BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA"

Transkripsi

1 59 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil perhitungan dan pengujian material uji akan ditampilkan pada Bab IV ini. Hasil perhitungan didiskusikan untuk mengetahui komposisi dan perlakuan dalam pembuatan Sol-Gel, laju korosi material uji dan kemampuan Sol-Gel sebagai pengendali korosi tanpa menghalangi laju elektrolisasi. Analisis dan kesimpulan setiap data juga akan ditulis sehingga memperjelas hipotesis. 4.2 KOMPOSISI ALUMINIUM PADA KALENG POCARI SWEAT Sebelumnya (Wijaya, 2016) telah melakukan pengujian kadar logam dari beberapa kaleng bekas minuman. Adapun kadar logam yang dianalisis meliputi kadar Aluminium, Magnesium, Mangan, Besi, Silikon dan Tembaga. Logam-logam tersebut dianalisis menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Sampel kaleng bekas minuman yang dianalisis merupakan beberapa merek kaleng yang banyak terdapat di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di daerah Cibinong dan Citeureup dimana salah satunya adalah kaleng Pocari Sweat. Kemudian hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut adalah sebagai berikut:

2 60 Tabel 4.1 Kadar Logam yang terkandung dalam kaleng Pocari Sweat No Parameter Satuan Jumlah 1. Aluminium (Al) % 96,38 2. Magnesium (Mg) % 1,14 3. Mangan (Mn) % 0,75 4. Besi (Fe) % 0,51 5. Silikon (Si) % 0,19 6. Tembaga (Cu) % 0,19 Sehingga, dari data di atas dapat diketahui, komposisi Aluminium pada kaleng minuman Pocari Sweat adalah sekitar 96,38%. 4.3 ANALISIS KOMPOSISI DAN PERLAKUAN SOL-GEL Menurut (Widodo, 2010), dalam proses pembuatan Sol-Gel terdapat beberapa parameter, antara lain: Tabel 4.2 Parameter Proses Sol-Gel Tahapan proses Tujuan proses Parameter proses Tipe precursor, Tipe pelarut, Kadar Larutan Kimia Membentuk Gel air, Konsentrasi precursor, Temperatur, dan ph Ageing Mendiamkan gel untuk Waktu, Temperatur, Komposisi mengubah sifat cairan, Lingkungan ageing Pengeringan (Drying) Menghilangkan air dari gel Metoda pengeringan (ovaporative, supercritical, dan freeze drying), Temperatur, Tekanan, Waktu Mengubah sifat-sifat Kalsinasi fisik/kimia padatan, sering Temperatur, Waktu, Gas (inert atau menghasilkan kristalisasi reaktif) dan densifikasi

3 61 Adapun analisis ini diperoleh setelah peneliti melakukan beberapa kali percobaan berdasarkan parameter di atas, sehingga mendapatkan komposisi dan perlakuan yang tepat terhadap Sol-Gel yang akan dilapisi kepada Aluminium, antara lain sebagai berikut: Optimasi Komposisi Pada percobaan pertama, parameter yang digunakan sama seperti penelitian yang dilakukan oleh (Wong et al., 2006) dalam pembuatan optical biosensor. Dalam penelitian ini, komposisi dari membran Sol-Gel adalah: * TEOS 4,5 ml + 0,1 M HCl 0,1 ml + akuades 1,4 ml * TEOS = Tetraethylorthosilicate Adapun perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut: 1) Proses pencampuran bahan dilakukan pada temperatur ruangan (20 0 C sampai dengan 25 0 C). 2) Pencampuran dilakukan menggunakan alat magnetic stirrer dan dilakukan selama 4 (empat) jam. 3) Pada tahap Pematangan (Ageing), Sol-Gel didiamkan pada temperatur ruangan selama 24 (dua puluh empat) jam hingga Sol-Gel siap untuk dilapisi. Adapun ikatan yang terbentuk adalah: Gambar 4.1 Ilustrasi ikatan Sol-Gel komposisi akuades

4 62 Hasil yang diperoleh, yaitu: Gambar 4.2 Material Uji Sol-Gel percobaan pertama Dari gambar di atas, terlihat lapisan membran Sol-Gel belum dapat menempel dengan baik terhadap material uji yaitu Aluminium. Dimana Sol-Gel dilapisi pada material uji dan dilakukan pengeringan pada temperatur ruang (20 0 C sampai dengan 25 0 C) terdapat banyak bagian Sol-Gel yang pecah sehingga tidak dapat menempel dengan baik. Karenanya dilakukan perubahan pada parameter yang ada untuk mencapai tujuan penelitian. Pada percobaan kedua, parameter yang digunakan dalam pembuatan Sol-Gel ditambahkan etanol seperti yang dilakukan oleh (Brittain et al., 2007) sehingga komposisi membran Sol-Gel adalah sebagai berikut: * TEOS 4,5 ml + 0,1 M HCl 0,1 ml + (Etanol + akuades) 1,4 ml * TEOS = Tetraethylorthosilicate Gambar 4.3 Ikatan Reaksi Sol-Gel (sumber: Brittain et al., 2007)

5 63 Gambar 4.4 Ilustrasi ikatan Sol-Gel komposisi akuades + etanol Adapun perlakuan yang digunakan adalah sama dengan percobaan pertama. Dimana didapatkan hasil, sebagai berikut: Gambar 4.5 Material Uji Sol-Gel percobaan kedua Dari foto di atas, terlihat penambahan etanol memiliki kekuatan melekat yang lebih baik terhadap aluminium dibandingan pada percobaan pertama. Hal ini dikarenakan etanol memiliki ikatan kovalen (Ariyanti, 2010) yang lebih kuat ikatannya daripada air yang memiliki ikatan hidrogen yang saling mengikat tetapi tidak padat (berongga) (Kusuma, 2014). Akan tetapi, masih terdapat beberapa bagian dari Sol-Gel yang terlepas.

6 64 Gambar 4.6 Ikatan kovalen dan ikatan hidrogen (sumber: Kusuma, 2014) Optimasi Pengeringan Pada percobaan ketiga, tahapan pengeringan (drying) dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar membran Sol-Gel dapat membentuk lampisan film yang tidak pecah pada saat melapisi material uji. Pengeringan dilakukan pada temperatur 50 0 C sampai 60 0 C selama 10 sampai 30 detik. Menurut (Ahzan, Sri & Darminto, 2012) proses pengeringan berfungsi untuk menghilangkan pelarut etanol, air, dan gugus asam untuk membentuk partikel Sol-Gel yang seragam dan berpori. Pengeringan pada temperatur C dapat membuat Sol-Gel memiliki orientasi kristal dan memiliki pori-pori sangat kecil. Lalu dilakukan pengeringan lanjutan pada temperatur ruang 20 0 C sampai 25 0 C selama 24 (dua puluh empat) jam untuk dapat dilakukan pengujian korosi. Adapun komposisi membran Sol-Gel sesuai pada optimasi komposisi setelah ditambahkan etanol sebagai berikut: * TEOS 4,5 ml + 0,1 M HCl 0,1 ml + (Etanol 1 ml + akuades 0,4 ml) * TEOS = Tetraethylorthosilicate

7 65 Gambar 4.7 Reaksi pada Sol-Gel (sumber: Centexbel, 2017) Hasil dari percobaan ketiga, yaitu: Gambar 4.8 Material Uji Sol-Gel percobaan ketiga Dari foto di atas, terlihat penambah proses pengeringan pada temperatur 50 0 C sampai 60 0 C pada proses pelapisan material uji dengan Sol-Gel, dapat membuat membran Sol-Gel menempel dengan baik terhadap material uji yaitu Aluminium dengan kondisi yang merata dan transparan. Sehingga, peneliti menggunakan komposisi dan perlakuan Sol-Gel seperti percobaan ketiga. 4.4 ANALISIS LAJU KOROSI DAN KARAKTERISASI PERMUKAAN Adapun analisis ini diperoleh setelah peneliti melakukan perendaman material uji terhadap lingkungan Asam Asetat, HCl dan KOH dengan parameter waktu dan

8 66 konsentrasi yang telah ditentukan. Pengujian laju korosi kemudian dilakukan dengan metode kehilangan berat. Kemudian peneliti juga melakukan pengujian karakterisasi permukaan dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy) dengan kondisi uji sebagai berikut: Tabel 4.3 Kondisi analisis SEM KONDISI UJI Tegangan 20 kv Coating Emas Pembesaran 500 x Analisis pada perendaman larutan HCl Perendaman material uji oleh larutan HCl dilakukan selama 5 (lima) menit. Waktu pengujian selama 5 (lima) menit karena perubahan yang terjadi material uji sudah dapat digunakan dalam persamaan Laju Korosi (Fontana, 1987). Adapun apabila lebih lama, maka akan mengakibatkan hancur atau larutnya seluruh material uji karena reaksi asam yang sangan kuat, sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan selisih berat untuk dapat memperkirakan laju korosi yang terjadi. Kemudian variasi dari konsentrasi yang digunakan adalah 0,1 M, 0,5 M, 1 M, 2 M, dan 3 M dengan masingmasing 3 sampel pada setiap konsentrasi larutan. Laju korosi yang terjadi adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Laju korosi material uji terhadap larutan HCl Aluminium Aluminium + Sol-Gel Konsentrasi (M) Laju Korosi (mm/year) Laju Korosi (mm/year) Efisiensi (%) 0,1 M 44,35 34,43 22,38 0,5 M 59,13 34,43 41,78 1 M 64,06 49,18 23,23 2 M 73,91 49,18 33,47 3 M 310,44 250,81 19,21

9 67 Nilai laju korosi didapat dari persamaan laju korosi (Fontana, 1987): (4.1) Dimana D adalah desitas aluminium yang digunakan dalam pengujian, yaitu 2,64 g/cm 3. Dari tabel laju korosi di atas (Tabel 4.4), dapat dilihat untuk Aluminium tanpa pelapisan memiliki laju korosi terendah 44,35 mm/year pada konsentrasi 0,1 M dan terus naik seiring peningkatan konsentrasi larutan HCl secara normal hingga 73,91 mm/year pada konsentrasi 2 M. Kemudian laju korosi pada aluminium naik cukup tinggi seperti yang terlihat pada grafik (Gambar 4.9) yaitu hingga 310,44 mm/year pada konsentrasi 3 M. Dan apabila proses ini dilanjutkan, baik dengan penambahan waktu perendaman maupun peningkatan konsentrasi dari larutan HCl akan menyebabkan aluminium semakin terabrasi dan larut menjadi 2AlCl3(aq) dan 3H2(g) (Graedel, 1989). Dimana gas hidrogen dapat dilihat pada saat melakukan perendaman berupa gelembung-gelembung gas (Nisa et al,2014). Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: 2Al(s) + 6HCl(aq) 2AlCl3(aq) + 3H2(g) (4.2) Gambar 4.9 Grafik hasil pengujian material terhadap larutan HCl Untuk aluminium yang telah dilapisi membran Sol-Gel dapat dilihat pada tabel memiliki ketahanan laju korosi yang lebih baik dibandingkan aluminium tanpa pelapisan dengan grafik laju korosi yang tidak terlalu berbeda. Dimana untuk

10 68 konsentrasi 0,1 M dan 0,5 M memiliki laju korosi sebesar 34,43 mm/year dan pada konsentrasi 1 M dan 2 M memiliki laju korosi sebesar 49,18 mm/year. Kemudian seperti yang terlihat pada grafik untuk konsentrasi larutan HCl 3 M, terjadi lonjakan laju korosi yang cukup tinggi yaitu hingga 250,81 mm/year. Bentuk material uji setelah direndam pada larutan HCl terlihat pada gambar Dimana untuk gambar yang berada di atas memperlihatkan aluminium tanpa pelapisan Sol-Gel dan gambar bagian bawah adalah aluminium dengan lapisan Sol- Gel. Lalu gambar paling kiri memperlihatkan konsentrasi larutan HCl terendah, yaitu 0,1 M, 0,5 M, 1 M, 2 M dan 3 M pada gambar paling kanan. Dari gambar tersebut dapat dilihat material uji tampak menghitam akibat endapan-endapan hasil reaksi logam aluminium dengan larutan HCl dan semakin menghitam serta menipis seiring dengan meningkatnya konsentrasi larutan HCl. Gambar 4.10 Material uji setelah direndam larutan HCl Adapun efisiensi inhobitor untuk perendaman pada larutan HCl adalah sebagai berikut: Jadi, berdasarkan perhitungan dan data di atas, Aluminium dengan pelapisan Sol-Gel memiliki efisiensi inhibitor atau ketahanan laju korosi yang lebih baik sebesar 24,26% dibandingkan aluminium sebelum dilakukan pelapisan pada perendaman larutan HCl. Hal ini dikarenakan Sol-Gel membentuk lapisan pelindung korosi yang berpori seperti yang terlihat pada pengujian karakterisasi permukaan (gambar ).

11 69 Al + Sol-Gel Gambar 4.11 Hasil SEM pada material uji perendaman HCl 3 M posisi tengah Al Al + Sol-Gel Gambar 4.12 Hasil SEM pada material uji perendaman HCl 3 M posisi acak Al Al + Sol-Gel Gambar 4.13 Hasil SEM pada material uji perendaman HCl 3 M posisi sudut Al

12 70 Dari foto SEM diatas, terlihat membran Sol-Gel membentuk lapisan pelindung yang dapat menghambat terjadinya korosi. Lapisan tersebut juga memiliki pori-pori atau celah yang memungkinkan tetap terjadinya reaksi antara aluminium dengan larutan HCl sehingga tujuan penelitian tercapai. Dimana lebar celah dari pori-pori tersebut adalah ± 0,56 1,12 µm. Dari gambar di atas juga terlihat jenis korosi yang terjadi pada aluminium dengan perendaman larutan HCl adalah korosi merata (Uniform Attack) (Hakim, 2012), dimana seluruh permukaan logam mengalami korosi dan semakin menipis bahkan dapat terlarut seluruhnya pada konsentrasi meningkat atau waktu perendaman yang lebih lama Analisis pada perendaman larutan Asam Asetat Berbeda dengan perendaman pada larutan asam kuat (HCl) dan basa kuat (KOH), perendaman material uji oleh larutan Asam Asetat yang adalah asam lemah dilakukan selama 24 (jam) dikarenakan laju korosi yang relatif kecil, sehingga diperlukan waktu perendaman yang relatif lama untuk melihat perbedaan berat yang terjadi antara material sebelum dan sesudah pengujian. Adapun variasi dari konsentrasi yang digunakan adalah 0,1 M, 0,5 M, 1 M, 2 M, 3 M, 4 M, 5 M dan 6 M dengan masingmasing 3 sampel pada setiap konsentrasi larutan. Laju korosi yang terjadi adalah: Tabel 4.5 Laju korosi material uji terhadap larutan Asam Asetat Aluminium Aluminium + Sol-Gel Konsentrasi (M) Laju Korosi (mm/year) Laju Korosi (mm/year) Efisiensi (%) 0,1 M 0, , ,00 0,5 M 0, , ,81 1 M 0, , ,30 2 M 0, , ,23 3 M 0, , ,50 4 M 0, , ,61 5 M 0, , ,23 6 M 0, , ,53

13 71 Gambar 4.14 Grafik hasil pengujian material uji terhadap larutan Asam Asetat Nilai laju korosi didapat dari persamaan laju korosi (Fontana, 1987): (4.3) Dimana D adalah desitas aluminium yang digunakan dalam pengujian, yaitu 2,64 g/cm 3. Dari tabel laju korosi di atas, dapat dilihat nilai laju korosi untuk material uji dengan perendaman asam asetat relatif lebih kecil dibandingkan perendaman pada larutan HCl. Dimana pada laju korosi pada aluminium tanpa pelapisan membran Sol- Gel memiliki grafik yang terus meningkat. Akan tetapi, dapat dilihat untuk konsentrasi asam asetat 0,1 M dan 0,5 M, aluminium tanpa lapisan Sol-Gel memiliki laju korosi yang lebih baik dibandingkan aluminium dengan lapisan membran Sol- Gel, yaitu 0,01702 mm/year berbanding 0,03404 mm/year pada konsentrasi 0,1 M dan 0,03429 mm/year berbanding 0,06833 mm/year pada konsentrasi 0,5 M. Hal ini dikarenakan lapisan pelindung Al2O3 dapat bekerja lebih baik dari pada lapisan Sol- Gel pada konsentrasi rendah. Sedangkan untuk reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: 2 Al + 6 CH3COOH 2 Al(CH3COO)3 + 3 H2 (4.4) Kemudian pada konsentrasi 1 M, kedua material uji memiliki laju korosi sebesar 0,08560 mm/year pada aluminium tanpa pelapisan dan 0,08534 mm/year dengan

14 72 pelapisan Sol-Gel. Lalu pada konsentrasi 2 M hingga 6 M aluminium tanpa pelapisan memiliki laju korosi sebesar 0,13691 mm/year hingga 0,23952 mm/year, dimana nilai ini relatif lebih besar daripada laju korosi pada aluminium yang telah dilapisi oleh membran Sol-Gel yang stabil pada konsentrasi 2 M hingga 4 M sebesar 0,10236 mm/year dan meningkat pada konsentrasi 5 M sebesar 0,11963 mm/year lalu naik cukup tinggi tetapi masih dibawah laju korosi aluminium tanpa lapisan, yaitu sebesar 0,18796 mm/year. Adapun bentuk material uji setelah direndam pada larutan asam asetat terlihat pada gambar 4.15 dan Dimana untuk aluminium tanpa pelapisan (atas) pada konsentrasi 0,1 M, 0,5 M dan 1 M tampak menghitam dikarenakan endapan pada logam yang tidak terlarut, lalu pada konsentrasi 2 M, 3 M dan 4 M logam kembali pada warna awal aluminium dikarenakan endapan logam yang sudah terlarut dan pada konsentrasi 5 M dan 6 M logam kembali menghitam dengan pengurangan berat yang semakin bertambah besar. Sedangkan untuk aluminium dengan pelapisan membran Sol-Gel (bawah) tampak memiliki warna kehitaman pada lapisan Sol-Gel yang menempel pada logam dan terjadi pada setiap tingkatan konsentrasi larutan. Gambar 4.15 Material uji setelah direndam larutan Asam Asetat konsentrasi 0,1M, 0,5M, 1M dan 2M

15 73 Gambar 4.16 Material uji setelah direndam larutan Asam Asetat konsentrasi 3M, 4M, 5M dan 6M Efisiensi inhibitor untuk perendaman pada larutan Asam Asetat adalah sebagai berikut: Jadi, berdasarkan perhitungan dan data di atas, Aluminium dengan pelapisan Sol-Gel memiliki efisiensi inhibitor atau ketahanan laju korosi yang lebih baik sebesar 25,57% dibandingkan aluminium sebelum dilakukan pelapisan pada perendaman larutan asam asetat. Hal ini dikarenakan sama seperti pada perendaman menggunakan larutan HCl, pada perendaman larutan Asam Asetat Sol-Gel juga mampu membentuk lapisan pelindung korosi yang berpori seperti yang terlihat pada pengujian karakterisasi permukaan (gambar ). Dari hasil SEM pada material uji, terlihat lapisan Sol-Gel mampu melindungi aluminium dari korosi yang disebabkan oleh reaksi aluminium dan asam asetat. Juga terlihat pori-pori atau celah yang memungkinkan tetap terjadinya reaksi antara aluminium dengan larutan asam asetat sehingga tujuan penelitian tercapai. Dimana lebar celah dari pori-pori tersebut adalah ± 0,47 1,41 µm. Sedangakan jenis korosi yang terjadi pada aluminium dengan perendaman larutan asam asetat adalah korosi

16 74 sumuran (Pitting Corrosion), dimana hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan tampilan dan terbentuknya lubang-lubang terisolasi (gelap) (Bayuseno & Erizal, 2012). Al + Sol-Gel Al Gambar 4.17 Hasil SEM pada material uji perendaman Asam Asetat 4 M posisi tengah s Al + Sol-Gel Al Gambar 4.18 Hasil SEM pada material uji perendaman Asam Asetat 4 M posisi acak

17 75 Al + Sol-Gel Gambar 4.19 Hasil SEM pada material uji perendaman Asam Asetat 4 M posisi sudut Al Analisis pada perendaman larutan KOH Perendaman material uji oleh larutan KOH dilakukan selama 5 (lima) menit. Waktu pengujian selama 5 (lima) menit karena perubahan yang terjadi material uji sudah dapat digunakan dalam persamaan Laju Korosi (Fontana, 1987). Adapun apabila lebih lama, maka akan mengakibatkan hancur atau larutnya seluruh material uji karena reaksi basa yang sangan kuat, sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan selisih berat untuk dapat memperkirakan laju korosi yang terjadi. Adapun variasi dari konsentrasi yang digunakan adalah 0,1 M, 0,5 M, 1 M, 2 M, 3 M, 4 M, 5 M dan 6 M dengan masing-masing 3 (tiga) sampel pada setiap konsentrasi larutan. Nilai laju korosi yang terjadi adalah sebagai berikut: Gambar 4.20 Grafik hasil pengujian material terhadap larutan KOH

18 76 Tabel 4.6 Laju korosi material uji terhadap larutan KOH Aluminium Aluminium + Sol-Gel Konsentrasi (M) Laju Korosi (mm/year) Laju Korosi (mm/year) Efisiensi (%) 0,1 M 83,77 309,83-72,96 0,5 M 182,32 486,87-62,55 1 M 271,02 722,93-62,51 2 M 522, ,11-53,82 3 M 872, ,46-42,97 4 M 1167, ,94-35,12 5 M 1823, ,88-17,98 6 M 2089, ,05-18,77 Nilai laju korosi didapat dari persamaan laju korosi (Fontana, 1987): (4.5) Dimana D adalah desitas aluminium yang digunakan dalam pengujian, yaitu 2,64 g/cm 3. Dari tabel di atas, dapat dilihat laju korosi dengan metode kehilangan berat yang terjadi pada material uji pada perendaman KOH cukup tinggi. Dimana untuk aluminium tanpa pelapisan Sol-Gel memiliki nilai laju korosi terendah sebesar 83,77 mm/year pada konsentrasi 0,1 M larutan KOH dan nilai laju korosi tertinggi sebesar 2089,32 mm/year pada konsentrasi larutan 6 M. Sedangkan, untuk aluminium dengan pelapisan Sol-Gel juga mengalami kenaikan laju korosi pada setiap peningkatan konsentrasi larutan KOH. Dimana untuk konsentrasi terendah nilai laju korosi sebesar 309,83 mm/year pada konsentrasi 0,1 M larutan KOH dan nilai laju korosi tertinggi sebesar 2572,05 mm/year pada konsentrasi larutan 6 M. Dapat dilihat juga, berbeda dengan pengujian laju korosi dengan menggunakan larutan HCl atau Asam Asetat, pengujian aluminium tanpa pelapisan Sol-Gel dengan menggunakan larutan KOH memiliki nilai laju korosi yang lebih baik dibandingkan Aluminium dengan pelapisan Sol-Gel. Hal ini terjadi karena adanya pertambahan ukuran pori-pori Sol-Gel yang bereaksi dengan KOH (Jiang et al., 2015) yang terlihat

19 77 pada gambar 4.23 sampai Pori-pori akan semakin membesar dan Sol-Gel akan pecah. Sehingga membuat endapan aluminium akibat reaksi terhadap larutan KOH. Hal ini dapat terlihat pada gambar 4.21 dan 4.22, sebagai berikut: Gambar 4.21 Material uji setelah direndam larutan KOH konsentrasi 0,1M, 0,5M, 1M dan 2M Gambar 4.22 Material uji setelah direndam larutan KOH konsentrasi 3M, 4M, 5M dan 6M Dari gambar di atas, aluminium dengan lapisan Sol-Gel (bagian bawah setiap gambar), berwarna lebih kehitaman dibandingkan aluminium tanpa lapisan Sol-Gel. Pada konsentrasi 0,1 M Sol-Gel memiliki warna sedikit kehitaman dari pada aluminium pada umumnya, lalu pada konsentrasi 0,5 M lapisan Sol-gel semakin menipis dan mengubah sebagian warna aluminium menjadi mengkilat. Kemudian pada konsentrasi 1 M dan 2 M, warna aluminium berubah menjadi hitam akibat endapan aluminium yang semakin banyak. Untuk konsentrasi 3 M hingga 6 M warna aluminium berubah menjadi kuning lalu logam semakin menipis seiring pertambahan konsentrasi larutan.

20 78 Sedangkan untuk aluminium tanpa pelapisan Sol-Gel, tampak mengkilat pada konsentrasi 0,1 M dan semakin menguning pada konsentrasi 0,5M hingga 4M lalu semakin menipis pada konsentrasi 5 M hingga 6 M. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: 2 Al + 2 KOH + 6 H2O = 2 K[Al(OH)4] + 3 H2 (4.6) Adapun efisiensi inhobitor untuk perendaman pada larutan KOH adalah sebagai berikut: Dari hasil di atas dapat dilihat untuk aluminium tanpa lapisan Sol-Gel memiliki nilai laju korosi yang lebih baik sebesar 34,92% dibandingkan aluminium dengan lapisan Sol-Gel berdasarkan metode kehilangan berat. Sehingga pada perendaman dengan larutan KOH penggunaan Sol-Gel sebagai lapisan anti korosi aluminium tidak diperlukan. Al + Sol-Gel Gambar 4.23 Hasil SEM pada material uji perendaman KOH 4 M posisi tengah Al

21 79 Al + Sol-Gel Gambar 4.24 Hasil SEM pada material uji perendaman KOH 4 M posisi acak Al Al + Sol-Gel Gambar 4.25 Hasil SEM pada material uji perendaman KOH 4 M posisi sudut Al Dari hasil SEM diatas, terlihat pori-pori Sol-Gel membesar sehingga memungkinkan larutan KOH untuk lebih cepat bereaksi dengan aluminium. Adapaun ukuran terkecil dari celah dari pori-pori tersebut adalah ± 0,96 µm. Reaksi tersebut membuat endapan korosi pada aluminium seperti yang ditunjukkan dengan adanya bagian yang berwarna gelap pada gambar aluminium dengan pelapisan Sol-Gel lebih banyak dibandingkan aluminium tanpa pelapisan Sol-Gel. Sedangkan jenis korosi yang terjadi pada aluminium dengan perendaman larutan KOH adalah korosi merata (Uniform Attack) (Hakim, 2012), dimana seluruh permukaan logam mengalami korosi dan semakin menipis bahkan dapat terlarut seluruhnya pada konsentrasi meningkat atau waktu perendaman yang lebih lama.

22 80 Gambar 4.26 Ilustrasi peruahan molekul OEt menjadi OH

STUDI DAN KARAKTERISASI LAJU KOROSI LOGAM ALUMINIUM DENGAN PELAPISAN MEMBRAN SOL-GEL

STUDI DAN KARAKTERISASI LAJU KOROSI LOGAM ALUMINIUM DENGAN PELAPISAN MEMBRAN SOL-GEL 191 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 3, Juni 2017 STUDI DAN KARAKTERISASI LAJU KOROSI LOGAM ALUMINIUM DENGAN PELAPISAN MEMBRAN SOL-GEL Rohadi Satrio Budi Utomo, Sagir va Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 41 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Metode Pelaksanaan merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 34 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Dalam BAB ini akan dibahas tentang analisa data penelitian dari studi karakterisasi laju korosi dan percobaan inhibisi pada logam Aluminium.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida

Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida Laboratorium Elektrokimia dan Korosi Teknik Kimia FTI-ITS 2011 Mahardika Fahrudin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia telah banyak memanfaatkan logam untuk berbagai keperluan di dalam hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Reaksi kimia yang terjadi selama perubahan dari larutan prekursor menjadi gel memiliki pengaruh yang berarti terhadap struktur dan homogenitas kimia dari gel. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan I Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Riau selama 2 bulan (April s/d Juni 2009) 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Lampung, serta

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 di bawah ini memperlihatkan diagram alir dalam penelitian ini. Surfaktan P123 2 gr Penambahan Katalis HCl 60 gr dengan variabel Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI PENELITIAN

BAB IV HASIL YANG DICAPAI PENELITIAN 27 BAB IV HASIL YANG DICAPAI PENELITIAN 4.1 PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas tentang analisis data penelitian dampak abu vulkanik gunung Sinabung terhadap laju korosi pada logam seng (Zn). Untuk

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Komposisi Bahan Hasil uji komposisi menunjukan bahwa material piston bekas mempunyai unsur paduan utama 81,60% Al dan 13,0910% Si. Adapun hasil lengkap pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak 2709100004 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan ST, M.sc. Latar Belakang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang terbentuk melalui reaksi antara MgO, Al 2 O 3, dan SiO 2. Berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER Ferry Budhi Susetyo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : fbudhi@unj.ac.id Abstrak Rust remover akan menghilangkan seluruh karat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab hasil dan pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil preparasi bahan dasar karbon aktif dari tempurung kelapa dan batu bara, serta hasil karakterisasi luas permukaan

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ph dan Komposisi Kimia Pelarut serta Ukuran Butir Batuan Reaksi batuan dengan penambahan pelarut air hujan (kontrol), asam humat gambut (AHG) dan asam humat lignit (AHL) menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI Oleh ARI MAULANA 04 04 04 010 Y SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi Arang sekam yang telah diaktivasi disebut arang aktif. Arang aktif yang diperoleh memiliki ukuran seragam (210 µm) setelah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 PENGAMATAN VISUAL Pengamatan visual dilakukan terhadap sampel sebelum dilakukan proses anodisasi dan setelah proses anodisasi. Untuk sampel yang telah mengalami proses anodisasi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hidrogen klorida (HCl) dan waktu hidrotermal terhadap kristalinitas SBA-15, maka penelitian ini dilakukan dengan tahapan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015, 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015, dengan tahapan kegiatan, yaitu: proses deasetilasi bertingkat, penentuan derajat

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. KIMIA DASAR I PERTEMUAN 1 Tujuan Perkuliahan: Setelah proses pembelajaran ini selesai, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian dari larutan beserta contohnya. 2. Menjelaskan perbedaan larutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut.

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut. STOIKIOMETRI Istilah STOIKIOMETRI berasal dari kata-kata Yunani yaitu Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). STOIKIOMETRI akhirnya mengacu kepada cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban manusia di abad ini. Sehingga diperlukan suatu kemampuan menguasai teknologi tinggi agar bisa

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING 1) Yoga Adi Susila, 2) Dody Prayitno 1.2) Teknik Mesin Universitas Trisakti yogaadisusila@yahoo.co.id Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Kimia Tanggal : 07 Juni 009 Kode Soal : 9. Penamaan yang tepat untuk : CH CH CH CH CH CH OH CH CH adalah A. -etil-5-metil-6-heksanol B.,5-dimetil-1-heptanol C.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Dari pengujian dengan alat spectrometer yang telah dilakukan pada sampel uji, komposisi yang terdapat di dalam sampel uji dapat dilihat pada Lampiran 1,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENGARUH PENAMBAHAN MANGAN TERHADAP SIFAT FISIK LAPISAN INTERMETALIK Dalam sub bab ini akan dibahas pengaruh penambahan mangan terhadap sifat fisik dari lapisan intermetalik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Percobaan dilakukan di dalam sistem batch. Pupuk NPK yang telah dilapisi dengan tanah liat dimasukkan ke dalam aqua dm. Pupuk tersebut diambil untuk dilakukan analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini menggunakan 2 macam sampel paduan alumunium silikon dengan kadar penambahan Fe yang berbeda-beda. Yang pertama adalah sampel paduan alumunium

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl Pandhit Adiguna Perdana 2709100053 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, S.T.,M.Sc.

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Logam merupakan salah satu jenis bahan yang sering dimanfaatkan untuk dijadikan peralatan penunjang bagi kehidupan manusia dikarenakan logam memiliki banyak kelebihan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Oksidasi Spesimen baja AISI 4130 dilapisi alumunium dengan cara mencelupkan ke dalam bak alumunium cair pada temperatur 700 ºC selama 16 detik. NaCl/Na2SO4 dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengujian anodizing pada aluminium seri 1xxx, maka diperoleh data-data pengujian yang kemudian dijabarkan melalui beberapa sub-sub pembahasan dari masing-masing

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini dapat digambarkan dalam diagram alir di bawah ini: Mulai Studi Literatur Persiapan Sampel Pembuatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

STOKIOMETRI. Kimia Kelas X

STOKIOMETRI. Kimia Kelas X STOKIOMETRI Kimia Kelas X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 SURABAYA 2015 STOKIOMETRI STOKIOMETRI Pada materi stokiometri, kita akan mempelajari beberapa hal seperti persamaan reaksi, hukum-hukum dasar kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun : SUDARMAN NIM : D.200.02.0196 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Pengambilan

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN C8 STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Veronika Yuli K. Alumni Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil penentuan kandungan oksida logam dalam abu boiler PKS Penentuan kandungan oksida logam dari abu boiler PKS dilakukan dengan menggvmakan XRF

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Pengaruh Konsentrasi Aktivator Kalium Hidroksida (KOH) terhadap Kualitas Karbon Aktif Kulit Durian sebagai Adsorben Logam Fe pada Air Gambut Ririn Apriani 1), Irfana Diah Faryuni 1), Dwiria Wahyuni 1)

Lebih terperinci

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2 SIMULASI UJIAN NASIONAL 2. Diketahui nomor atom dan nomor massa dari atom X adalah 29 dan 63. Jumlah proton, elektron, dan neutron dalam ion X 2+ (A) 29, 27, dan 63 (B) 29, 29, dan 34 (C) 29, 27, dan 34

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu pada bulan Februari 2015 hingga bulan Desember 2015. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu Laboratorium

Lebih terperinci