BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan tingkat pendidikan) maupun dalam modal fisik, seperti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan tingkat pendidikan) maupun dalam modal fisik, seperti"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dihubungkan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang layak. Hasil yang diharapkan berupa peningkatan kuantitas dan kualitas di dalam modal manusia (tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan) maupun dalam modal fisik, seperti infrastruktur (transportasi, komunikasi). Di Indonesia, salah satu permasalahan utama yang menghambat pembangunan sosial dan ekonomi adalah kurangnya kuantitas dan kualitas sektor infrastruktur. Pada World Economic Forum, Global Competitiveness Index (GCI ), Indonesia menduduki peringkat ke-61 dari 148 untuk kategori infrastruktur negara. Pengembangan infrastruktur di Indonesia belum cukup untuk menyamai perkembangan makroekonomi sejak pemulihan dari krisis keuangan Asia akhir 1990an, dan sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia belum dapat mencapai potensi maksimalnya. Diharapkan bahwa ketika Indonesia telah miliki infrastruktur yang memadai, produk domestik bruto (PDB) dapat tumbuh lebih tinggi dari 6 persen per tahun. Indonesia masih dinilai tertinggal dalam pengembangan dan penyediaan infrastruktur transportasi seperti rel kereta, jaringan jalan, pelabuhan, dan bandara. Kondisi tersebut terjadi hampir 20 tahun terakhir, atau semenjak krisis ekonomi , hingga saat ini. Infrastruktur di Indonesia sudah 20 tahun lebih 1

2 2 mengalami backlog (ketertinggalan). Kondisi tersebut terjadi karena persoalan alokasi belanja proyek yang rendah dan aktivitas pemeliharaan infrastruktur yang tidak memadai. Karena belanja yang rendah, pembangunan infrastruktur berjalan lamban. Alokasi pembangunan seringkali diubah menjadi biaya perawatan infrastruktur yang tidak perlu. Investasi yang seharusnya dapat direlokasi untuk Indonesia Timur menjadi terhambat karena adanya pemeliharaan jalan dan pemeliharaan berkala yang seharusnya dilakukan dalam jangka waktu 10 tahun, namun prakteknya dalam 3 tahun sudah harus direhabilitasi. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan di wilayah Indonesia Timur menjadi tidak optimal. Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo memiliki proyek mengejar ketertinggalan infrastruktur transportasi di Indonesia dengan menaikkan belanja infrastruktur dan pembangunan infrastruktur yang merata di kawasan Indonesia. Tujuan utama menaikkan belanja infrastruktur Indonesia adalah untuk menyediakan infrastruktur yang memadai, yang akan menunjang perekonomian nasional dengan menciptakan biaya transaksi dan biaya transportasi akan lebih rendah ( Data perekonomian Indonesia yang bersumber dari BPS pada umumnya terdiri atas sembilan sektor. Sektor yang memiliki indeks daya penyebaran (backward linkage effect) yang paling tinggi adalah sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (BPS), selanjutnya sektor Bangunan, dan urutan ketiga sektor Industri Pengolahan. Indeks Daya Penyebaran yang tinggi berarti sektor tersebut berpengaruh besar terhadap sektor lainnya. Berbeda halnya untuk indeks derajat kepekaan (forward linkage effect) suatu sektor tinggi, artinya sektor tersebut sangat

3 peka terhadap sektor lainnya. Sektor Industri Pengolahan memiliki Indeks Derajat Kepekaan yang paling tinggi di antara 9 sektor, di posisi kedua ada Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan, dan di urutan ketiga ada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, hal ini berarti sektor Industri Pengolahan paling peka terhadap sektor lainnya (BPS,2015). Grafik Sektor Teratas menurut Pertumbuhan PDB SEKTOR TERATAS PERTUMBUHAN PDB PENAWARAN Konstruksi Transportasi, Pergudangan, Informasi, Komunikasi Jasa Keuangan, Real Estat, Jasa Perusahaan sumber: BPS (diolah), 2014 Menurut Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2014, didasarkan pada tabel Pertumbuhan PDB Penawaran dapat diketahui bahwa 3 sektor teratas dari tahun secara rata-rata dari keempat tahun adalah yang pertama sektor Transportasi, Pergudangan, Informasi, dan Komunikasi, yang kedua dari sektor jasa keuangan, real estat, jasa perusahaan dan yang ketiga adalah sektor konstruksi. PDB Lapangan Usaha di tahun 2014 mengalami perlambatan dalam barang dan jasa. Pada lapangan usaha barang perlemahan yang paling terlihat adalah dari sektor Pertambangan. Perlambatan pertumbuhan lapangan usaha pertambangan

4 4 disebabkan oleh permintaan akan ekspor batubara yang menurun, serta diterapkannya UU Minerba pada periode pertama tahun Untuk pertumbuhan lapangan usaha Industri Pengolahan di tahun 2014 tumbuh 0,1 persen lebih tinggi dari 2013, yakni 4,6 persen untuk tahun 2014 dan 4,5 persen untuk tahun sebelumnya. Perbaikan tersebut karena konsumsi rumah tangga yang meningkat pada semester I 2014 karena faktor pemilu, dan permintaan ekspor manufaktur yang membaik. Untuk perlambatan pertumbuhan lapangan usaha sektor jasa disebabkan oleh melambatnya permintaan domestik dan perdagangan ekspor yang melambat. Prospek PDB Lapangan Usaha untuk tahun 2015 dan 2016 menunjukkan seluruh sektor akan mengalami peningkatan, karena diprakirakan berlanjutnya pemulihan global. Seperti perkiraan sektor Industri Pengolahan yang akan tumbuh 4,7 5,1 di tahun 2015 karena adanya strategi pemerintah dalam akselerasi dan revitalisasi industri sebagai bentuk langkah persiapan pemerintah dalam Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA 2015). Lapangan usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) diprakirakan relatif stabil mencapai 4,9 5,3 persen tahun Tumbuhnya lapangan usaha PHR didorong oleh tetap kuatnya daya beli masyarakat seiring dengan ekspektasi tingkat inflasi yang terjaga. Sejalan dengan perbaikan kinerja lapangan usaha PHR. Tidak kalah dengan lapangan usaha PHR, lapangan usaha Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan akan tetap melanjutkan tren positif dari tahun-tahun sebelumnya, yakni tumbuh sebesar 9,6 10,0 persen pada tahun Pertumbuhan lapangan usaha tersebut juga didorong oleh prakiraan realisasi proyek-proyek pembangunan infrastruktur di tahun Dapat dilihat dari Laporan Keuangan Indonesia tahun anggaran 2014, menunjukkan tabel anggaran

5 5 pemerintah dari tahun , terdapat empat anggaran utama yakni di bidang subsidi energi, anggaran pendidikan, anggaran infrastruktur, dan anggaran kesehatan. Saat ini pemerintah Indonesia sedang meningkatkan sektor infrastruktur, sebesar 290,3 triliun rupiah untuk infrastruktur. Peningkatan belanja infrastruktur diharapkan dapat menjadi mesin pertumbuhan bagi bergeraknya perekonomian dan penciptaan lapangan kerja. Ekonomi yang terus tumbuh akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga angka kemiskinan dan angka pengangguran dapat ditekan. Di tahun 2015, pemerintah Indonesia menetapkan 10 proyek quickwins Infrastruktur, 1 enam diantaranya terletak di luar Pulau Jawa, untuk mendorong munculnya pusat pusat pertumbuhan baru di luar Pulau Jawa. Proyek quickwins infrastruktur tersebut terdiri dari Pembangunan Kilang Minyak Bontang, Pengelolaan Air Minum Semarang Barat, Jalan Tol Balikpapan Samarinda, Revitalisasi tiga Bandara berskala kecil dan menengah, Transmisi Listrik High Voltage Direct Current (HVDC) Interkoneksi Sumatera Jawa, delapan ruas Jalan Tol, pembangunan Proyek Listrik Tenaga Uap Jawa Tengah, kereta api ekspres Bandara Soekarno Hatta, moda kereta api Kalimantan Timur untuk pengangkutan barang, serta transmisi listrik di Sumatera. Selain kesepuluh proyek di atas, masih ada proyek proyek lain yang berkaitan dengan transportasi laut, misalnya pembangunan pelabuhan di Makassar dan pembangunan pelabuhan di Kuala Tanjung. Proyek proyek infrastruktur tersebut, diharapkan dapat mendorong 1 Quickwins ini diartikan proyek-proyek tersebut merupakan proyek prioritas yang hasil dan pemanfaatannya akan cepat, diestimasikan pembangunan 10 proyek tersebut dapat ditempuh dalam lima tahun.

6 Miliar Rupiah 6 penyerapan anggaran pemerintah yang ditargetkan hingga akhir tahun anggaran Indonesia memiliki banyak Direktorat, yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda. Salah satunya adalah Direktorat Transportasi, berada di bawah Deputi Bidang Sarana dan Prasarana. Direktorat Transportasi memiliki tugas pokok dan fungsi yang diatur di dalam Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor Per.005/M.PPN/10/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PPN/Bappenas di pasal Dengan adanya Direktorat Transportasi, dapat disimpulkan bahwa Transportasi merupakan salah satu sektor pembangunan yang penting di Indonesia. Grafik 1.2 PDB atas dasar harga berlaku dalam Miliar Rupiah menurut lapangan usaha tahun 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN, PERIKANAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 5. B A N G U N A N 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 9. JASA - JASA Sumber: BPS, diolah Dari Grafik 1.2 kita dapat melihat pertumbuhan PDB Dapat disimpulkan bahwa Industri Pengolahan merupakan industri dengan bagian terbesar

7 7 dari ke 8 sektor lainnya. Untuk sektor transportasi dan komunikasi menempati urutan ke 8. Menurut Kajian Kebijakan Pembangunan 2014, Indonesia: Menghindari Perangkap oleh Bank Dunia, terdapat grafik yang menunjukkan perbandingan produktivitas tenaga kerja di 6 sektor (pertanian, jasa tingkat rendah, industri manufaktur, transportasi dan komunikasi, jasa finansial, pertambangan dan penggalian). Terlihat bahwa produktivitas tenaga kerja selalu meningkat pada transportasi dan komunikasi, sedangkan lima sektor lainnya seperti pertanian yang angka produktivitasnya selalu tetap, pertambangan dan penggalian selalu menurun. Dapat disimpulkan, dengan meningkatnya pertumbuhan pada sektor transportasi dan komunikasi, dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Hal tersebut berarti mengurangi tingkat pengangguran, dan meningkatkan pendapatan per kapita Indonesia. Hal ini karena transportasi di Indonesia belum dibangun maksimal, sedangkan untuk pertambangan dan penggalian yang bergantung pada ketersediaan SDA semakin lama akan semakin berkurang jumlah ketersediaannya. Dengan mengejar pertumbuhan pada sektor transportasi, diharapkan akan menyerap banyak tenaga kerja, sehingga mengurangi angka pengangguran. Sektor transportasi menunjang pertumbuhan sektor-sektor lainnya, dengan transportasi yang memadai dan berkualitas baik, akan memudahkan sektor lain dalam hal pendistribusian barang dan jasa, sehingga dapat menekan biaya produksi sektor lain. Indonesia dalam hal transportasi masih memiliki kesenjangan yang tinggi, antar ke 6 subsektor yang tercakup di dalamnya. Seperti yang terlihat pada Grafik 1.3, dapat dilihat untuk subsektor angkutan rel rata-rata distribusi presentase Produk

8 persentase (%) 8 Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dari tahun tidak pernah mencapai 0,1 persen. Sebaliknya untuk subsektor angkutan jalan raya, apabila dibandingkan dengan 5 subsektor lainnya, memiliki rata-rata distribusi terbesar, yakni 1,96 persen. Nomor kedua terbesar dari sektor Transportasi adalah subsektor jasa penunjang angkutan dengan rata-rata distribusi sebesar 0,66 persen. Untuk subsektor angkutan udara menempati peringkat ketiga, dengan rata-rata distribusinya sebesar 0,52 persen. Distribusi angkutan udara mulai terlihat tumbuh meningkat sejak , hal ini dipicu dari meningktanya aktivitas di bandar udara yang ada di Indonesia, baik domestik maupun internasional. Peningkatan jumlah pesawat juga memicu pertumbuhan dari distribusi subsektor angkutan udara sejak , hal ini karena dengan meningkatnya jumlah pesawat yang tersedia, makan semakin bertambahnya jumlah kursi yang tersedia, serta meningkatkan jumlah muatan yang dapat diangkut oleh pesawat terbang. Grafik 1.3 Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Berlaku Sektor Transportasi tahun 1) Angkutan Rel 2) Angkutan Jalan Raya 3) Angkutan Laut 4) Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan 5) Angkutan Udara 6) Jasa Penunjang Angkutan Sumber: BPS, diolah

9 9 Untuk menganalisis dan meramalkan kondisi perekonomian secara total, salah satu alat analisis yang dapat memberikan gambaran hubungan antar sektor yang ada di perekonomian Indonesia, output nasional, jumlah tenaga kerja, dan jumlah pendapatan adalah analisis Input Output. Analisis ini dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor-sektor di dalam perekonomian di Indonesia dan dapat digunakan untuk mensimulasikan keadaan ekonomi nasional. Hasil analisis Input Output dapat dimanfaatkan sebagai opsi pengambilan kebijakan belanja pemerintah. Analisis Input Output ini menggunakan tabel yang digunakan sebagai metode dalam analisisnya, tabel tersebut merupakan tabel Input Output. Wassily W. Leontief, membuat alat analisis yang dimaksud di atas, yang disebut sebagai Analisis Input Output, yang memberikannya Nobel di bidang Ekonomi pada tahun Tabel Input Output merupakan sebuah model dari hubungan antar industri dalam perekonomian, menganalisis proses input dari suatu industri yang memproduksi output sebagai barang akhir dan output sebagai input dari industri lain maupun dari industri itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa industri-industri yang ada dalam suatu perekonomian saling terkait satu dengan lainnya. Analisis Input Output digunakan sebagai kerangka kerja untuk koordinasi dan pemeriksaan konsistensi konsep serta statistik dari neraca dan untuk menyediakan detail utama untuk analisis industri, produk, dan hubungan ekonomi lainnya. Sejak kontribusi pertama oleh Leontief (1951) dan Isard (1951), Tabel Input Output antar daerah telah menjadi alat utama untuk menganalisis hubungan dari industri-indusrti yang ada. Tabel Input Output Internasional, perluasan dari

10 10 Tabel Input Output antar daerah dalam konteks internasional, juga berkontribusi untuk menganalisis berbagai macam isu dalam perekonomian. Tabel Input Output pertama adalah Tabel Kanada AS 1949 yang dibuat oleh Wonnacott (1961). Institute of Developing Economies (IDE) juga telah memulai penelitian di awal tahun 1960an untuk membangun Tabel Input Output Internasional yang menghubungkan negara maju dengan negara berkembang dengan tujuan untuk menyediakan alat analisis bagi berbagai macam isu perekonomian, seperti misalnya perdagangan wilayah utara selatan. Di tahun 1965 IDE berhasil membangun Tabel Input Output Internasional tahun 1958, yan terdiri dari enam negara (Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, Asia, Oseania, dan Jepang) dan tujuh industri (Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Pertambangan, Tekstil, Bahan Kimia, Logam dan Produk Logam, Manufaktur lainnya, Jasa). Meskipun di tabel pertama ini terdiri dari sektor industri yang sangat umum, dan didasarkan pada asumsi-asumsi yang sangat ketat karena keterbatasan data, (perbedaan dari tahun acuan tabel yang digunakan suatu negara), namun upaya ini menjadi kontribusi yang dapat dikembangkan di masa depan untuk penyusunan tabel Input Output Internasional di IDE pada tahun-tahun berikutnya. Sebagai tambahan, penyelidikan teoritis pada Tabel Input Output Internasional yang dibangun IDE punya landasan lain, yakni proyek atas kumpulan dan evaluasi dari informasi statistik di negara negara Asia diselenggarakan sebagian besar di tahun 1960an. Pada 1960an IDE menyalurkan kumpulan atau estimasi dari berbagai informasi statistik (perdagangan, produksi, konsumsi) negara negara di Asia. Namun, proyek ini mengalami kesulitan karena kurangnya

11 11 informasi dan perbedaan besar dari data yang dikumpulkan atau diperkirakan. Dengan maksud untuk mengevaluasi dan memperbarui kualitas data data statistik tersebut, IDE mencoba untuk mengkompilasi tabel neraca material dengan lembaga statistik atau penelitian lokal. Kumpulan tersebut menjadi pengalaman yang bernilai untuk membangun Tabel Input Output Internasional sebagaimana tabel tersebut dikontribusikan untuk meningkatkan ketersediaan informasi statistik serta membangun hubungan kolaborasi dengan institusi lokal. Tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh IDE, Center for Economic and Social Studies in Asia (CESSA) juga membangun Tabel Global Input Output (GIO) untuk masa 14 tahun sejak 1997 sampai 2010 dengan dua standar nilai acuan: 2000 dan 2005, dengan 35 industri, 27 negara endogen, dan 61 negara eksogen. 2 Dalam makalahnya, CESSA membangun daftar baru untuk mengukur luas derajat kejutan transmisi dalam kaitan dengan Input Antara dan Nilai Tambah Muatan. Indonesia juga masuk ke dalam dua puluh tujuh negara endogen yang diteliti oleh CESSA. Pada salah satu tabel dalam makalah CESSA yakni tabel Simultaneous Shock Transmission Index (SSTI) untuk barang antara pada Ekspor semua manufaktur oleh Indonesia terhadap dunia tidak dipengaruhi oleh negara-negara lain, namun sangat dipengaruhi oleh negara Indonesia itu sendiri. Terbukti dengan 126.2, yakni angka yang menunjukkan besarnya ketergantungan suatu negara dalam pengadaan barang input antara, adalah angka untuk Indonesia dengan domestiknya sendiri. Semua negara di Asia dalam tabel, kecuali Indonesia dan 2 Negara Endogen berarti negara-negara yang dijelaskan dengan hubungan antara fungsi melalui modelnya. Negara Eksogen berarti negara-negara yang tidak dijelaskan dengan hubungan antara fungsi melalui modelnya.

12 12 India, terintegrasi erat dengan Jepang dan China sepanjang rantai produksi, dengan pengadaan barang input antara yang besar dari Jepang dan India (CESSA, 2012). Di Indonesia, tabel Input Ouput mulai dikenal pada akhir Pelita I. Lembaga yang pertama kali menyusun tabel Input Output Indonesia tahun 1969 adalah LIPI, namun karena keterbatasan data yang tersedia pada saat itu, metode yang digunakan berupa metode tak langsung (non survey method). Badan Pusat Statistik (BPS) kemudian bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Institute of Developing Economics (IDE) melakukan penyusunan tabel Input Output dengan metode langsung (survey method) untuk tabel Input Output Indonesia tahun BPS selanjutnya menyusun tabel Input Output Indonesia secara berkala, dan hingga saat ini telah disusun tabel Input Output untuk tahun 1971, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000, 2005, dan 2008 (BPS). Dari penjelasan tersebut di atas, pendekatan dengan analisis keterkaitan dan dampak sangat dibutuhkan pada perekonomian tidak hanya untuk suatu negara namun juga untuk perekonomian secara global. Dengan data pada tabel Input Output Indonesia tahun 2008, dapat dilihat perekonomian Indonesia dengan analisis Input Output. Dapat diketahui sektor apa yang bisa menjadi unggulan dalam perekonomian Indonesia, apakah investasi di bidang transportasi dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia, hal ini dapat terlihat dengan menggunakan analisis dan tabel Input Output. Dengan demikian dapat digunakan sebagai pilihan dalam pengambilan kebijakan terkait dengan sektor-sektor yang ada di dalam perekonomian.

13 13 Penelitian ini fokus untuk mengetahui dampak belanja pemerintah Indonesia pada sektor transportasi bagi perekonomian nasional, agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan pemerintah. 1.2 Perumusan Masalah Dengan penjelasan proyek infrastruktur di atas, penelitian ini fokus untuk melihat secara lebih jelas mengenai transportasi di Indonesia. Pembangunan infrastruktur tahun anggaran 2015 memiliki anggaran terbesar sejak lima tahun terakhir dan diharapkan dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi untuk menekan kemiskinan, menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan output, serta meningkatkan pendapatan. Di sisi lain, kita tidak tahu secara pasti, seberapa besar dampak dari belanja pemerintah di sektor infrastruktur, khususnya pada subsektor transportasi bagi penciptaan output perekonomian nasional, pendapatan masyarakat, dan penciptaan lapangan pekerjaan. Dengan demikian perumusan masalah penelitian ini adalah belum diketahuinya dampak belanja pemerintah pada sektor transportasi bagi penciptaan output nasional, pendapatan masyarakat, serta penciptaan lapangan pekerjaan. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Seberapa besar dampak belanja pemerintah di bidang transportasi bagi penciptaan output nasional? 2. Seberapa besar dampak belanja pemerintah di bidang transportasi bagi pendapatan masyarakat?

14 14 3. Seberapa besar dampak belanja pemerintah di bidang transportasi bagi penciptaan lapangan pekerjaan? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar dampak belanja oleh pemerintah di sektor transportasi pada: 1. penciptaan output nasional, 2. pendapatan masyarakat, 3. serta penciptaan lapangan pekerjaan. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan seberapa besar pengaruh dari investasi oleh pemerintah Indonesia pada sektor infrastruktur, khususnya bidang transportasi, dengan juga menunjukkan efek angka pengganda pada sektor-sektor yang terpengaruh apabila sektor transportasi berubah. Selanjutnya investasi pada transportasi dapat menggerakan roda perekonomian Indonesia menjadi lebih baik, mengurangi tingkat kemiskinan, dan menaikkan pendapatan. Dengan memberi manfaat seperti yang telah disebutkan, maka diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengambilan kebijakan dan untuk perencanaan ekonomi nasional. Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Manfaat lainnya juga untuk memberikan pengetahuan baru mengenai Input Output Indonesia dari kacamata global melalui data yang tersedia.

15 Sistematika Penelitian Penelitian ini ditulis dalam empat bab dengan rincian sebagai berikut. 1. Bab I: Pendahuluan Bab I terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. 2. Bab II: Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terkait Bab II menjelaskan tentang tinjauan pustaka dan penelitian terkait yang merupakan landasan kerja dan teori dari penulisan ini. 3. Bab III: Metodologi Bab III menjelaskan data dan model yang digunakan dalam penelitian ini. 4. Bab IV: Analisis Bab IV memberikan analisis pengolahan data. 5. Bab V: Kesimpulan & Saran Bab V menyimpulkan penelitian ini dan merangkum implikasi kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah, serta saran untuk penelitian-penelitian terkait selanjutnya.

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia- Nya, dapat menyelesaikan Executive Summary Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di 120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki program pembangunan yang mendukung infrastruktur nasional melalui Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk jangka waktu 2011-2025

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 No. 27/05/72/Thn XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 No. 06/11/62/Th.VII, 6 Nopember 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan III-2013 terhadap triwulan II-2013 (Q to Q) secara siklikal mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu perekonomian berkembang dari waktu ke waktu dalam jangka waktu yang cukup panjang. Perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor Industri merupakan sektor yang menjadi mesin pertumbuhan bagi sebuah perekonomian. Industiralisasi dianggap sebagai strategi sekaligus obat bagi banyak Negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur Transportasi baik transportasi darat, laut maupun udara merupakan sarana yang sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan wilayah

Lebih terperinci

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen. No. N 28/05/72/Th. XVI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAW ESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output. Pertumbuhan ekonomi mutlak

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output. Pertumbuhan ekonomi mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang disebabkan oleh barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat mengalami kenaikan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 No. 68/11/71/Th. VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 Perekonomian Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada ulan III/2014

Lebih terperinci