BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini sebagai yang ideal. Pendidikan dipandang sebagai hak rakyat yang lahir dan dikembangkan secara konkret sebagai perwujudan upaya mencerdaskan individu dalam bagian dari masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah sarana memproduksi sejumlah individu yang berkompetensi untuk tujuan pengembangan modal sosial dan kapasitas intelektual bangsa. Pendidikan memainkan peranan penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas, mampu menguasai iptek, serta memiliki keterampilan daya inovasi, yang menjadi modal utama untuk mencapai prestasi gemilang di berbagai bidang kehidupan. Pendidikan yang berkualitas dapat mengantarkan Indonsia menjadi bangsa yang modern, maju, makmur, dan sejahtera, yang tercermin pada keunggulan dan kemampuan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat, dengan memilih materi, strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Dengan kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peran yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak.. (Jalaluddin dan Idi, 2007:153).

2 2 Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 4 mengenai tujuan pendidikan nasional menyebutkan bahwa: Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, estetis, dan demokratis serta memiliki rasa kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan pendidikan tersebut akan sulit tercapai jika masih banyak anak usia sekolah yang mengalami putus sekolah. Pada kenyataannya, kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat mengkhawatirkan. Hal tersebut terbukti dengan adanya fenomena Drop Out atau putus sekolah, khususnya pada jenjang pendidikan dasar yang jauh lebih tinggi dari pada drop out pada jenjang pendidikan menengah. Padahal, pendidikan dasar merupakan periode penting bagi pertumbuhan kepribadian anak. Secara umum, negara berkembang menghadapi masalah Sumber Daya Manusia yang ditinjau dari segi pendidikan terutama pada kualitas pendidikan yang terjadi di sebagian besar negara berkembang yang saat ini masih sangat memprihatinkan. Sebagaimana negara-negara berkembang lainnya, kuantitas anak yang mengalami putus sekolah di Indonesia masih sangat tinggi. Masalah putus sekolah memang tidak pernah selesai dalam dunia pendidikan sehingga sulit mengharapkan kemajuan Sumber Daya Manusia dalam menghadapi tantangan global. Padahal, sumber daya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Manusia merupakan agen aktif yang akan mengumpulkan modal, mengeksploitasi sumber daya alam, membangun berbagai macam organisasi

3 3 sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional. Jelas bahwa jika suatu negara tidak segera mengembangkan keahlian dan pengetahuan rakyatnya melalui sekolah serta tidak memanfaatkan potensi mereka secara efektif, maka untuk selanjutnya negara tersebut tidak akan dapat mengembangkan apapun karena pembangunan nasional yang tinggi disegala bidang ditentukan oleh kualitas SDM yang bagus yang terdiri dari tingkat melek huruf dan tingkat pendidikan yang tinggi. Dari data dilapangan, diperoleh informasi bahwa pada setiap tahunnya lebih dari satu juta siswa mengalami putus sekolah pada semua jenjang pendidikan. Hal ini terutama terjadi di daerah pedesaan yang pada umumnya berasal dari keluarga miskin dan memiliki keterbatasan akses pendidikan. Mengatasi permasalahan ini, pemerintah telah mencanangkan berbagai upaya guna perluasan kesempatan memperoleh pendidikan khususnya pendidikan dasar. Salah satunya melalui program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang telah dimulai sejak tahun Program pemerintah ini dalam rangka perluasan akses di bidang pendidikan sehingga diharapkan fasilitas pendidikan dasar dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Tujuan utama dari program pemerintah ini adalah agar seluruh anak usia 7 sampai dengan 15 tahun memperoleh pendidikan setidak-tidaknya hingga sekolah menengah pertama atau yang sederajat. Pada dasarnya, Wajar Dikdas 9 tahun adalah untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

4 4 Agar upaya peningkatan mutu perluasan pendidikan dapat tercapai maka sekurang kurangnya harus didukung oleh tiga faktor, seperti yang dikutip dari Fatah, (2000:90) yaitu : 1. Kecukupan sumber sumber pendidikan dalam arti kualitas tenaga kependidikan, biaya dan sarana belajar. 2. Mutu proses belajar mengajar yang dapat mendorong siswa belajar efektif. 3. Mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap, ketrampilan, Dan nilai nilai. Pencanangan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun oleh pemerintah sejak tahun 1994 telah menunjukkan keberhasilan. Target pemerintah menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dalam skala nasional dinyatakan tuntas pada tahun 2008 yang lalu. Sebagaimana yang disampaikan oleh Mentri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo Kalau pada akhir tahun 2008 bisa mencapai 95 persen, Wajar Dikdas 9 tahun tuntas pada tingkat nasional. (Kompas, Agustus 2008). Kemudian, keberhasilan Wajar Dikdas juga dapat ditinjau dari angka partisispasi kasar dan angka partisipasi murni di semua tingkatan, baik dengan skala nasional maupun skala provinsi. 1. Angka Partisipasi Kasar mengukur proporsi anak sekolah pada suatu tingkat pendidikan tertentu terhadap kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum jumlah anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu serta biasanya tidak memperhatikan usia anak. Angka partisipasi kasar nasional SD hingga saat

5 5 ini telah mencapai 100 %, dan SMP lebih dari 90 %. Adapun untuk tingkat provinsi Jawa Barat, APK SD mencapai 100 % dan SLTP 77 %. 2. Angka Partisipasi Murni mengindikasikan proporsi anak sekolah pada suatu umur tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. APM yang mendekati angka nilai 100 menunjukan bahwa hampir semua penduduk bersekolah tepat waktu sesuai dengan kelompok umurnya. Angka partisipasi murni tingkat nasional SD saat ini sudah mencapai lebih dari 90 %, sedangkan SMP lebih dari 70 % dengan tren membaik setiap tahun. Sedangkan tingkat provinsi Jawa Barat, APM SD mencapai lebih dari 90 % dan untuk SLTP lebih dari 60 %. Jika ditinjau dari dua indikator pendidikan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa memang pendidikan di Indonesia telah menunjukan kemajuan yang dignifikan. Dunia pendidikan telah mengalami perkembangan yang luar biasa pesatnya. Pembangunan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas SDM, mempersiapkan individu agar mampu beradaptasi dan menghadapi masa depan. Akan tetapi pada kenyataannya dilapangan kedua indikator tersebut tidak dapat mencerminkan kualitas pendidikan yang sesungguhnya. Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun belum mampu menyelesaikan persoalan tingginya angka putus sekolah. Di tingkat pendidikan dasar, putus sekolah menjadi penghambat upaya penuntasan wajar dikdas 9 tahun. Kondisi ini sebagaimana yang terjadi pada Kabupaten Garut, dimana angka putus sekolah dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

6 6 Tabel 1.1 Angka Putus Sekolah menurut jenjang pendidikan dan jenis kelamin Kabupaten Garut (dalam persen) Tahun SD SLTP SLTA L P Rata2 L P Rata2 L P Rata ,76 13,17 11,47 32,20 35,70 33,95 14,56 14,58 14, ,95 12,96 11,45 37,47 37,16 37,32 14,02 15,03 14,52 Sumber: Biro Pusat Statistik Angka Putus Sekolah (APTS) merupakan salah satu indikator output pendidikan. APTS merefleksikan tingkat kegagalan sistem pendidikan menurut jenjangnya. APTS menggambarkan ketidakmampuan penduduk usia sekolah untuk menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Angka putus sekolah pada jenjang SD di Kabupaten Garut hingga tahun 2007 mencapai angka 11,45 %, atau menduduki peringkat tertinggi dibandingkan dengan angka rata-rata putus sekolah SD di kabupaten/kota lainnya. Artinya dari seluruh siswa usia sekolah dasar 11,45 % diantaranya mengalami putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke tingkat SLTP. Kondisi memprihatinkan tersebut semakin diperparah dengan APTS SLTP sebanyak 37,32 % dan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 14,52 %. Jumlah ini melebihi standar putus sekolah minimal (SPM) yaitu sebesar 1 %. Tabel 1.1 juga memperlihatkan bahwa APTS perempuan lebih tinggi dari APTS laki-laki. Hal tersebut dimungkinkan karena masyarakat menganut sistem patrilineal sehingga secara kultural laki-laki dianggap lebih penting untuk mendapatkan pendidikan. Adapun untuk perempuan dengan hanya dapat membaca dan menulis saja sudah dianggap cukup. Bahkan masih banyak orang tua yang telah menikahkan anak perempuannya yang masih usia sekolah. Hal itu

7 7 menampakkan preferensi keluarga untuk bersekolah pada jenjang yang lebih tinggi cenderung diberikan untuk anggota keluarga laki-laki. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai kasus putus sekolah, mayoritas menyatakan bahwa putus sekolah lebih dominan karena alasan ekonomi atau ketidakmampuan orangtua untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun disamping alasan tersebut terdapat alasan lain yaitu masih dominannya faktor tradisi masyarakat terutama dipedesaan yang tidak mendorong anak perempuan melanjutkan pendidikan formal, bahkan kerap ditemui masyarakat yang berpendapat orang tuanya pun tidak berpendidikan tinggi tapi bisa mengolah sawah dan hidup layak, karena ini dari sekitar , yang melanjutkan hanya sekitar orang. Secara umum, jumlah siswa putus sekolah di Kabupaten Garut hingga tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.2 Jumlah Siswa Putus Sekolah SD dan SLTP Di Kabupaten Garut Tahun 2007 No. Kecamatan Putus Sekolah SD SLTP Usia Sekolah Persentase 1 Cisewu Caringin Talegong Bungbulang Mekarmukti Pamulihan Pakenjeng Cikelet Pameungpeuk Cibalong Cisompet Peundeuy Singajaya Cihurip Cikajang

8 8 No. Kecamatan Putus Sekolah SD SLTP Usia Sekolah Persentase 16 Banjarwangi Cilawu Bayongbong Cigedung Cisurupan Sukaresmi Samarang Pasirwangi Tarogong Kidul Tarogong Kaler Garut Kota Karangpawitan Wanaraja Sucinaraja Pangatikan Sukawening Karang tengah Benyuresmi Leles Leuwigoong Cibatu Kersamanah Cibiuk Kadungora Balubur Limbangan Selaawi Malangbong Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Berdasarkan data di atas, hampir disetiap kecamatan terdapat anak usia sekolah yang tidak mampu melanjutkan pendidikan atau putus sekolah. Dari 42 kecamatan yang ada di Kabupaten Garut, anak tidak dan putus sekolah usia 7-15 tahun paling banyak terdapat di Kecamatan Tarogong Kidul, paling sedikit Kecamatan Sucinaraja dan Mekarmukti sedangkan kecamatan lainnya jumlahnya relatif merata. Kemudian apabila diperbandingkan dengan banyaknya penduduk

9 9 usia sekolah SD dan SLTP, Tarogong Kidul menempati urutan ke enam setelah Cisompet, Pasirwangi, Cigedug, Banjarwangi, dan Sukaresmi. Tingginya angka putus sekolah ini tentu saja tidak bisa dibiarkan karena berkaitan dengan kualitas SDM, yang pada akhirnya akan menentukan arah pembangunan suatu bangsa. Semakin tinggi kualitas SDM suatu negara maka semakin baik pula arah pembangunannya, sebaliknya semakin rendah kualitas SDM, akan semakin buruk arah pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu, SDM atau Human Development adalah modal atau investasi yang penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pembangunan bangsa terutama dalam bidang ekonomi. Putus sekolah diduga disebabkan karena beberapa hal, seperti alasan ekonomi yaitu ketiadaan biaya pendidikan karena penghasilan penduduk yang relatif rendah terutama pasca krisis ekonomi, fasilitas yang menunjang pendidikan masih sangat terbatas, budaya dan tradisi penghambat pembangunan, masih terdapat kesenjangan antara penduduk yang tinggal di perkotaan dan perdesaan, antara penduduk laki-laki dan perempuan, dan antara penduduk kaya dan miskin. Kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan pendidikan. Kondisi ekonomi masyarakat tentu saja berbeda, tidak semua keluarga memiliki kemampuan ekonomi yang memadai dan mampu memenuhi segala kebutuhan anggota keluarga. Salah satu pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi ekonomi seperti ini adalah orang tua tidak sanggup menyekolahkan anaknya pada jenjang yang lebih

10 10 tinggi walaupun mereka mampu membiayainya di tingkat sekolah dasar. Tidak semua orang dapat memanfaatkan peluang untuk memperoleh pendidikan, terutama untuk jenjang yang lebih tinggi. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang diselenggarakan, semakin sempit peluang bagi setiap orang untuk dapat memasukinya. Pada akhirnya, keadaan ekonomi yang lemah memaksa anak keluar sekolah sebelum tamat. Jelas bahwa kondisi ekonomi keluarga merupakan faktor pendukung yang paling besar terhadap kelanjutan pendidikan anak-anak, sebab pendidikan juga membutuhkan dana besar. Masyarakat miskin menilai bahwa pendidikan masih terlalu mahal dan belum memberikan manfaat yang signifikan dengan sumberdaya yang dikeluarkan. Padahal, pendidikan sangat besar peranannya bagi proses pembangunan walaupun hasil dari pendidikan itu tidak dapat dirasakan secara langsung tetapi baru akan terasa setelah beberapa tahun mendatang. Karena itu, pendidikan belum menjadi pilihan investasi. Meskipun pemerintah telah membebaskan biaya pendidikan tetapi pada kenyataannya masyarakat tetap harus mengeluarkan dana. Pengeluaran itu berupa pembelian buku, alat tulis, pakaian seragam, uang transportasi, dan uang jajan menjadi faktor penghambat pula bagi masyarakat miskin untuk menyekolahkan anaknya. Padahal, sebagaimana yang dikemukakan oleh Todaro (1999:455) bahwa investasi dalam Sumber Daya Manusia dapat meningkatkan kualitasnya dan dengan demikian akan menghasilkan efek yang sama terhadap produksi bahkan akan lebih besar lagi dengan bertambahnya jumlah manusia. Pendidikan formal dan informal, program pendidikan dan pelatihan kerja dapat lebih diefektifkan

11 11 untuk menghasilkan tenaga kerja yang terdidik serta untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Selain faktor ekonomi, penyebab banyaknya anak putus sekolah atau tidak melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi juga berkaitan dengan faktor budaya atau tradisi. Budaya yang masih dominan yaitu kesetaraan gender yang relatif masih rendah sehingga secara umum laki-laki lebih diutamakan untuk dapat sekolah sampai selesai dari pada perempuan. Pandangan orang tua terhadap pendidikan anaknya masih sangat kurang, dengan hanya bisa membaca dan menulis sudah cukup untuk memberi bekal pada anaknya dalam mencari pekerjaan. Budaya yang mereka anut mengatakan, sekolah itu tidak penting. Banyak orang tua yang tidak terlalu mementingkan pendidikan. Sebagian anak usia 7 15 tahun sudah diajak orang tuanya untuk membantu bekerja. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana mendapatkan penghasilan (uang) sehingga dapat menjamin kesejahteraan keluarga. Selain itu, masih banyaknya masyarakat menikah usia muda terutama pada perempuan, dengan anggapan bahwa perempuan betapapun tinggi tingkat pendidikannya pada akhirnya ia akan menjadi ibu rumah tangga yang mengurus tugas-tugas rumah tangga mengakibatkan mereka tidak bisa melanjutkan pendidikannya lagi. Faktor lingkungan alam juga turut mempengaruhi dimana letak dan jarak tempat tinggal ke sekolah yang relatif jauh sehingga cukup menyulitkan untuk dijangkau. Secara umum, pendidikan di Kabupaten Garut belum optimal. Kesempatan memperoleh pendidikan belum sepenuhnya merata. Akses dan

12 12 fasilitas pendidikan masih terpusat didaerah perkotaan sehingga menyulitkan masyarakat pedesaan untuk mengakses pendidikan yang lebih tinggi. Fasilitas pendidikan yang tersedia belum merata atau masih terbatas khususnya bagi daerah pedesaan. Akibatnya sulit bagi anak-anak sekolah untuk mengakses layanan pendidikan Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan, sebab ketika membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Ketika berbicara peningkatan ekonomi keluarga terkait bagaimana meningkatkan sumberdaya manusianya. Sementara solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor apa saja yang menjadi penyebab tingginya angka putus sekolah di Kabupaten Garut, khususnya Kecamatan Tarogong Kidul. Maka dari itu penulis mengambil judul ANALISIS PENGARUH STATUS EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, DAN LINGKUNGAN GEOGRAFIS TERHADAP PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

13 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka lingkup permasalahan dalam penelitian ini penulis identifikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana status ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan geografis secara bersama-sama berpengaruh terhadap putus sekolah di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut? 2. Bagaimana pengaruh status ekonomi terhadap putus sekolah di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut? 3. Bagaimana pengaruh sosial budaya terhadap putus sekolah di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut? 4. Bagaimana pengaruh lingkungan geografis terhadap putus sekolah di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui bagaimana status ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan geografis secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat putus sekolah di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut 2. Mengetahui pengaruh status ekonomi terhadap putus sekolah di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut 3. Mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap putus sekolah di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut

14 14 4. Mengetahui pengaruh lingkungan geografis terhadap putus sekolah di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan, baik kegunaan teoritis dalam rangka mengembangkan teori, maupun kegunaan praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi mengenai faktor-faktor mempengaruhi tingkat putus sekolah di Kabupaten Garut khususnya kecamatan Tarogong Kidul, sehingga dapat memecahkan persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan terutama yang berkaitan dengan putus sekolah. 2. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu pendidikan 3. Secara umum diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan terutama bagi pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat sebagai pelaku yang terkait dengan dunia pendidikan khususnya di Kabupaten Garut.

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005) TABEL 3.19. PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH Laki-laki pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekolsekolah 010. Cisewu

Lebih terperinci

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 Kecamatan Sekolah Jml Rombel Guru R. Kelas Murid Lulusan Mengulang Putus Sekolah Cisewu 27 168 154 167 3.647 598 35 - Caringin 20 145 91 107 3.844 556 24 11 Talegong 23

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI Kecamatan Tambah Tanam (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.861 2.568 14.265 55,55 011. Caringin 1.611 1.383 7.673 55,48 020. Talegong

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki Tabel 4.1.02 : Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Sekolah Guru Murid laki-laki Murid Perempuan Total Murid (1) (2) (3) (4) (5) (6) 010. Cisewu 6 81 9 97 106 011.

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 2.925 3.669 19.642 53,54 011. Caringin 795

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.087 3.359 19.790 58.92 011. Caringin 1.308 1.110 6.524 58.77 020. Talegong

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2009 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.151 2.877 17.955 62,41 011. Caringin 1.562 1.503 9.345 62,18 020. Talegong

Lebih terperinci

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 Tabel 4.2.19 : Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 PLKB DOKTER BIDAN JUMLAH (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3-3 6 011. Caringin 3-2 5 020. Talegong 3-3

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 33 629 12,676 2,424-011. Caringin - 701 632 6,921

Lebih terperinci

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 4.1.01 : Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 Ijasah/STTB yang Dimiliki Laki-laki Male Perempuan Female Jumlah Total (1) (2) (3) (4) Tdk punya

Lebih terperinci

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab, Garut, 2010 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambin g (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 500 452-15.559 2.291 011.

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Tabel 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambi ng (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 60 549-11.099 2.415 011. Caringin

Lebih terperinci

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012.

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012. 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012 Kecamatan District Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3)

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 446 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN NAMA-NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I : PERATURAN NOMOR TANGGAL : : 18 Tahun 2013 31 Desember 2013 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA TAHUN ANGGARAN 2014 Rekening Hal 1 dari 2 1 2 3 4. PENDAPATAN

Lebih terperinci

JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013

JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013 JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013 TPK KEC TANGGAL SDN LEUWIGOONG I LEUWIGOONG SDN BANYURESMI II BANYURESMI SDN KERESEK I CIBATU 1 SDN LIMBANGAN TIMUR II LIMBANGAN 2 s.d 6 SDN SELAAWI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 93 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 27 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TINGKAT KABUPATEN/KOTA Lampiran 2 MODEL DB1 - PWP REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM TINGKAT KABUPATEN/KOTA KABUPATEN/KOTA PROVINSI : GARUT : JAWA BARAT A. SUARA SAH Garut Kota Karang pawitan Wanaraja PEROLEHAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT Model DB.1 - KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT. Garut Kota Karang pawitan Wanaraja Sucinaraja Pangatikan

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 SKPD ALAMAT : BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT : Jl. OTTISTA NO. 278 TAROGONG KIDUL NO Nama Kegiatan/Nama Paket Volume & Satuan Lokasi

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE Perubahan iklim global yang berimbas terhadap pola hujan dan menjadi kendala bagi Program Peningkatan Produksi Sayuran terutama cabai dan bawang

Lebih terperinci

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Lampiran 86 Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Gambar Gambar Longsor Sukalaksana, Kec.Sucinaraja X : 830452,Y : 9199898, Zona 48S Longsor Girimukti, Kec.Cisewu X : 77650,Y : 9188436, Zona 48S Longsor Pekenjeng,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 32 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT DI TINGKAT KABUPATEN GARUT

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT DI TINGKAT KABUPATEN GARUT Model DB.1 - KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT DI TINGKAT KABUPATEN GARUT. Garut Kota Karang pawitan Wanaraja Sucinaraja Pangatikan Cilawu Selaawi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT 37 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT Pada bab sebelumnya telah diuraikan mengenai konsep pengembangan wilayah berbasis pada sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap penting dilihat

Lebih terperinci

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Fisik Daerah Geografi Kabupaten Garut secara geografis terletak di antara 6 0 56 49-7 0 45 00 Lintang Selatan dan 107 o 25 8-1088 o 7 30 Bujur Timur dengan batas wilayah

Lebih terperinci

SITUASI PENDERITA DBD DI KABUPATEN GARUT 1 JANUARI S.D.17 MARET 2009

SITUASI PENDERITA DBD DI KABUPATEN GARUT 1 JANUARI S.D.17 MARET 2009 SITUASI PENDERITA DBD DI KABUPATEN GARUT 1 JANUARI S.D.17 MARET 2009 I. Jumlah kasus seluruhnya SUSPEK DBD - Laki - laki - Perempuan DBD - Laki laki - Perempuan 488 orang 132 orang 147 orang 103 orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam menyediakan berbagai potensi sumber daya yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia dengan alam berada dalam konteks keruangan

Lebih terperinci

U Hidayat Tanuwiria, A. Mushawwir, dan A Yulianti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600

U Hidayat Tanuwiria, A. Mushawwir, dan A Yulianti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7 NO. 2, 117 127 Potensi Pakan Serat Dan Daya Dukungnya Terhadap Populasi Ternak Ruminansia Di Wilayah Kabupaten Garut (Agriculture by Product as Potential Feed

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 SKPD : DINAS KEHUTANAN ALAMAT : JL. PATRIOT NO. 5 TAROGONG KIDUL GARUT TLP. (0262) 235785 Perkiraan Pagu Anggaran Pada Jenis Pengadaan (Rp)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Soedarto (2009:179) Demam berdarah dengue adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya adalah anak-anak

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. HAERUDIN, S.

LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. HAERUDIN, S. LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HAERUDIN, S.Ag, MH No. Anggota A-477 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting mengingat tujuan pendidikan adalah usaha untuk membentuk manusia yang berilmu, bermoral,

Lebih terperinci

Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut

Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut 1 Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut Endah Djuwendah, Hepi Hapsari, Erna Rachmawati Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di Negara

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di Negara Sedang Berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Kemiskinan adalah persoalan yang universal pengertiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Pengadilan Negeri Kelas IIB Garut secara geografis terletak di Kota Garut yang beralamat di Jalan Merdeka No. 123 Kabupaten Garut Jawa Barat. Wilayah hukum pada prinsipnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No.6 Telp.(022) Fax.(022) , Bandung 40171

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No.6 Telp.(022) Fax.(022) , Bandung 40171 PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No.6 Telp.(022)4264813 Fax.(022)4264881, Bandung 40171 Instrumen Pengajuan Pembuatan Komunitas Guru Form berikut digunakan u/ pengajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita nasional bangsa yang bersangkutan. Beranjak dari sinilah nantinya dikenal pendidikan

Lebih terperinci

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dari

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita nasional bangsa yang bersangkutan. Pendididikan sangat penting dalam kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan dikatakan sukses apabila kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan dikatakan sukses apabila kesejahteraan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Pembangunan dikatakan sukses apabila kesejahteraan masyarakat tercapai dan sebaliknya pembangunan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I. Rencana Strategis Dinas Perkebunan

D A F T A R I S I. Rencana Strategis Dinas Perkebunan D A F T A R I S I PENETAPAN RENSTRA (RENCANA STRATEGIS) DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014-2019 KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN... 1.1 Latar

Lebih terperinci

DAFTAR USULAN MUTASI/ PROMOSI KEPALA SMP NEGERI DAN PENGAWAS SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN DAN DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT MASA PENUGASAN BULAN MARET

DAFTAR USULAN MUTASI/ PROMOSI KEPALA SMP NEGERI DAN PENGAWAS SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN DAN DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT MASA PENUGASAN BULAN MARET DAFTAR USULAN MUTASI/ PROMOSI KEPALA SMP NEGERI DAN PENGAWAS SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN DAN DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT MASA PENUGASAN BULAN MARET 2015 NO 1. 1Muhidin,S.Pd.,M.Pd 195909071981011002 Kepala

Lebih terperinci

POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN GARUT JAWA BARAT UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH DIZKY ANTORIDA

POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN GARUT JAWA BARAT UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH DIZKY ANTORIDA POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN GARUT JAWA BARAT UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH DIZKY ANTORIDA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 35 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap penelitian memerlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak akan menjadi motor penggerak kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi terbesar dalam mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah sektor pendidikan.

Lebih terperinci

HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT

HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Hasil Pemetaan dan Pendataan Program Wajar Dikdas di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Garut

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH RKPD RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 205 Peningkatan Infrastruktur Dasar, Kinerja Aparatur Dan Tata Kelola Pemerintahan Dalam Pelayanan Publik Guna Mewujudkan Pemerintahan Yang Bermartabat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam membentuk dan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk Pelaksanaan Tahun Anggaran 2013, seperti tersebut dibawah ini : WAKTU PELAKSANAAN (BULAN) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1.03.01.02.22. Pemel. Rutin / Berkala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkembangan jaman telah berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimana perkembangan ini telah membawa perubahan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 0 rganisasi Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 14 Tahun 2008

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

U Hidayat Tanuwiria, A. Musharvwir, dan A yulianti Fakultas Peternakan Universitas padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600

U Hidayat Tanuwiria, A. Musharvwir, dan A yulianti Fakultas Peternakan Universitas padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 27, VOL. 7 NO. 2. II7-127 Potensi Pakan serat Dan Daya Dukungnya Terhadap Populasi rernak Ruminansia Di wilayah Kabupaten Garut (Agriculture by Product as Potential Feed and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang terbagi menjadi beberapa golongan antara lain berdasarkan fungsinya yaitu hutan lindung untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pengembangan sumber daya manusia. Meskipun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pengembangan sumber daya manusia. Meskipun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengembangan sumber daya manusia. Meskipun pengembangan sumber daya manusia (SDM) tidak hanya dilakukan melalui pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pemerataan dan perluasan akses pendidikan bagi masyarakat oleh pemerintah ditandai dengan dicanangkannya program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa yang bersangkutan. Beranjak dari sinilah nantinya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa yang bersangkutan. Beranjak dari sinilah nantinya dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita nasional bangsa yang bersangkutan. Beranjak dari sinilah nantinya dikenal pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan mengalokasikan persentase yang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara politis tekad pemerintah untuk membangun pelayanan pendidikan bagi seluruh masyarakat terlihat cukup besar. Hal ini seperti yang dinyatakan dalam UUD 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kebodohan dan kemiskinan. Hal ini Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dari kebodohan dan kemiskinan. Hal ini Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, melainkan juga dari kebodohan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETERKAITAN TIGA PUSAT PERTUMBUHAN KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN

BAB IV ANALISIS KETERKAITAN TIGA PUSAT PERTUMBUHAN KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN BAB IV ANALISIS KETERKAITAN TIGA PUSAT PERTUMBUHAN KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN Bab analisis ini meliputi pembahasan mengenai keterkaitan melalui indikator keterkaitan desa-kota oleh Rondinelli dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suatu keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH. Nomor :... Tanggal :...

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH. Nomor :... Tanggal :... MELALUI PENYEDIA PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH Nomor :... Tanggal :... PA Satuan kerja Perangkat Daerah : Dinas Kehutanan Alamat : Jalan Patriot No. 05 Mengumumkan Rencana Umum

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN

BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN Peran kota kecil tidak terbatas pada internal wilayahnya saja. Untuk melihat bagaimana suatu wilayah dapat tumbuh berkembang harus diperhatikan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa globalisasi seperti saat ini masalah yang dihadapi adalah persaingan yang semakin ketat, salah satunya adalah persaingan dalam dunia kerja. Untuk

Lebih terperinci

Terwujudnya Kabupaten Garut Yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera

Terwujudnya Kabupaten Garut Yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera Ringkasan Eksekutif Executive Summary Pemahaman tentang sistem akuntabilitas kinerja telah meluas di seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Garut. Hal itu merupakan hasil dari berbagai upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk bekerja sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN BUPATI GARUT

LAMPIRAN KEPUTUSAN BUPATI GARUT LAMPIRAN KEPUTUSAN BUPATI GARUT NOMOR : 821.2/Kep. 172-BKD/2016 TANGGAL : 19 APRIL 2016 TENTANG PEMBERHENTIAN, PENGANGKATAN DAN PEMINDAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL ESELON III DAN IV

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

K E M E N T R I A N P E K E R J A A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIMANUK - CISANGGARUNG Jl.

K E M E N T R I A N P E K E R J A A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIMANUK - CISANGGARUNG Jl. K E M E N T R I A N P E K E R J A A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIMANUK - CISANGGARUNG Jl. Pemuda No. 40 Cirebon - 45132 K E M E N T R I A N P

Lebih terperinci

- % Kabupaten Garut Dalam Angka Garut Regency in Figures 2016 ISSN: 2355-4896 No. Publikasi/Publication Number: 32050.1603 Katalog/Catalog: 1102001.3205 Ukuran Buku/Book Size: 14,8 cm x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah KATA PENGANTAR Pengarusutamaan Gender telah menjadi garis kebijakan pemerintah sejak keluarnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000. Instruksi tersebut menggariskan: seluruh departemen maupun lembaga

Lebih terperinci

Pengarahan Pusat Pertumbuhan melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut

Pengarahan Pusat Pertumbuhan melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut Pengarahan Pusat Pertumbuhan melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut Endah Djuwendah, Hepi Hapsari dan Erna Rachmawati Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi tiga prioritas pembangunan pendidikan nasional, meliputi 1. pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 2. peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

Lebih terperinci

PESERTA TERBAIK PADA MUSABAQAH TILAWATIL QUR'AN (MTQ) TINGKAT KABUPATEN GARUT

PESERTA TERBAIK PADA MUSABAQAH TILAWATIL QUR'AN (MTQ) TINGKAT KABUPATEN GARUT PESERTA TERBAIK PADA MUSABAQAH TILAWATIL QUR'AN (MTQ) TINGKAT KABUPATEN GARUT Cabang / Golongan : Tilawah Kanak-Kanak Terbaik I Asep Sucinaraja Azis Muslim Tarogong Kidul Moh. Zamzam Cilawu Terbaik II

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu yang dibekali dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menciptakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

S>(fck\Ucbf KEC. CIBATU KEC. CIBIUK KEC. CIHURIP 10 KEC. CIKAJANG KEC. CIKELET 12 KEC. CILAWU KEC. CISEWU AH(A KEC. CISOMPET KEC.

S>(fck\Ucbf KEC. CIBATU KEC. CIBIUK KEC. CIHURIP 10 KEC. CIKAJANG KEC. CIKELET 12 KEC. CILAWU KEC. CISEWU AH(A KEC. CISOMPET KEC. DAFTAR HADIR SOSIALISASI PERBUP N0.10/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN INFORMASI DAM DOKUMENTASI DAN SOSIALISASI UNDANG-UNDANG KIP HARI RABU TANGGAL 25 APRIL 2017 NO NAMA JABATAN KECAMATAN TANDATANGAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Pada proses

Lebih terperinci

Kata Kunci : Resort, Pantai Santolo, Garut.

Kata Kunci : Resort, Pantai Santolo, Garut. RESORT DI GARUT Oktaviani Wijayanti 25312585 Program Studi Teknik Arsitektur, Jalan Margonda Raya, No. 100, Depok Email : oktaokta19@yahoo.com ABSTRAK Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci