BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 2.1 Definsi dan Penyebab Masalah BAB 2 LANDASAN TEORI Gaspersz, V (2011, p.12) menyatakan bahwa masalah adalah kesenjangan atau gap yang terjadi antara hasil aktual dengan target kinerja yang diinginkan. Berikut ini adalah gambar mengenai skema masalah : Kebutuhan Pelanggan TARGET AKTUAL Terjadi gap (masalah) Output dari proses (barang atau jasa) Gambar 2.1 Skema Masalah Gaspersz, V (2011, p.2) menyatakan bahwa masalah yang terjadi selalu bersumber dari faktor-faktor seperti manpower (tenaga kerja), material (bahan baku dan bahan penolong), method (metode kerja), machine (mesin dan peralatan), media, motivation (motivasi) dan money (keuangan). 2.2 Konsep Dasar Lean Menurut Silva (2012, p.38) lean adalah suatu langkah atau tindakan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan melalui perbaikan yang secara terus-menerus sehingga dapat memberikan nilai kepada pelanggan. Lean berfokus pada tindakan eliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dan memanfaatkan sepenuhnya aktivitas yang memberikan nilai tambah. 2.3 Jenis-Jenis Pemborosan Menurut Silva (2012, p.38) value added activity adalah aktivitas yang dapat merubah material dan informasi menjadi sebuah produk atau layanan yang dibutuhkan pelanggan. Sedangkan non value added menurut Silva (2012, p.38) adalah aktivitas yang dilakukan tetapi tidak memberikan kontribusi secara langsung terhadap produk atau layanan kepada pelanggan. Gazpersz, V (2011, p.7) menyatakan bahwa pemborosan dibagi menjadi dua tipe, yaitu : type one waste yaitu segala aktivitas operasi yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses yang berjalan sepanjang value stream mapping akan tetapi proses tersebut saat ini tidak dapat dihindari dengan berbagai alasan. Contohnya adalah aktivitas inspeksi dan penyortiran dan type two waste yaitu segala aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan harus segera di eliminasi. Contohnya adalah produk cacat (defect) atau 5

2 6 melakukan kesalahan (human error). Aktivitas ini harus dapat diidentifikasi dan di eliminasi dengan segera karena benar-benar merupakan pemborosan. Ada 8 jenis pemborosan, diantaranya sebagai berikut : 1. Produksi berlebih. Menurut Liker (2006, p.34) pemborosan terjadi karena memproduksi barang-barang melebihi kebutuhan pelanggan sehingga menimbulkan pemborosan seperti waktu, tenaga dan biaya. 2. Menunggu. Menurut Liker (2006, p.35) aktivitas yang menyebabkan para pekerja kehilangan waktu kerja adalah akibat menunggu suatu proses yang sedang berjalan. 3. Transportasi yang tidak perlu. Menurut Liker (2006, p.35) pemborosan terjadi karena memindahkan material, komponen atau barang dalam jarak yang sangat jauh. 4. Memproses secara berlebih atau memproses secara keliru. Menurut Liker (2006, p.35) pemborosan terjadi karena melakukan langkah yang tidak diperlukan dalam memproses suatu barang/komponen sehingga menimbulkan pemborosan karena aktivitas tersebut tidak diperlukan dan tidak efisien. 5. Persediaan berlebih. Menurut Liker (2006, p.35) menghasilkan persediaan material, barang dalam proses atau barang jadi secara berlebih sehingga menyebabkan lead time yang panjang. 6. Gerakan yang tidak perlu. Menurut Liker (2006, p.35) pemborosan terjadi karena gerakan yang tidak perlu dilakukan karyawan karena tidak memberikan nilai tambah seperti mencari, meraih atau menumpuk komponen. 7. Produk cacat. Menurut Liker (2006, p.35) menyatakan bahwa pemborosan terjadi karena memproduksi, meneruskan serta meloloskan produk cacat yang tidak diinginkan pelanggan, sehingga memerlukan proses perbaikan atau pengerjaan ulang. 8. Kreativitas karyawan yang tidak dimanfaatkan. 2.4 Peta Kerja Sebagai Alat Untuk Menganalisa Aktivitas Kerja Menurut Wignjosoebroto, S (2008, p.123) peta kerja atau sering disebut sebagai peta proses (process chart) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk menggambarkan proses kerja secara sistematis dan logis untuk menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir. Melalui peta proses ini didapatkan informasiinformasi yang dibutuhkan untuk memperbaiki metode kerja, antara lain seperti : Benda kerja, berupa gambar kerja, jumlah, spesifikasi material, dimensi ukuran pekerjaan. Macam proses yang dilakukan, jenis dan spesifikasi peralatan produksi, tooling, dll. Waktu operasi (waktu standart) untuk setiap proses atau elemen kegiatan disamping total waktu penyelesaiannya. Kapasitas mesin atau kapasitas kerja lain yang digunakan. 2.5 Peta-Peta Kerja Guna Menganalisa Proses Kerja Keseluruhan Menurut Wignjosoebroto, S (2008, p.126) ada berbagai macam peta kerja yang umum dipakai untuk menganalisa proses kerja secara keseluruhan, yaitu : Peta Proses Operasi (Operation Process Chart).

3 7 Peta Proses Produk Banyak (Multi Product Process Chart). Peta Aliran Proses (Flow Process Chart). Diagram Aliran (Flow Diagram atau String Diagram) Simbol-Simbol Standart yang Dipakai Untuk Pembuatan Peta Kerja Menurut Wignjosoebroto, S (2008, p.127) elemen-elemen kerja terdiri dari proses operasi, transportasi, inspeksi, menunggu dan menyimpan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai elemen-elemen kerja tersebut, yaitu : Operasi adalah kegiatan yang dapat merubah bentuk atau sifat, baik fisik maupun kimiawi dalam suatu proses transformasi. Menerima informasi maupun memberikan informasi diklasifikasikan sebagai suatu operasi kerja. Kegiatan-kegiatan kerja yang dilakukan manusia dan mesin atau kedua-duanya juga termasuk operasi kerja. Transportasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk berpindah tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi kerja. Pergerakan yang merupakan bagian dari operasi atau inspeksi pada tempat kerja, bukan termasuk transportasi. Inspeksi adalah kegiatan pemeriksaan pada suatu obyek, baik pemeriksaan kualitas maupun kuantitas untuk mengetahui karakteristik performance terhadap standart. Menunggu adalah proses berhentinya suatu kegiatan akibat tidak adanya aktivitas operasi atau inspeksi pada material, benda kerja, operator atau fasilitas kerja. Menyimpan, proses penyimpanan terjadi apabila obyek yang disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika obyek tersebut akan diambil, biasanya memerlukan prosedur perijinan khusus. Untuk menggambarkan masing-masing aktivitas tersebut, berikut ini adalah symbol-simbol aktivitas berdasarkan ASME (American Society of Mechanical Engineering), yaitu : Simbol Keterangan Simbol Keterangan OPERASI Lingkaran besar menggambarkan operasi MENUNGGU Huruf D melambangkan suatu penantian TRANSPORTASI Tanda panah melambangkan transportasi PENYIMPANAN Tanda segitiga melambangkan penyimpanan INSPEKSI Segi empat melambangkan pemeriksaan Gambar 2.2 Simbol ASME Untuk Pembuatan Peta Proses

4 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) Menurut Wignjosoebroto, S (2008, p.137) peta aliran proses adalah suatu peta yang akan menggambarkan seluruh aktivitas, baik yang memberikan nilai tambah maupun yang tidak memberikan nilai tambah. Metode penggambaran lebih lengkap dan detail dari peta proses operasi. Dengan demikian dari peta aliran proses ini akan dapat dianalisa kondisi-kondisi kerja yang ada untuk memperbaiki proses kerja tersebut, seperti : Mengeliminasi operasi-operasi yang tidak perlu. Mengeliminasi aktivitas handling yang tidak perlu. Mengurangi jarak perpindahan dari suatu operasi ke operasi yang lainnya. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia karena kegiatan menunggu. Mengatur prosedur operasi dalam langkah yang lebih efektif. Menemukan operasi kerja yang bisa dilaksanakan secara lebih mudah dan cepat. Menunjukkan operasi-operasi yang memungkinkan untuk digabung. Menunjukkan langkah-langkah operasi maupun pemeriksaan yang terlalu berlebihan. Menunjukkan pekerjaan-pekerjaan dan lokasi pekerjaan yang memiliki potensi terjadinya kecelakaan kerja. Menurut Wignjosoebroto, S (2008, p.139) dengan memperhatikan elemen-elemen kerja yang tidak memberikan nilai tambah maka langkah perbaikan untuk penyelesaian masalah operasi kerja dapat diusulkan. Berikut ini adalah gambar mengenai cara pembuatan peta aliran proses (flow process chart). FLOW PROCESS CHART Subject Chart : Chart No : Type of Chart : Drawing No : Shift No : Charted by : Date : Chart Begin : Chart End : Approved by : Date : Quantity Information Yearly Production : Cost list : Quantity of Part Present Method Symbols Description of Event Time Cost Remarks Gambar 2.3 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)

5 9 2.6 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Metode Pengukuran Langsung Menurut Wignjosoebroto, S (2008, p.169) bahwa penelitian kerja dan metode kerja berfokus pada bagaimana suatu pekerjaan dapat diselesaikan. Dengan mengaplikasikan prinsip dan teknik pengaturan kerja yang optimal maka akan diperoleh hasil yang paling efektif dan efisien Pengukuran Waktu Kerja Dengan Metode Jam Henti Menurut Wignjosoebroto, S (2008, p.171) pengukuran waktu kerja dengan jam henti merupakan metode yang sangat baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang. Berikut ini adalah langkahlangkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja, yaitu : Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan diinformasikan kepada operator dan supervisor terkait mengenai tujuan dari pengukuran ini. Mencatat semua informasi yang terkait dengan penyelesaian pekerjaan. Bagi operasi kerja kedalam elemen-elemen kerja selengkaplengkapnya tapi masih dalam batas kemudahan dalam pengukuran. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Tes keseragaman data yang diperoleh. Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Untuk elemen kerja yang sepenuhnya dilakukan oleh mesin maka performance dianggap 100% Uji Kecukupan Data Menurut Wignjosoebroto, S (2008, p.182) bahwa waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja tidak selalu sama meskipun dilakukan degan operator yang sama dan dengan kecepatan normal. Variasi nilai waktu ini disebabkan karena beberapa hal, salah satunya yaitu sequence process yang dilakukan oleh operator saat mulai atau berakhirnya suatu elemen. Menurut Wignjosoebroto, S (2008, p.184) untuk menetapkan jumlah observasi yang seharusnya, maka dibuat (N ) setelah itu diputuskan derajat kepercayaan dan derajat ketelitian pengukuran ini. Didalam aktivitas pengukuran kerja biasanya akan diambil 95% convidence level dan 5% degree of accuracy. Hal ini berarti 95% dari 100 nilai rata-rata dari waktu yang dicatat/diukur memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5%. Degan demikian formula diatas dapat dituliskan sebagai berikut : Dimana : N = [40 N Xi² - ( Xi)²]² Xi

6 10 X = Data waktu yang dibaca oleh stop watch untuk tiap-tiap individu pengamatan. X = Harga rata-rata (mean) dari semua data waktu yang diukur stop watch per elemen kerja. = Jumlah semua data waktu yang dibaca/diukur Uji Keseragaman Data Setelah perhitungan uji kecukupan data selesai, selanjutnya adalah perhitungan uji keseragaman data. Menurut Wignjosoebroto, S (2008, p.194) untuk melakukan tes kesergaman data dapat dilakukan secara visual dengan atau menggunakan peta kontrol (control chart). Batas Kontrol Atas (BKA) atau Upper Control Limit (UCL) serta Batas Kontrol Bawah (BKB) atau Lower Control Limit (LCL) untuk group data tersebut dpat dicari dengan : Hitung standart deviasi σ = 1 (n-1) n i=1 (xi - x)² Hitung batas kontrol atas (UCL) = x + 3σ Hitung batas kontrol bawah (LCL) = x - 3σ 2. 7 Memperbaiki Produktivitas Dalam bukunya Motion and Time Study : Improving Productivity (Englewood Cliffs, N.J : Prentice Hall Inc., 1994), Marvin E. Mundel membahas membuat prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang sistematisasi sebagai berikut ini : Eliminasi Kegiatan Eliminasi langkah-langkah atau kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah. Eliminasi kondisi yang tidak beraturan, posisikan semua material/komponen dan fasilitas kerja pada kondisi yang tetap. Eliminasi penggunaan tangan sebagai holding device, karena aktivitas ini merupakan aktivitas yang tidak produktif. Eliminasi kegiatan yang abnormal atau yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja. Eliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan kegiatan statis atau fixed position. Lebih baik gunakan tenaga mesin (mekanis). Eliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menunggu (delay time). Kombinasi Gerakan atau Aktivitas Kerja Kombinasikan gerakan yang berlangsung pendek dan berubah-ubah arahnya (sequence). Kombinasikan beberapa aktivitas yang mampu ditangani oleh sebuah peralatan kerja dengan membuat desain yang multi purpose.

7 11 Distribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja. Jika kegiatan secara kelompok, buat beban kerja merata diantara anggota kelompok. Penyederhanaan Kegiatan Aplikasikan prinsip kebutuhan energi otot yang minimal dalam setiap aktivitas. Membuat lay out yang tetap pada material/komponen dan fasilitas kerja untuk menghindari kegiatan mencari-cari obyek kerja. Letakkan fasilitas kerja yag dapat dijangkau oleh tangan yang normal E-DOWNTIME Waste Menurut Gaspersz, V (2011, p.21) E-DOWNTIME Waste adalah sembilan jenis pemborosan yang terjadi pada proses bisnis dan industri dan untuk memudahkan praktisi bisnis dan industri mengidentifikasi sembilan jenis pemborosan tersebut, maka dibuatkan akronim E-DOWNTIME Waste. Berikut ini adalah penjelasan mengenai E-DOWNTIME Waste : E = Environmental, Health and Safety (EHS), yaitu jenis pemborosan yang terjadi akibat faktor kelalaian terhadap lingkungan, kesehatan dan keselamatan. D = Defect, yaitu pemborosan yang terjadi akibat cacat produk. O = Over Production, yaitu pemborosan yang terjadi karena memproduksi produk melebihi jumlah yang dipesan pelanggan. W = Waiting, yaitu pemborosan yang terjadi karena menunggu. N = Not utilizing employees knowledge, skills and abilities, yaitu pemborosan yang terjadi karena sumber daya manusia (SDM) tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki saat melakukan proses produksi. T = Transportation, yaitu pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan pada setiap proses produksi. I = Inventories, yaitu pemborosan yang terjadi karena proses penyimpanan produk yang berlebihan. M = Motion, yaitu pemborosan yang terjadi karena gerakan berlebihan yang dilakukan oleh operator pada saat proses produksi. E = Excess processing, yaitu pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah proses yang lebih panjang dari pada yang seharusnya sepanjang proses value stream. Menurut Gaspersz, V (2011, p.22) berikut ini adalah formulir yang digunakan untuk mengidentifikasi pemborosan :

8 12 Tabel 2.1 Formulir Identifikasi E-DOWNTIME Waste #1 #2 #3 #4 #5 #6 #7 #8 #9 No Process / Work Cell EHS Waste Defect Waste Over Production Waste Waiting Waste Not Utilizing Employee KSA (Opportunity Waste) Transportation Waste Inventory Waste (Unnecessary Inventory) Motion Waste (Unnecessary Motion) Excess (Inappropiate) Process Waste Waste Magnitude Total Improvement Ranking Improvement Ideas and Comments Sumber : Lean Six Sigma, 2011 Menurut Gaspersz, V (2011, p.21) berikut ini adalah formulir yang digunakan untuk menganalisis penyebab dan solusi atas pemborosan yang terjadi di tempat kerja : Tabel 2.2 Formulir Identifikasi Pemborosan di Tempat Kerja No Jenis Pemborosan Sumber Pemborosan Penanggung Jawab Waktu Terjadi Alasan Terjadi Saran Perbaikan (Apa) (Dimana) (Siapa) (Bilamana) (Mengapa) (Bagaimana) Sumber : Lean Six Sigma, Value Stream Mapping (VSM) Belokar, R. M., Kumar, V., & Kharb, S. S (2012, p.152) menyatakan bahwa Value Stream Mapping adalah proses visualisasi peta aliran informasi dan material untuk mengidentifikasi aktivitas yang memberikan nilai tambah (value added) dan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (non value added) sebagai persiapan untuk menggambarkan peta aliran proses dimasa yang akan datang dengan metode dan hasil yang lebih baik. Belokar, R. M., Kumar, V., & Kharb, S. S (2012, p.152) menyatakan bahwa Value Stream Mapping digunakan untuk menganalisa dan menggambarkan peta aliran proses agar meminimasi pemborosan didalam proses dan membuat proses menjadi lebih efisien. Belokar, R. M., Kumar, V., & Kharb, S. S (2012, p.152) menyatakan bahwa tujuan Value Stream Mapping adalah mengangkat permasalahan ke permukaan dan meminimasi pemborosan dengan implementasi future state of Value Stream Mapping.

9 13 Berikut empat langkah implementasi teknik Value Stream Mapping menurut Silva (2012, p.41) yaitu : 1. Identifikasi nilai produk yang akan dipetakan. 2. Menggambarkan peta aliran proses saat ini (current state). 3. Identifikasi dimana perbaikan dapat dilakukan untuk meminimasi pemborosan. 4. Menggambarkan dan implementasi peta aliran proses dimasa akan datang (future state). Gaspersz, V (2011, p.103) menyatakan mengenai contoh peta aliran proses saat ini (current state of value stream mapping) yang berfungsi mengangkat masalah ke permukaan sehingga dapat mengetahui pemborosan dan dapat mengidentifikasinya : Gambar 2.4 Current State of Value Stream Mapping Menurut Silva (2012, p.42) dalam proses pembuatan peta aliran saat ini (current state) dan dimasa yang akan datang (future state), berikut ini beberapa simbol yang dapat digunakan sesuai dengan konteks Value Stream Mapping seperti yang dijelaskan pada tabel berikut ini :

10 14 Tabel 2.3 VSM Symbols Sumber : International Journal of Thinking, Perhitungan Process Cycle Efficiency (PCE) Gaspersz, V (2011, p.24) menyatakan bahwa value added adalah jumlah waktu yang dapat memberikan nilai tambah untuk menghasilkan sebuah produk. Sedangkan lead time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah produk, dimulai dari pelanggan melakukan order sampai pelanggan menerima produk yang diinginkan. Berikut ini contoh penghitungan proses efisiensi : What is the amount of value-added time to print a custom order? (A) How long does the order actually take to process from entry to shipment? (B) A = 4 hrs B = 168 hrs A/B = 2,4% VA Non VA Total Cycle Time Pendekatan Lean Mengurangi waste: Non Value Added elemen VA Non VA VA Non VA Keuntungan (Rp) New Cycle Time

11 15 Process Cycle Efficiency (PCE) = (Value Added Time / Total Lead Time) Gaspersz, V (2011, p.26) menyatakan bahwa value adalah aktivitas yang dapat merubah material mentah menjadi informasi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, sedangkan waste adalah aktivitas yang dapat menghabiskan waktu, biaya dan tempat tetapi tidak memberikan kontribusi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Waktu siklus Pengukuran waktu adalah kegiatan mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau oleh operator serta mencatat waktu-waktu kerjanya baik waktu setiap elemen maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Agronesia (Divisi Industri Teknik Karet) merupakan perusahaan manufaktur industri pengolahan yang memproduksi berbagai jenis produk karet teknik untuk keperluan

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma merupakan suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI Oleh : BOBBY ALEXANDER NPM 0732010020 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 merupakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tingkat persaingan di dunia usaha yang semakin tinggi menuntut setiap perusahaan berperan sebagai penghasil nilai (value creator), dengan memperbaiki

Lebih terperinci

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan Petunjuk Sitasi: Eddy, & Aswin, E. (2017). Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C27-32). Malang: Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut perusahaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dalam industri manufakatur kini semakin meningkat, membuat persaingan indsutri manufaktur pun semakin ketat. Di Indonesia sendiri harus bersiap mengahadapi

Lebih terperinci

Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3

Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3 RANCANGAN USULAN PERBAIKAN UNTUK MEMINIMASI WAITING TIME PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING (STUDI KASUS: PT AGRONESIA DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET) 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang dihadapi

Lebih terperinci

Industrial Management Identifikasi dan Eliminasi Waste pada Proses Receiving di Gudang Logistik

Industrial Management Identifikasi dan Eliminasi Waste pada Proses Receiving di Gudang Logistik Industrial Engineering Journal Vol.5 No.2 (2016) 38-45 ISSN 2302 934X Industrial Management Identifikasi dan Eliminasi Waste pada Proses Receiving di Gudang Logistik Program Studi Manajemen Logistik, Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan air payau yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan air payau yang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan air payau yang menjadi salah satu komoditi perikanan unggulan daerah tropis terutama Indonesia. Ikan ini sudah tidak asing lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) 1 Setelah mempunyai gambaran tentang keadaan umum dari proses yang terjadi seperti yang diperlihatkan dalam peta proses operasi, langkah

Lebih terperinci

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA Minto waluyo Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma didefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik, dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari pembobotan yang dilakukan terhadap pemborosan (waste)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri mikro, kecil, dan menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi. Perkembangan industri mikro,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini karena dampak krisis ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini karena dampak krisis ekonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini karena dampak krisis ekonomi Global. Membuat beberapa harga barang-barang, termasuk barang-barang industri menjadi meningkat.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1, Objek Penelitian Objek penelitian untuk tugas akhir ini adalah Process Cycle Efficiency pada proses produksi Blank Cilynder Head Type KPH di PT. X melalui pemetaan produk

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berisi penjelasan tahap-tahap yang dilalui penulis dalam menyusun penelitian. Tahap-tahap tersebut adalah tahap awal penelitian, tahap pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kedirgantaraan terutama dalam proses perancangan dan pembuatan komponen pesawat

Lebih terperinci

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University RANCANGAN PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG MENGGUNAKAN 5-S SYSTEM DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE MOTION (STUDI KASUS: DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki objek yang dapat diukur dengan angka-angka

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit USAKTI 01 (01), 2016

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit USAKTI 01 (01), 2016 PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN CARA MENGURANGI MANUFACTURING LEAD TIME STUDI KASUS: PT ORIENTAL MANUFACTURING INDONESIA Sumiharni Batubara, Raden Abdurrahman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lean Manufacturing Ohno (1997) seperti yang dikutip oleh Abdullah (2003) menjelaskan bahwa ide dasar di balik sistem lean manufacturing, yang telah dipraktekkan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan jasa)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan zaman merubah cara pandang konsumen dalam memilih sebuah produk yang diinginkan. Kualitas menjadi sangat penting dalam memilih produk di samping

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan industri semakin meningkat dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan industri. Perubahan yang dilakukan oleh perusahaan secara berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Minimasi waste merupakan hal yang penting untuk mendapatkan value stream yang baik. Produktivitas yang meningkat mengarah pada operasi yang

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tahun ke tahun, perkembangan dunia bisnis mengalami peningkatan yang mengakibatkan perusahaan terus bersaing untuk menawarkan produk berkualitas sesuai keinginan konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi merupakan proses yang berkenaan dengan pengubahan input menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk menghasilkan produk-produk fisik.

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x ABSTRAK... xi BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perancangan dalam Teknik Industri Perancangan dan pengukuran waktu kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang terutama untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip

Lebih terperinci

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V)

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V) SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V) Rika Ajeng Priskandana, I Nyoman Pujawan Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri makanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Toyota Production System Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah aktivitas pada tingkat keseluruhan perusahaan berdasarkan pada kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas. Dalam suatu industri manufaktur, tercapainya output merupakan target yang harus dicapai terutama dalam divisi produksi. Akan tetapi untuk mencapai target output

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI 5 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Produktivitas Menurut Sinungan (2003, P.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA O U T L I N E Peta Kerja Peta Kerja Keseluruhan Peta Kerja Setempat Standard Operation Procedure PETA KERJA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Toyota 2.1.1 Pengertian Sistem Produksi Toyota Menurut Monden (2000), Sistem Produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation. Tujuan

Lebih terperinci

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56 Petunjuk Sitasi: Patrisina, R., & Ramadhan, K. M. (2017). Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56. prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C131-135). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI CV.X*

USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI CV.X* Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.2 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 205 USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI BENANG KARET DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dilakukan pembahasan data yang sudah diperoleh untuk menganalisa pembuatan Value Stream Mapping di line Fr. Frame X. Pembahasan dan hasil analisa berdasarkan data

Lebih terperinci

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK Krisna Ardi Wibawa, I Nyoman Pujawan Program Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto 12 A Surabaya E-mail: WibawaCTI@yahoo.com

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul IMPLEMENTASI KONSEP LEAN THINKING

Lebih terperinci

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS Yosua Caesar Fernando 1 dan Sunday Noya 2 Abstract: Meminimalkan pemborosan dalam proses produksi adalah salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilakukan mulai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lean Definition 2.2 A House of Lean

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lean Definition 2.2 A House of Lean BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lean Definition Lean Manufacturing adalah sistem yang membantu mengidentifikasi dan mengeliminasi dari pemborosan, meningkatkan kualitas, dan mengurangi waktu produksi dan biaya.

Lebih terperinci

ANALISIS LEAN PRODUCTION DENGAN PENDEKATAN COST TIME PROFILE DAN SIMULASI DI PT SAKA AGUNG KARYA ABADI SIDOARJO SKRIPSI

ANALISIS LEAN PRODUCTION DENGAN PENDEKATAN COST TIME PROFILE DAN SIMULASI DI PT SAKA AGUNG KARYA ABADI SIDOARJO SKRIPSI ANALISIS LEAN PRODUCTION DENGAN PENDEKATAN COST TIME PROFILE DAN SIMULASI DI PT SAKA AGUNG KARYA ABADI SIDOARJO SKRIPSI Oleh : RAMZY ARDY WARDANA 0732210178 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain

Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.1, Maret 2013, pp.35-40 ISSN 2302-495X Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain Tubagus Ardi Ferdiansyah 1, Asep Ridwan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tahap Improve Setelah dilakukan tahap analyze, maka seluruh akar permasalahan serta faktor-faktor penyebabnya dapat teridentifikasi. Langkah selanjutnya adalah memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pertumbuhan industri di era globalisasi ini mengharuskan perusahaan menerapkan go green untuk menghemat energi serta harus mampu meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 MENGURANGI AKTIVITAS-AKTIVITAS YANG TIDAK BERNILAI TAMBAH UNTUK MEMPERBAIKI ALIRAN PROSES PENERAPAN COMPUTERIZED MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM (CMMS) DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING Chauliah Fatma Putri,

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA)

PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA) PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA) Nugroho Wicaksono, Moses L. Singgih Program Studi

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... SURAT KETERANGAN PENELITIAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... SURAT KETERANGAN PENELITIAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... SURAT KETERANGAN PENELITIAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK.....

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Diagram Metodologi Gambar 4.1 Metodologi Penelitian 47 Gambar 4.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) 48 4.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan di PT. Refconindo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan industri manufaktur sebagai produsen berbagai macam produk semakin tinggi. Ini ditandai dengan munculnya berbagai macam produk dengan jenis merek

Lebih terperinci

CONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R

CONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R. 0810670002 CONTOH OPC DAN FPC Peta Proses Operasi (OPC) dan Peta Aliran Proses (FPC) merupakan dua jenis peta kerja digunakan untuk mengetahui secara jelas proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Produksi dan Proses Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Ravishankar (2011) Penelitian yang dilakukan Ravishankar (2011) bertujuan untuk menganalisa pengurangan aktivitas tidak bernilai tambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Segmen yang menjanjikan yaitu pasar minuman ringan. Pasar minuman ringan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah menyediakan produk sesuai dengan ekspektasi customer. Maka, sangat penting bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa

Lebih terperinci

MINIMASI WASTE PADA PT. PETROKIMIA KAYAKU MENGGUNAKAN ANALISIS LEAN MANUFACTURING

MINIMASI WASTE PADA PT. PETROKIMIA KAYAKU MENGGUNAKAN ANALISIS LEAN MANUFACTURING MINIMASI WASTE PADA PT. PETROKIMIA KAYAKU MENGGUNAKAN ANALISIS LEAN MANUFACTURING TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Teknik Industri STEFANUS ANJASMORO PRIHANTOKO

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut segala aspek kehidupan seluruh masyarakat untuk berubah, lebih berkembang dan maju. Salah satu mekanisme yang menjadi ciri globalisasi dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu sektor industri di Indonesia yang memiliki potensi perkembangan yang tinggi. Menurut Kementerian Perdagangan dan Perindustrian

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI

PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI Arif Rahman, Nasir Widha Setyanto, Putri Kartika Riesky Syahindri Program Studi Teknik Industri, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki tahun 1990, Lean Production System yang lahir dari Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. Dimana tujuan dari sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Maria Natalia 1, Nyoman Sutapa 2 Abstract: The thesis discusses the value added and non-value added of the

Lebih terperinci