JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA"

Transkripsi

1 STUDI DASAR AIPJ TENTANG IDENTITAS HUKUM JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA RINGKASAN DATA SULAWESI SELATAN

2 3 ALASAN IDENTITAS HUKUM PENTING BAGI PEMBANGUNAN INDONESIA 1. DAMPAK Tidak dimilikinya akta kelahiran berkorelasi erat dengan pernikahan usia anak di Indonesia Sekolah saat ini cenderung tidak mendukung anak yang dinikahkan untuk meneruskan pendidikan Anak yang punya akta kelahiran memiliki akses lebih baik pada layanan kesehatan Luaran pendidikan yang lebih baik berkorelasi dengan dimilikinya akta kelahiran Dokumen identitas hukum penting untuk: Ikut pemilihan umum Melamar pekerjaan di sektor publik maupun swasta Mendapatkan paspor resmi agar pekerja migran lebih terlindungi Mengakses program perlindungan sosial 3. DATA 2. HAK Data yang lebih baik = luaran pembangunan yang lebih baik bagi anak, laki-laki dan perempuan Kecuali sensus yang diadakan 10 tahun sekali, pemerintah belum memiliki data akurat untuk secara efektif mengalokasikan sumber-sumber daya kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang saat ini 50-75% di antaranya tidak memiliki akta kelahiran Indonesia adalah penandatangan berbagai instrumen internasional yang menjamin hak setiap individu akan identitas hukum Pada 2013,) Laporan Panel Tingkat Tinggi Tokoh Terkemuka (High-Level Panel of Eminent Persons) untuk Agenda Pembangunan Pasca-2015 mengajukan usulan tujan - tujuan ke-10: Memastikan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Kelembagaan yang efektif agar Negara memberikan identitas hukum secara gratis dan universal, seperti pencatatan kelahiran

3 Studi dasar mencakup kegiatan kompilasi dan analisis data dari berbagai sumber dan studi Survei Rumah Tangga yang dilakukan oleh PEKKA terhadap lebih dari orang di 17 provinsi Studi kuantitatif cross-sectional di Jawa Barat, NTB, dan NTT serta studi kualitatif di Jawa Barat, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara yang dilakukan PUSKAPA Analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Analisis data dari penyedia layanan identitas hukum: Mahkamah Agung RI (Ditjen Badilag dan Badilum) Kemendagri Kemenag Kantor/Dinas terkait di 20 kabupaten/kota di Jabar, NTB, NTT, Sulsel dan Sumut Wawancara mendalam dengan para pemangku kepentingan yang merupakan pengambil kebijakan atau pihak penyedia layanan di 5 provinsi (Jawa Barat, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara) dan 20 kabupaten/kota yang dilakukan oleh Program Identitas Hukum AIPJ dan PUSKAPA Tujuan dan Metodologi Studi Studi ini merupakan studi dasar (baseline study) yang dilakukan di tahun oleh AIPJ (Australia Indonesia Partnership for Justice, Kemitraan Australia Indonesia untuk Keadilan) dan merupakan upaya penelitian kolaboratif yang menggabungkan data dan analisis dari berbagai sumber dan studi penelitian yang dilakukan oleh AIPJ dan beberapa organisasi mitra. memberikan informasi mengapa kepemilikan akta kelahiran merupakan hal yang penting bagi kesejahteraan dan pembangunan sosial anak-anak di Indonesia memberikan informasi mengapa akta/buku nikah dan akta cerai serta berbagai dokumen identitas hukum lainnya merupakan hal penting bagi kesejahteraan dan pembangunan sosial perempuan di Indonesia menguraikan berbagai tantangan yang dihadapi oleh warga masyarakat, khususnya perempuan miskin, anak-anak rentan, dan penyandang disabilitas, dalam upaya memperoleh akta kelahiran, akta/buku nikah, atau akta cerai di Indonesia memberikan usulan kebijakan strategis serta tanggapan dan pelaksanaan yang dapat diambil untuk mengatasi berbagai kendala dalam upaya memperoleh akta kelahiran, akta/buku nikah, atau akta cerai di Indonesia sebagaimana telah diidentifikasi sebelumnya Studi dasar dilakukan atas kerjasama Mahkamah Agung RI, termasuk Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi serta Pengadilan Tinggi Agama Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri), termasuk dinas-dinas yang ada di tingkat kabupaten/kota dan provinsi Kementrian Agama (Kemenag), termasuk dinas-dinas yang ada di tingkat kabupaten/kota dan provinsi Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), dan pemerintah daerah Pusat Kajian Perlindungan Anak Universitas Indonesia (PUSKAPA) LSM Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA)

4 ANAK TANPA AKTA KELAHIRAN di beberapa negara, termasuk Indonesia dokumen resmi yang menunjukkan status pernikahan orang tua adalah persyaratan akta kelahiran anak dengan nama ayah dan nama ibu akta kelahiran Buku/Akta Nikah/Akta Cerai akta kelahiran dengan nama kedua orang tua adalah hak anak dan memberikan perlindungan hukum yang lebih (waris, pengasuhan, dll.) 64% orang tua memandang negatif akta kelahiran dengan hanya nama ibu 47% anak tidak tercatat, secara nasional 50% pernikahan tidak tercatat, secara nasional di keluarga 30% termiskin 75% anak tidak punya akta kelahiran 55% pasangan tidak punya akta/buku nikah di pedesaan anak yang tidak punya akta kelahiran dua kali lipat jumlahnya dibanding di perkotaan berbagai persyaratan seperti KTP dan KK juga harus dipenuhi sebelum mengurus akta kelahiran anak akta kelahiran KTP padahal di antara perempuan pada 30% keluarga termiskin, hanya separuhnya yang memiliki KTP

5 ketiadaan identitas hukum diwariskan lintas generasi anak dari orang tua yang tidak punya akta kelahiran 3 kali lebih tidak mungkin punya akta kelahiran anak dari kakek-nenek yang tidak punya akta kelahiran 13 kali lebih tidak mungkin punya akta kelahiran keterkaitan ketiadaan identitas hukum dengan disabilitas anak dari orang tua yang memiliki disabilitas fisik 5 kali lebih tidak mungkin punya akta kelahiran ketiadaan akta kelahiran mempengaruhi kesempatan anak meneruskan pendidikan saat anak punya akta kelahiran, kemungkinan mereka meningkat 58% untuk berada di SMP saat anak punya akta kelahiran, kemungkinan mereka meningkat 89% untuk berada di SMA Akta kelahiran juga merupakan suatu dokumen hukum yang membuktikan usia seseorang, dan selayaknya dapat membantu mencegah anak dipekerjakan sebagai pekerja anak, mengalami perdagangan anak, ataupun diperlakukan sebagai orang dewasa dalam sistem pemidanaan secara nasional tidak ada perbedaan signifikan kepemilikan akta kelahiran secara gender, tetapi dampak lebih berat dialami anak perempuan

6 Secara nasional, 29% atau lebih dari 24 juta anak di Indonesia tidak memiliki Akta Kelahiran Di SULAWESI SELATAN, anak yang tidak memiliki Akta Kelahiran sebesar 25% atau lebih dari 750 ribu anak (SUSENAS 2012) 100 ANAK PEREMPUAN DI SULAWESI SELATAN YANG HIDUP DI DALAM 30% Tidak seorangpun memiliki akta kelahiran sebelum berusia 1 tahun. Hanya 37 anak memiliki akta kelahiran sebelum 18 tahun. 21 anak dinikahkan pada usia 18 atau lebih muda. 18 dari 21anak ini tidak punya akta kelahiran. Sekolah tidak mendukung anak yang telah menikah untuk meneruskan pendidikan 12 tahun. Hampir tidak ada (hanya 4 dari 1.000) anak yang tamat sekolah 12 tahun. 16 anak dinikahkan pada usia 17 atau lebih muda. 14 dari 16anak ini tidak punya akta kelahiran. Hampir tak ada (hanya 1 dari 1.000) anak yang tamat sekolah 12 tahun. 11 anak dinikahkan pada usia 16 atau lebih muda. 10 dari 11anak ini tidak punya akta kelahiran. Tidak adadari anak ini yang tamat pendidikan 12 tahun. 9 anak dinikahkan pada usia 15 atau lebih muda. 8 dari 9 anak ini tidak punya akta kelahiran. Tidak seorangpun dari anak ini yang tamat pendidikan 12 tahun. KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGATUR BAHWA SETIAP INDIVIDU UU Perkawinan (1/1974) menyatakan batas minimum usia menikah 37% pasangan tidak memiliki akta/ 85% anak-anak mereka tidak Anak hanya bisa mendapatkan akta kelahiran dengan nama 10 perempuan usia tahun tamat pendidikan 12 tahun di Sulawesi Selatan. Tidak ada dari mereka menikah sebelum usia 18 tahun. 1 Hanya 10% perempuan usia tahun tanpa akta kelahiran yang bisa tamat pendidikan 12 tahun. 10% perempuan usia tahun yang punya akta kelahiran dapat tamat pendidikan 12 tahun. 69 perempuan usia tahun hanya bersekolah sampai SD di Sulawesi Selatan. 1 Memotret pendidikan tertinggi kelompok tahun menunjukkan akses pada pendidikan yang lebih akurat bagi laki-laki dan perempuan. Apabila seluruh populasi di atas 19 tahun dilihat maka angka menjadi semakin kecil karena kebanyakan orang yang lebih tua bahkan tidak tamat SD.

7 Secara nasional, 47% atau lebih dari 40 juta anak di Indonesia tidak memiliki akta kelahiran apabila turut memasukkan jumlah mereka yang mengaku memiliki akta kelahiran tetapi tidak dapat menunjukkannya Secara nasional, 64% anak yang tidak memiliki Akta Kelahiran berasal dari keluarga termiskin Di SULAWESI SELATAN, angka tersebut mencapai 51% atau lebih dari 1,5 juta anak bila turut memasukkan jumlah mereka yang mengaku memiliki akta kelahiran tetapi tidak dapat menunjukkannya (SUSENAS 2012) 70% anak yang tidak memiliki akta kelahiran 30% keluarga termiskin di SULAWESI SELATAN (PEKKA SPKBK 2012) 100 ANAK LAKI-LAKI DI SULAWESI SELATAN KELUARGA TERMISKIN DI PROPINSINYA Tidak seorangpun anak memiliki akta kelahiran sebelum berusia 1 tahun. Hanya 38 anak memiliki akta kelahiran sebelum 18 tahun. 4 anak dinikahkan pada usia 18 atau lebih muda. 3 anak dinikahkan pada usia 17 atau lebih muda. 1 anak dinikahkan pada usia 16 atau lebih muda. 1 anak dinikahkan pada usia 15 atau lebih muda. (DIRATIFIKASI INDONESIA PADA 1990) DI BAWAH 18 TAHUN ADALAH ANAK. adalah 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki. buku nikah dari Capil atau KUA. memiliki akta kelahiran. kedua orang tua apabila akta/buku nikah orang tua disertakan. 8 laki-laki usia tahun tamat pendidikan 12 tahun di Sulawesi Selatan. Tidak ada dari mereka menikah sebelum usia 18 tahun. Hanya 7% laki-laki usia tahun tanpa akta kelahiran yang bisa tamat pendidikan 12 tahun. 10% laki-laki usia tahun yang punya akta kelahiran dapat tamat pendidikan 12 tahun. 76 laki-laki usia tahun hanya bersekolah sampai SD di Sulawesi Selatan. Sumber: PEKKA, Survei Rumah Tangga 2012 dan PUSKAPA-AIPJ, Studi Dasar Identitas Hukum 2013

8 KEPEMILIKAN SUSENAS 2012 menunjukkan bahwa dari anak usia 0-17 tahun di Sulawesi Selatan, 25% diantaranya tidak memiliki akta kelahiran. Angka tersebut meningkat hingga 49%jika turut memasukkan jumlah mereka yang mengaku memiliki akta kelahiran tetapi tidak dapat menunjukkannya. Sementara itu di tingkat Kabupaten, angka tersebut cukup bervariasi. Di Kabupaten Jeneponto misalnya, jumlah anak yang tidak memiliki akta kelahiran dan mengaku memiliki tetapi tidak dapat menunjukkannya mencapai 85% dari total populasi anakdi tahun Sementara itu di Kabupaten Bulukumba data tersebut mencapai 67%, dan di Kabupaten Bone dan Wajo masing-masing tercatat sebesar 45%. SUSENAS menanyakan perihal kepemilikan Akta Kelahiran pada penduduk usia 0-17 tahun dengan pilihan jawaban: i) Punya dan bisa menunjukkan ii) Punya tapi tidak bisa menunjukkan iii) Tidak Punya iv) Tidak Tahu Studi Dasar yang dilakukan PUSKAPA dan AIPJ pada 2013 menunjukkan bahwa 73% dari mereka yang menjawab Punya tapi tidak bisa menunjukkan pada akhirnya mengaku tidak pernah memiliki dokumen tersebut. Di bawah ini menunjukkan persentase kepemilikan akta kelahiran anak usia 0-17 tahun (SUSENAS 2012) yang (i) memiliki akta kelahiran, (ii) tidak memiliki akta kelahiran dan (iii) tidak memiliki dan mengaku memiliki tetapi tidak dapat menunjukkan dokumen. Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Anak Provinsi Sulawesi Selatan Tahun % 25% 50% Memiliki Akta Kelahiran Sumber: SUSENAS 2012 Tidak Memiliki Akta Kelahiran Tidak Memiliki + Mengaku Memiliki Tetapi Tidak Bisa Menunjukkan Akta Kelahiran Tabel 1. Angka dan Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akta Kelahiran di Sulawesi Selatan (SUSENAS) Kabupaten/Kota Tidak Memiliki Tahun (%) 2012 (%) Tidak Memiliki + Mengaku Mebisa tunjukkan dokumen Tidak Memiliki Tidak Memiliki + Mengaku Mebisa tunjukkan dokumen Tidak Memiliki Tidak Memiliki + Mengaku Mebisa tunjukkan dokumen Tidak Memiliki Tidak Memiliki + Mengaku Mebisa tunjukkan dokumen Bone 100, ,579 64, ,674 39% 61% 25% 45% Bulukumba 82, ,816 69,775 96,526 59% 72% 49% 67% Jeneponto 89, ,026 92, ,156 70% 82% 71% 85% Wajo 48,199 61,014 27,233 55,239 39% 49% 22% 45% Bantaeng 25,636 35,151 25,033 39,802 41% 56% 38% 61% Barru 23,501 35,141 19,714 30,697 39% 58% 32% 50% Enrekang 23,710 36,017 18,742 23,531 29% 45% 23% 28% Gowa 118, , , ,784 49% 65% 43% 63% Luwu 57,156 80,429 31,539 45,989 41% 58% 22% 32% Luwu Timur 11,890 44,023 11,195 45,576 12% 45% 11% 44% Luwu Utara 27,832 53,858 19,645 44,624 24% 46% 16% 37% Makassar 67, ,741 54, ,419 14% 44% 11% 50% Maros 31,904 61,236 25,194 58,928 27% 51% 20% 47% Palopo 13,398 27,911 7,898 25,866 23% 48% 13% 43% Pangkajene Dan Kepulauan 37,847 49,042 26,656 41,572 33% 42% 23% 36% Pare-Pare 9,499 19,964 5,056 19,242 19% 41% 10% 39% Pinrang 42,296 68,900 31,474 59,378 32% 51% 23% 43% Selayar 10,382 18,385 7,534 12,894 23% 41% 16% 28% Sidenreng Rappang 16,653 40,514 13,336 42,326 17% 42% 14% 44% Sinjai 31,459 53,254 21,166 44,260 36% 60% 24% 49% Soppeng 9,986 31,352 6,803 32,854 14% 44% 10% 46% Takalar 50,567 61,374 36,361 52,642 52% 64% 37% 54% Tana Toraja 28,980 58,967 12,147 41,584 31% 63% 13% 44% Toraja Utara 25,518 62,638 15,823 68,077 26% 63% 16% 69% Total 984,770 1,625, ,658 1,511,639 33% 54% 25% 50%

9 ANGKA KELAHIRAN DAN AKTA KELAHIRAN Jumlah Kelahiran Hidup di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 mencapai anak. Jika data tersebut dibandingkan dengan data estimasi jumlah anak di bawah 1 tahun 1 yang memiliki dan dapat menunjukkan akta kelahiran pada tahun 2012, maka cakupan kepemilikan akta kelahiran di Sulawesi Selatan pada 2012 adalah sebesar 26%. Pada tahun berikutnya angka cakupan tersebut meningkat menjadi 31%. Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup di Sulawesi Selatan Tahun 2011 Estimasi jumlah anak usia di bawah 1 tahun yang memiliki akta kelahiran dan dapat menunjukkan dokumen di Sul-Sel Tahun 2012 Cakupan % Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup di Sulawesi Selatan Tahun Estimasi jumlah anak usia di bawah 1 tahun yang memiliki akta kelahiran dan dapat menunjukkan dokumen di Sul-Sel Tahun Cakupan 31% Data Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup: PUSDATIN Kementerian Kesehatan Data Estimasi Jumlah Kepemilikan Akta Kalahiran: SUSENAS Apabila turut memasukkan jumlah anak yang mengaku memiliki akta kelahiran tetapi tidak dapat menunjukkannya, maka cakupan ini meningkat menjadi 40% pada Pada tahun berikutnya, angka cakupan tersebut tetap di angka 40% Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup di Sulawesi Selatan Tahun 2011 Estimasi Jumlah anak usia di bawah 1 tahun yang memiliki akta kelahiran dan dapat menunjukkan dokumen + mengaku memiliki tetapi tidak dapat menunjukkan dokumen di Sul-Sel Tahun ,360 Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup di Sulawesi Selatan Tahun Estimasi Jumlah anak usia di bawah 1 tahun yang memiliki akta kelahiran dan dapat menunjukkan dokumen + mengaku memiliki tetapi tidak dapat menunjukkan dokumen di Sul-Sel Tahun Cakupan 40% Cakupan 40% Data Estimasi Jumlah Kelahiran Hidup: PUSDATIN Kementerian Kesehatan Data Estimasi Jumlah Kepemilikan Akta Kalahiran: SUSENAS 1 Anak usia 1 hari sampai dengan 1 tahun kurang satu hari

10 KEMISKINAN Data nasional menunjukkan bahwa hidup dalam kemiskinan menurunkan peluang seseorang memiliki dokumen identitas hukum, termasuk akta kelahiran. Data di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa 57% anak yang tidak memiliki akta kelahiran adalah mereka yang hidup di keluarga termiskin (Q1). Sementara itu, hanya 6% Anak di keluarga terkaya (Q5) yang tidak memiliki akta kelahiran. Persentase Anak Tanpa Akta Kelahiran Berdasarkan Kuintil Sosial Ekonomi Rumah Tangga Provinsi Sulawesi Selatan (SUSENAS 2012) 57% 19% 12% 7% 5% Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 20% termiskin 20% terkaya

11 GENDER Data nasional menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan berdasarkan gender antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam kepemilikan akta kelahiran. Hal yang sama juga terjadi di Sulawesi Selatan. Pada 2012, jumlah anak laki-laki yang tidak memiliki akta kelahiran di Sulawesi Selatan mencapai 26%. Sementara jumlah anak perempuan yang tidak memiliki akta kelahiran mencapai 24%. Sementara itu, jumlah anak laki-laki yang tidak memiliki akta kelahiran ditambah jumlah mereka yang mengaku memiliki tetapi tidak bisa tunjukkan dokumen mencapai 50% dari total populasi anak laki-laki di Sulawesi Selatan. Di sisi lain, jumlah anak perempuan yang tidak memiliki akta kelahiran ditambah jumlah yang mengaku memiliki tetapi tidak bisa tunjukkan dokumen mencapai 49% dari total populasi anak perempuan di Sulawesi Selatan. Perbedaan gender di Sulawesi Selatan tidak mempengaruhi tingkat kepemilikan akta kelahiran bagi anak (selisih hanya sebesar 1%). Tabel 2. Angka dan Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akta Kelahiran Berdasarkan Gender di Sulawesi Selatan (SUSENAS 2012) Kabupaten/Kota Populasi Laki-laki Perempuan Selisih rasio memiliki akta kelahiran Proporsi terhadap populasi Populasi memiliki akta kelahiran Proporsi terhadap populasi akta kelahiran L - P Bone 132,679 34,916 26% 127,215 29,350 23% 3% Bulukumba 73,438 38,093 52% 70,493 31,681 45% 7% Jeneponto 65,977 48,678 74% 63,199 43,584 69% 5% Wajo 62,965 15,334 24% 60,134 11,899 20% 5% Bantaeng 32,981 12,079 37% 32,339 12,953 40% -3% Barru 31,756 10,234 32% 29,470 9,480 32% 0% Enrekang 43,227 10,432 24% 40,192 8,310 21% 3% Gowa 128,152 57,917 45% 123,776 50,723 41% 4% Luwu 73,846 16,667 23% 70,645 14,872 21% 2% Luwu Timur 52,623 6,237 12% 50,051 4,958 10% 2% Luwu Utara 62,147 10,751 17% 57,893 8,894 15% 2% Makassar 246,492 25,105 10% 239,060 29,061 12% -2% Maros 63,465 13,923 22% 60,959 11,271 18% 3% Palopo 31,254 4,603 15% 29,617 3,295 11% 4% Pangkajene dan Kepulauan 58,598 12,925 22% 57,494 13,732 24% -2% Pare-Pare 24,887 2,453 10% 24,965 2,603 10% -1% Pinrang 69,783 18,063 26% 67,037 13,411 20% 6% Selayar 23,284 3,856 17% 22,554 3,679 16% 0% Sidenreng Rappang 49,085 8,067 16% 47,998 5,270 11% 5% Sinjai 46,422 10,890 23% 43,765 10,277 23% 0% Soppeng 36,344 3,587 10% 34,905 3,216 9% 1% Takalar 49,714 19,710 40% 48,530 16,651 34% 5% Tana Toraja 49,600 6,196 12% 44,862 5,951 13% -1% Toraja Utara 51,829 7,423 14% 46,685 8,400 18% -4% Total 1,560, ,139 26% 1,493, ,521 24% 2% Tabel 3. Angka dan Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akta Kelahiran + Mengaku Memiliki Tetapi Tidak Bisa Menunjukkan Dokumen Berdasarkan Gender di Sulawesi Selatan (SUSENAS 2012) Laki-laki Perempuan - - Selisih rasio miliki Akta Kelahiran + Mengaku hiran + Mengaku miliki Akta Kela- Kabupaten/Kota Proporsi Proporsi Populasi terhadap Populasi terhadap akta kelahiran Memiliki Tetapi Memiliki Tetapi populasi populasi L - P Tidak Bisa Tunjukkan Tidak Bisa Tunjuk- Dokumen kan Dokumen Bone 132,679 62,601 47% 127,215 55,073 43% 4% Bulukumba 73,438 50,005 68% 70,493 46,521 66% 2% Jeneponto 65,977 57,770 88% 63,199 52,385 83% 5% Wajo 62,965 30,060 48% 60,134 25,179 42% 6% Bantaeng 32,981 18,822 57% 32,339 20,980 65% -8% Barru 31,756 16,195 51% 29,470 14,503 49% 2% Enrekang 43,227 12,918 30% 40,192 10,612 26% 3% Gowa 128,152 82,408 64% 123,776 77,376 63% 2% Luwu 73,846 23,958 32% 70,645 22,030 31% 1% Luwu Timur 52,623 22,577 43% 50,051 22,999 46% -3% Luwu Utara 62,147 22,772 37% 57,893 21,852 38% -1% Makassar 246, ,262 47% 239, ,158 53% -6% Maros 63,465 32,571 51% 60,959 26,356 43% 8% Palopo 31,254 14,159 45% 29,617 11,707 40% 6% Pangkajene dan Kepulauan 58,598 20,302 35% 57,494 21,270 37% -2% Pare-Pare 24,887 9,137 37% 24,965 10,106 40% -4% Pinrang 69,783 30,688 44% 67,037 28,691 43% 1% Selayar 23,284 6,386 27% 22,554 6,508 29% -1% Sidenreng Rappang 49,085 20,918 43% 47,998 21,408 45% -2% Sinjai 46,422 21,849 47% 43,765 22,411 51% -4% Soppeng 36,344 16,688 46% 34,905 16,167 46% 0% Takalar 49,714 26,898 54% 48,530 25,744 53% 1% Tana Toraja 49,600 22,040 44% 44,862 19,544 44% 1% Toraja Utara 51,829 35,962 69% 46,685 32,114 69% 1% Total 1,560, ,946 50% 1,493, ,694 49% 0%

12 AKSES Data nasional menunjukkan adanya kesenjangan hingga dua kali lipat antara jumlah anak-anak di perkotaan yang memiliki akta kelahiran dibandingkan dengan mereka yang berada di wilayah pedesaan. Kesenjangan kepemilikan akta kelahiran antara wilayah perkotaan dan pedesaan juga terjadi di provinsi Sulawesi Selatan. Pada 2012, jumlah anak yang tidak memiliki akta kelahiran di wilayah perkotaan tercatat sebesar 14% dari jumlah seluruh populasi. Sementara itu jumlah anak yang tidak memiliki akta kelahiran di wilayah pedesaan mencapai 31%. Jika turut memasukan jumlah anak yang mengaku memiliki akta kelahiran tetapi tidak dapat menunjukkannya, maka persentase tersebut meningkat hingga 44% di wilayah perkotaan. Sementara di wilayah pedesaan, data tersebut mencapai 55%. Tabel 4. Angka dan Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akta Kelahiran Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Selatan (SUSENAS 2012) Kabupaten/Kota Populasi Anak di Kota Kota Jumlah Anak Tanpa Akta Kelahiran di Kota Proporsi terhadap populasi Populasi Anak di Desa Desa Jumlah Anak Tanpa Akta Kelahiran di Kota Proporsi terhadap populasi Bone 45,593 3,402 7% 214,302 60,864 28% Bulukumba 30,422 5,953 20% 113,509 63,822 56% Jeneponto 15,659 8,722 56% 113,517 83,540 74% Wajo 27,581 3,394 12% 95,518 23,839 25% Bantaeng 18,104 3,363 19% 47,216 21,670 46% Barru 17,411 5,094 29% 43,816 14,620 33% Enrekang 13, % 69,699 17,788 26% Gowa 88,924 21,878 25% 163,004 86,762 53% Luwu 16,353 2,369 14% 128,138 29,170 23% Luwu Timur 19,704 1,537 8% 82,971 9,657 12% Luwu Utara 10,421 1,751 17% 109,620 17,895 16% Makassar 482,602 53,832 11% 2, % Maros 38,954 4,667 12% 85,470 20,527 24% Palopo 47,483 5,223 11% 13,389 2,675 20% Pangkajene dan Kepulauan 24,250 1,740 7% 91,842 24,917 27% Pare-Pare 48,086 4,710 10% 1, % Pinrang 33,914 8,879 26% 102,906 22,596 22% Selayar 8, % 37,771 7,116 19% Sidenreng Rappang 26,622 3,433 13% 70,460 9,903 14% Sinjai 18,441 3,581 19% 71,746 17,585 25% Soppeng 16,317 2,139 13% 54,932 4,664 8% Takalar 20,382 5,745 28% 77,862 30,616 39% Tana Toraja 12, % 82,044 11,659 14% Toraja Utara 20, % 78,162 14,904 19% Total 1,101, ,191 14% 1,952, ,469 31% Tabel 5. Angka dan Persentase Penduduk 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akta Kelahiran + Mengaku Memiliki Tetapi Tidak Bisa Tunjukkan Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Selatan (SUSENAS 2012) Kota Desa Jumlah Anak Tanpa Akta Jumlah Anak Tanpa Akta Kabupaten/Kota Proporsi Proporsi Populasi Anak Kelahiran+Mengaku Populasi Anak Kelahiran+Mengaku terhadap terhadap di Kota Memiliki Tapi Tidak Bisa di Desa Memiliki Tapi Tidak Bisa populasi populasi Tunjukkan Dokumen Tunjukkan Dokumen Bone 45,593 5,402 12% 214, ,272 52% Bulukumba 30,422 14,339 47% 113,509 82,187 72% Jeneponto 27,581 12,191 44% 95,518 97, % Wajo 15,659 11,760 75% 113,517 43,479 38% Bantaeng 18,104 9,442 52% 47,216 30,359 64% Barru 17,411 6,374 37% 43,816 24,324 56% Enrekang 13,720 1,196 9% 69,699 22,335 32% Gowa 88,924 45,449 51% 163, ,335 70% Luwu 16,353 3,507 21% 128,138 42,481 33% Luwu Timur 19,704 2,714 14% 82,971 42,862 52% Luwu Utara 10,421 5,115 49% 10,962 39, % Makassar 482, ,470 50% 2, % Maros 38,954 17,870 46% 85,470 41,058 48% Palopo 47,483 20,491 43% 13,389 5,375 40% Pangkajene dan Kepulauan 24,250 4,123 17% 91,842 37,449 41% Pare-Pare 48,086 18,742 39% 17, % Pinrang 33,914 13,743 41% 102,906 45,636 44% Selayar 8,067 2,025 25% 37,771 10,869 29% Sidenreng Rappang 26,622 10,304 39% 70,460 32,023 45% Sinjai 18,441 7,060 38% 71,746 37,200 52% Soppeng 16,317 6,586 40% 54,932 26,268 48% Takalar 20,382 8,917 44% 77,862 43,725 56% Tana Toraja 12,418 4,529 36% 82,044 37,055 45% Toraja Utara 20,352 12,385 61% 78,162 55,692 71% Total 1,101, ,734 44% 1,869,846 1,025,909 55%

13 SECARA NASIONAL ALASAN ORANG TIDAK MEMILIKI IDENTITAS HUKUM Terlalu mahal 41% Lokasi layanan terlalu jauh 15% Tidak tahu caranya memperoleh dokumen identitas hukum 12% Proses terlalu rumit 9% Alasan terbesar di SULAWESI SELATAN adalah: Terlalu mahal 61% (SUSENAS 2012) Di Nusa Tenggara Barat, 37% pasangan dari rumah tangga termiskin tidak memiliki akta/buku nikah. 85% anak-anak mereka tidak memiliki akta kelahiran Jika orang tua tidak memiliki akta/buku nikah, maka mereka harus berurusan dengan 3 lembaga berbeda untuk bisa mendapatkan akta kelahiran anak mereka dengan nama ayah dan ibu: 1.Pengadilan untuk mengesahkan perkawinan 2.KUA atau Disdukcapil untuk mencatat dan menerbitkan akta/buku nikah 3.Disdukcapil untuk mencatat dan menerbitkan akta kelahiran

14 REKOMENDASI TINDAK LANJUT Mempermudah persyaratan yang non diskriminatif dan menghapuskan denda dan biaya administratif. Meski penerapan denda keterlambatan di dalam sebuah sistem administrasi kependudukan dianggap dapat mendorong masyarakat agar mengurus tepat waktu, hal ini hanya akan terjadi sistem yang ada sudah menjangkau 95% populasi. Bukti juga menunjukkan bahwa sebagian besar orang tidak punya dokumen identitas hukum adalah bukan karena tidak mau, tetapi karena hambatan finansial akibat jarak yang jauh atau biaya memenuhi persyaratan yang ada. Oleh karena itu, pengenaan denda menjadi tidak sesuai bahkan bertentangan dengan permasalahannya. Denda harus disikapi dengan beberapa opsi sebagai berikut: a. Untuk pelayanan terpadu (Yandu) agar diberlakukan kebijakan khusus bahwa denda administratif tidak diberlakukan. Hal ini sejalan dengan tujuan Yandu yang adalah menjangkau masyarakat yang selama ini sulit memperoleh dokumen kependudukan dan identitas hukum karena hambatan biaya dan akses. b. Untuk secara selektif tidak memberlakukan denda pada masyarakat tidak mampu sesuai dengan program Pemerintah untuk mengurangi kemiskinan. Ketidakmampuan ini dapat ditunjukkan dengan dokumen: Surat Keterangan Tunjangan Sosial seperti Kartu Keluarga Miskin (KKM), Kartu Jaminan kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Kartu Beras Miskin (Raskin), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Perlindungan Sosial (KPS), atau dokumen lainnya yang yang berkaitan dengan daftar penduduk miskin dalam basis data terpadu pemerintah atau yang dikeluarkan oleh instansi lain yang berwenang untuk memberikan keterangan tidak mampu; atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah/Kepala wilayah setempat. c. Untuk meninjau kembali dan mencabut Perda menyangkut denda administratif dan pungutan atau retribusi yang berkaitan. Perjanjian internasional dan regional yang ditandatangani Indonesia menyatakan bahwa yang Akta Kelahiran universal wajib mencantumkan nama individu, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, serta nama kedua orangtua yang diketahui. Mengingat hanya separuh pernikahan di Indonesia yang tercatat, dan untuk penduduk miskin bahkan kurang dari separuh, maka harus disediakan alternatif yang lebih mudah, sama-sama berkekuatan hukum dan secara standar diterapkan agar nama ayah dan ibu dicantumkan dalam akta kelahiran tanpa diskriminasi terhadap anak. Melakukan layanan keliling untuk memperkecil jarak layanan dengan masyarakat dan membuat layanan terpadu agar proses yang semula rumit dan melibatkan 3 instansi dapat dipermudah dan 3 instansi dapat diakses masyarakat secara bersamaan (dalam hal ini adalah pelayanan terpadu pengesahan perkawinan di Pengadilan, pencatatan nikah dan penerbitan buku nikah, serta pencatatan kelahiran dan penerbitan akta kelahiran pada waktu yang bersamaan di lokasi yang sama di Kecamatan atau Desa. Mengalokasikan sumber daya daerah dan menguatkan kerjasama lintas sektor untuk penyebarluasan informasi mengenai identitas hukum, pelaksanaan layanan identitas hukum dan pelayanan keliling dan terpadu. Diperlukan adanya kolaborasi yang lebih besar antara berbagai lembaga pemerintah dalam memberikan akta kelahiran bagi anak, dan bila perlu, akta/buku nikah bagi orang tua mereka, termasuk melalui: (i) bidan/tenaga kesehatan yang terlibat membantu persalinan, (ii) guru yang terlibat dalam program pendidikan anak usia dini (PAUD), (iii) guru di sekolah dasar, (iv) fasilitator/pendamping yang terlibat dalam program-program pembangunan sosial di tingkat desa seperti misalnya PNPM Generasi yang kegiatannya turut mencakup anak-anak putus sekolah, anak-anak dan orang dewasa yang menyandang disabilitas serta kelompok rentan lainnya, dan (v) para pejabat yang terkait dengan anak-anak yang tinggal di panti asuhan dan tempat-tempat penahanan. Sejalan dengan UU Keterbukaan Informasi Publik (UU No 14 tahun 2008), Mahkamah Agung, Kemendagri dan Kemenag harus terus mempublikasikan laporan tahunan tentang kinerja kelembagaan yang menguraikan layanan publik apa saja yang telah diberikan. Laporan tahunan ini idealnya memasukkan informasi berupa data terpilah berdasarkan usia, jenis kelamin, dan status disabilitas orang yang memperoleh dokumen identitas hukum, serta data terpilah berdasarkan kabupaten/kota. Dalam satu dasawarsa terakhir, Peradilan Agama telah mengembangkan sistem manajemen perkara secara elektronik untuk mengumpulkan data dari 359 Pengadilan Agama dan 29 Pengadilan Tinggi Agama di seluruh Indonesia. Informasi ini dapat dilihat oleh masyarakat secara daring (dalam-jaringan, online) melalui dan Peradilan Umum juga telah memiliki sistem manajemen perkara secara elektronik untuk mengumpulkan data dari 350 Pengadilan Negeri dan 30 Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia. Informasi manajemen perkara ini dapat dilihat dalam bentuk agregat oleh staf Mahkamah Agung RI. Temuan utama dan rekomendasi selengkapnya dapat dibaca di Laporan Studi Dasar Identitas Hukum Jutaan Orang Tanpa Identitas Hukum di Indonesia (DFAT, PEKKA and PUSKAPA 2014). Laporan tersebut dapat diunduh melalui:

15 Studi dasar AIPJ tentang Identitas Hukum dikoordinir dan ditulis oleh: Cate Sumner, Penasihat Utama AIPJ, Program Identitas Hukum Santi Kusumaningrum, Co-Director, PUSKAPA UI Tim Peneliti dan Analisis: Tim Identitas Hukum AIPJ Wahyu Widiana, Penasihat Senior AIPJ, Program Identitas Hukum Hilda Suherman, Koordinator, Program Identitas Hukum Cate Sumner, Penasihat Utama AIPJ, Program Identitas Hukum Tim Peneliti PUSKAPA Dipimpin oleh: Santi Kusumaningrum (Co-Director) Irwanto Rahmadi Wenny Wandasari Putu Duff Michelle Jackson Mas ud Suharti Azhar Zaini Ahmad Abdan Syakur Mahmudah Kalla Fauziah Tiaida Rama Adiputra Prisilia Riski Craig Spencer Mackenzie Lawrence W.S. Libby Ratuarat Noldi Todu Hungu Emanuel Suban Wujon Timoriyani Samauna Relisius Hayon Berkhman Gromang Firkan Maulana Harriz Jati Bahrul Fuad Matt MacFarlane Lilith Pope ILah Asti Januarti Raita Kurniadewi Ary Bariyaldi Gunawan Ni Luh Putu Maitra Agastya Muhammad Jaedi Tim Peneliti PEKKA Dipimpin oleh: Nani Zulminarni (Koordinator Nasional) Kodar Tri Wusananingsih (Koordinator Program) Tim Sekretariat Nasional PEKKA Tim Sekretariat Daerah PEKKA Tim SMERU Tim Peradilan Keluarga Australia Leisha Lister, Executive Advisor William Crawford, Statistical Services Unit (C) 2014, DFAT (Australian Aid), PEKKA dan PUSKAPA UI

16

JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA

JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA STUDI DASAR AIPJ TENTANG IDENTITAS HUKUM JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA RINGKASAN DATA NUSA TENGGARA BARAT 3 ALASAN IDENTITAS HUKUM PENTING BAGI PEMBANGUNAN INDONESIA 1. DAMPAK Tidak dimilikinya

Lebih terperinci

JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA

JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA STUDI DASAR AIPJ TENTANG IDENTITAS HUKUM JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA RINGKASAN DATA NUSA TENGGARA TIMUR 3 ALASAN IDENTITAS HUKUM PENTING BAGI PEMBANGUNAN INDONESIA 1. DAMPAK Tidak dimilikinya

Lebih terperinci

JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA

JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA STUDI DASAR AIPJ TENTANG IDENTITAS HUKUM JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA RINGKASAN DATA JAWA BARAT 3 ALASAN IDENTITAS HUKUM PENTING BAGI PEMBANGUNAN INDONESIA 1. DAMPAK Tidak dimilikinya

Lebih terperinci

JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA

JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA STUDI DASAR AIPJ TENTANG IDENTITAS HUKUM JUTAAN ORANG TANPA IDENTITAS HUKUM DI INDONESIA RINGKASAN DATA SUMATERA UTARA 3 ALASAN IDENTITAS HUKUM PENTING BAGI PEMBANGUNAN INDONESIA 1. DAMPAK Tidak dimilikinya

Lebih terperinci

PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN rektur RS. Kab/Kota Se-Sulsel (daftar terlampir) dalam kegiatan Akreditasi Pelayanan RS dan khususnya yang Pelayanan Kesehatan, : Gedung Fajar, Graha Pena Makassar Narasumber : 1. DR. Minarto, MPS ( DPP

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 65/1/73/Th. VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 mencapai 3.715.801

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/06/73/Th. I, 15Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sulawesi Selatan Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Selatan pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN PENDAHULUAN Dalam mendorong ekonomi kerakyatan, Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan mengembangkan Gerakan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Berdasarkan analisis rasio ketergantungan daerah, semua pemerintah daerah di Pulau Sulawesi, memiliki

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 22/04/73/Th.II, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Selatan pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

Keikutsertaan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN SGD Bandung dalam Program Layanan Hukum di Melbourne, Australia

Keikutsertaan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN SGD Bandung dalam Program Layanan Hukum di Melbourne, Australia Keikutsertaan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN SGD Bandung dalam Program Layanan Hukum di Melbourne, Australia Dr. Deni Kamaludin Yusup, MA, Direktur Pusat Kajian Ilmu Syari ah, Hukum, HAM, dan Kemasyarakatan

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Selatan Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Selatan Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Selatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,61 persen Jumlah angkatan kerja pada sebanyak 3.812.358 orang, berkurang

Lebih terperinci

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia 04/03/2012 Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel Oleh Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia Latar Belakang Provinsi Sulsel sebagai pintu gerbang Indonesia Timur?? Dari segi kesehatan keuangan suatu

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGAH DAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGGARA DENGAN MENGUBAH UNDANG- UNDANG NO 47 PRP TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan dan Tingkat Perkembangan Wilayah Adanya ketimpangan (disparitas) pembangunan antarwilayah di Indonesia salah satunya ditandai dengan adanya wilayah-wilayah

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI Selatan Peta Sulawesi Selatan 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nilai Indeks Williamson PDRB per. (fi/ fi)/(yi- ỳ)^2. Kabupaten/K ota PDRB (000) (fi/ fi) (yi-ỳ) (yi-ỳ)^2.

Lampiran 1. Nilai Indeks Williamson PDRB per. (fi/ fi)/(yi- ỳ)^2. Kabupaten/K ota PDRB (000) (fi/ fi) (yi-ỳ) (yi-ỳ)^2. Lampiran 1. Nilai Indeks Williamson 2004 Kabupaten/K ota PDRB (000) 2004 PDRB per Jumlah kapita Penduduk (fi/ fi) (yi-ỳ) (yi-ỳ)^2 (fi/ fi)/(yi- ỳ)^2 Selayar 317.241 111.458 2,8463 0,0151-0,9043 0,8178

Lebih terperinci

Permasalahan Cakupan Akta Kelahiran: Strategi Nasional Pencatatan Sipil dan Statistik Hayati ( PS2H )

Permasalahan Cakupan Akta Kelahiran: Strategi Nasional Pencatatan Sipil dan Statistik Hayati ( PS2H ) KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Permasalahan Cakupan Akta Kelahiran: Strategi Nasional Pencatatan Sipil dan Statistik Hayati ( PS2H ) Direktur Perencanaan

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN RUANG LINGKUP TUGAS INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH I, II, III, DAN IV PADA INSPEKTORAT PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 16/02/73/Th. I, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes)dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015 BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN PADA ACARA FORUM NASIONAL II: JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA. Makasar, 28 September 2011

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN PADA ACARA FORUM NASIONAL II: JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA. Makasar, 28 September 2011 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN PADA ACARA FORUM NASIONAL II: JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA Makasar, 28 September 2011 Assalammu alaikum warrohmatullahi wabarokatuh Selamat pagi, salam sejahtera untuk

Lebih terperinci

Tantangan dalam Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif di Sulawesi Selatan

Tantangan dalam Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif di Sulawesi Selatan Tantangan dalam Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif di Sulawesi Selatan the SMERU Research Institute Dipaparkan pada Forum Pembangunan Daerah Makassar, 8 Mei 2018 Garis Besar Presentasi Perkembangan

Lebih terperinci

Kesenjangan Sektor Riil dan Keuangan di Sulsel

Kesenjangan Sektor Riil dan Keuangan di Sulsel Pokok Pikiran: Marsuki Kesenjangan Sektor Riil dan Keuangan di Sulsel Disampaikan pada Seminar Nasional (LP2M Unhas, Yayasan Bakti dan SMERU Reseach Institute) Gedung IPTEKS UNHAS, 9 Mei 2018 Pertumbuhan

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN ` BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 1 indikator kesejahteraan DAERAH provinsi sulawesi selatan sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat

Lebih terperinci

BERHASILKAH GARAM BERYODIUM SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENURUNAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI INDONESIA?

BERHASILKAH GARAM BERYODIUM SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENURUNAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI INDONESIA? BERHASILKAH GARAM BERYODIUM SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENURUNAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI INDONESIA? Atmarita (Pengamat Garam beryodium) I. PENDAHULUAN Garam beryodium sudah ada sebelum

Lebih terperinci

RENCANA AKSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KB PROVINSI SULAWESI SELATAN PERIODE TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA AKSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KB PROVINSI SULAWESI SELATAN PERIODE TAHUN ANGGARAN 2015 No TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET PROGRAM INDIKATOR PROGRAM ANGGARAN (Rp) KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN ANGGARAN TARGET 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 Meningkatnya kualitas Persentase

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG LAYANAN BERJENJANG KEPEMILIKAN AKTA KELAHIRAN, AKTA KEMATIAN DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN LAINNYA

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG LAYANAN BERJENJANG KEPEMILIKAN AKTA KELAHIRAN, AKTA KEMATIAN DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN LAINNYA PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG LAYANAN BERJENJANG KEPEMILIKAN AKTA KELAHIRAN, AKTA KEMATIAN DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN LAINNYA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI SELATAN HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 BAN SM ACEH HASIL ANALISIS DATA AKREDITASI TAHUN 2016 1 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI

Lebih terperinci

Dr. dr. H. Racmat Latief, SpPD, KPTI, M.Kes, FINASIM Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Dr. dr. H. Racmat Latief, SpPD, KPTI, M.Kes, FINASIM Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan Di Sulawesi Selatan Menuju Satu Data Dr. dr. H. Racmat Latief, SpPD, KPTI, M.Kes, FINASIM Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Pada Pertemuan Pemutakhiran

Lebih terperinci

FORUM PEMBANGUNAN DAERAH MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI SELATAN YANG LEBIH INKLUSIF

FORUM PEMBANGUNAN DAERAH MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI SELATAN YANG LEBIH INKLUSIF FORUM PEMBANGUNAN DAERAH MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI SELATAN YANG LEBIH INKLUSIF oleh: A. M. YAMIN, SE., MS. Kepala DPM-PTSP Prov. Sulawesi Selatan Makassar, 8 Mei 2018 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.232, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Warga Negara. Administrasi. Kependudukan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ciri-ciri kependudukan di Indonesia selain jumlah penduduk yang besar, adalah bahwa kepadatan penduduk di perkotaan tinggi, penyebaran penduduk desa kota dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun BAB I PENDAHULUAN LKPJ Tahun 2011 ini merupakan LKPJ tahun keempat dari pelaksanaan RPJMD Sulawesi Selatan tahun 2008-2013. Berangkat dari keinginan Pemerintah agar Sulawesi Selatan sebagai Provinsi sepuluh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kemiskinan masih menjadi masalah yang butuh perhatian semua pihak. Kemiskinan yang diartikan sebagai ketidakberdayaan untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1413.7371 Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar 2014 Katalog BPS : 1413.7371 Naskah/Editor : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Gambaran Kulit : Seksi Neraca Wilayah & Analisis

Lebih terperinci

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI 1 SALINAN BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR : 3 TAHUN 2016 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL KANTOR WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL Dr. Bambang Widianto Deputi Bidang

Lebih terperinci

KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN. Armiati dan Yusmasari

KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN. Armiati dan Yusmasari KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN Armiati dan Yusmasari ABSTRAK Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jln. Perintis Kemerdekaan Km.17,5

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1964 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGAH DAN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

rangkaa standar minimal menyeluruh untuk berdasarkan Nomor Kepulauan

rangkaa standar minimal menyeluruh untuk berdasarkan Nomor Kepulauan BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG DISPENSASI PELAYANAN PENCATATAN KELAHIRAN DALAM MASA TRANSISI BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan : 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan pembahasan terhadap Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan : 1. Pada periode pengamatan

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015 STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015 Disampaikan Oleh DR. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, MSi, MH (GUBERNUR SULAWESI SELATAN) Biro Bina Perekonomian Setda

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Klasifikasi Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Menggunakan Logika Fuzzy

Klasifikasi Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Menggunakan Logika Fuzzy SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Klasifikasi Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Menggunakan Logika Fuzzy Rifaldy Fajar,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1964 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGAH DAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGGARA

Lebih terperinci

DAFTAR PENERIMA SURAT KELOMPOK V

DAFTAR PENERIMA SURAT KELOMPOK V DAFTAR PENERIMA SURAT KELOMPOK V Lampiran I Surat No. B.41/S.KT.03/2018 Tanggal: 19 Februari 2018 Kementerian/Lembaga 1. Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2. Sekretaris Jenderal

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM) Nomor : 6131/UN36/LL/2017 17 Nopember 2017 Lampiran : empat Perihal : Panggilan PLPG Tahun 2017 Kepada Yth : 1. Kepala LPMP Provinsi PSG Rayon UNM 2. Kepala Dinas Provinsi PSG Rayon UNM 3. Kepala Dinas

Lebih terperinci

DATA DUKUNG RKAKL DIPA 04 ( TOR DAN RAB ) Pengadilan Agama Lubuk Sikaping Tahun Anggaran 2017

DATA DUKUNG RKAKL DIPA 04 ( TOR DAN RAB ) Pengadilan Agama Lubuk Sikaping Tahun Anggaran 2017 DATA DUKUNG RKAKL DIPA 04 ( TOR DAN RAB ) Pengadilan Agama Lubuk Sikaping Tahun Anggaran 2017 JL. AHMAD YANI NO.40 LUBUK SIKAPING KAB. PASAMAN, PROPINSI SUMATERA BARAT TELP./FAX (0753) 20082 / 20172 MAHKAMAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 06 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 06 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 06 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAKALAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 4 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM) Nomor : 6357/UN36/TU/2017 29 Nopember 2017 Lampiran : empat Perihal : Panggilan PLPG Tahun 2017 Kepada Yth : 1. Kepala Kantor Wilayah Agama Provinsi Rayon UNM 2. Kepala Kantor Agama Kabupaten/Kota Rayon

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN I. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK, Pasal

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN I. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK, Pasal

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Metodologi Quick Count

Metodologi Quick Count PRESS RELEASE: QUICK COUNT dan EXIT POLL PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN 22 JANUARI 213 Jl. Lembang Terusan D57, Menteng, Jakarta Pusat Telp. (21) 3919582, Fax (21) 3919528 Website: www.lsi.or.id,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM) Nomor : 165/UN36.26/LL/2017 24 Agustus 2017 Lampiran : empat lampiran Perihal : PLPG Tahun 2017 Kepada Yth : 1. Kepala LPMP Provinsi PSG Rayon UNM 2. Kepala Dinas Provinsi PSG Rayon UNM 3. Kepala Dinas

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011 LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) SULAWESI SELATAN Laporan Hasil Analisis

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL No.10,2014 Bagian Hukum Setda Kab.Bantul; Dinas Kependudukan & Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERKEBUNAN Jalan Perkebunan No. 7 Makassar Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / KODE WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA DESA + PENDUDUK (km

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120 TAHUN 2017 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

LAPORAN HARIAN INFOPERKARA SELASA 13 JANUARI 2015 JAM 10 WITA

LAPORAN HARIAN INFOPERKARA SELASA 13 JANUARI 2015 JAM 10 WITA LAPORAN HARIAN INFOPERKARA SELASA 13 JANUARI 215 JAM 1 WITA MONITOR UPLOAD DATA SAKTER Tinggi Agama Makassar 1. Agama Bantaeng 2. Agama Barru 3. Agama Bulukumba 4. Agama Enrekang 5. Agama Jeneponto -->

Lebih terperinci

LAMPIRAN 25. KERJASAMA PENELITIAN DENGAN INTANSI PEMERINTAH/PEMDA (PROVINSI, KABUPATEN, KOTA), TAHUN ANGGARAN Lanjutan

LAMPIRAN 25. KERJASAMA PENELITIAN DENGAN INTANSI PEMERINTAH/PEMDA (PROVINSI, KABUPATEN, KOTA), TAHUN ANGGARAN Lanjutan 1 Dinas Peternakan Propinsi Sumatera 2 Pemprov Timur Perakitan Kambing Boerka dengan Teknologi IB Kerja sama Penelitian dan Pembentukan Varietas Lokal Mayas dan Adan Genjah, Kegiatan Uji Adaptasi dan Usulan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012 PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan Tahun 2013 sebanyak 980.604 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Sulawesi Selatan Tahun 2013 sebanyak 118 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan Ringkasan Eksekutif Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan Keuangan Daerah di Gerbang Indonesia Timur 1. Perkembangan Umum dan Arah

Lebih terperinci

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK adalah terkenal sebagai penghasil utama jagung di

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1. Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2. Pasal 5. Huruf a. Cukup jelas. Huruf b...

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1. Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2. Pasal 5. Huruf a. Cukup jelas. Huruf b... PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN I. UMUM Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM) Nomor : 6023/UN36/KM/2017 10 Nopember 2017 Lampiran : enam lembar Perihal : Panggilan PLPG Tahun 2017 Kepada Yth : 1. Kepala LPMP Provinsi PSG Rayon UNM 2. Kepala Dinas Provinsi PSG Rayon UNM 3. Kepala

Lebih terperinci

UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013

UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013 UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013 Administrasi Kependudukan Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis Rencana Strategis Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sulawesi Selatan Rencana Strategis LPMP Sulawesi Selatan LPMP Sulawesi Selatan Mewujudkan Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah sesuai

Lebih terperinci

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Sulawesi Selatan No. 31/05/Th., 24 Mei 2017 BERTA RESM STATSTK BADAN PUSAT STATSTK PROVNS SULAWES SELATAN Hasil Pendaftaran (Listing)

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM) Nomor : 4045/UN36/DK/2017 15 September 2017 Lampiran : empat Perihal : Panggilan PLPG Tahun 2017 Kepada Yth : 1. Kepala LPMP Provinsi PSG Rayon UNM 2. Kepala Dinas Provinsi PSG Rayon UNM 3. Kepala Dinas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2009 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI BIAYA PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.. BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK Pasal 2 Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh : a. Dokumen Kependudukan; b. pelayanan yang

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2013

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2013 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI

Lebih terperinci