REDUPLIKASI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REDUPLIKASI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK"

Transkripsi

1 REDUPLIKASI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK NOUN REDUPLICATION IN INDONESIAN: THE STUDY OF SYNTAX AND SEMANTICS Wati Kurniawati Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur 13220, Jakarta, Indonesia Pos-el: Naskah diterima: 8 September 2014; direvisi: 10 November 2014; disetujui: 20 November 2014 Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan fungsi dan keserasian reduplikasi nomina dalam bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode melalui penelitian kepustakaan yang ditunjang dengan teknik pengumpulan data dan analisis data. Sumber data dalam penelitian ini adalah data tertulis, intuisi penulis, dan percakapan para pemakai bahasa Indonesia. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa fungsi reduplikasi nomina dalam tataran frasa dapat berkedudukan sebagai inti dan pewatas. Sementara itu, fungsi reduplikasi nomina dalam tataran klausa berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Perilaku reduplikasi nomina tidak dapat mempengaruhi konstituen yang berada di sebelah kiri dan kanannya. Kata kunci: klausa, nomina, frasa, dan reduplikasi Abstract The aim of this research is to describe functions and harmony of nominal reduplication in Indonesian language. The method of this research is descriptive method, by doing library research which supported by collect and analyze the data technique. The sources of this research are written data, writer intuition, and dialogue between Indonesian language users. Based on analysis of the research result, the conclusion is the nominal reduplication in phrase hierarchy can stated as the core and divider. Meanwhile, the function of nominal reduplication in clause hierarchy can be a subject, verb, object, and adjunct. Reduplication behavior of nominal cannot influence the constituent which stand in the right and left side. Keywords: clause, noun, phrase, dan reduplication PENDAHULUAN Dalam morfologi dipelajari seluk-beluk bentuk kata dan fungsi perubahan bentuk kata, baik fungsi gramatik dan semantik. Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak (Ramlan, 2009:65). Nomina atau kata benda dapat dilihat berdasarkan segi semantik, sintaksis, dan bentuk (Alwi et al., 2003). Dikatakan bahwa tiap kata termasuk nomina dalam bahasa mana pun, Vol. 26, No. 2, Desember

2 Reduplikasi Nomina dalam Bahasa Indonesia: Kajian Sintaksis dan Semantik (Wati Kurniawati) Halaman mengandung fitur-fitur semantik yang secara universal melekat pada kata tersebut. Ciri semantik yang melekat secara hakiki pada tiap kata sangatlah penting dalam bahasa karena ciri itu yang menentukan apakah suatu bentuk dapat diterima oleh penutur asli atau tidak. Dengan mempertimbangkan fitur semantiknya, uraian tentang nomina dari segi perilaku sintaksisnya berdasarkan posisi atau pemakaiannya pada tataran frasa. Dilihat dari segi bentuk morfologisnya, nomina terdiri atas dua macam, yaitu nomina yang berbentuk kata dasar dan nomina turunan. Penurunan nomina ini dapat dilakukan dengan (1) afiksasi, (2) perulangan, atau (3) pemajemukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Apakah fungsi reduplikasi nomina dalam bahasa Indonesia? (2) Apakah reduplikasi nomina dapat mempengaruhi kehadiran konstituen yang ada di dekatnya? Adapun tujuan penelitian ini menentukan fungsi reduplikasi dalam bahasa Indonesia dan perilaku reduplikasi dengan kehadiran konstituen yang ada didekatnya serta penggunaan kata tertentu pada konstituen yang ada didekatnya. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan fungsi dan keserasian reduplikasi nomina dalam bahasa Indonesia. Selain itu, mendeskripsikan makna reduplikasi nomina. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode melalui penelitian kepustakaan yang ditunjang dengan teknik pengumpulan data dan analisis data. Sumber data dalam penelitian ini adalah data tertulis (surat kabar, majalah, buku pelajaran, dan novel fiksi), intuisi penulis, dan percakapan para pemakai bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kajian reduplikasi dalam bahasa Indonesia. KERANGKA TEORI Kajian reduplikasi telah banyak dilakukan para ahli bahasa, seperti berikut. Simatupang (1983) meneliti reduplikasi secara morfologis dan semantis dalam bukunya yang berjudul Reduplikasi Morfemis dalam Bahasa Indonesia. Dikatakan bahwa pengelompokkan reduplikasi ada tiga jenis, yaitu (1) reduplikasi penuh, (2) reduplikasi parsial, dan (3) reduplikasi berimbuhan. Reduplikasi morfemis bahasa Indonesia dapat digolongkan ke dalam reduplikasi derivasional dan paradigmatis berdasarkan jenis kata dan kata yang dihasilkan. Untuk menentukan arti reduplikasi, perlu dibedakan arti reduplikasi bebas-konteks dari arti reduplikasi terikatkonteks. Ada kalanya arti kata ulang tertentu dapat diketahui dengan segera dan ada pula kalanya arti bergantung pada konteksnya. Sementara itu, Ramlan (1987) meninjau kata ulang atau reduplikasi dari segi morfologis. Dalam bukunya yang berjudul Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, dikatakan ada empat macam perulangan, yaitu (1) perulangan seluruh, (2) perulangan sebagian, (3) perulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dan (4) perulangan dengan perubahan fonem. Reduplikasi tidak hanya dibahas dari segi morfologis. Akan tetapi, Keraf (1991) membahas kata ulang dari segi morfologis dan semantis, yaitu melihat kata ulang dari segi bentuk, fungsi, dan makna. Di samping itu, Winarti, Wati Kurniawati, dan Utari Sudewo (2000:76) mengatakan bahwa kata ulang yang berkategori verba, adjektiva, adverbia, dan nomina dapat berkedudukan sebagai induk dan pewatas. Di dalam tataran klausa, kata ulang yang berkategori verba pada umumnya berfungsi sebagai predikat. Kata ulang yang berkategori verba berfungsi sebagai subjek. Kata ulang yang berkategori adjektiva dapat berfungsi sebagai predikat, pelengkap, dan keterangan. 134, Vol. 26, No. 2, Desember 2014

3 Halaman (Wati Kurniawati) Noun Reduplication in Indonesian: The Study of Syntax and Semantics Sementara itu, kata ulang yang berkategori adverbia berfungsi sebagai atribut dan keterangan. Kata ulang yang berkategori nomina dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, obje, dan pelengkap. Tidak berbeda dengan Ramlam, Verhaar (2001) mengatakan bahwa reduplikasi adalah morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut. Ada pula reduplikasi polimorfemis, contohnya bukubuku dan anjuran-anjuran. Reduplikasi seperti itu disebut reduplikasi penuh. Reduplikasi dapat disertai perubahan vokal atau konsonan, contohnya bolak-balik dan lauk-pauk. Reduplikasi dapat juga berbentuk perulangan sebagian, contohnya leluhur dan tetangga. Kentjono (2005:152) menyatakan bahwa perulangan atau reduplikasi merupakan contoh proses morfologi yang lain. Perulangan dapat bersifat penuh atau sebagian. Perulangan dapat pula disertai perubah fonologis. Contohnya adalah sebagai berikut. anak-anak, gunung-gunung sekali-sekali, berturut-turut kehijau-hijauan, berkejar-kejaran tetamu, lelaki tali-temali, gilang-gemilang sayur-mayur, gerak-gerik Chaer (2008:179) mengatakan bahwa pembagian proses pengulangan atau reduplikasi, antara lain adalah reduplikasi fonologis, sintaksis, semantis, dan morfologis. Reduplikasi fonologis hádala reduplikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atau terhadap bentuk yang statusnya lebih dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan makna leksikal. Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Reduplikasi semantis hádala pengulangan makna yang sama dari dua buah kata yang bersinonim, seperti ilmu pengetahuan (kata ilmu dan pengetahuan mempunyai makna yang sama). Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasara yang berupa akar, bentuk berafiks, bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, berubah bunyi, dan sebagian. Menurut Kridalaksana (2010:88), ada tiga macam bentuk reduplikasi bahasa Indonesia, yaitu (1) reduplikasi fonologis, (2) reduplikasi morfemis, dan (3) reduplikasi sintaksis. Selain itu, ada reduplikasi yang mempunyai gejala yang sama, yaitu (1) dwipurwa, (2) dwilingga, (3) dwilingga salinswara, (4) dwiwasana, dan (5) trilingga. Dikatakan bahwa dalam reduplikasi fonologis tidak terjadi perubahan makna. Pengulangan bersifat fonologis atau tidak ada pengulangan leksem. Bentuk dada, pipi, kuku, dan paru-paru termasuk reduplikasi fonologis, tetapi bentuk tersebut bukan berasal dari leksem *da, *pi,* ku dan *paru. Sementara itu, dalam reduplikasi morfologis terjadi perubahan makna gramatikal atas leksem yang diulang, sehingga terjadi satuan yang berstatus kata. Reduplikasi morfemis ini dibahas dalam morfologi (Kridalaksana, 2010:88). Reduplikasi morfemis meliputi reduplikasi pembentuk verba, ajektiva, nomina, pronomina, adverbia, interogativa, dan numeralia. Kridalaksana (2010:89) mengatakan bahwa reduplikasi sintaktis adalah proses yang terjadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus klausa, jadi berada di luar cakupan morfologi. Contoh: Jauh-jauh, didatangi juga rumah sahabat lamanya itu. Asam-asam, dimakannya juga mangga itu. Selain itu, Kridalaksana (2010:89-90) mengatakan bahwa dwipurwa adalah pengulangan suku pertama pada leksem, Vol. 26, No. 2, Desember

