1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan"

Transkripsi

1 BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan dari Afghanistan diproyeksikan akan memperbesar potensi kembalinya rezim Taliban untuk berkuasa di negara tersebut. Ditambah dengan pemerintahan yang belum juga stabil, hengkangnya pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan tentu dapat menyebabkan kekacauan lain di negara tersebut. Namun di sisi lain, jika Amerika Serikat tidak menarik pasukannya dari Afghanistan maka ada harga lain yang perlu dibayar antara lain adalah pembiayaan perang yang kian membengkak serta korban jiwa dari pihak pasukan Amerika Serikat yang terus berjatuhan. Gambaran dilema tersebut menjadikan keputusan untuk menarik pasukan dari Afghanistan ini kemudian menjadi menarik untuk dikaji. Diawali dari pidato Presiden Obama pada Juni 2011, proses penarikan pasukan dilaksanakan pertama kali pada 13 Juli Inisiasi penarikan tersebut kemudian diikuti dengan penarikan pasukan pada September 2012, menyisakan sebanyak pasukan Amerika Serikat di Afghanistan dari sebelumnya sebanyak pada Proses tersebut akan dilaksanakan secara bertahap setiap tahunnya dan direncanakan akan selesai pada Pada Januari 2015, pasukan Amerika Serikat yang ditempatkan di Afghanistan hanya tersisa sebanyak pasukan saja. Jumlah tersebut adalah kurang dari setengah jumlah pasukan pada Februari 2014 yang berjumlah pasukan di Afghanistan. Proses penarikan pasukan yang demikian lama dan terkesan bertele-tele ini juga dapat menggambarkan situasi yang dihadapi Amerika Serikat, dimana dirinya berada dalam posisi yang cukup sulit. Konsekuensi-konsekuensi yang akan dihadapi, baik untuk menarik maupun tidak menarik pasukannya dari Afghanistan, menjadi latar belakang mengapa kebijakan ini kemudian menjadi dilematis. Perekonomian Amerika Serikat yang belum benar-benar bangkit dari krisis ekonomi 2008 tentunya menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi Obama. Dan berkaitan dengan hal tersebut, menghamburkan dana yang demikian besar untuk mengirim pasukan ke luar teritori Amerika Serikat tentu bukanlah pilihan yang tepat dalam skema pengetatan anggaran dan proses pemulihan perekonomian negara tersebut. 1 White House, Statement by The President on Afghanistan, Mei 2014, < diakses 30 Maret 2015.

2 Namun di sisi lain, Amerika Serikat juga menghadapi potensi chaos yang cukup besar pula di Afghanistan jika pasukannya benar-benar ditarik dari negara tersebut. Potensi kembali naiknya rezim Taliban di Afghanistan menjadi satu dari sekian banyak proyeksi konsekuensi yang akan dihadapi tidak hanya oleh rakyat Afghanistan sendiri, namun juga oleh Amerika Serikat ketika menarik pasukannya dari negara tersebut. Segala dinamika yang terjadi, baik secara domestik di Amerika Serikat maupun di Afghanistan, inilah yang kemudian melatarbelakangi penulis untuk mengambil topik pembahasan ini. Di sini penulis berusaha melihat alasan apa yang melatarbelakangi keputusan Amerika Serikat untuk menarik pasukannya dari Afghanistan. Segala dilema yang dihadapi oleh Amerika Serikat berkaitan dengan keputusan menarik maupun tidak menarik pasukannya merupakan bahan pertimbangan yang akan pula diikutsertakan sebagai bahan analisis, sehingga nantinya penulis diharapkan dapat menemukan latar belakang penarikan keputusan penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dilema yang dihadapi oleh Amerika Serikat yang direpresentasikan melalui konsekuensi yang akan dihadapi pada setiap pilihan, baik untuk menarik ataupun tetap menempatkan pasukan di Afghanistan, maka penelitian ini dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian berikut : Mengapa pada akhirnya pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan? 1.3 Landasan Konseptual Dalam menjawab rumusan masalah di atas, penulis akan menggunakan dua landasan konseptual, yaitu : War on Terror pada Masa Pemerintahan Obama War on Terror adalah istilah resmi yang dipergunakan oleh pemerintah Amerika Serikat dalam menyebut operasi-operasi yang dilaksanakan dalam rangka memerangi terorisme. Istilah tersebut pertama kali digunakan oleh Presiden Bush dalam pidatonya pada 20

3 September 2001 di depan Kongres Amerika Serikat. 2 Istilah War on Terror sendiri meliputi lingkup operasi dan strategi yang luas, dan dilaksanakan di berbagai belahan dunia. War on Terror juga sering pula disebut sebagai Global War on Terror atau Long War. Pada masa pemerintahan Bush, konsep yang menjadi fokus dari implementasi War on Terror adalah konfrontatif, di mana Amerika Serikat melaksanakan tindakan-tindakan yang sifatnya preventive sebelum musuh menyerang melalui strategi-strategi yang sifatnya invasif ke beberapa negara. Invasi Amerika Serikat ke Iraq pada 2001 dan ke Afghanistan pada 2002 merupakan contoh operasi di bawah naungan konsep War on Terror pada masa pemerintahan Bush. Penggunaan Penjara Guantanmo di Kuba sebagai pusat detensi pelaku dan terduga terorisme juga merupakan contoh dari implementasi konsep War on Terror pada masa pemerintahan Bush yang berfokus pada tindakan-tindakan konfrontatif. Pada masa pemerintahan Obama, fokus yang diangkat dalam pelaksanaan konsep War on Terror cukup berbeda. Konsep konfrontatif yang sebelumnya mendasari strategi dan operasi yang dilaksanakan di bawah konsep War on Terror pada masa pemerintahan Bush mulai dikurangi dan digantikan oleh konsep konstruktif yang menjadi fokus dari pelaksanaan War on Terror pada masa pemerintahan Obama. Hal ini salah satunya terlihat dari pengurangan penggunaan istilah War on Terror dalam dokumen-dokumen kenegaraan mulai pada masa pemerintahan Obama. Istilah tersebut kemudian secara resmi tidak lagi dipakai oleh pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Obama mulai tahun 2009 dan diganti dengan Overseas Contingency Operations yang dipakai secara resmi untuk menggantikannya. 3 Dalam masa kampanye tahun 2008 pun Obama secara jelas menyatakan bahwa keputusan Bush dengan kebijakan War on Terror merupakan kesalahan besar dan Obama akan mendefinisikan ulang konsep tersebut. Dalam pidatonya dalam masa kampanye tersebut Obama juga berjanji bahwa War on Terror yang akan dilaksanakannya nanti akan 2 Cnn.com, Transcript of President Bush s Adress (daring), 21 September 2001, < >, diakses pada 20 Juni Washingtonpost.com, 'Global War On Terror' Is Given New Name (daring), Maret 2009, < >, diakses pada 16 Juni 2015.

4 lebih dapat diterima, lebih bermoral dan tentunya lebih efektif. 4 Pada saat inagurasinya dalam masa pemerintahan yang kedua Obama menyatakan dengan percaya diri bahwa decade of war is now ending (Obama, 2013). 5 Hal ini menunjukkan komitmen Obama dalam memperbarui konsep War on Terror yang selama ini dipandang cukup menakutkan oleh dunia internasional. Perubahan paradigma yang diangkat dalam pelaksanaan konsep War on Terror juga terlihat dari strategi-strategi yang dilaksanakan oleh pemerintah Amerika Serikat kemudian, salah satunya adalah memulai inisiasi penutupan penjara Guantanamo. Meskipun proses penutupan masih berlanjut hingga kini dan dalam prosesnya diliputi banyak pro dan kontra di masyarakat, upaya Obama untuk menutup penjara Guantanamo memperlihatkan komitmen pemerintah Amerika Serikat dalam memberikan wajah baru yang lebih ramah kepada pelaksanaan War on Terror pada masa pemerintahannya. Masa pemerintahan kedua Obama juga terlihat lebih memiliki alur yang jelas dalam melaksanakan War on Terror ala Obama. Fokus dari War on Terror pada masa pemerintahan Obama pun mengalami pergeseran dari perang secara fisik menjadi strategistrategi luar negeri yang dianggap lebih efektif dan beresiko rendah. Setidaknya terdapat dua strategi utama dari War on Terror pada masa pemerintahan Obama yang kedua, yaitu penarikan pasukan dari Iraq dan Afghanistan serta pembangunan hubungan bilateral yang lebih baik dengan Afghanistan dan Pakistan. 6 Rencana ini diwujudkan dengan cukup baik oleh Obama dengan proses penarikan pasukan yang telah selesai di Iraq dan terus berjalan di Afghanistan, serta perbaikan hubungan diplomasi dengan Afghanistan dan Pakistan. Berkaitan dengan fenomena yang akan diteliti, penulis akan menggunakan skema War on Terror ala Obama ini sebagai kacamata dalam melihat keputusan Amerika Serikat untuk menarik pasukannya dari Afghanistan. Perubahan paradigma dalam melaksanakan War on Terror pada masa pemerintahan Obama akan dipergunakan sebagai sudut pandang penulis 4 Nytimes.com, Obama s Remarks on Iraq and Afghanistan (daring), Juli 2008, < >, diakses 21 Maret White House, Inaugural Adress by President Obama (daring), Januari 2013, < >, diakses 21 Maret M. Bentley, J. Holland, Obama s Foreign Policy: Ending the War on Terror, Routledge Studies in US Foreign Policy, New York, 2014.

5 dalam melihat keputusan penarikan pasukan dari Afghanistan sebagai suatu produk politik luar negeri Amerika Serikat. Tipologi Strategi Politik Luar Negeri oleh John Lovell Tipologi strategi politik luar negeri yang dibuat oleh John Lovell secara garis besar bertumpu pada argumen bahwa kebijakan luar negeri dari suatu negara merupakan hasil kalkukasi dari para pembuat keputusan mengenai strategi lawan dan perkiraan mereka akan kemampuan mereka sendiri. Menurut pembagian tipologi tersebut, suatu negara akan memilih untuk melakukan strategi politik luar negeri tertentu berdasarkan pertimbangan yang berimbang antara perkiraan kemampuan diri mereka dan perkiraan strategi lawan. Teori ini kemudian membagi strategi politik luar negeri suatu negara ke dalam empat tipologi yang masing-masing merupakan titik temu antara situasi tertentu perkiraan strategi lawan dan perkiraan kemampuan diri dari para pembuat kebijakan tersebut. Sumber : John Lovell, Foreign Policy in Perspective, 1970 (dalam Mochtar Mas oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, LPP3ES, 1990, hal. 190) Secara garis besar, tipologi ini sebenarnya berusaha menjelaskan bahwa produk strategi politik luar negeri suatu negara merupakan hasil kalkulasi berdasarkan asas cost and benefit analysis. Bagaimana suatu negara melihat kemampuan dirinya sendiri tentu akan berpengaruh terhadap pilihan strategi politik luar negeri yang akan diambil. Pengaruh tersebut juga didapatkan dari perspektif negara tersebut dalam melihat kemampuan maupun strategi lawan, yang nantinya akan berimplikasi pula pada pilihan produk politik luar negeri yang akan dihasilkan. Di sini dapat dilihat bahwa perhitungan yang dilakukan sebenarnya sangat berfokus pada perhitungan untung-rugi, di mana suatu negara tentu akan mengambil keputusan yang

6 paling sesuai dengan situasi yang terjadi dan tentu, paling rendah resikonya. Sebagai contoh, ketika suatu negara melihat dirinya sendiri lebih lemah daripada lawan dan lawan dianggap memiliki potensi-potensi strategi yang mengancam maka strategi politik luar negeri yang akan dipilih adalah Tipologi Akomodasi karena strategi tersebut memiliki potensi kerugian yang rendah. Dalam situasi demikian, jika negara tersebut memaksakan untuk melaksanakan strategi politik luar negeri yang sifatnya konfrontatif maka potensi kerugian yang akan diderita pun akan semakin tinggi karena posisinya yang lebih lemah daripada lawan. Hal ini memperlihatkan penggunaan cost and benefit analysis yang turut menjadi dasar pengambilan keputusan suatu negara. Berkaitan dengan fenomena yang akan diteliti, penulis akan menggunakan tipologi ini sebagai perspektif tambahan untuk menjelaskan mengapa pada akhirnya keputusan untuk menarik pasukan lah yang diambil oleh pemerintah Amerika Serikat. Penggolongan keputusan Amerika Serikat untuk menarik pasukannya dari Afghanistan ke dalam tipe strategi politik luar negeri tertentu menurut tipologi ini diharapkan dapat memberikan gambaran situasi dan dilema yang dihadapi oleh Amerika Serikat dalam proses decisionmaking. Penulis juga mengambil landasan konseptual ini sebagai konsep pendukung karena keterkaitannya dengan perubahan paradigma implementasi War on Terror yang terjadi pada masa pemerintahan Obama. Dalam hal ini, teori ini dianggap penulis dapat menjelaskan perubahan paradigma yang terjadi melalui pendekatan terhadap strategi politik luar negeri yang dilaksanakan oleh Amerika Serikat. Gambaran pola strategi politik luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat pada masa pemerintahan Obama dapat menjadi bukti perubahan paradigma yang dilakukan oleh Obama berkaitan dengan pelaksanaan Global War on Terror. Selain itu, tipologi yang ada juga dapat menjelaskan latar belakang persepsi yang dimiliki oleh Amerika Serikat dalam proses decision-making hingga pada akhirnya menghasilkan keputusan untuk menarik pasukan dari Afghanistan. Latar belakang persepsi inilah yang nantinya dapat menjelaskan mengapa pada akhirnya keputusan untuk menarik pasukan dari Afghanistan lah yang diambil; yang juga akan merepresentasikan alasan perubahan paradigma yang terjadi pada masa pemerintahan Obama.

7 1.4 Argumen Utama Pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan selain karena perhitungan untung-rugi yang dilakukan, juga karena konsep War on Terror yang diadopsi pada masa pemerintahan Obama lebih berfokus pada konsep rebuilding dan restructuring, daripada konsep konfrontatif seperti pada pemerintahan sebelumnya. Perubahan konsep ini dilakukan karena perkembangan situasi yang terjadi, baik di Amerika Serikat maupun di Afghanistan, menyebabkan konsep konfrontatif tidak lagi relevan untuk digunakan sebagai dasar implementasi War on Terror. Di Amerika Serikat, krisis finansial serta kebijakan pengetatan anggaran menjadi contoh perkembangan situasi yang menyebabkan konsep rebuilding dan restructuring menjadi pilihan yang rasional karena memiliki tingkat resiko yang lebih rendah. Sedangkan di Afghanistan, berkembangnya tata pengelolaan pemerintahan yang lebih baik melalui sistem demokrasi serta melemahnya ancaman Taliban menjadi pertimbangan yang membuat konsep rebuilding dan restructuring dilihat sebagai konsep yang lebih cocok untuk diterapkan dalam implementasi War on Terror di Afghanistan. 1.5 Metodologi Penulisan skripsi yang membahas penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan ini akan mempergunakan metode kualitatif. Metode ini dipergunakan untuk mengetahui dilema seperti apa saja yang dihadapi oleh Amerika Serikat ketika mempertimbangkan penarikan pasukannya dari Afghanistan. Metode ini dipergunakan dengan mengumpulkan data jenis kualitatif dan data jenis kuantitatif berupa data sekunder (data yang sudah diolah) yang diperoleh melalui studi literatur dari buku, jurnal, artikel internet serta media massa, baik online maupun cetak. Data kualitatif yang akan dipergunakan antara lain berupa pidato kenegaraan serta undang-undang dan kebijakan pemerintah Amerika Serikat dan Afghanistan. Sedangkan data kuantitatif yang akan dipergunakan antara lain adalah data mengenai jumlah pasukan Amerika Serikat di Afghanistan, data pengeluaran perang Amerika Serikat untuk misi di Afghanistan, serta data jumlah korban jiwa selama perang di Afghanistan. Data-data tersebut akan dipergunakan untuk menyimpulkan alasan mengapa pada akhirnya Amerika Serikat menarik pasukannya dari Afghanistan.

8 Berkaitan dengan hal tersebut, konteks yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; Dilema adalah situasi sulit yg mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yg sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan; situasi yg sulit dan membingungkan Penarikan pasukan adalah proses pemulangan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan yang telah dimulai sejak 2011 dan direncanakan akan dilaksanakan hingga Pasukan adalah seluruh anggota korps angkatan darat, laut dan udara Amerika Serikat yang turut serta dalam Operation Enduring Freedom di Afghanistan. Amerika Serikat adalah negara serikat republik konstitusi federal yang terdiri dari lima puluh negara bagian dan sebuah distrik federal. Afghanistan adalah negara yang secara resmi bernama Republik Islam Afghanistan dan terletak di sebuah wilayah landlock di antara Asia Selatan dan Asia Tengah. Roadmap yang akan dijalankan penulis dalam melaksanakan penelitian ini adalah dengan mempergunakan data dan fakta yang ada dari fenomena yang terjadi untuk kemudian dipergunakan dalam proses pengkajian. Data dan fakta yang meliputi setting dari pengambilan keputusan untuk menarik pasukan dari Afghanistan akan dipergunakan untuk mengkajikebijakan penarikan pasukan itu sendiri, sehingga nantinya akan terjawab alasan di balik keputusan tersebut. Sesuai dengan rencana organisasi penulisan yang diajukan, pada bab awal penulis akan menjelaskan konsekuensi apa saja yang akan dihadapi oleh kedua pihak ketika keputusan penarikan pasukan kemudian diambil. Konsekuensi dari keputusan menarik maupun tidak menarik pasukan dari Afghanistan akan dipaparkan dengan mengambil sudut pandang dari kedua belah pihak,amerika Serikat dan Afghanistan, untuk memberikan gambaran yang seimbang mengenai proyeksi situasi apa saja yang akan terjadi pada kedua belah pihak ketika salah satu keputusan diambil. Data dan fakta yang diperlukan dalam penelitian antara lain adalah data mengenai situasi domestik di kedua tempat,amerika Serikat dan Afghanistan, baik dari kacamata politik, ekonomi maupun sosial budaya. Data ini penting untuk melihat setting yang melatarbelakangi kebijakan penarikan pasukan dari Afghanistan. Namun demikian, penulis tidak akan terlalu dalam melihat permasalahan domestik kedua negara dan membatasi diri pada hal-hal yang relevan terhadap kebijakan penarikan pasukan saja. Dari Afghanistan, penulis akan berusaha melihat dinamika yang terjadi dalam pemerintahan Afghanistan serta proyeksi efek yang diberikan Amerika Serikat atas kedua

9 kemungkinan keputusan. Penulis akan mengumpulkan data antara lain mengenai situasi politik domestik Afghanistan, terutama yang berkaitan dengan Taliban sebagai alasan utama penempatan pasukan Amerika Serikat di negara tersebut. Penulis juga akan mengumpulkan data mengenai pengaruh penempatan pasukan Amerika Serikat pada masyarakat serta pemerintahan Afghanistan untuk melihat dampak yang akan didapatkan dari keputusan untuk menarik maupun tidak menarik pasukan dari negara tersebut. Dari Amerika Serikat, penulis akan melihat dinamika yang terjadi tidak hanya dalam internal pemerintahan Amerika Serikat itu sendiri saja, namun juga dinamika yang terjadi dalam tataran publik domestiknya. Segala polemik yang meliputi proses pengambilan keputusan penarikan pasukan juga akan dilihat sebagai faktor yang mempengaruhi keputusan akhir yang diambil. Data-data di atas pada akhirnya akan dipertimbangkan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan penarikan pasukan dari Afghanistan. Penulis kemudian akan melihat bagaimana keterkaitan antar faktor serta intensitas pengaruh dari masing-masing faktor tersebut terhadap keputusan final. Dari sini diharapkan akan ditemukan jawaban atas latar belakang dari kebijakan penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan.

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca serangan kelompok teroris Al Qaeda di pusat perdagangan dunia yaitu gedung WTC (World Trade Centre) pada 11 September 2001 lalu, George Walker Bush sebagai Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Australia merupakan negara yang banyak dijadikan tujuan oleh para imigran dari berbagai negara untuk mendapatkan perlindungan dan memulai kehidupan baru yang lebih

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard BAB V KESIMPULAN Riset ini membahas salah satu isu yang berkaitan dengan fenomena Islamophobia yang berkembang di Amerika Serikat pasca 9/11 dikarenakan kebijakan hard diplomacy George W.Bush dan motivasi

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama,

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama, BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dalam sejarah terorisme di abad ke-20, dikenal sebuah kelompok teroris yang cukup fenomenal dengan nama Al Qaeda. Kelompok yang didirikan Osama bin Laden dengan beberapa rekannya

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kestabilan suatu negara sangat bergantung pada kestabilan mata uang negara tersebut. Kehidupan politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, serta bidang-bidang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Kasus perburuan Osama merupakan contoh kesekian kalinya yang menunjukkan bahwa hukum internasional merupakan aturan yang sangat multiinterpretasi. Kesepakatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti

Lebih terperinci

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT MENINGKATKAN HUBUNGAN DENGAN NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN BARRACK OBAMA

KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT MENINGKATKAN HUBUNGAN DENGAN NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN BARRACK OBAMA KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT MENINGKATKAN HUBUNGAN DENGAN NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN BARRACK OBAMA (STUDI TERHADAP KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TENTANG ISLAM DAN TERORISME) Dewasa

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan absolut (absolute poverty) merupakan salah satu masalah ekonomi utama yang dihadapi sebagian besar pemerintahan di dunia. Data World Bank pada tahun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT UNTUK MEMPERTAHANKAN EMBARGO EKONOMI TERHADAP KUBA PASCA NORMALISASI HUBUNGAN KEDUA NEGARA

KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT UNTUK MEMPERTAHANKAN EMBARGO EKONOMI TERHADAP KUBA PASCA NORMALISASI HUBUNGAN KEDUA NEGARA KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT UNTUK MEMPERTAHANKAN EMBARGO EKONOMI TERHADAP KUBA PASCA NORMALISASI HUBUNGAN KEDUA NEGARA United State s Policy on Maintaining Economic Embargo on Cuba after Normalization of

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

Resensi Buku: Melawan Gurita Neoliberalisme. Oleh: Sugiyarto Pramono

Resensi Buku: Melawan Gurita Neoliberalisme. Oleh: Sugiyarto Pramono Resensi Buku Melawan Gurita Neoliberalisme Oleh: Sugiyarto Pramono Resensi Buku: Judul : Melawan Gurita Neoliberalisme Penulis : Budi Winarno Tebal : 174 halaman + x Penerbit : Erlangga Kota terbit : Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange)

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amerika Serikat memiliki salah satu pasar keuangan terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange) merupakan bursa terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemeluk agama Islam di Amerika Serikat merupakan percampuran dari beberapa kelompok etnis, bahasa, serta ideologi, baik penduduk asli Amerika Serikat, ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film pertama kali dipertontonkan di Paris, Perancis pada tahun1895. Dari waktu ke waktu film mengalami perkembangan, baik dari teknologi yang digunakan maupun

Lebih terperinci

There are no translations available.

There are no translations available. There are no translations available. Kapolri, Jenderal Polisi H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D menjadi salah satu pembicara dalam Panel Discussion yang diselenggarakan di Markas PBB New York, senin 30

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tibet yang berusaha melawan Tiongkok. Setelah diasingkan ke Dharamsala, Dalai

BAB V PENUTUP. Tibet yang berusaha melawan Tiongkok. Setelah diasingkan ke Dharamsala, Dalai BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tenzin Gyatso merupakan Dalai Lama ke-14 adalah seorang pemimpin spiritual Tibet sekaligus pemimpin pemerintahan Tibet yang dipilih secara turun temurun. Dalam konflik yang

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Di saat banyak pihak gembira dan siap menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia tahun lalu, Hizbut Tahrir Indonesia terdepan memimpin umat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan anggaran dana yang memadai untuk memenuhinya guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial, budaya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyak konflik dan perang saudara yang terjadi di dunia ini tidak pernah terlepas dari unsur campur tangan dari negara negara barat yang besar dan kuat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang mengedepankan hukum seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat 3 sebagai tujuan utama mengatur negara.

Lebih terperinci

PERAN MEDIA MASSA DI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN INVASI KE IRAK PADA TAHUN Oleh R.A Cintya Nurma Juwita

PERAN MEDIA MASSA DI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN INVASI KE IRAK PADA TAHUN Oleh R.A Cintya Nurma Juwita PERAN MEDIA MASSA DI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN INVASI KE IRAK PADA TAHUN 2003 Oleh R.A Cintya Nurma Juwita Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Disusun Oleh: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA UPT. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA U N I V E R S I T A S U D A Y A N A B A L I 2016 JUDUL: PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada penelitian ini penulis akan menjelaskan tindakan pemerintah Jepang dalam kebijakan anti-bullying sebagai upaya penanganan ijime yang dilihat dari perspektif keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini perekonomian internasional mengalami perkembangan yang pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah banyak dilakukan

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan kelompok teroris Al-Qaeda terhadap World Trade Center dan Pentagon pada tanggal 11 September 2001 menjadi peristiwa yang mengubah kebijakan luar negeri Amerika

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah.

Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah. Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah. Ideologi tak pernah mati. Begitu juga Islam. Meski telah kehilangan institusinya sejak 3 Maret 1924, ideologi Islam tetap tertanam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara 187 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara bentuk negara kesatuan Indonesia. Ditemukan 7 peluang yuridis terjadinya perubahan non-formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu belakangan ini memicu tingginya integrasi ekonomi pada negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. waktu belakangan ini memicu tingginya integrasi ekonomi pada negara-negara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian global yang semakin pesat dalam kurun waktu belakangan ini memicu tingginya integrasi ekonomi pada negara-negara di dunia. Struktur

Lebih terperinci

BAB 2 SEJARAH DAN KONTEKS

BAB 2 SEJARAH DAN KONTEKS BAB 2 SEJARAH DAN KONTEKS 2.1 Gambaran umum invasi Irak tahun 2003 Irak merupakan negara merdeka setelah perang dunia I berakhir mempunyai daratan yang subur dan sumber daya minyak yang melimpah. Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sebagai badan

BAB I PENDAHULUAN. yang disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sebagai badan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset ini dimotivasi oleh terbitnya PSAK No. 13 tentang Properti Investasi yang disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sebagai badan penyusun standar

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Definisi, Signifikansi, & Ruang Lingkup Politik Luar Negeri Sifat & Tujuan Politik Luar Negeri Keterkaitan

Lebih terperinci

UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Negara Bangsa Dalam Politik Luar Negeri Teori-Teori Level Negara Bangsa Dalam Politik

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada suatu negara dapat mewujudkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada suatu negara dapat mewujudkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada suatu negara dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi, tetapi pembangunan ekonomi juga menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan lingkungan.

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode kualitatif, yaitu metode penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode kualitatif, yaitu metode penelitian yang 78 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian menggunakan metode kualitatif, yaitu metode penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sampai era tahun 1980-an, para analis ketenagakerjaan pada umumnya menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius (Depnakertrans, 2004a).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility

BAB IV PENUTUP. Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam

Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam Presiden Barack Obama kembali menjejakkan kakinya di Indonesia. Tidak ke Jakarta sebagaimana November 2010

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UPAYA PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM MENYELESAIKAN TUMPAHAN MINYAK DI TELUK MEKSIKO

UPAYA PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM MENYELESAIKAN TUMPAHAN MINYAK DI TELUK MEKSIKO UPAYA PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM MENYELESAIKAN TUMPAHAN MINYAK DI TELUK MEKSIKO RESUME Disusun Oleh: THOMAS SEPTO NUGROHO 151060093 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Fenomena internasional yang menjadi tren perdagangan dewasa ini adalah perdagangan bebas yang meliputi ekspor-impor barang dari suatu negara ke negara lain.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PETIKAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA AFRIKA TAHUN 2015 DALAM RANGKA PERINGATAN KE-60 KONFERENSI ASIA AFRIKA

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Utang luar negeri yang selama ini menjadi beban utang yang menumpuk yang dalam waktu relatif singkat selama 2 tahun terakhir sejak terjadinya krisis adalah

Lebih terperinci