SKRIPSI EKA NOVIANTI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI EKA NOVIANTI H"

Transkripsi

1 KELAYAKAN INVESTASI USAHA PENGGILINGAN PADI PADA KONDISI RISIKO (Studi Kasus di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat) SKRIPSI EKA NOVIANTI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN EKA NOVIANTI. Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko (Studi Kasus Di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI). Pesatnya perkembangan pertumbuhan produksi padi telah menciptakan pasar yang besar dan meluas bagi perkembangan dan pertumbuhan usaha jasa penggilingan padi. Hal tersebut didukung dengan industri mesin penggilingan padi yang semakin maju. Berdasarkan data Perhimpunan Penggilingan Padi (PERPADI) tahun 2009, jumlah penggilingan padi di Indonesia sekitar unit, sekitar 85 persen merupakan penggilingan padi kecil (PPK) dan sebagian besar sudah berumur tua buatan tahun an, sehingga rendemen dan kualitas berasnya rendah termasuk Standar Nasional Indonesia (SNI) Mutu 4 dan atau Mutu 5.Perkembangan produksi padi di Jawa Barat membawa perkembangan yang cukup baik pula bagi pengusahaan penggilingan padi, salah satunya di Kabupaten Karawang. Saat ini penggilingan padi di Kabupaten Karawang didominasi oleh penggilingan padi berskala kecil. Sinar Ginanjar merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang. Untuk meningkatkan rendemen beras di penggilingan padi Sinar ginanjar sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal, maka penggilingan padi Sinar Ginanjar harus melakukan penambahan konfigurasi mesin penggilingan yang digunakan. Namun, untuk menarik investor menanamkan modalnya di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, harus dilakukan studi kelayakan investasi, sehingga diketahui apakah layak atau tidak penggilingan padi Sinar Ginanjar dijalankan. Penentuan kelayakan tersebut dilakukan melalui analisa secara mendalam terhadap aspek-aspek yang terkait, seperti aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan lingkungan serta aspek finansial, aspek finansial yang dilakukan melalui analisis kriteria investasi. Layaknya sebuah usaha dalam bidang pertanian pada bidang pengolahan, usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar rentan terhadap risiko, baik itu risiko harga maupun risiko produksi dari output yang dihasilkan. Risiko tersebut dapat mempengaruhi kelayakan usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar. Untuk itu, perlu dilakukan perhitungan dan dimasukan kedalam perhitungan finansial, yakni dengan melakukan analisis skenario. Berdasarkan uraian hasil analisis aspek pasar, pada aspek ini Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan masih terbukanya peluang untuk memasarkan output penggilingan ke berbagai pasar selain kepada masyarakat sekitar. Peluang tersebut ada karena hasil kerjasama yang dilakukan oleh pihak Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dengan penanam modal. Hambatan dalam aspek pasar ini hanyalah ketersediaan bahan baku gabah yang tidak secara kontinu ada. Berdasarkan hasil analisis teknis, dapat dikatakan bahwa secara teknis usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dilaksanakan. Karena

3 Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sudah memenuhi syarat untuk menjadikan penggilingan padinya sesuai dengan pengelolaan yang benar. Walaupun masih menggunakan mesin penggilingan yang sudah tua dan terkadang tidak mengikuti syarat-syarat yang baik dan benar untuk menjaga kualitas beras, seperti menyimpan beras langsung diteras dan tidak adanya gudang penyimpanan secara terpisah. Tidak terdapat kendala yang dapat menghambat kegiatan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Pada aspek manajemen dan hukum Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Karena Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dalam melakukan manajemen perusahaannya cukup baik, walaupun tidak memiliki struktur organisasi yang baku layaknya sebuah perusahaan besar dan tidak mengelola tenaga kerja berdasarkan pekerjaannnya. Dari sisi hukum, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sudah memenuhi persyaratan sebagai sebuah perusahaan kecil yang diperkuat dengan Tanda Daftar Perusahaan, SIUP Kecil dan Izin Undang-Undang Gangguan (HO). Kedua aspek tersebut memperkuat Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sebagai sebuah perusaahan yang siap dilakukan tambahan oleh para investor. Berdasarkan hasil analisis aspek sosial dan lingkungan, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Hal tersebut dikarenakan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar mampu mengelola dengan baik limbah sekam dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan sekitarnya dengan adanya penggilingan padi disana. Pada aspek finansial, usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar menunjukan kelayakan, yakni dengan memperoleh nilai nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai sebesar Rp Hal tersebut menunjukan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang diperoleh penggilingan padi Sinar Ginanjar selama 15 tahun dengan tingkat diskonto 12 persen sebesar Rp Nilai IRR yang diperoleh sebesar 28 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari invesatasi yang ditanamkan pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sebesar 28 persen. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat diskonto yang ditentukan yaitu sebesar 12 persen (IRR (28 persen) > 12 persen). Sehingga berdasarkan kriteria penilaian investasi untuk IRR, usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar tanpa kondisi risiko layak untuk dilakukan investasi. Kriteria kelayakan investasi berikutnya yaitu Net B/C, berdasarkan perhitungan nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,83 menunjukan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan untuk usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar akan memberikan keuntungan sebesar 1,83 satuan. Berdasarkan kriteria penilaian investas apabila nilai Net B/C lebih dari 1 (Net B/C (1,83) > 1) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Waktu pengembalian untuk investasi yang dilakukan adalah 3 tahun, karena mengikuti asumsi dalam satu bulan hanya ada 8,8 bulan sehingga waktu pengembalian mencapai 4 tahun 0,9 bulan. Usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar pada aspek finansial dengan kondisi risiko juga menunjukan kelayakan. Pada risiko produksi, berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV yang diharapkan Usaha Penggilingan Padi mencapai Rp , dengan nilai standar deviasi mencapai dan koefisien variasi sebesar 1,50. Sedangkan pada risiko harga, nilai NPV yang diharapkan mencapai Rp , dengan standar deviasi sebesar dan menghasilkan nilai koefisien variasi sebesar 1,82. Berdasarkan nilai koefisien variasi, tingkat risiko paling besar adalah pada risiko harga.

4 Judul Proposal : Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko (Studi Kasus Di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat) Nama : Eka Novianti NIM : H Menyetujui, Pembimbing Tintin Sarianti, SP, MM NIP Mengetahui: Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

5 KELAYAKAN INVESTASI USAHA PENGGILINGAN PADI PADA KONDISI RISIKO (Studi Kasus di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat) EKA NOVIANTI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko (Studi Kasus Di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar putsaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2010 Eka Novianti H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Karawang, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 9 Januari 1986 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Bapak Candran dan Ibu E.Karnesih. Penulis menigikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 3 Jomin Barat di Karawang dan lulus pada tahun Pendidikan tingkat menengah penulis dapat diselesaikan pada tahun 2001 di SMP Negeri 1 Cikampek, Karawang. Pendidikan tingkat atas penulis di selesaikan pada tahun 2004 di SMA Negeri 1 Jatisari, Karawang. Tahun 2004, penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2008 hingga Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan kepanitian.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko (Studi Kasus di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi berdasarkan aspek non finansial dan finansial baik kondisi tanpa risiko maupun dengan kondisi risiko terhadap penggilingan padi Sinar Ginanjar Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Namun demikian sangat disadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Desember 2010 Eka Novianti

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan dan hidayah-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai. 2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian. 3. Dr.Ir.Harianto, MS dan Ir.Burhanuddin, MM Selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Devi Nitasari, yang telah bersedia sebagai pembahas pada seminar hasil penelitian dan memberikan begitu banyak saran serta kritiknya demi kelancaran penelitian ini. 5. Kedua orang tua, adik-adikku yang selalu mendoakan dan memberi semangat serta menjadi motivator penulis dengan penuh kasih sayang. 6. M. Shaffa Muzaki yang selalu memberikan semangat dan motivasi serta kasih sayangnya dalam penyusunan skripsi ini. 7. Pihak Penggilingan Padi Sinar Ginanjar atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan yang sangat berguna bagi penelitian ini. 8. Teman-teman EKW 41, Rekan-rekan Ekstensi AGB angkatan 1,2,3,4,5,6 dan 7 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Desember 2010 Eka novianti

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup II. III. IV. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Penggilingan Padi Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Biaya dan Manfaat Aspek-Aspek Studi Kelayakan Konsep Nilai Waktu Uang Kriteria Kelayakan Investasi Risiko Dalam Investasi Konsep Expected Return Penilaian Risiko Perhitungan Bunga Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Metode Penentuan Sampel Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Aspek Teknis Analisis Aspek Pasar Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis Aspek Finansial Penilaian Risiko Dalam Investasi Asumsi Dasar V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Latar Belakang Penggilingan Padi Sinar Ginanjar... 51

11 VI Jalinan Kerjasama Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Risiko Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis Aspek Finansial Arus Biaya Arus Manfaat Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Tanpa Risiko Perhitungan Risiko pada Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Risiko Produksi Risiko Harga Perhitungan Tingkat Risiko VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun * (Miliar Rupiah) Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Tahun Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Provinsi Jawa Barat pada Tahun Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditi Padi Tahun di Kabupaten Karawang Produksi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Harga Beras Yang Diterima Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Biaya Investasi Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Umur Teknis dari Investasi yang Ditanamkan dalam Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Biaya Reinvestasi yang dikeluarkan oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Tahun Ke Penyusutan dari Barang Investasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar per Tahun Biaya Variabel yang dikeluarkan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Biaya Tetap yang Dikeluarkan Oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Penerimaan Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Tanpa Risiko Nilai Sisa Barang Investasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar per Tahun Hasil Perhitungan Kriteria Investasi Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Frekuensi dan Produksi Beras di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Setiap Kondisi Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Tiga Skenario Risiko Produksi Biaya Variabel Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Produksi

13 19. Kriteria Investasi pada Ketiga Kondisi Risiko Produksi Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Frekuensi Harga Beras Risiko Harga di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Setiap Kondisi Penerimaan Usaha Penggiilingan Padi Sinar Ginanjar pada Risiko Harga Kondisi Tiga Skenario Kriteria Investasi Pada Ketiga Kondisi Risiko Harga Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Probabilitas dari Ketiga Kondisi pada Risiko Produksi Probabilitas dari Ketiga Kondisi Pada Risiko Harga Tingkat Risiko yang Terjadi pada Ketiga Skenario dalam Risiko Produksi dan Risiko Harga xiii

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Grafik Harga Gabah Kering Panen dan Harga Pokok Penjualan Gabah Kering Panen Tahun Grafik Harga Beras dan Komoditas Lain Tahun Hubungan Antara IRR dengan NPV Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Saluran Pemasaran Beras Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Akses Menuju Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Lantai Jemur dan Bangunan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Rangkaian Mesin Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Tempat Penyimpanan Beras Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Alur Kegiatan Operasional Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Struktur Organisasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Limbah Sekam Penggilingan Padi Sinar Ginanjar... 76

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jumlah Alsin Penggilingan Padi Berdasarkan Jenis Penggilingan Padi di Seluruh Indonesia Tahun Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Kondisi Tanpa Risiko Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Produksi Skenario Terbaik Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Produksi Skenario Normal Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Produksi Skenario Terburuk Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Harga Skenario Terbaik Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Harga Skenario Normal Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Harga Skenario Terburuk Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Tanpa Risiko Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Produksi Skenario Terbaik Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Produksi Skenario Normal Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Produksi Skenario Terburuk Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Harga Skenario Terbaik Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Pada Kondisi Risiko Harga Skenario Normal Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada Kondisi Risiko Harga Skenario Terburuk Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Kondisi Tanpa Risiko Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Kondisi Risiko Produksi Skenario Terbaik

16 18. Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Kondisi Risiko Produksi Skenario Normal Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Kondisi Risiko Produksi Skenario Terburuk Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Kondisi Risiko Harga Skenario Terbaik Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Kondisi Risiko Harga Skenario Normal Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Kondisi Risiko Harga Skenario Terburuk Tingkat Risiko Penggilingan Padi Sinar Ginanjar xvii

17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, dan yang terpenting adalah sebagai penyediaan makanan pokok dan bahan baku industri pangan dan nonpangan. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1 yaitu besarnya kontribusi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan menurut lapangan usaha terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia pada tahun Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) Lapangan Usaha * 2009** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan , , , , , Pertambangan & Penggalian , , , , ,7 Industri Pengolahan , , , , , ,4 Listrik, Gas & Air Bersih 23730, , , , , ,1 Konstruksi , , , , , ,2 Perdagangan, Hotel & Restoran , , , , , Pengangkutan dan Komunikasi , , , , ,2 Keuangan, Real Estate & Jasa , , , , , ,4 Perusahaan Jasa-jasa , , , , , ,7 * angka sementara ** angka sangat sementara Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009 Sektor pertanian sebagai penyedia makanan pokok di Indonesia saat ini masih di dominasi oleh beras. Oleh karena itu pangsa pasar beras untuk konsumsi dalam negeri merupakan yang terbesar diantara tanaman pangan lainnya. Data

18 Biro Pusat Statistik (2009) menyebutkan bahwa tingkat konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia sebesar 139,15 kilogram per tahun, dan untuk konsumsi rumah tangga 110 kilogram per kapita per tahun. Hal ini dapat di lihat pada Tabel 2, dimana presentase terhadap tanaman pangan khususnya padi relatif masih tinggi. Tabel 2. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Tahun Kelompok Barang Makanan: Padi-padian 9,44 8,54 11,37 10,15 9,57 8,86 Umbi-umbian 0,76 0,58 0,59 0,56 0,53 0,51 Ikan 5,06 4,66 4,72 3,91 3,96 4,29 Daging 2,85 2,44 1,85 1,95 1,84 1,89 Telur dan susu 3,05 3,12 2,96 2,97 3,12 3,27 Sayur-sayuran 4,33 4,05 4,42 3,87 4,02 3,91 Kacang-kacangan 1,75 1,7 1,63 1,47 1,55 1,57 Buah-buahan 2,61 2,16 2,1 2,56 2,27 2,05 Minyak dan lemak 2,31 1,93 1,97 1,69 2,16 1,96 Bahan minuman 2,48 2,23 2,5 2,21 2,13 2,02 Bumbu-bumbuan 1,43 1,33 1,37 1,1 1,12 1,08 Konsumsi lainnya 1,23 1,34 1,27 1,34 1,39 1,33 Makanan jadi 10,28 11,44*) 10,29*) 10,48*) 11,44*) 12,63*) Minuman beralkohol 0, Tembakau dan sirih 6,89 6,18 5,97 4,97 5,08 5,26 Jumlah makanan 54,59 51,37 53,01 49,24 50,17 50,62 Catatan : *) Termasuk minuman beralkohol, Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009(Angka diolah) Agroindustri pengolahan padi yaitu jasa penggilingan padi merupakan mata rantai usaha pengolahan gabah menjadi beras dan piranti suplai beras dalam 2

19 sistem perekonomian masyarakat Indonesia, sehingga penggilingan padi dituntut untuk memberikan kontribusi dalam penyediaan beras nasional baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Penggilingan padi mempunyai peranan dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dari beras yang akan dihasilkan dan dikonsumsi oleh masyarakat, serta ikut dalam meyediakan lapangan pekerjaan di lingkungan sekitarnya. Keberadaan penggilingan padi di Indonesia dilatar belakangi oleh kebutuhan beras sebagai bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Perhimpunan Penggilingan Padi (PERPADI) tahun 2009, jumlah penggilingan padi di Indonesia sekitar unit, sekitar 85 persen merupakan Penggilingan Padi Kecil (PPK) dan sebagian besar sudah berumur tua buatan tahun an, sehingga rendemen dan kualitas berasnya rendah termasuk Standar Nasional Indonesia (SNI) Mutu 4 dan atau Mutu 5. Penerapan standar tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 20 tahun 2010 tentang Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian. Sistem ini merupakan tatanan dan upaya untuk menghasilkan produk segar dan olahan primer yang aman dan bermutu sesuai standar atau persyaratan teknis minimal. Peraturan ini sebagai dasar hukum bagi pemangku kepentingan dalam penerapan sistem jaminan mutu pangan hasil pertanian. Tujuannya untuk memberikan perlindungan bagi konsumen, kepastian usaha dan meningkatkan daya saing pangan hasil pertanian. Pesatnya perkembangan pertumbuhan produksi padi telah menciptakan pasar yang besar dan meluas bagi perkembangan dan pertumbuhan usaha jasa penggilingan padi. Hal tersebut didukung dengan industri mesin penggilingan padi yang semakin maju, namun demikian kualitas beras yang dihasilkan tidak seiring dengan kemajuan teknologi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Pertanian pada tahun , besarnya susut panen dan pasca panen gabah/beras adalah sebesar 10,82 persen. Dimana susut penggilingan rata-rata sebesar 3,25 persen dengan rendemen penggilingan yang merupakan persentase berat beras hasil penggilingan terhadap berat Gabah Kering Giling (GKG) yang digiling adalah sebesar 62,74 persen. Bila dibandingkan dengan survei yang sama tahun 1995/96, rendemen penggilingan 3

20 padi adalah sebesar 63,20 persen dan susut hasil sebesar 2,19 persen, maka terjadi penurunan rendemen giling sebesar 0,46 persen dan peningkatan susut giling sebesar 1,06 persen. Setiap penurunan randemen giling atau peningkatan susut giling sebesar 1 persen akan menurunkan ketersediaan beras sekitar ton. Dalam jangka panjang apabila masalah ini tidak diatasi maka akan menjadi ancaman yang serius terhadap swasembada beras dan ketahanan pangan nasional serta persaingan global. Penurunan kualitas beras dan rendemen beras tersebut salah satunya dikarenakan dominasi penggilingan padi di Indonesia adalah penggilingan padi kecil dengan hanya memiliki 2 unit mesin dalam proses penggilingan, yang mengakibatkan proses dalam penggilingan padi menjadi tidak sempurna. Selain itu, pengusahaan penggilingan padi di Indonesia masih belum menggunakan pendekatan sistem agribisnis yang terpadu juga merupakan salah satu penyebab penurunan rendemen beras. Posisi penggilingan padi di Indonesia yang didominasi oleh penggilingan padi skala kecil (Lampiran 1) menjadi strategis dalam masalah perberasan, mengingat pada titik ini merupakan muara aliran produksi padi di hulu dan memprosesnya menjadi olahan primer di hilir, sehingga industri penggilingan padi terutama skala kecil (PPK) juga merupakan simpul industri pedesaan. Melihat pentingnya peranan penggilingan padi ini, maka untuk mendapatkan hasil optimal dan kualitas beras yang baik diperlukan alat mesin penggilingan padi yang cukup baik dan berteknologi tinggi tepat guna. Namun melihat kepemilikan penggilingan padi di Indonesia dengan berbagai keterbatasannya, pemenuhan untuk alat mesin tersebut masih sulit dilakukan. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah dengan mengadakan investasi di pengusahaan pengilingan padi tersebut khususnya penggilingan padi skala kecil (PPK). Maka dengan demikian pemenuhan akan alat mesin penggilingan padi dapat terpenuhi dan kualitas beras yang diinginkan dapat dicapai. Adanya investasi pada pengusahaan penggilingan padi tersebut tentunya akan menimbulkan dampak, tidak hanya menimbulkan dampak positif akan tetapi perlu juga di perhatikan dampak negatif yang mungkin dapat ditimbulkan. dampak negatif yang ditimbulkan tersebut tentunya akan menimbulkan kerugian dan setiap yang menimbulkan kerugian tentu akan menimbulkan risiko. Risiko 4

21 yang ada akan berdampak bagi pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Menurut Hadiutomo (2010) dalam tulisannya menyatakan saat ini para investor Indonesia dan Asing enggan berinvestasi pada usaha penggilingan padi modern (Rice Processing Complex), hal ini disebabkan karena perusahaan penggilingan padi besar atau modern kalah bersaing untuk memperebutkan bahan baku gabah dengan penggilingan padi kecil yang jumlahnya besar. Diperkirakan 80 persen hasil penggilingan padi kecil umumnya ditampung oleh BULOG. Hal tersebut salah satu alasan lain mengapa pengusaha penggilingan skala kecil enggan berinvestasi pada penggilingan padi modern. Hal tersebut menjadi salah satu risiko produksi yang harus dihadapi oleh para investor apabila akan melakukan investasi pada usaha penggilingan padi untuk perluasan skala usaha. Jawa Barat sebagai lumbung beras nasional, memiliki perkembangan produksi padi yang cukup baik untuk perkembangan penggilingan padi. Hal tersebut terlihat pada Tabel 3 bahwa setiap tahunnya produktivitas padi yang dihasilkan selalu mengalami kenaikan. Tabel 3. Luas Panen Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Provinsi Jawa Barat pada Tahun Tahun Luas Panen(Ha) Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton) , , , , , Sumber Data : BPS Jawa Barat,2010 Perkembangan produksi padi di Jawa Barat membawa perkembangan yang cukup baik pula bagi pengusahaan penggilingan padi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 penggilingan padi di Jawa Barat berdasarkan jenis penggilingan padinya mencapai unit. Penggilingan Padi Besar (PPB) sebesar 2,012 unit, Penggilingan Padi Kecil (PPK) mencapai sebesar 5

22 unit, Rice Milling Unit (RMU) 3,981 unit, Huller Masyarakat sebesar unit dan Penyosoh Polisher mencapai unit. Dalam hal produktivitas padi sawah, pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 2,89 Kw/ha atau 4,65 persen. Dengan demikian peningkatan produksi padi sawah yang tercapai adalah Ton GKP atau 1,65 persen dari Ton GKP pada tahun 2007 menjadi ton GKP pada tahun Produksi padi ladang meningkat dari 7.470ton GKP tahun 2007 menjadi ton GKP tahun 2008 atau sebesar 47,89 persen. Peningkatan produksi ini diikuti oleh peningkatan produktivitas dari 29,79 Kw/Ha pada tahun 2007 menjadi 33,73 Kw/Ha pada tahun 2008 atau meningkat sebesar 13,22 persen. Dengan demikian produksi padi secara keseluruhan pada tahun 2008 sebesar Ton GKP, meningkat sebesar Ton GKP atau 1.93 persen dari tahun 2007 sebesar ton GKP. Luas panen, produktivitas dan produksi komoditi padi tahun di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Komoditi Padi Tahun Di Kabupaten Karawang No Jenis Komoditi I. Padi sawah : Tahun Luas Panen (Ha) II. Produktivitas (Ton GKP) Produktivitas (Kw/Ha) Lahan Kering ,44 64,34 64,35 62,16 65,05 1 Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ton GKP) Produktivitas (Kw/Ha) ,92 24, ,79 33,73 Sumber Data : Laporan Tahunan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Tahun

23 Teknologi pasca panen di Kabupaten Karawang umumnya meliputi mesin pemotong padi (ripper), mesin perontok (thresser), mesin pengering (dryer), dan mesin Penggilingan Padi (PB). Saat ini penggilingan padi di Kabupaten Karawang didominasi oleh penggilingan padi berskala kecil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arif (2008) karakteristik kepemilikan penggilingan padi baik skala besar maupun kecil di Kabupaten Karawang umumnya berada pada kelompok usia tahun. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikannya, kepemilikan penggilingan padi berdasarkan pendidikan dan pengalaman usaha pemilik penggilingan padi, di Kabupaten Karawang umumnya pemilik penggilingan padi menyelesaikan pendidikan formal pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP)/Sederajat, rata-rata pengalaman usaha yang dimiliki oleh pemilik penggilingan padi adalah tahun. Perkembangan pertumbuhan produksi padi di Kabupaten Karawang memicu perkembangan pengusahaan jasa penggilingan padi Perumusan Masalah Sinar Ginanjar merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang. Penggilingan padi Sinar Ginanjar saat ini sudah mempunyai penanam modal untuk pengembangan usahanya. Sekitar 10 tahun yang lalu, penanam modal ini sudah melakukan pemantauan kepada penggilingan padi Sinar Ginanjar untuk melakukan jalinan kerjasama. Namun, baru pada akhir tahun 2009 penanam modal ini melakukan pendekatan dan komunikasi yang lebih intensif dengan pemilik penggilingan padi Sinar Ginanjar, sehingga pada bulan Januari 2010 terjalin kesepakatan untuk melakukan kerjasama. Penggilingan padi Sinar Ginajar menggunakan konfigurasi mesin penggilingan yang terdiri dari Pemecah beras-separator-polisher. Separator yang digunakan adalah separator sederhana buatan pengrajin alsintan lokal. Fungsi separator sederhana tersebut adalah untuk memisahkan batu, kerkil, paku, dan lain-lain dari gabah. Kondisi tersebut mengakibatkan rendemen beras giling yang dicapai oleh Sinar Ginanjar menjadi lebih baik yaitu bisa mencapai 2,5 ton beras perhari, 7

24 dibandingkan dengan penggilingan padi yang menggunakan konfigurasi penggilingan pemecah beras dan penyosoh beras yang hanya mencapai satu ton beras perhari. Untuk meningkatkan rendemen beras di penggilingan padi Sinar ginanjar, sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal, maka penggilingan padi Sinar Ginanjar harus melakukan penambahan konfigurasi mesin penggilingan yang digunakan yaitu menjadi dryer cleaner husker separator polisher grader. Penambahan konfigurasi mesin penggilingan padi tersebut diharapkan memberikan peluang kepada pemilik penggilingan padi Sinar Ginanjar untuk memperoleh hasil giling lebih banyak dengan mutu yang lebih baik serta meningkatnya nilai tambah. Akan tetapi penambahan konfigurasi mesin penggilingan padi tersebut membutuhkan biaya yang relatif mahal. Diantara mesin-mesin penggilingan padi yang ada, dryer adalah yang paling tinggi harganya. Mesin-mesin pengupas, pemipil, pencacah, pemecah atau penepung dengan kapasitas terkecil (di bawah 300 kilogram per jam), harganya masih di bawah Rp ,- per unit termasuk tenaga penggeraknya. Tetapi harga dryer kapasitas terkecil sudah mencapai di atas Rp ,- per unit. Pemenuhan kebutuhan untuk penambahan konfigurasi mesin di penggilingan padi Sinar Ginanjar adalah dengan melakukan kegiatan investasi, sehingga hal tersebut dapat membantu pemilik penggilingan padi meringankan beban biaya yang harus ditanggung untuk pemenuhan mesin-mesin penggilingan padi. Kegiatan investasi pada penggilingan padi masih sangat jarang dilakukan, umumnya para investor enggan untuk melakukan investasi pada penggilingan padi khususnya penggilingan padi skala besar. Hal tersebut dikarenakan untuk perluasan usaha penggilingan padi kecil menjadi penggilingan padi besar selain membutuhkan biaya yang lebih besar,hal lainnya diakibatkan oleh akses pada penggilingan padi tersebut dan risiko-risiko yang ditumbulkan. Risiko-risiko yang umumnya ada seperti perolehan bahan baku gabah jika penggilingan padi tersebut tidak dekat dengan daerah produksi padi. Perolehan bahan baku gabah menimbulkan adanya risiko produksi berupa penurunan volume produksi di penggilingan padi yang di investasikan. Panen padi di Kabupaten Karawang pada umumnya dilakukan dua kali dalam satu tahun, termasuk di Kecamatan Kota Baru. Pada tahun 2008 luas panen padi sawah di Kabupaten 8

25 Karawang menurun dari ha menjadi ha dengan perincian : tanam padi 2 kali setahun seluas ha, tanam padi 3 kali setahun ha. Sementara padi gogo mengalami peningkatan luas panen dari ha menjadi ha. Selain itu, investor juga harus menghadapi risiko harga berupa fluktuasi harga output yang dihasilkan baik berupa gabah kering panen maupun beras. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik mengenai Harga Gabah Kering Panen dan Harga Pokok Penjualan GKP yang dikeluarkan oleh BULOG pada tahun 2010 (Grafik 1) dan grafik mengenai harga beras (Grafik 2). Terlihat bahwa harga gabah kering panen tidak akan selalu pada posisi harga yang sama, sehingga hal tersebut mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran oleh pihak Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Gambar 1.Grafik Harga Gabah Kering Panen dan Harga Pokok Penjualan Gabah Kering Panen Tahun Sumber : BULOG, 2010 Risiko fluktuasi harga yang dihadapi oleh investor juga terjadi pada hasil pengilingan padi yaitu beras. Harga beras akan selalu mengalami perubahan Risiko lain yang harus dihadapi oleh investor adalah kenaikan harga bahan baku pada penggilingan padi yang diinvestasikan. 9

26 Gambar 2. Grafik Harga Beras dan Komoditas Lain Tahun Sumber : BULOG, 2010 Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa fluktuasi harga Gabah Kering Panen dan harga beras setiap bulannya dari tahun selalu mengalami perubahan. Keseluruhan risiko yang ditimbulkan tersebut akan mempengaruhi tingkat pengembalian yang diinginkan oleh para investor. Saat ini penggilingan padi Sinar Ginanjar sudah beroperasi sekitar 15 tahun dan telah memiliki investor untuk pengembangan skala usahanya. Namun melihat besarnya pemanfaatan modal dalam pengembangan penggilingan padi di Sinar Ginanjar, pemilik penggilingan padi serta investor membutuhkan suatu tinjauan untuk melihat besarnya pengembalian yang dihasilkan jika dilakukan investasi. Tinjauan investasi investor tersebut dilakukan pada penggilingan padi Sinar Ginanjar skala kecil sehingga keuntungan yang diperoleh akan digunakan untuk perluasan skala usaha penggilingan padi Sinar Ginajar menjadi penggilingan padi skala besar. Untuk itu diperlukan suatu analisis yang disebut studi kelayakan usaha atau studi kelayakan proyek, yang melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu usaha dalam memberikan manfaat sehingga risiko kerugian dimasa yang akan datang dapat dihindari ataupun diantisipasi (Husnan dan Muhammad, 2000). Kelayakan investasi tersebut dilihat pada saat penggilingan padi Sinar Ginanjar menggunakan konfigurasi mesin skala kecil, dan pada saat penggilingan padi Sinar Ginajar akan meningkatkan skala usahanya. Perhitungan atau penilaian tersebut dilakukan agar menghindari kerugian dalam 10

27 penanaman modal yang terlalu besar dan melihat sasaran dari kebijakan pemerintah dalam revitalisasi penggilingan padi. Selain itu, studi kelayakan investasi pada penggilingan padi di Kabupaten Karawang dilakukan untuk meminimalkan risiko dalam pengembangan usahanya. Berdasarkan uraian diatas, dengan melakukan kegiatan kelayakan usaha maka dapat membandingkan tingkat keuntungan yang diperoleh pada kondisi normal dengan kondisi risiko. Dengan demikian, diharapkan hasil studi kelayakan usaha ini dapat memberikan informasi kepada para investor untuk menarik minatnya menanamkan modal pada usaha penggilingan padi. Berdasarkan kondisi yang dijelaskan pada uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan usaha pengusahaan penggilingan padi jika dilihat dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek pasar? 2. Bagaimana kelayakan usaha pengusahaan penggilingan padi jika dilihat dari aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, PBP)? 3. Bagaimana dampak kelayakan investasi usaha penggilingan padi jika adanya risiko? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi berdasarkan aspek non finansial 2. Menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi berdasarkan aspek finansial pada kondisi tanpa risiko 3. Menganalisis tingkat risiko pada penggilingan padi berdasarkan risiko produksi dan risiko harga. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan hasil yang diperoleh dapat berguna : 11

28 1. Bagi calon investor serta pengusaha penggilingan padi, digunakan sebagai masukan dan pertimbangan pengusahaan penggilingan padi dalam menjalankan operasional serta membuat rencana kerja selanjutnya. 2. Bagi penulis, penelitian ini memberikan kesempatan lagi untuk belajar dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam menerapkan ilmu-ilmu yang sudah diperoleh selama masa perkuliahan. 3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini ruang lingkup penelitian akan difokuskan pada penggilingan padi berskala kecil. Hal tersebut dikarenakan dominasi penggilingan padi di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota baru, Kabupaten Karawang adalah penggilingan padi kecil. Selain itu, batasan penelitian ini juga terkait risiko yang akan dikaji yaitu hanya risiko produksi dan harga. 12

29 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras, dan mesin pencacah kulit gabah. Berbagai macam alat pengolahan padi tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Perontok Padi (Thresher ) Merupakan alat yang digunakan untuk merontokkan butiran padi dari tangkainya dan juga dapat digunakan untuk merontokkan kedelai maupun jagung. Berdasarkan penggeraknya thresher dibedakan atas : a. Pedal Thresher, jika digerakkan oleh tenaga manusia b. Power Thresher, jika digerakkan oleh tenaga mekanik (motor) 2. Pembersih Gabah (Paddy Cleaner) Merupakan alat untuk memisahkan gabah dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan seperti potongan jerami, kerikil, dan benda-benda asing lainnya. 3. Pengering Padi (Dryer) Merupakan alat yang dapat menurunkan kadar air gabah atau biji-bijian lainnya dengan menggunakan udara yang dipanaskan. 4. Pemisah kulit (husker) Merupakan alat pengolah padi yang digunakan untuk mengupas kulit luar (sekam) gabah menjadi beras. 5. Penyosoh Beras Pecah Kulit (Polisher) Alat yang berfungsi untuk menyosoh beras pecah kulit menjadi beras putih Penggilingan Padi Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian mesin yang berfungsi untuk melakukan proses giling gabah, yaitu dari bentuk gabah kering giling sampai menjadi beras siap dikonsumsi. Umumnya sistem ini terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu husker, separator, dan polisher. Berdasarkan sejarahnya, sistem penggilingan padi pertama kali diproduksi di benua Eropa dengan mekanisme kerja sangat sederhana yang dinamakan mesin tipe Engelberg. Tipe

30 yang muncul berikutnya adalah tipe buatan Jepang. Tipe ini memiliki rancangan lebih sederhana dan setiap mesin saling terintegrasi satu sama lain. Pada awalnya Jepang hanya memproduksi untuk kebutuhan dalam negeri sendiri. Namun, karena tipe mesinnya relatif sederhana dan murah, penggilingan padi buatan Jepang banyak digemari di negara-negara penghasil padi, termasuk Indonesia (Patiwiri, 2008). Konfigurasi atau susunan mesin pada Penggilingan Padi Kecil (PPK) umumnya terdiri dari husker dan polisher saja. Sedangkan pada Penggilingan Padi Menengah (PPM) atau Penggilingan Padi besar (PPB) mempunyai konfigurasi mesin yang lebih lengkap. PPK memiliki ciri konfigurasi sederhana yaitu terdiri dari Husker-Polisher (H-P). PPM memiliki konfigurasi Cleaner- Husker-Separator-Polisher (C-H-S-P) dan PPB memiliki konfigurasi lengkap Dryer Cleaner Husker Separator Polisher Grader (D-C-H-S-P- G). Berdasarkan data Persatuan Penggilingan Padi (PERPADI) pada tahun 2009 bahwa kinerja rendemen masing masing penggilingan adalah sebagai berikut (a) PPK memiliki kinerja rendemen rata rata sebesar persen dengan kualitas beras kepala persen dan broken persen. (b) PPM memiliki kinerja rendemen persen, deng n kualitas Beras Kepala persen dan broken persen. (c) PPB memiliki kinerja rendemen sebesar persen dengan kualitas beras kepala persen dan broken persen. Berdasarkan tingkat teknologi, penggilingan padi dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu penggilingan padi sederhana, kecil, besar, pengolahan padi terpadu, dan country elevator (Patiwiri, 2008) 1. Penggilingan padi besar (PPB) Penggilingan padi besar (PPB) atau biasa disebut dengan rice miller plant merupakan gabungan dari beberapa mesin yang juga berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan kapasitas lebih dari 2 ton gabah kering giling per jamnya. 2. Penggilingan Padi Menengah/Sederhana (PPS) Penggilingan padi sederhana (PPS) merupakan unit peralatan teknik yang berfungsi sebagai mesin pengolah gabah menjadi beras. Dikatakan sederhana karena teknologi yang digunakan sudah dikenal sejak 14

31 mulai adanya mesin penggilingan padi sederhana sampai saat ini secara turun-temurun tanpa mengalami perubahan berarti. Beberapa mesin PPS antara lain mesin tipe Engelberg dan kombinasi dari beberapa mesin khususnya husker, separator, dan polisher. 3. Penggilingan Padi Kecil (PPK) Penggilingan padi kecil (PPK) merupakan gabungan dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan kapasitas lebih kecil dari 2 ton per jam gabah kering giling. Sistem PPK ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tipe sederhana dan tipe lengkap. 4. Pengolahan Padi Terpadu (PPT) Pengolahan padi terpadu merupakan gabungan unit proses pembersihan awal, pengeringan, penyimpanan, penggilingan, pengepakan yang satu sama lain dihubungkan dengan elevator, dengan kapasitas besar. Sistem PPT tergolong sangat komplek dan masing-masing pabrikan memiliki ciri khas tersendiri. 5. Country Elevator (CE) Country elevator merupakan penggilingan padi terpadu yang berlokasi di tengah sentra produksi padi dan terintegrasi dengan areal persawahan berskala besar, sehingga hasil panen padi langsung dibawa ke tempat pengolahan tersebut. Menurut Sukowati (2001), dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling, diperoleh hasil samping berupa sekam (15-20 persen), dedak atau bekatul (8-12 persen) dan menir (± 5 persen). Pemanfaatan hasil samping tersebut masih terbatas, bahkan kadang-kadang menjadi limbah dan mencemari lingkungan terutama di sentra produksi padi pada saat musim penghujan. Secara umum hasil sampingan dari proses penggilingan padi yaitu: 1. Sekam adalah kulit paling luar dari gabah/padi. Sekam ini merupakan hasil pertama dari proses penggilingan atau beras pecah kulit (PK). 2. Dedak adalah campuran antara sekam yang tergiling halus dan bekatul yang masih kasar. 15

32 3. Bekatul adalah kulit paling luar dari beras dan kulit paling dalam dari sekam yang sudah terkelupas melalui proses penggilingan. 4. Menir adalah beras yang hancur kecil-kecil karena proses penggilingan terhadap gabah yang dilakukan beberapa kali, patahan beras mencapai 1/3 bagian dari beras utuh Penelitian Terdahulu Rosmawati (2007) melakukan kajian tentang analisis kelayakan investasi pengusahaan penggilingan padi dengan studi kasus beberapa penggilingan padi yang ada di Kabupaten Karawang. Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang dari sisi investasi baik untuk aspek non finansial maupun aspek finansial. Penelitian ini melakukan analisis terhadap aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial. Sedangkan untuk aspek finansial, peneliti melakukan kajian kelayakan dengan menganalisis NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan PP (Payback Periode) untuk ketiga skala penggilingan padi yang diteliti. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa pada penggilingan padi kecil (PPK) NPV sebesar Rp , Net B/C adalah 2,4, IRR sebesar 33,59 persen dan waktu PP adalah 5 tahun 6 bulan. Pada penggilingan skala sedang (PPM), nilai NPV adalah sebesar Rp , Net B/C adalah 2,1, IRR sebesar 31,18 persen dan waktu PP adalah 6 tahun 1 bulan. Sedangkan pada penggilingan padi skala besar (PPB) nilai NPV sebesar Rp , Net B/C adalah 3,1, IRR sebesar 43,35 persen dan waktu PP adalah 3 tahun 4 bulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosmawati (2007), dapat diketahui bahwa penggilingan padi besar mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang sangat besar. Hal tersebut dikarenakan dukungan dari modal dan teknologi yang digunakan, sehingga mampu berproduksi secara optimal dan menghasilkan keuntungan yang besar. Pada penggilingan padi skala kecil, walaupun masih menunjukan kelayakan, akan tetapi nilai pengembalian yang diperolah jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan penggilingan padi skala 16

33 sedang. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh penggunaan teknologi oleh penggilingan padi skala kecil yaitu hanya dua mesin penggilingan dengan penggunaan mesin yang relatif sudah tua. Arimanto (2008) melakukan penelitian mengenai analisis biaya dan kelayakan usaha penggilingan padi di kelompok tani Suka Tani, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian tersebut bertujuan untuk mempelajari proses produksi beras pada penggilingan padi kecil (PPK) dan menganalisis biaya dan kelayakan usaha penggilingan padi sehingga usaha tersebut dapat berjalan pada jalur yang tepat agar tidak mengalami kerugian. Selain itu penelitiannya juga bertujuan untuk melihat pengruh dari perubahanperubahan yang mungkin terjadi melalui metode analisis sensitivitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis titik impas. Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui bahwa pengusahaan penggilingan padi yang diteliti layak untuk dikembangkan dengan nilai kriteria investasi seperti NPV sebesar Rp ,-, nilai IRR sebesar 43,78 persen dan B/C Ratio sebesar 2,57. Kelayakan penggilingan tersebut dikarenakan jumlah giling setiap tahunnya selalu tinggi. Adapun dalam perhitungan dengan analisis sensitivitas diketahui bahwa 3 variabel yang memiliki pengaruh cukup besar antara lain kenaikan harga bahan baku solar, kenaikan upah pekerja dan penurunan jumlah giling tahunan rata-rata. Rosiana (2008) melakukan penelitian mengenai kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon zizanoid) pada kondisi risiko di Kabupaten Garut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha akarwangi di Kabupaten Garut dan menganalisis dampak adanya risiko volume produksi dan harga output terhadap kelayakan usaha akarwangi di Kabupaten Garut. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa peneliti melakukan kajian terhadap aspek-aspek finansial dan non finansial untuk melihat kelayakan usaha akarwangi. Kajian aspek non finansial terdiri dari aspek teknis, aspek pasar, aspek hukum, aspek sosial dan lingkungan. Sedangkan aspek finansial dilihat berdasarkan kriteria investasi dan penilaian investasi terhadap risiko,kriteria investasi tersebut antara lain NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan PP (Payback Periode). Berdasarkan 17

34 NPV yang telah diperoleh dari hasil perhitungan peneliti, diketahui setiap risiko pada kondisi tertinggi, normal dan terendah akan didapatkan NPV yang diharapkan. Dalam hal ini, pendapatan petani dan penyulingan setiap bulannya akan diketahui dari nilai NPV yang diharapkan. Selain NPV yang diharapkan, peneliti juga melakukan penilaian dan tingkat risiko yang terjadi pada pengusahaan akarwangi dapat dilihat dari standar deviasi dan koefisien variasi,kemudian dapat disimpulkan apakah pengusahaan akarwangi layak atau tidak untuk diusahakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosiana (2008), bahwa pengusahaan akar wangi ini memiliki tingkat risiko yang lebih besar pada gabungan antara risiko harga output dan risiko produksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada kegiatan pengusahaan akar wangi, selain memiliki tingkat pengembalian yang cukup besar yaitu mencapai Rp untuk kegiatan budidaya dan Rp untuk kegiatan penyulingan,usaha ini juga memiliki risiko yang tinggi khususnya pada risiko produksi. Sari (2010) melakukan penelitian mengenai kelayakan usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas pada kondisi risiko. Penelitian tersebut bertempat di Reaktor Skala 7 m 3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aspek-aspek utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek teknis,aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,sosial ekonomi dan lingkungan serta finansial. Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan kajian terhadap manfaat bersih tambahan yang dihasilkan dari usaha KUD Giri Tani. Usaha sapi perah berdasarkan penelitian merupakan salah satu usaha yang rentan terhadap risiko, baik risiko harga dari input maupun output. Selain itu risiko lain yang dihadapi adalah risiko produksi dari output yang dihasilkan. Risiko tersebut dapat mempengaruhi kelayakan dari usaha peternakan,sehingga perlu dilakukan suatu perhitungan secara finansial yakni dengan analisis skenario. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, seluruh aspek non finansial layak untuk dijalankan kecuali pada aspek lingkungan. Pada aspek lingkungan, usaha peternakan sapi perah belum layak untuk dijalankan karena limbah ternak yang dihasilkan belum dapat tertampung seluruhnya. Usaha peternakan sapi perah skala 18

35 besar secara finansial layak untuk dijalankan. Berdasarkan kriteria investasi nilai NPV menunjukan Rp ,00 yang berarti usaha tersebut memberikan manfaat bersih sebesar Rp ,00 selama umur usaha. Sementara itu nilai IRR sebesar 22,01 persen yang menunjukan besarnya tingkat pengembalian dari penanaman modal untuk investasi sebesar 23,01 persen dari modal yang diinvestasikan. Net B/C usaha ini sebesar 1,72 dimana setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan akan memberikan manfaat sebesar 1,72 satuan. Sedangkan waktu pengembalian dari nilai investasi adalah lima tahun satu bulan. Riesti (2010) melakukan kajian tentang kelayakan usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas pada kondisi risiko. Penelitian tersebut bertempat di Reaktor Skala 5 m 3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dari aspek finansial dan aspek non finansial. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji dampak adanya risiko pada usaha peternakan sapi perah. Penelitian ini serupa dengan yang dilakukan oleh Sari (2010), namum memiliki perbedaan yaitu pada skala reaktor yang diteliti. Penelitian tersebut melakukan analisis untuk kelayakannya non finansial terhadap beberapa aspek yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial lingkungan. Pada aspek finansial peneliti melakukan analisis kelayakan dengan menggunakan NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan PP (Payback Periode), serta perhitungan untuk Incremental Net Benefit. Penelitian ini menghasilkan NPV sebesar Rp ,07, dengan demikian selama umur usaha peternakan sapi perah ini mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp ,07. Penelitian ini juga memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi pada kegiatan produksi susu yaitu dengan nilai koefisien variasi sebesar 1,03. Penelitian terdahulu yang dikaji memiliki manfaat yang bisa diambil antara lain adalah penggunaan metode, lokasi penelitian, dan objek penelitian yang digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Adapun penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek penelitian yang sama penggilingan padi yang diteliti oleh Rosmawati (2007), dan Arimanto (2008). Selain itu, persamaan 19

36 lain dengan penelitian terdahulu adalah metode yang digunakan serta alat analisis kelayakan usaha yaitu judgment sampling dan kriteria kelayakan investasi seperti NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan PP (Payback Periode) yang diteliti oleh Rosiana (2008), Arimanto (2009), Sari (2010) dan Riesti (2010). Penelitian ini memiliki persamaan dengan terdahulu yaitu sama-sama meneliti objek penelitian dengan menggunakan analisis skenario untuk mengetahui kelayakan yang memiliki kondisi risiko dan penelitian tersebut dilakukan oleh Sari (2010), Riesti (2010) dan Rosiana (2008). Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian yang dilakukan oleh Rosmawati (2007) menganalisis kelayakan investasi pada pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang tidak pada kondisi risiko sedangkan penelitian ini menganalisis kelayakan investasi pada pengusahaan penggilingan padi pada kondisi risiko. Penelitian yang dilakukan oleh Arimanto (2008) memiliki perbedaan dalam penggunaan metode yang digunakan yaitu Metode Analisis Titik Impas sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan analsis sensitivitas. 20

37 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Bisnis ialah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya (Kasmir dan Jakfar, 2003). Keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan finansial. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang melibatkan berbagai sumber daya yang terhimpun dalam wadah (organisasi) tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya atau mencapai sasaran tertentu. Studi kelayak bisnis adalah penelitian tentang dapat atau tidak suatu bisnis yang biasanya merupakan bisnis investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Muhammad, 2000). Menurut Kadariah et al (1999) analisa bisnis bertujuan untuk memperbaiki pilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan terbatas. Oleh karena itu, perlu diadakan pemilihan alternatif berbagai bisnis yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi. Studi kelayakan bisnis sangat diperlukan untuk menentukan apakah bisnis tersebut dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Untuk menentukan panjangnya umur bisnis, terdapat beberapa pedoman yang dapat menjadi acuan (Kadariah et a.,1999), antara lain : 1. Untuk ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kirakira sama dengan umur ekonomis dari suatu asset. Yang dimaksud dengan umur asset ekonomis ialah jumlah tahun selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan. 2. Untuk bisnis-bisnis yang mempunyai investasi modal yang sangat besar, umur bisnis yang digunakan adalah umur teknis. Dalam hal ini, untuk bisnisbisnis tertentu, umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena obsolenscence (ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien).

38 3. Untuk bisnis-bisnis yang umurnya lebih lama dari 25 tahun dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah itu jika di-discount dengan discount rate sebesar 10 persen keatas maka present valuenya sudah sangat kecil Biaya dan Manfaat Menurut Gitinger (1986), secara sederhana biaya adalah suatu yang mengurangi suatu tujuan. Biaya tersebut dikeluarkan sebelum bisnis dimulai dan akan terus ada selama bisnis berlangsung. Sedangkan manfaat adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya, atau segala sesuatu yang menambah tujuan. Untuk melakukan analisis bisnis, biaya dan manfaat yang diperhitungkan adalah biaya dan manfaat yang dapat diukur nilainya (tangible). Termasuk kedalam biaya tangible diantaranya adalah (1) biaya investasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memulai dan pada saat menjalankan usaha; (2) biaya operasional, yaitu biaya yang muncul ketika suatu usaha berjalan. Biaya ini termasuk biaya tetap dan biaya variable. Sedangkan yang termasuk kedalam manfaat tangible adalah penerimaan penjualan unit usaha. Kadariah et al (1999) membagi benefit bisnis menjadi tiga, yaitu : direct benefit,indirect benefit, dan intangible benefit. Direct benefit dapat berupa kenaikan dalam output fisik atau kenaikan nilai output yang diakibatkan oleh adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi, perubahan waktu penjualan, penurunan kerugian dan penurunan biaya. Kenaikan dalam nilai output dapat disebabkan oleh kenaikan produk fisik, perbaikan mutu produk, perbaikan dalam lokasi dan waktu penjualan, dan perubahan dalam bentuk. Sedangkan penurunan biaya dapat berupa keuntungan dari mekanisasi, penurunan biaya pengangkutan, dan penurunan kerugian. Indirect benefit merupakan benefit yang dirasakan diluar bisnis karena adanya realisasi suatu bisnis. Indirect benefit terdiri dari multiplier effect dari bisnis, benefit yang disebabkan karena adanya economic of scale, dari benefit yang ditimbulkan karena adanya dynamic secondary effect berupa perubahan dalam produktifitas tenaga kerja yang disesbkan oleh perbaikan kesehatan atau keahlian. Intangible benefit suatu bisnis adalah benefit yang sulit dinilai dengan uang, seperti perbaikan lingkungan hidup, perbaikan pemandangan 22

39 karena adanya suatu taman, perbaikan distribusi pendapatan, integrasi nasional, dan sebagainya. Menurut Husnan dan Muhammad (2000) suatu studi kelayakan bisnis umunya akan menyangkut tiga aspek, yaitu : 1. Manfaat ekonomis tersebut bagi bisnis itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial), yang berarti apakah bisnis itu dipandang cukup menguntungkan pabila dibandingkan dengan risiko bisnis. 2. Manfaat bisnis tersebut bagi negara tempat bisnis itu dilaksanakan (sering disebut juga sebagai manfaat ekonomi nasional), yang menunjukan manfaat bisnis tersebut bagi ekonomi makro suatu negara. 3. Manfaat sosial bisnis bagi masyarakat sekitar bisnis tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan Aspek Aspek Studi Kelayakan Dalam menganalisis suatu bisnis, haruslah mempertimbangkan aspekaspek yang saling berkaitan yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan bisnis dan siklus pelaksanaannya (Gittinger, 1986). Aspek-aspek yang termasuk dalam analisis usaha antara lain : 1) Aspek Teknis Aspek teknis yaitu analisa yang berkaitan dengan input usaha dan output berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha. Evaluasi ini mempelajari kebutuhankebutuhan teknis usaha, seperti karakteristik produk yang diusahakan, lokasi dimana usaha akan didirikan dan sarana pendukungnya, serta layout bangunan yang dipilih (Husnan dan Muhammad, 2000) 2) Aspek Institusional-organisasi-manajerial Aspek ini berhubungan dengan penetapan institusi/lembaga bisnis yang harus mempertimbangkan pekerjaan-pekerjaan apa yang diperlukan untuk menjalankan operasi tersebut, persyaratan-persyaratan yang 23

40 diperlukan untuk bisa menjalankan pekerjaan-pekerjaan tersebut dan juga struktur organisasi yang akan dipergunakan dalam suatu bisnis. 3) Aspek Sosial Aspek sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Bisnis harus tanggap pada keadaan sosial dan dampak lingkungan yang merugikan. Pertimbangan mengenai aspek sosial dalam analisis bisnis penting untuk kelangsungan bisnis, sebab tidak ada bisnis yang bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan (Gittinger, 1986). 4) Aspek Pasar Aspek pasar perlu dilakukan melihat dari banyaknya perusahaan baru yang muncul dan adanya kemungkinan memiliki jenis usaha yang sama. Aspek pasar menjadi mutlak untuk dianalisis agar tidak melakukan kegagalan dalam menajalankan usah. Menurut Kadirah, et al (1999), aspek komersial menyangkut penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan bisnis, baik waktu membangun bisnis maupun pada waktu bisnis sudah berproduksi, dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh bisnis. Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat alat ini membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat- alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. 5) Aspek Finansial Aspek finansial berhubungan dengan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu bisnis yang diusulkan terhadap para anggota yang tergabung didalam suatu bisnis. Aspek ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu bisnis. Kemudian dibuat suatu aliran kas, selanjutnya dinilai kelayakan investasi tersebut berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak untuk dijalankan dilihat dari aspek keuangan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi pada umumnya dapat 24

41 dilakukan melalui pendekatan Payback Periode (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Konsep Nilai Waktu Uang (Time value of money) Investasi suatu unit usaha berkaitan dengan usaha dalam jangka waktu yang panjang. Uang memiliki nilai waktu, yaitu uang dihargai secara berbeda dalam jangka waktu yang berbeda. Konsep nilai waktu uang (Time value of money) menyatakan bahwa uang yang diterima sekarang lebih berharga daripada yang diterima kemudian. Atau niali sekarang adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (Gitinger, 1986). Waktu mempengaruhi nilai uang, sehingga untuk membandingkan niali uang yang berbeda pada waktu penerimaan dan pengeluarannya perlu dilakukan penyamaan nilai uang tersebut dengan menggunakan tingkat diskonto (discount rate). Hal ini bertujuan untuk melihat nilai uang dimasa yang akan datang (future value) pada saat sekarang (present value). Menurut Husnan dan Muhammad, (2000) nilai mata uang akan selalu mengalami penurunan, penyebabnya adalah karena adanya inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin cepat penurunan nilai mata uang Kriteria Kelayakan Investasi Analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dengan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis (Husnan dan Muhammad, 2000). Tujuan analisis finansial dari suatu studi kelayakan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan analisis finansial dari suatu bisnis dapat menggunakan metode-metode atau kriteria-kriteria penilaian investasi. Melalui metode-metode ini dapat diketahui apakah suatu bisnis layak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek profitabilitas komersialnya. Beberapa kriteria dalam menilai kelayakan suatu paling umum digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C) dan Pay Back Periode. Setiap metode ini 25

42 menggunakan nilai sekarang yang telah di-discount dari arus manfaat dan arus biaya selama umur bisnis. Kriteria investasi digunakan untuk menentukan layak tidaknya suatu investasi yang ditinjau dari aspek keuangan. Adapun kriteria investasi yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan usaha antara lain: 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima selama umur bisnis pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk menghasilkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana bisnis ini memberikan NPV biaya yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun. Menurut Husnan dan Muhammad (2000) metode penghitungan Net Present Value (NPV) adalah dengan cara menghitung selisih antara nilai investasi sekarang dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebuh dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Jika NPV menghasilkan nilai positif maka investasi tersebut dapat diterima, sedangkan jika NPV tersebut bernilai negatif maka sebaiknya investasi tersebut ditolak (Kasmir dan Jakfar, 2003). 2. Internal Rate of Return (IRR) Menurut Jakfar dan Kasmir (2003) Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Ibrahim (1998) mendefinisikan IRR sebagai tingkat suku bunga yang membuat nilai NPV bisnis sama dengan nol. Investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka bisnis tersebut tidak layak dilaksanakan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku. 3. Net Benefit per Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit per Cost Ratio (Net B/C) adalah besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C 26

43 merupakan perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif dengan net benefit yang negative. Bisnis dikatakan layak bila NBCR lebih besar dari satu (Gray et al, 1992). 4. Pay Back Periode Merupakan kriteria tambahan dalam anaslisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seleruh pengeluaran investasi. Perhitungan dilakukan dengan cara nilai manfaat bersih yang terdapat pada cash flow didiskontokan dan dukumulatifkan. Metode ini juga membantu dalam memilih investasi yang terbaik diantara dua perusahaan yang mempunyai rate of return dan risiko yang sama. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) ada dua macam perhitungan yang akan digunakan dalam menghitung masa pengembalian investasi, yaitu apabila kas bersih setiap tahun sama dan apabila kas bersih setiap tahun berbeda. Permasalahan dari penggunaan metodi payback ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk digunakan sebagai pembanding (Husnan dan Muhammad, 2000). Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa metode-metode untuk menilai kelayakan tersebut memiliki perbandingan, karena metode untuk menilai kelayakan tersebut keputusannya tidak akan selalu sama. Husnan dan Muhammad (2000) membandingkan antara metode-metode tersebut yaitu NPV, IRR, PI, ARR dan PP. Dua metode yang pertama adalah average rate of return dan payback periode. Kedua metode tersebut mempunyai kelemahan yang sama yaitu diabaikannya nilai waktu uang. Padahal kita tahu nilai waktu uang sangat penting bagi proyek yang memberikan manfaat jangka panjang. Kalaupun metode payback tersebut di-discounted-kan masih ada kelemahan yaitu diabaikannya aliran kas setelah periode payback. Kelemahan utama dari payback periode adalah tidak ada dasar konsepsi untuk menentukan berapa payback maksimum yang diperkenankan. Metode kedua yang dibandingkan adalah metode NPV dan Profitable Index (PI), jika kedua metode tersebut dipakai untuk menilai suatu usulan investasi, maka perdefinisi hasilnya akan selalu konstan. Dengan kata lain jika 27

44 NPV mengatakan diterima maka PI juga mengatakan diterima, demikian pula sebaliknya. Metode yang terakhir untuk dibandingkan adalah NPV dan IRR, dimana jika keduanya digunakan dalam menilai suatu usulan investasi yang sama maka hasilnya pun akan sama. Meskipun mungkin bisa tidak selalu sama, hal ini terutama untuk pola aliran kas yang tidak normal. Jika dihadapkan pada pemilihan usulan investasi, maka antara kedua metode yaitu NPV dan IRR juga bisa memberikan keputusan yang tidak konsisten. Menurut Ibrahim (1998) internal rate of return merupakan tingkat bunga yang menyamakan antara harga beli aset (original outlays) dengan present value. Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui untuk mendapatkan nilai PV=original outlays harus menggunakan dua tingkat bunga. Tingkat bunga pertama menghasilkan present value lebih kecil dari original outlays dan tingkat bunga kedua lebih besar dari original outlays. Jika suatu proyek mempunyai nilai IRR lebih besar dari social discount rate maka proyek tersebut dinyatakan layak untuk dijalankan (feasible) dan untuk proyek-proyek yang nilai IRR nya lebih kecil dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) dinyatakan tidak layak. Sumbu tegaknya adalah NPV dan sumbu datarnya adalah tingkat bunga. Kesimpulan dari semua perbandingan metode penilaian investasi tersebut adalah bahwa metode yang seharusnya digunakan adalah metode NPV. Karena penggunaan NPV akan konsisten dengan tujuan suatu proyek. Hubungan antara IRR dan NPV tersebut akan jelas jika digambarkan dalam grafik (Gambar 1). NPV IRR Tingkat Bunga (%) 0 Gambar 3. Hubungan Antara IRR dengan NPV Sumber ; Nurmalina et al (2009) 28

45 Risiko dalam Investasi Menurut Husnan dan Muhamad (2000), setiap usulan investasi selalu mempunyai risiko. Semakin tinggi risiko suatu investasi, semakin tinggi tingkat keuntungan yang diminta para pemilik modal yang menanamkan modalnya. Hubungan yang positif antara risiko dan tingkat keuntungan merupakan pertimbangan dalam sebuah penilaian investasi. Ada beberapa pendekatan yang dipergunakan dalam pemasukan faktor risiko dalam investasi antara lain dalam pendefinisian risiko. Namun, apa pun definisi risiko yang dipergunakan maka hubungan yang positif antara risiko dan tingkat keuntungan harus tetap berlaku. Lebih lanjut Kasmir dan Jakfar (2003) mengungkapkan bahwa risiko kerugian yang ditimbulkan dalam sebuah investasi di masa yang akan datang disebabkan karena di masa yang akan datang penuh dengan berbagai ketidakpastian. Akan tetapi, yang paling penting untuk diperhatikan adalah memprediksikan risiko yang akan datang. Keown et al (2001) mendefinisikan risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar). Risiko merupakan suatu atas pengembalian yang diperkirakan seperti yang diukur sebagai deviasi standar. Semakin besar rentang penyimpangan yang mungkin terjadi, maka akan semakin besar risikonya. Standar deviasi adalah akar dari rata-rata penyimpangan pangkat dua dari setiap kemungkinan pengembalian terhadap pengembalian yang diharapkan. Semakin lama usia investasi semakin besar kemungkinan terjadi penyimpangan atas return yang diharapkan (σ) dari return rata-rata (E), yang disebabkan meningkatnya variabilitas. Suatu bisnis berisiko tinggi dapat disebabkan oleh faktor antara lain situasi ekonomi, situasi politik, situasi keamanan, situasi pasar, situasi konsumen dan lainnya. Sementara itu, menurut Brigham dan Houston (2001) risiko didefinisikan sebagai peluang bahwa kejadian yang tidak menguntungkan akan terjadi. Lebih jauh diungkapkan oleh Brigham dan Houston bahwa tidak ada investasi yang akan dilakukan kecuali tingkat pengembalian yang diharapkan cukup tinggi untuk mengkompensasi investor atas risiko investasi yang diharapkan. Jika risiko investasi dihubungkan dengan probabilitas laba aktual yang lebih kecil darpada 29

46 pengembalian yang diharapkan, maka semakin besar peluang bahwa pengembalian akan rendah atau negatif, semakin berisiko investasi tersebut. Bila risiko suatu investasi adalah nol, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan mestinya adalah tingkat keuntungan yang tidak mengandung risiko (tingkat keuntungan bebas risiko). Akan tetapi bila risiko suatu investasi diukur dengan standar deviasi maka teori yang berlaku adalah teori portofolio dan model penentuan harga aktiva (Capital Assets Pricing Model). Teori portofolio dan model penentuan harga aktiva berguna dalam masalah penilaian investasi dengan memasukan unsur risiko (yang diukur dengan standar deviasi) bisa dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, memilki berbagai jenis pilihan investasi. Memiliki berbagai jenis investasi, maka fluktuasi tingkat keuntungan akan semakin berkurang karena saling menguntungkan. Maka dengan demikian deviasi standar sekumpulan investasi tersebut (portofolio) akan cenderung lebih kecil daripada deviasi stanadar suatu investasi saja (Husnan dan Muhamad, 2000). Menurut Keown et al (2001) pengurangan risiko dapat dilakukan dengan mendiversifikasikan portofolio, akan tetapi hanya sampai satu titik. Risiko yang dapat dihindarkan hanyalah risiko spesifik atau risiko unik perusahaan (risiko yang dapat didiversifikasikan atau tidak sistematik). Risiko yang sistematik atau risiko pasar (risiko yang tidak dapat didiversifikasi) tidak dapat dihilangkan sebanyak apa pun kita mendiversifikasikannya. Menurut Weston dan Brigham (1995), terdapat tiga jenis risiko bisnis yang terpisah dan berbeda satu sama lain. Pertama, risiko berdikari (stand alone risk) dari bisnis itu sendiri yaitu risiko yang didasari asumsi bahwa bisnis tersebut merupakan satu-satunya aktiva perusahaan dan bahwa perusahaan tersebut merupakan satu-satunya perusahaan yang dimiliki para investor bersangkutan. Kedua, risiko dalam perusahaan (within firm risk) yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan diversifikasi portofolio dari pemegang saham. Risiko ini diukur dari variabelitas laba perusahaan yang diakibatkan oleh suatu bisnis tertentu. Ketiga, risiko pasar atau beta (market or beta risk) yaitu bagian dari risiko bisnis yang tidak dapat dieliminasi melalui diversifikasi, risiko ini diukur dengan beta koefisien. 30

47 Titik awal untuk menganalisis risiko berdikari dari suatu bisnis adalah penentuan ketidakpastian yang terkandung dalam arus kas bisnis. Tiga teknik untuk memperkirakan risiko berdikari bisnis yaitu, Analisis Sensitivitas, Analisis Skenario dan Analisis Monte Carlo. 1. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas proses menentukan bagaimana distribusi dari pengembalian yang mungkin untuk bisnis tertentu dipengaruhi oleh perubahan salah satu variable input (Keown et al (2001). Sedangkan Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung (dan kadang-kadang cukup) dalam menganalisa pengaruh-pengaruh risiko yang ditanggung dan ketidakpastian dalam analisa bisnis. Menurut Kadariah et al (1999), analisis sensitivitas tujuannya adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis bisnis jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Perubahan yang mungkin terjadi antara lain; kenaikan dalam biaya konstruksi (cost over run), perubahan dalam harga hasil produksi dan terjadi penurunan pelaksanaan pekerjaan. Lebih Lanjut Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa pada bidang pertanian, bisnis sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama, yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil. 2. Analisis Skenario Menurt Keown et al (2001) analisis skenario mengidentifikasikan hasil yang mungkin terjadi dalam kategori kasus yang paling jelek, terbaik, dan yang paling mungkin terjadi. Pihak manajemen akan memeriksa penyebaran ini untuk menentukan tingkat risiko bisnis dan kemudian membuat penyesuaian yang diperlukan. Analisis skenario merupakan analisis risiko yang mempertimbangkan sensitivitas NPV terhadap perubahan variabel-variabel kunci maupun rentangan (range) dari nilai-nilai variabel yang memungkinkan. Pada umumnya risiko berdikari bergantung pada kedua hal tersebut. Pada analisis skenario, terdapat keadaan yang negatif dan positif. NPV untuk keadaan buruk dan baik kemudian dihitung dan dibandingkan dengan NPV yang diharapkan atau NPV dasar. Nilai-nilai skenario terburuk dan 31

48 terbaik dapat diterapkan pada biaya tetap dan biaya variabel, tarif pajak penghasilan, nilai sisa, dan sebagainya (Weston dan Copeland, 1995). 3. Analisis Monte Carlo Menurut Weston dan Copeland (1995), simulasi Monte Carlo adalah teknik analisis skenario dimana kejadian yang cukup memungkinkan akan terjadi di masa yang akan datang, disimulasikan dalam komputer sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan indeks risiko. Pada hal ini, simulasi memerlukan komputer dengan daya yang cukup besar disertai paket perangkat lunak untuk perencanaan keuangan yang efisien, sementara analisis skenario dapat dilakukan hanya dengan menggunakan perangkat komputer (PC) serta program spreadsheet atau bahkan hanya dengan menggunakan kalkulator sekalipun. Keunggulan utama dari simulasi ini adalah dapat menunjukan berbagai hasil yang mungkin sekaligus dengan probabilitasnya Konsep Expected Return Preferensi investor terhadap risiko dibedakan menjadi tiga. Pertama, risk seeker, dimana investor yang menyukai risiko atau pencari risiko, kedua, risk neutral, dimana investor yang netral terhadap risiko dan ketiga yaitu risk averter, dimana investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko (Weston dan Copeland, 1995). Membuat keputusan investasi, ada dua faktor yang paling dipertimbangkan, yaitu pengembalian yang diharapkan (expected return ) dan risiko yang harus ditanggung. Pengembalian yang diharapkan (expected return ) sering dinyatakan dalam persentase, sehingga distilahkan dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return ). Risiko investasi merupakan konsekuensi yang harus ditanggung oleh investor, karena pengembalian di masa yang akan datang dari investasi dalam kondisi ketidakpastian (uncertainly). Antara risiko yang harus ditanggung dengan tingkat pengembalian yang diharapkan berhubungan sangat erat (Warsono, 2000). Keown et al (2001) menjelaskan expected return atau tingkat pengembalian yang dinginkan investor dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian minimum yang dibutuhkan yang dapat menarik para investor untuk 32

49 membeli atau memiliki sekuritas. Definisi tersebut mempertimbangkan biaya kesempatan investor dalam membuat investasi; yaitu, jika suatu investasi telah dilakukan maka investor tersebut harus melepaskan pengembalian yang diperoleh dari alternatif investasi terbaik berikutnya. Pengembalian yang dilepas ini merupakan biaya kesempatan dana (opportunity cost of found) dan sebagai konsekuensinya merupakan pengembalian yang diinginkan investor Penilaian Risiko Penilaian risiko dalam sebuah investasi diukur dari tiga hal, yaitu NPV yang diharapkan, standar deviasi, dan koefisien variasi. NPV yang diharapkan merupakan penjumlahan dari setiap probabilitas dikalikan dengan NPPV nya. Koefisien variasi merupakan pembagian dari standar deviasi dan NPV yang diharapkan. Bila nilai NPV yang diharapkan, koefisien variasi dan standar deviasi besar maka tingkat risiko yang dihadapi tinggi (Weston dan Copeland, 1995). Keown et al (2001) menjelaskan bahwa metode lain untuk menilai risiko dalam keputusan investasi adalah melalui penggunaan simulasi. Pendekatan tingkat kepastian yang setara dan tingkat diskonto, memberikan nilai tunggal untuk nilai sekarang bersih dengan risiko yang telah disesuaikan, sedangkan pendekatan simulasi memberikian penyebaran kemungkinan hasil untu nilai sekarang bersih dari suatu investasi atau tingkat pengembalian internal. Menurut Husnan dan Muhamad (2000), jika kita menilai suatu usulan investasi dengan menggunakan metode NPV, maka salah satu tugas yang harus dilakukan adalah menentukan tingkat bunga yang dianggap relevan. Tingkat bunga ini merupakan tingkat keuntungan yang diminta oleh pemilik dana, agar bersedia menyerahkan dananya kepada perusahaan. Apabila investor merasa bahwa bisnis tersebut mempunyai risiko tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diinginkan. Para investor selalu memilih investasi yang berisiko sama, tetapi diharapkan memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi atau investasi yang diharapkan memberikan tingkat keuntungan yang lebih sama, tetapi risiko yang lebih rendah. 33

50 Perhitungan Bunga Bunga merupakan biaya modal, besar kecilnya jumlah bunga yang merupakan beban terhadap peminjam (debitor) sangat tergantung pada waktu jumlah pinjaman, dan tingkat bunga yang berlaku (Ibrahim, 1998). Pada perhitungan matematics of finance dikenal tiga bentuk sistem perhitungan bunga, antara lain: 1. Simple Interest (Bunga Biasa) Besar kecilnya jumlah bunga yang diterima kreditor tergantung pada besar kecilnya principal (modal), interest rate (tingkat bunga) dan jangka waktu. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: B = f (P.i.n) Dimana : B = bunga P = Principal (modal) i = interest rate (tingkat bunga) n = jangka waktu 2. Compound Interest (Bunga Majemuk) Bunga majemuk biasa dilakukan dalam waktu yang relatif panjang dan dalam perhitungan bunga biasanya dilakukan lebih dari satu periode. Maka demikian, bunga majemuk adalah bunga yang terus menjadi modal apabila tidak diambil pada waktunya (Ibrahim, 1998). Menurut Keown (2001) bunga majemuk merupakan bunga yang terjadi ketika bunga dibayar terhadap investasi selama periode pertama ditambahkan kepokoknya kemudian, selama periode kedua bunga ditambahkan pada jumlah yang baru. Perhitungan bunga majemuk dilakukan secara reguler dengan interval tertentu, setiap bulan, setiap kuartal, setiap 6 bulan atau setiap tahun. Tingkat bunga setiap interval adalah tingkat bunga setahun dibagi dengan interval yang digunakan. Rumus matematis yang menggambarkan bunga majemuk dituliskan sebagai berikut : FV 1 = PV (1+i) atau S = P (1+i) n 34

51 Dimana: FV = future value (nilai masa depan dengan investasi diakhir tahun pertama) i = interest rate (tingkat suku bunga (diskonto) tahunan) PV/P = present value (nilai sekarang atau jumlah investasi mula-mula di awal tahun pertama) S = jumlah penerimaan n = periode waktu Nilai (1+i) n disebut dengan compounding factor, yaitu suatu bilangan yang digunakan untuk menilai uang pada masa yang akan datang (future value). Nilai (1+i) -n disebut dengan discount factor,yaitu suatu bilangan untuk menilai uang dalam bentuk present value (nilai sekarang). Besarnya uang di masa yang akan datang maupun jumlah uang pada saat ini tergantung pada besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan. Tingkat bunga yang sama akan memberikan hasil yang berbeda, apabila frekuensi bunga majemuk yang dilakukan dalam satu tahun juga berbeda (Ibrahim, 1998). 3. Annuity (Anuitas) Menurut Keown (2001) anuitas adalah serangkaian pembayaran yang sama untuk jumlah tahun tertentu. Besarnya jumlah pembayaran setiap intervalnya tergantung dari jumlah pinjaman, jangka waktu dan tingkat bunga. Tingkat bunga pada setiap interval tergantung pada interval bunga majemuk yang dilakukan,bisa terjadi pada setiap bulan, setiap kuartal, setiap 6 bulan atau setiap tahun (Ibrahim, 1998). Semua anuitas melibatkan serangkaian pembayaran yang sama untuk jumlah tahun tertentu, namun ada dua tipe dasar anuitas yaitu anuitas biasa dan anuitas jatuh tempo. Pada anuitas biasa, pembayaran disaumsikan terjadi pada akhir tiap periode, sedangkan pada anuitas jatuh tempo pembayaran terjadi pada awal tiap periode. Oleh karena itu, anuitas jatuh tempo memberikan pembayaran yang lebih cepat (pada awal tiap periode dan bukan pada akhir periode seperti anuitas biasa), maka nilai sekarang akan menjadi lebih besar (Keown, 2001). 35

52 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Penggilingan padi merupakan salah satu tahapan pasca panen padi yang terdiri dari rangkaian beberapa proses untuk mengolah gabah menjadi beras siap dikonsumsi. Penggilingan padi sebagai mata rantai akhir dari proses produksi beras, mempunyai peranan yang penting untuk ditingkatkan kinerja dan efisiensinya sehingga dapat menyumbang pada peningkatan produksi beras. Kabupaten Karawang memiliki luas lahan sawah mencapai ha (Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, 2009 ). Besarnya areal sawah yang dimiliki mengakibatkan pengusahaan penggilingan di daerah tersebut berkembang dengan baik. Sinar Ginanjar merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang. Saat ini penggilingan padi sinar ginajar menggunakan konfigurasi mesin penggilingan yang terdiri dari Husker-Separator-Polisher. Namun penggunaan mesin-mesin penggilingan padi yang digunakan adalah mesin yang sudah tua sehingga mempengaruhi rendemen beras yang dihasilkan. Akan tetapi, penggunaan separator di Sinar Ginanjar cukup membantu dalam meningkatkan rendemen beras yaitu dengan mencapai 2.5 ton per hari, bila dibandingkan dengan penggilingan padi skala kecil tanpa separator yaitu hanya menghasilkan rendemen beras satu ton per hari. Untuk memperoleh hasil giling lebih banyak dengan mutu yang lebih baik serta meningkatnya nilai tambah, penggilingan padi Sinar Ginanjar memerlukan konfigurasi mesin penggilingan yang lebih modern. Akan tetapi penambahan konfigurasi mesin penggilingan padi tersebut membutuhkan biaya yang relatif besar. Pemenuhan kebutuhan akan mesin-mesin pengilingan padi,serta dalam rangka peningkatan nilai tambah dari output yang dihasilkan, dilakukan dengan kegiatan investasi. Penggilingan padi Sinar Ginjar memerlukan investasi untuk meringankan beban biaya yang harus ditanggung untuk pemenuhan mesin-mesin penggilingan padi. Namun, dalam melakukan kegiatan investasi pada penggilingan padi termasuk pada penggilingan padi Sinar Ginanjar, memiliki berbagai risiko yang dapat ditimbulkan. 36

53 Risiko yang mungkin timbul pada kegiatan investasi di penggilingan padi Sinar Ginanjar adalah risiko produksi dan risiko harga. Risiko produksi pada kegiatan investasi di penggilingan padi Sinar Ginanjar, disebabkan oleh fluktuasi perolehan bahan baku utama yaitu gabah, yang tidak selalu kontinu didapatkan oleh penggilingan padi Sinar Ginanjar. Sedangkan risiko harga pada kegiatan investasi di penggilingan padi Sinar Ginanjar, yaitu berupa fluktuasi harga output yang dihasilkan yaitu beras dan akses pada penggilingan padi, serta akses dalam perolehan bahan baku utama. Kenaikan harga tersebut meliputi juga kenaikan harga bahan baku. Untuk itu perlu dilakukan tinjauan kegiatan investasi pada penggilingan padi Sinar Ginanjar untuk agar menghindari kerugian yang terlalu besar dalam penanaman modal, meminimimalisasi biaya, dan mempertimbangkan risiko dalam investasi. Maka untuk itu diperlukan suatu analisis kelayakan investasi usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar pada kondisi risiko. Analisis kelayakan investasi pada pengusahaan penggilingan padi dengan menganalisis aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial dan lingkungan, aspek manajemen,aspek hukum dan aspek finansial. Kriteria kelayakan investasi yang dianalisis adalah NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Setelah analisis tersebut dilakukan, selanjutnya adalah menganalisis tingkat risiko yang ditimbulkan dengan menggunakan Tingkat pengembalian yang diharapkan, standar deviasi dari tingkat pengembalian yang diharapkan dan Coefficient Variation dari tingkat pengembalian yang diharapkan. Setelah rangkaian analisis tersebut dilakukan, maka dapat diketahui apakah invetasi yang dilakukan pada Penggilingan Padi Sinar Ginanjar di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat layak diusahakan atau tidak. Bila tidak layak, maka perlu dilakukan suatu evaluasi terhadap penggunaan biaya oleh penggilingan padi Sinar Ginanjar. Jika analisis tersebut menunjukan kelayakan, maka upaya kegiatan investasi pada penggilingan padi dapat dijalankan. Ada pun kerangka pemikiran mengenai kelayakan investasi pada pengusahaan penggilingan padi tersebut ditunjukan pada Gambar 4. 37

54 Teknologi Mesin Penggilingan Padi Kecil Oleh Sinar Ginanjar Upaya Perbaikan Nilai Tambah, Peningkatan Rendemen Beras dengan Penambahan Konfigurasi Mesin Penggilingan Investasi Pada Penggilingan Risiko Investasi Pada Penggilingan Padi Risiko Produksi Risiko Harga Meninjau Efisiensi dan Efektifitas Penggilingan Padi Analsisis Kelayakan Investasi Penggilingan Padi Aspek Non Finansial Aspek Teknis, Aspek Pasar, Aspek Manajeman dan Hukum, Apek Sosial dan Lingkungan Aspek Finansial 1. NPV 2. IRR 3. Net B/C 4. PP 1. Tingkat Pengembalian yang diharapkan 2. Standar Deviasi 3. Koefisien Variasi Tidak Layak Tinjauan ulang oleh Sinar Ginanjar Layak Kegiatan Investasi dapat dilanjutkan Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional 38

55 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan, bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra produksi padi, hal tersebut dapat dilihat dari besarnya luas areal sawah di Kecamatan Kota Baru pada tahun 2009 yang mencapai ha. Pemilihan lokasi tersebut juga dikarenakan di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru memiliki empat penggilingan padi khususnya penggilingan padi berskala kecil. Akan tetapi penggilingan padi Sinar Ginanjar merupakan penggilingan yang memiliki akses terdekat dengan jalan raya dan sudah memiliki investor untuk ikut mengembangkan skala usaha penggilingan padi tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Desember 2010 yang mencakup penyusunan proposal hingga penyusunan draft skripsi Metode Penentuan Sampel Metode penentuan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dengan jenis Judgment Sampling, pemilihan teknik sampling tersebut dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa tempat tersebut sesuai untuk dijadikan lokasi penelitian karena memiliki sejumlah informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Pada hal ini tempat penelitian yang digunakan adalah satu penggilingan padi berskala kecil di Desa Jomin Timur, Kota Baru, Kabupaten Karawang yang sedang dilakukan penambahan modal oleh investor untuk menjadi penggilingan padi berskala besar Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi tentang penggilingan padi yang diperoleh dari pengamatan langsung, wawancara langsung secara terpadu dengan pemilik

56 penggilingan yang menggunakan kuesioner, buruh penggilingan, dan pihak-pihak yang terkait. Data primer yang diambil antara lain data jumlah rata-rata gabah yang digiling perhari dan jam kerja per hari, biaya operasional penggilingan seperti pemakaian bahan bakar per hari, listrik, upah buruh dan sebagainya, data biaya jasa giling per kilogram, fasilitas yang tersedia dan digunakan di penggilingan padi yang diperoleh melalui metode wawancara. Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Pangan dan Kehutanan Kabupaten Karawang, Departemen Pertanian, internet, literatur yang relevan seperti jurnal, buku teks, majalah, surat kabar dan sebagainya serta penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan bahan rujukan yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder yang diambil antara lain harga gabah dan beras tingkat petani, penggilingan dan pasar, kondisi wilayah Kabupaten Karawang, harga mesin-mesin penggilingan padi dan sebagainya Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli Agustus 2010 atau selama 2 bulan. Lokasi pengumpulan data meliputi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, Perpustakaan IPB, Badan Pusat Statistik. Pada pengumpulan data primer, data diperoleh langsung dari Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara langsung, wawancara mendalam dan obesrvasi. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk mengumpulkan data primer. Sedangkan untuk data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan browsing internet. Pengambilan data dengan metode pengamatan langsung dilokasi penelitian, yakni dengan wawancara dan pengatan langsung dengan berbagai pihak yang terkait disekitar lokasi penelitian dan juga pihak atau instansi terkait dengan penelitian mengenai kelayakan investasi penggilingan padi ini. Selain itu, data juga dikumpulkan melalui penelusuran pustaka ataupun literatur di perpustakaan IPB, instansi terkait dan media cetak maupun internet. 40

57 4.5. Metode Pengolahan Data Data dan informasi yang sudah diperoleh diolah dengan bantuan komputer melalui program Excel Windows XP dan kalkulator. Setelah itu dikelompokan dan disajikan dalam bentuk table (tabulasi) kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif untuk mempermudah proses analisis data. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengusahaan penggilingan padi secara deskriptif atau dengan cara diinterpretasikan dari tiap-tiap aspek dalam studi kelayakan investasi ini. Aspek tersebut antara lain aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek hukum. Analisis secara kuantitatif dilakukan terhadap aspek finansial pengusahaan penggilingan padi, dengan membandingkan biaya dan manfaat yang diperoleh dimasa sekarang dengan masa mendatang melalui tingkat diskonto tertentu. Selain itu, analisis secara kuantitaif ini juga menganalisis adanya risiko investasi pada pengusahaan padi yaitu kekurangan bahan baku gabah sehingga volume produksi penggilingan padi menurun, harga output dan bahan baku termasuk mesin-mesin penggilingan padi yang digunakan. Aspek finansial yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C) dan Pay Back Periode Analisis Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut dibangun. Aspek teknis mencakup lokasi proyek, seberapa skala operasi atau luas produksi yang ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis, tata letak (layout), bagaimana proses produksi dilakukan, ketepatan penggunaan teknologi (Husnan dan Muhamad, 2000). Apabila penggilingan padi Sinar Ginanjar sudah melakukan kegiatan produksi sesuai kriteria pengelolaan penggilingan padi yang baik seperti, jarak antara lokasi penggilingan dengan bahan baku dan pasar relatif terjangkau, terdapat akses yang mudah dari dan menuju lokasi penggilingan, tata letak mesin sudah efektif, serta proses kegiatan penggilingan yang baik, maka usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. 41

58 Analisis Aspek Pasar Analsisi aspek pasar mencakup ada tidaknya pasar, seberapa besarnya pasar yang ada, potensi pasar, dan tingkat persaingan yang ada, termasuk besarnya market share yang akan direbut dan market share pesaing (Kasmir dan Jakfar, 2003). Dalam aspek pasar ini banyak hal yang akan dikaji, antara lain berkaitan dengan adanya permintaan, baik secara meyeluruh maupun secara terperinci seperti menurut jenis konsumen, daerah dan proyeksi permintaan. Selain itu adanya penawaran juga mempengaruhi aspek pasar, yaitu penawaran terhadap input dan output yang dibutuhkan dalam sebuah usaha, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu usaha sudah berproduksi, dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh usaha yang diteliti ini. Dalam penelitian ini, aspek penawaran dan permintaan mencakup kebutuhan bahan baku penggilingan seperti gabah, alat mesin penggilingan padi sampai distribusi dan pemasaran hasil yaitu pemasaran hasil penggilingan padi. Segemen pasar yang ada juga menjadi kajian dalam aspek pasar ini, dimana segmen pasar berdasarkan geografis, status sosial, ataupun atas dasar-dasar lainnya. Sehingga hal tersebut juga menentukan strategi pemasaran yang digunakan dalam pemasaran produk penggilingan padi. Apabila semua aspek tersebut dapat dipenuhi oleh penggilingan padi Sinar Ginanjar, maka usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar pada aspek pasar layak untuk dijalankan Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting untuk kelayakan suatu proyek investasi. Karena walaupun suatu proyek investasi telah dinyatakan layak untuk diusahakan tanpa dukungan dengan manajemen yang baik, maka bukan tidak mungkin proyek tersebut tidak akan berjalan dengan lancar bahkan mengalami kegagalan. Aspek manajemen yang akan dikaji dalam penelitian ini menyangkut sumberdaya manusia (SDM) yang digunakan dalam kegiatan pengusahaan kegiatan pengilingan padi, serta fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang diterapkan dalam proses operasional maupun non operasional. Dalam hal ini termasuk bahan kajian adalah mengenai pembagian kerja di pengusahaan penggilingan padi. 42

59 Apabila penggilingan padi Sinar Ginajar dapat melakukan pengelolaan dan pembagian kerja pada kegiatan usahanya maka usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar pada aspek manajemen layak untuk dijalankan. Tujuan dari analisis aspek hukum ini adalah meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Aspek hukum ini berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin-izin usaha atau berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Aspek hukum ini meliputi badan hukum pengusahaan penggilingan padi, izin-izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha penggilingan padi. Persyaratan hukum seperti izin usaha, kepemilikan dokumen-dokumen tersebut sudah dipenuhi oleh penggilingan padi Sinar Ginanjar, maka penggilingan padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan pada aspek hukum Analisis Sosial dan Lingkungan Analisis proyek investasi akan selalu ingin mempertimbangkan secara teliti pengaruh yang akan merugikan suatu proyek pada golongan-golongan tertentu dalam daerah-daerah tertentu (Gittinger, 1986). Pada aspek ini, analisis akan dilakukan untuk menilai apakah pengusahaan penggilingan padi memiliki dampak positif atau negatif setelah dan sebelum adanya investasi. Dampak positif dan negatif ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, baik pengusaha sendiri maupun masyarakat luas termasuk pemerintaan. Apabila dalam pengelolaannya penggilingan padi Sinar Ginajar mampu mengelola limbah kegiatan produksinya dengan baik, maka penggilingan padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan pada aspek sosial lingkungan Analisis Aspek Finansial Aspek ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu proyek. Analisis finansial mengkaji berbagai kebutuhan dana investasi, baik kebutuhan dana untuk aktiva tetap yang meliputi tanah dan pengembangan lokasi, pabrik dan mesin-mesinnya, maupun dana untuk modal kerja (Husnan dan Muhamad, 2000). Secara keseluruhan penilaian dalam aspek finansial ini meliputi sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi 43

60 pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek, proyeksi neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa periode ke depan, kriteria penilaian investasi dan rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan. Setiap kriteria investasi menggunakan present value yang telah didiskonto dari arus-arus benefit dan biaya selama umur proyek. 1. Net Present Value (NPV) Menurut Ibrahim (1998), NPV merupakan selisih antara Present Value dan Benefit dan present value dari biaya. Dalam evaluasi suatu proyek investasi, apabila perhitungan nilai NPV 0 menandakan bahwa proyek tersebut layak untuk dijalankan. Jika nilai NPV = 0, maka proyek tersebut dikembalikan tepat sebesar Social Opportunity Cost of Capital atau berada pada posisi break event point (BEP) dimana TR = TC. Jika nilai NPV 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. Menurut Kadariah et al (1999) penentuan nilai NPV dapat dituliskan sebagai berikut: NPV = n B t ( i) t= 0 1+ C Dimana : NPV = Net Present Value ( Nilai Bersih sekarang) N = Umur proyek Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga yang berlaku t = 1,2,3,4 dst t t 2. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net present value sama dengan nol dalam suatu proyek. Setiap benefit bersih yang diwujudkan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapat tingkat keuntungan suku bunga yang sama yang diberi bunga selama sisa umur proyek. 44

61 Jika ternyata IRR dari suatu proyek sama dengan nilai i yang berlaku sebagai social discount rate, maka NPV dari proyek itu adalah sebesar 0. Jika IRR < social discount rate, maka NPV < 0. Oleh karena itu, jika suatu nilai IRR yang lebih besar daipada/sama dengan social discount rate menunjukan suatu proyek tersebut layak untuk dijalankan, sedangkan IRR kurang dari social discount ratenya memberikan tanda tidak layak untuk dijalankan (Ibrahim,1998). Penentuan IRR sebagai berikut: Di mana : IRR = i NPV 1 [ ( i ) ] i2 NPV1 NPV2 IRR = tingkat pengembalian internal NPV1 = nilai sekarang bersih pada discount rate NPV2 = nilai sekarang bersih pada discount rate i 1 = discount rate percobaan pertama i2 = discount rate percobaan kedua 3. Net Benefit per Cost (Net B/C) Net Benefit per Cost (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif dengan net benefit yang telah di discount negatif. Apabila Net B/C 1 menandakan bahwa proyek layak untuk dijalankan dan bila Net B/C < 1 menandakan bahwa proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan (Kadariah,1999). Penentuan Net B/C sebagai berikut: NetB / C n t= 0 = n Bt Ct ( 1+ i) Bt Ct t= 0 ( 1+ i ) Dimana: Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t n = Umur proyek (tahun) i = Discount rate (%) Untuk pembilang yaitu Bt Ct > 0 dan penyebut yaitu Bt Ct < 0. t t 45

62 4. Payback Periode Payback periode merupakan jangka waktu tertentu yang menunjukan terjadinya arus penerimaan (cash in flow) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback periode dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Metode ini juga membantu dalam memilih investasi yang terbaik diantara dua perusahaan yang mempunyai rate of return dan risiko yang sama. Semakin pendek periode pengembalian investasi suatu proyek akan semakin lancar perputaran modal (Ibrahim,1998). Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), ada dua macam model perhitungan yang akan digunakan dalam menghitung masa pengembalian investasi, yaitu sebagai berikut: a. Apabila kas bersih setiap tahun sama b. Apabila kas setiap tahun berbeda Investasi PP = x 12 bulan Kas bersih/tahun Kelemahan metode payback periode ini adalah mengabaikan time value of money dan tidak mempertimbangkan arus kas yang terjadi setelah masa pengembalian Penilaian Risiko dalam Investasi Setiap keputusan investasi pastia akan menghasilkan return dan mempunyai risiko tertentu yang beragam. Berdasarkan pada kenyataan tersebut, semua harus ditinjau dari pengembalian yang diharapkan dan risiko yang dihadapi. Semakin tinggi risiko dari suatu investasi maka semakin besar tinggi tingkat pengembaliannya. Penelitian ini, teknik mengukur risiko yang digunakan adalah analisis skenario. Analisis skenario merupakan teknik menganalisis dan mengidentifikasi hasil yang mungkin terjadi dalam kategori pada kondisi buruk dan terbaik, serta kejadian yang plaing mungkin terjadi. Skenario terburuk adalah keadaan dimana semua variabel masukan diberi nilai terburuk berdasarkan perkiraan yang masih 46

63 wajar. Skenario terbaik adalah keadaan dimana semua variabel masukan diberi nilai terbaik berdasarkan perkiraan yang wajar. Skenario dasar merupakan keadaan dimana untuk semua variabel diberikan nilai yang paling memungkinkan. Dalam analisis skenario terdapat ukuran untuk menilai tingkat risiko dalam investasi yaitu NPV yang diharapkan, deviasi standar dari pengembalian yang diharapkan dan Coefficient Variation NPV yang Diharapkan (Pengembalian yang Diharapkan) Keuntungan atau pengembalian yang diharapkan didapat dalam bentuk arus kas. Tingkat pengembalian yang diharapkan merupakan rata-rata tertimbang semua kemungkinan pengembalian dengan pengembalian ditimbang atas probabilitas yang terjadi (Weston dan Brigham, 2001). Penentuan nilai NPV yang diharapkan sebagai berikut : NPV Yang Diharapkan = PP ii (NNNNNN ii ) Dimana : P i = Probabilitas tingkat pengembalian ke-i yang mungkin dihasilkan i = 1,2,3.dst (1=Kondisi Tertinggi, 2 = Kondisi Normal, 3 = Kondisi Terendah dst) NPV = Tingkat Pengembalian ke-i yang mungkin dihasilkan nn ii=1 Semakin tinggi NPV yang diharapkan, maka tingkat risiko yang dihadapi semakin besar Deviasi Standar dari Pengembalian yang Diharapkan Menurut (Weston dan Brigham, 2001) standar deviasi (σ) adalah akar dari rata-rata penyimpangan pangkat dua dari setiap kemungkinan pengembalian terhadap pengembalian yang diharapkan. Makna dari ukuran standar deviasi dari NPV adalah semakin kecil nilai standar deviasi dari NPV maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Secara matematis standar deviasi dari NPV dapat dituliskan sebagai berikut : 47

64 nn σσ = PP ii (NNNNNN ii EE NPV ) 2 tt=1 Dengan : n = Jumlah hasil yang memungkinkan atau banyaknya tingkat pengembalian investasi yang berbeda NPV i E (NPV) P i = Nilai tingkat pengembalian ke-i yang diharapkan = Tingkat pengembalian yang diharapkan = Kemungkinan atau probabilitas hasil pengembalian ke-i akan terjadi σσ = standar deviasi dari pengembalian yang diharapkan Coefficient Variation (CV) Coefficient Variation dari tingkat pengembalian yang diharapkan diukur dari rasio standar deviasi dari pengembalian yang diharapkan dengan pengembalian yang diharapkan. Semakin kecil nilai Coefficient Variation maka semakin rendah risiko yang dihadapi (Weston dan Brigham, 2001). Secara matematis CV NPV dapat dituliskan sebagai berikut: CCCC NPV = σσ NNNNNN E (NPV) Dengan: CCCC NPV = Coefficient Variation dari tingkat pengembalian yang diharapkan σσ NNNNNN E (NPV) = Standar deviasi dari pengembalian yang diharapkan = Tingkat pengembalian yang diharapkan 4.6. Asumsi Dasar Analisis kelayakan investasi pada pengusahaan penggilingan padi Sinar Ginajar di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang menggunakan asumsi sebagai berikut: 1. Penggilingan padi yang dianalisis adalah penggilingan padi berskala kecil. Studi kasus penelitian ini pada penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak 48

65 Candran, penggilingan padi Sinar Ginanjar menggunakan konfigurasi mesin penggilingan Husker-Separator-Polisher. 2. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berproduksi hanya 22 hari dalam 1 bulan, yaitu pada hari senin dan jumat tidak melakukan produksi atau 8,8 bulan berproduksi dalam satu tahun. 3. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha penggilingan padi adalah modal sendiri, yaitu yang berasal dari investor sebesar Rp.70,000,000,- 4. Analisis kelayakan ini menggunakan dua kondisi yaitu kondisi I dan kondisi II. Kondisi I merupakan analisis kelayakan tanpa risiko (kondisi normal) dan kondisi II merupakan analisis kelayakan dengan adanya risiko yaitu Risiko Harga dan Risiko Produksi. Kondisi II memiliki tiga skenario yaitu skenario I analisis dengan kondisi terbaik, skenario II dengan kondisi nomal, dan skenario III dengan kondisi terburuk. 5. Umur proyek analisis kelayakan investasi penggilingan padi ini didasarkan pada umur teknis aset terpenting pada penggilingan padi yaitu mesin penggilingan padi. Umur proyek dari analisis kelayakan investasi penggilingan padi ini untuk mesin penggilingan adalah 15 tahun 6. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga pinjaman di Bank Rakyat Indonesia yaitu 12 persen per 12 bulan pada bulan Maret tahun 2010 dan diasumsikan konstan, dengan alasan pemilihan tingkat suku bunga pinjaman tersebut dikarenakan untuk lebih menarik minat investasi yang lebih tinggi. 7. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dikeluarkan setelah dikurangi nilai penyusutan per tahun selama Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tidak dikelola oleh Bapak Candran. 8. Penerimaan untuk hasil sampingan beras (dedak, menir dan sekam) dan jasa giling dianggap tetap setiap tahunnya. 9. Penerimaan hasil jasa giling mengikuti produksi beras Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. 10. Harga beras dan bahan baku gabah yang digunakan untuk kondisi tanpa risiko adalah harga yang berlaku di pasar yaitu pada bulan mei sesuai dengan harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah/bulog mengenai bahan baku gabah. 49

66 11. Beras yang dihasilkan diasumsikan sudah berupa beras kepala yang utuh 12. Nilai sisa yang diperoleh dari nilai sisa brang-barang yang sifatnya investasi dan masih bernilai serta berada di akhir tahun proyek, seperti bangunan dan mesin-mesin peralatan pendukung kegiatan lainnya. Perhitungan nilai sisa peralatan ditetapkan sebesar 5 persen. 13. Biaya yang digunakan untuk kegiatan pengusahaan penggilingan padi adalah biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 dan terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan untuk peralatanperalatan yang sudah habis umur ekonomisnya. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan usaha. Biaya operasional Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 14. Biaya variabel di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar diasumsikan terus meningkat setiap tahunnya sebesar 1 persen. 15. Biaya investasi dan biaya operasional Penggilingan Padi Sinar Ginanjar diasumsikan sama untuk kondisi tanpa risiko dan kondisi dengan risiko harga. 16. Pajak Pendapatan yang digunakan sesuai dengan Tarif dan PTKP yang dikeluarkan oleh Direktorat Pajak tentang penghasilan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yaitu: - Pasal 17 ayat 1 b : Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen) untuk tahun Pasal 17 ayat 2 a : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 % (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun

67 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Latar Belakang Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Pada tanggal 1 September 1994 Penggilingan Padi Sinar Ginanjar didirikan, perusahaan ini bergerak dibidang pengolahan padi dan penjualan beras. Usaha penggilingan padi ini berskala kecil dan masuk kedalam kategori usaha Perdagangan Eceran Khusus Beras. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berlokasi di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang. Kepemilikan penggilingan padi ini secara bergantian. Pada awalnya Penggilingan Padi Sinar Ginanjar didirikan oleh Almarhum Bapak Zaenal Abidin,namun dikarenakan permasalahan ekonomi pada tahun 1998, akhirnya pada tahun 1998 Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dipindahalihkan atas nama Bapak Candran pemilik penggilingan padi sampai saat ini. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dilatarbelakangi oleh pemilik penggilingan melihat peluang dengan keberadaan areal sawah yang ada masih relatif banyak, saat ini areal sawah Kecamatan Kota Baru mencapai Ha, sehingga dengan melihat besarnya areal sawah tersebut pemilik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar yang saat itu masih milik Almarhum Bapak Zaenal Abidin melihat peluang untuk membuka usaha di bidang pengolahan padi. Saat itu jumlah penggilingan padi di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang masih sedikit, kalaupun ada lokasinya relatif jauh khususnya akses dengan jalan raya. Untuk itu dengan keuntungan lokasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar atas kemudahan akses yang dimilikinya, berdirilah sebuah penggilingan padi skala kecil dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dibandingkan dengan penggilingan yang ada sebelumnya. Adapun maksud dan tujuan didirikannya Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ini diantaranya untuk mendapatkan keuntungan dengan usaha penjualan baik berupa beras, gabah kering dan basah dan jasa penggilingan padi untuk masyarakat sekitar. Selain itu maksud lain pendirian Penggilingan Padi Sinar Ginanjar adalah untuk memudahkan akses para pemilik gabah atau petani untuk melakukan penggilingan, karena jarak Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dengan jalan raya tidaklah jauh.

68 Unit Penggilingan Padi Sinar Ginanjar yang dimiliki oleh Bapak Candran tergolong tua. Fasilitas yang ada terdiri dari bangunan yang berukuran 16x12 m 2, lantai jemur berukuran 16x16 m 2, mesin penggilingan yang terdiri dari dua mesin huller tapi saat ini yang aktif hanya satu mesin dan satu mesin polisher serta 2 motor penggerak. Pembangunan dan pembelian awal mesin dilakukan bersamaan pada tahun berdirinya Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dan telah beroperasi 16 tahun. Lantai jemur milik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar mampu menampung 2-3 ton Gabah Kering Panen (GKP) untuk dijemur Jalinan Kerjasama Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tidaklah mempunyai pemasok yang tetap, sehingga aktivitas penggilingan tergantung dari ketersediaan padi. Dalam melaksanakan usahanya, pada awal berdirinya Penggilingan Padi Sinar Ginanjar banyak melakukan kerjasama dengan beberapa pengumpul di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang untuk memasok gabah di penggilingan. Jalinan kerjasama tersebut hanya sebatas kepada pengadaan gabah dan penjualan beras, akan tetapi jangkauannya masih disekitar Kecamatan Kota Baru yang dulu masih Kecamatan Cikampek. Namun saat ini Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tidak melakukan kerjasama lagi, hanya mengandalkan gabahgabah yang siap beli dari petani dan pengumpul lainnya. Pada saat kepemilikan penggilingan oleh Bapak Candran, selain menjadi tempat penggilingan, sebagian tempat di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar juga digunakan peternakan unggas, hal itu membantu perekonomian keluarga dan menambah modal Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Kerjasama Sinar Ginanjar dengan pedagang biasanya pada saat penggilingan saja,dimana para pedagang besar tersebut rutin melakukan penggilingan di Sinar Ginanjar untuk beras yang akan dijual. Saat ini Penggilingan Padi Sinar Ginanjar melakukan kerjasama dengan Bapak Nawawi seorang pegawai BUMN asal Cengkareng, Tanggerang dalam pengadaan modal. Hal tersebut diperkuat dengan surat perjanjian kerjasama diatas materai yang disaksikan oleh notaries. Isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa sebagai pihak pertama yaitu Bapak Nawawi sebagai penyedia modal dan pihak kedua yaitu Pemilik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Bapak Candran sebagai 52

69 penyedia jasa penggilingan dan sebagai pelaksana. Kerjasama tersebut dimulai pada bulan Januari 2010, dengan isi perjanjian kerjasama bahwa pihak pertama akan memberikan modal untuk pengembangan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Adapun pihak kedua yaitu Penggilingan Padi Sinar Ginanjar meyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran usaha. Perjanjian tersebut tidak disertai dengan batas waktu yang pasti. Pada awalnya jalinan kerjasama antara pihak Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dan Bapak Nawawi hanya sebatas menanamkan modal untuk menyediakan beras saja, yang kemudian dikirim ke tempat tujuan yang diinginkan oleh Bapak Nawawi. Akan tetapi setelah lama berjalan modal yang diberikan oleh Bapak.Nawawi juga diberikan untuk pengembangan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Kerjasama tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, karena selain bisa menambah keuntungan dari jasa penggilingan kerjasama tersebut memberi peluang kepada Penggilingan Padi Sinar Ginanjar untuk memasuki pasar yang lebih luas. Kemampuan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar untuk menyerap pasar beras khususnya di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang terbilang cukup baik dari pesaing yang sama di bidang jasa penggilingan padi. Saat ini pesaing Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dibidang jasa penggilingan ada tiga pesaing. Untuk di Kabupaten Karawang secara luas, kemampuan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar untuk meyerap pasar beras masih tergolong sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan penghasil beras terbesar dan pemasok beras terbesar di Kabupaten Karawang berasal dari penggilingan padi besar. Penggilingan padi besar tersebut selain memiliki areal pesawahan yang cukup besar, mereka juga memiliki merek dagang sendiri untuk memasarkan berasnya dan penggilingan padi besar tersebut melakukan kerjasama dengan petani-petani di beberapa titik sentra produksi padi untuk mendukung kegiatannya Risiko Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Pada kegiatan usaha penggilingan padi ini dihadapkan pada risiko, risiko tersebut baik risiko produksi maupun risiko harga output. Indikasi adanya risiko 53

70 dalam kegiatan pengusahaan penggilingan padi ini yaitu adanya fluktuasi produksi dan harga hasil gilingan yang diperoleh. Salah satu risiko yang dihadapi oleh usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar adalah risiko produksi. Setiap kondisi akan menunjukan produksi yang dihasilkan. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel. Tabel 5. Produksi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Pada Setiap Kondisi. Kondisi Gabah Kering Giling (Ton) Beras (Ton) Terbaik 3 2 Normal 2,5 1,5 Terburuk 2 1 Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dalam melakukan kegiatannya terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko produksi (kondisi terbaik,normal dan terburuk). Penyebab munculnya risiko produksi pada kondisi terbaik dan terburuk yaitu tingkat permintaan, hasil panen, curah hujan, kualitas gabah dan susut penggilingan, Faktor-faktor tersebut antara lain: a) Tingkat Permintaan Tingkat permintaan beras yang tinggi akan meningkat produksi beras di penggilingan. Biasanya produksi beras di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar akan meningkat jika permintaan akan beras dari konsumen dan pedagang besar meningkat. Permintaan beras tersebut terkadang tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku yang rendah. Hal tersebut menjadi kendala bagi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar untuk melakukan produksi khsususnya untuk berproduksi lebih tinggi. b) Hasil Panen Hasil panen yang melimpah akan menguntungkan bagi penggilingan. Biasanya panen yang melimpah akan meningkatkan persediaan gabah bagi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Karena pada musim panen, penggilingan padi Sinar Ginanjar akan memiliki persediaan yang cukup bahkan lebih. Tidak semua gabah yang dimiliki oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar akan digiling, gabah-gabah tersebut 54

71 akan disimpan untuk persediaan. Jika hasil panen yang diperoleh sedikit maka persediaan gabah bagi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar akan sedikit, karena Penggilingan Padi Sinar Ginanjar biasanya akan mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku. Selain itu, faktor cuaca dan hama penyakit mempengaruhi hasil panen yang diperoleh. c) Curah hujan Curah hujan yang cukup akan memberikan keuntungan bagi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Hal tersebut akan memberikan dambapak terhadap hasil penjemuran gabah yang biasa dilakukan, dengan penjemuran gabah yang optimal secara otomatis kualitas beras akan meningkat. Karena jika curah hujan tinggi,gabah yang sudah kering dapat kehujanan sehingga akan berdambapak pada meningkatnya butir patah dan menir,hal tersebut akan mengurangi hasil beras yang diproduksi. d) Susut Penggilingan Penurunan rendemen giling merubapakan salah satu masalah perberasan termasuk untuk usaha penggilingan padi,hal tersebut memerlukan penanganan secara menyeluruh dan bertahap untuk mencegah semakin besarnya kerugian yang terjadi maupun dalam menjaga keamanan pangan. Susut penggilingan akan mengakibatkan hasil beras yang diproduksi berkurang. Hal tersebut tentu akan menimbulkan kerugian bagi pihak penggilingan. Penggunaan teknologi atau konfigurasi mesin yang tidak sesuai akan menyebabkan terjadinya susut yang lebih tinggi. Selain memiliki risiko produksi, usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar juga memiliki risiko lain yaitu risiko harga. Indikasi adanya risiko harga adalah adanya fluktuasi harga beras yang diterima oleh pemilik usaha penggilingan. Setiap kondisi (terbaik, normal dan terburuk) akan menunjukan harga yang diterima oleh penggilingan padi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. 55

72 Tabel 6. Harga Beras Yang Diterima Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Pada Setiap Kondisi. Kondisi Harga Beras (Rp/Kg) Terbaik 5800 Normal 5500 Terburuk 5300 Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dalam melakukan kegiatannya terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko harga. Penyebab munculnya risiko harga pada kondisi terbaik dan terburuk yaitu mekanisme pasar,tingkat permintaan, kualitas gabah dan susut penggilingan. Faktor-kaktor tersebut adalah: a) Mekanisme pasar Mekanisme pasar yang dimaksud adalah bagaimana cara produk dipasarkan. Dalam hal ini Penggilingan Padi Sinar Ginanjar diuntungkan karena lebih banyak menjual hasil gilingan yaitu beras langsung ke konsumen. Hal tersebut berdambapak pada harga yang diterima oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, karena harga yang diberikan kepada konsumen dapat langsung disesuaikan dengan harga pasar. Jika mekanisme penjualan lebih panjang yaitu diserahkan kepada pedagang pengumpul atau pedagang besar, harga yang diterima akan dikurangi dengan biaya transportasi dan sesuai dengan harga ditingkat penggilingan. b) Tingkat Permintaan Tingginya tingkat permintaan akan beras namun persediaan di gudang tidak ada, maka akan berdambapak pada harga yang diterima yakni akan lebih tinggi. Beras merubapakan makanan pokok bagi masyarakat di Indonesia, umumnya tingkat permintaan beras akan selalu tinggi. Permintaan beras biasanya disesuaikan dengan panen yang dihasilkan, jika panen rendah maka beras yang dihasilkan akan sedikit padahal permintaan terhadap beras terus menerus. Bila hal tersebut terjadi,maka akan meningkatkan harga jual beras. c) Kualitas Gabah 56

73 Untuk menghasilkan beras yang berkualitas harus menggunakan bahan baku gabah yang berkualitas pula. Gabah yang berkualitas tentunya tidak akan meningkatkan butir patah, sehingga harga gabah yang diterima akan lebih tinggi. Jika kualitas gabah rendah maka harga yang akan diterima lebih rendah. Gabah kering panen lebih 2-3 bulan akan menimbulkan kuning, penambapakan beras tidak optimal (buram) dan terjadi perubahan cita rasa (tingkat kepulenan menurun), sehingga hal tersebut mengurangi kualitas beras yang dihasilkan dan berakibat terhadap harga yang diterima. d) Susut Penggilingan Beras yang mengalami susut giling tentu akan mengurangi hasil yang diperoleh, hal tersebut juga berdambapak pada harga yang diterima oleh penjual. Susut giling akan megurangi kualitas beras yang diproduksi,sehingga harga yang diterima tidak sesuai atau harga yang diterima lebih rendah. Sebaliknya jika susut giling lebih ditekan maka kualitas beras akan semakin baik dan harga yang diterima akan lebih tinggi. 57

74 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah studi kelayakan, karena pasar berperan penting untuk menentukan kelanjutan suatu usaha. Pada penelitian ini aspek pasar yang dianalisis meliputi permintaan, penawaran dan strategi pemasaran. A. Permintaan dan Penawaran Konsumen utama dari Penggilingan Padi Sinar Ginanjar adalah masyarakat yang ada disekitar lokasi pengusahaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Biasanya permintaan beras dari masyarakat sekitar lebih banyak dan menguntungkan bila dibandingkan dengan penyaluran kepada pedagang besar. Permintaan beras tersebut setiap harinya bisa mencapai 200 kilogram per hari bahkan lebih, permintaan beras tersebut mulai dari pedagang beras eceran baik untuk warung sembako maupun pedagang beras keliling, konsumsi rumah tangga, pedagang nasi uduk dan beberapa pasokan untuk catering. Untuk memenuhi keseluruhan permintaan tersebut, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar memasok Gabah Kering Giling yang siap dijadikan beras dari berbagai daerah. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar juga mempunyai pangsa pasar tujuan yang lain selain masyarakat sekitar, yaitu para pedagang besar yang ada di Pasar Cikampek dan Pasar Johar Karawang. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar memasok beras-berasnya kepada pedagang besar yang sudah menjadi langganan pasokan beras, seperti Toko Agung Cikampek, Toko Haji Ali, dan Pedagang Besar di Pasar Johar Karawang. Penawaran dari Penggilingan Padi Sinar Ginanjar bisa mencapai 2 ton untuk sekali transaksi, namun dalam sebulan rata-rata penjualan ke pedagang besar hanya empat kali. Penawaran untuk pedagang-pedagang besar dilakukan setelah kebutuhan untuk masyarakat di sekitar Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sudah terpenuhi. Apabila Penggilingan Padi Sinar Ginanjar memiliki kelebihan persediaan beras, maka beras tersebut akan dikirim ke pedagang besar yang ada dipasar. Saat ini penggilingan padi Sinar Ginanjar hanya mampu memiliki pangsa pasar di Kabupaten Karawang sebesar 0,014 persen. Hal tersebut

75 dikarenakan penggilingan padi Sinar Ginanjar merupakan penggilingan padi kecil yang ruang lingkup pemasarannya hanya disekitar lokasi penggilingan padi saja. Saat ini di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru memiliki empat penggilingan padi khususnya penggilingan padi berskala kecil. Penggilingan padi Sinar Ginanjar mampu menyerap pangsa pasar di Desa Jomin Timur sendiri sebesar 25 persen. Untuk produk sampingan seperti dedak, menir, dan sekam padi permintaan utamanya berasal dari rumah tangga, peternak, pedagang pakan ternak dan perusahaan pembuat abu gosok. Hal tersebut dikarenakan persediaan produk sampingan beras Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tidak selalu tersedia secara berkala. Biasanya dedak dan menir merupakan hak bagi yang melakukan penggilingan khususnya bagi konsumen rumah tangga, sehingga jika mereka melakukan penggilingan secara langsung mereka juga membawa dedak dan menirnya. Proses pemasaran dilakukan di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar yaitu konsumen khususnya konsumen yang membeli secara eceran seperti rumah tangga dan peternak datang langsung ke penggilingan untuk membeli kebutuhan mereka. Namun untuk permintaan yang lebih besar seperti untuk pedagang pakan ternak dan pengusaha abu gosok akan diantarkan oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar atau dijemput oleh pihak pembeli, hal tersebut juga biasanya dilakukan sesuai kesepakatan bersama antar kedua belah pihak. Harga untuk masing-masing produk hasil sampingan beras adalah dedak Rp.800 per kilogram, sekam Rp.600 per karung ukuran 50 kilogram, menir mulai dari harga Rp sampai dengan Rp.3000 per kilogram. B. Pemasaran Output Output yang dihasilkan oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar terdiri dari dua bagian utama, yaitu output utama dan output sampingan Beras, Dedak, Menir dan Sekam. Menir yang dihasilkan dibagi kedalam tiga bagian yaitu menir gitai, menir tonggok dan menir bebek. Pada pemasaran output utama dan output sampingan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, pemilik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar menyalurkannya melalui dua saluran, yaitu Pedagang Besar dan pemasaran langsung kepada konsumen. Gambar 3 merupakan saluran pemasaran 59

76 Beras dan hasil sampingan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ke pedagang besar dan konsumen secara langsung. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Pedagang Besar Konsumen Konsumen Gambar 5. Saluran Pemasaran Beras Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Pada saluran pertama, beras dan hasil sampingan lainnya yang dihasilkan dipasarkan kepada pedagang besar yang ada di Pasar Cikampek ataupun kepada pedagang besar yang ada di luar daerah Penggilingan Padi Sinar Ginanjar seperti Karawang dan Jakarta. Beras yang dipasarkan ke pedagang besar biasanya dikirim setelah ada pemesanan terlebih dahulu. Dalam tempo berapa waktu beras tersebut dipesan dan siap diantar oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ke tempat tujuan ataupun dijemput oleh pedagang besar tersebut. Pedagang besar biasanya akan meminta kriteria beras yang harus di terimanya, yakni kualitas beras tidak banyak yang pecah dan tidak banyak kerikilnya. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar harga yang ditentukan untuk pedagang besar biasanya dilakukan setelah melihat mutu dan kualitas beras yang dihasilkan seperti rendemen, varietas, derajat putih dan harga gabah. Harga beras yang ditawarkan ke pedagang besar biasanya tidak melebihi harga yang sudah ditetapkan oleh BULOG. Hal tersebut dikarenakan jika melebihi harga yang ditetapkan oleh BULOG, para pedagang besar cenderung enggan membeli dan menimbulkan ketidakstabilan harga di tingkat konsumen akhir. Setiap bulannya beras yang dijual Penggilingan Padi Sinar Ginanjar bisa mencapai 2000 kilogram, bahkan jika musim-musim panen biasanya permintaan akan tinngi, namun karena keterbatasan produksi baik dari dukungan bahan baku maupun keterbatasan mesin giling, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar akan membatasi jumlah permintaan. Untuk hasil sampingan beras seperti dedak dan menir, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar menyalurkannya kepara penjual pakan ternak ataupun para peternak sendiri,yang sudah dipesan terlebih dahulu. Penggilingan Padi Sinar 60

77 Ginanjar bisa menjual sampai 3228 kilogram per bulannya untuk dedak dan menir mencapai 4598 kilogram per bulan. Harga dedak dijual dengan harga Rp.800 per kilogram dan harga menir dihitung berdasarkan jenis menirnya. Jenis menir ditentukan oleh Untuk sekam, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar mejualnya kepada pemilik pengusahaan abu gosok, yang biasa setiap bulannya mencapai 5720 kilogram dengan harga jual Rp. 600 per kilogram. Untuk saluran kedua, beras dan hasil sampingannya biasanya dijual langsung kepada konsumen yaitu masyarakat sekitar. Umumnya konsumen datang langsung ke Penggilingan Padi Sinar Ginanjar untuk membeli kebutuhan mereka sehari-hari seperti untuk keperluan makanan pokok, makanan ternak peliharaan dan kebutuhan lainnya yang digunakan untuk sendiri. Dalam satu bulan biasanya jumlah beras dan hasil sampingannya yang terjual memang relatif lebih kecil dibandingkan pada saluran satu. Untuk beras, pada saluran ini setiap bulannya mencapai 1500 kilogram, sedangkan untuk hasil sampingan beras jumlahnya selalu tidak menentu, karena hasil sampingan beras ini tergantung dari jumlah gabah yang digiling. Berdasarkan uraian hasil analisis aspek pasar, pada aspek ini Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan masih terbukanya peluang untuk memasarkan output penggilingan ke berbagai pasar selain kepada masyarakat sekitar. Peluang tersebut ada karena hasil kerjasama yang dilakukan oleh pihak Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dengan penanam modal. Hambatan dalam aspek pasar ini hanyalah ketersediaan bahan baku gabah yang tidak secara kontinu ada Aspek Teknis Aspek teknis yang akan dikaji berkaitan dengan sumberdaya produksi yang digunakan oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar untuk menghasilkan beras dan hasil sampingannya. Pada penelitian ini, aspek teknis yang akan dianalisis meliputi lokasi usaha perusahaan, sumberdaya produksi, luas produksi, tata letak (Layout). A. Lokasi Usaha 61

78 Penggilingan padi Sinar Ginanjar berada di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru Kabupaten Karawang. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar memiliki berbagai alasan untuk mendirikan usaha di lokasi tersebut, diantaranya: 1. Lokasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Lokasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar turut mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan. Apabila lingkungan sekitar baik fisik maupun iklim suatu daerah sesuai, maka produksi beras dan hasil sampingannya tersebut akan maksimal dihasilkan. Saat ini di Kecamatan Kota Baru terdapat areal sawah yaitu sebesar 1.276,558 ha. Sehingga dengan adanya areal sawah yang cukup besar tersebut, membuka peluang membuka usaha di bidang pertanian khususnya pengolahan padi. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berada tidak jauh dari areal pesawahan atau tanam padi yaitu kurang lebih 7 Km dari lokasi perusahaan. Hal tersebut juga didukung oleh iklim didaerah Kabupaten Karawang, khususnya Kecamatan Kota Baru yaitu merupakan dataran rendah dengan curah hujan yang cukup bagi hidup tanaman padi. Keberadaan areal sawah di sekitar Kecamatan Kota Baru juga didukung oleh aliran irigasi Waduk Jatiluhur Purwakarta yang jaraknya relatif dekat. Sehingga dengan berbagai kemudahan input tersebut lokasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dapat berkembang dengan cukup baik. 2. Akses menuju lokasi. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berada dekat dengan Jalan Raya By Pass Jomin, Kecamatan Kota Baru Kabupaten Karawang yang merupakan akses utama menuju Ibu Kota Jakarta dan Jalur Pantai Utara. Jarak Ibu kota Kabupaten Karawang dengan Kecamatan Kota Baru sendiri lebih kurang 25 Km. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar adalah kemudahan lokasi penggilingan untuk dapat dijangkau oleh sarana transportasi. Selain itu, jarak tempuh dari lahan tanam padi dengan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tidak terlalu jauh sehingga biaya untuk pengangkutan gabah petani tidak terlalu besar. 62

79 Gambar 6. Akses Menuju Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Lokasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar yang dekat dengan jalan raya dimaksudkan untuk mempermudah pengangkutan hasil giling ke pasar. Karena biaya pengangkutan dari lokasi penggilingan menuju pasar juga menjadi pertimbangan bagi pemilik penggilingan. 3. Letak Pasar yang dituju Pasar dari hasil giling Penggilingan Padi Sinar Ginanjar adalah Pasar Cikampek yang letaknya kurang lebih 4 kilometer dari lokasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Beras yang dihasilkan oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dibawa ke Pasar Cikampek khususnya ke Pedagang Besar atau Toko Beras. Biasanya beras yang dikirim ke Pasar Cikampek diangkut dengan menggunakan mobil bak terbuka milik pemilik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Letak pasar Cikampek dapat dijangkau dengan mudah oleh kendaraan apapun baik kendaraan roda dua maupun roda empat bahkan bisa dilalui oleh kendaraan roda delapan. Mengingat Pasar Cikampek ini berada di persimpangan antarkota baik yang menuju Ibu Kota Jakarta maupun Ibu Kota Kabupaten Karawang dan khususnya jalur pantai utara, proses pemasaran beras milik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dapat berjalan dengan lancar, hanya tinggal menunggu kesepakatan kedua belah pihak tentang harga yang disepakati. Biasanya pada hari menjelang libur Hari Raya khususnya Hari Raya Lebaran, jalur utama untuk menuju Pasar Cikampek akan tersendat dan tentunya pengiriman beras akan sedikit terhambat, mengingat jalur Pasar Cikampek merupakan jalur utama menuju kota-kota di Pantai Utara. Namun 63

80 demikian, hal tersebut tidak terlalu mengganggu aktifitas pemasaran dari Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Selain Pasar Cikampek, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar juga memasok berasnya ke Pasar Johar Karawang melalui pedagang-pedagang besar yang sudah menjadi langganan pembelian beras. 4. Letak sumber bahan baku. Sumber bahan baku utama Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tentunya adalah Padi yang kemudian diolah menjadi gabah kemudian beras dan menghasilkan hasil sampingan lainnya. Bahan baku tersebut relatif mudah dididapatkan, mengingat di sekitar Kecamatan Kota Baru khususnya dan Kabupaten Karawang pada umumnya memilik areal sawah yang cukup banyak, sehingga untuk pasokan bahan baku akan mudah didapatkan. Untuk bahan baku pendukung lainya seperti karung, benang, dan beberapa perlengkapan dalam penggilingan lainnya pun mudah untuk didapatkan, karena di Kabupaten Karawang sendiri toko-toko yang menjual aneka saprodi dan kebutuhan penggilingan padi sudah banyak ditemukan. Jarak antara Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dengan bahan baku bervariasi, mengingat Penggilingan Padi Sinar Ginanjar mencari dan membeli bahan baku khususnya gabah tidak hanya di daerah Kecamatan Kota Baru saja tetapi ke berbagai daerah lainnya di Kabupaten Karawang. 5. Sarana dan Prasarana Tersedianya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, dimiliki dan digunakan untuk mendukung kelancaran usaha penggilingan padi yang dijalankan. Adapun sarana dan prasarana tersebut antara lain a) Tenaga Listrik dan Air Tenaga listrik yang dibutuhkan untuk usaha kegiatan penggilingan, antara lain penerangan bangunan penggilingan padi untuk malam hari, pompa air, dan mesin jahit karung. Sedangkan untuk kebutuhan air, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar menggunakan sumber air tanah dengan bantuan pompa air. Sehingga untuk kebutuhan air untuk proses penggilingan dapat terpenuhi dengan baik dan dapat mengurangi penggunaan biaya operasional. 64

81 b) Mesin Penggilingan Mesin penggilingan yang ada terdiri dari dua mesin huller tapi saat ini yang aktif hanya satu mesin dan satu mesin penyosoh beras serta 2 motor penggerak. Motor penggerak untuk menggerakan mesin penggilingan padi menggunakan bahan bakar solar. Harga solar adalah Rp. 4500/liter. Jenis pelumas yang digunakan pada kedua motor penggerak adalah sama, hanya kapasitas pelumasnya saja yang berbeda. Jika pelumas untuk mesin pemecah kulit membutuhkan pelumas sebanyak 3 liter dalam sekali perawatan, mesin penyosoh beras membutuhkan lebih banyak pelumas yaitu 5 liter setiap kali perawatan. Untuk perawatan mesin baik untuk mesin pemecah kulit, penyosoh beras ataupun motor penggerak perawatan dilakukan setiap tiga bulan sekali. Dalam setiap perawatan, biaya yang dikeluarkan akan berbedabeda hal tersebut tergantung permasalahan mesin-mesin tersebut. c) Transportasi Transportasi yang dibutuhkan oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar adalah untuk memasarkan hasil giling gabah yaitu beras beserta hasil sampingannya ataupun untuk pengadaan bahan baku penggilingan seperti gabah, solar, karung, benang dan sebagainya. Alat trasnportasi yang digunakan adalah mobil bak terbuka dan sepeda motor. Alat transportasi yang dipakai adalah secara sewa kecuali sepeda motor. Biasanya untuk pengangkutan jarak jauh, pemilik penggilingan padi membayar ongkos sebesar Rp ,- per ton. Mobil bak terbuka biasanya mampu membawa beras Penggilingan Padi Sinar Ginajar sebanyak 2 ton. d) Tenaga Kerja Tenaga kerja Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berasal dari masyarakat sekitar, yakni dari Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru. Tenaga kerja di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berjumlah 4 orang, terdiri dari 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Kemudahan memperoleh suplai tenaga kerja tersebut, memberikan keuntungan tersendiri bagi pemilik. Karena hal tersebut mengurangi biaya tambahan 65

82 untuk melakukan pencarian tenaga kerja. Sedangkan upah tenaga kerja per orang adalah Rp.50,000 per hari. e) Tata Letak (Layout) Bangunan Bangunan tempat penggilingan padi milik Sinar Ginanjar terletak tidak jauh dari rumah pemilik yaitu kurang lebih 500 m. Pemilihan lokasi penggilingan tersebut dikarenakan lahan yang dimiliki oleh perusahaan adalah lahan yang terletak dengan jalan desa yang banyak dilalui oleh banyak orang. Gambar 7. (a) Lantai Jemur (b) Bangunan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Layout bangunan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar memiliki luas lahan sebesar 2000 m 2 dengan luas lahan jemur 750 m 2 dan luas bangunan 1250 m 2. Bangunan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar terdiri dari tempat penggilingan padi dan gudang penyimpanan dijadikan dalam satu ruangan. Lantai jemur berukuran 16x16 m 2, lantai jemur milik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar mampu menampung 2-3 ton Gabah Kering Panen (GKP) untuk dijemur. B. Alur Kegiatan Penggilingan Padi Tahapan proses penggilingan padi yang ada di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar adalah persiapan bahan baku, proses pemecahan kulit, proses penyosohan beras, proses pengemasan, dan proses penyimpanan. Berikut penjelasan pelaksanaan tahapan-tahapan tersebut. 66

83 1. Persiapan Bahan baku Untuk menghasilkan beras yang berkualitas harus menggunakan bahan baku gabah yang berkualitas pula. Sebelum dilakukan proses pemecahan kulit, gabah dijemur pada tempat jemuran, kemudian gabah yang sudah dijemur atau dikeringkan, disimpan dekat lubang pemasukan (corong sekam) gabah. Hal tersebut untuk memudahkan proses penggilingan sehingga tidak memakan waktu yang cukup banyak. Pengangkutan gabah-gabah tersebut biasanya dilakukan tidak hanya oleh tenaga kerja Penggilingan Padi Sinar Ginanjar saja, tapi terkadang oleh konsumen yang akan menggiling gabahnya. Hambatan dalam proses penyiapan bahan baku adalah pada saat penjemuran yaitu pada musim hujan, sehingga gabah-gabah yang ada tidak selalu kering pada waktunya. Gabah Kering Panen (GKP) akan dijemur sampai kering yaitu 2-3 hari tergantung dari teriknya sinar matahari. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar memiliki kapasitas penjemuran gabah yaitu 2-3 ton. Proses penjemuran tidak hanya terbatas pada gabah milik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar saja, terkadang gabah-gabah milik petani lainnya ikut melakukan penjemuran gabah. 2. Proses Penggilingan Proses penggilingan gabah di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dilakukan dalam dua tahap, yaitu proses pemecahan kulit dan proses penyosohan beras. Adapun untuk penjelasannya adalah sebagai berikut : a) Proses Pemecahan Kulit Pada proses ini, mula-mula tumpukan gabah (GKG) disiapkan di dekat lubang pemasukan (corong sekam) gabah. Mesin penggerak dan mesin pemecah kulit dihidupkan, kemudian corong sekam dibuka-tutup dengan alat klep penutup. Proses pemecah kulit dilakukan dua kali (ulangan) dan diayak 1 kali dengan alat ayakan beras pecah kulit (separator) agar dihasilkan Beras Pecah Kulit (BPK). Ayakan BPK untuk varietas butir bulat (ukuran lubang ayakan 0,8 inci) dan butir panjang (ukuran lubang ayakan 1 inci) berbeda. Proses pemecah kulit berjalan baik bila butir gabah pada beras pecah kulit tidak ada. Namun bila masih 67

84 banyak butir gabah harus diatur kembali struktur rubber roll dan kecepatan putarannya. b) Proses Penyosohan Beras Proses ini menggunakan alat penyosoh tipe friksi yaitu gesekan antar butiran, sehingga dihasilkan beras yang penampakannya bening. Pada proses ini beras pecah kulit disosoh dua kali,biasanya proses ini dilakukan dengan dua mesin yang berbeda, dikarenakan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar hanya mempunyai satu mesin penyosoh maka prosesnya hanya dilakukan satu kali dan ditambah dengan menggunakan ayakan beras. Proses ini bertujuan untuk membersihkan beras pecah kulit agar menjadi beras putih dan bertujuan untuk memisahkan beras pecah kulit dari menir dan dedak. Beras yang dihasilkan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar biasanya mempunyai rendemen beras yang cukup baik yaitu sama atau lebih dari 65 persen. Gambar 8. Rangkaian Mesin Penggilingan Padi Sinar Ginanjar 3. Proses Pengemasan Beras hasil giling biasanya tidak langsung disimpan dalam karung. Beras yang sudah jadi akan disimpan di lantai untuk menghilangkan panas akibat penggilingan. Pengemasan beras giling untuk jasa giling dari masyarakat biasanya dimasukan kembali ke dalam karung milik pengguna jasa tersebut. Sedangkan untuk beras giling untuk dipasarkan, dimasukan kedalam karung yang sudah disiapkan oleh penggilingan. Kemasan karung yang digunakan oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar lebih sering yaitu 50 kilogram, adapun 25 kilogram dan 10 68

85 kilogram biasanya sesuai dengan pesanan. Karung plastik yang digunakan umumnya hanya berupa karung biasa yang kedap udara atau pori-porinya tidak terlalu besar, hal tersebut bertujuan agar penyerapan uap air dari luar tidak mengganggu peningkatan kadar air beras dalam kemasan. Karung-karung yang sudah berisi beras akan dijahit dengan menggunakan mesin jahit karung. Namun karung-karung beras tersebut tidak diberi label atau merek beras hanya sekedar varietas beras saja. 4. Proses Penyimpanan dan Pengangkutan Beras yang sudah dikemas dan siap dijual oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar biasanya tidak langsung di jual ke pasar, beras akan disimpan terlebih dahulu. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tidak mempunyai gudang penyimpanan sendiri, sehingga beras yang sudah dikemas disimpan pada tempat yang sama, yaitu dekat dengan alat penggilingan padi. Gambar 9. Tempat Penyimpanan Beras Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Karung beras diletakkan langsung diatas teras, tetapi hal tersebut hanya untuk karung-karung beras yang masa penyimpanannya tidak lebih dari satu minggu. Untuk beras yang penyimpanannya lebih dari satu minggu, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar akan meletakan karung-karung beras tersebut diatas bantalan kayu yang disusun berjejer. Bantalan kayu tersebut akan berfungsi untuk menghindari kelembaban dan sebagai teknik penumpukan beras sehingga kualitas beras terjaga. Beras umumnya lebih banyak dikemas dalam karung yang berukuran 50 kilogram. 69

86 Untuk pengangkutan, beras dari jasa penggilingan umunya akan dibawa oleh pemiliknya sendiri, namun apabila jasa giling tersebut dipesan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar akan mengantarkannya ke tempat tujuan. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan mobil bak terbuka sewaan. Berikut merupakan garis besar alur kegiatan dari Penggilingan Padi Sinar Ginanjar (Gambar 10). Perontokan Pengeringan/penjemuran Penggilingan Pengemasan Penyimpanan Pengangkutan Gambar 10. Alur Kegiatan Operasional Penggilingan Padi Sinar Ginanjar C. Waktu Produksi Penggilingan Padi Waktu produksi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tidak mengikuti masa tanam padi. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berproduksi setiap bulannya selama satu tahun. Namun jika di rata-tarakan bulan produksi penggilingan padi Sinar Ginanjar berkisar 8,8 bulan. Pada bulan-bulan yang dekat dengan masa panen, gabah yang diperoleh memang akan melimpah pasokannya, sedangkan pada musim tanam atau pada saat jeda pasokan gabah akan sedikit. Akan tetapi, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tetap melakukan kegiatan baik pada musim tanam padi maupun jeda tanam padi. Hal tersebut dilakukan untuk tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan jasa giling padi dan pembelian beras secara eceran, walaupun terkadang pasokan beras yang diperoleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berasal dari penggilingan padi 70

87 lainnya atau berasal dari pedagang-pedagang besar lainnya. Kegiatan produksi penggilingan padi Sinar Ginanjar berjalan selama lima hari dalam satu minggu, yaitu setiap hari selasa, rabu, kamis, sabtu dan minggu. Sedangkan pada hari senin dan jumat penggilingan padi sinar Ginajar tidak melakukan kegiatan produksi. Rata-rata jam kerja buruh Penggilingan Padi Sinar Ginajar mencapai 8 jam per hari. Waktu kerja dimulai pada pukul delapan pagi sampai pukul empat sore. akan tetapi apabila dalam satu bulan tersebut pesanan beras banyak biasanya pada hari libur tersebut pun akan tetap melakukan aktivitas kerja. Berdasarkan hasil analisis teknis, dapat dikatakan bahwa secara teknis usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dilaksanakan. Karena Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sudah memenuhi syarat untuk menjadikan penggilingan padinya sesuai dengan pengelolaan yang benar. Walaupun masih menggunakan mesin penggilingan yang sudah tua dan terkadang tidak mengikuti syarat-syarat yang baik dan benar untuk menjaga kualitas beras, seperti menyimpan beras langsung diteras dan tidak adanya gudang penyimpanan secara terpisah. Tidak terdapat kendala yang dapat menghambat kegiatan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen dan hukum merupakan aspek yang cukp penting dianalisis dalam kelayakan suatu usaha. Karena hal ini berkaitan dengan keberlangsungan suatu usaha baik saat ini ataupun dimasa mendatang. Aspek manajemen dan hukum terkait dengan sistem organisasi dan manajerial Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, terkait dengan badan hukum dan perizinan yang dimiliki oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. 1. Aspek Manajemen Manajemen yang dilakukan oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dilakukan masih sangat sederhana. Hal tersebut dilakukan mengingat aktivitasaktivitas kerja yang dilakukan di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar masih sedikit dan terbatas, seperti hanya ada beberapa pembagian kerja. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tidak memiliki stuktur organisasi yang baku, struktur organisasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar terdiri dari pemilik yang juga berperan sebagai 71

88 tenaga kerja, serta pekerja-pekerja lainnya yang semuanya berasal dari tenaga keluarga non keluarga atau yang berasal dari masyarakat sekitar (Gambar 11 ). Pimpinan Operasional (Pemilik) Pengelolaan Produksi (Pemilik ) Pengelolaan Keuangan (Pemilik dan TK 1) Pemasaran (Pemilik) Koordinasi, Evaluasi dan Pengawasan (Pemilik) Penjemuran (TK 1,2,3,4) Penggilingan (TK1,2,3) Pengangkutan dan Pengemasan (TK 1,2,3) Pemisahan Hasil Sampingan dan Kebersihan (TK 4) Gambar 11. Struktur Organisasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Proses perekrutan atau tenaga kerja yang berasal dari tenaga kerja non keluarga dilakukan secara sederhana, yaitu dengan membuka lowongan atau mencari masyarakat yang membutuhkan tenaga kerja. Tenaga kerja yang dipilih tidak harus mempunyai pengalaman kerja, karena pekerjaan yang di berikan oleh Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tidak membutuhkan keahlian khusus. Biasanya fisik tenaga kerja harus cukup kuat apabila ingin bekerja di penggilingan, hal tersebut untuk melakukan pekerjaan berat seperti angkut gabah, beras dan beberapa pekerjaan lain yang membutuhkan tenaga yang cukup besar. Karena untuk selebihnya akan diberikan pengarahan di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar mengenai pembagian kerja yang harus dilakukan. Jenis-jenis pembagian kerja 72

89 tersebut yang umumnya dikerjakan di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar adalah pimpinan operasional, bagian penjemuran, bagian penggilingan dan bagian pengemasan. Pimpinan operasional ini langsung dipegang oleh pemilik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Untuk pimpinan operasional, bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasional setiap kegiatan di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Pemimpin operasional sekaligus pemilik juga bertanggung jawab atas pengelolaan produksi seperti perolehan bahan baku serta melakukan kegiatan pengelolaan keuangan. Pimpinan operasional juga melakukan koordinasi, evaluasi serta pengawasan terhadap kegiatan yang berlangsung di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Pembagian kerja untuk penjemuran, penggilingan dan pengemasan tidak diberikan secara rinci kepada masing-masing pegawai, karena umumnya semua pekerja dapat melakukan pekerjaan tersebut. Pekerjaan-pekerjaan yang berat biasanya dilakukan oleh tenaga kerja pria yaitu untuk angkut gabah, beras dan melakukan penggilingan dan penjemuran, sedangkan untuk pekerjaan yang ringan seperti menampi hasil sampingan beras seperti dedak dan menir, bersih-bersih serta membantu membersihkan rumput saat penjemuran dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar memiliki fasilitas berupa sertifikat kesehatan, kebersihan badan dan pakaian, kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK), fasilitas cuci tangan, kamar mandi dan pemadam kebakaran. Rata-rata jam kerja tenaga kerja Penggilingan Padi Sinar Ginanjar adalah tujuh sampai delapan jam perhari yang dimulai pada pukul WIB sampai dengan pukul WIB atau dalam hitungan bulan adalah 20 hari sampai 22 hari dalam satu bulan. Para pekerja mendapatkan hari libur setiap hari senin dan jumat, akan tetapi apabila dalam satu bulan tersebut pesanan beras banyak biasanya pada hari libur tersebut pun akan tetap melakukan aktivitas kerja. Jumlah upah dari tenaga kerja dihitung tidak berdasarkan jam kerja setiap harinya tapi setiap satu hari para pekerja bekerja, biasanya apabila ada pesanan beras dan permintaan penggilingan padi dari luar upah akan disesuaikan diluar dari upah harian yaitu bagi hasil antara pemilik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dan para tenaga kerja, sedangkan untuk upah harian para tenaga kerja adalah Rp.50,000 per tenaga kerja. Setiap tenaga 73

90 kerja juga mendapatkan fasilitas berupa makan siang, tambahan makan ringan di sore hari dan santunan apabila terjadi kecelakaan atau tenaga kerja sedang sakit. 2. Aspek Hukum Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berstatus badan hukum sebagai Perusahaan Perseorangan. Hal tersebut diperkuat dengan Tanda Daftar Perusahaan Perorangan Nomor yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karawang dengan kegiatan usaha pokok Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sebagai Perdagangan Eceran Khusus Beras dengan jenis usaha Penggilingan Padi Unit Kecil (Huller), tanda daftar peusahaan tersebut akan diperbaharui setiap 5 (lima) tahun sekali. Dalam permasalah izin usaha, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil Nomor : 503/0835/PK/V/DAGRI yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karawang. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil tersebut akan diperbaharui setiap 3 (tiga) tahun sekali. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar juga memiliki Izin Undang-Undang Gangguan (HO) yang diterbikan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Karawang. Seperti halnya suart izin milik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, Izin Undang-Undang Gangguan (HO) ini juga selalu diperbaharui yaitu setiap 4 (empat) tahun sekali. Untuk status hukum tanah milik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, status tanahnya masih merupakan tanah Hak Milik yaitu milik pengelola Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Hal tersebut didukung oleh adanya sertifikat tanah milik pengelola Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Aspek manajemen dan hukum Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Karena Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dalam melakukan manajemen perusahaannya cukup baik, walaupun tidak memiliki struktur organisasi yang baku layaknya sebuah perusahaan besar dan tidak mengelola tenaga kerja berdasarkan pekerjaannnya. Dari sisi hukum, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sudah memenuhi persyaratan sebagai sebuah perusahaan kecil yang diperkuat dengan Tanda Daftar Perusahaan, SIUP Kecil dan Izin Undang- Undang Gangguan (HO). Kedua aspek tersebut memperkuat Penggilingan Padi 74

91 Sinar Ginanjar sebagai sebuah perusaahan yang siap dilakukan tambahan oleh para investor Aspek Sosial dan Lingkungan Keberadaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar menimbulkan berbagai dampak, baik itu dampak sosial maupun dampak pada lingkungan. Adanya usaha penggilingan padi khususnya Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, kegiatan perekonomian masyarakat yang berada di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang menjadi berkembang. Memlalui kedekatan sosial antara pemilik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dan masyarakat sekitar, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Dengan kedekatan sosial tersebut maka pemilik usaha telah mempekerjakan masyarakat sekita sebagai tenaga kerja atau buruh di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Usaha penggilingan padi memberikan dampak positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah membantu petani dan masyarakat sekitarnya untuk memudahkan akses yaitu untuk pengelolaan hasil panen petani dan memudahkan akses untuk masyarakat akan kebutuhan pokok mereka yaitu beras. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan adalah suara bising yang ditimbulkan dari suara mesin-mesin penggilingan dan limbah padi yaitu sekam yang tidak termanfaatkan. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar juga mempunyai limbah penggilingan padi yaitu sekam. Untuk mengatasi permasalahan tersebut Penggilingan Padi Sinar Ginanjar mengolah sendiri sekam padi untuk dijadikan abu gosok, pembakaran sekam tersebut biasa dilakukan dekat dengan kandang ternak yang ada disekitar Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Hal tersebut rupanya dimanfaatkan oleh pemilik Penggilingan Padi Sinar Ginanjar untuk megusir nyamuk dan menghangatkan ternak-ternak yang ada khususnya pada malam hari. Selain dimanfaatkan sendiri, limbah padi tersebut biasanya dijual kepada pengusaha abu gosok atau pengusaha pabrik batu bata dengan harga Rp. 600 per karung ukuran 50 kilogram. Terkadang limbah padi tersebut juga dimanfaatkan oleh warga untuk keperluan rumah tangga seperti membuat abu gosok sendiri, 75

92 untuk bahan campuran media tanam, dan keperluan lainnya. Sehingga dengan demikian limbah penggilingan padi yaitu sekam dapat dikelola dengan baik dan tidak mencemari lingkungan sekitar, sehingga dapat dikatakan industri Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ramah lingkungan. Gambar 12. Limbah Sekam Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Dampak negatif lain dari penggilingan adalah suara bising yang ditimbulkan pada saat proses penggilingan berlangsung. Tak jarang Penggilingan Padi Sinar Ginanjar melakukan penggilingan padi pada malam hari, hal tersebut biasanya dilakukan apabila pesanan beras dipenggilingan sedang banyak. Namun suara bising tersebut bagi masyarakat sekitar tidaklah terlalu mengganggu,karena dengan adanya suara-suara dari penggilingan tersebut mereka merasa tidak sepi. Selain itu, lokasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar yang tidak berdampingan dengan rumah warga sekitar juga menjadi alasan suara bising tersebut tidak terlalu dipermasalahkan. Namun demikian, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar tetap memperhitungkan dampak suara bising tersebut agar tidak menjadi permasalahan yang serius dimasa mendatang, hal tersebut dilakukan dengan memberikan insentif kepada warga disekitar Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dan tentunya meminta izin kepada aparat setempat atas gangguan yang terjadi. Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sebenarnya sudah mempunyai Izin Undang-Undang Gangguan pada Pemerintah Kabupaten Karawang untuk perlindungan pada saat melakukan penggilingan dan terjadi gangguan baik dari dalam Penggilingan Padi 76

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT Oleh: NIA ROSIANA A14104045 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara Agraris dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini di dukung dengan kenyataan bahwa di Indonesia tersedia

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satunya sebagai sumber penerimaan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat) RICARDO ARFIN SAPUTRA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa dari 13 (tiga belas) desa yang terdapat di kecamatan Ciampea, dan wilayahnya masuk dalam Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : NIRWAN NURDIANSYAH F14103040 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial 6.1.1. Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah studi kelayakan, karena pasar berperan penting untuk menentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN POLITEKNIK AGROINDUSTRI SUBANG 2011 PROSES

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Komoditi padi sebagai bahan konsumsi pangan pokok masyarakat, tentunya telah diletakkan sebagai prioritas dan fokus kegiatan program

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 1 LATAR BELAKANG Kementerian Pertanian mengemban amanat untuk terus berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS PADA KONDISI RISIKO

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS PADA KONDISI RISIKO KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS PADA KONDISI RISIKO (Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m 3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI ADE

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB) SKRIPSI YOSI KUMALA SANTI SIREGAR

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul

4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul 4 PEMBANGUNAN MODEL Deskripsi Model Berdasarkan studi literatur dan observasi lapangan dapat dikenali beberapa pelaku utama yang berperan dalam pendistribusian beras dari tingkat petani sampai ke konsumen.

Lebih terperinci

STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH

STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH ht tp :// yo gy ak ar ta.b ps.g o.id Katalog BPS : 7103005.34 STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .id ps.g o ta.b ar

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah) SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama, sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Terminologi Pascapanen Padi Pengertian pascapanen padi adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh petani dan juga oleh lembaga tata niaga atau swasta, setelah padi dipanen sampai

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

SKRIPSI SELLY RIESTI H

SKRIPSI SELLY RIESTI H ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS PADA KONDISI RISIKO (Studi Kasus: Instalasi Biogas Skala 5 M 3, Kecamatan Cisarua dan Megamendung, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI OLEH SUCI NOLA ASHARI A14302009 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia, yang mampu menyerap lebih dari sepuluh juta tenaga kerja, menangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci