Kajian Ekonomi Regional Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi Regional Jakarta"

Transkripsi

1 Kajian Ekonomi Regional Jakarta Triwulan I 211

2 Halaman ini sengaja dikosongkan ii

3 Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan I 211 tumbuh sebesar 6,7%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, bahkan capaian angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,5%. Pertumbuhan yang pesat tersebut didorong oleh perkembangan kinerja investasi yang tumbuh menggembirakan, yaitu mencapai 13,5% dan merupakan capaian tertinggi dalam lima tahun terakhir, dengan disertai tetap kuatnya pertumbuhan ekspor dan konsumsi. Hal ini tidak terlepas dari prospek perekonomian yang terus membaik disertai iklim investasi nasional yang semakin mendekati peringkat layak investasi. Secara sektoral, kinerja sektor utama dalam perekonomian Jakarta tetap tumbuh kuat seiring permintaan domestik dan ekspor yang solid. Meningkatnya aktivitas perekonomian Jakarta juga tercermin pada transaksi keuangan yang naik dengan ditunjang kinerja perbankan yang tetap kuat. Capaian yang positif juga terlihat pada aspek kesejahteraan sebagaiman tercermin dari membaiknya indikator pengangguran, kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Di sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis menyebabkan tekanan inflasi akhir triwulan I 211 mereda seiring masa panen di berbagai daerah sentra produksi dan membaiknya stok pangan Jakarta. Namun, dinamika perkembangan harga pangan dan energi global yang masih menunjukkan tren peningkatan, serta perkiraan peningkatan produksi pangan nasional yang terbatas menjadi faktor risiko yang membayangi pencapaian sasaran inflasi ke depan. Pada triwulan II 211, perekonomian Jakarta diperkirakan tetap tumbuh di atas 6,% sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekspor dan membaiknya permintaan domestik. Sementara itu, inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan masih akan rendah karena koreksi harga bahan pangan yang masih mungkin berlanjut meski juga dibayangi risiko yang bersumber dari harga beras dan imported inflation. Berbagai kebijakan yang ditempuh, baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah DKI Jakarta, diharapkan dapat membawa inflasi ke arah yang mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional. Peran penting Tim Pengendalian Inflasi Daerah diarahkan untuk menghasilkan solusi kebijakan yang terintegrasi bagi upaya menjaga stabilitas harga di daerah. Uraian lebih lanjut dan rinci terkait perkembangan terkini dan prospek perekonomian Jakarta tersaji dalam buku Kajian Ekonomi Regional (KER). Tujuan dari penyusunan buku laporan triwulanan ini selain untuk memenuhi kepentingan Bank Indonesia dalam perumusan kebijakan moneter, juga diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi pembuat kebijakan publik daerah dan atau pemerhati perkembangan ekonomi daerah. Akhir kata, semoga kajian ini dapat memberi manfaat dalam rangkaian panjang proses pembangunan ekonomi Jakarta. Jakarta, 1 Mei 211 BIRO KEBIJAKAN MONETER Sugeng Kepala Biro iii

4 Halaman ini sengaja dikosongkan iv

5 Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF halaman vii BAB I. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL halaman 1 Sisi Permintaan halaman 2 Sisi Penawaran halaman 9 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA halaman 15 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN halaman 19 Intermediasi Perbankan halaman 19 Risiko Kredit Perbankan halaman 22 Kredit UMKM halaman 23 BAB IV. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 25 Transaksi RTGS halaman 25 Transaksi Kliring halaman 25 Transaksi Tunai halaman 26 BAB V. KEUANGAN DAERAH halaman 27 Realisasi APBD Jakarta 211 halaman 27 Realisasi APBD 21 halaman 28 BAB VI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 31 Ketenagakerjaan halaman 31 Upah halaman 32 Kemiskinan halaman 33 Indeks Kesengsaraan halaman 34 Indeks Pembangunan Manusia halaman 34 BAB VII. OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI halaman 37 Beberapa Asumsi yang Digunakan halaman 37 Pertumbuhan Ekonomi halaman 39 Inflasi halaman 43 BOKS Faktor Risiko Tekanan Inflasi Ke Depan : Perkiraan Penurunan Produksi Pangan Global dan Produksi Pangan Nasional yang Terbatas halaman 45 v

6 Halaman ini sengaja dikosongkan vi

7 Ringkasan Eksekutif Perekonomian Jakarta pada triwulan I 211 menunjukkan perkembangan yang meningkat dengan capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Jakarta tersebut bahkan lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi secara nasional sebesar 6,5%. Sementara itu, tekanan inflasi hingga akhir triwulan laporan cenderung mereda yaitu menjadi 5,95% (yoy) dibanding di akhir triwulan IV 21 (6,21%, yoy). Membaiknya perekonomian Jakarta juga disertai indikator perbankan dan sistem pembayaran di Jakarta tetap kuat. Selain pada indikator ekonomi, perbaikan juga terjadi pada indikator kesejahteraan masyarakat Jakarta, antara lain tercermin dalam turunnya tingkat pengangguran dan kemiskinan, serta peningkatan indeks pembangunan manusia. Mencermati perkembangan terkini, prospek pertumbuhan ekonomi Jakarta untuk triwulan II 211 diperkirakan dapat berada di atas 6%. Peran investasi diperkirakan semakin meningkat yang didukung prospek permintaan domestik dan global yang membaik. Namun, kondisi infrastruktur, khususnya terkait permasalahan transportasi yang semakin mengemuka di Jakarta, menjadi faktor risiko yang perlu menjadi prioritas penanganannya agar tidak memengaruhi capaian kinerja investasi ke depan, dan ekonomi Jakarta keseluruhan tahun 211. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pada triwulan I 211 ekonomi Jakarta dapat tumbuh sebesar 6,7% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (6,6%; yoy). Peningkatan tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang berada pada tingkat 6,5%. Di sisi permintaan, kinerja investasi dan ekspor yang tumbuh meningkat, mendukung pertumbuhan ekonomi Jakarta. Bahkan kinerja pertumbuhan investasi mencapai tingkatan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Iklim investasi yang terus membaik sebagaimana tercermin dari peringkat Indonesia yang semakin mendekati peringkat layak investasi turut menunjang tingginya pertumbuhan investasi di DKI Jakarta. Demikian pula, kinerja ekspor yang peningkatannya didorong oleh permintaan global seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, terutama dari negara-negara emerging market. Namun demikian, kinerja konsumsi sedikit lebih rendah dibandingkan periode triwulan sebelumnya, meskipun tetap tumbuh tinggi hingga mencapai 6,7%. vii

8 Di sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan ekonomi didukung oleh meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor keuangan. Kinerja sektor industri pengolahan terkait dengan pencapaian pertumbuhan ekspor yang tinggi yang disertai tetap kuatnya permintaan domestik. Pertumbuhan sektor bangunan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya seiring maraknya pembangunan properti komersial swasta dan infrastruktur. Sektor keuangan, persewaaan, dan jasa menunjukkan kenaikan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 25. Hal ini didorong oleh meningkatnya kegiatan keuangan dan tingginya tingkat hunian ruang sewa di Jakarta. Perkembangan Inflasi Regional Pada triwulan I 211, tingkat inflasi Jakarta tercatat sebesar 5,95% (yoy) dan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya (6,21%; yoy). Faktor utama yang menyebabkan perlambatan inflasi Jakarta adalah adanya koreksi pada beberapa komoditas volatile food seiring dengan masuknya masa panen beberapa komoditas seperti beras, sayuran dan aneka bumbu di berbagai daerah sentra produksi, serta masuknya bahan pangan impor. Faktor positif lainnya adalah terjadi tren apresiasi nilai tukar dan masih memadainya respons sisi penawaran terhadap kenaikan permintaan sehingga ekspektasi konsumen tetap stabil. Selain itu, kebijakan pemerintah di bidang harga juga turut menyebabkan inflasi administered bergerak cukup stabil. Perkembangan Perbankan Secara umum, kinerja perbankan Jakarta pada Triwulan I 211 (Februari 211) terbatas namun risiko kredit masih terjaga. Pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) relatif menurun menjadi 14,8% (yoy) sementara penyaluran kredit cenderung melambat pada level 2,% (yoy). Dengan perkembangan kredit yang masih lebih tinggi dibandingkan DPK, intermediasi perbankan masih mengalami peningkatan dengan indikator LDR (loan to deposit ratio) yang menunjukkan tingkat rasio yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar 75,4%. Perkembangan tersebut tetap diikuti dengan kualitas kredit yang tetap terjaga sebagaimana tercermin dalam rasio gross Non Performing Loan (NPL) yang berada di bawah 5%. viii

9 Perkembangan Sistem Pembayaran Sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi, aktivitas di sistem pembayaran menunjukkan peningkatan. Volume pembayaran non-tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS) tumbuh 1,1% lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (7,3%). Volume transaksi keuangan melalui sarana RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai transaksi per hari dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara nilai transaksi stabil sekitar Rp87 triliun per hari. Demikian halnya dengan transaksi non tunai melalui sarana kliring nilai rata-rata hariannya cenderung meningkat. Sementara pelayanan tunai, menunjukkan aktivitas inflow yang meningkat sebagaimana pola pada awal tahun. Perkembangan Keuangan Daerah Penyerapan belanja APBD 211 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi penyerapan anggaran triwulan I 211 mencapai 12,5%, yang didorong penetapan oleh DPRD pada akhir Desember dan mendapat persetujuan Kementerian Dalam Negeri pada 13 Januari 211. DPRD DKI menetapkan APBD DKI 211 sebesar Rp 27,95 triliun, terdiri atas pendapatan daerah sebesar Rp 25,52 triliun dan belanja daerah sebesar Rp 27,3 triliun. Sementara untuk APBD 21, persentase realisasi belanja APBD Pemprov. DKI Jakarta mencapai 85,3% atau lebih rendah dari pencapaian tahun 29 pada periode yang sama yang mencapai 87,2%. Sementara pada pos pendapatan, realisasi penerimaan APBD 21 secara nominal telah tercapai Rp23,73 triliun atau sebesar 13,3%. Kesejahteraan Masyarakat Beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di DKI Jakarta sampai dengan triwulan I 211 mengalami perbaikan. Angka pengangguran di DKI menurun, dari 11,32% pada tahun 21 menjadi 1,83% pada tahun 211, seiring dengan penurunan tingkat pengangguran nasional (dari 7,41% menjadi 6,8%). Sementara persentase tingkat kemiskinan sedikit mengalami perbaikan, yaitu turun dari 3,62% menjadi 3,48%. Demikian pula untuk beberapa indikator kesejahteraan lainnya, seperti upah dan indeks pembangunan manusia (IPM) mengalami peningkatan. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Regional ix

10 Ekonomi Jakarta pada triwulan II 211 diperkirakan masih tumbuh di atas 6% walaupun sedikit mengalami perlambatan. Di sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan mengalami peningkatan disertai investasi dan ekspor yang tumbuh tinggi. Daya beli masyarakat yang meningkat menopang kinerja konsumsi ditengah masuknya masa liburan sekolah di akhir triwulan laporan. Selain itu, realisasi pengeluaran pemerintah diperkirakan mengalami peningkatan dengan berlanjutnya berbagai proyek pembangunan infrastruktur. Investasi didukung oleh prospek permintaan domestik dan ekspor yang tetap kuat disertai membaiknya iklim investasi nasional. Kinerja ekspor diperkirakan tumbuh tinggi terutama didorong oleh permintaan dari negara-negara emerging market. Secara sektoral, sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta ditopang oleh sektor bangunan, sektor pengangkutan komunikasi, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran seiring masih kuatnya investasi dan konsumsi. Peran investasi diperkirakan semakin meningkat yang didukung prospek permintaan domestik global yang membaik. Namun, kondisi infrastruktur, terutama terkait permasalahan transportasi yang semakin mengemuka di Jakarta, menjadi faktor risiko yang perlu menjadi prioritas penanganannya agar tidak memengaruhi capaian kinerja investasi ke depan. Sementara itu, inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan masih berada dalam kisaran sasaran nasional 5+1% meski perlu dicermati dan diantisipasi terkait risiko kenaikan harga pangan dan energi. x

11 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan I 211 Jakarta tumbuh meningkat sebesar 6,7% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya (6,6%; yoy). Di sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi didukung oleh kinerja investasi dan ekspor yang tumbuh meningkat. Kinerja pertumbuhan investasi bahkan merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Iklim investasi yang terus membaik sebagaimana tercermin dari peringkat Indonesia yang semakin mendekati peringkat layak investasi turut menunjang tingginya pertumbuhan investasi di DKI Jakarta. Sementara itu, kinerja ekspor yang tumbuh meningkat didorong oleh permintaan global seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, terutama dari negara-negara emerging market. Kinerja konsumsi pada triwulan laporan tercatat tetap tumbuh tinggi hingga mencapai 6,7%, meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Di sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan ekonomi didukung oleh meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor keuangan. Kinerja ekspor yang tinggi disertai tetap kuatnya permintaan domestik berdampak pada meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan. Pembangunan properti komersial swasta dan infrastruktur di Jakarta membawa pertumbuhan sektor bangunan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Seiring dengan kegiatan keuangan dan tingginya tingkat hunian ruang sewa di Jakarta, sektor keuangan, persewaaan, dan jasa menunjukkan kenaikan pertumbuhan tertinggi sejak tahun Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Jakarta Perekonomian Jakarta pada triwulan I 211 menunjukkan perkembangan yang masih membaik. Angka pertumbuhan ekonomi triwulan laporan tercatat 6,7%, lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Meningkatnya kondisi perekonomian tersebut sejalan dengan indikator penuntun (leading indicators) PDRB Jakarta, yang masih berada pada level sebagaimana tahun 21. Berbagai indikator pembentuk (komposit) indikator penuntun yang mewakili kegiatan perekonomian Jakarta seperti daya beli (indeks penjualan eceran), perputaran transaksi ekonomi (nilai transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS), pasokan barang manufaktur (indeks produksi), ketersediaan barang pendukung investasi (nilai impor barang modal), dan kondisi ekonomi global (nilai tukar dan nilai ekspor) masih tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, yang patut menjadi perhatian bahwa indikator penuntun sejak akhir 21 mulai melandai dan cenderung memasuki fase kontraksi. Hal ini merupakan indikasi pertumbuhan ekonomi Jakarta yang cenderung bergerak lebih moderat. Faktor positif lain yang turut 1

12 menyebabkan ekonomi Jakarta masih baik adalah kondisi iklim dan prospek investasi di Indonesia sebagaimana tercermin dari penilaian berbagai lembaga pemeringkat internasional terhadap posisi Indonesia yang semakin dekat dengan peringkat layak investasi Composite Leading Indicator PDRB Jakarta CLI pdrb Grafik I.1 Indikator Penuntun PDRB Jakarta Perkonomian Jakarta terutama masih terus didukung oleh kontribusi sektor tersier. Pangsa sektor tersier 1 dalam perekonomian Jakarta pada triwulan I 211 mencapai 73,6%. Sementara sektor sekunder dan sektor primer masing-masing sebesar 26,1% dan,3%. Distribusi perekonomian Jakarta yang terkonsentrasi pada sektor tersier ini tidak terlepas dari peran Jakarta sebagai sentra bisnis dan penghubung perekonomian nasional dengan global. Peran Jakarta dalam perekonomian domestik relatif besar mencapai pangsa sekitar 17,% dalam perekonomian nasional. A. SISI PERMINTAAN Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta terutama didorong oleh kinerja investasi dan ekspor yang meningkat, yang disertai tetap kuatnya konsumsi. Investasi mencatat pertumbuhan hingga mencapai 13,5% (yoy) pada triwulan laporan, yang merupakan angka tertinggi selama kurun lima tahun terakhir. Kinerja investasi yang meningkat tidak terlepas dari permintaan domestik dan global yang tetap kuat dan didukung iklim investasi nasional yang membaik. Permintaan domestik dan global yang kuat terlihat pada kinerja konsumsi yang tumbuh sebesar 6,7% (yoy) dan capaian ekspor yang tumbuh hingga mencapai 1,3% (yoy). Meskipun sedikit mengalami perlambatan, konsumsi tetap tumbuh solid di atas 6% terutama ditopang oleh daya beli masyarakat yang terjaga. Selain itu, pengeluaran belanja pemerintah relatif mengalami perbaikan pada triwulan laporan. Sementara itu, permintaan ekspor yang meningkat terutama didorong oleh negara emerging markets seiring dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 211 yang lebih optimis. 1 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estate dan jasa 2

13 Tabel I.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jakarta (%, yoy) 29* 21* 211 Indikator I* II* III* IV* Total I* II* III* IV* Total I* Konsumsi 6,2 6,5 6,7 6,7 6,5 4,7 5,7 6, 6,9 5,9 6,7 Konsumsi Rumah Tangga 6, 6,4 6,6 5,6 6,2 5,7 6,3 6,3 7,1 6,4 6,7 Konsumsi Pemerintah 7,9 7,5 7,8 16,9 1,2-6,7 -,1 2,8 5,5,7 4,8 Investasi 1,3 3,2 3,2 3,3 2,8 8,9 7,5 9,4 9,5 8,8 13,5 Ekspor -,5 -,7-1, 3,1,2 1,7 8,4 9,2 9,9 7,3 1,3 Impor -1, -4,4-4,5 2,7-1,8 1,2 7,9 1,9 12,3 8,1 12,9 P D R B 5,2 4,9 5, 5, 5, 6,2 6,8 6,4 6,6 6,5 6,7 * angka sementara BPS DKI Jakarta 1. Konsumsi Konsumsi pada triwulan laporan masih tumbuh tinggi, walaupun sedikit melambat dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Terjaganya tingkat pendapatan masyarakat menjadi faktor yang menopang kinerja konsumsi. Kenaikan Upah Minimum Provinsi yang mencapai 15,4% dan disertai meningkatnya pendapatan kelompok pekerja profesional menjadi faktor pendorong membaiknya daya beli masyarakat. Hasil survei lembaga riset independen menunjukkan kenaikan gaji kelompok pekerja profesional berada pada kisaran 5,7 hingga 12,2% (Tabel I.2). Perkembangan inflasi yang relatif cukup terkendali dan tren menguatnya nilai tukar rupiah selama triwulan laporan juga menjadi faktor yang turut menopang kinerja konsumsi. Membaiknya pendapatan juga terindikasi dari hasil survei konsumen yang menunjukkan Indeks Penghasilan yang Diterima Saat Ini (Grafik I.5) yang mengalami peningkatan. Tabel I.2 Kenaikan Gaji Profesional Tahun Kategori 28/29 29/21 21/211 Min - Max Min - Max Min - Max Banking Call Center Engineering & technical Finance Human resources Information technology 1-5 Logistics & warehousing Office support Sales & marketing Rata UMP Nominal Jakarta Sumber: Indonesia Employment Outlook and Salary Guide, Kelly Services Indonesia %, yoy Beberapa indikator konsumsi menunjukkan perkembangan yang relatif stabil terutama pada konsumsi nondurable goods. Indikasi ini terlihat pada hasil Survei Penjualan Eceran yang cenderung stabil pada barang-barang seperti pakaian dan makanan, sementara untuk pembelian barang elektronik cenderung mengalami pertumbuhan yang melambat. Selain itu, penggunaan energi pada kelompok rumah tangga juga masih cukup 3

14 stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Pola konsumsi masyarakat yang cenderung menahan pembelian barang yang bersifat tahan lama terindikasi pada Indeks Ketepatan Waktu Saat Untuk Pembelian Barang Tahan Lama pada hasil Survei Konsumen yang menurun. Indikasi melambatnya konsumsi barang tahan lama juga dikuatkan oleh pertumbuhan pembelian kendaraan bermotor mobil dan motor yang melambat pada triwulan laporan meski hal ini juga dipengaruhi faktor base effect dari tingginya pertumbuhan di triwulan yang sama tahun 21. Pertumbuhan penjualan pada Pembelian barang tahan lama yang melambat berkontribusi pada penyaluran kredit konsumsi perbankan yang melambat, meskipun disisi lain pembiayaan nonbank relatif masih stabil %, yoy Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Jakarta I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I g.pendaftaran Mobil Baru g.pendaftaran Motor Baru Grafik I. 2 Perkembangan Pendaftaran Mobil/Motor Baru %, yoy Survei Penjualan Eceran I II III IV I II III IV I II III IV I g.indeks Alat RT g.pakaian g.sk-cad-kend g.makanan Grafik I. 4 Survei Penjualan Eceran 31 Juta Kwh %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Kons Listrik RT g.kons Listrik RT (rhs) Sumber : PLN, diolah Grafik I. 3 Konsumsi Energi Rumah Tangga 12 Indeks Survei Konsumen-Kondisi Saat Ini I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan saat ini Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama Grafik I. 5 Indeks Keyakinan Konsumen Saat Ini %, yoy %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I* g.kredit kons riil (rhs) g.leasing (yoy) (rhs) Grafik I.6 Perkembangan Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek) dan Pembiayaan Nonbank Sementara itu, realisasi belanja Pemerintah Daerah pada triwulan laporan relatif masih terbatas meski lebih baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan I 211, penyerapan belanja APBD DKI Jakarta telah terealisasi 12,5% dari total anggaran sebesar Rp27,87 triliun, lebih baik dibandingkan realisasi anggaran pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 9,5%. Masih relatif terbatasnya penyerapan 4

15 anggaran tersebut dipengaruhi oleh adanya keterlambatan pengesahan APBD 2, sehingga kegiatan pengisian Daftar Pengisian Anggaran (DPA), penyaluran keuangan kegiatan dan tender proyek pembangunan baru dilakukan pada awal triwulan pertama. 2. Investasi Perkembangan investasi Jakarta pada triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan yang meningkat tinggi hingga mencapai 13,5% (yoy). Tingkat pertumbuhan investasi yang dicapai pada triwulan laporan merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Permintaan yang kuat dan iklim investasi yang terus membaik berkontribusi dalam mendorong peningkatan kinerja investasi di Jakarta. Membaiknya iklim investasi di Indonesia yang ditandai oleh peringkat sovereign credit rating yang semakin mendekati kategori layak investasi 3 semakin meningkatkan keyakinan investor asing terhadap prospek investasi di Indonesia. Hal ini berdampak langsung pada kinerja investasi di Jakarta. Investasi yang tumbuh meningkat pada triwulan laporan sejalan dengan tendensi arah indikator pendukung investasi di Jakarta yang cenderung naik. Meningkatnya pertumbuhan investasi di Jakarta terutama didukung oleh investasi bangunan. Prospek pasar properti di Jakarta yang terus membaik mendorong pengembang terus melakukan pembangunan properti komersial baru. Tingkat hunian properti komersial seperti kantor, retail dan industri yang rata-rata berada di atas 8% merupakan salah satu indikasi pasar properti yang terus berkembang. Hal ini juga tidak terlepas dari tingkat imbal hasil dari pasar properti domestik yang lebih menguntungkan diantara negara kawasan. 4 Sepanjang triwulan laporan, kegiatan pembangunan properti komersial terus berlangsung antara lain berupa penambahan areal kawasan industri, pembangunan apartemen, retail, dan perkantoran. Data konsumsi semen yang meningkat tinggi hingga 26,8% (yoy) menguatkan indikasi tingginya investasi bangunan selama triwulan laporan. (Grafik I.1). Selain itu, meningkatnya investasi bangunan juga didorong oleh pembangunan infrastruktur pemerintah seperti pembangungan jalan layang non tol Pangeran Antasari-Blok M, pembangunan Jembatan Marto, pembangunan jembatan Kalibata, pembangunan sarana Puskesmas di 2 Berdasarkan beritajakarta.com (24 Januari 211), APBD DKI Jakarta 211 baru disetujui pada 17 Desember 211, dan pengesahan oleh Kemendagri atas APBD DKI Jakarta 211 terbit pada 13 Januari 211. Berdasarkan PP No.58 Tahun 25 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, batas waktu pengesahan APBD seharusnya adalah 1 bulan sebelum tahun anggaran berakhir. 3 Moody s, pada tanggal 17 Januari 211 kembali menaikkan peringkat Indonesia ke Ba1-1 level di bawah investment grade. 4 Vibiznews - Property 5

16 berbagai kecamatan dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Jakarta Selatan, serta pembebasan lahan untuk trase kering banjir kanal timur. Tabel I.3 Tingkat Hunian Properti Komersial I II III IV I II III IV I Office CBD Demand (occupancy rate ) 88.33% 88.31% 87.2% 87.2% 87.1% 87.77% 89.3% 89.1% 91.6% Office Outside CBD Demand (occupancy rate ) 88.7% 88.7% 88.1% 88.1% 87.8% 88.4% 88.4% 89.3% 91.6% Condominium for Sale Demand (take up rate ) 71.6% 72.% 71.2% 71.2% 71.6% 71.9% 73.7% 77.1% 78.9% Apartment Rental Demand (occupancy rate ) 7.3% 71.3% 69.2% 69.2% 69.4% 69.1% 65.9% 69.5% 72.1% Retail Demand (occupancy rate ) 85.3% 82.% 82.3% 82.3% 82.6% 81.% 82.37% 83.2% 84.3% Industrial Demand (cumulative sale ) 67.34% 68.7% 68.7% 76.% 76.% 76.% 76.% 76.1% 8.1% Sumber : Colliers International, diolah %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I* ribuan ton %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I g.volum Impor Brg Modal g.pick Up,Truk,Alat Berat,Truk Tanki[baru] Grafik I.9 Perkembangan Impor Barang Modal dan Pendaftaran Alat Berat Baru 4 Indeks SBT Sumber : SKDU Jakarta Indeks Penjualan Semen g.penjualan-rhs Grafik I.1 Konsumsi Semen *) angka perkiraan Sumber : BPS, diolah 8-1 I II III IV I II III IV I II III IV I-p 7 I II III IV I II III IV I II III IV I* Ekspektasi Situasi Bisnis Situasi Bisnis Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Situasi Kegiatan Dunia Usaha Grafik I.11 Kegiatan Usaha dan Bisnis Order Brg. Input Riil Order DN Riil Order LN Riil Harga Jual Riil Order Brg. Input Riil Grafik I.12 Ekspektasi Kegiatan Bisnis Beberapa indikator investasi menunjukkan tren yang moderat. Meskipun indikator investasi bangunan menunjukkan peningkatan, namun berbagai indikator investasi nonbangunan pada triwulan laporan cenderung melandai. Investasi nonbangunan terutama berupa penambahan kapasitas yang dilakukan melalui pengadaan barang modal impor maupun pembelian dalam negeri. Impor barang modal secara keseluruhan relatif stabil pada triwulan laporan, meskipun di sisi lain pendaftaran alat berat justru mengalami penurunan (Grafik I.9). Namun, ekspektasi terhadap kegiatan dunia usaha menunjukkan bahwa dalam periode triwulan ke depan persepsi pengusaha menunjukkan perkembangan yang tetap baik, sebagaimana ditunjukkan oleh indeks hasil survei tendensi bisnis yang berada di atas 1 terutama ditopang oleh permintaan yang tetap kuat (Grafik I.12).. 6

17 %, yoy Rp miliar I II III IV I II III IV I II III IV I Total IPO (Rp miliar) - rhs g.kredit inv riil (yoy) Grafik I.13 Pembiayaan Investasi Pembiayaan investasi yang berasal dari bursa efek (pencatatan IPO) dan perbankan tumbuh moderat. Pada triwulan I 211 terdapat beberapa perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) yang telah tercatat di Bapepam, yaitu masing-masing untuk 6 emiten obligasi senilai Rp7,11 triliun, dan 4 emiten saham senilai Rp13,16triliun, atau total mencapai Rp2,27 triliun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Rp27,53 triliun). Sementara itu, kredit perbankan yang disalurkan untuk tujuan investasi di Jakarta hingga Februari 211 secara riil tumbuh sebesar 9,9% (yoy), tidak berbeda jauh dibandingkan periode akhir triwulan sebelumnya. 3. Kinerja Ekspor dan Impor 5 Tingginya volume perdagangan dunia mendorong permintaan ekspor produk Jakarta pada triwulan I 211. Volume perdagangan dunia di negara-negara berkembang yang pada tahun 211 diprakirakan tumbuh sekitar 9,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan volume perdagangan dunia di negara-negara maju sekitar 5,9%. Di Jakarta, porsi ekspor ke negara berkembang mencapai 7%. Komoditi utama yang pertumbuhannya masih meningkat, diantaranya adalah peralatan listrik (8,8%). Membaiknya kegiatan ekspor dan impor tercermin pada meningkatnya volume bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Priok dan untuk barang ekspor dan impor (luar negeri) masing-masing tercatat Ton dan ton, atau membaik menjadi -6,5% dan 37,17%. Ekspor ke negara tujuan yang mengalami peningkatan adalah ke China, Australia, dan Eropa, terutama berupa listrik dan mesin. Arus perdagangan antar pulau menunjukkan perkembangan yang meningkat sehingga turut mendorong peningkatan ekspor Jakarta. Indikator bongkar muat barang yang diperoleh dari data pengiriman barang dari Terminal Konvensional Tanjung Priok memperlihatkan bahwa perdagangan domestik (antar pulau) mengalami peningkatan. Aktifitas bongkar dan muat barang antar pulau (dalam negeri) di Tanjung Priok 5 Konsep ekspor-impor dalam PDRB, ekspor-impor termasuk kegiatan ekspor-impor domestik (perdagangan antara daerah dan atau antar pulau). Ekspor impor luar negeri memiliki porsi 36,7%, sementara domestik 63,3%. Sementara antara perdagangan jasa dan barang, masing-masing memiliki porsi 7% dan 3%. 7

18 masing-masing meningkat 12.68% dan 25.13%. Meski demikian, indikator ekspor jasa seperti rata-rata lama menginap tamu asing dan volume pengiriman uang melalui RTGS memperlihatkan bahwa pertumbuhannya tidak setinggi triwulan sebelumnya. 1 %, yoy Sumber : Pelindo II (diolah) I II III IV I II III IV I II III IV I g.bongkar Antar Pulau g.muat Antar Pulau g.ekspor g.impor Grafik I.14 Perkembangan Arus Perdagangan di Tanjung Priok hari %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Lama tinggal turis Pertb. Transfer Uang dari Jakarta (rhs) Grafik I.16 Indikator Ekspor Jasa %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I* Peralatan listrik Pakaian Jadi Mesin dan mekanik Suku cadang & aksesori Grafik I.15 Pertumbuhan Volume Ekspor Komponen Utama Manufaktur Jakarta %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I* Bahan plastik Suku cadang & aksesori Peralatan listrik Kendaraan bermotor Kimia Organik Makanan olahan lain Grafik I. 17 Perkembangan Volume Impor Komponen Utama Manufaktur Jakarta pangsa : 4% %, yoy Perkembangan Ekspor Negara Tujuan I II III IV I II III IV I II III IV I* %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I* Keterangan : Komoditas (porsi) ASEAN (33.44) C. R.R.C (6.49) AMERICA (7.74) ASIA (7.99) AUSTRALIA (2.94) EUROPE (6.1) Grafik I. 18 Perkembangan Volume Ekspor Jakarta Grafik I. 19 Perkembangan Volume Impor Jakarta Berdasarkan Negara Tujuan Konsumsi Bahan Baku Barang Modal Berdasarkan Broad Economic Categories (BEC) Pertumbuhan impor meningkat seiring kenaikan bahan baku industri yang berasal dari impor. Meningkatnya impor tidak terlepas dari kinerja perekonomian yang stabil dan cenderung menguatnya nilai tukar rupiah. Pada triwulan I 211 impor Jakarta tumbuh 12,9% (yoy), meningkat dibanding triwulan IV 21 (12,3%, yoy). Impor barang konsumsi (antara lain makanan olahan), impor barang modal (antara kendaraan bermotor dan alat berat) masih tinggi, meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Porsi terbesar impor sebenarnya berbentuk bahan baku untuk industri dengan pangsa lebih dari 8% dari keseluruhan nilai impor Jakarta. Beberapa impor bahan baku terutama untuk suku cadang dan aksesoris, bahan plastik, kimia organik, dan peralatan listrik mengalami peningkatan pertumbuhan. 8

19 B. SISI PENAWARAN Meningkatnya kinerja pertumbuhan ekonomi Jakarta terutama didukung oleh kinerja sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor keuangan. Kinerja ekspor yang tinggi disertai tetap kuatnya permintaan domestik berdampak pada meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan. Pembangunan properti komersial swasta dan infrastruktur Jakarta membawa pertumbuhan sektor bangunan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sektor keuangan, persewaaan, dan jasa menunjukkan kenaikan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 25, seiring dengan kegiatan keuangan dan tingginya tingkat hunian ruang sewa di Jakarta. Tabel I.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Jakarta (%, yoy) Indikator I* II* III* IV* Total I* II* III* IV* Total I* Pertanian,8 -,8,7,7,3,9 1,6,9 3,3 1,7 2,4 Pertambangan -2,5-9,9-2,4-2,6-4,3-8, 1,5 1,8 1,6 1,5 18,3 Industri 1,6,1 -,3 -,8,1 3, 4,8 2,7 4, 3,6 4,8 Listrik 6,1 4,7 4,9 2,7 4,6 5,1 5,8 6,1 5,5 5,6 4,1 Bangunan 6,3 6,5 6,1 5,9 6,2 6,9 7,4 7,4 6,6 7,1 6,7 Perdagangan,hotel dan restoran 3,3 3,4 4,4 4,8 4, 6,9 8, 6,7 7,6 7,3 6,9 Pengangkutan dan komunikasi 15,7 15,3 15,4 16,2 15,6 15,1 14,7 15, 14,2 14,8 14,1 Keuangan 4,5 4,2 3,8 3,4 4, 4, 4,1 4,5 4,3 4,2 4,9 Jasa-jasa 5,8 6,2 6,5 7,4 6,5 6,8 6,7 6,5 6,4 6,6 6,4 PDRB 5,2 4,9 5, 5, 5, 6,2 6,8 6,4 6,6 6,5 6,7 * angka sementara BPS DKI Jakarta 1. Industri Sektor industri pada triwulan I 211 tumbuh 4,8% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ini tumbuh di atas kisaran perkiraan Bank Indonesia. Kinerja industri yang meningkat tidak terlepas dari tingginya permintaan ekspor yang disertai permintaan domestik yang tetap kuat. Data penggunaan energi di sektor industri menunjukkan adanya kenaikan penggunaan energi listrik dibandingkan triwulan sebelumnya. Survei Tendensi Bisnis BPS juga mengindikasikan penggunaan kapasitas produksi dan jumlah jam kerja yang stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Prospek permintaan yang tetap kuat mendorong pelaku untuk merealisasikan investasinya. Data Badan Penanaman Modal dan Promosi Provinsi DKI Jakarta menunjukkan realisasi penanaman modal asing di sektor industri mencapai USD pada 13 proyek dengan. Sementara itu, penanaman modal domestik terealisasi Rp 6,23 miliar untuk industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik. Selain itu, dukungan pembiayaan perbankan kepada sektor industri relatif stabil yang disertai kualitas kredit yang tetap baik sebagaimana tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) dari yang berada di kisaran 3,8%. 9

20 juta KWH Konsumsi Listrik Industri I II III IV I II III IV I II III IV I % % Indeks Produksi Industri I II III IV I II III IV I II III IV I % Listrik Industri %, yoy - rhs Grafik I. 19 Konsumsi Energi Industri Kredit Industri Rp triliun %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I* IPI %, yoy - rhs Grafik I. 2 Indeks Produksi Industri %, yoy I II III IV I II III IV I kredit Industri %, yoy Grafik I. 21 Kredit Sektor Industri Pendapatan Usaha Peg. Kap. Prod. Jumlah Jam Kerja ITB Grafik I. 22 Indeks Tendensi Bisnis Industri 2. Bangunan Sektor bangunan tumbuh 6,7% (yoy), meningkat dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Kinerja sektor bangunan pada triwulan laporan dipengaruhi oleh pembangunan properti dan pembangunan infrastruktur. Sepanjang triwulan I 211, berbagai properti komersial masih berada dalam proses penyelesaian, antara lain properti perkantoran, apartemen, retail, dan industri. Selain itu, beberapa proyek pemerintah daerah masih akan dilanjutkan pada triwulan I 211, antara lain rehabilitasi sekolah, perbaikan jalan rusak, pembangunan terminal, dan pembangunan jembatan layang. Ke depan, sektor bangunan diperkirakan berada dalam tren yang meningkat seiring dengan prospek pasar properti domestik yang dinilai lebih menguntungkan di antara negara kawasan. 6 Beberapa indikator sektor bangunan tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Perkembangan volume impor bahan bangunan yang digunakan dalam proses pembangunan antara lain semen dan keramikmengalami peningkatan. Hal ini terutama dipicu oleh maraknya pembangunan properti dan infrastruktur. Pada triwulan laporan semen tumbuh mencapai 26,9% (yoy) sementara keramik tumbuh 24,7% (yoy). 6 Analisis suatu Lembaga Riset Properti menunjukkan imbal hasil pasar properti di Indonesia mencapai 7-1, lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang sebesar 4%-5% per tahun 1

21 Tabel I.4 Penambahan Properti Komersial di Jakarta I II III IV I II III IV I Office CBD Supply (cumulative supply, juta m2) Office Outside CBD Supply (cumulative supply, juta m2) Condominium for Sale Supply (cumulative supply, unit) 68,176 71,264 74,92 74,92 76,338 76,577 79,778 82,14 85,734 Apartment Rental Supply (cumulative supply, unit) 7,62 7,835 7,93 7,93 7,835 7,835 7,938 7,815 7,95 Retail Supply (cumulative supply, juta m2) Industrial Supply (cumulative supply, Hektar) 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 9,6 Sumber : Colliers International, diolah meningkat menurun 15 %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Semen Keramik Grafik I.29 Penjualan Semen, Impor Kaca dan Keramik 3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh meningkat di atas 4% sebagaimana triwulan sebelumnya. Iklim dunia usaha yang kondusif dan ditunjang oleh menguatnya permintaan, suku bunga dan nilai tukar yang stabil, berpengaruh pada kegiatan di sektor keuangan, persewaan, dan jasa usaha. Nilai dan frekuensi transaksi di pasar modal masih mengalami peningkatan (Grafik I.33). Selain itu, pada triwulan laporan terdapat initial public offering (IPO) dari 6 emiten obligasi senilai Rp7,11 triliun, dan 4 emiten saham senilai Rp13,16triliun. Kegiatan persewaan ruang meningkat, dengan tingkat hunian kantor sekitar 91,6%, sementara untuk tingkat sewa retail, sekitar 84,3% 7. Peminat sewa ruang terutama untuk retail masih didominasi oleh F&B retailer (makanan dan minuman). 2 %, yoy 9% Occupancy Rate 74% 15 89% 72% 1 88% 7% 5 68% 87% 66% -5 86% 64% -1 I II III IV I II III IV I II III IV I Frekuensi Saham Diperdagangkan Nilai Saham Diperdagangkan Grafik I. 33 Perkembangan Transaksi Saham 85% 62% I II III IV I II III IV I II III IV I Office CBD Apartment Rental Grafik I.34 Tingkat Hunian Apartemen 7 hasil riset lembaga properti Cushman and Wakefield 11

22 dan Kantor 4. Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat masih tumbuh tinggi, yaitu mencapai 14,1%. Penetrasi yang terus dilakukan oleh berbagai operator telepon melalui penyediaan layanan yang bersifat value added, terutama layanan mobile data, menopang kinerja sektor ini tumbuh tinggi. Beberapa operator besar dalam rilisnya menyatakan perolehan laba usaha yang relatif besar 8, terutama berasal dari kenaikan pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informatika. Laba usaha yang berasal dari teknologi informatika rata-rata mencapai porsi 4%. Sementara itu, pertumbuhan subsektor transportasi diperkirakan cukup tinggi. Perkembangan jumlah penumpang yang menggunakan sarana pesawat udara meningkat tinggi sebesar 15,7%. Volume penumpang kereta api Jabodetabek sekitar 3,36 juta orang relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya. Sementara penumpang bus trans Jakarta meningkat 28,44% (yoy) menjadi 26,7 juta penumpang pada triwulan ini. Beroperasinya bus trans Jakarta koridor IX (Pinangranti-Pluit) dan X (Tanjung Priok-Cililitan) serta penerapan sterilisasi jalur bus dari kendaraan lainnya meningkatkan animo masyarakat untuk memilih moda transportasi ini % % %, yoy %, yoy Sumber : CEIC dan Pers Release I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I g.pelanggan Cellular Jabodetabek (yoy) - rhs g.pelanggan Cellular Jabodetabek (qtq) - rhs Grafik I.24 Perkembangan Telepon Seluler juta orang jumlah penumpang g.jumlah penumpang (rhs) Kereta Api Jabodetabek Angkutan Laut Tanjung Priok-rhs Angkutan Udara Soekarno Hatta Grafik I.25 Perkembangan Jumlah Penumpang Moda Transportasi %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : diolah Grafik I.26 Perkembangan Penumpang Bus Trans Jakarta 8 Telkom mencatat laba periode berjalan sebesar Rp2.828 miliar meningkat sebesar 1,5%; Indosat laba bersih senilai Rp453,9 miliar atau mengalami peningkatan 63,3%; dan XL laba bersih sebesar Rp756 miliar atau naik 26%. 12

23 5. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tumbuh melambat terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi yang relatif melambat. Kondisi ini tercermin dari aktivitas perdagangan eceran yang melambat. Dari hasil survei penjualan eceran aktivitas perdagangan barang tahan lama (durable goods) relatif melambat terutama untuk barang-barang seperti elektronik dan kendaraan bermotor. Namun demikian, konsumsi barang tidak tahan lama (nondurable goods) relatif masih stabil. Pola konsumsi masyarakat yang menahan pembelian barang tahan lama terlihat dari hasil Survei Konsumen yang menunjukkan adanya penurunan Indeks Ketepatan Waktu Saat Ini Untuk Pembelian Barang Tahan Lama. Sementara itu, tingkat kunjungan turis menunjukkan arah yang cenderung melambat sepanjang triwulan I %, y-o-y I II III IV I II III IV I II III IV I g.kons Listrik Bisnis (yoy) g.spe (rhs) %, yoy Grafik I.3 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis dan Survei Penjualan Eceran Sumber : PLN dan SPE-BI, diolah % I II III IV I II III IV I II III IV I Hotel Occupancy Rate g.kunjungan Turis (rhs) %, yoy Grafik I.31 Perkembangan Jumlah Wisman dan Tingkat Hunian %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Kereta Api Jawa Angkutan Laut Tanjung Priok Grafik I.32 Arus Barang melalui Kereta dan Pelabuhan 6. Sektor Jasa-Jasa Sektor jasa-jasa tetap tumbuh moderat di atas 6. Perkembangan sektor ini didukung oleh pertumbuhan pembiayaan kredit bank sektor jasa meningkat sekitar 16,2% (yoy), yang disertai dengan kualitas kredit sektor yang baik sebagaimana tercermin dari rasio NPL kredit yang berada di bawah 5%. Indikator lain yang menunjukkan pertumbuhan sektor ini masih tinggi adalah banyaknya event hiburan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain 13

24 itu, tingkat kunjungan di berbagai objek wisata juga masih tinggi, terutama karena adanya program promosi saat liburan akhir pekan jumlah unit * RESTORAN BAR *) s.d. April 211 Grafik I. 36 Data Usaha Industri Pariwisata Jakarta jumlah kegiatan I II III IV I konser musik festival musik Grafik I. 37 Jumlah Penyelenggaraan Hiburan 14

25 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Pada akhir triwulan I 211, tingkat inflasi Jakarta tercatat sebesar 5,95% (yoy) atau sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,21% (yoy). Faktor utama yang menyebabkan perlambatan inflasi ini adalah adanya koreksi pada beberapa komoditas volatile food seiring dengan masuknya masa panen beberapa komoditas seperti beras, sayuran dan aneka bumbu di berbagai daerah sentra produksi, serta masuknya bahan pangan impor. Selain itu, tren apresiasi nilai tukar yang disertai masih memadainya respons sisi penawaran terhadap kenaikan permintaan berkontribusi positif pada ekspektasi konsumen yang tetap stabil. Minimalnya kebijakan pemerintah di bidang hargaselama triwulan II 211 juga turut menyebabkan inflasi administered bergerak cukup stabil. Meskipun demikian, beberapa potensi risiko tetap perlu dicermati terkait dengan kesinambungan pasokan pangan strategis ditengah prediksi kenaikan produksi pangan domestik yang tidak sebesar tahun sebelumnya, serta perkembangan harga komoditas global - khususnya energi dan bahan pangan yang cenderung tinggi. Tekanan inflasi sedikit mereda pada triwulan I 211 dengan adanya koreksi harga beberapa komoditas pangan strategis. Inflasi Jakarta pada triwulan I 211 tercatat sebesar 5,95% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan IV 21 yang berada pada level 6,21% (yoy). Meredanya tekanan inflasi terutama disebabkan oleh kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi yang masing-masing mencatat tekanan inflasi yang lebih rendah dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Koreksi harga yang cukup besar pada beberapa komoditas seperti beras, aneka bumbu, sayuran, dan daging berkontribusi pada melambatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan. Sementara itu, pada kelompok makanan jadi tekanan inflasi yang melambat yaitu pada komoditas makanan jadi dan minuman yang tidak beralkohol. Masuknya masa panen di berbagai daerah sentra produksi berdampak pada membaiknya pasokan bahan pangan di Jakarta. Kondisi pasokan bahan pangan di beberapa pasar induk di Jakarta, seperti Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dan Pasar Induk Kramat Jati, menunjukkan adanya peningkatan sepanjang triwulan I 211. Kondisi pasokan yang membaik ini sejalan dengan berlangsungnya masa panen di sentra produksi di Jawa dan didukung oleh adanya kebijakan impor bahan pangan strategis yang ditempuh pemerintah untuk meredam gejolak tekanan kenaikan harga. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Januari 211 sebanyak 17,25 juta kg bawang merah diimpor dari berbagai negara seperti Thailand, Filipina, Malaysia, Vietnam, Taiwán, dan China. Membaiknya kondisi pasokan ini pada 15

26 Triwulan I 211 gilirannya menyebakan harga mengalami koreksi. Harga eceran bawang merah, beras, dan cabe merah di tingkat pedagang mengalami penurunan yang cukup besar pada akhir triwulan laporan. 6 5 harga BBM Inflasi Jakarta bersubsidi rata2 %, m-t-m meningkat 28,7% %, y-o-y Des : 1st round effect kenaikan harga Jan&Feb:1st+2nd round MTM internasional effect penurunan BBM YOY (rhs) Transportasi Pendidikan Kontribusi Inflasi % qtq yoy 4 Kesehatan dampak 2nd round kenaikan harga BBM 5,95 8 Pakaian lebaran 4 Perumahan Makanan jadi panen panen panen panen Bahan Makanan SHARE : IHK Grafik II.1 Perkembangan Inflasi Grafik II.2 Kontribusi Inflasi Tabel II.1 Perkembangan Inflasi Jakarta berdasarkan Kelompok Komoditas (yoy) Inflasi Jakarta Kelompok Barang I II III IV I II III IV I qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy IHK Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan Transportasi Meskipun beberapa komoditas pangan strategis mengalami penurunan harga, namun penurunan yang terjadi belum membawa harga kembali ke level yang lebih rendah dan menyisakan risiko kenaikan inflasi yang masih cukup besar. Hal ini terutama dipengaruhi oleh hasil panen yang tidak merata di berbagai sentra produksi serta dibayangi oleh adanya penurunan produktivitas hasil panen. Kondisi ini berpengaruh pada relatif terbatasnya kenaikan pasokan di Jakarta. Dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 21, pasokan beras di Jakarta terpantau masih lebih rendah (Grafik II.3). Demikian pula halnya pada pasokan komoditas bawang merah dan aneka cabe yang meningkat secara terbatas dan relatif masih lebih rendah. Dengan berakhirnya masa panen pada bulan April dan sifat bahan pangan yang tidak tahan lama, kesinambungan ketersediaan pangan di Jakarta perlu terus dicermati, mengingat pembentukan harga pangan di Jakarta menjadi barometer penentuan harga di daerah. Selain itu, tren kenaikan harga dunia untuk pakan ternak - terutama jagung berpotensi untuk mendorong kembali kenaikan harga daging dan ayam di pasar domestik. 16

27 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, ton/bulan Rp/kg , 8,5 8, 7,5 7, 6,5 6, 5,5 5, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - ton/bulan Rp/kg , 23, 21, 19, 17, 15, 13, 11, 9, 7, 5, Pasokan Beras Harga rata-rata Eceran Beras (rhs) Harga rata-rata Grosir Beras (rhs) Grafik II.3 Perkembangan Pasokan dan Harga Beras 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, ton/bulan Pasokan Cabe TW Harga Eceran Cabe TW (rhs) Rp/kg Harga Grosir Cabe TW (rhs) 5, 45, 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, Grafik II.5 Perkembangan Pasokan dan Harga Cabe Pasokan Bawang Merah Harga Eceran Bawang Merah (rhs) Harga Grosir Bawang Merah (rhs) Grafik II.4 Perkembangan Pasokan dan Harga Bawang Merah Rp/kg Rp/kg Sumber : Tim Ketahanan Pangan Jakarta , 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Ayam Boiler/Potong Telur ayam ras Daging Sapi Murni (rhs) Grafik II.6 Perkembangan Harga Aneka Daging - Kebijakan pemerintah di bidang harga pada triwulan laporan masih minimal sehingga inflasi administered price tetap stabil. Hal ini dipengaruhi oleh ditundanya kenaikan tarif angkutan kereta api dan belum adanya kebijakan terkait harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi oleh Pemerintah serta ditundanya pembatasan penggunaan BBM bersubsidi yang sedianya diberlakukan pada akhir triwulan laporan di Jakarta-Bogor-Depok- Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). Meskipun demikian, terus meningkatnya harga minyak global menyebabkan harga BBM non-subsidi mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Pada triwulan laporan tercatat harga Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamax Dex mengalami kenaikan yang cukup signifikan masing-masing sebesar 28,9% (yoy), 25,3% (yoy) dan 39,95(yoy) (Tabel II.2). Jenis Tabel II.2 Harga BBM di Jakarta Harga (Rp) Perubahan QtQ (%) Tw III - IV Tw IV 9 - Tw I - 1 Tw II-1 Tw III-1 Tw IV-1 Tw I-11 Tw II - III 1 1 III 1 Tw III 9 - III 1 Perubahan YoY (%) Tw IV 9 - IV 1 Minyak Solar 4,5 4,5 4,5 4,5 4, Premium 4,5 4,5 4,5 4,5 4, Minyak Tanah 5,681 5,681 5,681 5,681 5, Pertamax Plus 7,3 6,7 6,7 7,45 9, Pertamax 6,75 6,25 6,15 7,5 8, Pertamax Dex 7,4 7,1 7,3 7,85 1, Sumber : Pertamina, diolah Tw I 1 - I 11 Secara fundamental, meredanya tekanan inflasi di Jakarta dipengaruhi oleh memadainya respons sisi penawaran terhadap tekanan permintaan domestik, serta meredanya ekspektasi inflasi. 17

28 Kecenderungan peningkatan permintaan relatif masih dapat dipenuhi oleh sektor produksi yang cenderung meningkatkan kapasitas produksinya. Memadainya respons sisi penawaran juga ditunjang oleh kinerja investasi yang terus meningkat. Ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga relatif membaik meskipun pada akhir triwulan laporan mulai kembali cenderung meningkat. Selain itu, tren apresiasi nilai tukar rupiah yang masih terus berlangsung pada triwulan laporan turut berpengaruh pada meredanya tekanan inflasi. Pada akhir triwulan laporan, nilai tukar rupiah tercatat menguat 3,47% (ptp) menjadi Rp8.78 per dolar AS indeks Perubahan harga umum 3 bulan yad Perubahan harga umum 6 bulan yad Grafik II.7 Ekspektasi Harga Rp/USD Grafik II.8 Pergerakan Nilai Tukar Rp terhadap Dollar AS

29 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN 9 Secara umum, kinerja perbankan Jakarta pada Triwulan I 211 stabil dengan risiko kredit yang terkendali. Pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) relatif menurun menjadi 14,8% (yoy) sementara penyaluran kredit cenderung melambat pada level 2,% (yoy). Dengan perkembangan kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK, intermediasi perbankan masih mengalami peningkatan dengan indikator LDR (loan to deposit ratio) yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar 75,4%. Perkembangan tersebut tetap diikuti dengan kualitas kredit yang tetap terjaga sebagaimana tercermin dalam rasio gross Non Performing Loan (NPL) di bawah 5%. Tabel III.1 Beberapa Indikator Perbankan Jakarta Uraian Satuan I II III IV I* DPK Rp Miliar 994,87.8 1,12, ,75, ,197,64.1 1,141,149. Pertumbuhan (%, y-o-y) Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 75, , , , ,517. Pertumbuhan (%, y-o-y) Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 524, , , , ,873.1 Pertumbuhan (%, y-o-y) Kredit UMKM Rp Miliar 185, , , , ,42.8 Pertumbuhan (%, y-o-y) LDR Lokasi Bank (%) LDR Lokasi Proyek (%) NPL (%) *) s.d. Februari 211 A. INTERMEDIASI PERBANKAN Kegiatan intermediasi perbankan Jakarta pada triwulan laporan meningkat tipis dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan dana pihak ketiga (DPK) cenderung melambat, dengan pertumbuhan sebesar 14,8% (yoy), sementara di triwulan IV 21 pertumbuhannya mencapai 26,2% (yoy). Demikian pula pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi bank tumbuh relatif lebih rendah sebesar 22%(yoy) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya secara tahunan (26%). Dengan perkembangan kredit yang masih lebih tinggi dari DPK, LDR berdasarkan lokasi bank mampu mencapai rasio 75,4% relatif lebih tinggi dibandingkan LDR pada akhir triwulan IV 21 (72,2%). Di sisi lain, pertumbuhan penyaluran kredit dalam kategori UMKM melambat menjadi hanya sebesar 11,2% (yoy) dibandingkan 9 Data yang disajikan dan dianalisis adalah data yang didasarkan pada kegiatan kantor bank yang berlokasi di wilayah Jakarta, bukan data menurut kriteria lokasi proyek. Sumber data berasal dari Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan. 19

30 triwulan sebelumnya (7,7%) lebih disebabkan karena adanya penerapan sistem pelaporan perbankan yang mulai diterapkan pada % Lokasi Proyek Lokasi Bank(rhs) Grafik III.1 Perbandingan LDR Kredit Lokasi Bank dengan Lokasi Proyek 1. Penghimpunan Dana Masyarakat Hingga Februari 21, penghimpunan dana masyarakat (DPK) oleh perbankan Jakarta cenderung mengalami perlambatan. Pertumbuhan penghimpunan DPK pada triwulan I 211 secara tahunan sebesar 17,9% lebih rendah dibandingkan posisi akhir triwulan IV 21 yaitu dari 2,3% (yoy). Jika dilihat berdasarkan komponennya, perlambatan DPK di awal tahun 211 ini bersumber dari perlambatan yang terjadi pada giro dan deposito. Pertumbuhan Giro dan Deposito masing-masing turun ke posisi 15,8% (yoy) dan 17,1%(yoy), dibandingkan pertumbuhan secara tahunan triwulan sebelumnya sebesar 19,6% dan 2,1%. Sementara itu, pertumbuhan tabungan relatif stabil yaitu sebesar 23,9%(yoy) dari sebelumnya 22,3% (yoy) %, y-o-y Jakarta Total Giro Tabungan Deposito Grafik III.2 Perkembangan Komponen DPK 2. Penyaluran Kredit Pertumbuhan penyaluran kredit relatif stabil pada triwulan I 211. Berdasarkan data, tercatat posisi total penyaluran kredit pada Februari 211 sebesar Rp86,5 triliun (posisi November 21) atau tumbuh sedikit melambat yaitu sebesar 2% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 21,7%(yoy). Dilihat dari sisi penggunaannya, pertumbuhan kredit modal kerja pada triwulan I 21 masih mengalami ekspansi. Tercatat hingga Februari 211 pertumbuhan kredit modal kerja mencapai 32,3% (yoy) 1 LBU 28 dengan cakupan Bank Umum dan BPR (sebelumnya tanpa BPR), nilai wajar (sebelumnya nominal), dan penyempurnaan komponen (a.l tidak termasuk simpanan berjangka dan tabungan yg diblokir). 2

31 setelah sebelumnya mencapai pertumbuhan 27,6% (yoy) di akhir tahun 21. Pertumbuhan juga terjadi pada kredit invetasi baik secara tahunan maupun secara kuartalan. Data menunjukkan, posisi kredit investasi pada Triwulan I 211 (Februari 211) adalah sebesar Rp222,9 Triliun dengan pertumbuhan 19,8% (yoy) dan 7,6% (qtq) relatif lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Sementara kredit konsumsi mengalami perlambatan pertumbuhan dari 18,2%(yoy) menjadi 11,1% (yoy). Secara sektoral, membaiknya kinerja perekonomian berbagai sektor ekonomi utama di Jakarta diikuti oleh peningkatan penyaluran kredit ke sektor tersebut. Kredit untuk sektor konstruksi meningkat menjadi Rp34,8 Triliun, tumbuh sebesar 16,1% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif 5,1%. Tabel III.3 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Usaha Uraian 21 I II III IV I* Kredit Modal Kerja Level Rp Miliar , , , , ,4 Pertumbuhan (%, y-o-y) (5,1) 7, 23,5 27,6 32,3 Pertumbuhan (%, q-t-q) (13,3) 9,5 12,6 8, 6,3 Pangsa (%) 48,4 49,8 51,8 52,5 51,2 Kredit Investasi Level Rp Miliar , , , , ,9 Pertumbuhan (%, y-o-y) 8,6 9,7 15,8 13,8 19,8 Pertumbuhan (%, q-t-q) 19,3 3,3 9,1 4,8 7,6 Pangsa (%) 26,3 25,6 25,8 25,4 25,9 Kredit Konsumsi Level Rp Miliar , , , , , Pertumbuhan (%, y-o-y) 32,3 28,7 2,6 18,2 11,1 Pertumbuhan (%, q-t-q) 48,3 3,2 (1,1) 4,8 6,3 Pangsa (%) 25,3 24,6 22,4 22,1 22,9 *) s.d. Februari

32 Tabel III.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektoral Uraian I II III IV I* Kredit Industri Level Rp Miliar , , , , ,7 Pertumbuhan (%, y-o-y) (17,6) (3,) 5,2 6,1 8,3 Pertumbuhan (%, q-t-q) (4,6) 5,6 1,3 4, 3,4 Pangsa (%) 18,9 18,7 17,5 17,1 17,1 Kredit Lain-Lain Level Rp Miliar , , , , ,5 Pertumbuhan (%, y-o-y) 38, 34,2 31,6 31, 14,6 Pertumbuhan (%, q-t-q) 15,3 3,2 3,5 6,4 4,5 Pangsa (%) 26,4 25,6 24,5 24,5 24,7 Kredit Jasa DU Level Rp Miliar 1.545, , , , ,4 Pertumbuhan (%, y-o-y) (5,9) 5,2 16,6 24,6 39,4 Pertumbuhan (%, q-t-q) (8,3) 9, 12,7 1,7 6,4 Pangsa (%) 14,3 14,6 15,2 15,8 16,1 Kredit Perdagangan Level Rp Miliar 89.53, , , , ,8 Pertumbuhan (%, y-o-y) (4,4) (,7) 16,3 21,5 41,1 Pertumbuhan (%, q-t-q) (13,4) 1,7 14, 11,1 2,8 Pangsa (%) 12,7 13,2 13,9 14,5 14, Kredit Pengangkutan Level Rp Miliar 57.15, , , , ,7 Pertumbuhan (%, y-o-y) 16,2 17,3 (2,9) (5,6) (6,8) Pertumbuhan (%, q-t-q) 1,3,8 (6,1) (1,6) (2,7) Pangsa (%) 8,1 7,7 6,6 6,1 6, Kredit Konstruksi Level Rp Miliar , , , , , Pertumbuhan (%, y-o-y) (1,8) (3,7) 1,6 (5,1) 16,1 Pertumbuhan (%, q-t-q) (14,5) 9,3 5, (3,4) (4,2) Pangsa (%) 4,4 4,6 4,4 4, 4, Kredit Pertanian Level Rp Miliar 32.43, , , , ,5 Pertumbuhan (%, y-o-y),2 (,7) 3,5 37,3 4,5 Pertumbuhan (%, q-t-q) (5,8) 17,1 17,1 5,7,1 Pangsa (%) 4,5 5, 5,4 5,4 5,3 Kredit Pertambangan Level Rp Miliar , ,7 49.7, , ,2 Pertumbuhan (%, y-o-y) 5,6 78,4 69,9 44,4 52,7 Pertumbuhan (%, q-t-q) 1,3 11, 14,5 12,1 8,7 Pangsa (%) 5,5 5,7 6, 6,4 6,5 Kredit Listrik, Air, Gas Level Rp Miliar , , , , ,6 Pertumbuhan (%, y-o-y) 22,8 15,6 22,4 4,4 41,5 Pertumbuhan (%, q-t-q) 1,3 4, 13,5 17,4 11,2 Pangsa (%) 3,2 3,1 3,3 3,6 3,7 *) s.d. Februari 211 B. RISIKO KREDIT PERBANKAN Risiko kredit perbankan pada triwulan laporan masih terjaga dalam level amannya yang tercermin pada rasio NPL kredit sepanjang triwulan I 21 (hingga Februari 211) yang berada di bawah 5%. Pada akhir Februari 211, rasio NPLs gross bank berada pada level 2,6%, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan IV 21 yang berada pada level 2,9%. Secara umum, perkembangan rasio NPL tersebut didukung oleh membaiknya kondisi perekonomian sejak pertengahan tahun 21. Indikasinya dapat dilihat pada tren penurunan NPL pada sektor-sektor yang memiliki profil risiko yang tinggi. 22

33 7 % % Batas NPL batas NPL Konsumsi Modal Kerja Investasi Grafik III.3 NPLs Jenis Penggunaan Konstruksi Peng., Pergd., dan Kom. Industri Pengolahan Perdg, Rest, dan Hotel Grafik III.4 NPLs Sektor Ekonomi Utama C. KREDIT UMKM (LOKASI PROYEK) Pertumbuhan penyaluran kredit mikro, kecil dan menengah (MKM 11 ) Bank di Jakarta mengalami perlambatan. Berdasarkan data penyaluran kredit MKM terakhir (Februari 211), pertumbuhan kredit MKM pada triwulan I 211 mencapai 11,2% (yoy) menurun dibandingkan pertumbuhan di triwulan IV 21 yang mencapai 7,7% (yoy) karena penerapan LBU 28 di awal 21. Secara nominal, Jakarta masih mendominasi penyaluran kredit MKM dibandingkan provinsi lain dengan pangsa 2,8% sebesar Rp195,4 triliun. Adapun provinsi yang penyaluran kredit MKM-nya termasuk tinggi adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Banten. Dalam Miliar Rupiah Tabel III.4 Perkembangan Kredit UMKM Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I* Pangsa (%) Pertumbuhan Wilayah (%, yoy) Jawa Barat ,9 2,6 Banten ,5 27,4 DKI Jakarta ,8 11,2 Jawa Timur ,3 6,5 Sumatera Utara ,1 17,5 Sulawesi Selatan ,6 21,6 *) sampai dengan Februari Termasuk kredit MKM oleh BPR, BPRS dan Bank Syariah namun tidak termasuk kartu kredit 23

34 Halaman ini sengaja dikosongkan. 24

35 BAB IV PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan I 211, perkembangan sistem pembayaran di Jakarta meningkat seiring pertumbuhan aktivitas ekonomi. Volume pembayaran non-tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS) tumbuh 1,1% lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (7,3%). Volume transaksi keuangan melalui sarana RTGS rata-rata per-harinya selama triwulan laporan mencapai transaksi per hari dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara nilai transaksi stabil sekitar Rp87 triliun per hari. Sementara pelayanan nontunai lainnya (kliring) juga menunjukkan kinerja membaik yang diindikasikan oleh cenderung meningkatnya nilai rata-rata harian kliring. Sementara pelayanan tunai, menunjukkan aktivitas inflow yang meningkat sebagaimana pola pada awal tahun. A. TRANSAKSI RTGS Rata-rata volume maupun nilai transaksi dengan menggunakan sarana RTGS tetap tinggi (Tabel IV.1). Nilai transaksi RTGS dalam triwulan laporan kira-kira mencapai Rp87,96 triliun per hari dan dari sisi volume sebanyak transaksi per hari. Disamping itu, penggunaan RTGS masih mendominasi pembayaran non-tunai yang nilai nominalnya mencapai lebih dari 95% dari total nilai transaksi non-tunai. Hal ini karena mampu melayani transaksi keuangan bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent) antara lain seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas). Pengguna sistem RTGS paling banyak dilakukan oleh nasabah bank untuk jumlah transaksi dari luar Jakarta ke Jakarta. Tabel IV.1 Transaksi RTGS Harian I II III IV I II III IV I RTGS (Rp Miliar) Dari Jakarta ke Jakarta(f-t) ke Luar Jakarta(f) Ke Jakarta dari Luar Jakarta(t) RTGS (Volume) Dari Jakarta ke Jakarta(f-t) ke Luar Jakarta(f) Ke Jakarta dari Luar Jakarta(t)

36 B. TRANSAKSI KLIRING Pada triwulan I 211, rata-rata transaksi harian melalui kliring secara volume relatif menurun meskipun nominalnya meningkat (Tabel IV.2). Rata-rata harian jumlah warkat kliring turun tipis menjadi warkat dibandingkan triwulan sebelumnya warkat. Rata-rata harian nilai nominal transaksi kliring di triwulan laporan Rp4,14 triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Rp3,95 triliun). Faktor yang mempengaruhi kenaikan nilai transaksi tersebut antara lain karena meningkatnya transfer dengan nominal yang kecil. C. TRANSAKSI TUNAI Tabel IV.2 Rata-rata Harian Transaksi Kliring Kegiatan sistem pembayaran tunai di wilayah DKI Jakarta memadai dalam mendukung aktivitas kegiatan ekonomi. Dilihat dari pola per triwulan, pada awal tahun (triwulan pertama) selalu terjadi net inflow masuk ke Bank Indonesia. Demikian pula yang terjadi pada triwulan I 211, rata-rata terjadi net inflow Rp134,2 miliar. Hal ini adalah hal yang wajar, setelah event tertentu seperti tahun baru atau perayaan hari keagamaan. Berkurangnya arus outflow, diperkirakan terkait penggunaan uang non-tunai melalui transaksi kartu debit maupun e-money lainnya. Sementara arus inflow yang meningkat antara lain bersumber dari jumlah uang tidak layak edar (UTLE) yang disetorkan ke Bank Indonesia. Pada triwulan I 211 (hingga Februari 211) pangsa temuan uang palsu di kantor pusat (Jakarta) dibandingkan nasional menjadi 37,5% peningkatan dari sebelumnya 22%. Untuk itu, Bank Indonesia meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait untuk mengatasi hal tersebut. 15 Rp miliar Triwulan Volume Nominal (miliar rupiah) I II III IV I II III IV I II III IV I % 1 8% 5 6% % 2% % INFLOW OUTFLOW NET FLOW Grafik IV.1 Rata-rata Harian Arus Uang Tunai BI Jakarta KPBI Di Luar KPBI Grafik IV.2 Persentase Temuan Uang Palsu Per Wilayah Kerja Kantor Pusat dan Luar KP 26

37 BAB V KEUANGAN DAERAH APBD Jakarta 211 telah disahkan DPRD pada akhir Desember dan mendapat persetujuan Kementerian Dalam Negeri pada 13 Januari 211. DPRD DKI menetapkan APBD DKI 211 sebesar Rp 27,95 triliun, terdiri atas pendapatan daerah sebesar Rp 25,52 triliun dan belanja daerah sebesar Rp 27,3 triliun. Realisasi penyerapan anggaran triwulan I 211 mencapai 12,5%. Sementara untuk APBD 21, persentase realisasi belanja APBD Pemprov. DKI Jakarta mencapai 85,3% atau lebih rendah dari pencapaian tahun 29 pada periode yang sama yang mencapai 87,2%. Namun demikian, nilai realisasi belanja mencatat nominal yang lebih tinggi sebesar Rp22,36 triliun. Persentase realisasi yang lebih rendah tersebut antara lain disebabkan masih tertundanya beberapa proyek infrastruktur. Sementara pada pos pendapatan, realisasi penerimaan APBD 21 secara nominal telah tercapai Rp23,73 triliun atau sebesar 13,3%. Penerimaan dari pendapatan asli daerah (pajak, retribusi daerah dan laba perusahaan daerah) menunjukkan pencapaian yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. A. Realisasi APBD Jakarta APBD Jakarta 211 ditetapkan lebih tinggi dibandingkan APBDP 21. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta mengesahkan anggaran pendapatan belanja dan daerah (APBD) DKI 211 sebesar Rp27,95 triliun, meningkat Rp1,24 triliun dari APBD perubahan 21. Total APBD 211 tersebut terdiri atas pendapatan daerah sebesar Rp25,52 triliun dan belanja daerah sebesar Rp 27,3 triliun. Target pendapatan daerah tersebut akan dicapai melalui pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp13,87 triliun, dana perimbangan sebesar Rp11,5 triliun dan lain-lain PAD sebesar Rp594 miliar. Kementerian Dalam Negeri menyetujui tanggal 13 Januari 211, sehingga Daftar Pengisian Anggaran (DPA), alur keuangan (cash flow) kegiatan dan tender proyek pembangunan yang telah dianggarkan di tahun 211 baru dapat dilakukan pada awal triwulan pertama. Penyerapan anggaran APBD 211 pada triwulan I 211 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun 21. Dari total APBD 211 Pemprov DKI Jakarta sebesar Rp27,875 triliun, realisasi penyerapan anggaran dan belanja DKI Jakarta triwulan I 211 mencapai Rp4,119 triliun, atau sebesar 12,5% naik dibandingkan penyerapan saat triwulan I 21 yang sebesar 9,5%. Dari total penyerapan APBD DKI 211, hanya enam dinas yang telah menyerap anggaran lebih dari 1%. 12 Disahkan dalam Rapat Paripurna DPRD DKI Jakarta tanggal 17 Desember 21 27

38 B. Realisasi APBD Jakarta21 Tabel V.1 APBD DKI Jakarta dan Realisasi Tahun 21 (Miliar Rupiah) Uraian (Rp Miliar) Anggaran Perubahan 29 Realisasi 29 % Anggaran Perubahan 21 Realisasi 21 % PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah 1.363, ,4 11, , ,1 111, Pajak Daerah 8.615, 8.548,4 91, 1.83, 1.787,3 17, Retribusi Daerah 384,6 415,1 17,9 47,9 436,4 17, Laba Perusahaan Milik Daerah 18, 18,7 1,4 212,8 222,7 14,6 Lain-Lain Pendapatan 1.183,8 1.44,1 119, , ,8 138,1 Dana Perimbangan 9.8, ,9 95,6 1.6, ,6 95,3 Lain-Lain Penerimaan Yang Sah - 4,8 641,9 515,5 8,3 Total Pendapatan Daerah , , 98, , ,2 13,3 BELANJA Belanja Tidak Langsung 6.71,7 6.25,9 91, , ,1 91,5 Belanja Pegawai 6.26, , 92,5 8.84, ,4 92,5 Belanja Bunga 9,9 9,9 1, 9,9 7,4 74,6 Belanja Hibah 289,8 35,3 9,1 433,4 424,1 97,9 Belanja Bantuan Sosial 65,1 58, 82,1 47, 27,5 58,6 Belanja Langsung , ,9 85, , ,5 82,2 Belanja Pegawai 1.872, 1.839,5 91, , 1.2,5 86,8 Belanja Barang Dan Jasa 7.611,9 7.12,9 88, , ,2 88,9 Belanja Modal 5.944, ,5 8, , ,8 73,8 Total Belanja Daerah , ,8 87, , ,6 85,3 Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah DKI Jakarta (data sementara) 1. Realisasi Belanja APBD 21 Realisasi belanja APBD hingga akhir 21 secara persentase masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 29. Pencapaian persentase realisasi belanja pada akhir 29 dapat mencapai 87,2 %. Namun pada akhir 21 penyerapan yang dapat dilakukan baru mencapai 85,3% atau sebesar Rp22,36 triliun. Hal ini antara lain disebabkan oleh belum terealisasinya pembebasan lahan dan penundaan pembangunan beberapa proyek (antara lain terminal Pulo Gebang, pembangunan kabel bawah laut, dan proyek rehabilitasi sekolah-sekolah besar). Sementara itu, kegiatan pembangunan infrastruktur yang terus berlangsung (multi years) antara lain adalah lanjutan pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) dengan pembebasan 46 pemilik lahan yang terkena proyek Kanal Banjir Timur (KBT), di kawasan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara; pengerukan enam sungai (Kali Grogol, Kali Ciliwung, Kali Penghubung Rawa Kerbau, Kali Penghubung Kesehatan, dan Saluran Serdang). Sementara itu, dalam rangka pembangunan jalan layang Antasari-Blok M dan Kampungmelayu-Tanahabang (jalan layang Dr Satrio), saat ini pembangunan sudah memasuki tahap pengeboran untuk tiang 28

39 pancang. Dari tujuh titik pengeboran di sepanjang Jalan Pangeran Antasari, sudah selesai sebanyak dua titik. Sedangkan dari 1 titik pengeboran di sepanjang Jalan Trunojoyo, tiga titik diantaranya juga sudah selesai. Waktu pelaksanaanpembangunan fisik dilakukan selama 63 hari atau sekitar 1 tahun 7,5 bulan dengan sistem multiyears, yang diharapkan dapat selesai tahun Realisasi Pendapatan APBD 21 Nilai realisasi APBD pendapatan daerah hingga akhir 21 meningkat dibandingkan realisasi pada tahun 29. Nilai realisasi pendapatan APBD hingga akhir 21 mencapai Rp23,73 triliun, lebih besar dibandingkan tahun 29 yang mencapai Rp19,17 triliun. Kontribusi pendapatan asli daerah meningkat menjadi Rp13,67 triliun atau sudah mencapai 111,% dari yang dianggarkan. Pencapaian tersebut didorong oleh kegiatan sosialisasi supaya wajib pajak dapat membayar tepat waktu. Sosialisasi yang juga dilakukan secara nasional, berupa pekan panutan pelayanan pajak yang dimaksudkan untuk menjaring pendapatan daerah dari pajak secara lebih optimal. Hal lain yang turut mendorong pencapaian penerimaan tersebut adalah tingkat penjualan kendaraan bermotor yang meningkat signifikan pada tahun 21, sehingga penerimaan yang diperoleh dari bea balik nama dan pajak kendaraan bermotor turut meningkat signifikan. 29

40 Halaman ini sengaja dikosongkan 3

41 BAB VI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di DKI Jakarta sampai dengan triwulan I 211 mengalami perbaikan. Angka pengangguran di DKI menurun, berdasarkan hasil survei ketenagakerjaan yang dilakukan oleh BPS (periode Februari) dari 11,32% pada tahun 21 menjadi 1,83% pada tahun 211, seiring dengan penurunan tingkat pengangguran nasional (dari 7,41% menjadi 6,8%). Sementara persentase tingkat kemiskinan yang disampaikan BPS pada Mei 21 sedikit mengalami perbaikan, yaitu turun dari 3,62% menjadi 3,48%. Beberapa indikator kesejahteraan lainnya, seperti upah dan indeks pembangunan manusia (IPM) juga menunjukkan peningkatan. A. KETENAGAKERJAAN Berdasarkan data Februari 211, persentase tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan. Persentase tingkat pengangguran terbuka turun, dari 11,32% menjadi 1,83% (Grafik VI.2). Penyerapan tenaga kerja naik, dari 4,21 juta orang menjadi 4,47 juta orang yang terjadi pada sektor tersier (perdagangan, transportasi, keuangan, dan jasa-jasa), sekunder, maupun primer dengan status pekerjaan adalah tenaga kerja formal yang digaji tetap (buruh/karyawan). Penyelenggaraan pameran bursa kerja (job fair), penyaluran kerja melalui Disnakertrans DKI Jakarta, dan pelatihan kewirausahaan dapat memfasilitasi para pencari kerja untuk bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki berdasarkan kebutuhan pengguna tenaga kerja (perusahaan). 5,4 5, ribuan orang ribuan orang % ,6 4,2 3, , , Feb 9 Feb 1 Feb Feb 9 Feb 1 Feb 11 Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran (rhs) Grafik VI.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja Tingkat pengangguran Jakarta Tingkat pengangguran Nasional Grafik VI.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Meskipun persentase tingkat pengangguran di Jakarta turun, namun masih lebih tinggi dibandingkan tingkat pengangguran nasional. Masih tingginya tingkat pengangguran Jakarta, ditengarai juga didorong oleh arus urbanisasi, dengan indikasi populasi penduduk Jakarta yang meningkat pesat dari tahun ke tahun. Hasil sensus penduduk 21 mencatat populasi Jakarta sebanyak orang (tumbuh 1,39% setiap tahun) meningkat tinggi dibandingkan hasil sensus penduduk 2 ( orang). Dari populasi 31

42 tersebut, orang merupakan angkatan kerja. Perkembangan hingga Februari 211, meskipun persentase pengangguran menurun, namun jumlah pengangguran justru meningkat, dari 537,47 ribu orang menjadi 542,71 ribu orang. Selain itu, masih tingginya tingkat pengangguran di Jakarta antara lain disebabkan oleh : (1) karakteristik perekonomian di Jakarta yang didominasi oleh sektor-sektor ekonomi yang padat modal dan teknologi sehingga penyerapan tenaga kerjanya terbatas, (2) terdapat kelompok masyarakat Jakarta yang tidak memiliki pekerjaan, namun memiliki dan mengelola asset yang mampu menghasilkan uang (pasar saham, usaha persewaan rumah, dan lainnya). Di tingkat nasional, tingkat pengangguran nasional turun menjadi 6,8% (Februari 211) dibandingkan posisi Februari 21 (7,41%) (Grafik VI.2). Selain dari persentase tingkat pengangguran, jumlah pengangguran nasional juga turun, dari 8,59 juta orang menjadi 8,12 juta orang (Februari 211). Lapangan Tabel VI. 1 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Utama Jumlah Tenaga Kerja (ribuan) Share (%) Pertumbuhan (%) Feb 9 Feb 1 Feb 11 Feb 9 Feb 1 Feb 11 Feb 9 Feb 1 Feb 11 Primer 29,6 41,33 11,72,71,98 2,28 (7,24) 39,63 146,12 Sekunder 83,17 783,79 829,17 19,18 18,62 18,56 (1,59) (2,41) 5,79 Tersier 3.354, , ,24 8,11 8,4 79,16 7,34,88 4,51 Total 4.186, , ,12 1, 1, 1, 3,25,52 6,14 Sumber : BPS, diolah Tabel VI.2 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja (ribuan) Share (%) Pertumbuhan (%) Status Pekerjaan (ribuan) Feb 9 Feb 1 Feb 11 Feb 9 Feb 1 Feb 11 Feb 9 Feb 1 Feb 11 Formal 2.72, , ,3 51,29 65,57 68,42-4,82 2,1 1,75 1. Berusaha dibantu buruh tetap 27,35 2,31 193,93 3,93 4,76 4,34 17,84 (3,4) (3,19) 2. Buruh/karyawan 2.495, , ,37 47,35 6,81 64,8 (6,32) 2,56 11,84 Informal 1.484, , ,81 28,16 34,43 31,58 22,13 (2,35) (2,65) 1. Berusaha sendiri 884,48 929,45 767,99 16,78 22,8 17,19 29,57 5,8 (17,37) 2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 284,9 228,66 237,41 5,39 5,43 5,31 24,18 (19,51) 3,83 3. Pekerja bebas 88,71 113,94 152,22 1,68 2,71 3,41 (5,41) 28,44 33,6 4. Pekerja tidak dibayar 226,8 177,1 253,19 4,3 4,21 5,67 8,4 (21,91) 42,96 Total 4.186, , ,12 1, 1, 1, 3,26,52 6,14 Sumber : BPS, diolah B. UPAH Upah yang diterima tenaga kerja pada di awal tahun meningkat, didorong oleh penetapan upah minimum provinsi (UMP), gaji PNS, dan gaji pekerja profesional. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menaikkan UMP tahun 211 menjadi Rp 1.29., atau naik 15,38% dibandingkan UMP tahun 21. Meskipun UMP 211 tersebut belum setara dengan nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebesar Rp , namun Pemprov DKI masih akan menetapkan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) yang lebih 32

43 tinggi dari UMP. Kenaikan UMSP tahun 211 tersebut berlaku bagi 11 sektor unggulan, antara lain sektor bangunan dan pekerjaan umum; kimia; energi dan pertambangan; logam elektronik; mesin; otomotif; asuransi dan perbankan; makanan dan minuman; farmasi dan kesehatan; tekstil, sandang dan kulit; serta pariwisata. Selain pekerja swasta, gaji pegawai negeri sipil (PNS) akan meningkat 1% pada tahun 211. Kebijakan gaji PNS 211 diperuntukkan kepada PNS dengan pangkat terendah, guru dengan pangkat terendah, dan bagi anggota TNI/Polri dengan pangkat terendah. Sementara kenaikan gaji profesional rata-rata sekitar 5,7% hingga 12,2% dengan kenaikan tertinggi terjadi pada kategori pekerjaan call center dan office support. 1,4, 1,3, 1,29, ,2, 1,1, 1,69,865 1,118, ,, 9, 8, 972, UMP (Rp) - sisi kiri Kenaikan UMP (%) Grafik VI. 3 Perkembangan UMP C. KEMISKINAN Persentase penduduk miskin di Jakarta menurun, dan lebih rendah dibandingkan dengan presentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jakarta, pada tahun 21 persentase penduduk miskin di DKI Jakarta hanya 3,48% dari total jumlah penduduk DKI Jakarta, turun dibandingkan penduduk miskin 29 (3,62%). Penurunan ini searah dengan penurunan jumlah penduduk miskin nasional yang turun menjadi sebesar 31,2 juta (13,33%, Maret 21). dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 29 yang berjumlah 32,53 juta (14,15%). Faktor utama yang menyebabkan tingkat kemiskinan menurun adalah perekonomian yang membaik. Selain itu juga dipengaruhi oleh upaya pemerintah untuk mengurangi kemiskinan (pro poor) melalui pelaksanaan program-program yang terkait dengan jaring pengaman sosial, seperti pemberian beras rakyat miskin (raskin), Bantuan Langsung Tunai (BLT) penyaluran kredit yang diarahkan pada usaha kecil (KUR), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dan lain-lain. Upaya lain untuk menjaga agar kemiskinan tidak melonjak adalah pentingnya kesadaran semua pihak untuk menjaga level harga makanan. Salah upaya yang dilakukan BI dan Pemprov DKI Jakarta adalah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang memantau dan mengelola harga apabila terjadi gejolak. Hal ini terutama untuk melindungi masyarakat 33

44 menengah ke bawah, karena daya beli yang relatif terbatas, dengan struktur pengeluaran masyarakat menengah ke bawah terutama untuk kebutuhan pangan. 2 Angka Kemiskinan % DKI Jakarta Jawa Sumatera Kalimantan Sulawesi Nasional Grafik VI.4 Angka Penduduk Miskin Indeks Kesengsaraan Sumber : BPS, diolah I II III IV I II III IV I II III IV I Jakarta Nasional Grafik VI.5 Indeks Kesengsaraan D. INDEKS KESENGSARAAN 13 Tingkat inflasi yang cukup rendah berpengaruh positif bagi membaiknya angka indeks kesengsaraan di Jakarta (Grafik V.5). Indeks kesengsaraan yang dihitung dengan cara menjumlahkan persentase tingkat pengangguran terbuka dengan tingkat inflasi. Indeks ini mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran yang tinggi dan tingkat inflasi yang memburuk akan menciptakan biaya sosial dan ekonomi suatu negara. Berdasarkan indikator indeks kesengsaraan, kondisi kesejahteraan masyarakat pada triwulan I 211 diperkirakan membaik (indeks kesengsaraan turun dari 17,3 menjadi 16,8). Meski demikian, lebih tingginya indeks kesengsaraan di Jakarta dibandingkan nasional perlu menjadi perhatian bersama. E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 14 Angka indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menunjukkan perbaikan. IPM merupakan gabungan dari nilai yang menunjukkan tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktorfaktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentu (Grafik V. 5 6). Terdapat tiga kriteria IPM, yaitu IPM tinggi dengan angka indeks di atas,8, IPM sedang dengan batas angka IPM,5,799, dan IPM rendah dengan nilai di bawah,5. Indeks ini dapat digunakan untuk membandingkan human development antara satu negara dengan negara lainnya ataupun membandingkan human development antara satu provinsi 13 Pertama kali dikenalkan oleh Arthur Okun 14 Indeks ini dikembangkan pada tahun 199 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993 oleh UNDP pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata pada sebuah negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yakni: 1. Usia yang panjang dan sehat, yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. Pendidikan, yang diukur dengan dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga; serta angka partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga, 3. Standar hidup yang layak, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita pada paritas daya beli dalam mata uang Dollar AS. 34

45 ataupun kota dengan provinsi ataupun lain di dalam satu wilayah negara. Angka IPM Indonesia dan kebanyakan provinsi di Indonesia pada saat ini masuk dalam kategori IPM sedang. Laporan Pembangunan Manusia United Nations Development Programme (UNDP) Tahun 29 menyebutkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia naik tipis dari,728 tahun 27/28 menjadi,734 pada 29. Indonesia ranking ke 111 dari 182 negara yang terdata, masih berada di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia (66), Singapura (23), Filipina (15), Thailand (87) dan bahkan Sri Lanka (12)..8 Indeks Pembangunan Manusia Sumber : LPKJ Gubernur DKI Jakarta 21 Grafik VI. 6 Indeks Pembangunan Manusia IPM Provinsi DKI Jakarta menunjukkan adanya perbaikan. Tahun 21 menunjukkan IPM Provinsi DKI Jakarta meningkat menjadi,776 dibandingkan,7736 pada tahun 29. Indeks pembangunan manusia yang mencakup dimensi kesehatan (Angka Harapan Hidup), dimensi pendidikan (Angka Melek Huruf dan Rata-rata lama sekolah), dan kemampuan daya beli (rata-rata pengeluaran per kapita riil). Peningkatan tersebut terkait pula dengan pertumbuhan ekonomi 21 yang tinggi (6,51%); peningkatan jumlah angkatan kerja dari 4,69 juta menjadi 5,27 juta tahun 21; dan dilakukan pelayanan kesehatan kepada pemegang kartu keluarga miskin (Gakin) sebanyak 2,1 juta kasus di Puskesmas dan 213. kasus di rumah sakit. 35

46 Halaman ini sengaja dikosongkan. 36

47 BAB VII OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI Ekonomi Jakarta pada triwulan II 211 diperkirakan masih tumbuh di atas 6% walaupun sedikit mengalami perlambatan. Di sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan mengalami peningkatan yang disertai investasi dan ekspor yang tumbuh tinggi. Daya beli masyarakat yang meningkat menopang kinerja konsumsi ditengah masuknya masa liburan sekolah di akhir triwulan laporan. Selain itu, realisasi pengeluaran pemerintah diperkirakan mengalami peningkatan dengan berlanjutnya berbagai proyek pembangunan infrastruktur. Investasi didukung oleh prospek permintaan domestik dan ekspor yang tetap kuat disertai membaiknya iklim investasi nasional. Kinerja ekspor diperkirakan tumbuh tinggi terutama didorong oleh permintaan dari negara-negara emerging market. Secara sektoral, sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta ditopang oleh sektor bangunan, sektor pengangkutan komunikasi, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran seiring masih kuatnya investasi dan konsumsi. Sementara itu, inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan masih berada dalam kisaran sasaran nasional 5+1% meski disertai tinggi risiko kenaikan harga pangan dan energi. A. BEBERAPA ASUMSI YANG DIGUNAKAN Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan tetap berlanjut dengan optimisme yang semakin membaik. Hal ini terlihat dari dilakukannya revisi ke atas angka proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga internasional. IMF pada rilis World Economic Outlook memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia 211 dapat mencapai 4,4%. Perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia yang stabil ini tidak terlepas dari proses perkembangan kondisi ekonomi berkembang, sementara ekonomi negaranegara maju lebih pesimis dibanding yang diperkirakan. Volume perdagangan dunia direvisi menurun, didorong pembatasan ekspor untuk melindungi kebutuhan dalam negeri, seiring masih meningkatnya harga minyak dan proyeksi pasokan pangan dunia yang akan terbatas 16 (grafik VII.1). IMF merevisi ke atas prakiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia tahun 211 (Januari 211) menjadi 7,1%, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya (7,%). 15 World Economic Outlook, April 211, International Monetary Fund (IMF) 16 FAO, April

48 Tabel VII.1. Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global YoY (%) Realisasi Proyeksi Selisih Dengan Perkiraan Januari Output Dunia -,5 5, 4,4 4,5,, Negara Maju -3,4 3, 2,4 2,6 -,1,1 Negara Berkembang 2,7 7,3 6,5 6,5,, Volume Perdagangan Dunia -1,9 12,4 7,4 6,9-4,6 -,2 Inflasi Dunia Negara Maju,1 1,6 2,2 1,7,6,1 Negara Berkembang 5,2 6,2 6,9 5,3,9,5 Sumber : World Economic Outlook, April 211 Grafik VII.1 Perkiraan Supply, Demand dan Stok Biji-bijian Dunia Pada triwulan II-211, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 6,4%. Peran investasi untuk penambahan kapasitas perekonomian, terutama melalui PMA, diperkirakan akan meningkat sejalan dengan masih kuatnya permintaan, baik dari domestik maupun eksternal, serta membaiknya sovereign credit rating. Secara sektoral, seluruh sektor ekonomi diprakirakan akan tumbuh tinggi, dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor transportasi & komunikasi, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor bangunan. Kebijakan Fiskal Daerah Realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jakarta diperkirakan akan relatif moderat pada triwulan II 211. Penyerapan belanja dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta triwulan I 211 telah mencapai 12,5% dari total APBD DKI 211. Dari total APBD 211 Pemprov DKI Jakarta sebesar Rp27,875 triliun, realisasi penyerapan anggaran dan belanja DKI Jakarta sampai dengan triwulan I 211 mencapai Rp4,119 triliun. Dalam pos belanja daerah, pemprov DKI menetapkan anggaran sebesar Rp 27,3 triliun. Pos ini antara lain untuk melanjutkan proyek penanggulangan banjir dan sampah di kanal banjir timur dan barat serta 13 sungai di Jakarta, rencana pembangunan tanggul laut (sea wall), realisasi pembangunan rumah susun di Jakarta Selatan, efektivitas alokasi anggaran sebesar Rp 2,5 triliun untuk pembangunan transportasi, juga penambahan kamar rawat inap pada rumah sakit umum daerah. Untuk mengoptimalkan penyerapan APBD 211, Pemprov akan mengawasi penyerapannya, terutama untuk proyek infrastruktur. 38

49 Composite Leading Indicator PDRB Jakarta CLI pdrb Grafik VII.2 Indikator Penuntun PDRB Jakarta B. PERTUMBUHAN EKONOMI 1. SISI PERMINTAAN Masih meningkatnya konsumsi dan tingginya investasi serta ekspor berdampak positif pada perekonomian Jakarta yang berpotensi tumbuh di atas 6%, pada kisaran 6,2% - 6,6% (yoy) di triwulan II 211. Masih tingginya kinerja pertumbuhan ekonomi Jakarta bersumber dari meningkatnya konsumsi dan kinerja investasi. Selain itu kinerja ekspor luar negeri akan melambat sebagaimana proyeksi volume perdagangan dunia yang dikoreksi ke bawah. Indikator Tabel VII. 1 Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jakarta (%, yoy) 29* 21* I* II* III* IV* Total I* II* III* IV* Total I* 211 Proyeksi Tw II 211-p Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor Impor P D R B * angka sementara BPS DKI Jakarta p proyeksi meningkat Konsumsi diperkirakan cenderung tumbuh meningkat dengan membaiknya pendapatan masyarakat dan realisasi belanja pemerintah. Pada triwulan II 211, konsumsi diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,5-6,9%. Peningkatan konsumsi ditopang oleh daya beli masyarakat yang cukup terjaga disertai realisasi kenaikan gaji PNS/Polri dan pensiunan rata-rata sebesar 15% pada awal triwulan II Selain itu, ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang tetap baik sebagaimana tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang berada pada level optimis seiring dan mulai masuknya masa liburan sekolah pada akhir triwulan mendatang merupakan faktor positif yang diperkirakan turut mendorong 17 PP No.11 Tahun 211 tanggal 16 Februari 211 tentang Perubahan Ketigabelas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil 39

50 peningkatan konsumsi. Tercatat beberapa pergelaran dan kegiatan terkait Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) dalam skala besar yang rencananya akan berlangsung pada triwulan II 211 yang diperkirakan juga mendorong kenaikan konsumsi. Sementara itu, permintaan kendaraan bermotor baru diperkirakan tetap tumbuh tinggi meskipun pada triwulan II 211 terkendala oleh faktor produksi yang terhambat oleh masuknya komponen penunjang sebagai dampak dari bencana di Jepang. Kalangan pelaku industri kendaraan bermotor meyakini bahwa tingginya permintaan diperkirakan tetap mendorong angka pertumbuhan penjualan mobil hingga 11% untuk keseluruhan tahun 211. Sementara itu, realisasi kenaikan gaji pegawai negeri tersebut dan berlanjutnya pembangunan infrastruktur mendorong perbaikan kinerja konsumsi pemerintah namun dengan tingkat pertumbuhan yang relatif moderat. Membaiknya iklim investasi berdampak pada kinerja investasi yang diperkirakan tetap tinggi sehingga perannya akan terus meningkat dalam perekonomian Jakarta. Iklim investasi semakin membaik tercermin dari terus berlanjutnya perbaikan peringkat kredit Indonesia dari berbagai lembaga pemeringkat internasional. Pada 8 April 211 lembaga pemeringkat kembali menaikkan peringkat kredit Indonesia sehingga mencapai level tertinggi setelah krisis tahun Long-term foreign-currency rating Indonesia meningkat menjadi BB+ dari BB dengan outlook positif, sehingga peringkat kredit Indonesia saat ini hanya satu level di bawah investment grade. Upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta melalui peningkatan layanan terpadu satu pintu (PTSP) yang secara resmi telah mulai beroperasi pada akhir September dapat mendukung peningkatan iklim investasi di Jakarta. Adanya PTSP dapat mengurangi jangka waktu untuk memperoleh perizinan usaha hingga menjadi maksimal 38 hari, dari sebelumnya selama 6 hari. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang terus berlanjut. Selain itu, berbagai langkah yang ditempuh oleh Pemerintah dalam pengembangan konsep Greater Jakarta dan berlanjutnya berbagai proyek pembangunan infrastruktur akan berdampak positif bagi kinerja investasi., serta prospek pasar properti komesial yang terus membaik berpotensi mendorong investasi tetap tumbuh tinggi. Berbagai kondisi positif tersebut berdampak pada kinerja pertumbuhan investasi yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 11,8 12,2% (yoy). Volume perdagangan dunia yang tinggi berkontribusi bagi kinerja ekspor Jakarta yang diperkirakan tumbuh tinggi. Pada triwulan II 211, walaupun sedikit melambat dari triwulan I 211, ekspor Jakarta diperkirakan 18 Pergub No 14 Tahun 21 4

51 berpotensi untuk tetap tumbuh tinggi pada kisaran 9,5 9,9% (yoy). Kinerja ekspor yang diperkirakan tetap tumbuh tinggi terutama ditunjang oleh permintaan dari negara berkembang yang pada tahun 211 volume perdagangannya diprakirakan tumbuh 9,3%, lebih tinggi dari negara maju yang diprakirakan tumbuh 5,9%. Pasar ekspor Jakarta yang terutama ke negara-negara ASEAN dan Asia. 2. SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, sektor-sektor utama perekonomian Jakarta diperkirakan berpotensi untuk dapat tumbuh stabil pada triwulan II 211. Kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan tetap stabil terkait dengan permintaan domestik dan ekspor yang tetap kuat, disertai tingginya investasi di sektor ini. Namun, peningkatan kinerja sektor ini dibayangi oleh kendala pasokan bahan baku. Selain itu, kinerja sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh meningkat diperkirakan mendorong pertumbuhan ekonomi Jakarta tetap tumbuh tinggi. Tabel VII.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (%, yoy) Indikator I* II* III* IV* Total I* II* III* IV* Total I* Proyeksi Tw II 211-p Pertanian,8 -,8,7,7,3,9 1,6,9 3,3 1,7 2, Pertambangan -2,5-9,9-2,4-2,6-4,3-8, 1,5 1,8 1,6 1,5 18,3 (1.) - (.6) Industri 1,6,1 -,3 -,8,1 3, 4,8 2,7 4, 3,6 4, Listrik 6,1 4,7 4,9 2,7 4,6 5,1 5,8 6,1 5,5 5,6 4, Bangunan 6,3 6,5 6,1 5,9 6,2 6,9 7,4 7,4 6,6 7,1 6, Perdagangan,hotel dan restoran 3,3 3,4 4,4 4,8 4, 6,9 8, 6,7 7,6 7,3 6, Pengangkutan dan komunikasi 15,7 15,3 15,4 16,2 15,6 15,1 14,7 15, 14,2 14,8 14, Keuangan 4,5 4,2 3,8 3,4 4, 4, 4,1 4,5 4,3 4,2 4, Jasa-jasa 5,8 6,2 6,5 7,4 6,5 6,8 6,7 6,5 6,4 6,6 6, PDRB 5,2 4,9 5, 5, 5, 6,2 6,8 6,4 6,6 6,5 6, * angka sementara BPS DKI Jakarta p proyeksi Bank Indonesia meningkat Kinerja sektor industri diprakirakan tetap stabil walaupun tumbuh sedikit melambat pada kisaran 2,8-3,2% (yoy). Permintaan domestik dan ekspor yang tetap tinggi menopang kinerja sektor industri tumbuh stabil pada triwulan mendatang. Namun, kinerja produksi sektor ini diperkirakan berpotensi risiko menghadapi kendala terbatasnya pasokan bahan baku terkait dengan dampak terjadinya bencana alam di Jepang. Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh tinggi pada kisaran 15, 15,4% (yoy). Pada sub sektor komunikasi, penetrasi pasar seluler terus akan berlanjut terutama untuk akses mobile data dan berbagai program bundling penjualan telepon yang dilakukan oleh operator besar untuk mencapai target penambahan jumlah pelanggan 9% pada

52 Sementara itu, kinerja sub sektor pengangkutan diperkirakan meningkat seiring dengan mulai dioperasionalkannya koridor IX dan X Trans Jakarta, disertai adanya penambahan 94 unit bus Trans-Jakarta. Pembangunan berbagai proyek properti swasta dan infrastruktur pemerintah berdampak pada meningkatnya kinerja sektor bangunan. Pada triwulan II 211 pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan berada pada kisaran 7,5 7,9% (yoy). Beberapa proyek infrastruktur oleh pemerintah dan swasta akan dilakukan pada triwulan II 211. Kegiatan pembangunan yang dilakukan pihak swasta antara lain berupa penambahan areal kawasan industri, pembangunan apartemen, retail, dan perkantoran. Sementara itu, proyek pembangunan pemerintah yang terus berlanjut antara lain pembangunan jalan layang non tol Pangeran Antasari-Blok M dan Kp. Melayu-Tanah Abang, pembangunan sarana kesehatan seperti Puskesmas di tingkat kecamatan dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Jakarta Selatan, perluasan areal Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan, dan pembangunan Terminal Pulo Gebang. Tabel VII.4 Calender Event Jakarta Triwulan I 211 Kegiatan Tanggal April 211 Pekan Hari Ulang Tahun ke 36 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Food & Hotel Indonesia Exhibition CONBUILD INDONESIA (Building & Construction) INDO-PV POWER EXPO & INDO- E POWER EXPO The 13th Jakarta International Handicraft Trade Fair (Inacraft 211) 2-24 INATEX 211 The 9th Indonesia International Textile Apparel Accessories 28-3 Mei 211 Indonesia Textile and Apparel Fair (ITAF) World Golf Junior Tournament 1-31 Okt Iwan Tirta s Batik Collection Exhibition 2-31 Maritime Expedition Archipelago 3-31 Jakarta International Expo (JIExpo) 4-7 INDOGARTEX (Apparel & Clothing) DYE+CHEM INDONESIA (Chemicals & Dyes) Jakarta International Yarn & Fabric Show (Fabrics & Textiles) Jakarta Furniture Fair 211 (Furniture, Interior, Decorative items) Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) Indonesia-China Machinery & Electronic Products Exhibition INDOAUTOMOTIVE (Automotive) Jakarta Marriage and Wedding Festival (JMWF) Environmental Week and Environmental Exhibition Juni 211 Environmental Week and Environmental Exhibition 1-3 JAKARTA FAIR PORCADA 1-3 Enjoy Jakarta Anniversary Basketball Tournament 1-3 Betawi cup s water polo tournament 1-3 Jakarta Sport Festival (JSF) 1-3 Abang and None Jakarta Election Palang Pintu Festival 1-3 Pemilihan Abang dan None Cilik 1-3 Festival Seni Budaya Betawi 1-3 Jakarta Anniversary Festival 1-31 Juli Festival Jakarta Great Sale (FJGS) 1-31 Juli Festival Jalan Jaksa 5-3 Festival Komputer Indonesia 8-12 INDO MEELEX 211 EXPO & FORUM Anniversary and Meeting Service Indo Buildtech Expo Flora Fauna Jakarta Juli JAKARNAVAL Gebyar Bunga 29-3 Juli Bobo Fair Jakarta+Operet 29-3 Juli Sumber: 42

53 Permintaan domestik dan ekspor yang tetap kuat menopang kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran. Optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian disertai ekspektasi terhadap penghasilan yang membaik berkontribusi positif bagi aktivitas sektor ini. Selain itu, berbagai penyelenggaraan event dan berbagai kegiatan berskala nasional maupun internasional sepanjang triwulan II 21 diperkirakan dapat mendorong kinerja sektor ini. Meski demikian, hasil indeks penjualan eceran khususnya untuk barang tahan lama yang cenderung menurun merupakan indikasi adanya risiko yang berpotensi dapat menahan peningkatan kinerja sektor ini. Pesatnya pengembangan pasar properti khususnya ritel tidak serta juga tidak serta merta dapat diimbangi oleh tingkat hunian yang tetap tinggi. Hasil lembaga riset properti mengindikasikan calon penyewa (tenant) cenderung lebih selektif dalam memilih tempat lokasi usaha mal terutama lokasi yang (berpotensi) memiliki tingkat kunjungan yang tinggi 19. Berbagai kondisi tersebut mengindikasikan kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran dapat tumbuh stabil pada kisaran 6,5-6,9% (yoy) pada triwulan II 211. C. INFLASI Inflasi Jakarta pada triwulan II 211 diperkirakan berada dalam kisaran sasaran nasional 5+1% walaupun juga dibayangi tingkat risiko yang masih tinggi. Masa panen di berbagai sentra produksi telah membawa tekanan inflasi Jakarta selama triwulan laporan relatif mereda. Meski demikian, capaian produksi hasil panen yang diperkirakan dibayangi oleh tingkat produktivitas yang kurang optimal menyebabkan tingkat harga belum sepenuhnya kembali ke tingkat yang lebih rendah. Selain itu, harga beras yang masih cukup tinggi dan berada di atas Harga Pembelian Pemerintah menyebabkan Bulog menghadapi tantangan besar dalam upaya memperkuat stok pangan. Dinamika perkembangan harga pangan dan energi global yang terus meningkat terus dicermati implikasinya pada pembentukan harga domestik. Konsumsi bahan bakar minyak subsidi mencapai 6%, sementara saat ini perbedaan antara harga minyak subsidi dan non-subsidi mencapai dua kali lipat. Berlanjutnya tren harga minyak menyebabkan rata-rata setahun Indonesia Crude Price (ICP) telah mencapai sekitar USD 89,49 berada di atas asumsi APBN 211 yang sebesar USD8/barrel. Di sisi distribusi barang, kebijakan untuk melakukan pembatasan jam operasional truk di Jakarta mulai April 211 perlu disertai langkah koordinasi lebih lanjut, supaya tidak menimbulkan tekanan terhadap harga 19 Procon Savilis 43

54 27 Q4 28 Q1 28 Q2 28 Q3 28 Q4 29 Q1 29 Q2 29 Q3 29 Q4 21 Q1 21 Q2 21 Q3 21 Q4 211 Q1 211 Q2 211 Q3 211 Q4 Triwulan I 211 Intensitas kebijakan untuk meredam kenaikan harga yang disertai komitmen Pemerintah Daerah dalam menjaga kelancaran distribusi komoditas strategis menjadi faktor penting yang dapat membawa inflasi berada dalam kisaran target. Kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dalam meredam kenaikan harga diarahkan pada upaya meningkatkan produksi pangan nasional. Berbagai program seperti bantuan langsung benih unggul; memperpanjang pembebasan bea masuk atas impor sejumlah bahan pangan; dan Instruksi presiden (Inpres) 2 untuk mencapai target surplus beras sebesar 1,7 juta ton atau naik sekitar 8 persen pada tahun 211 diharapkan dapat meredam risiko kenaikan harga pangan lebih lanjut. Selain itu, langkah yang ditempuh oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah semakin intensif dalam memantau pergerakan harga di berbagai pasar yang tersebar di seluruh Jakarta, pemetaan kondisi gudang pangan baik milik swasta maupun pemerintah, dengan disertai upaya penguatan kerjasama lintas daerah. Upaya ini dapat berpengaruh dalam membawa inflasi Jakarta pada arah yang sesuai dengan pencapaian sasaran inflasi nasional indeks Perubahan harga umum 3 bulan yad Perubahan harga umum 6 bulan yad Grafik VII.3 Hasil Survei Konsumen BI Grafik VII.4 Fan chart Inflasi Jakarta Inpres No.5 Tahun 211 tentang Pengamanan Produksi Beras Nasional 44

55 BOKS Faktor Risiko Tekanan Inflasi Ke Depan : Perkiraan Penurunan Produksi Pangan Global dan Produksi Pangan Nasional yang Terbatas Pasokan dan stok biji-bijian dunia diperkirakan mengalami penurunan. FAO memperkirakan produksi pangan biji-bijian menurun pada 21/11 (grafik VII.1), sementara konsumsi selalu meningkat, sehingga stok/ketersediaan menurun. Terbatasnya produksi, akan menyebabkan tekanan harga pangan lebih lanjut. Tren kenaikan beberapa harga pangan global berdampak pada komoditas domestik terkait. Lima komoditas pangan dunia (Gandum, CPO, kedelai, jagung dan gula) berpengaruh pada sekitar 12% komoditas dalam keranjang IHK. Beberapa komoditas kini secara akumulatif tumbuh sangat tinggi seperti jagung dan gandum. Peningkatan harga jagung dikhawatirkan akan berdampak kepada harga pangan ternak, yang selanjutnya berimplikasi terhadap harga daging-dagingan. Komoditas Desember 21 Tabel A.1 Harga Komoditas Global Januari 211 Februari 211 Maret 211 April 211 April Dibanding Maret April 211 Dibanding Desember 21 Gandum (USD/bushel ) % 13.96% CPO (USD/MT ) % -3.94% Jagung (USD/bushel ) % 38.4% Kedelai (USD/bushel ) % 9.84% Gula (cent USD/pound ) % 15.6% Upaya memperkuat pasokan pangan perlu ditempuh melalui penguatan kebijakan pangan. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) I BPS kenaikan produksi beras tahun 211 diperkirakan sebesar 1,35%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (3,13%). Kenaikan tersebut bahkan tidak sebanding dengan kenaikan jumlah penduduk (1,49%). Selain itu, informasi terkini produksi beras di sentra produksi Jawa Tengah dan Jawa Timur mengindikasikan pertumbuhan produksi yang melambat. Perkiraan peningkatan produksi pangan yang terbatas ini perlu direspons dengan berbagai langkah kebijakan untuk mengamankan pasokan dan harga pangan domestik. Dalam publikasi yang dirilis oleh Asian Development Bank (ADB), kebijakan terkait pangan yang ditempuh oleh Indonesia terbatas pada penurunan pajak, bantuan pangan, dan peningkatan produksi. Di sebagian besar negara kawasan, kebijakan untuk mengamankan pasokan dan harga juga ditempuh melalui kebijakan kontrol dan subsidi harga, dan kebijakan menahan ekspor. 45

56 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan* Feb* Mar* Ribu ton Triwulan I Produksi Padi g_yoy (RHS) g_mtm (RHS) % 5-5 Grafik A.1 Perkembangan Produksi Padi Jateng Grafik A.2 Perkembangan Pangan Jatim Tabel A.2 Bauran Kebijakan Negara Kawasan Terkait Kenaikan Harga Pangan Mengingat Jakarta memiliki bobot yang cukup besar dalam IHK nasional dan sebagai barometer dalam penentuan harga di daerah, maka upaya menjaga kestabilan harga Jakarta menjadi sangat penting dan prioritas. Untuk meningkatkan penguatan stok beras Bulog, Pemerintah mengeluarkan kebijakan tambahan dana pembelian apabila harga beras di pasaran melebihi harga pembelian pemerintah (HPP) 21, untuk menghindari risiko tidak tercapainya target pengadaan beras mengingat harga pasaran sudah sangat jauh dari HPP dan diperkirakan panen tahun ini berlangsung 21 Inpres No 8/211 46

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Triwulan II 211 Halaman ini sengaja dikosongkan ii Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan II 211 tumbuh stabil sebesar 6,7% sebagaimana triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2013

ii Triwulan I 2013 ii Triwulan I 2013 iii iv Triwulan I 2013 v vi Triwulan I 2013 vii viii Triwulan I 2013 Indikator 2010 2011 2012 2013 Total Total I II III IV Total I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Triwulan III 2014 ii

Triwulan III 2014 ii ii Triwulan III 214 iii iv Triwulan III 214 v vi Triwulan III 214 TABEL INDIKATOR PEREKONOMIAN DKI JAKARTA Indikator 21 211 212 213 214 Total Total I II III IV Total I II III IV Total I II III Ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik.

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik. Jakarta, 11/11/2012 (Kominfonewscenter) Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 dan keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,1%-6,5%. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Triwulan II 213 Halaman ini sengaja dikosongkan ii Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan II 213 tumbuh sebesar 6,3% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI MARET 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) ANALISIS INFLASI MARET 2016 Komoditas Pangan Dorong Inflasi IHK Maret INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-211 v KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci