TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi"

Transkripsi

1 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Istilah dewasa (adult) berasal dari istilah latin adultus yang memiliki arti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. WHO (2009) mengklasifikasikan dewasa dalam usia 20 sampai 60 tahun. Masa dewasa terdiri dari tiga fase, yaitu dewasa dini, dewasa madya, dan dewasa lanjut (Hurlock 2004). Masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 sampai 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat pesat yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya perubahan kondisi fisik yang terjadi berupa penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004). Orang dewasa sangat memperhatikan tujuan mereka dalam mengonsumsi suatu makanan, baik sebagai penghasil tenaga, kesenangan, kenyamanan, simbol tradisi, atau perayaan tertentu. Orang dewasa tidak luput dari permasalahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan gizi. Permasalahan utama yang dihadapi orang dewasa adalah aktivitas dan kesibukan yang tinggi sehingga terkadang pemenuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan sering terabaikan (Brown 2008). Status Gizi Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat dan tinggi badan, pengukuran lingkar bagian tubuh, serta pengukuran ketebalan kulit. Pengukuran berat dan tinggi badan digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh (IMT) pada orang dewasa, dan sebagai indikator tubuh kurus (wasting) dan tubuh

2 5 pendek (stunting) pada anak. Pengukuran menggunakan IMT paling banyak digunakan karena paling sederhana, namun ukuran IMT memiliki kelemahan yaitu hubungan antara kelebihan berat dan deposit lemak mungkin tidak berlaku bagi individu berotot, serta pada lansia yang mengalami pengurangan tinggi badan dapat memberikan hasil pengukuran yang tidak tepat. Dewasa yang memiliki IMT<18.5 kg/m 2 dapat menjadi indikator adanya defisiensi energi kronik karena kurang makan atau penyakit kronik, sedangkan IMT<17.0 kg/m 2 dapat berdampak pada kemampuan fisik yang berkurang serta memungkinkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit (Barasi 2009). Air dalam Tubuh Air adalah salah satu zat gizi esensial. Tanpa makanan, tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu, namun tidak dapat bertahan lebih dari 10 hari tanpa air (Barasi 2009). Air merupakan komponen utama pada tubuh manusia. Yuniastuti (2008) serta Whitney dan Rolfes (2008) menyatakan bahwa komposisi air pada tubuh manusia bervariasi, misalnya sekitar 80% dari berat badan (pada bayi dengan low birth weight), sekitar 70-75% dari berat badan (pada bayi neonatus), sekitar 65% dari berat badan (pada anak). Kandungan air di dalam tubuh menurut Almatsier (2009), berkurang selama proses penuaan, karena adanya kehilangan cairan ekstraseluler. Komposisi air pada tubuh dewasa menjadi sekitar 55-60% sedangkan pada usia tua sekitar 50% dari bagian tubuh tanpa lemak (lean body mass). Tabel 1 menunjukkan kadar air tubuh berdasarkan usia dan jenis kelamin. Selain usia, faktor lain yang mempengaruhi perbedaan komposisi air di dalam tubuh manusia adalah proporsi jaringan tubuh. Tubuh atlet misalnya, memiliki komposisi air lebih banyak di tubuhnya karena proporsi jaringan ototnya lebih tinggi. Kandungan air di dalam sel otot lebih tinggi dibandingkan di dalam sel lemak, sehingga total cairan tubuh pada individu obesitas lebih rendah daripada yang tidak gemuk (UPK-PKB 2007). Tabel 1 Kadar air tubuh total terhadap berat badan Jenis kelamin Usia Pria Wanita % 57% % 51% % 47% >60 52% 46% Sumber: UPK-PKB (2007)

3 6 Distribusi Cairan Tubuh Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen besar, yaitu cairan intrasel dan ekstrasel. Cairan intrasel adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh. Sekitar 60% dari cairan tubuh total berupa cairan intrasel. Persentase cairan intrasel pada usia dewasa lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak karena jumlah sel semakin banyak dan ukuran sel lebih besar. Cairan intrasel berperan pada proses menghasilkan, menyimpan, penggunaan energi, serta proses perbaikan sel. Cairan intrasel juga berperan dalam proses replikasi serta sebagai cadangan air untuk mempertahankan volume dan osmolalitas cairan ekstrasel (UPK-PKB 2007). Cairan ekstrasel terletak di luar sel tubuh. Cairan ekstrasel terdiri dari cairan intersistium (cairan antar sel), cairan intravaskuler (cairan dalam pembuluh darah), serta cairan trans-sel (cairan dalam rongga khusus, seperti otak, bola mata, dan sendi). Cairan ekstrasel berperan sebagai pengantar semua keperluan sel, misalnya zat gizi dan oksigen. Cairan ekstrasel juga berperan sebagai pengangkut CO 2, sisa metabolisme, serta bahan toksik (UPK-PKB 2007). Tingginya komposisi air dalam tubuh manusia menyebabkan cairan harus dikonsumsi setiap harinya untuk menjaga asupan tubuh dan mengganti cairan yang keluar dari tubuh berupa urin, keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja (Brown 2000 & Irianto 2007). Minuman, makanan, dan hasil metabolisme merupakan sumber air bagi tubuh manusia (Santoso et al 2011). Minuman memiliki kontribusi paling besar dalam pemenuhan kebutuhan cairan manusia (Brown 2000). Third National Health and Nutrition Survey (NHANES III) dalam Manz dan Wentz (2005) menyatakan bahwa sekitar 80% total asupan air diperoleh dari minuman, sedangkan sisanya diperoleh dari makanan. Regulasi Cairan Tubuh Keseimbangan air tubuh dikontrol dengan pengaturan masukan dan ekskresi cairan. Secara normal, masukan air dipengaruhi oleh rasa haus, yang merupakan pertahanan utama terhadap kekurangan cairan. Rasa haus merupakan keinginan yang sadar untuk minum air yang diatur oleh suatu pusat di midhipotalamus (Adelman & Solhung 1999). Namun, selain karena adanya rasa haus, manusia juga mengonsumsi cairan karena alasan kesukaan seperti saat mengonsumsi minuman manis dan alkohol (Popkin et al. 2010). Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatis yang dipengaruhi oleh status cairan tubuh. Defisiensi air meningkatkan konsentrasi

4 7 ionik pada kompartemen ekstraseluler yang meyebabkan sel-sel mengerut. Pengerutan sel dideteksi oleh dua sensor otak, yang satu mengontrol minum dan yang lain mengontrol ekskresi urin (Popkin et al. 2010). Ekskresi cairan atau kehilangan air tubuh dapat terjadi melalui paru-paru, kulit, traktus gastrointestinal, dan ginjal. Kehilangan wajib merupakan volume cairan minimum yang harus dicerna setiap hari untuk mempetahankan keseimbangan cairan (Adelman & Solhung 1999). Fungsi Air bagi Tubuh Air memiliki fungsi vital di dalam tubuh. Menurut Almatsier (2009) dan Barasi (2009), air di dalam tubuh berperan dalam melarutkan zat-zat gizi serta mengangkut zat gizi tersebut ke seluruh bagian tubuh. Air berperan dalam mengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit, dan ginjal. Air juga berperan dalam upaya mempertahankan gradien osmotik. Menurut UPK-PKB (2007) air adalah media utama reaksi intrasel. Air merupakan katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk dalam saluran cerna. Air merupakan pelarut terbaik pada solut polar dan ionik. Air merupakan media transpor pada sistem sirkulasi, ruang intravaskuler, intersistium, dan intrasel. Menurut Almatsier (2009) dan Barasi (2009), air berperan dalam memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Air merupakan pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh. Sebagai bagian dari jaringan tubuh, air bahkan diperlukan untuk pertumbuhan sebagai zat pembangun. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37 o C sehingga kerja enzim dapat didukung secara optimal. Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera disalurkan ke luar. Pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui keringat, yaitu proses penguapan air dari permukaan tubuh. Tubuh setiap waktu mendinginkan diri melalui penguapan air. Organ-organ tubuh terlindung dari benturan berkat air yang terkandung di dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan kantung ketuban. Air berperan dalam memelihara kelembaban membran mukosa. Air mempengaruhi osomolaritas jaringan melalui perannya dalam usaha mempertahankan volume dan hematokrit darah, volume cairan ekstraseluler dan intraseluler. Air juga berperan dalam fungsi ginjal yang bergantung pada tekanan perfusi yang

5 8 adekuat. Pada proses pencernaan makanan, air juga memiliki peran penting, mulai dari ingesti, pencernaan, sampai absorbsi makanan. Air juga berperan dalam produksi berbagai zat untuk disekresi, pergerakan di sepanjang saluran cerna, dan pembuangan sisa makanan. Sumber Asupan Air bagi Tubuh Manusia Manusia memenuhi kebutuhan air dari luar tubuh melalui minuman dan makanan. Minuman memiliki kontribusi tertinggi dalam pemenuhan kebutuhan air pada tubuh manusia. Penelitian Fauji (2011) di Indonesia yang dilakukan terhadap 1200 sampel di kota-kota tertentu, menunjukkan persentase konsumsi cairan yang berasal dari makanan dan metabolik pada pria dewasa sebesar 28.1%, dan pada wanita dewasa sebesar 26.2%, sedangkan persentase konsumsi cairan dari minuman pada pria dewasa 71.9%, dan wanita dewasa 73.8%. Studi yang dilakukan terhadap populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukkan asupan air dari makanan sebesar 28%, sedangkan asupan air dari minuman sebesar 72%. Jenis minuman yang banyak dikonsumsi menurut IOM (2004) dalam Santoso et al. (2011) sebanyak 28% berupa air putih, sedangkan 44% berupa minuman lainnya seperti minuman bersoda, minuman new age (misalnya, minuman isotonik, nutraceutical, minuman berenergi, minuman untuk kecerdasan), minuman dari sayur dan buah (misalnya jus), minuman aromatik (kopi dan teh), susu, dan alkohol. Teh dan kopi merupakan sumber asupan air tertinggi setelah air putih. Teh dan kopi menyumbangkan 32% asupan air dari minuman berdasarkan studi di Singapura (AFIC 1998). Jumlah asupan air dari makanan sebanyak ml per hari, tergantung pada pola konsumsi makan. Jika seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur dan buah termasuk salad, maka asupan cairan tubuh yang bersumber dari makanan akan lebih tinggi. Sebaliknya, jika seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung dan daging yang kering, maka asupan air dari makanan menjadi lebih rendah (Santoso et al. 2011). Makanan pokok orang Indonesia menyumbangkan 46% asupan air, sedangkan buah dan sayur menyumbangkan 30% asupan air. Makanan pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah meskipun kadar airnya tinggi, dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit (Hardinsyah et al. 2010).

6 9 Menurut Muchtadi et al. (1993), selain asupan dari luar tubuh berupa minuman dan makanan, tubuh manusia juga memperoleh asupan air dari dalam tubuh yang diperoleh dari proses metabolisme, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Menurut Verdu (2009) proses metabolisme air dapat digambarkan sebagai berikut: C 6 H 12 O 6 + O 2 ATP + CO 2 + H 2 O (Glukosa) CH 3 -(CH 2 ) 14 -COOH + O 2 ATP + CO 2 + H 2 O (Asam palmitat) NH 2 H 2 N-CH-COOH + O 2 ATP + CO 2 + H 2 O+O=C R NH 2 (Asam amino) CH 3 -CH 2 OH + O 2 ATP + CO 2 + H 2 O (Etanol) Jumlah air yang dihasilkan sangat ditentukan oleh banyaknya energi yang dihasilkan makanan. Semakin banyak energi dari karbohidrat maka semakin banyak pula air metabolik yang dihasilkan (Whitney & Rolfes 2008). Jumlah air yang dihasilkan dari proses metabolisme lemak sebanyak 1.07 ml/1 g, sedangkan pada metabolisme protein dan karbohidrat masing-masing sebanyak 0.41 ml/1 g dan 0.55 ml/1 g (Verdu 2009). Kebutuhan Air Orang Dewasa Manusia membutuhkan air untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Tubuh menjaga keseimbangan cairan dengan mengganti cairan yang hilang melalui urin, feses, kulit, dan paru-paru (Barasi 2009). Kebutuhan air dipengaruhi oleh usia, berat badan, asupan energi, dan luas permukaan tubuh (Praboprastowo & Dwiriani 2004). Suhu lingkungan turut mempengaruhi kebutuhan air. Kebutuhan cairan di daerah dengan suhu 40 o C dapat menjadi lebih tinggi daripada di daerah dengan suhu 20 o C (Sawka et al. 2005). Kebutuhan air meningkat seiring bertambahnya usia, kebutuhan cairan sebanyak 0.6 L pada bayi akan meningkat menjadi sekitar 1.7 L pada anak-anak. Selain faktor usia, kebutuhan cairan juga dipengaruhi oleh faktor aktivitas. Aktivitas fisik akan meningkatkan pengeluaran cairan akibat meningkatnya suhu tubuh (Sawka et al. 2005). Menurut Howard dan Bartram (2003), rekomendasi terhadap kebutuhan cairan pria dewasa pada kondisi normal adalah sebanyak 2.9 L per hari, dan menjadi 4.5 L per hari pada pekerja kasar yang bekerja di suhu tinggi.

7 10 Pada orang dewasa, kebutuhan air harian sekitar 2.5 L untuk aktivitas ringan, seperti duduk, dan meningkat hingga 3.2 L jika melakukan aktivitas sedang, sedangkan pada dewasa yang lebih aktif dan tinggal di daerah dengan suhu hangat kebutuhan airnya sekitar 6 L (Sawka et al. 2005). Kebutuhan air berdasarkan AKG (2004) sebanyak 2.5 L pada pria usia tahun, 2.4 L pada pria usia tahun, dan 2.3 L pada pria usia tahun. Asupan air harian berdasarkan rekomendasi The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka et al. (2005) sebesar 1 ml/kal energi yang dikeluarkan. Kebutuhan air 1 ml/kal merupakan kebutuhan air yang berasal dari konsumsi air, yaitu air dari makanan dan air dari minuman. Kebutuhan air yang berasal dari total asupan air dari makanan, minuman dan air metabolik pada pria dewasa adalah sebesar 1.3 ml/kal (Manz & Wentz 2005). Ketidakseimbangan Cairan Keseimbangan cairan tubuh adalah usaha untuk mempertahankan jumlah volume cairan yang terdapat dalam kompartemen ekstrasel dan intrasel selalu dalam keadaan tetap. Keseimbangan cairan tubuh dipengaruhi oleh jumlah cairan yang masuk dan keluar tubuh, proses difusi melalui membran sel, serta tekanan osmotik yang dihasilkan oleh elektrolit pada kedua kompartemen. Ketidakseimbangan cairan mengindikasikan hubungan yang tidak seimbang antara asupan cairan dan kehilangan cairan. Dehidrasi merupakan pertanda adanya keseimbangan negatif pada cairan tubuh atau menurunnya kandungan air tubuh hingga 2-6% (Messwati 2009). Gavin (2006) serta Mann dan Stewart (2007) menyatakan bahwa dehidrasi disebabkan meningkatnya cairan tubuh yang hilang melalui ginjal dan pencernaan, berkurangnya asupan air, atau gabungan keduanya. Rasa haus adalah sinyal untuk mengonsumsi cairan tambahan. Rasa haus dipicu oleh menurunnya volume cairan tubuh, yang merupakan pertanda telah terjadi dehidrasi (Barasi 2009). Rasa haus tersebut harus segera direspon dengan meminum air dalam jumlah yang cukup, jika tidak keadaannya akan kian memburuk. Bertambahnya usia seseorang akan melemahkan respon terhadap rasa haus ini, akibatnya terjadi rasa lemah, lemas, letih, hilang kesadaran, bahkan kematian (Whitney & Rolfes 2008). Le Bellego (2009) diacu dalam Messwati (2009) menyatakan bahwa untuk menghindari dehidrasi volume cairan yang perlu diminum oleh setiap orang berbeda-beda jumlahnya. Kebijakan setiap negara terhadap anjuran konsumsi

8 11 cairan pun berbeda. WHO menganjurkan konsumsi cairan 1500 ml per hari, sementara Meksiko menganjurkan 2000 ml per hari, dan Kanada 3000 ml per hari. Dehidrasi dapat menimbulkan gejala yang bervariasi sesuai dengan tingkatan dehidrasinya. Dehidrasi ringan menimbulkan gejala haus, lelah, kulit kering, serta mulut dan tenggorokan kering. Dehidrasi tingkat sedang dapat mengakibatkan detak jantung menjadi cepat, pusing, tekanan darah rendah, lemas, urin pekat dan berkurang volumenya. Dehidrasi tingkat berat mengakibatkan kejang, lidah membengkak, dan kegagalan fungsi ginjal (Mann & Stewart 2007). The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) pada tahun 2009 melakukan penelitian mengenai status hidrasi pada remaja dan dewasa dengan kondisi wilayah ekologi yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah remaja yang mengalami dehidrasi ringan lebih tinggi, yakni 49.5% dibandingkan dewasa 42.5%. Angka kejadian di dataran rendah lebih tinggi, yakni 52.9% lebih tinggi dibanding dataran tinggi 39.3%. Masalah ini terjadi akibat rendahnya pengetahuan sampel mengenai air minum (Hardinsyah et al. 2010). Kondisi lain yang mengindikasikan ketidakseimbangan cairan adalah asupan air yang berlebihan. Asupan cairan yang berlebih tidak dianjurkan pada kondisi tertentu, seperti peningkatan hormon ADH, penyakit ginjal kronik, gagal jantung, dan kadar albumin dalam serum rendah. Asupan air yang berlebihan juga tidak dianjurkan kelompok usia lanjut. Asupan air lebih dari 1500 ml/24 jam berpotensi menimbulkan hiponatremia pada usia lanjut (Siregar et al 2009 dalam Santoso et al 2011). Kecukupan Zat Gizi Kecukupan zat gizi merupakan nilai yang menggambarkan asupan zat gizi terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi. Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan dapat menyebabkan malgizi, yang berujung pada kondisi kesehatan yang buruk dan penyakit terkait gizi (Barasi 2009). Gizi kurang dapat memberikan dampak fisiologis dan fungsional, seperti gangguan pertumbuhan, fungsi imun menurun dan risiko infeksi meningkat, perkembangan kognitif terganggu, kemampuan kerja menjadi terbatas, risiko penyakit kronik meningkat, cedera dan trauma sulit sembuh, serta pada kehamilan berdampak buruk bagi ibu dan bayi. Sebaliknya, kelebihan gizi juga memiliki dampak buruk bagi

9 12 kesehatan. Gizi lebih dan tidak seimbang dapat menimbulkan penyakit tidak menular-terkait gizi, misalnya diabetes mellitus tipe II, penyakit kardiovaskuler, dan sindrom metabolik, yang dapat berujung pada peningkatan morbiditas dan mortalitas. Kecukupan Zat Gizi Makro Zat gizi dibedakan menjadi zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro diperlukan dalam jumlah besar oleh tubuh, sedangkan zat gizi mikro diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit oleh tubuh. Karbohidrat, protein, dan lemak tergolong dalam zat gizi makro. Karbohidrat memiliki peran utama sebagai sumber energi dalam bentuk glukosa sementara protein berperan dalam pembekuan darah dan proses pertumbuhan dan pemeliharaan berbagai struktur tubuh (Barasi 2009). Kualitas protein suatu bahan pangan dapat dilihat dari komposisi asam amino esensial yang dikandungnya. Protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan adalah protein yang memiliki nilai biologi tinggi. Protein hewani, kecuali gelatin, merupakan protein yang memiliki nilai biologi tinggi. Sebagian protein mengandung asam amino esensial dalam jumlah terbatas, yang cukup untuk perbaikan jaringan tubuh, namun tidak mencukupi untuk pertumbuhan. Asam amino yang terdapat dalam jumlah terbatas disebut asam amino pembatas. Metionin adalah asam amino pembatas pada kacang-kacangan, sedangkan lisin adalah asam amino pembatas pada beras (Gibney et al 2002). Proporsi sumber asupan protein berbeda tergantung keadaan geografis, kondisi sosial ekonomi, serta faktor budaya. Di negara maju, protein hewani menyumbangkan 60-70% total asupan protein, sedangkan di negara berkembang, sekitar 60-80% asupan protein berasal dari protein nabati, yang didominasi asupan serealia (Gibney et al 2002). Menurut Hardinsyah et al. (2001) dalam Hardinsyah dan Tambunan (2004) kontribusi energi dari protein hewani di Indonesia terhadap total energi relatif rendah, hanya sebesar 4%. Kontribusi energi dari protein terhadap total energi seharusnya sekitar 15% (FAO RAPA 1989 dalam Hardinsyah & Tambunan 2004). Zat gizi makro memiliki peran penting sebagai penghasil energi bagi tubuh. Lemak merupakan penyumbang energi terbesar yaitu sebanyak 9 Kal/g atau 2.5 kali lebih banyak dibandingkan jumlah energi yang dihasilkan karbohidrat dan lemak (Almatsier 2009). Hasil studi di Inggris menunjukkan

10 13 bahwa kelompok pangan serealia dan produk olahannya merupakan penyumbang energi utama pada diet (Barasi 2009). Kecukupan Zat Gizi Mikro Zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Vitamin merupakan zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar tubuh dapat berfungsi normal. Vitamin dikelompokkan menjadi vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C). Menurut Gibney et al. (2002) vitamin A memiliki fungsi utama dalam penglihatan, defisiensi vitamin A dapat menimbulkan penyakit rabun senja dan xeropthalmia. Defisiensi vitamin A merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia, dan salah satu upaya paling preventif untuk mencegah kebutaan. Pangan hewani, terutama hati merupakan sumber vitamin A yang tinggi dalam bentuk retinol (Muhilal & Sulaeman 2004). Vitamin B1 (tiamin) berperan dalam metabolisme yang menghasilkan energi, terutama metabolisme karbohidrat. Tiamin banyak ditemukan pada serealia dan berbagai jenis kacang, hati, jantung, ginjal, dan daging (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Defisiensi tiamin dapat terjadi karena kurangnya konsumsi makanan, yang biasanya disertai kekurangan konsumsi energi. Defisiensi tiamin dapat menimbulkan penyakit yang mempengaruhi sistem saraf dan jantung. Penyakit tersebut dalam keadaan berat disebut beri-beri (Almatsier 2009). Defisiensi vitamin B2 (riboflavin) adalah masalah kesehatan masyarakat yang cukup signifikan di banyak tempat di dunia (Gibney et al. 2002). Menurut Setiawan dan Rahayuningsih (2004) defisiensi riboflavin ditandai oleh beberapa gejala seperti, gangguan pertumbuhan, hilangnya nafsu makan, serta luka pada kulit. Susu dan produk olahannya merupakan sumber penting, yang menyediakan 25% atau lebih dari total asupan riboflavin dari diet. Pangan lain yang kaya akan riboflavin adalah telur, daging, dan ikan. Vitamin B3 (niasin) dapat disintesis di dalam tubuh dari asam amino tryptophan (Gibney et al. 2002). Sumber niasin di dalam bahan pangan adalah produk whole grain, roti, susu, telur, daging, dan sayuran berwarna (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Jika defisiensi niasin berkaitan dengan pellagra, defisiensi vitamin B12 menimbulkan pernicious anemia, sementara defisiensi asam folat berkaitan dengan anemia megaloblastik. Menurut Gibney et al. (2002) defisiensi vitamin B12 ditemukan hanya pada vegan, karena vitamin ini didapatkan dari pangan hewani. Vitamin B6 (piridoksin) banyak ditemukan di dalam khamir, hati,

11 14 ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacangan, kentang, dan pisang. Defisiensi piridoksin menimbulkan gejala yang berkaitan dengan gangguan metabolisme protein. Vitamin C (asam askorbat) ditemukan pada buah dan sayuran. Kurangnya asupan buah dan sayuran dapat menyebabkan asupan vitamin C ikut berkurang, yang mengakibatkan timbulnya gejala seperti scurvy. Kelebihan vitamin C dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Fosfor dapat ditemukan pada hampir semua bahan pangan, baik hewani maupun nabati, sehingga hipofosfatemia, atau defisiensi fosfor jarang terjadi. Asupan fosfor yang berlebih (hiperfosfatemia) dapat mempengaruhi penyerapan besi, tembaga, dan seng. Kelebihan fosfor jarang terjadi karena kelebihannya dikeluarkan melalui urin (Soekatri & Kartono 2004). Zat gizi memiliki peran penting dalam metabolisme tubuh. Asupan zat gizi yang tidak mencukupi kebutuhan dapat mengakibatkan defisiensi atau penyakit kurang gizi. Asupan zat gizi yang kurang dapat menganggu fungsi sistem imun dan kemampuan respon tubuh (Barasi 2009), bahkan dalam keadaan ekstrim menyebabkan penyakit dan kematian. Mutu Gizi Asupan Pangan Undang-Undang No 7 tahun 1996 menyatakan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia Manusia membutuhkan pangan bukan hanya untuk untuk menghilangkan rasa lapar dan memenuhi selera, tetapi juga memenuhi kebutuhan energi dan bahan bakar metabolik (Bender 2002). Pangan juga memiliki fungsi sosial dalam menjaga hubungan manusia dengan lingkungannya mulai dari tingkat keluarga hingga tingkat masyarakat (Sediaoetama 1996). Peran pangan terhadap status gizi dan kesehatan individu dan masyarakat tidak terlepas dari mutu gizi asupan pangan (MGP) itu sendiri. MGP merupakan suatu gambaran yang memperlihatkan apakah suatu makanan dapat memenuhi kebutuhan dan tingkat ketersediaan biologis tubuh. MGP juga

12 15 diartikan sebagai presentase asupan zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya. Pengukuran MGP didasarkan pada jumlah zat gizi yang tersedia untuk dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan dan nilai biologisnya (Hardinsyah & Atmojo 2001). Kandungan gizi dalam pangan yang dikonsumsi dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). DKBM adalah daftar yang menunjukkan kandungan zat gizi dari berbagai jenis pangan dalam 100 g bagian yang dapat dimakan (BDD). Setelah diperoleh kandungan zat gizi tertentu dalam bahan pangan, kemudian dihitung pula tingkat kecukupan zat gizi tersebut. Penggunaan nilai tingkat kecukupan gizi lebih rasional dan mudah digunakan untuk menghitung MGP (Hardinsyah & Atmojo 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi sampel meliputi pendidikan terakhir, pekerjaan, domisili, dan status ekonomi (kuintil), yang disajikan dalam Tabel 5. Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA EZRIA EKAFADHINA ADYAS

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA EZRIA EKAFADHINA ADYAS ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA EZRIA EKAFADHINA ADYAS DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ii ABSTRACT EZRIA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air sebagai Zat Gizi Esensial Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Asupan air yang kurang ataupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolesceere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 2004). Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air

TINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air 4 TINJAUAN PUSTAKA Lansia Masa lanjut usia pada kelompok lansia merupakan masa penutup dari kehidupan manusia. Seseorang diatas umur 55 tahun disebut dalam tahap masuk lanjut usia (Setiyono 2010). Departemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air merupakan komponen utama dari semua

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

lebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi keseimbangan

lebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi keseimbangan TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak Anak-anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra sekolah, sekolah,

Lebih terperinci

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin Vitamin Pengertian Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA http://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/studi-kebiasaan-minum-dan-hidrasi-pada-remaja-dan-dewas a STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA STUDI KEBIASAAN

Lebih terperinci

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA WANITA DEWASA DI INDONESIA

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA WANITA DEWASA DI INDONESIA i ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA WANITA DEWASA DI INDONESIA MUTIA FERMANDA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ii ABSTRACT MUTIA FERMANDA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia dan zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya memerlukan air untuk minum. Manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : 1. ISABELLA 2. NURAIDAR 3. SEPTIAN 4. WAHYU NINGSIH LASE 5. YUTIVA IRNANDA 6. ELYANI SEMBIRING. FKep USU 1

DISUSUN OLEH : 1. ISABELLA 2. NURAIDAR 3. SEPTIAN 4. WAHYU NINGSIH LASE 5. YUTIVA IRNANDA 6. ELYANI SEMBIRING. FKep USU 1 DISUSUN OLEH : 1. ISABELLA 2. NURAIDAR 3. SEPTIAN 4. WAHYU NINGSIH LASE 5. YUTIVA IRNANDA 6. ELYANI SEMBIRING FKep USU 1 PENGERTIAN NUTRISI Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi menjadi dua tingkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana pertumbuhan manusia, pada masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan dan gizinya dapat mudah terpengaruhi

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola makan vegetarian telah menjadi pola makan yang mulai banyak menjadi pilihan masyarakat saat ini. Vegetarian adalah orang yang hidup dari mengkonsumsi produk yang

Lebih terperinci

VITAMIN LARUT DALAM AIR. Oleh dr. Sri Utami B.R. MS

VITAMIN LARUT DALAM AIR. Oleh dr. Sri Utami B.R. MS VITAMIN LARUT DALAM AIR Oleh dr. Sri Utami B.R. MS Vitamin B (vitamin B kompleks) Larut dalam air Terdapat pada, ragi, biji-bijian, nasi, sayuran, ikan, daging Diperlukan sebagai ko-enzym dalam metabolisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan salah satu bagian dari rongga mulut yang digunakan untuk pengunyahan. Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa Yulianasari (2009) yang mengacu pada WHO (1995) mengkategorikan usia remaja berada pada kisaran umur 10-19 tahun dan dewasa berada pada kisaran umur 20-59 tahun. Ciri-ciri

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Takaran Saji Minuman Komersial Minuman komersial yang digunakan sebagai sampel pada peneilitian ini merupakan minuman komersial yang pada awalnya merupakan minuman yang sesuai

Lebih terperinci

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati) BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 No. Responden : Kelas : Diisi oleh peneliti Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi: Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Tanggal: PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Salam, perkenalkan nama saya Ririn Triana Putri, mahasiswi Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan?

pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan? tingkat lanjutan pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan? Pelajaran ini dirancang untuk jangka waktu 45-60 menit, tapi guru dapat menambah atau mengurangi bahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

Kompartemen cairan di dalam tubuh

Kompartemen cairan di dalam tubuh MINERAL definisi Mineral merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% pada orang dewasa (Almatsier, 2004). Menurut Fraser (2009), tercapainya keseimbangan asupan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan 25% bahan padat. Air

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan GIZI & PANGAN PENDAHULUAN Gizi seseorang tergantung pada kondisi pangan yang dikonsumsinya Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi

Lebih terperinci

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA REMAJA DI INDONESIA ITNI LINORITA

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA REMAJA DI INDONESIA ITNI LINORITA ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA REMAJA DI INDONESIA ITNI LINORITA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ii ABSTRACT ITNI LINORITA. An Analysis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam. Salah satu ibadah dalam agama Islam adalah shoum atau berpuasa, menahan lapar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anak dan Status Gizi Anak

TINJAUAN PUSTAKA Anak dan Status Gizi Anak TINJAUAN PUSTAKA Anak dan Status Gizi Anak Anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra

Lebih terperinci

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta NUTRISI PADA ANAK Pemenuhan kebutuhan nutrisi anak Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci