BAB V PENYEMPURNAAN PROSES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENYEMPURNAAN PROSES"

Transkripsi

1 147 BAB V PENYEMPURNAAN PROSES 5.1 Tahap Improve Tahap ini adalah tahap keempat dalam proses DMAIC dan akan dipilih setting yang paling baik untuk setiap vital factor yang didapat dari langkah sebelumnya sehingga dapat menghasilkan Y yang Optimum. Dilanjutkan dengan membuat prosedure yang baru dan menghitung kapabilitasnya setelah tahap implementasi Menentukan Setting Factor yang Optimal Disini akan dicari kombinasi level dari setiap faktor yang akan menghasilkan hasil yang optimal bagi proses. Untuk menentukannya dapat menggunakan Brainstorming, To Be proses map, dan cost/benefit analisis sebagai alternatif untuk mengindentifikasikan, memilih dan membuat proses optimasi serta merencanakan pengimplementasiannya. Untuk mencapai hasil Y yang optimum, maka proses improvemen / perbaikan di fokuskan terhadap 3 vital faktor yang telah di dapat pada tahap analisa, yaitu paradigma teknisi, metoda kerja teknisi dan lingkup kerja teknisi. Pada 3 vital faktor ini harus dilakukan perubahan prosedur kerja dalam rangka meningkatkan produktivitas teknisi. Perubahan prosedur kerja yang harus dilakukan pada ketiga Faktor Vital itu adalah :

2 148 A. Paradigma teknisi Melakukan Relokasi teknisi Membuat sistem grade untuk teknisi Membuat Forum untuk teknisi B. Metode kerja teknisi Perbaikan aktivitas harian dalam menangani service claim Melakukan perbaikan proses secara internal dengan cara : o Membuat work order box untuk teknisi o Menambah batas waktu Parts rental o Membuat daily book untuk teknisi Merubah prosedur Coverage Area untuk teknisi Membuat prosedur kunjungan teknisi ke konsumen C. Lingkup kerja teknisi Membuat prosedur tentang Work Order Regulation untuk pekerjaan yang diluar rencana. Membuat deklarasi tentang kode etik Membuat Prosedur Penyempurnaan Setelah ditemukan setting factor yang paling optimal, maka langkah berikutnya adalah membuat prosedure atau gambaran dari sistem yang baru (yang telah diperbaiki) sehingga dapat dijadikan sebagai acuan oleh teknisi pada saat melakukan tahap implementasi. A. Paradigma teknisi Faktor Vital ini dipengaruhi oleh tiga kondisi kerja yang harus diperbaiki atau disempurnakan. Setelah ditemukan prosedur / kondisi kerja yang akan

3 149 menghasilkan kerja yang optimum, maka langkah berikutnya adalah merencanakan untuk membuat prosedure yang baru untuk ketiga kodisi kerja tersebut. Disini akan diberikan gambaran maupun aturan tertulis yang baru atau yang sudah mengalami perbaikan sehingga dapat lebih dipahami mengenai perubahan yang dilakukan terhadap ketiga prosedur yang vital. Penjelasan dari prosedure yang baru dapat diikuti seperti berikut: 1. Relokasi Teknisi Pada faktor ini akan dilakukan perubahan lokasi kerja teknisi dalam menangani service claim dari konsumen. Dan dengan adanya perubahan ini dapat dicapai kepuasan konsumen dalam hal service claim yang diajukan konsumen kepada Customer Service. Perubahan kerja teknisi pada setiap cabang Customer Sevice dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 di bawah ini : BEFORE SVC Head Leader Technician Technician Technician Technician Gambar 5.1 Relokasi Teknisi ( Sebelum ) Improvement Idea SVC Head Leader Local Trainer Technician Technician Technician Gambar 5.2 Relokasi Teknisi ( Setelah )

4 150 Dan simulasi yang dilakukan di cabang Jakarta dan Bekasi dapat dilihat pada Gambar 5.3 di bawah ini. NAME OLD STATUS BRANCH NEW STATUS BRANCH Rizal Administration BEKASI Tech. Support HQ Hendi Technician BEKASI Local Trainer BEKASI Edwin Technician MUSI Consultant CIC Eddy Technician MUSI Consultant CIC Hernawan Technician MUSI Local Trainer MUSI Gambar 5.3 Simulasi Relokasi Teknisi Dengan melakukan Brainstorming dan To Be proses map terhadap faktor Relokasi Teknisi ini, diharapkan kerja teknisi lebih efektif dan lebih efisien. Dengan new prosedur di atas maka setiap service claim konsumen akan diterima oleh Customer Information Center ( CIC ) untuk ditangani oleh staff CIC dengan bantuan konsultan teknisi yang ada di CIC. Sedangkan teknisi yang ada di pusat akan memberikan atau membuat buku panduan dan pelatihan tentang penanganan service terhadap produk yang ada maupun yang baru kepada teknisi yang menjadi konsultan di CIC maupun lokal trainer yang ada di cabang Jakarta dan Bekasi. Dengan melakukan simulasi terhadap prosedur baru ini, ternyata teknisi yang ada di cabang Jakarta dan Bekasi dapat meningkatkan produktivitasnya hingga mencapai 5, Sistem Grade untuk teknisi Pada faktor ini akan dilakukan prosedur baru tentang reward kepada teknisi yang melakukan tugasnya dengan baik. Pemberian reward ini dilakukan berdasarkan grade / golongan dari teknisi dan dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun ( per semester ).

5 151 Pengukuran teknisi performance tersebut didasarkan pada point point yang dapat meningkatkan produktivitas teknisi, terutama dalam meningkatkan kepuasan konsumen. Pengukuran teknisi performance dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1 Tabel Performance Teknisi Classification Evaluation Item Portion Remark Technician Productivity 20% KPI Repair Difficulty 15% Re-Service Rate 10% Troubleshooting guide 5% New Knowledge Paper test 30% New Working Working Period 13% New Attitude Absence 7% Sedangkan jumlah reward yang diberikan kepada teknisi diatur sebagai berikut : Jika teknisi mencapai nilai performance = A, maka teknisi tersebut akan mendapat insentive sebesar : Rp Jika teknisi mencapai nilai performance = B, maka teknisi tersebut akan mendapat insentive sebesar : Rp Jika teknisi mencapai nilai performance = D, maka teknisi tersebut harus mengikuti training selama 20 jam. 3. Forum untuk teknisi Metode ini digunakan untuk membagi pengetahuan dan digunakan juga untuk memecahkan masalah yang sama, yang terjadi di lapangan. Forum ini diadakan seminggu sekali di setiap cabang, biasanya dilakukan pada hari Sabtu. Dimana setiap teknisi memberikan masukan atau pemecahan masalah bagi teknisi yang lain. Sehingga ini bisa dijadikan Buletin untuk teknisi dalam menghadapi service claim dengan kondisi yang sama.

