HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi sampel meliputi pendidikan terakhir, pekerjaan, domisili, dan status ekonomi (kuintil), yang disajikan dalam Tabel 5. Pendidikan terakhir sampel paling banyak tamat SLTA/MA (29.9%) dan tamat SD/MI (28.1%). Pendidikan terakhir sampel paling sedikit tamat D1/D2/D3 (3.2%) dan tamat PT (5.6%). Jumlah sampel tidak tamat SD/MI sebanyak 14.5%, sedangkan tamat SLTP/MTS sebanyak 18.7%. Sampel dengan golongan usia dewasa muda paling banyak tergolong tamat pendidikan menengah atas (34.6%). Sampel dengan golongan usia yang lebih tua, yaitu dewasa madya, paling banyak hanya mencapai tingkat pendidikan dasar yaitu SD/MI (33.5%). Persentase sampel dewasa muda yang tamat PT lebih sedikit (5.2%) dibandingkan dewasa madya (6.5%). Persentase tamat D1/D2/D3 dan PT sampel lebih sedikit dibandingkan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Jenis pekerjaan sampel paling banyak, yaitu wiraswasta/layan jasa/dagang (33.7%) dan petani/nelayan (26.0%). Pekerjaan sampel paling sedikit yaitu pada kategori lainnya (3.8%) dan tidak bekerja/sekolah (7.5%). Jumlah sampel dengan pekerjaan TNI/PNS/pegawai sebanyak 11.6%, sedangkan buruh sebanyak 17.4%. Sampel dewasa madya paling banyak bekerja sebagai petani atau nelayan, yaitu sebanyak 32.8%, sedangkan dewasa madya yang bekerja sebagai wiraswasta, layan jasa, dan pedagang, yaitu sebanyak 31.0%. Berbeda dengan golongan dewasa madya, dewasa muda lebih banyak bekerja sebagai wiraswasta, layan jasa, dan pedagang, yaitu sebanyak 35.3%, sampel yang bekerja sebagai petani dan nelayan, dengan persentase lebih rendah yaitu 22.1%. Hanya sedikit sampel yang tidak bekerja/sekolah, yaitu 10.3% pada dewasa muda, dan 2.3% pada dewasa madya. Sebanyak 53.0% sampel berdomisili di daerah perkotaan, sedangkan 47.0% sampel tinggal di daerah pedesaan. Status ekonomi sampel dibagi dalam 5 kuintil, yaitu kuintil 1, kuintil 2, kuintil 3, kuintil 4, dan kuintil 5. Sebanyak 19.6% sampel berada pada kategori kuintil 1, 20.6% pada kuintil 2, 20.5% pada kuintil 3, 20.3% pada kuintil 4, dan 19.0 pada kuintil 5.

2 31 Tabel 5 Sebaran sampel pria dewasa menurut karakteristik individu dan kelompok usia Karakteristik Dewasa muda Dewasa madya Total n (%) N (%) n (%) Pendidikan Tidak tamat SD/MI 3650 (10.2) 4446 (22.2) 8096 (14.5) Tamat SD/MI 9027 (25.1) 6713 (33.5) (28.1) Tamat SLTP/MTS 7816 (21.8) 2671 (13.3) (18.7) Tamat SLTA/MA (34.6) 4283 (21.4) (29.9) Tamat D1/D2/D (3.2) 616 (3.1) 1769 (3.2) Tamat PT 1153 (5.2) 1294 (6.5) 3151 (5.6) Pekerjaan Tidak bekerja/sekolah 3712 (10.3) 469 (2.3) 4181 (7.5) TNI/PNS/pegawai 3619 (10.1) 2855 (14.3) 7082 (11.6) Wiraswasta/layan jasa/dagang (35.3) 6199 (31.0) (33.7) Petani/nelayan 7956 (22.1) 6583 (32.8) (26.0) Buruh 6498 (18.1) 3256 (16.3) (17.4) Lainnya 1464 (4.1) 661 (3.3) 2125 (3.8) Domisili Kota (53.9) (51.5) (53.0) Desa (46.1) 9714 (48.5) (47.0) Status Ekonomi Kuintil (19.6) 3918 (19.6) (19.6) Kuintil (20.9) 4040 (20.2) (20.6) Kuintil (20.6) 4076 (20.4) (20.5) Kuintil (20.4) 4044 (20.2) (20.3) Kuintil (18.6) 3945 (19.7) (19.0) Total (64.2) (35.8) (100.0) Tingkat kuintil menggambarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita digunakan sebagai indikator keadaan ekonomi rumah tangga. Tingkat kuintil yang semakin tinggi menandakan keadaan ekonomi rumah tangga yang semakin baik, sebaliknya semakin rendah kuintil maka semakin rendah keadaan ekonomi rumah tangga. Penentuan kuintil dilakukan dengan membagi ke dalam 5 tingkatan dengan persentase sama besar. Persentase kuintil seharusnya masing-masing 20%, namun adanya proses cleaning data membuat persentase masing-masing kuintil berubah menjadi lebih dari 20% dan kurang dari 20%. Persentase lebih rendah ditemukan pada kuintil 5 dan 1, hal ini menggambarkan bahwa proses cleaning terhadap data yang tidak lengkap banyak menghilangkan data sampel pada kuintil 5 dan 1. Artinya data yang tidak lengkap lebih banyak pada sampel dengan keadaan ekonomi rumah tangga pada tingkat paling rendah dan paling tinggi.

3 32 Status Gizi Sebagian besar sampel dewasa muda (73.8%) maupun madya (69.6%) tergolong memiliki status gizi normal. Rata-rata skor IMT dewasa muda sebesar 22.0±3.3, sedangkan dewasa madya 22.7±3.4. Dewasa yang memiliki IMT<18.5 kg/m 2 dapat menjadi indikator adanya defisiensi energi kronik karena kurang makan atau penyakit kronik, sedangkan IMT<17.0 kg/m 2 dapat berdampak pada kemampuan fisik yang berkurang serta memungkinkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit (Barasi 2009). Dewasa muda lebih banyak yang tergolong gemuk, dibandingkan yang tergolong kurus, yaitu 14.9% (gemuk) dan 11.2% (kurus). Sebaran status gizi pada dewasa madya juga menunjukkan persentase sampel dengan status gizi gemuk 22.1%, lebih tinggi dibandingkan status gizi kurus 8.4% (Tabel 6). Hasil uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap status gizi menurut kelompok usia (p<0.01) (Lampiran 4). Tabel 6 Status gizi pria dewasa menurut kelompok usia Status gizi Dewasa muda Dewasa madya Total n (%) n (%) n (%) Kurus 4033 (11.2) 1678 (8.4) 5711 (10.2) Normal (73.8) (69.6) (72.3) Gemuk 5376 (14.9) 4418 (22.1) 9785 (17.5) Rata-rata skor IMT 22.0± ± ±3.3 Kategori status gizi berdasarkan IMT memperhitungkan berat badan dan tinggi badan individu (WHO 2007). Semakin besar perbandingan berat badan terhadap tinggi badan, maka skor IMT semakin besar. Pengukuran menggunakan IMT paling banyak digunakan karena paling sederhana, namun ukuran IMT memiliki kelemahan yaitu hubungan antara kelebihan berat dan deposit lemak mungkin tidak berlaku bagi individu berotot, serta pada lansia yang mengalami pengurangan tinggi badan dapat memberikan hasil pengukuran yang tidak tepat (Barasi 2009). Lampiran 5 menunjukkan bahwa dewasa madya memiliki rata-rata berat badan yang cenderung lebih besar (59.8±10.4 kg) dibandingkan dewasa muda (58.7±9.8 kg). Tinggi badan dewasa madya, sebaliknya lebih rendah (162.2±6.6 cm) dibandingkan dewasa muda (163.4±6.4 cm). Rata-rata berat badan sampel dengan status gizi kurus sebesar 46.7±4.7 kg. Rata-rata berat badan sampel dengan status gizi normal sebesar 57.3±6.3 kg, dan gemuk 73.5±9.3 kg. Tinggi badan pada sampel dengan status gizi kurus,

4 33 normal, dan gemuk masing-masing 163.7±7.3 cm, 162.8±6.2 cm, dan 163.0±7.2 cm. Asupan Air dari Minuman Manusia memenuhi kebutuhan air dari luar tubuh melalui minuman dan makanan. Minuman memiliki kontribusi tertinggi dalam pemenuhan kebutuhan air pada tubuh manusia. Penelitian Fauji (2011) di Indonesia yang dilakukan terhadap 1200 sampel di kota-kota tertentu, menunjukkan persentase konsumsi cairan yang berasal dari makanan dan metabolik pada pria dewasa sebesar 28.1%, sedangkan persentase konsumsi cairan dari minuman pada pria dewasa 71.9%. Tabel 7 Rata-rata asupan air dari minuman (ml/kap/hari) pada pria dewasa menurut sumber dan kelompok usia Kelompok minuman Dewasa muda Dewasa madya Total Air putih 751.0± ± ±437.5 Teh 90.9± ± ±176.1 Kopi 121.5± ± ±204.7 Susu 4.5± ± ± 35.2 Susu kental manis 5.8± ± ± 38.9 Sirup 2.4± ± ± 28.6 Jus 5.6± ± ± 43.0 Minuman berkarbonasi 2.4± ± ± 28.3 Lain-lain 5.6± ± ± 44.4 Total 989.8± ± ±467.6 Asupan air dari minuman pada pria dewasa didapatkan dari konsumsi air putih dan air minuman lainnya, atau air minum yang berasa dan berwarna. Asupan utama air dari minuman berasal dari air putih. Rata-rata konsumsi air putih pada dewasa muda sebanyak 751.0±437.5 ml per hari, sedangkan dewasa madya sebanyak 744.6±437.4 ml per hari. Asupan air, selain didapatkan dari air putih, juga didapatkan dari asupan air selain air putih. Rata-rata konsumsi minuman selain air putih paling tinggi didapat dari konsumsi minuman kopi dan teh. Asupan air dari minuman kopi sebanyak 121.5±196.9 ml pada dewasa muda, dan sebanyak 152.3±216.7 ml pada dewasa madya. Asupan air dari minuman teh pada dewasa muda sebanyak 90.9±164.8 ml, sedangkan pada dewasa madya sebanyak 100.9±194.8 ml. Hasil studi di Singapura juga menunjukkan bahwa teh dan kopi merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi (32%) setelah air putih (AFIC 1998). Rata-rata konsumsi minuman paling rendah didapat dari konsumsi

5 34 minuman berkarbonasi dan sirup. Asupan air dari minuman berkarbonasi pada dewasa muda sebanyak 2.4±31.9 ml, dan sebanyak 1.1±20.1 ml pada dewasa madya. Asupan air dari minuman sirup pada dewasa muda sebanyak 2.4±31.4 ml, dan sebanyak 1.1±22.8 ml pada dewasa madya. Rata-rata total asupan air sebesar 989.8±466.1 ml pada dewasa muda, dan ±469.7 ml pada dewasa madya (Tabel 7). Asupan Air dari Makanan Rata-rata asupan air dari makanan paling banyak dari kelompok serealia, umbi, dan hasil olahannya, yaitu sebanyak 330.0±129.8 ml pada dewasa muda, dan 330.7±128.7 ml pada dewasa madya. Kelompok sayur dan hasil olahannya menyumbangkan rata-rata asupan air sebanyak 129.5±215.7 ml pada dewasa muda, dan 140.8±215.9 ml pada dewasa madya (Tabel 8). Makanan pokok Indonesia, yang umumnya berupa nasi menyumbangkan 46% asupan air, sedangkan buah dan sayur menyumbangkan 30% asupan air (Hardinsyah et al. (2010). Tabel 8 Rata-rata asupan air dari makanan (ml) pada pria dewasa menurut sumber dan kelompok usia Kelompok makanan Dewasa muda Dewasa madya Total Serealia, umbi, dan hasil 330.0± ± ±129.4 olahannya Kacang-kacangan, biji-bijian, 34.0± ± ± 67.3 dan hasil olahannya Daging dan hasil olahannya 9.2± ± ± 26.4 Telur dan hasil olahannya 13.1± ± ± 24.2 Ikan, kerang, udang, dan hasil 37.7± ± ± 80.0 olahannya Sayur dan hasil olahannya 129.5± ± ±215.8 Buah-buahan 14.1± ± ± 45.0 Olahan susu 0.0± ± ± 0.0 Lemak dan minyak 0.0± ± ± 0.1 Serba-serbi 4.5± ± ± 13.6 Makanan jajanan 13.3± ± ± 43.7 Total 585.3± ± ±277.9 Urutan asupan terbanyak air dari makanan menurut sumbernya setelah air dari serealia, umbi, dan hasil olahannya, serta sayur dan hasil olahannya adalah ikan, kerang, udang, dan hasil olahannya (38.1±80.0 ml); kacangkacangan, biji-bijian dan hasil olahannya (35.3±67.3 ml); buah-buahan (15.5±45.0 ml); telur dan hasil olahannya (12.2±24.2 ml); makanan jajanan (11.3±43.7 ml), daging dan hasil olahannya (9.2±26.4 ml); serba-serbi (4.6±13.6

6 35 ml). Asupan air dari makanan paling sedikit berasal dari lemak dan minyak serta olahan susu. Rata-rata total asupan air dari makanan sebanyak 585.3±277.9 ml pada dewasa muda, dan 598.0±277.6 ml pada dewasa madya (Tabel 8). Jumlah asupan air dari makanan dipengaruhi oleh pola konsumsi makan. Pola konsumsi makan yang didominasi makanan lembek atau cair, sayur dan buah yang tinggi kandungan airnya akan menyumbangkan asupan air dari makanan yang tinggi pula. Sebaliknya, pola konsumsi yang didominasi makanan yang rendah kandungan airnya seperti serealia, tepung, dan daging yang kering, maka sumbangan asupan air dari makanan juga akan rendah (Sherwood 1998 dalam Santoso et al 2011). Asupan Air Metabolik Makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia, selanjutnya akan dimetabolisme. Selain menghasilkan energi, asupan zat gizi makro tersebut juga menghasilkan air, yang disebut air metabolik. Metabolisme zat gizi pangan yang dikonsumsi, selain menghasilkan energi berupa ATP, juga menghasilkan air. Menurut Verdu (2009), air metabolik dalam tubuh didapatkan dari metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Tabel 9 menunjukkan rata-rata asupan protein sampel sebanyak 47.5±21.9 g, lemak sebanyak 40.3±28.5 g, dan karbohidrat sebanyak 218.8±78.6 g. Asupan protein, karbohidrat, dan lemak tersebut menyumbangkan rata-rata ±495.0 Kal energi. Tabel 9 Rata-rata asupan zat gizi makro, energi, dan air metabolik per kapita per hari pada pria dewasa menurut kelompok usia Zat gizi Dewasa muda Dewasa madya Total Protein (g) 47.6± ± ± 21.9 Lemak (g) 40.5± ± ± 28.5 Karbohidrat (g) 218.1± ± ± 78.6 Energi (Kal) ± ± ±495.0 Air metabolik (ml) 182.3± ± ± 63.0 Air metabolik dihasilkan dari metabolisme zat gizi makro, sehingga asupan air metabolik berkaitan dengan asupan zat gizi makro. Semakin rendah asupan zat gizi makro, maka semakin rendah pula asupan air metaboliknya. Tabel 9 memperlihatkan rata-rata asupan air metabolik pada dewasa muda sebanyak 182.3±63.5 ml, dan pada dewasa madya sebanyak 182.5±62.1 ml. Air metabolik menyumbangkan ml asupan air bagi tubuh (Whitney & Rolfes 2008)

7 36 Total Asupan Air Berdasarkan uji beda t (Lampiran 4) terdapat perbedaan antara total asupan air kelompok dewasa muda dan dewasa madya (p<0.05). Rata-rata total asupan air pada dewasa muda yaitu ±589.9 ml lebih rendah dibandingkan rata-rata total asupan air pada dewasa madya ±586.7 ml. Asupan air utama keseluruhan sampel didapatkan dari minuman yaitu sebanyak 55.0±13.5% dari total asupan air, sementara masing-masing asupan air dari makanan dan metabolik sebanyak 34.2±11.4% dan 10.8±3.5% (Tabel 10). Tabel 10 Asupan air pada pria dewasa ml per kapita per hari (%) menurut sumber dan kelompok usia Sumber asupan Dewasa muda Dewasa madya Total Air dari minuman 989.8± ± ±467.6 (54.9±13.5) (55.2±13.5) (55.0±13.5) Air dari makanan 585.3± ± ±277.9 (34.2±11.4) (34.1±11.4) (34.2±11.4) Air metabolik 182.3± ± ±63.0 (10.9±3.5) (10.1±3.4) (10.8±3.5) Total ± ± ±589.1 Persentase asupan air dari minuman terhadap total asupan air lebih rendah dbandingkan penelitian lain. IOM (2005) dalam Santoso et al. (2011), asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 35% berasal dari makanan dan 65% dari minuman. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Fauji (2011) menyatakan bahwa kontribusi asupan cairan dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air yaitu sebesar 72% pada keseluruhan sampel, sedangkan rata-rata konsumsi air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 28%. Persentase asupan air dari minuman terhadap total asupan air lebih rendah dibandingkan dengan penelitian lainnya diduga disebabkan oleh food recall 1x24 jam yang dilakukan oleh tim pengumpul data Riskesdas 2010, hanya fokus kepada makanan yang dikonsumsi oleh sampel. Recall terhadap konsumsi air putih dan air dari minuman lainnya tidak dilakukan wawancara secara detail dan mendalam.

8 37 air makanan air minuman air metabolik total air 2000 Asupan air (ml) y = x R² = y = x R² = y = x R² = y = x R² = Usia (tahun) Gambar 4 Grafik asupan air pada pria dewasa ml per kapita per hari menurut sumber dan kelompok usia Estimasi Asupan Air Tabel 11 menunjukkan perhitungan estimasi dengan menggunakan pendekatan konsumsi makanan. Rata-rata estimasi asupan air dari minuman sebesar ±739.4 ml pada dewasa muda, dan ±737.3 ml pada dewasa madya, sehingga didapatkan rata-rata total asupan air sebesar ± ml pada dewasa muda, dan ± ml pada dewasa madya. Tabel 11 Estimasi asupan air (ml) pada pria dewasa berdasarkan pendekatan konsumsi makanan Sumber asupan air Dewasa muda Dewasa madya Total Air dari makanan dan 767.6± ± ± metabolik Air minum estimasi ± ± ± Total ± ± ± Estimasi total asupan air lebih besar jumlahnya jika dibandingkan dengan total asupan air yang diperoleh dari data Riskesdas Lebih rendahnya total asupan air berdasarkan data Riskesdas 2010 diduga karena fokus penelitian

9 38 Riskesdas yang tidak ditujukan untuk menganalisis asupan minuman, sehingga data konsumsi minuman menjadi tidak lengkap. Estimasi asupan air adalah perkiraan asupan air dengan memperhitungkan jumlah air dari makanan dan metabolik. Persentase ini digunakan setelah dilakukan estimasi dan uji regresi berdasarkan penelitian IOM (2005) dalam Santoso et al. (2011) dan Fauji (2011). Penelitian IOM (2005) dilakukan pada sampel di Amerika dengan pola konsumsi yang berbeda dengan penduduk Indonesia pada umumnya, sedangkan studi yang dilakukan Fauji (2011) hanya mencakup daerah perkotaan dengan sampel 1200 orang, sehingga persentase kontribusi asupan airnya tidak dapat diimplikasikan pada skala nasional. Kontribusi total asupan air pada penelitian ini ditentukan oleh peneliti dengan estimasi asupan air dari makanan dan proses metabolisme sebesar 30% dari asupan air secara keseluruhan, atau dengan kata lain asupan air dari minuman sebesar 70% dari total asupan air. Kebutuhan dan Tingkat Kecukupan Air Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan air sampel dewasa muda sebesar ±417.2 ml, sedangkan kebutuhan air dewasa madya ratarata sebesar ±399.5 ml. Tubuh membutuhkan air karena air adalah salah satu zat gizi esensial. Tanpa makanan, tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu, namun tidak dapat bertahan lebih dari 10 hari tanpa air (Barasi 2009). Air merupakan komponen utama pada tubuh manusia. Kandungan air dalam tubuh pria usia tahun sebanyak 61% dan pada usia sebanyak 55% (UPK-PKB 2007). Tingginya komposisi air dalam tubuh manusia menyebabkan cairan harus dikonsumsi setiap harinya untuk menjaga asupan tubuh dan mengganti cairan yang keluar dari tubuh berupa urin, keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja (Brown 2000 & Irianto 2007). Kebutuhan air dipengaruhi oleh usia, berat badan, asupan energi, dan luas permukaan tubuh (Praboprastowo & Dwiriani 2004). Kebutuhan air yang berasal dari total asupan air dari makanan, minuman dan air metabolik pada pria dewasa adalah sebesar 1.3 ml/kal (Manz & Wentz 2005). Tingkat kecukupan air menggambarkan seberapa besar konsumsi air mampu memenuhi kebutuhan individu akan air. Semakin besar tingkat kecukupannya berarti semakin terpenuhi kebutuhannya. Tabel 12 menunjukkan, tingkat kecukupan air dewasa muda berdasarkan perhitungan data konsumsi Riskesdas 2010 hanya mencapai 52.9±19.0 ml, sedangkan tingkat kecukupan

10 39 air pada dewasa madya hanya sedikit lebih tinggi (p<0.01), yaitu sebesar 56.8± 20.0 ml. Tabel 12 Tingkat kecukupan air pada pria dewasa menurut kelompok usia Dewasa muda Dewasa madya Total Asupan air data Riskesdas (ml) Asupan air estimasi (ml) ± ± ± ± ± ± Kebutuhan air (ml) ± ± ± Tingkat kecukupan air 52.9± ± ±19.4 Riskesdas (%) Tingkat kecukupan air estimasi (%) 77.0± ± ±33.6 Tingkat kecukupan air dengan estimasi pendekatan konsumsi makanan menunjukkan persentase yang lebih baik, meskipun belum mencapai 100%. Tingkat kecukupan air dewasa muda berdasarkan estimasi sebesar 77.0±32.9 ml, dan dewasa madya sebesar 82.1±34.5 ml. Tingkat kecukupan air yang tidak memenuhi kebutuhan dapat menimbulkan ketidakseimbangan cairan. Dehidrasi merupakan pertanda adanya keseimbangan negatif pada cairan tubuh atau menurunnya kandungan air tubuh hingga 2-6% (Messwati 2009). Gavin (2006) serta Mann dan Stewart (2007) menyatakan bahwa dehidrasi disebabkan meningkatnya cairan tubuh yang hilang melalui ginjal dan pencernaan, berkurangnya asupan air, atau gabungan keduanya. Penelitian THIRST (2009) menunjukkan jumlah remaja yang mengalami dehidrasi ringan lebih tinggi, yakni 49.5% dibandingkan dewasa 42.5%. Masalah ini terjadi akibat rendahnya pengetahuan sampel mengenai air minum (Hardinsyah et al. 2010). Rasa haus adalah sinyal untuk mengonsumsi cairan tambahan. Rasa haus dipicu oleh menurunnya volume cairan tubuh, yang merupakan pertanda telah terjadi dehidrasi (Barasi 2009). Rasa haus tersebut harus segera direspon dengan meminum air dalam jumlah yang cukup, jika tidak keadaannya akan kian memburuk. Bertambahnya usia seseorang akan melemahkan respon terhadap rasa haus ini, akibatnya terjadi rasa lemah, lemas, letih, hilang kesadaran, bahkan kematian (Whitney & Rolfes 2008). Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro Makanan dan minuman yang dikonsumsi selain berkontribusi dalam menyumbangkan asupan air bagi tubuh, juga menyumbangkan energi, zat gizi makro, dan mikro (vitamin dan mineral). Tabel 13 menunjukkan asupan energi, protein, dan lemak dewasa muda berturut-turut sebesar ±499.4 Kal,

11 ±22.0 g, dan 40.5±28.8 g. Asupan tersebut lebih rendah pada dewasa madya, yaitu berturut-turut sebesar ±487.1 Kal (energi), 47.2±21.8 g (protein), dan 39.8±28.1 g (lemak). Total asupan karbohidrat dan air sebaliknya lebih rendah pada dewasa muda, yaitu karbohidrat (218.1±79.1 g), dan air (1757.5±589.9 ml), sedangkan pada dewasa madya karbohidrat (220.1±77.7 g), dan air (1797.5±586.7 ml). Asupan zat gizi mikro terdiri dari asupan vitamin dan mineral. Asupan vitamin A sebesar 492.2±659.5 RE pada dewasa muda, dan sebesar 505.1±661.8 RE pada dewasa madya. Vitamin A memiliki banyak peran penting dalam tubuh, diantaranya dalam penglihatan, diferensiasi sel, kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, serta pencegahan kanker dan penyakit jantung (Almatsier 2009). Tabel 13 Asupan zat gizi per kapita per hari pada pria dewasa menurut kelompok usia Asupan zat gizi Zat gizi makro Dewasa muda Dewasa madya Total Energi (Kal) ± ± ±495.0 Protein (g) 47.6± ± ± 21.9 Lemak (g) 40.5± ± ± 28.5 Karbohidrat (g) 218.1± ± ± 78.6 Air (ml) ± ± ±589.1 Vitamin Vitamin A (RE) 492.2± ± ±660.4 Vitamin B1/Tiamin (mg) 0.5± ± ± 0.3 Vitamin B2/Riboflavin (mg) 0.6± ± ± 0.4 Vitamin B3/Niasin (mg) 9.4± ± ± 5.6 Asam Folat (µg) 126.4± ± ±112.9 Vitamin B6/Piridoksin (mg) 0.9± ± ± 0.6 Vitamin B12 (µg) 2.1± ± ± 1.9 Vitamin C (mg) 25.5± ± ± 41.3 Mineral Kalsium (mg) 248.9± ± ±282.0 Fosfor (mg) 692.8± ± ±309.0 Besi (mg) 7.8± ± ± 11.3 Asupan vitamin B1 (tiamin) sebesar 0.5±0.3 mg pada dewasa muda dan dewasa madya. Angka kebutuhan tiamin didasarkan pada kebutuhan energi, karena peran pentingnya dalam metabolisme karbohidrat. Asupan riboflavin sebesar 0.6±0.4 mg pada dewasa muda dan 0.5±0.3 mg pada dewasa madya.

12 41 Asupan niasin sebesar 9.4±5.7 mg pada dewasa muda dan 9.6±5.5 mg pada dewasa madya. Asupan asam folat sebesar 126.4±111.9 µg pada dewasa muda dan 130.5±114.7 µg pada dewasa madya. Asupan piridoksin sebesar 0.9±0.6 mg pada dewasa muda dan 0.6±1.0 mg pada dewasa madya. Asupan vitamin B12 sebesar 2.1±1.9 µg pada dewasa muda dan 2.0±1.9 µg pada dewasa madya, sedangkan Asupan vitamin C sebesar 25.5±40.0 mg pada dewasa muda dan 28.4±43.5 mg pada dewasa madya. Asupan kalsium pada dewasa muda (248.9±287.4 mg) sedikit lebih rendah dibandingkan asupan dewasa madya (256.5±272.1 mg). Asupan fosfor dewasa muda (692.8±310.1 mg) sebaliknya sedikit lebih tinggi dibandingkan asupan dewasa madya (687.4±307.1 mg). Asupan besi dewasa muda sebesar 7.8±11.2 mg, sedangkan dewasa madya sebesar 8.1±11.5 mg. Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makro dan Mikro Setiap individu memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda-beda, sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, kondisi fisiologis, juga aktivitas. Zat gizi yang dikonsumsi individu dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kecukupan zat gizi. Semakin besar tingkat kecukupan gizi maka semakin besar kebutuhan zat gizi terpenuhi. Berdasarkan Tabel 14, rata-rata tingkat kecukupan protein dewasa muda sebesar 113.8±54.0%, sedangkan dewasa madya sebesar 110.9±52.9%. Persentase tersebut menunjukkan kebutuhan protein harian rata-rata sampel sudah terpenuhi. Asupan protein yang tinggi tidak menjamin kualitas protein yang baik. Kualitas protein suatu bahan pangan dapat dilihat dari komposisi asam amino esensial yang dikandungnya. Protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan adalah protein yang memiliki nilai biologi tinggi. Protein hewani, kecuali gelatin, merupakan protein yang memiliki nilai biologi tinggi. Sebagian protein mengandung asam amino esensial dalam jumlah terbatas, yang cukup untuk perbaikan jaringan tubuh, namun tidak mencukupi untuk pertumbuhan. Asam amino yang terdapat dalam jumlah terbatas disebut asam amino pembatas. Metionin adalah asam amino pembatas pada kacang-kacangan, sedangkan lisin adalah asam amino pembatas pada beras (Gibney et al. 2002).

13 42 Tabel 14 Tingkat kecukupan zat gizi per kapita per hari pada pria dewasa menurut kelompok usia Asupan zat gizi Zat gizi makro Dewasa muda Dewasa madya Total % % % Energi 51.1± ± ± 19.3 Protein 113.8± ± ± 53.6 Lemak 65.3± ± ± 48.2 Karbohidrat 42.0± ± ± 16.4 Air 52.9± ± ± 19.4 Vitamin Vitamin A 82.0± ± ±110.1 Vitamin B1/Tiamin 38.0± ± ± 23.7 Vitamin B2/Riboflavin 43.1± ± ± 28.2 Vitamin B3/Niasin 59.0± ± ± 35.0 Asam Folat 31.6± ± ± 28.2 Vitamin B6/Piridoksin 62.7± ± ± 38.6 Vitamin B ± ± ± 78.8 Vitamin C 28.4± ± ± 45.9 Mineral Kalsium 31.1± ± ± 35.3 Fosfor 115.5± ± ± 51.5 Besi 60.1± ± ± 86.9 Asupan protein sampel paling banyak didapatkan dari sumber protein nabati. Sampel paling banyak mengonsumsi sumber protein nabati berupa tempe goreng (33.3%) dan tahu goreng (18.8%), sedangkan sampel yang mengonsumsi protein hewani seperti ayam goreng dan telur dadar masingmasing hanya 11.0% dan 10.9% (Lampiran 8). Proporsi sumber asupan protein berbeda tergantung keadaan geografis, kondisi sosial ekonomi, serta faktor budaya. Di negara maju, protein hewani menyumbangkan 60-70% total asupan protein, sedangkan di negara berkembang, sekitar 60-80% asupan protein berasal dari protein nabati, yang didominasi asupan serealia (Gibney et al 2002). Menurut Hardinsyah et al. (2001) dalam Hardinsyah dan Tambunan (2004) kontribusi energi dari protein hewani di Indonesia terhadap total energi relatif rendah, hanya sebesar 4%. Tingkat kecukupan lemak dewasa muda sebesar 65.3±47.7 dan dewasa madya sebesar 67.4±49.1%. Asupan lemak banyak didapatkan dari makanan yang diolah dengan cara digoreng menggunakan minyak. Berdasarkan Lampiran 8, kelompok pangan kacang-kacangan, biji-bijian, dan olahannya paling banyak

14 43 dikonsumsi adalah tempe goreng (33.3%) dan tahu goreng (18.8%). Kelompok pangan daging, unggas, dan olahannya, telur dan olahannya serta ikan, hasil perikanan, dan olahannya juga paling banyak dikonsumsi dalam bentuk digoreng, seperti ayam goreng (11.0%), telur dadar (10.9%), ikan goreng (10.9%). Konsumsi buah-buahan dan olahannya pun paling banyak dalam bentuk pisang goreng (7.7%) Tingkat kecukupan karbohidrat masih rendah, pada dewasa muda hanya sebesar 42.0±16.1% sedangkan dewasa madya sebesar 44.7±16.7%. Asupan karbohidrat dari serealia, umbi-umbian, dan hasil olahannya paling banyak didapatkan dari nasi putih. Sebanyak 97.0% sampel mengonsumsi nasi putih, namun rata-rata asupan hanya sebanyak 221.4±77 g per hari. Zat gizi makro berperan dalam menghasilkan energi dari proses metabolisme. Tingkat kecukupan zat gizi makro yang rendah berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi. Zat gizi makro memiliki peran penting sebagai penghasil energi bagi tubuh. Lemak merupakan penyumbang energi terbesar yaitu sebanyak 9 Kal/g atau 2.5 kali lebih banyak dibandingkan jumlah energi yang dihasilkan karbohidrat dan lemak (Almatsier 2009). Hasil studi di Inggris menunjukkan bahwa kelompok pangan serealia dan produk olahannya merupakan penyumbang energi utama pada diet (Barasi 2009). Rata-rata tingkat kecukupan energi dewasa muda sebesar 51.1±19.1%, dewasa madya sebesar 53.5±19.7% artinya rata-rata sampel hanya memenuhi setengah dari kebutuhan tubuhnya akan energi. Zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Vitamin merupakan zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar tubuh dapat berfungsi normal. Vitamin dikelompokkan menjadi vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C). Tingkat kecukupan vitamin sampel rata-rata berada di bawah 100% kebutuhan. Tingkat kecukupan paling tinggi didapat dari vitamin B12 yang mencapai 85.3±78.8% pada dewasa muda, dan 83.1±78.6% pada dewasa madya. Menurut Gibney et al. (2002) defisiensi vitamin B12 biasanya ditemukan hanya pada vegan, karena vitamin ini didapatkan dari pangan hewani. Tingkat kecukupan vitamin A dewasa muda sebesar 82.0±109.9%, dan sedikit lebih tinggi pada dewasa madya, yaitu sebesar 84.2±110.3%. Pangan hewani, terutama hati merupakan sumber vitamin A yang tinggi dalam bentuk retinol (Muhilal & Sulaeman 2004).

15 44 Tingkat kecukupan tiamin dewasa muda hanya mencapai 38.0±23.7% sedangkan dewasa madya hanya mencapai 39.8±23.6%. Defisiensi tiamin dapat terjadi karena kurangnya konsumsi makanan, yang biasanya disertai kekurangan konsumsi energi. Defisiensi tiamin dapat menimbulkan penyakit yang mempengaruhi sistem saraf dan jantung. Penyakit tersebut dalam keadaan berat disebut beri-beri (Almatsier 2009). Tingkat kecukupan riboflavin dewasa muda hanya mencapai 43.1±28.8% dan dewasa madya 41.6±27.1%. Defisiensi vitamin B2 (riboflavin) adalah masalah kesehatan masyarakat yang cukup signifikan di banyak tempat di dunia (Gibney et al. 2002). Menurut Setiawan dan Rahayuningsih (2004) susu dan produk olahannya merupakan sumber penting, yang menyediakan 25% atau lebih dari total asupan riboflavin dari diet. Pangan lain yang kaya akan riboflavin adalah telur, daging, dan ikan. Tingkat kecukupan niasin sedikit lebih tinggi, yaitu 59.0±35.3% pada dewasa muda, dan 60.3±34.5% pada dewasa madya. Kecukupan niasin yang sedikit lebih tinggi diduga karena niasin dapat disintesis di dalam tubuh dari asam amino tryptophan (Gibney et al. 2002). Sumber niasin di dalam bahan pangan adalah produk whole grain, roti, susu, telur, daging, dan sayuran berwarna (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Tingkat kecukupan asam folat hanya mencapai 31.6±28.0% pada dewasa muda, dan 32.6±28.7% pada dewasa madya. Defisiensi asam folat berkaitan dengan anemia megaloblastik (Gibney et al. (2002). Tingkat kecukupan vitamin B6 (piridoksin) dewasa muda sebesar 62.7±38.1% dan dewasa madya sebesar 63.0±39.4%. Piridoksin banyak ditemukan di dalam khamir, hati, ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacangan, kentang, dan pisang. Defisiensi piridoksin menimbulkan gejala yang berkaitan dengan gangguan metabolisme protein. Tingkat kecukupan vitamin C paling rendah dibandingkan vitamin lainnya, hanya mencapai 28.4±44.4% pada dewasa muda, dan 31.5±48.3% pada dewasa madya. Tingkat kecukupan yang rendah disebabkan asupan buah-buahan dan sayuran yang rendah (Lampiran 8), padahal buah dan sayuran segar adalah sumber utama vitamin C (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Tingkat kecukupan mineral kalsium dan besi belum mencapai 100% kebutuhan. Tingkat kecukupan kalsium dewasa muda dan madya masing-masing hanya sebesar 31.1±35.9% dan 32.1±34.0%. Tingkat kecukupanhan besi

16 45 dewasa muda dan madya lebih tinggi (60.1±85.9% dan 62.1±88.7%), namun tingkat pemenuhan ini belum dapat dikategorikan baik. Tingkat kecukupan mineral fosfor dewasa muda dan madya melebihi kebutuhan, yaitu 115.5±51.7% dan 114.6±51.2%. Fosfor dapat ditemukan pada hampir semua bahan pangan, baik hewani maupun nabati, sehingga hipofosfatemia, atau defisiensi fosfor jarang terjadi. Asupan fosfor yang berlebih (hiperfosfatemia) dapat mempengaruhi penyerapan besi, tembaga, dan seng. Kelebihan fosfor jarang terjadi karena kelebihannya dikeluarkan melalui urin (Soekatri & Kartono 2004). Tingkat kecukupan zat gizi mikro sampel kecuali fosfor secara keseluruhan belum mencapai 100% kebutuhan. Zat gizi memiliki peran penting dalam metabolisme tubuh. Asupan zat gizi yang tidak mencukupi kebutuhan dapat mengakibatkan defisiensi atau penyakit kurang gizi. Asupan zat gizi yang kurang dapat menganggu fungsi sistem imun dan kemampuan respon tubuh (Barasi 2009), bahkan dalam keadaan ekstrim menyebabkan penyakit dan kematian. Defisiensi tiamin, misalnya dapat mempengaruhi otak dan sistem saraf yang dapat mengakibatkan perubahan pada susunan saraf pusat, sementara defisiensi niasin dapat menimbulkan pellagra, dengan gejala dermatitis, diare, dan demensia. Mutu Gizi Asupan Pangan Mutu gizi asupan pangan (MGP) memberikan gambaran mutu gizi dari pangan yang dikonsumsi. Semakin tinggi skor MGP, maka semakin baik mutu gizi pangan yang dikonsumsi. Berdasarkan uji beda t terdapat perbedaan antara MGP kelompok dewasa muda dan dewasa madya (p<0.05). Rata-rata skor MGP sampel secara keseluruhan sebesar 55.8±14.0. Skor MGP kelompok usia madya sedikit lebih tinggi (56.4±14.0) dibandingkan dengan kelompok usia muda (55.4±13.9). Rata-rata sampel masih memiliki skor MGP dengan kategori sangat kurang. Berdasarkan kategorinya, sampel paling banyak memiliki skor MGP pada kategori sangat kurang, yaitu 50.3% pada kelompok dewasa muda, dan 47.9% pada kelompok dewasa madya. Dewasa muda dengan kategori skor MGP kurang sebanyak 34.3%, sedangkan dewasa madya sebanyak 34.8%. Selebihnya 12.8% dewasa muda dan 14.0% dewasa madya masuk dalam kategori cukup, serta hanya 2.6% dewasa muda dan 3.2% dewasa madya dalam kategori baik (Tabel 15).

17 46 Tabel 15 Skor mutu gizi asupan pangan (MGP) pada pria dewasa menurut kelompok umur Skor MGP >84 (baik) (cukup) (kurang) Dewasa muda Dewasa madya Total N (%) n (%) n (%) 934 (2.6) 640 (3.2) 1574 (2.8) 4598 (12.8) 2811 (14.0) 7409 (13.2) (34.3) 6977 (34.8) (34.5) <55 (sangat kurang) (50.3) 9595 (47.9) (49.4) Rata-rata ±SD 55.4± ± ±14.0 Skor MGP yang rendah dapat disebabkan kurangnya asupan zat gizi sampel yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi sampel yang ditandai oleh rendahnya tingkat kecukupan zat gizi. Asupan zat gizi sampel tergolong defisit, kecuali asupan protein dan fosfor. Skor MGP yang rendah juga disebabkan asupan pangan yang kurang beragam. Jenis pangan yang paling banyak dikonsumsi sampel berasal dari golongan serealia, yaitu nasi (97.0%), kacang-kacangan berupa tempe goreng (33.3%) serta ikan goreng (17.7%). Konsumsi buah-buahan paling tinggi hanya sebesar 7.7% yang didapatkan dari pisang goreng, sedangkan konsumsi sayuran paling tinggi didapatkan dari sayur bayam (9.7%) Skor MGP y = x R² = Usia (tahun) Gambar 5 Mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa menurut usia Skor MGP digunakan untuk menentukan apakah makanan yang dikonsumsi bergizi atau tidak berdasarkan kandungan zat gizi makanan berkaitan dengan kebutuhan bagi tubuh (Hardinsyah & Atmojo 2001). Semakin rendah skor MGP, menandakan semakin banyak zat gizi yang tidak terpenuhi. Banyaknya zat

18 47 gizi yang tidak terpenuhi dapat mengakibatkan defisiensi. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap MGP menurut jenis kelamin dan kelompok usia (p<0.01). Semakin bertambahnya usia, rata-rata MGP sampel semakin meningkat (Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan zat gizi sampel dewasa madya lebih dapat terpenuhi dibandingkan dewasa muda. Hubungan Antar Variabel Hasil uji korelasi Rank Spearman, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan total asupan air (p<0.01), artinya terdapat kecenderungan semakin tinggi pendidikan maka semakin besar pula total asupan airnya. Hasil uji korelasi Rank Spearman, juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status ekonomi (kuintil) dengan total asupan air (p<0.01), artinya terdapat kecenderungan semakin tinggi status ekonomi (kuintil) maka total asupan air nya juga semakin tinggi. Tabel 16 Hubungan antar variabel Karakteristik Asupan air MGP Pendidikan Koefisien korelasi 0.019** 0.148** Signifikan (2-tailed) Status ekonomi Koefisien korelasi 0.095** 0.200** Signifikan (2-tailed) Hasil korelasi uji Rank Spearman, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir dengan MGP (p<0.01), artinya terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan maka MGP akan semakin baik. Hasil uji korelasi Rank Spearman, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status ekonomi (kuintil) dengan MGP (p<0.01), artinya terdapat kecenderungan semakin tinggi status ekonomi (kuintil) maka MGP juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan air sampel di daerah perkotaan dan perdesaan (p=0.011). Hasil uji beda t juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara MGP sampel di daerah perkotaan dan perdesaan (p=0.000). Implikasi pada Riskesdas dan Program Mendatang Riskesdas merupakan riset pertama yang mengukur asupan pangan berskala nasional di Indonesia, namun suatu penelitian tidak akan terlepas dari kendala-kendala yang ditemui baik pada pengumpulan data, data yang diperoleh dan digunakan, maupun dalam pengolahan data yang berimplikasi menjadi

19 48 kelemahan dari suatu penelitian. Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder yang telah dikumpulkan oleh tim Riskesdas Kendala-kendala yang dihadapi Riskesdas dalam pengumpulan data ini berupa kesulitan memperoleh tenaga profesional untuk kabupaten/kota yang aksesnya sulit dijangkau seperti kabupaten/kota yang berada di provinsi papua, sampel tidak seluruhnya dapat diwawancara karena tidak berada di tempat, dan blok sensus yang tidak terjangkau karena keterbatasan akses transportasi. Kekuatan dari penelitian ini dan kekuatan dari pengumpulan data konsumsi pangan oleh tim Riskesdas adalah 1) pengumpulan data konsumsi Riskesdas sudah dilakukan pada setiap anggota rumah tangga, dan 2) perhitungan asupan air dan mutu gizi asupan pangan dilakukan pada setiap sampel. Kelemahan dari penelitian ini dan kelemahan dari pengumpulan data konsumsi pangan oleh tim Riskesdas 2010 adalah 1) data yang tidak lengkap pada beberapa sampel, seperti; data berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan, 2) tidak adanya pemisahan kuesioner makanan dan minuman, 3) beberapa data berat bahan pangan (gram atau ml) yang tidak logis, sehingga berimplikasi pada kandungan zat gizi dari bahan makanan yang cenderung terlalu tinggi atau terlalu rendah, 4) tenaga pengumpul data konsumsi pangan tidak seluruhnya dilakukan oleh tenaga profesional dalam bidang gizi, 5) tidak adanya data mengenai faktor aktivitas sampel. Sebelum data diterima oleh peneliti, Riskesdas telah melakukan proses manajemen data berupa receiving batching, edit, entri, penggabungan data, cleaning, dan imputasi. Meskipun imputasi telah dilakukan guna penanganan data-data missing dan outlier, namun masih terdapat data yang tidak lengkap seperti pada berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan. Riskesdas 2010 tidak memisahkan kuesioner recall 1x24 jam antara makanan dan minuman, sehingga wawancara terhadap minuman yang dikonsumsi sampel menjadi kurang mendalam. Kurang mendalamnya wawancara terhadap asupan minuman sampel berimplikasi pada data minuman yang missing, seperti beberapa sampel tidak memiliki data asupan minuman. Penggunaan tenaga yang tidak profesional dalam pengambilan data recall makanan dan minuman, berimplikasi pada data berat bahan makanan (gram atau ml) yang tidak logis, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan kandungan zat gizi dari bahan makanan tersebut. Berdasarkan kelemahan-

20 49 kelemahan dari penggunaan data Riskesdas 2010, diperlukan saran-saran yang membangun agar perolehan data Riskesdas kedepannya dapat lebih baik lagi. Saran untuk pengumpulan data Riskesdas selanjutnya adalah 1) kuesioner Riskesdas dipisahkan berdasarkan konsumsi makanan dan minuman, 2) tenaga pengumpul data konsumsi pangan seharusnya dilakukan oleh tenaga profesional di bidang gizi, sehingga data konsumsi pangan yang diperoleh lebih spesifik dalam segi kuantitas, dan 3) tenaga pengumpul data seharusnya lebih teliti dalam proses entry data, sehingga tidak ada data yang missing.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Istilah dewasa (adult) berasal dari istilah latin adultus yang memiliki arti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. WHO (2009) mengklasifikasikan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA EZRIA EKAFADHINA ADYAS

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA EZRIA EKAFADHINA ADYAS ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA EZRIA EKAFADHINA ADYAS DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ii ABSTRACT EZRIA

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010

Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010 LAMPIRAN 55 56 Lampiran 1 Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010 Jenis data Cara pengumpulan data Keterangan Karakteristik sampel Jenis kelamin

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

LOGO VITAMIN DAN MINERAL LOGO VITAMIN DAN MINERAL Widelia Ika Putri, S.T.P., M.Sc Vitamin - Zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil - Pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh - Zat pengatur pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif terhadap gaya hidup dan pola konsumsi makanan pada masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air sebagai Zat Gizi Esensial Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Asupan air yang kurang ataupun

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air

TINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air 4 TINJAUAN PUSTAKA Lansia Masa lanjut usia pada kelompok lansia merupakan masa penutup dari kehidupan manusia. Seseorang diatas umur 55 tahun disebut dalam tahap masuk lanjut usia (Setiyono 2010). Departemen

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Status Anemia Kadar hemoglobin contoh yang terendah 9.20 g/dl dan yang tertinggi 14.0 g/dl dengan rata-rata kadar Hb 11.56 g/dl. Pada Tabel 6 berikut dapat diketahui sebaran contoh

Lebih terperinci

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin Vitamin Pengertian Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1. L A M P I R A N 50 Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian No. Variabel Kategori Pengukuran 1. Proses Penyelenggaraan Makanan 2. Karakteristik Responden a. Umur (Depkes 2005) b. Uang saku 3. Karakteristik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolesceere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 2004). Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE BIODATA 1. Nama : Iwan Halwani, SKM, M.Si 2. Pendidikan : Akademi Gizi Jakarta, FKM-UI, Fakultas Pasca sarjana UI 3. Pekerjaan : ASN Pada Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI SUSTAINABLE

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

Hasil Studi Biaya Pangan. Kerjasama BAPPENAS & WFP

Hasil Studi Biaya Pangan. Kerjasama BAPPENAS & WFP Hasil Studi Biaya Pangan Kerjasama BAPPENAS & WFP Maret 2017 Struktur Presentasi Investasi di bidang gizi Peningkatan Nilai Untuk Uang 1 Pengantar Studi Biaya Pangan 2 Metode 3 Hasil dan Temuan 4 Pengalaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Kontribusi Tingkat Kontribusi Tingkat Protein Konsumsi Zat Pemilihan Konsumsi Protein Besi Besar Lauk Zat Lauk Daya Protein Hewani Pengetahuan Keluarga Lauk Sayuran Besi

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1 1. Manusia membutuhkan serat, serat bukan zat gizi, tetapi penting untuk kesehatan, sebab berfungsi untuk menetralisir keasaman lambung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber nutrisi lengkap dan mengandung gizi tinggi. Kandungan kalsium susu sangat dibutuhkan dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang

Lebih terperinci

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Apa itu Nutrisi???? Defenisi Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan Setiap anak mempunyai

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu unsur penting yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi zat-zat gizi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna

Lebih terperinci

19/02/2016. Siti Sulastri, SST

19/02/2016. Siti Sulastri, SST Siti Sulastri, SST Usia 0 12 bulan Fase atau tahap awal untuk menentukan kondisi serta perkembangan bayi untuk tahun yang akan datang/ tahun perkembangan bayi berikutnya Tumbuh dengan sangat cepat Mulai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi Makanan Sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi Makanan Sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Diet Seimbang Diet adalah pilihan makanan yang lazim kita makan. Diet seimbang adalah diet yang memberikan semua nutrien dalam jumlah yang memadai, tidak terlampau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa folat berperan sebagai koenzyme pada berbagai metabolisme asam amino

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa folat berperan sebagai koenzyme pada berbagai metabolisme asam amino BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Folat merupakan golongan vitamin larut air yang berperan penting dalam sistem metabolisme tubuh. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa folat berperan

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Pra-Sekolah Anak pra-sekolah / anak TK adalah golongan umur yang mudah terpengaruh penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan anak pra-sekolah dipengaruhi keturunan dan faktor

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci