Perancangan dan Pengujian Desain Sinkronisasi Waktu dan Frekuensi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perancangan dan Pengujian Desain Sinkronisasi Waktu dan Frekuensi"

Transkripsi

1 Bab 4 Perancangan dan Pengujian Desain Sinkronisasi Waktu dan Frekuensi Pada bagian ini, penulis akan merancang sinkronisasi waktu dan frekuensi pada penerima DVB-T dengan menggunakan metoda-metoda yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Proses perancangan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Implementasi algoritma yang ada ke penerima DVB-T dengan menggunakan software Matlab 2. Analisis kinerja rancangan berdasarkan efektivitas algoritma. Ada dua faktor menentukan hal ini, yaitu kompleksitas dan performa algoritma. 3. Perancangan blok sinkronisasi yang akan digunakan berdasarkan analisis no.2 4. Pengujian kinerja sistem integrasi pengirim-penerima DVB-T dengan menggunakan blok sinkronisasi yang telah dirancang. 4.1 Analisis Metoda Coarse Symbol Timing Synchronization Ada 2 metoda yang akan penulis analisa kinerjanya untuk digunakan di Coarse Symbol Timing Synchronization, yaitu SML (Simplified Maximum Likelihood)[7] dan ML(Maximum Likelihood)[6]. Dari segi kompleksitas algoritma, SML memiliki algoritma yang jauh lebih sederhana karena tidak perlu melakukan perhitungan untuk bagian energy, yaitu +(k ). Metoda SML dan ML sebenarnya dirancang untuk bekerja optimal di kanal AWGN[6]. Oleh karena itu untuk meningkatkan akurasi dari estimasi Coarse Symbol Timing, penulis melakukan proses averaging. Selanjutnya, penulis membandingkan performa metoda SML dan ML yang diakuisisi di tiga model kanal DVB, yaitu AWGN,Rician, dan Rayleigh. Penulis akan membandingkan performa algoritma dengan membandingkan hasil estimasi awal simbol yang dikerjakan 2 metoda tersebut di atas pada titik-titik SNR yang sama. Dalam setiap simulasi akan digunakan 1020 simbol DVB OFDM. Gambar 4.1, 4.2, 4.3 menunjukkan hasil simulasi: 47

2 Gambar 4.1 Kesalahan Estimasi Coarse Symbol Timing di kanal AWGN Gambar 4.2 Kesalahan Estimasi Coarse Symbol Timing di kanal Rician 48

3 Gambar 4.3 Kesalahan Estimasi Coarse Symbol Timing di kanal Rayleigh Dari ketiga grafik di atas, dapat dilihat bahwa SML dan ML memiliki performa yang hampir sama. Perbedaan yang paling signifikan terjadi di kanal Rayleigh. Walaupun setelah akuisisi yang lama, kesalahan estimasi dari kedua metoda sama-sama menunjukkan angka +7, akan tetapi terjadi perbedaan dalam periode pencapaian estimasi yang konvergen di angka +7. Dengan metoda SML, dibutuhkan waktu akuisisi yang lebih lama untuk mencapai estimasi yang konvergen. Dari ketiga grafik di atas, kita juga bisa menilai performa metoda estimasi Coarse Symbol Timing dengan kedua metoda tersebut. SML dan ML bisa melakukan estimasi dengan baik dengan kesalahan sebesar +1 sampel pada kanal AWGN dan Rician. Sedangkan pada kanal Rayleigh, kesalahan mencapai +7 sampel. Pada dasarnya, kedua metoda ini tidak dirancang untuk beroperasi di kanal dispersive (multipath fading). Kedua metoda estimasi ini akan bekerja optimal di kanal AWGN, di mana sinyal yang dilewatkan di kanal AWGN akan memiliki struktur pairwise correlation yang sederhana, seperti ditunjukkan pada persamaan (4.). Ketika sinyal dilewatkan melalui kanal dispersive, maka akan memiliki struktur 49

4 korelasi yang lebih kompleks. Hal ini bisa dibuktikan dari ketiga gambar di atas, bahwa pada kanal AWGN, dicapai nilai kesalahan estimasi yang paling kecil, yaitu +1. Akan tetapi, ternyata pada kanal Rician, didapatkan estimasi dengan besar kesalahan yang sama dengan kanal AWGN (+1 sampel) berhasil dicapai. Hal ini membuktikan bahwa pada kondisi kanal Rician yang Dispersive, metoda ini tetap menunjukkan hasil yang memuaskan Sedangkan pada kanal Rayleigh, justru dengan didapatkan kesalahan estimasi yang lebih besar, yaitu +7. Hal ini disebabkan karena tidak adanya komponen LOS dalam kanal Rayleigh, sehingga pada hasil korelasi dengan nilai yang paling tinggi tidak didapatkan di awal simbol. Berikut parameter yang digunakan dalam simulasi Coarse Symbol Timing: Tabel 4-1 Parameter Simulasi Coarse Symbol Timing Parameter Mode transmisi Bandwidth Modulasi Modulasi Hirarki/Non-Hirarki Guard Interval Time Offset Frequency Offset SNR 2K 8MHz QAM-16 Modulasi Non-Hirarki ¼ 100 sampel 0 Hz 20 db 4.2 Analisis Metoda FFT Window Selection Method Untuk menguji performa dari FFT Window Selection Method, penulis akan membangun simulasi untuk membandingkan kinerja antara sistem yang dibangun dengan atau tanpa metoda ini. Penulis akan membangun dua sistem sinkronisasi seperti ditunjukkan gambar 4.4: 50

5 Gambar 4.4 (a)tanpa FFT Window Selection Method (b) dengan FFT Window Selection Method Parameter yang diamati untuk mengamati performa dari metoda, yaitu parameter BER. Jadi, penulis akan membandingkan performa BER dari kedua system sinkronisasi waktu tersebut. Berikut kurva perbandingan BER antara kedua metoda di atas: Gambar 4.5 BER vs SNR perbanding kinerja dengan dan tanpa FFT Window Selection 51

6 Penggunaan FFT Window Selection Method tidak banyak berpengaruh pada performa di kanal AWGN dan Rician. Hal ini disebabkan estimasi Coarse Symbol Timing pada kanal AWGN dan Rician yang hanya memiliki error +1 sehingga tanpa digunakan FFT window Selection Method, performa sinkronisasi waktu system sudah sangat baik. Penggunaan FFT Window Selection Method sangat berpengaruh pada performa system di kanal Rayleigh. Hal ini dikarenakan estimasi Coarse Symbol Timing pada kanal Rayleigh menghasilkan error senilai + 7 sehingga tanpa digunakan FFT Window Selection Method, performa sinkronisasi waktu menjadi buruk. Akan tetapi, karena penulis akan merancang system sinkronisasi yang handal untuk penerima DVB-T sehingga system harus handal baik di kondisi kanal AWGN,Rician, maupun Rayleigh. Oleh karena itu, penggunaan FFT Window Selection Method akan sangat berguna untuk diterapkan sebagai bagian dari sinkronisasi waktu di penerima. Berikut parameter yang digunakan ketika simulasi FFT Window Selection Method: Tabel 4-2 Parameter Simulasi FFT Window Selection Parameter Mode transmisi Bandwidth Modulasi Modulasi Hirarki/Non-Hirarki Guard Interval Time Offset Frequency Offset 2K 8MHz QAM-16 Modulasi Non-Hirarki ¼ 100 sampel 0 Hz 52

7 4.3 Analisis Metoda Fine Symbol Timing Penulis akan menguji Metoda Fine Symbol Timing dengan cara yang sama ketika menguji Coarse Symbol Timing, yaitu dengan melakukan proses averaging untuk hasil estimasi di setiap simbol. Untuk melakukan pengujian terhadap metoda Fine Symbol Timing, penulis membuat skema sinkronisasi sebagai berikut: Gambar 4.6 Skema Sinkronisasi Waktu untuk Simulasi Fine Symbol Timing Pada skema ini, estimasi Fine Symbol Timing akan mengkompensasi kesalahan estimasi awal simbol yang dilakukan oleh Coarse Symbol Timing. Gambar 4.7 menunjukkan hasil estimasi Fine Timing di kanal AWGN, Rician, dan Rayleigh: Gambar 4.7 Mean Error estimasi Fine Symbol Timing di kanal AWGN, Rician, Rayleigh 53

8 Dari hasil simulasi, didapatkan hasil bahwa estimasi Fine Symbol Timing dengan metoda ini tidak memberikan hasil yang memuaskan untuk estimasi di kanal AWGN, Rician, dan Rayleigh. Untuk estimasi di kanal AWGN ada kesalahan sebesar -1 sampel, di kanal Rician sebesar -1,7 sampel, dan di kanal Rayleigh sebesar -11 sampel. Oleh karena itu, bisa disimpulkan penggunaaan estimasi Fine Symbol Timing tidak efektif untuk digunakan karena masih ada kesalahan estimasi sehingga tidak memberikan peningkatan performa. Berikut parameter yang digunakan dalam estimasi Fine Symbol Timing: Tabel 4-3 Parameter estimasi Fine Timing Parameter Mode transmisi Bandwidth Modulasi Modulasi Hirarki/Non-Hirarki Guard Interval Time Offset Frequency Offset SNR 2K 8MHz QAM-16 Modulasi Non-Hirarki ¼ 100 sampel 0 Hz 20 db 4.4 Analisis Metoda Estimasi Coarse Fractional CFO Dalam tesis ini, penulis menggunakan metoda Joint Estimation Time and Frequency[6-7]. Oleh karena itu estimasi Coarse Fractional CFO akan dilakukan secara simultan dengan estimasi Coarse Symbol Timing. Dalam pengujian kinerja estimasi Coarse Fractional CFO, penulis akan membandingkan Mean Squared 54

9 Error (MSE) dari estimasi Coarse Fractional CFO, 2 -, /./ 0 F F 1 E, dengan kedua / 2 / 3 metoda tersebut. Perhitungan MSE Coarse Fractional CFO dinyatakan dengan persamaan berikut:, 2 S, 2 -. / / 1 1 E 0 F F 1 = F( k) F( k) f s S (4.1) / 2 / 3 k = 1 Di mana f s adalah frequency spacing (pada mode 2k, fs=4,464 KHz) dan S adalah jumlah iterasi Monte Carlo. Penulis melakukan simulasi dengan jumlah iterasi 100 kali untuk setiap nilai SNR. Untuk menghilangkan efek dari kesalahan estimasi Coarse Symbol Timing, penulis memodelkan pergeseran waktu sebesar 0 sampel sehingga estimasi awal simbol akan dilakukan dengan menghitung besar fasa dari hasil korelasi di sampel pertama di setiap simbol. Gambar 4.8 menunjukkan kurva MSE estimasi Coarse Fractional CFO di kanal AWGN, Rician, dan Rayleigh Gambar 4.8 MSE estimasi Coarse Fractional CFO di kanal AWGN 55

10 Gambar 4.9 MSE dari estimasi Coarse Fractional CFO di kanal Rician Gambar 4.10 MSE Estimasi Coarse Fractional CFO di kanal Rayleigh Dari kurva MSE di atas, dapat dilihat bahwa nilai MSE yang diperoleh dengan kedua metoda selalu < Ini artinya, nilai kesalahan estimasi Coarse Fractional CFO kurang dari 1%, sehingga penurunan performa akibat kesalahan estimasi 56

11 Coarse Fractional CFO kurang dari 0.1 db[8]. Dapat dilihat juga dari kurva di atas, bahwa nilai MSE cenderung semakin kecil seiring bertambahnya nilai SNR. Selain itu, dapat kita lihat pula bahwa performa metoda Simplified ML dan ML sama di semua kondisi kanal. Oleh karena keduanya memiliki performa yang sama, untuk perancangan sinkronisasi, penulis akan memilih metoda dengan algoritma yang lebih sederhana yaitu, Simplified ML. Parameter yang digunakan dalam simulasi ini, antara lain: Tabel 4-4 Parameter Estimasi Coarse CFO Parameter Mode Transmisi Bandwidth Modulasi Modulasi Hirarki/Non-Hirarki Guard Interval Time Offset Frequency Offset 2K 8 MHz QAM-16 Modulasi Non-Hirarki ¼ 0 sampel 1500 Hz 4.5 Analisis Metoda Estimasi Integer CFO Untuk menguji kinerja dari metoda estimasi Integer CFO, penulis akan menghitung MSE dari estimasi Integer CFO. Penulis akan memberikan pemodelan kesalahan Integer CFO (>4,464KHz untuk mode 2K), yang akan diestimasi oleh metode ini. Penghitungan MSE dari Integer CFO, berikut: 2 -, /./ 0 I I 1 E,dinyatakan oleh persamaan / 2 / 3 57

12 -, S, /./ 2 0I I 1= I I f s S k= 1 E k k / 2 / 3 ( ) ( ) (4.2) Di mana S adalah jumlah iterasi penghitungan yang dilakukan dan f s adalah nilai frequency spacing. Penulis akan menghitung MSE dari estimasi Integer CFO dari SNR 0 s.d. 30 db dengan jumlah iterasi= 100 kali. Untuk menghilangkan efek dari kesalahan estimasi Coarse Symbol Timing, penulis memodelkan pergeseran waktu sebesar 0 sampel. Gambar 4.11 menunjukkan MSE Integer CFO: Gambar 4.11 MSE integer CFO Dari gambar di atas, dapat kita lihat bahwa tingkat keberhasilan estimasi Integer CFO mencapai 100% baik di kondisi kanal AWGN, Rician, maupun Rayleigh. Jadi, metoda ini akan sangat handal untuk diterapkan di sistem sinkronisasi frekuensi untuk mengatasi nilai pergeseran frekuensi >0.5 subcarrier spacing. Berikut parameter yang digunakan dalam simulasi: 58

13 Tabel 4-5 Parameter Simulasi Integer CFO Parameter Mode transmisi Bandwidth Modulasi Hierarchical/Non Hierarchical Modulation Guard Interval Time Offset Frequency Offset 2K 8MHz QAM-16 Modulasi Non-Hirarki ¼ 0 sampel 9000 Hz (K=2) 4.6 Analisis Metoda Estimasi Fine Fractional CFO Tujuan dari implementasi Fine Fractional CFO Recovery adalah untuk menambah akurasi dari sinkronisasi frekuensi yang sebelumnya terdiri dari sinkronisasi Coarse Fractional CFO dan Integer CFO. Oleh karena itu, penulis akan melakukan pengujian yang bertujuan untuk memeriksa apakah penambahan Fine Fractional CFO Recovery memberikan hasil yang signifikan atau tidak. Penulis akan menguji performa dari sistem sinkronisasi frekuensi yang dilengkapi estimasi Fine Fractional CFO dengan menghitung nilai MSE estimasi. Nilai MSE tersebut dihitung berdasarkan persamaan berikut: -, 2., 2 / / 1 1 S E0 1= k k / / f S ( ) ( ) (4.3) 2 3 s k= 1 Di mana fs adalah nilai frequency spacing dan S adalah jumlah iterasi Monte Carlo. Dalam simulasi ini, penulis melakukan simulasi dengan jumlah iterasi = 50. Nilai MSE ini akan dibandingkan dengan MSE estimasi ketika sistem tidak dilengkapi Fine Fractional CFO Recovery (hanya terdiri dari Coarse Fractional CFO dan Integer CFO). 59

14 Gambar 4.12 MSE dari Estimasi dengan dan tanpa Fine Fractional CFO Recovery di kanal AWGN Gambar 4.13 MSE dari Estimasi dengan dan tanpa Fine Fractional CFO Recovery di kanal Rician 60

15 Gambar 4.14 MSE dari Estimasi dengan dan tanpa Fine Fractional CFO Recovery di kanal Rayleigh Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa pada umumnya performa sinkronisasi frekuensi dengan dan tanpa Fine Fractional CFO Recovery tidak jauh berbeda. Pada kanal AWGN, dua skema sinkronisasi frekuensi tersebut menunjukkan performa yang sama. Akan tetapi, skema dengan Fine Fractional CFO Recovery menunjukkan performa yang lebih baik di kanal Rician dan Rayleigh, khususnya untuk nilai SNR > 15 db. Akan tetapi, tanpa Fine Fractional CFO Recovery pun, nilai MSE yang didapat pun sudah Berarti nilai error estimasi frekuensi sudah memenuhi persyaratan, yaitu < 1% [8]. Berdasarkan pengamatan performa kedua skema tersebut, penulis memutuskan untuk tidak menggunakan Fine Fractional CFO Recovery karena tanpa Fine Fractional CFO Recovery pun sudah didapatkan hasil yang memenuhi syarat[8]. Berikut parameter yang digunakan dalam estimasi Residual Fractional CFO: 61

16 Tabel 4-6 Parameter Simulasi Fine Fractional CFO Recovery Parameter Mode transmisi Bandwidth Modulasi Hierarchical/Non Hierarchical Modulation Guard Interval Time Offset Frequency Offset 2K 8MHz QAM-16 Non Hierarchical Modulation ¼ 0 sampel 9000 Hz (K=2) 4.7 Perancangan Sinkronisasi Waktu dan Frekuensi di Penerima DVB-T Berdasarkan pengujian dan analisa dari setiap metoda yang telah dilakukan, penulis mencoba merancang sistem lengkap dari sinkronisasi Waktu dan Penerima sebagai berikut: Gambar 4.15 Sistem lengkap Sinkronisasi Waktu dan Frekuensi 62

17 Sistem sinkronisasi yang dirancang penulis terdiri dari dua bagian. Bagian pertama dilakukan di domain waktu dan bagian kedua dilakukan di domain frekuensi. Proses sinkronisasi akan dimulai dengan proses korelasi dari estimasi secara simultan Coarse Symbol Timing dan Coarse CFO. Untuk bagian ini, penulis akan menggunakan metoda Simplified ML dengan mengacu pada pengujian yang sudah dilakukan di bagian sebelumnya. Setelah diestimasi, akan dilanjutkan dengan kompensasi Coarse CFO dan Coarse Symbol Timing. Selanjutnya sinyal akan memasuki proses pembuangan CP, di mana dalam proses tersebut dilakukan FFT Window Selection Method. Setelah dilewatkan di FFT, akan dilakukan estimasi Integer CFO untuk mengantisipasi nilai > 0.5 subcarrier spacing. Kompensasi Integer CFO dilakukan di domain waktu. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, penulis menyisihkan Fine Symbol Timing dan Fine Fractional CFO Recovery. Penulis tidak menggunakan Fine Symbol Timing karena hasil estimasi dari metoda ini masih meleset jauh terutama untuk kanal Rayleigh. Sedangkan, penulis tidak menggunakan Fine Fractional CFO Recovery karena tanpa metoda tersebut pun, sudah diperoleh hasil yang memenuhi syarat[8]. 4.8 Pengujian Performa Rancangan Sinkronisasi Waktu dan Frekuensi di Penerima DVB-T Penulis akan menguji performa dari sistem sinkronisasi yang dirancang dengan tiga varian, yaitu tipe modulasi, nilai GI, dan tipe kanal. Tipe modulasi ada jenis, yaitu QPSK,QAM-16, QAM-64. Nilai GI ada empat, yaitu ¼, 1/8, 1/16, 1/32. Dan jenis kanal ada tiga, yaitu kanal AWGN, kanal Rician, dan kanal Rayleigh. Nilai-nilai dari varian ini disesuaikan dengan standar DVB-T[1]. Penulis akan membandingkan performa BER system dalam kondisi sinkronisasi sempurna dengan ketika sistem sinkronisasi yang dirancang diterapkan. Yang dimaksud kondisi sinkronisasi sempurna adalah kondisi di mana tidak terdapat kesalahan estimasi awal simbol dan pergeseran frekuensi. Berikut kurva BER hasil pengujian system sinkronisasi yang dirancang penulis: 63

18 Gambar 4.16 Kinerja sistem integrasi di kanal AWGN Gambar 4.17 Kinerja Sistem Integrasi di Kanal Rician 64

19 Gambar 4.18 Kinerja Sistem Sinkronisasi di Kanal Rayleigh Dari ketiga gambar di atas, dapat dilihat bahwa performa sistem sinkronisasi yang dirancang oleh penulis mendekati kondisi ketika sinkronisasi ideal di ketiga kanal. Pada kanal AWGN, performa BER sistem yang menggunakan skema sinkronisasi waktu dan frekuensi rancangan penulis sama dengan performa BER system ketika kondisi sinkronisasi ideal. Sedikit perbedaan nilai BER, ditunjukkan di kondisi kanal Rician dan Rayleigh. Sehingga bisa disimpulkan system sinkronisasi yang dirancang menunjukkan performa yang sangat baik untuk setiap tipe modulasi ketika diintegrasikan ke system integrasi DVB-T Gambar 4.19 Kinerja Sistem Integrasi DVB-T di kanal AWGN untuk berbagai nilai CP 65

20 Gambar 4.20 Kinerja Sistem Integrasi DVB-T di kanal Rician untuk berbagai nilai CP Gambar 4.21 Kinerja Sistem Integrasi DVB-T di kanal Rayleigh untuk berbagai nilai CP Pada ketiga kondisi kanal dapat kita lihat bahwa semakin besar nilai CP, performa system integrasi semakin baik. Hal ini dapat dimaklumi, karena pada metoda Joint Time and Frequency Simplified Maximum Likelihood, semakin besar range nilai yang dikorelasikan, maka hasil estimasi waktu dan frekuensi akan semakin akurat 66

21 Selain itu, bila kita bandingkan untuk masing-masing nilai CP antara kondisi sinkronisasi sempurna dan ketika diterapkan sistem sinkronisasi yang dirancang. Dapat dilihat bahwa untuk nilai CP =1/4, 1/8, 1/16 menunjukkan nilai BER yang tidak jauh berbeda untuk kedua kasus di atas. Akan tetapi untuk nilai CP = 1/32 menunjukkan nilai BER yang jauh lebih berbeda antara kedua kondisi tersebut. Dan perbedaan itu semakin signifikan, ketika kondisi kanal semakin rusak. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa rancangan sinkronisasi waktu dan frekuensi ini paling efektif ketika digunakan nilai CP =1/4, 1/8, 1/16. 67

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING T.B. Purwanto 1, N.M.A.E.D. Wirastuti 2, I.G.A.K.D.D. Hartawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

2.1 TV Digital. kelebihan dibandingkan secara analog, antara lain: a. Efisiensi spektrum frekuensi

2.1 TV Digital. kelebihan dibandingkan secara analog, antara lain: a. Efisiensi spektrum frekuensi Bab 2 Dasar Teori 2.1 TV Digital Penyiaran TV digital adalah proses penyiaran suara dan gambar bergerak yang diproses secara digital, baik di pengirim, waktu ditransmisikan, maupun di penerima. Di pengirim,

Lebih terperinci

SINKRONISASI WAKTU DAN FREKUENSI MULTISTAGE PADA PENERIMA DVB-T TESIS NICO SURANTHA NIM :

SINKRONISASI WAKTU DAN FREKUENSI MULTISTAGE PADA PENERIMA DVB-T TESIS NICO SURANTHA NIM : SINKRONISASI WAKTU DAN FREKUENSI MULTISTAGE PADA PENERIMA DVB-T TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh NICO SURANTHA NIM : 23207023

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Layanan komunikasi dimasa mendatang akan semakin pesat dan membutuhkan data rate yang semakin tinggi. Setiap kenaikan laju data informasi, bandwith yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, waktu, dan kondisi (statis dan bergerak) menyebabkan telekomunikasi nirkabel (wireless) berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada pengerjaan Tugas Akhir ini penelitian dilakukan menggunakan bahasa pemograman matlab R2008b. Untuk mendapatkan koefisien respon impuls kanal harus mengikuti metodologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan hasil simulasi pengaruh K - factor pada kondisi kanal yang terpengaruh Delay spread maupun kondisi kanal yang dipengaruhi oleh frekuensi

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN SIMULASI

BAB IV PEMODELAN SIMULASI BAB IV PEMODELAN SIMULASI Pada tugas akhir ini akan dilakukan beberapa jenis simulasi yang bertujuan untuk mengetahui kinerja dari sebagian sistem Mobile WiMAX dengan menggunakan model kanal SUI. Parameter-parameter

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang di mulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE

BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE Pada Bab ini dibahas mengenai penentuan algoritma, menentukan deskripsi matematis dari algoritma, pembuatan model fixed point menggunakan Matlab, dan pengukuran

Lebih terperinci

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION.

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION. PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION Disusun Oleh: Nama : Christ F.D. Saragih Nrp : 0422057 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016 ANALISIS MULTIUSERORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) BASIS PERANGKAT LUNAK Widya Catur Kristanti Putri 1, Rachmad Saptono 2, Aad Hariyadi 3 123 Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital,

Lebih terperinci

SIMULASI ESTIMASI FREKUENSI UNTUK QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION MENGGUNAKAN DUA SAMPEL TERDEKAT

SIMULASI ESTIMASI FREKUENSI UNTUK QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION MENGGUNAKAN DUA SAMPEL TERDEKAT Abstrak SIMULASI ESTIMASI FREKUENSI UNTUK QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION MENGGUNAKAN DUA SAMPEL TERDEKAT Ferdian Belia/9922074 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro, Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri

Lebih terperinci

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri / Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN Warta Qudri / 0122140 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH 65, Bandung, Indonesia, Email : jo_sakato@yahoo.com ABSTRAK Kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi komunikasi digital saat ini dituntut untuk dapat mentransmisikan suara maupun data berkecepatan tinggi. Berbagai penelitian sedang dikembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING F. L. H. Utomo, 1 N.M.A.E.D. Wirastuti, 2 IG.A.K.D.D. Hartawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISISNYA

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISISNYA BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISISNYA Pada bab ini ditampilkan hasil simulasi sistem MIMO MC- dan sistem MC- yang merupakan sistem pembanding untuk mengetahui kinerja sistem MIMO MC- pada kanal multipath

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Estimasi Doppler Spread pada Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan Metode Phase Difference Walid Maulana H 2208100101 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Gamantyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transmisi data berkecepatan tinggi dan mobilitas user yang sangat tinggi semakin meningkat. Transmisi data berkecepatan tinggi menyebabkan banyak efek multipath

Lebih terperinci

Estimasi Kanal Mobile-to-Mobile dengan Pendekatan Polinomial untuk Mitigasi ICI pada Sistem OFDM

Estimasi Kanal Mobile-to-Mobile dengan Pendekatan Polinomial untuk Mitigasi ICI pada Sistem OFDM Estimasi Kanal Mobile-to-Mobile dengan Pendekatan Polinomial untuk Mitigasi ICI pada Sistem OFDM Nama : Mulyono NRP : 2210203007 Pembimbing : 1. Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, Ph.D 2. Ir. Titiek Suryani,

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM

BAB III PEMODELAN SISTEM BAB III PEMODELAN SISTEM Secara umum, pemodelan dari sistem pengiriman data dengan sistem Alamouti secara keseluruhan dapat dilihat pada bagan berikut: Gambar 3. 1 Bagan sistem Alamouti secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS Simulasi ini bertujuan untuk meneliti Turbo Coding dalam hal Bit Error Rate (). Pada bagian ini akan ditunjukkan pengaruh jumlah shift register, interleaver, jumlah iterasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi hingga ke distribusi televisi telah dilakukan secara digital, namun mata rantai terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi yang sangat pesat, maka sistem komunikasi wireless digital dituntut untuk menyediakan layanan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio Over Fiber (RoF) merupakan teknologi dimana sinyal microwave (listrik) didistribusikan menggunakan media dan komponen optik. Sinyal listrik digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Power control pada sistem CDMA adalah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur daya pancar mobile station (MS) pada kanal uplink, maupun daya pancar base station

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1].

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1]. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk mendapatkan berbagai macam kemudahan dalam setiap aktifitasnya mendorong berbagai macam perubahan, salah satunya pada teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak Kusuma Abdillah, dan Ir Yoedy Moegiharto, MT Politeknik Elektro Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi wireless saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat penting dalam banyak aspek di kehidupan sehari-hari. Semakin banyak komputer yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem CDMA pengendalian daya baik pada Mobile Station (MS) maupun Base Station (BS) harus dilakukan dengan baik mengingat semua user pada CDMA mengggunakan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini berbagai skema modulasi telah dikembangkan untuk mendukung kebutuhan komunikasi yang lebih cepat, handal, dan efisien. Skema modulasi yang paling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS Simulasi yang dilakukan menggunakan parameter-parameter sebagai berikut: Modulasi QPSK dan 16QAM Jumlah subcarrier = 52 [IEEE 802.11a] Jumlah titik IFFT = 128 Panjang

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK Abstrak PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS Jongguran David/ 0322136 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi nirkabel sangat pesat. Gedung-gedung perkantoran, perumahan-perumahan, daerah-daerah pusat perbelanjaan menuntut akan

Lebih terperinci

BAB V HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB V HASIL SIMULASI DAN ANALISIS BAB V HASIL SIMULASI DAN ANALISIS Pada bab ini akan ditampilkan hasil simulasi yang telah dilakukan penulis beserta pembahasannya. Simulasi dilakukan untuk membandingkan dan mempelajari berbagai model

Lebih terperinci

Analisis Penanggulangan Inter Carrier Interference di OFDM Menggunakan Zero Forcing Equalizer

Analisis Penanggulangan Inter Carrier Interference di OFDM Menggunakan Zero Forcing Equalizer Analisis Penanggulangan Inter Carrier Interference di OFDM Menggunakan Zero Forcing Equalizer Rizky Wahyudi 1,*,Arfianto Fahmi 1, Afief Dias Pambudi 1 1 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM

KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM 111, Inovtek, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2014, hlm. 111-115 KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM Arifin, Yoedy Moegiharto, Dhina Chandra Puspita Prodi Studi D4 Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI Pada Tugas Akhir ini akan dianalisis sistem Direct Sequence CDMA dengan menggunakan kode penebar yang berbeda-beda dengan simulasi menggunakan program Matlab. Oleh

Lebih terperinci

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM :

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM : KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM : 132 03 017 Program Studi : Teknik Elektro SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang [8] Pertumbuhan pengguna komunikasi mobile di dunia meningkat sangat tajam dari hanya 11 juta pada tahun 1990 menjadi 2 milyar pengguna pada tahun

Lebih terperinci

Analisis Kinerja SISO dan MIMO pada Mobile WiMAX e

Analisis Kinerja SISO dan MIMO pada Mobile WiMAX e Analisis Kinerja SISO dan MIMO pada Mobile WiMAX 80.6e Mustofa Agung Prasetya, Wirawan Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Abstrak Perkembangan teknologi Mobile WiMAX yang mengarah kepada pemenuhan akan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam teknologi telekomunikasi dan layanan terus dikembangkan agar pengguna dapat menikmati setiap layanan telekomunikasi dengan kualitas yang lebih baik.

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS Simulasi MIMO OFDM dengan teknik spatial multiplexing ini menggunakan berbagai macam parameter, yang mana dapat dilihat pada tabel 4.1. Pada simulasi, digunakan tiga

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Modulasi M-PSK Menggunakan Least Means Square (LMS) Adaptive Equalizer pada Kanal Flat Fading

Analisis Kinerja Modulasi M-PSK Menggunakan Least Means Square (LMS) Adaptive Equalizer pada Kanal Flat Fading Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Juli 2014 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.2 No.3 Analisis Kinerja Modulasi M-PSK Menggunakan Least Means Square (LMS) Adaptive Equalizer

Lebih terperinci

BAB III MODEL SISTEM CLOSED-LOOP POWER CONTROL PADA CDMA

BAB III MODEL SISTEM CLOSED-LOOP POWER CONTROL PADA CDMA SIR dipakai untuk mengestimasi kondisi kanal dan selanjutnya sebagai informasi feedback pada closed-loop power control berbasis SIR untuk menentukan besar update daya pancar MS. Oleh karena itu, akurasi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI GMSK PADA DSK TMS320C6416T

IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI GMSK PADA DSK TMS320C6416T IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI GMSK PADA DSK TMS320C6416T 22 11 106 032 ADITYA SUKMANA Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Dr. Ir. Suwadi, M.T : Ir. Titiek Suryani, M.T Latar Belakang 1 2 1 1 Mempelajari

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Jenis Modulasi pada Sistem SC-FDMA

Analisis Kinerja Jenis Modulasi pada Sistem SC-FDMA Analisis Kinerja Jenis Modulasi pada Sistem SC-FDMA Fitri Amillia 1, Mulyono 2, Jumarwan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR. Soebrantas No.

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA ESTMASI KANAL DENGAN INVERS MATRIK PADA SISTEM MIMO. Kukuh Nugroho 1.

ANALISA KINERJA ESTMASI KANAL DENGAN INVERS MATRIK PADA SISTEM MIMO. Kukuh Nugroho 1. ANALISA KINERJA ESTMASI KANAL DENGAN INVERS MATRIK PADA SISTEM MIMO Kukuh Nugroho 1 1 Jurusan Teknik Telekomunikasi, Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto e-mail :kukuh@st3telkom.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1].

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1]. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Meneliti dan menganalisis Turbo Convolutional Coding dan Turbo Block Coding dalam hal (BER) Bit Error Rate sebagai fungsi Eb/No. 1.2. Latar Belakang Dalam sistem komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi dalam sepuluh tahun terakhir meningkat dengan sangat cepat. Salah satunya adalah televisi digital. Televisi digital adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2] 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komunikasi suara, data, dan multimedia melalui Internet dan perangkat-perangkat bergerak semakin bertambah pesat [1-2]. Penelitian dan pengembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang komunikasi yang berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun memungkinkan pengiriman data atau informasi tidak lagi hanya dalam bentuk teks, tetapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA Analisa kinerja sistem DS-CDMA dilakukan dengan membandingkan grafik BER terhadap SNR dipenerima. Hal-hal yang akan dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Kinerja sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SFN

BAB III PERANCANGAN SFN BAB III PERANCANGAN SFN 3.1 KARAKTERISTIK DASAR SFN Kemampuan dari COFDM untuk mengatasi interferensi multipath, memungkinkan teknologi DVB-T untuk mendistribusikan program ke seluruh transmitter dalam

Lebih terperinci

Estimasi Doppler Spread pada Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan Metode Phase Difference

Estimasi Doppler Spread pada Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan Metode Phase Difference JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 A-44 Doppler Spread pada Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan Metode Phase Difference Walid Maulana H, Gamantyo Hendrantoro,

Lebih terperinci

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Winda Aulia Dewi 1, Yoedy moegiharto 2, 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Telekomunikasi, 2 Dosen Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM

BAB III PEMODELAN SISTEM BAB III PEMODELAN SISTEM Untuk mengetahui unjuk kerja sistem MIMO MC-CDMA, dilakukan perbandingan dengan sistem MC-CDMA. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sistem MIMO MC-CDMA merupakan

Lebih terperinci

Analisis Unjuk Kerja Decision Feedback Equalizer Pada Sistem SCFDMA

Analisis Unjuk Kerja Decision Feedback Equalizer Pada Sistem SCFDMA Analisis Unjuk Kerja Decision Feedback Equalizer Pada Sistem SCFDMA Fitri Amillia 1, Mulyono 2, Rifky Pradifta Eka Putra 3 1,2,3) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif

Lebih terperinci

ANALISIS PENANGGULANGAN INTER-CARRIER INTERFERENCE PADA TEKNOLOGI OFDM DENGAN METODE M-TAPS MINIMUM MEAN-SQUARE- ERROR PADA MODULASI QPSK

ANALISIS PENANGGULANGAN INTER-CARRIER INTERFERENCE PADA TEKNOLOGI OFDM DENGAN METODE M-TAPS MINIMUM MEAN-SQUARE- ERROR PADA MODULASI QPSK ANALISIS PENANGGULANGAN INTER-CARRIER INTERFERENCE PADA TEKNOLOGI OFDM DENGAN METODE M-TAPS MINIMUM MEAN-SQUARE- ERROR PADA MODULASI QPSK Erwin Priyantono 1, Arfianto Fahmi 2, Dharu Arseno 3 1 Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak BAB III METODOLOGI PENELITIAN di bawah ini: Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak START Mengidentifikasi sistem Radio over Fiber Mengidentifikasi sistem Orthogonal

Lebih terperinci

LOGO IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI M-ARY QAM PADA DSK TMS320C6416T

LOGO IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI M-ARY QAM PADA DSK TMS320C6416T IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI M-ARY QAM PADA DSK TMS320C6416T 2210106006 ANGGA YUDA PRASETYA Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Dr. Ir. Suwadi, MT : Ir. Titik Suryani, MT Latar Belakang 1 2 Perkembangan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC- CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

ANALISA KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC- CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD ANALISA KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS M- DMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD Oleh: Anjar Prasetya Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng. Ph.D. Ir. Titiek

Lebih terperinci

PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1

PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1 PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1 Abstrak: Single Carrier Frequency Division Multiple Access

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang 1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Dengan semakin berkembangnya kebutuhan akses data berkecepatan tinggi, diperlukan suatu layanan broadband dimana memiliki pita frekuensi yang lebar. Layanan broadband

Lebih terperinci

PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL

PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL Yanik Mardiana 2207 100 609 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM

BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM Pada bab tiga ini akan membahas mengenai seluk beluk DFTS-OFDM baik dalam hal dasar-dasar DFTS-OFDM hingga DFTS-OFDM sebagai suatu sistem yang digunakan pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA 3.1 Simulasi Kanal Fading Rayleigh Proses simulasi yang digunakan untuk memodelkan kanal fading diambil dari

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SPHERE DECODING PADA SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT

ANALISIS KINERJA SPHERE DECODING PADA SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT Kezia Elda, Lydia Sari, Analisis Kinerja Sphere Decoding 39 ANALISIS KINERJA SPHERE DECODING PADA SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT Kezia Elda 1, Lydia Sari 2 Program Studi Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan Spektrum Frekuensi [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan Spektrum Frekuensi [1] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, sistem komunikasi nirkabel (wireless) sedang berkembang sangat pesat dalam dunia telekomunikasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah user (pengguna

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB IV DATA DAN ANALISA HASIL SIMULASI BAB IV DATA DAN ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 Hasil Simulasi Sistem Alamouti dengan Asumsi Pengenalan Kanal Sempurna Hasil simulasi dari sistem Alamouti dengan proses menurut bagan 3.2 pada salah satu perioda

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA LEAST MEAN FOURTH BASED POWER OF TWO QUANTIZER (LMF-PTQ)

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA LEAST MEAN FOURTH BASED POWER OF TWO QUANTIZER (LMF-PTQ) ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA LEAST MEAN FOURTH BASED POWER OF TWO QUANTIZER (LMF-PTQ) Ginda Utama Putri, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Latar Belakang 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknik pengkodean Low-Density Parity-Check Code (LDPCC) pertama kali diperkenalkan oleh Gallager, PhD pada tahun 1960. LDPC merupakan salah satu kelas dari pengkodean

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Sistem MIMO-OFDM Pada Estimasi Kanal LS Untuk Modulasi m-qam

Analisa Kinerja Sistem MIMO-OFDM Pada Estimasi Kanal LS Untuk Modulasi m-qam Analisa Kinerja Sistem MIMO-OFDM Pada Estimasi Kanal LS Untuk Modulasi m-qam I Gede Puja Astawa puja@eepis-its.edu Yoedy Mogiharto ymoegiharto@eepis-its.edu Masitah Ayu Wardani Mahasiswa masitahayuwardani@gmail.com

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Prosesor FFT 256 Titik-OFDM Baseband 1 Berbasis Pengkodean VHDL pada FPGA

Perancangan dan Implementasi Prosesor FFT 256 Titik-OFDM Baseband 1 Berbasis Pengkodean VHDL pada FPGA BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi komunikasi wireless saat ini berkembang dengan pesat seiring meningkatnya kebutuhan pengguna terhadap layanan yang cepat dan beragam. Hal ini terlihat dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori Teknologi Radio Over Fiber

BAB II DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori Teknologi Radio Over Fiber BAB II DASAR TEORI 2. 1 Teknologi Radio Over Fiber Teknologi ROF adalah sebuah teknologi dimana sinyal microwave (elektrik) didistribusikan oleh komponen dan teknik optik [8]. Sistem ROF terdiri dari CU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan wireless menjadi salah satu sarana yang paling banyak dimanfaatkan dalam sistem komunikasi. Untuk menciptakan jaringan wireless yang mampu

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. yang relatif dekat dengan stasiun pemancar akan menerima daya terima yang lebih

1 BAB I PENDAHULUAN. yang relatif dekat dengan stasiun pemancar akan menerima daya terima yang lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penyiaran televisi analog memiliki beberapa kelemahan. Pertama, sistem penyiaran ini membutuhkan lebar kanal frekuensi yang semakin besar, berbanding lurus

Lebih terperinci

Spread Spectrum (FHSS) pada

Spread Spectrum (FHSS) pada Implementasi Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) pada DSK TMS30C646T O C K I A D I T YA M 060 - T E L E KO M U N I K A S I M U LT I M E D I A - Pembimbing Dr. Ir. Suwadi, MT Ir. Titik Suryani, MT

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), Frequency-Domain Equalizer (FEQ), Abstract

Abstrak. Kata kunci: Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), Frequency-Domain Equalizer (FEQ), Abstract ANALISIS PENANGGULANGAN INTER-CARRIER INTERFERENCE (ICI) PADA TEKNOLOGI OFDM MENGGUNAKAN FREQUENCY-DOMAIN EQUALIZER (FEQ) DENGAN METODE M-TAPS MINIMUM MEAN-SQUARE-ERROR (MMSE) ANALYSIS OF INTER-CARRIER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Modulasi Modulasi (mapping) adalah proses perubahan karakteristik dari sebuah gelombang carrier atau pembawa aliran bit informasi menjadi simbol-simbol. Proses

Lebih terperinci

Pengaruh Modulasi M-Psk Pada Unjuk Kerja Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (Ofdm)

Pengaruh Modulasi M-Psk Pada Unjuk Kerja Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (Ofdm) Pengaruh Modulasi M-Psk Pada Unjuk rja Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (Ofdm) Ajub Ajulian Zahra Imam Santoso Wike Septi Fadhila Abstract: OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya sistem komunikasi bergerak seluler, yang terwujud seiring dengan munculnya berbagai metode akses jamak (FDMA, TDMA, serta CDMA dan turunan-turunannya)

Lebih terperinci

PENGARUH MODULASI M-PSK PADA UNJUK KERJA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

PENGARUH MODULASI M-PSK PADA UNJUK KERJA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) PENGARUH MODULASI M-PSK PADA UNJUK KERJA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) Wike Septi Fadhila 1), Imam Santoso, ST, MT 2) ; Ajub Ajulian Zahra, ST, MT 2) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD Butet Nata M Simamora, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ANTARA OFDM DAN OFCDM PADA TEKNOLOGI WiMAX

PERBANDINGAN KINERJA ANTARA OFDM DAN OFCDM PADA TEKNOLOGI WiMAX PERBANDINGAN KINERJA ANTARA OFDM DAN OFCDM PADA TEKNOLOGI WiMAX Dian Ratih Utami, Ali Hanafiah Rambe, ST., MT. Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN ALGORITMA MAXIMAL RATIO COMBINING PADA KANAL RAYLEIGH DAN RICIAN

Lebih terperinci

Pengujian Teknik Channel Shortening Pada Multicarrier Modulation Dengan Kriteria Minimum Mean Squared Error (MMSE). ABSTRAK

Pengujian Teknik Channel Shortening Pada Multicarrier Modulation Dengan Kriteria Minimum Mean Squared Error (MMSE). ABSTRAK Pengujian Teknik Channel Shortening Pada Multicarrier Modulation Dengan Kriteria Minimum Mean Squared Error (MMSE). Tulus Rakhmat Irawan/ 0322150 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR UNJUK KERJA MIMO-OFDM DENGAN ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL DIAM DAN BERGERAK

TUGAS AKHIR UNJUK KERJA MIMO-OFDM DENGAN ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL DIAM DAN BERGERAK TUGAS AKHIR UNJUK KERJA MIMO-OFDM DENGAN ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL DIAM DAN BERGERAK Diajukan Guna Melengkapi Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

Unjuk kerja Trellis Code Orthogonal Frequency Division Multiplexing (TCOFDM) pada kanal Multipath Fading (Andreas Ardian Febrianto)

Unjuk kerja Trellis Code Orthogonal Frequency Division Multiplexing (TCOFDM) pada kanal Multipath Fading (Andreas Ardian Febrianto) UNJUK KERJA TRELLIS CODE ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING ( TCOFDM ) PADA KANAL MULTIPATH FADING Andreas Ardian Febrianto Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD Anjar Prasetya - 2207 100 0655 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Analisis Penerapan Teknik AMC dan AMS untuk Peningkatan Kapasitas Kanal Sistem MIMO-SOFDMA

Analisis Penerapan Teknik AMC dan AMS untuk Peningkatan Kapasitas Kanal Sistem MIMO-SOFDMA JURNAL INFOTEL Informatika - Telekomunikasi - Elektronika Website Jurnal : http://ejournal.st3telkom.ac.id/index.php/infotel ISSN : 2085-3688; e-issn : 2460-0997 Analisis Penerapan Teknik AMC dan AMS untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) 1 ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) Siska Dyah Susanti 1, Ir. Erfan Achmad Dahlan, MT. 2, M. Fauzan Edy Purnomo. ST.,

Lebih terperinci

Pengembangan Universal Audio Scrambler Menggunakan Teknik Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)

Pengembangan Universal Audio Scrambler Menggunakan Teknik Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Pengembangan Universal Audio Scrambler Menggunakan Teknik Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) 1M. Budiman, 2 Riyanto, 3 Y. Fitri, 4 A. Adnan Program Studi Fisika Fakultas Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading

Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading 66 Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus 2017 Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading Kadek Agus Mahabojana Dwi Prayoga 1, N.M. Ary Esta

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX

BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX Sebelum pembuatan perangkat lunak simulator, maka terlebih dahulu dilakukan pemodelan terhadap sistem yang akan disimulasikan. Pemodelan ini dilakukan agar

Lebih terperinci

Tekno Efisiensi Jurnal Ilmiah KORPRI Kopertis Wilayah IV, Vol 1, No. 1, Mei 2016

Tekno Efisiensi Jurnal Ilmiah KORPRI Kopertis Wilayah IV, Vol 1, No. 1, Mei 2016 Tekno Efisiensi Jurnal Ilmiah KORPRI Kopertis Wilayah IV, Vol 1, No. 1, Mei 2016 ORTOGONALITAS DAN SIMULASI PERFORMA SISTEM OFDM Oleh: Rahmad Hidayat ABSTRAK - Untuk menjaga efesiensi spektrum yang tinggi,

Lebih terperinci