KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
|
|
- Siska Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 231 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kualitas remaja mencakup kecerdasan intelektual (IQ), status gizi (IMT/U), dan kecerdasan emosi. a) Analisis deskriptif terhadap kecerdasan intelektual menunjukkan hasil bahwa sekolah negeri cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah swasta. Keadaan ini tidak lepas dari citra sekolah negeri dibandingkan dengan sekolah swasta dimana sekolah negeri masih menjadi favorit siswa. Kecerdasan intelektual tersebut berkaitan dengan pencapaian nilai ebtanas sekolah dasar (NEM-SD) siswa menunjukkan bahwa sebagian besar pendaftar di sekolah negeri memiliki NEM yang berkategori baik. Dengan demikian para siswa yang mendaftarkan diri di sekolah negeri cenderung mempunyai kemampuan akademis yang baik. Secara umum kemampuan kecerdasan intelektual siswa pada kategori cukup (57%), cukup tinggi (30%, dan tinggi (10%), selain itu berkategori rendah (0.3%) dan 2.7%. b) Analisis deskriptif status gizi remaja berdasarkan jenis kelamin menunjukkan perbedaan dimana status gizi remaja berdasarkan umur dan jenis kelamin menunjukkan jumlah perempuan kategori normal (80%) lebih banyak dibandingkan laki-laki (55.5%). Sedangkan status gizi remaja berkategori tidak normal lebih besar laki-laki (44.5%) dibandingkan dengan perempuan (20%). Status gizi tidak normal perempuan dibagi dalam kategori gemuk (5.5%) dan kurus (14.5%). Kemudian status gizi tidak normal laki-laki dibagi dalam kategori gemuk (5.8%) dan kategori kurus (38.7%). Secara umum status gizi remaja berkategori normal (67.3%) hanya 30.7% yang berkategori tidak normal. c) Analisis deskriptif kecerdasan emosi sekolah negeri dibandingkan dengan sekolah swasta menunjukkan adanya perbedaan nyata dimana sekolah negeri cenderung lebih baik. Perbedaan kecerdasan emosi remaja tersebut menunjukkan adanya perbedaan nyata pada kemampuan untuk mengenali emosi diri dan kemampuan melakukan empati. Secara umum kecerdasan emosi siswa berada pada kategori sedang (54%) dan baik (46%). Hal ini
2 232 menunjukkan bahwa kecerdasan emosi siswa secara umum adalah diatas sedang. d) Indeks kualitas Remaja merupakan penggabungan indeks status gizi, indeks kecerdasan intelektual, dan indeks kecerdasan emosi. Kualitas remaja menunjukkan indeks sebagai indeks tertinggi dan indeks sebagai indeks terendah. Hasil uji beda indeks kualitas remaja antara sekolah negeri dan swasta menunjukkan bahwa sekolah negeri cenderung lebih baik dibandingkan dengan sekolah swasta. 2. Uji beda pengeluaran keluarga untuk investasi pendidikan tidak menunjukkan perbedaan nyata antara sekolah negeri dan swasta. Artinya baik keluarga yang mempunyai anak bersekolah negeri maupun swasta mempunyai pengeluaran pendidikan tidak jauh berbeda. Analisis regresi terhadap pengeluaran keluarga untuk pendidikan menujukkan bahwa pengeluaran pendidikan keluarga untuk anak tersebut dipengaruhi oleh faktor lama pendidikan ibu dan pendapatan keluarga. Pendidikan ibu mempunyai kontribusi dalam memprioritaskan arti penting pendidikan untuk masa depan anak. Selain itu prioritas pendidikan untuk anak didukung dengan adanya kemampuan keuangan keluarga untuk membiayai pendidikan. Kedua faktor ini merupakan faktor penentu keterlibatan anak dalam pendidikan formal. 3. Uji beda lama pendidikan ayah dan ibu menunjukkan perbedaan nyata dimana ayah siswa sekolah negeri menunjukkan diatas 12 tahun masa studi, sedangkan lama pendidikan ayah siswa sekolah swasta kurang dari 12 tahun atau setara pendidikan SMA. Analisa regresi terhadap pendampingan anak belajar oleh orang tua dipengaruhi oleh faktor pendidikan ayah. Pendampingan anak belajar adalah wujud investasi yang diberikan kepada anak dengan memanfaatkan waktu dan kemampuan yang ada untuk membimbing dan membantu anak belajar. Pendidikan orang tua (ayah) menjadi faktor yang mempermudah pendampingan belajar anak karena pendidikan menjadi sumber kemampuan dalam pendampingan tersebut. 4. Uji beda antara lingkungan keluarga siswa SMP negeri dan swasta menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata. Analisis regresi terhadap lingkungan keluarga menunjukkan bahwa lingkungan keluarga dipengaruhi
3 233 oleh faktor keluarga luas / inti dan lama pendidikan ibu. Aggota keluarga dalam keluarga luas merupakan bagian penting dalam jaringan anak-anak muda. Interaksi sosial antara anggota keluarga muda dan tua menciptakan adanya ikatan sosial dalam keluarga tersebut. Ikatan sosial tersebut merupakan modal sosial untuk membangun ikatan keluarga yang lebih erat. Lingkungan keluarga dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Lama pendidikan memberikan wawasan maju berkaitan dengan pentingnya keluarga sebagai pendorong, menyediakan fasilitas, serta mempunyai harapan pendidikan setinggi mungkin untuk anak-anak. 5. Analisis regresi terhadap kecerdasan emosi menunjukkan hasil bahwa kecerdasan emosi dipengaruhi oleh faktor status sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lama pendidikan ibu. Status sekolah negeri dan lingkungan sekolah yang baik merupakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosi secara baik. Uji beda lingkungan sekolah menunjukkan adanya perbedaan nyata dimana sekolah negeri mempunyai lingkungan yang relatif baik dibandingkan dengan sekolah swasta. 6. Analisis regresi terhadap kecerdasan intelektual dipengaruhi oleh faktor keluarga luas / inti, lingkungan sekolah, dan lama pendidikan ibu. 7. Analisis analisa regresi logistik terhadap status gizi remaja menunjukkan hasil bahwa status gizi remaja dipengaruhi oleh jenis kelamin dan status kerja ibu. Kategori status gizi perempuan cenderung lebih normal dibandingkan dengan laki-laki. Status ibu tidak bekerja berpengaruh terhadap status gizi remaja. Ibu tidak bekerja mempunyai waktu relatif lebih banyak untuk dapat merawat anak dibandingkan dengan ibu bekerja. Namun penelitian menunjukkan bahwa ibu bekerjapun tidak dapat lepas dalam mengurus rumah tangga termasuk merawat anak. Ini dikaitkan dengan norma sosial mengenai peran gender dan spesialisasi pekerjaan rumah tangga. 8. Prestasi akademik siswa diukur dengan 6 mata pelajaran, yaitu: matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan PPKN. Nilai kelima mata pelajaran menunjukkan adanya kecenderungan siswa sekolah negeri lebih baik dibandingkan sekolah swasta. Nilai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan adanya kesamaan prestasi antara sekolah negeri dan swasta.
4 234 Analisis deskriptif terhadap prestasi akademik siswa negeri dan swasta menunjukkan hasil adanya perbedaan dimana sekolah negeri cenderung mempunyai nilai rata-rata lebih baik dibandingkan dengan sekolah swasta. Prestasi siswa sekolah negeri ini didukung dengan nilai ebtanas murni di tingkat sekolah dasar dimana sekolah negeri mempunyai NEM lebih baik dibandingkan dengan swasta. Selain itu didukung juga oleh faktor IQ antara sekolah negeri dan swasta dimana IQ siswa sekolah negeri cenderung lebih tinggi. 9. Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas remaja adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan investasi pendidikan untuk remaja. Kualitas remaja merupakan penggabungan status gizi, kecerdasan emosi, dan kecerdasan intelektual. Kualitas remaja menyebar pada kategori sedang (71.3%) dan 7.7% berkategori tinggi, sedangkan sisanya berkategori rendah (20.7%) serta sangat rendah (0.3%) 10. Analisis regresi terhadap prestasi akademik remaja menunjukkan hasil bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh kualitas remaja, pemanfaatan waktu, iklim belajar, kondisi sekolah, aktivitas siswa, dan investasi pendidikan. Kualitas remaja mencakup kecerdasan intelektual dan emosi serta status gizi remaja. Faktor kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi menunjukkan pengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Kecerdasan emosi merupakan prediktor signifikan terhadap prestasi belajar. Namun pengaruh pengawasan orang tua terhadap prestasi belajar siswa bersifat negatif. Artinya semakin diawasi maka semakin berprestasi rendah. Di sisi lain dapat dijelaskan bahwa para siswa sudah dewasa dan bertanggung jawab terhadap kepentingan sekolah mereka sehingga tanpa harus diawasi sudah mampu memprioritaskan kepentingan sekolah diantara kegiatan yang lain. Kondisi sekolah juga berpengaruh terhadap prestasi akademis siswa. Aktivitas siswa berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Selain itu pengeluaran pendidikan berpengaruh terhadap pendidikan. Investasi pendidikan tidak lepas dari keuangan keluarga dimana kondisi keuangan terebut memberikan kemudahan untuk mendukung proses pendidikan anak.
5 235 Saran: Penelitian ini mengkaji kualitas remaja dan dampaknya terhadap prestasi belajar remaja. Penelitian ini mempunyai lingkup pada lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status sekolah, lingkungan keluarga dan sekolah, serta investasi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas remaja. Prestasi akademis remaja dipengaruhi oleh kualitas remaja, pemanfaatan waktu, kondisi sekolah, aktivitas siswa, investasi pendidikan, lama pendidikan ibu, dan harapan siswa terhadap guru. Namun, uji beda menunjukkan adanya perbedaan antara sekolah negeri dan swasta. Perbedaan ini mencakup nilai ebtanas murni (NEM) SD, kecerdasan intelektual(iq), kecerdasan emosi (EI), lingkungan sekolah, kondisi sekolah, aktivitas siswa, harapan siswa terhadap guru, lama pendidikan ayah, lama pendidikan ibu, pendapatan, kualitas remaja, prestasi akademis remaja. Untuk meningkatkan kualitas remaja diperlukan peningkatan dari sisi lingkungan keluarga maupun sekolah. Pelibatan orang tua murid dalam proses belajar mengajar secara langsung dapat merangsang keadaan lingkungan keluarga untuk memberikan perhatian kepada anak mencakup memberikan dorongan, menyediakan fasilitas belajar, memperhatikan aspirasi pendidikan dan pekerjaan, dan memberikan perhatian dalam suasana kebersamaan. Selain itu, keluarga juga perlu mengalokasikan biaya pendidikan lebih banyak agar dapat meningkatkan kualitas remaja, begitu juga terhadap prestasinya. Masalah investasi pendidikan tidak lepas dari masalah pendapatan. Analisis regresi menunjukkan adanya hubungan positif antara pendapatan dengan investasi pendidikan. Artinya, semakin tinggi pendapatan maka dimungkinkan akan semakin banyak uang dapat diinvestasikan untuk pendidikan. Hal ini mengisyratkan bahwa alokasi biaya untuk investasi pendidikan membutuhkan pendapatan yang kuat. Hanya keluarga berpendapatan kuat yang dapat menikmati pendidikan berkualitas. Sistem pendidikan saat ini secara tidak disadari menciptakan struktur sosial baru. Keluarga miskin tidak mampu membeli pendidikan berkualitas karena memerlukan baiya yang besar. Mereka akhirnya mengisi strtuktur sosial yang semakin di bawah. Apabila ini dibiarkan saja maka akan semakin tercipta
6 236 kesenjangan orang miskin tidak berpendidikan dan orang kaya berpendidikan. Oleh karena itu perlu dipikirkan pendidikan yang dapat menyerap siswa dari keluarga miskin. Perhatian terhadap keluarga miskin dapat dilakukan melalui upaya swadaya maupun pemerintah. Upaya swadaya dapat ditempuh dengan cara solidaritas orang tua siswa, atau melalui upaya kelembagaan seperti komite sekolah. Karena pendanan melalui BOS ditujukan untuk semua siswa, maka perlu bantuan yang secara khusus untuk kelompok siswa dari keluarga miskin. Upayaupaya tersebut diharapkan dapat memberikan kesempatan siswa miskin memperoleh pendidikan yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitasnya terlebih prestasi akademiknya. Dengan demikian diharapkan akan dapat mengurangi kesenjangan sosial yang ada. Selain itu, pemerintah perlu meningkatkan dukungan terhadap sekolah swasta guna meningkatkan kualitas sekolah swasta. Perbedaan lingkungan sekolah diatasi dengan peningkatan kemampuan para guru sesuai kompetensi keilmuan masing-masing, peningkatan aktivitas siswa melalui peran guru yang kreatif, peningkatan iklim belajar melalui kinerja guru di kelas yang dapat meningkatkan konsentrasi belajar, dan peningkatan kondisi sekolah menjadi lebih baik. Begitu juga dengan kondisi sekolah, pemerintah perlu memberi perhatian yang seimbang terhadap sekolah swasta dan negeri berkaitan dengan pembiayaan peningkatan kualitas kondisi sekolah. Peningkatan kualitas kondisi sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan prestasi belajar remaja. Upaya-upaya tersebut alhasil akan dapat mengurangi kesenjangan antara sekolah negeri dan swasta. Hendaknya peningkatan kemampuan guru dalam keilmuannya menjadi fakus utama pemerintah. Peningkatan penguasaan keilmuan diwajibkan sesuai kompetensi masing-masing. Hal ini ekaligus merupakan peningkatan sumberdaya manusia, yaitu guru. Pemerintah perlu mengawasi dan mengevaluasi kesesuaian pendidikan guru dengan keilmuan yang diajarkan, agar dapat meningkatkan penguasaan keilmuan sesuai bidangnya. Bahkan kesesuaian keilmuan ketika guru melanjutkan studi di jenjang lebih tinggi. Guru bermutu akan menghasilkan siswa berkualitas.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
107 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa indikator yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar matematika kelas IX siswa
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Secara umum, pendidikan ayah dan pendidikan ibu berpengaruh positif terhadap probabilitas bersekolah bagi anaknya, baik untuk jenjang SMP maupun SMA. Jika dibandingkan,
Lebih terperinciGambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran
82 KERANGKA PEMIKIRAN Investasi terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga berasal dari sumberdaya yang dimilikinya, dimana sumberdaya tersebut meliputi sumberdaya manusia dan material (Bryant 1990; Deacon
Lebih terperinciKarakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta
44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar
Lebih terperinciHASIL. Karakteristik Remaja
HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting. Semua orang dari kalangan mana pun akan membenarkan pernyataan ini. Berbekal pendidikan yang memadai
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
22 III. METODOLOGI PENELITIAN 2.5. Data Penelitian Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari bagian Akademis POLBAN serta data pendukung yang merupakan data primer (persepsi)
Lebih terperinciSIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN
55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling penting keberadaannya. Hal ini disebabkan pendidikan di sekolah dasar merupakan dasar dari semua pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak hanya berbicara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciAnalisis Profesionalitas Guru. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015
Analisis Profesionalitas Guru KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 PENDAHULUAN KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN GURU Kedudukan: Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa yang bersangkutan.
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
75 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan karakteristik keluarga, lokasi tempat tinggal responden menyebar hampir seimbang antara kota dan luar kota. Umur responden ayah di kota dan luar kota berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting
Lebih terperinciTeknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan
BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalamnya. Untuk menghasilkan SDM yang berkualitas, maka setiap bangsa
Lebih terperinciPENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :
PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : Amanat undang-undang dasar 1945 1. Pembukaan Alinea IV: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
Lebih terperinciHASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi
43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Intelegensi dan konsep diri merupakan bagian faktor dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasinya. Untuk itu sebagai pendidik harus dapat mengembangkan
Lebih terperinciV. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA
63 V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA Bab berikut membahas struktur pasar tenaga kerja yang ada di Indonesia. Tampak bahwa sebagian besar tenaga kerja Indonesia terserap di sektor jasa. Sektor jasa
Lebih terperinciTUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas dan di dalamnya terjadi pola interaksi antara guru dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar yang berlangsung di dalam kelas dan di dalamnya terjadi pola interaksi antara guru dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan sebagai investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang yang memiliki nilai strategis atas kelangsungan peradaban manusia di dunia. Melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menyampaikan maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan pembangunan di setiap
Lebih terperincigolongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai
PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Keluarga adalah orang yang bertempat tinggal bersama yang dihubungkan dengan ikatan-ikatan biologis, perkawinan, adat istiadat, atau dengan adopsi (Sussman & Steinmetz 1987).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
95 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Pola konsumsi rumah tangga di Lampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat belajar demi kelangsungan hidupnya. Bagoe (2014, h.1) mengemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu
Lebih terperinciSIMPULAN DAN SARAN Simpulan
107 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Terdapat perbedaan proses pembelajaran antara di SDIT Ummul Quro dengan di SDN Sukadamai 3 Bogor. 2. Terdap at perbedaan prestasi belajar yang meyakinkan antara siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak hal. Mulai dari yang sederhana hingga yang paling kompleks. Namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pilar utama untuk mencapai kehidupan masyarakat yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal. Melalui pendidikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia mempunyai cita-cita untuk menciptakan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai cita-cita untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mencapai cita-cita tersebut pemerintah melakukan berbagai pembangunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pertumbuhan kehidupan masyarakat maju, semakin lama semakin menunjukkan bahwa kunci perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana mencapai salah satu tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat butir ketiga yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelulusan. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat grade nilai yang dicapai oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemilihan jurusan oleh seorang calon mahasiswa bukanlah hal yang mudah dan dapat diremehkan, karena banyak hal yang harus dipertimbangkan seperti biaya, kemampuan diri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk kemajuan pembangunan bangsa dan negara, karena anak-anak
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI
BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang, dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara politis tekad pemerintah untuk membangun pelayanan pendidikan bagi seluruh masyarakat terlihat cukup besar. Hal ini seperti yang dinyatakan dalam UUD 1945
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi psikis siswa sangat mempengaruhi kesiapan ketika menghadapi ujian nasional, sebagai orangtua atau guru membantu mereka mengelola emosi, agar dapat bersikap
Lebih terperinciKONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI
1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Pada proses
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Internalisasi Nilai-Nilai Islam tentang Makanan Bergizi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Internalisasi Nilai-Nilai Islam tentang Makanan Bergizi Gizi mempunyai peran yang sangat besar bagi Islam dalam membina dan mempertahankan kesehatan seseorang. Setiap orang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam lingkungan yang lebih luas, harus dapat ditumbuh kembangkan melalui
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman disiplin berdasarkan norma atau nilai yang telah dimiliki masyarakat Indonesia yang majemuk, baik dalam lingkungan tradisi maupun dalam lingkungan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, utamanya sains
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai salah satu cabang ilmu yang dinilai dapat memberikan kontribusi positif dalam memacu ilmu pengetahuan dan teknologi selain itu juga matematika mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menghendaki agar peserta didik dapat berkembang sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menghendaki agar peserta didik dapat berkembang sesuai dengan potensinya, sebab setiap peserta didik pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Materi biologi tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkrit,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Materi biologi tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkrit, tetapi juga berkaitan dengan hal-hal atau obyek yang abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan
Lebih terperinciPELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG
RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG Oleh : Dra. Sofi Sufiarti. A ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh
BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2006, tingkat kemiskinan di Indonesia masih mencapai 17,8 persen yang berarti sekitar 40 juta jiwa masih berada di bawah garis kemiskinan. Salah satu akibat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40
15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membantu siswa dalam perkembangannya sesuai dengan bakat dan kemampuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan suatu usaha untuk membantu siswa dalam perkembangannya sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa tersebut. Tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak yang beranggapan bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena intelligensi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Karakteristik siswa SMA Negeri 2 Kediri pada penelitian ini
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Yunia Trias Kristiawati, Budiyono, Riawan Yudi Purwoko Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia selama empat dekade terakhir ini mencatat berbagai kemajuan dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) dengan adanya indikasi membaiknya berbagai indikator SDM yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas utama dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga diperlukan manusia yang utuh, yaitu manusia yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan panjang. Namun sampai saat ini masih banyak penduduk miskin yang memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang hidup sejahtera dengan aspirasi cita-cita untuk maju, bahagia dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan seiring dengan tuntutan pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan pribadi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan pribadi yang kompleks. Banyak teori yang menjelaskan kebutuhan individu, namun yang paling terkenal luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh semua siswa,dari jenjang Sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk menunjang keberhasilan belajarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SD Negeri Jetis 01 terletak di desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Kelas lima Tahun Ajaran 2011/2012 memiliki siswa 24 orang yang tersdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa anak merupakan masa keemasan (golden age) yang mempunyai arti penting dan berharga karena pada masa ini merupakan dasar bagi masa depan anak. Anak mempunyai kebebasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Belajar merupakan masalah bagi setiap orang, dan tidak mengenal usia dan waktu lebih-lebih bagi pelajar, karena masalah belajar tidak dapat lepas dari dirinya.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan
60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan meliputi berbagai sektor dan jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan banyak di pengaruhi oleh berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan penting diberikan kepada siswa selaku generasi muda yang akan datang, karena dengan bekal pendidikan yang dimiliki diharapkan dapat membentuk siswa
Lebih terperincipengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
17 KERANGKA PEMIKIRAN Perguruan tinggi merupakan komunitas yang terdiri dari orang-orang intelektual dalam berbagai aktivitas akademis. Perguruan tinggi memiliki peran strategis dan sangat penting sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Underachiever adalah sebuah fenomena murid yang mencapai prestasi di bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal untuk menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara berkembang di benua Asia yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang pendidikan.
Lebih terperinci