BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini memiliki daerah perbatasan yang sama yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di daerah pegunungan ini terletak sebuah kuil yang pernah diperebutkan oleh Thailand dan Kamboja, kuil tersebut ialah Kuil Preah Vihear. Kuil ini sudah diperebutkan ketika Kamboja masih dalam penjajahan Perancis dan Thailand masih disebut dengan Kerajaan Siam. Tahun 1962 akhirnya Mahkamah Internasional akhirnya menetapkan secara resmi status akan kepemilikan Kuil Preah Vihear. Kuil ini pun ditetapkan masuk dalam kedaulatan Kamboja. Mendapatkan status kepemilikan akan Kuil Preah Vihear tentunya membuat Pemerintahan Kerajaan Kamboja berupaya untuk melindungi kuil tersebut. Pemerintah Kamboja pun akhirnya mengusulkan Kuil Preah Vihear agar dapat ditetapkan sebagai sebuah Warisan Budaya Dunia oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun UNESCO merupakan sebuah lembaga bagian dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membidangi masalah pendidikan dan kebudayaan. Usulan yang dilakukan oleh Kamboja ini dilakukan pada tahun 1

2 dan tentunya bertujuan agar Kuil Preah Vihear ini dapat dilindungi oleh UNESCO dan seluruh masyarakat di dunia. GAMBAR 1 Kuil Perah Vihear di Perbatasan Thailand dan Kamboja Sumber : Situs resmi VOAIndonesia, 2014 Tahun 2008 akhirnya UNESCO secara resmi menetapkan bahwa Kuil Preah Vihear merupakan sebuah Warisan Budaya Dunia milik Kamboja. Keputusan UNESCO ini tentunya disambut sangat antusias oleh masyarakat Kamboja. Namun sayangnya, penetapan ini mendapatkan reaksi kurang baik dari Thailand. Thailand mulai menunjukan sikap penolakannya terhadap penetapan tersebut karena beberapa alasan. Salah satunya Thailand beranggapan Kuil Preah Vihear bukan saja milik Kamboja karena masyarakat Thailand yang tinggal di daerah perbatasan dekat kuil juga melakukan persembahyangan di Kuil Preah Vihear. Aksi penolakan dari

3 3 Thailand inilah yang pada akhirnya memicu timbulnya konflik di antara Thailand dan Kamboja di daerah Kuil Preah Vihear. Konflik ini pun akhirnya mengalami puncaknya di tahun 2011 ketika kedua negara mengalami kontak senjata (Mangku, 2011). Konflik yang terjadi di perbatasan Thailand dan Kamboja ini mendorong Pemerintah Kamboja untuk meminta bantuan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar konflik ini dapat diselesaikan. Kamboja meminta bantuan PBB dalam menyelesaikan konflik perbatasan ini karena kurangnya kepercayaan Kamboja terhadap organisasi regional yang memayungi kedua negara tersebut yakni Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Menanggapi laporan dari Kamboja, PBB pun akhirnya memanggil ASEAN untuk segera menyelesaikan konflik yang sedang terjadi. PBB juga menunjuk ASEAN sebagai mediator dalam proses penyelesaian konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Hal ini dikarenakan ASEAN juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan di kawasan Asia Tenggara (Putra, et al, 2013). ASEAN dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antara Thailand dengan Kamboja menggunakan mekanisme penyelesaian konflik sesuai perannya sebagai sebuah organisasi regional. Sesuai dengan salah satu prinsip ASEAN yang menyatakan tidak akan melakukan intervensi terhadap negara anggotanya dan dalam penyelesaian konflik akan selalu menggunakan jalur damai. Maka dalam penelitian ini penulis meneliti

4 4 terkait upaya ASEAN dalam penyelesaian konflik perbatasan yang terjadi antara Thailand dan Kamboja pada tahun I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan menggambarkan bagaimana upaya ASEAN dalam menyelesaikan konflik perbatasan antara Thailand dengan Kamboja tahun I.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menggambarkan upaya-upaya yang dilakukan oleh ASEAN selaku organisasi regional dalam menyelesaikan konflik perbatasan Thailand dan Kamboja pada tahun I.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi peneliti lainnya yang membahas upaya yang dilakukan sebuah organisasi regional dalam sebuah penyelesaian konflik diantara negara anggotanya. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam kajian Ilmu Hubungan Internasional untuk melihat bagaimana sebuah kebijakan penyelesaian konflik itu di ambil. I.5 Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Marlisa Audya Putri (2014) yang berjudul Upaya PBB dalam Penyelesaian Konflik Antara Maroko dan

5 5 Sahara Barat menjelaskan bahwa dalam penyelesaian sebuah konflik memerlukan pihak ketiga untuk membantu proses terciptanya perdamaian. Keinginan Maroko untuk tetap menguasai daerah Sahara Barat, sehingga timbul konflik diantara kedua negara tersebut. Penyelesaian konflik ini pun memerlukan bantuan pihak ketiga dalam penyelesaiannya, yakni PBB. Putri (2014) menggunakan teori konflik untuk menentukan jenis konflik yang terjadi di Maroko dan Sahara Barat. Selanjutnya Putri (2014) menggunakan konsep organisasi internasional yang digunakan untuk menjelaskan mengenai PBB yang merupakan sebuah organisasi internasional yang bertujuan untuk menjaga keamanan dan perdamaian dunia yang diwujudkan dengan cara mengirimkan pasukan penjaga perdamaian yang mengawasi proses referendum kedua belah pihak yang berkonflik. Putri (2014) juga menggunakan konsep mediasi untuk menjelaskan salah satu upaya dari sebuah organisasi internasional dalam menyelesaikan konflik. PBB menjalankan perannya sebagai mediator dalam penyelesaian konflik Maroko dengan Sahara Barat. Sehingga kedua belah pihak yang berkonflik ini menyepakati perjanjian untuk melakukan gencatan senjata. Penelitian Putri (2014) menjelaskan bagaimana upaya sebuah organisasi internasional dalam menyelesaikan sebuah konflik sedangkan dalam penelitian yang penulis tulis menjelaskan bagaimana upaya dari sebuah organisasi regional dalam menyelesaikan konflik. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) penulis juga menggunakan konsep mediasi

6 6 untuk menjelaskan salah satu upaya ASEAN dalam menyelesaikan konflik Thailand dengan Kamboja. Penelitian yang menjadi tinjauan pustaka berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dewi Asrieyani (2013) yang berjudul Upaya Office Of The High Commissioner for Human Right dalam Penyelesaian kasus Genosida Etnis Rohingya di Myanmar ( ). Aksi genosida ini terjadi dikarenakan kebijakan Pemerintah Myanmar yang tidak mengakui keberadaan Etnis Rohingya sebagai bagian etnis dari Myanmar. Sehingga banyak pelanggaran HAM yang terjadi pada etnis tersebut. Melihat kondisi pelanggaran HAM yang terjadi, PBB melalui OHCHR mengambil upaya dalam penyelesaian aksi genosida ini yang mana OHCHR merupakan komisi khusus yang membidangi masalah penegakan dan perlindungan HAM. Penelitian Arsrieyani (2013) menggunakan konsep mediasi. Konsep ini digunakan untuk membahas upaya PBB menyelesaikan aksi genosida Etnis Rohingya melalui OHCHR. Upaya OHCHR dalam penyelesaian konflik ini ialah berupaya sebagai inisiator, fasilitator dan mediator. OHCHR sebagai inisiator dimana OHCHR melakukan penyelidikan khusus terhadap kasus pelanggaran HAM yang menimpa Etnis Ronghiya dan melakukan negosiasi dengan Pemerintah Myanmar untuk menghentikan aksi genosida ini. Upaya sebagai fasilitator dilakukan dengan cara memfasilitasi Pemerintah Myanmar untuk melakukan kerjasama dengan pihak lain untuk mendapatkan bantuan dalam penyelesaian konflik pelanggaran HAM genosida terhadap etnis Ronghiya. Upaya sebagai mediator dilakukan dengan cara berdiskusi dan mendorong

7 7 Pemerintah Myanmar untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara di sekitar Myanmar untuk meminta bantuan dalam menyelesaikan aksi genosida terhadap Etnis Rohingya. Pemerintah Myanmar pun akhirnya membentuk Komisi Investigasi Independen yang akan menangani masalah kasus pelanggaran HAM terhadap Etnis Rohingya. Penelitian yang dilakukan oleh Asrieyani (2013) ini membahas mengenai peran organisasi internasional yaitu PBB melalui salah satu lembaga bentukannya yakni OHCHR dalam menyelesaikan konflik dengan cara langsung mengintervensi Pemerintah Myanmar agar segera menyelesaikan kasus genosida yang terjadi pada Etnis Rohingya. Langkah yang telah ditempuh oleh OHCHR ialah sebagai inisiator, fasilitator dan mediator. Hal ini serupa dengan yang penulis teliti terkait peran ASEAN dalam menyelesaikan konflik antara Thailand dan Kamboja. ASEAN sebagai organisasi regional melalui proses mediasi, yang dalam menyelesaikan kasus ini ASEAN berusaha tetap memegang prinsipnya yakni tidak melakukan intervensi terhadap negara anggotanya. Hal inilah yang membedakan penelitian yang penulis tulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Asrieyani (2013). I.6 Kerangka Konsep Penelitian ini menggunakan dua konsep yakni konsep organisasi regional dan mediasi. Kedua konsep ini dapat membantu penulis untuk menjelaskan upaya yang dilakukan oleh ASEAN dalam penyelesaian

8 8 konflik perebutan Kuil Preah Vihear yang dilakukan oleh Thailand dan Kamboja. A. Konsep Organisasi Regional Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan struktur dalam dunia internasional pun berubah dari bipolar menjadi multipolar. Perubahan ini menimbulkan munculnya kerjasama-kerjasama baru baik itu di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Kerjasama ini biasanya dibentuk karena memilki letak geografis yang berdekatan, memiliki tujuan yang sama dan bisa juga terjadi dikarenakan memiliki sejarah yang sama (Setneg, 2014). Kerjasamakerjasama ini dapat dilihat dalam bentuk munculnya organisasiorganisasi salah satunya organisasi regional. Organisasi regional merupakan kerjasama antar negara yang dilakukan dalam suatu kawasan wilayah tertentu. Kerjasama antar negara di kawasan regional ini tentunya diharapkan dapat membantu PBB dalam hal menjaga keamanan dan perdamaian dunia. Sebagaimana disebutkan dalam situs resmi UN (2015) hubungan antara negara yang tergabung dalam organisasi regional dapat terkoordinasi dengan baik maka hal ini akan membantu untuk menghindari adanya konflik bersenjata. Organisasi regional juga dibentuk dengan alasan untuk memajukan keadaan perekonomian dan politik bersama (Jones, 1993).

9 9 Perkembangan dari sebuah organisasi regional dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni : pertama, kekuatan sebuah organisasi regional yang dapat dilihat dari integrasi dalam organisasi regional tersebut. Kedua, kepercayaan antar negara anggotanya. Ketiga, interaksi dari negara-negara anggotanya. Ketiga faktor tersebutlah yang membedakan integritas dari sebuah organisasi regioanal (Tsardanidis, 2005). Pramono (2011) menyebutkan ada empat faktor yang mempengaruhi tingkat integritas yang dimiliki oleh sebuah organisasi regional, yakni : pertama, intensitas perang yang terjadi dalam sebuah kawasan regional. Hal ini dikarenakan semakin banyak intensitas perang yang terjadi maka harapan akan perdamaian itu semakin kuat. Kedua, kuat atau tidaknya keterikatan dari sebuah perjanjian yang telah disepakati oleh negara-negara anggota dari organisasi regional tersebut. Ketiga, tingkat efektivitas dari penerapan perjanjian ataupun kesepakatan yang telah dilakukan. Keempat, bentuk dari kerjasama yang dihasilkan melalui organisasi regional tersebut. Organisasi regional memiliki beberapa bentuk sesuai fungsinya atau tujuan dibentuknya organisasi tersebut. Miller (dalam Suparman, et al, 2010) mengklasifikasikan organisasi regional dalam tiga bentuk, yakni : (1) kerjasama, organisasi regional mengembangkan kebijakan bersama dengan negara anggotanya untuk menghadapi intervensi dari pihak luar dan juga mereka memiliki cara sendiri untuk menyelesaikan konflik yang terjadi diantara negara anggotanya; (2)

10 10 aliansi, organisasi regional dibentuk karena negara anggotanya memilki kesepakatan di bidang pertahanan yang berifat mengikat, dan; (3) fungsionalis, organisasi regional bergerak sesuai dengan bidangnya masing-masing dan dalam menyelesaikan konflik tanpa menggunakan kekerasan. ASEAN merupakan salah satu bentuk dari organisasi regional yang dibentuk oleh negara-negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. Melalui ASEAN negara-negara ini telah menyepakati sebuah perjanjian yang disebut Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC). Dalam perjanjian ini negara-negara anggota ASEAN sepakat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam kawasan regional ini diselesaikan melalui cara damai. Proses dari sebuah penyelesaian konflik ini diawali melalui negosiasi antar pihak yang sedang berkonflik. Namun, ketika proses negosiasi ini tidak mampu menyelesaikan konflik maka ASEAN akan menyarankan untuk melakukan mediasi dan penyelidikan untuk membantu penyelesaian konflik. B. Konsep Mediasi Mediasi merupakan salah satu cara penyelesaian konflik yang melibatkan pihak ketiga dalam penyelesaian konflik. Upaya yang dilakukan oleh pihak ketiga ini disebut dengan mediator. Dimana mediator akan berupaya mempertemukan kedua belah pihak yang

11 11 berkonflik untuk melakukan perundingan yang nantinya diharapkan dapat menimbulkan sebuah kesepakatan damai (Volman, 2014). Jeong (2010) menjelaskan bahwa mediasi merupakan cara penyelesaian konflik yang paling banyak digunakan dalam hubungan internasional. Mediasi digunakan untuk menyelesaikan konflik baik di tingkat negara, kelompok ataupun internasional. Konsep ini menjadi cara yang paling banyak digunakan karena melalui mediasi proses penyelesaian konflik dapat dilaksanakan tanpa harus menggunakan otoritas hukum dan tidak menggunakan kekuatan militer di dalamnya. Mediasi juga merupakan sebuah proses dimana adanya keterlibatan pihak ketiga dalam menyelesaikan sebuah konflik. Pihak ketiga ini disebut dengan mediator. Mediator ini bersifat netral dan dapat diterima oleh pihak yang berkonflik. Mediator ini dapat dilakukan oleh individu, negara maupun sebuah organisasi. Mitchell (2003) menjelaskan mediasi merupakan sebuah keterlibatan pihak ketiga dalam sebuah penyelesaian konflik. Mediator lebih bersifat sebagai fasilitator dimana mediator akan membantu pihak yang berkonflik untuk mencari cara bagaimana proses dalam penyelesaian konflik. Mediator akan membantu pihak yang berkonflik untuk menemukan proses yang cocok dalam penyelesaian konflik tersebut sehingga dalam hal ini mediator bukanlah pihak yang memberikan solusi dalam penyelesaian sebuah konflik.

12 12 Jeong (2010) juga mengklasifikasikan mediasi dalam tiga model. Pertama, mediasi fasilitatif yang merupakan sebuah proses mediasi dimana mediator akan membangun sebuah kepercayaan antara pihak yang berkonflik untuk menciptakan suasana yang kondusif. Mediator juga memfasilitasi pertemuan-pertemuan antara pihak yang berkonflik untuk melakukan sebuah negosiasi sampai akhirnya menciptakan sebuah kesepakatan damai. Dalam proses ini mediator akan mencari informasi dari masing-masing pihak yang berkonflik sehingga mampu memberikan saran yang dapat diterima dalam proses penyelesaian konflik. Kedua, mediasi evaluatif yang merupakan sebuah proses mediasi dimana mediator bersifat tidak memihak dan telah mendapatkan kepercayaan dari pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan konflik yang sedang terjadi. Mediator dalam ini merupakan pihak yang sudah ahli dan berpengalaman dalam mengambil sebuah keputusan penyelesaian konflik yang dapat diterima dan disepakati oleh pihak-pihak yang sedang berkonflik. Ketiga, mediasi transformatif merupakan proses mediasi yang lebih fokus untuk meningkatkan hubungan antara pihak yang berkonflik dan membantu mereka untuk mengembangkan kemampuannya untuk terlibat secara penuh dalam proses penyelesaian konflik. Bindshedler dalam penelitian yang dilakukan oleh Mangku (2012) yang berjudul Suatu Kajian Umum Tentang Penyelesaian Sengketa Internasional Termasuk di Dalam Tubuh ASEAN, disebutkan bagaimana positif dan negatifnya menggunakan mediasi

13 13 dalam sebuah penyelesaian konflik. Dilihat dari segi positifnya, mediator dalam hal ini dapat membantu untuk memberikan rekomendasi terkait upaya damai, mendorong terjadinya pertemuan kedua belah pihak yang berkonflik untuk melakukan perundingan penyelesaian konflik, memberikan bantuan seperti bantuan ekonomi dan mengawasi proses perdamaian. Apabila upaya mediator ini dilakukan oleh sebuah negara, maka akan sangat diuntungkan karena negara dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya dalam upaya mediasi. Namun penyelesaian konflik melalui mediasi ini ada juga sisi negatifnya karena rekomendasi penyelesaian konflik yang diusulkan oleh mediator sifatnya tidak mengikat. Mediasi dipilih sebagai salah satu konsep yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini untuk menggambarkan upaya penyelesaian konflik antara Thailand dan Kamboja yang dilakukan oleh ASEAN. ASEAN sebagai organisasi regional yang memayungi Thailand dan Kamboja berperan sebagai mediator dalam proses penyelesaian konflik tersebut. Melalui upaya mediasi ini ASEAN akhirnya dapat meredam konflik yang terjadi di daerah perbatasan kedua negara tersebut. I.7 Metode Penelitian Penulisan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Gumilar Rusliwa Somantri (2005) dalam penelitian

14 14 yang berjudul Memahami Metode Kualitatif, metode penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang lebih menekankan terhadap proses dari terjadinya sebuah fenomena sosial. Metode penelitian kualitatif memiliki empat jenis, yakni: observasi, analisa percakapan, analisa wacana dan analisa isi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi dokumen yang diperoleh dari buku terkait upaya dalam penyelesaian konflik, jurnal online seperti ejurnal Ilmu Hubungan Internasional dan MAKARA SOSIAL HUMANIORA serta dari website atau situs resmi PBB, UNESCO dan berita online yang berkaitan mengenai Kuil Preah Pihear dan upaya ASEAN dalam menyelesaikan konflik Thailand dengan Kamboja. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari penelitian terdahulu dalam bentuk buku, jurnal online serta website yang disajikan kembali. Adapun lokus waktu dari penelitian ini ialah dari tahun Hal ini dikarenakan pada tahun 2008 sejak Kuil Preah Vihear ditetapkan sebagai Warisan Dunia milik Kamboja oleh UNESCO mulai muncul pangkalan-pangkalan militer di daerah kuil tersebut yang akhirnya memicu timbulnya konflik. Hingga pada tahun 2012 Thailand dan Kamboja akhirnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata. I.8 Sistematika Penulisan Bab I penelitian menjelaskan terlebih dahulu mengenai latar belakang dari judul penelitian ini. Dijelaskan pula rumusan masalah, manfaat serta tujuan dari dilakukannya penelitian. Selain itu, penulis juga menggunakan tinjauan pustaka yang diperoleh dari penelitian terdahulu yang juga meneliti

15 15 terkait upaya organisasi internasional dalam penyelesaian konflik. Penelitian ini juga didukung dengan adanya konsep untuk membahas permasalahan penelitian yang peneliti sedang teliti. Kemudian yang terakhir, dalam penelitian ini terdapat metode penelitian yang digunakan dalam menjawab rumusan masalah serta sebagai acuan dalam hal penulisan penelitian. Bab II dalam penelitian dimulai dengan menjelaskan profil negara Thailand dan Kamboja. Lalu menjelaskan mengenai Kuil Preah Vihear. Setelah itu dijelaskan status penetapan Kuil Preah Vihear oleh Mahkamah Internasional dan UNESCO. Penolakan Thailand terhadap status penetapan kuil juga dijelaskan pada bab ini yang akhirnya berujung pada konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Bab III menjelaskan mengenai profil ASEAN dan upaya ASEAN sebagai organisasi regional dalam menyelesaikan konflik antara Thailand dan Kamboja. Dengan kata lain pada bab ini menjawab dari rumusan masalah yang menjelaskan upaya ASEAN dalam menyelesaikan konflik perbatasan yang terjadi antara Thailand dan Kamboja. Bab IV merupakan bab terakhir dalam penelitian ini yang memuat kesimpulan serta saran terkait penelitian yang penulis lakukan.

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang BAB V KESIMPULAN Dalam bab V ini saya akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya. Dimulai dari sejarah di kedua negara yang bersengketa dan point-point yang telah di bahas di bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK PERBATASAN THAILAND DAN KAMBOJA

BAB II KONFLIK PERBATASAN THAILAND DAN KAMBOJA BAB II KONFLIK PERBATASAN THAILAND DAN KAMBOJA II.1 Thailand Thailand merupakan sebuah kerajaan yang dahulunya disebut dengan nama Kerjaan Siam yang didirikan pada abad ke-14. Kerajaan yang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA. sengketa Thailand dan Kamboja ini dan akan di bagi menjadi beberapa sub bab

BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA. sengketa Thailand dan Kamboja ini dan akan di bagi menjadi beberapa sub bab BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA Dalam BAB IV adalah pembahasan yang terakhir dalam skripsi ini. Dalam BAB IV ini akan membahas bagaimana upaya ASEAN sebagai mediator

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan hukum internasional sebagai bagian dari hukum yang sudah tua, yang mengatur hubungan antar negara tak dapat dipisahkan dari keberadaannya yang saat ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang :

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelindung bagi negara anggotanya. Beberapa isu-isu konflik yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelindung bagi negara anggotanya. Beberapa isu-isu konflik yang BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan yang membuat penulis tertarik untuk membahas peran Indonesia sebagai ketua ASEAN (Association of Southeast Asia Nation) 1 2011 dalam upaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

STRATEGI KAMBOJA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK KUIL PREAH VIHEAR PASCA BENTROKAN BERSENJATA DENGAN MILITER THAILAND TAHUN 2011

STRATEGI KAMBOJA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK KUIL PREAH VIHEAR PASCA BENTROKAN BERSENJATA DENGAN MILITER THAILAND TAHUN 2011 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): 37-48 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2014 STRATEGI KAMBOJA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK KUIL PREAH VIHEAR PASCA BENTROKAN BERSENJATA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BENTUK KERJA SAMA ASEAN BENTUK KERJA SAMA ASEAN Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lainlain. Hubungan kerja sama ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kedaulatan maupun kepentingan masing-masing, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kedaulatan maupun kepentingan masing-masing, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan di dalam hubungan Internasional merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap negara. Hal ini menyangkut hubungan antara negara dalam mempertahankan

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

PERAN OFFICE OF THE HIGH COMMISSIONER FOR HUMAN RIGHT DALAM PENYELESAIAN KASUS GENOSIDA ETNIS ROHINGYA DI MYANMAR ( )

PERAN OFFICE OF THE HIGH COMMISSIONER FOR HUMAN RIGHT DALAM PENYELESAIAN KASUS GENOSIDA ETNIS ROHINGYA DI MYANMAR ( ) ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 42-50 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 PERAN OFFICE OF THE HIGH COMMISSIONER FOR HUMAN RIGHT DALAM PENYELESAIAN KASUS GENOSIDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dipertahankan sekarang ini, misalnya saja prinsip non intervensi yang. negara yang melanggar aturan.

BAB III PENUTUP. dipertahankan sekarang ini, misalnya saja prinsip non intervensi yang. negara yang melanggar aturan. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan mengenai peran ASEAN dalam menyelesaikan konflik, terutama konflik Indonesia dan Malaysia berkaitan dengan permasalahan klaim Blok ambalat, maka dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal BAB V KESIMPULAN Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Malaysia merupakan salah satu pendiri organisasi di kawasan Asia Tenggara,

Lebih terperinci

HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM

HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX By Malahayati, SH, LLM 1 TOPIK PRINSIP UMUM JENIS SENGKETA BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA PENYELESAIAN POLITIK PENYELESAIAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008. BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM. Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015

Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM. Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015 Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015 Poin pembelajaran Konteks kelahiran Komnas HAM Dasar pembentukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, begitu pula halnya dengan negara, negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga dibutuhkannya

Lebih terperinci

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) A. Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) 1. Lahirnya ASEAN (Association of South East Asian Nations) Kerja sama antarbangsa dalam satu kawasan perlu dijalin. Hal itu sangat membantu kelancaran

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin

Lebih terperinci

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI Introduksi Perbedaan Latar belakang sejarah, status ekonomi, kepentingan nasional,

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Terlihat jelas bahwa konflik perbatasan sering menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Terlihat jelas bahwa konflik perbatasan sering menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena hubungan internasional sering memperlihatkan persoalan konflik perbatasan antar negara yang berpengaruh signifikan terhadap situasi internasional.

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Protokol Piagam ASEAN

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kerjasama regional di Asia Tenggara yaitu masalah penegakan Hak

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kerjasama regional di Asia Tenggara yaitu masalah penegakan Hak BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Salah satu tantangan yang saat ini di hadapi oleh ASEAN sebagai organisasi kerjasama regional di Asia Tenggara yaitu masalah penegakan Hak Asasi Manusia. Masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah salah satu organisasi internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DI ASEAN Lembaga dan Proses

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DI ASEAN Lembaga dan Proses MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DI ASEAN Lembaga dan Proses Oleh : Hilton Tarnama Putra Eka An Aqimuddin Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2011 Hak Cipta 2011 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Kasus separatisme di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengancam integritas Negara Kesatuan

Lebih terperinci

PERANAN UNESCO TERHADAP PENGKLAIMAN BUDAYA TIDAK BERWUJUD DAN PENERAPAN HUKUMNYA DI INDONESIA SKRIPSI

PERANAN UNESCO TERHADAP PENGKLAIMAN BUDAYA TIDAK BERWUJUD DAN PENERAPAN HUKUMNYA DI INDONESIA SKRIPSI PERANAN UNESCO TERHADAP PENGKLAIMAN BUDAYA TIDAK BERWUJUD DAN PENERAPAN HUKUMNYA DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Lebih terperinci

HUKUM INTERNASIONAL DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

HUKUM INTERNASIONAL DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL Oleh : IKANINGTYAS, SH.LLM Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 1 Pengertian Hk. Internasional ialah keseluruhan kaedah dan asas yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Gerakan pemisahan diri (separatisme) dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di wilayah Aceh, Papua, dan Maluku merupakan masalah

Lebih terperinci

Dr. Ganewati Wuryandari, MA. Jakarta, 18 April 2018

Dr. Ganewati Wuryandari, MA. Jakarta, 18 April 2018 Dr. Ganewati Wuryandari, MA GERAKAN NON BLOK (GNB) DAN WARISANNYA KEPADA DUNIA Jakarta, 18 April 2018 PENDAHULUAN Indonesia, Serbia, Aljazair, India dan Sri Langka GNB Pengajuan GNB dlm MoW pernah gagal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Organisasi Regional di Asia Tenggara dimulai dari inisiatif pemerintah di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-4

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-4 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-4 UPAYA PENEGAKKAN HAM Dalam proses penegakan HAM sangat mempertimbangkan dua hal di bawah ini: a. Kedudukan negara Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE MEMBER STATES OF ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (ASEAN) AND

Lebih terperinci

eran Indonesia di Lingkung

eran Indonesia di Lingkung VIII Per eran Indonesia di Lingkung ungan Negar araa- negar ara a Asia Teng enggar ara Gambar 8.1 Gedung Sekretariat ASEAN di Jakarta Sumber: www.mediaindo.co.id Perhatikan gambar di atas! Bangunan gedung

Lebih terperinci

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN 2006-2009 RESUME Oleh: Angling Taufeni 151 040 132 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia No.92, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Republik Rakyat Tiongkok. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : Pertama, terkait Pengaruh Penerapan ASEAN Community

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bedasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka penulis mencoba menarik kesimpulan, yaitu: Pertama, telah terjadinya pelanggaran klaim kedaulatan wilayah yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni]

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni] ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL [Dewi Triwahyuni] FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KERJASAMA DI ASIA TENGGARA Setiap negara butuh hubungan dan kerja sama dengan negara lain dalam berbagai hal. Sebagai contoh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan silsilah), terutama bagi raja-raja yang

Lebih terperinci

KOMNAS HAM DAN PENGADILAN HAM. Muchamad Ali Safa at

KOMNAS HAM DAN PENGADILAN HAM. Muchamad Ali Safa at KOMNAS HAM DAN PENGADILAN HAM Muchamad Ali Safa at NATIONAL HUMAN RIGHTS INSTITUTION 1946 ECOSOC : mengundang anggota PBB untuk mendorong pembentukan komisi HAM nasional sebagai sarana kerja sama dengan

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

KEBERADAAN ASEAN WAY DALAM MENGHADAPI KOMUNITAS ASEAN Megafury Apriandhini Universitas Terbuka

KEBERADAAN ASEAN WAY DALAM MENGHADAPI KOMUNITAS ASEAN Megafury Apriandhini Universitas Terbuka KEBERADAAN ASEAN WAY DALAM MENGHADAPI KOMUNITAS ASEAN 2015 Megafury Apriandhini Universitas Terbuka megafury@ut.ac.id Abstrak ASEAN sebagai organisasi yang beranggotakan negara-negara di kawasan Asia Tenggara

Lebih terperinci

PENANGANAN KONFLIK NON LAHAN (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT

PENANGANAN KONFLIK NON LAHAN (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT Halaman: 1 dari10 (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Dibuat Oleh Direview oleh Disahkan oleh 1 Halaman: 2 dari10 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2 Halaman:

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI. Dewi Triwahyuni

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI. Dewi Triwahyuni PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI Dewi Triwahyuni DASAR HUKUM Pencegahan penggunaan kekerasan atau terjadinya peperangan antar negara mutlak dilakukan untuk terhindar dari pelanggaran hukum

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume: 2 No: 2 Tahun 2013 Halaman

Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume: 2 No: 2 Tahun 2013 Halaman Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume: 2 No: 2 Tahun 2013 Halaman http://www.fisipundip.ac.id Abstraksi : STRATEGI INDONESIA DALAM KEPEMIMPINAN ASEAN 2011 (ANALISIS PERANAN INDONESIA SEBAGAI PENENGAH KONFLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone No.421, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Sengketa Lingkungan Hidup. Penyelesaian. Pedoman. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban akibat perang seminimal mungkin dapat dikurangi. Namun implementasinya,

Lebih terperinci

Latihan Ujian Akhir Sekolah A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar.

Latihan Ujian Akhir Sekolah A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar. Latihan Ujian Akhir Sekolah A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar. 1. Saling menghormati perbedaan mengakibatkan.... a. permusuhan b. pertengkaran c. kerukunan

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya; LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa kini Hak Asasi Manusia (HAM) telah menjadi issue

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa kini Hak Asasi Manusia (HAM) telah menjadi issue 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa kini Hak Asasi Manusia (HAM) telah menjadi issue internasional yang sangat penting, bahkan bagi negara-negara maju HAM dijadikan senjata untuk menekan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Introduction Transaksi-transaksi atau hubungan dagang banyak bentuknya, mulai

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci