BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul
|
|
- Siska Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Transisi Indonesia menjadi negara demokratis pada 1998 merupakan sebuah perubahan besar. Krisis ekonomi yang melatar belakangi terjadinya transisi pemerintahan di Indonesia membawa dampak yang luas pada urusan dalam negeri dan luar negeri. Indonesia yang awalnya dianggap sebagai negara otoriter karena pemerintah berasal dari militer, berubah menjadi negara yang demokratis. Rakyat Indonesia memiliki kebebasan untuk berpendapat, tidak ada lagi tahanan politik, perbaikan dalam penegakan hak asasi manusia, serta perbaikan di dalam sistem politik. Elit politik Indonesia tidak lagi didominasi oleh militer, militer dikembalikan kepada fungsi awalnya sebagai penjaga kedaulatan Republik Indonesia. Transisi Indonesia menjadi negara yang demokratis semakin diperkuat dengan Pemilihan Umum secara langsung pada tahun Pada pemilu ini dihasilkan jajaran pemerintah yang benar-benar merupakan pilihan masyarakat. Keberhasilan Indonesia di dalam proses transisi juga diakui oleh dunia internasional. Hal tersebut dibuktikan dengan kepercayaan negara-negara lain terhadap Indonesia untuk menjadi anggota beberapa organisasi internasional. Salah satunya, Indonesia dipercaya menjadi anggota tidak tetap dewan keamanan PBB serta berada di dalam badan HAM PBB. Keberhasilan transisi dan posisi strategis Indonesia di dalam badanbadan PBB membuat tekanan terhadap peran Indonesia dalam isu-isu penting juga bertambah. Pada saat yang sama kembali terjadi tragedi di negara tetangga Indonesia yaitu Myanmar. Permasalahan yang terjadi di Myanmar menjadi perhatian dunia internasional, tidak terkecuali Indonesia. Dengan pencapaian-pencapaian 1
2 yang berhasil diraih oleh Indonesia, maka penulis tertarik untuk melihat langkah-langkah yang dilakukan oleh Indonesia untuk membantu penyelesaian permasalahan Myanmar. Terlebih lagi permasalahan Myanmar tidak jauh berbeda dengan permasalahan Indonesia saat Indonesia masih berada pada rezim kekuasaan orde baru. B. Latar Belakang Masalah Myanmar telah lama bergelut dengan permasalahan militer, kudeta dan demonstrasi berdarah. Negara yang dipimpin oleh junta militer ini menjadi sorotan internasional karena kondisi domestik yang tidak stabil. Kondisi domestik yang tidak stabil di dalam negara tersebut merupakan buah dari ketiadaan demokrasi. Ketiadaan demokrasi di negara yang letaknya berada di dalam satu kawasan dengan Indonesia ini berdampak pada pelanggaraan hak asasi manusia bagi masyarakat sipil. Ketiadaan demokrasi di Myanmar diawali pada tahun 1962 saat terjadi kudeta untuk pertama kali yang dipimpin oleh Jenderal Ne Win terhadap pemerintahan Perdana Menteri U Nu. 1 Kudeta inilah yang mengawali pemerintahan militer berkuasa di Myanmar hingga saat ini. Rezim Ne Win sendiri berkuasa selama 26 tahun, sebelum akhirnya mengundurkan diri melalui protes besar-besaran yang dilakukan oleh masyarakat sipil pada tahun Kudeta oleh Ne Win terhadap pemerintahan U Nu dilakukan akibat pemerintahan sipil tidak dapat menyelesaikan permasalahanpermasalahan di dalam negeri tepat pada tenggat waktu yang diberikan oleh pihak militer selama dua tahun sejak tahun Jenderal Ne Win mengundurkan diri dari jabatan sebagai pemimpin junta militer Myanmar menyusul aksi demonstrasi besar-besaran pada 8 Agustus Aksi protes besar-besaran ini merupakan bentuk perlawanan terhadap pemerintahan militer dan menuntut sistem demokrasi diberlakukan 1 Prospek Demokrasi di Myanmar. Jurnal Universitas Paramadina < %20Vol-2%20No-2,% /224-adian.pdf > Diakses pada 01/04/2010 2
3 di Myanmar. 2 Pengunduran diri Jenderal Ne Win tidak lantas membuat Myanmar menjadi negara demokratis, militer kembali berkuasa lewat Jenderal Maung-Maung. Kepemimpinan Maung-Maung yang dianggap lebih terbuka dan sedikit demokratis dianggap akan mengancam keberadaan militer, maka pada tahun itu juga Maung-Maung dikudeta oleh militer Saw Maung. Di dalam pemerintahan Saw Maung ini pada tahun 1990 diadakan pemilihan umum, tokoh demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi melalui partainya National League for Democracy (NLD) berpartisipasi. Partisipasi NLD dalam pemilu tahun 1990 ini membawa kemenangan, namun kemenangan ini dibatalkan oleh pihak militer. Pemerintahan militer oleh Saw Maung tetap berlanjut pasca pemilihan umum tahun 1990, dan berkuasa hingga tahun Tahun 1992 tampuk kekuasaan militer Myanmar diberikan kepada Jenderal Tan Shwe yang memerintah Myanmar hingga tahun Pembatalan hasil pemilihan umum tahun 1990 dirasakan rakyat Myanmar hingga saat ini. Selain hasil pemilu yang dibatalkan, tokoh penggerak demokrasi Aung San Suu Kyi juga menjadi tahanan politik selama bertahun-tahun. Gelombang protes terhadap sikap pemerintah militer Myanmar yang otoriter serta penangkapan tokoh penggerak demokrasi tidak pernah surut dilakukan oleh masyarakat sipil. Semakin sering warga Myanmar melakukan protes, maka pemerintah akan mengambil tindakan represif. Tindakan represif yang dilakukan oleh pemerintah militer Myanmar, tidak jarang membawa korban jiwa yang tidak sedikit. Pada tahun 2007 terjadi gelombang protes besar-besaran di Myanmar setelah bertahun-tahun tidak terjadi unjuk rasa yang melibatkan banyak orang. Gelombang unjuk rasa ini dipicu karena kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar, yang sangat memberatkan masyarakat Myanmar. Kenaikan harga bahan bakar akan sangat berdampak pada kenaikan biaya transportasi dan bahan-bahan makanan utama. Pemerintah 2 Sejarah Militer di Myanmar. PortalHI. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta < Diakses pada 01/04/2010 3
4 militer Myanmar melihat aksi protes yang begitu besar, menggunakan tindakan represi dalam memadamkan aksi ini. Para aktivis yang melakukan protes banyak ditahan oleh pemerintah. Bagi pemerintahan otoriter, gelombang protes apalagi yang melibatkan begitu banyak orang, sangat mengancam kelangsungan pemerintahan. Politik kediktatoran yang biasa diperagakan oleh pemerintah militer ditujukan untuk menjaga stabilitas politik dan menutup ruang bagi munculnya gejolak politik yang dihasilkan oleh kegagalan ekonomi di dalam negara. 3 Unjuk rasa besar-besaran pada tahun 2007 yang pada awalnya menuntut agar pemerintah tidak menaikkan harga bahan bakar juga diikuti oleh para biksu di Myanmar. Jumlah biksu sangat besar di Myanmar, mengingat di negara ini mayoritas penduduknya beragama Buddha. 4 Tindakan represi yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi unjuk rasa tersebut juga melukai beberapa orang biksu. Kejadian tersebut memaksa biksu-biksu di Myanmar melakukan aksi protes dengan tidak melakukan pelayanan keagamaan di dalam fasilitas-fasilitas militer dan keluarga militer. Para biksu menuntut pemerintah melakukan permintaan maaf atas tindakan yang dianggap tidak lagi memandang biksu sebagai profesi yang ditakzimkan di negara tersebut. Gelombang protes yang awalnya merupakan reaksi terhadap kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar akhirnya meluas dengan menuntut penghapusan kediktatoran dan pelaksanaan demokrasi di negara tersebut. Peran serta biksu dalam aksi protes ini membuat pemerintah berlaku semakin keras. Gelombang protes besar-besaran ini juga mendapatkan dukungan luas dari rakyat Myanmar yang sangat menginginkan kebebasan di dalam kehidupan sehari-hari. Krisis Myanmar 3 Rudi Hartono. Adakah Peluang Kemenangan Demokrasi di Myanmar?.2007 < Diakses pada 01/04/ Sekitar 89,4% dari 55 juta warga Myanmar menganut agama budha. Hubungan Bilateral Indonesia-Myanmar. Kementerian Luar Negeri Indonesia < Diakses pada 23/04/2010 4
5 tahun 2007 mendapatkan sorotan dunia internasional karena banyak korban berjatuhan pada peristiwa demonstrasi yang terjadi bulan September Permasalahan yang terjadi di Myanmar bukan lagi hanya menjadi isu bagi negara pimpinan Jenderal Than Shwe saja, tetapi juga mengundang reaksi dari berbagai negara di dalam komunitas internasional. Hal tersebut dikarenakan yang terjadi di Myanmar bukan hanya permasalahan politik tetapi juga meluas hingga permasalahan kemanusiaan yang mendorong reaksi beragam dari berbagai pihak. Bagi Indonesia isu mengenai Myanmar merupakan hal yang sangat mendesak untuk diselesaikan. Permasalahan di negara ini telah lama dan berlarut-larut. Konflik yang terjadi di dalam negara Myanmar bukan hanya mengenai ketiadaan demokrasi dan pelanggaraan hak asasi manusia, tetapi juga merupakan gabungan permasalahan kompleks antara permasalahan sosial dan perpecahan etnis. 5 Myanmar merupakan negara yang memiliki kedekatan sejarah dengan Indonesia. Kedua negara merupakan bekas jajahan negara-negara kolonial besar pada masanya. Myanmar dan Indonesia merdeka pada sekitar tahun 1940-an serta merasakan kepemimpinan jenderal yang otoriter dalam jangka waktu yang lama. Hal lain terkait Indonesia dan Myanmar, kedua negara berada di dalam kawasan yang sama sehingga tindakan yang dilakukan oleh sebuah negara baik yang dilakukan untuk kepentingan domestik maupun bagi kepentingan internasional, akan berpengaruh pada stabilitas kawasan tempat dimana negara-negara tersebut berada. Indonesia lebih beruntung dari Myanmar, karena saat ini Indonesia bisa merasakan kehidupan bernegara pada iklim demokratis dan penuh kebebasan. Indonesia berupaya membantu Myanmar agar permasalahan yang dihadapi segera berakhir. Upaya yang Indonesia lakukan adalah memberikan dukungan atas prakarsa yang dibuat pemerintah Myanmar 5 Jalan Panjang Menuju Demokratisasi di Myanmar. Harian Seputar Indonesia < Diakses pada 01/04/2010 5
6 lagi. 7 Rezim otoriter militer yang berkuasa sangat lama menyebabkan untuk menjadi demokratis dengan grand design 7 road map to democracy. Upaya lain yang dilakukan oleh Indonesia adalah berinisiatif membentuk sebuah focused group bersama-sama dengan negara-negara Asia lainnya. 6 Indonesia juga memberikan dukungan terhadap Myanmar agar proses demokratisasi yang berjalan di negara tersebut tetap menjunjung tinggi keutuhan Myanmar sebagai sebuah negara tanpa ada perpecahan dan pergolakan yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa lebih banyak Indonesia memahami posisi yang dihadapi oleh Myanmar lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain. Pasca transisi demokrasi yang terjadi lebih dari satu dekade yang lalu, membuat Indonesia kini menjadi salah satu negara demokratis terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India, serta satu-satunya negara yang menerapkan demokrasi secara penuh di Asia Tenggara. 8 Transisi demokrasi yang terjadi pada akhir 1990-an, menjadikan Indonesia saat ini sebagai salah satu aktor negara demokratis yang penting dalam memberikan pandangan-pandangan terhadap sebuah permasalahan. Permasalahan Myanmar merupakan permasalahan yang berlarut-larut. Padahal sejarah kepemimpinan militer di Myanmar yang mengakibatkan ketiadaan pemerintah yang demokratis serta pelanggaraan hak asasi manusia telah berlangsung lebih awal daripada periode kepemimpinan militer di Indonesia. Keberadaan Indonesia yang telah berhasil melepaskan diri dari kungkungan rezim militer seharusnya dapat menginspirasi Myanmar untuk membenahi keadaan di negaranya. Bagi Indonesia, permasalahan Myanmar yang berlarut-larut serta selalu menjadi sorotan internasional dapat 6 Isu Myanmar. Isu-isu khusus Kementerian Luar Negeri RI < Diakses pada 01/02/ Ibid 8 Freedom House < Diakses pada 20/05/2010 6
7 mengancam stabilitas kawasan. Kemampuan Myanmar untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi akan berdampak positif pada perkembangan negara itu sendiri serta dapat meningkatkan volume kerjasama dengan berbagai negara termasuk di dalamnya Indonesia. Stabilitas kawasan kemudian akan menjadi semakin kokoh, dan menghilangkan salah satu hambatan di dalam proses integrasi negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara. C. Rumusan masalah Dari permasalahan yang diutarakan di muka, masalah yang hendak dibahas dalam penulisan ini adalah apa yang menjadi latar belakang kebijakan luar negeri Indonesia terhadap permasalahan demokratisasi di Myanmar? D. Landasan Teori Untuk menjelaskan permasalahan di atas, penulis menggunakan konsep kebijakan luar negeri yang dikemukakan oleh Holsti. Definisi kebijakan luar negeri menurut Holsti (1992), adalah: Gagasan atau tindakan yang dirancang oleh pembuat keputusan suatu negara untuk menyelesaikan permasalahan maupun mempromosikan sejumlah perubahan, pada perilaku sebuah atau beberapa aktor negara lain maupun non negara; ataupun juga mengubah atau mempertahankan sebuah objek, kondisi atau praktek di lingkungan eksternal (Holsti, 1992: 82, 269) 9 Kebijakan juga mengandung komponen tindakan, yakni hal yang dilakukan pemerintah kepada pihak lain untuk menghasilkan orientasi, memenuhi peran atau mencapai dan mempertahankan tujuan tertentu. Tindakan pada dasarnya merupakan satu bentuk komunikasi yang 9 Kalevi J Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, 6 th ed, New Jersey: Prentice Hall International,
8 dimaksudkan untuk mengubah atau mendukung perilaku pemerintah negara lain yang sangat berperan untuk menentukan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pemerintah yang bersangkutan. Tindakan dapat juga dianggap sebagai isyarat yang dikirimkan oleh seorang aktor untuk mempengaruhi pandangan si penerima mengenai si pengirim. 10 Selain konsep kebijakan luar negeri yang dikemukakan oleh Holsti, penulis juga menggunakan Teori Pengambilan Keputusan Luar Negeri menurut Richard Snyder untuk menjelaskan apa yang melatar belakangi kebijakan tersebut dibuat. Proses pengambilan keputusan luar negeri merupakan alat yang dapat menjelaskan tindakan yang diambil oleh masingmasing negara dalam hubungan internasional. Dalam pandangan Snyder, proses pembuatan keputusan dimaksudkan untuk mengetahui apakah keputusan itu dapat mempengaruhi hasil atau tidak. Suatu hal yang penting juga adalah untuk mengetahui apakah perbedaan proses pembuatan keputusan juga akan menghasilkan keputusan yang juga berbeda dan apakah keterlibatan individu atau kelompok juga dapat mempengaruhi suatu hasil keputusan. Pada awalnya, proses pengambilan keputusan luar negeri juga sering diidentikan dengan mekanisme yang terjadi dalam sistem politik yang berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, termasuk juga mempengaruhi lingkungan dalam rangka mencapai tujuan. Oleh karena itu, proses politik luar negeri juga dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem seperti yang dilakukan oleh David Easton. Kemudian dikembangkan oleh Jhon Lovell dengan memperkenalkan model proses ideal. Model ini dimaksudkan untuk melakukan tindakan yang ideal agar keputusan yang diambil mendekati aktual. Dengan demikian akan diperoleh gambaran proses yang dilakukan oleh sebuah sistem dalam mengambil keputusan yang aktual dan faktor penyebab keputusan itu diambil Kalevi J Holsti, Politik Internasional, Edisi keempat jilid I, Jakarta: Erlangga hal Mochtar Masoed & Collin Mac Andrew, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,1990. hal
9 Model ini terasa amat luas dan kompleks. Menyadari keterbatasan tersebut, Richard Snyder mengajukan suatu prosedur perumusan politik luar negeri yang sifatnya lebih sederhana. Snyder mengemukakan bahwa berbagai setting internal dan eksternal mempengaruhi prilaku politik luar negeri suatu negara. Peranan kepemimpinan, persepsi dan sistem kepercayaan adat para pembuat keputusan, arus informasi diantara mereka, dan dampak dari berbagai kebijakan luar negeri terhadap pilihan-pilihan mereka, merupakan faktor-faktor penting untuk menjelaskan pilihan-pilihan kebijakan luar negeri yang diambil oleh suatu negara. Penelitian Snyder juga mempertimbangkan karakterisitik situasional ketika pengambilan keputusan sedang berlangsung, misalnya apakah proses pengambilan keputusan itu dibuat dalam situasi tertekan, krisis atau beresiko. 12 Dalam prosedur yang dikemukakan oleh Snyder faktor apapun yang menjadi determinan dalam politik luar negeri akan diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pembuat keputusan (decision makers). Kelebihan dari model ini yaitu dimensi manusia dianggap lebih efektif dari politik luar negeri itu sendiri. Maka dari itu, faktor-faktor yang paling penting yang dapat menjelaskan pilihan-pilihan politik luar negeri adalah : Motivasi dari para pembuat keputusan (nilai-nilai dan norma yang dianut), merupakan suatu dorongan untuk menggunakan kesempatan yang dimiliki dan menekankan mengapa suatu keputusan tersebut diambil. 2. Arus informasi diantara mereka (jaringan informasi), untuk mengetahui sumber-sumber yang dapat menjadi masukan bagi perumusan politik dan kebijakan luar negeri. 3. Pengaruh dari berbagai politik luar negeri terhadap pilihan mereka sendiri, menekankan tentang persepsi mengenai lingkungan internasional yang mempengaruhi pembuatan kebijakan tersebut. 12 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, 2005, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal Ibid hal65 9
10 4. Keadaan atau situasi untuk mengambil keputusan (occasion for decision) yang ada pada waktu keputusan itu dibuat, apakah sedang dalam krisis atau tidak dalam krisis suatu keputusan tersebut diambil. Dengan demikian akan banyak variabel-variabel yang dapat mempengaruhi suatu aktor. Kerangka variabel yang dimaksud adalah lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang melekat pada aktor, termasuk juga struktur sosial dan perilaku. Variabel-variabel tersebut dibagi menjadi beberapa poin, yang membuat teori tersebut menjadi lebih kompleks (lihat diagram 1.1) Richard C. Snyder, H.W. Bruck, and Burton Sapin (eds), Foreign Policy Decision-Making : An Approach to the Study of International Politics, The Free Press, New York, 1962, p
11 A Faktor Internal Pembuatan Keputusan 1 Lingkungan non manusia 2 Masyarakat 3 Lingkungan manusia, penduduk dan kebudayaan F Faktor eksternal dari pembuatan keputusan 1 Lingkungan non manusia 2 Kebudayaan lain 3 Masyarakat lain 4 Tindakan pemerintah lainnya B Perilaku dan Struktur Sosial 1 Orientas nilai-nilai utama 2 Pola pengembangan utama 3 Ciri-ciri utama organisasi social 4 Difrensiasi dan spesialisasi peranan 5 Jenis-jenis fungsi kelompok dan proses social yang relevan 6 Proses social yang relevan a) Pembentukan opini b) Sosialisasi masyarakat c) Politik D Proses Pembuatan keputusan oleh pembuat keputusan E Pelaksana (diagram I.1) Lingkungan internal aktor terdiri atas lingkungan non manusia, masyarakat dan lingkungan manusia yang berupa budaya atau penduduk. Lingkungan eksternal aktor terdiri dari lingkungan non manusia, budayabudaya luar, masyarakat luar dan tindakan pemerintah lainnya. Sedangkan struktur dan perilaku terdiri atas orientasi nilai-nilai utama, pola pengembangan utama, ciri-ciri utama organisasi sosial, diferensiasi dan 11
12 spesialisasi peranan, jenis-jenis fungsi kelompok dan proses sosial yang relevan. 15 Internal dan eksternal setting mempunyai kedudukan yang sama dan saling mempengaruhi dalam pembuatan keputusan luar negeri. Setting internal sangat dipengaruhi oleh beberapa variabel dalam negeri seperti lingkungan non-manusia, masyarakat, lingkungan manusia serta penduduk dan kebudayaan. Setting internal dan struktur serta perilaku sosial berjalan beriringan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Setting internal berupa masyarakat, lingkungan merupakan faktor utama dalam pembentukan arah dan orientasi dari struktur dan sikap masyarakat, begitu pula sebaliknya. External setting dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel, antara lain lingkungan non-manusia, budaya-budaya luar, masyarakat luar dan tindakan pemerintah lainnya dalam hal ini tindakan negara lain. Berdasarkan setting internal dan eksternal, para pembuat kebijakan berusaha menyeimbangkan faktor tersebut dalam perumusan kebijakan luar negeri. Teori yang dikemukakan oleh Richard Snyder digunakan oleh penulis untuk menjelaskan hubungan yang terjadi antara Indonesia dan Myanmar dalam penulisan ini. Peristiwa di Myanmar pada tahun 2007, memunculkan tanggapan dari berbagai negara termasuk Indonesia. Latar belakang kebijakan yang Indonesia ambil terhadap permasalahan demokratisasi di Myanmar dijelaskan berdasarkan teori pengambilan keputusan yang menitikberatkan pada latar internal dan eksternal. Tragedi yang terjadi di Myanmar pada September 2007, juga menjadi perhatian luas dunia internasional. Negara-negara lain cepat bertindak ketika tragedi Myanmar berlangsung. Lingkungan internasional juga mendesak Myanmar untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil. Desakan lingkungan internasional mau tidak mau menuntut Indonesia juga harus mengeluarkan sikap terhadap apa yang terjadi di Myanmar. Hal 15 Mochtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. 1989, lp3es, jakarta, hal 94 12
13 tersebut karena Indonesia merupakan negara yang secara geografis berada pada kawasan yang sama dengan Myanmar. E. Hipotesa Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan dan juga penentuan kerangka analisa yang akan digunakan seperti yang tercantum di dalam kerangka pemikiran, maka penulis dapat memberikan jawaban sementara bahwa keputusan Indonesia untuk mendukung proses demokratisasi di Myanmar sesuai dengan yang dijalankan oleh pemerintah militer di latar belakangi oleh internal setting yaitu transisi Indonesia menjadi negara demokrasi yang membawa perubahan pada sistem politik termasuk perubahan dalam politik luar negeri dan prinsip politik luar negeri bebas aktif yang dimiliki oleh Indonesia. Serta eksternal setting yaitu hubungan historis yang dimiliki oleh Indonesia-Myanmar, serta kebijakan ASEAN dan China dalam memandang permasalahan Myanmar. Kedua setting tersebut membentuk kebijakan luar negeri Indonesia terhadap Myanmar. F. Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi analisa isi berdasarkan referensi data sekunder yang berasal dari buku, surat kabar, situs-situs internet, jurnal dan majalah. G. Sistematika penulisan Untuk memudahkan pembahasan, tulisan ini dibagi dalam lima bagian dengan uraian sebagai berikut: 13
14 Bab Pertama yaitu pendahuluan yang berisi alasan pemilihan judul, latar belakang masalah, kerangka pemikiran, hipotesa, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab Kedua akan menjelaskan mengenai kilas balik permasalahan di Myanmar dan kebijakan luar negeri Indonesia terhadap permasalahan demokrasi di negara tersebut. Bab Ketiga akan membahas mengenai setting internal dan eksternal dalam kebijakan luar negeri Indonesia terhadap permasalahan demokratisasi di Myanmar. Bab Keempat merupakan penutup yang memberikan kesimpulan. 14
BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Negara Myanmar telah diperintah oleh junta militer sejak tahun 1962 melalui sebuah kudeta yang menggeser sistem demokrasi parlemen yang telah diterapkan sejak awal kemerdekaannya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Aung San Suu Kyi Dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2010. Kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari konteks Hubungan Internasional yang lebih luas, Myanmar merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari konteks Hubungan Internasional yang lebih luas, Myanmar merupakan negara terbesar di perbatasan Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Adanya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal
BAB V KESIMPULAN Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Malaysia merupakan salah satu pendiri organisasi di kawasan Asia Tenggara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asian Nations - ASEAN), merupakan sebuah organisasi regional di. ilmu pengetahuan dan administratif. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations - ASEAN), merupakan sebuah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Rani Anggia Puspita, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Gejolak politik yang terjadi di Myanmar, amat disoroti dalam pemberitaan dunia internasional. Sistem pemerintahannya yang dipertahankan selama puluhan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Ilmu Hubungan Internasional mempelajari dinamika kasus negara
BAB V KESIMPULAN Ilmu Hubungan Internasional mempelajari dinamika kasus negara berkembang. Salah satu kawasan yang sangat dinamis dalam perkembangan politik dan ekonomi adalah kawasan Asia Tenggara. Asia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Myanmar merupakan sebuah Negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara, yang merupakan salah satu anggota dari organisasi regional yaitu Association of Southeast Asian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator
BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan
Lebih terperinciEfektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang
PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat
Lebih terperinciPOLITIK & SISTEM POLITIK
POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia
Lebih terperinciMEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1
Tinjauan Buku MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS Djoko Walujo 1 Penulis : Muis, A. Judul Buku : Indonesia di Era Dunia Maya Teknologi Informasi dalam Dunia Tanpa Batas Penerbit : Remaja Rosdakarya,
Lebih terperinciDemokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka
Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,
Lebih terperinciKeterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011
Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ
Lebih terperinciPERAN ASEAN DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ETNIS ROHINGNYA. Triono * Abstrak
PERAN ASEAN DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ETNIS ROHINGNYA Triono * Abstrak Konflik dan kekerasan berbau SARA yang terjadi di Myanmar hingga kini belum terselesaikan dengan baik. Banyaknya faktor yang menjadi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai
BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun
Lebih terperinciUPAYA MENUJU DEMOKRASI DI MYANMAR TAHUN 1990
UPAYA MENUJU DEMOKRASI DI MYANMAR TAHUN 1990 Kadek Wema Satyadinata Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana NIM. 0921105010 email: wemasatyadinata@gmail.com
Lebih terperinciBurma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan
sistem satu partai atau partai tunggal dalam bidang pemerintahan. Oleh karena itu, semua partai politik termasuk AFPFL dihilangkan. Ne Win menganggap bahwa banyaknya partai politik akan mengacaukan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian.
Lebih terperinciRefleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua
Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi di Indonesia khususnya daerah Aceh terwujud dari adanya partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat untuk berkompetensi
Lebih terperinciPada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n
BAB IV KESIMPULAN Regionalisme Mercosur merupakan regionalisme yang telah mengalami proses yang panjang dan dinamis. Berbagai peristiwa dan upaya negara anggotanya terhadap organisasi ini telah menjadikannya
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciPerspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana
Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI 1 Cycle of Violence Tragedi kemanusiaan atas etnis Rohingnya berulang
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN Oleh Tim Peneliti Fakultas Hukum Unpad Ketua Tim : Atip Latifulhayat, S.H., LL.M., Ph.D. Wakil Ketua Tim:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu
Lebih terperinciBAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA
BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Standar Kompetensi : 1. Menganalisis budaya politik di Indonesia Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan pengertian budaya politik A. Pendahuluan Salah satu komponen yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciMAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI
FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang
Lebih terperinciSumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Asia merupakan sebuah benua terluas dan mencakup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis Asia merupakan sebuah benua terluas dan mencakup 8,7% wilayah bumi 1. Asia memiliki penduduk terpadat di dunia dan tentunya juga memiliki keberagaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009, namun rakyat Indonesia masih mempercayakan kepemimpinan negeri ini lima tahun kedepan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kongres Rakyat Papua III yang baru-baru ini terjadi mendapat perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat negara kembali terjadi dan
Lebih terperinciBAB VI. Penutup. kesimpulan terkait hak kebebasan berpendapat di Indonesia pasca Orde Baru;
BAB VI Penutup A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, penulis menarik beberapa kesimpulan terkait hak kebebasan berpendapat di Indonesia pasca Orde Baru; 1. Dalam perjalanan-nya,
Lebih terperinciMateri Bahasan. n Konsep Demokrasi. n Cakupan Demokrasi. n Prasyarat Demokrasi.
Demokrasi Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Konsep Demokrasi. Cakupan Demokrasi.
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor
BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik
Lebih terperinciMemahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku
Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciDemokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia
Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Antonio Pradjasto Tanpa hak asasi berbagai lembaga demokrasi kehilangan substansi. Demokrasi menjadi sekedar prosedural. Jika kita melihat dengan sudut
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciPidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016
Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial
BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap
BAB V KESIMPULAN BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap pembahasan yang ada di dalam karya tulis (skripsi) ini. Kesimpulan tersebut merupakan ringkasan dari isi perbab yang kemudian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Pembukaan Pertemuan Forum KPU Se-ASEAN, Jakarta, 3 Oktober 2011 Senin, 03 Oktober 2011
Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pertemuan Forum KPU Se-ASEAN, Jakarta, 3 Oktober 2011 Senin, 03 Oktober 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN PERTEMUAN FORUM KOMISI PEMILIHAN UMUM
Lebih terperinciSISTEM POLITIK INDONESIA. 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.
SISTEM POLITIK INDONESIA A. Pengertian sistem Politik 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi. 2. Pengertian Politik Politik berasal dari bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM
Lebih terperinciJl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:
WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terkenal dengan jumlah penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS, melalui sensus
Lebih terperinciTURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY
l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY i t a i g k a a n D Ziya Onis Terkatung-katungnya Nasib Turki di Eropa Review Paper oleh Ihsan Ali-Fauzi 1 Edisi 048,
Lebih terperinciSejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik
Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia
68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan
BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi di Indonesia merupakan salah satu dari nilai yang terdapat dalam Pancasila sebagai dasar negara yakni dalam sila ke empat bahwa kerakyatan dipimpin oleh hikmat
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tibet yang berusaha melawan Tiongkok. Setelah diasingkan ke Dharamsala, Dalai
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tenzin Gyatso merupakan Dalai Lama ke-14 adalah seorang pemimpin spiritual Tibet sekaligus pemimpin pemerintahan Tibet yang dipilih secara turun temurun. Dalam konflik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan
Lebih terperinciCONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP
CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU
Lebih terperinciinternasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan
BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai
36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan
Lebih terperinciCONSOLIDATION DÉMOCRATIQUE ET D ENRACINEMENT DE LA BONNE GOUVERNANCE
LAPORAN KEGIATAN BKSAP DPR RI MENJADI NARA SUMBER DALAM SEMINAR INTERNASIONAL : PROSES DAN TUJUAN DENGAN TEMA CONSOLIDATION DÉMOCRATIQUE ET D ENRACINEMENT DE LA BONNE GOUVERNANCE TANGGAL 10-11 JUNI 2013,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciBAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara
BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.
BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara
Lebih terperinciKaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah.
Biksu Buddha Saydaw Wirathu, yang dikenal sebagai bin Laden dari Myanmar, telah menyerukan untuk memboikot secara nasional bisnis kaum Muslim di Myanmar Belum kering air mata warga Rohingya yang dianiaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara saat ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengatur perekonomian untuk mencapai kesejahteraan sosial (Social Walfare) bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak ternilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejumlah perubahan di Indonesia, tercatat peran signifikan gerakan mahasiswa di dalamnya. Gerakan mahasiswa (student movement) merupakan salah satu bentuk dari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
121 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari penulisan skripsi yang berjudul " Refungsionalisasi Tentara
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi global merujuk kepada ekonomi yang berdasarkan ekonomi nasional masing-masing negara yang ada di belahan dunia. Saat ini, fenomena krisis global menunjukkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin
Lebih terperinciKEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKOHARJO T E S I S
KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKOHARJO T E S I S Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan. sebagai proses atau upaya penciptaan dari (1) lembaga -lembaga yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca rezim orde baru tumbang disetiap kehidupan bangsa Indonesia hampir seluruhnya membicarakan dan mendiskusikan serta menjunjung tinggi demokrasi terutama pada nilai
Lebih terperinci"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"
H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar ekonomi dunia yang semakin terbuka di era globalisasi sekarang ini menuntut para pelaku usaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam rangka memenangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu negara. Dimana dalam kehidupan internasional, setiap negara melakukan kerjasama,
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperincidikirim untuk JAWA POS PERILAKU POLITISI BY ACCIDENT. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.
-------------------------dikirim untuk JAWA POS ---------------------------- PERILAKU POLITISI BY ACCIDENT Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd ISTILAH reformasi merupakan kata wajib bagi seluruh
Lebih terperinciturut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan
Lebih terperinci