TINJAUAN KESULITAN GURU DALAM KEGIATAN LABORATORIUM PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMPN SE-KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN

Transkripsi

1 TINJAUAN KESULITAN GURU DALAM KEGIATAN LABORATORIUM PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMPN SE-KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN Oleh: Haftika Fitri, Mulyati, RRP Megahati S Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT In science education laboratory activities in one of the important activities junior high school, so the implementation of laboratory activities is expected to run well. The various of efforts is repaired to improve skill of teachers through the upgrade and the MGMP activities, this examination to aims to find out difficulties wich is faced by the teachers of science, implementation and result of laboratory in the junior high school Tigo Nagari Pasaman. This research is descriptive the samples in this research were the teachers of science integrated all of distract Tigo Nagari who has done laboratory activities that amounted 10 people (total of sampling). A survey was spreaded to the teachers of science at junior high school in all of distract Tigo Nagari before that it was tested to the teachers of science at 1 Simpati junior high school that ammounted 4 people. The data was processed through descriptive analysis by using a percentase formula. Based on data analysis was found 80,30% about the teachers difficulties in laboratory activities with high category,its mean that the teachers of science at junior high school Tigo Nagari were not realize difficultyes in laboratory activities. Keyword : laboratory activities, teacher activities and science teacher PENDAHULUAN Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) menyatakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran IPA Terpadu menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan mempertimbangkan keselamatan kerja dalam proses pembelajaran IPA Terpadu. Proses pembelajaran IPA Terpadu menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA Terpadu lebih diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta

2 didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pengembangan belajar IPA Terpadu sudah dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai ketingkat SMA yang telah dibagi menjadi beberapa jurusan. Dalam menunjang pengajaran IPA Terpadu di sekolah, maka pengadaan sumber belajar, pengadaan laboratorium, melengkapi media pengajaran dan mempersiapkan guru-guru IPA Terpadu harus dilakukan oleh pemerintah. Selain itu siswa juga harus aktif dalam pembelajaran agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. BSNP (2006) menyatakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diharapkan dalam KTSP mencakup sikap pengetahuan dan keterampilan. Untuk sikap dan keterampilan ini lebih banyak diterapkan melalui kegiatan Laboratorium merupakan suatu tempat atau lembaga tempat peserta didik belajar serta mengadakan percobaan (penyelidikan) dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu IPA Terpadu. Dalam pembelajaran IPA Terpadu kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA Terpadu. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang guru IPA Terpadu di SMPN se-kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman ditemukan bahwa guruguru mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan laboratorium baik dari segi perencanaan, pelaksanaan dan hasil. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan sulitnya kegiatan laboratorium dilaksanakan dengan baik, adalah kesulitan dari segi perencanaan yang meliputi, pengetahuan guru, rumusan indikator materi, penuntun, persiapan alat dan bahan laboratorium, dan alokasi waktu. Kesulitan dari segi pelaksanaan kegiatan yang meliputi pelaksanaan kegiatan dan pembimbingan di Kesulitan dari segi hasil yaitu mengevaluasi kegiatan. Dari kenyataan diatas penulis telah melakukan penelitain tentang kesulitan guru IPA Terpadu dalam kegiatan Oleh karena itu penulis telah melakukan, penulis tuangkan dalam judul, Tinjauan Kesulitan Guru dalam Kegiatan Laboratorium Pada Pembelajaran IPA Terpadu di SMPN Se-Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan yang dialami

3 guru IPA Terpadu dalam kegiatan METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam Penelitian ini adalah semua guru studi IPA Terpadu yang mengajar di SMPN se-kecamtan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu yuang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian angket. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket yang berupa pernyataan tetutup dengan menggunakan skala likert dengan 4 alternatif jawaban yaitu: Selalu (S), Sering (SR), Jarang (JR) dan Tidak Pernah (TP), dengan skala likert ini responden diminta untuk membubuhkan tanda ceklis pada 40 item pernyataan yang telah diujicobakan. Validitasnya dengan rumus product moment merujuk pada Arikunto (2010) yang dipakai antara 0,40 1,00, sedangkan reliabilitas menggunakan rumus Alpha merujuk pada Arikunto (2010) adalah 0,87. Rumus analisis data dengan mencari persentase indicator maka, digunakan rumus dari purwanto (2009). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh jumlah keseluruhan skornya adalah Data tersebut dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian yang tergambar pada butir pernyataan angket penelitian. Berdasarkan rata-rata skor nyang diperoleh, maka tinjauan kesulitan guru IPA Terpadu dalam kegiatan laboratorium diperoleh persentase 80,30% dengan kategori tinggi. Data tersebut juga dapat dalam penelitian ini berupa jawaban angket tinjauan kesulitan guru dalam kegiatan laboratorium pada pembelajaran IPA dilihat pada table dibawah ini.

4 Tabel. Pembahasan kesulitan guru Persentase Tinjauan Kesulitan Guru dalam Kegiatan Laboratorium pada Pembelajaran IPA Terpadu di No Sub variabel Indikator persentase Kategori 1 Perencanaan a. Pengetahuan guru b. Rumusan indikator materi c. Penuntun d. Persiapan alat dan bahan e. Alokasi waktu 2 Pelaksanaan a. Pelaksanaan kegiatan b. Pembimbingan dilaboratorium 71,43 % 76,00 % 71,88 % 69,00 % 62,50 % Rata-rata 70,16 % 80,50 % Tinggi 86,00 % Tinggi Rata-rata 83, 25 % Tinggi 3 Hasil a. Evaluasi 87, 50 % Tinggi SMPN se-kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman Berdasarkan persentase tingkat yang diperoleh dari Tabel terlihat bahwa pada sub variabel perencanaan kegiatan laboratorium berada pada kategori cukup dengan persentase 70,16 %. Hasil ini menunjukkan bahwa guru-guru IPA Terpadu di SMPN se- Kecamatan Tigo Nagari tidak terlalu mengalami kesulitan dalam menyusun perencanaan kegiatan Hal ini disebabkan karena guru-guru IPA di SMPN se-kecamatan Tigo Nagari sudah terbiasa atau sering menyusun perencanaan kegiatan laboratorium diawal tahun, guru sudah memahami setiap langkah-langkah kegiatan, guru-guru mempunyai pengetahuan dalam penggunaan alat dan bahan yang akan dikan dan guruguru berstatus SI dan ada sekitar 5 orang guru yang telah sertifikasi. Menurut Sanjaya (2008) bahwa penyusunan perencanaan guru dituntut untuk memahami kebutuhan dan kondisi daerah setempat, disamping memahami karakter siswa. Melalui pemahaman itu selanjutnya guru mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lapangan dan kebutuhan. Berdasarkan persentase tingkat kesulitan pada Tabel di atas terlihat bahwa pada sub variabel pelaksanaan kegiatan laboratorium berada pada kategori tinggi dengan persentase 83,25 %. Hasil ini menunjukkan bahwa guru-guru IPA Terpadu di SMPN se-kecamatan Tigo Nagari tidak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan Dari hasil pengisian angket oleh guru-guru di SMPN se-kecamtan Tigo Nagari menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium guru tidak mengalami kesulitan. Tetapi dari kenyataan yang penulis temukan sewaktu melakukan observasi guru mengalami kesulitan dalam pelaksanaan hal ini di

5 sebabkan karena guru tidak dibantu asisten sehingga guru kewalahan mengawasi siswa dalam kegiatan Jumlah siswa yang terlalu banyak menyebabkan guru mengalami kesulitan dalam mengontrol siswa sewaktu melakukan kegiatan Berdasarkan nilai skor pada Tabel tinjauan kesulitan guru IPA Terpadu dalam mengevaluasi kegiatan laboratorium berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 87,50 %. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru IPA di SMPN se- Kecamatan Tigo Nagari tidak mengalami kesulitan dalam mengevaluasi kegiatan Menurut Sanjaya (2008) bahwa fungsi evaluasi yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Hasil evaluasi formatif digunakan untuk memperbaiki kinerja guru dan hasil evaluasi sumatif digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa setelah melakukan proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Rineka Cipta : Jakarta Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta Purwanto, Ngalim Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: Rosda Karya. Sanjaya, Wina Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Wirjosoemarto, K. Adisendjaja, Y. H. Supriatno, B. Riandi Teknik Laboratorium. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka, dapat disimpulkan bahwa guru-guru IPA Terpadu tidak mengalami kesulitan dalam perencanaan, pelaksanaan dan hasil dengan kategori tinggi.