BAB I PENDAHULUAN. p C. Sarah. Soh, The Korean Comfort Women : Movement for Redress, Asian Survey, vol. 36, no. 12, 1996,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. p C. Sarah. Soh, The Korean Comfort Women : Movement for Redress, Asian Survey, vol. 36, no. 12, 1996,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa penjajahan Jepang hingga akhir Perang Dunia II Pemerintah Jepang membentuk sebuah sistem bernama comfort station dimana para tentara Jepang bisa mencari hiburan melalui jugun ianfu. Jugun ianfu atau yang dalam bahasa Inggris disebut comfort women adalah perempuan-perempuan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan seksual para tentara Jepang. Pada awalnya jugun ianfu ini adalah perempuan-perempuan Jepang yang memang sudah bekerja sebagai pekerja seks di Jepang atau juga perempuan-perempuan Jepang yang terkena penyakit menular seksual. Akan tetapi untuk mencegah penyebaran penyakit menular seksual dari jugun ianfu tersebut maka kemudian dicarilah perempuan-perempuan dari luar Jepang untuk menjadi jugun ianfu. Para jugun ianfu ini ditempatkan di sebuah tempat yang disebut dengan comfort station atau yang mungkin bisa kita artikan sebagai rumah pelacuran. Comfort station yang didirikan pada awal tahun 1932 di Jepang serta di berbagai macam negara dimana tentara Jepang ditempatkan ini beroperasi hingga akhir Perang Pasifik tahun Comfort station juga biasa digunakan sebagai penanda bahwa wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Jepang karena didirikan di tempat tentara Jepang berada. Banyaknya perempuan yang dijadikan jugun ianfu ini diperkirakan mencapai sekitar sampai orang dari berbagai macam negara. Diperkirakan pula bahwa 80% dari estimasi jumlah jugun ianfu tersebut berasal dari Kerajaan Korea saat itu. 1 Permasalahan jugun ianfu ini muncul ke permukaan sekitar tahun 1990-an dengan adanya pergerakan perempuan di negara Korea Selatan. Pada akhir tahun 1991 mantan jugun ianfu asal Korea Selatan memberikan kesaksian mengenai kehidupannya sebagai jugun ianfu dan mengajukan gugatan kepada Pemerintahan Jepang untuk bertanggung jawab atas kejahatan perang tersebut. Kemudian sejak awal tahun 1992 para pemimpin perempuan baik dari Korea maupun Jepang, mantan jugun ianfu asal Korea serta ahli hukum mendesak organisasi-organisasi internasional termasuk PBB untuk melakukan serangkaian pemeriksaan dan penyelidikan formal 1 C. Sarah. Soh, The Korean Comfort Women : Movement for Redress, Asian Survey, vol. 36, no. 12, 1996, p.1227.

2 terkait masalah tersebut. 2 Para aktivis dan mantan jugun ianfu ini menginginkan permintaan maaf secara formal dari pihak pemerintah Jepang, kompensasi, pembangunan monumen, dan koreksi terhadap buku cetak sejarah Jepang untuk mengajarkan kebenaran mengenai jugun ianfu. Selain itu pada 11 Januari 1992 surat kabar Asahi melaporkan bahwa seorang sejarawan Jepang bernama Yoshiaki Yoshimi menemukan dokumen-dokumen resmi yang menuliskan tentang keterlibatan militer Jepang dalam pembuatan serta pengelolaan comfort station 3. Penemuan dari Yoshiaki Yoshimi tersebut akhirnya membuat Jepang mau mengakui keterlibatannya dalam pembentukan comfort station dan kemudian mengadakan investigasi lebih lanjut terkait kasus tersebut. Pada 4 Agustus 1993 Kepala Sekretaris Kabinet Yohei Kono mengeluarkan pernyataan yang berisikan hasil dari penyelidikan mengenai kasus jugun ianfu dimana militer Jepang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan serta pengelolaan comfort stations dan penyebaran jugun ianfu. 4 Selain itu perekrutan sebagian besar dilakukan oleh pihak swasta atas permintaan dari pihak militer yang mana proses perekrutan tersebut tidak sesuai kehendak para jugun ianfu, misalnya melalui bujukan, paksaan, dan sebagainya. Yohei Kono juga menyampaikan permintaan maaf dan penyesalan atas nama Pemerintah Jepang kepada seluruh wanita yang menderita rasa sakit tidak terukur dan luka fisik maupun psikis yang tidak dapat disembuhkan karena menjadi jugun ianfu. Pemerintah Jepang juga akan menghadapi fakta-fakta sejarah mengenai jugun ianfu dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali dengan mengukir permasalahan tersebut dalam ingatan selamanya melalui studi dan pengajaran sejarah. Akan tetapi ada pula pertentangan yang terjadi di dalam Pemerintahan Jepang. Banyak yang beranggapan bahwa permasalahan utama mantan jugun ianfu ini adalah mengenai kompensasi ekonomi dan Jepang tidak dapat memberikan kompensasi kepada setiap individu karena kompensasi kejahatan selama peperangan sudah dibayarkan kepada Korea Selatan bersamaan dengan ditandatanganinya Perjanjian Normalisasi Hubungan antar kedua negara. 2 C. Sarah. Soh, Japan s Responsibility Toward Comfort Women Survivors, Japan Policy Research Institute (daring), Mei 2001, < diakses 7 Februari C. Sarah. Soh, Japan s Responsibility Toward Comfort Women Survivors, Japan Policy Research Institute (daring), Mei 2001, < diakses 7 Februari Asian Women s Fund, Digital Museum: The Comfort Women Issue and the Asian Women s Fund (daring), < diakses 15 Februari 2016.

3 Namun pada tahun 1994 Perdana Menteri Tomiichi Murayama melakukan koalisi dengan tiga partai yaitu Partai Liberal Demokrat, Partai Sosial Demokrat, dan Partai Baru Sakigake untuk meyakinkan anggota Diet yang lain bahwa Pemerintah Jepang perlu memberikan kompensasi kepada setiap mantan jugun ianfu. Akhirnya diputuskanlah untuk membentuk Asian s Women Fund yang berperan sebagai lembaga penyampaian kompensasi untuk mantan jugun ianfu di negara Filipina, Korea Selatan, Belanda, Taiwan serta Indonesia melalui proyek-proyek kesehatan, kesejahteraan, dan sebagainya. Pendirian Asian s Women Fund ini mendapatkan reaksi yang beragam tidak hanya dari pihak Jepang sendiri tetapi juga dari pihak negara-negara asal mantan jugun ianfu. Ada beberapa pihak yang menerima kehadiran Asian s Women Fund ini tetapi ada juga yang tidak. Asian s Women Fund mendapat kritik karena dana yang digunakan bukanlah dana dari Pemerintah Jepang melainkan dana swasta. 5 Dari 238 mantan jugun ianfu yang diketahui oleh Pemerintah Korea Selatan hanya 61 orang saja yang menerima dana dari Asian s Women Fund. Mantan juguan ianfu yang pertama kali memberikan kesaksian dan membantu menyalakan gerakan internasional, Kim Hak Sun menolak untuk menerima dana dari Asian s Women Fund. Kim Hak Sun kemudian meninggal pada tahun 1997 dengan tuntutan yang masih tertunda serta tidak sempat menerima pembayaran khusus dari Pemerintah Korea kepada korban di tahun Asian s Women Fund selesai menjalankan proyek mereka dan dibubarkan pada Maret Akan tetapi pada bulan Maret 2007 Perdana Menteri Shinzo Abe menyatakan bahwa tidak ada paksaan seperti halnya penculikan yang dilakukan oleh pihak otoritas Jepang kepada korban dan tidak ada pula bukti terpercaya mengenai hal tersebut. 6 Namun kemudian Perdana Menteri Shinzo Abe menarik kembali pernyataannya dan mengatakan bahwa tetap menjunjung tinggi pernyataan Kono tahun Aktivis Korea Selatan masih terus melakukan demo agar Jepang mau mengakui dan meminta maaf secara formal. Pihak Pemerintah Korea Selatan sendiri juga selalu menyinggung mengenai permasalahan jugun ianfu ini di setiap kesempatan bertemu dengan Pemerintah Jepang. Setelah sekian lama berusaha akhirnya pada akhir tahun 2015 Korea Selatan dan Jepang mengadakan pembicaraan mengenai masalah jugun 5 Kimura. Maki, Unfolding the Comfort Women Debates: Modernity, Violence, Women s Voice, Palgrave Macmillan, New York, 2016, p AFP, Comfort women historian alarmed, China Daily (daring), 12 Maret 2007, < diakses 10 Februari 2016.

4 ianfu yang kemudian menghasilkan sebuah kesepakatan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pemerintah Jepang meminta maaf secara resmi dan mengakui keterlibatan militernya dalam pembentukan serta pengelolaan comfort station. Pemerintah Jepang juga akan memberikan dana yang resmi berasal dari anggaran pemerintah kepada lembaga bentukan Korea Selatan yang nantinya akan membantu penyembuhan mantan jugun ianfu Korea Selatan. Perjanjian ini dikatakan oleh kedua belah pihak sebagai perjanjian akhir serta tidak dapat dirubah dan kedua belah pihak pun sepakat untuk berhenti mengkritik satu sama lain terkait masalah tersebut. 7 Terdapat perubahan sikap Pemerintah Jepang terutama Perdana Menteri Shinzo Abe terhadap permasalahan jugun ianfu ini. Awalnya Perdana Menteri Shinzo Abe terkesan menentang pernyataan bahwa pihak militer Jepang terlibat langsung dan juga menggunakan kekerasan dalam perekrutan juguan ianfu, kemudian menjadi mau mengakui keterlibatan Jepang serta memberikan dana bantuan untuk penyembuhan mantan jugun ianfu Korea Selatan. Oleh karena itu peneliti akan mencoba menganalisis mengapa pada akhirnya Perdana Menteri Shinzo Abe melunak dan mau membuat kesepakatan kembali untuk menyelesaikan masalah jugun ianfu tersebut. Dimana dalam penelitian ini akan dibahas dua faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka pertanyaan penelitian yang akan diajukan penulis: Mengapa Pemerintah Jepang melunak hingga akhirnya sepakat untuk menyelesaikan kembali isu jugun ianfu Korea Selatan dengan menyusun Finally and Irreversibly Agreement? 1.3 Konsep/Teori Dalam menganalisis mengapa Pemerintah Jepang akhirnya mau kembali menyelesaikan permasalahan jugun ianfu Korea Selatan ini akan digunakan tiga landasan konseptual yaitu: 7 K. Kim, Comfort women : Japan and South Korea hail agreement, BBC News (daring), 28 Desember 2015, < diakses 20 Februari 2016.

5 1.3.1 Decision Making Approach 8 Decision making approach adalah sebuah pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis mengapa sebuah negara mengambil suatu tindakan tertentu. Decision making approach milik Richard C. Snyder menjelaskan bahwa negara merupakan aktor yang bertindak pada keadaan tertentu dimana tindakan tersebut bergantung kepada penafsiran terhadap keadaan dimana mereka berada. The situation is defined by actor (or actors) in terms of the way the actor (or actors) relates himself to other actors, to possible goals, to possible means, and in terms of the way means and ends are formed into strategies of action subject to relevant factors in the situation (Snyder, Bruck, and Sapin 1969, 202) Terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses pembuatan keputusan yaitu: Faktor internal adalah segala hal yang berada di dalam negara misalnya saja masyarakat, budaya, politik domestik, kelompok sosial, elit politik, opini publik dan media massa. Faktor eksternal adalah segala hal yang berada di luar negara atau yang bisa disebut sebagai sistem internasional yaitu kawan, lawan, organisasi internasional, peraturan diplomatik, kebijakan negara lain, dan lain sebagainya. Dapat dikatakan bahwa dalam membuat sebuah keputusan begitu banyak faktor yang mempengaruhinya. Tidak hanya dari dalam negara yang membuat keputusan tersebut akan tetapi hal-hal dari luar batas teritorial negara tersebut juga bisa menjadi faktor yang mungkin bahkan bisa lebih besar pengaruhnya daripada faktor internal. Hubungan yang terjalin antara satu negara dengan yang lainnya juga dapat menjadi salah satu faktor besar dalam membuat keputusan Gaiatsu Gaiatsu ( 外圧 ) secara harfiah berarti tekanan pihak asing atau tekanan yang diterapkan dari satu negara ke negara lain. Menurut Akitoshi Miyashita dalam tulisannya yang berjudul Gaiatsu and Japan s Foreign Aid: Rethinking the Reactive-Proactive Debate menjelaskan bahwa gaiatsu adalah usaha negara lain baik secara ekplisit maupun implisit untuk membuat Jepang melakukan hal yang 8 Allison. G.T., Essence of Decision: Explaining the Cuban Missile Crisis, Thirteenth Printing, Canada, pp

6 tidak akan sebaliknya dilakukan. 9 Miyashita juga mengatakan bahwa gaiatsu terbesar Jepang adalah Amerika Serikat. Seringkali Jepang mengikuti apa yang diinginkan oleh Amerika Serikat walaupun kepentingan keduanya tidak sama. Selain itu Miyashita beranggapan bahwa respon Jepang terhadap tekanan dari Amerika Serikat berasal dari adanya kesenjangan hubungan saling ketergantungan antara kedua negara. Dapat dikatakan bahwa Jepang terlalu bergantung pada Amerika Serikat daripada sebaliknya. Kesenjangan hubungan ketergantungan ini kemudian memberikan Amerika Serikat kekuatan tawar yang besar atas Jepang Tingkat Analisa Induksionis (Sistematik) 10 Tingkat analisa dapat digunakan untuk menjelaskan suatu peristiwa internasional, misalnya saja tindakan eksternal yang diambil oleh suatu negara dimana terdapat berbagai macam faktor yang menyebabkannya. J. David Singer menekankan dua buah tingkat analisa dalam analisa hubungan internasional yaitu tingkat negara-negara dan tingkat sistem global atau induksionis. Dalam pendekatan negara-negara kita mempelajari politik dalam negeri suatu negara yang mempengaruhi para pembuat keputusan dalam memilih berbagai macam alternatif untuk membuat kebijakan luar negeri dari negara tersebut. Sedangkan dalam pendekatan induksionis lebih menekankan mengenai pentingnya peranan sebuah sistem dalam menentukan perilaku bangsa-bangsa, bukanlah atribut individualnya. Perilaku politik luar negeri dianggap sebagai sebuah reaksi negara tersebut terhadap keadaan lingkungan eksternalnya. 1.4 Hipotesis Dalam membuat keputusan untuk akhirnya mau menyusun Finally and Irreversibly Agreement dengan Korea Selatan terkait isu jugun ianfu ini tentu saja Pemerintah Jepang mempertimbangkan faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam keputusan Pemerintah Jepang antara lain: 1) desakan dari aktivis di Korea Selatan melalui demo yang dilakukan setiap hari Rabu 9 A.Miyashita, Gaiatsu and Japan s Foreign Aid: Rethinking the Reactive-Proavtive Debate, International Studies Quaterly, vol. 43, no. 4, M. Mas oed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Pt Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 1990, pp

7 di depan Kedutaan Besar Jepang untuk Korea Selatan; 2) desakan dari organisasi internasional seperti PBB kepada Pemerintah Jepang serta negara lain terutama Amerika Serikat; 3) ancaman yang mucul dari China dan Korea Utara terkait dengan pengembangan misil dan nuklir; dan 4) Presiden Park Geun Hye yang tidak mau melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Shinzo Abe apabila Pemerintah Jepang tidak memperlihatkan niatan baik untuk menyelesaikan isu tersebut. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi keputusan Pemerintah Jepang antara lain: 1) Jepang dapat memperbaiki hubungan ekonomi dengan Korea Selatan yang dapat membantu memperbaiki perekonomian Jepang; 2) Perdana Menteri Shinzo Abe yang memiliki keinginan untuk menjadi contoh kepemimpinan di kancah internasional perlu memperbaiki citranya di mata internasional; dan 3) Melalui perjanjian ini maka keinginan Perdana Menteri Shinzo Abe agar generasi Jepang selanjutnya tidak perlu meminta maaf atas kesalahan para pendahulunya dapat tercapai. Keputusan yang diambil Pemerintah Jepang tersebut merupakan sebuah hasil dari reaksi Pemerintah Jepang terhadap perubahan China, Korea Utara, dan Korea Selatan. Selain itu gaiatsu dari negara aliansi Jepang yaitu Amerika Serikat juga turut berpengaruh dalam pembuatan keputusan tersebut. 1.5 Metode Riset Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dengan sumber data utama berupa pustaka literatur. Data yang digunakan untuk menganalisis dan menjawab rumusan masalah adalah literatur buku, jurnal, laporan, dan artikel-artikel internet. Data yang dikumpulkan akan dibatasi pada proses penyelesaian masalah jugun ianfu sejak sebagian besar mantan jugun ianfu Korea Selatan menolak menerima bantuan dari Asian s Women Fund hingga akhirnya dibentuk Finally and Irreversibly Agreement antara Jepang dan Korea Selatan. Data yang diutamakan adalah sikap Jepang terhadap masalah jugun ianfu Korea Selatan pada tahun 2007 hingga sekarang karena tahun 2007 Asian s Women Fund telah selesai melakukan tugasnya. Selain itu pada tahun serta tahun 2012 hingga sekarang posisi Perdana Menteri dijabat oleh Shinzo Abe. Data-data yang akan diperoleh adalah usaha-usaha yang dilakukan Korea Selatan untuk menyelesaikan isu jugun ianfu, sikap masyarakat internasional terkait isu tersebut, respon Pemerintah Jepang terkait desakan penyelesaian kembali isu jugun ianfu, serta hal-hal yang berpengaruh dalam perubahan sikap Pemerintah Jepang dalam menanggapi isu tersebut.

8 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini direncanakan akan terdiri dari empat bab. Bab Pertama akan memuat setting dari pengkajian isu yang diteliti, latar belakang mengenai isu tersebut dan mengapa isu tersebut menjadi penting dan menarik untuk dibahas. Selanjutnya, pada Bab Kedua akan dijelaskan mengenai apa itu jugun ianfu, awal mula permasalahan jugun ianfu muncul ke dunia internasional, dan bagaimana proses penyelesaian masalah tersebut. Dalam Bab Kedua ini akan dijelaskan mengenai dinamika proses penyelesaian isu jugun ianfu dari pembentukan Asian s Women Fund, penolakan bantuan Asian s Women Fund oleh pihak Korea Selatan, sikap pemerintah Jepang yang tidak mau melakukan penyelesaian kembali terkait isu tersebut hingga akhirnya melunak dan mau menyusun kesepakatan dengan Korea Selatan di akhir tahun Bab Ketiga akan memuat analisis mengenai perubahan sikap pemerintah Jepang terhadap isu jugun ianfu Korea Selatan setelah Asian s Women Fund menyelesaikan tugasnya terutama respon Jepang di bawah Perdana Menteri Shinzo Abe tahun san tahun 2012 hingga sekarang. Dalam bab ketiga ini akan diuraikan pula faktor internal dan faktor eksternal apa saja yang menjadi pertimbangan Jepang hingga akhirnya melunak dan mau menyusun Finally and Irreversibly Agreement dengan Korea Selatan. Skripsi akan ditutup dengan Bab Keempat yang berisi perihal kesimpulan dan inferens dari hasil temuan penelitian yang didapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat berlaku terhadap Negara Jepang (Suryohadiprojo, 1982:1).

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat berlaku terhadap Negara Jepang (Suryohadiprojo, 1982:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karakteristik geografis suatu Negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa

Lebih terperinci

BAB III ISU COMFORT WOMEN DALAM HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN. Pada bab ini akan disajikan sejarah awal kemunculan isu comfort women

BAB III ISU COMFORT WOMEN DALAM HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN. Pada bab ini akan disajikan sejarah awal kemunculan isu comfort women BAB III ISU COMFORT WOMEN DALAM HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN Pada bab ini akan disajikan sejarah awal kemunculan isu comfort women sebagai pengantar dan penjelasan mengenai pengertian comfort women,

Lebih terperinci

BAB II HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN. memiliki isu-isu yang belum terselesaikan. Kedua negara masih memiliki

BAB II HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN. memiliki isu-isu yang belum terselesaikan. Kedua negara masih memiliki BAB II HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN Jepang dan Korea Selatan merupakan negara tetangga yang saling membutuhkan satu sama lain, namun memiliki hubungan pasang surut. Dengan sebutan negara dekat,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini penulis menyajikan kesimpulan berdasakan hasil penelitian yang penulis peroleh. Kesimpulan ini memaparkan beberapa pikiran pokok yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1942, Jepang mulai masuk dan menjajah wilayah Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1942, Jepang mulai masuk dan menjajah wilayah Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1942, Jepang mulai masuk dan menjajah wilayah Indonesia. 1 Berbagai upaya dikerahkan pemerintah Jepang agar mereka dapat tetap menduduki Indonesia. Beribu-ribu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetapi sumber daya manusianya pun dipergunakan untuk kepentingan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetapi sumber daya manusianya pun dipergunakan untuk kepentingan BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil yang analisis data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Jepang bukan hanya memanfaatkan sumber daya alam Indonesia saja,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas Siapa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada di bawah pengaruh laki-laki. Kadang perempuan dijadikan alat politik untuk memperoleh kekuasaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Perang Dunia Kedua adalah sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini melibatkan banyak sekali negara di dunia termasuk semua kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

UPAYA MASYARAKAT INDONESIA DALAM MEMPERJUANGKAN KEADILAN JUGUN IANFUTAHUN ABSTRAK

UPAYA MASYARAKAT INDONESIA DALAM MEMPERJUANGKAN KEADILAN JUGUN IANFUTAHUN ABSTRAK Cahya et al., Upaya Masyarakat Indonesia Dalam Memperjuangkan Keadilan Jugun Ianfu Tahun 1993- UPAYA MASYARAKAT INDONESIA DALAM MEMPERJUANGKAN KEADILAN JUGUN IANFUTAHUN 1993-1 Adita Dwi May Cahya, Sri

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG JEPANG DALAM PENYELESAIAN ISU COMFORT WOMEN DENGAN KOREA SELATAN

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG JEPANG DALAM PENYELESAIAN ISU COMFORT WOMEN DENGAN KOREA SELATAN BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG JEPANG DALAM PENYELESAIAN ISU COMFORT WOMEN DENGAN KOREA SELATAN Keputusan Jepang menyelesaikan konflik comfort women dengan Korea Selatan tahun 2015 merupakan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Transisi Indonesia menjadi negara demokratis pada 1998 merupakan sebuah perubahan besar. Krisis ekonomi yang melatar belakangi terjadinya transisi pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

1 BAB I 2 PENDAHULUAN 1 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2.1 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik yang terjadi antara dua negara tentu dapat meningkatkan keuntungan antara kedua belah pihak negara dan berjalan dengan lancar.

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama BAB V Kesimpulan Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara secara bilateral, seperti perjanjian perdagangan

Lebih terperinci

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perempuan pada kompas.com tahun 2011, tindak kekerasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perempuan pada kompas.com tahun 2011, tindak kekerasan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kasus kekerasan seksual merupakan salah satu tindak kriminalitas yang jumlahnya tergolong tinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari Komnas Perempuan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu

BAB I PENDAHULUAN. yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Israel merupakan sebuah negara zionisme yang ingin mendirikan negara yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu ingin menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Sepuluh Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Banyak kesalahpahaman terjadi terhadap Pengadilan Rakyat Internasional. Berikut sepuluh hal yang belum banyak diketahui

Lebih terperinci

Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental

Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental Arief Budiman * KALAU kita melihat pengalaman beberapa negara di Asia Timur, khususnya Korea Selatan dan Taiwan di satu pihak (yang mengambil jalan kapitalisme)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendudukan Jepang di Indonesia merupakan bagian dari rangkaian politik imperealismenya di Asia Tenggara. Kedatangannya di Indonesia merupakan bagian dalam usahanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses BAB V KESIMPULAN Dinamika hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah mengalami berbagai perkembangan, mulai dari masa penjajahan, kerjasama ekonomi hingga bidang politik dan keamanan. Politik luar

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

PERBEDAAN RESPON INDONESIA DAN KOREA SELATAN DALAM PENYELESAIAN JUGUN IANFU TERHADAP JEPANG

PERBEDAAN RESPON INDONESIA DAN KOREA SELATAN DALAM PENYELESAIAN JUGUN IANFU TERHADAP JEPANG PERBEDAAN RESPON INDONESIA DAN KOREA SELATAN DALAM PENYELESAIAN JUGUN IANFU TERHADAP JEPANG Rinthania Kristi Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  kelompok progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN KOREA SELATAN KUNJUNGAN KENEGARAAN KE KOREA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain. Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain.

Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain. Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain. Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain.zip CONTOH PERJANJIAN INTERNASIONAL ANTAR NEGARA hubungan antara Indonesia

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA Republik Indonesia dan Republik Rakyat China (dalam hal ini disebut sebagai "Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhitungkan baik dalam skala regional maupun global (Ganewati

BAB I PENDAHULUAN. diperhitungkan baik dalam skala regional maupun global (Ganewati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah China merupakan salah satu aktor hubungan internasional yang kini memiliki peran penting dalam tatanan global. Pada beberapa tahun terakhir, China telah menjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penulisan sejarah wanita dapat dikatakan ketinggalan dari ilmu-ilmu sosial lain, seperti sosiologi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penulisan sejarah wanita dapat dikatakan ketinggalan dari ilmu-ilmu sosial lain, seperti sosiologi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penulisan sejarah wanita dapat dikatakan ketinggalan dari ilmu-ilmu sosial lain, seperti sosiologi dan demografi (Kuntowijoyo, 2003: 113). Hal tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi

B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi B A B 1 P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi hampir di seluruh belahan dunia ini, dan merupakan tindakan yang bertentangan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

Akui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf

Akui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf Akui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf BY WEBMASTER OCTOBER 27, 2015 HTTP://1965TRIBUNAL.ORG/ID/AKUI-DULU-PEMBANTAIAN-BARU-MINTA-MAAF/ Menolak lupa, menjadi saksi (selama hayat di kandung badan). Galeri

Lebih terperinci

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Setelah Perang Dunia ke II (PD II) berakhir, negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai dihadapkan pada dua kondisi yang berbeda. Kondisi pertama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dipaparkan beberapa sumber literatur utama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dipaparkan beberapa sumber literatur utama dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dipaparkan beberapa sumber literatur utama dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulisan skripsi tentunya tidak lepas dari kajian pustaka yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal BAB V KESIMPULAN Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Malaysia merupakan salah satu pendiri organisasi di kawasan Asia Tenggara,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I, mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat empat hal

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no Tatakai) pada tahun 1600, menjadikan Tokugawa Ieyasu sebagai shogun 1 dan tanda dimulainya Tokugawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dan Thailand merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha mengembangkan sektor industri otomotif negerinya. Kenyataan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peluang kerjasama dalam era globalisasi saat ini sangat diperlukan dalam konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra Disusun Oleh : Stephanie Kurnia Trihapsari C0204061 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA PERTEMUAN KHUSUS PARA PEMIMPIN NEGARA-NEGARA ASEAN, NEGARA-NEGARA LAIN, DAN ORGANISASI-ORGANISASI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci