Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)"

Transkripsi

1 Hari/Tanggal : Jumat, 18 Oktober 2013 Peserta : 23 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta Jam Pembahasan Oleh Pembukaan Rapat Prinsip 4 Prinsip 4 tidak mengalami perubahan, tetap digunakan kalimat yang NI 2008: Penggunaan praktik-praktik terbaik oleh pengusaha perkebunan dan pabrik minyak sawit Pada Kriteria 4.1 juga tidak terdapat perubahan dari RSPO maka digunakan versi NI 2008 yaitu: Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat dan diimplementasikan dan dipantau secara konsisten. Indikator akan dibagi menjadi dua bagian seperti NI 2008 yaitu: SOP Kebun mulai dari LC (Land Clearing) sampai dengan panen harus tersedia SOP Pabrik mulai dari penerimaan TBS sampai dispatch CPO & PKO harus tersedia. Menyarankan agar menggunakan satu indicator saja untuk sesuai dengan versi terjemahan SOP sudah dimiliki oleh semua perkebunan sawit, jadi tidak masalah menggunakan NI Untuk menghindari pemahaman yang bias antara perkebunan dan auditor, agar digunakan versi NI 2008 saja. Indicator terdapat perubahan penambahan kata harus didepan kalimat, maka redaksional kata harus cukup ditambahkan saja ke NI 2008 yang lalu menjadi kalimat: Harus terdapat kegiatan pemeriksaan atau pemantauan kegiatan operasional minimal satu kali setahun Berdasarkan pengalaman lapangan, mekanisme yang diminta oleh auditor untuk indicator versi terjemahan sudah tercakup dalam kegiatan pemeriksaan dan pemantauan. Indikator mendapat tambahan kata harus terpelihara dan tersedia dengan wajar. Berdasarkan pengalaman audit yang lalu maka cukup dituliskan sesuai NI yang lama: Rekaman hasil kegiatan operasional tersedia. Sebaiknya ditambahkan kata harus sesuai dengan P&C 2013 minta, maka redaksional menjadi Rekaman kegiatan operasional harus tersedia. Usulan diterima oleh Chairperson Terdapat tambahan indicator yaitu PKS harus mencatat asal usul dari seluruh TBS yang bersumber dari pihak ketiga. Hal tersebut perlu dilakukan untuk keamanan perusahaan sendiri Hal tersebut sulit dilakukan karena tidak bisa mengatur diluar dari wilayah perusahaan Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengelola didalam perusahaannya, namun tidak bisa mengatur pihak ketiga diluar dari perusahaan. Sejauh pengalaman dilapangan, perusahaan perlu melakukan tracking dari TBS yang diterima. Layer pertama dapat dilakukan di gerbang PKS, layer selanjutnya bisa dicek sampai kelapangan. Faizal Amri (Genting) Peter Lim (BGA) Efdy Ruzaly (BSP) Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Darmawan L (Cochair/FFI) Efdy Ruzaly (BSP) Wilton Simanjuntak (AHL) Asrini (AA) Page 1 of 18

2 Sebaiknya indicator ini dimasukkan kedalam panduan saja Tidak bisa menghapus indicator yang sudah ditetapkan RSPO. Sebaiknya tetap dituliskan sesuai terjemahan. Pihak ketiga harus diidentifikasi yaitu pengumpul, penghantar, Koperasi, Asosasi Petani, mitra perusahaan/outgrower. Sebaiknya dituliskan Rekaman sumber TBS dari pihak ketiga (pengumpul, penghantar, Koperasi, Asosiasi Petani dan mitra perusahaan/ outgrower) Dengan demikian diperlukan self-declaration dari para pemasok TBS tersebut. Sebaiknya redaksionalnya hanya sampai ke gerbang PKS saja menjadi: Tersedia rekaman asal TBS dari pengumpul dan penghantar di gerbang PKS. Self- Declaration tidak diperlukan dari pihak ketiga, siapa yang akan mengecek isi dari self-declaration tersebut. Jika mengacu kepada system ISCC, hal tersebut adalah keharusan tapi tidak perlu di RSPO Self-declaration tetap diperlukan, apabila isinya belum bisa dipastikan oleh perusahaan maka minimal dokumentasi yang menyatakan tidak terdapat TBS illegal telah dimiliki perusahaan. Sebaiknya dipending dahulu dengan menuliskan perlu pertimbangan redaksional untuk Panduan : digunakan versi terjemahan sementara dari RILO Panduan Khusus: Untuk dan 4.1.4: SOP dan dokumentasi untuk pabrik minyak sawit sebaiknya mencakup syarat-syarat rantai pasok (supply chain) yang relevan (lihat RSPO Supply Chain Certification Standard, Nov 2011). Mekanisme-mekanisme untuk memeriksa pengimplementasian prosedur dapat mencakup sistem manajemen dokumentasi dan prosedur kontrol internal. Untuk Kriteria 4.2 tidak terdapat perubahan maka digunakan versi NI 2008 saja : Praktek-praktek mempertahankan kesuburan tanah, atau apabila memungkinkan meningkatkan kesuburan tanah, sampai pada tingkat yang memberikan hasil optimal dan berkelanjutan. Khusus indicator, terdapat penambahan indicator yang dahulu terdapat di panduan, dapat digunakan redaksional yang lalu: Terdapat SOP yang terdokumentasi untuk praktek mempertahankan kesuburan tanah. Sejalan dengan hanya terdapat penambahan kata harus maka dapat digunakan NI 2008: Rekaman kegiatan analisa tanah, daun dan visual secara berkala Untuk Indikator dan dapat digabungkan dalam satu indicator dengan bahasa: Rekaman kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah (melalui pemupukan, tanaman kacangan, aplikasi janjang kosong, land aplikasi) berdasarkan hasil analisa (2). (2) diatas menunjukkan mengacu pada hasil indicator 2 yaitu analisa daun Panduan menggunakan versi terjemahan yaitu: Kesuburan jangka panjang tergantung pada upaya mempertahankan struktur, kandungan senyawa organik, status nutrisi dan kesehatan mikrobiologis tanah. Pihak perkebunan perlu memastikan bahwa mereka mengikuti praktekpraktek terbaik. Efisiensi nutrisi harus mempertimbangkan usia tanaman dan kondisi tanah. Neny Indriyana (First Resources) Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Peter Lim (BGA) Feybe Lumuru (LINKS) Page 2 of 18

3 Kriteria 4.3 tidak mendapatkan perubahan maka digunakan versi NI 2008: Praktek-Praktek meminimalisasi dan mengendalikan erosi dan degradasi tanah. Indikator 4.3.1; dan hanya menambahkan kata harus, maka dapat digunakan NI mendapatkan tambahan kata harus dimonitor sehingga redaksionalnya : Program pengelolaan tinggi muka air pada lahan gambut untuk meminimalkan penurunan permukaan tanah gambut harus tersedia. Tentang pengelolaan muka air gambut dapat mengacu pada dokumen resmi RSPO Penambahan indicator mengenai kemampuan pengaliran dapat ditambahkan pada indicator dengan menggunakan redaksional terjemahan dengan perbaikan kata menjadi: Penilaian kemampuan pengaliran (drainability assessment) pada lahan gambut sebelum penanaman ulang dilakukan guna menentukan viabilitas jangka panjang dari tingkat drainase yang dibutuhkan untuk penanaman kelapa sawit. Dalam panduan terdapat kata rencana rehabilitasi atau alternative penggunaan pada lahan dalam dua siklus tanam (crop cycle). Hal tersebut terlalu lama bagi industry sawit Perlu dicatatkan dalam panduan bahwa hal ini akan dibahas redaksinonalnya pada rapat INA NITF berikutnya Indikator dapat menggunakanni 2008 yaitu: Strategi pengelolaan tanah marjinal dan tanah kritis lainnya (tanah berpasir, tanah mengandung sulfat masam, kandungan bahan organik rendah) tersedia. Perlu dijelaskan pada panduan tentang kemiringan akan mengacu kepada Panduan Teknis budidaya kelapa sawit Ditjenbun Dokumen tersebut harus tersedia di dalam referensi NI nantinya Untuk panduan, dapat gunakan versi terjemahan yaitu: Teknik-teknik yang dapat meminimalisir erosi tanah haruslah teknik-teknik yang sudah cukup dikenal dan harus diterapkan jika memungkinkan. Hal ini dapat meliputi praktek-praktek seperti pengelolaan tanaman penutup tanah, daur ulang biomassa, pembuatan teras dan regenrasi alami atau restorasi sebagai pengganti replanting. Untuk tanaman yang sudah ada di lahan gambut, tinggi muka air harus dipertahankan pada batas rata-rata 60 cm dari permukaan tanah (kisaran cm) melalui suatu jaringan struktur pengendalian air seperti; tanggul air, kantong pasir, dll di lapangan dan pintu air untuk titik pembuangan dari saluran utama (lihat kriteria 4.4 dan 7.4) Kriteria 4.4 tidak mendapat perubahan dari RSPO sehingga dapat digunakan versi NI 2008 yaitu: Praktek-praktek mempertahankan kualitas dan ketersediaan air permukaan dan air tanah. Untuk4.4.1 terdapat penambahan kata Harus dan dapat digunakan redaksional yang lama yaitu: Harus tersedia sebuah rencana manajemen air yang diimplementasikan. Terdapat panduan khusus untuk sehingga perlu penjelasan lebih lanjut mengenai rencana tata kelola air pada panduan mendapatkan perubahan redaksional mengacu pada praktik terbaik nasional dan pedoman nasional. Hal tersebut dapat ditambahkan pada panduan. Ditawarkan redaksional tetap menggunakan NI 2008 yaitu: Perlindungan aliran air dan lahan basah, termasuk menjaga dan memelihara daerah sempadan sungai pada saat Peter Lim (BGA) Peter Lim (BGA) Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Peter Lim (BGA) Peter Lim (BGA) Page 3 of 18

4 atau sebelum Replanting. Setuju dengan usulan Chairperson karena hal tersebut sudah dilakukan pada saat audit yang lalu. Terdapat penambahan indicator oleh P&C 2013 yang dulunya merupakan pedoman. Disarankan tetap menggunakan redaksi NI 2008 yaitu: Rekaman pemantauan BOD limbah cair Pabrik. Tetap digunakan redaksi yang lama namun pada panduan harus dijelaskan akan mengacu pada nilai BOD regulasi nasional Pada tambahan indicator yang dulunya terdapat di pedoman, dapat digunakan redaksional NI 2008 yaitu: Rekaman pemantauan penggunaan air untuk pabrik per ton TBS. Pedoman pada dan memiliki pedoman khusus sedangkan panduan umum tetap menggunakan panduan versi terjemahan: Pengusaha perkebunan dan pabrik kelapa sawit sebaiknya memperhatikani dampak-dampak dari penggunan air serta aktivitas mereka terhadap sumber daya air lokal. Kriteria 4.5 tidak mendapatkan penambahan dari RSPO sehingga dapat digunakan bahasa NI 2008: Hama, penyakit, gulma dan spesies introduksi yang berkembang cepat (invasif) dikendalikan secara efektif dengan menerapkan teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang memadai. Pada Indikator dapat digunakan redaksional NI 2008 karena hanya terdapat penambahan kata harus. Secara lengkap dituliskan Tersedia hasil pemantauan dari implementasi rencana Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Untuk tetap dapat digunakan redaksi lama Tersedia bukti rekaman pelatihan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pedoman dapat menggunakan versi NI 2008 karena masih relevan yaitu: Pihak perkebunan sebaiknya menerapkan tehnik PHT yang diakui, yang menggunakan teknik budidaya, biologis, mekanis atau fisik untuk meminimalisir penggunaan bahan-bahan kimia. Sedapat mungkin spesies asli digunakan dalam kontrol biologis. RSPO mengurangi penggunaan kata pada 4.6 sehingga dapat digunakan versi terjemahan yaitu: Penggunaan pestisida tidak mengancam kesehatan atau lingkungan. Pada indicator terdapat penambahan kata penggunaan produk spesifik untuk hama dengan dampak minim terhadap species di luar target. Berdasarkan pengalaman dimasa lalu maka hal tersebut secara redaksional dituliskan sebagai Bukti-bukti dokumentasi bahwa penggunaan pestisida sesuai peraturan berlaku dan sesuai dengan target spesies, dosis yang sesuai. Perlu ditambah panduan untuk tentang penggunaan dokumen yang diterbitkan oleh Komisi Pestisida Panduan tentang dokumen Komisi Pestisida dapat dimasukkan dalam referensi saja bersama dengan peraturan dan dokumen drspo lainnya mendapatkan penambahan penggunaan LD50. Namun masih relevan dengan NI 2008 yang lalu yaitu: Rekaman penggunaan pestisida (termasuk bahan aktif yang digunakan dan LD50 bahan aktif tersebut, jumlah penggunaan per ha dan jumlah berapa kali aplikasi) harus tersedia. Hal tersebut sesuai dengan praktek dilapangan. Pengalaman pada saat Efdy Ruzaly (BSP) Neny Indriyana (First Resources) Neny Indriyana (First Resources) Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Efdy Ruzaly (BSP) Page 4 of 18

5 audit, data PHT untuk penggunaan pestisida dapat memenuhi indicator Terdapat tambahan indicator pada yang dulunya merupakan kriteria. Terdapat dua pembahasan mendasar pada indicator ini yaitu meminimalkan penggunaan pestisida yang sejalan dengan dan pelarangan penggunaan prophylactic. Karena merupakan indicator baru, dapat langsung digunakan kalimat versi terjemahan. Jika dibaca dengan teliti, hal pertama dalam sudah termahtub pada sehingga tidak perlu dituliskan lagi. Indicator dapat langsung membahas tentang pencegahan prophylactic saja. Terdapat panduan khusus untuk dimana penggunaan pestisida termasuk dalam rangkuman public saat laporan public summary report. Sebaiknya dipending dahulu untuk perbaikan kalimat Dicatatkan pada panduan untuk rapat berikut INA NITF : diperlukan perbaikan redaksional untuk bukti merupakan hal yang pada NI 2008 termasuk kedalam panduan namun kali ini menjadi Kriteria. Pada tahun 2008 kalimat sudah mencakup mekanisme penggunaan pestisida terbatas. Secara lengkap redaksional yang dimaksudkan adalah: Bukti-bukti dokumentasi yang menunjukkan bahwa bahan-bahan kimia yang dikategorikan sebagai Tipe 1A atau 1B WHO atau bahan-bahan yang termasuk dalam daftar Konvensi Stockholm dan Rotterdam, serta paraquat dikurangi atau dihilangkan penggunaannya kecuali dalam kondisi Spesifiktelah diidentifikasi dalam pedoman praktik terbaik nasional. Penggunaan kalimat pestisida terbatas tidak digunakan sebaiknya diganti dengan dikurangi atau dihilangkan penggunaannya. Saran tersebut diterima dan dapat dimasukkan kedalam Pada indicator tidak terdapat perbedaan dari NI 2008 yang lalu sehingga dapat langsung dituliskan redaksional: Bukti aplikasi pestisida oleh tenaga terlatih dan sesuai dengan petunjuk penggunaan pada label produk dan petunjuk penyimpanan. Teknis penyimpanan pestisida merupakan focus dari dan tidak ada penambahan atau pengurangan kata dari RSPO. Dalam hal ini dapat tetap digunakan redaksi dari NI 2008 yaitu: Pestisida disimpan dengan praktek terbaik. Pada panduan khusus penyimpanan harus mengikuti peraturan internasional (FAO) maupun peraturan nasional. FORMISBI akan menyediakan peraturan yang terkait juga merupakan metode pengaplikasian pestisida dan tidak mengalami perubahan dari P&C sebelumnya. Secara redaksional dapat tetap digunakan: Pengaplikasian pestisida harus melalui metodemetode yang sudah terbukti akan meminimalkan risiko dan dampak negatif mendapat penanambahan kalimat mengenai teknis pengaplikasian pestisda melalui udara. Pada NI sebelumnya hal ini masuk dalam panduan dan kali ini menjadi indicator. Redaksional dari menjadi: Pestisida hanya boleh diaplikasikan dari udara apabila terdapat justifikasi yang terdokumentasi. Dalam rentang waktu yang layak sebelum pengaplikasian pestisida dari udara, komunitas-komunitas sekitar harus diinformasikan mengenai rencana pengaplikasian pestisida tersebut beserta dengan seluruh informasi yang relevan Indonesia jarang melaksanakan praktek penyemprotan pestisida melaui udara. Darmawan L (Cochair/FFI) Donald Ginting (First Resources) Asrini (AA) Wilton Simanjuntak (AHL) Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Darmawan L (Cochair/FFI) Darmawan L (Cochair/FFI) Wilton Simanjuntak (AHL) Page 5 of 18

6 4.6.9 merupakan indicator terbaru tambahan dari RSPO. Secara garis besar merupakan pentingnya pelatihan bagi semua orang yang berhubungan dengan pestisida baik dari pekerja maupun petani plasma. Redaksional lengkapnya adalah: Bukti pelatihan penanganan pestisida terhadap pekerja dan petani plasma (jika ada) harus tersedia. Kembali menyarankan untuk menghapus penggunaan kata petani plasma pada dokumen ini karena NI untuk petani plasma tersedia secara terpisah dan dapat mengakibatkan double checking saat audit. Setiap indicator dalam P&C ada dalam dokumen sebaiknya tidak dihapuskan namun tetap diberikan tempat baik di panduan atau indicator. Redaksi tetap mencantumkan petani plasma Limbah pestisida diatur pada dimana tidak ada tambahan redaksi dari RSPO. Hal ini memungkinkan penggunaan NI 2008 yaitu: Limbah kemasan pestisida ditangani sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Kemasan pestisida masuk dalam limbah B3 sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada. Sejalan dengan , indicator juga tidak mendapatkan tambahan kata dari RSPO sehingga dapat menggunakan NI 2008 yaitu: Rekaman hasil pemeriksaan kesehatan bagi operator dan bukti tindak lanjut hasil pemeriksaan. Pada terdapat pengaturan pekerja khusus wanita dengan redaksi; Rekaman tidak ada tenaga penyemprot wanita yang sedang hamil atau menyusui. Indikator tersebut telah dijalankan pada praktek di lapangan sehingga tidak sulit dilakukan Untuk panduan pada seluruh kriteria 4.6 dapat diambil dari kalimat terjemahan yaitu: RSPO telah mengidentifikasi beberapa contoh alternatif penggunaan pestisida, antara lain yang tercantum dalam Research project on Integrated Weed Management Strategies for Oil Palm; CABI, April Akibat dari adanya masalah-masalah dalam ketepatan pengukuran, pemonitoran tingkat kadar racun (toxicity) tidak berlaku untuk pentani penggarap independen (mengacu pada Guidelines for Independent Smallholders under Group Certification, Juni 2010). Kriteria 4.7 tidak ada penambahan kata dari P&C yang baru sehingga redaksional dapat menggunakan NI 2008 yaitu: Rencana keselamatan dan kesehatan kerja didokumentasikan, dikomunikasikan secara efektif, dan diimplementasikan Pada indicator terdapat penambahan kalimat rencana K3 diimplementasikan dan dimonitor. Ditawarkan kalimat kombinasi dari NI 2008 dengan masukan dari P&C yang baru menjadi: Bukti adanya kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja harus terdokumentasi. Rencana keselamatan dan kesehatan yang mencakup seluruh kegiatan harus didokumentasikan dan diimplementasikan, serta tingkat efektivitasnya dimonitor. Apa sebaiknya menggunakan kata Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penggunaan SMK3 khusus dilakukan untuk system pemerintah, tidak Darmawan L (Cochair/FFI) Asrini (AA) Desi Kusumadewi (RILO) Darmawan L (Cochair/FFI) Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Darmawan L (Cochair/FFI) Darmawan L (Cochair/FFI) Efdy Ruzaly (BSP) Peter Lim (BGA) Page 6 of 18

7 perlu dituliskan pada P&K RSPO Pada perusahaan diminta harus memiliki penilaian resiko. Secara singkat dapat dituliskan bukti untuk indicator tersebut adalah: Penilaian resiko harus tersedia, terdokumentasi dan terdapat catatan pelaksanaan. Pada tidak terdapat perubahan dari P&K sebelumnya. Secara umum yang diminta pada prinsip ini adalah pelatihan K3 dan APD yang sesuai. Bukti untuk indicator ini adalah: Rekaman pelatihan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan tersedia Alat Pelindung Diri yang sesuai dan memadai Indikator4.7.4 mendapatkan tambahan kata harus dalam kalimatnya. Redaksional yang ditawarkan adalah sama seperti kalimat pada NI 2008 dengan penambahan kata harus. Yaitu : Orang yang bertanggung jawab dalam program kesehatan dan keselamatan kerja harus diidentifikasi dan tersedia rekaman pertemuan berkala untuk membicarakan masalah kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja. Sebagaimana indicator 4.7.4, indicator juga mendapatkan penambahan kata harus tersedia dalam kalimatnya, sehingga secara lengkap menjadi: Tersedia prosedur kesiapsiagaan, tanggap darurat dan kecelakaan kerja. Indikator terbaru pada 4.7 terdapat pada yang menjelaskan tentang perawatan medis bagi seluruh pekerja. Karena merupakan indicator baru maka diadopsi dari terjemahan sementara yaitu: Bukti terdapat fasilitas kesehatan dan asuransi kecelakaan kerja bagi tenaga kerja Lost Time Accident adalah metode pencatatan yang diminta oleh RSPO untuk cedera kerja pada perkebunan. Panduan khusus menjelaskan harus terdapat perhitungan sejenis yang berasal dari peraturan Indonesia. FORMISBI akan mencari metode perhitungan cedera kerja sejenis dan akan memberikan referensi kepada peserta rapat INA NITF berikutnya Secara redaksional maka adalah: Rekaman tentang kecelakaan kerja yang menggunakan Lost Time Accident (LTA). Untuk panduan hanya menggunakan panduan khusus untuk dan selebihnya akan menggunakan panduan umum 4.7. Pedoman Konvensi ILO 184 akan dicarikan ratifikasinya dari peraturan Indonesia (data akan disediakan oleh FORMISBI dalam dokumen ratifikasi lampiran I) Kriteria 4.8 tidak mendapatkan perubahan dari P&C sebelumnya sehingga dapat dituliskan: Seluruh staf, pekerja, petani penggarap dan pekerja kontrak telah diberikan pelatihan yang layak. Kriteria meminta pelatihan formal juga mencakup Prinsip dan Kriteria RSPO Umumnya pelatihan di perkebunan dibagi per program kerja seperti: K3, praktek pemanenan, penyemprotan pestisida. Pelatihan khusus P&K RSPO jarang sekali dilakukan. Pelatihan yang dimaksud tidak perlu khusus P&K RSPO, namun mencakup aspek tersebut. Pelatihan seperti yang dicontohkan diatas sudah mencakup Prinsip dan Kriteria RSPO. Dapat ditawarkan redaksi yaitu: Rekaman program pelatihan terkait aspek-aspek yang tercakup dalam Prinsip dan Kriteria RSPO harus tersedia. Pada terdapat penambahan kata harus terpelihara pada catatan Bambang Dwi Laksono (FORMIBSI) Neny Indriyana (First Recources) Darmawan L (Co- Chair/FFI) Page 7 of 18

8 pelatihan pekerja. Hal ini sudah sering dilakukan pada praktek dilapangan. Ditawarkan penggunaan kalimat dari NI 2008 dengan penambahan kata harus, yakni: Rekaman pelatihan untuk tiap pekerja harus dipelihara. Pada pedoman terdapat juga kata pelatihan bagi para petani plasma. Hal ini cukup dituliskan pada pedoman saja tidak perlu dituliskan pada indicator. Saran diterima. Pedoman mendapatkan perubahan kalimat yang signifikan. RSPO menjabarkan jenis pelatihan yang dibutuhkan oleh pekerja dan jenis pekerja yang diutamankan untuk dilatih (pekerja muda dan wanita hamil) Khusus petani individu terdapat panduan untuk pelatihan pada pekerja pada ladang mereka. Hal ini tidak perlu dibahas pada dokumen ini, cukup pada NI smallholder. Masukan dari peserta: perlu dibuat milis atau wadah electronic lainnya yang dapat digunakan untuk distribusi data dan diskusi nantinya. Akan dibuat milis dari seluruh peserta untuk memudahkan distribusi data dan dokumen Formisbi akan merapikan tata-bahasa dari draft I ini tanpa mengubah isinya Efdy Ruzaly (BSP) Asrini (AA) Donald Ginting (FR) Bambang Dwi (Formisbi) End of Day 3 \ Page 8 of 18

9 Page 9 of 18

10 Page 10 of 18

11 Page 11 of 18

12 Page 12 of 18

13 Page 13 of 18

14 Page 14 of 18

15 Page 15 of 18

16 Page 16 of 18

17 Page 17 of 18

18 Page 18 of 18

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF) Hari/Tanggal : Selasa, 17 Oktober 2013 Peserta : 23 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta Jam Pembahasan Oleh 09.10 Rapat dibuka Lanjutan Prinsip 1. Prinsip 1.3 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit

Lebih terperinci

INA-NITF ( ) 1 4 INDIKATOR PANDUAN CATATAN

INA-NITF ( ) 1 4 INDIKATOR PANDUAN CATATAN Draft I Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (16-18 Oktober 2013) Prinsip 1 s/d 4 NO Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik

Lampiran 1. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik Lampiran 1. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik Indikator Pasal Biaya (Rp) Dolok Ilir Pabatu Pulu Raja SOP Kebun mulai dari LC (Land Clearing) sampai dengan panen tersedia 4.1

Lebih terperinci

Perlu mengklarifikasi apakah rapat kali ini juga akan membahan P&K untuk smallgrower karena RSPO memiliki dokumen P&K untuk petani yang terpisah.

Perlu mengklarifikasi apakah rapat kali ini juga akan membahan P&K untuk smallgrower karena RSPO memiliki dokumen P&K untuk petani yang terpisah. I. Hari Pertama Hari / Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2013 Peserta : 22 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta Jam Pembahasan/Diskusi Oleh 09.30 Ucapan Selamat Datang Formisbi mendapat persetujuan RSPO per

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO

Lampiran 1. Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO Lampiran 1 Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO PRINSIP 1 LEGALITAS USAHA PERKEBUNAN Kriteria 1.1 Izin Lokasi Perusahaan Perkebunan harus memperoleh Izin Lokasi

Lebih terperinci

Catatan Pertemuan II (Hari Ketiga, 22 November 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE INA NITF

Catatan Pertemuan II (Hari Ketiga, 22 November 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE INA NITF atatan Pertemuan II (Hari Ketiga, 22 November 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORE INA NITF Lokasi : Kantor First Resources, Jakarta Tanggal : 22 November 2013 Waktu : 09.30 16.13 Peserta

Lebih terperinci

Draft II Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (20-22 November 2013)

Draft II Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (20-22 November 2013) Draft II Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (20-22 November 2013) NO Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RSPO merupakan inisiatif dari multi stakeholder dari banyak negara tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RSPO merupakan inisiatif dari multi stakeholder dari banyak negara tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi RSPO RSPO merupakan inisiatif dari multi stakeholder dari banyak negara tentang kebun sawit yang berkelanjutan. Diinisiasi oleh WWF, Aarhus, Golden Hope, MPOA, Migros,

Lebih terperinci

Draft III Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IIII INA-NITF (11-13 Desember 2013)

Draft III Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IIII INA-NITF (11-13 Desember 2013) Draft III Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IIII INA-NITF (11-13 Desember 2013) NO Major Minor Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik

Lebih terperinci

Draft IV Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IV INA-NITF (8-9 Januari 2014)

Draft IV Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IV INA-NITF (8-9 Januari 2014) Draft IV Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IV INA-NITF (8-9 Januari 2014) NO Major Minor Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan. Untuk Petani Kelapa Sawit Republik Indonesia.

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan. Untuk Petani Kelapa Sawit Republik Indonesia. Interpretasi Nasional Prinsip & RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Untuk Petani Kelapa Sawit Republik Indonesia Draft 3 Oktober 2007 Prinsip 1 : Komitmen terhadap transparansi Nasional 1.1.Pihak

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TANGGAL : PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN

Lebih terperinci

Pertanyaan Umum (FAQ):

Pertanyaan Umum (FAQ): Pertanyaan Umum (FAQ): Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Kelompok Produksi TBS (Versi AKHIR, Maret 2016) Untuk diperhatikan: dokumen FAQ ini akan diperbaharui secara berkala setelah menerima

Lebih terperinci

Lampiran 2 Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO terhadap ISPO

Lampiran 2 Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO terhadap ISPO Lampiran 2 Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO terhadap ISPO PRINSIP 1 KOMITMEN TERHADAP TRANSPARASI Kriteria I Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit menyediakan informasi yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

Draft V Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan V INA-NITF (16 Januari 2014)

Draft V Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan V INA-NITF (16 Januari 2014) Draft V Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan V INA-NITF (16 Januari 2014) NO Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan 1.1.2. Tersedia rekaman

Lebih terperinci

Prinsip dan Kriteria

Prinsip dan Kriteria Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan 2013 1 Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan 2013 Didukung oleh Badan Eksekutif RSPO dan Disepakati oleh Anggota

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

GAR dan SMART Meluncurkan Kebijakan Peningkatan Produktivitas untuk Mengurangi Dampak pada Lahan

GAR dan SMART Meluncurkan Kebijakan Peningkatan Produktivitas untuk Mengurangi Dampak pada Lahan Untuk diterbitkan segera GAR dan SMART Meluncurkan Kebijakan Peningkatan Produktivitas untuk Mengurangi Dampak pada Lahan Jakarta, Singapura, 15 Februari 2012 - Golden Agri-Resources Limited (GAR) dan

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO Hal. 1 NO. PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR 1. SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN 1.1 Perizinan dan sertifikat. 1. Telah memiliki izin lokasi dari pejabat yang Pengelola perkebunan harus memperoleh

Lebih terperinci

Konsep Pelatihan untuk Pelatih ISCC

Konsep Pelatihan untuk Pelatih ISCC Presentasi Final Konsep Pelatihan untuk Pelatih ISCC ISCC System GmbH Pelatihan merupakan bagian yang penting untuk keberhasilan integrasi Petani Swadaya (ISH) dengan sertifikasi keberlanjutan Tujuan pela*han

Lebih terperinci

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO 14 th Sept 2015 Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta PREPARED BY: kompensasi Task Force Prosedur Remediasi and Kompensasi RSPO terkait Pembukaan Lahan

Lebih terperinci

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Kriteria, Indikator dan KPI Karet Alam Berkesinambungan 1. Referensi Kriteria, Indikator dan KPI SNR mengikuti sejumlah

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

Catatan Pertemuan Periode II, Hari Pertama (Rabu, 20 November 2013) INDONESIA NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE INA NITF

Catatan Pertemuan Periode II, Hari Pertama (Rabu, 20 November 2013) INDONESIA NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE INA NITF atatan Pertemuan Periode II, Hari Pertama (Rabu, 20 November 2013) INDONESIA NATIONAL INTERPRETATION TASK FORE INA NITF Lokasi : Kantor First Resources Group, Jakarta Tanggal : 20 November 2013 Waktu :

Lebih terperinci

Document finalpedoman Petani Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani. Tanggal: 2 Juli 2009

Document finalpedoman Petani Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani. Tanggal: 2 Juli 2009 Document final Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani Tanggal: 2 Juli 2009 Page 1 1/11/2012 Pendahuluan: Dokumen ini menampilkan versi akhir pedoman Generik RSPO untuk Petani Plasma. Dokumen ini

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia

Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia Indonesian National Interpretation Working Group (INA-NIWG) Interpretasi Nasional Prinsip dan Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia Dokumen Draft Final Sinkronisasi RSPO P&C Oktober

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia

Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia Indonesian National Interpretation Working Group (INA-NIWG) Interpretasi Nasional Prinsip dan Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia Dokumen Final Roundtable on Sustainable Palm Oil

Lebih terperinci

Golden Agri-Resources Ltd

Golden Agri-Resources Ltd Golden Agri-Resources Ltd Intisari Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) 2015 Agus Purnomo Managing Director Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement Bambang Chriswanto Head of National

Lebih terperinci

YUDHA Group - Triputra Menara The East Lt. 9 No. 5, Jl. Lingkar Mega Kuningan Kav. E.3.2, Jakarta Selatan **)

YUDHA Group - Triputra Menara The East Lt. 9 No. 5, Jl. Lingkar Mega Kuningan Kav. E.3.2, Jakarta Selatan **) Rantai Nilai Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Faisal Wahyu Indriantoro *)1, E. Gumbira Sa'id **), dan Purboyo Guritno ***) *) YUDHA Group - Triputra Menara The East Lt. 9 No. 5, Jl. Lingkar Mega Kuningan

Lebih terperinci

Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup

Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup Dipersiapkan oleh Taskforce untuk Petani Tanggal: 19 Juni 2010 Pendahuluan: Dokumen ini menetapkan Pedoman Umum RSPO untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

Presentasi Lalan Kajian Terkini Petani Kelapa Sawit Swadaya di Kec Llan, MUBA BY SPKS

Presentasi Lalan Kajian Terkini Petani Kelapa Sawit Swadaya di Kec Llan, MUBA BY SPKS Presentasi Lalan Kajian Terkini Petani Kelapa Sawit Swadaya di Kec Llan, MUBA BY SPKS Pendahuluan Latar Belakang Pengelolaan perkebunan berkelanjutan Harapan Meningkatkan kapasitaspetani kecil dan mendorong

Lebih terperinci

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan. IMPLEMENTASI BEST MANAGEMENT PRACTICES (BMP) MELALUI PEMELIHARAAN KESEHATAN TANAH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN Oleh: Lambok Siahaan PT PADASA ENAM UTAMA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS Versi 1.0.0 Versi 1.0.0 Fair Trade USA A. Pengantar Standar Produksi Pertanian (Agricultural Production Standard/APS) Fair Trade USA merupakan serangkaian

Lebih terperinci

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 5 PENDAHULUAN... 11 Lingkup dokumen ini... 11 Dokumen Acuan...

Lebih terperinci

MINYAK SAWIT INDONESIA BERKELANJUTAN (INDONESIA SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) PERSYARATAN UNTUK KEBUN PLASMA/MITRA

MINYAK SAWIT INDONESIA BERKELANJUTAN (INDONESIA SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) PERSYARATAN UNTUK KEBUN PLASMA/MITRA Draft MINYAK SAWIT INDONESIA BERKELANJUTAN (INDONESIA SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) PERSYARATAN UNTUK KEBUN PLASMA/MITRA TIM ISPO 1 KEMENTERIAN PERTANIAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT (PLASMA) INDONESIA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri

Lebih terperinci

Final - disetujui pada Juli 2010

Final - disetujui pada Juli 2010 Final - disetujui pada Juli 2010 Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 3 PENDAHULUAN... 7 Cakupan

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesian Smallholder Working Group (INA-SWG) Dok: 01/INA-SWG/2009 Interpretasi Nasional Prinsip & RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Petani Kemitraan Republik Indonesia Dokumen akhir Interpretasi

Lebih terperinci

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI OLEH DIREKTUR TANAMAN TAHUNAN HOTEL SANTIKA, JAKARTA 29 JULI 2011 1 KRONOLOGIS FAKTA HISTORIS Sejak 1960-an dikalangan masyarakat internasional mulai berkembang

Lebih terperinci

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan 1/5 Keberlanjutan merupakan inti dari strategi dan kegiatan operasional usaha Valmet. Valmet mendorong pelaksanaan pembangunan yang dan berupaya menangani masalah keberlanjutan di seluruh rantai nilainya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan pertanian merupakan salah satu masalah lingkungan yang telah ada sejak berdirinya konsep Revolusi Hijau. Bahan kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil minyak masak, bahan industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunan kelapa

Lebih terperinci

Termasuk Indikator dan Panduan. Oktober RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

Termasuk Indikator dan Panduan. Oktober RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm Termasuk Indikator dan Panduan Oktober 2007 RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm Principle & Criteria untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Pembukaan Produksi minyak sawit

Lebih terperinci

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) 13 Agustus 2015 Pengantar Bumitama Agri Ltd. adalah kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia

Lebih terperinci

Good Agricultural Practices

Good Agricultural Practices Good Agricultural Practices 1. Pengertian Good Agriculture Practice Standar pekerjaan dalam setiap usaha pertanian agar produksi yang dihaslikan memenuhi standar internasional. Standar ini harus dibuat

Lebih terperinci

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN PLASMA

PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN PLASMA LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TANGGAL : PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN PLASMA No

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Interpretasi Nasional Prinsip & RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Untuk Petani Kemitraan Kelapa Sawit Republik Indonesia Final Document (Terharmonisasi dengan 4th Draft Generic Guidance on

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN

PRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN PRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN Oleh Prof. Dr. Bungaran Saragih, MEc Komisaris Utama PT. Pupuk Indonesia Holding Ketua Dewan Pembina Palm Oil Agribusiness Strategic Policy

Lebih terperinci

Pelayanan Jasa&Pelatihan

Pelayanan Jasa&Pelatihan Pelayanan Jasa&Pelatihan Survei Lahan dan Studi Kelayakan Rekomendasi Pemupukan Bantuan Teknis Aplikasi Drone Untuk Kebun Kelapa Sawit Proyeksi Produktivitas Kelapa Sawit Pelatihan Uji Efikasi Pupuk &

Lebih terperinci

Peran Samade Mentransformasi Petani Swadaya Dari Pengguna Bibit Abal-abal ke Bibit Unggul. DPP Samade PTKS 2017 Solo, Juli 2017

Peran Samade Mentransformasi Petani Swadaya Dari Pengguna Bibit Abal-abal ke Bibit Unggul. DPP Samade PTKS 2017 Solo, Juli 2017 Peran Samade Mentransformasi Petani Swadaya Dari Pengguna Bibit Abal-abal ke Bibit Unggul DPP Samade PTKS 2017 Solo, 18-20 Juli 2017 SAMADE Asosiasi Samade adalah kumpulan dari petani sawit, praktisi petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa

Lebih terperinci

Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi)

Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi) 1 Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi) DR. ROSEDIANA SUHARTO SEKRETARIAT KOMISI ISPO Workshop Skema ISPO (P&C) untuk Minyak Sawit (CPO) sebagai Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergy)

Lebih terperinci

V. Roundtable Of Sustainable Palm Oil (RSPO)

V. Roundtable Of Sustainable Palm Oil (RSPO) V. Roundtable Of Sustainable Palm Oil (RSPO) 1. Latar Belakang Dan Sejarah Pendirian RSPO Hal yang melatarbelakangi adanya RSPO adalah: Perkembangan pembangunan kelapa sawit yang begitu pesat dan diperkirakan/dikhawatirkan

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

Apa itu PERTANIAN ORGANIK?

Apa itu PERTANIAN ORGANIK? Apa itu PERTANIAN ORGANIK? Menurut sistem standarisasi Indonesia, SNI 01 6792 2002, definisi dari pertanian organik adalah suatu sistem manajemen produksi yang holistik yang meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha

Lebih terperinci

BERSEDIA? SIAP! RSPO! LENCANA KARTU PENGETAHUAN KARTU KEMAMPUAN KHUSUS PERMAINAN PAPAN (SEMUANYA DAPAT DICETAK)

BERSEDIA? SIAP! RSPO! LENCANA KARTU PENGETAHUAN KARTU KEMAMPUAN KHUSUS PERMAINAN PAPAN (SEMUANYA DAPAT DICETAK) BERSEDIA? SIAP! RSPO! LENCANA KARTU PENGETAHUAN KARTU KEMAMPUAN KHUSUS PERMAINAN PAPAN (SEMUANYA DAPAT DICETAK) Catatan khusus Disarankan mencetak di atas hard card paper (250 gsm), dua sisi Saat mencetak,

Lebih terperinci

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI PROSES PENINJAUAN KEMBALI P&C 1. Mengapa proses peninjauan kembali P&C RSPO dilakukan setiap 5 tahun sekali? Ketika standarisasi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN. HIDUP. Sumber Daya Alam. Perkebunan. Pengembangan. Pengolahan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

Prinsip dan Kriteria RSPO Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan. Dokumen Panduan

Prinsip dan Kriteria RSPO Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan. Dokumen Panduan Prinsip dan RSPO Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Dokumen Panduan Naskah final untuk Kelompok Kerja RSPO Maret 2006 Panduan untuk memenuhi Prinsip dan RSPO untuk produksi minyak sawit berkelanjutan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

Transformasi Pasar untuk Membuat Minyak Sawit Lestari Menjadi Suatu Norma Pengantar untuk Perangkat Hitung PalmGHG

Transformasi Pasar untuk Membuat Minyak Sawit Lestari Menjadi Suatu Norma Pengantar untuk Perangkat Hitung PalmGHG Transformasi Pasar untuk Membuat Minyak Sawit Lestari Menjadi Suatu Norma Pengantar untuk Perangkat Hitung PalmGHG Melissa Chin (RSPO) Dr. Cecile Bessou (CIRAD) Konteks Gas Rumah Kaca (GRK) yang berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit adalah salah satu sumber utama minyak nabati di

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit adalah salah satu sumber utama minyak nabati di I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit adalah salah satu sumber utama minyak nabati di Indonesia. Peluang pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat besar dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi bersifat dinamis dan terus berkembang dengan inovasi terbaru. Perusahaan yang terbuka terhadap perkembangan teknologi akan mengalami kemajuan dan mampu bersaing

Lebih terperinci

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018? PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei 2018 1. Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018? Target produksi Perseroan untuk tahun 2018 adalah 219.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS. Versi 1.5; Oktober 2014

DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS. Versi 1.5; Oktober 2014 DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS Versi 1.5; Oktober 2014 Penting: Dokumen DRAF ini disusun oleh Global Sustainability Associated di bawah arahan

Lebih terperinci

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam. Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan 2013

Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan 2013 Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan 2013 Didukung oleh Badan Eksekutif RSPO dan Disepakati oleh Anggota RSPO pada Sidang Umum Luar Biasa (Extraordinary General Assembly) 25 April

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku 50 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM 3.1.1. Lokasi PKPM Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku V Jorong, kecematan Tanjung Mutiara, kabupaten Agam, provinsi

Lebih terperinci

Teknik Audit RSPO, ISPO & ISCC Di Perkebunan Kelapa Sawit

Teknik Audit RSPO, ISPO & ISCC Di Perkebunan Kelapa Sawit Teknik Audit RSPO, ISPO & ISCC Di Perkebunan Kelapa Sawit Diar Hasymi Damanik Rakor QC Group Department: Metro Pundu, 14 15 Maret 2017 Audit proses yang sistematik, independen dan terdokumentasi untuk

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN INSPEKSI SISTEM PANGAN ORGANIK

PELAKSANAAN INSPEKSI SISTEM PANGAN ORGANIK PELAKSANAAN INSPEKSI SISTEM PANGAN ORGANIK 1. Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh Lembaga Sertifikasi Pangan Organik dalam melaksanakan kegiatan inspeksi kepada operator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Sub sektor perkebunan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB I KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tumbuhan industri penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tumbuhan industri penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Komoditas perkebunan kelapa sawit menghasilkan

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA 1 NO U R A I A N 1 KEBIJAKAN 7.00% a. Apakah Penyedia Jasa mempunyai Kebijakan K3? 0 50 100

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN R.I KOMISI ISPO. Pedoman PRAKATA

KEMENTERIAN PERTANIAN R.I KOMISI ISPO. Pedoman PRAKATA KOMISI PRAKATA Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan Konsultan yang dapat menyediakan jasa konsultansi bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam rangka menerapkan, diperlukan Lembaga konsultan yang

Lebih terperinci

Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS

Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS Disahkan oleh Dewan Gubernur tanggal 7 Maret 2016 Maret 2016 RSPO-GUI-T06-008 V1.0 IND Halaman 1 dari 64 Daftar

Lebih terperinci

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan BAB VII PENUTUP Perkembangan industri kelapa sawit yang cepat ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : (i) secara agroekologis kelapa sawit sangat cocok dikembangkan di Indonesia ; (ii) secara

Lebih terperinci

ISCC 201 DASAR SISTEM UNTUK PETANI SWADAYA. Versi 3.0

ISCC 201 DASAR SISTEM UNTUK PETANI SWADAYA. Versi 3.0 ISCC 201 DASAR SISTEM UNTUK PETANI SWADAYA Versi 3.0 II Pemberitahuan Hak Cipta 2017 ISCC System GmbH Dokumen ISCC ini dilindungi oleh hak cipta. Dokumen ini tersedia secara gratis di situs web ISCC atau

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Manajemen Mutu 11/17/2011

GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Manajemen Mutu 11/17/2011 GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES Manajemen Mutu Definisi: Prosedur dalam perusahaan yang menggaransi keamanan produksi Presenter: Nur Hidayat Manajer Mutu Lab Sentral Ilmu Hayati

Lebih terperinci

Membangun Perkebunan Kelapa Sawit yang Ramah Lingkungan, Kenapa Tidak?

Membangun Perkebunan Kelapa Sawit yang Ramah Lingkungan, Kenapa Tidak? KOPI - Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia sejak awal keberadaannya sudah menjadi sorotan, bahkan banyak yang beranggapan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit bertentangan dengan usaha

Lebih terperinci

RSPO Prinsip, Kriteria and Indikator

RSPO Prinsip, Kriteria and Indikator RSPO Prinsip, Kriteria and Indikator Draft untuk Konsultasi Publik September Oktober 2017 Prinsip dan Kriteria RSPO (P&C) 2013 saat ini sedang menjalani peninjauan ulang (review), sebagai bagian dari Prosedur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi 14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas

Lebih terperinci