4 Reduplikasi Nomina dalam Bahasa Indonesia: Kajian Sintaksis dan Semantik (Wati Kurniawati) Halaman dengan pelemahan vokal. Contoh: tetangga dan sesama; Dwilingga adalah pengulangan leksem. Contoh: rumah-rumah dan makanmakan; Dwilingga salin suara adalah pengulangan leksem dengan variasi fonem. Contoh: mondar-mandir dan pontang-panting; Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem: Contoh: pertamatama dan sekali-kali.; Trilingga merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem. Contoh: Ibu-ibu itu lebih suka cas-cis-cus dalam bahasa Belanda daripada berbahasa Indonesia. Hatiku dag-dig-dug menunggu pengumuman hasil ujian. Menurut Kridalaksana (2010: 90), makna reduplikasi dapat dilihat dari sudut pandang semantis yang dibedakan berdasarkan redplikasi morfemis yang bersifat nonidiomatis dan idiomatis. Reduplikasi nonidiomatis menyangkut reduplikasi yang makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah. Reduplikasi idiomatis adalah reduplikasi yang maknanya tidak sama dengan makna leksikal komponen-komponenmnya. Contoh: hati-hati dan mata-mata. Berdasarkan kedelapan kajian pustaka tersebut dikaji reduplikasi dari segi morfologi, sintaksis, dan semantik yang dihubungkan dengan bentuknya, sedangkan kajian reduplikasi dari segi sintaksis dan semantik belum diteliti. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian reduplikasi dalam bahasa Indonesia yang ditinjau dari segi sintaksis dan semantik. Acuan dalam penelitian ini adalah Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi et al., 2003). Sementara itu, untuk pengertian kata induk dan pewatas, penulis mengacu pada pendapat Alwi et al. (2003) dan Kridalaksana (2008). Alwi et al. menyebut kata induk dengan kata inti. Kridalaksana (2008) menyebut kata induk adalah konstituen terpenting dalam konstruksi modifikasi dan berkemampuan untuk mempunyai fungsi sintaksis yang sama dengan seluruh konstruksi itu. Misalnya: anak dalam anak muda dan berjalan dalam berjalan cepat adalah induk. Selain itu, dari segi semantik diperhatikan makna reduplikasi. Menurut Alwi et al. (2003), makna reduplikasi terdiri atas (1) makna keanekaan, (2) makna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis, (3) makna kekolektifan yang merupakan kumpulan berbagai jenis, (4) makna kemiripan rupa, dan (5) makna kemiripan cara. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Sintaksis Reduplikasi Nomina Penelitian ini membahas reduplikasi yang berkategori nomina berdasarkan tinjauan Sintaksis. Menurut Alwi et al. (2003: ), nomina dari segi perilaku sintaktisnya bisa berfungsi sebagai inti atau poros frasa berdasarkan posisi atau pemakaiannya pada tataran frasa. Sebagai inti frasa, nomina menduduki bagian utama, sedangkan pewatas berada di muka atau dibelakangnya. Apabila pewatas frasa nominal itu berada di muka, pewatas ini umumnya berupa numeralia atau kata tugas.jika pewatas berada di belakang nomina, frasa nominal dapat berupa urutan dua nomina atau lebih atau bomina yang diikuti oleh adjektiva, verba, atau kelas kata yang lain. Nomina juga ditemukan dalam frasa preposisional. Dalam frasa preposisional ini, nomina bertindak sebagai poros yang didahului oleh preposisi tertentu. Baik sebagai nomina tunggal maupun dalam bentuk frasa, nomina dapat menduduki posisi (a) subjek, (b) objek, (c) pelengkap, atau (d) keterangan. Agar suatu nomina atau frasa nominal dapat berfungsi dengan baik diperlukan adanya keserasian semantik atau nomina atau frasa nomina tersebut dengan predikat atau unsur lain yang terlibat. Kridalaksana (1990:66) menyatakan bahwa nomina adalah kategori yang secara 136, Vol. 26, No. 2, Desember 2014

5 Halaman (Wati Kurniawati) Noun Reduplication in Indonesian: The Study of Syntax and Semantics sintaksis tidak mempunyai potensi untuk (1) bergabung dengan partikel tidak dan (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Sementara itu, Keraf (1984:85) mengemukakan bahwa untuk menentukan apakah suatu kata masuk dalam kategori nomina atau tidak digunakan dua prosedur, yaitu (1) melihat dari segi bentuk, yakni kata yang mengandung imbuhan ke-an, pe-an, pe-, -an, dan ke- atau tidak berimbuhan sebagai prosedur pencalonan; (2) melihat dari segi kelompok kata (frasa), yakni kedua macam kata benda itu (baik yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan) dapat mengandung suatu ciri struktural yang sama, yaitu dapat diperluas dengan yang + kata sifat sebagai prosedur pencalonan. Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa suatu kata berkategori nomina jika kata itu (1) berfungsi sebagai inti atau poros frasa; (2) dapat menduduki posisi subjek, objek, pelengkap, dan keterangan; (3) ditemukan dalam frasa preposional; (4) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan kata tidak; (5) dapat diberi afiks ke-an, pe-an, pe-, -an, dan ke- atau tidak berimbuhan; (6) diperluas dengan kata yang + kata sifat. Reduplikasi nomina dalam penelitian ini terdiri atas dua kelompok, yaitu (1) fungsi reduplikasi nomina dan (2) keserasian reduplikasi nomina. Fungsi reduplikasi nomina dapat ditemukan dalam tataran frasa dan tataran klausa. Fungsi Reduplikasi Nomina dalam Tataran Frasa: Inti dan Pewatas Frasa terdiri atas inti dan pewatas. Pada tataran frasa reduplikasi nomina dapat berfungsi sebagai inti dan pewatas. Dalam tataran frasa, inti adalah konstituen terpenting dalam konstruksi modifikasi yang berkemampuan menempati fungsi sintaksis yang sama dengan seluruh konstruksi itu. Inti dapat terletak di kiri atau kanan pewatas. Contoh reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai inti tampak pada kalimat berikut. (1) Kami melihat rumah-rumah yang bagus. (2) Mereka mencatat jawaban-jawaban yang benar. (3) Para pesepakbola memperlihatkan permainanpermainan yang sangat cantik. Pada kalimat (1 3), kata rumahrumah, jawaban-jawaban, dan permainanpermainan merupakan reduplikasi nomina. Reduplikasi nomina dalam kalimat (1 3) terdapat dalam frasa rumah-rumah yang bagus pada kalimat (1), jawaban-jawaban yang benar pada kalimat (2), dan permainanpermainan yang sangat cantik pada kalimat (3). Ketiga frasa tersebut berfungsi sebagai objek dalam kalimat (1 3). Reduplikasi nomina rumah-rumah, jawaban-jawaban, dan permainan-permainan, dalam frasa rumahrumah yang bagus, jawaban-jawaban yang benar, permainan-permainan yang sangat cantik ialah sebagai inti, sedangkan sebagai pewatas dalam frasa ialah yang bagus, yang benar, dan yang sangat cantik. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu kata rumahrumah, jawaban-jawaban, dan permainanpermainan bermakna keanekaan. Contoh berikut juga memperlihatkan reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai inti. (4) Corat-coret di buku dilakukan oleh anak-anak. (5) Desas-desus itu tidak benar. (6) Gerak-gerik orang itu mencurigakan. Pada kalimat (4 6), kata corat-coret, desas-desus, dan gerak-gerik, merupakan reduplikasi nomina. Reduplikasi nomina dalam kalimat (4 6) terdapat dalam frasa corat-coret di buku pada kalimat (4), desasdesus itu pada kalimat (5), gerak-gerik orang itu pada kalimat (6). Ketiga frasa tersebut berfungsi sebagai subjek dalam kalimat (4--6). Reduplikasi nomina corat-coret, desas-, Vol. 26, No. 2, Desember

6 Reduplikasi Nomina dalam Bahasa Indonesia: Kajian Sintaksis dan Semantik (Wati Kurniawati) Halaman desus, dan gerak-gerik, dalam frasa coratcoret di buku, desas-desus itu, dan gerak-gerik orang itu ialah sebagai inti. Sementara itu, pewatas dalam frasa ialah di buku, itu, dan orang itu. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu corat-coret, desas-desus, dan gerak-gerik bermakna keanekaan. Contoh reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai inti tampak pula pada kalimat berikut. (7) Mereka menjual beras-petas di pasar. (8) Ibu menghuidangkan lauk-pauk yang lezat. (9) Bibi membeli sayur-mayur yang segar. Pada kalimat (7 9), kata beras-petas., lauk-pauk, dan sayur-mayur merupakan reduplikasi nomina. Reduplikasi nomina dalam kalimat (7 9) terdapat dalam frasa beras-petas di pasar pada kalimat (7), laukpauk yang lezat pada kalimat (8), dan sayurmayur yang segar pada kalimat (9). Ketiga frasa tersebut berfungsi sebagai objek dalam kalimat (7 9). Reduplikasi nomina beras-petas., laukpauk, dan sayur-mayur dalam frasa beraspetas di pasar, lauk-pauk yang lezat, dan sayur-mayur yang segar ialah sebagai inti, sedangkan sebagai pewatas ialah di pasar, yang lezat, dan yang segar. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu beraspetas., lauk-pauk, dan sayur-mayur bermakna keanekaan. Reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai inti tampak pula dalam contoh kalimat berikut. (10) Anak-beranak itu menyambut kedatangan tamunya. (11) Adik-beradik yang baik itu menolong kami. (12) Baris-berbaris itu menyenangkan para siswa. Pada kalimat (10 12), kata anakberanak, adik-beradik, dan baris-berbaris merupakan reduplikasi nomina. Reduplikasi nomina dalam kalimat (10 12) terdapat dalam frasa anak-beranak itu pada kalimat (10), adik-beradik yang baik itu pada kalimat (11), dan baris-berbaris itu pada kalimat (12). Ketiga frasa tersebut berfungsi sebagai subjek dalam kalimat (10 12). Reduplikasi nomina anak-beranak, adik-beradik, dan baris-berbaris dalam frasa anak-beranak itu, adik-beradik yang baik itu, dan baris-berbaris itu ialah sebagai inti. Sementara itu, pewatas dalam frasa ialah itu, yang baik itu, dan itu. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu anakberanak, adik-beradik, dan baris-berbaris bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis. Contoh reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai inti terdapat pula dalam kalimat berikut. (13) Ani memiliki jari-jemari yang lentik. (14) Mereka melihat gunung-gemunung yang tinggi. (15) Para siswa membawa tali-temali itu. Pada kalimat (13--15), kata jari-jemari, gunung-gemunung, dan tali-temali merupakan reduplikasi nomina. Reduplikasi nomina dalam kalimat (13 15) terdapat dalam frasa jari-jemari yang lentik pada kalimat (13), gunung-gemunung yang tinggi pada kalimat (14), dan tali-temali itu.pada kalimat (15). Ketiga frasa tersebut berfungsi sebagai subjek dalam kalimat (13 15). Reduplikasi nomina jari-jemari, gunung-gemunung, dan tali-temali dalam frasa jari-jemari yang lentik, gunung-gemunung yang tinggi, dan tali-temali itu. ialah sebagai inti, sedangkan sebagai pewatas dalam frasa ialah yang lentik, yang tinggi, dan itu. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu jarijemari, gunung-gemunung, dan tali-temali bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis. Reduplikasi nomina yang berfungsi 138, Vol. 26, No. 2, Desember 2014

7 Halaman (Wati Kurniawati) Noun Reduplication in Indonesian: The Study of Syntax and Semantics sebagai inti terdapat pula dalam kalimat berikut ini. (16) Kita harus menyayangi sesama makhluk hidup. (17) Mereka menjadi lelaki yang baik. (18) Lestari mempunyai jejari yang lembut. Pada kalimat (16--18), kata sesama, lelaki, dan jejari merupakan reduplikasi nomina. Reduplikasi nomina dalam kalimat (16 18) terdapat dalam frasa sesama makhluk hidup pada kalimat (16), lelaki yang baik pada kalimat (17), dan jejari yang lembut pada kalimat (18). Ketiga frasa tersebut berfungsi sebagai objek dalam kalimat (16) dan pelengkap dalam kalimat (17 18). Reduplikasi nomina sesama, lelaki, dan jejari dalam frasa sesama makhluk hidup, lelaki yang baik, dan jejari yang lembut ialah sebagai inti, sedangkan sebagai pewatas ialah makhluk hidup, yang baik, dan yang lembut. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, sesama, lelaki, dan jejari bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis. Contoh berikut memperlihatkan reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai inti. (19) Pemerintah mendirikan rumah-rumah sakit yang lengkap. (20) Pengunjung perpustakaan membaca surat-surat kabar yang baru. (21) Mereka menyukai kereta-kereta api yang cepat. Pada kalimat (19 21) kata rumahrumah sakit, surat-surat kabar, dan keretakereta api merupakan reduplikasi nomina. Reduplikasi nomina dalam kalimat (19 21) terdapat dalam frasa rumah-rumah sakit yang lengkap pada kalimat (19) surat-surat kabar yang baru pada kalimat (20), dan kereta-kereta api yang cepat pada kalimat (21). Ketiga frasa tersebut berfungsi sebagai objek dalam kalimat (19 21). Reduplikasi nomina rumah-rumah sakit, surat-surat kabar, dan kereta-kereta api dalam frasa rumah-rumah sakit yang lengkap, surat-surat kabar yang baru, dan kereta-kereta api yang cepat ialah sebagai inti. Sementara itu, pewatas dalam frasa ialah yang lengkap, yang baru, dan yang cepat. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu rumahrumah sakit, surat-surat kabar, dan keretakereta api bermakna keanekaan. Contoh reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai inti tampak pula dalam kalimat berikut ini. (22) Para siswa membuat mobil-mobilan yang antik. (23) Anto dan Arno bermain kucing-kucingan dengan seru. (24) Mereka menggunting kartu-kartuan yang lucu. Pada kalimat (22 24) kata mobilmobilan, kucing-kucingan, dan kartu-kartuan merupakan reduplikasi nomina. Reduplikasi nomina dalam kalimat (22 24) terdapat dalam frasa mobil-mobilan yang antik pada kalimat (22) kucing-kucingan dengan seru. pada kalimat (23), dan kartu-kartuan yang lucu pada kalimat (24). Ketiga frasa tersebut berfungsi sebagai objek dalam kalimat (22 24). Reduplikasi nomina mobil-mobilan, kucing-kucingan, dan kartu-kartuan dalam frasa mobil-mobilan yang antik, kucingkucingan dengan seru, dan kartu-kartuan yang lucu ialah sebagai inti, sedangkan sebagai pewatas dalam frasa ialah yang antik, dengan seru, dan yang lucu. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu mobil-mobilan, kucingkucingan, dan kartu-kartuan bermakna kemiripan rupa. Reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai inti tampak pula dalam contoh kalimat berikut. (25) Bibi memungut dedaunan yang kering. (26) Nenek menyiapkan sesajian yang lezat., Vol. 26, No. 2, Desember

8 Reduplikasi Nomina dalam Bahasa Indonesia: Kajian Sintaksis dan Semantik (Wati Kurniawati) Halaman (27) Mereka memotong rerumputan yang tinggi. Pada kalimat (25 27) kata dedaunan, sesajian, dan rerumputan merupakan reduplikasi nomina. Reduplikasi nomina dalam kalimat (25 27) terdapat dalam frasa dedaunan yang kering pada kalimat (25) sesajian yang lezat.pada kalimat (26), dan rerumputan yang tinggi pada kalimat (27). Ketiga frasa tersebut berfungsi sebagai objek dalam kalimat (25 27). Reduplikasi nomina dedaunan, sesajian, dan rerumputan dalam frasa dedaunan yang kering, sesajian yang lezat, dan rerumputan yang tinggi ialah sebagai inti. Sementara itu, pewatas dalam frasa ialah yang kering, yang lezat, dan yang tinggi. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu dedaunan, sesajian, dan rerumputan bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis. Contoh berikut memperlihatkan reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai inti. (28) Tuti berpenampilan keibu-ibuan sekali. (29) Andi bersikap kejawa-jawaan yang dibuat-buat. (30) Rudi bersifat kekanak-kanakan sekali. Pada kalimat (28 30) kata keibuibuan., kejawa-jawaan, dan kekanak-kanakan merupakan reduplikasi nomina. Reduplikasi nomina dalam kalimat (28 30) terdapat dalam frasa keibu-ibuan sekali pada kalimat (28) kejawa-jawaan yang dibuat-buat.pada kalimat (29), dan kekanak-kanakan sekali pada kalimat (30). Ketiga frasa tersebut berfungsi sebagai pelengkap dalam kalimat (28 30). Reduplikasi nomina keibu-ibuan, kejawa-jawaan, dan kekanak-kanakan dalam frasa keibu-ibuan sekali, kejawa-jawan yang dibuat-buat, dan kekanak-kanakan sekali ialah sebagai inti, sedangkan sebagai pewatas ialah sekali, yang dibuat-buat, dan sekali. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu keibu-ibuan, kejawa-jawaan, dan kekanakkanakan bermakna kemiripan cara. Selain sebagai inti, reduplikasi nomina dapat juga berfungsi sebagai pewatas. Modifikator (pewatas) adalah unsur yang membatasi, memperluas, atau menyifatkan suatu induk (inti) dalam frasa (Kridalaksana, 2008:156). Contoh reduplikasi nomina sebagai pewatas tampak dalam kalimat berikut. (31) Anto menyusun hasil laporan-laporan. (32) Anak yang lelaki harus membawa peralatan kemah. (33) Anggota pramuka belajar simpul tali-temali. Pada kalimat (31 33) kata laporanlaporan, lelaki, dan tali-temali merupakan reduplikasi nomina. Reduplikasi nomina dalam kalimat (31 33) terdapat dalam frasa hasil laporan-laporan pada kalimat (31) berfungsi sebagai objek, anak yang lelaki pada kalimat (32) berfungsi sebagai subjek, dan simpul tali-temali pada kalimat (33) berfungsi sebagai pelengkap. Reduplikasi nomina laporan-laporan., lelaki, dan tali-temali dalam frasa hasil laporan-laporan, anak yang lelaki, dan simpul tali-temali ialah sebagai pewatas, sedangkan sebagai intinya ialah hasil, anak, dan simpul. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu laporan-laporan bermakna keanekaan, sedangkan reduplikasi nomina lelaki dan tali-temali bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis. Fungsi Reduplikasi Nomina dalam Tataran Klausa Pada tataran klausa, reduplikasi yang berkatagori nomina dpat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Reduplikasi nomina yang menduduki fungsi keterangan tidak ditemukan dalam data. 140, Vol. 26, No. 2, Desember 2014

9 Halaman (Wati Kurniawati) Noun Reduplication in Indonesian: The Study of Syntax and Semantics Keempat fungsi tersebut diuraikan sebagai berikut. a. Subjek Contoh reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai subjek tampak dalam kalimat berikut. (34) Pepohonan terlihat subur. (35) Tanaman-tanaman dipupuk Dedi. (36) Buku-buku dibaca Rini. Pada kalimat (34 36) kata pepohonan, tanaman-tanaman, dan buku-buku merupakan reduplikasi nomina. Ketiga reduplikasi nomina tersebut berfungsi sebagai subjek. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu pepohonan bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis, sedangkan reduplikasi nomina tanaman-tanaman dan buku-buku bermakna keanekaan. b. Predikat Berikut contoh reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai predikat. (37) Mereka itu anak-beranak. (38) Ini biji-bijian. (39) Itu rerumputan. Pada kalimat (37 39) kata anakberanak, biji-bijian, dan rerumputan merupakan reduplikasi nomina. Ketiga reduplikasi nomina tersebut berfungsi sebagai predikat. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu anak-beranak dan rerumputan bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis, sedangkan reduplikasi nomina biji-bijian bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan berbagai jenis. c. Objek Contoh reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai objek tampak dalam kalimat berikut. (40) Para pakar bahasa sedang menyusun istilahistilah. (41) Para transmigran itu menanam pepohonan. (42) Keluarga itu mengundang tetangga. Pada kalimat (40 42) kata istilahistilah, pepohonan, dan tetangga merupakan reduplikasi nomina. Ketiga reduplikasi nomina tersebut berfungsi sebagai objek. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut, yaitu istilah-istilah bermakna keanekaan, sedangkan reduplikasi nomina pepohonan dan tetangga.bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis. d. Pelengkap Berikut contoh reduplikasi nomina yang berfungsi sebagai predikat. (43) Obat itu merupakan reramuan. (44) Keranjang ini diisi buah-buahan. (45) Buku itu berisi gambar-gambar. Pada kalimat (43 45) kata reramuan, buah-buahan, dan gambar-gambar merupakan reduplikasi nomina. Ketiga reduplikasi nomina tersebut berfungsi sebagai pelengkap. Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut ialah reramuan bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis, buah-buahan bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan berbagai jenis, dan gambar-gambar bermakna keanekaan. Keserasian Reduplikasi Nomina Perilaku reduplikasi nomina dalam sebuah kalimat tidak mempunyai pengaruh dengan konstituen yang ada di sebelah kiri dan kanannya. Berikut ialah uraian kedua konstituen tersebut. a. Konstituen di sebelah kiri Konstituen yang terletak di sebelah kiri reduplikasi nomina berfungsi sebagai subjek atau predikat, seperti tampak pada kalimat, Vol. 26, No. 2, Desember

10 Reduplikasi Nomina dalam Bahasa Indonesia: Kajian Sintaksis dan Semantik (Wati Kurniawati) Halaman berikut. (46) Pakaian Ani warna-warni. (47) Kursi itu berwarna keemas-emasan. (48) Dani membeli kue-kue. Kata warna-warni, keemas-emasan, dan kue-kue pada kalimat (46 48) tersebut merupakan reduplikasi nomina. Penggunaan reduplikasi nomina warna-warni, keemasemasan, dan kue-kue tidak mempengaruhi konstituen di sebelah kirinya. Pada kalimat (46 48) itu konstituennya ada di sebelah kiri reduplikasi nomina warna-warni, keemasemasan, dan kue-kue ialah subjek pada kalimat (46); subjek dan predikat pada kalimat (47 dan 48). Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut ialah warna-warni bermakna keanekaan, keemas-emasan bermakna kemiripan rupa, dan kue-kue bermakna keanekaan. b. Konstituen di sebelah kanan Konstituen yang terletak di sebelah kanan reduplikasi nomina berfungsi sebagai predikat atau pelengkap atau keterangan, seperti tampak pada kalimat berikut. (49) Tetamu bersalaman dengan kakak. (50) Kacang-kacangan merupakan hasil desa itu. (51) Rerumputan terhampar hijau. Penggunaan reduplikasi nomina tetamu, kacang-kacangan, dan rerumputan tidak mempengaruhi konstituen di sebelah kanannya. Pada kalimat (49 51) itu konstituennya ada di sebelah kanan reduplikasi nomina tetamu, kacang-kacangan, dan rerumputan ialah predikat dan keterangan pada kalimat (49); predikat dan pelengkap pada kalimat (50 dan 51). Ketiga contoh reduplikasi nomina tersebut ialah tetamu dan rerumputan bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis dan kacang-kacangan bermakna kekolektifan yang merupakan kumpulan berbagai jenis. SIMPULAN Berdasarkan tinjauan sintaksis, reduplikasi nomina dalam bahasa Indonesia mendeskripsikan fungsi dan keserasian reduplikasi nomina. Fungsi reduplikasi nomina dapat ditemukan dalam tataran frasa dan tataran klausa. Fungsi reduplikasi nomina dalam tataran frasa dapat berkedudukan sebagai inti dan dapat pula sebagai pewatas. Sementara itu, dalam tataran klausa reduplikasi nomina dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Perilaku reduplikasi nomina tidak dapat mempengaruhi konstituen yang berada di sebelah kiri dan kanannya. Data reduplikasi nomina dalam penelitian ini bermakna (1) keanekaan, (2) kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis, (3) kekolektifan yang merupakan kumpulan berbagai jenis, (4) kemiripan rupa, dan (5) kemiripan cara. SARAN Dalam penelitian ini dideskripsikan tentang fungsi dan keserasian reduplikasi nomina serta makna. Akan tetapi, penelitian ini belum tuntas karena ada aspek lain yang perlu dikaji, seperti aspek semantis. Hasil temuan ini diperlukan untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, et al Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Kentjono, Djoko Morfologi dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia 142, Vol. 26, No. 2, Desember 2014

11 Halaman (Wati Kurniawati) Noun Reduplication in Indonesian: The Study of Syntax and Semantics R.M.T. Lauder (penyunting). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Keraf, Gorys Tatabahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah. Kridalaksana, Harimurti Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Ramlan, M Sintaksis. Yogyakarta: UP Karyono. Ramlan, M Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: UP Karyono. Ramlan, M Morfologi. Yogyakarta: CV Karyono. Simatupang, M.D.S Reduplikasi Morfemis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan. Winarti, Sri, Wati Kurniawati, dan Utari Sudewo Kata ulang dalam Bahasa Indonesia: Tinjauan Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Verhaar, J.W.M Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press., Vol. 26, No. 2, Desember

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd.

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd. KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd. 1. Pendahuluan Menurut proses morfologisnya, kata dihasilkan melalui proses afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, dan perubahan zero. (Ramlan,

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia

Lebih terperinci

MORFOSINTAKSIS REDUPLIKASI KATEGORI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA EVA RABITA

MORFOSINTAKSIS REDUPLIKASI KATEGORI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA EVA RABITA MORFOSINTAKSIS REDUPLIKASI KATEGORI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA EVA RABITA Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini berjudul morfosintaksis reduplikasi

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

" KATA ULANG ALAM BAHASA INO'ONESIA: TINJAUAN SINT AKSIS

 KATA ULANG ALAM BAHASA INO'ONESIA: TINJAUAN SINT AKSIS " KATA ULANG ALAM BAHASA INO'ONESIA: TINJAUAN SINT AKSIS '.\., -. ~ 1'..... ' s ' ' ' DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2000 KATAULANG DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS Sri Winarti Wati Kurniawati

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

REDUPLIKASI DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON

REDUPLIKASI DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON REDUPLIKASI DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON ARTIKEL PENELITIAN Oleh: TINI TIANA NIM F1012131017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

Oleh: RIA SUSANTI A

Oleh: RIA SUSANTI A ANALISIS REDUPLIKASI DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA PADA HARIAN KOMPAS SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut. BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian morfosemantik istilah-istilah pertukangan kayu di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstrak Bahasa merupakan sarana yang paling penting bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. telah banyak dibicarakan meskipun menggunakan berbagai istilah, misalnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. telah banyak dibicarakan meskipun menggunakan berbagai istilah, misalnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Reduplikasi sebagai suatu peristiwa yang lazim terdapat dalam bahasa telah banyak dibicarakan meskipun menggunakan berbagai istilah, misalnya bentuk ulang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Morfologi Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yang mempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata. Menurut Ralibi (dalam Mulyana, 2007: 5), secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, bahasa Jawa anak usia lima tahun yang berupa tingkat tutur krama, berjenis

sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, bahasa Jawa anak usia lima tahun yang berupa tingkat tutur krama, berjenis dalam tingkat tutur madya, dan ngoko, serta kata tersebut mengganti benda yang sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, menerangkan letak barang dan tidak mengandung imbuhan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA

PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA Nusarini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta pos-el: nusarini@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF REDUPLIKASI BAHASA JAWA DAN BAHASA BANJAR (The Contrastive Analysis of Javanese and Banjarness Language Reduplication)

ANALISIS KONTRASTIF REDUPLIKASI BAHASA JAWA DAN BAHASA BANJAR (The Contrastive Analysis of Javanese and Banjarness Language Reduplication) ANALISIS KONTRASTIF REDUPLIKASI BAHASA JAWA DAN BAHASA BANJAR (The Contrastive Analysis of Javanese and Banjarness Language Reduplication) Oleh/by Ema Rahardian Balai Bahasa Jawa Tengah Jalan Elang Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui berbagai tahap penelitian, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Istilah-Istilah dalam Register Fotografi pada Majalah Digital Camera ini dapat

Lebih terperinci

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural

Lebih terperinci

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA Tri Mastoyo Jati Kesuma Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Objek (O) termasuk ke dalam valensi verba transitif. Oleh karena itu, O

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF REDUPLIKASI BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Ria Anggari Putri SMA Negeri 4 Tambun Selatan

ANALISIS KONTRASTIF REDUPLIKASI BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Ria Anggari Putri SMA Negeri 4 Tambun Selatan ANALISIS KONTRASTIF REDUPLIKASI BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Ria Anggari Putri SMA Negeri 4 Tambun Selatan Anggari.farried@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS Latifah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung Latifahtif357@gmail.com Abstrak Sintaksis

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemikiran Keberadaan buku teks di perguruan tinggi (PT) di Indonesia perlu terus dimutakhirkan sehingga tidak dirasakan tertinggal dari perkembangan ilmu dewasa ini.

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep 2.1.1 Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam

Lebih terperinci

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi ini diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis Bahasa Indonesia Dalam Penggunaan Bahasa Jawa Pada Upacara Pernikahan Adat Jawa dapat ditarik kesimpulan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

Kajian Tipologi Sufiks an dalam Bahasa Indonesia M. Suryadi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Kajian Tipologi Sufiks an dalam Bahasa Indonesia M. Suryadi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Kajian Tipologi M. Suryadi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Email: mssuryadi07@gmail.com Abstract In Indonesian language, the study of suffix an has been widely practiced by linguists, as if

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA A. Deskripsi Mata Kuliah Dalam perkuliahan dibahas pengertian morfologi dan hubungannya dengan cabang ilmu bahasa lain, istilah-istilah teknis dalam morfologi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian dalam bidang morfologi memang telah banyak dilakukan oleh para linguis. Hal ini membantu penelitian ini sehingga dapat membuka

Lebih terperinci

Kata kunci: perilaku objek, kalimat, bahasa Indonesia. Abstract

Kata kunci: perilaku objek, kalimat, bahasa Indonesia. Abstract PERILAKU OBJEK KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Mas Sukardi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Vetaran Bangun Nusantara Jl. S. Humardani Jombor Sukoharjo/ Mahasiswa S3 Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, lalu lintas informasi berada pada tingkat kecepatan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Demi memenuhi hasrat masyarakat akan informasi yang terus

Lebih terperinci

KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN Naskah Publikasi Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

Nama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak

Nama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak 1 Nama Binatang Sebagai Komponen Pem Kompositum Oleh Shaila Yulisar Balafif Abstrak Penelitian ini berjudul Nama Binatang sebagai Komponen Pem Kompositum: Kajian Morfologi dan Semantik. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu FUNGSI ETERANGAN DALAM ALIMAT MAJEMU BERTINGAT DALAM OMPAS MINGGU TRULI ANJAR YANTI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI Dita Marisa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI thasamarisa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG Elvina Rahayu 1, Agustina 2, Novia Juita 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan tentang konsep, landasan teori dan tinjauan pustaka yang dipakai dalam menganalisis masalah dalam penelitian agar ditemukan hasil yang sesuai dengan judul

Lebih terperinci

SINONIM KATA KASIH DAN PERUBAHAN BENTUK, PERILAKU DAN MAKNA INTISARI

SINONIM KATA KASIH DAN PERUBAHAN BENTUK, PERILAKU DAN MAKNA INTISARI SINONIM KATA KASIH DAN PERUBAHAN BENTUK, PERILAKU DAN MAKNA Dessy Tresya Hutabarat* ), Drs. Hendarto Supatra, S. U., Drs. Mujid Farihul Amin, M.Pd. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REDUPLIKASI DAN KOMPOSISI PADA MAKALAH MAHASISWA MALAYSIA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

PENGGUNAAN REDUPLIKASI DAN KOMPOSISI PADA MAKALAH MAHASISWA MALAYSIA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA PENGGUNAAN REDUPLIKASI DAN KOMPOSISI PADA MAKALAH MAHASISWA MALAYSIA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA Ira Eko Retnosari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ira_eko_80@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN 2010-2011 Vania Maherani Universitas Negeri Malang E-mail: maldemoi@yahoo.com Pembimbing:

Lebih terperinci

KAJIAN NOMINA SERAPAN ASING DALAM MEDIA MASSA. oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd FPBS UPI

KAJIAN NOMINA SERAPAN ASING DALAM MEDIA MASSA. oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd FPBS UPI KAJIAN NOMINA SERAPAN ASING DALAM MEDIA MASSA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd FPBS UPI Pendahuluan Bahasa Indonesia menurut Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 berkedudukan sebagai bahasa nasional, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Terhadap Masalah yang Relevan Sebelumnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Terhadap Masalah yang Relevan Sebelumnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terhadap Masalah yang Relevan Sebelumnya Dari hasil penelusuran di perpustakaan Universitas Negeri Gorontalo dan Fakultas Sastra dan Budaya ditemukan satu penelitian yang

Lebih terperinci