BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pratama Bangka Selindung, Pangkal Pinang. Pengumpulan data dilaksanakan

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM Penelitian ini dilakukan terhadap fiskus yang terdaftar pada KPP Pratama Bangka Selindung, Pangkal Pinang. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada responden yang terdaftar di KPP Bangka Selindung, Pangkal Pinang. Jumlah kuesioner yang disebar adalah sebanyak 70 kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan mulai tanggal 10 Juli 2015 sampai dengan 30 Juli Sejarah KPP Pratama Bangka Pangkalpinag KPP Pratama KPP Pratama Pangkal Pinang beralamtkan di JL. Taman Ican Saleh No.75 Pangkalpinang. KPP Pratama Pangkalpinang masuk dalam lingkungan kanwil Sumatera Selatan, Palembang. KPP Pratama Pangkalpinang mulai beroprasi terhitung jumat,13 Januari KPP Pratama Pangkalpinang memiliki jam oprasional 08:00 16:00 WIB. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pangkalpinang merupakan salah satu instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang telah menerapkan sistem administrasi perpajakan modern sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 31/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Salah satu perubahan yang terjadi pada penerapan sistem administrasi perpajakan moderen adalah penggabungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor 60

2 61 Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (KARIKPA) menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama. 2. Struktur Organisasi Salah satu perubahan mendasar pada penerapan sistem administrasi perpajakan modern yaitu pembangunan struktur organisasi dibangun berdasarkan fungsi, tidak lagi menurut seksi-seksi berdasarkan jenis pajak. Struktur organisasi yang baru dirancang berdasarkan fungsi, yaitu : a. Fungsi pelayanan (Seksi Pelayanan serta Seksi Pengawasan dan Konsultasi). b. Fungsi penegakan hukum (Seksi Pemeriksaan dan Seksi Penagihan), dan c. Fungsi pendukung (Sub Bagian Umum serta Seksi Pengolahan Data dan Informasi). Fungsi pendukung (Sub Bagian Umum serta Seksi Pengolahan Data dan Informasi). Gambar dibawah ini menunjukkan bagan struktur organisasi pada KPP Pratama Bangka Pangkalpinang.

3 62 GAMBAR 4.1 STRUKTUR KPP PRATAMA PANGKAL PINANG Sumber : KPP Pratama Bangka Pangkalpinang B. STATISTIK DESKRIPTIF Statistik deskriptif dilakukan untuk menggambarkan dan menyajikan informasi dari sejumlah besar data. Karakteristik yang digambarkan adalah karakteristik responden, distribusi yang mencakup mean, median, modus, standar deviasi, dan range. 1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah fiskus yang terdaftar di KPP Pratama Bangka Pangkalpinag. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir.

4 63 a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin TABEL 4.1 DESKRIPSI RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN Jenis Kelamin Jumlah Presentase Pria 38 54,2% Wanita 32 45,8% Total % Sumber: Data diolah oleh peneliti Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa sekitar 38 orang atau 54,2% responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya sebesar 32 orang atau 45,8% berjenis kelamin wanita. b. Deskripsi responden berdasarkan usia TABEL 4.2 DESKRIPSI RESPONDEN BERDASARKAN USIA Usia Jumlah Presentase tahun 28 40% tahun 36 51,4% > 39 tahun 6 8,6% Total % Sumber: Data diolah oleh peneliti Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa usia responden tahun berjumlah 28 responden atau sebesar 40%, usia responden tahun berjumlah 36 responden atau sebesar 51,4% dan usia responden > 39 tahun berjumlah 6 responden atau sebesar 8,6%.

5 64 c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan TABEL 4.3 DESKRIPSI RESPONDEN BERDASARKAN PENDIDIKAN Pendidikan Jumlah Presentase SMA 15 21,4% SMK 12 17,1% D % S ,5% Total % Sumber: Data diolah oleh peneliti Berdasarkan tabel 4.3 diatas yang dilihat dari pendidikan terakhir responden terlihat bahwa responden dengan pendidikan terakhir SMA berjumlah 15 responden atau sebesar 21,4%, SMK berjumlah 12 responden atau sebesar 17,1%, D3 berjumlah 14 responden atau sebesar 20% dan S1 berjumlah 29 responden atau sebesar 41,5%. 2. Hasil Uji Statistik Deskriptif Pengukuran statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai kisaran teoritis, kisaran aktual, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel yaitu kesadaran Wajib Pajak, pemeriksaan pajak, penagihan pajak dan penerimaan pajak yang disajikan sebagai berikut:

6 65 TABEL 4.4 HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KesadaranWajibpajak ,14 3,921 PemeriksaanPajak ,90 3,494 PenagihanPajak ,10 4,001 Penerimaanpajak ,10 2,227 Valid N (listwise) 70 Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dideskripsikan bahwa jumlah responden (N) ada 70 dari 70 responden ini variabel independen kesadaran wajib pajak memiliki nilai minimum sebesar 24 dan nilai maksimum sebesar 40 dengan total rata-rata jawaban sebesar 34,14 dan nilai standar deviasi sebesar 3,921. Pada variabel pemeriksaan pajak memiliki nilai minimum sebesar 26 dan nilai maksimum sebesar 40 dengan total rata-rata jawaban sebesar 33,90 dan nilai standar deviasi sebesar 3,494. Pada variabel penagihan pajak memiliki nilai minimum sebesar 20 dan nilai maksimum sebesar 40 dengan total rata-rata jawaban sebesar 33,10 dan nilai standar deviasi sebesar 4,001. Pada variabel dependen penerimaan pajak memiliki nilai minimum sebesar 12 dan nilai maksimum sebesar 20 dengan total rata-rata jawaban sebesar dan nilai standar deviasi sebesar

7 66 C. UJI ASUMSI DAN KUALITAS INSTRUMEN PENELITIAN 1. Uji Validitas Instrumen Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Sebuah instrument dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner (Ghozali, 2013:52). Jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0.05 maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid dan jika korelasi skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai signifikansi di atas 0.05 maka butir pertanyaan tersebut tidak valid. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel perubahan demografi dengan 70 sampel responden. TABEL 4.5 UJI VALIDITAS KESADARAN WAJIB PAJAK Pernyataan Pearson Correlation Sig. Keterangan KwP1.596**.000 Valid KwP2.744**.000 Valid KwP3.612**.000 Valid KwP4.695**.000 Valid KwP5.715**.000 Valid KwP6.630**.000 Valid KwP7.576**.000 Valid KwP8.650**.000 Valid

8 67 Tabel 4.5 terlihat bahwa semua butir pertanyaan untuk variabel yang memiliki subvariabel kesadaran wajib pajak berada pada tingkat signifikansi yaitu dibawah 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan penelitian valid. Tabel dibawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel pemeriksaan pajak dengan 70 sampel responden. TABEL 4.6 UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN PAJAK Pernyataan Pearson Correlation Sig. Keterangan PmP1.621**.000 Valid PmP2.687**.000 Valid PmP3.751**.000 Valid PmP4.683**.000 Valid PmP5.591**.000 Valid PmP6.795**.000 Valid PmP7.345**.000 Valid Tabel 4.6 terlihat bahwa semua butir pertanyaan untuk variabel yang memiliki subvariabel pemeriksaan pajak berada pada tingkat signifikansi yaitu dibawah 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan penelitian valid. Tabel dibawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel penagihan pajak dengan 70 sampel responden. TABEL 4.7 UJI VALIDITAS PENAGIHANPAJAK Pernyataan Pearson Correlation Sig. Keterangan PnP1.471**.000 Valid PnP2.730**.000 Valid PnP3.720**.000 Valid

9 68 Pnp4.684**.000 Valid PnP5.706**.000 Valid PnP6.491**.000 Valid PnP7.721**.000 Valid PnP8.415**.000 Valid Tabel 4.7 terlihat bahwa semua butir pertanyaan untuk variabel yang memiliki subvariabel penagihan pajak berada pada tingkat signifikansi yaitu dibawah 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan penelitian valid. Tabel dibawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel penerimaan pajak dengan 70 sampel responden. TABEL 4.8 UJI VALIDITAS PENERIMAAN PAJAK Pernyataan Pearson Correlation Sig. Keterangan PP1.611**.000 Valid PP2.800**.000 Valid PP3.711**.000 Valid PP4.798**.000 Valid Tabel 4.8 terlihat bahwa semua butir pertanyaan untuk variabel yang memiliki subvariabel pemeriksaan pajak berada pada tingkat signifikansi yaitu dibawah 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan penelitian valid.

10 69 2. Uji Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha lebih besar dari Sebaliknya, jika nilai Cronbach Alpha kurang dari 0.70 maka butir pertanyaan tidak reliabel (Ghozali, 2013:47). TABEL 4.9 UJI RELIABILITAS INSTRUMEN Variabel Cronbach Alpha N of Item Keterangan KwP Reliabel PmP Reliabel PnP Reliabel PP Reliabel Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari Dan sebaliknya reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan tidak baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha kurang dari Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel diatas yaitu tabel 4.9 menunjukkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0.70.

11 70 Hal ini menunjukkan bahwa setiap item butir pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya. 3. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah data yang telah dikumpulkan memiliki distribusi yang normal (Yus Agusyana, 2011:68). Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. GAMBAR 4.2 HASIL UJI NORMALITAS

12 71 Berdasarkan grafik normal plot pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebaranya mengikuti arah garis diagonal sehingga memenuhi asumsi normalitas. TABEL 4.10 UJI KOLMOGOROV-SMIRNOV One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 70 Normal Parameters a,b Mean, Std. Deviation 2, Most Extreme Differences Absolute,078 Positive,048 Negative -,078 Kolmogorov-Smirnov Z,653 Asymp. Sig. (2-tailed),787 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Berdasarkan tabel 4.10 hasil uji Kolmogorov-Smirnov, bahwa data variabel kesadaran Wajib Pajak, pemeriksaan pajak, penagihan pajak dan penerimaan pajak mempunyai nilai signifikansi sebesar yang mana hasilnya menunjukkan tingkat signifikan lebih besar dari = Hal ini berarti bahwa nilai data tersebut signifkan.

13 72 Sehingga Ho diterima, artinya bahwa data tersebut berdistribusi secara normal. 4. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolonieritas, dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) pada model regresi. TABEL 4.11 HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) 1 TKwp,750 1,333 TPmP,936 1,068 TPnP,781 1,281 a. Dependent Variable: TPP Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada nilai variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama,

14 73 dengan niali VIF untuk masing-masing variabel independen kesadaran Wajib pajak sebesar 1,333, pemeriksaan pajak sebesar 1,068 dan penagihan pajak sebesar 1,281. Jadi tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. 5. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139). GAMBAR 4.3 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

15 74 Berdasarkan gambar 4.3 grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi penelitian ini layak digunakan untuk memprediksi penerimaan pajak berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu kesadaran wjib pajak, pemeriksaan pajak dan penagihan pajak. 6. Uji Regresi Linear Berganda Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif (Priyatno, 2013:116).

16 75 TABEL 4.12 HASIL UJI REGRESI LINEAR BERGANDA Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 6,657 3,448 TKwp,036,075,063 1 TPmP,193,076,303 TPnP,081,072,146 a. Dependent Variable: TPP Berdasarkan tabel 4.12 di atas diketahui bahwa nilai koefisien dari persamaan regresi dari output didapatkan model persamaan regresi: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e Y = X X X 3 + e Keterangan: Y : Penerimaan pajak a : Konstanta b 1 : Koefisien regresi kesadaran wajib pajak b 2 : Koefisien regresi pemeriksaan pajak b 3 : Koefisien regresi penagihan pajak X 1 : kesadaran Wajib Pajak

17 76 X 2 : Pemeriksaan pajak X 3 : Penagihan pajak e : Erorr Hasil persamaan regresi, nilai konstanta sebesar artinya kesadaran Wajib Pajak (X 1 ), pemeriksaan pajak (X 2 ), dan penagihan pajak (X 3 ), dianggap konstan maka penerimaan pajak konstan sebesar Koefisien regresi variabel kesadaran Wajib Pajak (X 1 ) mengalami kenaikan 1%, maka penerimaan pajak (Y) akan mengalami peningkatan sebesar dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Koefisien regresi variabel pemeriksaan pajak (X 2 ) mengalami kenaikan 1%, maka penerimaan pajak (Y) akan mengalami peningkatan sebesar dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Koefisien regresi variabel penagihan pajak (X 3 ) mengalami kenaikan 1%, maka penerimaan pajak (Y) akan mengalami peningkatan sebesar dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.

18 77 7. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model variabel independen (kesadaran Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan penagihan pajak) dalam menerangkan variasi variabel dependen (penerimaan pajak). Ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel dependen koefisien dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: TABEL 4.13 HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R 2 ) Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1,359 a,129,089 2,126 a. Predictors: (Constant), TPnP, TPmP, TKwp b. Dependent Variable: TPP Berdasarkan tabel 4.13 Model Summary, diperoleh nilai Adjusted R 2 sebesar hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen yaitu kesadaran Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap variabel dependen yaitu penerimaan pajak sebesar 89%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model yaitu kesadaran Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan penagihan pajak mampu menjelaskan sebesar 89% variasi variabel dependen yaitu penerimaan pajak.

19 78 Sedangkan sisanya yaitu sebesar 11% (100% - 89%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model. Standar Erorr of estimate (SEE) sebesar Semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. D. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersam-sama atau simutan variabel independen tehadap variabel dependen. Kriteria yang digunakan adalah apabila probabilitas > 0.05 maka Ho diterima dan sebaliknya apabila probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak. TABEL 4.14 HASIL UJI STATISTIK F ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 44, ,669 3,246,027 b 1 Residual 298, ,520 Total 342, a. Dependent Variable: TPP b. Predictors: (Constant), TPnP, TPmP, TKwp

20 79 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0.05 (0.000 < 0.05), ini berarti bahwa variabel independen yaitu kesadaran Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan penagihan pajak tidakmempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap penerimaan pajak. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa kesadaran Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan penagihan pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak. Dengan demikian, semakin tinggi kesadaran Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan penagihan pajak maka semakin rendah pula tingkat penerimaan pajak yang diharapkan tersebut. 2. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik T) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tingkat signifikansi Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.16, jika nilai probability t < 0.05 maka H a diterima, sedangkan jika nilai probability t > 0.05 maka H a ditolak.

21 80 TABEL 4.15 HASIL UJI STATISTIK T Coefficients a Model t Sig. (Constant) 1,931,058 1 TKwp,474,637 TPmP 2,547,013 TPnP 1,120,267 a. Dependent Variable: TPP Tabel 4.15 diatas dapat diketahui tingkat signifikansi untuk masing-masing variabel bebas. Dari ketiga variabel tersebut yang dimasukkan dalam model regresi menghasilkan nilai t hitung = umtul variable independen kesadaran wajib pajak. Dengan demikian berarti secara parsial kesadaran Wajib Pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak. Demikian pula diperoleh nilai signifikan sebesar > 0.05 yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan. Kesimpulannya bahwa H 1 ditolak. Untuk variabel bebas kedua yaitu pemeriksaan pajak diperoleh nilai t hitung = > t tabel. Hal ini berarti secara parsial pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak. Demikian juga hasil signifikansi menunjukkan nilai < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan. Kesimpulannya H 2 diterima.

22 81 Untuk variabel bebas ketiga yaitu penagihan pajak diperoleh nilai t hitung = > t tabel. Hal ini berarti secara parsial penagihan pajak berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak. Demikian juga hasil signifikansi menunjukkan nilai > 0.05 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan. Kesimpulannya H 3 ditolak. E. PEMBAHASAN 1. Hasil Uji Hipotesis 1 : Pengaruh kesadaran Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Hasil uji hipotesis 1 yang ditunjukkan oleh tabel 4.16, nilai t hitung pada variabel kesadaran Wajib Pajak (X 1 ) adalah dengan tingkat signifikansi Karena nilai t hitung lebih besar dari probabilitas signifikan = Maka H a ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa kesadaran Wajib Pajak bernilai positif dan tidak berpengaruh secara signifikan antara kesadaran Wajib Pajak dengan penerimaan pajak. Semakin tinggi kesadaran Wajib Pajak yang terjadi maka tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak hal ini diduga karna banyak masyarakat yang sadar akan pembayaran pajak tetapi cenderung tidak membayar pajak dikarnakan banyaknya kasus korupsi yg membuat masyarakan cenderung berfikir untuk tidak membayar pajak.

23 82 Kesadaran Wajib Pajak dapat ditingkatkan melalui upaya yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan melakukan kegiatan sosialisasi perpajakan dengan tujuan memberikan pemahaman bagi masyarakat mengenai perpajakan di Indonesia. Kesadaran Wajib Pajak sangat diperlukan karena kesadaran itu sangat berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap pajak sehingga kesadaran Wajib Pajak perlu ditanamkan dan ditumbuh kembangkan sejak dini. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardiani Ika Sulistyawati, Dian Indriana Tri Lestari, dan Novi Widi Tiandari (2009), yang menyatakan bahwa kesadaran Wajib Pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak sebesar 5%.. 2. Hasil Uji Hipotesis 2 : Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Untuk variabel bebas kedua yaitu pemeriksaan pajak diperoleh nilai t hitung = Hal ini berarti bahwa secara parsial pemeriksaan pajak berpengaruh secara positif terhadap penerimaan pajak. Demikian juga hasil signifikansi menunjukkan nilai < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan. Kesimpulannya H 2 diterima.

24 83 Hasil uji hipotesis 2 yang ditunjukkan pada tabel 4.16, nilai t hitung pada variabel penerimaan pajak (X 2 ) adalah dengan tingkat signifikansi Karena nilai t hitung lebih besar dari tingkat signifikansinya lebih kecil dari probabilitas signifikansi = Maka H a diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel penerimaan pajak berpengaruh secara signifikan dengan penerimaan pajak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2011) dalam penelitianya mengatakan bahwa pemeriksaan pajak memberikan pengaruh positif terhadap penerimaan pajak. 3. Hasil Uji Hipotesis : Pengaruh Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Hasil uji hipotesis 3 yang ditunjukkan pada tabel 4.16, nilai t hitung pada variabel pemeriksaan pajak (X 3 ) adalah dengan tingkat signifikansi Karena nilai t hitung lebih dari tingkat signifikansinya lebih besar dari probabilitas signifikansi = Maka H a ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel penagihan pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak. Seharusnya Semakin banyak penagihan pajak maka penerimaan pajak akan semakin meningkat. Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil semakin banyaknya penagihan pajak maka tidak menjadikan semakin banyaknya penerimaan pajak.

25 84 Penagihan pajak perlu dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang ditetapkan oleh pemerintah terlebih pada saat ini dengan diterapkannya sistem self assessment yang sangat memerlukan kejujuran dari Wajib Pajak untuk menghitung pajak terutang yang harus dibayar dan tentunya untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan dan perundang-undangan perpajakan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Irman Hemandi (2013), yang menyatakan bahwa penagihan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak.