BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Pati berdasarkan isu-isu strategis dari Renstra Kesehatan Tahun pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen pihak yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya dapat terwujud, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan tersebut perlu ditingkatkan akselerasi dan mutunya dengan melandaskan pada pemikiran dasar pembangunan kesehatan sebagai makna dari paradigma sehat dan dengan menguatkan penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut. Adapun Renstra Dinas Kesehatan kabupaten Pati dirumuskan dalam bentuk isu-isu sebagai berikut 1. Belum optimalnya tata kelola pelayanan kesehatanl gratis di puskesmas. 2. Belum optimalnya penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) di rumah sakit bagi peserta Jamkesmas dan Jamkesda; 3. Masih kurangnya pelayanan rawat inap di puskesmas; 4. Masih rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan masyarakat; 5. Masih kurangnya sarana dan prasarana serta alat kesehatan pada puskesmas; 6. Masih tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu yang disebabkan kurangnya gizi pada ibu hamil dan persalinan di rumah; 7. Makin meningkatnya penderita HIV/AIDS; 8. Masih adanya wilayah endemik gangguan akibat kekurangan yodium; 9. Masih adanya wilayah desa yang belum mempunyai pusat pelayanan kesehatan desa (PKD); 10. Penanganan Balita Gizi Buruk belum optimal Untukmewujudkan Kabupaten Pati sehat sesuai dengan visi pembangunan kesehatan Kabupaten Pati yaitu mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat menuju Pati bumi mina tani sejahtera tidak dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah di sector kesehatan tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan peran 1

2 serta swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan selama ini dilakukan tidak hanya oleh sektor kesehatan saja, tetapi juga tidak luput peran dari sektor non kesehatan dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya mengatasi permasalahan kesehatan. Agar proses pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan arah dan tujuan, diperlukan manajemen yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Untuk itu pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Untuk itu, peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak.perkembangan teknologi dan Informasi, memacu perkembangan Sistem Informasi kesehatan menjadi lebih baik lagi.apalagi masyarakat semakin kritis menyoroti perkembangan pembangunan kesehatan dan hasil hasilnya. Untuk itu disusunlah suatu Buku Profil Kesehatan Kabupaten Pati Tahun 2016, yang berisi data dan informasi serta kegiatan yang berlangsung selama satu tahun di Dinas kesehatan Kabupaten Pati dan UPTD di bawahnya. Profil Kesehatan Kabupaten ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan data dan informasi kesehatan serta perkembangan dunia kesehatan selama satu tahun berjalan. Karena didalam buku Profil ini tersedia data dan informasi mengenai penduduk, fasilitas kesehatan dan pencapaian program program kesehatan serta permasalahan yang ditimbulkan.buku Profil ini disajikan secara sederhana dan informatif dengan tujuan bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang membutuhkan. Selain menyajikan data dan informasi kesehatan, buku ini dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan / kemajuan pembangunan kesehatan yang telah dilakukan selama tahun 2016 dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan, sekaligus bisa digunakan sebagai bahan evaluasi dalam upaya pencapian Kabupaten Pati Sehat. II. SISTEMATIKA PENYAJIAN Adapun Sistematika Penyajian Buku Profil Kesehatan Kabupaten Pati Tahun 2016 adalah sebagai berikut : 2

3 BAB I BAB II BAB III : Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan disusunnya Profil Dinas Kesehatan Kab. Pati. Dalam bab ini juga diuraikan secara ringkas isi dari Profil Kesehatan Kab. Pati dan Sistimatika Penyajian. : Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran Umum Kabupaten Pati yang meliputi keadaan geografi, cuaca, dan lain-lain; keadaan penduduk seperti jumlah penduduk, fertilitas, kepadatan, dan lain-lain; tingkat pendidikan penduduk seperti angka melek huruf, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan lain-lain; serta keadaan ekonomi seperti PDB, pendapatan per-kapita, ketergantungan, dan lain-lain. : SITUASI DERAJAT KESEHATAN Bab ini menguraikan secara ringkas Visi dan Misi serta Strategi Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Pati. Selain itu juga diuraikan tentang indikator angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat serta program-program Pembangunan Kesehatan Daerah yang dilaksanakan dalam tahun 2016 beserta target-target temuannya. BABIV : SITUASI UPAYA KESEHATAN Bab ini berisi penyajian tentang hasil-hasil yang dicapai oleh Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Pati dalam rangka mencapai kabupaten Sehat. Oleh karena itu, uraiannya berupa narasi terhadap indikator-indikator di bidang Derajat Kesehatan, Perilaku Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Pelayanan Kesehatan (termasuk Sumber Daya Kesehatan). Derajat Kesehatan menyajikan narasi terhadap indicator-indikator seperti angka kematian, status gizi dan lain-lain yang dapat dicapai dalam tahun 2016.Selain itu di buat juga perbandingan antar kecamatan di Kabupaten Pati. Perilaku Masyarakat menyajikan narasi terhadap indikator-indikator seperti persentase desa yang melaksanakan PHBS, persentase sekolah dan madrasah yang bebas napza, persentase penduduk yang menggunakan 3

4 sarana kesehatan, dan lain-lain, dibuat juga perbandingan antar kecamatan. Kesehatan Lingkungan menyajikan narasi terhadap indikatorindikator seperti persentase rumah sehat, persentase sarana ibadah, angka rumah bebas jentik dan lain-lain dibuat perbandingan antar kecamatan. Pelayanan Kesehatan menyajikan narasi terhadap indikatorindikator seperti ratio puskesmas terhadap penduduk, persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan, persentase bayi yang diimunisasi lengkap, dan lain-lain, dibuat perbandingan antar kecamatan. BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. BAB VI : KESIMPULAN Berisi sajian garis besar hasil hasil cakupan program/kegiatan berdasarkan indicator-indikator bidang kesehatan yang dapat ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan kesehatan serta pengambilan keputusan di Kabupaten Pati. LAMPIRAN Berisi resume atau angka pencapaian per Puskesmas / kecamatan dan 82 Tabel yang sebagian diantaraanya merupakan indicator pencapaian Kinerja Standart Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. 4

5 BAB II DEMOGRAFI Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah Kabupaten / Kota di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan terletak diantara BT dan LS, dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Dibatasi wilayah Kabupaten Jepara dan Laut Jawa SebelahTimur : Dibatasi wilayah Kabupaten Rembang dan Laut Jawa Sebelah Selatan : Dibatasi wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora Sebelah Barat : Dibatasi wilayah Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, secara administratif wilayah Kabupaten Pati terdiri dari 21 kecamatan, 5 kelurahan dan 401 desa. A. KEADAAN PENDUDUK Berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati bahwa penduduk Kabupaten Pati sebesar jiwa yang terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Angka tersebut merupakan angka proyeksi penduduk yang dikeluarkan oleh BPS Kabupaten Pati. Proyeksi ini dibuat dengan metode komponen berdasarkan asumsi tentang kecenderungan kelahiran, kematian serta perpindahan penduduk antar provinsi yang paling mungkin terjadi selama periode 10 tahun yang akan datang. Tahapan yang dilakukan adalah menghitung proyeksi penduduk Indonesia,kemudian menghitung proyeksi penduduk provinsi, kabupaten dan kecamatan. Selanjutnya melakukan iterasi dengan penduduk Indonesia sebagai patokan sehingga penjumlahan proyeksi penduduk per provinsi, per kabupaten dan per kecamatan hasilnya sama dengan proyeksi penduduk Indonesia. Hasil proyeksi tersebut dibahas dalam tim teknis yang dibentuk oleh BPS, dan hasil pembahasan tersebut didiskusikan lebih lanjut dalam rapat tim yang terdiri dari para pejabat dari Bappenas, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian Kesehatan, BPS, para akademis dan instansi-instansi lain yang terkait. Dalam rapat tersebut selain dilakukan diskusi-diskusi teknis tentang bagaimana 5

6 menyusun proyeksi penduduk, juga diputuskan bahwa ada suatu acuan mengenai proyeksi penduduk yang digunakan secara resmi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Proyeksi ini yang akan digunakan oleh semua instansi pemerintah dalam menyusun perencanaannya masing-masing. Gambar 1.1 menggambar jumlah penduduk Kabupaten Pati berdasarkan Jenis kelamin per tahun Gambar 2.1 Jumlah Penduduk menurut Golongan umur di Kabupaten Pati Tahun , , , , , , > Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati tahun 2016 Pada Gambar 1.2 berdasarkan estimasi, jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Pati terdapat di Kecamatan Pati dengan jumlah penduduk sebesaar jiwa dan jumlah penduduk terendah di Kecamatan Gunungwungkal dengan jumlah penduduk sebesar jiwa. 6

7 Gambar 2.2 Jumlah Penduduk berdasarkan Kecamatan Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati 2016 Pati Juwana Sukolilo Margoyoso Kayen Tayu Trangkil Margorejo Wedarijaksa Dukuhseti Gabus Tlogowungu Winong Tambakromo Gembong Cluwak Batangan Jaken Pucakwangi Jakenan Gunungwungkal 73,169 72,806 65,369 61,548 61,444 60,243 57,634 52,579 50,734 50,006 49,574 44,388 43,505 42,878 42,739 41,844 40,801 36, ,028 95,597 90,090 Jumlah penduduk - 20,000 40,000 60,000 80, , ,000 Dari gambar dibawah terlihat bahwa persebaran penduduk di Kabupaten Pati hampir merata di setiap kecamatan di Kabupaten Pati tahun Gambar 2.3 Perseberan Penduduk di Kabupaten Pati tahun % 3% 6% 5% 5% 4% 4% 5% 5% 7% 6% Kayen Sukolilo 4% 4% 3% 3% 3% 8% Tambakromo Winong Pucakwangi Jaken Batangan Juwana 5% Jakenan 4% 9% 3% Pati Sumber : BPS Kab. Pati 7

8 Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakanuntuk mengetahui produktivitas penduduk yaitu Angka Beban Tanggungan atau DependencyRatio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antarabanyaknya orang berumur tidak produktif (belum produktif/umur di bawah 15 tahundan tidak produktif lagi/umur 65 tahun ke atas) dengan yang berumur produktif(umur tahun). Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapatmenunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase dependency ratiomenunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktifuntuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkanpersentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya bebanyang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktifdan tidak produktif lagi. Angka Beban tanggungan di kabupaten Pati sebesar Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Indonesia yangproduktif, di samping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 45,9 orangyang belum/sudah tidak produktif lagi. Kepadatan PendudukKabupaten Pati Dengan luas wilayah 1.503,68 km² ( Ha ) dan jumlah penduduk sebesar jiwa, maka kepadatan penduduk 825 jiwa per Km². Kepadatan terbesar di kecamatan Pati sebesar 2518,9 jiwa/km² dan Kecamatan Juwana sebesar 1709,23 jiwa/km², terendah di Kecamatan Pucakwangi sebesar 340,67 jiwa/km². Terdapat 8 ( delapan ) Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk di atas ratarata Kabupaten yaitu Kecamatan Pati sebagai pusat pemerintahan dan juga daerah sentra industri dan perdagangan. Kecamatan Juwana dengan sentra industri kuningan dan perikanan yang dilengkapi dengan TPI dan Pelabuhan serta merupakan daerah industri terbesar di Kabupaten Pati.Kecamatan Batangan dengan industri garam, Kecamatan Trangkil dengan industri Gula, Kecamatan Margoyoso dengan industri Tepung Tapioka. Sedangkan 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Gembong, Tlogowungu, Tayu, Sukolilo dan Dukuhseti merupakan daerah sentra perdagangan produk pertanian dan perkebunan serta galian tambang. 8

9 Gambar 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Kabupaten Pati Tahun , , , , , , >65 Gambar 2.1 Penduduk menurut Golongan umur di Kabupaten Pati Tahun Komposisi penduduk Kabupaten Pati tahun 2016 menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan kali 100 persen. Berdasarkan perhitungan sementara angka proyeksi penduduk tahun 2016 penduduk di Kabupaten Pati penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebesar sehingga di dapatkan rasio jenis kelamin sebesar 0,94. Penduduk sebagai determinan pembangunan perlu mendapat perhatian yang serius.program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkanpada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalamprogram kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajatkesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjaditanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor 9

10 terkait lainnya seperti sector pendidikan, ekonomi, sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar.kesehatan merupakan hak semua penduduk, sehingga ditetapkan target dan sasaranpembangunan kesehatan. Tabel 1.1 memperlihatkan data penduduk sasaran programpembangunan kesehatan tahun 2016 menurut jenis kelamin.data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan diperlukan bagi pengelolaprogram terutama untuk menyusun perencanaan serta evaluasi hasil pencapaian upayakesehatan yang telah dilaksanakan. Data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2016 sebagai berikut : Tabel 2.1 Data Sasaran Program Kesehatan Kabupaten Pati Tahun 2016 NO Sasaran Program Kelompok Jenis Kelamin Umur Laki-laki Perempaun Jumlah 1 Lahir Hidup Bayi 0 tahun Batita ( Bawah tiga tahun ) 0-2 tahun Anak Balita 1-4 tahun Balita ( Bawah Lima tahun ) 0-4 tahun Pra Sekolah 5-6 tahun Anak Usia Kelas 1 SD/Setingakat 7 tahun Anak Usia SD/setingkat 7-12 tahun Penduduk Usia Muda < 15 tahun Penduduk Usia Produktif tahun Penduduk Usia Non Produktif > 65 tahun Penduduk Usia Lanjut > 60 tahun Penduduk Usila Resti > 70 tahun Wanita Usia Subur ( WUS ) tahun Ibu Hamil 1,1x lahir hidup Ibu Bersalin/Nifas 1,05 x lahir hidup Sumber : BPS Kabupaten Pati 2016 Salah satu Indikator pencapain program pembangunan adalah dengan angka Index Pembangunan Manusia ( IPM ). Index Pembangunan Manusia ( IPM ) merupakan salah satu tolak ukur indicator kualitas hidup manusia. Angka IPM 10

11 merupakan indicator compost yang menggabungkan tiga aspek penting yaitu : 1).Usia Hidup ( longevity ) yang diukur dengan angka harapan hidup oada saat lahir, 2). Pengetahuan ( Knowledge ) pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata bersekolah dan angaka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas, 3). Standar Hidup Layak ( decent living )standar hidup yang diukur dengan penghasilan perkapita yang disesuaikan dengan paritas daya beli. Angka IPM Kabupaten Pati tahun adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Tabel Index Pembangunan Manusia Kabupaten Pati Index Pembangunan Manusia NO Daerah Kabupaten Pati ( sumber: www. Jateng.bps.go.id ). B. KEADAAN EKONOMI Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga konstan dan harga berlaku yang semakin meningkat dari tahun ketahun secara signifikan. Dari data BPS Kabupaten Pati dalam buku Pati dalam Angka tahun 2016, didapatkan angka Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) meningkat secara signifikan dari tahun 2011 sampai dengan Adapaun angka PDRB Kabupaten Pati dari tahun adalah sebagai berikut: Gambar ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, PDRB KABUPATEN PATI TAHUN 2011S/D PDRB 21,048,7 23,325,0 25,325,0 28,417,0 31,644,4 PERKAPITA 17,514,9 19,276,4 21,232,1 23,186,3 25,666,4 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 Sumber : Pati dalam Angka

12 Permasalahan kemsikinan di Kabupaten Pati merupakan permasalahan yang komplek dan multidimensi sehingga upaya pengentasannya harus dilakukan secara komprehensip mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat dan dilaksanakan secara terpadu. Persebaran penduduk miskin di wilayah Kabupaen Pati tahun 2016 sesuai dengan wilayah puskesmasnya adalah sebagai berikut : Gambar 2.5 Data Kepesertaan Jaminan Kesehatan miskin Kabupaten Pati Tahun 2016 Dukuhseti Tayu II Tayu I Cluwak Gunungwungkal Margoyoso II Margoyoso I Trangkil Wedarijaksa II Wedarijaksa I Tlogowungu Gembong Margorejo Gabus II Gabus I Pati II Pati I Jakenan Juwana Batangan Jaken Pucakwangi II Pucakwangi I Winong II Winong I Tambakromo Kayen Sukolilo II Sukolilo I 5,040 4,938 5,330 6,877 11,240 11,737 10,024 10,661 15,511 14,047 12,874 7,83111,257 20,160 9,440 12,542 8,938 10,39515,370 4,528 9,620 6,222 12,758 10,49414,486 10,161 12,387 12,012 17,211 24,031 16,941 26,228 22,194 29,656 30,524 35,793 24,962 37,691 7,698 27,965 12,016 24,844 2,626 6,991 5,231 15,992 2,714 9,364 6,184 12,142 10,446 22,088 13,131 2,568 23,268 7,206 31,576 48,219 PBI Jamkesda - 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 Sumber : Bidang PK ( Seksi Jamkes ) C. KEADAAN PENDIDIKAN 1. Pendidikan 1.1. Data dari Kab. Pati dalam angka tahun 2016 menunjukkan banyaknya sekolah TK pada tahun 2015 sebanyak 510 sekolah dengan jumlah siswa sebanyak siswa. Sekolah SD/MI sederajat sebanyak 676 sekolah terdiri dari 648 SD negeri, 28 SD/MI swasta dengan jumlah murid keseluruhan orang. Jumlah Sekolah SLTP sederajat sebanyak 84 sekolah ( 58 sekolah negeri dan 26 swasta ) 12

13 dengan jumlah murid SLTP secara keseluruhan siswa. Jumlah sekolah SLTA sederajat sebanyak 26 sekolah ( 8 negeri dan 18 swasta ). Jumlah murid SLTA sederajat sebanyak siswa.. Jumlah sekolah SMK sebanyak 43 sekolah dengan jumlah murid sebanyak siswa. D. KEADAAN SOSIAL, BUDAYA, PERILAKU DAN LINGKUNGAN 1. Kesehatan Peningkatan status kesehatan dan gizi dalam suatu masyarakat sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas manusia dalam aspek lainnya, seperti pendidikan dan produktivitas tenaga kerja. Tercapainya kualitas kesehatan dan gizi yang baik tidak hanya penting untuk generasi sekarang tetapi juga bagi generasi berikutnya. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai sangat diperlukan dalam upaya peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat. Hal ini akan terwujud bila ada dukungan pemerintah dan sekaligus swasta. Fasilitas kesehatan terdiri atas rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya, sarana pelayanan kesehatan lain, dan sarana produksi dan distribusi kefarmasian. Pada tahun 2016, jumlah rumah sakit umum dan khusus pemerintah sebanyak 10 buah ( 2 RS pemerintah dan 8 RS sawsta ). Ditambah pula tersedianya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yangterdapat di seluruh kecamatan. Pada tahun 2016 terdapat sebanyak 29Puskesmas yang terdiri atas 10 Puskesmas Perawatan dan 19 Puskesmas NonPerawatan. Disamping itu masih ada Puskesmas Pembantu sebanyak 50buah.Sarana pelayanan kesehatan lain terdiri atas balai pengobatan/klinik sebanyak 44 buah, praktek dokter perorangan sebanyak 32 buah, dan unit transfusi darah sebanyak 1 buah, apotek sebanyak 121 buah, toko obat sebanyak 1 buah. Penyakit Demam Berdarah Dengue masih merupakan permasalahan di Kabupaten Pati dimana pada tahun 2016 Incidence Rate (IR) penyakit DBDsebesar 113,1 per penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar1,4 persen. Disamping penyakit menular yang masih merupakan masalahkesehatan, penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes melitus, gagalginjal setiap tahun mengalami peningkatan. Perilaku hidup yang tidak sehatseperti kurang olah raga, konsumsi makanan yang kurang serat, merokok, danjuga lingkungan yang sudah 13

14 mengalami polusi merupakan penyebabmeningkatnya penyakit degeneratif/penyakit tidak menular. 2. Perumahan Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsisebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumahharuslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untukmeningkatkan produktivitas. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidakmemenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenispenyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam BerdarahDengue, Malaria, Flu Burung, TBC, ISPA dan lain-lain. Rumah yang memenuhisyarat kesehatan di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 64,29 persen. 3. Air Bersih Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangatpenting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, yakni mempunyai peranandalam menurunkan angka kejadian penyakit, khususnya yang berhubungandengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidupmasyarakat.salah satu indikator kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan airbersih adalah penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minumberkualitas (layak). Sarana air minum terdiri atas sumur gali, sumur bor, terminalair, mata air terlindung, penampungan air hujan, dan perpipaan. Cakupanpenduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 77,15 persen. 4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakanupaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau, danmampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya,mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakitserta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Yang dimaksudrumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi minimal11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga.berdasarkan data hasil kajian PHBS Tatanan Rumah Tangga yangdilaporkan Puskesmas di kabupaten Pati tahun 2016 persentase rumah tangga yang dipantau sebesar 73 persen. 14

15 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Indikator yang dipergunakan dalan menilai derajat kesehatan masyarakat tercermin dalam angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat. Pada bagian ini derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Pati digambarkan melalui angka kematian bayi ( AKB ), angka kematian balita ( AKABA ), angka kematian ibu ( AKI ), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi. Derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh berbagai factor.faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi factor ekonomi, pendidikan, lingkungan social, keturunan dan factor lainnya. A. ANGKA KEMATIAN Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologis secara tidak langsung.disamping itu dapat digunakan serbagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. 1. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) adalah banyaknya kematian bayi umur < 1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak 125 jiwa ( 7,2/1000 kelahiran ) naik dibandingkan tahun 2015 berjumalah 125 jiwa ( 6,9 /1000 kelahiran ),tahun 2014 berjumlah 177 jiwa ( 9,87/1000 kelahiran ), tahun 2013 berjumlah 202 jiwa ( 10,84/1000 kelahiran ),ini berarti terjadi peningkatan kinerja dalam mengurangi AKB di Kabupaten Pati. Dibandingkan dengan target dari Kemenkes RI tahun 2016 yaitu sebesar 17/1000 kelahiran maka AKB di Kabupaten Pati sudah cukup baik karena masih di bawah target nasional. Dibawah ini grafik Lima tahun terakhir Angka Kematian Bayi di Kabupaten Pati tahun 2010 ( 183 = 10,24 ), tahun 2011 ( 178 = 9,23 ), tahun 2012 ( 214 = 13,9 ) tahun 2015 ( 125=6,9 ), tahun 2016 ( 125= 7,2 ). 15

16 AKB AKB Gambar. 3.1 Angka Kematian Bayi ( AKB ) Angka kematian bayi tertinggi berada di Puskesmas Pati I sebenyak 17 jiwa dan terendah di Puskesmas Winong II sebanyak 0 jiwa. Winong 2 Pcwaqngi 2 Batangan Gabus 1 Jaken Trangkil Kayen Tlogowu Winong 1 cluwak Juwana Margys 2 Sukolilo 2 Pcwangi 1 Pati I AKB, Winong 2, 0 AKB, Sukolilo 1, 1 AKB, Pcwaqngi 2, 1 AKB, Wedarijksa 1, 2 AKB, Batangan, 2 AKB, Wedrjksa 2, 2 AKB, Gabus 1, 3 AKB, Jakenan, 5 AKB, Jaken, 5 AKB, Gabus 2, 7 AKB, Trangkil, 7 AKB, Pati 2, 7 AKB, Kayen, 7 AKB, Margorejo, 7 AKB, Tlogowungu, 7 AKB, Tayu 1, 8 AKB, Winong 1, 8 AKB, Gnwgkl, 8 AKB, cluwak, 8 AKB, Tbromo, 8 AKB, Juwana, 8 AKB, Tayu 2, 8 AKB, Margys 2, 9 AKB, Dkseti, 9 AKB, Sukolilo 2, 10 AKB, Margys 1, 11 AKB, Pcwangi 1, 12 AKB, Gembong, 12 AKB, Pati I, 17 AKB Gambar 3.2. Angka kematian Bayi di Puskesmas di Kabupaten Pati Tahun

17 2. Angka Kematian Balita Angka kematian balita adalah kematian yang terjadi pada balita sebelum usia lima tahun (0-5 th ) per 1000 kelahiran dalam kurun waktu satu tahun. Angka kematian balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan. AKABA AKABA Gambar 3.3 Angka Kematian Balita ( AKABA ) Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Pati tahun 2016 senamyak 82 jiwa ( 4,73/1000 kelahiran ) naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak 74 jiwa ( 4/1000 kelahiran ),tahun 2014 sebanyak 193 jiwa ( 10,8/1000 kelahiran ), tahun 2013 sebanyak 228 jiwa, tahun 2012 sebesar 231 balita, angka kematian balita tahun 2011 sebesar 190 balita, tahun 2010 sebesar 206 balita dan 2009 sebesar 116 balita. Angka kematian terbanyak di Puskesmas Pati I sebanyak 10 kasus dan terendah di Puskesmas Wedarijaksa I, Wedarijaksa II, Winong II, Tambakromo, Tayu I, Gabus I, Sukolilo II dan Margoyoso II. 17

18 Penyebaran angka kematian balita Menurut Puskesmas Tahun 2016 Wedarijks Wedrjksa 2 Tbromo Gabus 1 Margys 2 Batnagan Tlogowungu Sukolilo 2 Gembong Jakenan Margys 1 Juwana cluwak Dkseti Pati I AKABA, Wedarijksa 1, 0 AKABA, Tayu 2, 0 AKABA, Wedrjksa 2, 0 AKABA, Winong 2, 0 AKABA, Tbromo, 0 AKABA, Tayu 1, 0 AKABA, Gabus 1, 0 AKABA, Sukolilo 1, 0 AKABA, Margys 2, 0 AKABA, Gnwgkl, 1 AKABA, Batnagan, 1 AKABA, Pcwaqngi 2, 2 AKABA, Tlogowungu, 2 AKABA, Pati 2, 2 AKABA, Sukolilo 2, 2 AKABA, Trangkil, 2 AKABA, Gembong, 2 AKABA, Jaken, 3 AKABA, Jakenan, 4 AKABA, Pcwangi 1, 4 AKABA, Margys 1, 4 AKABA, Margorejo, 4 AKABA, Juwana, 4 AKABA, Winong 1, 5 AKABA, cluwak, 5 AKABA, Kayen, 7 AKABA, Dkseti, 7 AKABA, Gabus 2, 8 AKABA, Pati I, 10 AKABA Gambar. 3.4 Angka Kematian Balita di Puskesmas Kab. Pati Tahun Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah Kematian Ibu karena sebab sebab yang berhubungan dengan kehamilan per kelahiran hidup diwilayah tertentu. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawat daruratan tepat waktu yang dilatar belakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. AKI Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak 20 orang ( 115/ kelahiran ) terdiri dari kmatian ibu hamil 7 orang, kematian ibu nifas 13 orang. Angka tahun 2016 turun dibandingkan tahun 2015 sebanyak 21 orang ( 117/ kelahiran )terdiri dari kematian ibu hamil 7 orang, kematian ibu bersalin 2 orang dan kematian ibu nifas sebanyak 12 orang, tahun 2014 sebanyak 17 orang ( 95 / kelahiran ) terdiri dari kematian ibu hamil 4 orang kematian ibu bersalin 1 orang dan ibu nifas 12 orang.tahun 2013 adalah 29 orang atau / kelahiran terdiri dari kematian ibu pada saat hamil ada 9 bersalin 4 dan kematian ibu nifas 17 orang, tahun 2012 sebanyak 22 atau / kelahiran, terdiri dari kematian ibu hamil ada 6 ibu bersalin 18

19 5 dan ibu nifas sebanyak 11 orang. Tahun 2011 jumlah kematian ibu ada 24 terdiri dari kematian ibu hamil 10, kematian ibu bersalin ada 5 dan kematian ibu nifas ada 9. dan tahun 2010 ada 21 terdiri dari kematian ibu hamil 8, kematian ibu bersalin ada 5 dan kematian ibu nifas ada 8 sedangkan kematian ibu tingkat propinsi 116,3/ dan tingkat nasional 119/ kelahiran hidup. Dari angka diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan walaupun tidak signifikan terhadap indikator angka kematian ibu ( AKI ) di Kabupaten Pati. Berikut data jumlah AKI di Kabupaten Pati 5 tahun terakhir : AKI AKI Gambar 3.5 Angka Kematian Ibu ( AKI ) Jumlah kematian maternal terbanyak di Puskemas Trangkil, Tambakromo, Pati I, Gabsu I, Winong II sebanyak 2 orang/perpuskesmas,sedangkan 13 Puskesmas angkanya 0 kemataian ibu. Berikut data kematian Ibu per Puskesmas di Kabupaten Pati tahun

20 Tayu 2 Wedrjksa 2 Gabus 2 Winong 1 Margys 1 Batnagan Sukolilo 2 Gnwgkl Pati 2 Jaken Dkseti Pcwangi 1 Winong 2 Pati I Trangkil AKI, Tayu 2, 0 AKI, Tayu 1, 0 AKI, Wedrjksa 2, 0 AKI, Wedarijksa 1, 0 AKI, Gabus 2, 0 AKI, Pcwaqngi 2, 0 AKI, Winong 1, 0 AKI, Sukolilo 1, 0 AKI, Margys 1, 0 AKI, Gembong, 0 AKI, Batnagan, 0 AKI, Juwana, 0 AKI, Margorejo, 0 AKI, cluwak, 1 AKI, Gnwgkl, 1 AKI, Margorejo, 1 AKI, Pati 2, 1 AKI, Jakenan, 1 AKI, Jaken, 1 AKI, Kayen, 1 AKI, Dkseti, 1 AKI, Margys 2, 1 AKI, Pcwangi 1, 1 AKI, Tlogowungu, 1 AKI, Winong 2, 2 AKI, Gabus 1, 2 AKI, Pati I, 2 AKI, Tbromo, 2 AKI, Trangkil, 2 AKI Gambar 3.6 Angka Kematian Ibu di puskesmas Kab. Pati Tahun 2016 Dari angka diatas dapat dilhat bahwa terjadi penurunan kasus pada kematian ibu tahun 2016 sebesar 115/ kelahiran. AKI tahun 2015 sebesar 117/ kelahiran, tahun 2014 sebanyak 95/ kelahiran,. Angka AKI Kabupaten Pati masih lebih rendah dibandingkan dari target provinsi 116,3/ kelahiran hidup walaupun masih rendah dibandingkan target nasional sebesar 119/ kelahiran. Upaya - upaya yang telah dilakukan dalam rangka untuk menurunkanangka kematin ibu di Kabupaten Pati adalah peningkatan kemampuan nakes khususnya bidan dalam rangak APN, pencabutan/pembekuan ijin praktek, evaluasi kegiatan pelayanan melalui pertemuan rutin dll. B. ANGKA KESAKITAN. 1. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) Penderita AFP tahun 2016 di Kabupaten Pati sebanyak 5 orang ( 1,77/ penduduk usia < 15 tahuan ) terdapat di wilayah Kayen, Tambakromo, Margorejo, Trangkil dan Cluwak. Angka ini naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak 3 orang ( 1,06 / penduduk usia < 15 tahun ) terdapat di Puskesmas Gungungwungkal sebanyak 2 kasus dan Puskesmas Pati I sebanyak 1 kasus. Angka ini turun 20

21 dibandingkan tahun 2014sebanyak 7 kasus ( 2,38/ penduduk usia < 15 tahun ) terdapat di Puskesmas Margorejo 2 kasus, puskesmas Batangan, Tlogowungu, Winong II, Sukolilo I, dan Puskesmas Jakenan masing-masing 1 kasus. Angka ini naik dibandingkan tahun 2013 sebanyak 5 kasus terdapat di Puskesmas Sukolilo I, Kayen, Winong I, Gunungwungkal dan Tayu II masing-masing sebanyak 1 kasus turun dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 8 orang terdiri dari 3 laki-laki dan 5 perempuan terdapat di wilayah Puskesmas Kayen 1 orang, Puskesmas Pati I sebanyak 2 orang, Puskesmas Margorejo sebanyak 2 orang, Puskesmas Margoyoso II sebanyak 1 orang dan Puskesmas Gunungwungkal sebanyak 2 orang, sedangkan tahun 2011 sebanyak 6 kasus, tahun 2010 sebanyak 4 kasus dan tahun 2009 sebanyak 2 kasus AFP Gambar 3.7 Penemuan Kasus AFP di Kab. Pati Tahun Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi 21

22 penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OATyang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Jumlah kasus Tuberkulosis di Kabupaten Pati selama tahun 2016 sebanyak 645 kasus ( 383 laki-laki dan 262 perempuan ) turun dibandingkan tahun 2015 sebanyak 683 kasus ( 399 laki-laki dan 284 perempuan ). Jumlah kasus baru TB BTA + baru sebanyak 372 kasus ( 217 laki-laki dan 155 perempuan ),tahun 2014 sebanyak 915 kasus ( 530 laki-laki dan 385 perempuan ). Jumlah kasus baru Tb BTA + selama tahun 2014 sebanyak 495 kasus ( 288 laki-laki dan 207 perempuan ) dengan kasus Tb anak ( 0-14 tahun ) sebanyak 223 kasus. Jumlah kematian selama tahun 2014 sebanyak 21 orang ( 1,7 % ). Angka ini turun dibanding tahun 2013 sebanyak kasus ( 604 laki-laki dan 403 perempuan ). Jumlah kasus baru Tb BTA + selama tahun 2013 sebanyak 544 kasus (332 laki-laki dan 212 perempuan ), dengan kasus Tb anak ( 0-14 tahun ) sebanyak 156 orang. Angka Kesembuhan penderita Tb ( Cure rate ) sebesar 73,78%. Angka keberhasilan pengobatan ( succes rate ) sebesar 77,32 %. Adapun jumlah kematian selama pengobatan selama tahun 2013 sebanyak 35 orang (2,9 % ). Indikator yang digunakan dalam pengendalian Tb adalah CNR ( case notification rate ), yaitu angka yang menunjukkan jumlah pasien Tb semua type yang ditemukan dan tercatat diantara penduduk pada satu periode di suatu wilayah tertentu. Angka CNR kasus baru BTA + per penduduk di kabupaten Pati selama tahun 2016 adalah 29,60 % sedangkan CNR seluruh kasus adalah 52,02 % turun dibandingkan tahun 2015 adalah 30,17 % sedangkan angka CNR seluruh kasus adalah 55,4 %,tahun 2014 adalah 41 % sedangkan angka CNR seluruh kasus TB per penduduk adalah 75,78 %, tahun 2013 CNR kasus baru BTA + adalah % terdiri dari 27,50 % ( laki- laki ), 17,56 % ( perempuan ) dan angka CNR seluruh kasus TB per penduduk adalah 83,40 %. 22

23 CNR ( Case Notification Rate) CNR Kasus baru BTA + Laki-laki CNR kasus baru BTA + perempuan CNR semua laki-laki CNR semua perempuan CNR semua L+P Gambar 3.8. Angka CNR 3 Persentase Balita dengan Pneumonia ditangani Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Persentase penemuan pneumonia pada balita di tahun 2016 sebanyak 417 kasus dan ditangani 100 % ( 5.68 % ) naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak 200 kasus dan ditangani 100 % ( 2,89 % dari target ),tahun 2014 sebesar 296 kasus dan ditangani 100 %, turun dibandingkan tahun 2013 sebesar 378 ( 29,9 % ) hampir sama dengan jumlah penderita pneumonia pada balita tahun 2012 ada 376 ditangani 100% dibandingkan tahun 2011 jumlah kasus 233 ditangani 100% dan tahun 2010 ada 242 dan jumlah ditangani 242 (100%). Puskesmas dengan penemuan dan pengobatan pneumonia balita di Kabupaten Pati selama tahun 2016 sebanyak 14 Puskesmas naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak 7 Puskesmas. Tahun 2014 sebanyak 8 Puskesmas.Penemuan kasus yaitu di Puskesmas Pati I sebesar 80,1 % ( perkiraan kasus 275 ditemukan 220 kasus ), Gunungwungkal sebesar 44,5 % ( perkiraan kasus 209 ditemukan 93 kasus ), Pati II sebesar 18,8 % ( perkiraan kasus 277 ditemukan 52 kasus ), Puskesmas Juwana sebesar 5,3 % ( perkiraan kasus 587 ditemukan 31 kasus ),Wedarijaksa II sebanyak 23

24 2,1 %, Wedarijaksa I sebesar 2,0 %, Margorejo sebsar 0,8 %, Sukolilo I sebesar 0,7 %, Kayen sebesar 0,7 %, Margoyoso II sebesar 0,7 %, Batangan 0,5 %, Margoyoso I sebesar 0,5 %, Tambakromo sebesar 0,4% dan Puskesmas Dukuhseti sebesar 0,3 % Pati I Tambakromo pati II Kayen margorejo Wedarijaksa II Sukolilo II Gngngwungkal gabus II Mgyso II Wedarijaksa I juwana Gambar. 3.9 Angka Penemuan kasus Pneumonia tahun Dari data diatas dapat dilihat bahwa penemuan kasus pnuemonia dari tahun ke tahun hanya dapat dilakukan oleh beberapa puskesmas Sedangkan Puskesmas yang lain belum menemukan kasus. Akan tetapi penemuan kasus oleh Puskesmas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 4 Prevalensi HIV, HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counselling, and Testing (VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan perilaku (STBP). 24

25 Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan selamatahun 2016 sebanyak 50 orangdan kasus AIDS sebanyak 129 orang naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 37 orang, kasus AIDS sebanyak 64 orang dengan kematian kasus AIDS sebanyak 2 orang. Angka ini turun dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 59 orang dan kasus AIDS sebesar 97 orang, kematian akibat AIDS sebesar 103 orang,tahun 2013 sebanyak 29 orang dan kasus AIDS sebanyak 72 orang, tahun 2012 ada 49 kasus terdiri dari 20 kasus HIV dan kasus AIDS sebanyak 49 orang, tahun 2011 jumlah kasus 43 dengan HIV 28 orang dan kasus AIDS sebanyak 15 orang. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, artinya kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil yang ada di masyarakat. Kasus kematian karena AIDS di kabupaten Pati selamatahun2013 sebanyak 18 orang ( L =11, P= 7 ), berikut data prevalensi kasus HIV/AIDS tahun HIV AIDS Meninggal Gambar 3.10 Jumlah Kasus HIV/AIDS 5 Persentase Infeksi Menular Seksual ( shypilis ) diobati, Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS meliputi Syphilis, Gonorhoe, Bubo, Jengger ayam, Herpes, dan lain-lain. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati adalah kasus IMS yang ditemukan berdasarkan sindrom dan etiologi serta diobati sesuai standar. 25

26 Jumlah kasus IMS ( Shypilis ) tahun 2016 tidak ada data,selama tahun 2015 di kabupaten Pati tercatat sebanyak 9 orang ( 1 laki-laki dan 8 perempuan ),tahun 2014 sebanyak 25 kasus ( laki-laki 15 dan perempuan 10 kasus ) tahun 2013 kasus IMS( shypilis ) yang tercatat sebanyak 10 orang ( perempuan ) dibandingkan tahun 2012 kasus IMS ( semua kasus ) ada 459 semua tertangani tahun 2011 terdapat 10 kasus semua tertangani dan tahun 2010 dari kasus yang ada 547 semua tertangani. Tahun 2009 = 285 kasus ditangani 163 (57,19 %), tahun 2008 ada 246 kasus ditangani 100 %. Data kasus IMS ( shypilis ) selama tahun adalah sebagai berikut : IMS ( Shypilis ) 2013, , , , , , Gambar 3.11 Jumlah Kasus IMS 6 Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD), Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Kabupaten Pati, terbukti dari 29 Puskesmas yang ada sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/incidence Rate (IR) DBD di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 113,1/ penduduk naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 74,9/ penduduk,tahun 2014 sebesar 23,2/ penduduk, tahun 2013 sebesar 47,2/ penduduk,tahun 2012 (23,9/ penduduk) dan masih di atas 26

27 dalam target nasional yaitu <20/ penduduk. Angka kesakitan tertinggi di Kayen dengan 146 kasus, terendah di Puskesmas Sukolilo II sebesar 10 kasus. Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemiologi di lapangan serta upaya pengendalian. Jumlah kasus DBD tahun 2016 sebesar kasus ( 661 laki-laki dan 742 perempuan ) dengan angka kematian 19 orang ( CFR 1,4 % ) naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 923 kasus ( 458 laki-laki dan 465 perempuan ) tahun 2014 sebesar 280 kasus ( 149 laki-laki dan 131 kasus perempuan ) dengan angka kematian 1 orang ( CFR 0,4 % ),tahun 2013 sebanyak 569 ( laki-laki 289 dan perempuan 280 ) dengan jumlah kematian sebanyak 4 orang ( CFR 17,4 % ), tahun 2012 ada 303 dengan jumlah kematian 4, tahun 2011 ada 331 dengan jumlah kematian 4 dan tahun 2010 dari jumlah kasus yang ada dengan jumlah kematian 11 dan tahun 2009 ada 378 kasus, tahun 2008 ada 686 kasus DBD DBD Gambar 3.12 Angka Kesakitan DBD 7 Angka Kematian DBD Angka kematian/case Fatality Rate (CFR) DBD di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 1, 4 % turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 1,6 %,tahun 2014 sebesar 0,4 27

28 % tahun 2013 sebesar 0,7 %, tahun 2012 (1.3%), pencapaian tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan target nasional (<1%). Angka Kematian ada di wilayah Puskesmas Tayu I sebesar 7,1 %,Gabus I sebesar 5,4%, Wedarijaksa II sebesar 4,8%, Winong II sebesar 2,8 %, Jakenansebesar 2,4 %, Tlogowungu sebesar 2,1, Juwana 2,0 %, Margoyoso II sebesar1,9 %, Sukolilo I sebesar 1,7 %, Margorejo sebesar 1,6 %, Pati II sebesar 1,5 %, Kayen sebesar 1,4 %, Tambakromo 1,1, Pati I sebesar 1,1 dan Dukuhseti sebesar 1,1 %, G a m b a r CFR DBD Gambar 3.12 Grafik FCR DBD tahun Persentase Balita dengan diare ditangani, Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Cakupan penemuan dan penanganan diare di Kabupaten Patitahun 2016 adalah 13,8 % ( kasus ) turun dibandingkan tahun 2015 adalah 68,2 % ( kasus ),tahun ,5 % ( kasus ),tahun 2013 sebesar 84.1 % ( kasus ),tahun 2012 ada dengan jumlah penderitan ( 5,029 % ), tahun 2011 jumlah penderita , tahun 2010 dari jumlah penderita Berikut data kasus diare di Kabuopaten Pati tahun

29 Diare Gambar 3.14 Angka Kasus Diare 9 Angka Kesakitan Malaria, Angka kesakitan malaria (Annual Parasite Incidence-API) merupakan indikator untuk memantau perkembangan penyakit malaria. Jumlah penderita malaria klinis di Kabupaten Patitahun 2016 sebanyak 39 orang ( API : 475,61 / ) turun dibandingkan tahun 2015 sebanyak 82 orang dengan malaria positif sebanyak 56 orang ( L;49 dan P; 7 ),tahun 2014 sebanyak 312 orang dengan malaria positif 118 orang, tahun 2013 sebanyak 524 dengan malaria positif sebanyak 226 orang( L : 198 orang, P : 28 orang ) dengan kasus meninggal sebanyak 1 orang, tahun 2012 sebanyak 301 kasus klinis dengan 248 positif, tahun 2011 sebanyak klinis dengan 261 positif, tahun 2010 ada 77 penderita dari klinis, tahun 2009 ada 2765 penderita, positif 2. Angka kesakitan malaria di Kabupaten Pati ini lebih banyak disebabkan adanya migrasi dari daerah endemis ke Kabupaten Pati. Perkembangan kasus malaria dari tahun dapat dilihat pada gambar berikut : 29

30 Suspect Positif Meninggal Gambar 3.15 Angka Malaria di Kabupaten Pati 10 Angka Kematian Malaria Angka kemtian malaria Angka kematian/case Fatality Rate (CFR) Malaria tahun 2016 sama dengan tahun 2015 sebesar 0%. 11 Prevalensi Kusta Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut: a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa, b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot, c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif). Sampai dengan tahun 2016 di Kabupaten Pati tercatat sebanyak 54 kasus ( PB : 1 kasus dan MB : 53 kasus) turun dibandingkan tahun 2015 tercatat sebanyak 65 kasus ( PB; 12 kasus dan MB ; 53 kasus ), tahun 2014 tercatat ada 4 kasus kusta PB dan 65 kasus MB,tahun 2013 kasus Kusta tercatat sebanyak 3 orang PB dan 56 orang MB, tahun 2012 dengan kasus PB 6 kasus dan MB 57 kasus. 30

31 Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Angka Kasus catat tingkat II untuk Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 10 % ( 7 kasus ) sedangkan penderita kusta 0-14 tahun sebesar 4,29 % ( 3 kasus ). 12 Persentase penderita kusta selesai berobat Cakupan program kusta diukur berdasarkan angka penderita kusta tipe Pauci Baciller (PB) dan Multy Baciller (MB) selesai diobati. Cakupan program kusta type PB tahun 2016 berdasarkan jumlah penderita baru tahun 2015 selesai berobat sampai dengan tahun 2015 sebesar 100 %,lebih tinggi dari target 90%. Kusta type MB diambil dari data penderita baru tahun 2014 yang selesai diobati ( RFT ) sampai dengan tahun 2016 sebesar 95 % naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 83 %,tahun 2014 sebesar 93 %, tahun 2013 sebesar 87 %, tahun 2012 sebesar 91,23 % Sampai dengan tahun 2016 penderita PB = 6, RFT PB = 6 ( 100 % ), penderita MB = 66 orang, RFT MB = 63 ( 95 % ) naik dibandingkan tahun 2015 penderita PB = 3 ( 100 % ) RFT PB = 3 ( 100 % ),tahun 2014 penderita PB = 10, RFT PB = 10 ( 100 % ), penderitamb = 71 dan RFT MB = 66 ( 93 % ). Cakupan penderita kusta 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : PB MB Gambar 3.16 Persentase Kusta selesai berobat 31

32 13 Kasus Filariasis ditangani Tahun 2016 kasus filariasis ditemukan 1 orang dan jumlah seluruh kasus sebanyak 14 orang ( 1/ penduduk ) sama dengan tahun2015 kasus filariasis ditemukan sebanyak 1 orang dan sampai dengan tahun 2015 di Kabupaten Pati terdapat 14 kasus ( 1/ penduduk ). 14 Jumlah kasus dan angka kesakitan yang dapat dicegah dengan Imunisasi ( PD3I ) Yang termasuk dalam PD3I yaitu Polio, Pertusis, Tetanus Non Neonatorum, Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri dan Hepatitis B. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (Redcam) dan Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN).Saat ini telah dilaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Difteri, Tetanus Neonatorum, dan Campak). Dalam waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus PD3I yang dilaporkan adalah sebagi berikut: 1. Difteri Tahun 2016 terdapat 2 kasus sama dengan tahun 2015 terdapat 2 kasus difteri, tahun 2014 tidak ada kasus sama dengan tahun 2013 tidak ada kasus difteri di kabupaten Pati. Tahun 2012 terdapat 1 kasus suspect penyakit difteri di Puskesmas Sukolilo II,namun setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium pembanding dari BLK Semarang hasilnya negatif. 2. Pertusis Tidak ada kasus 3. Tetanus Neonatorum Tidak ada kasus 4. Campak Tahun 2016 ditemukan sebanyak 192 kasus campak ( L = 98 kasus, P = 94 kasus ) naik dibandingkan dengan tahun 2015 terdapat 10 kasus tersebar di Puskesmas kayen 5 kasus, Puskesmas Pati I 2 kasus, Margorejo 1 kasus, Trangkil 1 kasus dan Puskesmas Juwana 1 kasus naik dibandingkan tahun 2014 terdapat 4 kasus yaitu di Puskesmas Sukolilo I sebanyak 3 kasus dan Puskesmas 32

33 Margoyoso I sebanyak 1 kasus, tahun 2013 kasus campak sebanyak 13 kasus tersebar di 4 Puskesmas yaitu di Puskesmas Pati I sebanyak 10 orang, Puskesmas Kayen 1 kasus, Puskesmas Trangkil 1 kasus dan puskesmas Margoyoso I terdapat 1 kasus. Penemuan kasus campak terakhir sebagai berikut : CAMPAK CAMPAK Gambar 3.17 Kasus campak Yang dilaporkan Kabupaten Pati 5. Polio Tidak ada kasus 6. Hepatitis B Tahun 2016 tidak ada kasus hepatitis B, tahun 2015 tidak ada kasus sedangkan 2014 terdapat 7 kasus tersebar di Puskesmas Wedarijaksa II sebanyak 1 kasus, Puskesmas Gunungwungkal 1 kasus, Puskesmas Jakenan 1 kasus dan puskesmas Dukuhseti sebanayk 3 kasus naik dibandingkan tahun 2013 tidak ada kasus. 7. Penyakit tidak Menular Penyakit tidak menular (PTM) yang diintervensi meliputi jantung koroner, dekompensasio kordis, hipertensi, stroke, diabetes mellitus, kanker serviks, kanker payudara, kanker hati, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronis, asma bronkiale, dan kecelakaan lalu lintas. Penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronis dan kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat 33

34 sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu kelompok PTM utama yang mempunyai faktor risiko sama (common underlying risk factor). Faktor risiko tersebut antara lain faktor genetik merupakan faktor yang tidak dapat diubah (unchanged risk factor), dan sebagian besar berkaitan dengan faktor risiko yang dapat diubah (change risk factor) antara lain konsumsi rokok, pola makan yang tidak seimbang, makanan yang mengandung zat aditif, kurang berolah raga dan adanya kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan. Penyakit tidak menular mempunyai dampak negatif sangat besar karena merupakan penyakit kronis. Apabila seseorang menderita penyakit tidak menular, berbagai tingkatan produktivitas menjadi terganggu. Penderita ini menjadi serba terbatas aktivitasnya, karena menyesuaikan diri dengan jenis dan gradasi dari penyakit tidak menular yang dideritanya. Hal ini berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan tidak diketahui kapan sembuhnya karena memang secara medis penyakit tidak menular tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa dikendalikan. Yang harus mendapatkan perhatian lebih adalah bahwa penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian tertinggi dibanding dengan penyakit menular. Data PTM tahun 2016 di Kabupaten Pati terdapat kasus naik dibandingkan tahun 2015 terdapat kasus,tahun 2014 sebanyak ,tahun 2013 di Kabupaten Pati total kasus yang dilaporkan.tahun 2016 kasus PTM yang dilaporkan sebesar 39,16% ( kasus) adalah hipertensi esensial, DM tidak tergantung insulin 19,33 % ( kasus ), Asma Bronkiale 12,5 % ( kasus ), decompensatio cordis 7,11 % ( kasus ), hipertensi lainnya 6,41% ( kasus ), psikosis 4,2 % ( 2102 kasus ), kecelakaan lalin 3,9 % ( kasus ), PPOK 2,73 % ( kasus ), stroke non haemorragie 2,14 % ( kasus ), angina pectoris 0,8 % ( 422 kasus ), DM tergantung insulin 0,6 % ( 298 kasus ), strokehaemorogia 0,33 % ( 168 kasus ), AMI 0,22 % ( 124 kasus ), Ca serviks 0,19 % ( 96 kasus ), Ca Mamae 0,14 % ( 70 kasus ), Ca Hepar 0,02 % ( 11 kasus ), Ca Paru 0,02 % ( 10 kasus ).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini : 34

35 Hipertensi esensial DM tdk Asma Bronkiale decompensatio hipertensi lainnya psikosis kecelakaan lalin PPOK stroke non Ca mamae angina pectoris DM tgt insulin stroke haemorogia AMI Ca serviks Ca Hepar Ca Paru PTM Gambar 3.18 Persentase cakupan PTM di kabuapten Pati Tahun 2016 C. ANGKA STATUS GIZI MASYARAKAT 1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil mengalami anemia, kurang suply gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi. Jumlah Bayi berat badan lahir rendah di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak 654 orang ( 3,7 % ) naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak 654 orang ( 3,42 % ),tahun 2014 sebanyak 96 orang ( 0,5 % ),tahun 2013 sebanyak 523 orang ( 2,8 % ), tahun 2012 sebanyak 626 ( 3,2 % ). Data kasus BBLR : 35

36 Prevalensi Gambar 3.19 Persentase Bayi dengan BBLR di Kab. Pati 2. Persentase Balita dengan Gizi Kurang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dab TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang disebut reference. Baku antropometri yang saat ini digunakan di Indonesia adalah World Health Organization -Antopometri (WHO-Antopoetri ) tahun Persentase Balita Gizi kurang ( BB/U ) di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak orang ( 6,15 % ) naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak orang ( 5,59 % ), tahun 2014 sebanyak orang ( 6,27 % ),tahun 2013 sebanyak5.348 orang ( 6,9 ), tahun 2012 sebanyak (6,14 % ). 36

37 3. Persentase Balita dengan Gizi buruk Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit. Tahun 2016 di Kabupaten Pati balita dengan gizi buruk menurut indeks BB/TB sebanyak 94 orang ( 0,01 % ) naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak 71 orang ( 0,08 % ) di tangani 100 %, tahun 2014 sebanyak 85 orang ( 0,10 % ) sama dengan tahun 2013 sebanyak 102 orang ( 0,11 % ) namun secara jumlah kasus turun, tahun 2012 sebanyak 173 orang dan ditangani 100 %, tahun 2011 sebanyak 185 orang ( 0,21 % ), tahun 2010 sebanyak 188 orang ( 0,21 % ), tahun 2009 sebanyak 164 orang ( 0,20 % ). 37

38 D. Struktur Organisasi Kel.Jabatan Fungsional KEPALA DINAS KESEHATAN dr. H. EDI SULISTYONO, MM SEKRETARIAT Dra.WAHYU WIDAYATI,Apt,M.Kes SUBAG PENYUSUNAN PROGRAM MASNUCHADIN SYAH, SKM, M.Kes. SUBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN ETIK TRIHARTANTI, SKM, MM SUBAG KEUANGAN SUCIPTO, SKM BIDANG PELAYANAN KESEHATAN dr. AVIANI TRITANTI VENUSIA BIDANG PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN Dr.JOKO LEKSONO, MM BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA KESEHATAN TITIEN HINDRATI HS, SKM, MM BIDANG PEMBERDAYAAN & KEMITRAAN NURWONO, SKM, M.Kes SEKSI KESEHATAN DASAR & RUJUKAN dr. Joko Santoso SEKSI PENGENDALIAN PENYAKIT & BENCANA MOH. DIMYATI, Skep, MM SEKSI PENGEMBANGAN SDM Dra. TRI ANGGRAENI SEKSI JAMINAN KESEHATAN ENDRO AJI PRAMONO, SH SEKSI KESEHATAN KELUARGA SUWII, SKM, MM SEKSI PEMBERANTASAN PENYAKIT MARJUKI, SKM, M.Kes SEKSI PERBEKALAN KESEHATAN ENDRI JATMIKO, SE, MM SEKSI PROMOSI KESEHATAN & PEMBERDAYAAN DWI PRASETYO, S.Kep, Ners SEKSI KESEHATAN KHUSUS ANDIS TRIYANTO, SKM, M.Kes SEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN ETTY IRIANINGRUM, SKM. SEKSI REGISTRASI & AKREDITASI Drs. ERNO SUDARYJANTO SEKSI GIZI SETIYOWATI, SKM, MM UPT LABKES SRI PUDJI LESTARININGSIH, SE.MM SUBAG TATA USAHA ANGGI, SSIT UPT PUSKESMAS SUBAG TATA USAHA UPT PERBEKALAN FARMASI YUSI IRASANTI, Apt,MM SUBAG TATA USAHA SLAMET RIYADI, SH, MM 1

39 E. Visi dan Misi Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Pati adalah Terwujudnya masyarakat mandiri untuk hidup sehat menuju Pati Bumi Mina Tani Sejahtera Visi tersebut merupakan gambaran masyarakat Pati pada masa yang akan datang dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Masyarakat mampu mengenali tingkat kesehatan, masalah kesehatan, merencanakan dan mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi diri sendiri secara mandiri. Untuk mencapai kondisi tersebut didukung sumber daya semaksimal mungkin diutamakan dari kemampuan sumber daya yang ada di Kabupaten Pati, meliputi sumber daya manusia, pembiayaan, perbekalan dan obat, sarana dan prasarana dengan tidak menutup kemungkinan adanya alokasi biaya diluar Kabupaten Pati. 1.2 Misi Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi kesehatan di Kabupaten Pati, yang bertanggung jawab secara teknis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan di Kabupaten Pati. Dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kab. Pati: Terwujudnya masyarakat mandiri untuk hidup sehat menuju Pati Bumi Mina Tani maka Misi nya adalah : 1. Penggerak dan fasilitator pembangunan kesehatan di daerah 2. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dasar yang profesional 3. Penggerak Peningkatan Kesehatan Lingkungan 4. Menyediakan sarana pelayanan dasar dengan dukungan tenaga dan perbekalan yang memadai. 39

40 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar 1) Pelayanan Kesehatan Ibu a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Kunjungan Ibu Hamil adalah : Pelayanan atau pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh Tenaga kesehatan terampil. 4 kali dengan interval 1kali pada trimester pertama, 1kali pada trimester kedua dan 2kali pada trimester ketiga, akan menggambarkan cakupan pelayanan antenatal ibu hamil yang dapat di pantau melalui pelayanan kunjungan ibu hamil K1 dan K4. Penimbangan berat badan, pemeriksaan kehamilan, pemberian tablet Fe, pemberian immunisasi TT dan konsultasi merupakan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan (Antenatal Care / ANC). Cakupan kunjungan ibu hamil K1di Kabupaten Pati tahun 2016 sudah mencapai 100 % ( bumil ) sama dengan tahun 2015 sudah mencapai 100 % ( bumil ),tahun 2014 sudah mencapai 100 % ( bumil ),tahun 2013 sebesar 97,7 %, tahun 2012 ada dari jumlah ibu hamil yang ada ( 93, 1 % ), tahun 2011 sebanyak dari jumlah ibu hamil yang ada (99%), tahun 2010 jumlah K1 ada dari jumlah ibu hamilyang ada tahun 2010 sebesar (95,29%). 40

41 K K1 Gambar 4.1 Cakupan K1 di Kabupaten Pati 4. Ckupan Kunjungan Bumil K-4 Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal: (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian Tetanus Toxoid, (4) Tinggi fundus uteri, (5) Pemberian tablet besi 90 selama kehamilan, (6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC). Cakupan pelayanan lengkap ibu hamil ( K4 ) di Kabupaten Pati pada tahun ,4 % ( orang ) turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 96 % ( orang ),tahun 2014 sebesar 93,7 % ( ),tahun 2013 sebesar 92,3 %, tahun 2012 ada ( 98,7 % ), tahun 2011 sebesar (96%), tahun 2010 K4 ada (90%). Pencapaian tahun 2016 masih dibawah indikator SPM 2015 ( 95 % ). 41

42 K Gambar 4.2 Cakupan K4 di kabupaten Pati tahun Persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Target SPM 2015 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah 90%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Pati tahun 2016 mencapai 100 % ( orang ) naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 98 % ( orang ), tahun 2014 sebesar 99,9% ( ),tahun 2013 sebesar 95.3 %, tahun 2012 sebesar ( 93,4 % ), tahun 2011 sebesar (98%) dari jumlah ibu bersalin tahun 2011 sebesar , tahun 2010 sebesar 96% (18.178) dari jumlah ibu bersalin tahun 2010 sebesar Data cakupan peretolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun adalah sebagai berikut : 42

43 Cak.linakes Gambar 4.3 Cakupan Pertolongan Persalinan tenaga Kesehatan Tahun c. Pelayanan Ibu Nifas Paska persalinan (Masa Nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan kunjungan oleh tenaga kesehatan minimal 3 (Tiga) kali sejak persalinan. Pelayanan ibu nifas meliputi pemberian Vit A dosis tinggi ibu nifas yang kedua dan pemeriksaan kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakah terjadi pendarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (Dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit. Dari jumlah kematian maternal 100 % terjadi pada paska persalinan. Cakupan Kunjungan Ibu Nifas tahun 2016 sebesar 99,2 % ( orang ) naik dibandingkantahun 2015 sebesar 97,8 % ( ), tahun 2014 sebesar 96,9 % ( ), tahun 2013 sebesar 93.7 %, tahun 2012 sebesar ( 97,40 % ), tahun 2011 Adalah 99%, tahun 2010 sebesar 96%. Pencapaian tahun 2016 masih diatas target SPM 2015 sebesar 90 %. 6. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang ditangani Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam kehamilan diantaranya (a) Abortus, (b) Hiperemesis 43

44 Gravidarum, (c) Perdarahan per vaginam, (d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (e) Kehamilan lewat waktu, (f) ketuban pecah dini. Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a) Kelainan letak/presentasi janin, (b) Partus macet/distosia, (c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia) (d) Perdarahan pasca persalinan, (e) Infeksi berat/sepsis, (f) Kontraksi dini/persalinan premature, (g) Kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas diantaranya (a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (b) Infeksi nifas, (c) Perdarahan nifas. Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK). Jumlah komplikasi kebidanan di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar jiwa dengan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 118,4 % ( orang ) sama dengan tahun 2015 dengan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sebesar 110,8 %( orang ), tahun 2014 sebesar 90,62 %,tahun 2013 sebesar 91.3 %. Pencapaian tahun 2016 sudah melampaui target SPM 2015 ( 80 % ). 2) Pelayanan Kesehatan Anak a. Cakupan Kunjungan Neonatus Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/Th tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagimenjadi 3, yaitu: KN1 adalah kunjungan pada 0-2 hari,kn2 adalah kunjungan 2-7 hari dan KN3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Cakupan kunjungan neonatus 1 (KN1) di Kabupaten Pati pada tahun 2016 sebesar 100 % ( orang ) dengan kunjungan KN lengkap 99,4 % ( orang ) naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 99,9 % ( orang ) dan kunjungan KN-lengkap 98,9 % ( orang ),tahun 2014 sebesar 96 % dan cakupan kunjungan KN-lengkap 95,7 %,tahun 2013 sebesar 95,7%, dan cakupan kunjungan neonatus 3 (KN-lengkap) sebesar 94,1%. Dari 29 Puskesmas, masih ada 6 puskesmas dengan cakupan KN3 kurang dari 44

45 90% yaitu Kayen(80%), Winong I (75%), Gabus I ( 83,9 % ), Trangkil ( 86,,1 % ), Dukuhseti ( 85,1 %) dan terendah Puskesmas Wedarijaksa I ( 65,3% ). Cakupann kunjungan neonatus di Kabupaten Pati tahun adalah sebagai berikut : KN Target Gambar 4.3 Cakupan neonatus Secara keseluruhan cakupan kunjungan neonatus di Kabupaten Pati sudah memenuhi target yaitu lebih dari 90%. Hal ini disebabkan adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui penambahan dan penempatan bidan di desa. Selain itu juga adanya upaya peningkatan pelayanan kesehatan dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA serta meningkatnya pengetahuan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk bayinya. b. Cakupan Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali, di luar kunjungan neonatus. Setelah umur 28 hari. Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur setiap bulan di sarana pelayanan kesehatan. Cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 100 % sama dengan tahun 2015 sebesar 100,3 %,tahun ,3 %, tahun 45

46 2013 sebesar 96,6%, tahun 2012 (92,64%). Cakupan kunjungan bayi tahun 2016 sudah melampaui target SPM 2015 ( 80 % ). c. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS ). Neonatus dengan komplikasi yang ditangani merupakan neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan. Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi baru lahir. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan komplikasi. Tahun 2016 perkiraan bayi dengan komplikasi yang dihitung dari banyaknya sasaran bayi jumlahnya sebesar bayi. Jumlah perkiraan tersebut yang mendapat penanganan tenaga kesehatan di tiap jenjang pelayanan kesehatan sebesar bayi ( 76,2%). Cakupan Neonatus Risiko Tinggi/komplikasi yang ditangani tersebut masih dibawah target cakupan sebesar 80%. d. Cakupan Pelayanan Anak Balita Balita adalah anak berumur dibawah 5 tahun atau umur bulan. Tidak hanya bayi yang harus mendapatkan perhatian kesehatannya tetapi balita juga perlu mendapatkan perhatian baik gizi maupun kesehatannya, karena balita adalah generasi penerus bangsa yang harus sehat, cerdas dan kuat. Jumlah balita di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak balita ( 88 % ) turun dibandingkan tahun 2015 sebanyak balita ( 101,8 % ), 46

47 tahun 2014 sebanyak balita yang mndapat pelayanan kesehatan sebanyak anak ( 81,3 % ), tahun 2013 sebanyak yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak (76,8). Puskesmas yang cakupannya di bawah target ( 90 % ) adalah Puskesmas Winong I ( 87,9 % ), Gabus II ( 88,1% ), Margoyoso II ( 81,5 % ).Sedangkan cakupan terendah adalah Puskesmas Tayu II57,2%. e. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar (SD) dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan terhadap murid baru kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, pemeriksaan ketajaman mata, ketajaman pendengaran, kesehatan gigi, kelainan mental emosional dan kebugaran jasmani. Pelaksanaan penjaringan kesehatan dikoordinir oleh puskesmas bersama dengan guru sekolah dan kader kesehatan/konselor kesehatan. Setiap puskesmas mempunyai tugas melakukan penjaringan kesehatan siswa SD/MI di wilayah kerjanya dan dilakukan satu kali pada setiap awal tahun ajaran baru sekolah. Siswa SD dan setingkat ditargetkan 100% mendapatkan pemantauan kesehatan melalui penjaringan kesehatan. Melalui penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat diharapkan dapat menapis atau menjaring anak yang sakit dan melakukan tindakan intervensi secara dini, sehingga anak yang sakit menjadi sembuh dan anak yang sehat tidak tertular menjadi sakit. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan/guru UKS/kader kesehatan sekolah tahun 2016 sebesar 100 % sama dengan tahun 2015 sebesar 100 %, tahun 2014 sebesar 100 %, tahun 2013 sebesar 100 %, adapun jumlah SD setingkat yang mendapat pelayanan penjaringan sebesar 100 % naik dibanding tahun 2013 sebesar 98 %. Data Cakupan penjaringan siswa SD dan setingkat

48 Cakupan Gambar 4.4 Cakupan Penjaringan siswa SD dan Setingkat f. Cakupan pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Jumlah siswa SD kelas 1 dan setingkat tahun 2016 sebanyak siswa yang mendapat pelayanan kesehatan sebesar 100 %. Yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai strata UKS sebesar siswa (100%). Adapun jumlah SD setingkat yang mendapat pelayanan penjaringan sebesar 100 %. 3) Pelayanan Gizi 3.1 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan Nutrition Related Diseases yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi tahun 2016 sebesar 100 % naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 55,48 %, tahun 2014 sebesar 55,76 %,tahun 2013 sebesar 92.57%, tahun 2012 sebesar 99,86%. 48

49 Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi selama 7 tahun terakhir ( ) dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Vit. A G Gambar 4.5 Cakupan pemberian Vitamin A pada Bayi 3.2 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada Balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian). Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak. Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah anak umur bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis SI yang diberikan pada anak umur bulan dan diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus setiap tahunnya. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita tahun 2016 sebesar 100 % naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 99,99 %, tahun ,88 %,tahun 2013 sebesar 100%, tahun 2012 (99.93%). Cakupan pemberian 49

50 kapsul vitamin A pada anak balita selama 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Cakupan Gambar 4.6 Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita 3.3 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Ibu Nifas Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi ( SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2016 sebesar 100 % naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 95,07 % tahun 2014 sebesar 95,43 %,tahun 2013 sebesar 92,46%, tahun 2012(93.89%). Cakupan tertinggi tahun 2014(>100%) dicapai oleh 26 Puskesmas,sedangkan Puskesms dengan cakupan dibawah < 100 PuskesmasTlogowungu sebesar 99,7%, Puskesmas Jaken 92,3 % dan terendah Puskesmas Pucakwangi I sebesar 74,8 %. Adapun cakupan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas tahun 2011 sebesar 106,8 %, tahun 2010 sebesar 84,38 %. 50

51 Cakupan Gambar. 4.7 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bufas tahun Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamill, ibu nifas, remaja putri, dan WUS (Wanita Usia Subur). Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 89,5 % turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 95,07 %, tahun 2014 sebesar 92,62 %,tahun 2013 sebesar 90,45%, tahun 2012 (91,78%), tahun 2011 (96.75 % ), tahun 2010 ( % ). Cakupan tertinggi dicapai Puskesmas Sukolilo I ( 120 % ), Pucakwangi II ( 100 % ), Gabus II ( 100 % ) dan terendah di Puskesmas Dukuhseti sebesar 72 % Fe 3 Fe Gambar 4.8 Cakupan Pemberian tablet Fe 51

52 3.5 Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satusatunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun. Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan pemberian ASI Eklusif di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 74,2 % turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 72,1 %, tahun 2014 sebesar 71,53 %,tahun 2013 sebesar 64.8%,tahun 2012 sebesar 62.45%. Cakupan tertinggi ada di Puskesmas Tayu II ( 96,7 %) dan cakupan terendah di Puskesmas Pati II ( 60,9 %).Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah: o Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar. o Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan. o Faktor sosial budaya. o Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja. o Gencarnya pemasaran susu formula. 52

53 Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif tetap berpedoman pada Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yaitu: o Sarana Pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas. o Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan ketrampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut. o Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. o Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan yang dilakukan di ruang bersalin (inisiasi dini). Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar. o Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. o Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. o Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. o Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui. o Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. o Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP- ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit, rumah bersalin atau sarana pelayanan kesehatan. 3.6 Jumlah Balita Ditimbang Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagiankegiatannya dilaksanakan di Posyandu. Penimbangan terhadap 53

54 bayi dan balita yang dilakukan di posyandu merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita yang dintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA, Imunisasi, Pemberantasan Penyakit). Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita. Partisipasi Masyarakat dalam penimbangan di posyandutahun 2016 sebesar 103,3 % naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 86,4 %, tahun 2014 sebesar 86,7 %, tahun 2013 sebesar 86.5 %, tahun 2012 sebesar %. Cakupan tertinggi di Puskesmas Winong II sebanyak 94,4 %. dan terendah di Puskesmas Kayen ( 68,8 % ). Cakupan D/S tahun 2011 sebesar 86,12%, tahun 2010 sebesar 81 % dan 2009 sebesar 80,53%. 3.7 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Kabupaten Pati didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit. 54

55 Jml Balita Gibur Gambar 4.9 Jumlah Balita Gizi buruk BB/TB di Kabupaten Pati tahun Tahun 2016 balita dengan gizi buruk menurut indeks BB/TB sebanyak 94 orang ( 0,11 ) naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak 71 orang ( 0,08 % ) di tangani 100 %,Tahun 2014 sebanyak 85 orang ( 0,10 % ) sama dengan tahun 2013 sebanyak 102 orang ( 0,11 % ) namun secara jumlah kasus turun, tahun 2012 sebanyak 173 orang ( 0,2 ) dan ditangani 100 %, tahun 2011 sebanyak 185 orang ( 0,21 % ), tahun 2010 sebanyak 188 orang ( 0,21 % ). 3.8 Desa dengan Garam Beryodium yang Baik Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik, menggambarkan identitas mutu garam beryodium yang dikonsumsi penduduk di suatu desa/kelurahan, dimana pada tahun 2016 sebanyak 79,91 % naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak 33,25 % ( 406 desa ), tahun 2014 sebanyak 33,25 % ( 135 desa ),tahun 2013 sebanyak 38,69 %, tahun 2012 sebesar % tahun 2011 ( 21,92%). 55

56 D Desa dg Garam beryodium Gambar 4.10 Cakupan Desa dengan Garam beryodium Dari 29 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pati konsumsi garam beryodium tertinggi di Puskesmas Wedarijaksa I ( 100 % ) dan terendah Puskesmas Cluwak ( 47,25 % ). 5) Pelayanan Keluarga Berencana a. Peserta Keluarga Berencana Baru Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau PUS yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Jumlah pasangan usia subur ( PUS ) di kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak orang sama dengan tahun 2015 sebanyak orang, tahun 2014 sebanyak orang, tahun 2013 sebanyak orang, tahun 2012 sebanyak orang. Peserta KB baru di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 10,7 sama dengan tahun 2015 sebanyak 10,7 %, tahun 2014 sebanyak 4 %,tahun 2013 sebanyak 12.9 %, tahun 2012 sebanyak 5.8%. Peserta KB baru menggunakan kontrasepsi sebagai berikut : 56

57 Peserta KB Baru Pil Kondom IUD suntik MOP 61 MOW Implan Gambar 4.11 Peserta KB Baru di Kabupaten Pati Tahun 2016 Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi non MKJP yang membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi suntikan cukup besar yaitu 61 %, hal tersebut dapat difahami karena akses untuk memperoleh pelayanan suntikan relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB. Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB aktif dengan mempergunakan kontrasepsi MOP tahun 2016 sebesar 0,1 %, kondom (hanya 3,8%), karena terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan sebagian pria masih beranggapan bahwa KB merupakan urusan ibu (istri), sehingga ibu (istri) yang menjadi sasaran. b. Peserta KB Aktif Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan PUS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS. 57

58 Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Patitahun 2016 sebesar 83,7 % turun dibandingkan tahun 2014 sebesar 101,6 %, tahun 2013 sebesar 81,8%, pencapaian tahun 2012 (82,8%). Angka ini sudah mencapai target SPM sebesar 70%. 6) Pelayanan Imunisasi a. Persentase Desa yang Mencapai Universal Child Immunization (UCI) Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa yang berdasarkan indikator cakupan BCG, DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak dengan cakupan minimal 85 % dari jumlah sasaran bayi di desa. Pencapaian UCI desa tahun 2016 sudah mencapai 100 %, sama dengan tahun 2015 sudah mencapai 100 %, tahun 2014 sebesar 100 %, tahun 2013 (100%), tahun 2012 (99,5%). b. Cakupan Imunisasi bayi Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta anak balita dilaksanakan program imunisasi baik program rutin maupun program tambahan/suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan Campak. Bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, HB Uniject 1 kali dan campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi umur 9 (sembilan) bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB). Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakan program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) DT, BIAS Campak yang diberikan pada semua usia kelas I SD/MI/SDLB/SLB, sedangkan BIAS TD diberikan 58

59 pada semua anak usia kelas II dan III SD/MI/SDLB/SLB, Backlog Fighting (melengkapi status imunisasi). Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Kabupaten Pati dari semua antigen sudah mencapai target minimal nasional (85%). Jumlah sasaran bayi pada tahun 2016 adalah anak dan cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 103,3 % sudah melebihi target nasional. Sedangkan cakupan masing-masing jenis imunisasi tahun 2016 BCG ( 102,99 % ), DPT-HB3 ( 104 % ), Polio 4 ( 98,84 % ) dan campak ( 104,31 % ) BCG POLIO BCG DPT+HB3 POLIO CAMPAK Gambar 4.12 Cakupan Imunisasi Bayi Kabupaten Pati Tahun c. WUS Mendapat Imunisasi TT Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Menurut WHO, tetanus maternal dan neonatal dikatakan tereliminasi apabila hanya terdapat kurang dari satu kasus tetanus neonatal per kelahiran hidup di setiap kabupaten. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah 1) pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan 3) penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum. Jumlah ibu hamil tahun 2016 sebanyak orang. Ibu 59

60 hamil mendapat imunisasi TT-1 ( 68,4 % ), TT-2 ( 71,5 ), TT-3 ( 16,5 % ), TT-4 ( 10,5 %), TT-5 ( 4,1 % ) dan TT2+ sebesar 170,9 % naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak orang. Ibu Hamil mendapat imunisasi TT-1 ( 71,4 % ), TT-2 ( 70,9 ), TT-3 ( 16,1 % ), TT-4 ( 11,8 %), TT-5 ( 5,5 % ) dan TT2+ sebesar 104,3 % naik dibandingkan tahun 2014 di Kabupaten Pati sebanyak orang. Bumil mendapat imunisasi TT-1 (75,2%), TT-2 (76,1 % ), TT-3 ( 10,3 % ), TT-4 ( 8,5 % ), TT-5 ( 5,2 % ) dan TT2+ sebesar 100,1 % naik dibanding tahun 2013 sebanyak , yang mendapat TT-1 sebesar 69.7%, TT-2 sebesar 72,3%, TT-3 sebesar 11,0%, TT-4 sebesar 9,2 % dan TT-5 sebesar 6,8% dan TT2+ sebanyak 99,2%. 7) Pelayanan Kesehatan Gigi a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian masyarakat adalah bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif, sebelum gigi tetap betul betul rusak dan harus dicabut. Pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif yang merupakan tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang pasien. Jumlah tumpatan gigi tetap tahun 2016 sebanyak kasus turun dibandingkan tahun 2015 sebanyak 1.619,tahun 2014 sebanyak 1.849,tahun 2013 sebanyak 2.074, sementara jumlah pencabutan gigi tetap tahun 2016 sebanyak kasus naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak kasus, tahun 2014 sebanyak 6.252, tahun 2013 sebanyak Data tersebut menandakan bahwa motivasi masyarakat dalam mempertahankan gigi geliginya belum maksimal, oleh karena itu masih diperlukan penyuluhan yang terus menerus agar masyarakat memeriksakan giginya secara teratur. Melalui pemeriksaan gigi ini dapat mengontrol fungsi kunyah gigi agar tetap baik, sehingga sistim pencernaan semakin bagus, yang pada akhirnya kesehatan secara umum akan meningkat dan diharapkan di tahun-tahun 60

61 mendatang jumlah pencabutan gigi tetap trennya semakin menurun. Rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap tahun 2016 sebesar 0,25 % turun dibandingkan tahun ,3 %,tahun 2014 dan tahun 2013 sebesar 0,3 %. Hal tersebut menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yang melakukan pencabutan gigi dibandingkan melakukan tumpatan gigi tetap. Beberapa Puskesmas yang pencabutan giginya jauh lebih banyak dibandingkan tumpatan giginya (rasio rendah), menandakan bahwa masyarakat di wilayah Puskesmas yang bersangkutan masih kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut dan kemungkinan frekuensi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh petugas kesehatan di setiap lini, baik yang dilakukan didalam maupun diluar gedung masih sangat minim. b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan UKGS meliputi pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk mendapatkan murid yang perlu perawatan gigi, kemudian melakukan perawatan pada murid yang memerlukan. Prosentase jumlah murid yang diperiksa untuktahun 2016 sama dengan tahun 2015 sama dengan tahun 2014 ( 100 % ) dibanding tahun 2013 (22,6%). c. Murid SD/MI Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut Jumlah Murid SD/MI tahun 2016 yang diperiksa sebanyak siswa ( 33,8 % ) yang memerlukan perawatan sebanyak siswa ( 2,26 % ) yang dirawat sebanyak siswa ( 34,1 % ) naik dibandingkan tahun 2015 yang diperiksa sebanyak siswa( 16,5 % ), yang memerlukan perawatan sebanyak siswa yang dirawat 788 siswa ( 10,6 % ),tahun 2014 yang diperiksa ( 76,7% ) dan memerlukan perawatan sebanyak anak dan mendapat perawatan sebanyak anak ( 34,2 % ),tahun 2013 sebanyak anak. Cakupan perawatan gigi dan mulut murid SD/MI di Kabupaten Pati tahun 2013 sebesar 51,5% d. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut 61

62 Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan penduduk usia 60 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, baik di puskesmas maupun di posyandu/kelompok usia lanjut. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 29,52 % turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 31,97 %,tahun 2014 sebesar 62,34 %,tahun 2013 sebesar 90,17%. 8) Pelayanan Dawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa a. Pelayanan Gawat Darurat Level I yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat merupakan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan pelayanan gawat darurat yang dimaksud adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan Resusitasi Jantung Paru Otak (Cardio Pulmonary Cebral Resucitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support/BLS) dan Bantuan Hidup Lanjut (ALS). Sarana kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah rumah bersalin, puskesmas, dan rumah sakit baik rumah sakit umum, jiwa maupun khusus. 62

63 RSU RS khusus Puskesmas Gambar 4.13Sarana kesehatan dengan kegawatdaruratan di Kabupaten Pati Puskesmas rawat inap dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat di kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak 10 ( 34,5 % ) naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak 9 ( 31,03 % ),tahun 2014 sebanyak 8 ( 27,6 % ),tahun 2013 sebanyak 6 atau 20,7%, sama dibandingkan dengan 2012 dari seluruh Puskesmas yang ada. Sedangkan rumah sakit baik umum, dan khusus, semua sudah mempunyai kemampuan gawat darurat. Jumlah Rumah Sakit Umum dengan kemampuan 100%. b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang Ditangani <24 jam Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam jangka waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Jawa Tengah. Tingginya frekuensi KLB seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Acute Flacid Paralisys (AFP), Keracunan Makanan, Difteri, Campak, Diare, bencana serta munculnya penyakit baru seperti Avian 63

64 Influenza (Flu Burung), disamping menimbulkan korban kesakitan dan kematian juga berdampak pada situasi sosial ekonomi masyarakat secara umum (keresahan masyarakat, produktivitas menurun). Kondisi tersebut menuntut upaya atau tindakan secara cepat dan tepat (kurang dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan Desa/Kel Terkena KLB Gambar 4.14Distribusi KLB menurut jumlah Desa terserang 30 Dilihat dari gambar 4.14 diatas dapat dilihat bahwa jumlah desa/kelurahan yang terkena KLB di Kabupaten Pati sama dengan tahun 2015 yaitu 5 desa mengalami penurunan diabandingkan dengan tahun 2014 dan tahun Data frekuensi KLB penyakit menular tahun 2015 adalah leptospirosis sebanyak 2 kasus dan difteri ( 2 kasus ) sementara keracunan makanan 1 kasus. c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa Jumlah penduduk terkena KLB tahun 2016 sebanyak 77 jiwa turun dibandingkan tahun 2015 sebanyak 164 jiwa dengan angka kematian sebanyak 2 jiwa turun dibandingkan tahun 2014 sebanyak 43 jiwa dengan jumlah kematian 9 orang, tahun 2013 sebanyak 118 jiwa. Jumlah kematian tidak ada. B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya 64

65 adalah dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan. Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran langsung (out of pocket) yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan menjadi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan pra upaya. Seiring dengan telah diberlakukannnya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan ditindaklanjuti dengan Perpres nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dan peraturan pelaksanaan lainnya maka setiap warga Neagara Indonesia diwajibkan untuk memiliki Jaminan Kesehatan. Di Indonesia, ada dua kelompok peserta jaminan pemeliharan kesehatan yaitu kelompok penduduk non maskin ( non PBI ) yang membayar sendiri premi jaminan pemeliharaan kesehatannya dan kelompok maskin yang ditanggung oleh pemerintah ( PBI ) baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Di Kabupaten Pati pada tahun 2016 data yang ada PBI ( APBN ) sebanyak jiwa ( 47,82 % ) sedangkan PBI APBD sebanyak jiwa ( 0,34 % ). Data kepesertaan jaminan kesehatan tahun 2016 adalah sebagai berikut : PBI ( APBN ) PBI ( APBD ) PPU PBPU/Mandiri Bukan Pekerja jamkesda Asuransi Perusahaaan Gambar.4.15 Cakupan Kepesertaan JKN Kab. Pati Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mencanangkan Universal Coverage kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan pada tahun 2019 yang berarti bahwa seluruh penduduk di Indonesia pada tahun

66 harus memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Terdapat dua cara pembayaran premi yaitu untuk masyarakat non miskin premi dibayar sendiri oleh peserta, sedangkan untuk masyarakat miskin, premi dibayarkan oleh pemerintah. 2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien/ masyarakat meliputi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan di Puskesmas meliputi rawat jalan tingkat pertama, rawat inap tingkat pertama, persalinan normal di Puskesmas dan jaringannya, pelayanan gawat darurat, dan pelayanan transport untuk rujukan bagi pasien. Sedangkan pelayanan di rumah sakit meliputi rawat jalan tingkat lanjut, rawat inap tingkat lanjut, pelayanan obat dan bahan habis pakai, pelayanan penunjang medik, serta pelayanan tindakan dan operasi. Cakupan pelayanan kesehatan rawat jalan tahun 2016 sebesar jiwa ( 76,9 % ) turun dibandingkan tahun 2015 sebessar 98,8 %,tahun 2014 sebanyak jiwa ( 92.9 % ). 3. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan ini meliputi kunjungan rawat jalan di Puskesmas, kunjungan rawat jalan di rumah sakit, dan kunjungan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan lain. Cakupan kunjungan rawat jalan di Kabupaten Pati pada tahun 2016 sebesar 76,9 % turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 98,8 %, tahun 2014 sebesar 92.9 %,tahun 2013 sebesar 104,41%. Adapun angka 10 besar penyakit rawat jalan adalah sebagai berikut : 66

67 20 BESAR PENYAKIT 2016 NO NAMA PENYAKIT ICD TOTAL 1 Nasoparyngitis Akut (ISPA) JOO Rheumotoid artritis M Gastritis K Hipertensi Primer I Influenza, virus tak teridentifikasi J Penyakit Kontak Alergi L Diabetes Melitus E Penyakit gusi dan jaringan periodental K Diare dan Gastroenteritis non Spesifik A Bronchitis acut J Infeksi Kulit dan Jaringan Sub kutan L Asma J Gout M Carries Gigi K Conjungtivitis H Anemia D Typoid Fever A Migrania G Tb paru A Urticaria L Gambar 4.16 Data 20 besar penyakit rawat jalan di Puskesmas Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat inap ini meliputi kunjungan rawat inap di Puskesmas, kunjungan rawat inap di rumah sakit, dan kunjungan rawat inap di sarana pelayanan kesehatan lain. Cakupan rawat inap 67

68 tahun 2016 di sarana kesehatan di Kabupaten Pati sebesar jiwa ( 9,7 % ) naik dibandingkan tahun 2015sebesar jiwa ( 5,8 % ), tahun 2014 sebesar 5,9 %,tahun 2013 sebesar 5,17%. 4. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Data yang masuk untuk pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas dan Rumah Sakit Umum yang mempunyai klinik jiwa. Permasalahan yang ada saat ini adalah karena belum tersedia tenaga medis jiwa dan tidak banyak kasus jiwa di masyarakat yang berobat di sarana pelayanan kesehatan. Dari permasalahan tersebut, upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan pembinaan program kesehatan jiwa di sarana kesehatan pemerintah dan swasta, pelatihan/refreshing bagi dokter dan paramedis Puskesmas terutama upaya promotif dan preventif, serta meningkatkan pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi pencatatan dan pelaporan program kesehatan jiwa. Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun 2016 di Kabupaten Pati sebesar jiwa naik dibandingkan tahun 2015 sebesar jiwa,tahun 2014 sebanyak jiwa,tahun 2013 sebanyak Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit a. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS / Gross Death Rate (GDR) Angka kematian umum penderita yang dirawat di RS/GDR (Gross Death Rate) berguna untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan di Rumah Sakit. Semakin rendah GDR, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka yang dapat ditolerir untuk GDR ini maksimum 45. GDR rata-rata di Kabupaten Pati pada tahun 2016 sebesar 25,0 turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 35,2, tahun 2014 sebesar 3.0 %,tahun 2013 sebesar 2,6 berarti masih di bawah angka yang dapat ditolerir. Hal ini lebih baik bila dibandingkan tahun 2012 dimana angka GDR berada pada nilai 68

69 3,0. Dari 8 RS yang melapor, semuanya masih dibawah standart GDR ( > 45 ). b. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death Rate (NDR) Angka Net Death Rate (NDR) adalah untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit, berarti bahwa mutu pelayanan/perawatan rumah sakit tersebut makin baik. Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per penderita keluar. Rata-rata NDR di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 10,8 turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 15,7%, tahun 2014 sebesar 1,1, tahun 2013 sebesar 1,1 berarti masih baik karena belum melampaui batas yang bisa ditolerir. Angka NDR di Kabupaten Pati semakin membaik bila dibandingkan dengan NDR tahun 2012 sebesar 1,3. 6. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Dalam menentukan peningkatan sarana rumah sakit, indikator yang digunakan antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan, diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidur serta rasio terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2016 jumlah rumah sakit di Kabupaten Pati menurut jenis dan kepemilikannya adalah sebagai berikut : Rumah Sakit 2 8 Pem.Kab 2 Swasta 8 Gambar 4.17 Data Rumah Sakit di kab. Pati a. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini dipergunakan untuk menilai kinerja rumah 69

70 sakit dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupation Rate (BOR). Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (>85%) menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%. Padatahun 2016 rata rata BOR di Kabupaten Pati sebesar 65,9 % turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 67,9 %, tahun 2014 sebesar 60,2 %, tahun 2013 sebesar 65,59 %, tahun 2012 sebesar 61,21 % dan masuk kategori BOR ideal. b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay (ALOS) Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum/average Length of Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6 9 hari. Rata-rata lama rawat seorang pasien di RS se Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 3,27 turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 4,35,tahun 2014 adalah 4,03, tahun 2013 adalah 3,60 hari, lebih rendah dari ALOS ideal. Dari 8 RS yang melapor semua rumah sakit mempunyai ALOS< 6. c. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval (TOI) TOI dan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Angka ideal untuk TOI adalah 1 3 hari. Rata-rata TOI di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 1,9 turun dibandingkan tahun 2015 sebesar 2,1,tahun 2014 sebesar 2,7 hari, tahun 2013 sebesar 1,9 hari, berada dalam kisaran TOI ideal mengalami peningkatan efisiensi penggunaan tempat tidur dari tahun 2012 dimana TOI adalah 2,00 hari. 70

71 C. Perilaku Hidup Masyarakat. 1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga. Adapun 16 indikator PHBS tatanan Rumah tangga tersebut meliputi: a. Variabel KIA dan GIZI: persalinan nakes; ASI Eksklusif; penimbangan balita; gizi seimbang, pemeriksaan kehamilan. b. Variabel KESLING: air bersih; jamban; sampah; kepadatan hunian; lantai rumah. c. Variabel GAYA HIDUP: aktifitas fisik; tidak merokok; cuci tangan;kesehatan gigi dan mulut; miras/narkoba d. Variabel UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT: Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga yang dilaporkan oleh Puskesmas di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak rumah tangga yang dipantau PHBS nya sebanyak rumah tangga ( 88 % ), dengan rumah tangg ber PHBS sebesar rumah tangga ( 73 % ) sama dengan tahun 2015 sebanyak rumah tangga ( 72,7 % ) rumah tangga dipantau sebanyak rumah tangga ( 87,9 % ) naik dibandingkan tahun 2014 dengan rumah tangga, rumah tangga dipantau ( 58,5 % ), tahun 2013dari rumah tangga yang ada, diperiksa rumah tangga (39,4%), tahun 2012 dengan jumlah rumah tangga dan yang diperiksa sejumlah rumah tangga (7,7%). Perubahan perilaku tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi memerlukan proses yang panjang termasuk didalamnya perlu upaya pemberdayaan masyarakat yang berkesinambungan. 71

72 D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan Kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan Pengendalian dampak resiko lingkungan Pengembangan wilayah sehat Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dan berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sektor ikut serta berperan baik kebijakan dan pembangunan fisik. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pati adalah : 1. Rumah sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu Burung, TBC, ISPA dan lain - lain. Pada tahun 2016 merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya. Jumlah rumah tangga yang dibina sebanyak rumah dan yang memnuhi syarat kesehatan sebanyak rumah ( 2,55 % ) turun dibandingkan tahun 2015 jumlah rumah tangga yang dibina sebnayak yang diperiksa 100 % yang diperiksa daan dinyatakan sehat sebanyak ( 3,62 % ), tahun 2014 Jumlah rumah yang dibina 72

73 sebanyak dan yang memenuhi syarat ( 6,30 % ), sehingga sampai dengan akhir tahun 2016 rumah sehat di Kabuaptn Pati sebesar ( 64,29 % ) naik dibandingkan tahun 2015 sebesar ( 63,35 %), tahun 2014 rumah sehat sebesar ( 61,97 % ) naik dibanding tahun 2013 Jumlah rumah seluruhnya rumah yang diperiksa ( 100 % ) dari jumlah rumah yang diperiksa dan dinyatakan sehat ( 59,42 % ) naik dibandingkan dengan tahun 2012 jumlah rumah seluruhnya sedangkan jumlah yang diperiksa dan dinyatakan sehat (58,19%) dibandingkan tahun 2011 jumlah rumah yang ada diperiksa (75,02%) dan dinyatakan sehat (56,31%). Tahun 2010 jumlah rumah yang ada diperiksa (36,77%) dan dinyatakan sehat (65%) Rumah Sehat Gambar 4.18 Cakupan Rumah sehat di Kab. Pati Tahun Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan Adanya perubahan paradiqma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang di bangun melalui kebijakan air minum dan penyehatan lingkungan oleh Bappenas, Departemen Kesehatan, Depdagri serta Departemen PU memberikan dampak cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi. Strategi pelaksanaan diantaranya, meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, 73

74 upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi. Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih dan produktif (UU No. 7 Tahun 2004, pasal 10). Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin masih tinggi, sehingga kemampuan untuk mendapat akses ke sarana penyediaan air minum yang memenuhi syarat masih terbatas. Masyarakat berpenghasilan rendah, ternyata membayar lebih besar untuk memperoleh air daripada masyarakat berpenghasilan tinggi, hal ini menunjukkan ketidakadilan dalam mendapatkan akses pada air minum. Walaupun terdapat program program air minum dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah, namun akses terhadap air minum belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Perlu dukungan kebijakan yang lebih fokus untuk penyediaan sanitasi dan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dari data yang ada tahun 2016 ( Sumber BPS Pati dalam angka tahun 2016) jumlah penduduk di Kabupaten Pati adalah jiwa dengan kepemilikan sarana air bersih sebagai berikut : sumur gali terlindung jiwa ( 52,7 % ), sumur gali dengan pompa ( 24,3 % ), sumur bor dengan pompa ( 11,8 % ), mata air terlindung ( 0,55 % ), penampungan air hujan / PAH ( 0,55 % ) dan perpipaan/ BPSPAM/PDAM ( 10,08 % ) 74

75 Jenis Air Bersih SGL terlindung SGL dg Pompa Sumur bor dg Pompa Mata Air terlindung PAH Perpipaan ( PDAM /BPSPAM) Gambar 4.19 Akses Air Bersih di Kab. Pati Tahun Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan Jumlah penduduk dengan akses berkelnajutan terhadap sumber air minum yang layak sebanyak Rumah tangga (77,15%). 4. Persentase Kualitas Air Minum Pada Penyelenggara Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan Jumlah Penyelenggara air minum di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak 125 buah. Penyelenggara air minum yang yang diperiksa 18 buah ( 14,4 %). Penyelenggara air minum yang memnuhi syarat ( fisik, bakteriologis dan kimia ) sebanyak 18 buah ( 14,4 % ). Hal ini menunjukkan bahwa belum semua tempat penyelenggara air minum memberikan air minum yang memenuhi syarat kesehatan. 5. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Kepemilikan sarana sanatasi dasar tahun 2016 yang di miliki oleh keluarga meliputi kepemilikan jamban yang memnuhi syarat kesehatan, dari keluarga yang diperiksa mempunyai jamban komunal sebanak 41 rumah tangga yang memnuhi syarat ( 98,85% ), jamban leher angsa yang memenuhi syarat ( 100 % ), jamban plengsengan rumah tangga yang memenuhi syarat ( 84,5 % ), jamban cemplung rumah tangga ynag memenuhi syarat ( 79,3 % ). 75

76 Jamban komunal LA plengsengan Cemplung Gambar 4.20 Cakupan Sanitasi Dasar di kab. Pati tahun 2016 Dalam mendukung perubahan sanitasi total khususnya buang air besar di sembarang tempat, telah dilakukan pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sampai dengan tahun 2016 dari 406 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Pati sebanyak 327 desa ( 80,5 % ) telah melaksanakan STBM,untuk mendukung pencapaian wilayah stop buang air besar di sembarang tempat dan penurunan penyakit berbasis lingkungan, khususnya Diare desa dengan Stop BABS sebanyak 76 desa ( 18,72 % ). 4. Persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Tempat-Tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan pemerintah, swasta dan perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetep serta memiliki fasilitas. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujutkan kondisi yang memenuhi syarat Kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan besarnya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatah masyarakat di sekitarnya. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan dan hotel. Persentase tempat-tempat umum di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak buah memenuhi syarat sebanyak ( 85,14 % ) naik dibandingkan tahun 2015 sebanyak buah dan memenuhi syarat sebanyak buah ( 84 % ), tahun 2014 sebanyak buah dan memenuhi syarat kesehatan sebanyak 970 buah 76

77 ( 81,04 % ). Berikut tabel persentase pencapaian tempat-tempat umum sehat di Kabupaten Pati Tahun 2016 : No Jenis TTU Jumlah MS % TMS % 1 Sarana Pendidikan , ,3 2 Sarana Kesehatan Hotel ,8 4 17,4 Jumlah , ,8 Tabel Data TTU yang memnuhi syarat Tahun Tempat Pengelolaan Makanan ( TPM ) menurut status Hygiene Sanitasinya Jumlah Tempat pengolahan makanan di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak TPM. Dari jumlah tersebut jumlah TPM ( jasa boga, RM/restoran,Depot Air Minum, Makanan jajanan ) yang memenuhi syarat sebanyak ( 58,4 % ) dan yang tidak memenuhi syarat ( 41,64 % ). TPM Memenuhi Sayarat 58.4 Tidak Memenuhi Syarat Gambar.4.22 Persentase TPM Di Kabupaten Pati tahun Persentase TPM Dibina dan Di Uji Petik Jumlah TPM yang belum memenuhi syarat di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak buah dan dilakukan pembinaan sebanyak 588 ( 23,1 % ). Dari Jumlah TPM yang dibina yang memenuhi syarat kesehatan sejumlah Buah l;( 52,4 % ). Jumlah TPM yang dilakukan uji petik sebanyak 29 TPM ( 0,91 % ). 77

78 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN 1. Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat Pada tahun 2016 dari 20 jenis obat yang dilaporkan, stock terbanyak adalah amoksilin taplet 500 mg sebanyak tablet dengan persentase ketersediaan 99,9 %, sedangkan stock obat yang paling sedikit adalah albendazol tablet sebanyak 398 tablet dengan prosentase ketersediaan 90, 9 %. Persentase ketersediaan obat tertinggi adalah vaksin BCG dan terendah adalah vaksin TT. 2. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola Sarana Pelayanan Kesehatan terdiri dari RSU, RSJ, RSB, RS Khusus lainnya, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Pustu, Puskesling, RB, BP/Klinik, Praktek Dokter Bersama, Praktek Dokter Perorangan dan Praktek Pengobatan Tradisional. Jumlah sarana pelayanan kesehatan pada tahun 2016 Puskesmas terdiri dari : Pukesmas Perawatan 10 buah, Pukesmas non perawatan 19 buah, Pukesmas Pembantu 50 buah, dan Puskesmas Keliling 29 buah. Jumlah puskesmas di Kabupaten Pati ada 29 di bandingkan jumlah penduduk di Kabupaten Pati dengan sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata rata penduduk maka seharusnya di Kabupaten Pati ada : 41 Pukesmas sehingga masih kurang : 12 Pukesmas yang harus dibangun di Kabupaten Pati. Rumah sakit yang ada di Kabupaten Pati sebanyak 8 buah terdiri dari Rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten sebanyak 2 buah, RS swasta sebanyak 6 buah, TNI/Polri sebanyk 1 buah, BP/klinik sebanyak 44 buah, apotik 121 buah, toko obat sebanyak 10 buah, posyandu sebanyak buah dan PKD/polindes sebanyak

79 3. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan yang dapat diakses masyarakat adalah cakupan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam waktu tertentu. Kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan yang dimaksud adalah upaya pelayanan penunjang medik untuk mendukung dalam pelayanan medik, untuk menegakkan diagnosis dokter di rumah sakit. Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan laboratorium yang dapat diakses masyarakat di Kabupaten Pati tahun 2016 sebesar 100 % sama dengan tahun 2015 sebesar 100 %, tahun 2014 sebesar 100 %, tahun 2013 sebesar 76,41%, tahun 2011( 76,39%) dengan perincian untuk RSU 100%, RS Khusus 100%, dan Puskesmas 20,68%. Rumah Sakit Umum (RSU) di Kabupaten Pati ( 10 RSU) baik pemerintah maupun swasta sudah 9 RSU (90%) yang memiliki minimal empat spesialis dasar, dimana hal ini berkaitan dengan disyaratkannya penyelenggaraan empat pelayanan kesehatan spesialis dasar pada perizinan pendirian sebuah rumah sakit. 4. Posyandu menurut Strata Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya lima program prioritas yang meliputi (KB; KIA; Gizi; Imunisasi dan penanggulangan diare dan ISPA) dengan tujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Dasar penghitungan Strata/penilaian tingkat perkembangan posyandu yang selama ini digunakan adalah: a. Manajemen ARRIF dengan 8 indikator yang meliputi : Frekuensi penimbangan; Rerata kader bertugas pada hari buka Posyandu; Rerata 79

80 cakupan D/S; Cakupan kumulatif KB; Cakupan kumulatif KIA; Cakupan kumulatif imunisasi; Ada tidaknya program tambahan dan Cakupan dana sehat b. Penghitungan strata Posyandu secara kuantitatif berdasar Surat Gubernur Jawa Tengah nomor 411.4/05768, tanggal 20 Februari 2007 tentang Pedoman teknis penghitungan strata Posyandu secara kuantitatif yang dinilai meliputi: 1) Variabel Input: kepengurusan, kader,sarana, prasarana dan dana. 2) Variabel Proses : pelaksanaan program pokok, program pengembangan dan administrasi 3) Variable Output: D/S; N/S; K/S; cakupan K4; pertolongan persalinan oleh nakes; Cakupan peserta KB, Imunisasi; dana sehat; Fe; Vit A; pemberian ASI eksklusif dan frekuensi penimbangan Pratama Madya Purnama Mandiri Gambar. 5.1 Jumlah Posyandu di Kab. Pati Tahun Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa jumlah Posyandu 2016 mengalami peningkatan, baik secara jumlah maupun strata posyandu walaupun relatif kecil : 80

81 a. Posyandu Purnama Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Berikut data posyandu pratama tahun : Posyandu Purnama Gambar 5.2 Persentase Posyandu Purnama di Kab. Pati Tahun Kegiatan revitalisasi posyandu masih perlu mendapat perhatian dari semua sektor/pihak terkait. Termasuk didalamnya adalah dengan mengoptimalkan fungsi Posyandu maupun Pokjanal Posyandu yang sudah terbentuk baik di tingkat Kabupaten/Kota maupun Kecamatan serta Pokja Posyandu di tingkat desa/kelurahan. b. Posyandu Mandiri Posyandu Mandiri adalah Posyandu sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh 81

82 sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Posyandu yang mencapai Strata Mandiri tahun 2016 sebanyak 223 ( 13,90 % ). Posyandu aktif sebanyak 970 buah ( 60,47 %). Pencapaian cakupan tersebut sudah melampaui target SPM 2010 (> 2%). Berikut data posyandu mandiri tahun : Posyandu Mandiri G ambar 5.3 Persentase Posyandu Mandiri di Kabupaten Pati Tahun Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) terdiri atas Desa Siaga, Forum Kesehatan Desa, Poskesdes, Polindes, dan Posbindu. Total UKBM tahun 2015 adalah buah. UKBM terbanyak adalah Posyandu sebesar (66,06%). Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) adalah wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang merupakan Program Unggulan dalam rangka mewujudkan desa siaga. PKD merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa. Dengan dikembangkannya Polindes menjadi PKD maka fungsinya menjadi tempat untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan masyarakat, sebagai tempat untuk melakukan pembinaan kader/pemberdayaan masyarakat, forum komunikasi pembangunan kesehatan di desa, memberikan pelayanan kesehatan dasar termasuk kefarmasian sederhana dan untuk deteksi dini serta penanggulangan pertama kasus gawat darurat. 82

83 Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Strata desa / keluarahan siaga di Kabupaten Pati tahun 2016 adalah sebagai berikut desa siaga Pratama sebanyak 64, madya sebanyak 152 buah, purnama sebanyak 122 buah dan mandiri sebanyak 68 buah. 68 Desa Siaga Pratama Madya Purnama Mandiri Gambar 5.4 Cakupan Desa Siaga di kab. Pati tahun Data Dasar Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas}, yang pengelolaannya ada di bawah dinas kesehatan kabupaten/kota adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat. Puskesmas sendiri merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan RI, 2004). Puskesmas terdiri dari Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak 29 ( termasuk 9 Puskesmas Rawat Inap). Rasio jumlah puskesmas per penduduk pada tahun 2016 sebesar 1,448 berarti bahwa jumlah puskesmas belum tercukupi. Dengan rasio 83

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PATI TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PATI TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PATI TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan Kabupaten Pati sehat sesuai dengan visi pembangunan kesehatan kabupaten Pati yaitu mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PATI TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PATI TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PATI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Target pembangunan Milenium adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat tahun 2015. Pembanguanan Milenium

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kabupaten Pati

BAB 3 GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kabupaten Pati BAB 3 GAMBARAN UMUM 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 150.368 Ha. Secara administratif terbagi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran

DAFTAR ISI. Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika Penyajian BAB II GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Geografi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

BAB 5 PENUTUP Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut: BAB 5 PENUTUP Dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA), dapat diketahui nilai efisiensi relatif 29 puskesmas di Kabupaten Pati. Nilai efisiensi tersebut akan menunjukkan puskesmas mana yang beroperasi

Lebih terperinci

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / KODE WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA DESA + PENDUDUK (km

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan di Indonesia saat ini masih tertinggal dari negara-negara lain. Berdasarkan laporan Human Development Report dari United Nations Development Programme

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Penyakit Endemis di Kalbar

Penyakit Endemis di Kalbar Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321) DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) 321957, FAX. (0321) 390113 Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Kata Pengantar Puji syukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1. BAB I PENDAHULUAN Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.5 Sistematika Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN Jl. Proklamasi No. 16 Tegal (0283) 353351 Website : http://dinkes.tegalkota.go.id PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis. Mikrobakterium ini

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya, Profil Kesehatan Kabupaten Madiun tahun 2013 ini dapat diselesaikan dan

Lebih terperinci

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENYUSUN : ROSMERI PALEBA, S.Si., Apt SAID KUDO, SKM., MPH YONGKI ANU, SST DEBBY JUALITA LEAUA JAMES MAKANONENG PENGUMPUL DATA : JOHANA AIPIPIDELI, SKM Hj.

Lebih terperinci

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2011 NO KECAMATAN LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 8,972 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1557 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 5,932,601

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. L P L + P Satuan Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 315 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 59 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 86,900 88,800

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0 RESUME PROFIL KESEHATAN 0 TAHUN 0 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 148,640 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1034 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan masalah utama bidang kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru TB, dan lebih dari 2 juta orang meninggal

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN 2014

PROFIL KESEHATAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO DINAS KESEHATAN PROFIL KESEHATAN 2014 MENUJUPURWOREJOSEHAT DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO Jln. Mayjend. Sutoyo No. 17 Purworejo 54114 PROFIL DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta atas berkat dan rahmat-nya, buku Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012 dapat diterbitkan. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 Profil Kesehatan Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Pati

BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Pati BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Pati IPDS BPS PATI IPDS BPS PATI IPDS BPS PATI IPDS BPS PATI IPDS BPS PATI IPDS BPS PATI IPDS BPS PATI IPDS BPS PATI Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 Dinas Kesehatan BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Hunting) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu TIM PENYUSUN Penasehat (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu) Pengarah (Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan) Penanggung Jawab (Kepala

Lebih terperinci

Jln. RA Basuni No. 04, Sooko, Mojokerto Telp. (0321) Fax.

Jln. RA Basuni No. 04, Sooko, Mojokerto Telp. (0321) Fax. http://dinkes.mojokertokab.go.id/ Email : dinkeskabmojokerto@gmail.com Jln. RA Basuni No. 04, Sooko, Mojokerto Telp. (0321) 321957 - Fax. (0321) 390113 Profil Kesehatan Tahun 2016 Dinas Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci