Pemodelan Kanal Komunikasi Akustik pada Perairan Dangkal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemodelan Kanal Komunikasi Akustik pada Perairan Dangkal"

Transkripsi

1 Pemodelan Kanal Komunikasi Akustik pada Perairan Dangkal Taufani Rizal Nofriansyah, Wirawan, Endang Widjiati Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Abstrak Komunikasi melalui medium air memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan komunikasi pada medium udara secara umum. Gelombang elektromagnetik tidak dapat digunakan di bawah air dikarenakan air menghasilkan redaman yang sangat besar. Sebagai solusi dari hal tersebut digunakanlah gelombang akustik yang memiliki karakteristik dapat merambat dengan jarak yang jauh pada medium air. Medium air sebagai tempat merambatnya sinyal akustik juga memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan medium udara. Pada medium air, perbedaan kedalaman, perbedaan salinitas, perbedaan suhu, dan lainnya merupakan beberapa parameter penting yang dapat mempengaruhi sinyal akustik yang merambat di dalamnya. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk memodelkan kanal perairan dangkal sehingga dapat menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi merambatnya sinyal pada medium air tersebut dan sehingga nantinya kedepan pemodelan ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam melakukan pengukuran maupun perbandingan dari hasil pengukuran. Pemodelan kali ini menggunakan software MatLab. Dengan menganalisis hasil simulasi, dapat diketahui bahwa pengaruh jarak dan kedalam berbanding lurus terhadap pengurangan amplitudo sinyal. Selain itu, waktu kedatangan terkecil yang didapat pada pengamatan pertama pada R = 100 m dan h = 10 m dengan nilai 0,0729 s serta waktu kedatangan terbesar terdapat pada R = 200 dan h = 14,5 m dengan nilai 0,1384 s. Kata Kunci : akustik bawah air, kanal, perairan dangkal Kata kunci : akustik bawah air, kanal, perairan dangkal I. PENDAHULUAN Oseanografi akustik menggambarkan peran laut sebagai media akustik. Berkaitan dengan properti oseanografis, terdapat beberapa parameter akustik di bawah air seperti propagasi, noise dan gema. Variabel akustik yang paling penting di laut adalah kecepatan suara. Distribusi kecepatan suara di laut mempengaruhi semua fenomena akustik yang ada. Kecepatan suara tersebut ditentukan oleh distribusi kerapatan di laut, dimana kerapatan air laut dipengaruhi suhu dan salinitas [2]. Air laut merupakan media yang kompresibel. Kompresibilitas dari air laut dapat dinyatakan dalam koefisien kompresibilitas yang berhubungan dengan perubahan volume air secara fraksional sehubungan dengan perubahan tekanannya. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif di bawah air telah memberikan manfaat yang besar pada banyak peneliti untuk membuat dan mengimplementasikan pada banyak aspek kehidupan, sebut saja para peneliti armada laut, peneliti oseanografi, komersial operator kelautan, industri minyak lepas pantai, organisasi pertahanan, dan lainnya. Hal ini dikarenakan gelombang elektromagnetik yang biasa digunakan di udara tidak dapat tersebar dengan jarak yang jauh di dalam air. Solusi yang ada adalah dengan menggunakan komunikasi akustik bawah air sebagai satu satunya cara untuk dapat mengimplementasikan teknologi teknologi tersebut. Komunikasi akustik bawah air memiliki karakteristik kanal yang unik seperit fading, extended multipath, dan refractive properties dari kanal suara [5]. Upaya untuk mengadaptasi teknik komunikasi yang dikembangkan pada kanal lain telah memiliki kesuksesan pada implementasi perairan sangat dalam namun memiliki keterbatasan pada perairan dangkal [5]. Walaupun progres yang diberikan pada komunikasi perairan dangkal telah terjadi lebih dari satu dekade, namun pada kanal jarak menengah (medium range channel) dari perairan sangat dangkal yang umumnya berada pada wilayah pesisir tropis, masih memiliki banyak tantangan pada kebanyakan komunikasi. Kanal komunikasi akustik perairan dangkal memberikan dua fitur, extensive time varying multipath dan high levels of non-gaussian ambient noise due to snapping shrimp, dimana keduanya menyebabkan keterbatasan pada performa teknik komunikasi pada umumnya. Pemahaman yang baik pada kanal komunikasi sangat penting untuk dapat mendesain suatu sistem komunikasi, hal tersebut membantu pada pengembangan teknik signal processing sesuai dengan teknik pengetesan melalui simulasi. II. PEMODELAN KANAL 2.1 Parameter Kanal Komunikasi Bawah Air Variasi dari kecepatan suara c di lautan relatif kecil. Kecepatan suara di lautan hanya berada antara 1450 dan 1540 m/s. Walaupun begitu, perubahan kecil dari c mempengaruhi propagasi suara di lautan secara signifikan. 1

2 Kecepatan suara dapat diukur langsung dengan menggunakan velocimeters atau menggunakan rumus jika temperatur T, salinitas S, dan tekanan hidrostatis P (atau kedalaman z) dapat diketahui. Kesalahan dari pengukuran yang dilakukan velocimeters moderen biasanya berkisar antara 0,1 m/s. Akurasi dari kalkulasi dengan menggunakan formula empiris yang paling lengkap pun memiliki hasil yang salah. Bagaimanapun juga, formula ini menyediakan akurasi yang lebih tinggi. Namun, karena kecepatan suara pada perairan dangkal tidak berubah secara signifikan oleh kedalaman, kecepatan suara pada perairan dangkal hanya dipengaruhi oleh temperatur dan salinitas air laut [1], sehingga persamaan kecepatan suara pada perairan dangkal dapat dijelaskan: Propagasi akustik di laut dijelaskan melalui persamaan gelombang. Sebagai solusi untuk persamaan gelombang yang sulit untuk dicari generalisasinya, pendekatan sering digunakan untuk memodelkan propagasi tersebut. Teori ray menyediakan sebuah pendekatan, biasanya digunakan pada frekuensi tinggi untuk pemodelan propagasi. (1) (2) Asumsikan D sb sebagai jarak yang dilalui pada jalur yang berasal dari atas dengan pantulan permukaan s dan pantulah dasar b. Untuk jalur tersebut, dimana 0 s b 1, maka: [ ] (3) Asumsikan D sb adalah jarak yang dilalui pada jalur yang berasal dari bawah dengan pantulan permukaan s dan pantulan dasar b. Untuk jalur tersebut, dimana 0 b s 1 maka: [ ] (4) Diasumsikan bahwa sumber adalah bersifat omnidirectional dan menghasilkan gelombang depan pada medium isovelocity. Intensitas energi pada titik manapun sepanjang gelombang depan akan mereduksi kuadratnya dari jarak yang berjalan oleh gelombang. Faktor yang merepresentasikan loss dalam tekanan amplitudo pada spherical spreading sepanjang jalur dari panjang D dapat dirumuskan [4]: (5) Gambar 1. Skema yang menjelaskan pemodelan kanal WSWA [1] Pada pemodelan ray, energi suara dikonseptualisasikan terpropagasi melewati ray, jalur propagasinya lurus disebabkan oleh kecepatan medium fluida. Beberapa propagasi akan mengalami pantulan dan beberapa lainnya akan mengalami penghamburan ketika mengalami keadaan kecepatan suara yang tidak kontinyu. Asumsi isovelocity untuk perairan laut dijelaskan sebagai kanal perairan dangkal yang biasanya tergabung dan mempunyai peningkatan relativitas yang kecil pada tekanan di kedalaman pada kolom perairan. Pada Gambar 1, dapat diasumsikan bahwa d 1 adalah kedalaman dari sumber, d 2 adalah kedalaman dari penerima, h adalah ketinggian dari kolom air dan R adalah jarak transmisi. Jarak yang dilalui oleh suara melalui beberapa jalur dapat dikomputasikan menggunakan metode di gambar. Jarak yang ditempuh melalui jalur lurus dapat dinotasikan sebagai D 00, dimana: Ketika suara terpropagasi di lautan, sebagian dari energi akustik secara kontinyu mengirimkan panas. Penyerapan secara umum bergantung pada viskositas volume sebagai hasil dari proses relaksasi dalam perairan laut. Pendekatan empiris untuk koefisien atenuasi β (in db/km) pada frekuensi f (dalam khz, diantara 3 khz dan 500 khz), salinitas S (dalam ) dan tekanan hidrostatis P (dalam kg/cm 2 ) diberikan [3]: Dimana, Pada kedalaman 10 m, tekanan hidrostatis P diperkirakan Pa (i.e. 2 kg/cm 2 ) [1]. Didasarkan pada koefisien atenuasi, faktor loss (pada amplitudo tekanannya) dapat dikomputasikan ke akun penyerapan pada jarak D sepanjang jalur tempuhnya [1]: (6) 2

3 [ ] dengan membiarkan beberapa tambahan faktor loss konstan dari L BR per interaksi dasar laut. * + * + (7) Koefisien atenuasi tidak berubah secara signifikan dengan perubahan yang kecil pada kedalaman. Kedalaman tersebut dibatasi pada kanal perairan dangkal, sehingga ini dapat digunakan pada pemodelan kanal perairan dangkal tanpa akurasi loss yang signifikan. Impedansi yang tidak cocok antara perairan laut dan udara menyebabkan permukaan laut menjadi reflektor yang sangat baik. Jika permukaan laut tenang, pantulannya mendekati sempurna, namun menyertakan pergeseran fase sebanyak π radian, sebagai asumsi bahwa koefisien refleksi adalah -1 [3]. Jika permukaan kasar (disebabkan oleh gelombang), sedikit loss akan terjadi pada setiap interaksi permukaan. Kali ini, pemodelan loss diasumsikan dengan membiarkan faktor konstan loss dari L SR per interaksi permukaan. Impedansi yang tidak cocok antara perairan laut dan dasar laut menyebabkan dasar laut dapat memantulkan beberapa suara yang datang. Asumsikan bahwa ρ dan c adalah kerapatan dan kecepatan suara pada perairan laut serta ρ 1 dan c 1 adalah kerapatan dan kecepatan suara pada dasar laut. Untuk dasar laut yang lembut, pantulan adalah sudut dependen, dan dijelaskan oleh koefisien refleksi Rayleigh sebagai [3]: 2.2 Variasi Waktu Keterlambatan waktu kedatangan untuk setiap jalur bergantung pada kedatangan langsung yang direlasikan pada perbedaan jarak sepanjang jalur yang ditempuh. Bagaimanapun juga, waktu kedatangan berlaku variasi setiap waktu, kemungkinannya bergantung pada pergerakan dari sumber, penerima dan permukaan. Stabilitas dari keterlambatan waktu kedatangan dipengaruhi oleh perubahan kecil pada posisi sumber atau penerima yang dapat dianalisa menggunakan model ray. Anggap τ sb adalah keterlambatan waktu kedatangan dari jalur D sb dan τ sb adalah keterlambatan waktu kedatangan dari jalur D sb. Sehingga didapatkan: (10) Dengan memasukkan persamaan (2) (4), maka didapatkan: * [ ] + * [ ] + (11) Dimana, (8) 2.3 Pemodelan Kanal Anggap x(t) adalah sinyal yang ditransmisikan melewati kanal dan y(t) adalah sinyal diterima, maka dapat dituliskan y(t) dan x(t) sebagai [1]: Sudut kedatangan θ dapat dikomputasikan berdasarkan geometri dari gelombang Pekeris. Anggap sudut θ sb berhubungan dengan jalur D sb dan sudut θ sb berhubungan dengan jalur D sb, dan didapatkan: ( ( ) ) Untuk dasar laut yang kasar dan menyerap, tambahan loss pantulan dapat diberikan. Pemodelan loss ini dilakukan (9) III. ( ) ( ) SIMULASI 3.1 Metodologi Penelitian Setelah proses pembangkitan sinyal inputan, pemilihan dan pembuatan parameter kanal dibuat semirip (13) 3

4 mungkin sehingga dapat menyerupai kondisi aslinya. Setelah pembuatan parameter kanal telah dilakukan, maka ditentukan lamanya waktu pengamatan proses yang akan berlangsung. Penentuan lama waktu pengamatan ini juga merepresentasikan banyaknya pantulan permukaan maupun dasar yang terjadi di dalam kanal tersebut. Setelah beberapa hal penting diatas telah terpenuhi, maka simulasi pun dapat dijalankan. Setelah proses simulasi telah melakukan perhitungan, proses pengolahan data diperlukan untuk mempermudah analisis dan salah satu contoh pengolahan data adalah dengan melakukkan plotting hasil perhitungan yang telah dijalankan sebelumnya. Plotting bertujuan untuk merubah hasil perhitungan menjadi bentuk grafik sehingga mudah untuk dibaca dan dianalisis. Mulai Pembangkitan sinyal Tabel 1 Nilai Parameter Simulasi Parameter Simbol Nilai Jarak R 100 m dan 200 m Kedalaman laut h 10 m dan 14,5 m Kedalaman sumber d1 3 m Kedalaman penerima d2 2 m Frekuensi f 3000 Hz Frekuensi sampling fs Hz Loss Permukaan Lsr 3 db Loss Dasar Lbr 10 db Kepadatan air ρ 1023 kg/m 3 Kepadatan dasar laut ρ kg m 3 Kecepatan suara dasar laut c m/s Suhu air T 27 C Salinitas S 35 ppt Banyak pantulan N 5 Hal yang sama untuk profil kecepatan suara, data yang diambil juga berada pada perairan Singapura yang dijelaskan pada Gambar 3. Parameter kanal Penentuan waktu pengamatan Penambahan noise Simulasi N Berjalan? Y Plotting hasil Selesai Gambar 2 Flowchart simulasi Gambar 3 Profil kecepatan suara pada perairan Singapura yang menunjukkan variasi kurang dari 1 m/s [1] Sinyal yang dibangkitkan menggunakan sinyal sinusoidal, dimana sinyal sinusoidal adalah sinyal dasar yang nantinya dapat dengan mudah diketahui perubahan yang terjadi di dalamnya setelah dipengaruhi oleh serangkain parameter kanal. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software MatLab untuk memodelkan kanal perairan dangkal. Tabel 1 di bawah merupakan nilai masukan awal yang didapat dari hasil eksperimen pada kondisi perairan dangkal di Singapura [1]. Khusus untuk jarak dan kedalaman, pada penelitian kali ini memberikan nila variasi yang berbeda sebagai perandingan. Gambar 4 Sinyal inputan sinusoidal 4

5 Sinyal sinusoidal yang dibangkitkan menggunakan konfigurasi frekuensi sebesar 3000 Hz dengan frekuensi sampling sebesar Hz. Hal ini didasarkan pada kondisi penggunaan sinyal frekuensi tinggi pada pemodelan kanal perairan dangkal Fungsi sinyal sinusoidal: IV. ANALISA HASIL SIMULASI Analisis hasil keluaran difokuskan pada waktu kedatamgan dan amplitudo. Analisis dilakukan dengan memberikan variasi pada jarak (R) antara sumber dan penerima serta kedalaman (h) dari laut itu sendiri. Jarak yang diamati adalah 100 m dan 200 m serta kedalaman yang diamati adalah 10 m dan 14,5 m. Nilai yang didapatkan bergantung pada interval kedatangan yang diamati. Pada penelitian kali ini, interval pengamatan dilakukan sebanyak lima kali, yang mana interval pengamatan ini juga merepresentasikan jumlah interval pantulan yang terjadi. Berikut adalah hasil waktu pengamatan yang didapat yang divariasikan pada jarak dan kedalaman yang berbeda: Tabel 2 Nilai parameter pada R = 100 m dan h = 10 m 1 174,8151 0, ,6784 0, ,1344 0, ,3421 0, ,6050 0,1332 Pada Tabel 2, jarak tempuh rata rata yang dilalui pada kedatangan pertama adalah 174,8151 m dan terus meningkat hingga pada jarak tempuh rata rata 236,6050 m pada kedatangan kelima. Sejalan dengan hal tersebut, rata rata kedatangan yang didapat pada waktu kedatangan pertama adalah 0,0729 s dan terus meningkat hingga 0,1332 s pada waktu kedatangan kelima. Tabel 3 Nilai parameter pada R = 100 m & h = 14,5 m 1 183,3386 0, ,2058 0, ,5331 0, ,4354 0, ,6770 0,1878 didapatkan nilai 0,0812 s dan terus meningkat sejalan dengan jarak tempuhnya hingga pada nilai 0,1878 s pada waktu kedatangan kelima. Tabel 4 Nilai parameter pada R = 200 m dan h = 10 m 1 337,5082 0, ,3479 0, ,5724 0, ,9829 0, ,3581 0,1699 Pada Tabel 4, pergerakan jarak tempuh dimulai pada nilai 337,5082 m pada pengamatan pertama dan terus meningkat hingga 374,3581 pada pengamatan kelima. Pergerakan waktu kedatangan dimulai pada nilai 0,1340 s pada kedatangan pertama dan terus meningkat hingga 0,1699 s pada kedatangan kelima. Tabel 5 Nilai parameter pada R = 200 m dan h = 14,5 m 1 342,0867 0, ,0193 0, ,4334 0, ,6517 0, ,0129 0,2085 Pada Tabel 5, jarak tempuh yang didapat dimulai pada nilai 342,0867 m pada pengamatan pertama dan terus meningkat hingga pada nilai 414,0129 m pada pengamatan kelima. Sejalan dengan jarak tempuh, waktu kedatangan yang didapat juga memiliki pergerakan yang sama dan lebih besar dari pada kedalaman sebelumnya. Hasil waktu kedatangan yang didapat dimulai pada nilai 0,1384 s pada kedatangan pertama dan terus meningkat hingga nilai 0,2085 s pada kedatangan kelima. Dapat disimupulkan pada Tabel 2 hingga Tabel 5 diatas bahwa pergerakan jarak tempuh berbanding lurus dengan waktu kedatangan. Pada Tabel 6 di bawah bahwa perubahan jarak antara sumber dan penerima serta perubahan jarak dari kedalaman laut itu sendiri berpengaruh besar terhadap amplitudo sinyal yang didapat oleh penerima. Terlihat jelas bahwa semakin jauh jarak sumber dan penerima, semakin besar pula redaman yang terjadi pada sinyal tersebut. Sejalan dengan hal itu, semakin dalam kedalaman sebuah lautan, maka juga semakin besar redaman yang diberikan. Pada Tabel 3, jarak tempuh rata rata pada kedalaman 14,5 m dimulai pada nilai 183,3386 m pada kedatangan pertama dan terus meningkat hingga 292,6770 m pada kedatangan kelima. Waktu kedatangan yang didapat juga memiliki pergerakan yang sama, pada kedatangan pertama 5

6 Tabel 6 Perbandingan Hasil Amplitudo Sinyal Keluaran Sinyal Jarak dan Sinyal Amplitudo Output + Kedalaman Output Noise 4,7499 9,9135 R = 100 m, h = 10 m -4,3411-8, R = 100 m, h = 14,5 m R = 200 m, h = 10 m R = 200 m, h = 14,5 m V. PENUTUP 4,4023 6, ,2633-9, ,4686 6, ,6746-6, ,2401 8, ,6170-8, Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap pemodelan kanal komunikasi akustik pada perairan dangkal dengan mempertimbangkan pada beberapa parameter parameter yang ditentukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil perhitungan, didapatkan waktu kedatangan terkecil terdapat pada R = 100 m dan h = 10 m serta waktu kedatangan terbesar terdapat pada R = 200 dan h = 14,5 m. 2. Perbandingan antara amplitudo sinyal pada jarak 100 m dan 200 m serta kedalaman 10 m dan 14,5 m menunjukkan bahwa redaman amplitudo sinyal berbanding lurus dengan peningkatan jarak maupun kedalaman. 3. Pemberian noise dengan SNR sebesar 5 db menyebabkan peningkatan amplitudo pada sinyal yang didapat. 5.2 Saran Dari hasil analisis kesimpulan yang dilakukan selama penelitian ini berlangsung, didapatkan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai landasan untuk pengembangan penelitian selanjutnya, yaitu: 1. Penggunaan data karakteristik salah satu kondisi perairan di Indonesia dapat digunakan pada penelitian berikutnya sebagai data acuan dan data masukan untuk mengembangkan kanal komunikasi akustik pada perairan dangkal Indonesia. 2. Melakukan pengukuran pada kondisi nyata sehingga dapat membandingkan hasil keluaran sinyal secara simulasi dan pengukuran. 3. Meneliti karakteristik noise yang sering terjadi di salah satu kondisi perairan di Indonesia juga dapat dilakukan sebagai pemodelan kanal dengan kondisi noise yang terjadi pada kenyataannya. DAFTAR PUSTAKA [1] Chitre, Mandar., (2006) Underwater Acoustic Communications in Warm Shallow Water Channels, PhD Thesis, Electrical & Computer Engineering National University Of Singapore. [2] Etter, Paul C., (1996) Underwater Acoustic Modelling, 2 nd edition. Chapman & Hall. London.. [3] Brekhovskikh, L.M., Lysanov, Yu.P., (2003) Fundamental of Ocean Acoustic. American Institute of Physics, New York. [4] Jensen, F.B., Kuperman, W.A., Porter, M.B. and Schmidt, H. (1994) Computational Ocean Acoustics. American Institute of Physics, New York. [5] Stojanovic, M Recent advances in high-speed underwater acoustic communications, IEEE J. Ocean. Eng. 21, [6] Jesus, S.M., Porter, M.B., Stephan, Y., Demoulin, X., Rodriguez, O., Coelho, E., (2001) Single Hydrophone Source Localization, IEEE Journal of Ocean Engineering. BIODATA PENULIS Taufani Rizal Nofriansyah dilahirkan di kota udang Sidoarjo pada tanggal 24 November Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Hidup di banyak kota membuat penulis memiliki wawasan yang luas. Memulai pendidikan sekolah dasar di SDN 001 Rintis Pekanbaru pada tahun Lulus SD pada tahun 2002, penulis lalu melanjutkan jenjang pendidikannya ke sekolah menengah pertama di SMPN 4 Pekanbaru. Setelah lulus SMP pada tahun 2004, penulis berpindah kota dan melanjutkan jenjang pendidikannya ke sekolah menengah atas di SMAN 4 Medan. Lulus pada tahun 2007, penulis melanjutkan jenjang pendidikannya ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember dengan mengambil Jurusan Teknik Elektro bidang studi Telekomunikasi Multimedia. 6

PEMODELAN KANAL KOMUNIKASI AKUSTIK PADA PERAIRAN DANGKAL

PEMODELAN KANAL KOMUNIKASI AKUSTIK PADA PERAIRAN DANGKAL PEMODELAN KANAL KOMUNIKASI AKUSTIK PADA PERAIRAN DANGKAL Taufani Rizal Nofriansyah NRP. 2207 100 004 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Wirawan, DEA Ir. Endang Widjiati, M.Eng.Sc Latar Belakang Kondisi perairan

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI SUMBER

PENENTUAN LOKASI SUMBER PENENTUAN LOKASI SUMBER DENGAN MENGGUNAKAN HYDROPHONE TUNGGAL Annisa Firasanti 2207100159 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Wirawan, DEA Ir. Endang Widjiati, M.Eng.Sc LATAR BELAKANG Potensi perairan Indonesia

Lebih terperinci

Pemodelan Kanal Komunikasi Akustik pada Perairan Dangkal dengan Kondisi LOS. By: dferyando.wordpress.com

Pemodelan Kanal Komunikasi Akustik pada Perairan Dangkal dengan Kondisi LOS. By: dferyando.wordpress.com Pemodelan Kanal Komunikasi Akustik pada Perairan Dangkal dengan Kondisi LOS By: dferyando.wordpress.com 1/3/2017 1. Pendahuluan Teknik komunikasi di bawah air merupakan teknik bertukar informasi yang dilakukan

Lebih terperinci

Medium Access Control untuk Jaringan Sensor Akustik Bawah Air dengan Menggunakan Hubungan MIMO

Medium Access Control untuk Jaringan Sensor Akustik Bawah Air dengan Menggunakan Hubungan MIMO JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Medium Access Control untuk Jaringan Sensor Akustik Bawah Air dengan Menggunakan Hubungan MIMO Geoda Eka Garneta, Wirawan Lab. Komunikasi Multimedia, Jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Gangguan Pada Audio Generator Terhadap Amplitudo Gelombang Audio Yang Dipancarkan Pengukuran amplitudo gelombang audio yang dipancarkan pada berbagai tingkat audio generator

Lebih terperinci

Penentuan Lokasi Sumber dengan Menggunakan Hydrophone Tunggal

Penentuan Lokasi Sumber dengan Menggunakan Hydrophone Tunggal Penentuan Lokasi Sumber dengan Menggunakan Hydrophone Tunggal Annisa Firasanti, Wirawan, Endang Widjiati Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Abstrak Penentuan lokasi pasif merupakan

Lebih terperinci

Pengukuran Sinyal Akustik untuk Mendeteksi Sumber Noise Menggunakan Metode Beamforming

Pengukuran Sinyal Akustik untuk Mendeteksi Sumber Noise Menggunakan Metode Beamforming JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Pengukuran Sinyal Akustik untuk Mendeteksi Sumber Noise Menggunakan Metode Beamforming Myta Pristanty, Wirawan, Endang Widjiati Bidang Studi Telekomunikasi

Lebih terperinci

PERFORMANSI DETEKSI SUMBER AKUSTIK BAWAH AIR MENGGUNAKAN METODE TIME- REVERSAL

PERFORMANSI DETEKSI SUMBER AKUSTIK BAWAH AIR MENGGUNAKAN METODE TIME- REVERSAL 1 PERFORMANSI DETEKSI SUMBER AKUSTIK BAWAH AIR MENGGUNAKAN METODE TIME- REVERSAL Mochamad Faizal, Wirawan, Endang Widjiati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI AKUSTIK BAWAH AIR

BAB 2 DASAR TEORI AKUSTIK BAWAH AIR BAB 2 DASAR TEORI AKUSTIK BAWAH AIR 2.1 Persamaan Akustik Bawah Air Persamaan akustik bawah air diturunkan dari persamaan state, persamaan kekekalan massa (persamaan kontinuitas) dan persamaan kekekalan

Lebih terperinci

SOUND PROPAGATION (Perambatan Suara)

SOUND PROPAGATION (Perambatan Suara) SOUND PROPAGATION (Perambatan Suara) SOUND PROPAGATION (Perambatan Suara) Reflection and Refraction Ketika gelombang suara merambat dalam medium, terjadi sebuah pertemuan antara kedua medium dengan kepadatan

Lebih terperinci

Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium

Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13) ISSN: 31-971 D-7 Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium Indan Pratiwi, Wiratno Argo Asmoro, dan Dhany Arifianto

Lebih terperinci

Scientific Echosounders

Scientific Echosounders Scientific Echosounders Namun secara secara elektronik didesain dengan amplitudo pancaran gelombang yang stabil, perhitungan waktu yang lebih akuran dan berbagai menu dan software tambahan. Contoh scientific

Lebih terperinci

Bab 2. Dasar Teori Akustik Bawah Air. Bab 2 Dasar Teori Akustik Bawah Air. 2.1 Persamaan Dasar Akustik

Bab 2. Dasar Teori Akustik Bawah Air. Bab 2 Dasar Teori Akustik Bawah Air. 2.1 Persamaan Dasar Akustik Bab 2 Dasar Teori Akustik Bawah Air 2.1 Persamaan Dasar Akustik Teori dasar akustik menggunakan beberapa asumsi untuk memudahkan penurunan persamaan dasar akustik. Asumsi yang digunakan berupa: 1. Fluida

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PROPAGASI BELLHOP PADA PENGIRIMAN SINYAL AKUSTIK BAWAH AIR

ANALISIS MODEL PROPAGASI BELLHOP PADA PENGIRIMAN SINYAL AKUSTIK BAWAH AIR ANALISIS MODEL PROPAGASI BELLHOP PADA PENGIRIMAN SINYAL AKUSTIK BAWAH AIR Tri Hardi Wijaya 2206 100 002 Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Analisis Model Propagasi Kraken pada Pengiriman Sinyal Akustik Bawah Air

Analisis Model Propagasi Kraken pada Pengiriman Sinyal Akustik Bawah Air Analisis Model Propagasi Kraken pada Pengiriman Sinyal Akustik Bawah Air Destianti Dwi Pravitasari 2206100164 Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya 60111

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713 IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Email: aryobaskoro@mail.unnes.ac.id Abstrak. Karakteristik kanal wireless ditentukan

Lebih terperinci

Deteksi Sinyal Akustik yang Ditimbulkan Kapal Menggunakan Pendekatan Hidden Markov Tree (HMT)

Deteksi Sinyal Akustik yang Ditimbulkan Kapal Menggunakan Pendekatan Hidden Markov Tree (HMT) 1 Deteksi Sinyal Akustik yang Ditimbulkan Kapal Menggunakan Pendekatan Hidden Markov Tree (HMT) Ibrahim M. Wirawan Widjiati E. Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF

ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF 1/6 ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF I Gusti Putu Raka Sucahya - 2206100124 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Estimasi Doppler Spread pada Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan Metode Phase Difference Walid Maulana H 2208100101 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Gamantyo

Lebih terperinci

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M0207025 Di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dari An introduction by Heinrich Kuttruff Bagian 6.6 6.6.4 6.6 Penyerapan Bunyi Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Power control pada sistem CDMA adalah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur daya pancar mobile station (MS) pada kanal uplink, maupun daya pancar base station

Lebih terperinci

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS.1 Karakteristik Kanal Nirkabel Perambatan sinyal pada kanal yang dipakai dalam komunikasi terjadi di atmosfer dan dekat dengan permukaan tanah, sehingga model perambatan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

Pengukuran Tinggi Permukaan Air Berbasis Gelombang Ultrasonik Menggunakan Kalman Filter

Pengukuran Tinggi Permukaan Air Berbasis Gelombang Ultrasonik Menggunakan Kalman Filter Pengukuran Tinggi Permukaan Air Berbasis Gelombang Ultrasonik Menggunakan Kalman Filter 1 Imas Fatoni Parmono, 1 Bambang Heru Iswanto 1 Lab Instrumentasi dan Komputasi, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji LABORATORIUM AKUSTIK (11154) PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM 17 1 Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class () pada Suatu Sampel Uji Mohammad Istajarul Alim, Maslahah, Diky Anggoro Departemen

Lebih terperinci

Komunikasi Data POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA. Lecturer: Sesi 5 Data dan Sinyal. Jurusan Teknik Komputer Program Studi D3 Teknik Komputer

Komunikasi Data POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA. Lecturer: Sesi 5 Data dan Sinyal. Jurusan Teknik Komputer Program Studi D3 Teknik Komputer POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA Jurusan Teknik Komputer Program Studi D3 Teknik Komputer Lecturer: M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng. Komunikasi Data Sesi 5 Data dan Sinyal 2015 Komunikasi Data 1 Data & Sinyal

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR ALIRAN BERDASARKAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG ULTRASONIK. Gelombang ultrasonik adalah salah satu jenis gelombang akustik atau

BAB III ALAT PENGUKUR ALIRAN BERDASARKAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG ULTRASONIK. Gelombang ultrasonik adalah salah satu jenis gelombang akustik atau BAB III ALAT PENGUKUR ALIRAN BERDASARKAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG ULTRASONIK 3.1 Gelombang Ultrasonik Gelombang ultrasonik adalah salah satu jenis gelombang akustik atau gelombang bunyi dengan persamaan

Lebih terperinci

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) E33 Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) Dewani Intan Asmarani Permana dan Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

Distribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method)

Distribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method) Distribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method) Tetti Novalina Manik dan Nurma Sari Abstrak: Dalam analisis akustik, kasus yang paling umum adalah menentukan

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI. Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang

PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI. Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang Konfigurasi Survei Hidrografi 1. Penentuan posisi (1) dan penggunaan sistem referensi (7) 2. Pengukuran kedalaman (pemeruman)

Lebih terperinci

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan B-542 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan Hasbulah Zarkasy, Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

Pengukuran Tinggi Permukaan Air Berbasis Gelombang Ultrasonik Menggunakan Kalman Filter

Pengukuran Tinggi Permukaan Air Berbasis Gelombang Ultrasonik Menggunakan Kalman Filter Pengukuran Tinggi Permukaan Air Berbasis Gelombang Ultrasonik Menggunakan Kalman Filter 1I. F. Parmono, 1 B. H. Iswanto 1Lab Instrumentasi dan Komputasi, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Jakarta

Lebih terperinci

Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment

Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1 Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment Dika Oktavian P, Eko Setijadi,

Lebih terperinci

Bab 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data. Bab 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data. 3.1 Pengumpulan Data

Bab 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data. Bab 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data. 3.1 Pengumpulan Data Bab 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.1 Pengumpulan Data Pemodelan propagasi akustik bawah air di Samudera Hindia memerlukan data-data sebagai berikut: 1. Kecepatan suara. 2. Temperatur. 3. Salinitas.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan hasil simulasi pengaruh K - factor pada kondisi kanal yang terpengaruh Delay spread maupun kondisi kanal yang dipengaruhi oleh frekuensi

Lebih terperinci

Estimasi Kanal Mobile-to-Mobile dengan Pendekatan Polinomial untuk Mitigasi ICI pada Sistem OFDM

Estimasi Kanal Mobile-to-Mobile dengan Pendekatan Polinomial untuk Mitigasi ICI pada Sistem OFDM Estimasi Kanal Mobile-to-Mobile dengan Pendekatan Polinomial untuk Mitigasi ICI pada Sistem OFDM Nama : Mulyono NRP : 2210203007 Pembimbing : 1. Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, Ph.D 2. Ir. Titiek Suryani,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengambilan Contoh Dasar Gambar 16 merupakan hasil dari plot bottom sampling dari beberapa titik yang dilakukan secara acak untuk mengetahui dimana posisi target yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian dunia yang berkenaan dengan gelombang ultrasonik bukan hal yang baru melainkan sudah berlangsung cukup lama sehingga pemahaman ilmuwan mengenai sifat dan interaksinya

Lebih terperinci

Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal

Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal Tujuan: Siswa mampu menyelesaikan permasalahan terkait dengan konsep sinyal, menggambarkan perbedaan sinyal waktu kontinyu dengan sinyal waktu diskrit. Siswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada

Lebih terperinci

BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI

BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI Definisi: Suara - gangguan yang menyebar melalui bahan elastis pada kecepatan yang merupakan karakteristik dari bahan tersebut. Suara biasanya disebabkan oleh radiasi dari

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI 3208204001 Latar belakang pelebaran jalan akibat perkembangan kota mengakibatkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Parameter Mutu Mentimun Jepang Mentimun jepang yang akan dipasarkan harus memenuhi karakteristik yang ditentukan oleh konsumen. Parameter mutu untuk mentimun jepang meliputi

Lebih terperinci

EFEK REDAMAN PADA SIMULASI KONVERVI ENERGI GELOMBANG LAUT MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN PRINSIP RESONANASI. Oleh

EFEK REDAMAN PADA SIMULASI KONVERVI ENERGI GELOMBANG LAUT MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN PRINSIP RESONANASI. Oleh EFEK REDAMAN PADA SIMULASI KONVERVI ENERGI GELOMBANG LAUT MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN PRINSIP RESONANASI Oleh Drs. Defrianto, DEA Jurusan Fisika Fmipa UNRI Abstrak Sistem mekanik yang terdiri dari tabung,

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG 1/6 OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG Bayu Sampurna 2206 100 180 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Kampus

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA Data, Sinyal & Media Transmisi. Oleh: Fahrudin Mukti Wibowo, S.Kom., M.Eng

KOMUNIKASI DATA Data, Sinyal & Media Transmisi. Oleh: Fahrudin Mukti Wibowo, S.Kom., M.Eng KOMUNIKASI DATA Data, Sinyal & Media Transmisi Oleh: Fahrudin Mukti Wibowo, S.Kom., M.Eng Data 10110111 sinyal Untuk dapat ditransmisikan, data harus ditransformasikan ke dalam bentuk gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga Jurusan Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru,

Lebih terperinci

Radio dan Medan Elektromagnetik

Radio dan Medan Elektromagnetik Radio dan Medan Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat, Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa

Lebih terperinci

Perancangan dan Pengujian Desain Sinkronisasi Waktu dan Frekuensi

Perancangan dan Pengujian Desain Sinkronisasi Waktu dan Frekuensi Bab 4 Perancangan dan Pengujian Desain Sinkronisasi Waktu dan Frekuensi Pada bagian ini, penulis akan merancang sinkronisasi waktu dan frekuensi pada penerima DVB-T dengan menggunakan metoda-metoda yang

Lebih terperinci

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K)

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K) Gelombang Bunyi Bunyi termasuk gelombang mekanik, karena dalam perambatannya bunyi memerlukan medium perantara. Ada tiga syarat agar terjadi bunyi yaitu ada sumber bunyi, medium, dan pendengar. Bunyi dihasilkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana alur kerja dan proses pembuatan material komposit sandwich serat alami serta proses pengujian material tersebut untuk karakteristik

Lebih terperinci

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Gelombang - - GELOMBANG - GELOMBANG ------------------------------- 1 Gelombang Gelombang Berjalan

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER KANAL ADAPTIF DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SATO

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER KANAL ADAPTIF DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SATO ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER KANAL ADAPTIF DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SATO Direstika Yolanda, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer Oleh : Alfarizki Wuka Nugraha 2408 100 006 Pembimbing : Andi Rahmadiansah, ST,

Lebih terperinci

Setelah mengikuti praktikum mata kuliah ini mahasiswa akan mampu memahami komponenkomponen

Setelah mengikuti praktikum mata kuliah ini mahasiswa akan mampu memahami komponenkomponen 2. Konsep-Konsep Dasar Tujuan: Setelah mengikuti praktikum mata kuliah ini mahasiswa akan mampu memahami komponenkomponen gelombang suara. Deskripsi: Praktikum ini akan meliputi beberapa kegiatan seperti:

Lebih terperinci

SINYAL. Adri Priadana ilkomadri.com

SINYAL. Adri Priadana ilkomadri.com SINYAL Adri Priadana ilkomadri.com Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitude dari tegangan atau arus terhadap waktu (time). Data yang dikirimkan dalam bentuk analog ataupun digital. Sinyal

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD Anjar Prasetya - 2207 100 0655 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Winda Aulia Dewi 1, Yoedy moegiharto 2, 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Telekomunikasi, 2 Dosen Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik

Lebih terperinci

BAB II PROPAGASI SINYAL. kondisi dari komunikasi seluler yaitu path loss, shadowing dan multipath fading.

BAB II PROPAGASI SINYAL. kondisi dari komunikasi seluler yaitu path loss, shadowing dan multipath fading. BAB II PROPAGASI SINYAL 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari komunikasi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT Putri Kusuma Ningtyas 2206100144 1) 1) Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-6011

Lebih terperinci

BAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK

BAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK BAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK 4.1 Simulasi Simulasi merupakan penggambaran suatu sistem atau proses dengan memperagakan atau menirukan (menyerupai) sesuatu yg besar dengan

Lebih terperinci

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Didalam Bab 4.1 telah dijelaskan bahwa gelombang suara di dalam fluida tidak dipengaruhi oleh permukaan luarnya yang sejajar dengan arah suara propagasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa III. TEORI DASAR 3.1 Konsep Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan di bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang akustik

Lebih terperinci

MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA

MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA Rilwanu Ahmad P, Wiratno Argo Asmoro, Andi Rahmadiansah Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang. elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang

BAB II TEORI DASAR. Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang. elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang BAB II TEORI DASAR 2.1. PROPAGASI GELOMBANG Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang didesain untuk memancarkan sinyal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Gelombang di Dalam Domain Komputasi Teknis penelitian yang dilakukan dalam menguji disain sensor ini adalah dengan cara menembakkan struktur sensor yang telah

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD Butet Nata M Simamora, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: Dr. Ir Achmad Affandi, DEA

Dosen Pembimbing: Dr. Ir Achmad Affandi, DEA LUCKY FATHMA TRISNANTI 2206100062 TELEKOMUNIKASI MULTIMEDIA TEKNIK ELEKTRO INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Dosen Pembimbing: Dr. Ir Achmad Affandi, DEA Pemanfaatan kanal radio HF dengan range frekuensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA Analisa kinerja sistem DS-CDMA dilakukan dengan membandingkan grafik BER terhadap SNR dipenerima. Hal-hal yang akan dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Kinerja sistem

Lebih terperinci

PEMISAHAN SINYAL AKUSTIK BAWAH AIR MENGGUNAKAN METODE BLIND SEPARATION of SOURCE (BSS)

PEMISAHAN SINYAL AKUSTIK BAWAH AIR MENGGUNAKAN METODE BLIND SEPARATION of SOURCE (BSS) PEMISAHAN SINYAL AKUSTIK BAWAH AIR MENGGUNAKAN METODE BLIND SEPARATION of SOURCE (BSS) Wahyu Indra Purnama Sari 1), Dr. Ir. Wirawan, DEA 2), Ir. Endang Widjiati M.Eng.Sc. 3) 1) 2) 3) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 60 GHz di Lingkungan dalam Gedung HIKMAH MILADIYAH

Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 60 GHz di Lingkungan dalam Gedung HIKMAH MILADIYAH Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 60 GHz di Lingkungan dalam Gedung HIKMAH MILADIYAH 2210 100 046 Pembimbing: 1. Dr. Ir. Suwadi, MT. 2. Devy Kuswidiastuti, ST., MSc.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISISNYA

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISISNYA BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISISNYA Pada bab ini ditampilkan hasil simulasi sistem MIMO MC- dan sistem MC- yang merupakan sistem pembanding untuk mengetahui kinerja sistem MIMO MC- pada kanal multipath

Lebih terperinci

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA Dani Ridwanulloh 13306037 LATAR BELAKANG Kondisi akustik ruangan yang baik sesuai fungsi ruangan diperlukan agar penggunaan ruangan tersebut

Lebih terperinci

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN 7.1. TUJUAN PENGUKURAN Ada banyak alasan untuk membuat pengukuran kebisingan. Data kebisingan berisi amplitudo, frekuensi, waktu atau fase informasi, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dalam implementasi Passive

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dalam implementasi Passive BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dalam implementasi Passive Bistatic Radar (PBR) berbasis Wi-Fi IEEE 802.11 dalam pendeteksian objek diam. Pembahasan diawali

Lebih terperinci

Ray Tracing S1 Teknik Informatika

Ray Tracing S1 Teknik Informatika Ray Tracing S1 Teknik Informatika 1 Definisi Ray tracing adalah salah satu dari banyak teknik yang ada untuk membuat gambar dengan komputer. Ide dibalik ray tracing adalah bahwa gambar yang benar secara

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERUSAKAN MESIN BERPUTAR BERDASARKAN SINYAL SUARA DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM

IDENTIFIKASI KERUSAKAN MESIN BERPUTAR BERDASARKAN SINYAL SUARA DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM IDENTIFIKASI KERUSAKAN MESIN BERPUTAR BERDASARKAN SINYAL SUARA DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM Seminar Tugas Akhir O L E H : M I F T A H U D D I N P E M B I M B I N G : I R. Y E R R

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING T.B. Purwanto 1, N.M.A.E.D. Wirastuti 2, I.G.A.K.D.D. Hartawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Lifeform Karang Secara Visual Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan. Berdasarkan hasil identifikasi

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

(6.38) Memasukkan ini ke persamaan (6.14) (dengan θ = 0) membawa kita ke faktor refleksi dari lapisan

(6.38) Memasukkan ini ke persamaan (6.14) (dengan θ = 0) membawa kita ke faktor refleksi dari lapisan 6.6.3 Penyerapan oleh lapisan berpori Selanjutnya kita mempertimbangkan penyerapan suara oleh lapisan tipis berpori, misalnya, dengan selembar kain seperti tirai, atau dengan pelat tipis dengan perforasi

Lebih terperinci

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan Getaran Teredam Dalam Rongga Tertutup pada Sembarang Bentuk Dari hasil beberapa uji peredaman getaran pada pipa tertutup membuktikan bahwa getaran teredam di dalam rongga tertutup dapat dianalisa tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi komunikasi digital saat ini dituntut untuk dapat mentransmisikan suara maupun data berkecepatan tinggi. Berbagai penelitian sedang dikembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA MODULASI ASK PADA KANAL ADDITIVE WHITE GAUSSIAN NOISE (AWGN)

ANALISIS KINERJA MODULASI ASK PADA KANAL ADDITIVE WHITE GAUSSIAN NOISE (AWGN) ANALISIS KINERJA MODULASI ASK PADA KANAL ADDITIVE WHITE GAUSSIAN NOISE (AWGN) JOSUA RINGIGAS BARAT HUTABARAT Program Studi Teknik Elektro Konsentrasi Teknik Telekomunikasi Sekolah Tinggi Teknik Harapan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sedimen Dasar Perairan Berdasarkan pengamatan langsung terhadap sampling sedimen dasar perairan di tiap-tiap stasiun pengamatan tipe substrat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

Lebih terperinci

Dasar Sistem Transmisi

Dasar Sistem Transmisi Dasar Sistem Transmisi Dasar Sistem Transmisi Sistem transmisi merupakan usaha untuk mengirimkan suatu bentuk informasi dari suatu tempat yang merupakan sumber ke tempat lain yang menjadi tujuan. Pada

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng DASAR TELEKOMUNIKASI Kholistianingsih, S.T., M.Eng KONTRAK PEMBELAJARAN UAS : 35% UTS : 35% TUGAS : 20% KEHADIRAN : 10% KEHADIRAN 0 SEMUA KOMPONEN HARUS ADA jika ada satu komponen yang kosong NILAI = E

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN Widya Teknika Vol.18 No.1; Maret 2010 ISSN 1411 0660 : 1-5 ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN Anis Qustoniah 1), Dewi Mashitah 2) Abstrak ISDN (Integrated

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu dimensi Gerak dalam dua dan tiga dimensi Gelombang berdasarkan medium (gelombang mekanik dan elektromagnetik) Gelombang

Lebih terperinci

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh : ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR Oleh : Irma Subagio (Lab. Fisika Bangunan, Prodi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, trptune@yahoo.com) Abstrak Pada daerah

Lebih terperinci

Dasar Sinyal S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015

Dasar Sinyal S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015 Dasar Sinyal S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015 Apakah sinyal itu? Suatu besaran fisis yang berubah seiring dengan waktu, ruang atau beberapa variabel Kuantitas

Lebih terperinci