BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
|
|
- Hartanti Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Myanmar merupakan sebuah Negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara, yang merupakan salah satu anggota dari organisasi regional yaitu Association of Southeast Asian Nation (ASEAN), bentuk pemerintahan Myanmar yaitu junta militer yang di mana, pemerintahan saat itu di kuasai oleh militer, yang menganggap bahwa pemerintahan yang di jalani oleh mayoritas masyarakat sipil, tidak bisa berjalan dengan baik, sehingga melakukan suatu intervensi militer dan pengambil alihan kekuasaan oleh militer. Kekuasaan militer ini sudah berjalan sejak kemerdekaan 1948 dari jajahan inggris. Junta militer ini sudah berjalan cukup lama. Memasuki era pemerintahan Than Shwe, merupakan era yang sama dengan rezim junta militer. Than Shwe merupakan kaki tangan lain warisan dari pemerintahan junta militer. Selama pemerintahan Than Shwe, junta militer bermetamoforsa sebagai rezim pemerintahan militer yang tidak hanya brutal namun juga rasial yang menimbulkan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Salah satunya yaitu mengenai perekrutan tentara anak. Padahal pada tahun 2007 pemerrintah Myanmar sudah melakukan kerjasama dengan Internasional of Labour (ILO) untuk membentuk committee for prevention of military recruitment of under aged children serta menginisiasi Joint Action plan children and armed conflict, namun tidak berjalan dengan mulus. 1 Perekrutan tentara anak ini dilakukan oleh beberapa kelompok bersenjata yang ingin menghancurkan tatmadaw (militer Myanmar), bahkan kelompok bersenjata yang sudah beraliansi dengan tatmadaw. Kelompok bersenjata tersebut merekrut dan menggunakan tentara anak, namun angka perekrutan itu masih rendah, bila dibandingkan perekrutan dan penggunaan tentara anak oleh Tatmadaw (militer Myanmar). 2 1 Sold to be Soldiers, Human right watch,october di akses 30 juni 2015 Hal Child soldier global report 2008 Myanmar, Refworld, 20 May 2008, di akses 30 juni
2 Kelompok bersenjata itu diantara lain adalah Karen National Union-Karen National Liberation Army Peace Council (KNU-KNLA PC), United Wa State Army (UWSA), the Democratic Karen Buddhist Army (DKBA), the Kachin Independence Army (KIA), dan the Karenni Nationalities People's Liberation Front (KNPLF). 3 Mereka di perkirakan sudah menggunakan tentara anak selama 5 tahun. 4 Penegakan HAM mengenai anak ini terlihat tidak berjalan dan tidak diperhatikan oleh rezim militer yang berkuasa. Padahal sebelumnya, Myanmar sudah memiliki aturan hukum mengenai anak tersebut, seperti Konvensi Hak Anak pada tahun 1991, juga membuat undang-undang Hukum Anak pada tahun 1993, aturan dan Ketentuan pada 2001 dan Hukum Anti Perdagangan Orang tahun Seharusnya Keempat legitimasi hukum ini menjadi bingkai hukum yang kuat dalam melindungi anak-anak. 5 Pada tahun 2007 sempat di inisiasikan penandatanganan Join Action Plan mengenai tentara anak namun gagal. Pada era junta militer sudah banyak desakan internasional dilakukan kepada pemerintah Myanmar terhadap pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar. Seperti sanksi yang di berikan oleh amerika, mengenai embargo ekonomi dan sanksi dari EU mengenai embargo persenjataan.ini dilakukan karena Pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar yang sudah menyita perhatian dunia internasional, dari Negara negara hingga Non-Governmental Organization (NGO) dan Inter-Governmental Organization (IGO). Karena meningkatnya laporan terhadap penggunaan anak di bawah umur untuk di pekerjakan, baik menjadi tentara atau pun pekerjaan lain. Terbukti menurut Laporan International Labour Organization (ILO) tahun 2007 ada sekitar 1260 laporan mengenai perekrutan di bawah umur oleh Tatmadaw (militer Myanmar). 6 Kemudian pada tahun 2010, terjadi pergantian kepemimpinan, yaitu kepemimpinan era Thein Sein. President Baru Myanmar mulai melakukan kerja di 3 Ibid 4 Myanmar and un sign landmark plan of action to release children from armed forces, Unicef, 27 Juni 2012, di akses 24 agustus UNICEF Myanmar: Country Programme Brief hlm The hard life of Burma child soldier, Irrawaddy, 9 April 2015, di akses 22 oktober
3 dalam pemerintahannya pada tahun Jendral Thein Sein di sini merupakan mantan komandan militer sebagai presiden yang terpilih pada pemilihan umum yang berlangsung diakhir tahun 2010, mulai menunjukan komitmenya di Myanmar, salah satu yang dilakukan yaitu menandatangani Joint Action Plan dengan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tahun Hal ini sangat menarik untuk dikaji, untuk melihat hal dan faktor apa yang mempengaruhi pemerintah Myanmar untuk memutuskan mau menandatangani Joint Action Plan pada tahun Terlebih lagi pada era junta militer tahun 2007 sempat dilakukan sebuah pertemuan untuk penandatanganan Joint Action Plan mengenai tentara anak namun gagal, tetapi pada era pemerintahan baru di Myanmar Jendral Thein Sein yang masih di latar belakangi militer, penandatanganan Joint Action Plan berhasil dilakukan pada tahun Namun document Joint Action Plan yang di tandatangani oleh UN dan Myanmar tersebut tidak di jadikan sebuah dokumen publik, karena memang kesepakatan dari pihak pihak yang terlibat dalam penandatanagan JAP di Myanmar tersebut. 8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang di jelaskan terdapat rumusan masalah, yaitu Mengapa Pemerintah Myanmar era Thein Sein ingin menandatangani Joint Action Plan mengenai tentara anak 2012?. Karena pada sebelumnya di inisiasikan Joint Action Plan mengenai tentara anak di Myanmar pada tahun 2007 namun terjadi kegagalan. C. Landasan Konseptual Decision making Dalam pandangan Richard C. Snyder, merupakan proses pembuatan keputusan dimaksudkan untuk mengetahui apakah keputusan itu dapat mempengaruhi hasil atau tidak. Suatu hal yang penting juga adalah untuk mengetahui apakah perbedaan proses pembuatan keputusan juga akan 7 Myanmar and un sign landmark plan of action to release children from armed forces, Unicef, 27 Juni 2012, di akses 24 agustus Chafin Haley Elizabeth, Stolen Innocence : The United Nations Battle Against The Forced Recruitment An Use of Child Soldiers In Myanmar,University Of Central Florida hal di akses 14 januri
4 menghasilkan keputusan yang juga berbeda dan apakah keterlibatan individu atau kelompok juga dapat mempengaruhi suatu hasil keputusan. Pada awalnya, proses pengambilan keputusan luar negeri juga sering diidentikan dengan mekanisme yang terjadi dalam sistem politik yang berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, termasuk juga mempengaruhi lingkungan dalam rangka mencapai tujuan. Oleh karena itu, proses politik luar negeri juga dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem seperti yang dilakukan oleh David Easton. Kemudian dikembangkan oleh Jhon Lovell dengan memperkenalkan model proses ideal. Model ini dimaksudkan untuk melakukan tindakan yang ideal agar keputusan yang diambil mendekati aktual. Dengan demikian akan diperoleh gambaran proses yang dilakukan oleh sebuah sistem dalam mengambil keputusan yang aktual dan faktor penyebab keputusan itu diambil. 9 Model ini terasa amat luas dan kompleks. Menyadari keterbatasan tersebut, Richard C Snyder mengajukan suatu prosedur perumusan politik luar negeri yang sifatnya lebih sederhana. Richard C.Snyder mengemukakan bahwa berbagai setting internal dan eksternal mempengaruhi prilaku politik luar negeri suatu negara. Peranan kepemimpinan, persepsi dan sistem kepercayaan adat para pembuat keputusan, arus informasi diantara mereka, dan dampak dari berbagai kebijakan luar negeri terhadap pilihan-pilihan mereka, merupakan faktor-faktor penting untuk menjelaskan pilihan-pilihan kebijakan luar negeri yang diambil oleh suatu negara. Penelitian Snyder juga mempertimbangkan karakterisitik situasional ketika pengambilan keputusan sedang berlangsung, misalnya apakah proses pengambilan keputusan itu dibuat dalam situasi tertekan, krisis atau beresiko. 10 Dalam prosedur yang dikemukakan oleh Snyder, faktor apapun yang menjadi determinan dalam politik luar negeri akan diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pembuat keputusan (decision makers). Kelebihan dari model ini yaitu dimensi manusia dianggap lebih efektif dari politik luar negeri itu 9 Mohtar Masoed & Collin Mac Andrew, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,1990. hal Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, 2005, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal 64 4
5 sendiri. Maka dari itu, faktor-faktor yang paling penting yang dapat menjelaskan pilihan-pilihan politik luar negeri adalah : Motivasi dari para pembuat keputusan (nilai-nilai dan norma yang dianut), merupakan suatu dorongan untuk menggunakan kesempatan yang dimiliki dan menekankan mengapa suatu keputusan tersebut diambil. 2. Arus informasi diantara mereka (jaringan informasi), untuk mengetahui sumber-sumber yang dapat menjadi masukan bagi perumusan politik dan kebijakan luar negeri. 3. Pengaruh dari berbagai politik luar negeri terhadap pilihan mereka sendiri, menekankan tentang persepsi mengenai lingkungan internasional yang mempengaruhi pembuatan kebijakan tersebut. 4. Keadaan atau situasi untuk mengambil keputusan (occasion fordecision) yang ada pada waktu keputusan itu dibuat, apakah sedang dalam krisis atau tidak dalam krisis suatu keputusan tersebut diambil. Dengan demikian akan banyak variabel-variabel yang dapat mempengaruhi suatu aktor. Kerangka variabel yang dimaksud adalah lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang melekat pada aktor, termasuk juga struktur sosial dan perilaku. Variabel-variabel tersebut dibagi menjadi beberapa poin, yang membuat teori tersebut menjadi lebih kompleks. (dilihat diagram) Ibid, hal Richard C. Snyder, H.W. Bruck, and Burton Sapin (eds), Foreign Policy Decision-Making : An Approach to the Study of International Politics, The Free Press, New York, 1962, hal.200 5
6 A Faktor Internal Pembuatan Keputusan 1 Lingkungan non manusia 2 Masyarakat 3 Lingkungan manusia, penduduk dan kebudayaan F Faktor eksternal dari pembuatan keputusan 1 Lingkungan non manusia 2 Kebudayaan lain 3 Masyarakat lain 4 Tindakan pemerintah lainnya D B Perilaku dan Struktur Sosial 1 Orientas nilai-nilai utama 2 Pola pengembangan utama Proses Pembuatan keputusan oleh pembuat keputusan 3 Ciri-ciri utama organisasi social 4 Difrensiasi dan spesialisasi peranan 5 Jenis-jenis fungsi E Pelaksana kelompok dan proses social yang relevan 6 Proses social yang relevan a) Pembentukan opini b) Sosialisasi masyarakat c) Politik Gambar 1.1 decision making Lingkungan internal actor terdiri atas lingkungan non manusia, masyarakat dan lingkungan manusia yang berupa budaya atau penduduk. Lingkungan eksternal aktor terdiri dari lingkungan non manusia, budaya budaya luar, masyarakat luar dan tindakan pemerintah lainnya. Struktur dan perilaku terdiri atas orientasi nilai-nilai utama, pola pengembangan utama, ciri-ciri utama organisasi sosial, diferensiasi dan spesialisasi peranan, jenis-jenis fungsi 6
7 kelompok dan proses sosial yang relevan. 13 Internal dan eksternal setting memiliki kedudukan yang sama dalam mempengaruhi pembuatan keputusan. Dalam diagram ini terlihat external dan Internal setting sangat berpengaruh dalam pembuatan keputusan. Teori yang dikemukakan oleh Richard Snyder digunakan untuk menjelaskan penandatanganan Joint Action Plan mengenai tentara anak oleh pemerintah Myanmar. Keputusan untuk menandatangani Joint Action Plan tersebut menitik beratkan pada latar Internal dan External. Pergantian ke pemerintah ke era Thein Sein yang sudah menjadi jauh lebih baik merupakan salah satu faktor internal yang ada dalam hal ini, kemudian adanya keinginan pemerintah baru di Myanmar untuk memperbaiki citranya mengenai HAM di dunia internasional. Selain itu external setting dalam kasus ini, dimana adanya sebuah tekanan dari dunia internasional, dan ingin menghilangkan hal tesebut, salah satunya embargo dari AS dan Uni Eropa (UE) serta adanya event internasional yang mendorong Myanmar untuk memperbaiki HAM. Decision Making menurut Graham T allison, dalam kajian politik luar negeri sebagai suatu sistem, rangsangan dari lingkungan eksternal dan domestik menjadi input yang mempengaruhi politik luar negeri suatu negara dan dikonversi oleh para pembuat keputusan menjadi output yang dapat berupa berbagai macam kerjasama diantaranya kerjasama bilateral, trilateral, multirateral dan regional demi memenuhi kepentingan nasional dalam dunia internasional. Sebagai komponen dalam pembuatan kebijakan luar negeri, Graham T.Allison menyebutkan bahwa : National security and national interest are the principal categories in which strategic goals are conceived. National seeks security and range of other objectives 14 Namun, kebijakan luar negeri yang di hasilkan tetap merupakan suatu kebijakana yang pastinya bisa memenuhi kepentingan nasional secara maksimal berdasarkan pertimbangan konsekuensi konsekuensi yang di timbulkan. Graham 13 Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. 1989, lp3es, jakarta, hal Graham T. Allison, Conceptual Models and The Cuban Missle Crisis.The American Political Science Review, Vol 63, no 3, hal
8 T allison mengatakan governments select the action that will maximize strategic goals and objectives 15. Governmental Politic model 16 Dalam model ini politik luar negeri dipandang bukan sebagai hasil dari proses intelektual yang menghubungkan tujuan dan sarana secara rasional. Politik luar negeri adalah hasil dari proses interaksi, penyesuaian diri dan perpolitikan di antara berbagai aktor dan organisasi. Ini melibatkan berbagai tawar menawar (bargaining games) di antara pemain pemain dalam birokrasi dan arena politik nasional. Dengan kata 13 lain, pembuatan keputusan politik luar negeri adalah proses social, bukan proses intelektual. Jika proses pembuatan keputusan menurut Model I adalah proses intelektual, dan menurut Model II adalah proses mekanis, maka menurut Model III proses pembuatan keputusan adalah proses politik. Politik luar negeri muncul dari proses politik normal berupa tawar menawar, kompromi, penyesuaian diri, dan sebagainya. Inilah inti proses sosial pembuatan keputusan. Sebagai analogi bisa dikatakan bahwa dalam Model I yang berperan adalah manusia ekonomi yang rasional, sedang dalam Model III yang berperan adalah suatu proses sosial, yaitu mekanisme pasar. Jadi dalam Model III digambarkan suatu proses dimana masing masing pemain berusaha bertindak secara rasional. Setiap pemain, seperti presiden, para menteri, penasehat, jendral, anggota parlemen dan lain lainnya, berusaha menetapkan tujuan, menilai berbagai alternatif sarana dan menetapkan pilihan melalui suatu proses intelektual. Dan tidak ada pemain yang bisa memperoleh semua yang diingini dalam proses bargaining ini. Masing masing memiliki pamrih yang berbeda terhadap isu yang diperdebatkan. Masing masing melihat isu secara berbeda, mempertaruhkkan sesuatu yang berbeda dalam permainan itu, dan karenanya mengambil sikap yang berbeda tentang isu tersebut. Karena Model III ini menekankan bargaining games sebagai penentu politik luar negeri, dalam mempelajari proses pembuatan keputusan politik luar negeri kita harus memperoleh informasi tentang persepsi, motivasi, posisi, kekuasaan, dan maneuver dari pemain pemain yang terlibat di dalamnya. Jadi kita harus tau : (a) 15 ibid 16 Mus rusli Hermansyah. Perpecahan Pemerintah Serbia dalam Menghadapi Kemerdekaan Kosovo. Thesis Universitas muhamadiyah yogyakarta.2009.hal di akses 14 januari
9 Siapa yang ikut bermain? atau Kepentingan atau perilaku siapa yang punya pengaruh penting pada keputusan dan tindakan pemerintah? ; (b) Apa yang menentukan persepsi dan kepentingan yang mendasari sikapnya itu? (c) Bagaimana sikap para pemain pemain itu diagregasikan sehingga menghasilkan keputusan dan tindakan pemerintah? Dengan demikian, unit analisa dalam Model III adalah tindakakn pejabat pejabat pemerintah dalam rangka menerapkan wewenang pemerintah yang bisa dirasakan oleh mereka yang ada di luarnya. Maka dari itu di sini akan menggunakan Model Governmental Politics model dari Graham T allison untuk membahas mengapa presiden Thein Sein mau menandatangani Joint Action Plan tahun 2012, bila menggunakan model Governmental dari Graham T Allison, akan terlihat ada orang orang yang mempengaruhi mengapa Joint Action Plan mau di tandatangani.adanya Transformasi kepemimpinan ini mempengaruhi, karena pada sebelumnya pada era Than Shwe Joint Action plan pada 2007 tidak bisa terlaksanakan.adanya perbedaan pandangan dari pemimpin setelah terjadinya Tranformasi ini, Thein memiliki pandangan untuk demokrasi dan ekonomi liberal yang di terapkan. Serta orang orang dalam yang mempengaruhi. D. Argumen Utama Argumen utama dalam penelitian ini, adanya faktor yang mempengaruhi pemerintah Myanmar untuk menandatangani Joint Action Plant mengenai tentara anak. Yaitu, faktor Internal atau lebih kedalam kondisi domestik Myanmar dan faktor eksternal atau pengaruh dunia internasional yang mempengaruhi pemerintah Myanmar untuk menandatanganinya. Selain itu keinginan pemerintah baru di Myanmar untuk menjadikan negaranya bebas dari pelanggaran HAM yang salah satunya berawal dengan perbaikan isu mengenai tentara anak. Kemudian di era modern ini, isu HAM sudah sangat diperhatikan oleh dunia internasional, ini membuat Myanmar mau memperbaiki kondisi HAM di negaranya, karena sudah buruknya citra myanmar di dunia Internasional mengenai pelanggaran HAM. Keinginan untuk memperbaiki HAM di negaranya di buktikan dengan terbentuknya Komnas HAM pada tahun 2011, kemudian penandatanganan 9
10 instrumen instrumen mengenai HAM (tentara anak) salah satunya yaitu penandatanganan Joint Action Plan pada tahun E. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan sumber utama berupa pustaka literatur. Data yang akan digunakan untuk menganalisis dan menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah literatur buku, jurnal, laporan resmi pemerintah dan organisasi, serta artikel-artikel dari internet. Di sini data yang akan dikumpulkan mengenai hal dan faktor yang mempengaruhi penandatanganan Joint Action Plan di Myanmar. F. Lingkup Waktu Lingkup waktu dalam penelitian Kebijakan pemerintah Myanmar Menandatangani Join Action Plan mengenai Tentara anak,yaitu pada tahun Karena lingkup tersebut dipilih atas dasar adanya penggantian kepemimpinan di myanmar, dari kepemimpinan era Than Shew menjadi kepemimpinan era Thein Sein. Ditahun tersebut bisa melihat perubahan Kebijakan dari kedua pemimpin tersebut, untuk mengetahui mengapa pemerintah myanmar yang baru mau menandatangani Joint Action Plan tersebut. G. Sistematika Penulisan Penelitian yang berjudul mengenai Kebijakan Pemerintah Myanmar Menandatangani Joint Action Plan mengenai Tentara Anak di myanmar ini di bagi BAB I yaitu Pendahuluan, akan disajikan pendahuluan penelitian yang mengulas latar belakang dan gambaran awal permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini. BAB II Yaitu membahas mengenai hukum hukum mengenai Child soldier berdasarkan hukum internasional atau pun instrumen, kemudian mengapa Child Soldier menjadi isu penting, kemudian sekilas mengenai Tentara anak di Myanmar, dan terakhir mengenai Joint Action Plan di myanmar. 10
11 BAB III akan menganalisis mengenai pemerintah myanmar mau menyetujui joint action plan mengenai Child Soldier, yang di mana ada dinamika politik dalam negeri di Myanmar yang mempengaruhi, yaitu disebabkan adanya Transisi demokrasi di Myanmar yang dimana adanya proses pemilihan president Thein Sein, Kebijakan Myanmar sebelum pergantian pemerintahan, permasalahan yang terjadi akibat kebijakan era junta militer, mengenai Komnas Ham Myanmar yang sudah di bentuk Oleh pemerintah Myanmar yang baru di buat tahun 2011.serta Tranformasi kepemimpinan, yang dimana membahas adanya perbadaan persepsi di kepemimpinan sebelumnya terhadap permasalahan permaslahan yang terjadi di Myanmar. BAB IV akan membahas mengenai faktor eksternal yang mempengaruhi pemerintah Myanmar untuk menandatangani joint action plan, yaitu adanya Respon internasional terhadap pemerintah myanmar mengenai permasalahan HAM dan demokrasi di myanmar, tekanan tersebut berupa sanksi dari AS (hal ekonomi) dan Uni eropa (Hal persenjataan), adanya himbauan UNICEF terhadap pemerintah Myanmar mengenai Tentara anak. Kemudian adanya dorongan bagi Myanmar untuk memperbaiki HAM didalam negrinya yang dimana adanya event pergantian kepemimpinan di ASEAN 2014 dan SEA games 2013, juga dibahas dalam bab ini.kemudian adanya Tekanan internasional sebagai tekanan bagi pemerintah Myanmar, membahas mengenai bahwa ekonomi menjadi salah satu hal untuk memperbaiki kondisi dalam negeri yang sesuai dengan gaya kepemimpinan Thein Sein. BAB V Kesimpulan dari BAB I sampai BAB IV. 11
BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Transisi Indonesia menjadi negara demokratis pada 1998 merupakan sebuah perubahan besar. Krisis ekonomi yang melatar belakangi terjadinya transisi pemerintahan
Lebih terperinciPERAN UNITED NATION INTERNATIONAL CHILDREN S FUND (UNICEF) DALAM MENGATASI PENGGUNAAN TENTARA ANAK DI MYANMAR TAHUN
PERAN UNITED NATION INTERNATIONAL CHILDREN S FUND (UNICEF) DALAM MENGATASI PENGGUNAAN TENTARA ANAK DI MYANMAR TAHUN 2010-2013 SKRIPSI Oleh: MAHARDHIKA DERANA PERKASA 151100134 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN
Lebih terperinciEfektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang
PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia
BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sebagai anggota keluarga warga negara yang sangat rentan terhadap pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah SWT yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asian Nations - ASEAN), merupakan sebuah organisasi regional di. ilmu pengetahuan dan administratif. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations - ASEAN), merupakan sebuah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. United Nations Children s Emergency Fund (UNICEF) merupakan. keputusan dalam memformulasi ide hak-hak anak menjadi suatu tugas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Children s Emergency Fund (UNICEF) merupakan organisasi internasional yang bertugas mendorong kesadaran para pembuat keputusan dalam memformulasi ide
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Negara Myanmar telah diperintah oleh junta militer sejak tahun 1962 melalui sebuah kudeta yang menggeser sistem demokrasi parlemen yang telah diterapkan sejak awal kemerdekaannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara saat ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengatur perekonomian untuk mencapai kesejahteraan sosial (Social Walfare) bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Singapura adalah topik menarik yang tidak ada habisnya untuk dikaji. Terlebih
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Memilih judul merupakan tahapan awal dalam membuat sebuah karya tulis karena dari yang pertama inilah yang akan menentukan hasil dari yang terakhir. Dan negara
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...
Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak
BAB V Kesimpulan Identitas sebuah negara memegang peranan besar dalam proses hubungan antar negara. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak memiliki kepentingan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan salah satu dari negara yang tergabung dalam rezim Uni Soviet pada masanya. Setelah runtuhnya Uni Soviet Rusia menjadi negara eks- Soviet terbesar
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar baik
Lebih terperinciKEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA
KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skripsi ini akan membahas mengenai apa saja bentuk kerjasama militer antara Australia dan Amerika Serikat sebagai upaya counter-terrorism. Skripsi ini lebih lanjut akan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan
Lebih terperinciSTATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
1 STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA I Gede Adhi Supradnyana I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luas wilayah negara, namun akan berbeda halnya jika membahas mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membahas mengenai prinsip politik luar negeri, sejarah ideologi dan kepentingan nasional menjadi elemen-elemen penting yang harus dipertimbangkan. Setiap
Lebih terperincimelakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high
BAB V KESIMPULAN Dari keseluruhan uraian skripsi maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh dari hasil pembahasan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Hubungan luar negeri antara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. kawasan Eropa dan bagian bumi barat lainnya, Yunani disebut sebagai Greece.
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Yunani adalah negara yang memiliki peradaban tertua dikawasan benua Eropa. Nama resmi negara Yunani adalah Republik Hellenik atau Ellinki Dimokratia bila diucapkan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan
Lebih terperinciKEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL
KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL Oleh I Komang Oka Dananjaya Progam Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci: Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study Penulis buku : Dr. iur. Damos Dumoli Agusman : PT. Remaja Rosda Karya
REVIEW BUKU Judul : Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study Penulis buku : Dr. iur. Damos Dumoli Agusman Penerbit : PT. Remaja Rosda Karya Bahasa : Inggris Jumlah halaman : 554 Halaman Tahun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal
BAB V KESIMPULAN Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Malaysia merupakan salah satu pendiri organisasi di kawasan Asia Tenggara,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.
BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN Oleh Tim Peneliti Fakultas Hukum Unpad Ketua Tim : Atip Latifulhayat, S.H., LL.M., Ph.D. Wakil Ketua Tim:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.
Lebih terperinciANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T.
ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T. ALLISON Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP, M.Si Dosen Jurusan Hubungan Internasional
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH
PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH Oleh I Wayan Gede Harry Japmika 0916051015 I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum
Lebih terperinciDUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)
Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL
Lebih terperinciBISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis
BISNIS INTERNASIONAL By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNATIONAL Kegiatan bisnis yang dilakukan antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Kegiatan : Perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dingin yang diiringi menyebarnya demokratisasi juga berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara di dunia.
Lebih terperinciBurma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan
sistem satu partai atau partai tunggal dalam bidang pemerintahan. Oleh karena itu, semua partai politik termasuk AFPFL dihilangkan. Ne Win menganggap bahwa banyaknya partai politik akan mengacaukan pemerintahan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat
BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2015 TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL Sejarah Lahirnya Nation State / Negara Bangsa Transformasi
Lebih terperinciPERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL
PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah salah satu organisasi internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Instruksional Umum 0 Membahas tentang ilmu kebijakan dan manajemen yang diterapkan di sektor kesehatan Reference 0 Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok
Lebih terperinciBAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG
BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG Pada bab ini, penulis akan menjelaskan sistem pemerintahan Jepang dan transformasi kebijakan kemanan
Lebih terperinciD I S U S U N O L E H : I D A Y U S T I N A
KEBIJAK AN DAN MANA JEMEN PEL AYANAN KESEHATAN D I S U S U N O L E H : I D A Y U S T I N A TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Membahas tentang ilmu kebijakan dan manajemen yang diterapkan di sektor kesehatan REFERENCE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN ASEAN CONVENTION AGAINST TRAFFICKING IN PERSONS, ESPECIALLY WOMEN AND CHILDREN (KONVENSI ASEAN MENENTANG PERDAGANGAN ORANG, TERUTAMA
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Children), merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dunia ini adalah hubungan internasional, yaitu dengan mempelajari manusia dan
34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Salah satu pembahasan dalam memaparkan berbagai hubungan yang terjadi di dunia ini adalah hubungan internasional, yaitu dengan mempelajari manusia
Lebih terperinci2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan
BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i
DAFTAR ISI ABSTRAKSI... i ABSTRACT....ii DAFTAR ISI...iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR SINGKATAN... v BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tinjauan Pustaka...
Lebih terperinciHUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni
HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era kontemporer, pendekatan yang diambil Jepang dalam melakukan politik luar negeri dengan Myanmar kerap disebut sebagai critical engagement policy. Pendekatan
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Anak-anak merupakan anugerah dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi perkembangnya dengan sempurna,
Lebih terperinciOleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015
Oleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015 MDGs (dan dokumen luasnya Millennium Development Goals) diadopsi oleh UN GA September 2000 oleh 189 negara
Lebih terperinciJournal of International Relations, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2016, hal Online di
Journal of International Relations, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2016, hal. 200-209 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jihi KELEMAHAN RESPON ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMISSION ON HUMAN RIGHTS
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, 2005, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA BUKU Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, 2005, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Ikrimah, Peran ASEAN Mendorong Pemerintahan Militer Dalam
Lebih terperinciSumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan
Lebih terperinciASEAN Tanpa RDTL: Kegagalan Diplomasi Indonesia. Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011 ini tinggal menghitung hari sebelum posisi itu
ASEAN Tanpa RDTL: Kegagalan Diplomasi Indonesia Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011 ini tinggal menghitung hari sebelum posisi itu diserahkan pada Kamboja 1 Januari 2012. Dapat dipastikan bahwa upaya
Lebih terperinciEksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan
Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. p C. Sarah. Soh, The Korean Comfort Women : Movement for Redress, Asian Survey, vol. 36, no. 12, 1996,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa penjajahan Jepang hingga akhir Perang Dunia II Pemerintah Jepang membentuk sebuah sistem bernama comfort station dimana para tentara Jepang bisa mencari hiburan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, dituliskan mengenai gambaran secara umum dari isi
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, dituliskan mengenai gambaran secara umum dari isi skripsi yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Amerika Serikat Dibawah Pemerintahan Presiden Barrack Hussain Obama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepanjang tahun 2013, media-media internasional gencar memberitakan dinamika yang terjadi berkaitan dengan situasi politik dan keamanan di Semenanjung Korea.
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar
RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.
Lebih terperinciEmbrio Sosiologi Militer di Indonesia
Pengantar Redaksi Embrio Sosiologi Militer di Indonesia GENEALOGI SOSIOLOGI MILITER Kalau diteliti lebih dalam, setiap sosiolog besar pasti pernah berbicara tentang institusi militer, tak terkecuali Marx,
Lebih terperinciPERAN ASEAN DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ETNIS ROHINGNYA. Triono * Abstrak
PERAN ASEAN DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ETNIS ROHINGNYA Triono * Abstrak Konflik dan kekerasan berbau SARA yang terjadi di Myanmar hingga kini belum terselesaikan dengan baik. Banyaknya faktor yang menjadi
Lebih terperinciSistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III
Sistem Politik Gabriel Almond Pertemuan III Teori Fungsionalisme Lahir sebagai kritik terhadap teori evolusi, yang dikembangkan oleh Robert Merton dantalcott Parsons. Teori fungsional memandang masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinciSerikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.
BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Aung San Suu Kyi Dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2010. Kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami
Lebih terperinci