UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 Jl. SULTAN HASANUDIN NO.1 JAKARTA SELATAN PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER FRAMITA SARI, S. Farm ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2015 iv

2 ii UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 Jl. SULTAN HASANUDIN NO.1 JAKARTA SELATAN PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker FRAMITA SARI, S. Farm ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2015 ii

3 iii iii

4 iv iv

5 v v

6 iv

7 v KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 42 Jl. Sultan Hasanudin No.1 Jakarta Selatan yang dilangsungkan pada bulan September Melalui Praktik Kerja Profesi Apoteker ini kami mendapatkan pengetahuan tentang perapotekan dan meningkatkan keterampilan dalam pekerjaan kefarmasian sehingga kelak kami dapat menerapkan sesuai keilmuan yang didapatkan dalam mengikuti Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi. Kami menyadari bahwa semua ini tidak akan berhasil tanpa dorongan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Sumaryatun MM., Apt selaku Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma No. 42 Kebayoran Baru yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker; 2. Ibu Elizabeth AM., S.Farm., Apt., sebagai pembimbing Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 42 yang telah memberikan bimbingan dan diskusi; 3. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI; 4. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi UI; 5. Seluruh karyawan Apotek Kimia Farma No. 42 yang telah memberi bantuan selama pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 42; 6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi di Fakultas Farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan selama penulis menempuh pendidikan ini; 7. Keluarga dan orang-orang terdekat penulis, atas segala bentuk dukungan, perhatian, kasih sayang, serta doa tiada henti yang diberikan kepada penulis;

8 vi 8. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 79 Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah terjalin selama menempuh pendidikan di program Profesi Apoteker. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Program Pendidikan Profesi Apoteker juga bagi rekan seprofesi. Depok, Januari 2015 Penulis

9 vii Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 42 Jl. Sultan Hasanudin No.1 Jakarta Selatan Periode 1 September 30 September 2014 ABSTRAK Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek merupakan kegiatan pengenalan bagi calon apoteker terhadap pelayanan kefarmasian di apotek. PKPA di apotek Kimia Farma No.42 Jakarta Selatan bertujuan untuk memahami peranan apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan apotek, serta memahami manajemen pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik di apotek. Tugas khusus yang diberikan ialah mengenai studi kelayakan apotek. Kata kunci : Apoteker, Apotek Kimia Farma, Studi Kelayakan

10 viii Report of Aphotecary Profession Internship Program at Kimia Farma No. 42 Jl. Sultan Hasanudin No. 1 South Jakarta for Period 1 st to 30 th September 2014 ABSTRACT Aphotecary Profession Internship Program (PKPA) in pharmacy is an activity recognition for prospective pharmacists to pharmaceutical care in pharmacy. PKPA in Kimia Farma pharmacy No. 42 South Jakarta to understand the role of the pharmacist in implementing pharmaceutical services in health care facilities pharmacy, as well as to understand the management of pharmaceutical, medical devices, and medical materials consumables and clinical pharmacy services in pharmacy. Specific task that given in pharmacist internship program is feasibility studies. Keywords : Pharmacist, Kimia Farma Pharmacy, feasibility study

11 ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM Definisi Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Sumber Daya Kefarmasian Tata Cara Perizinan Izin Apotek Pengelolaan Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Pelayanan Farmasi Klinis Pengelolaan Obat Narkotika Pengelolaan Obat Psikotropika BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT. Kimia Farma (Persero) Tbk PT. Kimia Farma Apotek Apotek Kimia Farma No BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN... 41

12 x DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero),Tbk Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek Lampiran 3. Struktur organisasi Apotek Kimia Farma No Lampiran 4. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) Lampiran 5. Kartu Barang (Stok) Lampiran 6. Salinan Resep Lampiran 7. Etiket Lampiran 8. Label Lampiran 9. Surat Pesananan Narkotika Lampiran 10. Surat Pesananan Psikotropika... 50

13 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan Permenkes RI No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bahwa seorang apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat (drug related problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (sociopharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam melakukan praktik tersebut, Apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan obat, melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan semua kegiatan itu, diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian. Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada 1

14 2 masyarakat. Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian (Pemerintah RI, 2009a). Besarnya peran apoteker sebagai penanggung jawab sekaligus pengelola pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di apotek menjadikan apoteker sebagai titik tumpu agar apotek dapat berjalan sesuai dengan fungsinya dalam menunjang terwujudnya kesehatan yang bermutu bagi masyarakat. Oleh karena itu, Fakultas Farmasi bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi calon apoteker. PKPA ini merupakan langkah awal pengenalan bagi calon apoteker terhadap pelayanan kefarmasian di apotek. Dari PKPA diharapkan para calon apoteker dapat melihat secara langsung kegiatan yang berlangsung di apotek dan memahami peran apoteker dalam mengelola apotek dan memberikan pelayanan kepada pasien sehingga ketika resmi menjadi apoteker dapat menerapkan hal tersebut dalam kehidupan masyarakat guna menunjang pembangunan kesehatan yang berkesinambungan. 1.2 Tujuan Tujuan di lakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 42 yaitu: a. Memahami peranan apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan apotek. b. Memahami manajemen pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik di apotek

15 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Definisi Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika (Pemerintah RI, 2009a). 2.2 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan PP RI No.25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek, tugas dan fungsi apotek adalah (Pemerintah RI, 1980): a. Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sebagai sarana farmasi tempat dilakukannya kegiatan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sebagai sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. d. Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada tenaga kesehatan lain dan masyarakat, termasuk pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat. 2.3 Sumber Daya Kefarmasian Sumber Daya Manusia Pelayanan Kefarmasian di apotek diselenggarakan oleh apoteker, dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/atau tenaga teknis kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja. Dalam melakukan pelayanan kefarmasian apoteker harus memenuhi kriteria: 3

16 4 a. Persyaratan administrasi 1. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi 2. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) 3. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku 4. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) b. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal. c. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/continuing Professional Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang berkesinambungan. d. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan atau mandiri. e. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan perundang undangan, sumpah apoteker, standar profesi (standar pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang berlaku (Kementerian Kesehatan RI, 2014) Sarana dan Prasarana Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana apotek dapat menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta kelancaran praktik pelayanan kefarmasian. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi: a. Ruang penerimaan resep Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien. b. Ruang pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas) Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan obat,

17 5 air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner). c. Ruang penyerahan Obat Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat digabungkan dengan ruang penerimaan Resep. d. Ruang konseling Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien. e. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu. f. Ruang arsip Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu (Kementerian Kesehatan RI, 2014). 2.4 Tata Cara Perizinan Apotek Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA). SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek pada suatu tempat tertentu. Tata Cara Pemberian Izin Apotek yaitu (Kementerian Kesehatan RI, 2002):

18 6 a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM) untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat. d. Dalam hal pemeriksaaan tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan. g. Dalam Surat Penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan Apoteker Pengelola Apotek dan atau persyaratan apotek, atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasanalasannya.

19 7 2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan. a. Perencanaan Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat. b. Pengadaan Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. d. Penyimpanan 1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. 2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya. 3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis. 4. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out) e. Pemusnahan 1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang

20 8 mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja, pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan. 2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. f. Pengendalian Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan. g. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika psikotropika dan pelaporan lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

21 9 2.6 Pelayanan Farmasi Klinik Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi: a. Pengkajian Resep Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan; nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf; dan tanggal penulisan Resep. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sediaan; stabilitas; dan kompatibilitas (ketercampuran obat). Pertimbangan klinis meliputi: ketepatan indikasi dan dosis obat; aturan, cara dan lama penggunaan obat; duplikasi dan/atau polifarmasi; reaksi bat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi klinis lain); kontra indikasi; dan interaksi. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep. b. Dispensing Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut: 1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan Resep: - menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep; mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat. 2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan 3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi warna putih untuk Obat dalam/oral; warna biru untuk Obat luar dan suntik; menempelkan label kocok dahulu pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi. 4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.

22 10 Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai. c. Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain. d. Konseling Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan. e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care) Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. f. Pemantauan Terapi Obat (PTO) Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

23 11 g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis (Kementerian Kesehatan RI, 2014). 2.7 Pengelolaan Obat Narkotika Berdasarkan Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang narkotika, narkotika dapat didefinisikan sebagai suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Pengelolaan narkotika meliputi kegiatan: a. Pemesanan narkotika. Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma. Pesanan narkotika bagi apotek ditandatangani oleh APA dengan menggunakan surat pesanan rangkap empat, dimana tiap jenis pemesanan narkotika menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi dengan nomor SIK apoteker dan stempel apotek. b. Penyimpanan narkotika Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI, 1978): 1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. 2. Harus mempunyai kunci yang kuat. 3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari. 4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari cm, maka lemari tersebut harus dibuat melekat pada tembok atau lantai.

24 12 5. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. 6. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan. 7. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. c. Pelayanan resep mengandung narkotika Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang mengandung narkotika antara lain (Pemerintah Republik Indonesia, 2009b): 1. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu pengetahuan. 2. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. 3. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter. 4. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali. 5. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. 6. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang mengandung narkotik d. Pelaporan narkotika Apotek berkewajiban membuat dan mengirimkan laporan mutasi narkotika berdasarkan penerimaan dan pengeluarannya sebelum tanggal 10 setiap bulan. Laporan narkotika ditandatangani oleh APA, dibuat rangkap empat, ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota setempat dengan tembusan kepada kepala Balai Besar POM setempat, PT. Kimia Farma dan arsip apotek.

25 13 e. Pemusnahan narkotika APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. Apoteker Pengelola Apotek dan dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang sekurang-kurangnya memuat: 1. Nama, jenis, sifat, dan jumlah narkotik yang dimusnahkan. 2. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan. 3. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan. 4. Cara pemusnahan. Berita Acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada Suku Dinas Kesehatan Kota setempat dengan tembusan kepada kepala Balai Besar POM setempat, dan untuk arsip apotek. Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan yang berupa teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin. 2.8 Pengelolaan Obat Psikotropika Psikotropika menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1997 merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropik adalah segala yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi yang mengakibatkan ketergantungan. a. Pemesanan psikotropika Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan pemesanan obat lainnya, yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditandatangani oleh APA yang dikirim ke pedagang besar farmasi (PBF). Pemesanan psikotropika tidak memerlukan surat pemesanan khusus dan dapat dipesan apotek dari PBF atau pabrik obat.

26 14 b. Penyimpanan psikotropika Sampai saat ini, penyimpanan untuk obat-obatan golongan psikotropika belum diatur dalam perundang-undangan.namun, karena obat-obatan psikotropika ini cenderung untuk disalahgunakan, maka disarankan agar menyimpan obat-obatan psikotropika tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus yang terpisah dengan obat-obat lain, tidak harus dikunci dan membuat kartu stok psikotropika. c. Penyerahan psikotropika Penyerahan obat golongan psikotropika oleh apotek hanya dapat diberikan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pasien bila disertai dengan resep dokter. d. Pelaporan psikotropika Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997, pabrik obat, PBF, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan, wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan wajib melaporkannya kepada Menteri Kesehatan secara berkala. e. Pemusnahan psikotropika Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997 pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses psikotropika, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian.

27 15 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero). Pada tanggal 4 Juli 2001, PT. Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Pada tanggal 4 Juli 2002 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. terbagi menjadi PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution. Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia (PT. Kimia Farma Tbk., 2013) Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Visi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis. Misi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang: 15

28 16 a. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk yang inovatif. b. Perdagangan dan jaringan distribusi c. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan ritel farmasi dan jaringan pelayanankesehatan lainnya d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan Budaya Perusahaan Inti sari budaya perusahaan yang merupakan nilai-nilai inti perusahaan (corporates value) yaitu I C A R E yang menjadi acuan/pedoman bagi Perseroan dalam menjalankan usahanya, untuk berkarya meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat luas. Berikut adalah nilai-nilai inti perusahaan (PT. Kimia Farma Tbk., 2013): a. Innovative Budaya berpikir out of the box, smart, dan kreatif untuk membangun produk unggulan b. Customer First Mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja. c. Accountability Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, integritas dan kerja sama. d. Responsibility Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran dan dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk tegar dan bijaksana dalam menghadapi setiap masalah. e. Eco - Friendly Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan.

29 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi 4 Direktorat yaitu Direktorat Pemasaran, Direktorat Produksi, Direktorat Keuangan, Direktorat Umum dan Personalia. Dalam upaya perluasan pelayanan kefarmasian pada masyarakat, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. telah membentuk suatu jaringan distribusi yang terorganisir. PT Kimia Farma (Persero) Tbk. mempunyai 2 anak perusahaan yaitu PT Kimia Farma Trading and Distribution dan PT Kimia Farma Apotek yang masing-masing berperan dalam penyaluran sediaan farmasi, baik distribusi melalui PBF maupun pelayanan kefarmasian melalui apotek. Struktur organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Dapat dilihat pada Lampiran 1. PT Kimia Farma Trading and Distribution (T&D) membawahi PBF yang tersebar di seluruh Indonesia. PBF mendistribusikan produk-produk baik yang berasal dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk. maupun dari produsen-produsen lain ke apotek-apotek, toko obat dan institusi pemerintahan maupun swasta. PT Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma (KF) di seluruh wilayah Indonesia. Sampai awal tahun 2013 PT Kimia Farma Apotek mempunyai lebih kurang 512 apotek yang terkoordinasi dalam 38 Unit Bisnis Manager. Upaya peningkatan pelayanan di apotek dilakukan dengan cara menciptakan suasana aman dan nyaman, personel yang terampil, harga yang bersaing, dan kecepatan pelayanan dan kelengkapan resep (PT. Kimia Farma Tbk., 2013). 3.2 PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, yang bergerak di bidang retail farmasi. PT. Kimia Farma Apotek didirikan berdasarkan akta pendirian No. 6 tanggal 4 Januari 2003 dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. di Jakarta dan telah diubah dengan akta No. 25 tanggal 14 Agustus 2009 dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU AH Tahun 2009 tanggal 15 September 2009.

30 18 PT. Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi bisnis manajer dan apotek pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi. Pada tahun 2011, PT Kimia Farma Apotek memulai program transformasi dan mengubah visi dari jaringan layanan ritel farmasi menjadi jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Manajemen PT. Kimia Farma Apotek melakukan perubahan struktur (restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan SDM dengan pendekatan efisiensi, produktifitas, kompetensi dan komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma, dari sekedar gerai penjualan obat menjadi pusat pelayanan kesehatan atau health center, yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktik dokter, dan gerai untuk obat-obatan tradisional Indonesia. Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari apotek-apotek Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi kepada konsumen, dimana setiap apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan pelayanan yang bermutu, penyediaan obat yang baik dan lengkap, dan kenyamanan baik bagi pasien maupun pegawai. Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas AFTA, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan. Hingga saat ini, PT. Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma dan wilayah usahanya terbagi menjadi 38 Unit Bisnis dan 512 unit apotek yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Unit Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan, merupakan hal terdepan dari PT. Kimia Farma Apotek dalam melayani kebutuhan obat kepada masyarakat. Unit BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah tertentu, dengan tugas menangani administrasi permintaan barang dari apotek pelayanan yang berada di bawahnya, administrasi pembelian atau pemesanan barang, administrasi piutang dagang, administrasi hutang dagang dan administrasi perpajakan (PT. Kimia Farma Tbk., 2013).

31 Visi dan Misi PT Kimia Farma apotek Visi PT Kimia Farma apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka, dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Misi PT Kimia Farma apotek menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui: 1. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik, laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya. 2. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal. 3. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee Based Income) Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang direktur (Direktur Utama). Direktur Utama membawahi 2 direktur (Direktur Operasional dan Direktur Pengembangan), serta membawahi langsung 3 Manajer (Manajer SDM dan Umum, Manajer Akuntansi dan Keuangan, serta Manajer Teknologi Informasi). Direktur Operasional sendiri membawahi Manajer Operasional, Manajer Marchandising dan Logistik serta Manajer Bisnis. Direktur Pengembangan membawahi Manajer Pengembangan Pasar, Manajer Pengembangan Franchis, Manajer Pengembangan Clinic. Struktur organisasi PT. Kimia Farma Apotek dapat dilihat pada Lampiran 2. Organisasi Kimia Farma Apotek terdiri dari Manager Bisnis (BM) dan Apotek Pelayanan. BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah yang bertugas menangani pengadaan, penyimpanan barang, dan administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Sedangkan apotek pelayanan hanya melaksanakan fungsi pelayanan. BM secara struktur organisasi langsung membawahi para manager apotek pelayanan dan membawahi supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masing-masing. Dengan adanya unit BM, diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari Apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien serta mudah dalam

32 20 pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah: a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah. b. Apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan. c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi. d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh harga yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range margin atau HPP rendah. Namun sistem ini juga mempunyai kelemahan antara lain penyediaan obat di apotek pelayanan relatif lebih lama karena membutuhkan proses pengumpulan data pemesanan dari seluruh apotek pelayanan ke BM, dan pengiriman barang membutuhkan waktu lebih banyak. PT. Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma yang wilayah usahanya terbagi menjadi 38 wilayah Unit Bisnis. Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi 6 Unit Bisnis, yaitu (PT. Kimia Farma Tbk., 2013): a. Unit Bisnis Jaya I, membawahi wilayah Jakarta selatan dan Jakarta Barat dengan Business Manager (BM) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru b. Unit Bisnis Jaya II, membawahi Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, di Matraman c. Unit Bisnis Bogor, membawahi wilayah Bogor dan Depok dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7 d. Unit Bisnis Tangerang, membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang e. Unit Bisnis Rumah Sakit Jakarta, membawahi Kimia Farma Apotek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dengan BM di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. f. Unit Bisnis Bekasi

33 Apotek Kimia Farma No. 42 Apotek Kimia Farma No. 42 terletak di Jl. Sultan Hasanudin No.01, Kebayoran Baru. Apotek berada di kawasan Blok M sehingga lebih dikenal masyarakat sekitar dengan nama Kimia Farma Blok M, lokasi sangat strategis ditepi jalan raya dan disekitarnya adalah pusat bisnis Blok M. Apotek Kimia Farma No. 42 juga memiliki klinik dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis saraf sehingga meningkatkan jumlah pengunjung apotek. Apotek Kimia Farma No. 42 merupakan salah satu apotek pelayanan yang berada dibawah apotek administrator BM Jaya I. Adapun BM Jaya I, membawahi apotek pelayanan di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Bisnis Manager mengelola beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Bisnis Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 42 Apotek Kimia Farma No. 42 dikepalai oleh seorang APA yang disebut juga sebagai Manajer Apotek Pelayanan (MAP). APA membawahi seorang Apoteker pendamping, seorang Supervisor Peracikan, dan seorang Supervisor Swalayan. Masing-masing supervisor membawahi petugas-petugas di apotek. Tenaga Teknis Kefarmasian yang menjabat sebagai supervisor adalah asisten apoteker, sedangkan yang merupakan petugas di apotek adalah asisten apoteker dan non-asisten apoteker, lebih jelas lagi dapat dilihat pada Lampiran 3. Agar kegiatan apotek dapat berjalan dengan lancar diperlukan struktur organisasi yang baik agar pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab menjadi jelas sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pekerjaan serta memudahkan pengawasan dan pertanggung jawaban. Personalia apotek Kimia Farma No. 42 dibagi menurut tugasnya adalah sebagai berikut:

34 22 a. APA sebagai MAP sebanyak 1 orang. b. Apoteker Pendamping sebanyak 1 orang. c. Supervisor Peracikan dan Swalayan yang merupakan asisten apoteker masingmasing sebanyak 1 orang. d. Petugas apotek, yaitu asisten apoteker selain supervisor dan sales promotion girl (SPG) untuk swalayan farmasi Apotek Kimia Farma No. 42 beroperasi selama 24 jam. Pembagian jam kerja dibagi menjadi 3 shift, yaitu shift pagi (pukul ), shift siang (pukul ) dan shift malam (pukul ). Pembagian jam kerja, tugas dan tanggung jawab di setiap bagian juga dilakukan dengan tujuan efisiensi dan efektivitas kerja Sarana dan Prasarana Apotek Bangunan apotek terdiri dari 1 lantai yang dilengkapi dengan tempat praktik dokter. Ruang di Apotek Kimia Farma No.42 diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pelaksanaan aktivitas pelayanan apotek, memberikan suasana nyaman bagi pasien dan pegawai apotek. Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam apotek antara lain : a. Ruang tunggu Apotek Kimia Farma No. 42 memiliki dua pintu utama, satu pada bagian depan dan satu pada bagian samping. Ruang tunggu terdapat di bagian samping pintu masuk. Ruangan ini dilengkapi dengan beberapa baris bangku sebagai tempat duduk untuk menunggu, ruangan dilengkapi pendingin ruangan (AC) sehingga memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu. b. Swalayan farmasi Ruangan ini berada di samping ruang tunggu sehingga sangat mudah dilihat oleh pasien. Swalayan farmasi menjual produk over the counter (OTC) obat-obat bebas dan bebas terbatas, beauty care, personal care, traditional medicine, food supplement, produk bayi, susu, snack dan minuman. Penataan obat di swalayan farmasi disusun berdasarkan bentuk sediaan, farmakologi, dan susunan alfabet. Hal ini bertujuan untuk mempermudah konsumen dalam mencari obat yang diperlukan. Tampilan depan swalayan farmasi apotek Kimia

35 23 Farma No. 42 menunjukkan etalase yang berisi jajaran alat kesehatan. Hal ini dilakukan untuk menginformasikan kepada konsumen, bahwa selain menjual obat-obatan apotek Kimia Farma No. 42 juga menjual alat-alat kesehatan seperti kursi roda, alat timbangan, tabung oksigen, pispot, dll. c. Tempat penerimaan dan penyerahan resep Tempat penerimaan resep dibatasi oleh sebuah meja panjang dengan tinggi sebatas pinggang, memiliki 2 komputer untuk kasir yang dapat mempercepat proses penerimaan resep, sedangkan penyerahan resep dilakukan disamping tempat penerimaan resep, memiliki 1 meja penyerahan obat yang lebih rendah dari meja penerimaan resep, sehingga komunikasi dan pemberian informasi tidak mengalami kendala. d. Tempat peracikan Ruangan ini terletak di bagian belakang dekat dengan lemari penyimpanan obat narkotika dan psikotropika. Di ruangan ini dilakukan penimbangan, peracikan, pencampuran dan pengemasan obat-obat resep dokter. Ruangan ini dilengkapi dengan fasilitas dan bahan peracikan seperti timbangan, lumpang alu, pulveres, kertas perkamen, wadah piring, sudip dan alat-alat untuk meracik sediaan pulveres, kapsul, sediaan cair dan semi solid lainnya. e. Ruang praktik dokter Apotek Kimia Farma No. 42 memiliki ruang khusus praktik dokter antara lain: dokter umum, dokter spesialis saraf, serta memiliki klinik gigi, dan estetika. f. Ruang penunjang lainnya Ruang ini terdiri dari toilet, ruang administrasi, dan mushola Pengelolaan Apotek Pengadaan Pengadaan barang baik obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya dilakukan oleh karyawan dibidang perencanaan dan pengadaan dalam hal ini dilakukan oleh TTK yang bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek. Pengadaan barang dilakukan berdasarkan data yang tercatat pada buku defekta

36 24 dan perkiraan kebutuhan konsumen. Kebutuhan barang tersebut dimasukkan pada surat pemesanan barang. Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 42 dilakukan melalui gudang Business Manager (BM). Permintaan barang dilakukan melalui BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek), contoh BPBA dapat dilihat pada lampiran 4. Permintaan barang dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) ke bagian gudang, kemudian bagian gudang akan memeriksa stok barang yang diminta tersebut. Bila stok tersedia, maka gudang akan menerbitkan dokumen dropping dan mengirim barang yang diminta beserta dokumen dropping tersebut ke apotek. Bila stok tidak tersedia, maka Gudang menghubungi bagian Pembelian, bagian Pembelian akan membuat Surat Pemesanan (SP) ke PBF. Barang dikirimkan oleh PBF ke BM, kemudian BM akan menyalurkan kepada apotek yang meminta. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pemesanan dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui Surat Pemesanan (SP) yang telah ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Pemesanan dilakukan oleh BM setiap hari. a. Bagian pembelian Bisnis Manajer membuat surat pesanan yang berisi nama distributor, nama barang, kemasan, jumlah barang dan potongan harga yang kemudian ditandatangani oleh bagian pembelian dan apoteker pengelola apotek. Surat pesanan dibuat rangkap dua untuk dikirim ke distributor dan untuk arsip apotek. b. Setelah membuat surat pesanan, bagian pembelian langsung memesan barang ke distributor. Bila ada pesanan mendadak maka bagian pembelian akan melakukan pemesanan melalui telepon dan surat pesanan akan diberikan pada saat barang diantarkan. c. Pedagang Besar Farmasi akan mengantar langsung barang yang dipesan. Seperti sudah diungkapkan di awal, sistem distribution center melalui BM memiliki keuntungan dan kelemahannya sendiri. Untuk mengatasi kelemahan sistem distribution center melalui BM, yaitu membutuhkan waktu lebih lama dalam pengadaan barang, maka Apotek pelayanan dapat melakukan pembelian mendesak (by pass) jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada persediaan, dengan informasi dan konfirmasi ke bagian pembelian

37 25 BM. Dengan cara ini, apotek pelayanan dapat mengurangi waktu tunggu atau lead time karena barang dikirim langsung dari pemasok ke apotek, tanpa melalui BM. Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari Pedagang Besar Farmasi Kimia Farma tetapi juga dari Pedagang Besar Farmasi atau distributor lainnya. Adapun dasar pemilihan Pedagang Besar Farmasi atau distributor adalah resmi (terdaftar), kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan, ketersediaan barang, besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan, kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu, dan cara pembayaran Penerimaan Barang Setelah barang datang maka dilakukan penerimaan dan pemeriksaan barang. Petugas kemudian memberikan kertas droping 2 rangkap kepada penerima barang yang ada yang diapotek. Kemudian kertas droping ditandatangani oleh pegawai yang menerima barang dan diberi stempel apotek. Yang asli disimpan dan digunakan sebagai arsip apotek. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan kesesuaian nama barang, segel kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa dan kondisi barang. Selain itu juga dilakukan pencocokan antara kertas droping yang berasal dari gudang yang meliputi nama, kemasan, jumlah, harga barang Penyimpanan barang Penyimpanan obat atau pembekalan farmasi dilakukan oleh TTK. Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau barang diinput kedalam sistem komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal penambahan atau pengurangan, nomor dokumennya, jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan penambahan atau pengurangan barang. Kartu stok ini diletakan di masing-masing obat atau barang. Setiap TTK bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di lemari. Contoh kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 5. Penyimpanan barang disusun berdasarkan jenis sediaan, bentuk sediaan dan alfabetis untuk obat-obat ethical, serta berdasarkan farmakologi untuk obat-

38 26 obat Over The Counter (OTC). Penyimpanan obat atau barang disusun sebagai berikut: a. Lemari penyimpanan obat ethical atau prescription drugs. b. Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik dengan pintu rangkap dua dan terkunci. c. Lemari penyimpanan sediaan sirup, suspensi dan drops. d. Lemari penyimpanan obat tetes mata dan salep mata. e. Lemari penyimpanan salep kulit. f. Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria, insulin dan lain lain. g. Lemari penyimpanan obat bebas, obat bebas terbatas dan alat kesehatan. Beberapa kotak obat pada rak ditempel label khusus sebagai penanda dan pengingat bahwa obat tersebut terdapat peringatan khusus. Contoh label dapat dilihat pada lampiran Penjualan obat a. Penjualan obat tunai 1. Penjualan obat resep tunai Penjualan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap pasien yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai adalah sebagai berikut : a) TTK pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. b) TTK akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan memberitahukannya kepada pasien. Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat pada bagian kasir. Alamat dan nomor telepon pasien dicatat. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Lembar salinan resep dapat dilihat pada Lampiran 6. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi maka dapat pula dibuatkan kuitansi.

39 27 c) Resep diberi nomor urut resep, selanjutnya nomor resep tersebut diserahkan ke pasien untuk mengambil obat pada bagian penyerahan obat. d) Resep asli diserahkan ke bagian peracikan atau penyiapan obat. TTK pada bagian peracikan atau penyiapan obat akan meracik atau menyiapkan obat sesuai dengan resep. e) Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas. f) Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya. Juga dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi. g) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep lalu pasien diberi informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien. h) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib membubuhkan paraf atas apa saja yang dikerjakan pada resep tersebut, jika terjadi sesuatu dapat dipertanggung jawabkan atas pekerjaan yang dilakukan. 2. Penjualan bebas Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC (over the counter) baik obat bebas maupun bebas terbatas. Pelayanan penjualan obat dan alat kesehatan yang di jual bebas di counter swalayan farmasi termasuk kosmetika, dilakukan terhadap pasien yang memerlukan obat dan alat kesehatan tanpa resep dari dokter. Pada pelayanan obat OTC pembayarannya di lakukan secara tunai. Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut : a) Petugas membantu pasien dalam mencari barang di swalayan farmasi sesuai kebutuhan dan menginformasikan harga barang tersebut.

40 28 b) Pembayaran dilakukan setelah petugas memasukkan nama dan jumlah barang yang dientry dikomputer setelah disetujui pasien, serta membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas. c) Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pembeli. Bukti penjualan obat bebas dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor dan dicatat di laporan penjualan harian. 3. Pelayanan Swamedikasi atau UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) Pelayanan Swamedikasi juga cukup banyak di Apotek Kimia Farma No. 42. Pasien datang dengan keluhan. Apoteker atau TTK kemudian membantu pasien memilih obat-obatan yang sesuai. Peran Apoteker dalam swamedikasi ialah dapat memberi rekomendasi dan informasi yang tepat sesuai keluhan pasien. b. Penjualan obat dengan resep kredit Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada suatu instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi yang telah mengadakan kerja sama dengan apotek yang sering disebut Ikatan Kerja Sama (IKS), pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama. Apotek Kimia Farma No. 42 bekerja sama dengan beberapa instalasi seperti BPJS, PLN, inhealth, JPK, Geodipa, LPPI, Cyber dan Gelora. Perbedaan utama antara pelayanan resep tunai dengan kredit ialah pada pelayanan resep kredit, setelah resep diperiksa keabsahan dan kelengkapan resep, tidak dilakukan penetapan harga tetapi langsung diberi nomor urut dan obat disiapkan sementara pembayarannya tidak dilakukan pasien tetapi dibayarkan oleh instansi yang bekerja sama dengan apotek pada jangka waktu yang ditetapkan secara tertulis dalam Ikatan Kerja Sama. Untuk pelayanan resep kredit, setiap transaksi akan didata dan direkap untuk diklaim setiap bulannya kepada instalasi yang bersangkutan. Pada pelayanan resep kredit, harga obat disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu dari apotek dan instansi yang memberikan jaminan kesehatan. Selain itu, produk obat dan jumlah yang diberikan ditentukan oleh instansi tersebut.

41 Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika diatur secara khusus untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 42 meliputi : a. Pemesanan Narkotika Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan Narkotik yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pemesanan dilakukan ke PT. Kimia Farma Trade and Distribution dengan membuat surat pesanan khusus narkotika rangkap empat. Satu lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar salinan Surat Pesanan diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan sedangkan satu lembar salinan Surat Pesanan sebagai arsip di apotek. Contoh surat pesanan narkotika dapat dilihat pada lampiran 9. b. Penerimaan Narkotika Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan dengan sepengetahuan (Pharmacist Manager). Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. c. Penyimpanan Narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 42 disimpan pada lemari khusus yang terbuat dari kayu. Lemari tersebut terletak di tempat yang tidak diketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh TTK yang bertugas dan penanggung jawab narkotika. Obat narkotika yang terdapat di lemari narkotik Kimia Farma No. 42 yaitu Codipront kapsul, codipront expectorant; Codein 10 mg dan 20 mg, Coditam tablet, dan MST tab (morphin sulfat). d. Pelayanan Narkotika Apotek Kimia Farma No. 42 hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No. 42 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang

42 30 ditulis oleh apotek lain. Resep narkotika yang masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis merah di bawah obat narkotik. e. Pelaporan Narkotika Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan obat narkotika di lakukan melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP, lalu setelah data telah terinput data tersebut di import. Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan). f. Pemusnahan Narkotika Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut : 1. Manager Apotek Pelayanan membuat dan menandatangani surat permohonan pemusnahan narkotika yang berisi jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat. 2. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh Manager Apotek Pelayanan dikirimkan ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan. 3. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Manajer Apotek pelayanan, TTK, Petugas Balai POM, dan Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan. 4. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan yang berisi hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan; nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; petugas yang melakukan pemusnahan; nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek. Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan : a. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. b. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta. c. Arsip apotek.

43 Pengelolaan Psikotropika Selain pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika juga diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 42 meliputi: a. Pemesanan Psikotropika Pemesanan Psikotropika di apotek Kimia Farma No. 42 dilakukan oleh bagian pembelian dengan menggunakan SP khusus Psikotropika yang ditandatangani oleh MAP, dilengkapi dengan nomor SIPA dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan dapat berisi lebih dari satu jenis psikotropika. Surat pesanan dibuat rangkap 2, yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan dan sebagai arsip apotek. Contoh SP psikotropika dapat dilihat pada lampiran 10. b. Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari kayu. Lemari tersebut mempunyai kunci yang dipegang oleh TTK sebagai penanggung jawab yang diberi kuasa oleh Apoteker. Obat psikotropika yang ada di KF 42 yaitu Alganax 0.25 dan 0.5 mg, Alprazolam 0.5 mg, Analsik tablet, Apisate tablet, Clobazam tablet, Danalgin tablet, Esilgan 1 dan 2 mg, Librax tablet, Neurodial tablet, Proclozam tablet, Proneuron tablet, Sanmag tablet, Valisanbe 2 dan 5 mg, Serenace drop, Ativan 0.5 mg, Xanax 0.5 mg, Zyprax 0.5 mg, Metaneuron tablet, Spasmium tablet, Frisium tablet, Diazepam 2 mg, dan Luminal 30 mg. c. Pelayanan Psikotropika Apotek Kimia Farma No. 42 hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat sendiri oleh Apotek Kimia Farma No. 42 yang obatnya belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. d. Pelaporan Psikotropika Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Apoteker setiap bulannya

44 32 menginput data penggunaan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di import. Laporan meliputi laporan pemakaian psikotropika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan). e. Pemusnahan Psikotropik Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika Kegiatan Administrasi Pembelian hanya dilakukan oleh BM, maka dokumen dari bagian pembelian dibukukan oleh tata usaha di kartu hutang sebagai hutang apotek. Untuk pembelian tunai maupun kredit, hasil penjualan tunai dan kasir kecil masing-masing apotek pelayanan diserahkan ke kasir besar di BM untuk dibukukan pada buku kas. Sedangkan untuk penjualan kredit, dari masing-masing apotek pelayanan hanya menyerahkan salinan kuitansi kepada tata usaha dan dibukukan di kartu piutang. Laporan-laporan yang ada di bagian administrasi di buat secara harian yang kemudian direkapitulasi dalam bentuk laporan laba rugi, neraca, dan aliran kas (cash flow). Dalam melaksanakan tugasnya, kepala tata usaha dibantu oleh beberapa staf bagian: a. Administrasi pembelian Setiap transaksi dicatat ke dalam buku pembelian apotek setiap hari, kemudian dimasukkan datanya ke komputer. Dalam pencatatan dicantumkan nama distributor, nomor faktur, nama dan jumlah barang, harga barang, tanggal pembelian dan besarnya potongan harga. b. Administrasi penjualan Setiap penjualan baik tunai maupun kredit dicatat oleh bagian administrasi penjualan setiap hari berdasarkan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH). Penjualan tunai dicatat ke dalam buku kas (jurnal umum), sedangkan penjualan kredit dicatat ke dalam laporan piutang dagang.

45 33 c. Administrasi inkasso Administrasi inkasso merupakan bagian yang bertugas untuk menagih pembayaran resep kredit yang berasal dari perusahaan yang memiliki perjanjian kerja sama dengan apotek. Administrasi ini meliputi pencatatan kuitansi penagihan yang akan ditagih dan semua pemasukkan yang berasal dari pembayaran atas penagihan ke dalam nota inkasso. Hasil penagihan diserahkan kepada kasir besar dengan bukti penerimaan kas. d. Administrasi personalia atau umum Administrasi personalia dan umum mencatat semua data tentang pegawai, menyiapkan usulan perubahan status pegawai yang berhak mendapatkan kenaikan pangkat dan membuat laporan absensi pegawai Kegiatan Keuangan Kegiatan keuangan ditangani oleh seorang kasir besar yang bertanggung jawab langsung setiap hari, termasuk penerimaan dan pengeluaran uang dan surat berharga. Kasir besar bekerja sama dengan bagian tata usaha dalam hal administrasi, pembukuan, dan laporan. Manajemen keuangan dilakukan oleh bagian administrasi Unit Bisnis Jaya I. Apotek hanya melakukan penjualan tunai dan kredit. Secara berkala apotek mempunyai kewajiban untuk melaporkan Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH), Bukti Setoran Kas (BSK), bukti transfer bank atas penjualan tunai atau piutang, bon-bon penjualan, faktur penjualan kredit, stok barang dagangan. Fungsi laporan akuntansi bagi APA adalah mengetahui keuangan, barang, umur piutang, umur hutang, tingkat kemampuan menghasilkan data dan efisiensi penggunaan biaya melalui parameter parameter yang terdapat pada analisis rasio keuangan sehingga apoteker mampu mengambil keputusan untuk pengembangan apotek dimasa yang akan datang. Bentuk bentuk laporan akuntansi keuangan yang ada di apotek dapat berupa laporan laba/rugi dibuat di BM.

46 34 BAB 4 PEMBAHASAN PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan dari salah satu perusahaan farmasi besar di Indonesia, yaitu PT. Kimia Farma (Persero), Tbk yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Manajemen PT. Kimia Farma Apotek memiliki satu kebijakan dalam mengelola pelayanan serta keuangannya, yakni sistem pengelompokkan apotek-apotek pelayanan yang berada dalam suatu wilayah yang disebut dengan Business Manager (BM). Jadi terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang sekarang disebut sebagai Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. BM bertugas menangani pengadaan, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Sedangkan apotek pelayanan hanya melaksanakan fungsi pelayanan. Apotek Kimia Farma No. 42 yang berada di Jl. Sultan Hasanudin No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini merupakan salah satu apotek pelayanan yang berada dibawah apotek administrator BM Jaya I. Adapun BM Jaya I, membawahi apotek pelayanan di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Apotek Kimia Farma No. 42 berada dalam kompleks bangunan yang juga merupakan kantor BM Jaya I dan Kantor Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma Kebayoran. Kerugian dari sistem distribution center melalui BM adalah meningkatnya waktu tunggu dalam pengadaan barang. Hal ini terjadi karena diperlukan prosedur yang cukup panjang untuk pengumpulan data pemesanan dari seluruh apotek pelayanan ke BM, terlebih lagi pemesanan barang juga dilakukan dalam partai besar. Pemesanan apotek-apotek pelayanan kepada distributor dilakukan secara kolektif dalam suatu waktu berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan pada masingmasing BM. Apotek Kimia Farma No. 42 memiliki lokasi yang cukup strategis, terletak di tepi jalan dengan arus lalu lintas dua arah yang cukup ramai sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat karena banyak dilalui oleh kendaraan pribadi dan umum. Apotek ini berbatasan dengan Jalan Panglima Polim dan Jalan Melawai Raya dan terletak diantara pusat perbelanjaan (Blok M Square, Plaza Blok M, Pasar Raya Blok M, dan Plaza Melawai), terminal Blok M dan kawasan bisnis 34

47 35 Blok M. Di sekitar lingkungan apotek terdapat perumahan, sekolah, serta sarana kesehatan lainnya, seperti klinik, praktik dokter, dan rumah sakit. Di dekat apotek juga terdapat bank dan ATM sehingga memudahkan konsumen jika membutuhkan uang cash. Selain itu, daerah ini merupakan kawasan perkantoran sehingga dapat melayani kerjasama dalam bidang kesehatan dengan beberapa instansi, seperti PLN, ASKES/Inhealth, JPK, Geodipa, LPPI, Cyber, dan Gelora. Serta bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk peserta BPJS yang terdaftar di apotek Kimia Farma No.42. Bangunan apotek Kimia Farma No. 42 telah memenuhi rancang bangun yang distandardisasi. Rancangan standar tersebut memiliki ciri khusus yaitu adanya papan logo Kimia Farma Apotek di bagian depan, disertai dengan papan nama yang diperuntukkan bagi praktek dokter yang melakukan kerjasama. Adanya simbol yang jelas ini menjadikan apotek mudah dikenali dan menarik pasien khususnya yang telah mengenal reputasi atau menjadi pelanggan apotek Kimia Farma. Di sebelah apotek tersedia area parkir yang luas sehingga memudahkan pengunjung yang membawa kendaraan pribadi untuk memarkir kendaraannya dengan leluasa. Selain itu, dinding apotek yang berupa kaca tembus pandang membuat bagian dalam apotek yang nyaman, bersih, dan rapi dapat terlihat oleh pengunjung dari luar. Pemesanan barang yang dibutuhkan oleh apotek dicatat dalam Bon Pemesanan Barang Apotek (BPBA) kemudian bagian gudang BM Jaya I akan memeriksa persediaan barang dan melakukan pemesanan ke distributor jika barang di gudang tidak tersedia. Khusus untuk pengadaan obat narkotika, apotek melakukan pemesanan secara langsung ke distributor tunggal yaitu Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus narkotika. Namun, jika barang dibutuhkan segera (cito) maka apotek dapat melakukan pengadaan ke apotek pelayanan lainnya melalui media komunikasi telepon atau faks. Barang yang dikirim oleh distributor akan diterima pihak gudang di BM Jaya I, setelah itu diserahkan ke apotek Kimia Farma No. 42. Pada proses penerimaan barang datang di apotek dilakukan pencocokan barang dengan daftar droping dan salinan SP, serta memeriksa kesesuaian barang yang diterima

48 36 dengan jumlah dan spesifikasi yang dipesan, keadaan fisik barang dan tanggal kadaluarsa. Pencatatan dilakukan pada kartu stok masing-masing obat untuk setiap pemasukan dan pengeluaran barang. Hal ini bermanfaat dalam pengoreksian kesesuaian antara pencatatan pada sistem komputerisasi terhadap pencatatan pada kartu stok dan kuantitas obat secara fisik serta sebagai fungsi pengawasan terhadap ketersediaan barang. Pemeriksaan persediaan barang (stock opname) juga dilakukan untuk mencocokkan antara jumlah barang yang ada dengan jumlah barang yang tertera pada kartu stok. Ketidaksesuaian antara stok fisik dengan data di komputer yang mungkin terjadi dapat disebabkan karena kesalahan dalam memasukkan data, perhitungan manual di kartu stok ataupun adanya kehilangan barang. Penyimpanan obat dikelompokan lagi berdasarkan kondisi penyimpanan, jenis sediaan, farmakologi dan urutan alfabetis. Tempat penyimpanan dapat dilakukan pada rak obat, lemari atau lemari es. Obat-obat yang disusun berdasarkan farmakologi pengelompokannya antara lain kelompok antibiotik, antialergi, antiinflamasi, diabetes, hipertensi, hormon, kolesterol, saluran pencernaan, saluran pernapasan, saluran kemih, vitamin dan suplemen, obat generik, obat produksi Kimia Farma dan obat untuk pasien ASKES/inhealth. Untuk penyimpanan narkotika diletakkan dalam lemari khusus dengan dua pintu dan kunci ganda, sedangkan untuk psikotropika dan obat mahal diletakan dalam lemari tersendiri terpisah dengan obat-obat lain. Obat lepasan yang tidak dikemas dan biasa digunakan untuk resep racikan disimpan dalam lemari khusus yang berada di area peracikan. Sistem penataan obat-obat ini sangat bermanfaat karena mempermudah dalam pengambilan barang sehingga kerja menjadi lebih efektif. Pada masing-masing wadah obat ditempelkan label warna yang menunjukkan tahun daluarsa dari masing-masing obat untuk memudahkan pengawasan terhadap keamanan obat yang diberikan kepada pasien. Nantinya secara rutin label ini akan diganti secara rutin tiap dilakukan pengecekan. Namun dalam pelaksanaannya, kegiatan pengecekan belum berjalan dengan lancar atau teliti. Hal ini terlihat pada ditemukannya beberapa obat dalam lemari atau rak yang sudah memasuki masa kadaluarsanya.

49 37 Apotek Kimia Farma No. 42 memiliki swalayan farmasi sehingga pembeli bisa dengan mudah memilih barang yang diinginkan. Produk-produk yang diletakkan di bagian swalayan antara lain obat bebas yang disusun sesuai dengan jenis sediaan dan khasiatnya, serta kosmetik, vitamin dan suplemen, susu, minuman, makanan ringan, madu, perlengkapan bayi, peralatan laboratorium dan alat kesehatan seperti kursi roda, tongkat, masker dan lain-lain. Selain memberikan manfaat bagi pembeli, swalayan farmasi juga dapat meningkatkan pendapatan apotek diluar pelayanan obat resep. Namun swalayan farmasi juga memiliki sisi negatif yaitu memerlukan ruang yang cukup besar dan sangat rentan terhadap pencurian. Oleh karena itu, tata letak rak swalayan farmasi di apotek Kimia Farma No. 42 dirancang sedemikian rupa sehingga posisinya memudahkan karyawan apotek untuk memantau para pembeli. Selain itu, juga terdapat CCTV untuk mengawasi kegiatan yang ada di swalayan. Pelabelan harga juga sangat diperlukan karena dapat memudahkan pembeli untuk mengetahui langsung harga barang dan tidak perlu mengecek harga barang ke kasir atau bertanya kepada petugas apotek. Apotek Kimia Farma No. 42 menerima pelayanan resep tunai dan kredit. Karyawan apotek selalu memberitahukan kepada pasien tentang pelayanan resep yang agak lama jika dalam penyiapan obat membutuhkan waktu yang lama misal untuk obat racikan, sehingga pasien telah mempersiapkan waktunya untuk menunggu. Pelayanan resep kredit terlaksana dengan adanya kerjasama dengan beberapa instansi. Prosedur pelayanan resep ini diawali dengan pengiriman resep, baik secara langsung ke apotek maupun melalui faksimile, dilanjutkan penyiapan obat dan pemberian obat. Penyerahan resep kredit dapat dilakukan dengan pemberian langsung kepada pasien yang datang ke apotek maupun pengiriman obat dengan sistem antar ke instansi terkait. Sebelum obat-obat diserahkan kepada pasien, dilakukan pengecekan terlebih dahulu apakah obat yang akan diserahkan sesuai dengan resep. Untuk penyerahan obat, baik resep tunai maupun kredit yang di ambil langsung, disertai dengan pemberian informasi serta edukasi oleh apoteker pendamping, namun jika apoteker pendamping sedang tidak ada di tempat maka penyerahan obat dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang kompeten. Selain itu pelayanan yang

50 38 ramah serta kemampuan berbahasa inggris yang baik dari apoteker pandamping sangat membantu pengunjung apotek khususnya yang bukan berkewarganegaraan Indonesia. Dengan adanya program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 42 yang dilaksanakan selama 4 minggu ini telah banyak memberikan gambaran, pemahaman, serta informasi kepada calon apoteker mengenai tugas dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek. Apoteker selain sebagai penanggung jawab di apotek juga berperan dalam pengelolaan obat di apotek serta pelayanan farmasi klinis. Dengan pelayanan kefarmasian yang baik diharapkan dapat mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

51 39 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan a. Peran apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 42 yaitu meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta kegiatan pelayanan farmasi klinik. b. Kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek Kimia Farma No. 42 dalam hal pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, penjualan serta pelayanan resep maupun pelayanan obat yang dapat diberikan tanpa resep, selain itu juga dilakukan kegiatan administrasi dan keuangan. Sedangkan pelayanan farmasi klinis yang dilakukan yaitu pengkajian resep, dispensing, pemberian informasi obat, dan konseling. 5.2 Saran a. Adanya standar waktu tunggu yang jelas untuk resep agar pasien mendapat jaminan waktu pelayanan obat terutama resep obat racikan. b. Meningkatkan kedisiplinan petugas apotek dalam memeriksa dan mencatat stok barang setiap ada transaksi baik masuk maupun keluar agar stok barang tidak kosong dan jumlahnya sesuai antara kartu stok dan komputer. c. Pengawasan terhadap obat-obat yang mendekati masa daluarsa diperketat untuk menjamin keamanan obat yang diberikan. 39

52 40 DAFTAR ACUAN Kementerian Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/MenKes/PER/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/PER/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. PT. Kimia Farma Tbk. (2013). Tentang Kami: PT. Kimia Farma Tbk. Retrieved Desember 2, 2014, from Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Undang-Undang No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta Pemerintah Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2009a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Putridewa, Devin Ayu. (2013). Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma. Fakultas Farmasi..

53 41 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero),Tbk. PT. KIMIA FARMA strategi Korporat PT. KIMIA FARMA TRADING & DISTRIBUTION Strategi Bisnis PT. KIMIA FARMA APOTEK Strategi Bisnis Dept. SDM Stategi Fungsional Dept. Operasi Stategi Fungsional Dept. Keuangan Stategi Fungsional Dept. Pemasaran Stategi Fungsional

54 42 Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek DIREKTUR UTAMA PT. KFA Direktur Operasional Direktur Pengembangan Manajer Umum Manajer Operasional Manajer Bisnis Manajer merchandiser Manajer Pengembangan Layanan dan Logistik Manajer Tekhnologi Informatika BM Manajer Pengembangan Apotek Manajer Umum Apotek KF No.42 Manajer Keuangan dan Akuntansi 42

55 43 Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No.42 Manajer Apotek Pelayanan Apoteker Pendamping Supervisor Peracikan Supervisor Swalayan Petugas Apotek: - Asisten Apoteker - Non Asisten Apoteker Petugas Apotek: - Pelayanan OTC - SPG

56 44 Lampiran 4. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) BON PERMINTAAN BARANG APOTEK A P O T E K (24 jam) Jl. Sultan Hasanuddin No.1 Kebayoran Baru Jakarta Selatan Telp Fax Ke Apotek : Apotek Kimia Farma No.42 Blok M No. BPBA : Tanggal : No. Nama obat Ket. Stock Pareto Jumlah Kemasan Jumlah beri Harga satuan Jumlah permintaan

57 45 Lampiran 5. Kartu Barang (Stok) Tgl Nama Obat : Kemasan : No. Dokumen ED + - Sisa

58 46 Lampiran 6. Salinan Resep

59 47 Lampiran 7. Etiket

60 48 Lampiran 8. Label

61 49 Lampiran 9. Surat Pesanan Narkotika

62 50 Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika

63 21 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER PENGKAJIAN RESEP PASIEN ASMA FRAMITA SARI, S. Farm ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2015

64 ii DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengkajian Resep Asma Patogenesis Asma Gejala Asma Penatalaksanaan Asma... 5 BAB 3 METODE PENGKAJIAN Waktu dan Objek Pengkajian Metode Pengkajian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN... 27

65 iii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 4.1 Resep Pasien Asma Gambar 4.2 Etiket Biru untuk Berotec Inhaler Gambar 4.3 Etiket Putih untuk Salbutamol Gambar 4.4 Etiket Putih untuk Racikan Sirup OBH... 20

66 0 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Obat Asma yang Tersedia di Indonesia... 9 Tabel 2.2 Sediaan dan Dosis Obat Pengontrol Asma Tabel 2.3 Sediaan dan Dosis Obat Pelega untuk Mengatasi Gejala Asma.. 12 Tabel 4.1 Hasil Kajian Administratif Tabel 4.2 Hasil Kajian Kesesuaian Farmasetik Tabel 4.3 Hasil Pertimbangan Klinis Tabel 4.4 Jumlah Obat yang disiapkan Tabel 4.5 Patient Medication Record (PMR) Laporan praktek, Framita 0 Sari, FF UI, 2015

67 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi Pelayanan Kefarmasian dari pengelolaan Obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Salah satu kegiatan pelayanan farmasi klinik adalah pengkajian resep. Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai dengan peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus dan sumbatan saluran napas yang dapat kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai (Departemen Kesehatan RI, 2007). Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah dengan meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Peran apoteker dalam penanganan penyakit asma adalah mengatasi masalah terkait obat yang mungkin timbul, memberikan informasi dan konseling, memotivasi pasien untuk patuh dalam pengobatan serta membantu dalam pencatatan untuk pengobatan (Medication Record) (Departemen Kesehatan RI, 2007). Oleh karena itu, untuk memberikan bekal pengetahuan bagi apoteker sebagai sumber informasi terutama Laporan praktek, Framita 1 Sari, FF UI, 2015

68 2 untuk masalah terkait dengan obat asma maka dilakukan pengkajian resep pasien asma. 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan tugas ini adalah melakukan pengkajian resep pasien asma meliputi kajian administrasi, kajian kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Laporan praktek, Framita 2 Sari, FF UI, 2015

69 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengkajian Resep Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Pengkajian resep merupakan salah satu kegiatan pelayanan farmasi klinik yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis (Kementrian Kesehatan RI, 2014). a. Kajian administratif Kajian administratif dalam pengkajian resep meliputi: 1. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan; 2. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf; dan 3. Tanggal penulisan resep. b. Kajian kesesuaian farmasetik Kajian kesesuaian farmasetik dalam pengkajian resep meliputi: 1. Bentuk dan kekuatan sediaan; 2. Stabilitas; dan 3. Kompatibilitas (ketercampuran obat). c. Pertimbangan klinis meliputi: Pertimbangan klinis dalam pengkajian resep meliputi: 1. Ketepatan indikasi dan dosis obat; 2. Aturan, cara dan lama penggunaan obat; 3. Duplikasi dan/atau polifarmasi; 4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain); 5. Kontraindikasi; dan Interaksi. Laporan praktek, Framita 3 Sari, FF UI, 2015

70 4 Kegiatan pengkajian resep ini dapat menjamin ketepatan terapi yang diterima pasien dan dapat mencegah terjadinya medication error. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka apoteker harus menghubungi dokter penulis resep (Kementrian Kesehatan RI, 2014). 2.2 Asma Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai dengan peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus dan sumbatan saluran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003) Patogenesis Asma Predisposisi genetik untuk berkembangnya asma memberikan bakat/kecenderungan untuk terjadinya asma. Fenotip yang berkaitan dengan asma, dikaitkan dengan ukuran subjektif (gejala) dan objektif (hipereaktivitas bronkus, kadar IgE serum) dan atau keduanya. Kompleksnya gambaran klinis asma, maka dasar genetik asma dipelajari dan diteliti melalui fenotip-fenotip perantara yang dapat diukur secara objektif seperti hipereaktivitas bronkus, alergik/ atopi, walau disadari kondisi tersebut tidak khusus untuk asma. Mutasi pada kluster-kluster gen sitokin pada kromosom 5 dihipotesiskan sebagai predisposisi terjadinya asma. Berbagai gen pada kromosom 5q berperan dalam progresivitas inflamasi baik pada asma maupun atopi, IL-4 sangat penting dalam respons imun atopi, baik dalam menimbulkan diferensiasi sel Th2 maupun merangsang produksi IgE oleh sel B. Gen IL-4 dan gen-gen lain yang mengatur regulasi ekspresi IL-4 adalah gen yang berpredisposisi untuk terjadi asma dan atopi (Hudoyo, 2014). Faktor lingkungan yang berperan sebagai faktor pencetus serangan/eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap yaitu Laporan praktek, Framita 4 Sari, FF UI, 2015

71 5 alergen di dalam dan di luar ruangan, polusi udara di dalam dan di luar ruangan, infeksi pernapasan, exercise dan hiperventilasi, perubahan cuaca, sulfur dioksida, makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan, ekspresi emosi yang berlebihan, asap rokok dan bahan iritatif seperti parfum dan baubauan merangsang (Hudoyo, 2014) Gejala Asma (Departemen Kesehatan RI, 2007). Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan/atau tanpa pengobatan. Gejala awal dapat berupa: a. Batuk terutama pada malam atau dini hari; b. Sesak napas; c. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan napasnya; d. Rasa berat di dada; e. Dahak sulit keluar. Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa, yang termasuk gejala yang berat yaitu: a. Serangan batuk yang hebat; b. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal; c. Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut); d. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk; e. Kesadaran menurun Penatalaksanaan Asma (Departemen Kesehatan RI, 2007). Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan penatalaksanaan asma: a. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma b. Mencegah eksaserbasi akut c. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin d. Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise e. Menghindari efek samping obat Laporan praktek, Framita 5 Sari, FF UI, 2015

72 6 f. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) irreversibel g. Mencegah kematian karena asma Penatalaksanaan asma berguna untuk mengontrol penyakit. Asma dikatakan terkontrol bila : a. Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam b. Tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk exercise c. Kebutuhan bronkodilator (agonis β2 kerja singkat) minimal (idealnya tidak diperlukan) d. Variasi harian APE (Arus Puncak Ekspirasi) kurang dari 20% e. Nilai APE normal atau mendekati normal f. Efek samping obat minimal (tidak ada) g. Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat Terapi Non Farmakologi (Departemen Kesehatan RI, 2007). a. Edukasi pasien Edukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi mitra dokter dalam penatalaksanaan asma. Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk : 1. meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma sendiri) 2. meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma sendiri/asma mandiri) 3. meningkatkan kepuasan 4. meningkatkan rasa percaya diri 5. meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri 6. membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol asma Bentuk pemberian edukasi antara lain: 1. Komunikasi/nasehat saat berobat 2. Ceramah 3. Latihan/training 4. Supervisi Laporan praktek, Framita 6 Sari, FF UI, 2015

73 7 5. Diskusi 6. Tukar menukar informasi (sharing of information group) 7. Film/video presentasi 8. Leaflet, brosur, buku bacaan, dan lain-lain. Komunikasi yang baik adalah kunci kepatuhan pasien, upaya meningkatkan kepatuhan pasien dilakukan dengan : 1. Edukasi dan mendapatkan persetujuan pasien untuk setiap tindakan/penanganan yang akan dilakukan. Jelaskan sepenuhnya kegiatan tersebut dan manfaat yang dapat dirasakan pasien 2. Tindak lanjut (follow-up). Setiap kunjungan, menilai ulang penanganan yang diberikan dan bagaimana pasien melakukannya. Bila mungkin kaitkan dengan perbaikan yang dialami pasien (gejala dan faal paru). 3. Menetapkan rencana pengobatan bersama-sama dengan pasien. 4. Membantu pasien/keluarga dalam menggunakan obat asma. 5. Identifikasi dan atasi hambatan yang terjadi atau yang dirasakan pasien, sehingga pasien merasakan manfaat penatalaksanaan asma secara konkret. 6. Menanyakan kembali tentang rencana penganan yang disetujui bersama dan yang akan dilakukan, pada setiap kunjungan. 7. Mengajak keterlibatan keluarga. 8. Pertimbangkan pengaruh agama, kepercayaan, budaya dan status sosioekonomi yang dapat berefek terhadap penanganan asma b. Pengukuran peak flow meter Perlu dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat. Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter ini dianjurkan pada : 1. Penanganan serangan akut di gawat darurat, klinik, praktek dokter dan oleh pasien di rumah. 2. Pemantauan berkala di rawat jalan, klinik dan praktek dokter. 3. Pemantauan sehari-hari di rumah, idealnya dilakukan pada asma persisten usia di atas > 5 tahun, terutama bagi pasien setelah perawatan di rumah Laporan praktek, Framita 7 Sari, FF UI, 2015

74 8 sakit, pasien yang sulit/tidak mengenal perburukan melalui gejala padahal berisiko tinggi untuk mendapat serangan yang mengancam jiwa. Pada asma mandiri pengukuran APE dapat digunakan untuk membantu pengobatan seperti : 1. Mengetahui apa yang membuat asma memburuk 2. Memutuskan apa yang akan dilakukan bila rencana pengobatan berjalan baik 3. Memutuskan apa yang akan dilakukan jika dibutuhkan penambahan atau penghentian obat 4. Memutuskan kapan pasien meminta bantuan medis/dokter/igd c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus d. Pemberian oksigen e. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak f. Kontrol secara teratur g. Pola hidup sehat Pola hidup sehat dapat dilakukan dengan penghentian merokok, menghindari kegemukan, kegiatan fisik misalnya senam asma (Departemen Kesehatan RI, 2007) Terapi Farmakologi Terapi farmakologi merupakan salah satu bagian dari penanganan asma yang bertujuan mengurangi dampak penyakit dan kualiti hidup; yang dikenal dengan tujuan pengelolaan asma. Pemahaman bahwa asma bukan hanya suatu episodik penyakit tetapi asma adalah suatu penyakit kronik menyebabkan pergeseran fokus penanganan dari pengobatan hanya untuk serangan akut menjadi pengobatan jangka panjang dengan tujuan mencegah serangan, mengontrol atau mengubah perjalanan penyakit. Pada prinsipnya pengobatan asma dibagi menjadi 2 golongan yaitu antiinflamasi merupakan pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol penyakit serta mencegah serangan dikenal dengan pengontrol, dan bronkodilator yang Laporan praktek, Framita 8 Sari, FF UI, 2015

75 9 merupakan pengobatan saat serangan untuk mengatasi eksaserbasi/ serangan, dikenal dengan pelega (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). Terapi farmakologi untuk pengobatan asma dapat dilihat pada tabel 2.1, tabel 2.2, dan tabel 2.3 berikut. Tabel 2.1 Obat Asma yang Tersedia di Indonesia Jenis Obat Golongan Nama Generik Pengontrol Bentuk/ kemasan obat Antiinflamasi Steroid Inhalasi Flutikason propionat IDT Budesonide IDT, Turbuhaler Kromolin IDT Sodium kromoglikat Nedokromil IDT Nedokromil Zafirlukast Oral (tablet) Antileukotrin Metilprednisolon Oral,Injeksi Kortikosteroid sistemik Prednisolon Oral Agonis beta-2 Prokaterol Oral kerja lama Bambuterol Oral Formoterol Turbuhaler Pelega Bronkodilator Agonis beta-2 kerja singkat Salbutamol Terbutalin Oral, IDT, rotacap, rotadisk, Solutio Oral, IDT, Turbuhaler, solutio Ampul (injeksi) Prokaterol IDT Fenoterol IDT, solutio Antikolinergik Ipratropium bromide IDT, Solutio Metilsantin Teofilin Oral Aminofilin Oral, Injeksi Teofilin lepas lambat Oral Agonis beta-2 kerja lama Formoterol Turbuhaler Kortikosteroid Metilprednisolon Oral, injeksi sistemik Prednison Oral Laporan praktek, Framita 9 Sari, FF UI, 2015

76 10 Keterangan : IDT : Inhalasi dosis terukur = Metered dose Inhaler / MDI, dapat digunakan bersama dengan spacer Solutio : larutan untuk penggunaan nebulisasi dengan nebulizer Oral : dapat berbentuk sirup, tablet Injeksi : dapat untuk pengggunaan subkutan, im dan iv Tabel 2.2 Sediaan dan Dosis Obat Pengontrol Asma Medikasi Sediaan obat Dosis dewasa Keterangan Kortikosteroid sistemik Metilprednisolon Tablet 4, 8, 16 mg 4-40 mg/ hari, dosis tunggal atau terbagi Prednison Tablet 5 mg Short-course : mg /hari dosis tunggal atau terbagi selama 3- Kromolin & Nedokromil 10 hari Kromolin IDT 5mg/ semprot 1-2 semprot, 3-4 x/ hari Nedokromil IDT 2 mg/ 2 semprot, 2-4 x/ semprot hari Agonis beta-2 kerja lama Salmeterol IDT 25 mcg/ Semprot Rotadisk 50 mcg 2 4 semprot, 2 x / hari Bambuterol Tablet 10mg 1 X 10 mg / hari, Prokaterol Tablet 25, 50 mcg Sirup 5 mcg/ ml malam 2 x 50 mcg/hari 2 x 5 ml/hari Pemakaian jangka panjang dosis 4-5mg/ hari atau 8-10 mg selang sehari untuk mengontrol asma, atau sebagai pengganti steroid inhalasi pada kasus yang tidak dapat/ mampu menggunakan steroid Sebagai alternatif Sebelum exercise atau pajanan alergen, profilaksis efektif dalam 1-2 jam Digunakan bersama/ kombinasi dengan steroid inhalasi untuk mengontrol asma - - Laporan praktek, Framita 10 Sari, FF UI, 2015

77 11 Formoterol IDT 4,5 ; 9 mcg/semprot Metilxantin Aminofilin lepas lambat Teofilin lepas Lambat Antileukotrin 4,5 9 mcg, 1-2x/ hari Tidak dianjurkan untuk mengatasi gejala pada eksaserbasi Kecuali formoterol yang mempunyai onset kerja cepat dan berlangsung lama, sehingga dapat digunakan mengatasi gejala pada eksaserbasi Tablet 225 mg 2 x 1 tablet Atur dosis sampai mencapai kadar obat dalam serum 5-15 mcg/ ml. Tablet 125, 250, 300 mg 2 x/ hari; 400 mg mg 1x/ hari 2 x mg Sebaiknya monitoring kadar obat dalam serum dilakukan rutin, mengingat sangat bervariasinya metabolic clearance dari teofilin, sehingga mencegah efek samping Zafirlukast Tablet 20 mg 2 x 20mg/ hari Pemberian bersama makanan mengurangi bioavailabiliti. Sebaiknya diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan Steroid inhalasi Flutikason propionat Budesonide IDT 50, 125 mcg/semprot IDT, Turbuhaler 100, 200, 400 mcg mcg/ hari mcg/ hari Dosis bergantung kepada berat asma Sebaiknya derajat diberikan dengan Laporan praktek, Framita 11 Sari, FF UI, 2015

78 12 spacer Beklometason dipropionat IDT, rotacap, rotahaler, rotadisk mcg/ hari - Tabel 2.3 Sediaan dan Dosis Obat Pelega untuk Mengatasi Gejala Asma Medikasi Sediaan obat Dosis dewasa Keterangan Agonis beta-2 kerja singkat Terbutalin IDT 0,25 mg/ semprot Turbuhaler 0,25 mg ; 0,5 mg/hirup Respule/ solutio 5 mg/ 2ml Tablet 2,5 mg Sirup 1,5 ; 2,5 mg/ 5ml Salbutamol IDT 100 mcg/semprot Nebules/ solutio 2,5 mg/2ml, 5mg/ml Tablet 2mg, 4 mg Sirup 1mg, 2mg/ 5ml Fenoterol IDT 100, 200 mcg/ semprot Solutio 100 mcg/ Prokaterol Antikolinergik Ipratropium bromide ml IDT 10 mcg/ semprot Tablet 25, 50 mcg Sirup 5 mcg/ ml IDT 20 mcg/ semprot Solutio 0,25 mg/ ml (0,025%) 0,25-0,5 mg, 3-4 x/ hari oral 1,5 2,5 mg, 3-4 x/ hari inhalasi 200 mcg 3-4 x/ hari oral 1-2 mg, 3-4 x/ hari Penggunaan obat pelega sesuai kebutuhan, bila perlu. Untuk mengatasi eksaserbasi, dosis pemeliharaan berkisar 3-4x/ hari 200 mcg 3-4 x/ hari mcg, x/ hari 2 x 50 mcg/hari 2 x 5 ml/hari 40 mcg, 3-4 x/ Diberikan kombinasi dengan hari agonis beta-2 kerja singkat, untuk mengatasi serangan 0,25 mg, setiap 6 Kombinasi dengan agonis - Laporan praktek, Framita 12 Sari, FF UI, 2015

79 13 (nebulisasi) jam beta-2 pada pengobatan jangka panjang, tidak ada manfaat tambahan Kortikosteroid sistemik Metilprednisolon Tablet 4, 8,16 mg Short-course : mg /hari dosis tunggal atau terbagi selama 3-10 hari Prednison Metilsantin Tablet 5 mg Teofilin Tablet 130, 150 mg Aminofilin Tablet 200 mg 3-5 mg/ kg BB/ kali, 3-4x/ hari Short-course efektif utk mengontrol asma pada terapi awal, sampai tercapai APE 80% terbaik atau gejala mereda, umumnya membutuhkan 3-10 hari Kombinasi teofilin/ aminoflin dengan agonis beta-2 kerja singkat (masingmasing dosis minimal), meningkatkan efektiviti dengan efek samping minimal Laporan praktek, Framita 13 Sari, FF UI, 2015

80 14 BAB 3 METODE PENGKAJIAN 3.1 Waktu dan Objek Pengkajian Pengkajian dilakukan pada bulan Januari 2015 dan sebagai objek pengkajian yaitu resep pasien asma. 3.2 Metode Pengkajian Metode pengkajian dilakukan secara deskriptif analitik yaitu menetapkan permasalahan yang ada pada resep, lalu menganalisa resep sesuai dengan kriteria pengkajian resep yaitu kajian administratif, kajian kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis yang terdapat pada Permenkes RI No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan kemudian dibuat suatu kesimpulan. Laporan praktek, Framita 14 Sari, FF UI, 2015

81 15 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Resep yang dikaji adalah resep pasien asma, Seorang anak datang ke apotek membawa resep yang ditulis untuk ibunya (Ibu Dana, 40 kg, 55 tahun). Anak Ibu Dana menginformasikan bahwa ibunya menderita asma sejak 5 tahun yang lalu dengan riwayat alergi positif. Hasil pemeriksaan laboratorium Ibu Dana yaitu kadar eosinofil dan IgE lebih tinggi dari normal. Resep dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1 Resep Pasien Asma Pengkajian resep berikut ini meliputi kajian administratif, kajian kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Hasil dari pengkajian resep tersebut adalah sebagai berikut: Laporan praktek, Framita 15 Sari, FF UI, 2015

82 16 Tabel 4.1 Hasil Kajian Administratif No. Administratif Keterangan 1 Nama pasien * Ibu Dana 2 Umur pasien 55 tahun 3 Jenis Kelamin pasien Perempuan 4 Berat badan pasien 40 kg 5 Nama dokter dr. Denny, Sp.P 6 Nomor Surat Izin Praktik (SIP) Tidak ada 7 Alamat dokter Jln. Margonda Raya No.1 Depok 8 Nomor telepon dokter Paraf dokter ada 10 Tanggal penulisan resep Jakarta, 9 September 2014 Tabel 4.2 Hasil Kajian Kesesuaian Farmasetik No. Kesesuaian Farmasetik Keterangan 1 Bentuk sediaan Ada 2 Kekuatan sediaan Tidak ada 3 Stabilitas Stabil dibawah suhu 30 C Tabel 4.3 Hasil Pertimbangan Klinis No. Pertimbangan Klinis Keterangan 1 Ketepatan indikasi dan dosis obat * 2 Aturan dan cara penggunaan obat * Ada tetapi belum lengkap 3 Duplikasi dan/ atau polifarmasi Tidak ada 4 Alergi Positif 5 Efek samping obat Berotec inhaler : Tremor halus pd otot rangka, gugup, sakit kepala, pusing, takikardi, palpitasi, batuk, iritasi lokal; mual, muntah, berkeringat, otot lemah, mialgia, kram otot. Hipokalemia serius pdt diakibatkan oleh terapi agonis β 2. Laporan praktek, Framita 16 Sari, FF UI, 2015

83 17 Salbutamol : pada pemakaian dosis besar kadang ditemukan terjadi tremor, palpitasi, kejang otot, takikardia, dan sakit kepala. Codein : mual, pusing, sedasi, anoreksia, dan sakit kepala CTM : mengantuk, hipotensi, sakit kepala, mulut kering, dan lain-lain 6 Kontraindikasi Berotec inhaler : Kardiomiopati obstruktif hipertrofik, takhiaritmia. Salbutamol : Reaksi hipersensitivitas terhadap salbutamol/albuterol, adrenergik amine. Kodein : Pada pasien yang hipersensitif terhadap kodein, penyakit hati, gangguan ventilatori, wanita hamil. CTM : Hipersensitif terhadap klorfeniramin maleat atau komponen lain dalam formulasi, glukoma sudut sempit, gejala hipertrofi prostat. 7 Interaksi Tidak terdapat interaksi obat Keterangan : * : akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan Laporan praktek, Framita 17 Sari, FF UI, 2015

84 18 Perhitungan Dosis Codein Dosis maksimal 1x : 60 mg 1 hr : 300 mg Dosis lazim 1x : mg 1 hr : mg Dosis dalam resep: 1x : 0,2 g = 200 mg 200 mg/100 ml = 2 mg/ml 2 mg/ml x 5 ml (1 cth) = 10 mg 1 hr : 10 mg x 3 = 30 mg %TM 1x : 10 mg/60 mg x 100% =16,67% %TM 1 hr : 30 mg/300 mg x 100% = 10% CTM Dosis maksimal 1x : - 1 hr : 40 mg Dosis lazim 1x : 2 4 mg 1 hr : 6 16 mg Dosis dalam resep: 1x : 0,04 g = 40 mg 40 mg/100 ml = 0,4 mg/ml 0,4 mg/ml x 5 ml (1 cth) = 2 mg 1 hr : 2 mg x 3 = 6 mg %TM 1 hr : 6 mg/40 mg x 100% = 15% Berotec inhaler (fenoterol) Dosis maksimum inhalasi : 1 hr = 1,6 mg Dosis dalam resep: 1x = 1hr : 100 mcg (mikrogram) = 0,1 mg % TM 1 hr : 0,1 mg/1,6 mg x 100% = 6,25% Laporan praktek, Framita 18 Sari, FF UI, 2015

85 19 Salbutamol Dosis maksimum tablet : 1hr = 32 mg Dosis dalam resep: 1x : 2 mg 1 hr : 3 x 2 mg = 6 mg %TM 1 hr : 6 mg/32 mg x 100% = 18,75% Tabel 4.4 Jumlah Obat yang disiapkan No. Nama obat Jumlah obat 1 Berotec inhaler 100 mcg 1 buah 2 Salbutamol 2 mg 20 tablet 3 OBH sirup 100 cc 1 botol 4 Codein 20 mg 0,2 g = 200 mg 200 mg/20 mg = 10 tablet 5 CTM 4 mg 0,04 g = 40 mg 40 mg/4 mg = 10 tablet Laporan praktek, Framita 19 Sari, FF UI, 2015

86 20 APOTEK FARMASI Jl. Kukusan No 12 Beji Depok APA : Framita Sari, S.Farm.,Apt SIPA : 1202/SIPA/2014 No. : 1 Jakarta, 9 September 2014 Ibu Dina (55 tahun) sehari x 1 hirupan OBAT LUAR Gambar 4.2 Etiket Biru untuk Berotec Inhaler APOTEK FARMASI Jl. Kukusan No 12 Beji Depok APA : Framita Sari, S.Farm.,Apt SIPA : 1202/SIPA/2014 No. : 1 Jakarta, 9 September 2014 Ibu Dina (55 tahun) 3 x sehari 1 tablet (Pagi-Siang-Malam) Obat Asma Sebelum makan/sesudah makan Gambar 4.2 Etiket Putih untuk Salbutamol APOTEK FARMASI Jl. Kukusan No 12 Beji Depok APA : Framita Sari, S.Farm.,Apt SIPA : 1202/SIPA/2014 No. : 1 Jakarta, 9 September 2014 Ibu Dina (55 tahun) 3 x sehari 1 sendok teh (Pagi-Siang-Malam) Obat Batuk sebelum makan/sesudah makan Kocok Dahulu Gambar 4.2 Etiket Putih untuk Racikan Sirup OBH Laporan praktek, Framita 20 Sari, FF UI, 2015

87 21 Tabel 4.5 Patient Medication Record (PMR) Nama Ibu Dina Riwayat alergi Alergi positif Jenis kelamin Perempuan Riwayat penyakit Asma sejak 5 Tgl lahir/usia 55 tahun tahun yang lalu Alamat - Kondisi sosial No. telp/ HP - (merokok, alkohol, - kopi, dll) Pekerjaan - Hasil Kadar eosinofil Peserta asuransi - laboratorium dan IgG tinggi dari BB/TB 40 kg normal TD - Tanggal Mulai Habis Nama dokter Nama obat Aturan pakai Indikasi 9 Sept Sept Sept Februari Sept Sept 2014 dr. Denny, SpP dr. Denny, SpP dr. Denny, SpP Berotec inhaler Salbutamol 2 mg Racikan sirup OBH 1 x sehari 3 x sehari (tiap 8 jam) 3 x sehari (tiap 8 jam) Inhalasi antiasma Antiasma Ekspektoran dan antitusif 4.2 Pembahasan Pasien dengan nama ibu Dana menderita asma sejak 5 tahun lalu dengan riwayat alergi positif. Alergi merupakan faktor intrinsik (host) yang dapat dipicu oleh faktor lingkungan berupa alergen baik dari dalam maupun luar ruangan seperti jamur, kecoa, bulu binatang serbuk sari bunga, dan lain-lain. Sebagian besar penderita asma yaitu 75% adalah asma alergi. Asma alergi adalah asma yang disebabkan suatu alergen. Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi juga dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma termasuk asma alergik. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan Laporan praktek, Framita 21 Sari, FF UI, 2015

88 22 hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala asma yang bersifat episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk. Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Hasil pemeriksaan laboratorium ibu Dana kadar eosinofil dan IgE lebih tinggi dari normal. Eosinofil berjumlah kurang dari 5% dari sel darah putih total. Peran khusus sel ini untuk menangani parasit dan dengan respon imun yang melibatkan alergi dan IgE. Eosinofil, IgE, serta asma saling berkaitan. Ig E dilepaskan oleh eosinofil yang kemudian dapat berikatan dengan sel mast. Ketika sel mast teraktivasi, keluarlah histamin dan agen inflamasi lain yang menyebabkan vasodilatasi perifer dan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi inflamasi terlokalisasi serta edema yang apabila terjadi disaluran nafas dapat menyebabkan asma. Respon awal terjadinya inflamasi tersebut sebagai akibat terjadinya peningkatan jumlah ige. Peran apoteker dalam penanganan penyakit asma adalah mengatasi masalah terkait obat yang mungkin timbul, memberikan informasi dan konseling, serta memotivasi pasien untuk patuh dalam pengobatan. Selain itu apoteker juga perlu melakukan pelayanan farmasi klinik yaitu pengkajian resep untuk menghindari kesalahan pengobatan pada pasien. Pada kajian administratif seperti yang tertera pada tabel 4.1 terlihat bahwa resep tersebut cukup lengkap, namun tidak tertera nomor Surat Izin Praktek (SIP). SIP merupakan izin yang diberikan kepada dokter untuk menjalankan prakteknya, sehingga seharusnya dalam sebuah resep harus tertera nomor SIP. Nama pasien hanya terdiri satu kata sedangkan nama pasien seharusnya minimal dua kata untuk mencegah terjadinya salah pemberian obat kepada pasien. Selanjutnya kajian kesesuaian farmasetik (tabel 4.2), untuk bentuk sediaan tertulis dalam resep yaitu berotec berupa sediaan inhaler, salbutamol berupa tablet, dan resep racikan berupa sirup. Untuk berotec hanya tersedia dalam bentuk solutio dan inhaler dengan kemasan 10 ml dan 50 ml. Sedangkan salbutamol memiliki bentuk sediaan yang variatif yaitu bentuk sediaan tablet, sirup, dan inhaler. Dengan terteranya bentuk sediaan tersebut dapat menghindari kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien. Namun dalam resep ini tidak tertera kekuatan sediaan obat yaitu berotec dan salbutamol. Kekuatan sediaan adalah kadar zat berkhasiat dalam sediaan Laporan praktek, Framita 22 Sari, FF UI, 2015

89 23 obat jadi. Kekuatan sediaan perlu dicantumkan dalam resep karena umumnya obatobatan memiliki kekuatan sediaan yang bervariasi karena tiap individu memiliki kondisi yang berbeda-beda sehingga dosis yang diberikan pada tiap pasien belum tentu sama. Untuk berotec inhaler terdiri dari dua kekuatan sediaan yaitu 100 mcg dan 200 mcg sedangkan salbutamol tablet terdiri dari dua kekuatan sediaan yaitu 2 mg dan 4 mg, oleh karena kekuatan sediaan berotec inhaler dan salbutamol tablet tidak tertera maka perlu dilakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep. Pada prinsipnya menurut Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), pengobatan asma dibagi menjadi 2 golongan yaitu antiinflamasi merupakan pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol penyakit serta mencegah serangan dikenal dengan pengontrol, dan bronkodilator yang merupakan pengobatan saat serangan untuk mengatasi eksaserbasi/ serangan, dikenal dengan pelega. Manifestasi klinis asma bervariasi, ada yang ringan, sedang dan berat sehingga pengobatannya harus disesuaikan dengan berat ringannya asma. Asma ringan mungkin cukup diobati pada saat serangan (pelega), tidak perlu terapi jangka panjang (pengontrol), sedangkan asma yang sedang sampai berat perlu dikontrol dengan pengobatan jangka panjang untuk mencegah serangan berikutnya. Kasus ini tidak ada data mengenai intesitas gejala asma serta fungsi faal paru sehingga sulit ditentukan derajat berat asma pasien. Namun jika dilihat dari riwayat dan hasil laboratorium pasien, asma yang diderita pasien bukanlah asma ringan. Pengkajian resep pada bagian pertimbangan klinis (tabel 4.3), indikasi obat sudah tepat. Menurut Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma untuk bronkodilator (pelega) digunakan salbutamol tablet. Salbutamol merupakan bronkodilator golongan obat agonis beta-2 yang aksinya cepat dan singkat. Agonis beta-2 kerja singkat ini ditambahkan pada semua tahap baik itu asma ringan, sedang, maupun berat. Berotec inhaler berisi fenoterol merupakan obat golongan agonis beta-2 sehingga sama dengan halnya salbutamol bertindak sebagai bronkodilator (pelega). Penggunaan inhalasi memiliki memiliki onset lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan per oral. Efek samping pun bisa diminimalisir karena obat hanya bekerja di sekitar saluran pernapasan. Laporan praktek, Framita 23 Sari, FF UI, 2015

90 24 Mekanisme kerja agonis beta-2 yaitu merelaksasikan otot polos saluran napas, meningkatkan pembersihan mukosiliar, menurunkan permeabilitas pembuluh darah dan modulasi pelepasan mediator dari sel mast. Pertimbangan klinis untuk ketepatan dosis berotec inhaler dan salbutamol dikatakan tidak tepat karena pada resep tidak mencantumkan dosis obat. Menurut PDPI dosis salbutamol tablet sebagai bronkodilator yaitu 2 mg 3-4 kali sehari. Berotec inhaler digunakan sehari 1 kali hirupan dan kekuatan sediaan yang digunakan 100 mcg, penggunaan maksimal 8 (hirupan) per hari. Pada racikan sirup OBH yang ditambahkan codein dan klorfeniramin maleat (CTM) dosis yang digunakan sudah sesuai, dapat dilihat perhitungan dosisnya pada hasil. Pemberian obat tersebut mengindikasikan bahwa pasien mengalami batuk yang merupakan salah satu gejala dari penyakit asma. Selanjutnya untuk interaksi obat menurut Medscape drug interaction checker pada resep tersebut tidak terdapat interaksi. Pertimbangan klinis yang lain yaitu aturan dan cara penggunaan obat, ada namun tidak lengkap, tidak disertai dengan waktu penggunaan obat seperti sebelum/sesudah makan, pagi/siang/malam, dan keterangan obat digunakan secara oral/dihirup. Konseling dan edukasi yang diberikan kepada pasien/keluarga pasien yaitu yang pertama adalah memberikan pemahaman mengenai asma bahwa asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran nafas yang dapat disebabkan oleh sesuatu yang memicu terjadinya alergi contoh pasien alergi bulu binatang (kucing) maka pasien harus menjauhi kucing. Indikasi, aturan pemakaian obat, serta cara pemakaian obat juga dijelaskan yaitu berotec inhaler adalah obat antiasma dalam bentuk inhalasi untuk menghilangkan gejala asma serta mencegah terjadinya kekambuhan, sehari 1 kali hirupan dan maksimal penggunaan dalam sehari adalah 8 hirupan. Cara pemakaiannya adalah sebagai berikut: a. Buka tutup inhaler dan pegang inhaler tegak lurus b. Kocok inhaler c. Tengadahkan sedikit kepala kebelakang lalu hembuskan napas secara normal sebanyak dua kali d. Masukkan inhaler kedalam mulut, tutup mulut hingga tidak ada celah Laporan praktek, Framita 24 Sari, FF UI, 2015

91 25 e. Tekan inhaler kebawah untuk melepaskan obat bersamaan dengan mulai menarik nafas. f. Tahan nafas selama 10 detik untuk membiarkan obat mencapai bagian paru g. Lepas inhaler kemudian berkumur dengan air h. Lap hingga bersih bagian mulut inhaler, biarkan kering dan tutup kembali inhaler. Salbutamol 2 mg adalah obat antiasma digunakan secara oral atau diminum melalui mulut, obat diminum 3 kali sehari. Asma merupakan penyakit kronis hingga penggunaannya harus rutin dan jangan berhenti menggunakan tanpa instruksi dokter. Obat ini diminum dalam keadaan perut kosong yaitu 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Obat diminum 3 x sehari (pagi-siangmalam) tiap 8 jam jadi jika pagi hari obat diminum pukul maka obat selanjutnya diminum siang pukul dan malam pukul Racikan Sirup OBH untuk mengobati batuk pasien yang merupakan gejala asma, obat ini diminum 3 x sehari tiap 8 jam sebanyak 1 sendok teh atau sendok obat yang tertera dalam kemasan. Obat ini mengandung CTM sehingga dapat menyebabkan kantuk dan hindari membawa kendaraan setelah minum obat ini. Saran untuk selalu membawa berotec inhaler untuk mengatasi serangan asma yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Penyimpanan obat pada suhu dibawah 30 C atau pada suhu kamar. Sebagai apoteker ketidaksesuaian yang ditemukan pada hasil kajian suatu resep baik kesesuaian administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis, apoteker harus melakukan konfirmasi dahulu kepada dokter penulis resep. Pengkajian resep dalam pelayanan farmasi klinik dapat mencegah terjadinya medication error dan dapat mendukung pengobatan yang rasional. Laporan praktek, Framita 25 Sari, FF UI, 2015

92 26 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan pengkajian resep pasien asma dapat diambil kesimpulan bahwa ada ditemukan ketidaksesuaian dalam resep yang diuji, ketidaksesuaian tersebut antara lain: a. Nama pasien tidak dua kata b. Tidak tertera nomor Surat Izin Praktek Dokter (SIP) c. Tidak tertera kekuatan sediaan obat d. Aturan pakai dan cara penggunaan ada namun tidak lengkap 5.2 Saran Seorang apoteker harus cermat dalam mengkaji resep yang diterima dan harus melakukan komunikasi yang baik dengan tenaga kesehatan lain terutama dokter, sehingga jika dalam resep ditemukan ketidaksesuaian akan lebih mudah penyampaiannya kepada doker yang bersangkutan. Laporan praktek, Framita 26 Sari, FF UI, 2015

93 27 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan RI Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Binfar dan Alkes: Jakarta Departemen Kesehatan RI Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta Hudoyo, Achmad Penatalaksanaan Asma & PPOK Pada Orang Dewasa berdasar Pedoman GINA (Global Initiative for Asthma) & GOLD (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease). Dept Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI/SMF Paru RS. Persahabatan: Jakarta Timur Kementrian Kesehatan RI Permenkes RI No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta Medscape drug interaction chacker. Diakses 12 Januari MIMS Indonesia Online. Diakses 12 Januari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia. Jakarta Laporan praktek, Framita 27 Sari, FF UI, 2015

94 21 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 Jl. SULTAN HASANUDIN NO.1 JAKARTA SELATAN PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 STUDI KELAYAKAN APOTEK KIMIA FARMA NO.48 JL. MATRAMAN RAYA NO.83/85 JAKARTA TIMUR FRAMITA SARI, S. Farm ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2015

95 ii DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Studi Kelayakan Tahap-tahap dalam Pembuatan Studi Kelayakan Aspek-aspek Penilaian Studi Kelayakan... 5 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian Tahapan Penelitian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Aspek Pasar Aspek Manajemen Aspek Keuangan BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN ii

96 iii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kriteria sebagai Gagasan yang Baik... 3 Gambar 2.2 Aspek aspek Penilaian Studi Kelayakan... 5 iii

97 21 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Profil Pendapatan Radius 3 km iv

98 v DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lokasi Rencana Pendirian/Relokasi Apotek Kimia Farma No Lampiran 2 Bangunan Apotek Kimia Farma No Lampiran 3 Bagian dalam Apotek Kimia Farma No Lampiran 4.Lemari Etalase Obat Bagian Depan Lampiran 5. Meja Depan Penerimaan Resep Dan Penyerahan Obat v

99 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia Farma adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai perusahaan perseroan, pada tanggal 16 Agustus 1971, bersamaan dengan masuknya modal asing (luar negeri) ke dalam perekonomian Indonesia, termasuk bisnis bidang farmasi, sejak saat itu PT. Kimia Farma menyadari dimensi ekonomi Indonesia mulai bergerak menuju sistem ekonomi pasar. Terwujudnya PT. Kimia Farma sebagai salah satu pimpinan pasar (market leader) di bidang farmasi yang menghasilkan produk-produk yang berupa sediaan farmasi, alat-alat kesehatan dan jasa pelayanan kesehatan yang memiliki keunggulan komparatif yang dapat memuaskan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) masyarakat pengguna dalam arti yang luas melalui proses pertukaran, sebagai perusahaan yang tangguh dan mandiri dalam rangka memberikan sumbangan bagi pembangunan kesehatan, pembangunan nasional dan penerimaan negara (Kimia Farma Tbk, 2013). PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan yang dibentuk oleh PT. Kimia Farma untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan. Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktik dokter dan pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga Apoteker yang bekerja full timer sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik (Kimia Farma Tbk, 2013). Apotek merupakan suatu institusi yang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan (patient oriented) dan unit bisnis (profit oriented). Bisnis Apotek berpusat pada komoditi sediaan farmasi yang secara langsung dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan peredarannya diatur oleh undang-undang. Oleh karena itu dalam pengelolaannya, apotek harus dipimpin oleh seorang yang ahli dalam bidang kefarmasian dan memiliki ilmu serta keterampilan yang cukup dalam pelayanan kesehatan. Kondisi ini mendasari ketetapan pemerintah bahwa suatu apotek harus memiliki setidaknya satu orang 1

100 2 Apoteker sebagai penanggung jawab yang disebut sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). Apotek sebagai unit pelayanan kesehatan dan unit bisnis juga perlu melakukan studi kelayakan. Istilah studi kelayakan (feasibility study-fs) adalah suatu metode penjajagan gagasan (idea) suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk dilaksanakan. Namun pendirian suatu apotek yang didahului dengan FS belum tentu dapat menjamin keberhasilan. Sebab FS pendirian suatu apotek hanya berfungsi sebagai pedoman atau landasan pelaksanaan pekerjaan, karena dibuat berdasarkan data-data dari berbagai sumber yang dianalisis dari berbagai banyak aspek. Sedangkan tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: kemampuan sumber daya internal (kecakapan manajemen, kualitas pelayanan, produk yang dijual, kualitas karyawan), dan lingkungan eksternal yang tidak dapat dipastikan (pertumbuhan pasar, pesaing, pemasok, perubahan peraturan). Sebaliknya sebuah apotek yang pendiriannya dipaksakan, meskipun menurut FS tidak layak dilaksanakan, maka kemungkinan yang terjadi adalah bukan peluang yang diperoleh, namun resiko kerugian yang didapat. Apotek merupakan tempat realisasi dari praktik kefarmasian oleh profesi Apoteker, agar apotek tersebut dalam perjalanannya tidak menimbulkan kerugian maka perlu dilakukan adanya suatu studi kelayakan. Berdasarkan alasan tersebut penulis melakukan studi kelayakan terhadap rencana pendirian/relokasi Apotek Kimia Farma No.48 Jl. Matraman Raya No.83/85 Jakarta Timur. 1.2 Tujuan a. Mengetahui apakah rencana pendirian/relokasi Apotek Kimia Farma 48 Jl. Matraman Raya No.83/85 Jakarta Timur sebagai objek studi kelayakan, telah memenuhi berbagai kriteria penilaian dalam studi kelayakan. b. Memahami cara melakukan studi kelayakan pada Apotek Kimia Farma 48 Jl.Matraman Raya No.83/85 Jakarta Timur sebagai objek studi kelayakan.

101 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Studi Kelayakan Studi kelayakan (feasibility study) adalah metode penjajakan gagasan (idea) suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya atau untung atau tidak, untuk dilaksanakan. Pendirian sebuah apotek yang didahului dengan studi kelayakan (FS) belum tentu menjamin keberhasilannya, sebab FS pendirian sebuah apotek hanya berfungsi sebagai pedoman atau landasan pelaksanaan suatu pekerjaan, Karena dibuat berdasarkan data-data dari berbagai sumber yang dianalisis dari banyak aspek, mulai dari aspek oprasional sampai dengan keuangannya. Tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu : a. Kemampuan sumber daya internal seperti kecakapan manajemen, kualitas pelayanan, jenis dan keragaman produk yang dijual serta kualitas karyawan b. Lingkungan eksternal yang tidak dapat dipastikan atau tidak dapat dikendalikan seperti pertumbuhan pasar, jumlah pesaing, jumlah pemasok dan perubahan peraturan. 2.2 Tahap-tahap dalam Membuat Studi Kelayakan Menguntungkan (profitable) Sesuai dengan sumber daya Gagasan (idea) Sesuai dengan peraturan Keuntungan > resiko (benefit > risk) Sesuai visi dan misi Gambar 2.1 Kriteria sebuah Gagasan yang Baik 3

102 4 Studi kelayakan pendirian apotek dapat terdiri dari 5 tahapan yaitu (Umar, 2013) : a. Penemuan gagasan (idea) Gagasan (idea) adalah sebuah pemikiran terhadap sesuatu yang ingin sekali untuk dilaksanakan. Gagasan ini biasanya muncul dari sebuah pemikiran seseorang dalam suatu organisasi yang mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu. Gagasan yang baik untuk didiskusikan dan dianalisis, sebelum dilaksanakan adalah gagasan yang memenuhi beberapa kriteria diantaranya yaitu bahwa gagasan harus: 1. Sesuai dengan visi dan misi organisasi 2. Dapat menguntungkan organisasi 3. Sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki organisasi 4. Tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku 5. Aman untuk jangka panjang b. Penelitian lapangan Dalam melakukan penelitian di lapangan, data-data yang dibutuhkan antara lain yaitu: 1. Ilmiah yaitu : melakukan analisis data-data bisnis mengenai kondisi lingkungan eksternal yang ada di sekitar lokasi yang ditetapkan seperti: a) Nilai strategis sebuah lokasi b) Data kelas konsumen c) Peraturan yang berlaku di daerah tersebut d) Tingkat persaingan yangada saat ini 2. Non ilmiah yaitu: melalui intuisi (intuition) atau feeling yang diperoleh setelah melihat lokasi dan kondisi lingkungan disekitarnya c. Evaluasi data lapangan Evaluasi data lapangan dapat dilakukan dengan cara: 1. Memperlihatkan beberapa faktor yang berpengaruh 2. Membuat usulan proyek

103 5 d. Pembuatan rencana pelaksanaan Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu (time schedule) yang berupa waktu (tanggal dan bulan), anggaran biaya dan pelaksanaannya untuk memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas: 1. Menyediakan dana biaya investasi dan modal kerja 2. Mengurus izin 3. Membangun, merehabilitasi gedung 4. Merekrut karyawan 5. Menyiapkan barang dagangan, sarana perlengkapan apotek 6. Memulai operasional e. Pelaksanaan rencana kerja Pelaksanaan rencana kerja meliputi: 1. Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan 2. Mencatat setiap penyimpangan yang terjadi 3. Membuat evaluasi dan solusi penyelesaiannya. 2.3 Aspek-aspek Penilaian Studi Kelayakan Aspek-aspek yang menjadi bahan penelitian dalam membuat studi kelayakan terdiri dari (Umar, 2013) : a. Analisis manajemen b. Analisis pasar c. Analisis teknis d. Analisis keuangan Pendahuluan Analisis Analisis pasar Analisis tehnis manajemen Analisis keuangan Studi kelayakan Gambar 2.2 Aspek-aspek Penilaian Studi Kelayakan

104 Penilaian Aspek Manajemen a. Strategi manajemen Strategi manajemen digunakan untuk member gambaran mengenai kegiatan untuk merubah kondisi yang ada saat ini (current condition) menjadi kondisi di saat yang akan (future condition) datang dalam suatu waktu periode waktu tertentu. Strategi manajemen tersebut antara lain mengenai ketentuan: 1. Visi : cita-cita, yang akan dicapai oleh pendiri atau pemiliknya 2. Misi : beban tugas utamanya 3. Kebijakan (policy) yang diberlakukan pada setiap fungsi kegiatan 4. Strategi untuk mencapai tujuan 5. Program kerja beserta sasaran dan KPI (Key Performance Indicator) 6. Standar prosedur operasional (SOP) pada setiap fungsi kegiatan untuk melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya, yang berlaku sebagai peraturan b. Bentuk dan tata letak bangunan Dalam menetapkan bentuk dan tata letak bangunan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : 1. Bentuk bangunan, dapat menggambarkan : a) Identity company image, untuk membentuk opini konsumen b) Nuansanya (physical evident) baik interior ataupun eksterior, sesuai dengan target konsumen yang akan dilayani c) Kemudahan untuk dikembangkan 2. Tata letak (layout) dapat memberi : a) Kemudahan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian serta mutasi barang b) Kemudahan bagi konsumen untuk memperolehnya, terutama untuk barang bebas (Over The Counter) 3. Estetika, rapih, teratur dan tersusun dengan baik 4. Kesesuaian dengan peraturan yang berlaku dan sifat barang, karena dalam pengelolaan sedian farmasi di apotek telah diatur oleh undang-undang dan sifat obat yang mudah terpengaruh oleh berbagai macam keadaan.

105 7 c. Jenis produk yang akan dijual Persediaan merupakan elemen penting dalam perusahaan retail, seperti diketahui dalam melakukan penilaian terhadap analisis produk yang akan dijual berkaitan dengan beberapa hal yaitu : 1. Target konsumen, apabila target konsumennya yang kelas menengah-atas, maka barang yang dijual juga barang menengah-atas. 2. Jumlah departemen, kelas terapi, kategori, merek dan jumlah SKU s dari setiap merek yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan pasarnya Penilaian Aspek Pasar a. Bentuk pasar Penilaian aspek pasar, dapat digunakan untuk memberikan gambaran mengenai bentuk pasar apotek yang ada disekitar lokasi yang dipilih : Apakah situasi pasar yang ada saat ini berupa persaingan sempurna, persaingan monopolistis, monopoli atau oligopoli adapun ciri-ciri bentuk pasar yang berupa : 1. Persaingan sempurna : a) Jumlah penjual dan konsumennya tidak terbatas b) Harga ditentukan oleh jumlah penawaran (supply) dan jumlah permintaan (demand) c) Tidak ada hambatan masuk (entry barrier) d) Contohnya : pasar industri sembako, buah 2. Persaingan monopolistis yaitu : a) Jumlah penjual dan konsumennya banyak b) Harga ditentukan oleh promosi c) Tidak ada entry barrier d) Contohnya : pasar industri restoran, salon. 3. Monopoli yaitu : a) Hanya ada satu penjual, tidak ada pesaing b) Mempunyai posisi tawar yang dominan, sehingga dapat bertindak sebagai penentu harga (price maker) c) Entry barriernya tinggi d) Contohnya : PLN, Telkom

106 8 4. Oligopoli yaitu : a) Penjualnya sedikit b) Harga ditentukan oleh kualitas produk, service, promosi c) Entry barrier tinggi d) Contohnya : pasar industri automotif, handphone b. Potensi pasar Potensi pasar adalah sejumlah pembeli suatu wilayah yang memiliki uang dan keinginan untuk membelanjakannya. c. Target pasar Target pasar adalah jenis konsumen tertentu yang akan dilayani atau yang akan menjadi sasaran pemasaran. Target pasar berdasarkan kelompok penggunaannya dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu: 1. Pasar individu, umumnya tunai, jumlah pembelinya kecil, seperti anggota masyarakat 2. Pasar korporasi, umumnya kredit, jumlah pembeliannya besar, seperti PLN, Telkom 3. Pasar reseller adalah pasar yang membeli barang atau jasa untuk dijual kembali kepada konsumen akhir, seperti konsumen akhir, seperti rumah sakit, klinik, dokter dispensing Penilaian Aspek Teknis a. Lokasi dan lingkungan sekitarnya Arti strategis suatu lokasi adalah berkaitan dengan beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu meliputi: 1. Jarak lokasi dengan supplier: relatif dekat dan mudah dicapai 2. Jarak lokasi dengan domisili konsumennya: relative dekat dan mudah dicapai dengan berbagai macam jenis alat transportasi 3. Bentuk dan luas lahan (bangunan): mudah untuk mengembangkan usaha, seperti praktik dokter, lab klinik 4. Nyaman dan aman: daerahnya tidak jorok, tidak macet dan sempit dan tingkat kriminalnya rendah 5. Prospek pertumbuhan pasarnya relatif cepat dan besar yaitu data jumlah konsumen dan daya beli (income perkapita) nya relatif tinggi.

107 9 b. Bentuk badan usaha Tujuan dari pemilihan bentuk usaha adalah : 1. Koperasi: untuk memperoleh fasilitas kemudahan dalam mengurus izin, tetapi kurang mendapat perhatian dari kalangan konsumen, investor, kredit tertentu 2. Persero (PT): untuk memperoleh perhatian dari kalangan konsumen, investor, kredit tertentu, tetapi dalam mengurus izin dikenakan biaya yang relatif mahal dibandingkan dengan koperasi. c. Struktur organisasi Pembentukan struktur organisasi dimaksudkan untuk member gambaran mengenai : 1. Jumlah jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan 2. Fungsi-tugas dan wewenang-tanggung jawab setiap pekerjaan 3. Persyaratan jabatan pada setiap jenis pekerjaan 4. Hirarkis dalam pengambilan keputusan Dalam struktur organisasi, besar kecilnya bagan dan jumlah pegawai yang dibutuhkan tergantung pada : 1. Jenis dan volume pekerjaan, bila jumlah dan volume pekerjaan banyak, maka struktur diperbesar. Sebaliknya bila volume pekerjaan sedikit, struktur dirampingkan, agar lebih efisien. 2. Penempatan setiap pegawai sesuai dengan persyaratan jabatannya (the right man on the right place) yang telah ditetapkan Penilaian Aspek Keuangan a. Penilaian sumber pendanaan 1. Kegunaannya a) Dana untuk kebutuhan membeli aktiva tetap seperti tanah, bangunan, peralatan apotek, dan sistem informasi, b) Dana untuk kebutuhan modal kerja (untuk aktiva lancar yaitu kas, rekening di bank, membeli barang dagangan.

108 10 2. Sumber dana Pertimbangannya adalah biaya yang paling murah (efisien) dengan masa tenggang pengembalian yang lebih lama dibandingkan dengan payback period proyeknya. Beberapa sumber dana yang dapat digunakan yaitu modal pemilik perusahaan (modal disetor), bank (kreditor), investor, lembaga non-bank atau leasing (dana pensiun). b. Penilaian analisis keuangan Penilaian aspek keuangan terhadap kelayakan suatu proyek dapat dilakukan dengan: 1. Metode analisis Payback Period (PP) Payback Period adalah pengukuran periode yang diperlukan dalam menutup kembali biaya investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (laba bersih) yang akan diterima. Payback Period = Jumlah nilai investasi x 1 tahun Jumlah kas yang masuk per tahun Indikatornya: a) Bila PP yang diperoleh waktunya < dari maksimum PP yang ditetapkan, maka proyek tersebut layak dilaksanakan b) Bila PP yang diperoleh waktunya > lama dari maksimum PP yang ditetapkan, maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan c) Bila PP yang diperoleh waktunya = maksimum PP yang ditetapkan, maka proyek tersebut boleh dilaksanakan dan juga boleh tidak. Kelemahan dari analisis payback period ini adalah bahwa nilai jumlah kas yang akan diterima (masuk), nilainya tidak disekarangkan (NPV net present value) sehingga nilainya tidak sama dengan nilai uang investasi yang akan dikeluarkan pada saat ini. 2. Metode analisis Return On Investment (ROI) Analisis ini adalah pengukuran besaran tingkat return (%) yang akan diperoleh selama periode investasi dengan cara membandingkan jumlah nilai laba bersih per tahun dengan nilai investasi. ROI = Nilai laba bersih x 100% Nilai investasi

109 11 Indikatornya: a) Bila ROI yang diperoleh > dari bunga pinjaman, maka proyek dikatakan layak dilaksanakan b) Bila ROI yang diperoleh < dari bunga pinjaman, maka proyek dikatakan tidak layak dilaksanakan c) Bila ROI yang diperoleh = bunga pinjaman, maka proyek boleh dilaksanakan dan boleh juga tidak. Kelemahan dari analisis ini adalah bahwa jumlah laba yang akan diterima, nilainya tidak disekarangkan (di NPV kan) sehingga nilainya tidak sama dengan nilai uang investasi yang akan dikeluarkan pada saat sekarang (Umar, 2013).

110 12 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Studi kelayakan ini dilakukan pada tanggal September 2014 bertempat di Apotek Kimia Farma No.48 Jl. Matraman Raya No. 83/85 Jakarta Timur. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan untuk melakukan studi kelayakan adalah metode observasi yaitu pencarian data/informasi terhadap objek yang diteliti yaitu Apotek Kimia Farma No.48 Jl. Matraman Raya No. 83/85 Jakarta Timur. 3.3 Tahapan Penelitian Tahap-tahap dalam melakukan studi kelayakan yaitu: a. Pengumpulan data dan informasi berdasarkan keadaan real dan data demografis. b. Melakukan pengolahan data secara benar dengan metode yang telah lazim digunakan untuk studi kelayakan apotek. c. Menganalisa data untuk menentukan kriteria kelayakan dari beberapa aspek. d. Mengambil kesimpulan terhadap hasil analisa studi kelayakan. 12

111 13 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam menjalankan suatu usaha apotek yang merupakan realisasi dari praktik kefarmasian oleh profesi Apoteker, agar apotek tersebut dalam perjalanannya tidak banyak menimbulkan kerugian maka perlu dilakukan adanya suatu studi kelayakan. Analisa dilakukan untuk mengetahui apakah investasi relokasi Apotek Kimia Farma di Jl. Matraman Raya No. 83/85 layak dilaksanakan atau tidak. Tujuan pembangunan Apotek Kimia Farma di wilayah tersebut sebagai fasilitas penunjang adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat di daerah matraman dan sekitarnya. Studi kelayakan Apotik Kimia Farma No.48 ini meliputi empat aspek yaitu antara lain aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek keuangan. 4.1 Aspek Teknis a. Lokasi dan lingkungan sekitarnya Lokasi yang strategis turut menentukan keberhasilan suatu apotek, apotek Kimia Farma No.48 yang terletak di Jl. Matraman Raya No.83/85 ini termasuk lokasi yang strategis, denah lokasi apotek Kimia Farma No.38 dapat dilihat pada lampiran 1. Berikut adalah hal-hal yang mendukung kestrategisan apotik Kimia Farma No.48: 1. Lokasinya dengan tempat tinggal penduduk relative dekat dan mudah dicapai dengan berbagai macam jenis alat transportasi seperti angkutan umum, bus, sepeda motor dan taksi. 2. Berada dikawasan padat penduduk, kecamatan Matraman seluas Ha yang terdiri dari 6 wilayah kelurahan yaitu Kebon Manggis, Palmeriam, Kayumanis, Pisangan Baru, Utan Kayu Selatan, Utan Kayu Utara, dengan jumlah RW sebanyak 62 RW dan 802 RT, serta berpenduduk jiwa (terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan), dan dengan kepadatan penduduk 399 jiwa/ha, sehingga matraman merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terbanyak (Anonim, 2013). 13

112 14 3. Lahan bangunan cukup luas sehingga mudah untuk mengembangkan usaha. Tempat parkir pun cukup lebar, bisa memuat lebih dari tiga mobil. Namun terdapat rintangan fisik yang dapat berdampak pada kemudahan menjangkau lokasi yaitu terdapat pohon besar di depan apotek serta tembok depan apotek yang terlalu tinggi dikhawatirkan dapat mengganggu terlihatnya apotek. 4. Lokasi dan lingkungan sekitar pun nyaman, aman, dan merupakan daerah bersih, lalu lintas ramai sepanjang hari karena terletak di pinggir jalan protokol sehingga lokasinya pun mudah terlihat oleh konsumen. 5. Lokasinya pun dekat dengan pelayanan kesehatan lain, di lokasi sekitar matraman terdapat beberapa pelayanan kesehatan seperti RSCM, RS Carolus, RSIA Hermina, RS Premier jatinegara, RS Kramat 128, dan Praktik dokter 24 Jam. Sedangkan untuk pesaing, di wilayah jalan matraman terdapat Apotek K24, Apotek Djatinegara, Apotek Melawai, Apotek Setia Jaya, Apotek IMPHI, alfamart dan indomart. b. Bentuk badan usaha Bentuk badan usaha apotek Kimia Farma No.48 adalah Perseroan Terbatas (TB) untuk memperoleh perhatian dari kalangan konsumen, investor, dan kredit tertentu sehingga kemungkinan untuk bekerja sama lebih besar. 4.2 Aspek Pasar a. Bentuk pasar Penilaian aspek pasar, dapat digunakan untuk memberikan gambaran mengenai bentuk pasar apotek yang ada disekitar lokasi yang dipilih. Untuk apotek Kimia Farma bentuk pasarnya berupa persaingan monopolistis yaitu jumlah penjual dan konsumen banyak dan harga bisa ditentukan oleh promosi. b. Potensi Pasar Tingkat sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar apotek Kimia Farma No.48 ini memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi yang relatif tinggi, mengingat letak apotek ini berada di lingkungan dekat dengan perumahan, pertokoan, sekolah menengah dan perguruan tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang realtif tinggi kepedulian masyarakat terhadap kesehatan akan tinggi pula dan dengan

113 15 ekonomi yang realtif tinggi masyarakat lebih berpotensi menyisihkan uangnya untuk menjaga kesehatan. Tabel 4.1 berikut adalah profil pendapatan penduduk pada masing-masing kelurahan dengan radius 3 km. Tabel 4.1 Profil Pendapatan Radius 3 km c. Target pasar Target pasar adalah jenis konsumen tertentu yang akan dilayani atau yang akan menjadi sasaran pemasaran. Target pasar apotek Kimia Farma No.48 yaitu: 1. Pasar individu, umumnya tunai, jumlah pembelinya kecil, contohnya anggota masyarakat. 2. Pasar korporasi, umumnya kredit, jumlah pembelinya besar seperti PLN, RS Tebet, Indosat, InHealth, Airnav dan APU (angkasa pura). 4.3 Analisis Manajemen PT Kimia Farma Apotek memiliki visi menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Misi PT Kimia Farma Apotek menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui: a. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik, laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.

114 16 b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal. c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (PT. Kimia Farma Tbk., 2013) Bentuk bangunan apotek kimia farma selalu menggambarkan identity company image untuk membentuk opini konsumen sehingga ketika konsumen melihat bangunan tersebut maka konsumen akan segera mengetahui bahwa tempat tersebut adalah Apotek Kimia Farma. Hal tersebut didukung dengan interior dan eksterior yang khas. Tata letak (layout) pun diatur sedemikian mungkin agar dapat memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memperolehnya terutma obat bebas dan juga memberikan kemudahan bagi petugas di apotek untuk melakukan pengawasan barang. Tata letak diatur dengan rapi dan teratur. Begitu pula dengan pengelolaan sedian farmasi di apotek diatur sesuai peraturan yang berlaku dan berdasarkan sifat obatnya. 4.4 Aspek Keuangan a. Total investasi Total investasi Pembukaan Apotek Kimia Farma Baru = Rp ,- Rincian Investasi: Francise Fee (6 Tahun) Renovasi Sipil, Eskterior dan M & E Barang Dagangan AC, TV, Komputer, Gondola Papan Nama, Perizinan dan Grand Opening b. Biaya rutin perbulan 1. Beban gaji karyawan a) Apoteker Pengelola Apotik (1) = x 1 = Rp ,- b) Apoteker pendamping (1) = x 1 = Rp ,- c) Asisten apoteker (15) = x 15= Rp ,- d) Cleaning service (1) = x 1 = Rp ,- Jumlah = Rp ,-

115 17 2. Biaya Lain- lain a) Listrik dan air = Rp ,- b) Biaya Telepon = Rp ,- c) Biaya pemeliharaan = Rp ,- d) BBM = Rp ,- e) ATK = Rp ,- f) Pajak = Rp ,- g) Asuransi = Rp ,- Jumlah = Rp ,- Total biaya rutin bulanan = Rp ,- Biaya rutin per tahun = Total biaya rutin bulanan x 12 bulan = Rp ,- x 12 bulan = Rp ,- c. Pemasukan per tahun Pada tahun pertama diproyeksikan resep yang masuk 50 lembar per hari perkiraan harga rata-rata Rp ,-/lembar resep. 1. Penjualan obat resep 50 lembar x 30 hari x 12 bulan x Rp ,- = Rp ,- 2. Penjualan obat bebas 30 hari x 12 bulan x Rp ,- = Rp ,- 3. Penjualan Obat Wajib Apotek 30 hari x 12 bulan x Rp ,- = Rp ,- Jumlah = Rp ,- d. Pengeluaran per tahun 1. Pembelian obat resep 72 % x Rp ,- = Rp ,- 2. Pembelian obat bebas 90 % x Rp ,- = Rp ,-

116 18 3. Pembelian obat wajib apotek 72 % x Rp ,- = Rp ,- 4. Pengeluaran rutin per tahun = Rp ,- Jumlah = Rp ,- e. Pengeluaran laba rugi per tahun 1. Pemasukan per tahun = Rp ,- 2. Pengeluaran per tahun = Rp ,- Laba kotor = Rp ,- Pajak pendapatan 10 % x Rp ,- = Rp ,- Laba bersih = Rp ,- f. Pay Back Period Pay back Period = Pay back Period = = 1,83 tahun Kesimpulan sementara : Lamanya waktu pengembalian pinjaman dari Bank yang umumnya selama 5 tahun, sedangkan apotek dengan tingkat perolehan laba bersih sebesar Rp ,- per tahun, mampu menutup pinjaman selama 1,83 tahun (1 tahun dan 9,96 bulan), jadi proyek ini layak dilaksanakan. g. ROI (Return on Investment) ROI = x 100% ROI = x 100% = 54,64 % Kesimpulan sementara : ROI yang diperoleh apotek dengan tingkat perolehan laba sebesar Rp ,- per tahun adalah 54,64% yang lebih besar dari > 15% (tingkat suku bunga pinjaman bank), maka proyek ini layak dilaksanakan

117 19 BAB 5 PENUTUP 4.1 Kesimpulan a. Dalam melakukan studi kelayakan Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman halhal yang dianalisa meliputi beberapa aspek yaitu aspek manajemen, aspek pasar, aspek teknis, dan aspek keuangan. b. Rencana pendirian/relokasi Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman dilihat dari berbagai aspek layak untuk didirikan. Salah satu aspek yaitu aspek keuangan didapat nilai ROI lebih dari 15 %, Payback Period kurang dari waktu kredit bank yang umumnya 5 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa apotek tersebut layak untuk didirikan. 4.2 Saran a. Studi kelayakan pendirian apotek baru harus dilakukan dengan lebih akurat agar tidak mengalami kerugian investasi. b. Selalu melakukan inovasi untuk dapat menarik perhatian pelanggan untuk datang ke apotek sehingga bisa meningkatkan pendapatan. 19

118 20 DAFTAR ACUAN Anonim. (2013). Matraman Sekilas. Diakses pada tanggal 10 November PT. Kimia Farma Tbk. (2013). Tentang Kami: PT. Kimia Farma Tbk. Retrieved Desember 2, 2014, from Umar. M. (2005). Manajemen Apotek Praktis. Solo: CV.Ar-Rahman 20

119 21 Lampiran 1. Lokasi Rencana Pendirian/Relokasi Apotek Kimia Farma No.48

120 22 Lampiran 2. Bangunan Apotek Kimia Farma No.48

121 23 Lampiran 3. Bagian dalam Apotik Kimia Farma No.48

122 24 Lampiran 4. Lemari Etalase Obat Bagian Depan

123 25 Lampiran 5. Meja Depan Penerimaan Resep Dan Penyerahan Obat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil dari tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 Program : Program Pelayanan Kefarmsian Puskesmas Megang Hasil (Outcome) : Terselengaranya

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.50, 2017 KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI

Lebih terperinci

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan Disampaikan dalam Pertemuan Tri Wulan I PC IAI Grobogan Tahun 2016 Purwodadi, 12 Maret 2016 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

2 Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lemb

2 Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1162, 2014 KEMENKES. Kefarmasian. Apotek. Standar Pelayanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan ini awalnya adalah NV

BAB III OBJEK PENELITIAN. pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan ini awalnya adalah NV BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat PT KF adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kehidupan manusia. Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan 2 2.1 Sejarah PT Kimia Farma TBK BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

TUJUAN. a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian. b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan

TUJUAN. a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian. b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan TUJUAN a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan c. Melindungi pasiean dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesejahteraan manusia tidak pernah terlepas dari kesehatan. Kesehatan merupakan keadaan yang sehat secara fisik, mental, spiritual dan sosial yang memungkinkan setiap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup didunia memiliki hak untuk hidup sehat. Kesehatan merupakan suatu keadaan dimana tubuh dan jiwa yang tiap orang miliki mampu melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 SENEN PERIODE AGUSTUS 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 SENEN PERIODE AGUSTUS 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI UNIVERSITAS INDONESIA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 SENEN PERIODE AGUSTUS 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI INDINA TARZIAH 1406664461 FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan,

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: FAWZIATUL KHOTIMAH, S. Farm.

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PRAKTIK APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu unsur kesejahteraan dan hak asasi manusia adalah kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang harus dipenuhi karena termasuk kebutuhan pokok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak paling mendasar yang harus dipenuhi setiap orang dalam mencapai kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik bagi dirinya. Pengertian kesehatan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan setiap umat manusia karena aktivitasnya dapat terhambat apabila kondisi kesehatan tidak baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia dalam melakukan segala aktivitas dengan baik dan maksimal yang harus diperhatikan salah satu hal yaitu kesehatan. Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode (Anonim. 2008 b ). 1. Periode zaman penjajahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan merupakan visi dari Kementerian Kesehatan RI dan telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju, berkembang pula akan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakikatnya kesehatan adalah hak dasar yang senantiasa dimiliki oleh setiap manusia, tak terkecuali seluruh rakyat Indonesia. Menurut Undang - Undang Republik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya dengan judul pengaruh keberadaan apoteker terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker (Presiden RI, 2009). Praktik kefarmasian meliputi pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI FEBRUARI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI FEBRUARI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI 2017 17 FEBRUARI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : CYNTHIA ZAIN DERMAYATI, S.Farm. NPM. 2448716018

Lebih terperinci

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF SOP PEMESANAN OBAT a. Pemesanan obat dilakukan pada PBF yang resmi b. Pemesanan obat menggunakan Surat Pesanan (SP) rangkap 2 lembar yang asli diberikan kepada sales sedang salinannya disimpan sebagai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan obat menurut Siregar dan Amalia (2003) merupakan salah satu manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan karena

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil lembar ceklist Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan Bagian II Nama puskesmas Kegiatan

Lampiran 1 Hasil lembar ceklist Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan Bagian II Nama puskesmas Kegiatan Lampiran 1 Hasil lembar ceklist Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan Bagian II Nama puskesmas No Kegiatan Helvetia Medan- Belawan Deli A. Kebijakan pelayanan kefarmasian 1. Penanggung jawab Apotek/Instalasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil Perusahaan Klinik Geo Medika merupakan sebuah fasilitas layanan kesehatan milik swasta. Pada awal pendiriannya Klinik Geo Medika memberikan layanan kesehatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dan utama dalam kehidupan. Dengan menjaga kesehatan, manusia dapat memenuhi pekerjaan atau aktivitas sehari-hari dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NOMOR 143 JALAN MARGONDA RAYA NOMOR 154 A DEPOK PERIODE 4-29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER FADILATUL

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009). BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, Menimbang : a. bahwa penyediaan obat merupakan langkah awal pengelolaan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apotek merupakan bidang usaha yang sangat menjanjikan untuk digarap sebagai lahan bisnis saat ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan menjamurnya usaha apotek diberbagai

Lebih terperinci

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT SOP No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit : 51.VIII/SOP/PNG/V/2016 : 3 Mei 2016 Halaman : 1/ 6 UPT PUSKESMAS PANUNGGANGAN 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM INSTANSI TEMPAT PKPA

BAB III TINJAUAN UMUM INSTANSI TEMPAT PKPA BAB III TINJAUAN UMUM INSTANSI TEMPAT PKPA 3.1 Sejarah/Riwayat Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Awalnya perusahaan

Lebih terperinci