6 152 Metode ini akan meningkatkan keahlian teknisi dalam pekerjaan sehari-hari, dan meningkatkan kepuasan konsumen dalam hal kecepatan dan keahlian teknisi dalam melakukan proses perbaikan. B. Metode Kerja Teknisi Vital faktor ini dipengaruhi oleh empat kondisi kerja yang harus diperbaiki atau disempurnakan. Setelah ditemukan prosedur / kondisi kerja yang akan menghasilkan kerja yang optimum, maka langkah berikutnya adalah merencanakan untuk membuat prosedure yang baru untuk keempat kodisi kerja tersebut. Disini akan diberikan gambaran maupun aturan tertulis yang baru atau yang sudah mengalami perbaikan sehingga dapat lebih dipahami mengenai perubahan yang dilakukan terhadap keempat prosedur yang vital. Penjelasan dari prosedure yang baru dapat diikuti seperti berikut: 1. Aktivitas Harian untuk menangani klaim Perubahan aktivitas harian teknisi ini dimaksudkan untuk membuang aktivitas yang mengurangi waktu bekerja teknisi. Pada tahap Analisis telah digambarkan bahwa prosedur persiapan teknisi pada saat keberangkatan memakan waktu lama, yaitu 1 jam 43 menit. Sehingga waktu keberangkatan teknisi dari kantor, baru dimulai pada jam Dengan melakukan Brainstorming dan To Be proses map analisis terhadap faktor aktivitas harian teknisi ini, maka perubahan prosedur untuk faktor ini dapat dilihat pada Gambar 5.4 di bawah.

7 153 REPORT W/O W/O DISTRIBUTION PARTS RENTAL CONFIRM CUSTOMER VISITING CUSTOMER 07:30 09:13 25 Minutes 30 Minutes 30 Minutes 18 Minutes Start BEFORE Reporting Yesterday FINISHED W/O New W/O will distributed by leader, Sequential by technician Part Rental or Return Sequential by technician Confirm to Customers about visiting time ( by office phone) Start Visiting IMPROVEMENT Provide Box for put Report W/O, daily book, and Customer Visiting FINISHED W/O information after daily Scheduling scheduling using Start Visiting repair Parts Rental / Return Appointment Time Leader distribute W/O (SUPPORTED BY CIC) ( SAME DAY ) ( 1 DAY BEFORE ) 07:30 08:30 0 Minutes 15 Minutes 25 Minutes 10 Minutes Start Gambar 5.4 Aktivitas Harian Teknisi Dengan prosedur yang baru ini, maka keberangkatan teknisi menjadi lebih awal 43 menit. Penambahan waktu ini akan memberi kesempatan kepada teknisi untuk mencapai target yang diinginkan. 2. Penyempurnaan Internal proses Prosedur kerja yang harus dibenahi di tiap-tiap cabang dalam upaya meningkatkan produktivitas teknisinya adalah proses internal yang melibatkan aktivitas teknisi dalam melakukan persiapan kunjungan ke konsumen. Proses internal itu meliputi : 1. Penyediaan kotak Work Order untuk teknisi. Penyediaan kotak Work Order ini bertujuan untuk mengurangi waktu antrian saat pembagian Work Order kepada teknisi. Pembagian W/O yang biasanya dilakukan oleh leader teknisi dan dibagi kepada teknisi. Dengan adanya kotak W/O, leader teknisi tidak perlu membagikan langsung kepada teknisi yang akan melakukan kunjungan. Tetapi cukup meletakkan W/O tersebut di kotak W/O yang diberikan nama sesuai dengan nama teknisi yang ada di cabang tersebut. Penyempurnaan prosedur ini bisa mengurangi waktu teknisi sampai 30 menit, dan aktivitas ini sudah termasuk pemeriksaan dan analisa Work Order oleh teknisi yang akan melakukan kunjungan.

8 Menambah Limit Parts Rental Penyempurnaan prosedur ini dilakukan untuk memudahkan teknisi menyediakan spare parts yang akan digunakan saat kunjungan ke konsumen. Penambahan limit rental part diberikan kepada teknisi sampai batas nilai 8 juta, yang sebelumnya senilai 5 juta. Prosedur ini dilakukan untuk mengurangi Work Order yang terhambat karena masalah sparepart yang kurang pada saat proses perbaikan di konsumen. 3. Pembuatan Buku Aktivitas Harian Teknisi Penyempurnaan prosedur ini dilakukan untuk mengawasi / mengontrol aktivitas harian teknisi dalam melakukan service claim ke konsumen. Buku Harian teknisi ini berisi : W/O status, problem, pulsa HP dan overtime teknisi. Dengan adanya buku harian ini, semua aktivitas teknisi dapat dikontrol dan dapat dijadikan masukan pada saat Forum teknisi yang diadakan setiap seminggu sekali. Sehingga menghindari aktivitas teknisi yang tidak tercatat dan tidak terkontrol. Contoh Buku Aktivitas Harian teknisi dapat dilihat pada Gambar 5.5 di bawah ini. Gambar 5.5 Buku Harian Teknisi

9 Setup Coverage Area teknisi Prosedur ini dilakukan penyempurnaan untuk menghindari teknisi mengunjungi konsumen dengan area operasi yang sama, sehingga terjadi tumpang tindih. Area Operasi teknisi ini juga didukung oleh alat yang memonitor pergerakan teknisi di suatu daerah. Alat pendukung itu adalah GPS Global Positioning System. Prosedur ini akan meningkatkan nilai 24 hour service rate, karena alat ini bisa mengontrol pergerakan teknisi di suatu area, menganalisa daerah operasi dan juga dapat dijadikan prosedur dalam pendistribusian service claim kepada teknisi. Penyempurnaan prosedur ini dapat dilihat pada Gambar 5.6 di bawah ini. Previous Improved Area A Area B Area A Area B Tech A Tech B Tech A Tech B Gambar 5.6 Coverage Area 4. Evaluasi Kemampuan Teknisi Prosedur ini dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan teknisi dalam kemampuannya mengenali produk-produk yang ada, prosedur melakukan service claim, dan juga kemampuan dalam melakukan proses perbaikan terhadap suatu produk. Evaluasi Skill ini dilakukan dalam bentuk paper test yang diadakan setiap semester. Penilaian ini juga masuk dalam pengukuran performance teknisi untuk sistem grade.

10 Setup Jam Kunjungan Prosedur ini diberlakukan untuk meningkatkan kepuasan konsumen, terutama dalam hal perjanjian jam kunjungan. Sebelum ini diberlakukan, perjanjian kunjungan ke konsumen hanya berdasarkan hari. Oleh karenanya konsumen sering kecewa karena harus menunggu terlalu lama, tidak ada kepastian jam. Dengan adanya prosedur baru ini, maka kekecewaan konsumen dalam hal menunggu kunjungan teknisi dapat di kurangi. Prosedur ini juga dipermudah dengan adanya alat GPS yang bisa memantau keberadaan teknisi, sehingga bisa diberikan kepastian jam kunjungan ke konsumen. Gambar 5.7 di bawah ini adalah gambar Setup Kunjungan Teknisi ke konsumen. Gambar 5.7 Setup Jam Kunjungan C. Peraturan Prosedur untuk faktor ini adalah untuk mengurangi pekerjaan / service claim yang terhambat dan tidak bisa diselesaikan dalam waktu 24 jam.

11 157 Hal ini bisa terjadi karena kondisi yang tidak bisa terkontrol / kemungkinan yang terjadi saat teknisi terjun ke lapangan. Peraturan ini juga dibuat untuk meningkatkan kepuasan konsumen dalam hal service claim yang diajukan kepada Customer Service. Peraturan yang perlu disempurnakan adalah sebagai berikut : 1. Peraturan Work Order Yang dimaksudkan dengan peraturan work order adalah teknisi harus mengurangi service claim yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu 24 jam. Hal ini bisa terjadi karena kondisi di lapangan yang tidak sesuai / ada faktor yang menghambat teknisi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Faktor faktor yang menghambat teknisi dalam menyelesaikan pekerjaannya adalah Pembatalan kunjungan saat teknisi di lapangan. Jadwal Ulang kunjungan atas W/O yang dibatalkan Informasi alamat pelanggan yang salah Adanya spare part yang tidak tersedia saat kunjungan ke konsumen. Kondisi di atas akan mempengaruhi produktivitas teknisi dalam upaya mencapai target yang ditetapkan. Peraturan ini dilaksanakan dalam bentuk standarisasi prosedur yang diberlakukan untuk work order yang tidak bisa diselesaikan oleh teknisi dalam waktu 24 jam, karena faktor-faktor di atas. 2. Deklarasi Kode Etik Karyawan Prosedur ini diberlakukan untuk semua karyawan, dimana deklarasi ini bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam hal profesionalisme, integritas dan kejujuran selama waktu kerja. Dengan deklarasi ini, konsumen dipastikan mendapat layanan yang baik tanpa harus memberi tip.

12 Mengukur Karakteristik CTQ setelah Implementasi Pada tahap ini akan diperlihatkan hasil pengukuran yang diperoleh dari pengimplementasian penyempurnaan proses yang dibahas pada Bab 4. Dengan data hasil pengukuran ini dapat dilihat seberapa besar keberhasilan dari penyempurnaan proses yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas teknisi dalam hal meningkatkan kepuasan konsumen avg : JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP Gambar 5.8 Pengukuran Produktivitas Teknisi Dari hasil pengamatan yang ada pada Gambar 5.8 di atas, dimana Tahap Implementasi dilakukan pada Bulan Mei. Produktivitas Teknisi ternyata mengalami peningkatan menjadi Padahal target yang harus dicapai oleh teknisi setelah inplementasi adalah 3.5. Sedangkan hasil pengukuran untuk 24 Hour Service Rate dapat dilihat pada Gambar 5.9 di bawah ini.

13 avg : 74.4% Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Gambar 5.9 Pengukuran 24 Hour Service Rate Dari data hasil pengamatan pada Gambar 5.8, dapat disimpulkan bahwa Penyempuranaan Proses yang dilakukan pada 24 Hour Service Rate memperlihatkan peningkatan performance teknisi sebesar 74.4%. Dimana target yang ditetapkan untuk pengukuran 24 Hour Service Rate adalah 70%. Dengan meningkatnya performance teknisi dalam hal Produktivitas dan 24 Hour Service Rate ini akan meningkatkan pula kepuasan konsumen dan memperkuat Brand Image perusahaan Mengukur Kapabilitas Proses setelah Implementasi Disini akan digunakan cara yang sama dengan perhitungan Kapabilitas Proses yang ada di tahapan Measure. Namun disini data yang digunakan adalah sampel data setelah mengalami perbaikan atau sudah diimplementasikannya konsep yang baru agar hasil yang dicapai dapat optimal.

14 160 Hasil masing-masing pengukuran untuk penentuan kapabilitas proses saat ini dapat dilihat setelah ini. 1. Analisis Kapabilitas Proses Produktivitas Teknisi Data dianalisa kapabilitas prosesnya dengan menggunakan Capability Analysis (Normal) yang telah tersedia di Minitab. Sehingga dapat diketahui kemampuan proses untuk memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL) yang telah ditetapkan berdasarkan keinginan pelanggan (customer) yaitu 3.5. Analisis Kapabilitas Proses dari Produktivitas Teknisi (implementasi ) yang dibuat berdasarkan hasil pengukuran yang ada ditunjukkan pada Gambar 5.10 di bawah ini. Process Capability Analysis for Tech Productivity Process Data USL Target LSL Mean Sample N 5 StDev (Within) StDev (Overall) LSL Within Overall Potential (Within) Capability Z.Bench 2.72 Z.USL Z.LSL 2.72 Cpk 0.91 Cpm Overall Capability Observed Performance Exp. "Within" Performance Exp. "Overall" Performance Z.Bench Z.USL Z.LSL Ppk PPM < LSL PPM > USL PPM Total PPM < LSL PPM > USL PPM Total PPM < LSL PPM > USL PPM Total Gambar 5.10 Analisa Kapabilitas Produktivitas Teknisi (Improve)

15 161 Karena hanya terdapat batas spesifikasi bawah (LSL) maka nilai kapabilitas yang muncul hanya Z. Bench, Z. LSL dan Cpk untuk short term serta Z. Bench, Z. LSL dan Ppk untuk long term. Cp dan Pp hanya dapat dihitung apabila terdapat dua batas spesifikasi yaitu USL dan LSL. Kalau hanya terdapat LSL saja maka nilai Cp dan Pp kosong karena tidak dapat dihitung, begitu juga dengan CPL dan PPL yang digunakan apabila hanya terdapat satu batas spesifikasi yaitu LSL (Lower Specification Limit). Jika hanya terdapat satu batas maka nilai Cpk sama dengan CPU atau CPL, dan nilai Ppk akan sama dengan PPU atau PPL. Dari gambar dapat dilihat bahwa semua hasil pengukuran berada di atas batas spesifikasi bawah (LSL) yang telah ditetapkan. Yang kalau dibandingkan dengan kapabilitas sebelumnya yaitu pada tahap Measure maka dapat dikatakan bahwa kapabilitas proses mengalami peningkatan yang kemungkinan diakibatkan dengan semakin terbiasanya teknisi dengan prosedur baru. Maka dapat dikatakan bahwa proses telah mampu untuk memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL= 3,5) yang ditetapkan berdasarkan keinginan pelanggan (customer) dan kapabilitas proses tersebut tergolong sangat baik. Kemudian proses tersebut kemungkinan akan terdapat waktu siklus yang tidak sesuai dengan spesifikasi sebesar 3291,14 PPM (Part Per Million) untuk yang short term (within). Dan untuk perhitungan untuk mencari nilai sigmanya dapat dilihat pada perhitungan secara manual dibawah.

16 162 Perhitungan Manual Diketahui : Zst = 2.72 Zlt = 2.72 Penyelesaian : Zshift = Zst Zlt = (2.72) (2.72) = 0 Dari hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Nilai Sigma Proses tersebut adalah 2.72 (Zst) dimana tanda positif menandakan bahwa lebih dari 50% hasil proses berada di atas batas spesifikasi bawah (LSL). Sedangkan Zshift-nya sebesar 0 sigma sehingga berdasarkan prediksi perhitungan bahwa kemungkinan proses akan bergeser sebesar 0 sigma. Dan 0 tersebut menyatakan bahwa pergeseran proses tersebut masih berada pada batas yang diperbolehkan, dimana pergeseran atau penyimpangan maksimum dari proses hanya diijinkan hingga 1,5 sigma. Setelah melakukan perhitungan analisis kapabilitas proses langkah berikutnya adalah memetakan hasil perhitungan tersebut ke dalam 4-Block Diagram seperti ditunjukkan pada Gambar 5.11 berikut.

17 163 Poor 3.0 Zshift Good Poor Zst A C 4.5 B D 6.0 Good D : Good Control & Good Technology Gambar Block Diagram Produktivitas Teknisi (Improve ) Pada gambar 4.7 diatas terlihat bahwa kemampuan proses berada di kolom C positif dimana pada kolom ini berarti bahwa prosesnya masih perlu perbaikan namun kontrol terhadap prosesnya sudah baik. Sehingga dibutuhkan beberapa inovasi yang dapat memperbaiki proses sehingga indeks kapabilitas prosesnya menjadi baik, sedangkan sistem pengontrolan prosesnya tidak perlu diperbaiki lagi karena sudah dianggap baik. Jadi pada saat melakukan perbaikan akan lebih efektif dan effisien apabila hanya terfokus pada perbaikkan yang berkaitan dengan komponen-komponen yang mempengaruhi proses, baik mesin, manusia (operator), maupun prosedure kerjanya. 2. Analisis Kapabilitas Proses 24 Hour Service Rate Data dianalisa kapabilitas prosesnya dengan menggunakan Capability Analysis (Normal) yang telah tersedia di Minitab. Dapat diketahui kemampuan proses untuk memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL) yang telah ditetapkan berdasarkan keinginan pelanggan (customer) yaitu 70%. Analisis Kapabilitas

18 164 Proses dari 24 hour Service Rate yang dibuat berdasarkan hasil pengukuran yang ada ditunjukkan pada Gambar 5.12 di bawah ini. Process Capability Analysis for 24 Hours Service Rate Process Data USL Target LSL Mean Sample N 5 StDev (Within) StDev (Overall) LSL Within Overall Potential (Within) Capability Z.Bench 4.05 Z.USL Z.LSL 4.05 Cpk 1.35 Cpm Overall Capability Observed Performance Exp. "Within" Performance Exp. "Overall" Performance Z.Bench Z.USL Z.LSL Ppk PPM < LSL PPM > USL PPM Total PPM < LSL PPM > USL PPM Total PPM < LSL PPM > USL PPM Total Gambar 5.12 Analisa Kapabilitas 24 Hour Service Rate ( Improve ) Seperti halnya pada bab 4 bahwa karena hanya terdapat batas spesifikasi atas (USL) maka nilai kapabilitas yang muncul hanya CPU dan Cpk untuk short term serta PPU dan Ppk untuk long term. Dari gambar 5.15 dapat dilihat bahwa waktu siklus yang dapat dicapai oleh pengukuran 24 Hour Service Rate berada di atas 0.70 atau berada di atas LSL yang ditetapkan sebesar Proses tersebut telah dapat dikatakan bahwa proses telah mampu untuk memenuhi batas spesifikasi bawah ( LSL= 0.70 ) yang ditetapkan berdasarkan keinginan pelanggan (customer) dan kapabilitas proses tersebut tergolong sangat baik. Kemudian proses tersebut kemungkinan akan terdapat waktu siklus yang tidak sesuai dengan spesifikasi sebesar 25,43 PPM (Part Per Million) untuk yang short term (within).

19 165 Sedangkan Nilai Sigma Proses tersebut adalah 4.05 (Zst) dimana tanda positif menandakan bahwa lebih dari 50% hasil proses berada di atas batas spesifikasi bawah (USL). Sedangkan Zshift-nya sebesar 0 sigma sehingga berdasarkan prediksi perhitungan bahwa kemungkinan proses akan bergeser sebesar 0 sigma. Dan 0 sigma tersebut menyatakan bahwa pergeseran proses tersebut masih berada pada batas yang diperbolehkan, dimana pergeseran atau penyimpangan maksimum dari proses hanya diijinkan hingga 1,5 sigma. Setelah melakukan perhitungan analisis kapabilitas proses langkah berikutnya adalah memetakan hasil perhitungan tersebut ke dalam 4-Block Diagram seperti ditunjukkan pada Gambar 5.13 berikut. Poor 3.0 Zshift Good Poor Zst A C 4.5 B D 6.0 Good D : Good Control & Good Technology Gambar Block Diagram 24 Hour Service Rate Pada Gambar 5.13 di atas terlihat bahwa kemampuan proses berada di kolom C dimana pada kolom ini berarti bahwa teknologinya perlu ditingkatkan, sedangkan pengontrolan terhadap prosesnya juga sudah baik. Sehingga hanya dibutuhkan usaha untuk menjaga agar semua hasil yang sudah dicapai dapat lebih ditingkatkan agar ada perubahan yang lebih signifikan. Dan ini hanya dapat

20 166 dilakukan melalui pengawasan yang ketat dengan seperangkat alat kontrol yang disesuaikan dengan kondisi yang ada. 5.2 Tahap Control Pada tahap akhir ini akan lebih terfokus pada bagaimana caranya untuk dapat menjaga dan mempertahankan kondisi dari hasil ide-ide perbaikan agar tidak berubah lagi atau kembali lagi pada kondisi awal. Sehingga dibutuhkan seperangkat prosedure yang akan digunakan sebagai alat untuk menjaga dan mengawasinya Merancang Sistem Kontrol Disini akan dirancang seperangkat sistem kontrol yang cocok dengan kondisi yang ada. Sistem kontrol disini maksudnya adalah seperangkat alat dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk melakukan pengontrolan terhadap proses yang telah mengalami perbaikan. Pengontrolan dan pengawasan disini ditujukan kepada kedua stasiun kerja, yaitu Produktivitas Teknisi dan 24 Hour Service Rate. Kedua stasiun tersebut dikontrol atau dimonitor agar semua hasil yang telah dicapai pada kedua stasiun kerja dapat terjaga pada batas-batas yang ditentukan. Berikut ini akan diuraikan beberapa rancangan yang akan digunakan pada tahap pengontrolan FlowChart Sistem Kontrol Flowchart dibuat dengan tujuan agar sistem kontrol atau pengawasan terhadap proses yang telah mengalami perbaikan dapat berjalan dengan baik

21 167 karena adanya pedoman atau acuan sehingga penyerahan tugas untuk pengawasannya dapat lebih fleksibel. Pengawasan ataupun pengontrolan dilakukan dengan mengambil data pengukuran setiap harinya dan data tersebut dimasukkan ke dalam satu subgroup. Dari data-data yang dikumpulkan setiap hari tersebut baru akan dilakukan pengukuran kapabilitas prosesnya setelah terkumpul selama 1 bulan. Setelah ditemukan sigma levelnya barulah nilai sigma level tersebut dipetakan ke dalam Grafik Kontrol Sigma Level yang digunakan untuk mengontrol penyimpangan pada nilai sigma level, yang dalam hal ini penyimpangan yang diijinkan adalah sebesar 1,5 sigma dan ini didasarkan pada pengalaman Motorola dalam menangani prosesnya. Jadi apabila sigma level yang ditargetkan sebesar 6 sigma maka minimal sigma level proses yang diijinkan hingga pada level 4,5 sigma. Atau dengan kata lain bahwa level 4,5 sebagai LCL (Lower Control Limit) pada Grafik Kontrol Sigma Level tersebut apabila sigma level proses telah berada di luar LCL maka dapat proses tersebut harus diperbaiki dulu.. Dan untuk flow chartnya ditunjukkan pada Gambar 5.14.

22 168 Lakukan Pengukuran (Pengumpulan Data) 5 data/hari (1 subgroup) selama 1 bulan Uji Keseragaman Data Gunakan Minitab Seragam? YA Uji Kecukupan Data TIDAK Solusi Masalah Data Cukup? YA Uji Kenormalan Data Gunakan Minitab TIDAK Ambil Data Kembali Normal? YA Mengukur Kapabilitas Proses TIDAK Ambil Data Kembali Apakah Proses Mampu (capable)? TIDAK Perbaikan Proses YA Menentukan Sigma Level (Zst) Proses Memasukkan Sigma Level (Zst) ke Lembar Kontrol Sigma Level Apakah Sigma Level dalam batas kontrol? TIDAK YA PRINT REPORT Gambar 5.14 Flow Chart Sistem Kontrol

23 Alat Kontrol Disini akan dibuat beberapa lembar rancangan yang akan digunakan sebagai alat pengontrolan atau pun pengawasan terhadap proses yang sudah mengalami perbaikan. Alat kontrol tersebut diantaranya adalah: a. Lembar Pengukuran Yang digunakan untuk pengambilan data yang dilakukan setiap bulannya. Sehingga dibutuhkan satu format yang dapat dijadikan standar pada saat melakukan pengukuran. Tampilan dari lembar pengukuran dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut. Tabel 5.2 Contoh Lembar Pengukuran Productivity JAN FEB 2004 Claim Qty Tech No ProductivityClaim Qty Tech No Productivity BDG BJM BKL BKS CR1 DPS JBI JG1 JK1 JK2 JKT Working days : Working days : TOTAL b. Tabel Hasil Pengukuran Merupakan lembaran olah data yang berbentuk tabel dan dibuat dengan program excell sehingga dapat secara langsung untuk memperoleh informasi

24 170 tentang seragam atau tidaknya data maupun cukup atau tidaknya data yang dikumpulkan. Dan tampilan tabel tersebut dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3 Contoh Tabel Hasil Pengukuran 24 Hrs SVC Rate 2004 JAN FEB MAR APR AVG JAKARTA 0.72 ALL BRANCH (Include Jakarta) Productivity 2004 JAN FEB MAR APR AVG JAKARTA 4 ALL BRANCH (Include Jakarta) c. Tabel Kontrol Sigma Level Merupakan tabel yang digunakan untuk mencatat semua informasi mengenai kapabilaitas proses yang dapat dicapai oleh stasiun kerja tiap bulannya dan dibuat dengan format per tahun untuk pelaporannya. Dan untuk tampilan dari tabel tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.

25 171 Tabel 5.4 Contoh Tabel Kontrol Sigma Level Tahun : Bulan Januari Februari Maret April(Baseline) Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember USL Mean Short Term Long Term (Xbar) Sst CPU Zst DPMO Slt PPU Zlt DPMO d. Grafik Kontrol Sigma Level Merupakan grafik yang digunakan untuk menampilkan sigma level yang dapat dicapai oleh suatu proses secara visual sehingga lebih memudahkan untuk mengetahui kondisi proses tiap bulannya dan grafik tersebut dibuat untuk jangka waktu satu tahun. Untuk tampilan dari grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.15 berikut. Grafik Kontrol Sigma Level (Zst) pada Stapling Tahun Sigma Level (Zst) Bulan Sigma Level Aktual Sigma Level Minimum Sigma Level Target Gambar 5.15 Contoh Grafik Kontrol Sigma Level

BAB IV KARAKTERISASI PROSES

BAB IV KARAKTERISASI PROSES 110 BAB IV KARAKTERISASI PROSES 4.1 Tahap Define Aktivitas utama pada tahap Define ini adalah menemukan CTQ (Critical to Quality), yaitu sebuah fokus permasalahan yang menjadi hal yang paling penting untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Six Sigma adalah sebuah disiplin kualitas yang memfokuskan diri pada produk dan pelayanan yang lebih baik untuk menciptakan sebuah kebudayaan yang menyempurnakan permintaan sebagai target setiap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang langkah-langkah penerapan Six Sigma untuk peningkatan kualitas pada proses pengisian pulsa elektrik. penulis menggunakan lima langkah utama,

Lebih terperinci

ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC)

ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: INTAN ALIFIYAH ILMI NRP. 2406 00 063 Pembimbing: Ir. Ya umar,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X Nur Yulianti Hidayah 1, Desi Rahmawaty 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nur.yulianti@univpancasila.ac.id,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI MESIN POMPA PADA RUMAH POMPA PDAM SURABAYA UNIT X DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: Resty Dwi S.

ANALISIS EFISIENSI MESIN POMPA PADA RUMAH POMPA PDAM SURABAYA UNIT X DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: Resty Dwi S. ANALISIS EFISIENSI MESIN POMPA PADA RUMAH POMPA PDAM SURABAYA UNIT X DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: Resty Dwi S. 240905022 Ir.Ya umar,mt Dosen Pembimbing: Ir.Ali Musyafa, MSc Diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4. Data Sampel 4.. Pengambilan dan Pemilihan Data Sampel Dari pengumpulan data yang telah dilakukan, diperoleh 20 data sampel yang telah dikelompokkan menjadi subgrup-subgrup

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi Rencana implementasi ditetapkan dari solusi bisnis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Rencana implementasi yang akan dilakukan dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Untuk meminimasi tingginya frekuensi sejumlah cacat pada stasiun kerja Winding dalam pembuatan produk Ballast TB 210, maka diperlukan suatu alat pengendalian kualitas yang mampu meminimasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Tahapan Penelitian 3.1.1 Identifikasi Dan Perumusan Masalah Langkah ini merupakan langkah awal untuk melakukan penelitian dengan melakukan observasi ke unit

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang metodologi penelitian dari langkahlangkah penelitian, penelitian pendahuluan, identifikasi masalah, studi pustaka yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi ketatnya persaingan industri retail yang menjual produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG), pengelola dituntut untuk mengoperasikan retail secara efektif

Lebih terperinci

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CAA MELAKUKAN PEHITUNGAN STATISTIK TAPI MENGAJAKAN KONSEP STATISTIK SECAA MENDALAM, APLIKASI STATISTIK, TEMASUK TEKNIK SAMPLING DISETAI VIDEO SIMULASI, STUDI KASUS

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH. Tahapan selanjutnya dalam metode Six Sigma adalah analisa. Setelah

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH. Tahapan selanjutnya dalam metode Six Sigma adalah analisa. Setelah BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 TAHAP ANALISIS (ANALYZE) Tahapan selanjutnya dalam metode Six Sigma adalah analisa. Setelah melakukan pengukuran untuk mengetahui akar masalah secara kuantitatif. Alat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengumpulan Data Tabel 4. Tabel Pengumpulan Data Jam Tgl Variabel 9: : : 4: 5: 8/8/5 Tebal Material 8 6 6 6.5 Kecepatan Potong 567 6 68 64 54 Hasil Pemotongan 4 4.333

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lean Definition 2.2 A House of Lean

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lean Definition 2.2 A House of Lean BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lean Definition Lean Manufacturing adalah sistem yang membantu mengidentifikasi dan mengeliminasi dari pemborosan, meningkatkan kualitas, dan mengurangi waktu produksi dan biaya.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS 66 BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Analisis Hasil Perhitungan (awal) 5.1.1 Analisis perhitungan waktu baku Dari hasil pengukuran diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan siklus pekerjaan dari karyawan, yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Define Identifikasi masalah pada Bakmi GM, yakni adanya ketidakstabilan perfect order untuk delivery service pada enam bulan terakhir, yang bervariasi antara 54% sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram alir 37 3.2 Langkah Langkah Penelitian Dalam metode penelitian ini merupakan tahapan tahapan yang dibuat untuk memudahkan dan mengarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Tahap analisis pemecahan masalah merupakan tahap untuk menemukan root cause, memberikan ide dan melakukan perbaikan terhadap cacat yang terjadi dengan adanya perubahan

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS Ashar 1, Irman Amri 2*, Usran 3 1 Dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis Alternatif solusi bisnis dari isu bisnis merupakan eksplorasi hasil isu bisnis dari berbagai informasi berupa evaluasi kinerja PT. XYZ Logistik yang diusulkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit) BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Availability Rate Availability Rate mencerminkan seberapa besar waktu loading time yang tersedia yang digunakan disamping yang terserap oleh down time losses. Berikut adalah

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Kualitas Keistimewaan atau keunggulan suatu produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Salah satunya dapat dilihat dari sisi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 36 BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA Langkah berikutnya adalah mengolah data-data yang telah dikumpulkan untuk dihitung jumlah dominan cacat cetakan yang terjadi, kapabilitas proses dari unit pengolahan

Lebih terperinci

Aplikasi SPC (Statistical Process Control) dan Quality Improvement Tool Di Bagian Giling Dan Batil Rokok SKT PT. Djarum Kudus

Aplikasi SPC (Statistical Process Control) dan Quality Improvement Tool Di Bagian Giling Dan Batil Rokok SKT PT. Djarum Kudus Aplikasi SPC (Statistical Process Control) dan Quality Improvement Tool Di Bagian Giling Dan Batil Rokok SKT PT. Djarum Kudus Ida Nursanti* 1, Eny Rokhayati 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini penerapan teknologi informasi dan komunikasi diperlukan dalam dunia bisnis sebagai alat bantu dalam upaya memenangkan persaingan. Dengan semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Tahap Pemeriksaan Peta Kontrol Mutu PSF Pemeriksaan peta kontrol mutu PSF hasil proses pengolahan bertujuan untuk mencegah berlanjutnya pengolahan PSF yang tidak memenuhi syarat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat dijelaskan sebagai berikut: Garis berwarna hijau adalah Mean (rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu kerangka yang memuat langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada bagian ini akan dijelaskan secara

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang digunakan untuk membuat peta kontrol merupakan data pengukuran dimensi pada kabel jenis NYFGbY antara bulan April 007 sampai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. atribut dilakukan dengan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui CTW. Circumference RTD

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. atribut dilakukan dengan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui CTW. Circumference RTD BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Pareto Chart Setelah dilakukan pengumpulan data pengolahan data pada bab sebelumnya, maka selanjutnya dilakukan analisa dan pembahasan. Analisa data atribut dilakukan

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL Mila Faila Sufa * 1, Dina Ariningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

PROCESS CAPABILITY ANALYSIS PADA NUT (STUDI KASUS: PT SANKEI DHARMA INDONESIA)

PROCESS CAPABILITY ANALYSIS PADA NUT (STUDI KASUS: PT SANKEI DHARMA INDONESIA) PROCESS CAPABILITY ANALYSIS PADA NUT (STUDI KASUS: PT SANKEI DHARMA INDONESIA) Helena Sisilia R. S.*, Hendy Tannady* Program Studi Teknik Industri, Universitas Bunda Mulia Jl. Lodan Raya No. 2, Ancol-Jakarta

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES ANALISIS KEMAMPUAN PROSES ì 11 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline ì ANALISIS

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Desain Penelitian Metodologi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu pemecahan masalah dengan menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu penilaian program kelayakan dasar (pre requisite program), evaluasi penerapan program Hazard Analysis Critical

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994)

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian kualitas Kualitas memiliki kaitan yang sangat erat dengan dunia perindustrian, baik industri barang maupun jasa. Definisi dari kualitas sendiri bermacam-macam, karena

Lebih terperinci

Meningkatkan Kualitas Pada Proses Pengisian Pulsa Elektrik Dengan Menggunakan Metode Six Sigma RESEARCH

Meningkatkan Kualitas Pada Proses Pengisian Pulsa Elektrik Dengan Menggunakan Metode Six Sigma RESEARCH Meningkatkan Kualitas Pada Proses Pengisian Pulsa Elektrik Dengan Menggunakan Metode Six Sigma RESEARCH JOHNNY HARJONO (0700723304) BINUS BUSINESS SCHOOL PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN BUSINESS MANAGEMENT

Lebih terperinci

ANALISA KAPABILITAS PROSES UNTUK PROSES INJEKSI DAN BLOW MOULDING PROCESS CAPABILITY ANALYSIS IN INJECTION AND BLOW MOULDING PROCESS

ANALISA KAPABILITAS PROSES UNTUK PROSES INJEKSI DAN BLOW MOULDING PROCESS CAPABILITY ANALYSIS IN INJECTION AND BLOW MOULDING PROCESS ANALISA KAPABILITAS PROSES UNTUK PROSES INJEKSI DAN BLOW MOULDING PROCESS CAPABILITY ANALYSIS IN INJECTION AND BLOW MOULDING PROCESS 1 Edwin Hendrawan, 1 Hananiel Vincent Susanto, 1 Surya Adinata Jackson

Lebih terperinci

Application of Six Sigma on Product Quality Identification at The Small Scale Apple Chip Industry: Processing Aspect

Application of Six Sigma on Product Quality Identification at The Small Scale Apple Chip Industry: Processing Aspect Aplikasi Six Sigma pada Pengujian Kualitas Keripik Apel (Sukardi dkk) APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUJIAN KUALITAS PRODUK DI UKM KERIPIK APEL TINJAUAN DARI ASPEK PROSES Application of Six Sigma on Product

Lebih terperinci

Hidayati, Sinulingga, Hadi Jurnal OE, Volume VII, No. 1, Maret 2015

Hidayati, Sinulingga, Hadi Jurnal OE, Volume VII, No. 1, Maret 2015 Hidayati, Sinulingga, Hadi 0 Jurnal OE, Volume VII, No., Maret 0 KAJIAN KUALITAS MINYAK GORENG SAWIT DENGAN METODE TAGUCHI QUALITY LOSS FUNCTION Juliza Hidayati, Sukaria Sinulingga, Utomo Hadi Departemen

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA. tersebut didapatkan nilai DPMO rata-rata sebesar yang berarti dalam

BAB V HASIL DAN ANALISA. tersebut didapatkan nilai DPMO rata-rata sebesar yang berarti dalam BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisa tingkat DPMO & Sigma 5.1.1 Analisa Tingkat DPMO Hasil perhitungan tingkat DPMO dan Sigma proses produksi DS29LE2 didapatkan dari data inspeksi bulan September 2011.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DALAM ANALISIS KUALITAS PRODUK (Studi Kasus Produk Batik Handprint Pada PT XYZ di Bali)

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DALAM ANALISIS KUALITAS PRODUK (Studi Kasus Produk Batik Handprint Pada PT XYZ di Bali) E-Jurnal Matematika Vol. 6 (2), Mei 2017, pp. 124-130 ISSN: 2303-1751 PENERAPAN METODE SIX SIGMA DALAM ANALISIS KUALITAS PRODUK (Studi Kasus Produk Batik Handprint Pada PT XYZ di Bali) Tri Alit Tresna

Lebih terperinci

PETA KENDALI VARIABEL

PETA KENDALI VARIABEL PETA KENDALI VARIABEL 9 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline Peta Kendali Variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y Moses L. Singgih dan Renanda Email: moses@ie.its.ac.id Jurusan Teknik Industri FTI, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ditetapkan. Gasper (2008:1) mendefiniskan kualitas sering kali diartikan

BAB II LANDASAN TEORI. ditetapkan. Gasper (2008:1) mendefiniskan kualitas sering kali diartikan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Kualitas 2.1.1 Pengertian Kualitas Kualitas didefinisikan sebagai totalitas karakteristik suatu produk yang menunjang kemapuan produk itu untuk memuaskan kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

Usulan Penerapan Metodologi DMAIC untuk Meningkatkan Kualitas Berat Produk di Lini Produksi Filling (Studi Kasus: PT Java Egg Specialities)

Usulan Penerapan Metodologi DMAIC untuk Meningkatkan Kualitas Berat Produk di Lini Produksi Filling (Studi Kasus: PT Java Egg Specialities) Usulan Penerapan Metodologi DMAIC untuk Meningkatkan Kualitas Berat Produk di Lini Produksi Filling (Studi Kasus: PT Java Egg Specialities) Feliks Prasepta S. Surbakti 1, Martinus Tukiran 2, Agnes Natalia

Lebih terperinci

ANALISA QUALITY IMPROVEMENT PADA PERUSAHAAN READY MIX CONCRETE PT. X DI BALI

ANALISA QUALITY IMPROVEMENT PADA PERUSAHAAN READY MIX CONCRETE PT. X DI BALI ANALISA QUALITY IMPROVEMENT PADA PERUSAHAAN READY MIX CONCRETE PT. X DI BALI Sugihya Artha Dwipayani 1) dan I Putu Artama Wiguna 2) 1) Program Studi Pascasarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Konsep Kunci 2.1.1.1 Definisi Kualitas Kualitas adalah sebuah ukuran relatif dari kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri manufaktur. Hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 3. Spare part MTC tidak mencukupi. 5. Belum ada standarisasi lebal kabel. 1. Belum ada backup network PC user

BAB V PEMBAHASAN. 3. Spare part MTC tidak mencukupi. 5. Belum ada standarisasi lebal kabel. 1. Belum ada backup network PC user BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil temuan data di lapangan berupa sejumlah akar masalah yang menimbulkan lamanya waktu perbaikan jaringan komputer pada IT Hardware, perbandingan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

APLIKASI PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KUE MALKIST DI PT.X

APLIKASI PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KUE MALKIST DI PT.X APLIKASI PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KUE MALKIST DI PT.X Oleh: Lilla Ayu Dyawara Pembimbing: 1. Prof.Ir.Suparno,MSIE,PhD Penguji: 1. Prof.Ir.Moses L.Singgih,Msc,Ph.D 2. Dr.Ir.Bambang

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Umum Perusahaan 4.1.1 Company profil Regutered name : PT. METALSINDO PACIFIC Estabished : 20 MAY 2009 Office / Factory Addres : Jababeka Industrial estate,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS SDM PADA PROSES SERVICE MENGGUNAKAN SIX SIGMA STUDI KASUS : PT EDPMEDIA

MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS SDM PADA PROSES SERVICE MENGGUNAKAN SIX SIGMA STUDI KASUS : PT EDPMEDIA MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS SDM PADA PROSES SERVICE MENGGUNAKAN SIX SIGMA STUDI KASUS : PT EDPMEDIA CASE STUDY Yulie Angraeni 0700733551 BINUS BUSINESS SCHOOL PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN GENERAL MANAGEMENT

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006.

BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006. BAB 4 Analisis Data 4.1. Pengumpulan data 4.1.1. Data produksi bulanan Adapun jumlah produksi selama periode tahun 2006 adalah sebagai berikut : 5000000 4500000 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000

Lebih terperinci

Kata kunci: Daya Saing, Peningkatan Kualitas yang Berkesinambungan, Kualitas Produk, Kapabilitas Proses (Cp), Indeks Kinerja Kane (Cpk)

Kata kunci: Daya Saing, Peningkatan Kualitas yang Berkesinambungan, Kualitas Produk, Kapabilitas Proses (Cp), Indeks Kinerja Kane (Cpk) PENINGKATAN DAYA SAING PENGRAJIN INDUSTRI KECIL RUMAH TANGGA PEDESAAN DI KABUPATEN SIDOARJO MELALUI PENINGKATAN KUALITAS YANG BERKESINAMBUNGAN Erni Puspanantasari Putri Teknik, UNTAG Surabaya e-mail: Nantasari@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS JUMLAH OPERATOR SELULAR INDONESIA DENGAN CHAOS TEORI

BAB IV ANALISIS JUMLAH OPERATOR SELULAR INDONESIA DENGAN CHAOS TEORI BAB IV ANALISIS JUMLAH OPERATOR SELULAR INDONESIA DENGAN CHAOS TEORI 4.1 BENCHMARK OPERATOR SELULER INDONESIA DENGAN OPERATOR SELULER LUAR NEGERI Penentuan kelayakan bisnis seluler di Indonesia dapat ditinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

B A B I I LANDASAN TEORI

B A B I I LANDASAN TEORI B A B I I LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur Manufaktur merupakan suatu aktivitas manusia yang mencakup semua fase dalam kehidupan. Computer Aided Manufacturing International (CAM-I) mendefinisikan manufaktur

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisa pengolahan data yang terkait dengan Usulan Analisa Kualitas Dengan Metode Six Sigma-DMAIC Dalam Upaya Mengurangi Kecacatan Produk

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang.

1.1 Latar Belakang. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang ingin berkembang dan bertahan harus dapat memberikan kepada para pelanggan produk baik barang maupun jasa yang bermutu lebih baik dan memberikan kepuasan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS PROSES DALAM PENENTUAN LEVEL SIGMA DAN DPMO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS PROSES DALAM PENENTUAN LEVEL SIGMA DAN DPMO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS PROSES DALAM PENENTUAN LEVEL SIGMA DAN DPMO Huwae Elias P Progam Studi Teknik Manajemen Industri, STMI Jakatra ABSTRAK Kualitas merupakan salah satu

Lebih terperinci

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Sri Widiyawati, Sebtian Assyahlafi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS PROSES PRODUKSI PADA PT. DULMISON INDONESIA

PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS PROSES PRODUKSI PADA PT. DULMISON INDONESIA PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS PROSES PRODUKSI PADA PT. DULMISON INDONESIA Titi Jayati 0800775012 ABSTRAK Operational excellent didasari oleh banyak perusahaan sebagai salah satu cara

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Metodologi Peneitian Flowchart penelitian menggambarkan metodologi atau langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah pada perusahaan. Berikut Flowchart penelitian pada gambar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tantangan yang dihadapi dunia industri saat ini menuntut peningkatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tantangan yang dihadapi dunia industri saat ini menuntut peningkatan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan yang dihadapi dunia industri saat ini menuntut peningkatan dan perbaikan kinerja yang dilakukan secara kontinu agar dapat terus bertahan dan memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil BAB V ANALISA HASIL Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan di bab sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil pencapain OEE setiap bulannya adalah tidak

Lebih terperinci