MORFOSINTAKSIS REDUPLIKASI KATEGORI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA EVA RABITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MORFOSINTAKSIS REDUPLIKASI KATEGORI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA EVA RABITA"

Transkripsi

1 MORFOSINTAKSIS REDUPLIKASI KATEGORI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA EVA RABITA Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini berjudul morfosintaksis reduplikasi kategori nomina yang menjabarkan masalah reduplikasi kategori nomina bahasa Indonesia: apakah fungsi sintaksis reduplikasi dalam bahasa Indonesia? Apakah reduplikasi dapat mempengaruhi kehadiran konstituen yang ada didekatnya? Konstituen apa saja yang dipengaruhi oleh reduplikasi kategori nomina? Apakah reduplikasi kategori nomina dapat menentukan penggunaan kata tertentu pada konstituen yang ada disebelah kiri dan kanannya? Berapakah tipe reduplikasi kategori nomina dalam bahasa Indonesia? Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kepustakaan, yaitu metode melalui penelitian kepustakaan dengan mengandalkan data bahasa seperti apa adanya. Metode kepustakaan digunakan karena data primer penelitian ini adalah data-data yang ditemukan pada sumber pustaka. Data intuitif hanya digunakan sebagai data sekunder. Teknik yang digunakan adalah teknik paradigmatik, yaitu membandingkan bentuk dan distribusi reduplikasi berdasarkan susunan vertikal. Hasil yang diperoleh diantaranya adalah dalam tataran frasa, reduplikasi yang berkatagori nomina dapat berkedudukan sebagai induk dan dapat pula sebagai pewatas. Di dalam tataran klausa, kata reduplikasi yang berkategori nomina dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, atau pelengkap. BAB I. PENDAHULUAN Penelitian ini membahas morfosintaksis reduplikasi kategori nomina Bahasa Indonesia. Masalah reduplikasi dalam bahasa Indonesia bukan merupakan masalah baru dalam kajian bahasa Indonesia. Telaah reduplikasi itu telah banyak dibicarakan orang, seperti Simatupang (1983),Ramlan (1987), Kridalaksana (1989), dan Keraf (1991). Akan tetapi, pembicaraan reduplikasi itu belum tuntas dan masih ada segi lain yang belum dibicarakan, salah satunya yaitu aspek sintaksis reduplikasi. Inilah salah satu alasan mengapa penelitian ini memilih reduplikasi Bahasa Indonesia sebagai objek penelitian. Simatupang (1983) dalam bukunya membicarakan reduplikasi secara morfologis dan semantis. Ia mengelompokkan reduplikasi atas tiga jenis, yaitu (1) reduplikasi penuh, (2) reduplikasi parsial, dan (3) reduplikasi berimbuhan. Reduplikasi morfemis bahasa Indoneisa dapat digolongkan ke dalam reduplikasi derivasional dan reduplikasi paradigmatis berdasarkan jenis kata dan kata yang dihasilkan. Untuk menentukan arti reduplikasi terikat-konteks. Ada kalanya reduplikasi tertentu dapat diketahui dengan segera dan ada pula kalanya arti reduplikasi bergantung pada konteksnya. Ramlan juga meninjau reduplikasi dari segi morfologis. Dalam bukunya morfologis : Suatu Tujuan Deskriptif, Ramlan (1987) menguraikan empat macam 2004 Digitized by USU digital library 1

2 reduplikasi, yaitu (1) reduplikasi seluruh, (2) reduplikasi sebagian, (3) reduplikasi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, (4) dengan perubahan fonem. Menurut Kridalaksana (1989), ada tiga reduplikasi bahasa Indonesia. Ketiga bentuk reduplikasi itu adalah (1) reduplikasi fonologis, (2) reduplikasi morfemis, dan (3) dwilinggasalinswara, (4) dwiswara, dan (5) trilingga. Kridalaksana juga membicarakan reduplikasi dari segi morfologis dan semantis, tanpa membicarakan sintaksis reduplikasi. Keraf (1981) meninjau reduplikasi dari segi morfologis dan semantis yaitu melihat reeduplikasi dari segi bentuk, fungsi dan makna. Keempat ahli bahasa diatas mengkaji reduplikasi dari segi morfologi dan semantik yang dihubungkan dengan bentuknya, sedangkan kajian reduplikasi dari segi sintaksis belum dibicarakan secara khusus. Oleh karena itu perlu penelitian untuk mengetahui reduplikasi kategori nomina yang ditinjau dari segi sintaksis. Hasil penelitian ini di harapkan dapat melengkapi kajian reduplikasi dalam bahasa Indonesia. Reduplikasi dapat menduduki bermacam-macam fungsi dalam kalimat. Penelitian ini menjabarkan masalah penelitian reduplikasi kategori nomina bahasa Indonesia sebagai berikut: 1) Apakah fungsi reduplikasi kategori nomina dalam bahasa Indonesia? 2) Apakah reduplikasi kategori nomina dapat mempengaruhi kehadiran konstituen yang ada didekatnya? 3) Konstituen apa saja yang dipengaruhi oleh reduplikasi kategori nomina? 4) Apakah reduplikasi kategori nomina dapat menentukan penggunaan kata tertentu pada konstituen yang ada disebelah kiri dan kanannya? 5) Berapakah tipe reduplikasi kategori nomina dalam bahasa Indonesia? Identifikasi reduplikasi diuraikan berdasarkan kategori reduplikasi kategori nomina. Dengan demikian, identifikasi reduplikasi yang akan diuraikan dalam bagian ini adalah identifikasi reduplikasi kategori nomina.. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Keraf (1991), reduplikasi dapat ditinjau dari segi bentuk, makna, dan fungsi reduplikasi. Alwi et al (1993) tidak membicarakan reduplikasi dalam bagian tersendiri, tetapi didalam bagian nomina, adjektiva, dan verba. Menurut bentuknya, reduplikasi nomina dapat dikelompokkan atas empat: 1. Reduplikasi utuh 2. Reduplikasi salinan suara 3. Reduplikasi sebagian 4. Redupliksi yang disertai pengafiksan Menurut Kridalaksana (1989), ada tiga macam reduplikasi dalam bahasa Indonesia 1. Reduplikasi fonologis Reduplikasi ini tidak menyebabkan perubahan makna karena reduplikasinya hanya bersifat fonologis. 2. Reduplikasi morfemis Dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal atau leksem yang direduplikasi sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. 3. Reduplikasi Sintaksis 2004 Digitized by USU digital library 2

3 Reduplikasi sintaksis terjadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus klausa. Selain ketiga macam bentuk reduplikasi itu, ada lagi jenis reduplikasi yang gejalanya sama. Reduplikasi itu dapat dibagi atas lima bentuk, yaitu sebagai berikut : 1. Dwipurwa ialah reduplikasi suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Contoh: (1) a. tetangga b. lelaki c. tetamu d. sesama 2. Dwilingga adalah reduplikasi leksem Contoh: (2) a. rumah-rumah b. makan-makan c. pagi-pagi 3. Dwilingga salinwara adalah reduplikasi leksem dengan variasi fonem. Contoh: (3) a. mondar-mandir b. pontang-panting c. bolak-balik d. coret-moret 4. Dwiwasana adalah reduplikasi bagian belakang leksem. Contoh: (4) a. pertama-tama b. perlahan-lahan c. sekali-kali 5. Trilingga adalah reduplikasi onomotope tiga kali dengan variasi fonem. Contoh: (1) a. dag-dig-dug b. dar-dert-dor c. ngak-ngek-ngok Dalam buku ini juga dibicarakan makna reduplikasi. Sebelum ini telah dijelaskan bahwa dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal. Jika ditinjau dari makna semantisnya, reduplikasi morfemis yang bersifat nonidiomatis menyangkut reduplikasi yang makna leksikal bentuk dasarnya tidak berubah, sedangkan reduplikasi idiomatis adalah reduplikasi yang maknanya tidak sama dengan makna leksikal setiap komponennya. Reduplikasi morfemis dapat dikelompokkan atas : 1. reduplikasi bentuk verba 2. reduplikasi pembentuk adjektif 3. reduplikasi pembentuk nomina 4. reduplikasi pembentuk adverbia 5. reduplikasi pembentuk pronomina 6. reduplikasi pembentuk interogativa, dan 7. reduplikasi pembentuk numeralia. Menurut Verhaar (1982) konstituen yang reduplikatif dapat monofermis dan dapat pula polimorfemis, misalnya meja-meja dan ancaman-ancaman. Reduplikasi seperti itu juga disebut reduplikasi penuh. Reduplikasi dapat juga disertai perubahan vokal atau konsonan, misalnya mondar-mandir, sayur-mayur, dan gerak-gerik. Reduplikasi dapat juga berbentuk reduplikasi sebagian, misalnya pepohonan dan 2004 Digitized by USU digital library 3

4 lelaki. Kaidah reduplikasi selalu morfofonemis, bahkan reduplikasi penuh tanpa perubahan fonem karena reduplikasi itu ditentukan lingkungannya. Kadangkadang terdapat kaidah tambahan, misalnya perubahan fonem atau asimilasi morfofonemis pada contoh memukul-mukul bukan memukul-pukul. Makna yang dikandung, oleh reduplikasi adalah resiprositas (pukul-memukul, kunjung-mengunjungi), intensitas (bersusah-susah), reduplikasi (berkali-kali), dan beberapa lagi makna lain yang ditemukan dalam buku tata bahasa Indonesia. Simatupang (1993) membicarakan bentuk reduplikasi, yaitu reduplikasi yang derivasional dan makna reduplikasi yang bebas konteks dan terikat konteks dan mengelompokkan reduplikasi ke dalam delapan belas tipe. Selain itu dia juga membicarakan reduplikasi yang derivasional,yakni reduplikasi yang berupa proses morfemis yang mengakibatkan perubahan keanggotaan kategori kata yang di kenal. Delapan belas tipe reduplikasi menurut simatupang adalah sebagai berikut : 1. Bentuk Dasar (BD) + Reduplikasi (R) Reduplikasi tipe ini berupa pengreduplikasi bentuk dasar yang monomorfemis dan polimorfermis. 2. Bentuk Dasar (BD) + Reduplikasi Perubahan Fonem (RPF) Reduplikasi pada tipe ini berupa reduplikasi dasar yang diikuti oleh perubahan vokal, konsonan, atau konsonan vokal. 3. (Bentuk Dasar + Reduplikasi) + ber- 4. Bentuk Dasar + Reduplikasi + ber- -an 5. Bentuk Dasar (Reduplikasi + ber-) 6. (Bentuk Dasar + Reduplikasi ) + MEN- 7. Bentuk Dasar + (Reduplikasi + men-) 8. Bentuk Dasar + Reduplikasi + men- -i) 9. (Bentuk Dasar + Reduplikasi) + men- kan 10. Bentuk Dasar + Reduplikasi + men- i 11. Bentuk Dasar + Reduplikasi +se 12. Bentuk Dasar + Reduplikasi + ke- + (-nya) 13. Bentuk Dasar + Reduplikasi + ke- -an 14. Bentuk Dasar + Reduplikasi + -an 15. Bentuk Dasar + Reduplikasi + -em-) 16. Bentuk Dasar + Reduplikasi Parsial 17. Reduplikasi Semantis 18. Reduplikasi tipe lain Dari segi makna Simatupang juga membicarakan makna reduplikasi bebas konteks dan makna reduplikasi terikat konteks. Reduplikasi bebas konteks adalah reduplikasi yang maknanya dapat ditentukan dengan segera tanpa memperhatikan konteksnya. 1. Serupa (6) a. Kuda-kuda b. Anak-anak 2. Pengaburan (7) a. kehijau-hijauan b. kehitam-hitaman 3. seakan-akan (8) a. dibesar-besarkan b. berpura-pura 2004 Digitized by USU digital library 4

5 4. Berbagai jenis (9) a. pohon-pohonan b. sayur-sayuran 5. Melakukan sesuatu tanpa tujuan yang sebenarnya (10) a. menulis-nulis b. membaca-baca 6. melakukan sesuatu berreduplikasi kali (11) a. memukul-mukul b. melambai-lambaikan 7. Resiprokal atau berbalasan (12) a. bersembur-semburan b. ganti-bergantian 8. intensif (13) a. sehari-hari b. setinggi-tingginya 9. Distribusi (14) a. berempat-empat b. sebiji-biji 10. Optatif (15) a. untung-untungan b. mudah-mudahan 11. Tak tunggal (16) a. buku-buku b. anak-anak muda Makna reduplikasi yang terikat konteks ditentukan berdasarkan konteks reduplikasi itu. Maka reduplikasi itu ada tujuh, yaitu sebagai berikut : 1. Agak (17) a. Paman saya yang tertua orangnya gemuk-gemuk b. mereka kaya-kaya 2. Penghalusan (18) Andi : saya dengar usaha anda maju sekarang Budi : Begitu-begitulah. 3. Konsesif (19) Datang-datang, dia minta kopi (20) Sedikit-sedikit, dia marah 4. Meremehkan (21) Kalau kami-kami ini, beginilah nasibnya. 5. Insesif (22) Disana-sana saja yang kebagian listrik 2004 Digitized by USU digital library 5

6 (23) Itu-itu saja yang diributkannya 6. Serupa (24) Seorang kakek-kakek berdiri di depan pintu 7. Nongeneris (25) Burung itu terbang-terbang di atas sarangnya Menurut Ramian (1987), reduplikasi merupakan hasil reduplikasi. Proses reduplikasi ialah reduplikasi satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Ramlan uga membicarakan macam-macam reduplikasi, yaitu sebagai berikut : 1. Reduplikasi seluruhnya (26) a. Sepeda-sepeda b. Ibu-buku 2. Reduplikasi sebagian (27) a. mengambil-ambil b. ditanam-tanami c. berjalan-jalan 3. Reduplikasi yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks (28) a. gerak-gerik b. serba-serbi BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah reduplikasi kategori nomina bahasa Indonesia yang dapat diamati dalam sumber data. Sampel merupakan sebagian dari populasi ini yang digunakan sebagai data untuk pembahasan reduplikasi kategori nomina Metode dan Teknik Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kepustakaan, yaitu metode melalui penelitian kepustakaan dengan mengandalkan data bahasa seperti apa adanya. Metode kepustakaan digunakan karena data primer penelitian ini adalah data-data yang ditemukan pada sumber pustaka. Data intuitif hanya digunakan sebagai data sekunder. Penelitian ini juga ditunjang oleh teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Teknik pengumpulan data adalah observasi langsung (pengamatan), untuk data intuitif, digunakan teknik elisitas. Teknik pengumpulan data diawali dengan mencari dan mengumpulkan data tertulis dari berbagai sumber yang diangap relevan. Setelah diperoleh, data diketik dengan komputer ke dalam disket dan diberi label sesuai dengan kategori sintaksisnya. Teknik analisis data dilakukan melihat reduplikasi kategori nomina yang terdapat di dalam data yang telah diketik itu, baik reduplikasi yang berada didalam tataran frasa maupun reduplikasi yang berada di dalam kalimat. Teknik yang digunakan adalah teknik paradigmatik, yaitu membandingkan bentuk dan distribusi reduplikasi berdasarkan susunan vertikal. Kemudian, reduplikasi kategori nomina itu 2004 Digitized by USU digital library 6

7 diklasifikasi. Terakhir, reduplikasi yang telah diklasifikasi itu diteliti berdasarkan perilakunya di dalam kalimat. 3.3 Sumber Data Penelitian reduplikasi ini dititik beratkan pada sumber data tertulis. Alasannya adalah bahwa bahasa Indonesia ragam tulis sudah mempunyai pola-pola tertentu dan lebih terencana. Sumber-sumber data tertulis yang dimaksud adalah buku-buku tata bahasa Indonesia. Sumber data ini dipilih secara purpotif sesuai dengan kepentingan data. Walaupun dalam penelitian ini mengambil data dari berbagai sumber data tertulis, hal itu tidak berarti bahwa penelitian ini terpaku pada data yang ada. Peneliti juga memasukkan data yang belum terdaftar dalam sumber data, yaitu data yang berasal dari intuisi peneliti dan data yang didengar peneliti dalam percakapan para pemakai bahasa Indonesia. 3.4 Konsep dalam Penelitian Perilaku sintaksis reduplikasi adalah perilaku reduplikasi itu dalam kalimat, yaitu apakah reduplikasi itu dapat mempengaruhi kehadiran konstituen yang ada di dekatnya atau apakah konstituen yang ada di dekat reduplikasi itu langsung dari reduplikasi. Keserasian reduplikasi dilihat dari penggunaan reduplikasi itu di dalam kalimat. Pemakaian reduplikasi dalam sebuah kalimat menuntut adanya keserasian, antara reduplikasi dan unsur-unsur yang ada di dekatnya, baik dari segi makna maupun dari segi bentuk. Pada penelitian ini, untuk pengertian induk dan pewatas, penulis mengacu pada pendapat Kridalaksana (1993). Menurut Kridalaksana (1993 : 82), induk adalah konstituen terpenting dalam konstruksi modifikasi dan berkemampuan mempunyai fungsi sintaksis yang sama dengan seluruh konstruksi itu. Adapun pewatas adalah hubungan antara induku dan modifikator dalam suatu frasa (1993 : 139). Untuk pengertian fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan, penulis mengacu pada pendapat Alwi et al (1993), yang mengatakan bahwa subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting kedua setelah predikat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa (1993 : 367). Adapun predikat merupakan konstituen pusat yang disertai konstituen pendamping kiri dengan / atau pendamping kanan, kalau ada, adalah objek, pelengkap, dan / atau keterangan wajib. Predikat kalimat bisanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada kalimat pola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa preposisional, disamping frasa verbal dan frasa adjektival. Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu ditengah predikat. Dengan demikian, objek dapat dikenali melalui (1) jenis predikat yang dilengkapi dan (2) ciri khas objek itu sendiri. Objek dapat menjadi subjek kalimat pasif dan wujudnya dapat berupa frasa nominal atau klausa. Objek dapat dianti dengan pronomina-nya. Pelengkap dapat berwujud nomina atau frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa preposisional, atau klausa. Tempatnya langsung berada di belakang predikat jika kalimat itu tak memiliki objek dan di belakang objek jika unsur itu hadir. Pelengkap tidak dapat menjadi subjek kalimat pasif. Pelengkap tidak dapat diganti dengan-nya, kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari dan akan. Keterangan (1993 : 371) merupakan fungsi sintaksis yang paling akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya kehadian keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Kontiruen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisioal, adverbia, atau klausa Digitized by USU digital library 7

8 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembicaraan reduplikasi dalam bab ini dikelompokkan berdasarkan kategori kata. Seperti telah disebutkan pada bab pendahuluan, dalam penelitian ini hanya dibicarakan reduplikasi yang berkategori nomina. Dengan demikian, pembicaraan analisis sintaksis reduplikasi dikelompokkan atas satu sub-bab, yaitu analisis sintaksis nomina reduplikasi saja. 4.1 Hasil Ciri Morfologis Nomina Reduplikasi Ada bermacam-macam bentuk nomina reduplikasi, yaitu sebagai berikut. 1. Bentuk monomorfemis + reduplikasi Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bantuk dasar sepeda-sepeda Majalah-majalah 2. Bentuk polimorfemis + reduplikasi Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk-bentuk berimbuhan pengukuran-pengukuran Jawaban-jawaban Permainan-permainan 3. Bentuk dasar + reduplikasi yang dikuti perubahan vokal Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan perubahan vokal pada konstituen reduplikasi. bolang-baling Corat-coret desas-desus 4. Bentuk dasar + reduplikasi yang diikuti perubahan konsonan Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan perubahan konsonan pada konstituen reduplikasi. Beras-petas Lauk-pauk 5. Bentuk dasar + Reduplikasi + ber Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan imbuhan ber- pada konstituen reduplikasi. Anak-beranak Adik-beradik 6. Bentuk dasar + Reduplikasi + -em-/-el- Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan imbuhan em-/-el- pada konstituen reduplikasi. Jari-jemari Gunung-gemunung Tali-temali 7. Bentuk dasar + Reduplikasi Parsial Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan suku pertama yang disertai perubahan vokal atau bentuk dasar. (a) Leluhur Lelaki (b) Tetamu 2004 Digitized by USU digital library 8

9 Sesajen (a) Rumah-rumah sakit Jaksa-jaksa tinggi Surat-surat kabar 8. Bentuk dasar + Reduplikasi + - an Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan imbuhan an pada konstituen reduplikasi. (a) Kartu-kartuan Kuda-kudaan Mobil-mobilan (b) Kucing-kucingan Koboi-koboian a. Biji-bijian Kacang-kacangan Padi-padian Bentuk dasar Reduplikasi parsial Pada tipe ini reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan suku pertama yang disertai perubahan vokal danimbuhan an. dedaunan pepohonan rerumputan 9. Bentuk dasar Reduplikasi ke an Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti penambahan imbuhan ke an. keibu-ibuan Kekanak-kanaan Kebarat-baratan Ciri Semantis Nomina Reduplikasi Setiap nomina reduplikasi memiliki makna inheren yang terkandung di dalamnya. Makna nomina reduplikasi yang terdapat pada bagian 1 (Ciri Morfologis) adalah sebagai berikut : 1. Reduplikasi utuh bentuk monomorfenis menyatakan makna keanekan atau ketaktunggalan. 2. Reduplikasi utuh bentuk polimorfemis menyatakan makna kegiatan yang melakukan sesuatu dengan ketaktunggalan. 3. Reduplikasi yang diikuti perubahan vokal menyatakan makna keanekaan 4. Reduplikasi yang diikuti perubahan konsonan menyatakan makna keanekaan 5. Reduplikasi yang diikuti penambahan imbuhan ber- menyatakan makna orang tua dan anak-(anak)-nya; kakakdan adiknya; dan segalakegiatan yang merupakan dengan berbris; 6. Reduplikasi yang diikuti imbuhan em/el menyatakan makna kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis; 7. Reduplikasi yang diikuti penambahan suku pertama yang disertaiperubahan vokal atau bentuk dasar yang menyatakan makna (a) ketaktunggalan; (b) kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis; dan (c) keanekaan; 8. Reduplikasi yang diikuti dengan penambahan imbuhan an menyatakan makna (a) kemiripan rupa; (b) kemiripan cara; dan (c) kekolektifan yang merupakan kumpulanberbagai jenis 2004 Digitized by USU digital library 9

10 9. Reduplikasi yang diikuti penambahan suku pertama yang disertai perubahan vokal dan imbuhan an menyatakan makna kekolektifab yang merupakan kumpulan yang sejenis. 10. Reduplikasi yang diikuti penambahan imbuhan ke-..-an menyatakan makna kemiripan cara 4.2 Pembahasan Sintaksis Nomina Reduplikasi Menurut Alwi et al. (1993: ), nomina dari segi perilaku sintaksisnya berfungsi sebagai inti atau poros frasa. Sebagai inti dalam frasa, nomina menduduki bagian utama dengan pewatas berada dimuka, pewatas itu umumnya berupa numeralia atau kata tugas. Dengan pewatas berada dibelakangnya, frasa nomina bisa berupa urutan dua nomina atau lebih, atau nomina yang diikuti oleh adjektiva, verba, atau kelas kata yang lain. Nomina juga ditemukan dalam frasa preposisional. Dalam hal ini nomina bertindak sebagai poros yang didahului oleh preposisi tertentu, baik sebagai nomina tunggal maupun dalam bentuk frasa, nomina dapaty menduduki posisi subjek, objek, pelengkap, atau keterangan. Agar nomina dapat berfungsi dengan baik, diperlukan adanya pelengkap, atau keterangan. Agar nomina atau frasa nomina dapat berfungsi dengan baik, diperlukan adanya keserasian semantik antara nomina atau frasa nomina tersebut dan predikat atau unsur-unsur yang terlibat. Menurut Kridalaksana (1986 : 66), nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk (1) bergabung dengan partikel tidak dan (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Adapun menurut Keraf (1984 : 85), untuk menentukan apakah suatu kata masuk dalam kategori nomina atau tidak, digunakan dua prosedur, yaitu (1) melihat dari segi bentuk, yakni kata yang mengandung imbuhan ke- -an, pe- -an, pe-, -an, dan ke- atau tidak berimbuhan sebagai prosedur pencalonan; (2) melihat dari segi kelompok kata (frasa), yakni kedua macam kata benda itu (baik yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan) dapat mengandung suatu ciri strukturalyang sama, yaitu dapat diperluas dengan yang + kata sifat sebagai prosedur pencalonan. Dari ketiga pendapat itu dapat diambil titik temu bahwa suatu kata dapat diketahui berkategori nomina jika kata itu (1) berfungsi sebagai inti poros frasa, (2) dapat menduduki posisi poros subjek, objek, pelengkap dan keterangan; (3) ditemukan dalam frasa preposisional; (4) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan kata tidak; (6) dapat diberi imbuhan ke- -an, pe- -an, pe-, -an dan keatau tidak berimbuhan; dapat diperluas dengan yang + kata sifat. Pembicaraan nomina reduplikasi selanjutnya dikelompokkan atas dua, yaitu fungsi nomina reduplikasi dan keserasian nomina reduplikasi fungsi nomina reduplikasi Fungsi nomina reduplikasi dapat ditemukan dalam tatanan frasa dan tataran klausa. Berikut ini adalah uraian kedua tataran tersebut Tataran Frasa : Induk dan Pewatas Sebuah frasa terdiri atas induk dan pewatas. Pada tataran frasa nomina reduplikasi dapat berfungsi sebagai induk dan pewatas. Berikut ini adalah uraian kedua fungsi tersebut. Dalam tataran frasa, induk adalah konstituen terpenting dalam konstruksi modifikasi yang berkemampuan menempati fungsi sintaksis yang sama dengan seluruh konstruksi itu (KBBI, 1991 : 3777). Induk dapat terletak di kiri atau kanan pewatas. Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pada kalimat berikut. (30) Saya melihat mobil-mobil yang halus 2004 Digitized by USU digital library 10

11 (31) mereka membuat dasi-dasi kecil (32) kami membaca majalah-majalah yang baru (33) mereka menjual payung-payung yang besar dan kecil (34) kami melihat rumah-rumah yang bagus Pada kalimat (30-34), kata mobil-mobil, dasi-dasi, majalah-majalah, payungpayung, dan rumah-rumah adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (30-34) itu terdapat dalam frasa mobil-mobil yang bagus dalam kalimat (30), dasi-dasi kecil pada kalimat (31), majlah-majalah yang baru pada kalimat (32), payung-payung yang besar dan kecil pada kalimat (33), dan rumah-rumah yang bagus pada kalimat (34). Frasa itu berfungsi sebagai objek dalam kalimat (30-34). Nomina reduplikasimobil-mobil, dasi-dasi, majalah-majalah, payung-payung dan rumah-rumah dalam frasa mobil-mobil yang bagus, dasi-dasi kecil, majalahmajalah yang baru, payung-payung yang besar dan kecil, dan rumah-rumah yang bagus adalah induk, sedangkan yang bagus, kecil yang baru, yang besar dan kecil, dan yang bagus adalah pewatas. Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula pada kalimat berikut. (35) Mereka mencatat jawaban-jawaban yang benar (36) Para pesepakbola memperlihatkan permainan-permainan yang sangat bagus. (37) Para petatar melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang cerdas. (38) Kami mendengar penjelasan-penjelasan yang menyenangkan. (39) Para pesuluh sudah membaca ulasan-ulasan itu. Pada kalimat (35-39), kata jawaban-jawaban, permainan-permainan, pertanyaan-pertanyaan, dan penjelasan-penjelasan, dan ulasan-ulasan adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (35-39) itu terdapat dalam frasa jawaban-jawaban yang benar pada kalimat (35), permainan-permainan yang sangat bagus (36), pertanyaan-pertanyaan yang cerdas pada kalimat (37), penjelasan-penjelasan yang menyenangkan pada kalimat (38), dan ulasan-ulasan itu pada kalimat (39). Frasa tersebut berfungsi sebagai objek dalam kalimat (35-39). Nomina reduplikasi jawaban-jawaban, penjelasan-penjelasan, dan ulasanulasan dalam frasa jawaban-jawaban yang benar, permainan-permainan yang sangat bagus, pertanyaan-pertanyaan yang cerdas, penjelasan-penjelasan yang menyenangkan, dan itu adalah pewatas. Contoh berikut ini juga memperlihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk. (40) corat-coret di buku dilakukan oleh anak-anak (41) desas-desus itu tidak benar (42) gerak-gerik orang itu mencurigakan (43) kotak-katik yang terdengar itu mengganggu kami (44) warna-warni yang indah itu sudah dipilih Pada kalimat (40-44) kata corat-coret, desas-desus, gerak-gerik, kotak-katik, dan warna-warni adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (40-44) itu terdapat dalam frasa corat-coret di buku pada kalimat (42), desas-desus itu pada kalimat (41), gerak-gerik orang itu pada kalimat (42), kotak-katik yang terdengar itu pada kalimat (43) dan warna-warni yang indah itu pada kalimat (44). Frasa itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat (40-44). Nomina reduplikasi corat-coret desas-desus, gerak-gerik, kotak-katik, dan warna-warni dalam frasa corat-coret di bukuk, desas-desus itu, gerak-gerik orang itu, kotak-katik yang terdengar itu, dan warna-warni yang indah itu adalah induk, sedangkan di buku, orang itu, yang terdengar itu, dan yang indah itu adalah pewatas Digitized by USU digital library 11

12 Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula pada kalimat berikut. (45) Mereka menjual beras-petas yang baik (46) Ibu menghidangkan lauk-pauk yang lezat (47) Kami membuat kui-muih yang enak (48) Bibi membeli sayur-mayur yang segar Pada kalimat (45-48) kata beras-petas, lauk-pauk, kuih-muih, dan sayurmayur adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (45-48) itu terdapat dalam frasa beras-petas yang baik pada kalimat (45), lauk-pauk yang lezat pada kalimat (46), kuhi-muih yang enak pada kalimat (47) dan sayur-mayur yang segar pada kalimat (48). Frasa itu berfungsi sebagai objek dalam kalimat (45-48). Nomina reduplikasi beras-petas, lauk-pauk, kuih-muih, dan sayur-mayur dalam frasa beras-petas yang baik, lauk-pauk yang lezat, kuih-muih yang enak, dan sayur-mayur yang segar adalah induk, sedangkan yang baik, yang lezat, yang enak, dan yang segar adalah pewatas. Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula dalam kalimat berikut (49) Anak-anak itu menyambut kedatangan tamunya (50) Adik-beradik yang baik itu menolong kami (51) Baris-berbaris itu menyenangkan para siswa Pada kalimat (49-51) kata anak-anak, adik-beradik, dan baris-berbaris adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (49-51) itu terdapat dalam frasa anak-beranak itu pada kalimat (49) adik-beradik yang baik itu pada kalimat (50) dan baris-berbaris itu pada kalimat (51). Frasa itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat (49-51). Nomina reduplikasi anak-beranak, adik-beadik, adan baris-berbaris dalam frasa anak-beranak itu, adik-beradik, dan baris-berbaris itu adlah induk, sedangkan itu, yang baik itu, dan itu adalah pewatas. Contoh berikut ini juga memperlihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk. (52) Ani memiliki jari-jemari yang lentik (53) Mereka melihat gunung-gemunung yang tinggi (54) Para siswa membawa tali-temali itu (55) Tuti mempunyai gig-geligi yang putih bersih Pada kalimat (52-55) kata jari-jemari, gunung-gemunung, tali-temali, dan gigi-geligi adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (52-55) itu terdapat dalam frasa jari-jemari yang lentik pada kalimat (52), gunung-gemunung yang tinggi pada kalimat (53), tali-temali itu pad kalimat (54) dan gigi-geligi yang putih bersih pada kalimat (55). Frasa itu berfungsi sebagai objek dalam kalimat (52-55). Nomina reduplikasi jari-jemari, gunung-gemunung, tali-temali, dan gigi-geligi dalam frasa jari-jemari yan lentik, gunung-gemunung yang tinggi, tali-temali itu, dan gigi-geligi yang putih berseih adalah induk, sedangkan yang lentik, yang tinggi itu, dan yang putih bersih adalah pewatas. Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula dalam kalimat berikut (56) Masyarakat menghormati leluhur (57) Mereka menjadi lelaki yang baik (58) Kami mempunyai tetangga yang ramah (59) Kita harus menyayangi sesama makhluk hidup Pada kalimat (56-59), kata leluhur, lelaki, tetangga dan sesama adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (56-59) itu terdapat pada frasa 2004 Digitized by USU digital library 12

13 leluhur itu pada kalimat (56), lelaki yang baik pada kalimat (57), tetangga yang ramah pada kalimat (58), dan sesama makhluk hidup pada kalimat (59). Frasa itu berfungsi sebagai objek dalam kalimat (56) dan (59) sebagai pelengkap pada kalimat (57) dan (58). Nomina reduplikasi leluhur, lelaki, tetangga dan sesama dalam frasa itu, lelaki yang baik, tetangga yang ramah, dan sesama makhluk hidup adalah induk, sedangkan itu, yang baik, yang ramah dan makhluk adalah pewatas. Contoh berikut ini juga memperlihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk (60) warga desa menyambut tetamu itu (61) mereka menyiapkan sesajen itu (62) kucing memiliki sesunggut yang pendek (63) lestari mempunyai jejari yang lembut Pada kalimat (60-63), kata tetamu, sesajen, sesunggut, dan jejari adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (60-63) itu terdapat dalam frasa tetamu itu pada kalimat (60), sesajen itu pada kalimat (61), sesungut yang pendek pada kalimat (62), dan jejari yang lembut pada kalimat (63). Frasa itu berfungsi sebagai objek dalam kalimat (60-62) dan sebagai pelengkap dalam kalimat (63). Nomina reduplikasi tetamu, sesajen, sesungut, dan jejari dalam frasa tetamu itu, sesajen itu, sesungut yang pendek, dan jejari yang lembut adalah induk, sedangkan itu, itu yang pendek, dan yang lembut adalah pewatas. Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula pada kalimat berikut. (64) pemerintah mendirikan rumah-rumah sakit yang lengkap (65) pemerintah daerah memiliki jaksa-jaksa tinggi yang baik (66) pengunjung perpustakaan membawa surat-surat kabar yang baru (67) penumpang menyukai kereta-kereta api yang cepat (68) mereka menyalami orang-orang tua itu Pada kalimat (64-68), kata rumah-rumah sakit, jaksa-jaksa tinggi, suratsurat kabar, kereta-kereta api, dan orang-orang tua adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (64-68) itu terdapat dalam frasa rumah-rumah sakit yang lengkap pada kalimat (64), jaksa-jaksa tinggi yang baik pada kalimat (65), surat-surat kabar yang baru pada kalimat (66), kereta-kereta api yang cepat pada kalimat (67) dan orang-orang tua itu pada kalimat (68). Frasa tersebut berfungsi sebagai objek pada kalimat (64-68). Nomina reduplikasi rumah-rumah sakit, jaksa-jaksa tinggi, surat-surat kabar, kereta-kereta api, dan orang-orang tua dalam frasa rumah-rumah sakit yang lengkap, jaksa-jaksa tinggi yang baik, surat-surat kabar yang baru, kereta-kereta api yang cepat, dan orang-orang tua itu adalah induk, sedangkan yang lengkap, yang baik, yang baru, yang cepat, dan itu adalah pewatas. Contoh berikut ini juga memperihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk. (69) adik menggunting kartu-kartuan yang lucu (70) mereka menaiki kuda-kudaan itu (71) para siswa membuat mobil-mobilan yang antik (72) agus menggunakan uang-uangan kertas (73) budi menggambar radio-radioan yang kecil Pada kalimat (69-73), kata kartua-kartuan, kuda-kudaan, mobil-mobilan, uang-uangan, dan radio-radioan adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (69-73) itu terdapat dalam frasa kartukartuan yang lucu pada kalimat (69), kuda-kudaan itu pada kalimat (70), mobil Digitized by USU digital library 13

14 mobilan yang antik pada kalimat (71), uang-uangan kertas pada kalimat (72) dan radio-radioan pada kalimat (73). Frasa tersebut berfungsi sebagai objek pada kalimat (69-73). Nomina reduplikasi kartu-kartuan, kuda-kudaan, mobil-mobilan, uanguangan, dan radio-radioan dalam frasa kartu-kartuan yang lucu, kuda-kudaan itu, mobil-mobilan yang antik, uang-uangan kertas, dan radio-radioan yang kecil adalah induk, sedangkan yang lucu, itu, yang antik, kertas, dan yang kecil adalah pewatas. Nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula pada kalimat berikut (74) anto dan arno bermain kucing-kucingan sangat seru (75) rudi bergaya koboi-koboian yang suka berkelahi (76) tidak baik bersikap angin-anginan itu (77) dina berlomba dengan untung-untungan Pada kalimat (74-77), kata kucing-kucingan, koboi-kobian, angin-anginan, dan untung-untungan adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (74-77) itu terdapat dalam frasa kucingkucingan sangat seru pada kalimat (74), koboi-koboian yang suka berkelahi pada kalimat (75), angin-anginan itu pada kalimat (76), untung-untungan pada kalimat (77). Frasa tersebut berfungsi sebagai pelengkap dalam kalimat (74-76) dan sebagai keterangan pada kalimat (77). Nomina reduplikasi kucing-kucingan, kobo-koboian, angin-anginan, dan untung-untungan dalam frasa kucing-kucingan sangat seru, koboi-koboian yang suka berkelahi, angin-anginan itu, dan untung-untungan adalah induk, sedangkan sangat seru, yang suka berkelahi, itu, dan dengan adalah pewatas. Contoh berikut ini juga memperihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk. (78) petani menanam biji-bijian yang bagus (79) ayah dan ibu memetik kacang-kacangan itu (80) para petani menanam padi-padian yang unggul (81) kakak menyiram tanam-tanaman itu (82) paman mencabut umbi-umbian yang sudah tua Pada kalimat (78-82), kata biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian, tanamtanaman, dan umbi-umbian adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (78-82) itu terdapat dalam frasa biji-bijian yang bagus pada kalimat (78), kacang-kacangan itu pada kalimat (79), padi-padian yang unggul pada kalimat (80), tanam-tanaman itu pada kalimat (81) dan umbiumbian yang sudah tua pada kalimat (82). Frasa tersebut berfungsi sebagai objek pada kalimat (78-82). Nomina reduplikasi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian, tanamtanaman, dan umbi-umbian dalam frasa biji-bijian yang bagus, kacang-kacangan itu, padi-padian yang unggul, tanam-tanaman itu, dan umbi-umbian yang sudah tua adalah induk, sedangkan yang bagus, itu, yang unggul, itu, dan yang sudah tua adalah pewatas. Contoh berikut ini juga memperihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk. (83) kakak memungut dedaunan itu (84) mereka menebang pepohonan yang tinggi (85) kami melihat rerumputan yang hijau (86) paman membersihkan reruntuhan gedung itu (87) nenek menyiapkan sesajian yang lezat Pada kalimat (83-87), kata dedaunan, pepohonan, rerumputan, reruntuhan, dan sesajian adalah nomina reduplikasi Digitized by USU digital library 14

15 Nomina reduplikasi pada kalimat (83-87) itu terdapat dalam frasa dedaunan pada kalimat (83), pepohonan yang tinggi pada kalimat (84), rerumputan yang hijau pada kalimat (85), reruntuhan gedung itu pada kalimat (86) dan sesajian yang lezat pada kalimat (87). Frasa tersebut berfungsi sebagai objek pada kalimat (83-87). Nomina reduplikasi dedaunan, pepohonan, rerumputan, reruntuhan, dan sesajian dalam frasa dedaunan itu, pepohonan yang tinggi, rerumputan yang hijau, reruntuhan gedung itu, dan sesajian yang lezat adalah induk, sedangkan itu, yang tinggi, yang hijau, gedung itu, dan yang lezat adalah pewatas. Contoh berikut ini juga memperihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk. (88) tuti berpenampilan keibu-ibuan sekali (89) rudi bersifat kekanak-kanakan sekali (90) dini bersifat kesunda-sundaan sekali (91) cempedak itu berwarna keperak-perakan sekali (92) andi bersikap kejawa-jawaan yang dibuat-buat Pada kalimat (88-92), kata keibu-ibuan, kekanak-kanakan, kesundasundaan, keperak-perakan, dan kejawa-jawaan adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (88-92) itu terdapat dalam frasa keibu-ibuan sekali pada kalimat (88), kekanak-kanakan sekali pada kalimat (89), kesundasundaan sekali pada kalimat (90), keperak-perakan sekali pada kalimat (91) dan kejawa-jawaan yang dibuat-buat pada kalimat (92) adalah induk. Sedangkan sekali, sekali, sekali, sekali dan yang dibuat-buat adalah pewatas. Selain sebagai induk, nomina reduplikasi dapat juga berfungsi sebagai pewatas. Pewatas adalah yang membatasi, memperluas, atau menyifatkan suatu induk dalam frasa (Kridaksana, 1993:139). Contoh reduplikasi sebagai pewatas tampak dalam kalimat berikut. (93) Anto menyusun hasil laporan-laporan (94) Toko kami menjual balon warni-warni (95) Mereka yang adik-beradik adalah anggota menwa (96) Anggota pramuka belajar simpul tali-temali (97) Anak lelaki harus membawa peralatan kemah (98) Kami memandangi hijau dedaunan (100) Rudi menata rambut keperak-perakan Pada kalimat (93-100), kata-kat laporan-laporan, warna-warni, adik-beradik, tali-temali, lelaki, uang-uangan, dedaunan, dan keperak-perakan merupakan nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (93-100), itu terdapat dalam frasa hasil laporan-laporan pada kalimat (93), balon warna-warni pada kalimat (94), mereka yang adik-beradik pada kalimat ( 95), simpul tali-temali pada kalimat (96), anak lelaki pada kalimat (97), setumpuk uang-uangan pada kalimat (98), hijau dedaunan pada kalimat (99), dan rambut keperak-perakan pada kalimat (100).Frasa hasil laporan-laporan, balon warna-warni, setumpuk uang-uangan, hijau dedaunan, dan rambut keperak-perakan pada kalimat (93-94) dan (99-100) berfungsi sebagai objek; mereka yang adik-beradik dan anak yang lelaki pada kalimat (95) dan (97) berfungsi sebagai subjek, simpul tali- temali pada kalimat (96) berfungsi sebagai pelengkap. Nomina reduplikasi laporan-laporan, warna-warni, adik-beradik, tali-temali, lelaki, uang-uangan, dedaunan, dan keperak-perakan dalam frasa hasil laporanlaporan, balon warna-warni, sekeranjang sayur-mayur, mereka yang adik-beradik, simpul tali-kemali, anak yang lelaki, setumpuk uang-uangan, sekarung kacangkacangan, hijau dedaunan, dan rambut keperak-perakan adalah pewatas, sedangkan hasil, balon, mereka, simpul, anak, setumpuk, hijau, dan rambut adalah induknya Digitized by USU digital library 15

16 Tataran Kalimat Pada tataran klausa, reduplikasi yang berkategori nomina dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, atau pelengkap. Nomina reduplikasi yang menduduki fungsi keterangan tidak ditemukan dalam data. Keempat fungsi tersebut akan diuraikan sebagai berikut Subjek Nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai subjek tampak pada contoh berikut. (101) Buku-buku sudah dibaca kakak (102) Usulan-usulan diterima Panitia (103) Corat-coret dihapus Ani (104) Lauk-pauk dimasak Ibu (105) Jari-jemari diurut kakak Pada kalimat ( ), kata buku-buku, usulan-usulan, corat-coret, laukpauk, jari-jemari adalah nomina reduplikasi.nomina-nomina reduplikasi itu berfungsi subjek dalam kalimat Predikat Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai predikat tampak pada kalimat berikut. (106) Mereka ini sastrawan-sastrawan (107) Itu perusahaan-perusahaan (108) Pensil mereka warna-warni (109) Piring kuih-muih (110) Ini jari-jemari Pada kalimat ( ), kata sastrawan-sastrawan, perusahaanperusahaan, warna-warni, kuih-muih, jari-jemari adalah nomina reduplikasi. Nomina nomina reduplikasi berfungsi sebagai predikat dalam kalimat Objek Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai objek tampak pada kalimat berikut. (111) Ahli bahasa itu sedang menyusun istilah-istilah (112) Pemerintah akan mengembangkan kebijakan-kebijakan (113) Malam itu kami mendengar kotak-kaitik (114) Murid-murid menggambar sayur-mayur Pada kalimat ( ) kata istilah-istilah, kebijakan-kebijakan, kotak-katik, sayur-mayur adalah nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat Pelengkap Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai pelengkap tampak pada kalimat berikut. (115) Untuk menyambut kedatangan kepala negara itu, jalan menuju desa Dasan Geres dipenuhi umbul-umbul (116) Catatan itu berisi uraian-uraian (117) Hal itu merupakan desas-desus (118) Paman berjualan sayur-mayur 2004 Digitized by USU digital library 16

17 Pada kalimat ( ) kata umbul-umbul, uraian-uraian, desas-desus, sayur-mayur adalah nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai pelengkap dalam kalimat Keserasian Nomina Reduplikasi Pada umumnya, konstituen yang terletak disebelah kiri nomina reduplikasi berfungsi sebagai subjek, atau predikat, seperti tampak pada kalimat berikut. (119) Pakaian Ani warna-warni (120) Kursi itu berwarna keemas-emasan (121) Ibu Budi membeli buah-buahan (122) Pak Hendrik mempunyai tetangga yang baik Kata warna-warni, keemas-emasan, buah-buahan, dan tetangga pada kalimat ( ) adalah nomina reduplikasi.penggunaan nomina reduplikasi tidak mempengaruhi konstituen disebelah kirinya. Konstituen yang berada di sebelah kiri nomina reduplikasi warna-warni, keemas-emasan, buah-buahan, dan tetangga adalah subjek pada kalimat (140), subjek pada kalimat ( ) Konstituen di Sebelah Kanan Pada umumnya konstituen yang terletak di sebelah kanan reduplikasi berfungsi sebagai predikat, pelengkap, atau keterangan, seperti tampak pada kalimat berikut. (123) Koran-koran dijual Adik (124) Rerumputan terhampar hijau (125) Kacang-kacangan merupakan hasil Desa itu (126) Tetamu bersalaman dengan kakak Penggunaan nomina reduplikasi koran-koran, rerumputan, tetamu, dan kacangkacangan tidak mempengaruhi konstituen di sebelah kanannya. Konstituen yang berada di sebelah kanan reduplikasi koran-koran, rerumputan, dan kacang-kacangan adalah predikat dan pelengkap[ dalam kalimat ( ), disebelah kanan tetamu adalah predikat dan keterangan pada kalimat (147) Tipe Nomina Reduplikasi Berdasarkan fungsinya pada tataran klausa, tipe nomina reduplikasi dapat dibagi ke dalam. a. Tipe nomina subjek/objek b. Tipe nomina komplemen (pelengkap) c. Tipe nomina predikatif a. Corat-coret dihapus Ani b. Lauk-pauk dimasak Ibu c. Pensil mereka warna-warni BAB V. KESIMPULAN Dalam penelitian ini segi kategori reduplikasi dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai kategori nomina. Dalam tataran frasa, reduplikasi yang berkategori nomina dapat berkedudukan sebagai induk dan dapat pula sebagai pewatas. Dalam tataran klausa Reduplikasi yang berkategori nomina dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek atau pelengkap. Adapun nomina reduplikasi tidak mempengaruhi konstituen yang berada di sebelah kiri dan kanannya Digitized by USU digital library 17

18 DAFTAR PUSTAKA Alisjahbana, S. Takdir Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta, Pustaka Rakyat Alwi, Hasan et al, Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka Badudu, J.S Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, Bandung, Pustaka Prima Chaer, Abdul Gramatika Bahasa Indonesia. Jakarta, Rineka Cipta Linguistik Umum, Jakarta, Rineka Cipta Chafe, Wallace Meaning and Structure of Language. Chicago and London, the university of chicago press Keraf, Gorys Tatabahasa Indonesia. Ende, Nusa Indah Kridalaksana Harimukti Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta, Gramedia Kamus Linguistik. Jakarta, Gramedia Kelas katsa dalam Bahasa Indonesia. Jakarta, Gramedia Poerwadarminta, W.J.S Bahasa Indonesia untuk Karangan-Mengarang. Yogyakarta, UP Karyono Quirk, Radolph A Comprehensive Gramar of the English Language. London, Longman Ramlan, M Sintaksis. Yogyakarta, UP Karyono 1987, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta, UP Karyono Simatupang, M.D.S Reduplikasi Morfemis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta, Djambatan Verhaar, J.W.M Pengantar Linguistik, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press Digitized by USU digital library 18

REDUPLIKASI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK

REDUPLIKASI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK REDUPLIKASI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK NOUN REDUPLICATION IN INDONESIAN: THE STUDY OF SYNTAX AND SEMANTICS Wati Kurniawati Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan

Lebih terperinci

Re.du.pli.si/reduplikasi/n Link proses atau hasil perulangan kata atau unsur kata, seperti kata r umah-rumah, tetamu, bolak-balik.

Re.du.pli.si/reduplikasi/n Link proses atau hasil perulangan kata atau unsur kata, seperti kata r umah-rumah, tetamu, bolak-balik. oleh: IIM SOBANDI, S.PD Re.du.pli.si/reduplikasi/n Link proses atau hasil perulangan kata atau unsur kata, seperti kata r umah-rumah, tetamu, bolak-balik. 1. v --- Fonologis pengulangan unsur fonologis,

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

" KATA ULANG ALAM BAHASA INO'ONESIA: TINJAUAN SINT AKSIS

 KATA ULANG ALAM BAHASA INO'ONESIA: TINJAUAN SINT AKSIS " KATA ULANG ALAM BAHASA INO'ONESIA: TINJAUAN SINT AKSIS '.\., -. ~ 1'..... ' s ' ' ' DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2000 KATAULANG DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS Sri Winarti Wati Kurniawati

Lebih terperinci

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA Tri Mastoyo Jati Kesuma Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Objek (O) termasuk ke dalam valensi verba transitif. Oleh karena itu, O

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media elektronik atau cetak. Setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

REDUPLIKASI DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON

REDUPLIKASI DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON REDUPLIKASI DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON ARTIKEL PENELITIAN Oleh: TINI TIANA NIM F1012131017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe

Lebih terperinci

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional Oleh: Tatang Suparman NIP 132206488 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Thema-

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI Dita Marisa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI thasamarisa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian dilatarbelakangi

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

REDUPLIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP N 1 TERAS BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

REDUPLIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP N 1 TERAS BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan REDUPLIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP N 1 TERAS BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: IDA

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:

Lebih terperinci

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya Modul 1 Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya B PENDAHULUAN Drs. Joko Santoso, M.Hum. agi Anda, modul ini sangat bermanfaat karena akan memberikan pengetahuan yang memadai mengenai bentuk, pembentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut. BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian morfosemantik istilah-istilah pertukangan kayu di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS BAHASA MELAYU PALEMBANG SKRIPSI

PROSES MORFOLOGIS BAHASA MELAYU PALEMBANG SKRIPSI PROSES MORFOLOGIS BAHASA MELAYU PALEMBANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Oleh Nasiatun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KODE : SINTAKSIS BAHASA INDONESIA : IN 104 Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. NIP 196201091987032002 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2013 Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

FRASA DALAM BAHASA INDONESIA. Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

FRASA DALAM BAHASA INDONESIA. Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Pengajaran bahasa tidak dapat Iepas sama.sekali daripada pertumbuhan ilmu bahasa pada umumnya. Kaum Brahma di India beberapa abad sebelum Masehi mendapat pelajaran"

Lebih terperinci

Kajian Tipologi Sufiks an dalam Bahasa Indonesia M. Suryadi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Kajian Tipologi Sufiks an dalam Bahasa Indonesia M. Suryadi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Kajian Tipologi M. Suryadi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Email: mssuryadi07@gmail.com Abstract In Indonesian language, the study of suffix an has been widely practiced by linguists, as if

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): Nama : Hengki Firmansyah Nim : 1402408324 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 adityawicak_02@yahoo.com ABSTRACT Speech uttered by bus conductors has an interesting phenomenon because there is a change

Lebih terperinci

5 Universitas Indonesia

5 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA A. Deskripsi Mata Kuliah Dalam perkuliahan dibahas pengertian morfologi dan hubungannya dengan cabang ilmu bahasa lain, istilah-istilah teknis dalam morfologi,

Lebih terperinci

BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstrak Bahasa merupakan sarana yang paling penting bagi

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis,

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS VERBA DEADJEKTIVA DALAM BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS VERBA DEADJEKTIVA DALAM BAHASA INDONESIA PERILAKU SINTAKSIS VERBA DEADJEKTIVA DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Sunda (BS)1) memiliki kedudukan dan fungsi tertentu di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1). Di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi) Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis

Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis Modul 1 Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis M PENDAHULUAN Joko Santoso, M.Hum. ateri-materi yang disajikan dalam Modul 1, yang berkenaan dengan kedudukan dan ruang lingkup sintaksis ini merupakan pijakan

Lebih terperinci

sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, bahasa Jawa anak usia lima tahun yang berupa tingkat tutur krama, berjenis

sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, bahasa Jawa anak usia lima tahun yang berupa tingkat tutur krama, berjenis dalam tingkat tutur madya, dan ngoko, serta kata tersebut mengganti benda yang sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, menerangkan letak barang dan tidak mengandung imbuhan.

Lebih terperinci

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd.

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd. KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd. 1. Pendahuluan Menurut proses morfologisnya, kata dihasilkan melalui proses afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, dan perubahan zero. (Ramlan,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Interaksi dan segala

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan tentang konsep, landasan teori dan tinjauan pustaka yang dipakai dalam menganalisis masalah dalam penelitian agar ditemukan hasil yang sesuai dengan judul

Lebih terperinci

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia butuh berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi dibutuhkan norma-norma

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Betapa

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci