Psikologi Kepribadian I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Kepribadian I"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pembahasan teori Carl Gustav Jung mengenai ciri khusu, struktur, dan dinamika kepribadian analytical psychology. Kompetensi Mampu memahami tentang Analytical Psychology carl Gustav Jung.

2 Latar Belakang Pendahuluan Carl Gustav Jung adalah murid Sigmund Freud. Pada mulanya, ia mengikuti dengan setia pemikiran gurunya. Kemudian ia mengalami perbedaan pemahaman dan memisahkan diri bahkan mengembangkan pemikirannya sendiri. Carl Gustav Jung menamai aliran teorinya dengan psikologi analisis. Meskipun akarnya masih tetap pada psikoanalisis tetapi konsep utamanya mengalami perluasan dan pengayaan. Perluasan pemikiran psikologi analisis dibandingkan dengan psikoanalis klasisk dari Freud adalah faktor budaya dan lingkungan yang berpangaruh pada kepribadian dilibatkan. Pemikiran Jung banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep kebudayaan yang bersumber dari mitologi dan cerita dari kelompok masyarakat terdahulu. Carl Jung merupakan pengagum Freud, mereka pertama kali bertemu di Wina pada tahun Begitu pentingnya pertemuan tersebut hingga suatu kali Freud pernah membatalkan berbagai janji. Mereka saling bertukar pikiran selama 13 jam penuh. Begitulah awal pertemuan dua pemikir besar ini. Freud melihat Jung sebagai putra mahkota dan pewaris psikoanalisis. Namun sebenarnya, Jung tidak pernah sepenuhnya menerima teori Freud. Hubungan mereka pun mulai dingin pada tahun 1909 saat perjalanan ke Amerika. Selama perjalanan, mereka saling menghibur diri sendiri dengan menganalisis mimpi satu sama lain. Tampaknya, Freud menunjukkan konfrontasi yag berlebihan terhadap upaya analisis Jung sehingga membuatnya merasa tersinggung. Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung Pandangan Jung terhadap hakikat manusia berbeda dengan Freud. Jung tidak meletakkan pandangan deterministik sebagaimana Freud. Meskipun setuju bahwa sebagian kepribadian ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak, tetapi menurutnya hal itu dipengaruhi oleh arketip yaitu sistem mengenai kebebasan berkehendak dan spontanitas. Berkaitan dengan isu nature nurture (bawaan dan lingkungan) yang berpengaruh kepada kepribadian, Jung menerima kedua faktor tersebut. Dorongan mencapai individuasi dan transendensi yang bersumber dari dalam tetapi dibantu atau dirintangi oleh faktor belajar dan pengalaman. Tujuan utama dari hidup adalah realisasi diri. Meskipun sedikit yang mencapainya tetapi harus terus dimotivasi untuk berjuang ke arah itu. 2 Agustini, M.Psi., Psikolog

3 Jung tidak sepenuhnya menyetujui pemikiran Freud mengenai pentingnya pengalaman masa kanak-kanak. Menurut Jung, masa kanak-kanak berpengaruh tetapi tidak berarti bahwa kepribadian dibentuk pada usia 5 tahun pertama perkembangan. Menurut Jung, kepribadian manusia lebih banyak dipengaruhi oleh pengalaman pada usia setengah baya serta oleh keinginan dan harapan-harapan terhadap masa depan. Bagi Jung, setiap individu pada dasarnya unik dan keunikan itu berkembang mulai separuh awal kehidupan sampai ke arah individuasi pada usia setengah baya. Selanjutnya, manusia mengembangkan universalitas dari kepribadian yang tidak ada aspek tunggal yang dominan. Jung memandang hakikat manusia lebih positif dan memiliki gambaran penuh harapan terhadap manusia. Optimisme tersebut tampak jelas dalam pandangannya mengenai perkembangan kepribadian. Manusia dimotivasi untuk tumbuh dan berkembang, meningkatkan, dan memperluas diri. Perkembangan tidak berhenti dimasa kanak-kanak seperti pandangan Freud. Jung menjelaskan bahwa spesies manusia terus melanjutkan perluasan. Generasi sekarang memiliki harapan yang lebih besar dibandingkan dengan nenek moyang yang primitif. Meskipun memiliki dasar optimisme terhadap kehidupan manusia, Jung justru menunjukkan perhatian terhadap bahaya yang dihadapi budaya Barat. Bahaya yang dimaksud adalah kesakitan disosiasi karena meletakkan materialisme, rasional, dan ilmu empirik secara berlebihan. Manusia berada dalam bahaya akibat dari kegagalan untuk mengapresiasi kekuatan unconscious. Jung berpendapat bahwa manusia tidak boleh meninggalkan kepercayaan terhadap arketip yang dibentuk oleh warisan. Konsep Utama Teori Psikologi Analisis Beberapa konsep teori utama dari teori yang dikemukakan Jung adalah sebagai berikut: 1. Energi Psikis Perbedaan utama dari konsep Jung dengan Freud adalah hakikat libido. Jung tidak setuju dengan konsep libido sebagai energi seksual utama. Menurutnya, libido harus dimaknai lebih luas, yaitu energi hidup yang tidak dapat dipisahkan (tidak differensiasikan). Menariknya, Jung adalah orang yang meminimalkan fungsi seks dalam teori kepribadian, memelihara semangat, kehidupan seks yang bebas dari kecemasan. Jung menggunakan konsep libido dalam dua cara: a. Sebagai difusi dan energi hidup umum. b. Sebagai energi psikis dan menjadi bahan bakar bagi kerjanya kepribadian. 3 Agustini, M.Psi., Psikolog

4 Jung menyebut kepribadian dengan "psyche'', karena melalui energi psikis kegiatan psikologis seperti menyerap, berpikir, merasa, dan berkeinginan dapat dilakukan. Ketika seseorang menanamkan sejumlah energi psikis dalam ide-ide atau perasaan tertentu, ideide dan perasaan-perasaan tersebut dikatakan memiliki nilai psikis yang tinggi dan berpengaruh kuat terhadap kehidupan orang tersebut. Misal: Jika Anda dimotivasi untuk mencapai kekuasaan, maka Anda akan mencurahkan energi psikis Anda untuk mencari kekuasaan. Jung menerapkan hukum energi psikis dan mengajukannya untuk menjelaskan pendekatan terhadap keseimbangan atau ekuilibrium dalam kepribadian. Jika terdapat dua keinginan atau kepercayaan yang sangat berbeda dalam intensitas atau nilai psikis, energi akan mengalir dari yang lebih kuat ke yang lebih lemah. Idealnya, kepribadian memiliki distribusi energi psikis yang equal dalam seluruh aspek. Tetapi kenyataannya kondisi ideal ini tidak pernah tercapai. Jika terjadi keseimbangan yang sempurna dapat dicapai, maka kepribadian tidak lagi memiliki energi psikis karena prinsip oposisi memerlukan konflik untuk energi psikis yang diproduksi. 2. Sistem Kepribadian Jung memandang keseluruhan kepribadian disebut psyche sebagai komposisi dari beberapa sistem yang dapat dibedakan atau struktur yang berpengaruh satu dengan yang lain. Sistem utamanya adalah ego, ketidaksadaran pribadi, dan ketidaksadaran kolektif. a. Ego Ego adalah pusat kesadaran atau bagian dari psyche yang berkaitan dengan penerimaan, pemikiran, perasaan, dan ingatan. Ini adalah kesadaran mengenai diri kita yang bertanggung jawab untuk menjalankan kegiatan dalam kehidupan secara normal. Ego akan bertindak dengan caya yang selektif. b. Ketidaksadaran Pribadi (Personal Unconscious) Ketidaksadaran pribadi dalam konsep Jung sama dengan konsep Freud mengenai prasadar. Baginya, kesadaran merupakan tempat penampungan material yang sebelumnya berada dalam sadar tetapi kemudian dilupakan atau ditekan karena terlalu menganggu. Ini seperti lalu lintas dua arah antara ego dan ketidaksadaran pribadi. c. Ketidaksadaran Kolektif (Collective Unconscious) Level psyche yang paling dalam dan terakhir ditembus adalah keidaksadaran kolektif. Konsep ini merupakan konsep Jung yang sangat aneh karena dianggap tidak umum, paling 4 Agustini, M.Psi., Psikolog

5 kontroversial, dan paling banyak dikritik. Jung percaya bahwa setiap orang akan menyimpan file dan mengakumulasi seluruh pengalaman pribadinya dalam ketidaksadaran pribadi dan seluruh pengalaman spesies manusia dan pramanusia secara kolektif dalam ketidaksadaran kolektif sebagai sebuah warisan yang disampaikan dari generasi ke generasi. Berbagai bentuk pengalaman bersifat universal. Hal ini hampir bersifat pegulangan yang tidak berubah untuk setiap generasinya selanjutnya menjadi bagian dari kepribadian kita. Pengalaman pada masa primitif menjadi basis dari psyche manusia dan akan mengarahkan serta mempengaruhi perilaku manusia jaman sekarang. Bagi Jung, ketidaksadaran kolektif merupakan sesuatu yang sangat kuat dan menjadi gudang kontrol bagi pengalaman yang diturunkan. Juga menghubungkan kepribadian seseorang dengan masa lalu tidak hanya pada masa kanak-kanak tetapi juga dengan sejarah dari spesies manusia. Kita tidak secara langsung diwarisi pengalaman tersebut. Jung percaya bahwa pengalaman dasar tertentu memiliki karakteristik tertentu untuk setiap generasi melalui sejarah manusia. Misal: Setiap orang akan selalu memiliki figur ibu dan pasti memiliki pengalaman lahir dan mati. Kesamaan dari seluruh pengalaman, berkembang dalam kehidupan setiap generasi dan tercetak dalam kelahiran manusia, selanjutnya menentukan bagaimana kita menerima sesuatu dan menentukan cara kita bereaksi terhadap dunia. Setiap bayi yang lahir akan dilatarbelakangi oleh penerimaan ibu dan cara ibu menerima kelahiran akan berbeda-beda. Seorang ibu akan berperilaku tertentu dalam merawat dan mengasuh anaknya. Cara penerimaan ini akan melatarbelakangi perilaku bayi dalam berhubungan dengan realitas. 3. Kompleks (Complexes) Berbagai pengalaman hidup yang dialami akan terus bertambah dan menumpuk dalam ketidaksadaran pribadi. Pengalaman tersebut akan dikelompokkan. Pengelompokan ini oleh Jung disebut dengan kompleks. Sebuah kompleks berisi pola emosi, ingatan, persepsi, dan keinginan yang diatur dalam sebuah tema umum. Kompleks dapat bersifat sadar ataupun tidak sadar, karena tidak dibawah kontrol kesadaran tetapi dapat mengganggu dan bercampur dengan kesadaran. Orang dengan kompleks tertentu umumnya tidak sadar terhadap pengaruhnya meskipun orang lain dengan mudah dapat melihat efek tersebut. Beberapa kompleks mungkin dapat membahayakan tetapi tidak disadari. Jung percaya bahwa kompleks tidak hanya diperoleh ketika masa kanak-kanak dan pengalaman ketika masa dewasa tetapi juga bisa berasal dari turunan, warisan dari spesies yang mengandung ketidaksadaran kolektif. 5 Agustini, M.Psi., Psikolog

6 4. Arketip (Archetype) Pengalaman kuno yang berisi ketidaksadaran kolektif dimanifestaskan dalam tema atau pola yang diulang-ulang. Hal ini oleh JUng disebut dengan arketip (archetype). Ia juga menggunakan istilah universal seperti pengalaman yang dialami oleh kebanyakan manusia, melalui pengulangan pada kehidupan generasi selanjutnya. Arketip menjadi tercetak dalam psyche kita dan dimunculkan dalam mimpi dan fantasi. Arketip-arketip tersebut adalah 'pahlawan'', ibu, anak-anak, Tuhan, kematian, kekuatan, atau orangtua yang bijak. Beberapa diantaranya dikembangkan secara penuh dibandingkan dengan yang lain dan perpengaruh terhadap psyche secara konsisten. Beberapa arketip yang termasuk dalam arketip mayor adalah persona, anima, animus, shadow, dan diri (self). 5. Sikap Estraversi dan Introversi Kebanyakan persepsi kesadaran kita bersumber dari reaksi dari lingkungan yang ditentukan oleh sikap mental yang berlawanan dari ekstraversi dan introversi. Jung percaya bahwa energi psikis dapat disalurkan keluar menuju dunia luar atau sebaliknya ke dalam diri. Ekstrovert itu berarti terbuka, dapat bersosialisasi, asertif secara sosial, berorientasi kepada orang lain atau dunia orang luar. Introvert berarti menarik diri, seringkali disebabkan oleh rasa malu, cenderung memfokuskan kepada diri sendiri dalam pikiran dan perasaan. Setiap orang memiliki kapasitas utuk kedua sikap ini tetapi hanya satu yang dominan dalam kepribadian. Sikap dominan terlihat langsung dalam perilaku dan kesadaran orang tersebut. Sikap yang tidak dominan tetap berpengaruh meskipun hanya menjadi ketidaksadaran seseorang dan berpengaruh kepada perilaku. 6. Fungsi-Fungsi Psikologis Selain mengembangkan sikap ekstrovert dan introvert, Carl Jung juga mengajukan perbedaan tambahan dalam diri orang berdasarkan kepada fungsi psikologisnya. Fungsi ini merujuk kepada cara yang berbeda dan berawanan dari menerima atau memahami baik dunia riil diluar maupun dunia subjektif yang di dalam. Menurut Jung, ada empat fungsi psyche yaitu: sensing, intuiting, thinking, dan feeling. Sensing dan intuiting dkelompokkan sebagai fungsi yang tidak rasional, mereka tidak bekerja dengan menggunakan dasar alasan. Fungsinya adalah menerima pengalaman dan tanpa mengevaluasinya. sensing memproduksi sebuah pengalaman penderitaaan dan menyalinnya secara fotografis. Intuisi tidak muncul secara langsung dari stimulus luar. Ketika kita berada dalam kamar yang gelap kita meyakini bahwa ada orang lain yang 6 Agustini, M.Psi., Psikolog

7 bersama kita. Keyakinan ini didasarkan pada intuisi kita atau firasat bukan didasarkan pada pengalaman indra kita. 7. Tipe-Tipe Psikologis Jung menjelaskan beberapa tipe-tipe psikologis berdasarkan kombinasi antara sikap dan fungsi psikologis yaitu sebagai berikut: a. Tipe Ekstravert Thinking Orang dengan tipe ini hidup terbatas sesuai dengan aturan masyarakat, cenderung untuk menekan perasaan dan emosinya. Tujuan dari semua spek dalam hdup menjadi dogmatik dalam pemikiran opini. Mereka mungkin dipandang sebagai orang yang kaku dan dingin. Mereka cenderung menjadi ilmuwan yang baik, karena mereka fokus belajar terhadap dunia luar dan menggunakan antara logika untuk menjelaskan dan memahami sesuatu. b. Tipe Introvert Thinking Orang tidak dapat bersama dengan orang lain dalam waktu yang lama dan kesulitan untuk mengkomunikasikan ide-idenya. Orang tipe ini lebih memfokuskan kepada pemikiran ketimbang perasaan dan memiliki keputusan praktis yang sedikit lebih mendalam terhadap privasi. Mereka lebih suka menerima abstraksi dan teori. Fokus mereka lebih memahami diri sendiri daripada memahami orang lain. Orang lain akan melihatnya keras kepala, penyendiri, angkuh, dan kurang perhatian terhadap orang lain. c. Tipe Eksrovert Feeling Orang dengan tipe ini cenderung untuk menekan pikiran dan lebih emosional. Patuh terhadap nilai-nilai tradisional dan kode moral yang mereka punyai. Mereka umumnya responsif secara emosional, mudah berteman, dan mudah bersosialisasi, Jung percaya bahwa tipe ini lebih sering ditemukan pada wanita daripada laki-laki. d. Tipe Introvert Feeling Orang dengan tipe ini suka menekan pemikiran rasional, memiliki kemampuan emosi yang mendalam tetapi menghindari diri untuk mengekspresikan keluar. Mereka terlihat misterius, tidak dapat disentuh, cenderung pendiam, dan kekanak-kanakan. Mereka hanya memiliki pertimbangan terhadap perasaan dan pikiran orang lain, terlihat menarik diri, dingin, dan memiliki keyakinan diri yang tnggi. 7 Agustini, M.Psi., Psikolog

8 e. Tipe Ekstravert Sensing Orang dengan tipe ini memfokuskan diri krpada kesenangan dan kebahagiaan, mencari pengalaman baru, sangat berorientasi kepada dunia nyata, dan adaptif terhadap berbagai jenis orang, dan perubahan situasi. Cenderung ramah dan memiliki kapasitas yang tinggi untuk menikmati hidup. f. Tipe Introvert Sensing Orang tipe ini terlihat pasif, tenang, dan terpisah dari dunia sehari-hari. Terlibat dalam aktivitas kemanusiaan dengan melakukan berbagai perbuatan baik dan meyenangkan. Mereka adalah orang yang sensitif secara estetik, ekspresif dalam seni dan musik, dan cenderung untuk menekan intuisinya. g. Tipe Ekstrovert Intuitive Orang dengan tipe ini mencari kesuksesan dalam bisnis dan dunia politik karena mereka memiliki kemampuan untuk mengeksploitasi setiap kesempatan. Orang-orang tersebut menarik, memiliki ide-ide baru, dan cenderng kreatif. Mereka mampu menginspirasi orang untuk menyelesaikan setiap tugas dan mencapai prestasi. Tetapi, mereka juga cenderung mudah berubah, berpindah dari satu ide ke ide lain, dan membuat keputusan berdasarkan pada firasat bukan didasarkan pada refleksi. Meskipun demikian, seringkali keputusan tersebut benar. h. Tipe Introvert Intuitive Orang tipe ini memfokuskan pada intuisi orang. Sangat sedikit memiliki kontak dengan dunia nyata. Tipe orang yang visioner dan pengkhayal, penyendiri, kurang peduli terhadap hal-hal yang bersifat praktis dan kurang dapat memahami orang lain, pertimbangannya aneh dan eksentrik. Mereka umumnya kesulitan utuk mengatasi kehidupan sehari-hari dan perencanaan ke depan. 8. Perekembangan Kepribadian Menurut Jung kepribadian ditentukan oleh apa yang telah terjadi sebelumnya dan apa yang kita harapkan ke depan. Jung mengkritik Freud yang hanya menekankan pada kejadian masa lalu sebagai penajam kepribadian tapi menafikan masa depan. Jung percaya bahwa perkembangan dan pertumbuhan tidak berkaitan dengan usia, namun selalu bergerak ke depan sehingga menjadi tahapan lengkap dari realisasi diri (self realization). Jung memiliki pandangan yang lebih jauh mengenai kepribadian dibandingkan dengan Freud. Freud menekankan awal kehidupan manusia dan meramalkan hanya sedikit 8 Agustini, M.Psi., Psikolog

9 perkembangan setelah usia 5 tahun. Jung tidak merumuskan urutan tahapan pertumbuhan dengan detil seperti Freud tetapi menuliskan periode spesifik dari keseluruhan proses perkembangan. a. Dari Masa Kanak-Kanak ke Masa Dewasa Muda (Young Adulthood) Ego mulai berkembang pada awal masa kanak-kanak yang dimulai dengan cara primitif karena anak belum memiliki identitas yang khas. Apa yang disebut dengan kepribadian anak adalah refleksi dari kepribadian orangtuanya. Orangtua menekankan pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak. Mereka memperluas atau sebaliknya menghambat perkembangan kepribadian dengan cara berperilaku seperti mereka yang masih kanak-kanak. b. Pubertas Sebelum mencapai pubertas, psyche dianggap memiliki bentuk dan isi yang terbatas. Pada periode ini oleh Jung disebut dengan kelahiran psikis yang ditandai dengan kesulitan dan keinginan untuk beradaptasi. Fantasi masa kanak-kanak harus berakhir pada saat remaja karena menghadapi kebutuhan terhadap realitas terjadi pada umur belasan tahun dalam masa dewasa muda. Kita akan memperhatikan kegiatan-kegiatan yang merupakan persiapan menghadapi kebutuhan terhadap realitas terjadi pada umur belasan tahun dalam masa dewasa muda. Kita akan memperhatikan kegiatan-kegiatan yang merupakan persiapan menghadapi masa dewasa. Misal: Menyelesaikan pendidikan, memulai karier, menikah, dan mulai berkerluarga. Fokus kita selama bertahun-tahun tersebut adalah ke luar didominasi oleh kesadaran dan secara umum ekstrovert. Tujuan hidup adalah untuk mencapai tujuan dan menstabilkan keamanan, tempat keberhasilan kita dalam dunia. Usia dewasa muda, akan menjadi waktu yang sangat menyenangkan sekaligus menantang karena dipenuhi dengan horizon cakrawala baru dan pencapaian berbagai hal. c. Usia Setengah Baya Kepribadian utama kita kemudian berubah saat usia beranjak antara 35 dan 40 tahun. Periode ini adalah usia setengah baya, masa yang acapkali terjadi krisis kepribadian. Meskipun pada usia dewasa muda masalah adaptasi dapat diselesaikan. Pada usia 40 tahun umumnya orang sudah mencapai stabilitas dalam karier, pernikahan, dan dalam kehidupan sosial. Namun, timbul pertanyaan mengapa ketika orang sudah mencapai keberhasilan banyak yang merasa putus asa dan tidak berharga. Penyebabnya adalah karena mereka merasakan kekosongan, kehilangan semangat, kegembiraan, petualangan, dan hidup menjadi kehilangan makna. 9 Agustini, M.Psi., Psikolog

10 Menurut Jung, pada masa paruh pertama hidup seseorang harus fokus terhadap tujuan dunia nyata, pendidikan, karier, dan keluarga. Sebaliknya, untuk separuh hidup yang kedua harus mulai mencurahkan ke dalam diri atau dunia subyektif yang selama ini kurang diperhatikan. Sikap kepribadian harus berganti dari ekstrovert menjadi introvert. Fokus kehidupan harus berganti dari conscious menjadi unconscious. Harus terjadi pergantian dari minat terhadap material dan fisik kepada minat spiritual, filosif, dan intuitif. Keseimbangan dari seluruh tahapan kepribadian harus diganti dari satu sisi ke sisi lainnya. Pada usia setengan baya secara alami kita mulai mengalami proses realisasi atau aktualisasai diri. Jika kita berhasil dalam mengintegrasikan unconscious dan consius, kita sudah berhasil mencapai posisi baru kesehatan psikologis yang positif yang oleh Jung disebut dengan individuasi. d. Individuasi Individuasi berarti menjadi seorang individual, memenuhi semua kapasitas, dan mengembangkan diri sendiri. Penekanan individuasi adalah ke alam sadar, sesuatu yang tidak dapat dihindarkan tetapi dapat ditolong atau sebaliknya dirintangi kekuatan lingkungan. Misal: Pendidikan dan kesempatan ekonomi seseorang dan hubungan alamiah orangtua dan anak. Dalam rangka berjuang mencapai individuasi, orang setengah baya harus membuang nilai dan perilaku yang menjadi panuntun pada masa separuh awal kehidupan pertama. Mereka akan menghadapi ketidaksadaran dan membawanya ke dalam kesadaran conscious dan menerima apa yang dikatakan untuk dikerjakan. Mereka harus mendengarkan mimpi-mimpi dan mengikuti kenyataan, berlatih imajinasi, dan lain sebagainya. Mereka harus membiarkan dirinya dituntun oleh aliran spontan dalam unconscious bukan oleh pikiran rasional, karena hanya degan cara tersebut diri yang sebenarnya diungkapkan. 10 Agustini, M.Psi., Psikolog

11 Daftar Pustaka Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7 th ed.) USA: MC Graw Hill. Fudyartanta, K., (2012). Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 11 Agustini, M.Psi., Psikolog

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi Carl Jung Analytical Psychology Asumsi Fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (Occult) yang diturunkan oleh leluhur bisa dan memang berpengaruh pada kehidupan manusia Manusai bukan hanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang sifat ekstrovert pernah dilakukan oleh Iftitah Ika Kusumawardhani. Dalam penelitian ini Iftitah membahas sifat ekstrovert pada tokoh

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

Psikoanalisa. CG. Jung

Psikoanalisa. CG. Jung Psikoanalisa CG. Jung KEPRIBADIAN Keseluruhan pikiran, perasaan, dan tingkah laku, baik sadar maupun tidak sadar. Kepribadian ini berfungsi untuk membimbing orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK)

CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK) CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK) Carl Gustav Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl (Switzerland) dan wafat pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht (Switzerland). Dimasa kanak-kanak Jung sudah

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Berdasarkan pembahasan dalam bab sebelumnya tentang tipe introvert pada tokoh

Bab 4. Simpulan dan Saran. Berdasarkan pembahasan dalam bab sebelumnya tentang tipe introvert pada tokoh Bab 4 Simpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan dalam bab sebelumnya tentang tipe introvert pada tokoh Yuichi Tanabe dalam novel Kitchen karya Yoshimoto Banana, dapat diambil kesimpulan dan saran yang

Lebih terperinci

Latar belakang C.G. Jung

Latar belakang C.G. Jung Carl Gustav Jung (Psikoanalitik) (26 Juli 1875 6 Juni 1961) Latar belakang C.G. Jung Lahir 6 Juli 1875 di Swiss ( Ayahnya seorang pendeta). Seorang psikiater (kedokteran) Teori : psikoanalitik (psikologi

Lebih terperinci

(26 Juli Juni 1961) Teori Kepribadian 1/Novia Sinta R. 1

(26 Juli Juni 1961) Teori Kepribadian 1/Novia Sinta R. 1 (26 Juli 1875 6 Juni 1961) 1 Latar belakang C.G. Jung Lahir 6 Juli 1875 di Swiss ( Ayahnya seorang pendeta). Seorang psikiater (kedokteran) Teori : psikoanalitik (psikologi analitik) Mula2 menjadi pengikut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Secara umum kepribadian (personality) suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Didalam karya

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Neo-Freudian

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Neo-Freudian PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Neo-Freudian Carl Jung Alfred Adler Karen Horney Abraham Maslow Carl Rogers Pemikiran/karakteristik tokoh-tokoh Neo-Freudian: 1. Mengembangkan konsep EGO Tidak hanya memfasilitasi

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Relasi Objek Teori Relasi Objek: 1. Pentingnya pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & Feist, 2006), remaja

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Madya dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Setiap fase

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori Gestalt telah berkembang sejak sekitar abad Ke 19. Dimulai dengan Gestalt I, kemudian berkembang terus hingga menuju ke Gestalt II. Gestalt II ini kemudian memunculkan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gordon Allport: Prinsip dasar tingkah laku:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tipe Kepribadian Kepribadian (personality) adalah suatu pola watak yang relatif permanen dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualitas bagi perilaku

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2 SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh & Sains Teknologi (UTM) Sinopsis: Kursus ini akan membincangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh BAB 2 LANDASAN TEORI Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh peneliti berkaitan dengan 3 hal, yaitu intensitas komunikasi melalui fitur blackberry messenger, kepribadian

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Pandangan Murray sangat holistik,

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Mahasiswa perokok FSRD UK Maranatha memaknai persuasi visual iklan rokok secara berbeda-beda. Perbedaan ini bersumber pada perbedaan tipe dasar pribadi masing-masing:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang dalam prakteknya, anak tidak selalu memahami arti. mendengarkan ceramah dari guru, mengerjakan tugas, dan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang dalam prakteknya, anak tidak selalu memahami arti. mendengarkan ceramah dari guru, mengerjakan tugas, dan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Pendekatan Psikoanalisa Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Alur Isi Frans Anton Mesmer 1734

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

MAKALAH Pemikiran Alder dan Jung. Mata Kuliah : Sejarah Aliran Psikologi Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, M. A

MAKALAH Pemikiran Alder dan Jung. Mata Kuliah : Sejarah Aliran Psikologi Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, M. A MAKALAH Pemikiran Alder dan Jung Mata Kuliah : Sejarah Aliran Psikologi Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, M. A Disusun oleh : Bagas Rizal Firmansyah ( 1707016076 ) Dwi Uji Astuti ( 1707016052 ) Khoirurrozikin

Lebih terperinci

PEMIKIRAN CARL GUSTAV JUNG TENTANG TEORI KEPRIBADIAN (Implikasinya Terhadap Interaksi Sosial) Feiby Ismail 1 Abstrak

PEMIKIRAN CARL GUSTAV JUNG TENTANG TEORI KEPRIBADIAN (Implikasinya Terhadap Interaksi Sosial) Feiby Ismail 1 Abstrak PEMIKIRAN CARL GUSTAV JUNG TENTANG TEORI KEPRIBADIAN (Implikasinya Terhadap Interaksi Sosial) Feiby Ismail 1 Abstrak Teori kepribadian menurut Carl Gustav Jung membahas berbagai hal penting diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per 31 Desember 2010 (KPK, 2010). Sumber lain menyebutkan jika

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per 31 Desember 2010 (KPK, 2010). Sumber lain menyebutkan jika BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis moral yang saat ini dialami bangsa Indonesi menjadi isu yang tengah hangat diperbincangkan. KPK dalam laporan tahunan tahun 2010 mencatat adanya 6.265 laporan

Lebih terperinci

Pengambilan Keputusan Manajerial

Pengambilan Keputusan Manajerial MODUL PERKULIAHAN Pengambilan Keputusan Manajerial Modul Final Semester Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Tatap Muka 10 Kode MK MK Disusun Oleh, ST, MBA Abstract Kompetensi Mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog

Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog PELATIHAN PSIKOLOGI DAN KONSELING BAGI DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog MAHASISWA Remaja Akhir 11 20 tahun,

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: 08 Wahidah Fakultas PSIKOLOGI Teori Sigmund Freud Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual Fitriani, S. Psi., MA. Program Studi PSIKOLOGI Bagian Isi Apa itu Kepribadian?

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian

Psikologi Kepribadian MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pembahasan teori

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis

Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis Modul ke: Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Eric Fromm Pandangan Eric Fromm: Keberadaan manusia

Lebih terperinci

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (precon scious), dan

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I

Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I Psikologi itu apa? Psikologi berasal dari dua kata dalam bahasa Latin yaitu psyche =jiwa dan logos =ilmu Psikologi adalah studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 TEORI II.1.1. Definisi pajak UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN memberikan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikis dan fisik yang saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku yang kompleks dan dinamis dalam setiap individu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman dalam tulisan ilmiah yang berjudul

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman dalam tulisan ilmiah yang berjudul BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Dinamisme (the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dasar Filsafi Carl Rogers Mengenai Manusia Manusia

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Ego Kreatif Ego kreatif:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini, saya akan mengemukakan simpulan dari analisis saya yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini, saya akan mengemukakan simpulan dari analisis saya yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini, saya akan mengemukakan simpulan dari analisis saya yang terdapat pada bab tiga dan dilandasi dari teori yang dikemukakan pada bab dua yaitu teori kompleks atau kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

Tes Kepribadian. Paulus dachi Tes telah diselesaikan pada: Feb. 16, 2013

Tes Kepribadian. Paulus dachi Tes telah diselesaikan pada: Feb. 16, 2013 Paulus dachi Tes telah diselesaikan pada: Feb 16, 2013 Usia: 23 tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Negara: Indonesia Status: Profesional Muda Spesialisasi: Akuntansi Daftar Isi 1 Tipe-tipe Kepribadian 2 11

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.

Lebih terperinci

t u j u a n berpengaruh potensi menghargai

t u j u a n berpengaruh potensi menghargai MBTI 1 apakah M B T I itu? Myers-Briggs Type Indicator merupakan sebuah sarana bantu yang dapat menggambarkan p e r b e d a a n m e n d a s a r pada perilaku manusia yang sehat dan normal 2 t u j u a n

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

Freud s Psychoanalytic Theories

Freud s Psychoanalytic Theories Modul ke: 02Fakultas Erna PSIKOLOGI Freud s Psychoanalytic Theories Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si Program Studi Psikologi Freud (1856-1939) Pendekatan Dinamis Dinamakan juga : Energi psikis, energi dorongan,

Lebih terperinci

Alfred Adler. Individual Psychology

Alfred Adler. Individual Psychology Alfred Adler Individual Psychology Manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior, suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan kepada orang lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu periode penting dalam kehidupan seseorang. Namun, terdapat perbedaan antara individu satu dengan

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan mengenai pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd Pertumbuhan : Perubahan fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berjalan normal pada anak yang sehat dalam perjalanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU Oleh : Kelompok 2 : 1. Sarjono Eka Putra (125030400111015) 2. Gilar Cahyo Pambudi (125030401111017) 3. Ryan Astri Kurniawan (125030405111001) 4. Daniel Avianto Kurniawan (125030405111005)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT 1. Pengertian Burnout Burnout yaitu keadaan stress secara psikologis yang sangat ekstrem sehingga individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I

Psikologi Kepribadian I MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 13 61101 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan

Lebih terperinci

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Oleh: Esa Putri Yohana 1 Abstrak Skripsi ini berjudul Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci