FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI"

Transkripsi

1 FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28

2 Tahyudi (G741328). FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS. Dibimbing oleh Mahfuddin Zuhri, M.Si dan Mamat Rahmat S.Si Abstrak Telah berhasil difabrikasi kristal fotonik asimetrik multilayer dengan defek geometris di atas subtrat berupa lensa BK7, FDS.9, N.BAF 1 dan gelas monitor dengan indeks bias berbedabeda dengan menggunakan metode electron beam evaporation. Hasil fabrikasi dikarakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis 121 untuk menganalisis spektrum transmisi, lebar dan posisi band pass. Hasil karakterisasi spektrum transmisi menunjukkan munculnya penomena band pass. Lebar dan posisi band pass memiliki kesamaan dengan hasil teori. Dari hasil fabriksi juga dibuat devais kristal fotonik untuk menguji sifat sensing dari piranti kristal fotonik. Variasi sampel yang digunakan untuk menguji sifat sensing yaitu jenis larutan (gula dan garam) dan konsentrasi larutan gula. Hasil uji sensing menunjukkan pada konsentrasi sama larutan gula dan garam menghasilkan bentuk spektrum transmisi yang sama tetapi berbeda nilai transmitansinya untuk setiap panjang gelombang terutama pada transmitansi puncak band pass. Pada variasi konsentrasi larutan gula menunjukkan perubahan konsentrasi mengakibatkan perubahan transmitansi puncak band pass. Kata kunci : kristal fotonik, defek, electron beam evaporation, band pass.

3 FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh : Tahyudi G DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28

4 Judul : Fabrikasi Kristal Fotonik Asimetrik Satu Dimensi dengan Defek Geometris Nama : Tahyudi NRP : G Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Mahfuddin Zuhri,M.Si NIP Mamat Rahmat, S.Si. Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Drh. Hasim, DEA NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1982 dari pasangan Bapak Mausin dan Ibu Minah. Penulis merupakan putra keempat dari lima bersaudara. Tahun 23 penulis lulus dari SMUN 49 Jakarta dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Fisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai staff divisi Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia DKM Al Hurriyyah periode 23-24, Ketua Departemen Kerohanian Himpunan Mahasiswa Fisika periode 24-25, Ketua Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Lembaga Dakwah Fakultas SERUM G. Penulis pernah menjadi Asisten Pendidikan Agama Islam pada tahun 26.

6 i KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Ridho-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta Salam tercurah kepada Rasulullah SAW. Skripsi ini berjudul : Fabrikasi Kristal Fotonik Asimetrik I D dengan Defek Geometri sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Departemen Fisika Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mahfudin Zuhri M.Si, Dr. Husin Alatas,Dr.Akhiruddin Maddu M.Si dan Bapak Mamat Rahmat, S.Si yang telah memberikan dukungan sebagai pembimbing dalam mengerjakan skripsi ini.ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Departemen Fisika IPB dan Pimpinan PT. Honoris Industry atas kesempatan yang diberikan untuk dapat melaksanakan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan koreksi dari semua pihak akan sangat berguna untuk perbaikan penulisan skripsi ini. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Bogor, April 28 Tahyudi

7 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv iv PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 1 Persamaan Gelombang EM pada kristal fotonik Satu Dimensi (1 D)... 1 Pemantulan dan Pembiasan Gelombang Datar... 2 Pemantulan pada Hukum Bragg 2 Reflektansi dan Transmitansi... 2 Kondisi Quarter-Wave Stack... 2 Kristal Fotonik 1 D tanpa Defek... 3 Kristal Fotonik 1 D dengan Satu Defek Geometri Simetrik Pengaruh lebar defek terhadap band pass... 4 Kristal fotonik 1 D dengan Satu Defek Geometri Asimetrik... 5 Pengaruh indeks bias medium background terhadap band pass... 5 Material coating (MgF 2 dan ZrO 2 )... 7 Metode Deposisi Electron Beam Evaporation... 7 Spektroskopi UV-Vis... 8 METODOLOGI PENELITIAN... 9 Tempat dan Waktu Penelitian... 9 Bahan dan Alat... 9 Persiapan Subtrat... 9 Persiapan Deposisi... 1 Proses Deposisi... 1 Karakterisasi Spektrum Tranmisi, Lebar dan Posisi Band Pass Piranti Kristal Fotonik Multilayer... 1 Pembuatan Device Kristal Fotonik... 1 Uji Sifat Sensing Piranti Kristal Fotonik HASIL DAN PEMBAHASAH Hasil Karakterisasi Spektrum Transmisi, Lebar dan Posisi Band Pass Piranti Kristal Fotonik Multilayer Hasil Uji Sifat Sensing Piranti Kristal Fotonik KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 16

8 iii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Pemantulan dan pembiasan gelombang datar... 2 Gambar 2.2 Struktur kristal fotonik 1D sederhana tanpa defek... 3 Gambar 2.3 Selang frekuensi band gap pada kurva transmitansi... 4 Gambar 2.4 Struktur kristal fotonik 1D sederhana dengan satu defek geometris simetrik Gambar 2.5 Fenomena band pass pada kurva transmitansi... 4 Gambar 2.6 Kurva transmitansi 1D finite dengan satu defek geometris simetrik, N = M = 4. Grating terdiri atas dua lapis: GaAs ( n = ) ZnTe ( n = ) dan untuk kasus normal incident dan polarisasi TE-TM dengan nilai m bervariasi: (a). (b) (c) Gambar 2.7 Struktur kristal fotonik 1D sederhana dengan satu defek geometris asimetrik... 5 Gambar 2.8 Kurva transmitansi 1D finite dengan N = M = 4 dengan satu defek geometris asimetrik. Grating terdiri atas dua lapis (bilayer): ( n ) dan ZnTe ( n 78 ) GaAs = 3, 1 61 n 2 = 2. dengan variasi nilai untuk sudut datang... 6 Gambar 2.9 Kurva transmitansi 1D finite dengan N = M = 4 dengan satu defek geometris asimetrik. Grating terdiri atas dua lapis (bilayer): GaAs ( n 61) dan ZnTe ( n 78 ) untuk sudut datang 45 Gambar 2.1 Hubungan 1 = 3, n 2 = 2. dengan variasi nilai : (a). 1 (b) (c) n terhadap T untuk sistem kristal satu defek geometris asimetrik. GaAs ( n = ) dan ZnTe ( n = ) ω = ω dan sudut datang: (a) dan (b) saat Gambar 2.11 Gambar mesin electron beam evaporation bagian luar... 8 Gambar 2.12 Gambar mesin electron beam evaporation bagian dalam... 8 Gambar 2.13 Skema sebuah spektrofotometer UV-Vis... 9 Gambar 2.14 Skema sebuah monokromator dengan kisi refleksi... 9 Gambar 3.1 Diagram alir penelitian... 9 Gambar 3.2 Letak subtrat pada yatoi dan dome dalam chamber... 1 Gambar 3.3 Model Struktur kristal fotonik multilater yang dideposisi dengan metode electron beam evaporation... 1 Gambar 3.4 Gambar Spektrofotometer UV-Vis Gambar 3.5 Model Device Kristal Fotonik Gambar 3.6 Set up pengukuran sifat sensing piranti kristal fotonik Gambar 4.1 Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer, ulangan 1 dan 2 serta hasil simulasi Gambar 4.2 Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer indeks bias subtrat 1.5, 1.52, 1.67, Gambar 4.3 Kurva indeks bias subtrat terhadap transmitansi puncak band pass Gambar 4.4 Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer posisi subtrat pada yatoi dan dome Gambar 4.5 Hasil pengukuran sifat sensing piranti kristal fotonik variasi sampel larutan gula 2 M dan garam 2 M Gambar 4.6 Hasil pengukuran sifat sensing piranti kristal fotonik sampel larutan gula 1 M, 1.25 M, 1.5 M, 1.75 M, 2 M, 2.25 M dan 2.5 M Gambar 4.7 Kurva hubungan konsentrasi terhadap transmitansi puncak band pass untuk larutan gula... 13

9 iv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Hasil pengukuran indeks bias real material penyusun piranti kristal fotonik DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer subtrat BK7 (n=1.52) ulangan Lampiran 2. Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer subtrat BK7 (n=1.52) ulangan Lampiran 3. Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer subtrat Gelas Monitor (n=1.5) Lampiran 4. Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer subtrat FDS.9 (n=1.8)... 2 Lampiran 5. Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer subtrat N.BAT.1 (n=1.67) Lampiran 6. Uji sensing Larutan Garam 2 M Lampiran 7. Uji sensing Larutan Gula 2 M Lampiran 8. Uji sensing Larutan Gula 1 M Lampiran 9. Uji sensing Larutan Gula 1.25 M Lampiran 1. Uji sensing Larutan Gula 1.5 M Lampiran 11. Uji sensing Larutan Gula 1.75 M Lampiran 12. Uji sensing Larutan Gula 2 M Lampiran 13. Uji sensing Larutan Gula 2.25 M Lampiran 14. Uji sensing Larutan Gula 2.5 M... 3

10 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Photonic crystal (PC) merupakan struktur medium dielektrik yang periodik, terdiri dari susunan dua atau lebih bahan dielektrik dan bahan non-dispersif dengan indeks bias refraksi berbeda serta ketebalan dalam orde panjang gelombang operasi. Perambatan radiasi gelombang elektromagnetik (EM) pada medium periodik memiliki sifat-sifat yang menarik dan fenomena yang bermanfaat seperti munculnya pita terlarang atau photonic band gap (PBG) pada selang frekuensi tertentu. Photonik band gap terjadi jika gelombang EM datar yang kontinu masuk ke struktur PC. Sebagian gelombang tersebut direfleksikan oleh setiap lapisan batas medium dielektrik yang berbeda, dan setiap gelombang yang direfleksikan sefase dan saling bertumpangan sehingga terjadi interferensi konstruktif pada gelombang refleksinya serta menyebabkan pemantulan total pada selang panjang gelombang disekitar panjang gelombang operasinya. (Mayditia.H,25) Pada PC, selain menghasilkan PBG dapat juga menghasilkan transmitansi penuh di dalam PBG (band bass) untuk struktur kristal yang diberi defek. Ketika struktur kristal diberi defek, foton yang berasal dari pancaran gelombang EM akan terlokalisasi di sekitar cacat, menimbulkan peningkatan medan yang besar (Gilles,24). Akibatnya terbentuk mode resonansi di dalam PBG dimana frekuensi gelombang EM datar yang datang sama dengan frekuensi mode cacat kristalnya, sehingga mengakibatkan band bass. Lebar dan posisi band pass ini ternyata sangat bergantung pada karakteristik material (indeks bias) dan geometri (lebar) lapisan defeknya. Pada kristal fotonik dengan satu defek geometri, pengaruh indeks bias medium background (n ) sangat sensitif terhadap transmitansi band pass, sehingga pemilihan indeks bias medium background dapat digunakan untuk aplikasi sensor terutama untuk karakterisasi material berupa fluida (gas atau cair). Mekanisme yang mungkin digunakan adalah dengan menempatkan PC dalam lingkungan yang ingin diketahui subtansi fluida penyusunnya melalui indeks bias yang terukur oleh system sensor dan tranduser. ( Negara, T.P,26). Tujuan Penelitian 1. Membuat piranti kristal fotonik asimetrik yang terdiri dari 1 layer, tersusun dari material MgF 2 dan ZrO 2 dengan defek geometri, dibuat dengan metode Elektron Beam Evaporation. 2. Menganalisis spektrum transmitansi, lebar dan posisi band pass piranti kristal fotonik asimetrik. 3. Membuat devais kristal fotonik dan menguji sifat sensingnya yang dapat diamati dari perubahan transmitansi puncak band pass pada panjang gelombang operasi karena variasi konsentrasi atau jenis dari sampel. TINJAUAN PUSTAKA Persamaan Gelombang EM pada Kristal Fotonik Satu Dimensi (1 D) Gelombang EM yang masuk ke kristal fotonik, terdri dari tiga bagian; yakni gelombang yang masuk dari medium background, gelombang yang menyebar dalam kristal dan gelombang yang keluar ke medium background.(sulistiyo.b, 26). Gelombang EM yang tiba pada bidang batas kristal fotonik (misalnya n 1 dan n 2 ), pada umumnya akan terbagi menjadi dua gelombang, yakni gelombang bias yang terus bergerak ke dalam medium dua (n 2 ) dan gelombang pantul yang bergerak kembali ke dalam medium satu (n 1 ). Persamaan gelombang datang, gelombang pantul, dan gelombang bias untuk medan listrik masing-masing dapat diungkapkan oleh gelombang datar harmonis monokromatik berikut ini: i( ωt ki. r) i( ωt kr. r) i( ωt kt. r) Ee, E e, Ee (1) i r t Persamaan (1) merupakan salah satu solusi persamaan gelombang elegtromagnetik untuk medan listrik yang diturunkan dari persamaan Maxwell yakni : 2 2 Hr (,) t µε 2 = (2) t Er (,) t yang solusinya: H( r, t) H i( ω t kr ) = e (3) Er (, t) E dengan H dan E merupakan vektor amplitudo medan magnet dan listriknya.

11 2 Pemantulan dan Pembiasan Gelombang Datar. Pemantulan dan pembiasan pada bidang batas dua medium dielektik yang berbeda adalah salah satu fenomena penting dalam optik. Jika gelombang EM dilewatkan pada dua medium dielektrik yang berbeda, maka syarat kontinuitas akan berlaku setiap saat, dan pada setiap titik di permukaan batas. Terlihat dari gambar 2.1. Ini menunjukkan berlakunya hubungan-hubungan sebagai berikut: 1. ω t = ω t = ω t, untuk setiap waktu t i sehingga: r e ω = ω = ω i r i. r = t 2. k r = k. r k. r Kondisi batas pada z=, faktor fase harus sama (Yonan.W, 25). Maka ' '' k. x) ( k. x) ( k. x ( z= = z= = ) z= Tiga vektor ruang yang terletak pada bidang harus memenuhi: k sinθ = k sinθ = k sinθ i i r r t t besarnya k = karena kedua gelombang i k r merambat dengan frekuensi sama dalam medium yang sama. Jadi θ = θ (4) i r nω k = sehingga c n1sinθi = n2sinθt (5) Persamaan (5) dikenal sebagai hukum Snellius. Gambar 2.1 Pemantulan dan pembiasan gelombang datar e Pemantulan pada Hukum Bragg Berdasarkan hukum Bragg, dua gelombang yang datang sefase dan membentuk sudut terhadap arah normal bidang dapat dituliskan melalui persamaan: m λ = 2a sinθ (6) dengan m = 1, 2, 3...(Omar, 1993) Persamaan (6) dapat berlaku pada kristal fotonik, dimana jarak antara satu lapisan medium dengan medium lainnya adalah sama (periodik) sehingga gelombang dengan panjang gelombang tertentu yang bersesuaian dengan periodisitas kristal akan dipantulkan sefase dan saling bertumpangan, maka akan terjadi interferensi konstruktif pada gelombang refleksinya, sehingga gelombang datang tidak dapat menembus kristal fotonik. Selang panjang gelombang datang yang terefleksi total disebut photonik band gap (PBG) (Takayama, 24). Reflektansi dan Transmitansi Reflektansi dan transmitansi dapat didefinisikan melalui persamaan : 2 n2 cosθ 2 2 R = r s dan T = t s (7) n1 cosθ1 dengan r s dan t s merupakan koefisien refleksi dan transmisi untuk masing-masing jenis gelombang. Untuk kasus insidensi normal maka berlaku θ 1 = θ 2 =, bidang datang menjadi tak terdefinisikan sehingga tidak lagi terdapat perbedaan antara komponen transverse electric (TE)dan transverse magnetic (TM) koefisien refleksi dan transmisi menjadi: r n1 n2 2 1 = s n + dan n t n = s n + (8) n 1 2 Kondisi Quarter-Wave Stack Ketebalan masing-masing lapisan medium (n 1 -n 2 ) dapat dipilih agar memenuhi kondisi quarter-wave stack yaitu: d λ 1 = dan 4n1 d λ 1 2 = sehingga kedua 4n2 lapisan tersebut memiliki panjang optik yang sama (n 1 d 1 =n 2 d 2 ). λ disebut panjang gelombang operasi dan merupakan pusat dari frekuensi PBG pertama yang terbentuk (untuk m=1, persamaan mλ = n L ), (9) dimana B 2 n eff eff dapat dinyatakan: adalah indeks bias efektif yang 2

12 3 n1 d1 + n2d 2 n eff = (1) L dan L adalah periodisitas kristal, yakni d 1 + d 2. λ sering dinyatakan dalam bentuk frekuensi 2πc cπ cπ ω = = = (11) λ 2n d 2n d dan jika dibandingkan dengan n eff 2 ω Bragg, untuk n 1 d 1 =n 2 d 2 dan didefinisikan dalam persamaan (1), maka frekuensi Bragg dapat disederhanakan menjadi cπ cπ ω Bragg = m = m (12) 2n1d1 2n2d 2 maka dari persamaan tersebut diperoleh ω Bragg = m ω, (13) dengan m=1, 3, 5, dst, untuk kasus quarterwave stack. Kristal Fotonik 1 D tanpa Defek (Cacat) Kristal fotonik 1 D tanpa defek yang paling sederhana terdiri dari dua bahan dielektrik transparan dengan indeks bias refraksi tinggi dan indeks refraksi rendah yang tersusun secara periodik. Perkembangan terbaru dalam teknik penumbuhan kristal, terutama melalui metode epitaksi molekular (molekular-beam epitaksi), memungkinkan dibuat suatu media periodik berlapis dengan periodisitas dan ketebalan terkontrol hinggga ukuran atomik (Yarif, 1983). n n n n1 Pada kasus kristak fotonik tanpa defek akan muncul fenomena band gap yang merupakan selang panjang gelombang yang tidak dapat menembus kristal fotonik. Ini dapat terjadi jika panjang gelombang datang memenuhi kondisi Bragg, yaitu : m λ = 2a sinθ (14) dengan m=1, 2,3,...( Omar, 1993) Kondisi Bragg dipenuhi oleh kristal fotonik, dimana jarak antara satu lapisan medium dengan medium lainnya adalah sama (periodik) sehingga gelombang dengan panjang gelombang tertentu yang bersesuaian dengan periodisitas kristal akan dipantulkan sefase dan saling bertumpangan (Takayama, 24). Perbedaan indeks refraksi yang cukup kontras memiliki peranan penting terhadap pembentukan PBG. Pertama : setiap lapisan batas kristal fotonik dengan perbedaan indeks refraksi yang lebih kontras cendrung untuk menghamburkan gelombang yang datang dari segala arah, sehingga PBG lebih mudah terbentuk. Kedua : semakin besar perbedaan indeks refraksi kedua medium, semakin sedikit jumlah lapisan kristal fotonik yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek PBG. Setiap lapisan dari kristal fotonik dapat merefleksikan sebagian gelombang yang melaluinya. Jika setiap lapisan mampu merefleksi lebih banyak gelombang karena perbedaan indeks reflaksi yang besar, maka jumlah lapisan yang dibutuhkan untuk membentuk PBG akan lebih sedikit dibanding struktur dengan perbedaan indeks refraksi yang lebih kecil (Takayama, 24). Munculnya fenomena band gap pada kristal fotonik 1 D tanpa defek sangat dipengaruhi oleh parameter fisis, yakni sudut datang vektor propagasi terhadap arah normal bidang dan bentuk geometri kristal (indeks bias medium atau jumlah lapisan kristal). M front M back Gambar 2.2 Struktur kristal fotonik 1D sederhana tanpa defek

13 4 Gambar 2.3 Selang frekuensi band gap pada kurva transmitansi Kristal Fotonik 1 D dengan Satu Defek Geometri Simetrik. Struktur kristal fotonik yang memiliki satu defek geometri simetrik dapat diilustrasikan pada gambar 2.4 : Struktur kristal fotonik dengan satu defek geometris adalah memvariasikan lebar salah-satu layer dalam struktur kristal. Jika jumlah lapisan pada sebelah kiri defek (M) sama dengan jumlah pada sebelah kanan defek (N) dengan indeks bias pada ujung kiri dan kanan material adalah sama disebut strukturnya simetrik. Indeks bias pada lapisan cacat dapat dipilih sama dengan indeks bias lapisan pertama atau lapisan kedua. Pada kristal fotonik yang diberi defek dapat menyebabkan penomena band pass yaitu munculnya daerah transmisi tipis dalam PBG. Untuk jumlah lapisan N=M akan dihasilkan transmitansi dari bad pass yang bernilai satu. Bentuk dan posisi band pass dapat dipengaruhi oleh sudut datang vektor propagasi terhadap arah normal mediumθ, indeks bias medium background (n ), indeks bias medium 1 dan 2 (n 1, n 2 ), lebar defek (d c ) ataupun jumlah unit sell Bragg (N) n 2 Gambar 2.5 Fenomena band pass pada kurva transmitansi Pengaruh lebar defek terhadap band pass Pengaruh lebar defek (d c ) terhadap band pass dengan variasi nilai m sesuai dengan persamaan : λ d c = 2m (15) 4 ditunjukkan pada gambar 2.6 : Pada gambar 2.6.a, nilai dari m = sehingga d menjadi nol, yang berarti lebar dari salah satu layer yang memiliki indeks bias menjadi tidak simetris sehingga muncul band pass dengan transmitansi satu. Pada gambar 2.6.b, nilai dari m = Jika nilai tersebut dan nilai λ (untuk n 1 = 3,61) dimasukkan kedalam persamaan 15 akan didapatkan nilai D indeks = a yang berarti kristal fotonik c n 2 tidak berdefek sehingga band pass tidak muncul. Pada gambar 2.6.c, nilai dari m =.5 yang menghasilkan band pass dengan nilai transmitansi satu namun dengan posisi bergeser kekanan. Karena transmitansi untuk struktur defek geometris ditentukan oleh lebar cacat, maka pemilihan lebar cacat menjadi penting agar menghasilkan band pass tepat pada ω ( Negara, T.P,26). M D N Gambar 2. 4 Struktur kristal fotonik 1D sederhana dengan satu defek geometris simetrik.

14 5 Kristal fotonik 1 D dengan Satu Defek Geometri Asimetrik n n 2 N (a) (b) (c) Gambar 2. 6 Kurva transmitansi 1D finite dengan satu defek geometris simetrik, N = M = 4. Grating terdiri atas dua lapis: GaAs ( n = )dan ZnTe ( n 2. 2 = 78) untuk kasus normal incident dan polarisasi TE-TM dengan nilai m bervariasi: (a). (b) (c)..5 Gambar 2. 7 Struktur kristal fotonik 1D sederhana dengan satu defek geometris asimetrik Struktur kristal fotonik 1 D dengan satu defek gometri asimetrik diilustrasikan pada (gambar 2.7). Perbedaan struktur kristal fotonik 1 D dengan satu defek geometri asimetrik dengan struktur kristal fotonik 1 D dengan satu defek geometri simetrik yaitu pada struktur kristal fotonik 1 D dengan satu defek geometri asimetrik indeks bias pada lapisan ujung kiri kristal tidak sama dengan indeks bias pada lapisan ujung kanan kristal. Band pass yang terbentuk pada kristal fotonik 1 D dengan satu defek geometri asimetrik memiliki respon yang sama terhadap perubahan lebar defek (d c ). Pengaruh indeks bias medium background terhadap band pass Pengambilan nilai indeks bias medium background pada struktur kristal fotonik dengan satu defek geometri asimetrik dapat mempengaruhi transmitansi dari band pass. Untuk sudut datang, transmitansi dari band pass naik secara perlahan seiring kenaikan n dan transmitansi tepat bernilai satu ketika n =n 2, ketika n >n 2 transmitansi band pass kembali turun, seperti ditunjukkan pada (gambar 2.8) Dari hasil simulasi yang ditunjukkan pada gambar 2. 8 kelihatannya transmitansi band pass pada struktur kristal fotonik 1 D dengan satu defek indeks bias sangat sensitif terhadap indeks bias medium background (n ), maka pemilihan nilai indeks bias medium background (n ) dapat digunakan untuk aplikasi sensor terutama untuk karakteirisasi material berupa fluida (gas atau cair). Mekanisme yang mungkin digunakan adalah dengan menempatkan PC dalam lingkungan yang ingin diketahui subtansi fluida penyusunnya melalui indeks bias yang terukur oleh system sensor dan tranduser. ( Negara, T.P,26)

15 6 Gambar 2. 8 Kurva transmitansi 1D finite dengan N = M = 4 dengan satu defek geometris asimetrik. Grating terdiri atas dua lapis (bilayer): GaAs ( ZnTe n = n ) dan ( ) dengan variasi nilai untuk sudut datang (a) (b) n 1 = 3,61 (c) Gambar 2. 9 Kurva transmitansi 1D finite dengan N = M = 4 dengan satu defek geometris asimetrik. Grating terdiri atas dua GaAs n = 3, 1 61 = n lapis (bilayer): ( ) dan ZnTe ( n 78 ) untuk sudut datang dengan variasi nilai : (a). 1 (b) (c) Pada sudut datang 45 kenaikan indeks bias medium background ( )dapat n menggeser posisi band pass kearah frekuensi yang lebih besar (kearah kanan), menurunkan lebar band pass dan meningkatkan nilai transmitansi serta bernilai satu ketika n = seperti n 2 ditunjukkan pada (gambar 2.9) Pada struktur defek geometris asimetrik, untuk sudut datang terlihat nilai transmitansi satu dicapai saat mencapai nilai n 2 n, sedangkan saat sudut datang 45 nilai transmitansi satu dicapai juga dicapai ketika n = akan tetapi n 2 bukan transmitansi band pass karena variasi ketika sudut datang 45 menyebabkan n band pass bergeser. Plot hubungan variasi indeks bias medium eksternal terhadap n transmitansi (T) dapat dilihat pada (gambar 2.1 )

16 7 ZrO 2 mempunyai tiga fase kristal pada temperatur yang berbeda. Pada temperatur yang sangat timggi (>2.37 C) material ini berstruktur kubus. Pada temperatur intermediate ( C) material ini berstruktur tetragonal. Pada temperatur rendah (dibawah 1.17 C) material ini berstruktur monoklinik. Pada aplikasi lainnya, ZrO 2 digunakan sebagai material coating pada reaktor nuklir. (a) (b) Gambar 2. 1 Hubungan terhadap T untuk sistem kristal satu defek geometris asimetrik. ( ) dan ( ) saat n GaAs n = ZnTe = ω = ω dan sudut n datang: (a) dan (b) 45 Material Coating ( MgF 2 dan ZrO 2 ) MgF 2 adalah material kristal dengan sifat kimia dan fisika yang sempurna ; tahan terhadap bahan kimia yang merusak, prilaku mekanis, perlakuan panas yang tinggi dan mempunyai sifat penghantar yang baik. MgF 2 mempunyai struktur tetragonal dengan konstanta kisi (a = A, C = 3.53 A ), berbentuk granulat dengan ukuran 1-2 mm. Indeks bias sebesar 1.38 untuk panjang gelombang 587 nm dengan sumber cahaya berupa helium. Pada aplikasi tertentu MgF 2 sering digunakan sebagai material coating antirefleksi. ZrO 2 adalah material dengan tingkat kekerasan tinggi, tahan karat, baik di atas titik lebur alumina. Material ini mempunyai konduktivitas termal yang rendah, dapat menghantarkan listrik diatas temperatur 6 C, biasanya digunakan pada sel sensor oksigen dan alat pemanas dalam oven-induksi. Metode Deposisi Electron Beam Evaporation Salah satu jenis teknologi pelapisan Physical Deposition (PVD) yaitu teknik evaporation. Teknik evaporation banyak digunakan dalam membuat lapisan karena memiliki keakuratan yang cukup baik dalam mengontrol ketebalan mulai dari ukuran angstrom (A ) sampai ukuran millimeter (mm) (Blocher, 1982). Electron Beam Evaporation ialah salah satu alat teknik pelapisan material dimana material coating (logam, alloy atau keramik) dileburkan, diuapkan dalam kondisi vakum dan kemudian dideposisikan pada spesimen tertentu. Dalam teknik ini, suatu berkas electron bertegangan tinggi difokuskan rapat sekali diatas material yang akan diuapkan, yang diletakkan dalam sebuah tanur berpendingin cair. Fluks energi dari berkas electron sangat besar, sehingga luasan tempat pelapisan material dipanaskan secara cepat. Tempat pelapisan material yang akan diuapkan dijaga dengan tanur berpendingin cair. Pada umumnya sistem peralatan electron beam evaporation terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu : Control panel, Chamber, Power supply. Control panel berfungsi sebagai tempat pengatur selama proses mesin bekerja. Semua proses deposisi dikendalikan oleh control panel, seperti tekanan dan laju deposisi. Chamber berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses deposisi. Di dalam Chamber terdapat beberapa komponen diantaranya filamen electron beam berfungsi sebagai penghasil berkas elektron yang digunakan untuk menembak material yang akan diuapkan, Shutter berfungsi menjaga agar material yang ditembak oleh elektron tidak langung mengarah ke arah dome, maskin board berfungsi sebagai tempat menyimpan kaca monitor, medan magnet berfungsi untuk mengatur arah gerak elektron agar mengenai material, dan cooling water berfungsi

17 8 sebagai pendingin. Sedangkan Power Supply berfungsi sebagai sumber energi yang diperlukan untuk proses diposisi. Gambar dari suatu mesin electron beam evaporation ditunjukkan seperti gambar 2.11 : Metode Deposisi Electron Beam Evaporation memiliki keunggulan diantaranya : menghasilkan ikatan yang kuat, mikrostruktur yang seragam dan laju deposisi yang tinggi. Selain itu teknik ini juga memiliki keuntungan yaitu kemampuan untuk membawa sumber panas, elektron, yang secara langsung kontak dengan bahan sumber yang diuapkan. Hal ini menghindari kebutuhan untuk melakukan penghantaran energi ke dalam bahan sumber dari panas, yang berpotensi mencemari tempat melebur logam. Pemanasan dengan teknik berkas elektron juga memungkinkan memiliki energi yang cukup bagi material sumber untuk diuapkan dengan titik lebur yang tinggi. Dalam mensintesis material dengan electron beam evaporation memiliki tahaptahap sebagai berikut; menghasilkan uap atom dari material, mengangkut uap atom oleh substrat, mendifusikan uap atom ke permukaan substrat sebagai posisi akhir (target). Gambar Mesin electron beam evaporation bagian luar Gambar Mesin electron beam evaporation bagian dalam Spektroskopi UV-Vis Spektroskopi UV-Vis adalah pengukuran dari panjang gelombang dan intensitas penyerapan pada daerah ultraviolet dan cahaya tampak dari sebuah contoh. Instrumen yang digunakan dalam spektroskopi UV-Vis disebut Spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer UV-Vis dilengkapi oleh sebuah sumber cahaya, sebuah monokromator (prisma atau kisi difraksi) dan sebuah detektor. Sumber cahaya berfungsi menghasilkan cahaya yang memiliki panjang gelombang spesifik, sebagai contoh lampu hidrogen dan deuterium ( nm), atau tungsten (35-25 nm). Skema sebuah spektrofotometer UV-Vis ditunjukkan pada gambar 2.13 Salah satu komponen penting pada sebuah Spektrofotometer UV-Vis yaitu monokromator ialah instrumen yang dapat menghasilkan panjang gelombang individual (tunggal) dari sumber polikromatik. Prisma dan kisi dapat digunakan sebagai monokromator. Daya pemisah (resolving power) sebuah monokromator merupakan salah satu kriteria kualitas sebuah monokromator atau Spektrofotometer UV- Vis. Skema sebuah monokromator menggunakan kisi difraksi ditunjukkan pada gambar 2.14 Monokromator ini menggunakan kisi difraksi tipe refleksi dan dua buah cermin cekung (sebagai pengkolimasi dan pemokusan). Pertama cahaya polikromatik dari sumber dikolimasi dan dipantulkan ke kisi difraksi sebagai pemisah spektrum kemudian dipantulkan ke cermin fokus dan keluar sebagai cahaya monokromatik.

18 9 Persiapan subtrat Persiapan deposisi Gambar Skema sebuah spektrofotometer UV-Vis Proses deposisi kristal fotonik Karakterisasi spektrum transmisi piranti kristal fotonik Proses bonding Pembuatan device kristal fotonik Uji sifat sensing piranti kristal fotonik Gambar 2.14 Skema sebuah monokromator dengan kisi refleksi Pengolahan data METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofisika, Material, Eksperimen Fisika Lanjut Departemen Fisika IPB dan Departemen Optik PT. Honoris Industry dari bulan Juni hingga Oktober 27. Bahan dan Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah neraca analitik, pipet, gelas ukur, jarum suntik, jig, Electron Beam Evaporation Showa SGC 22 SA, Spektrofotometer UV-Vis 121, Spektrofotometer UV-Vis USPM, Bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kristal MgF 2 dan ZrO 2, lensa BK7, gelas monitor, lensa FDS.9, lensa N.BAF.1, larutan NaCl, larutan gula. Selesai Gambar 3.1 Diagram alir penelitian Persiapan Subtrat Subtrat yang digunakan adalah lensa BK7 (n=1.52), lensa N.BAF 1 (n=1.667), lensa FDS 9 (n=1.8) dan gelas monitor (n=1.5). Kebersihan subtrat sebagai tempat penumbuhan kristal fotonik perlu dijaga agar kristal fotonik dapat tumbuh dengan baik dan merata. Tahapan pencucian subtrat diawali dengan mencelupkan subtrat dalam air sabun, setelah itu subtrat dicuci lagi dengan menggunakan larutan etanol. Setelah proses pencucian, dilakukan pengeringan subtrat, hingga tidak terdapat debu maupun noda pada permukaannya.

19 1 Persiapan Deposisi Kristal fotonik dibuat menggunakan material coating MgF 2 (n=1.38) dan ZrO 2 (n=2.1) yang dideposisi di atas subtrat dengan metode Electron Beam Evaporation. Material coating (MgF 2 dan ZrO 2 ) masing-masing ditempatkan pada cawan (heart), cawan (heart) yang sudah terisi material dimasukan dan disusun dalam lubang heart pada chamber sesuai urutan dan jumlah lapisan coating. Subtrat yang telah dibersihkan diletakkan pada Yatoi. Yatoi disimpan pada dome, lalu masukkan dome ke chamber. Letak subtrat pada yatoi dan dome dalam chamber dapat dilihat pada gambar 3.2. Sebelum deposisi dimulai pasang gelas monitor pada maskin board sesuai urutan dan jumlah lapisan coating. Proses Deposisi Proses deposisi dapat terjadi melalui empat tahap.tahap pertama dimulai dari pemvakuman chamber kurang lebih 2 menit, selama proses pemvakuman juga terjadi proses pembakaran material, material dalam lubang heart ditembak oleh berkas elektron hingga mencapai suhu 3 C. Setelah itu material menguap dalam bentuk uap atom dan menempel pada subtrat hingga berdifusi di permukaan subtrat. Proses vakum, pembakaran material dan evaporation akan berulang untuk setiap lapisan. Setelah ketiga proses itu selesai sesuai jumlah lapisan yang diinginkan, selanjutnya akan terjadi proses pendinginan sekitar 1 menit. Pada proses deposisi, ukuran vakum, suhu pembakaran material dan ketebalan lapisan telah disetting menggunakan sistem komputerisasi sehingga proses ini akan berjalan secara otomatis. Model Struktur kristal fotonik multilater yang dideposisi dengan metode electron beam evaporation ditunjukkan pada gambar 3.3 n s n 1 n d s a M n2 b Keterangan : indeks bias ZrO 2 (n 1 ) = 2.1; indeks bias MgF 2 (n 2 ) = 1.38 tebal layer (a = b) =, 1/4λ, λ = 55 nm tebal defek (d) = ½ λ, ; indeks bias subtrat (n s ) = 1.52 tebal subtrat (d s ) = 2.1 mm Gambar 3.3 Model Struktur kristal fotonik multilater yang dideposisi dengan metode electron beam evaporation Karakterisasi Spektrum Tranmisi, Lebar dan Posisi Band Pass Piranti Kristal Fotonik Multilayer Karakterisasi spektrum tranmisi, lebar dan posisi band pass piranti kristal fotonik multilayer dilakukan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis 121. Piranti kristal fotonik multilayer hasil deposisi diletakkan dalam kupet, setelah itu lakukan pengukuran. Hasil pengukuran akan teramati melalui monitor dalam bentuk grafik hubungan panjang gelombang (λ) dengan transmitansi. Spektrofotometer UV-Vis 121 dan contoh hasil pengukurannya akan ditunjukkan pada gambar 3.4 : d h Gambar 3.4 Spektrofotometer UV-Vis 121 dome yatoi subtrat Gambar 3.2 Letak subtrat pada yatoi dan dome dalam chamber Fungsi karakterisasi ini adalah membandingkan spektrum tranmisi, lebar dan posisi band pass hasil simulasi (teori) dengan hasil eksperimen. Selain itu juga akan diamati pengaruh subtrat terhadap posisi dan transmitansi maksimum band pass, serta distribusi coating atau pelapisan.

20 11 Pembuatan Device Kristal Fotonik Setelah piranti kristal fotonik terbentuk dan menimbulkan penomena band pass maka akan dibuat device kristal fotonik. Pada bagian depan piranti kristal fotonik (bagian yang terdapat lapisan kristal fotonik) dilapisi dengan lensa BK7. Pelapisannya menggunakan metode bonding yaitu permukaan lensa BK7 diberi lem UV, kemudian ditempelkan ke permukaan piranti kristal fotonik, lalu disimpan dalam UV box selama 1 jam. Proses selanjutnya ialah membuat wadah untuk menempatkan piranti kristal fotonik yang sudah dibonding, Model wadah yang dibuat adalah seperti gambar 3.5. Pada sisi kiri dan kanan dibuatkan ruang kosong yang berfungsi sebagai tempat sampel. Sebelah kiri dan kanan ruang kosong itu dipasang lensa antirefleksi yang berfungsi sebagai jendela. Gambar 3.6 Set up pengukuran sifat sensing piranti kristal fotonik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi Spektrum Transmisi, Lebar dan Posisi Band Pass Piranti Kristal Fotonik Multilayer 5 5 lensa antirefleksi subtrat 1 Lapisan kristal Tempat sampel Tutup sampel transmitansi(% ) Gambar 3. 5 Model Device Kristal Fotonik Uji Sifat Sensing Piranti Kristal Fotonik Uji sifat sensing ini menggunakan Spektrometer OOIBase32 Version Pada uji sifat sensing ini digunakan variasi sampel (jenis larutan antara gula dan garam pada konsentrasi sama) dan variasi konsentrasi larutan gula. Fungsi uji sifat sensing ini adalah untuk melihat posisi dan transmitansi maksimum band pass antara larutan gula dan garam pada konsentrasi sama, serta mengamati perubahan transmitansi maksimum band pass karena variasi konsentrasi larutan gula. Pengujian sifat sensing piranti kristal fotonik dapat dilihat pada gambar 3.6 Gambar 4.1 Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer, ulangan 1 dan 2 serta hasil simulasi transmitansi(%) panjang gelombang (nm) Simulation ulangan2 ulangan panjang gelombang(nm) subtrat 1.67 subtrat"1.8" subtrat 1.53 subtrat 1.52 Gambar 4.2 Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer indeks bias subtrat 1.5, 1.52, 1.67, 1.8

21 12 t r a n s m it a n s i m a k s im iu m (% ) indeks bias (n) Gambar 4.3 Kurva indeks bias subtrat terhadap transmitansi puncak band pass transm itansi (% ) lamda (nm) Gambar 4.4 Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal tonik multilayer posisi subtrat pada yatoi dan dome. Pada gambar 4.1 merupakan hasil karakterisasi spektrum tranmisi piranti kristal fotonik multilayer antara hasil deposisi ulangan 1 dan ulangan 2, serta dibandingkan dengan hasil teori (simulasi). Dari Gambar 4.1 didapatkan spektrum transmisi, lebar dan posisi band pass hasil deposisi ulangan 1 dan 2 serta hasil teori (simulasi) secara kualitatif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.ini dapat dilihat dari bentuk spektrum transmisi yang sama pada kurva hubungan panjang gelombang (λ) terhadap persen transmitansi. Secara kuantitatif, hasil deposisi ulangan 1 dengan simulasi didapatkan ketepatan sebesar 91% dengan simpangan sebesar 9 %. Hasil deposisi ulangan 1 dengan ulangan 2 didapatkan ketepatan sebesar 95.7 % dengan simpangan sebesar 4.3 %. Hasil pengukuran spektrum transmisi pada gambar 4.1 memperlihatkan adanya kesesuaian antara hasil eksperimen dengan hasil simulasi (teori). Simpangan yang terjadi bisa disebabkan faktor kestabilan mesin dan indeks bias material. L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 Sesuai dengan data yang didapatkan indeks bias secara teori berbeda dengan indeks bias real material (tabel 4.1). Perbandingan hasil deposisi ulangan 1 dan 2 menunjukkan cukup stabilnya proses deposisi (fabrikasi). Simpangan yang terjadi disebabkan oleh indeks bias real material pada deposisi ulangan 1 dengan ulangan 2 terdapat perbedaan untuk beberapa lapisan (tabel 4.1). Sesuai kondisi quarter-wave stack posisi panjang gelombang dan transmitansi puncak band pass sangat bergantung dari nilai indeks bias material penyusun piranti kristal fotonik. Hasil pengukuran indeks bias real material penyusun piranti kristal fotonik dapat dilihat pada tabel 4.1 Indeks bias real (n) Layer ulangan 1 Ulangan Tabel 4.1 Hasil pengukuran indeks bias real material penyusun piranti kristal fotonik Gambar 4.2 merupakan hasil karakterisasi spektrum transmisi piranti kristal fotonik dengan variasi indeks bias subtrat. Dari gambar 4.2 didapatkan variasi indeks bias subtrat tidak merubah bentuk spektrum transmisi, tetapi merubah transmitansi puncak band pass. Jika dibuat kurva hubungan indeks bias subtrat terhadap transmitansi puncak band pass seperti gambar 4.3 maka terlihat nilai indeks bias subtrat berbanding terbalik dengan transmitansi puncak band pass. Semakin besar nilai indeks bias subtrat semakin kecil transmitansi puncak band pass. Ini disebabkan semakin besar indeks bias semakin besar penyerapan foton. Dalam aplikasi sensor lebih baik menggunakan subtrat dengan indeks bias yang kecil agar didapatkan range transmitansi yang lebih besar.

22 13 Gambar 4.4 merupakan hasil karakterisasi spektrum transmisi piranti kristal fotonik yang memperlihatkan distribusi coating (pelapisan) karena perbedaan posisi subtrat pada yatoi dan dome saat proses deposisi. Letak subtrat pada yatoi dan dome dapat dilihat pada gambar 3.2. Dari delapan sampel dengan indeks bias subtrat yang sama (1.52) dan ditinjau pada panjang gelombang puncak band pass didapatkan nilai perbedaan ketebalan lapisan sebesar 1.32 %. Ini menunjukkan distribusi coating (pelapisan) pada proses deposisi cukup merata. Hasil Uji Sifat Sensing Piranti Kristal Fotonik transm itansi ( % ) panjang gelombang (nm) Gambar 4.6 Hasil pengukuran sifat sensing piranti kristal fotonik sampel larutan gula 1 M, 1.25 M, 1.5 M, 1.75 M, 2 M, 2.25 M dan 2.5 M. 1 M 1.25 M 1.5 M 1.75 M 2 M 2.25 M 2.5 M 1 9 Transmitansi (%) garam 2 M Gula 2 M Transmitansi maksimum (% lamda (nm) Gambar 4.5 Hasil pengukuran sifat sensing piranti kristal fotonik variasi sampel larutan gula 2 M dan garam 2 M. Hasil pengukuran sifat sensing piranti kristal fotonik pada gambar 4.5 diperlihatkan sampel dengan jenis yang berbeda tetapi konsentrasi sama (2M) dihasilkan bentuk spektrum transmitansi yang hampir sama tetapi nilai transmitansi yang berbeda untuk setiap panjang gelombang. Nilai larutan garam mempunyai nilai transmitansi puncak band pass yang lebih tinggi dibandingkan larutan gula. Penomena ini kemungkinan disebabkan kerapatan molekul gula lebih besar dibandingkan kerapatan molekul garam pada konsentrasi yang sama sehingga pada saat gelombang EM melewati larutan gula, energi gelombang lebih banyak diserap dibandingkan dengan larutan garam. Penomena diatas menunjukkan bahwa piranti kristal fotonik secara kualitatif dapat digunakan untuk membedakan jenis larutan pada konsentrasi sama konsentrasi (M) Gambar 4.7 Kurva hubungan konsentrasi terhadap transmitansi puncak band pass untuk larutan gula Hasil pengukuran sifat sensing piranti kristal fotonik dengan sampel larutan gula yang berbeda konsentrasinya dapat dilihat pada gambar 4.6. Gambar 4.6 mengidentifikasikan bahwa perubahan konsentrasi sampel dapat mengakibatkan perubahan nilai transmitansi puncak band pass seperti terlihat pada gambar 4.7. Gambar 4.7 memperlihatkan untuk rentang konsentrasi 1 sd 2 M, peningkatan jumlah konsentrasi larutan menyebabkan nilai transmitansi puncak band pass cendrung menurun walaupun pada rentang (1.75-2) M transmitansi puncak band pass mengalami kenaikan. Penurunan nilai transmitansi band pass disebabkan karena meningkatnya konsentrasi larutan gula menyebabkan bertambahnya indeks bias larutan sehingga pada saat gelombang EM dilewatkan pada larutan tersebut semakin banyak yang direfleksikan dan penyerapan energi gelombang semakin besar.

23 14 Perubahan nilai transmitansi puncak band pass akibat penambahan konsentrasi jika didekati dengan persamaan logarimik didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 7.76 %, jika didekati dengan persamaan polinom orde 3 didapatkan koefisien korelasi sebesar %. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Telah berhasil difabrikasi kristal fotonik asimetrik multilayer dengan defek geometris di atas subtrat berupa lensa BK7, FDS.9, N.BAF 1 dan gelas monitor dengan indeks bias berbeda-beda dengan menggunakan metode electron beam evaporation. Hasil karakterisasi spektrum transmisi menunjukkan bentuk spektrum transmisi, lebar, posisi dan transmitansi band pass memiliki kesamaan antara hasil eksperimen dan simulasi. Penerapan hasil fabrikasi kristal fotonik asimetrik multilayer adalah pembuatan devais kristal fotonik yang digunakan untuk karakterisasi jenis larutan dan penentuan konsentrasi larutan gula. Uji sensing menunjukkan perbedaan nilai spektrum transmisi untuk setiap panjang gelombang terutama pada nilai transmitansi puncak band pass untuk sampel larutan garam 2 M dan gula 2 M. Nilai transmitansi puncak band pass untuk larutan garam lebih besar dibandingkan larutan garam. Hasil pengukuran sifat sensing dengan variasi konsentrasi larutan gula menunjukkan perubahan nilai transmitansi puncak band pass, untuk rentang konsentrasi (1 2.5) M semakin besar konsentrasi maka transmitansi puncak band pass cendrung turun. Ini dikarenakan penambahan konsentrasi menyebabkan bertambahnya indeks bias larutan sehingga terjadi penurunan nilai transmitansi. Saran Pengukuran sifat sensing piranti kristal fotonik membutuhkan ketepatan dan ketelitian yang tinggi. Untuk mencapai mencapai ketepatan dan ketelitian yang tinggi disarankan menggunakan alat dan devais yang standart atau alat yang sudah diportable. Disarankan juga melakukan pengukuran untuk rentang konsentrasi yang lebih kecil sehingga didapatkan nilai yang lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA [1] Blocher John M, Bonifield Thomas D Deposition Technologies For Film and Coattings, 5th Eddition, Noyes Publication, Los Angeles, USA. [2] Gudiman, Iman. 25. Studi Sifat Elektrokromik Lapisan Tipis TiO2 Hasil Deposisi dengan Metode Elektron Beam Evaporation. [Usulan Penelitian]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. [3] H. Alatas, H. Mayditia, H. Hardhienata, A. A. Iskandar, M. O. Tjia (26), Single- Frequency Refractive Index Sensor Based on a Finite One Dimensional Photonic Crystal with Two Defects, Jpn. J. Appl. Phys. 45, 8B, [4] Ultraviolet-visible_spectroscopy. [5] Mayditia, Hasan. 25. Analisis Perambatan Gelombang Elektromagnetik Monokromatik Datar Stasioner dalam Kristal Fotonik Satu Dimensi dengan Cacat Menggunakan Metode Matrik Transfer. [ Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. [6] Omar M. A Elementary Solid State Physics: Principles and Applications. Addison- Wesley Longman. [7] Pedoman Praktikum Eksperimen Fisika II, Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika- FMIPA IPB 26, Bogor [8] Negara, T. P. 26. Kristal Fotonik Asimetrik Omdirectional Satu Dimensi dengan Defek Indek Geometris. [ Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. [9] Sopaheluwakan, Ardhasena. 23. Defect States and Defect Modes in 1D Photonic Crystals. University of Twente

24 15 [1] Sulistiyo, Budi. 26. Kristal Fotonik Asimetrik Omdirectional Satu Dimensi dengan Defek Indek Bias. [ Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. [11] Takayama. 24. Fotonic Crystals. Abstract Thesis. Osamu24-Capitulo%21.Pdf. [12] Yarif, A. dan P. Yeh Optical Waves in Crystals: Propagation and Control of Laser Radiation. Pasadena: Jonh Wiley&Sons. [13] Yonan, Wilzuard, 25. Optimasi Struktur Pita Terlarang Dari Kristal Fotonik Berhingga Satu Dimensi [Tesis]. Bogor: Institut Teknologi Bandung.

25 LAMPIRAN 16

26 17 Lampiran 1. Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer subtrat Lamda Transmitansi (%) (nm) L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 rata-rata BK7 (n=1.52) ulangan Keterangan : L1 L8 = Sampel piranti kristal fotonik posisi pada yatoi dan dome urutan 1-8.

27 18 Lampiran 2. Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer subtrat BK7 (n=1.52) ulangan 2. Lamda Transmitansi (%) (nm) L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 rata-rata Keterangan : L1 L8 = Sampel piranti kristal fotonik posisi pada yatoi dan dome urutan 1-8.

28 19 Lampiran 3. Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer subtrat Gelas Monitor (n=1.5). Lamda Transnitansi (%) (nm) L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 rata-rata Keterangan : L1 L8 = Sampel piranti kristal fotonik posisi pada yatoi dan dome urutan 1-8.

29 2 Lampiran 4. Hasil pengukuran spektrum transmitansi piranti kristal fotonik multilayer subtrat FDS.9 (n=1.8) Lamda Transmitansi (%) (nm) L1 L2 L3 L4 L5 rata-rata

FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI

FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28 Tahyudi (G741328). FABRIKASI

Lebih terperinci

RANCANGAN SOFTWARE UNTUK DESAIN KRISTAL FOTONIK SATU DIMENSI BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE DICKY ARDIYANTO WIBOWO

RANCANGAN SOFTWARE UNTUK DESAIN KRISTAL FOTONIK SATU DIMENSI BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE DICKY ARDIYANTO WIBOWO RANCANGAN SOFTWARE UNTUK DESAIN KRISTAL FOTONIK SATU DIMENSI BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE DICKY ARDIYANTO WIBOWO DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 Analisis output dilakukan terhadap hasil simulasi yang diperoleh agar dapat mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi output. Optimasi juga dilakukan agar output meningkat mendekati dengan hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Gelombang di Dalam Domain Komputasi Teknis penelitian yang dilakukan dalam menguji disain sensor ini adalah dengan cara menembakkan struktur sensor yang telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan

Lebih terperinci

pembuatan sensor kristal fotonik pendeteksi gas ozon. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Transmitansi (%) Panjang gelombang (nm)

pembuatan sensor kristal fotonik pendeteksi gas ozon. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Transmitansi (%) Panjang gelombang (nm) 6 3.3.3. Pengenceran dan pembuatan kurva kalibrasi a) Optimalisasi alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk penggunaan alat. b) Larutan penjerap 1 ml yang sudah dilakukan penjerapan dibagi dua, 5 ml

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK

KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK Pipit Sri Wahyuni 1109201719 Pembimbing Prof. Dr. rer. nat. Agus Rubiyanto, M.Eng.Sc ABSTRAK

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

RANCANGAN SOFTWARE UNTUK DESAIN KRISTAL FOTONIK SATU DIMENSI BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE DICKY ARDIYANTO WIBOWO

RANCANGAN SOFTWARE UNTUK DESAIN KRISTAL FOTONIK SATU DIMENSI BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE DICKY ARDIYANTO WIBOWO RANCANGAN SOFTWARE UNTUK DESAIN KRISTAL FOTONIK SATU DIMENSI BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE DICKY ARDIYANTO WIBOWO DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Optik dan Fotonik, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Terpadu FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami

Lebih terperinci

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION Yolanda Oktaviani, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: vianyolanda@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x BAB II CAHAYA 2.1 Pendahuluan Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. Sifat-sifat cahaya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini terlihat dari banyaknya komponen semikonduktor yang digunakan disetiap kegiatan manusia.

Lebih terperinci

Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi.

Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi. Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi. KELOMPOK 2 Anggota : Amry Priswanto 135090807111001 Achmad Ainul Yaqin 135090301111014 Aulia Ainur Rohmah 135090301111028 Talitha Dea Ambarwati

Lebih terperinci

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI DASAR-DASAR OPTIKA Oleh: Dr. Ida Hamidah, M.Si. JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI OUTLINE Pendahuluan Optika Klasik Optika Modern Pendahuluan Optika adalah ilmu yang menjelaskan kelakuan dan sifat-sifat

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri. Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan

Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri. Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan Dr.Krishna P Candra Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar.

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kisi Difraksi Kisi difraksi adalah suatu alat yang terbuat dari pelat logam atau kaca yang pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. Suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia yang 75% luas wilayahnya merupakan lautan memiliki potensi kekayaan yang tak ternilai. Oleh karenanya diperlukan perhatian serta penanganan

Lebih terperinci

LAPORAN R-LAB. Pengukuran Panjang Gelombang Laser

LAPORAN R-LAB. Pengukuran Panjang Gelombang Laser LAPORAN R-LAB Pengukuran Panjang Gelombang Laser Nama : Humuntar Russell N H NPM : 1106052493 Fakultas Departemen Kode Praktikum : Teknik : Teknik Mesin : OR01 Tanggal Praktikum : 19 Oktober 2012 Kelompok

Lebih terperinci

Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL

Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Abstrak Spektrofotometri: pengukuran dengan menggunakan prinsip spektroskopi / cahaya Cahaya terdiri dari banyak

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi KISI DIFRAKSI (2016) 1-6 1 Kisi Difraksi Rizqi Ahmad Fauzan, Chi Chi Novianti, Alfian Putra S, dan Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat

Lebih terperinci

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) UV (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang, material nano seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting katalis yang berfungsi sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Pengukuran Panjang Gelombang Laser

LAPORAN PRAKTIKUM Pengukuran Panjang Gelombang Laser LAPORAN PRAKTIKUM Pengukuran Panjang Gelombang Laser Nama : Ari Kusumawardhani NPM : 1406572302 Fakultas : Teknik Departemen/Prodi : Teknik Sipil/Teknik Sipil Kelompok Praktikum : 9 Kode Praktikum : OR01

Lebih terperinci

Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE

Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2006 Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE Agus Rubiyanto, Agus Waluyo, Gontjang Prajitno, dan Ali Yunus Rohedi Jurusan

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan)

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan) 3.1. Cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat-sifat yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), diserap (absorpsi), interferensi, difraksi, dan polarisasi. Cahaya

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 1 BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK.1 Gelombang Elektromagnetik Energi gelombang elektromagnetik terbagi sama dalam bentuk medan magnetik dan medan listrik. Maxwell menyatakan bahwa gangguan pada gelombang

Lebih terperinci

BAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X

BAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X BAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X I. PENDAHULUAN Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah berjalan hampir satu abad ketika tulisan ini disusun. Tahun 191 adalah awal dari studi intensif mengenai difraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik 9 Gambar 17. Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik BST yang sudah mengalami proses annealing dipasang kontak di atas permukaan substrat silikon dan di atas film tipis BST. Pembuatan kontak ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia. Sehingga para peneliti terus berupaya untuk mengembangkan sumber-sumber energi

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada

Lebih terperinci

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik GELOMBANG II 1 MATERI Gelombang elektromagnetik (Optik) Refleksi, Refraksi, Interferensi gelombang optik Pembentukan bayangan cermin dan lensa Alat-alat yang menggunakan prinsip optik 1 Sifat-sifat gelombang

Lebih terperinci

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan aspek penting dalam kehidupan karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup, bernafas dan sebagainya. Lingkungan merupakan kawasan tempat kita

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam fabrikasi dan karakterisasi optik dari waveguide berbahan polimer PMMA (Polymethyl Methacrylate) adalah metode

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Interferensi Cahaya Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39 Contoh gejala interferensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian diawali dengan pembuatan sampel untuk uji serapan panjang gelombang sampel. Sampel yang digunakan pada uji serapan panjang gelombang sampel adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing negara termasuk Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini pada dasarnya meliputi tiga tahapan proses

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini pada dasarnya meliputi tiga tahapan proses BAB III METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian ini pada dasarnya meliputi tiga tahapan proses diawali dengan tahap persiapan, tahap penumbuhan, dan tahap karakterisasi. Pada bab ini dibahas tentang metode

Lebih terperinci

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052 Apa itu Gelombang? Gelombang adalah getaran yang merambat Apakah dalam perambatannya perlu medium/zat perantara? Tidak harus! Berdasarkan ada/tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. t D t . ( 3 )

TINJAUAN PUSTAKA. t D t . ( 3 ) TIJAUA PUSTAKA Persamaan-Persamaan Maxwell Radiasi gelombang M dideskripsikan oleh vektor medan listrik dan medan magnetik. Propagasi dari kedua vektor medan tersebut ditentukan oleh persamaan Maxwell.

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi

Lebih terperinci

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan 29 III. PROSEDUR PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan Desember 2012, di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Karakterisasi

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, pengembangan biosensor menjadi hal yang cukup menarik dalam dunia teknologi. Biosensor, yang salah satu kegunaannya dalam pengujian biomolekul secara akurat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa, mengidentifikasi, menentukan suatu zat dalam suatu cuplikan. Dalam menganalisa terdapat 3 aspek komprehensif

Lebih terperinci

SIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP

SIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 11, No.3, Juli 2008 hal 97-102 SIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP Rahmadi Setyawan, Evi Setiawati, Indras Marhaendrajaya, K. Sofjan Firdausi. Jurusan Fisika Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Absorbansi Panjang Gelombang Maksimal No λ (nm) Absorbansi 1 500 0.634 2 510 0.555 3 520 0.482 4 530 0.457 5 540 0.419 6 550 0.338 7 560 0.293 8 570 0.282 9 580 0.181 10 590

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

DAN KONSENTRASI SAMPEL

DAN KONSENTRASI SAMPEL PERANCANGAN SENSOR ph MENGGUNAKAN FIBER OPTIK BERDASARKAN VARIASI KETEBALAN REZA ADINDA ZARKASIH NRP. 1107100050 DAN KONSENTRASI SAMPEL DOSEN PEMBIMBING : DRS. HASTO SUNARNO,M.Sc Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL Muhammad Salahuddin 1, Suryajaya 2, Edy Giri R. Putra 3, Nurma Sari 2 Abstrak:Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban manusia di abad ini. Sehingga diperlukan suatu kemampuan menguasai teknologi tinggi agar bisa

Lebih terperinci

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA NAMA : ST MANDARATU NIM : 15B08044 KD 3.1 KD 4.1 : Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahayadalam tekhnologi : merencanakan dan melaksanakan percobaan interferensi

Lebih terperinci

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan STUDI AWAL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU SEBAGAI DYE SENSITIZERS DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 6, No. 2, April 2017 Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating Fitriani *, Sri Handani

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-103 Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe

Lebih terperinci

SIMULASI FIBER COUPLER KOMBINASI SERAT MODA TUNGGAL DAN SERAT KISI BRAGG UNTUK KOMPONEN SENSOR OPTIK

SIMULASI FIBER COUPLER KOMBINASI SERAT MODA TUNGGAL DAN SERAT KISI BRAGG UNTUK KOMPONEN SENSOR OPTIK Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fiska FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi April 2016. ISSN.1412-2960 SIMULASI FIBER COUPLER KOMBINASI SERAT MODA TUNGGAL DAN SERAT KISI BRAGG UNTUK KOMPONEN

Lebih terperinci

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012 PTUNJUK UMUM SMA T AL-NAA SLAMC OARDNG SCHOOL UJAN AKHR SMSTR GANJL TAHUN AJARAN 2011/2012 LMAR SOAL Mata Pelajaran : isika Pengajar : Harlan, S.Pd Kelas : X Hari/Tanggal : Senin/26 Desember 2011 AlokasiWaktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Proses pembangunan disegala bidang selain membawa kemajuan terhadap kehidupan manusia, tetapi juga akan membawa dampak negative bagi lingkungan hidup. Industrialisasi

Lebih terperinci

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrum merupakan suatu hal yang penting dalam ilmu

Lebih terperinci

Interferometer Michelson

Interferometer Michelson 1 Interferometer Michelson I. Tujuan Percobaan : 1. Memahami interferensi pada interferometer Michelson. 2. Menentukan panjang gelombang sumber cahaya dengan pola interferensi. II. Landasan Teori Interferensi

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

SURFACE PLASMON RESONANCE

SURFACE PLASMON RESONANCE SURFACE PLASMON RESONANCE Pribadi Mumpuni Adhi, Rahmat Mukti Ibrahim, Panji Achmari, Almas Hilman Muhtadi, Zamzam Ibnu Sina 10208069, 10208043, 10208040, 10208068, 10208098 Program Studi Fisika, Institut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika Institut Pertanian Bogor dimulai bulan Mei 2010 sampai Bulan Mei 2011 3.2.

Lebih terperinci

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim

Lebih terperinci

MAKALAH Spektrofotometer

MAKALAH Spektrofotometer MAKALAH Spektrofotometer Nama Kelompok : Adhitiya Oprasena 201430100 Zulfikar Adli Manzila 201430100 Henky Gustian 201430100 Riyan Andre.P 201430100 Muhammad Khairul Huda 20143010029 Kelas : A Jurusan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATA KULIAH : FISIKA DASAR NOMOR KODE / SKS : FIS 101 / 3(2-3) DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah Fisika Dasar ini diberikan di TPB untuk membekali seluruh mahasiswa

Lebih terperinci

KARAKTERISASI GAS OZON DI DALAM PENJERAP KALIUM IODIDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROSKOPI DEDE YULIAS NURUL MIFTAH

KARAKTERISASI GAS OZON DI DALAM PENJERAP KALIUM IODIDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROSKOPI DEDE YULIAS NURUL MIFTAH KARAKTERISASI GAS OZON DI DALAM PENJERAP KALIUM IODIDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROSKOPI DEDE YULIAS NURUL MIFTAH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUR PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam Bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber coupler sebagai sistem sensor suhu dengan menggunakan probe baja. Terdapat dua hasil penelitian, yang

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci