertanian Selama tahun 2011 sampai tahun 2013 terlihat terjadi peningkatan PDB Indonesia, yang diikuti pula peningkatan PDB sektor pertanian. PDB sektor pertanian luas (termasuk kehutanan dan perikanan) atas dasar harga berlaku tahun 2011 sebesar 1.091,4 triliun rupiah meningkat menjadi triliun rupiah pada tahun Kondisi demikian juga terjadi di sektor pertanian sempit, yaitu tahun 2011 sebesar 813 triliun rupiah menjadi 962,2 triliun rupiah di tahun Sementara di sektor industri pengolahan yaitu tahun 2011 sebesar 1.806,1 triliun rupiah menjadi 2.152,6 triliun rupiah di tahun 2013, begitu juga di sektor perdagangan tahun 2011 sebesar 1.023,7 triliun rupiah menjadi 1.301,5 triliun rupiah pada tahun Kontribusi terbesar pada tahun 2013 terjadi pada sektor industri pengolahan sebesar 23,70%, peringkat kedua diduduki oleh sektor pertanian secara luas mencapai 14,43%, sedangkan peringkat ketiga diduduki oleh sektor perdagangan sebesar 14,33%. Hal ini dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 3.1. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 19

30 Tabel 3.1. PDB sektor pertanian atas harga berlaku dan kontribusinya terhadap PDB Indonesia, tahun Uraian PDB Atas Harga Berlaku (Triliun Rupiah) Kontribusi thd PDB Indonesia (%) *) 2013**) *) 2013**) Pertanian Tanaman Bahan Makanan 530,0 574,9 621,8 7,14 6,99 6,85 Pertanian Tanaman Perkebunan 153,7 172,7 184,0 2,07 2,10 2,03 Peternakan dan Hasil-hasilnya 129,3 138,7 145,4 1,74 1,69 1,60 Sektor Pertanian (Secara Sempit/Kementan) 813,0 883,2 962,2 10,96 10,73 10,59 Sektor Pertanian (Secara Luas) 1.091, , ,0 14,71 14,50 14,43 Sektor Industri Pengolahan 1.806, , ,6 24,34 23,97 23,70 Sektor Perdagangan 1.023, , ,5 13,80 13,96 14,33 Sektor Lainnya 3.497, , ,8 47,15 47,57 47,54 PDB Indonesia 7.419, , ,0 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun 2012, hal ini dapat dilihat berdasarkan PDB atas harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2011 sebesar 6,49%, sementara pada tahun 2012 sampai tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi meningkat namun melambat masing-masing sebesar 6,26% dan 5,78%. Seiring dengan kondisi tersebut, laju pertumbuhan sektor pertanian secara luas tahun 2011 meningkat sebesar 3,37%, kembali meningkat pada tahun 2012 sebesar 4,20%, begitu juga di tahun 2013 meningkat lambat sebesar 3,54% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara pertanian sempit memiliki pertumbuhan yang fluktuatif, yaitu tahun 2011 meningkat sebesar 2,80%, kemudian tahun 2012 meningkat sebesar 3,98% dan tahun 2013 meningkat lebih lambat menjadi sebesar 3,02%. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 20

31 Laju pertumbuhan sektor industri pengolahan pada tahun 2011 mencapai 6,14%, kemudian pada tahun 2012 sampai tahun 2013 tumbuh melambat masing-masing menjadi 5,74% dan 5,56%. demikian juga di sektor perdagangan tahun 2011 mencapai 9,24%, kemudian pada tahun 2012 sampai tahun 2013 tumbuh melambat masing-masing menjadi 8,15% dan 5,93%. Jika dilihat dari PDB atas dasar harga konstan tahun 2000, PDB sektor pertanian sempit (tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan dan peternakan) tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 masing-masing sebesar 243,5 triliun rupiah tahun 2011, pada tahun 2012 sebesar 253,2 triliun rupiah dan tahun 2013 meningkat hingga mampu menyumbangkan PDB Indonesia sebesar 260,8 triliun rupiah, Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. PDB sektor pertanian atas harga konstan dan laju pertumbuhan, tahun Uraian PDB Atas harga konstan (triliun rupiah) Laju Pertumbuhan (%) *) 2013**) *) 2013**) Pertanian Tanaman Bahan Makanan 154,2 158,9 162,0 1,75 3,08 1,93 Pertanian Tanaman Perkebunan 49,3 52,3 54,9 4,47 6,22 4,92 Peternakan dan Hasil-hasilnya 40,0 41,9 43,9 4,78 4,68 4,77 Sektor Pertanian (Secara Sempit/Kementan) 243,5 253,2 260,8 2,80 3,98 3,02 Sektor Pertanian (Secara Luas) 315,0 328,3 339,9 3,37 4,20 3,54 Sektor Industri Pengolahan 633,8 670,2 707,5 6,14 5,74 5,56 Sektor Perdagangan 437,5 473,1 501,2 9,24 8,15 5,93 Sektor Lainnya 1.078, , ,8 6,54 6,41 6,49 PDB Indonesia 2.464, , ,3 6,49 6,26 5,78 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 21

32 3.2. PDB Sektor Pertanian Dari Hulu Hingga Hilir PDB Sektor Pertanian Hulu Hilir Atas Harga Berlaku Penyempurnaan penghitungan PDB sektor pertanian terlihat bahwa rilis sebelumnya oleh BPS, PDB sektor pertanian sempit atas dasar harga berlaku yang hanya mencakup tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan dan peternakan dan hasil-hasilnya hanya mencakup produk primer tahun 2011 s.d masing-masing 812,97 triliun rupiah, 883,18 triliun rupiah dan 962,24 triliun rupiah. Setelah dilakukan penyempurnaan penghitungan PDB sektor pertanian per komoditas, pada tahun 2013 PDB sektor pertanian bertambah 673,59 triliun rupiah dari sektor industri pengolahan non migas (berbasis pertanian) dan 388,30 triliun rupiah dari sektor perdagangan berbasis pertanian. Sehingga PDB sektor pertanian menurut cakupan Kementan menjadi 1.666,33 triliun rupiah pada tahun 2011, sementara tahun 2012 dan tahun 2013 masing-masing menjadi 1.848,98 triliun rupiah dan 2.024,13 triliun rupiah. Hasil penghitungan secara rinci dapat di lihat pada tabel 3.3 di bawah ini. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 22

33 Tabel 3.3. PDB atas dasar harga berlaku menurut klasifikasi Kementerian Pertanian (triliun rupiah), tahun NO. Uraian PDB Atas Harga Berlaku (Triliun Rp.) *) 2013 **) I Sektor Pertanian (Secara Sempit/Kementan) 812,97 883,18 962,24 Pertanian Tanaman Bahan Makanan 529,97 574,92 621,84 Pertanian Tanaman Perkebunan 153,71 172,74 184,03 Peternakan dan Hasil-hasilnya 129,30 138,73 145,37 II Sektor Industri Pengolahan Non Migas (Kementan) 548,28 623,03 673,59 Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau 527,59 598,16 647,18 Ind. Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 0,14 0,11 0,12 III Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 20,56 24,76 26,29 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (Kementan) 305,07 342,77 388,30 PDB Menurut Cakupan Kementan 1.666, , ,13 PDB Indonesia 7.419, , ,97 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku yang dihasilkan diatas, pada tahun 2011 PDB sektor pertanian menurut cakupan Kementerian Pertanian mampu menyumbang PDB Indonesia sebesar 22,46% yang terdiri dari sektor pertanian (on farm) sebesar 10,96%, dari sektor industri pengolahan sebesar 7,57% serta dari sektor perdagangan sebesar 4,11%. Sementara pada tahun 2012 sumbangan yang tercipta untuk PDB Indonesia masing-masing sektor di lingkup Kementerian Pertanian adalah sektor pertanian sebesar 10,73%, sektor industri sebesar 7,39% dan sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 4,17%, sehingga total PDB menurut cakupan Kementerian Pertanian mencapai 22,47%. Pada tahun 2013 sumbangan yang dihasilkan oleh Kementerian Pertanian dalam P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 23

34 penciptaan PDB Indonesia sebesar 22,28% (Tabel 3.4). Jika di perhatikan selama kurun waktu tiga tahun, peranan komoditi-komoditi menurut binaan Kementerian Pertanian dalam penciptaan PDB Indonesia menunjukan persentase yang bergerak cukup baik. Tabel 3.4. Peranan PDB atas dasar harga berlaku menurut klasifikasi Kementerian Pertanian terhadap penciptaan PDB Indonesia (%), tahun No. Uraian Kontribuusi (%) *) 2013**) I Sektor Pertanian (Secara Sempit/Kementan) 10,96 10,73 10,59 Pertanian Tanaman Bahan Makanan 7,14 6,99 6,85 Pertanian Tanaman Perkebunan 2,07 2,10 2,03 Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,74 1,69 1,60 II Sektor Industri Pengolahan Non Migas (Kementan) 7,39 7,57 7,42 Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau 7,11 7,27 7,12 Ind. Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 0,002 0,001 0,001 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 0,28 0,30 0,29 III Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (Kementan) 4,11 4,17 4,27 PDB Menurut Cakupan Kementan 22,46 22,47 22,28 PDB Indonesia 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Gambar 3.1. berikut ini menunjukkan bahwa PDB Pertanian secara menyeluruh (dari hulu hingga hilir), memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDB Indonesia, diikuti PDB sektor Industri pengolahan berbasis pertanian di peringkat ke dua, sementara peringkat ke tiga diduduki oleh PDB sektor perdagangan berbasis pertanian. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 24

35 (%) 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 Perdagangan Berbasis Pertanian Industri Pengolahan Berbasis Pertanian *) 2013**) 4,11 4,17 4,27 7,39 7,57 7,42 Pertanian 10,96 10,73 10,59 Gambar 3.1. Kontribusi PDB sektor pertanian dari hulu hingga hilir terhadap PDB Indonesia, tahun PDB Sektor Pertanian Hulu Hilir Atas Harga Konstan PDB sektor pertanian sempit meliputi tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan dan peternakan atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2011 sebesar 243,45 triliun rupiah, meningkat di tahun 2012 mencapai 253,14 triliun rupiah, begitu juga di tahun 2013 meningkat sebesar 260,77 triliun rupiah. Setelah dihitung untuk PDB sektor industri pengolahan dan PDB perdagangan berbasis pertanian sesuai dengan cakupan Kementerian Pertanian, PDB atas dasar harga konstan yang tercipta bertambah menjadi 519,79 triliun rupiah pada tahun 2011, meningkat pada tahun 2012 sebesar 551,37 triliun rupiah dan kembali meningkat pada tahun 2013 sebesar 571,79 triliun rupiah. Secara rinci dapat di lihat pada Tabel 3.5. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 25

36 Tabel 3.5. PDB atas dasar harga konstan menurut klasifikasi Kementerian Pertanian (triliun rupiah), tahun NO. Uraian PDB Atas Harga Konstan (Triliun Rupiah) *) 2013**) I Sektor Pertanian (Secara Sempit/Kementan) 243,45 253,14 260,77 Pertanian Tanaman Bahan Makanan 154,15 158,90 161,97 Pertanian Tanaman Perkebunan 49,26 52,32 54,90 Peternakan dan Hasil-hasilnya 40,04 41,92 43,91 II Sektor Industri Pengolahan Non Migas (Kementan) 171,49 184,27 190,34 Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau 164,90 176,58 182,49 Ind. Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 0,02 0,02 0,03 6,58 7,66 7,83 III Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (Kementan) 104,85 113,95 120,67 PDB Menurut Cakupan Kementan 519,79 551,37 571,79 PDB Indonesia 2.464, , ,36 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Seiring dengan kondisi tersebut, laju pertumbuhan sektor pertanian secara sempit pada tahun 2011 mencapai 2,78%, meningkat pada tahun 2012 sebesar 3,98%, dan tahun 2013 turun sebesar 3,02%. Laju pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan tahun 2013 sebesar 1,93%, sub sektor tanaman perkebunan mencapai 4,92% dan sub sektor peternakan mencapai 4,77% (Tabel 3.6). P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 26

37 Tabel 3.6. Laju pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan menurut klasifikasi Kementerian Pertanian (%), tahun NO. Uraian Laju Pertumbuhan (%) *) 2013**) I Sektor Pertanian (Secara Sempit/Kementan) 2,78 3,98 3,02 Pertanian Tanaman Bahan Makanan 1,75 3,08 1,93 Pertanian Tanaman Perkebunan 4,47 6,22 4,92 Peternakan dan Hasil-hasilnya 4,78 4,68 4,77 II Sektor Industri Pengolahan Non Migas (Kementan) 9,02 7,45 3,30 Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau 9,46 7,09 3,34 Ind. Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 7,93 10,54 6,06 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet (1,09) 16,52 2,21 III Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (Kementan) 16,63 8,68 5,89 PDB Menurut Cakupan Kementan 7,38 6,07 3,70 PDB Indonesia 6,49 6,26 5,78 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Jika dlilihat dari tabel di atas, laju pertumbuhan masing-masing sektor dan sub sektor yang dihasilkan menunjukkan pertumbuhan positif kecuali PDB sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 1,09%, kemudian kembali meningkat pada tahun 2012 sebesar 16,52%, pada tahun 2013 melambat peningkatnya menjadi 2,21%. Hal ini diduga karena masuknya barang-barang impor dari Cina yang menawarkan harga yang lebih murah. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 27

38 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Perdagangan Berbasis Pertanian Industri Pengolahan Berbasis Pertanian ( % ) *) 2013 **) 16,63 8,68 5,89 9,02 7,45 3,30 Pertanian 2,78 3,7 3,69 Gambar 3.2. Laju pertumbuhan PDB sektor pertanian dari hulu hingga hilir tahun Laju pertumbuhan PDB sektor pertanian dari hulu hingga hilir pada tahun 2013 menunjukan peningkatan PDB pertanian on farm sebesar 3,69%, sementara PDB industri pengolahan berbasis pertanian sebesar 3,30% dan PDB sektor perdagangan berbasis pertanian mencapai 5,89%. Perkembangan laju pertumbuhan PDB sektor pertanian dari hulu hingga hilir dapat dilihat pada Gambar PDB Sektor Pertanian (on farm/hulu) Kontribusi PDB Sektor Pertanian on Farm Kontribusi PDB sektor pertanian (on farm/hulu) secara luas terhadap sumbangan PDB Indonesia selama tahun menunjukkan sedikit terjadi penurunan, yaitu tahun 2011 P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 28

39 berkontribusi sebesar 14,71% kemudian turun menjadi 14,50% tahun 2012, dan kembali turun menjadi 14,43% pada tahun 2013, sehingga kontribusi PDB sektor lainnya meningkat (Gambar 3.3). (%) 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0, Pertanian Sempit 10,96 10,73 10,59 Pertanian Luas 14,71 14,50 14,43 Sektor Lainnya 85,29 85,50 85,57 Gambar 3.3. Kontribusi sektor tahun pertanian (on farm) terhadap PDB Indonesia, Demikian pula bila dilihat kontribusi PDB sektor pertanian sempit terhadap PDB Indonesia tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 masing-masing berkontribusi sebesar 10,96% pada tahun 2011, pada tahun 2012 menjadi 10,73%, kembali menurun pada tahun 2013 menjadi 10,59%. Secara rinci dapat di lihat pada Lampiran 2 & 3. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 29

40 (%) 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan Pertanian Sempit Pertanian Luas ,14 2,07 1,74 10,96 14, ,99 2,10 1,69 10,73 14, ,85 2,03 1,60 10,59 14,43 Gambar 3.4. Kontribusi PDB sub sektor pertanian (on farm) terhadap PDB Indonesia tahun Bila dilihat pada Gambar 3.4. menunjukkan sub sektor pertanian yang memiliki kontribusi tertinggi adalah tanaman bahan makanan (tabama) mencapai 7,14% tahun 2011 menurun menjadi 6,99% pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 menurun mencapai 6,85% terhadap PDB Indonesia. Selanjutnya disusul sub sektor perkebunan dan peternakan tahun 2013 masing-masing berkontribusi sebesar 2,03% dan 1,60% terhadap PDB Indonesia. Jika diperhatikan selama tiga tahun tersebut, peranan komoditas pertanian dalam penciptaan PDB Indonesia menunjukkan persentase yang bergerak melambat (Gambar 3.4). Selanjutnya dari sub sektor tanaman bahan makanan terlihat pada tahun 2013, padi memiliki kontribusi terbesar yaitu 2,71% terhadap PDB Indonesia, disusul buah-buahan sebesar 1,82%, palawija sebesar 1,35% dan sayuran sebesar 0,97% (Gambar 3.5). P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 30

41 Produksi padi memberikan andil terbesar di sub sektor tabama, sehingga bila terjadi perubahan produksi atau harga akan berpengaruh besar terhadap sub sektor tabama dan pada akhirnya terhadap PDB Sektor Pertanian. Secara lebih rinci masing-masing nilai dan kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Lampiran 3. (%) 25,00 20,00 6,85 15,00 10,00 5,00-6,99 7,14 2,71 1,35 0,97 2,82 1,47 2,70 0,94 1,47 0,98 Tabama Padi Palawija Horti Sayursayuran 1,75 2,00 Horti Buahbuahan 1, Gambar 3.5. Kontribusi PDB kelompok komoditas dalam tanaman bahan makanan terhadap PDB Indonesia, tahun Sejalan dengan kontribusi tersebut di atas, peranan masingmasing komoditas/kelompok komoditas terhadap PDB sub sektor tanaman bahan makanan tahun 2013, komoditas padi mampu berkontribusi sebesar 40%, disusul PDB kelompok buah-buahan P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 31

42 sebesar 26%, kelompok palawija sebesar 20% dan sayuran sebesar 14 % terhadap PDB tanaman bahan makanan (Gambar 3.6). 26% 40% 14% 20% Padi Palawija Horti sayur Horti buah Gambar 3.6. Kontribusi PDB kelompok komoditas terhadap PDB sub sektor tanaman bahan makanan tahun 2013 Selanjutnya perananan masing-masing komoditas pada sub sektor perkebunan tahun 2013 yang mampu menyumbangkan PDB Indonesia terbesar adalah komoditas kelapa sawit mampu menyumbangkan sebesar 59% terhadap PDB sub sektor perkebunan, disusul karet dan penghasil getah lainnya sebesar 15%, kelapa sebesar 8%, teh dan kopi sebesar 5% dan komoditas perkebunan lainnya masing-masing kurang dari 4% (Gambar 3.7). Secara lebih rinci masing-masing nilai dan kontribusi PDB sub sektor perkebunan dapat dilihat dalam Lampiran 3. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 32

43 1% 4% 5% 2% 2% 8% 15% 4% 59% Tembakau Karet & Penghasil Getah Lainnya Kelapa Sawit Tebu dan Tanaman Pemanis Lainnya Kelapa Tanaman Kakao Tanaman Teh dan kopi Cengkeh Tanaman obat-obatan/biofarmaka dan tanaman hias Gambar 3.7 Kontribusi PDB masing-masing komoditas perkebunan terhadap PDB sub sektor perkebunan, tahun 2013 Perananan masing-masing kelompok komoditas pada sub sektor peternakan tahun 2013 yang mampu menyumbangkan PDB Indonesia terbesar adalah kelompok komoditas ternak besar dan kecil menyumbangkan sebesar 58% terhadap PDB sub sektor peternakan, disusul kelompok ternak unggas sebesar 39% dan susu segar hanya 3% (Gambar 3.8). Secara lebih rinci masing-masing nilai dan kontribusi PDB sub sektor peternakan dapat dilihat dalam Lampiran 2 & 3. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 33

44 3% 39% 58% Ternak Besar dan Kecil Ternak Unggas Susu Segar Gambar 3.8. Kontribusi PDB kelompok komoditas peternakan terhadap PDB sub sektor peternakan, tahun Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian on Farm Pada PDB sektor pertanian on farm, bila dilihat selama 2011 sampai 2013, laju pertumbuhan PDB sub sektor pertanian secara sempit atas dasar harga konstan menunjukkan pertumbuhan yang positif, dimana laju pertumbuhan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2012 untuk tanaman perkebunan sebesar 6,22% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara pada tahun 2013 melambat menjadi 4,92%. Laju pertumbuhan tanaman bahan makanan terlihat berfluktuatif dari 1,75% pada tahun 2011 menjadi 3,08% pada tahun 2012, kembali melambat menjadi 1,93% pada tahun Begitu juga dengan laju pertumbuhan sub sektor peternakan cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun, pada tahun 2011 mencapai 4,78% kemudian melambat P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 34

45 menjadi 4,68% pada tahun 2012, meningkat menjadi 4,77% pada tahun 2013 (Gambar 3.9). (%) 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,75 3,08 1,93 6,22 4,92 4,78 4,77 4,47 4,68 3,98 3,374,20 3,54 2,80 3,02 6,49 5,78 6,26 1,00 0,00 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan Pertanian Sempit *) 2013**) Pertanian Luas PDB Indonesia Gambar 3.9 Laju pertumbuhan PDB sektor pertanian atas dasar harga konstan, tahun Selanjutnya bila diamati lebih jauh laju pertumbuhan masingmasing PDB komoditas/kelompok komoditas terhadap sub sektor tanaman bahan makanan menunjukkan fluktuatif, dimana laju pertumbuhan kelompok hortikultura buah pada tahun 2011 meningkat cukup tajam mencapai 15,16%, sementara pada tahun 2013 laju pertumbuhan terbesar pada kelompok tanaman bahan makanan terjadi pada kelompok hortikultura buah sebesar 3,71% (Gambar 3.10). Secara lebih rinci laju pertumbuhan masing-masing kelompok komoditas pada PDB sub sektor tanaman bahan makanan dapat dilihat dalam Lampiran 4 & 5. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 35

46 (%) 20,00 15,00 15,16 10,00 5,00 - (5,00) (10,00) 5,02 6,95 4,42 3,22 3,70 3,71 (1,35) (1,07) Padi Palawija Horti Sayur (3,43) Horti Buah (5,51) (4,31) Gambar Laju pertumbuhan PDB kelompok tanaman bahan makanan/komoditas atas harga konstan, tahun Sementara itu laju pertumbuhan masing-masing komoditas pada sub sektor perkebunan tahun 2011 sampai 2012 berfluktuatif, sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan, dengan peningkatan terbesar terjadi pada tanaman obat-obatan/biofarmaka dan tanaman hias sebesar 20,87%, sementara peningkatan terbesar pada tahun 2012 terjadi pada tanaman cengkeh mencapai 38,34% dan pada tahun 2011 terjadi pada tanaman tembakau mencapai 58,11%. Sedangkan penurunan terbesar pada periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 terjadi pada komoditas cengkeh mencapai 26,61% di tahun 2011 (Gambar 3.11). Secara lebih rinci laju pertumbuhan masing-masing komoditas penyusun PDB sub sektor perkebunan dapat dilihat dalam Lampiran 2. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 36

47 (%) 60,00 50,00 40,00 58,11 38,34 30,00 20,00 10,00 - (10,00) 20,87 21,58 12,64 14,28 9,34 5,18 8,24 3,16 6,65 1,20 5,00 6,75 0,74 0,240,49 0,38 0,84 (0,99) Tembakau (0,24) Kelapa Sawit (1,57) Kelapa Teh dan kopi Tan. obat-obatan dan (2,08) tan. hias (6,63) (9,65) (20,00) (30,00) (26,61) (21,68) Gambar Laju pertumbuhan PDB komoditas perkebunan atas harga konstan, Tahun Laju pertumbuhan masing-masing PDB kelompok komoditas pada sub sektor peternakan menunjukan peningkatan. Sementara laju pertumbuhan terbesar terjadi pada susu segar tahun 2012 sebesar 12,17%. Sementara laju pertumbuhan sub sektor peternakan pada tahun 2013 ternak besar dan kecil memiliki laju pertumbuhan sebesar 0,98%, laju pertumbuhan ternak unggas mencapai 8,50%% dan laju pertumbuhan susu segar sebesar 1,11% (Gambar 3.12). Secara lebih rinci laju pertumbuhan masing-masing kelompok komoditas pada PDB sub sektor peternakan dapat dilihat dalam Lampiran 5. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 37

48 (%) 14,00 12,71 12,00 10,00 8,00 7,30 7,23 8,50 6,00 5,38 4,00 2,00 2,08 3,43 0,98 1, Ternak Besar dan Kecil Ternak Unggas Susu Segar Gambar Laju pertumbuhan PDB kelompok komoditas peternakan atas harga konstan, tahun PDB Sektor Industri Pengolahan Berbasis Pertanian PDB Sektor Industri Pengolahan Berbasis Pertanian Atas Harga Berlaku PDB sektor Industri pengolahan cakupan Kementeriaan Pertanian yang selanjutnya disebut PDB industri pengolahan berbasis pertanian termasuk di dalam industri pengolahan non migas. Industri tersebut terbagi lagi menjadi sub industri pengolahan dengan rincian seperti berikut ini : 1. Industri makanan, minuman dan tembakau 2. Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki 3. Industri pupuk, kimia dan barang dari karet P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 38

49 Selama periode tahun baik PDB industri non migas dan PDB industri pengolahan berbasis pertanian mengalami kenaikan. Nominal PDB non migas atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 sebesar 1.553,06 triliun rupiah meningkat menjadi 1.885,80 triliun rupiah pada tahun Hal ini juga terjadi pada industri pengolahan berbasis pertanian dari 548,28 triliun rupiah pada tahun 2010 menjadi 674,49 triliun rupiah pada tahun 2013 (Tabel 3.7). Tabel 3.7. PDB industri pengolahan berbasis pertanian atas dasar harga berlaku, tahun Uraian PDB atas Harga Berlaku (Milyar Rp.) *) 2013**) Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau 546, , ,269 Ind. Makanan, Minuman & Tembakau Berbasis Pertanian 527, , ,060 Ind. Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 143, , ,423 Industri Karung Goni dan Kapuk Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 189, , ,236 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Berbasis Pertanian 20,558 24,762 26,277 PDB Industri Pengolahan Berbasis Pertanian 548, , ,487 PDB Industri Non Migas 1,553,062 1,717,967 1,885,799 PDB INDONESIA 7,419,187 8,229,439 9,083,972 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara u ( M ily a r R p.) K o n t r i b u **) Angka sangat sementara U r a i a n ) * * ) I n d. M a k a n a n, M i n u m a n d a n T e m b a k a u 7, Dari 4,3 7 Tabel I n d. M a k 3.7 a n a n d aterlihat n M i n u m a n bahwa sektor industri pengolahan 6, 9 I n d. M a k a n a n d a n M i n u m a n b e r b a s i s p e r t a n i a n t h d t o t a l n y a 1 ) 9 6, berbasis ,8 8pertanian I n d. T e k s t i l, pada B a r a n g dkelompok a r i K u l i t d a n A l a s industri K a k i makanan dan minuman 1, ,4 9 I n d u s t r i T e k s t i l 0, 0 0 menduduki peringkat I n d u s t r i T e k sterbesar. t i l b e r b a s i s p e rperingkat t a n i a n t h d t o t a kedua l n y a 1 ) adalah industri kimia, 0, ,1 3 I n d u s t r i P u p u k, K i m i a d a n B a r a n g d a r i K a r e t 2, sementara ,3 8 industri I n d u s t r i Ktekstil i m i a berada pada peringkat ketiga. Kelompok 0, 3 I n d u s t r i K i m i a b e r b a s i s p e r t a n i a n t h d t o t a l n y a 1 ) 1 1, ,9 1 P D B I n d u s t r i P e n g o l a h a n B e r b a s i s P e r t a n i a n 1 1, P 9 1 u s a 9t 9 7,2 D5 P D B I n d u s t r i N o n M i g a s 2 1, 5 a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n P D B I N D O N E S I A 1 0 0, , ,8 6

50 industri makanan dan minuman meningkat dari 527,59 trilyun rupiah pada tahun 2011 menjadi 648,06 trilyun rupiah pada tahun Kelompok industri kimia meningkat dari 20,56 trilyun rupiah pada tahun 2011 menjadi 26,28 trilyun rupiah pada tahun Kelompok industri tekstil meningkat dari 138 milyar rupiah pada tahun 2011 menjadi 150 milyar rupiah pada tahun Tabel 3.8. Kontribusi PDB industri pengolahan berbasis pertanian terhadap PDB Indonesia, tahun Uraian Kontribusi (%) *) 2013**) Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau 7,37 8,40 9,09 Ind. Makanan, Minuman & Tembakau Berbasis Pertanian 7,11 8,06 8,73 Ind. Makanan, Minuman & Tembakau Berbasis Pertanian thd totalnya 1 ) 96,49 95,98 96,11 Ind. Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 1,93 2,11 2,32 Industri Karung Goni dan Kapuk 0,002 0,002 0,002 Industri Karung Goni dan Kapuk thd totalnya1) 0,10 0,02 0,09 Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 2,56 2,92 3,10 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Berbasis Pertanian 0,28 0,33 0,35 Ind. Pupuk, Kimia & barang dari Karet Berbasis Pertanian thd totalnya1) 10,84 11,42 11,41 PDB Industri Pengolahan Berbasis Pertanian 7,39 7,57 7,43 PDB Industri Non Migas 20,93 20,88 20,76 PDB INDONESIA 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara 1) Terhadap total masing-masing kelompok Dari sisi kontribusi menurut kelompok industrinya, dapat dilihat pada Tabel 3.8, yang memiliki kontribusi tertinggi adalah kelompok industri makanan, minuman dan tembakau dengan kontribusi cenderung meningkat yaitu dari 7,37% pada tahun 2011 meningkat menjadi 8,4% pada tahun 2012 dan meningkat lagi menjadi 9,09% pada tahun 2013 terhadap PDB Indonesia. Pada peringkat ke-2 adalah industri pupuk, kimia dan barang dari karet, sementara industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki menempati peringkat ke-3 P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 40

51 Perkembangan kontribusi sektor industri pengolahan berbasis pertanian terhadap sumbangan PDB Indonesia selama tahun sedikit berfluktuasi. Kontribusi sektor industri pengolahan berbasis pertanian pada tahun 2011 sebesar 7,39% meningkat menjadi 7,57% pada tahun 2012 namun sedikit menurun menjadi 7,43% pada tahun Sementara industri non migas lainnya berkontribusi sebesar 13,54% terhadap PDB Indonesia pada tahun Kontribusi tersebut menurun pada tahun berikutnya menjadi 13,30% di tahun 2012 dan 13,33% di tahun 2013 (Gambar 3.13). 14% 13.54% 13.30% 13.33% 12% 10% 8% 7.39% 7.57% 7.43% 6% 4% 2% 0% *) 2013**) Industri Pengolahan Berbasis Pertanian Industri Non Migas Lainnya Gambar 3.13 Kontribusi sektor industri pengolahan berbasis petanian terhadap PDB Indonesia, tahun Jika dilihat dari total PDB dalam kelompoknya, kelompok industri pengolahan berbasis pertanian untuk makanan, minuman dan tembakau memiliki proporsi terbesar terhadap total industri kelompoknya yaitu diatas 96%. Sementara pada kelompok industri pengolahan berbasis pertanian untuk tekstil, yaitu industri karung goni P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 41

52 dan kapuk menunjukkan kontribusi yang cukup kecil hanya berkisar 0,1% saja. Pada kelompok industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri pengolahan hasil pertanian berkisar sekitar 11% pada periode 2011 s.d (Tabel 3.8). Kontribusi PDB sektor industri pengolahan berbasis pertanian masih relatif landai. Sektor industri pengolahan berbasis pertanian masih memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Pengembangan sektor industri ini diharapkan meningkatkan kontribusinya terhadap PDB dan pada akhirnya dapat berperan semakin kuat dalam perekonomian Indonesia. Kontribusi PDB sektor industri berbasis pertanian untuk industri makanan, minuman dan tembakau terhadap total PDB Indonesia menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2011 kontribusinya sekitar 7,11% meningkat menjadi 8,06% di tahun 2012 dan 8,73% di tahun Industri pupuk, kimia dan barang dari karet yang berbasis pertanian berkontribusi 0,28% terhadap total PDB Indonesia pada tahun Sedikit meningkat menjadi 0,33% di tahun 2012 dan 0,35% di tahun Sementara industri karung goni dan kapuk berkontribusi paling rendah terhadap total PDB Indonesia, yaitu hanya sekitar 0,002% saja (Gambar 3.14). P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 42

53 Gambar 3.14 Kontribusi kelompok industri pengolahan berbasis pertanian terhadap PDB Indonesia, tahun Jika dilihat dari kelompok industri pada tahun 2013, pada sub kelompok industri makanan, minuman dan tembakau berbasis pertanian menunjukkan industri rokok kretek memberikan kontribusi tertinggi yaitu sebesar 18,36% terhadap total PDB kelompoknya. Diikuti kemudian pada urutan kedua adalah industri penggilingan padi dan penyosohan beras yang memberikan kontribusi sebesar 13,57% serta urutan ketiga adalah industri pemotongan hewan yang berkontribusi sebesar 10,17% serta industri lainnya untuk kelompok industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 57,89% (Gambar 3.15.). P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 43

54 10,17% 13,57% 57,89% 18,36% Ind. Pemotongan Hewan Ind. Rokok Kretek Ind. Penggilingan Padi Dan Penyosohan Beras Industri Lainnya Gambar Kontribusi PDB tiga industri Pengolahan berbasis pertanian terbesar terhadap kelompok industri makanan, minuman dan tembakau, Tahun 2013 Dari sub kelompok industri tekstil, yang masuk dalam industri pengolahan berbasis pertanian adalah industri karung goni dan industri kapuk. Industri karung goni memberikan kontribusi yang sama dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 yaitu sebesar 0,02%. Sementara Industri kapuk memberikan kontribusi 0,08% pada tahun 2011 untuk kemudian menurun menjadi 0,06% pada tahun 2012 dan Terlihat bahwa industri kapuk memberikan kontribusi lebih tinggi dibanding industri karung goni (Gambar 3.16.). P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 44

55 (%) 0,10 0,09 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0,00 0,08 0,06 0,06 0,02 0,02 0, Ind. Karung Goni Ind. Kapuk Gambar Kontribusi PDB industri karung goni dan kapuk terhadap PDB kelompok industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki tahun Pada sub kelompok industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri karet remah memberikan kontribusi cukup tinggi, diikuti kemudian industri kimia dasar organik yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, serta kemudian industri pengasapan karet. Kontribusi ketiga industri tersebut pada tahun 2013 masing-masing sebesar 5,39% (industri karet remah), 3,77% (industri kimia dasar organik) dan 0,90% (pengasapan karet) terhadap PDB sub kelompok industri pupuk, kimia dan barang dari karet. Secara Rinci dapat di lihat pada Lampiran 6 & 7. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 45

56 (%) 12,00 10,00 8,00 4,41 5,50 5,39 6,00 4,00 1,02 0,87 0,90 2,00 4,14 3,69 3,77 0, Ind. Kimia Dasar Organik Yang Tidak Diklasifikasikan Di Tempat Lain Ind. Pengasapan Karet Ind. Karet Remah (Crumb Rubber) Gambar Kontribusi PDB tiga industri pengolahan terbesar terhadap kelompok industri kimia, tahun PDB Sektor Industri Pengolahan Berbasis Pertanian Atas Harga Konstan Pertumbuhan ekonomi selama tahun mengalami kenaikan, hal ini ditunjukkan adanya kenaikan PDB Industri pengolahan non migas yang diikuti pula oleh industri pengolahan berbasis pertanian berdasarkan harga konstan. Nilai PDB industri pengolahan non migas atas dasar harga konstan pada tahun 2011 sebesar 587,02 trilyun rupiah meningkat menjadi 662,83 triliun rupiah pada tahun Hal ini juga terjadi pula pada industri pengolahan berbasis pertanian berdasarkan atas dasar harga konstan meningkat dari 171,49 triliun rupiah pada tahun 2011 menjadi 190,45 triliun rupiah pada tahun 2013 (Tabel 3.9). P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 46

57 Tabel 3.9. PDB industri pengolahan berbasis pertanian atas dasar harga konstan, tahun Uraian PDB atas Harga Konstan (Milyar Rp.) *) 2013**) Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau 174, , ,063 Ind. Makanan, Minuman & Tembakau Berbasis Pertanian 164, , ,572 Ind. Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 56,131 58,527 62,077 Industri Karung Goni dan Kapuk Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 75,658 83,598 85,449 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Berbasis Pertanian 6,577 7,663 7,856 PDB Industri Pengolahan Berbasis Pertanian 171, , ,454 PDB Industri Non Migas 587, , ,830 PDB INDONESIA 2,464,566 2,618,938 2,770,345 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Berdasarkan harga konstan tahun 2000 laju pertumbuhan pada sektor industri pengolahan berbasis pertanian cenderung melambat, pada tahun 2011 sebesar 9,02, kemudian melambat pada tahun 2012 menjadi sebesar 7,45%, begitu juga pada tahun 2013 kembali melambat menjadi 3,35% (Tabel 3.10). Tabel Laju pertumbuhan PDB industri pengolahan berbasis pertanian, tahun Uraian Laju Pertumbuhan (%) *) 2013**) Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau Ind. Makanan, Minuman & Tembakau Berbasis Pertanian Ind. Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Karung Goni dan Kapuk Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Berbasis Pertanian PDB Industri Pengolahan Berbasis Pertanian PDB Industri Non Migas PDB INDONESIA Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 47

58 Kelompok industri makanan, minuman dan tembakau berbasis pertanian tahun laju pertumbuhannya melambat yaitu dari 9,14% pada tahun 2011 menjadi 7,57% pada tahun 2012 dan kembali melambat menjadi 3,34% di tahun Pada kelompok industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki berbasis pertanian yaitu industri karung goni dan kapuk, laju pertumbuhan tahun meningkat dari 7,93% pada tahun 2011 menjadi 10,54% pada tahun Sedangkan pada tahun 2013 laju pertumbuhannya melambat menjadi 5,25%. Sementara pada kelompok industri pupuk, kimia dan barang dari karet berbasis pertanian, laju pertumbuhannya tahun 2011 menurun sebesar 1,09% kemudian meningkat cukup pesat dengan laju pertumbuhan sebesar 16,52% pada tahun 2012, dan kemudian melambat menjadi 2,52% pada tahun 2013 (Gambar 3.18). Secara rinci dapat di lihat pada Lampiran 9. Gambar Laju pertumbuhan PDB sektor industri pengolahan berbasis pertanian atas dasar harga konstan 2000, tahun P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 48

59 3.5 PDB Sektor Perdagangan Berbasis Pertanian PDB Sektor Perdagangan Berbasis Pertanian Atas Harga berlaku Pada periode tahun PDB sektor perdagangan besar dan eceran berbasis pertanian secara nominal (berdasarkan harga berlaku) berturut-turut sebesar 827,5 triliun rupiah pada tahun 2011, meningkat menjadi 1.053,2 triliun rupiah pada tahun Sektor tersebut mencakup perdagangan besar dan eceran komoditas pertanian (berbasis pertanian), yaitu komoditas tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, serta perdagangan komoditas hasil industri pengolahan berbasis komoditi pertanian yang masing-masing mengalami peningkatan PDB selama tahun (Tabel 3.11). Tabel PDB perdagangan berbasis pertanian atas dasar harga berlaku, tahun Uraian PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rp.) *) 2013 **) Perdagangan Besar dan Eceran Berbasis Pertanian 305,1 353,5 410,9 PBE Tanaman Bahan Makanan 84,7 97,6 112,6 PBE Tanaman Perkebunan 8,9 10,1 11,6 PBE Peternakan dan Hasil-hasilnya 36,0 42,2 49,8 PBE Ind. Pengolahan Berbasis Komoditi Pertanian 175,4 203,6 236,9 PDB Perdagangan Besar dan Eceran 827,5 929, ,2 PDB INDONESIA Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 49

60 Perkembangan perdagangan besar dan eceran berbasis pertanian menunjukkan bahwa sub sektor perdagangan industri pengolahan berbasis komoditi pertanian memberikan nilai PDB terbesar, diikuti kemudian perdagangan sub sektor tanaman bahan makanan (Tabama), sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya serta sub sektor tanaman perkebunan. Pada tahun PDB Perdagangan besar dan eceran sub sektor perdagangan industri pengolahan berbasis komoditi pertanian memberikan nilai sebesar 175,4 triliun rupiah pada tahun 2011 meningkat menjadi 236,9 triliun rupiah pada tahun (%) 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0, PBE Tabama 10,24 10,50 10,69 PBE Perkebunan 1,08 1,09 1,10 PBE Peternakan 4,35 4,54 4,73 PBE Indus. Pengolahan 21,20 21,90 22,49 Gambar Kontribusi PDB sektor perdagangan besar dan eceran (PBE) berbasis pertanian atas dasar harga berlaku terhadap PDB pertanian perdagangan besar dan eceran, tahun Jika dilihat kontribusi terhadap PDB perdagangan besar dan eceran, sub sektor perdagangan industri pengolahan berbasis P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 50

61 pertanian tersebut pada periode 2011 sd 2013 memberikan kontribusi masing-masing 21,20%, 21,90%, dan 22,49%. Sub sektor perdagangan tanaman bahan makanan memberikan kontribusi pada tahun 2011 sebesar 10,24%, turun pada tahun 2012 sebesar 10,50% dan pada tahun 2013 berkontribusi sebesar 10,69%. Sementara sub sektor perdagangan tanaman perkebunan memberikan kontribusi pada tahun 2011 sd 2013 masing-masing sebesar 1,08% pada tahun 2011, melambat pada tahun 2012 dengan kontribusi sebesar 1,09% dan sedikit meningkat menjadi 1,10% pada tahun 2013, demikian juga kontribusi sub sektor perdagangan peternakan dan hasil-hasilnya masing-masing berkontribusi sebesar 4,35%, 4,54% dan 4,73% (Gambar 3.19). 27% 58% 3% 12% PBE Tabama PBE Peternakan PBE Perkebunan PBE Indus. Pengolahan Gambar Kontribusi PDB sektor perdagangan besar dan eceran (PBE) masingmasing kelompok terhadap PDB sektor PBE berbasis pertanian, tahun 2013 P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 51

62 Pada tahun 2013 kontribusi PDB sektor perdagangan besar dan eceran (PBE) terbesar pada kontribusi sektor perdagangan industri pengolahan mencapai 58%, peringkat kedua diduduki oleh sektor perdagangan tanaman bahan makanan mencapai 27%, selanjutnya peringkat ketiga diduduki oleh sektor perdagangan peternakan dan hasil-hasilnya mencapai 12% dan kontribusi terkecil di sektor perdagangan tanaman perkebunan sebesar 3%, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.20 dan Lampiran 10 & PDB Sektor Perdagangan Berbasis Pertanian Atas Harga Konstan Kinerja riil untuk sektor perdagangan besar dan eceran diketahui dari nilai PDB atas dasar konstan Secara umum kinerja sektor perdagangan besar dan eceran komoditas pertanian semakin membaik, yang diindikasikan dengan peningkatan nilai PDB perdagangan besar dan eceran berbasis pertanian dari 110,13 triliun rupiah pada tahun 2011 meningkat menjadi 124,49 triliun rupiah pada tahun 2013 (Tabel 3.12). P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 52

63 Tabel PDB perdagangan berbasis pertanian atas dasar harga Konstan, tahun Uraian PDB Atas Dasar Harga Konstan (Trilliun Rp.) *) 2013**) Perdagangan Besar dan Eceran Berbasis Pertanian 110,13 118,67 124,49 PBE Tanaman Bahan Makanan 25,35 26,86 28,38 PBE Tanaman Perkebunan 3,86 4,09 4,32 PBE Peternakan dan Hasil-Hasilnya 11,52 12,24 12,95 PBE Ind.Pengolahan Berbasis Komoditi Pertanian 69,40 75,47 78,85 PDB Perdagangan Besar dan Eceran 364,47 396,11 419,46 PDB INDONESIA 2.464, , ,3 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Perkembangan kinerja riil sektor perdagangan besar dan kecil berbasis pertanian atas dasar harga konstan 2000 yang secara umum menunjukkan semakin membaik dari sisi peningkatan nilai PDB secara jelas dapat dilihat pada Gambar P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 53

64 (%) 25,00 20,98 23,15 20,34 23,39 20,00 15,00 10,00 5,00 5,99 5,64 6,11 6,30 5,44 5,74 8,74 4,48 - PBE Tabama PBE Perkebunan PBE Peternakan PBE Ind. Pengolahan Gambar Laju pertumbuhan PDB sektor perdagangan besar dan eceran (PBE) atas dasar harga konstan, tahun Dukungan untuk perbaikan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran berasal dari 4 sub sektor, yaitu perdagangan besar dan eceran komoditas tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, serta hasil industri pengolahan komoditas pertanian. Dari keempat sub sektor tersebut, pertumbuhan positif tertinggi tahun 2011 dicapai oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran Perkebunan dan industri pengolahan komoditas pertanian masing-masing sebesar 23,15% dan 23,39% terhadap tahun sebelumnya. Sementara pada tahun 2013 laju pertumbuhan terbesar terjadi pada kelompok erdagangan besar dan eceran sektor peternakan mencapai 5,74%, secara rinci dapat di lihat pada Gambar 3.21 serta Lampiran 12 dan 13. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 54

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013 Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17

Lebih terperinci

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara

Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian B u l e t i n ISSN : 1412-4343 PDB Sektor Pertanian Volume 12, Nomor 2, Juni 2013 Dari Redaksi Pembaca Yth., Kinerja perekonomian suatu sektor

Lebih terperinci

Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara. encapaian PDB sektor pertanian sempit (tanaman

Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara. encapaian PDB sektor pertanian sempit (tanaman Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian B u l e t i n ISSN : 1412-4343 PDB Sektor Pertanian Volume 12, Nomor 1, Maret 2013 Dari Redaksi Pembaca Yth., Kinerja perekonomian suatu

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 2 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN 2005-2007 Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan Kerja Sama Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik Desember

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 4 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 3 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VII Nomor 1 Tahun 2015 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 1 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 MARET 2015 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JUNI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JULI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin Bulanan.

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. OKTOBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 MARET 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 OKTOBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

LEMBAR KATALOG Statistik Sayur-Sayuran Dan Buah-Buahan Kabupaten Penajam Paser Utara 2016 Katalog BPS : 5216.6409 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah Halaman : ix + 79 Naskah : BPS Kabupaten Penajam Paser

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA A. Sasaran Umum Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2.

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 SEPTEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014 DESEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 AGUSTSU 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI) KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN DAN SURPLUS PRODUKSI) Eka Dewi Nurjayanti, Endah Subekti Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 JUNI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 MEI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/05/Th. XIV, 2 Mei 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,78 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 84,25 persen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara turun temurun sebagai sumber kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. secara turun temurun sebagai sumber kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan latar belakang negara yang bersifat agraris, memiliki lahan yang terbilang luas serta didukung oleh iklim yang menguntungkan membuat sebagian besar

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013 DESEMBER 2013 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 APRIL 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) RAHASIA Republik Indonesia SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan NP-2 adalah untuk mencatat/mengetahui nilai & volume produksi yang dijual petani

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,55 PERSEN No. 04/02/Th. XIV, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Publikasi Statistik Harga Produsen Sektor Pertanian tahun 1996-2000 merupakan kelanjutan dari seri publikasi sebelumnya, yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik setiap tahunnya. Mulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,45 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,67 persen,

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah 5 Ubi Kayu 6 Ubi Jalar Tanaman

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN

PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN 2003-2006 Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2006 PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN 2003-2006

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2010 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,63 PERSEN No. 04/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 Pada bulan Desember 2010, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

:// tp ht.id ps.g o m.b ja ti Indikator Pertanian Provinsi Jawa Timur 2016 ISBN : 2407-3164 Nomor Publikasi : 35530.1707 Katalog BPS : 5102001.35 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 29,7 cm : ix halaman

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 99,49 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Mei 2011 tercatat sebesar 99,49 persen,

Lebih terperinci

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 9 2.1 Tanaman Sayuran Tabel 2.1.1 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 20112015 Uraian A. 1 Bawang Merah Tahun * Luas Panen (Ha) 2,00 7,00 * Produktivitas (Ku/Ha) 45,00 90,00 * Produksi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 No. 18/03/35/Th.X, 1 Maret 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Februari 2012 Turun 1,39 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

No. 02/10/81/Th.IX, 2 Oktober NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU SEPTEMBER SEBESAR 101,33, NAIK 0,17 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada September adalah sebesar 101,33, atau naik sebesar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN No. 34/08/14/Th.XIV, 01 Agustus 2013 NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN Pada bulan Juli 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 100,43 atau turun 1,84

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 97,22 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Februari 2013 sebesar 97,22

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 23/04/52/Th.IX, 1 April 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MENURUT SUB SEKTOR BULAN MARET 2016 Penghitungan Nilai

Lebih terperinci

30% Pertanian 0% TAHUN

30% Pertanian 0% TAHUN PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 No. 68/11/35/Th.X, 1 November 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Oktober 2012 Naik 0,33 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017 No. 33/06/36/ Th.XI, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) MEI 2017 SEBESAR 98,86 ATAU NAIK 0,17

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2013 No. 43/08/63/Th.XVII, 1 Agustus 2013 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2013 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) BULAN JULI 2013 TURUN 0,96 PERSEN

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JULI 2017 SEBESAR 100,85, NAIK 0,22 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JULI 2017 SEBESAR 100,85, NAIK 0,22 PERSEN No. 02/08/81/Th.IX, 1 Agustus 2017 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JULI 2017 SEBESAR 100,85, NAIK 0,22 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada Juli 2017 adalah sebesar 100,85, atau turun

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN No. 02/07/81/Th.IX, 3 Juli 2017 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada Juni 2017 adalah sebesar 101,07, atau naik sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI JUNI 2016 INFLASI 0,66 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI JUNI 2016 INFLASI 0,66 PERSEN BPS KABUPATEN GROBOGAN No. 3315.030/07/2016, 18 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI JUNI 2016 INFLASI 0,66 PERSEN Pada Juni 2016 terjadi inflasi sebesar 0,66 persen dengan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN No.02/09/72/Th. XII, 1 September 2009 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR 98.92 PERSEN A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) Pada Bulan Juli 2009, NTP Provinsi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 Kementerian PPN/ Bappenas ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 DIREKTORAT PANGAN DAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOPEMBER 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOPEMBER 2012 No. 67 /12/63/Th.XV, 3 Desember 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOPEMBER 2012 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI ( NTP) BULAN NOPEMBER 2012 NAIK 0,19

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5 Lampiran 2. Konversi Hortikultura 1. Konversi Jarak Tanam, Populasi dan Umur Panen Sayuran dan Buahbuahan Semusim (SBS). a. Sayuran Semusim Jarak Populasi Umur Mulai No Tan / ha Tanam / cm Panen (Hari)

Lebih terperinci