4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul
|
|
- Suharto Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 PEMBANGUNAN MODEL Deskripsi Model Berdasarkan studi literatur dan observasi lapangan dapat dikenali beberapa pelaku utama yang berperan dalam pendistribusian beras dari tingkat petani sampai ke konsumen. Terdapat sepuluh pelaku utama yang selanjutnya akan disebut sebagai subsistem dalam pemodelan sediaan beras ini. Selain pelaku utama terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mengalirnya sediaan beras dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Hubungan antara subsistem dan faktor-faktor penentu tersebut selanjutnya digambarkan dalam bentuk diagram sebab akibat yang akan menjadi bahan baku pembuatan model sediaan beras. Diagram ini menggambarkan adanya hubungan sebab-akibat antar faktor di dalam sistem perberasan di Indonesia seperti terlihat pada Gambar 13. Pedagang pengumpul Bulog Jumlah penduduk Penggilingan padi Produksi petani Permintaan beras DN KUD Stok nasional Luas panen Pengecer Grosir/Swasta Beras import Produksi DN Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras 53
2 Dari kausal loop ini dapat diketahui bahwa sistem sediaan beras bersifat dinamis dan cenderung menunjukkan sifat umpan balik positif. Sebagai contoh, karena jumlah penduduk selalu bertambah, maka permintaan beras di dalam negeri akan meningkat. Peningkatan permintaan ini akan menimbulkan upaya untuk memperluas luas panen. Dan pada gilirannya, bertambahnya luas panen akan meningkatkan produksi beras dalam negeri yg kemudian akan membuat kebutuhan beras dalam negeri meningkat. Selain diagram sebab-akibat selanjutnya diidentifikasi variabel atau parameter yang akan digunakan di dalam penyusunan model sistem dinamis. Variabel-variabel tersebut dikelompokkan sebagai faktor level (stock), laju (rate) dan konstanta. Batasan sistem Yang dimaksud sebagai sistem sediaan beras dalam penelitian ini adalah beras yang tersedia sejak di tingkat petani produsen yang kemudian terdistribusi melalui pedagang pengumpul, KUD, BULOG, Grosir/Swasta, Pengecer, Importir, sampai ke tangan konsumen. Model sediaan beras ini disusun dalam dua tingkatan. Pada tingkat pertama adalah model agregat yang menggambarkan hubungan antar subsistem dalam sistem distribusi beras. Dan pada tingkat ke dua adalah model sistem dinamis yang lebih detil untuk setiap subsistem. Terdapat sepuluh subsistem di dalam sistem distribusi beras yaitu subsistem Petani, KUD, Pengumpul, Grosir/Swasta, Importir, Bulog, Penggilingan, Pengecer, Stok Nasional dan terakhir subsistem Konsumen. Sepuluh subsistem tersebut dipilih berdasarkan besarnya pengaruh dan peranan mereka di dalam proses peredaran beras di Indonesia. Secara agregat hubungan antar subsistem tersebut dapat dilihat pada Gambar
3 Gambar 14. Model agregat sistem distribusi beras 55
4 Subsistem Petani Petani adalah pelaku utama dalam system perberasan Indonesia baik dikaji dari segi jumlah mereka maupun produksi mereka. Tidak kurang dari 40 juta petani (52 persen dari angkatan kerja) menjalankan usahanya di Indonesia. Mereka terdiri dari petani pemilik, penggarap dan buruh tani dengan luas kepemilikan atau garapan dibawah 0,5 Ha. Subsistem petani mewakili produsen padi dalam negeri dengan total luas lahan panen sekitar 12 juta Ha per tahun. Untuk keperluan simulasi digunakan taksiran luas panen menurut BPS seluas 12,88 juta Ha untuk tahun 2009 dengan sebaran luas panen perbulan sebagaimana terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Luas panen padi per bulan tahun 2011 Bulan Luas panen (Ha) Persen Luas Panen (%) Januari ,98 Pebruari ,91 Maret ,7 April ,71 Mei ,1 Jumi ,39 Juli ,22 Agustus ,66 September ,12 Oktober ,88 Nopember ,65 Desember ,63 Total Sumber: Luas panen tersebut berfluktuasi dari tahun ke tahun dipengaruhi laju alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman atau industri dan laju percetakan sawah baru di luar Jawa. Berdasarkan data sepuluh tahun terakhir diperoleh kecenderungan penyusutan luas sawah di Jawa 0,38 persen per tahun, sedangkan pertambahan luas sawah di luar Jawa adalah 4,27 persen per tahun. Pertambahan dan penyusutan luas lahan sawah ini berpengaruh terhadap 56
5 produksi gabah dalam negeri. Untuk keperluan simulasi digunakan angka 0,75 persen sebagai angka pertumbuhan luas panen nasional mengikuti hasil perhitungan pada tabel berikut ini. Tabel 7. Luas panen di Jawa dan di Luar Jawa beserta tingkat perubahannya (Ha) Tahun Luas Panen (juta Ha) Perubahan (Ha) Persen Perubahan (%) , ,28-0,22-2, ,10 0,82 7, ,01-0,9-8, ,73-0,28-2, ,44 0,71 6, ,57 0,13 1, ,14-0,43-3, ,73 0,59 5, ,98 0,23 1, ,79-0,17-1, ,49-0,3-2, ,52 0,03 0, ,45-0,07-0, ,92 0,47 4, , , ,78-0,11-0, ,15 0,37 3, ,34 0,19 1, ,88 0,54 4,37 Rata-rata perubahan per tahun (%) 0,75 Sumber: dan BPS. 57
6 Tingkat produktivitas sawah bervariasi dari tahun ke tahun dan antar pulau. Pada tahun 2011, produktivitas di pulau Jawa sudah mencapai 5,724 ton GKG/ha sementara di luar Jawa baru mencapai 4,347 ton GKG/ha. Dalam simulasi ini digunakan angka rata-rata produktivitas nasional untuk tahun 2011 sebesar 4,944 ton GKG/ha. Berdasarkan keadaan di lapangan dapat secara lebih rinci digambarkan model dinamis distribusi beras di tingkat petani seperti yang berikut ini. SUBSISTEM PETANI ~ persen panen per bulan gabah ptn ke pengumpul fraksi ptn ke pengumpul stok gkg ptn per bln Run luas panen 2009 ~ luas panen per bulan gabah ptn ke penggiling fraksi ptn ke penggiling inflow gkg akumulasi stok gkg di petani prod per ha prod gkg ptn per bln fraksi ptn ke KUD gabah keluar dr petani gabah ptn ke KUD inflow gkg setara beras akumulasi stok setara beras di petani gkg tersedia after loss fraksi unt benih stok gkg ptn per bln total loss benih dan pakan stok setara beras petani per bln prod netto beras nasional per bln fraksi loss faktor konversi gabah beras loss pasca panen jumlah klg petani prod ptn setara beras per bln stok setara beras petani per bln sisa gkg unt konsumsi petani surplus gkg minus gkg kebutuhan gkg ptn per bln beras dibeli petani dr pengecer konsumsi beras per kapita per bln Gambar 15. Model dinamis untuk subsistem petani Dalam menyusun diagram ithink tersebut dipergunakan skenario sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan bahwa petani menjual sebagian besar hasil panennya kepada pedagang pengumpul (sekitar persen), kemudian ke penggilingan (sekitar
7 persen ) dan terakhir ke KUD (sekitar persen). Sisanya ditahan petani sebagai simpanan untuk dikonsumsi dan persediaan untuk benih. Subsistem Pengumpul Subsistem pengumpul merupakan bagian yang mewakili para pedagang pengumpul di pedesaan yang secara langsung berhubungan dengan petani. Para pedagang pengumpul memainkan peranan penting karena memberikan kemudahan kepada para petani dalam bentuk uang tunai untuk padi di sawah yang mereka jual. Hanya saja, kemudahan ini harus dibayar dengan kerugian petani karena pada umumnya pedagang pengumpul membeli gabah dengan harga yang relatif lebih rendah dari pada harga dasar gabah yang ditetapkan pemerintah. Pada saat panen raya mereka membeli dengan harga rendah dengan alasan produk melimpah, tetapi pada saat panen gadu mereka juga membeli dengan harga rendah dengan alasan stok dari musim sebelumnya masih banyak. Dari survei lapangan diketahui bahwa para petani menjual sebagian besar hasil panennya kepada para pengumpul. Pedagang pengumpul umumnya membeli hasil petani pada saat padi belum dipanen. Dengan demikian mereka perlu memanen, mengangkut hasil panen, menjemur gabah, dan terakhir menggiling sendiri atau mengiling gabah di tempat orang lain. 59
8 Pedagang pengumpul sebagian menjual kembali gabah yang dibeli dari petani ke Dolog dan ada pula yang menggiling gabah tersebut sebelum akhirnya dijual ke swasta/grosir dan ke pengecer. Volume gabah yang dijual ke Dolog berkisar antara 5 10 persen, sedangkan sisanya digiling lalu dijual ke swasta mencapai 40 sampai 60 persen dan sisanya ke pengecer. Pengumpul gabah ptn ke pengumpul gabah pengumpul ke Dolog fraksi jual ke dolog jml pembelian gkg pengumpul gabah digiling di pengumpul fraksi giling di pul delta gkg pengumpul per bln beras pengumpul ke pengecer beras di pengumpul fraksi beras pul ke pengecer faktor konversi gabah beras beras pengumpul ke grosir stok beras pengumpul per bln fraksi beras pul ke grosir akumulasi beras di pengumpul inflow beras Gambar 16. Model dinamis subsistem pedagang pengumpul Subsistem KUD KUD memegang peranan penting dalam tata niaga beras karena selama bertahuntahun mereka dijadikan mitra Bulog dalam pengadaan beras (pembelian beras petani oleh Bulog) sejak tahun 1973/1974. KUD diharapkan menjadi semacam jaminan pasar bagi 60
9 produksi beras petani. Namun akhir-akhir ini peran KUD dalam menampung hasil pertanian petani merosot tajam seiring dengan berkurangnya peran Bulog dalam pengadaan beras dalam negeri dan diberlakukannya sistem perdagangan bebas. Jumlah KUD saat ini kurang lebih mencapai unit. Dalam subsistem ini KUD diketahui mendapatkan input gabah dari petani dan pedagang pengumpul. Dari gabah yang dibeli, sekitar persen digiling di luar KUD sedangkan sisanya digiling sendiri karena tidak semua KUD mempunyai fasilitas penggilingan. Hasil penggilingan sendiri selanjutnya dijual ke Bulog sekitar 10 persen, ke pengecer (20-25 persen), dan sisanya ke swasta/grosir. Model sistem dinamis untuk subsistem KUD beserta persamaan-persamaan matematis untuk setiap variabelnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. s u b s is te m K U D g a b a h p e n g u m p u l k e k u d p o r s i g b h k u d g g b h k u d k e p e n g g i l i n g l u gp ae bt a an h i p t n k e K U D p o r s i g b h k u d g a b a h m a s ug k a b k a uh d k u d g i l i n g s e n d i r i a b e r a g s b d h i p k e u t a d n i j a bd ei rb aes r Ka s U D k e p e n g e c e p e r s e n b e k o n v e r s i g k g b e r a s b e r a s K U D k e g r o s i r p e r s e n b e r s t o k b e r a s k u d p e r b l n b e r a s K U D p k e e r sb e un l ob ge a k u m u l a s i b e r a s K U D p e r b l n i n f l o w k u d Gambar 17. Model dinamis subsistem KUD 61
10 Subsistem Penggilingan Pengolahan pasca panen padi di Indonesia masih tergolong sederhana. Proses perontokan, pengeringan dan pengangkutan sebagian besar masih dikerjakan secara manual dan memanfaatkan tenaga surya. Gabah yang sudah kering selanjutnya akan digiling di tempat penggilingan padi. Subsistem penggilingan mewakili kelompok usaha penggilingan padi di Indonesia. Termasuk dalam kategori penggilingan adalah a). penggilingan padi besar (PPB) yaitu unit penggilingan lengkap yang memiliki mesin perontok, pembersih gabah, pemecah kulit, separator padi, pemutih (polisher), grader elevator dll, dengan kapasitas produksi di atas 0,7 ton beras per jam, b). penggilingan padi kecil (PPK) yaitu penggilingan padi yang terdiri dari dua unit mesin yang dipasang terpisah yaitu pemecah kulit (husker) dan pemutih. Pada penggilingan ini pemindahan bahan dari satu mesin ke lainnya dilakukan secara manual. Kapasitas produksinya berkisar antara 0,3 sampai 0,7 ton beras per jam, c). Rice Milling Unit (RMU), d). Penggiling padi Engelberg, e). Huller, dan f). Penyosoh. Dalam model ini penggiling menerima input utama dari petani dan KUD. Hasil penggilingan kemudian di salurkan ke Bulog (sekitar 5-10 persen), ke pengecer (sekitar persen ) dan sisanya ke grosir. Model dinamis untuk subsistem penggilingan ini dapat dilihat pada gambar berikut: 62
11 Subsistem Penggilingan gbh kud ke penggiling luar gabah ptn ke penggiling beras penggilingan ke bulog fraksi ling log gabah masuk penggilingan beras penggilingan ke grosir rendemen giling beras hsl penggilingan fraksi ling sir beras penggilingan ke pengecer stok beras di penggilingan per bln total beras keluar penggilingan fraksi ling cer inflow giling akumulasi beras di penggilingan Gambar 18. Model dinamis distribusi beras pada subsistem penggilingan Subsistem Grosir Subsistem Grosir adalah mewakili para pedagang besar, pasar induk, koperasi dan swasta yang melakukan pembelian dan penjualan beras dalam partai besar. Kehadiran mereka sangat penting terutama di kota-kota besar karena berfungsi sebagai pintu masuk produk beras ke suatu wilayah. Mereka membeli beras dari para pedagang pengumpul dan penggilingan. Beras tersebut kemudian dijual ke pengecer (sekitar persen) dan sisanya dijual ke konsumen akhir. Gambar 19 memperlihatkan distribusi beras pada subsistem Grosir dalam bentuk model sistem dinamis. 63
12 Subsistem Grosir/Swasta/Koperasi beras pengumpul ke grosir beras grosir ke konsumen fraksi grosir ke konsumen beras penggilingan ke grosir beras KUD ke grosir beras masuk ke grosir beras grosir ke pengecer beras keluar grosir fraksi grosir ke pengecer bulog ke grosir stok beras grosir bulanan Akumulasi beras grosir inflow grosir Gambar 19. Model dinamis distribusi beras pada Subsistem Grosir Subsistem Bulog Bulog adalah pelaku utama dalam tata niaga beras di Indonesia sejak tahun 50-an sampai akhir tahun Peranan Bulog kemudian perlahan-lahan digeser oleh pedagang swasta terutama dalam pengadaan beras. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan, tugas publik BULOG pertama adalah melakukan pembelian gabah dan beras dalam negeri pada Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Tugas pengamanan HPP (sebelumnya menggunakan Harga Dasar) terus dilakukan sejak BULOG berdiri tahun 1967 sampai dengan saat ini BULOG menjadi seuah Perusahaan Umum. Pembelian gabah dan beras dalam negeri yang disebut sebagai PENGADAAN DALAM 64
13 NEGERI merupakan satu bukti keberpihakan Pemerintah (Perum BULOG) pada petani produsen melalu jaminan harga dan jaminan pasaratas hasil produksinya. Saat ini Bulog tidak memiliki dana untuk membeli gabah petani dalam negeri dalam jumlah besar. Pembelian Bulog diperkirakan hanya mencapai tujuh persen dari total produksi beras dalam negeri. Sejak tahun 2008, produksi dalam negeri meningkat tajam. BULOG berhasil mengoptimalkan pengadaan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan stoknya melalui produksi dalam negeri yang melimpah. Produksi tahun 2008 mencapai 60,3 juta ton GKG atau sekitar 38 juta ton setara beras. Dari total tersebut, sekitar 8,41% dari total produksi tersebut berhasil diserap BULOG. Realisasi pengadaan BULOG mencapai 3,2 juta ton naik secara signifikan sebesar 81% dibandingkan pengadaan tahun 2007, sehingga kebutuhan untuk stok dalam negeri tahun 2008 sepenuhnya dapat dipenuhi dari pengadaan dalam negeri. Jumlah pengadaan 3,2 juta ton tersebut diperoleh BULOG di tengah lonjakan harga beras dunia dan diakui mampu menstabilkan harga beras domestik. Selama tahun 2008 harga beras domestik relatif stabil dari harga beras dunia. Pelaku beras dunia yang memperkirakan Indonesia akan mengimpor sebanyak 1 juta ton pada tahun 2008, memberikan apresiasi atas keberhasilan produksi dan stabilitas harga beras. Sukses pencapaian kuantitas pengadaan 2008 yang besar terus dipertahankan hingga 2009 dengan kemampuan BULOG menyerap hingga 9,05% dari total produksi/tahun dalam negeri. ( Secara skematis diagram ithink di bawah ini memperlihatkan peran Bulog dalam distribusi beras. Bulog mendapatkan masukan beras dari penggilingan, KUD, importir dan swasta. Beras hasil pengadaan selanjutnya dijual melalui opsus (20-30 persen) ke grosir (30-40 persen), dan ke pengecer (10-20 persen). Beras selebihnya disimpan di gudang-gudang Bulog dengan masa simpan rata-rata 2-4 bulan. 65
14 BULOG akumulasi beras di bulog beras masuk pertambahan stok beras bulog per bln beras keluar bulog fraksi opsus opsus pengadaan DN beras KUD ke bulog beras masuk bulog bulog ke grosir fraksi ke grosir beras importir ke bulog bulog ke pengecer fraksi ke pengecer beras penggilingan ke bulog pengadaan bulog beras impor bulog Gambar 20. Model dinamis distribusi beras pada subsistem Bulog 66
15 Subsistem Importir Importir adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap keberadaan beras impor di dalam negeri. Idealnya mereka mengimpor beras pada saat pasokan di dalam negeri tidak dapat memenuhi permintaan masyarakat atau mengalami defisit. Dalam prakteknya mereka diminta pemerintah atau atas kehendak sendiri melakukan impor dengan motif utama mencari keuntungan. Tingginya perbedaan antara harga beras di luar negeri dan di dalam negeri mendorong mereka untuk melakukan impor, bahkan meskipun di dalam negeri sedang panen raya, sehingga menyulitkan petani. Tarif bea masuk yang ditetapkan sebesar Rp 430,- per kg pun nampaknya tidak mengurangi kemauan importir untuk mendapatkan keuntungan dari bisnis beras impor. Gambar berikut ini memperlihatkan model sistem dinamis subsistem importir, beserta persamaan-persamaan matematis pendukung untuk setiap variabelnya. IMPORTIR prod ptn setara beras per bln impor murni beras impor masuk importir ke pengecerr fraksi importir ke pengecer defisit beras importir ke grosir konsumen umum beli beras beras impor disalurkan stok beras importir per bulan importir ke bulog akumulasi stok importir fraksi importir ke grosir fraksi importir ke bulog beras keluar dari pengecer inflow impor tir Gambar 21. Model dinamis distribusi beras pada subsistem importir 67
16 Subsistem Pengecer Pengecer adalah mata rantai terakhir dalam rantai tataniaga beras yang menyampaikan beras ke tangan konsumen. Jumlah pengecer beras cukup besar dan tersebar hampir di seluruh wilayah, dari pedesaan sampai perkotaan. Pada umumnya pengecer mendapatkan/belanja beras dari pedagang beras besar atau grosir atau dari penggilingan padi atau KUD. Pengecer beras masuk pengecer kg beras per kepala per bln beras pengumpul ke pengecer beras keluar dari pengecer jumlah klg petani beras grosir ke pengecer importir ke pengecer stok pengecer per bln pembelian non petani bukan petani beras KUD ke pengecer beras dibeli petani dr pengecer akumulasi stok penngecer jumlah penduduk beras penggilingan ke pengecer aliran beras masuk stok pengecer Gambar 22. Model dinamis distribusi beras pada subsitem pengecer 68
17 Subsistem Konsumen (Rumah Tangga) Konsumen adalah mata rantai terakhir dalam sistem distribusi dan sediaan beras. Dalam model ini diasumsikan seluruh kebutuhan konsumen diperoleh dari pengecer dan sebagian kecil dari grosir. Gambar 24 berikut ini memperlihatkan model dinamis untuk subsistem konsumen. Konsumen RT kebutuhan beras penduduk per bln laju pertumbuhan jumlah penduduk populasi indonesia delta populasi bulanan kebutuhan beras pct per bln kebutuhan beras pct per thn beras keluar dari pengecer dari pengecer akumulasi beras dikonsumsi belanja konsumen bulanan Gambar 23. Model dinamis distribusi beras pada subsistem pengecer 69
18 Subsistem Stok Nasional Stok nasional merupakan akumulasi dari jumlah beras yang tersedia di dalam negeri yang disimpan di setiap subsistem distribusi. Idealnya jumlah stok nasional ini harus mencukupi untuk kebutuhan minimum tiga bulan ke depan Persediaan nasional yang jumlahnya kurang dari kebutuhan untuk tiga bulan akan mendorong pemerintah (Bulog) maupun swasta untuk mengimpor beras. Model dinamis untuk susbsistem stok nasional dapat digambar secara sederhana sebagai himpunan dari berbagai variabel yang mewakili persediaan di delapan subsistem lainnya. STOK Nasional Run stok setara beras petani per bln stok beras kud per bln akumulasi stok setara beras di petani akumulasi beras KUD akumulasi stok beras nasional stok beras pengumpul per bln stok pengecer per bln akumulasi beras di pengumpul akumulasi stok penngecer Stok beras nasional per bln stok beras di penggilingan per bln akumulasi beras di penggilingan akumulasi beras di bulog pertambahan stok beras bulog per bln stok beras grosir bulanan Akumulasi beras grosir akumulasi stok importir stok bulanan importir. Gambar 24. Model dinamis distribusi beras pada Subsistem Nasional 70
I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini 95% masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok,
Lebih terperinciAnalisis Penyebab Kenaikan Harga Beras
Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;
Lebih terperinciANALISIS TATANIAGA BERAS
VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti
Lebih terperinciKAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN
KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN Latar Belakang Beras berperan besar dalam hidup dan kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya golongan menengah kebawah. Bahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah
Lebih terperinciMODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL
2002 Arief RM Akbar Posted 7 November, 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Oktober 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara Agraris dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini di dukung dengan kenyataan bahwa di Indonesia tersedia
Lebih terperinciPeriodisasi Musim Tanam Padi Sebagai Landasan Manajemen Produksi Beras Nasional
Periodisasi Musim Tanam Padi Sebagai Landasan Manajemen Produksi Beras Nasional Oleh : Sumarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Dalam usaha agaribisnis, pengaturan ketersediaan produk
Lebih terperinciBAB III PROFIL PERUSAHAAN
BAB III PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Perum Bulog Jika telusuri, sejarah Bulog tidak dapat terlepas dari sejarah lembaga pangan di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai pemerintahan sekarang ini. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL
Lebih terperinciProduksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada
47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat
Lebih terperinciPROSPEK TANAMAN PANGAN
PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian
Lebih terperinciPerkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009
Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009 Sembilan bahan pokok (Sembako) merupakan salah satu masalah vital dalam suatu Negara. Dengan demikian stabilitasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama, sektor pertanian merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras bagi bangsa Indonesia dan negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau
Lebih terperinciKEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI
KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA
KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan pada Seminar & Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia FEED THE WORLD Tema : Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI. ABSTRACT. i iii iv v vii ix xi xii xiii xiv I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007
KEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007 Pendahuluan 1. Produksi padi di Indonesia mengikuti siklus musim, dimana panen raya dimulai pada bulan Februari sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena produksi padi Indonesia yang masih rendah dan ditambah dengan. diperbaiki dengan manajemen pascapanen yang benar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai sumber karbohidrat. Kebutuhan pangan pokok beras
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI
KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
Lebih terperinciPROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012
PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 1 LATAR BELAKANG Kementerian Pertanian mengemban amanat untuk terus berupaya meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I 2015)
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 40/07/32/Th. XVII, 1 Juli PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I ) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA TETAP) TURUN 3,63 PERSEN, SEDANGKAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman
24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.
Lebih terperinciANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia yang setiap tahun bertambah sehingga permintaan beras mengalami peningkatan juga dan mengakibatkan konsumsi beras seringkali melebihi produksi. Saat
Lebih terperinciPERLUNYA RESI GUDANG UNTUK MENSTABILKAN HARGA BERAS DI PROVINSI BANTEN
PERLUNYA RESI GUDANG UNTUK MENSTABILKAN HARGA BERAS DI PROVINSI BANTEN Dewi Haryani, Viktor Siagian dan Tian Mulyaqin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jln.Ciptayasa KM.01 Ciruas Serang (42182)
Lebih terperinciKINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN
KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN I. PENDAHULUAN 1. Salah satu target utama dalam Rencana Strategis
Lebih terperinciKAJIAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH-BERAS : Kasus Propinsi Jawa Barat
KAJIAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH () GABAH-BERAS : Kasus Propinsi Jawa Barat PENDAHULUAN dasar gabah mulai diterapkan sejak 1969 dan terus dipertahankan hingga kini dengan konsep harga pembelian pemerintah
Lebih terperinciBoks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya
Boks Pola Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya Pendahuluan Salah satu komoditas yang memiliki kontribusi besar bagi inflasi Kota Palangka Raya adalah beras. Konsumsi beras
Lebih terperinciANGKA RAMALAN II 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 64/11/32/Th. XVII, 2 November ANGKA RAMALAN II PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PRODUKSI PADI TAHUN (ARAM II) DIPERKIRAKAN MENURUN 4,02 PERSEN. A. PADI Berdasarkan Angka Ramalan
Lebih terperinciOPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS
OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS A. Landasan Konseptual 1. Struktur pasar gabah domestik jauh dari sempurna. Perpaduan antara produksi padi yang fluktuatif, dan penawaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia pada umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca Bahan Makanan (NBM) Indonesia
Lebih terperinciANGKA TETAP 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 36/07/32/Th. XVIII, 1 Juli 2016 ANGKA TETAP PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PRODUKSI PADI TAHUN SEBESAR 11.373.144 TON MENURUN 2,33 PERSEN. A. PADI Berdasarkan Angka Atap,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, sehingga padi termasuk tanaman prioritas. Hampir diseluruh
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian
Lebih terperincipelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.
pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia. beras. Perkembangan dari hal-hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia Kondisi permintaan dan penawaran beras di Indonesia dapat diidentifikasi berdasarkan perkembangan yang berkaitan dengan produksi, konsumsi,
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1973 TENTANG PEMBELIAN BERAS DALAM NEGERI UNTUK TAHUN 1973/1974 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1973 TENTANG PEMBELIAN BERAS DALAM NEGERI UNTUK TAHUN 1973/1974 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka mempersiapkan pengadaan stock
Lebih terperinciSURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015
RAHASIA VP2015-S 001. Subround yang lalu: 1. Januari-April 2. Mei-Agustus 3. September-Desember REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015 PENCACAHAN
Lebih terperinciPENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)
BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S
Lebih terperinciBoks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU
Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Daerah sentra beras di Maluku terletak di Buru, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat. Beras yang dihasilkan merupakan beras dari padi sawah. Selain itu, terdapat juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan untuk peningkatan ketahanan pangan serta
Lebih terperinciAnalisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 25796429 Surakarta, 89 Mei 2017 Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik Wiwik Budiawan *1), Ary Arvianto
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pangan merupakan salah satu masalah nasional yang sangat penting dari keseluruhan proses pembangunan dan ketahanan nasional suatu bangsa. Pangan menyangkut kesejahteraan
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 19/03/32/Th. XVII, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN ) PRODUKSI PADI TAHUN (ANGKA SEMENTARA) DIPERKIRAKAN TURUN 3,63 PERSEN PADI Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia
Lebih terperinciUNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1
UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN
Pendahuluan KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN 1. Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga beras, salah satu instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga dasar dan harga maksimum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan
Lebih terperinciVII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MARKETED SURPLUS PADI
VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MARKETED SURPLUS PADI 7.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Marketed Surplus Model regresi linear disajikan pada Tabel 39 adalah model terbaik yang dapat dibuat berdasarkan
Lebih terperinciANGKA SEMENTARA 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 16/03/32/Th. XVII, 1 Maret 2016 ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PRODUKSI PADI TAHUN (ANGKA SEMENTARA) SEBESAR 11.373.234 TON MENURUN 2,33 PERSEN. A. PADI
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA
V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa
Lebih terperinciLAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN
LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta
Lebih terperinciMETODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian
15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH Oleh : Erizal Jamal Khairina M. Noekman Hendiarto Ening Ariningsih Andi Askin PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras adalah salah satu sumber makanan pokok masyarakat Indonesia khususnya dan bangsa-bangsa di Asia pada umumnya. Tingkat komsumsi beras nasional relatif lebih tinggi
Lebih terperinciKEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS
KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen beras yang besar, tetapi kebutuhan konsumsi beras dan pertumbuhan penduduk yang besar menyebabkan Indonesia tidak mampu menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Industri Pertumbuhan industri bisa dilihat dari sumbangan sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Semakin besar sumbangan terhadap PDB maka
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia, jagung memiliki kontribusi sebagai komponen industri pakan. Lebih dari 50% komponen pakan pabrikan adalah jagung. Hal ini
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok yang sangat strategis dalam tatanan kehidupan dan ketahanan pangan nasional. Kekurangan beras dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas
Lebih terperinciPELAPORAN DATA STOCK GABAH DAN BERAS DI PENGGILINGAN. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta, 7 April 2016
PELAPORAN DATA STOCK GABAH DAN BERAS DI PENGGILINGAN Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta, 7 April 2016 1 OUT LINE A. PENDAHULUAN B. STOK BERAS DAN SEBARANNYA C. HASIL MONITORING DAN PELAPORAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L)) merupakan komoditas strategis di Indonesia. Kedelai adalah salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas
Lebih terperinciBoks.2 PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BERAS DI PROVINSI JAMBI
Boks.2 PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BERAS DI PROVINSI JAMBI Latar Belakang Produksi beras di Jambi mencapai 628.828 ton pada tahun 2010. Produksi beras dari tahun ke tahun memang menunjukkan peningkatan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :
Lebih terperinciTinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras
ARTIKEL Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi oleh Rumah Tangga Tahun 2007 Oleh: Slamet Sutomo RINGKASAN Ditinjau dari sisi produksi dan konsumsi secara total, produksi beras di Indonesia pada tahun 2007
Lebih terperinciPERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015
BPS PROVINSI SUMATRA SELATAN No. 13/02/16/Th.XVIII, 05 Februari 2016 PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 DI SUMATRA SELATAN, MARJIN PERDAGANGAN DAN PENGANGKUTAN BERAS 15,24 PERSEN, CABAI MERAH 24,48 PERSEN,
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciAnalisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati
Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor Lilis Ernawati 5209100085 Dosen Pembimbing : Erma Suryani S.T., M.T., Ph.D. Latar Belakang
Lebih terperinciV. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA
83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari 3 kebutuhan pokok yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, kebutuhan pokok tersebut
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH
KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH Oleh: Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TUJUAN KEBIJAKAN DAN KETENTUAN HPP Harga jual gabah kering panen (GKP) petani pada saat panen raya sekitar bulan Maret-April
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui penelitian dan pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat
56 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lokasi penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui penelitian dan pengamatan
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa
Lebih terperinci