BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam hal ini adalah kayu dan modal produksi. Untuk itu maka terbentuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam hal ini adalah kayu dan modal produksi. Untuk itu maka terbentuk"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sistem Dinamika Potensi Pendapatan Hutan dapat dikatakan sebagai alat produksi sekaligus hasil produksi. Hutan sebagai alat produksi artinya hutan menghasilkan yang boleh dimanfaatkan, dalam hal ini adalah kayu dan modal produksi. Untuk itu maka terbentuk dinamika potensi dan dinamika pendapatan yang ditentukan oleh karakteristik harga potensi hasil hutan. Harga potensi hasil hutan dapat dikategorikan menurut sortimen kayu, type kayu, asal kayu dan skema penjualan kayu Dinamika Potensi Tegakan Dinamika potensi tegakan adalah perubahan komposisi potensi tegakan seiring dengan berjalannya waktu. Potensi tegakan berubah akibat dari pertumbuhan diameter pohon dari tahun ke tahun. Komponen-komponen utama dalam dinamika potensi tegakan, antara lain 1) Upgrowth (tambah tumbuh/riap) yaitu pertambahan ukuran tegakan secara nyata setelah satu periode tumbuh dilewati melalui proses fisiologis, 2) Ingrowth adalah sejumlah pohon/tanaman yang secara periode mulai mempunyai besaran yang dapat diukur (memiliki DBH) namun ingrowth tidak ada pada hutan tanaman, 3) Mortalitas yaitu volume pohon-pohon yang secara periodis mati karena berusia lanjut, kompetisi, serangan hama penyakit dan bencana, 4) Tebangan adalah campur tangan manusia terhadap dinamika potensi tegakan dengan mengambil sebagian atau seluruh pohon. 26

2 Dinamika Pendapatan Pendapatan adalah elemen kunci dalam sebuah laporan keuangan dan cukup penting bagi para penyaji dan pengguna laporan keuangan. Pendapatan yang dilaporkan mencerminkan kegiatan operasi perusahaan di masa lalu dan biasanya digunakan untuk memprediksi kinerja di masa yang akan datang. Walaupun menetapkan pendapatan merupakan bagian yang sangat penting dalam pengukuran kinerja perusahaan. Kuat atau lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang berubah menjadi dua kali lipat, maka nilai uang akan menurun menjadi setengah dari semula, dan juga sebaliknya, ditambah dengan memasukan unsur kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang mempengaruhi nilai uang. Perhitungan pendapatan dihasilkan dari volume tegakan dikalikan dengan harga produk, sedangkan harga produk dapat berubah-rubah karena adanya perubahan nilai uang. Hal ini sangat perlu diperhitungkan agar terwujudnya kelestarian perusahaan. Kelestarian hutan tanaman jati bergantung pada sistem pengaturan hasil yang tepat dengan mempertimbangkan stabilitas hasil kayu, pendapatan penjualan kayu, kendala luas lahan dan stabilitas kawasan dengan tujuan konservasi. Dalam pengaturan hasil terdapat suatu kendali aturan berupa jatah tebangan (etat). Etat sebagai kendali pengaturan hasil akan menentukan kondisi dan bentuk hutan di masa kini dan yang akan datang. Adanya etat akan dijadikan sebagai control dalam pengambilan hasil tebangan kayu jati agar tidak terjadi kerusakan karena

3 28 over cutting. Secara sistematik peran etat sebagai pengaturan hasil digambarkan sebagai berikut : Kehilangan Kawasan Etat Luas Luas Penanaman Luas Penebangan Luas Tegakan Luas Tebangan Jumlah Penanaman Volume Penebangan Volume Tegakan Volume Tebangan Growth Harga Penebangan Pendapatan Keterangan : : Flow : Stock : Convorter Gambar 5.1. Sistem Dinamis Pengelolaan Hutan Tanaman Jati Gambar 5.1. menunjukkan bahwa kesalahan dalam penentuan etat akan memberikan dampak, yaitu pendapatan maksimal tidak dapat tercapai jika nilai

4 29 etat terlalu rendah dan luas tegakan yang cenderung menurun jika nilai etat terlalu tinggi. Luas tegakan yang menurun, akan menyebabkan penurunan luas tebangan, sehingga jumlah penanaman akan meningkat. Meningkatnya jumlah penanaman akan membuat struktur tegakan yang ada menjadi tidak stabil, karena didominasi oleh kelas umur muda Kerangka Logis Simulasi Pengaturan Hasil dan Estimasi Pendapatan Hutan harus dipandang sebagai sistem terbuka dalam penentuan etat, yang berarti perlu dipertimbangkan dinamika tegakan dan dampak-dampak sistemik yang mungkin terjadi, seperti kerusakan hutan, penurunan stock area, stock hasil dengan kualitas rendah, struktur tegakan dan harga kayu yang tidak stabil selama jangka pengelolaan. Pada penelitian ini, dampak-dampak sistemik tersebut diformulasikan ke dalam sebuah sistem simulasi, yang diawali dengan menyusun simulasi dinamika tegakan untuk menentukan volume tebangan dan memprediksi produksi kayu per kelas produk. Hasil dari simulasi diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui perilaku dampak sistem dinamika tegakan dan dinamika pendapatan dengan penetapan etat tertentu. Kecermatan dan keakuratan penentuan etat setidaknya dipengaruhi oleh dua hal, yaitu cara atau metode yang diterapkan dan ketersediaan data pengelolaan hutan. Mengacu pada dua hal tersebut, maka penentuan etat dilakukan dengan menyusun sebuah sistem simulasi dengan alur pikir disajikan dalam gambar berikut :

5 30 Start Pemetaan Kelas Hutan Perumusan Skenario Struktur Kelas Hutan UTM Perhitungan Luas Tebangan Etat Luas Simulasi Gangguan Perhitungan Volume Tebangan Model Penduga Produksi Kayu Kehilangan Potensi Prediksi Produksi per Kelas Produk Model Penduga Sortimen Harga per Kelas Estimasi Pendapatan Pendapatan Skenario Masih ada skenario? Ya Tidak Penentuan Skenario Terbaik Finish Keterangan : : input : proses : output Gambar 5.2. Alur Pikir Simulasi Pengaturan Hasil dan Estimasi Pendapatan

6 Model Penduga Produksi Kayu Jati Untuk menentukan model penduga produksi kayu diperlukan informasi mengenai hubungan antar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan dinamika tegakan yaitu umur, bonita dan KBD. Persamaan yang menggambarkan hubungan faktor-faktor tersebut sebagai berikut : Stock : f(umur, KBD, bonita) Growth : f(umur, KBD, bonita) Dinamika tegakan jati dapat dilihat dari tabel WvW. Tabel ini digunakan sebagai alat bantu untuk memproyeksikan potensi tegakan untuk kepentingan perencanaan pengaturan hasilnya. Model penduga produksi kayu jati disusun berdasarkan data yang ada di tabel WvW tetapi untuk kepentingan simulasi dan mempermudah komputasi maka tabel tersebut ditransformasikan dalam model matematis dengan menggunakan analisi regresi. Proses transformasi model WvW ke model matematis, data yang digunakan yaitu umur, bonita dan N/Ha bonita I sampai bonita VI. Transformasi logaritmik diberlakukan kepada seluruh variabel, yaitu ln (umur), ln (bonita) dan ln (N/Ha). Taraf signifikan yang digunakan adalah taraf signifikan 5%, artinya resiko kesalahan (error) dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% dan resiko benar dalam mengambil keputusan sedikitnya 95%. Hasil dapat dilihat dalam Tabel 5.1.

7 32 Tabel 5.1. Keluaran Analisis Regresi menggunakan Microsoft Office Excel SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations 99 ANOVA df SS MS F Significance F Regression E-82 Residual Total Coefficients Standard Error t Stat P-value Intercept E-15 Ln (umur) E-64 Ln (bonita) E-60 Ln (N/Ha) Dari Tabel 5.1. didapatkan model persamaan, yaitu : Y = e. A S N Dimana : Y A S N = Volume Standing Stock = Umur = Bonita = N/Ha Dari hasil perhitungan juga dapat diketahui bahwa R square sebesar R square atau koefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan presentasi pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai R

8 33 square mendekati 1 maka variabel independen hampir memberikan semua informasi untuk memprediksi variabel dependen (terikat). Nilai R square merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan menjelaskan perubahan variabel independen terhadap variabel dependen (terikat). Nilai R square sebesar menunjukkan bahwa hubungan antara umur, bonita dan N/Ha dengan Volume Standing Stock kuat. Nilai koefisien pada variabel independen menunjukkan besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil analisis terlihat bahwa bonita memberikan pengaruh lebih besar terhadap Volume Standing Stock. Untuk menguji tingkat kelayakan model, perlu adanya analisis varians. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan antara F tabel dengan F hitung yang terdapat pada tabel Analysis of Variance. Hipotesis yang digunakan : Ho : tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, jika significance f lebih besar dari (1-confident level) Ha : ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, jika significance f lebih kecil dari (1-confident level) Dari hasil tabel ANOVA menunjukkan bahwa nilai significance f ( E-82), lebih kecil dari (1-confident level). F hitung > F tabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, model signifikan untuk menduga Volume Standing Stock.

9 Model Penduga Sortimen Kayu Jati Dalam inventarisasi tegakan hutan jati salah satu kendala yang ditemukan adalah menduga volume pohon berdiri berdasarkan dimensi penentunya yaitu berupa diameter batang setinggi dada (dbh). Pada penelitian ini, untuk mendapatkan proporsi sortimen batang kayu jati, penyusun mengadopsi dari data hasil penelitian Galih Anggara (2013), yang kemudian dilakukan analisis regresi terhadap data hasil penelitian tersebut. Hasil keluaran analisis regresi untuk menduga proporsi sortimen kayu dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 5.2. Keluaran Analisis Regresi untuk Menduga Sortimen A3 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations 24 ANOVA df SS MS F Significance F Regression E-22 Residual Total Coefficients Standard Error t Stat P-value Intercept E-15 Kelas Diameter (cm) E-16 d^ E-14 Dari Tabel 5.2. didapatkan model persamaan, yaitu : Y = D D 2

10 35 Dimana : Y D = Proporsi Sortimen A3 = Kelas Diameter Dari hasil perhitungan R square sebesar dan F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima, sehingga model signifikan untuk menduga proporsi Sortimen A3. Tabel 5.3. Keluaran Analisis Regresi untuk Menduga Sortimen A2 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations 24 ANOVA df SS MS F Significance F Regression E-21 Residual Total Coefficients Standard Error t Stat P-value Intercept E-24 A E-21 Dari Tabel 5.3. didapatkan model persamaan, yaitu : Y = A Dimana : Y A = Proporsi Sortimen A2 = Proporsi Sortimen A3

11 36 Dari hasil perhitungan R square sebesar dan F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima, sehingga model signifikan untuk menduga proporsi Sortimen A2. Tabel 5.4. Keluaran Analisis Regresi untuk Menduga Sortimen A1 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations 24 ANOVA df SS MS F Significance F Regression E-68 Residual E-05 Total Coefficients Standard Error t Stat P-value Intercept E-58 A E-54 A E-58 Dari Tabel 5.4. didapatkan model persamaan, yaitu : Y = A B Dimana : Y A B = Proporsi Sortimen A1 = Proporsi Sortimen A2 = Proporsi Sortimen A3

12 37 Dari hasil perhitungan R square sebesar dan F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima, sehingga model signifikan untuk menduga proporsi Sortimen A Dinamika KBD Dinamika KBD dapat disebabkan karena beberapa faktor antara lain tingkat kematian pohon (mortality) alami, illegal logging/cutting, dan kejadian tidak terduga. Pola dinamika pada umumnya bersifat sangat acak, sehingga cenderung tak terduga secara pasti. Pada kondisi ketidakpastian ini maka diterapkan simulasi monte carlo. Monte carlo merupakan simulasi probabilistik yang mendekati solusi dari masalah dengan melalukan sampling dari proses acak (Random). Tahapan monte carlo yang dilakukan sebagai berikut : 1. Membuat tabel Look Up Tabel Look Up dibutuhkan untuk mengorganisir data-data penurunan KBD dan prediktor sesuai dengan ketersediaan data di Perum Perhutani, variabel penduga yang ditampilkan adalah : Tabel 5.5. Karakter Tabel Look Up untuk proses Monte Carlo penduga perubahan KBD Tipe variabel Atribut Tipe Data Keterangan Prediktor Kelas Umur Integral - Prediktor Bonita Integral Rentang Bonita antara 2-5 Prediktor Kelas KBD Integral - Index Kode Text Concatenate Kelas Umur, Bonita, Kelas KBD, yang digunakan untuk acuan proses look up Variabel Rerata Numeric Single - Dependent Variabel Dependent Standar Deviasi Numeric Single -

13 38 2. Proses Look Up Variabel yang dicari pada proses ini adalah rerata dan standar deviasi perubahan KBD dari dinamika kelas KBD, bonita dan kelas umur. Hasil keluaran look up dapat dilihat pada Lampiran Menentukan batas bawah dan batas atas Batas Atas (BA) dan Batas Bawah (BB) digunakan untuk memprediksi nilai perubahan KBD yang direpresentasikan oleh nilai random. Nilai random diperoleh dari batas atas dan batas bawah, dimana : ΔKBD = Randomisasi (BB KBD, BA KBD) ΔKBD BB KBD BA KBD : perubahan KBD : batas bawah KBD : batas atas KBD Proses monte carlo yang dilakukan didasarkan asumsi sebagai berikut : a. Sebaran probabilitas adalah normal b. Nilai probabilitas adalah 95% diperoleh melalui penetapan sebaran normal, N = (μ, σ) Dimana : N = probabilitas kejadian i μ = rerata σ = standar deviasi 4. Menentukan nilai random Nilai random dari batas atas dan batas bawah yang diperlukan utnuk mendapatkan nilai perubahan KBD.

14 Skema Penjualan Kayu Perum Perhutani dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa sebagai perusahaan milik negara yang bergerak dibidang kehutanan, salah satunya yaitu sebagai penghasil dan penjual kayu yang sampai saat ini masih tercatat sebagai salah satu perusahaan penjual kayu terbesar di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya volume kayu yang mampu dihasilkan dan dijual oleh Perhutani tiap periodenya. Perhutani terus mencari terobosan baru mengenai skema atau tata cara penjualan kayu yang lebih baik agar produknya (kayu) dapat lebih diserap oleh masyarakat. Kayu Perhutani adalah kayu resmi yang dapat dipertanggungjawabkan kelegalan dan kelengkapan surat-suratnya. Untuk mempermudahkan masyarakat dalam pembelian kayu di Perhutani, saat ini Perhutani menawarkan setidaknya 4 cara yang bisa dipilih oleh masyarakat. Keempat cara tersebut adalah sebagai berikut : Penjualan lelang besar Penjualan dengan cara lelang besar dilakukan di pusat, dapat dilakukan di Jakarta atau di Bogor tergantung kesepakatan. Penjualan lelang kecil Penjualan dengan cara lelang kecil ini dilakukan di TPK. Penjualan dengan perjanjian Penjualan dengan perjanjian dilakukan secara kontrak dilakukan untuk volume kayu di atas 200 m 3. Untuk melakukan kontrak pembelian, pembeli mengajukan rencana kontrak pembelian ke Kepala Unit melalu Kepala Biro

15 40 Pemasaran di masing-masing Unit. Unit I di Semarang Jawa Tengah, Unit II di Surabaya Jawa Timur dan Unit III di Bandung Jawa Barat. Penjualan langsung Penjualan langsung (pembelian secara langsung) dapat dilakukan dengan cara pembeli menghubungi General Manager (KBM) Sar Kayu yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa. Sistem ini diberlakukan pada pembelian dengan volume kayu kurang dari 200 m 3. Tabel 5.6. Harga Jual Kayu Jati Skema Penjualan Kayu Harga (Rp/m3) A3 A2 A1 Lelang besar Rp Rp Rp Lelang kecil Penjualan dengan perjanjian Rp Rp Rp Penjualan langsung Rp Rp Rp Sumber : Buku Saku Statistik Th Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah 5.7. Implementasi Simulasi Implementasi simulasi dilakukan dengan menyusun skenario berdasarkan variasi daur dan teknik perhitungan etat. Variasi daur mencakup daur 20 tahun, 30 tahun, dan 40 tahun. Masing-masing daur akan menyajikan hasil etat luas yang berbeda-beda, dimana etat tersebut dijadikan acuan dalam banyaknya tebangan yang dihasilkan. Etat luas tersebut akan ditunjukkan pada kolom cut (Ha). Hasil yang bervariasi juga terjadi pada volume tegakan tinggal, volume tebangan, volume sortimen A3, volume sortimen A2, volume sortimen A1, pendapatan kotor sortimen A3, pendapatan kotor sortimen A2 dan pendapatan kotor sortimen

16 41 A1. Pada perhitungan pendapatan akan disajikan 2 strategi penjualan kayu dengan membedakan proporsi penjualan menurut skema penjualan kayu, yaitu dengan skema penjualan lelang besar, lelang kecil, penjualan dengan perjanjian dan penjualan langsung : 1) dengan proporsi penjualan 25 : 25 : 25 :25 dan 2) dengan proporsi penjualan 30 : 10 : 40 : 20. Perbedaan proporsi penjualan kayu dapat mempengaruhi hasil pendapatan, dikarenakan harga dari masing-masing skema penjualan kayu tersebut berbeda, sehingga dengan banyak menjual produk (kayu) dengan skema yang harganya tinggi tentu pendapatan akan naik Skenario Daur 20 Tahun UTM 14 Tahun Tabel 5.7. Rekapitulasi Stock, Cut, dan Total Pendapatan Kotor Daur 20 tahun dengan UTM 14 tahun Sediaan (Stock) Tebangan (Cut) Total Pendapatan Kotor (Rp) Tahun Stock (Ha) Stock (m3) Cut (Ha) Cut (m3) Proporsi Skema Penjualan 25:25:25:25 Proporsi Skena Penjualan 30:10:40: , ,52 118, , , ,04 118, , , ,36 118, , , ,54 118, , , ,58 118, ,

17 42 Gambar 5.3. Simulasi Luas Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 20 Tahun dengan UTM 14 Tahun Gambar 5.4. Simulasi Luas Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 20 Tahun dengan UTM 14 Tahun

18 43 Gambar 5.5. Simulasi Total Luas Tegakan Tinggal pada Daur 20 Tahun dengan UTM 14 Tahun Gambar 5.6. Simulasi Total Luas Tebangan pada Daur 20 Tahun dengan UTM 14 Tahun

19 44 Gambar 5.7. Simulasi Volume Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 20 Tahun dengan UTM 14 Tahun Gambar 5.8. Simulasi Volume Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 20 Tahun dengan UTM 14 Tahun

20 45 Gambar 5.9. Simulasi Total Volume Tegakan Tinggal pada Daur 20 Tahun dengan UTM 14 Tahun Gambar Simulasi Total Volume Tebangan pada Daur 20 Tahun dengan UTM 14 Tahun

21 46 Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 20 Tahun dengan UTM 14 Tahun dengan Proporsi Penjualan 25:25:25:25 Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 20 Tahun dengan UTM 14 Tahun dengan Proporsi Penjualan 30:10:40:20

22 UTM 18 Tahun Tabel 5.8. Rekapitulasi Stock, Cut, dan Total Pendapatan Kotor Daur 20 tahun dengan UTM 18 tahun Sediaan (Stock) Tebangan (Cut) Total Pendapatan Kotor (Rp) Tahun Stock (Ha) Stock (m3) Cut (Ha) Cut (m3) Proporsi Skema Penjualan 25:25:25:25 Proporsi Skema Penjualan 30:10:40: , ,54 118, , , ,29 118, , , ,30 118, , , ,02 118, , , ,14 118, , Gambar Simulasi Luas Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 20 Tahun dengan UTM 18 Tahun

23 48 Gambar Simulasi Luas Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 20 Tahun dengan UTM 18 Tahun Gambar Simulasi Total Luas Tegakan Tinggal pada Daur 20 Tahun dengan UTM 18 Tahun

24 49 Gambar Simulasi Total Luas Tebangan pada Daur 20 Tahun dengan UTM 18 Tahun Gambar Simulasi Volume Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 20 Tahun dengan UTM 18 Tahun

25 50 Gambar Simulasi Volume Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 20 Tahun dengan UTM 18 Tahun Gambar Simulasi Total Volume Tegakan Tinggal pada Daur 20 Tahun dengan UTM 18 Tahun

26 51 Gambar Simulasi Total Volume Tebangan pada Daur 20 Tahun dengan UTM 18 Tahun Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 20 Tahun dengan UTM 18 Tahun dengan Proporsi Penjualan 25:25:25:25

27 52 Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 20 Tahun dengan UTM 18 Tahun dengan Proporsi Penjualan 30:10:40:20 Luas tegakan tinggal daur 20 tahun dari periode ke-0 sampai periode ke-40 sama yaitu sebesar 2.360,7 Ha. Luasan ini merupakan total luas tiap kelas hutan berdasarkan data RPKH. Kelas hutan pada periode ke-0 yang telah ditebang, selanjutnya dilakukan penanaman hingga periode ke-40 untuk membentuk stock kembali sampai mencapai umur siap tebang. Penebangan dilakukan menurut umur tebang minimum, kurang dari umur tersebut tidak diperkenankan dan apabila penebangan melebihi etat maka akan terjadi kerusakan, etat luas digunakan sebagai pembatas besarnya luas tebangan yang diperkenankan. Pada simulasi untuk daur 20 tahun dengan umur tebang minimum 14 tahun dan 18 tahun memiliki etat luas 118,035 Ha/10 tahun. Pada gambar 5.3 dan 5.13 menunjukkan luas tegakan tinggal setiap kelas umur dalam semua periode. Grafik menunjukkan bahwa keadaan tegakan hutan di Bagian Hutan Balo berada pada keadaan kurang normal, hal ini ditunjukkan dengan tingginya luasan kelas umur pada KU muda, sedangkan pada KU tua

28 53 luasannya rendah. Semakin berjalannya periode, maka akan merata setiap kelas umurnya, karena jumlah luasan penanaman sama dengan jumlah luasan penebangan. Gambar 5.4 dan 5.14 menunjukkan luas tebangan untuk daur 20 tahun dengan UTM 14 tahun dan 18 tahun. Pada grafik pada periode ke-0 diketahui penebangan dilakukan pada kelas umur 9 dengan luas sebesar 21,80 Ha dan pada kelas umur 8 dengan luas sebesar 96,24 Ha, hal ini dilakukan untuk memenuhi etat luas yang diperbolehkan. Gambar 5.5 dan 5.15 menunjukkan total luas tegakan tinggal setiap periode, total luas tegakan pada masing-masing UTM sebesar 2.360,7 Ha. Besarnya total luas tebangan tiap periode ditunjukkan pada gambar 5.6 dan Total luas tebangan juga memiliki nilai yang sama dengan etat luas sehingga jumlah luas tebangan yang diperbolehkan setiap periode sebesar 118,035 Ha/10 tahun. Volume tegakan tinggal untuk daur 20 tahun dengan UTM 14 tahun dan 18 tahun masing-masing ditunjukkan pada gambar 5.7 dan Pada grafik dapat diketahui volume tegakan tinggal terbesar dengan UTM 14 tahun pada kelas umur 6 saat periode ke-40 sebesar m 3 dan dengan UTM 18 tahun pada kelas umur 5 saat periode ke-30 sebesar m 3, sedangkan volume tegakan tinggal terkecil dengan UTM 14 tahun pada kelas umur 1 saat periode ke-40 sebesar 1.635,38 m 3 dan dengan UTM 18 tahun pada kelas umur 1 saat periode ke-20 sebesar 2.966,74 m 3. Volume tegakan tinggal relatif stabil dari periode ke-0 sampai periode ke-40. Untuk perubahan total volume tegakan tinggal tiap periode

29 54 dapat dilihat pada gambar 5.9 dan 5.19 dari grafik diketahui total volume tegakan tinggal relatif stabil dari periode ke-0 sampai periode ke-40. Gambar 5.8 dan 5.18 menunjukkan besar volume tebangan pada setiap kelas umur dalam semua periode. Volume tebangan terbesar pada kelas umur 8 periode ke-0 sebesar ,2 m 3 untuk UTM 14 tahun dan ,7 m 3 untuk UTM 18 tahun. Total volume tebangan ditunjukkan pada gambar 5.10 dan 5.20, dari gambar dapat diketahui dinamika produksi kayu (tebangan) terjadi secara hampir berkelanjutan selama periode, namun jumlah tebangan tiap periodenya cenderung menurun, yaitu dari periode ke-0 sampai dengan periode ke-40, hal ini terjadi mungkin karena pada awal periode, volume tegakan masih banyak, adanya penurunan kelas hutan dan/atau sebab lain. Total dari volume tebangan dengan UTM 14 tahun sebesar ,54 m 3 dan dengan UTM 18 tahun sebesar ,62 m 3. Pada gambar 5.11 dan 5.21 menunjukkan total hasil pendapatan kotor tiap periode dengan proporsi penjualan 25:25:25:25 pendapatan terbesar pada periode ke-20 sebesar Rp untuk UTM 14 tahun dan pada periode ke-10 sebesar Rp untuk UTM 18 tahun, sedangkan pendapatan terendah berada pada periode ke-30 untuk UTM 14 tahun sebesar Rp dan pada periode ke-40 untuk UTM 18 tahun yaitu sebesar Rp Gambar 5.12 dan 5.22 menunjukkan bahwa pendapatan kotor dengan proporsi penjualan 30:10:40:20 pendapatan terbesar pada periode ke-20 sebesar Rp untuk UTM 14 tahun dan pada periode ke-10 sebesar Rp untuk UTM 18 tahun. Pendapatan terendah berada pada

30 55 periode ke-30 untuk UTM 14 tahun sebesar Rp dan pada periode ke-40 untuk UTM 18 tahun yaitu sebesar Rp Skenario Daur 30 Tahun UTM 24 Tahun Tabel 5.9. Rekapitulasi Stock, Cut, dan Total Pendapatan Kotor Daur 30 tahun dengan UTM 24 tahun Sediaan (Stock) Tebangan (Cut) Total Pendapatan Kotor (Rp) Tahun Stock (Ha) Stock (m3) Cut (Ha) Cut (m3) Proporsi Skema Penjualan 25:25:25:25 Proporsi Skema Penjualan 30:10:40: , ,60 78, , , ,07 78, , , ,89 78, , , ,35 78, , , ,39 78, , Gambar Simulasi Luas Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 30 Tahun dengan UTM 24 Tahun

31 56 Gambar Simulasi Luas Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 30 Tahun dengan UTM 24 Tahun Gambar Simulasi Total Luas Tegakan Tinggal pada Daur 30 Tahun dengan UTM 24 Tahun

32 57 Gambar Simulasi Total Luas Tebangan pada Daur 30 Tahun dengan UTM 24 Tahun Gambar Simulasi Volume Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 30 Tahun dengan UTM 24 Tahun

33 58 Gambar Simulasi Volume Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 30 Tahun dengan UTM 24 Tahun Gambar Simulasi Total Volume Tegakan Tinggal pada Daur 30 Tahun dengan UTM 24 Tahun

34 59 Gambar Simulasi Total Volume Tebangan pada Daur 30 Tahun dengan UTM 24 Tahun Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 30 Tahun dengan UTM 24 Tahun dengan Proporsi Penjualan 25:25:25:25

35 60 Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 30 Tahun dengan UTM 24 Tahun dengan Proporsi Penjualan 30:10:40: UTM 28 Tahun Tabel Rekapitulasi Stock, Cut, dan Total Pendapatan Kotor Daur 30 tahun dengan UTM 28 tahun Sediaan (Stock) Tebangan (Cut) Total Pendapatan Kotor (Rp) Tahun Stock (Ha) Stock (m3) Cut (Ha) Cut (m3) Proporsi Skema Penjualan 25:25:25:25 Proporsi Skema Penjualan 30:10:40: , ,06 78, , , ,28 78, , , ,49 78, , , ,39 78, , , ,23 78, ,

36 61 Gambar Simulasi Luas Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 30 Tahun dengan UTM 28 Tahun Gambar Simulasi Luas Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 30 Tahun dengan UTM 28 Tahun

37 62 Gambar Simulasi Total Luas Tegakan Tinggal pada Daur 30 Tahun dengan UTM 28 Tahun Gambar Simulasi Total Luas Tebangan pada Daur 30 Tahun dengan UTM 28 Tahun

38 63 Gambar Simulasi Volume Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 30 Tahun dengan UTM 28 Tahun Gambar Simulasi Volume Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 30 Tahun dengan UTM 28 Tahun

39 64 Gambar Simulasi Total Volume Tegakan Tinggal pada Daur 30 Tahun dengan UTM 28 Tahun Gambar Simulasi Total Volume Tebangan pada Daur 30 Tahun dengan UTM 28 Tahun

40 65 Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 30 Tahun dengan UTM 28 Tahun dengan Proporsi Penjualan 25:25:25:25 Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 30 Tahun dengan UTM 28 Tahun dengan Proporsi Penjualan 30:10:40:20 Pada simulasi untuk daur 30 tahun dengan umur tebang minimum 24 tahun dan 28 tahun memiliki etat luas sebesar 78,69 Ha sehingga luas tebangan yang diperbolehkan untuk ditebang adalah sebesar 78,69 Ha. Apabila tebangan yang dilakukan melebihi etat maka akan terjadi kerusakan, etat luas digunakan sebagai pembatas besarnya luas tebangan yang diperbolehkan.

41 66 Pada gambar 5.23 dan 5.33 menunjukkan luas tegakan tinggal setiap kelas umur dalam semua periode. Grafik menunjukkan bahwa keadaan tegakan hutan di Bagian Hutan Balo berada pada keadaan kurang normal, hal ini ditunjukkan dengan tingginya luasan kelas umur pada KU muda, sedangkan pada KU tua luasannya rendah. Semakin berjalannya periode, maka akan merata setiap kelas umurnya, karena jumlah luasan penanaman sama dengan jumlah luasan penebangan. Gambar 5.24 dan 5.34 menunjukkan luas tebangan untuk daur 30 tahun dengan UTM 24 tahun dan 28 tahun. Pada grafik pada periode ke-0 diketahui penebangan dilakukan pada kelas umur 9 dengan luas sebesar 21,80 Ha dan pada kelas umur 8 dengan luas sebesar 56,89 Ha, hal ini dilakukan untuk memenuhi etat luas yang diperbolehkan. Gambar 5.25 dan 5.35 menunjukkan total luas tegakan tinggal setiap periode, total luas tegakan pada masing-masing UTM sebesar 2.360,7 Ha. Besarnya total luas tebangan tiap periode ditunjukkan pada gambar 5.26 dan Total luas tebangan juga memiliki nilai yang sama dengan etat luas sehingga jumlah luas tebangan yang diperbolehkan setiap periode sebesar 78,69 Ha/10 tahun. Volume tegakan tinggal untuk daur 30 tahun dengan UTM 24 tahun dan 28 tahun masing-masing ditunjukkan pada gambar 5.27 dan Pada grafik dapat diketahui volume tegakan tinggal terbesar dengan UTM 24 tahun pada kelas umur 9 saat periode ke-40 sebesar m 3 dan dengan UTM 28 tahun pada kelas umur 6 saat periode ke-40 sebesar m 3. Untuk volume tegakan tinggal terendah berada pada kelas umur 1 saat periode ke-40 sebesar 2.996,01 m 3

42 67 untuk UTM 24 tahun dan saat periode ke-30 sebesar 1.347,91 m 3 untuk UTM 28 tahun. Untuk perubahan total volume tegakan tinggal tiap periode dapat dilihat pada gambar 5.29 dan 5.39 dari grafik diketahui total volume tegakan tinggal dengan UTM 24 tahun dan UTM 28 tahun semakin bertambah dari periode ke-0 sampai periode ke-40. Gambar 5.28 dan 5.38 menunjukkan besar volume tebangan pada setiap kelas umur dalam semua periode. Volume tebangan terbesar berada pada kelas umur 9 pada periode ke-10 sebesar ,6 m 3 untuk UTM 24 tahun dan pada periode ke-20 sebesar ,3 m 3 untuk UTM 28 tahun. Total volume tebangan ditunjukkan pada gambar 5.30 dan 5.40, dari gambar dapat diketahui dinamika produksi kayu (tebangan) terjadi secara berkelanjutan selama periode, pada UTM 24 tahun total volume tebangan relatif stabil, namun pada UTM 28 tahun saat periode ke-0 sampai periode ke-20 total volume tebangan naik kemudian turun pada periode ke-30 lalu naik sampai periode ke-40. Total dari volume tebangan dengan UTM 24 tahun sebesar ,26 m 3 dan dengan UTM 28 tahun sebesar ,65 m 3. Pada gambar 5.31 dan 5.41 menunjukkan total hasil pendapatan kotor tiap periode dengan proporsi penjualan 25:25:25:25, pendapatan terbesar berada pada periode ke-10, Rp untuk UTM 24 tahun dan Rp untuk UTM 28 tahun, sedangkan pendapatan terendah berada pada periode ke-0 untuk UTM 24 tahun sebesar Rp dan pada periode ke-40 untuk UTM 28 tahun sebesar Rp Gambar 5.32 dan 5.42 menunjukkan bahwa pendapatan kotor dengan proporsi penjualan 30:10:40:20 pendapatan

43 68 terbesar berada pada periode ke-10, Rp untuk UTM 24 tahun dan Rp untuk UTM 28 tahun. Pendapatan terendah berada pada periode ke-0 untuk UTM 24 tahun sebesar Rp dan pada periode ke-40 untuk UTM 28 tahun yaitu sebesar Rp Skenario Daur 40 Tahun UTM 34 Tahun Tabel Rekapitulasi Stock, Cut, dan Total Pendapatan Kotor Daur 40 tahun dengan UTM 34 tahun Sediaan (Stock) Tebangan (Cut) Total Pendapatan Kotor (Rp) Tahun Stock (Ha) Stock (m3) Cut (Ha) Cut (m3) Proporsi Skema Penjualan 25:25:25:25 Proporsi Skema Penjualan 30:10:40: , ,23 59, , , ,50 59, , , ,06 59, , , ,47 59, , , ,03 59, ,

44 69 Gambar Simulasi Luas Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 40 Tahun dengan UTM 34 Tahun Gambar Simulasi Luas Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 40 Tahun dengan UTM 34 Tahun

45 70 Gambar Simulasi Total Luas Tegakan Tinggal pada Daur 40 Tahun dengan UTM 34 Tahun Gambar Simulasi Total Luas Tebangan pada Daur 40 Tahun dengan UTM 34 Tahun

46 71 Gambar Simulasi Volume Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 40 Tahun dengan UTM 34 Tahun Gambar Simulasi Volume Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 40 Tahun dengan UTM 34 Tahun

47 72 Gambar Simulasi Total Volume Tegakan Tinggal pada Daur 40 Tahun dengan UTM 34 Tahun Gambar Simulasi Total Volume Tebangan pada Daur 40 Tahun dengan UTM 34 Tahun

48 73 Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 40 Tahun dengan UTM 34 Tahun dengan Proporsi Penjualan 25:25:25:25 Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 40 Tahun dengan UTM 34 Tahun dengan Proporsi Penjualan 30:10:40:20

49 UTM 38 Tahun Tabel Rekapitulasi Stock, Cut, dan Total Pendapatan Kotor Daur 40 tahun dengan UTM 38 tahun Sediaan (Stock) Tebangan (Cut) Total Pendapatan Kotor (Rp) Tahun Stock (Ha) Stock (m3) Cut (Ha) Cut (m3) Proporsi Skema Penjualan 25:25:25:25 Proporsi Skema Penjualan 30:10:40: , ,82 59, , , ,24 59, , , ,51 59, , , ,70 59, , , ,70 59, , Gambar Simulasi Luas Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 40 Tahun dengan UTM 38 Tahun

50 75 Gambar Simulasi Luas Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 40 Tahun dengan UTM 38 Tahun Gambar Simulasi Total Luas Tegakan Tinggal pada Daur 40 Tahun dengan UTM 38 Tahun

51 76 Gambar Simulasi Total Luas Tebangan pada Daur 40 Tahun dengan UTM 38 Tahun Gambar Simulasi Volume Tegakan Tinggal tiap Kelas Umur pada Daur 40 Tahun dengan UTM 38 Tahun

52 77 Gambar Simulasi Volume Tebangan tiap Kelas Umur pada Daur 40 Tahun dengan UTM 38 Tahun Gambar Simulasi Total Volume Tegakan Tinggal pada Daur 40 Tahun dengan UTM 38 Tahun

53 78 Gambar Simulasi Total Volume Tebangan pada Daur 40 Tahun dengan UTM 38 Tahun Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 40 Tahun dengan UTM 38 Tahun dengan Proporsi Penjualan 25:25:25:25

54 79 Gambar Simulasi Pendapatan Kotor pada Daur 40 Tahun dengan UTM 38 Tahun dengan Proporsi Penjualan 30:10:40:20 Pada simulasi untuk daur 40 tahun dengan umur tebang minimum 34 tahun dan 38 tahun memiliki etat luas sebesar 59,0175 Ha sehingga luas tebangan yang diperbolehkan untuk ditebang adalah sebesar 59,0175 Ha. Apabila tebangan yang dilakukan melebihi etat maka akan terjadi kerusakan, etat luas digunakan sebagai pembatas besarnya luas tebangan yang diperbolehkan. Pada gambar 5.43 dan 5.53 menunjukkan luas tegakan tinggal setiap kelas umur dalam semua periode. Grafik menunjukkan bahwa tidak terdapat penurunan luas tegakan tinggal seiring dengan bertambahnya umur tegakan, keadaan hutan tersebut dapat dikatakan normal, mungkin karena daurnya lama dan dengan adanya pengelolaan tegakan muda yang berhasil sehingga dapat mempertahankan luas kelas hutan produktif. Gambar 5.44 dan 5.54 menunjukkan luas tebangan untuk daur 40 tahun dengan UTM 34 tahun dan 38 tahun. Pada grafik pada periode ke-0 diketahui penebangan dilakukan pada kelas umur 9 dengan luas sebesar 21,80 Ha dan pada

55 80 kelas umur 8 dengan luas sebesar 37,22 Ha, hal ini dilakukan untuk memenuhi etat luas yang diperbolehkan. Gambar 5.45 dan 5.55 menunjukkan total luas tegakan tinggal setiap periode, total luas tegakan pada masing-masing UTM sebesar 2.360,7 Ha. Besarnya total luas tebangan tiap periode ditunjukkan pada gambar 5.46 dan Total luas tebangan juga memiliki nilai yang sama dengan etat luas sehingga jumlah luas tebangan yang diperbolehkan setiap periode sebesar 59,0175 Ha/10 tahun. Volume tegakan tinggal untuk daur 40 tahun dengan UTM 34 tahun dan 38 tahun masing-masing ditunjukkan pada gambar 5.47 dan Pada grafik dapat diketahui volume tegakan tinggal terbesar saat periode ke-40, pada kelas umur 9 sebesar m 3 untuk UTM 34 tahun dan untuk UTM 38 tahun pada kelas umur 6 sebesar m 3. Untuk volume tegakan tinggal terendah berada pada kelas umur 1, saat periode ke-40 sebesar 1.143,36 m 3 untuk UTM 34 tahun dan saat periode ke-20 sebesar 1.827,13 m 3 untuk UTM 38 tahun. Untuk perubahan total volume tegakan tinggal tiap periode dapat dilihat pada gambar 5.49 dan 5.59 dari grafik diketahui total volume tegakan tinggal dengan UTM 34 tahun dan UTM 38 tahun semakin naik dari periode ke-0 hingga periode ke-40. Gambar 5.48 dan 5.58 menunjukkan besar volume tebangan pada setiap kelas umur dalam semua periode. Volume tebangan terbesar berada pada kelas umur 9, saat periode ke-10 sebesar ,5 m 3 untuk UTM 34 tahun dan saat periode ke-20 sebesar ,6 m 3 untuk UTM 38 tahun. Total volume tebangan ditunjukkan pada gambar 5.50 dan 5.60, dari gambar dapat diketahui dinamika produksi kayu (tebangan) terjadi secara berkelanjutan selama periode, jumlah

56 81 tebangan tiap periodenya terlihat fluktuatif, namun selisih volumenya tidak terlalu besar. Total dari volume tebangan dengan UTM 34 tahun sebesar ,70 m 3 dan dengan UTM 38 tahun sebesar ,07 m 3. Pada gambar 5.51 dan 5.61 menunjukkan total hasil pendapatan kotor tiap periode dengan proporsi penjualan 25:25:25:25, pendapatan terbesar yang didapatkan dengan UTM 34 tahun pada periode ke-10 sebesar Rp dan dengan UTM 38 tahun pada periode ke-20 sebesar Rp sedangkan pendapatan terendah berada pada periode ke-0 sebesar Rp untuk UTM 34 tahun dan pada periode ke-30 sebesar Rp untuk UTM 38 tahun. Gambar 5.52 dan 5.62 menunjukkan bahwa pendapatan kotor dengan proporsi penjualan 30:10:40:20, pendapatan terbesar berada pada periode ke-10 sebesar Rp untuk UTM 34 tahun dan pada periode ke-20 sebesar Rp untuk UTM 38 tahun. Pendapatan terendah berada pada periode ke-0 sebesar Rp untuk UTM 34 tahun dan pada periode ke-30 sebesar Rp untuk UTM 38 tahun.

57 Inferensi Hasil Simulasi Berdasarkan keluaran skenario dapat disusun hasil informasi sebagai berikut : Tabel Inferensi Hasil Simulasi Rerata Standar Deviasi Skenario Daur UTM Stock Cut Stock Cut Ha M3 Ha M3 Ha M3 Ha M , ,6 118, ,71 0, ,72 0, , , ,9 118, ,32 0, ,63 0, , , ,9 78, ,45 0, ,6 0, , , ,3 78, ,33 0, ,3 0, , , ,5 59, ,94 0, ,1 0, , , ,8 59, ,61 0, ,2 0, ,131 Skenario Daur UTM Stock % Standar Deviasi Rerata Total Pendapatan Kotor (Rp) Cut Proporsi Skema Proposi Skema Ha M3 Ha M3 25:25:25:25 30:10:40: ,00 12,65 0,00 33, ,00 13,51 0,00 24, ,00 21,26 0,00 9, ,00 25,01 0,00 5, ,00 23,11 0,00 12, ,00 25,16 0,00 13,

58 83 Tabel menunjukkan bahwa variasi daur dan umur tebang minimum yang digunakan akan memberikan hasil yang berbeda. Untuk mengetahui produksi yang konstan atau merata diperlukan perhitungan standar deviasi. Persen standar deviasi yang semakin kecil nilainya akan menjelaskan bahwa produksi kayu semakin baik. Menurut hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai persen standar deviasi untuk produksi kayu dan pendapatan kotor terbaik terdapat pada daur 30 tahun dengan nilai UTM 24 tahun dan 28 tahun. Nilai standar deviasi yang kecil menunjukkan tingkat kerataan hasil tebangan tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN Perhitungan yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi dan analisis grafik. Seluruh perhitungan dilakukan dengan menggunakan program Statistik SPSS. Berikut ini

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil simulasi dinamika dengan menggunakan tiga skenario yaitu

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil simulasi dinamika dengan menggunakan tiga skenario yaitu BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Hasil simulasi dinamika dengan menggunakan tiga skenario yaitu a. skenario 1 (Jenis jati, daur 20 tahun dan UTM 10 tahun), nilai volume total yang diperoleh

Lebih terperinci

REGRESI SEDERHANA PENDEKATAN MATEMATIKA, STATISTIK DAN EKONOMETRIKA Agus Tri Basuki Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

REGRESI SEDERHANA PENDEKATAN MATEMATIKA, STATISTIK DAN EKONOMETRIKA Agus Tri Basuki Universitas Muhammadiyah Yogyakarta REGRESI SEDERHANA PENDEKATAN MATEMATIKA, STATISTIK DAN EKONOMETRIKA Agus Tri Basuki Universitas Muhammadiyah Yogyakarta A. Pendekatan Matematika Dalam matematika hubungan antar variable bisa dinyatakan

Lebih terperinci

SURVEI NILAI WAKTU PERJALANAN MOBIL PRIBADI DI JL. Z.A.PAGAR ALAM METODE MODE CHOICE APPROACH

SURVEI NILAI WAKTU PERJALANAN MOBIL PRIBADI DI JL. Z.A.PAGAR ALAM METODE MODE CHOICE APPROACH SURVEI NILAI WAKTU PERJALANAN MOBIL PRIBADI DI JL. Z.A.PAGAR ALAM METODE MODE CHOICE APPROACH Terima kasih atas kesediaan Anda membantu Survei ini dilakukan sebagai bahan acuan pembuatan tugas akhir, mohon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2011 dan bertempat di KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. 3.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

Regresi dengan Microsoft Office Excel

Regresi dengan Microsoft Office Excel Regresi dengan Microsoft Office Excel Author: Junaidi Junaidi 1. Pengantar Dalam statistik, regresi merupakan salah satu peralatan yang populer digunakan, baik pada ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu eksak.

Lebih terperinci

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB IV INTEPRETASI DATA 41 BAB IV INTEPRETASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Data responden pada penyusunan skripsi ini terdiri atas dua bagian yaitu data profil responden dan data stated preference. Untuk data profil responden terdiri

Lebih terperinci

Moderating and Controll Variable 1

Moderating and Controll Variable 1 Moderating and Controll Variable Seringkali dalam penelitian membuat model yang memasukkan moderating dan controll variable seperti diperlihatkan dalam Grafik dibawah ini. Pada Grafik kita lihat model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. independen dari listrik adalah satuan kilowatt (kwh), untuk minyak adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. independen dari listrik adalah satuan kilowatt (kwh), untuk minyak adalah 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengolahan Data Data yang diambil untuk varibel dependen adalah produk domestic bruto di Jakarta period 1995 2005 dalam satuan rupiah. Sedangkan variabel

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI DENGAN EXCEL

ANALISIS REGRESI DENGAN EXCEL ANALISIS REGRESI DENGAN EXCEL Dalam statistik, regresi merupakan salah satu peralatan yang populer digunakan, baik pada ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu eksak. Karenanya, software-software statistik umumnya

Lebih terperinci

LATIHAN REGRESI SEDERHANA

LATIHAN REGRESI SEDERHANA Bahan Ajar Ekonometrika Agus Tri Basuki Universitas Muhammadiyah Yogyakarta LATIHAN REGRESI SEDERHANA Diketahui data konsumsi dan pendapatan penduduk suatu daerah sebagai berikut : Tahun Konsumsi Pendapatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaturan hasil saat ini yang berlaku pada pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia menggunakan sistem silvikultur yang diterapkan pada IUPHHK Hutan Produksi dalam P.11/Menhut-II/2009.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan hutan lestari perlu dilaksanakan agar perubahan hutan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan hutan lestari perlu dilaksanakan agar perubahan hutan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dan persekutuan alam lingkungan. Hutan sebagai

Lebih terperinci

BAB 11 ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

BAB 11 ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA BAB 11 ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA Selain regresi linier sederhana, metode regresi yang juga banyak digunakan adalah regresi linier berganda. Regresi linier berganda digunakan untuk penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Pergerakan Nilai Tukar USD/JPY Tahun 2008

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Pergerakan Nilai Tukar USD/JPY Tahun 2008 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Pergerakan Nilai Tukar USD/JPY Tahun 2008 Dalam semester pertama di tahun 2008, pergerakan USD/JPY lebih cendrung mengalami konsolidasi. Ini diakibatkan karena kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. 3.2 Sumber Data dan Jenis Data Data yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki beberapa perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn. F) merupakan salah satu jenis penghasil kayu pertukangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi untuk berbagai macam keperluan pertukangan

Lebih terperinci

Deteksi Autokorelasi dengan Metode Grafik Excel

Deteksi Autokorelasi dengan Metode Grafik Excel Deteksi Autokorelasi dengan Metode Grafik Excel Junaidi Junaidi A. Pengantar Salah satu asumsi dalam model regresi linear klasik adalah tidak adanya autokorelasi. Autokorelasi adalah kondisi dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 PENGUMPULAN DATA Pelaksanaan survei ini diawali dengan permohonan izin ke Badan Pemberdayaan Masyarakat kota Bandung sebagai pengantar untuk perijinan ke kantor

Lebih terperinci

Analisis Korelasi & Regresi

Analisis Korelasi & Regresi Analisis Korelasi & Regresi Oleh: Ki Hariyadi,, S.Si., M.PH Nuryadi, S.Pd.Si UIN JOGJAKARTA 1 Pokok Bahasan Analisis Korelasi Uji Kemaknaan terhadap ρ (rho) Analisis Regresi Linier Analisis Kemaknaan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas maka dalam bab selanjutkan penulis akan menyajikan hasil analisis dan pembahasan data. Dalam penelitian

Lebih terperinci

KUESIONER PERENCANAAN PENGEMBANGAN SDM

KUESIONER PERENCANAAN PENGEMBANGAN SDM KUESIONER PERENCANAAN PENGEMBANGAN SDM Beri tanda ( ) pada kotak di bawah ini untuk setiap pernyataan yang sesuai dengan pendapat anda. 1 = Sangat Tidak Setuju atau Tidak Pernah 2 = Tidak Setuju atau Jarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehutanan menurut pasal 1 Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data. Tabel 4.1. Hasil Perolehan Data Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2011

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data. Tabel 4.1. Hasil Perolehan Data Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2011 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Analisa Perkembangan Derivatif Analisa perkembangan derivatif di Indonesia dengan mengunakan 49 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini digunakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Analisis statistik deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sukmadinata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun 2010 sampai tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan dan penyajian data suatu penilaian. Tujuannya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Grogol Petamburan Jakarta Barat merupakan salah satu kecamatan di wilayah Jakarta Barat, wilayah ini tidak hanya digunakan sebagai kawasan tempat tinggal namun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. bunga dan inflasi selama kurun waktu Februari sampai dengan Desember 2009.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. bunga dan inflasi selama kurun waktu Februari sampai dengan Desember 2009. BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Dari hasil pengamatan diperoleh data kenaikan dan/atau penurunan tingkat bunga dan inflasi selama kurun waktu Februari sampai dengan Desember

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 46 A. Statistik Deskriptif BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti nilai minimum, maksimum, mean, dan standard deviasi dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisa Penelitian ini menggunakan data skunder berupa laporan keuangan audit yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. telah ada pada pokok bahsan bab awal. Hipotesa penulis adalah : Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB IV ANALISIS DATA. telah ada pada pokok bahsan bab awal. Hipotesa penulis adalah : Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya. 83 BAB IV ANALISIS DATA A. Pengujian Hipotesis Sebelum menjabarkan tentang analisis data dalam bentuk perhitungan menggunakan program SPSS, penulis membuat hipotesis sebagaimana yang telah ada pada pokok

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Perusahaan emiten manufaktur sektor (Basic Industry and Chemicals), (Consumer Goods Industry) dan (Trade, Services & Investment) yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing variabel yang terdapat dalam penelitian, baik variabel dependen maupun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menjelaskan informasi karakteristik variabel-variabel dan data penelitian. Data yang digunakan pada tabel statistik deskriptif

Lebih terperinci

Muhammad Syukri Hamdi

Muhammad Syukri Hamdi ANALISIS PENGARUH RASIO AKTIVITAS, LEVERAGE KEUANGAN, UKURAN, DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Muhammad Syukri

Lebih terperinci

ANALISA VARIABEL DUMMY INDEPENDEN NON LINEAR DENGAN REGRESI BERGANDA

ANALISA VARIABEL DUMMY INDEPENDEN NON LINEAR DENGAN REGRESI BERGANDA ANALISA VARIABEL DUMMY INDEPENDEN NON LINEAR DENGAN REGRESI BERGANDA 1. Tinjauan Teoritis Analisa Dummy Variabel Dummy variabel merupakan variabel-variabel yang sesungguhnya merupakan variabel yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan paradigma pengelolaan hutan. Davis,dkk. (2001)

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan paradigma pengelolaan hutan. Davis,dkk. (2001) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pandangan terhadap kelestarian hutan telah mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan paradigma pengelolaan hutan. Davis,dkk. (2001) menggambarkan ada empat

Lebih terperinci

PERILAKU BIAYA DAN PERENCANAAN BIAYA

PERILAKU BIAYA DAN PERENCANAAN BIAYA PERILAKU BIAYA DAN PERENCANAAN BIAYA PERILAKU BIAYA DAN PERENCANAAN BIAYA A. Perilaku Biaya Yang dimaksud dengan perilaku biaya adalah studi mengnai hubungan fungsional kausal antara Total Biaya yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek penelitian Bagian ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan membandingkan teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Berdasarkan nilai pada masing-masing variabel dapat diketahui nilai penelitian seperti nilai mean, standar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 58 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan laporan keuangan dengan tidak ada laba negatif serta melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriftif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean, dan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi di Indonesia, suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan kurs rupiah terhadap dolar Amerika terhadap Indeks Harga

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian Setelah melalui berbagai tahapan penelitian yang telah direncanakan oleh peneliti di bagian awal, penelitian ini menghasilkan berbagai hal yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Instrumen dan Responden Hasil penelitian didapatkan dari kuesioner-kuesioner yang disebarkan secara acak langsung kepada para responden melalui hardcopy dan softcopy

Lebih terperinci

Zakiah Jamal /4EA03 Manajemen

Zakiah Jamal /4EA03 Manajemen Zakiah Jamal 18212005/4EA03 Manajemen Prof.Dr.Ir.Euphrasia Susy Suhendra, M.S. Pengaruh Bauran Pemasaran 4P Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus pada Konsumen Produk Merek Enzoro Toko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kelestarian Hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu elemen yang paling penting dalam pengelolaan hutan adalah konsep kelestarian hasil hutan (sustained yield forestry). Definisi kelestarian

Lebih terperinci

pengujian tersebut diperoleh nilai minimal, maksimun, nilai rata-rata, skewness,

pengujian tersebut diperoleh nilai minimal, maksimun, nilai rata-rata, skewness, BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, akan dibahas mengenai hasil pengujian hipotesis dengan satu variable dependen yaitu initial return dan enam variable independen yang terdiri dari umur perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Profil Responden 4.1.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur disektor 5 (consumer goods industry) periode 2008-2010. Berikut ini peneliti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan analisis regresi sederhana, dan perhitungannya menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti nilai minimum, maksimum, mean, dan standard deviasi dari masingmasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data data penelitian seperti jumlah data yang diolah, nilai minimum,

Lebih terperinci

Rohman* Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. Abstract. Pendahuluan

Rohman* Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. Abstract. Pendahuluan Casualty Per Cent dalam Perhitungan Etat Hutan Tanaman Jati Perum Perhutani Casualty Per Cent on AAC Determination of Teak Forest Plantation in Perum Perhutani Abstract Rohman* Jurusan Manajemen Hutan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan menerangkan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan atas data sekunder yaitu berupa komponen-komponen laporan keuangan yang diperoleh

Lebih terperinci

penjelasan mengenai gejala-gejala yang terjadi pada variabel-veriabel penelitian.

penjelasan mengenai gejala-gejala yang terjadi pada variabel-veriabel penelitian. BAB IV ANALISIS DATA Dalam penelitian ini analisis yang digunkan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang dimaksud adalah analisis yang mengacu pada penjelasan mengenai gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mental merupakan hasil skala yang diberikan kepada responden (santri Al

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mental merupakan hasil skala yang diberikan kepada responden (santri Al 1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian Hasil perolehan data intensitas mengikuti dzikir Burdah dan kesehatan mental merupakan hasil skala yang diberikan kepada responden

Lebih terperinci

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Uji Statistik Deskriptif Statistika deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang sudah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari tiga variabel independen yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari tiga variabel independen yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel statistik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 10 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA

BAB 10 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA BAB 10 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA Analisis regresi linier merupakan salah satu jenis metode regresi yang paling banyak digunakan. Regresi linier sederhana terdiri atas satu variabel terikat (dependent)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berfungsi untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN Pengumpulan data penelitian ini di lakukan pada tanggal 18 Mei 2014 sampai tanggal 21 Mei 2014. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 64 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskripsif Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data informasi keuangan berupa laporan audit dan laporan keuangan perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

PERILAKU BIAYA DAN PERENCANAAN BIAYA

PERILAKU BIAYA DAN PERENCANAAN BIAYA PERILAKU BIAYA DAN PERENCANAAN BIAYA A. Perilaku Biaya Yang dimaksud dengan perilaku biaya adalah studi mengnai hubungan fungsional kausal antara Total Biaya yang terjadi dengan Cost driver (Pemicu biaya)

Lebih terperinci

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN 9.1. Pendapatan Perusahaan Hutan Tujuan perusahaan hutan adalah kelestarian hutan. Dalam hal ini dibatasi dalam suatu model unit perusahaan hutan dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang meliputi eksplorasi dan pemilihan data PUP, evaluasi, koreksi dan ekstraksi data PUP dilaksanakan di Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Dividen Per Share, ROE dan Harga Saham Perusahaan Data dividen per share, ROE dan harga saham perusahaan untuk tahun,, dan dapat dilihat pada peragaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Profitabilitas, Kepemilikan Saham Oleh Publik dan Leverage terhadap Pengungkapan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Profitabilitas, Kepemilikan Saham Oleh Publik dan Leverage terhadap Pengungkapan BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini penulis akan melakukan analisis perhitungan Pengaruh Size, Profitabilitas, Kepemilikan Saham Oleh Publik dan Leverage terhadap Pengungkapan Corporate

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan analisa regresi yang tujuannya adalah untuk meramalkan suatu nilai variabel dependen dengan adanya perubahan dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian berdasarkan data-data yang diperoleh, sehingga akan didapat gambaran mengenai hubungan dan pengaruh rasio-rasio

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Berdasarkan nilai pada masing-masing variabel dapat diketahui nilai penelitian seperti nilai minimum, maksimum, mean dan standard deviasi dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. dari masing-masing variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian. menggunakan rasio return on asset (ROA).

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. dari masing-masing variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian. menggunakan rasio return on asset (ROA). BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Pemerintah Provinsi di Indonesia dan periode pengamatan untuk sampel yang di ambil adalah tahun 2011-2014.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data hasil perhitungan data adalah sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data hasil perhitungan data adalah sebagai berikut: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Mentah Variabel Penelitian Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Variabel Penelitian Sebelum analisis data dilakukan untuk membuktikan suatu hipotesis, terlebih dahulu harus mengumpulkan data yang dibutuhkan. Ini untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi objek penelitian ini akan mengkaji perusahaan-perusahaan yang akan menjadi sampel penelitian ini. Objek dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Analisis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Responden dalam dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI DESA PROTO KEDUNGWUNI PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI DESA PROTO KEDUNGWUNI PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI DESA PROTO KEDUNGWUNI PEKALONGAN A. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Pembahasan pada bab ini merupakan hasil

Lebih terperinci

uji F dan koefisien determinasi. Untuk dapat melakukan interprestasi statistik

uji F dan koefisien determinasi. Untuk dapat melakukan interprestasi statistik BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Model persamaan regresi diuji dengan menggunakan alat analisis uji t, uji F dan koefisien determinasi. Untuk dapat melakukan interprestasi statistik terhadap rasio keuangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data yang telah dilakukan. Sebagai alat bantu analisis digunakan software

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data yang telah dilakukan. Sebagai alat bantu analisis digunakan software BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang telah dilakukan. Sebagai alat bantu analisis digunakan software Microsoft

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisi Regressi

Lampiran 1. Hasil Analisi Regressi LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Analisi Regressi BULAN KINERJA KREDIT UMKM (Rp juta) RATA2 SUKU BUNGA KREDIT (%) NPL (%) Jan-09 227.040 14,11 3,98 Feb-09 229.889 14,02 4,25 Mar-09 235.747 13,97 4,47 Apr-09

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Gender Responden CODING GENDER FREQ % 1 PRIA %

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Gender Responden CODING GENDER FREQ % 1 PRIA % BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif 4.1.1 Psikografi Responden a. Gender Responden Tabel 4.1 Gender Responden CODING GENDER FREQ % 1 PRIA 44 88.00% 2 WANITA 6 12.00% TOTAL 50 100.00%

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pengumpulan Data 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bubulan, Dander, Clebung,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, bambang lanang, kualitas tempat tumbuh, model matematik, model sistem simulasi

Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, bambang lanang, kualitas tempat tumbuh, model matematik, model sistem simulasi Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator : Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di Indonesia. Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Mei 2016 terhadap siswa pada mata pelajaran Akidah akhlak di MTsN Kunir

BAB IV HASIL PENELITIAN. Mei 2016 terhadap siswa pada mata pelajaran Akidah akhlak di MTsN Kunir 133 BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) Deskripsi Data; b) Uji Persyratan Analisis; c) Pengujian Hipotesis Penelitian. A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dengan rasio aktivitas, kita dapat mengetahui tingkat persediaan,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dengan rasio aktivitas, kita dapat mengetahui tingkat persediaan, BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisa Deskriptif 1. Deskriptif Statistik Dengan rasio aktivitas, kita dapat mengetahui tingkat persediaan, penjualan serta perputaran aktiva tetap pada suatu perusahaan.

Lebih terperinci

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi.

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi. PERTEMUAN 9-10 PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi. Apa itu parameter? Parameter adalah ukuran-ukuran. Rata-rata penghasilan karyawan di kota binjai adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data Pendapatan Bunga Tabel 4.1 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk Perkembangan Pendapatan Bunga Tahun 2007 2011 (dalam jutaan) Tahun Pendapatan Bunga

Lebih terperinci