UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009* Johnny W. Situmorang** Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009* Johnny W. Situmorang** Abstrak"

Transkripsi

1 UJI KERAGAMAN KOPERASI BERPRESTASI BERDASARKAN SKALA USAHA TAHUN 2009* Johnny W. Situmorang** Abstrak Berdasarkan konstitusi hukum dan perundang-undangan Indonesia (UUD 1945, UU 25 tahun 1992, UU 34/2002, dan UU 38/2009), perkembangan koperasi di Indonesia menjadi penguasaan penuh pemerintah. Peran pemerintah, terutama Kementerian Koperasi dan UKM, dalam hal pembangunan nasional, adalah untuk memfokuskan dan mempertajam tugas pemerintah. Dalam mempromosikan koperasi, terdapat ratusan ribu koperasi yang beroperasi di bidang usaha. Salah satu usaha pemerintah adalah untuk menghargai kemajuan koperasi. Dalam hal penghargaan, Kementerian Koperasi dan UKM membedakan menjadi lima tipe koperasi, antara lain simpan pinjam, produksi, konsumsi, pemasaran, dan jasa. Pada tahun 2009, pemerintah telah mendapatkan 75 koperasi dengan predikat berprestasi. Masalahnya adalah apakah perbedaan koperasi adalah signifikan. Dengan analisa variansi, makalah mengungkapkan bahwa tidak ada bukti perbedaan variansi diantara koperasi berdasarkan bidang usaha. Maka dari itu kebijakan dan perlakuan pemerintah untuk mendukung koperasi seharusnya tidak dibedakan. Kata kunci: peraturan, kebijakan, koperasi, berprestasi, keragaman, uji-f Abstract Based on Indonesia constitution and laws (UUD 1945, UU 25 year 1992, UU 34/2002, and UU 38/2009), cooperative development in Indonesia has been the government s domain. The role of government, especially the Ministry of Cooperative and SME, in term of national development is to focus and sharpen the government tasks. In promoting cooperative, there are hundred thousands of cooperative which operates in few field of business. One of government effort is to valuation the achievement of cooperative. In term of valuation, the Ministry of CSME distinguishes on five types cooperative, which are saving-borrowing, production, consumption, marketing, and services cooperatives. In year of 2009, the government had got 75 cooperatives with predicate of achievement. The problem *) Artikel diterima 20 Juli 2011, peer review 25 Juli 2011, review akhir 15 September 2011 **) Peneliti pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK 1

2 JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1-23 is whether the distinction cooperative is significance. With analysis of variance, this study has revealed that there is no evidence the distinction of variance between cooperative based on business. So, policies and treatments of government to support cooperative could not necessary be different on cooperative. Key words: regulation, policy, cooperative, achievement, diversity, F-test I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkoperasian adalah salah satu tugas pemerintah Indonesia berdasarkan pasal 33 UUD Kemudian, UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian lahir sebagai tindaklanjut UUD Secara tegas tercantum bagaimana pengembangan koperasi Indonesia dan peran pemerintah. Selanjutnya, berdasarkan UU 34 tahun 2002 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya otonomi daerah, pembangunan perkoperasian merupakan urusan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Namun, dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan koperasi juga bagian tugas dari pemerintah pusat yang terlihat dari keberadaan Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) sejak tahun Bahkan sebelum era reformasi, kementeriannya adalah Departemen Koperasi dan PPK yang kewenangannya mencakup teknis. Pada era reformasi, berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 2009, Kementerian KUKM dibentuk oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), berdasarkan klaster ketiga 1, dalam rangka fokus dan penajaman tugas pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Kedua (KIB-2). Keberadaan koperasi sebenarnya sudah diakui secara internasional. Dari perspektif sejarah, keberadaan koperasi sudah masif dan semakin penting setelah perlawanan kaum buruh atas pemilik modal setelah revolusi hitam di Inggris dan Jerman dengan terbentuknya koperasi konsumsi dan koperasi produsen. Di Indonesia, koperasi sudah menjadi tonggak kehidupan di kalangan petani dan buruh untuk memperjuangkan hak ekonomi. Keberadaan koperasi dianggap sebagai pemberontakan terhadap ketidakadilan ekonomi yang dirasakan oleh sekelompok orang terhadap pemilik sumberdaya atau kapital dan juga wujud atas sistem perekonomian yang mengandalkan kekuatan rakyat (Situmorang, 2000). 1 Terdapat 3 klaster kementerian menurut UU 38 tahun

3 Sampai saat ini, secara resmi usia koperasi telah mencapai 63 tahun dengan jumlah entitas koperasi di Indonesia yang sangat banyak, lebih dari 177 ribu unit yang berbentuk koperasi simpan pinjam, koperasi konsumsi, koperasi produksi, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Sesuai dengan UU 25/1992, koperasi adalah badan usaha sebagaimana badan usaha lainnya, tapi yang membedakannya dengan badan usaha non-koperasi adalah watak sosial koperasi. Sehingga, koperasi diharapkan menjadi format kelembagaan perjuangan anggotanya dan wadah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat atas dasar gotong royong. Mubyarto (1998) menyatakan bahwa ekonomi kerakyatan lebih mampu menghadapi globalisasi karena menjamin ketangguhan dan keandalan ekonomi nasional. Sampai saat ini belum ada koperasi di Indonesia yang termasuk kategori koperasi besar dengan kiprah internasional. Dewasa ini, menurut International Cooperative Alliance (ICA), terdapat sedikitnya 300 koperasi yang berkelas dunia dengan omzet Rp.6.5 Rp.634 triliun. Tapi tak satupun koperasi Indonesia masuk dalam kelas global itu (Rahardjo, 2010). Sejalan dengan UU 25/1992, dalam kerangka pengembangan dan pengawasan, pemerintah menerapkan kebijakan sistem penilaian kinerja berdasarkan kualitas koperasi. Misalnya, penilaian koperasi terbaik tahun 2002, dan penilaian daerah koperasi tahun 2007, dan penilaian koperasi berprestasi tahun 2007 (Anonim, 2005, 2007a, 2007b). Landasan penilaian koperasi berkualitas adalah Permenneg KUKM 06/Per/M.KUKM/V/2006 tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi/Koperasi Award. Hasil penilaian kualitas menjadi bahan bagi pemerintah untuk semakin memajukan koperasi sebagai sokoguru perekonomian Indonesia. Sejauhmana perbedaan jenis koperasi dalam konteks penilaian kualitas sangat perlu diketahui agar track pengembangan koperasi menjadi tepat. 1.2 Permasalahan Sejak tahun 2002, pemerintah melalui Kementerian KUKM telah menerapkan pola penilaian terhadap koperasi agar kualitas koperasi dapat meningkat. Metode penilaian dilakukan berdasarkan beberapa variabel yang sesuai dengan prinsip perkoperasian, prinsip usaha, dan lingkungan. Setiap tahun, puluhan koperasi dari ratusan ribu ditentukan kualitasnya. Koperasi yang dinilai diklasifikasikan atas empat kelompok, yakni kelompok-kelompok koperasi simpan-pinjam, koperasi produksi, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Pada tahun 3

4 JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : , terdapat 75 koperasi yang dinilai oleh pemerintah sebagai koperasi yang berkualitas dengan klaster-klaster koperasi simpan pinjam (KSP) 15, koperasi konsumen (KK) 30, koperasi produksi (KP) 10, koperasi pemasaran (KM) 10, dan koperasi jasa (KJ) 10. Semua koperasi yang berkualitas itu diharapkan menjadi sokoguru atau pilar perekonomian rakyat. Dari pembedaan jenis koperasi yang dinilai, secara eksplisit terlihat perbedaan antar kelompok koperasi baik ciri, kemampuan, potensi, dan performa output. Pengakuan atas kelompok ini berimplikasi pada perbedaan perlakuan, baik internal mencakup organisasi dan manajemen maupun eksternal yang mencakup pola pembinaan oleh pemerintah. Disamping itu, semua koperasi yang dinilai tersebar di seluruh Indonesia yang semestinya juga menunjukkan perbedaan lingkungan strategisnya baik dari sisi wilayah maupun operasional (bisnis), industrial, dan jauh (remote). Namun, informasi atas perbedaan tersebut belum diketahui oleh pemerintah secara akurat dan tepat. Dengan kata lain, apakah benar terlihat adanya perbedaan kualitas koperasi antar kelompok atau klaster koperasi sebagaimana telah dinyatakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah belum mengetahui bagaimana mengembangkan sistem pembinaan agar harapan tercapai. 1.3 Tujuan dan Manfaat Secara umum, tulisan ini bertujuan untuk mengetahui keragaan koperasi yang telah dinilai oleh pemerintah sebagai koperasi berkualitas. Secara khusus, analisis keragaman ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah secara signifikan dapat diterima adanya keragaman koperasi yang menyandang predikat berkualitas. Dari tujuan tersebut, analisis keragaman ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk mengembangkan pola pembinaan koperasi. Disamping itu, analisis ini menjadi informasi bagi semua pemangku kepentingan dan masukan pengembangan metodologi riset di bidang perkoperasian. II. TINJAUAN TEORITIS UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian secara tegas menyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha. Perbedaaan dasar antara koperasi dan non-koperasi adalah pada watak sosialnya, yang terlihat dari prinsip dan tujuannya. Tujuan utama koperasi adalah untuk menyejahterakan anggota dan masyarakat, serta mewujudkan tatanan perekonomian nasional 4

5 dalam rangka mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur 2. Watak sosial koperasi Indonesia sebenarnya sejalan dengan koperasi di dunia karena prinsip dan tujuan koperasi mengacu pada prinsip koperasi dunia (Anonim, 1984; Watkins, 1986). Meskipun berwatak sosial, koperasi masih relevan dengan perubahan tatanan dunia dan globalisasi (Book, 1994; Baswir, 2010). Dengan inspirasi terbentuknya koperasi dari konsumen dan produsen, Rochdale di Inggris dan Raifaissen di Jerman, pengelompokan koperasi cenderung mengikuti pola tersebut. Majalah INFOKOP nomor 11 tahun 1992 telah memaparkan nilai dan prinsip dasar koperasi yang tidak bertentangan dengan globalisasi 3. Lars Marcus (1992), Presiden ICA waktu itu, memaparkan dalam INFOKOP tersebut, nilai dasar koperasi, perumusan nilai dasar pada koperasi konsumen Jepang, dan kecenderungan koperasi secara global. Ukuran output performa koperasi, sebagai lembaga ekonomi rakyat, adalah penjualan atau volume usaha. Itu sebabnya, ICA memaparkan koperasi raksasa dunia dalam realitas global dewasa ini dilihat dari volume usaha. Misalnya, koperasi terbesar dunia adalah koperasi pertanian Zeh Noh di Jepang yang volume usahanya mencapai Rp.634 triliun, koperasi Mondragon di Spanyol pada peringkat 10 yang berbentuk korporasi koperasi yang multinasional. Di Indonesia, Kospin Jasa di Pekalongan dengan volume usaha Rp.1.5 triliun (Rahardjo, 2010), dan Kopdit Sanggau di Kalimantan Barat, dengan volume usaha Rp miliar pada tahun III. METODE 3.1 Ruang Lingkup Analisis ini merupakan suatu bentuk desk research dalam lingkup ilmu ekonomi, sosial, dan ilmu-ilmu koperasi. Pendekatan analisis adalah statistika parametrika, khususnya statistics for decision making. Sumber data adalah sekunder, yakni koperasi yang telah memperoleh status berkualitas oleh Kementerian KUKM tahun Data tersebut 2 UU nomor 25 tahun 1992 bab 1, pasal 1 angka 1 dan bab 2 pasal 3, dan bab 3 pasal 5. Prinsip koperasi Indonesia adalah keanggotaan bersifat sukarela, pengelolaan yang demokratis, pembagian sisa hasil usaha yang adil, balas jasa terbatas atas modal, dan kemandirian 3 INFOKOP nomor 11 tahun IX Mei 1992 dengan topic Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip Dasar Koperasi Menghadapi Tantangan Globalisasi. Media Pengkajian Perkoperasian, Badan Litbangkop & PPK, Departemen Kop&PPK, Jakarta. 5

6 JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1-23 dipublikasikan oleh Kementerian KUKM tahun 2010 dimana sebanyak 75 koperasi status berkualitas pada tahun Variabel respon yang diuji adalah nilai volume usaha masing-masing koperasi berprestasi. Volume usaha menjadi variabel performa output koperasi yang sangat penting karena volume usaha menunjukkan bagaimana transaksi koperasi terjadi terhadap anggota (Lampiran 1). 3.2 Model Analisis Metode analisis untuk mengambil keputusan ini adalah Analysis of Variance (ANOVA). ANOVA adalah suatu uji hipotesis untuk mengetahui apakah ada keragaman antar populasi. Terdapat tiga asumsi yang mendasari model ANOVA. Pertama, untuk setiap populasi, variabel responnya adalah terdistribusi normal. Kedua, keragaman dari variabel respon, dicatat sebagai δ2, adalah sama untuk semua populasi. Ketiga, semua observasi harus independen. Bila rata-rata populasi adalah sama maka rata-rata sampel sangat dekat satu. Bentuk umum dari uji hipotesis keragaman (ANOVA) untuk analisis keragaman dari sebanyak k populasi adalah (Anderson, et al, 2004; Keller, 2005) Ho: μ1 = μ2 = μ3 =.= μk Ha: Semua rata-rata adalah tak sama dimana μ = rata-rata dari populasi ke j Bila sampel acak dengan ukuran nj terpilih dari setiap k populasi atau perlakuan maka data contoh adalah xij = nilai obserasi I untuk perlakuan j nj = jumlah observasi untuk perlakuan j x-j = rata-rata sampel untuk perlakuan j sj2 = keragaman untuk perlakuan j sj = standard deviasi sampel untuk perlakuan j 6

7 Rumus untuk rata-rata (xj) dan varian (sj2) sampel untuk perlakuan j adalah (1) (2) Rata-rata seluruh sampel, x= atau x^, adalah penjumlahan semua observasi dibagi jumlah total observasi, yaitu (3) dimana nt = n1 + n2 + n3+..+ nk Untuk mengetahui keragaman antar populasi atau disebut sebagai ratarata kuadrat terkait perlakuan atau the mean square due to treatments (MSTR) adalah dengan rumus (4) Pembilang dari persamaan (4) atau nj(xj x-)2 adalah jumlah kuadrat terkait pada perlakuan atau sum of squares due to treatments (SSTR). Sedangkan denominator (penyebut), k - 1, adalah derajat bebas terkait pada SSTR. Jika hipotesis nol benar, MSTR merupakan estimasi tak bias dari δ2. Untuk mengetahui keragaman dalam perlakuan atau disebut mean square due to error (MSE) adalah dengan rumus Pembilang pada persamaan (5) atau (nj - 1)sj2 disebut sebagai sum squares due to error (SSE) sedangkan penyebutnya (nt k) adalah derajat bebas terkait pada SSE. (5) 7

8 JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : Uji Hipotesis Berdasarkan hasil penilaian kualitas 75 koperasi terdapat 5 (lima) klaster (k populasi) atau jenis koperasi, yakni KSP, KK, KP, KM, dan KJ. Oleh karena itu uji kesamaan dari rata-rata (μk) k populasi adalah: Ho: μksp = μkk = μkp = μkm = μkj Ha: Rata-rata semua koperasi adalah tak sama (6) Uji statistik berdasarkan analysis of variance disebut sebagai uji-f adalah: (7) Aturan penolakan atau penerimaan hipotesis Ho adalah dengan membandingkan F-hitung (Fh) dan F-tabel (Ft) berdasarkan α = 5% atau kriteria p-value pada derajat bebas (degree of freedom), k 1 untuk MSTR dan nt k untuk MSE. Nilai Ft (α=5%, k-1=4, nt-k=70) adalah Jika Fh > Ft maka tolak Ho atau terima Ha, dengan kata lain ada bukti keragaman populasi. Sebaliknya, bila Fh < Ft, terima Ho atau tolak Ha, dimana ada bukti nyata bahwa keragaman antar populasi adalah sama. Atau, bila dengan kriteria p-value, tolak Ho jika p-value < α, sebaliknya jika p-value > α. Model analisis ini sangat sering digunakan oleh kalangan pebisnis dan juga pengambil keputusan. Beberapa kasus yang dapat ditunjukkan adalah mengukur sejauhmana pekerja perusahaan tahu tentang total quality management, waktu kerja mesin produksi dari berbagai pabrik, efek diseminasi informasi untuk manajer, dan investigasi persepsi nilai etik korporasi antar spesialis. Juga analisis keragaman atas price earning ratio (PER) dari 1000 perusahaan yang diperingkat (ranking) oleh the Business Week Global. Salah satu yang menarik adalah suatu studi yang telah dimuat di Journal of Small Business Management tentang job stress (Anderson et al, 2004). Demikian juga menguji perbedaan penjualan pada pemasaran yang berbeda, menguji apakah perbedaaan gelar pendidikan juga menunjukkan perbedaan gaji, dan menguji perbedaan merek dagang (Keller, 2005) 8

9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaan Umum Koperasi Berkualitas Keragaan umum koperasi yang telah memperoleh predikat berkualitas pada tahun 2009 terlihat pada Lampiran 1. Indikator output performance yang umum mencirikan koperasi adalah jumlah anggota (JA), jumlah tenaga kerja (JTK), modal sendiri (MS), modal luar (ML), volume usaha (VU), dan SHU (sisa hasil usaha). Dengan keragaman antar jenis, volume usaha per anggota adalah tepat ditampilkan untuk melihat perbedaan relatifitas. Pada Tabel 1 terlihat hasil proses statistika atas data Lampiran 1. Dengan jumlah sampel 75 koperasi, secara umum terlihat, nilai rata-rata dari JA adalah 2389 orang, JTK sebanyak 45 orang, MS sebesar Rp.5.22 miliar, ML sebesar Rp miliar, VU sebesar Rp miliar, dan SHU sebesar Rp.0.69 miliar. Sedangkan rata-rata volume usaha per anggota adalah Rp miliar atau Rp juta. Pada Lampiran 2 terlihat, nilai rata-rata volume usaha koperasi berprestasi tahun 2009 adalah Rp miliar dimana hanya 15 koperasi berprestasi yang volume usahanya di atas rata-rata, selebihnya adalah di bawah rata-rata (pada grafik KSP-1 dan KP-1 tidak terlihat karena outlier, volume usahanya sangat besar dibanding yang lain). Secara umum terlihat bahwa keragaman koperasi berkualitas tahun 2009, dimana jumlah anggota antara 67 orang dan orang, tenagakerja antara 1 orang dan 651 orang, modal sendiri antara Rp.0.07 miliar dan Rp miliar, modal luar antara Rp.0.13 miliar dan Rp miliar, volume usaha antara Rp.0.16 miliar dan Rp miliar, dan SHU antara Rp.0.01 miliar dan Rp.8.24 milar. Sedangkan nilai volume usaha per anggota adalah antara Rp.80.0 juta dan Rp juta. Gambaran usaha koperasi berprestasi terlihat pada Lampiran 2-7. Posisi secara keseluruhan terlihat pada Lampiran 2. Sedangkan pada Lampiran 3-7 terlihat perbedaan posisi dalam kelompok koperasi berprestasi. Posisi koperasi berdasarkan usaha di atas rata-rata adalah sebanyak 5 KSP (>Rp.13.8 miliar), 9 KK (>Rp miliar), 3 KP (>Rp miliar), 3 KM (>Rp.21.0 miliar), dan 4 KJ (Rp miliar). Dari uraian ini terlihatlah secara umum keragaman yang sangat tinggi dari koperasi yang memperoleh predikat berprestasi pada tahun

10 JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1-23 Tabel 1. Proses Statistika Performa Output Koperasi Berkualitas, Tahun 2009 Uraian JA JTK MS ML VU SHU VU/Ang Rp Rp Rp Rp Rp Orang Orang miliar miliar miliar miliar miliar Jumlah Sampel (n) Means (Rataan) 2388,69 44,51 5,22 13,47 27,51 0,69 0,0254 Standard of Deviation 9325,97 95,11 16,20 54,70 80,76 1,28 0,0552 Nilai Maksimum 80858,00 651,00 139,25 470,83 687,48 8,24 0,4484 Nilai Minimum 67,00 1,00 0,07 0,13 0,16 0,01 0,0008 Coefficient of Confidence (CoC) 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,9500 Level of significance (LoS) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,0500 z-value two-tail 1,96 1,96 1,96 1,96 1,96 1,96 1,96 Standard of Error 1076,87 10,98 1,87 6,32 9,32 0,15 0,0064 Margin of Error (MoE) 2110,63 21,53 3,67 12,38 18,28 0,29 0,0125 UCL 4499,32 66,03 8,88 25,85 45,79 0,98 0,0379 LCL 278,07 22,98 1,55 1,10 9,24 0,40 0,0129 JA = jumlah anggota JTK = jumlah tenaga kerja ML = modal luar MS = modal sendiri VU = volume usaha SHU = sisa hasil usaha UCL = upper control limit LCL = lower control limit; Satuan rupiah tak berlaku untuk n, CoC, LoS, z-value Berdasarkan performa koperasi berkualitas tahun 2009, proses statistika lebih lanjut dapat menunjukkan karakteristiknya. Dengan α sebesar 5% atau selang kepercayaan 95% dan nilai Z sebesar 1.96 (two tail), diketahui margin of error (MoE) dari masing-masing variabel performa output koperasi berprestasi. MoE adalah ukuran sebaran yang dapat memberikan batas atas dan batas bawah yang menunjukkan selang performa dalam kontrol. Dalam terminologi pengawasan, di luar batas atas dan batas bawah dinyatakan sebagai di luar kontrol. MoE menentukan UCL dan LCL variabel performa output koperasi berprestasi. Untuk anggota, UCL-nya adalah 4499 orang dan LCLnya 278 orang. Artinya, kita dipercaya 95% bahwa anggota koperasi berprestasi dengan rata-rata 2389 orang ada di antara 278 orang dan 4499 orang. Demikian juga dengan variabel volume usaha, dimana UCL-nya Rp miliar dan LCL-nya Rp.9.24 miliar. Artinya, kita percaya nilai volume usaha koperasi rata-rata Rp miliar per koperasi ada di antara nilai Rp.9.24 miliar dan Rp miliar. Untuk 10

11 variabel performa output lainnya, berlaku hal yang sama. Khusus variabel volume usaha per anggota dengan rata-rata sebesar Rp.25.4 juta, UCL-nya sebesar Rp.37.9 juta dan LCL-nya Rp.12.9 juta. Selang ini menunjukkan peran koperasi dalam menggalang ekonomi anggota masih rendah dimana kita percaya 95% transaksi terendah Rp.12.9 juta atau hanya mencapai Rp.1.08 juta per bulan tiap anggota atau hanya Rp ribu per hari setiap anggota Uji Keragaman Dari Lampiran 1 dapat dikelompokkan sampel koperasi berdasarkan jenis (klaster) koperasi berprestasi tahun Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, variabel performa output terpilih adalah volume usaha. Pada Tabel 2 terlihat jumlah sampel terbanyak adalah KK atau koperasi konsumen. Jumlah sampel KSP adalah 15, KK sebanyak 30, KP sebanyak 10, KM sebanyak 10, dan KJ sebanyak 10. Sebagai data sekunder, sebaran ini adalah given dalam analisis ini. Alasan mengapa distribusi terjadi seperti tersebut di atas, tidak menjadi obyek pembahasan dalam analisis ini. Nilai rata-rata volume usaha klaster KSP adalah yang tertinggi, yakni Rp miliar, lalu berurutan adalah KP sebesar Rp miliar, KJ sebesar Rp miliar, KM sebesar Rp miliar, dan KK sebesar Rp miliar. Nilai volume usaha maksimum adalah pada KSP, sebesar Rp miliar, disusul oleh KP sebesar Rp miliar, KM sebesar Rp miliar, KJ sebesar Rp miliar, dan KK sebesar Rp miliar. Volume usaha terendah adalah pada KSP sebesar Rp.0.16 miliar, lalu KK sebesar Rp.0.77 miliar, KP sebesar Rp.0.88 miliar, KM sebesar Rp.1.25 miliar, dan KJ sebesar Rp.3.34 miliar. Terlihat, volume usaha yang sangat beragam adalah pada KSP, antara Rp.0.16 sampai Rp miliar. Hal ini karena ada satu sampel yang menonjol sendiri (outlier), yakni sampel SP-1 dengan volume usaha mencapai Rp miliar. Koperasi ini adalah Koperasi Kredit (Kopdit) yang sebelumnya merupakan lembaga keuangan Credit Union (CU) di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Dengan jumlah anggota mencapai orang, volume usaha mencapai Rp.3.82 miliar per anggota. Koperasi sampel ini mempunyai asset sebesar Rp miliar dimana sebesar 22.83% dari asset itu bersumber dari modal sendiri. Sebagai lembaga keuangan, koperasi sampel ini termasuk berhasil. 11

12 JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1-23 Dengan posisi nilai usaha tertinggi, volume usaha per anggota Kopdit di Sanggau tersebut adalah sebesar Rp.8.50 juta setahun atau Rp ribu sebulan setiap anggota atau Rp ribu per hari setiap anggota. Volume usaha kedua tertinggi, sebesar Rp miliar, adalah pada kelompok KP, yaitu di Pasuruan. Koperasi ini mempunyai anggota sebanyak 4116 orang dan tenaga kerja sebanyak 107 orang, nilai transaksi koperasi dengan anggota adalah Rp.26.8 juta setahun atau Rp.2.23 juta per hari per anggota atau Rp ribu per hari setiap anggota. Selanjutnya adalah pada koperasi pemasaran di Mojokerto dengan volume usaha Rp miliar dan anggota hanya 177 orang. Nilai ini sama dengan transaksi koperasi dengan setiap anggota sebesar Rp juta atau sebesar Rp juta per bulan setiap anggota atau Rp.1.25 juta sehari setiap anggota. Volume usaha keempat tertinggi adalah pada koperasi jasa, yakni Rp miliar, yakni pada KJ di Surabaya. Dengan anggota sebanyak 449 orang dan tenaga kerja 21 orang, transaksi untuk setiap anggota adalah Rp juta atau Rp juta per bulan setiap anggota atau Rp ribu sehari per anggota. Volume usaha tertinggi kelima adalah pada koperasi konsumen dengan volume usaha sebesar Rp miliar, yakni KK di Kutai Timur. Dengan jumlah anggota sebanyak orang dan tenaga kerja 651 orang, transaksi dengan setiap anggota setahun adalah Rp.17.8 juta atau sebulan Rp.1.48 juta setiap anggota atau Rp ribu sehari setiap anggota. Volume usaha terendah juga terdapat pada populasi KSP, yakni Rp.0.16 miliar. Ini adalah koperasi yang berprestasi berasal dari Banda Aceh, Propinsi NAD. Koperasi ini hanya mempunyai anggota sebanyak 67 orang dengan tenaga kerjanya hanya satu orang. Koperasi ini hanya mampu menghimpun modal sebesar Rp.0.96 miliar. Sehingga transaksi koperasi dengan anggota hanya Rp.2.4 juta per anggota setahun atau hanya sebesar Rp ribu per bulan setiap anggota. Dari sisi prinsip koperasi, yakni dari, oleh, dan untuk anggota, berdasarkan transaksi koperasi, performa koperasi berkualitas tersebut kurang baik, kecuali Kopdit di Sanggau. Artinya, nilai transaksi ekonomi koperasi dan anggotanya sangat rendah. 12

13 Tabel 2. Output Performa Koperasi Berprestasi Tahun 200 Berdasarkan Jenis Koperasi VU = volume usaha (Rp miliar) 13

14 JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1-23 Berdasarkan analisis keragaman pada persamaan (1) (7) diperoleh beberapa hasil ringkasan ANOVA single factor pada Tabel 3 dan Tabel 4. Pada Tabel 3 terlihat analisis keragaman koperasi berprestasi berdasarkan kelompok KSP, KK, KP, KM, dan KJ. Jumlah total observasi adalah sebanyak 75 dan jumlah kelompok (k) sebanyak 5. Nilai total volume usaha KSP berprestasi adalah Rp.880,68 miliar (tertinggi), disusul oleh KK sebesar Rp miliar, KP sebesar Rp miliar, KJ sebesar Rp miliar, dan terrendah KM sebesar Rp.210,59 miliar. Dengan menggunakan persamaan (1), ditemukan nilai rata-rata masing-masing kelompok sampel, KSP adalah Rp miliar, KK sebesar Rp miliar dan seterusnya (sama dengan Tabel 2). Dengan menggunakan persamaan (3), nilai rata-rata dari seluruh kelompok adalah Rp miliar. Nilai variance diperoleh dari operasi persamaan (2), misalkan untuk KSP adalah SKSP2 = ( )2 + ( )2 +.+ ( )2/(5-1) = ( )/4 = miliar Tabel 3. Analysis of Variance Koperasi Berprestasi Single Factor Dengan cara yang sama, keragaman KK, KP, KM, dan KJ adalah masingmasing Rp miliar, Rp.1453,28, Rp , dan Rp

15 Berdasarkan persamaan (4), dapat diketahui MSTR setelah terlebih dahulu dihitung SSTR, yakni SSTR = 15( )2 + 30( )2 + 10( )2 + 10( )2 + ( )2 = = miliar MSTR = /(5-1) = miliar Berdasarkan persamaan (5), dapat diketahui MSE dengan terlebih dahulu dihitung SSE, yakni SSE = (15-1) (30-1) (10-1) (10-1) (10-1) = = miliar MSE = /(75-5) = miliar Dengan didapatkannya nilai MSTR dan MSE, ringkasan ANOVA terlihat pada Tabel 4. Sumber variasi adalah variasi antar kelompok atau perlakuan) dan variasi dalam kelompok. Total variasi adalah penjumlahan variasi antar kelompok (SSTR) dan variasi dalam kelompok (SSE). Derajat bebas (df) antar kelompok adalah 4 (=5 kelompok kurang 1) dan dalam kelompok 70 (= 75 oberbasi kurang 5 kelompok). Dari sini dapatlah dinyatakan bahwa analisis keragaman merupakan proses partitioning jumlah total kuadrat dan derajat bebas atas variasi yang bersumber dari antar kelompok dan dalam kelompok. Kuadrat rata-rata antar kelompok (MSTR) adalah sebesar Rp miliar dan Kuadrat rata-rata dalam kelompok (MSE) adalah sebesar Rp miliar. 15

16 JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1-23 Tabel 4. Analysis of Variance Koperasi Berprestasi Antar dan Dalam Kelompok, Tahun 2009 Dengan angka-angka hasil analisis keragaman pada Tabel 4 maka uji F dapat dilakukan atas keragaman koperasi berprestasi tahun Nilai F hitung (Fh) adalah: Fh = / = Nilai Fh sebesar adalah lebih kecil daripada Ft, sebesar 2.53 pada α = 5% dan derajat bebas nominator 4 dan denominator Dengan menggunakan kriteria p-value, ternyata p-value (0.7659;4;70) adalah sebesar 0.55 atau 55% yang lebih besar daripada α = 5%. Artinya, keputusan adalah terima Ho yang menyatakan nilai rata-rata adalah sama. Atau, pada selang kepercayaan 95% terdapat bukti bahwa klaster koperasi yang terdiri dari koperasi simpan pinjam, koperasi produksi, koperasi konsumsi, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa tidak berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu, pembinaan dan pengawasan pembangunan koperasi tidak membutuhkan perbedaan perlakuan antar koperasi tersebut. Ini berbeda dengan output performa masing-masing kelompok koperasi berprestasi dimana dari beberapa variabel yang menunjukkan performa koperasi. Sayangnya, studi ini tidak mengungkapkan mengapa hal itu bisa terjadi. 4 Pada tabel F distribution, derajat bebas denominator sebesar 70 tidak tersedia. Oleh karena itu, digunakan df denominator sebesar 60 yang tidak berbeda dengan df sebesar

17 V. PENUTUP Penilaian koperasi berdasarkan prestasi adalah upaya pemerintah untuk mengetahui performa koperasi dan merupakan suatu perangsang kemajuan koperasi Indonesia. Dari hasil analisis keragaman, secara umum terungkap keragaan koperasi berdasarkan volume usaha berbeda antar koperasi simpan pinjam, koperasi produksi, koperasi konsumsi, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Namun, secara spesifik, berdasarkan uji keragaman, terbukti tidak ada perbedaaan antar kelompok koperasi tersebut. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa perbedaan populasi koperasi tersebut tidak menyebabkan adanya keragaman antar koperasi. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan pembangunan koperasi, khususnya untuk koperasi berprestasi, kebijakan dan perlakuan pemerintah bisa saja seragam, meskipun jenis koperasi beragam. Misalnya menyangkut kebijakan pengembangan bisnis, khususnya volume usaha, dan pelatihan manajemen dan kewirausahaan, serta sertifikasi bisnis dan manajemen koperasi. DAFTAR PUSTAKA Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams Essentials of Modern Business Statistics With Microsoft Excel, 2e. Thomson South- Western. Anonim Memperkokoh Pilar-pilar Kemandirian Koperasi. Ontologi Esei. Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Koperasi. Jakarta, 12 Juli Koperasi Terbaik Seluruh Indonesia. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, RI, Jakarta a. Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi Tahun Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, RI, Jakarta b. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah Republik Indonesia Nomor 03/Per/14-KUKM/I/2007. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, RI, Jakarta Profil Koperasi Berprestasi Tahun Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Jakarta Baswir, Revrisond Revitalisasi Koperasi Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas (ACFTA, ANZFTA). Worksop Nasional dan Ekspose Hasil Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Kelembagaan Koperasi Sehat, Koperasi Kuat, Rakyat Sejahtera. Dosen FEB UGM dan Anggota Majelis Pakar Dekopin. Jakarta, Juli. 17

18 JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 1-23 Book, Sven Ake Nilai-Nilai Koperasi Dalam Era Globalisasi. Laporan Kepada Kongres ICA di Tokyo, Oktober Koperasi Jasa Audit. Penerjemah Djabarudin Djohan. Jakarta, April. Keller, Gerald. Statistics for Management and Economics. Seven Edition. Thomson Brooks/Cole. Marcus, Lars Nilai-nilai Dasar dan Kecenderungan Global Kooperatif. Majalah INFOKOP, Media Pengkajian Perkoperasian, nomor 11 tahun IX, Mei. Badan Litbangkop & PPK, Depkop & PPK, Jakarta. Mubyarto Ekonomi Rakyat Menghadapi Globalisasi. Dalam bukunya Reformasi Sistem Ekonomi. Dari Kapitalisme Menuju Ekonomi Kerakyatan. Penerbit Aditya Media. Rahardjo, Dawam Ekonomi Politik Perkoperasian Indonesia. Prosiding seminar Ekonomi Politik Perkoperasian Indonesia. Ibnu Soedjono Center dan GKBI, Jakarta, 8 & 12 Juli. Situmorang, Johnny W Doktrin/Ajaran Koperasi Indonesia. Forum Dialog Nasional Koperasi Dalam Paradigma Reformasi Menuju Indonesia Baru. Aliansi Koperasi Indonesia (ALKINDO), Hotel Indonesia. Jakarta, 4 5 September

19 Lampiran 1. Sampel dan Variabel Performa Koperasi Berprestasi Tahun 2009 No Kode Kab/Kota JAng JTK MS ML Volush SHU Volush/Ang (orang) (0rang) (Rp m) (Rp m) (Rp m) (Rp m) (Rp juta/orang) 1 SP-1 Kab. Sanggau ,25 470,83 687,48 5, SP-2 Kab. Ngada ,43 49,01 43,98 3, SP-3 Kota Bandar Lampung ,87 43,44 45,19 1, SP-4 Kab. Bandung ,75 7,25 8,14 0, SP-5 Kodya Jakarta Barat ,76 23,6 18,92 0, SP-6 Kab. OKI ,87 4,77 11,27 0, SP-7 Kab. Bintan ,26 0,9 16,75 1, SP-8 Kota Baru ,31 3,06 5,98 0, SP-9 Kab. Sidoarjo ,37 3,03 15,39 0, SP-10 Kab. Pandeglang ,33 3 6,33 0, SP-11 Kab. Lombok Timur ,31 2,17 5,68 0, SP-12 Kab. Boyolali ,45 8,65 12,48 0, SP-13 Kota Samarinda ,35 0,44 0,62 0, SP-14 Kab. Klungkung ,49 1,33 2,31 0, SP-15 Kota Banda Aceh ,49 0,47 0,16 0, KK-1 Kab. Kutai Timur ,79 65,14 8, KK-2 Kota Padang ,23 43,71 57,18 3, KK-3 Kota Batam ,49 4,9 4,53 0, KK-4 Kota Bandar Lampung ,88 31,36 52,1 3, KK-5 Kab. Situbondo ,79 28,99 62,55 1, KK-6 Bangka Barat ,74 2,53 16,02 0, KK-7 Kab. Sleman ,49 3,36 20,48 0, KK-8 Kota Medan ,14 20,64 27,4 0, KK-9 Kab. Sleman ,44 0,57 3,96 0, KK-10 Kab. Tanjab Barat ,42 1,73 11,2 0, KK-11 Kab. Flores ,93 1,99 6,46 0, KK-12 Kab. Ende ,7 1,3 2,07 0, KK-13 Kab. Tangerang ,32 0,35 0,77 0, KK-14 Kab. Jembrana ,38 2,6 5,18 0, KK-15 Kodya Jakarta Timur ,92 3,28 10,23 0, KK-16 Kepahiang ,63 0,14 1,96 0, KK-17 Kab. Muna ,89 0,59 2,6 0, KK-18 Kota Bukittinggi ,14 0,69 6,17 0, KK-19 Kab. Jayapura ,58 0,28 1,51 0, KK-20 Kab. Simalungun ,44 6,57 11,87 0, KK-21 Kab. Subang ,79 2,01 15,92 0,

20 JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : KK-22 Kab. 50 Koto ,51 4,97 1,09 0, KK-23 Kab. Gorontalo ,78 2,73 17,08 0, KK-24 Kab. Pekalongan ,32 1,08 4,7 0, KK-25 Kota Samarinda ,92 0,17 2,17 0, KK-26 Kab. Tasikmalaya ,05 2,57 13,14 0, KK-27 Kab. Kubu Raya ,06 0,44 4,71 0, KK-28 Kota Sibolga ,6 0,33 1,32 0, KK-29 Kab. Kep. Sangihe ,19 1,14 9,65 0, KK-30 Kab. Hulu Sungai Selatan ,64 1,05 5,26 0, KP-1 Kab. Pasuruan ,93 22,97 110,26 0, KP-2 Kabupaten Indragiri Hulu ,4 1,93 5,37 0, KP-3 Kab. Semarang ,31 2,63 4,98 0, KP-4 Kab. Cirebon ,46 2,59 6,34 0, KP-5 Kab. Lamongan , ,67 0, KP-6 Kab. Musi Banyuasin ,67 10,22 80,64 0, KP-7 Kab. Lombok Timur ,9 2,7 8,65 0, KP-8 Kab. Malang ,44 1,07 21,98 0, KP-9 Kab. Tanjab Barat ,26 0,42 2,1 0, KP-10 Kab. Siak ,26 0,24 0,88 0, KM-1 Kodya Jakarta Pusat ,61 5,77 22,13 0, KM-2 Kab. Aceh Tengah ,62 26,06 75,45 0, KM-3 Kab. Ogan Komering Ulu ,53 7,21 4,39 0, KM-4 Kab. Merangin ,12 1,71 4,68 0, KM-5 Kab. Rohul ,55 0,91 2,76 0, KM-6 Kab. Merangin ,82 1,61 5,47 0, KM-7 Kab. Malang ,51 0,28 11,58 0, KM-8 Kota Baru ,38 0,13 3,51 0, KM-9 Kab. Mojokerto ,35 9,77 79,37 0, KM-10 Kab. Majalengka ,07 0,27 1,25 0, KJ-1 Kodya Jakarta Pusat ,53 31,9 30,56 0, KJ-2 Kab. Kotawaringin Barat ,84 0,59 9,05 1, KJ-3 Kota Balikpapan ,09 1,01 12,08 2, KJ-4 Kab. Jombang ,77 12,61 52,32 0, KJ-5 Kota Malang ,44 7,48 32,79 0, KJ-6 Kota Pekalongan ,59 5,05 11,42 0, KJ-7 Kab. Lombok Timur ,5 2,22 3,34 0, KJ-8 Kota Surabaya ,49 15,4 72,29 0, KJ-9 Kota Padang ,14 0,71 14,42 0, KJ-10 Kota Samarinda ,29 0,34 5,69 0, Sumber: Kementerian KUKM (2010) 20

21 21

22 JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 :

23 23

J U R N A L PENGKAJIAN KOPERASI DAN UKM

J U R N A L PENGKAJIAN KOPERASI DAN UKM ISSN : 1978-2896 J U R N A L PENGKAJIAN KOPERASI DAN UKM VOLUME 6 SEPTEMBER 2011 Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM adalah wadah informasi hasil penelitian maupun tinjauan hasil penelitian yang berkaitan

Lebih terperinci

Analisis of Varians (Anova) dan Chi-Square. 1/26/2010 Pengujian Hipotesis 1

Analisis of Varians (Anova) dan Chi-Square. 1/26/2010 Pengujian Hipotesis 1 Analisis of Varians (Anova) dan Chi-Square /6/00 Pengujian Hipotesis Chi Square Digunakan untuk menguji apakah dua atau lebih proporsi sama. Pengujian beda proporsi hanya untuk populasi namun chi square

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA KABUPATEN/KOTA PENERIMA PENGALIHAN PENGELOLAAN PBB-P2 SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA KABUPATEN/KOTA PENERIMA PENGALIHAN PENGELOLAAN PBB-P2 SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN LAMPIRAN 55 LAMPIRAN 1 DATA KABUPATEN/KOTA PENERIMA PENGALIHAN PENGELOLAAN PBB-P2 SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN No. 1. Kota Surabaya Daerah 2011 2012 2. Kota Depok 3. Kab. Bogor 4. Kota Palembang 5. Kota Bandar

Lebih terperinci

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi.

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi. PERTEMUAN 9-10 PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi. Apa itu parameter? Parameter adalah ukuran-ukuran. Rata-rata penghasilan karyawan di kota binjai adalah

Lebih terperinci

NO. JUMLAH PENCA BERAT NO. JUMLAH PENCA BERAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA

NO. JUMLAH PENCA BERAT NO. JUMLAH PENCA BERAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/HUK/2010 TANGGAL : 26 APRIL 2010 TENTANG : PENETAPAN NAMA-NAMA PENYANDANG CACAT BERAT PENERIMA BANTUAN DANA JAMINAN SOSIAL TAHUN 2010 NO.

Lebih terperinci

ANALYSIS OF VARIANCE

ANALYSIS OF VARIANCE ANALYSIS OF VARIANCE Analisis Varians adalah alat statistika yang digunakan untuk menguji perbedaan mean lebih dari dua populasi. Analisis varians mengguakan distribusi F, yang mempunyai ciri-ciri: Merupakan

Lebih terperinci

Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA

Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA BELANJA MELALUI KPPN DAN BUN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 212 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 18 KEMENTERIAN PERTANIAN : 4 DITJEN HORTIKULTURA : LRBEB 1b : 9 Maret 215 : 1 1 IKHTISAR MENURUT SATKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini kehidupan berkoperasi telah menjadi kebutuhan masyarakat, sebab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini kehidupan berkoperasi telah menjadi kebutuhan masyarakat, sebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini kehidupan berkoperasi telah menjadi kebutuhan masyarakat, sebab bagi masyarakat Indonesia hidup berkoperasi berarti membangun perekonomiannya

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

KAWASAN PERKEBUNAN. di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014

KAWASAN PERKEBUNAN. di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014 KAWASAN PERKEBUNAN di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014 FOKUS KOMODITI 1. Tebu 2. Karet 3. Kakao 4. Kopi (Arabika dan Robusta) 5. Lada 6. Pala 7. Sagu KAWASAN TEBU

Lebih terperinci

Perbedaan Analisis Univariat dan Multivariat

Perbedaan Analisis Univariat dan Multivariat Perbedaan Analisis Univariat dan Multivariat Jika kita menganalisis data yang mempunyai lebih dari satu variabel, belum tentu analisis data tersebut dikategorikan analisis multivariat, bisa saja analisis

Lebih terperinci

LAPORAN STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN SATU ARAH (ANOVA) Dosen pengampu Dr. Sri Harini, M.Si. Oleh Nurul Anggraeni Hidayati NIM.

LAPORAN STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN SATU ARAH (ANOVA) Dosen pengampu Dr. Sri Harini, M.Si. Oleh Nurul Anggraeni Hidayati NIM. LAPORAN STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN SATU ARAH (ANOVA) Dosen pengampu Dr. Sri Harini, M.Si Oleh Nurul Anggraeni Hidayati NIM. 14610002 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Jenis penelitian ini adalah survey. Penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Bina Nusantara, warung internet, dan perkantoran. Pengambilan lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut. BAB II TINJAUAN TEORI 1.1. Landasan Teori 1.1.1. Pengertian Kinerja Menurut kamus umum Bahasa Indonesia kinerja diartikan sebagai berikut : a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan b. Kemampuan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DAYA SERAP TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN PERUSAHAAN PMA DAN PMDN DI JAWA TIMUR

PERBANDINGAN DAYA SERAP TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN PERUSAHAAN PMA DAN PMDN DI JAWA TIMUR EKUITAS ISSN 1411 0393 Akreditasi No.395/DIKTI/Kep/2000 PERBANDINGAN DAYA SERAP TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN PERUSAHAAN PMA DAN PMDN DI JAWA TIMUR Budiyanto *) ABSTRAK Kesempatan dan kemudahan kemudahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan objek 9 kabupaten/kota yang meliputi Kota Surabaya, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan objek 9 kabupaten/kota yang meliputi Kota Surabaya, Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian Lokasi yang dipilih pada penelitian ini yaitu provinsi Jawa timur dengan menggunakan objek 9 kabupaten/kota yang meliputi Kota Surabaya,

Lebih terperinci

To test the significant effect of two independent variables to one dependent variable, and to test the significant interaction of the two independent

To test the significant effect of two independent variables to one dependent variable, and to test the significant interaction of the two independent TWO-WAY ANOVA To test the significant effect of two independent variables to one dependent variable, and to test the significant interaction of the two independent variables to the dependent variable.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. corporate social responsibility. Size (ukuran) perusahaan, likuiditas, dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. corporate social responsibility. Size (ukuran) perusahaan, likuiditas, dan BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menjelaskan informasi karakteristik variabelvariabel dan data penelitian. Data yang digunakan pada tabel statistik deskriptif

Lebih terperinci

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMK KABUPATEN/KOTA

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMK KABUPATEN/KOTA NO PROVINSI DK KABUPATEN JUMLAH PESERTA JML PESERTA PROVINSI 1 A C E H 1 Kab. Aceh Besar 30 180 2 Kab. Aceh Jaya 30 3 Kab. Bireuen 30 4 Kab. Pidie 30 5 Kota Banda Aceh 30 6 6 Kota Lhokseumawe 30 2 BANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bernardin dan Russel (1993) upah merupakan salah satu bentuk kompensasi langsung, disamping sistem gaji dan pembayaran berdasarkan kinerja. Termasuk dalam kompensasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pedoman. Dana Insentif Daerah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pedoman. Dana Insentif Daerah. No.465, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pedoman. Dana Insentif Daerah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.07/2009 TENTANG ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang sudah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut hasil analisis deskriptif

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-12. Analysis of Varians (anova)_m. Jainuri, M.Pd

Pertemuan Ke-12. Analysis of Varians (anova)_m. Jainuri, M.Pd Pertemuan Ke-1 1 Pendahuluan Statistik parametrik yang digunakan untuk mencari perbedaan atau persamaan dua rata-rata adalah Uji-t, dan analysis of varians (anova/ anova) digunakan untuk mencari perbedaan

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI KOPERASI, GOTONG ROYONG DAN TOLONG MENOLONG Koperasi mengandung makna kerja sama, ada juga mengartikan menolong satu sama lain. Arti kerjasama bisa berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Bank Mega Syariah Bank Mega Syariah merupakan salah satu cabang dari perbankan konvensional yang didirikan pada tanggal 14 Juli 1990 melalui Keputusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Provinsi yang memiliki jumlah tenaga kerja yang tinggi.

BAB III METODE PENELITIAN. Provinsi yang memiliki jumlah tenaga kerja yang tinggi. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, Provinsi Jawa Timur terdiri dari

Lebih terperinci

UJI HIPOTESIS UNTUK PROPORSI

UJI HIPOTESIS UNTUK PROPORSI PENGUJIAN HIPOTESIS UJI HIPOTESIS UNTUK PROPORSI Uji Hipotesis untuk Proporsi Data statistik sampel: - = Proporsi kejadian sukses dalam sampel - p = Proporsi kejadian sukses dalam populasi - - Statistik

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA GARUDA KECAMATAN RANDUDONGKAL PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA GARUDA KECAMATAN RANDUDONGKAL PERIODE ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA GARUDA KECAMATAN RANDUDONGKAL PERIODE - Nur Fitria Habibah Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

PROSEDUR UMUM. Langkah 1 : tentukan hipotesis 0 (H 0 ) dan anti hipotesis (H 1 )

PROSEDUR UMUM. Langkah 1 : tentukan hipotesis 0 (H 0 ) dan anti hipotesis (H 1 ) PENGUJIAN HIPOTESIS PROSEDUR UMUM Langkah 1 : tentukan hipotesis 0 (H 0 ) dan anti hipotesis (H 1 ) misalnya: H 0 : µ = 100 H 1 : μ 100 atau H 1 : μ> 100 atau H 1 : μ< 100 PROSEDUR UMUM Langkah : tentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok usaha yang menjadi pilar ekonomi nasional. Pilar ekonomi yang dimaksudkan adalah Badan Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata-susunan ekonomi

Lebih terperinci

Regresi dengan Microsoft Office Excel

Regresi dengan Microsoft Office Excel Regresi dengan Microsoft Office Excel Author: Junaidi Junaidi 1. Pengantar Dalam statistik, regresi merupakan salah satu peralatan yang populer digunakan, baik pada ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu eksak.

Lebih terperinci

Analysis of Variance SUNU WIBIRAMA

Analysis of Variance SUNU WIBIRAMA Analysis of Variance SUNU WIBIRAMA Basic Probability and Statistics Department of Electrical Engineering and Information Technology Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada Latar belakang perlunya

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Penelitian ini menguji pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang baik

BAB 4 PEMBAHASAN. Penelitian ini menguji pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang baik BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini menguji pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang baik secara individual maupun secara bersama-sama terhadap likuiditas perusahaan.

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANKING SCHOOL KONTRAK PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANKING SCHOOL KONTRAK PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANKING SCHOOL KONTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah : Statistik II Program Studi : S 1 Akuntansi dan S 1 Manajemen Beban : 2 Sks Dosen : W. Rofianto, ST, MSi I. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk meneliti adanya pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Citra Merek Terhadap Kepuasan Pelanggan PT PLN (Persero) pada Perumahan Pondok Bahar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS BEDA TIGA RATA-RATA ATAU LEBIH. Statistik Industri II Teknik Industri Universitas Brawijaya

PENGUJIAN HIPOTESIS BEDA TIGA RATA-RATA ATAU LEBIH. Statistik Industri II Teknik Industri Universitas Brawijaya PENGUJIAN HIPOTESIS BEDA TIGA RATA-RATA ATAU LEBIH Statistik Industri II Teknik Industri Universitas Brawijaya Pengujian Hipotesis 3 rata-rata atau lebih Dengan teknik ANOVA (Analisis Varians) Pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. perbankan terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. perbankan terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Dijelaskan dalam UU Pokok perbankan nomor 7 tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya undang-undang RI nomor 10 tahun 1998

Lebih terperinci

STATISTIKA DESKRIPTIF

STATISTIKA DESKRIPTIF STATISTIKA DESKRIPTIF 1 Statistika deskriptif berkaitan dengan penerapan metode statistika untuk mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganalisis data kuantitatif secara deskriptif. Statistika inferensia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Analisis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai

Lebih terperinci

Ho merupakan hipotesa awal sedangkan merupakan hipotesis alternatif atau hipotesis kerja 2. Rumus One sample t-test

Ho merupakan hipotesa awal sedangkan merupakan hipotesis alternatif atau hipotesis kerja 2. Rumus One sample t-test UJI T-TEST (PENGANTAR STATISTIK LANJUT) A. Uji T-Test satu sampel (One sampel t- test). 1. Dasar teori. Pengujian rata-rata satu sampel dimaksudkan untuk menguji nilai tengah atau rata-rata populasi µ

Lebih terperinci

Uji Hipotesis dengan ANOVA (Analysis of Variance)

Uji Hipotesis dengan ANOVA (Analysis of Variance) Uji Hipotesis dengan ANOVA (Analysis of Variance) I. Pengertian Dalam sebuah penelitian, terkadang kita ingin membandingkan hasil perlakuan (treatment) pada sebuah populasi dengan populasi yang lain dengan

Lebih terperinci

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 NO 1 1 BNN Kab. Aceh Tamiang 2 2 BNN Kab. Pidie 3 3 BNN Kab. Aceh Utara 4 4 BNN Kab. Aceh Besar 5 Aceh 5 BNN Kab. Aceh Barat 6 6 BNN Kab. Subulussalam 7 7 BNN Kab.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA BELANJA MELALUI KPPN DAN BUN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 211 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 18 DEPARTEMEN PERTANIAN : 4 DITJEN HORTIKULTURA : LRBEB 1b : 9 Maret 215 : 1 SEMULA SETELAH 1 IKHTISAR

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN JASA SYARIAH

LEMBAGA KEUANGAN JASA SYARIAH LEMBAGA KEUANGAN JASA SYARIAH (Studi Tentang Pengakomodasian Norma-Norma Hukum dalam Pengaturan Kelembagaan Kospin Syariah di Karanganyar) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

PENGAJUAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016

PENGAJUAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016 PENGAJUAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016 NO 1 1 BNN Kab. Aceh Tamiang 2 2 BNN Kab. Pidie 3 3 BNN Kab. Aceh Besar 4 4 BNN Kab. Aceh Barat 5 Aceh 5 BNN Kab. Subulussalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif

BAB IV ANALISIS DATA. hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif 76 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data hasil penelitian dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif atau tidaknya Bimbingan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun 2010 sampai tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Rasio Kecukupan Modal. Tabel 4.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Rasio Kecukupan Modal. Tabel 4.1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor Capital (Permodalan) 1. Kecukupan Modal Bank a. Rasio Kecukupan Modal Tabel 4.1 Hasil Penilaian Peringkat Rasio KPMM Tahun 2013 Nama Bank KPMM(Modal/ATMR)

Lebih terperinci

LAMPIRAN XIX PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

LAMPIRAN XIX PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 1 Provinsi Sumatera Utara 39.666.323 2 Provinsi Sumatera Barat 41.853.286

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MINAT DAN DAYA TALAR ANTARA MAHASISWA JURUSAN UMUM DENGAN MAHASISWA BERBASIS AGAMA DALAM KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI

PERBANDINGAN MINAT DAN DAYA TALAR ANTARA MAHASISWA JURUSAN UMUM DENGAN MAHASISWA BERBASIS AGAMA DALAM KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 10 Oktober 2017 PERBANDINGAN MINAT DAN DAYA TALAR ANTARA MAHASISWA JURUSAN UMUM DENGAN MAHASISWA BERBASIS AGAMA

Lebih terperinci

Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA

Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA BELANJA MELALUI KPPN DAN BUN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 213 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 18 KEMENTERIAN PERTANIAN : 4 DITJEN HORTIKULTURA : LRBEB 1b : 9 Maret 215 : 1 1 IKHTISAR MENURUT SATKER

Lebih terperinci

Click to edit Master subtitle style

Click to edit Master subtitle style Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia LAPORAN BULANAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM PERIODE MEI 2017 Sekretariat Kementerian Koperasi dan UKM KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Modul ke: Statistika Psikologi 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Sampling, Sampling Distribution, Confidence Intervals, Effect Size, dan Statistical Power SAMPLING Teknik menentukan sampel dari

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN IV.1 Analisis Deskriptif IV.1.1 Gambaran Mengenai Return Saham Tabel IV.1 Descriptive Statistics N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Return Saham 45 2.09-0.40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengetahuan adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, akan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Koperasi adalah alat perjuangan ekonomi rakyat yang dibangun untuk menghadapi fenomena sistem perekonomian yang sedang berkembang dan cenderung tidak kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Bruto Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. beberapa guru PAI yang belum tersertifikasi dan guru PAI yang sudah. dan 15 item untuk penilaian kompetensi professional.

BAB IV HASIL PENELITIAN. beberapa guru PAI yang belum tersertifikasi dan guru PAI yang sudah. dan 15 item untuk penilaian kompetensi professional. 126 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Maret sampai dengan 12 Mei 2016 terhadap penilaian siswa yang diajar guru PAI yang belum tersertifikasi dan sudah

Lebih terperinci

ANOVA SATU ARAH Nucke Widowati Kusumo Projo, S.Si, M.Sc

ANOVA SATU ARAH Nucke Widowati Kusumo Projo, S.Si, M.Sc ANOVA SATU ARAH Nucke Widowati Kusumo Proo, S.Si, M.Sc It s about: Ui rata-rata untuk lebih dari dua populasi Ui perbandingan ganda (ui Duncan & Tukey) Output SPSS PENDAHULUAN Ui hipotesis yang sudah kita

Lebih terperinci

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik 1100 DISTA ACEH 1100 DISTA ACEH 1100 DISTA ACEH 1100 DISTA ACEH 1100 DISTA ACEH 1100 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 1100 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 1100 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 1105 ACEH BARAT 1105 ACEH BARAT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pada deskripsi variabel penelitian akan dijelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standard deviasi pada masing-masing variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi, dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). Dari ketiga kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi, dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). Dari ketiga kekuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur perekonomian Indonesia membagi kegiatan ekonomi menjadi tiga (3) kelompok badan usaha, yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Koperasi, dan Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

TRIWULAN IV (Oktober-Desember 2014)

TRIWULAN IV (Oktober-Desember 2014) Total 33 JAWA TENGAH 2 3375 KOTA PEKALONGAN 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100,00 Sangat Mendukung 14 RIAU 1 1471 KOTA PEKAN BARU 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 95,00 Sangat Mendukung 21 KEPULAUAN RIAU 1 2171 KOTA BATAM 2 1

Lebih terperinci

Nomor Propinsi/Kabupaten/Kota Jumlah T-15 T-17 T-19 Jumlah biaya

Nomor Propinsi/Kabupaten/Kota Jumlah T-15 T-17 T-19 Jumlah biaya Nomor Propinsi/Kabupaten/Kota Jumlah T-15 T-17 T-19 Jumlah biaya 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Nanggroe Aceh Drslm 30 17 11 2 Rp 4,971,210,858.00 1 Kab. Pidie 3 3 - - Rp 504,893,559.00 2 Kab. Aceh Utara 6 5 1 - Rp

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisi Regressi

Lampiran 1. Hasil Analisi Regressi LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Analisi Regressi BULAN KINERJA KREDIT UMKM (Rp juta) RATA2 SUKU BUNGA KREDIT (%) NPL (%) Jan-09 227.040 14,11 3,98 Feb-09 229.889 14,02 4,25 Mar-09 235.747 13,97 4,47 Apr-09

Lebih terperinci

BAB 7: UJI HIPOTESIS (1)

BAB 7: UJI HIPOTESIS (1) BAB 7: UJI HIPOTESIS (1) Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan kebenaran akan asumsi atas nilai parameter. Asumsi terhadap nilai parameter inilah yang kita sebut hipotesis. Untuk membuktikan benar/tidaknya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.32/MEN/2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN MINAPOLITAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.32/MEN/2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN MINAPOLITAN KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.32/MEN/2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN MINAPOLITAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mendukung

Lebih terperinci

Click to edit Master subtitle style

Click to edit Master subtitle style Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia LAPORAN BULANAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM PERIODE JUNI 2017 Sekretariat Kementerian Koperasi dan UKM KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi (α) dari masing-masing variabel.

minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi (α) dari masing-masing variabel. BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Industri perbankan merupakan salah satu industri yang berperan penting dalam perkembangan perekonomian. Berikut ini adalah profil 10 Bank terbesar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN DUA ARAH (TWO WAY ANOVA) Dosen Pengampu Dr. Sri Harini, M.Si

LAPORAN PRAKTIKUM STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN DUA ARAH (TWO WAY ANOVA) Dosen Pengampu Dr. Sri Harini, M.Si LAPORAN PRAKTIKUM STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN DUA ARAH (TWO WAY ANOVA) Dosen Pengampu Dr. Sri Harini, M.Si Oleh Nurul Anggraeni Hidayati NIM. 14610002 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes maupun pengukuran masih belum berarti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes maupun pengukuran masih belum berarti BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data 1. Deskripsi Statistik Data yang diperoleh dari hasil tes maupun pengukuran masih belum berarti karena masih merupakan skor-skor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

SARANA PRASARANA PENGOLAHAN YANG DIBANGUN DITJEN P2HP,

SARANA PRASARANA PENGOLAHAN YANG DIBANGUN DITJEN P2HP, SARANA PRASARANA PENGOLAHAN YANG DIBANGUN DITJEN P2HP, 2009-2014 Rumah Kemasan Bangsal Pengoalhan 4 Unit / 110 Ton 5 Unit / 50 Ton / 3 Ton Rumah Kemasan Bangsal Pengolahan 7 Unit / 320 Ton 9 Unit / 100

Lebih terperinci

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: HENDRA YUDHO PRAKOSO L2D 004 318 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SIMPANAN WAJIB ANGGOTA DAN PINJAMAN ANGGOTA TERHADAP SISA HASIL USAHA ANGGOTA

ANALISIS PENGARUH SIMPANAN WAJIB ANGGOTA DAN PINJAMAN ANGGOTA TERHADAP SISA HASIL USAHA ANGGOTA ANALISIS PENGARUH SIMPANAN WAJIB ANGGOTA DAN PINJAMAN ANGGOTA TERHADAP SISA HASIL USAHA ANGGOTA (Studi Kasus : Koperasi Perempuan Nuansa Mandiri Kota Semarang Tutup Buku Rapat Anggota Tahun 2016) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Unit Analisis Data 1. Data Hasil Penelitian Pada bagian ini akan dibahas mengenai proses pengolahan data untuk menguji hipotesis yang telah dibuat

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN PELANGGAN DAN KERAGAMAN PRODUK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN KONVEKSI FIFA SPORT KOTA KEDIRI

JURNAL PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN PELANGGAN DAN KERAGAMAN PRODUK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN KONVEKSI FIFA SPORT KOTA KEDIRI JURNAL PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN PELANGGAN DAN KERAGAMAN PRODUK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN KONVEKSI FIFA SPORT KOTA KEDIRI The Effect Of Service Quality, Customer Satisfaction And Diversity

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tujuan Operasional Penelitian Tujuan operasional penelitian ini yaitu: Untuk dapat memperoleh informasi berkualitas yang up-to-date, akurat, dan terpercaya. Kerahasiaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Badan Pusat Statistik dengan mengambil data Laporan Realisasi Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN Perhitungan yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi dan analisis grafik. Seluruh perhitungan dilakukan dengan menggunakan program Statistik SPSS. Berikut ini

Lebih terperinci

ANALISIS RANCANGAN BUJUR SANGKAR GRAECO LATIN

ANALISIS RANCANGAN BUJUR SANGKAR GRAECO LATIN ANALISIS RANCANGAN BUJUR SANGKAR GRAECO LATIN SKRIPSI Disusun Oleh: YUYUN NAIFULAR J2E009052 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013 ANALISIS RANCANGAN BUJUR

Lebih terperinci

Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun Jakarta 24 Januari 2018

Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun Jakarta 24 Januari 2018 Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 Jakarta 24 Januari 2018 Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 ASPEK KEMENTERIAN Evaluasi

Lebih terperinci

Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO ANALYSIS OF VARIANS (ANOVA)

Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO ANALYSIS OF VARIANS (ANOVA) ANALYSIS OF VARIANS (ANOVA) A. Memahami ANOVA Analysis of variance (ANOVA) atau Analisis Variansi (ANAVA) adalah tehnik statistik yang dikembangkan dan diperkenalkan pertama kali oleh Sir. R. A. Fisher.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics A. Statistik Deskriptif BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang sudah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut hasil analisis deskriptif

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

RINCIANALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2007, TAHUN ANGGARAN 2008, DAN TAHUN ANGGARAN 2009 YANG DIALOKASIKAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

FIKA RI UTAMI B / I

FIKA RI UTAMI B / I STUDI PERBANDINGAN PENGARUH PEMBIAYAAN TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA DAN PENDAPATAN NASABAH DI BMT BINA UMAT SEJAHTERA DAN KSP MITRA TANI MANDIRI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN ARTIKEL PUBLIKASI Disusun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Mohamed Aslam :integrasi ekonomi asean dan kawasan perdagangan bebas...

Mohamed Aslam :integrasi ekonomi asean dan kawasan perdagangan bebas... Mohamed Aslam :integrasi ekonomi asean dan kawasan perdagangan bebas... PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN, MOTIF BERPRESTASI, DAN KEMANDIRIAN PRIBADI TERHADAP DAYA SAING USAHA (Pengusaha Kuliner Skala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Analisis data yang dilakukan dalam bab ini pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian pertama merupakan analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan menerangkan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan atas data sekunder yaitu berupa komponen-komponen laporan keuangan yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perdagangan, Jasa Dan Investasi Di Daftar Efek Syariah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Persiapan Penelitian Dalam proses pelaksanaan penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilakukan diantaranya: a) Mempersiapkan alat dan bahan penelitian b) Mempersiapkan surat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Profil Responden 4.1.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 NO 1 1 BNN Kab. Aceh Tamiang 2 2 BNN Kab. Pidie 3 3 BNN Kab. Aceh Utara 4 4 BNN Kab. Aceh Besar 5 Aceh 5 BNN Kab. Aceh Barat 6 6 BNN Kab. Subulussalam 7 7 BNN Kab.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia dan Singapura. Hasil pemilihan sampel selama periode tahun diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia dan Singapura. Hasil pemilihan sampel selama periode tahun diperoleh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Singapura. Hasil pemilihan sampel

Lebih terperinci