TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan. Oleh BURHAM ANDHI NURUDIN A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan. Oleh BURHAM ANDHI NURUDIN A"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 1 PENGARUH METODE LATIHAN PLAIOMETRIK MEDICINE BALL CHEST PASS DAN HEAVY BAG THRUST TERHADAP PENINGKATAN HASIL TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING DITINJAU DARI PANJANG LENGAN (Studi Eksperiment Pada Siswa Putra di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nglames, Kabupaten Madiun) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan Oleh BURHAM ANDHI NURUDIN A PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 i

2 digilib.uns.ac.id 2

3 digilib.uns.ac.id 3

4 digilib.uns.ac.id 4

5 digilib.uns.ac.id 5 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat Nya, sehingga tesis saya yang berjudul Pengaruh Metode Latihan Plaiometrik Medicine Ball Chest Pass Dan Heavy Bag Thrust Terhadap Peningkatan Hasil Tolak Peluru Gaya Menyamping Ditinjau Dari Panjang Lengan, dapat saya selesaikan dengan baik. Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada : a. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Pasca sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. c. Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. Selaku ketua program studi ilmu keolahragaan, program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret atas dukungan dan arahan guna kelancaran studi. d. Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr., AIFO. Sebagai pembimbing I yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selesai. e. Dr. Sapta Kunta P, M.Pd Sebagai pembimbing II yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selesai.

6 digilib.uns.ac.id 6 f. Bapak Drs. Waloyo M.Pd Selaku Kepala SMA N 1 Nglames Kab. Madiun, serta staf yang telah membantu terlaksanaannya penelitian ini. g. Bapak dan ibu serta istri tercinta yang telah memberikan dorongan dan doa sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. h. Rekan-rekan program studi Ilmu Keolahragaan angkatan 2012 yang telah membantu dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini. i. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini. Surakarta, 1Juni 2014 Penulis

7 digilib.uns.ac.id 7 BURHAM ANDHI NURUDIN. NIM: A Pengaruh Metode Latihan Plaiometrik Medicine Ball Chest Pass Dan Heavy Bag Thrust Terhadap Peningkatan Hasil Tolak Peluru Gaya Menyamping Ditinjau Dari Panjang Lengan (Studi Eksperiment Pada Siswa Putra di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nglames, Kabupaten Madiun). TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr., AIFO, II: Dr. Sapta Kunta P, M.Pd. Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret. ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping. (2) Perbedaan peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping antara yang memiliki panjang lengan panjang, sedang dan pendek. (3)Pengaruh interaksi antara latihan plaiometrik medecine ball chest pass dan latihan plaiometrik heavy bag thrust dan panjang lengan terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2x3. Sampel terdiri dari 42 siswa putra kelas XI SMAN 1 Nglames Kab. Madiun yang memiliki panjang lengan panjang, sedang, dan pendek dengan menggunakan random sampling. Pengujian hipotesis dilakukan dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) latihan plaiometrik medicine ball chest pass memberikan dampak peningkatan yang berbeda dibandingkan dengan latihan plaiometrik heavy bag thrust. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung = 11,087 > F tabel = (2) siswa yang memiliki panjang lengan panjang memberikan dampak peningkatan prestasi tolak peluru gaya menyamping yang berbeda dibandingkan dengan siswa yang memiliki panjang lengan sedang dan pendek. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung = 4,601 > F tabel = 4,26. (3) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass, latihan plaiometrik heavy bag thrust dan panjang lengan sangat bermakna. Karena F hitung = 55,865 > F tabel = 3,26. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust dalam meningkatkan prestasi tolak peluru gaya menyamping. (2) Ada perbedaan prestasi tolak peluru gaya menyamping yang signifikan antara siswa yang memiliki panjang lengan panjang, sedang dan pendek. (3) Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust terhadap prestasi tolak peluru gaya menyamping. Siswa yang memiliki panjang lengan panjang dan sedang lebih cocok jika diberikan latihan heavy bag thrust dan Siswa dengan panjang lengan pendek lebih cocok jika diberikan latihan medicine ball chest pass.

8 digilib.uns.ac.id 8 Kata kunci: plaiometrik medicine ball chest pass, plaiometrik heavy bag thrust, panjang lengan, hasil tolak peluru gaya menyamping. Burham Andhi Nurudin. NIM: A , Influence Method Exercise Medicine Ball Chest Pass Plyometric And Heavy Bag Thrust Against Improved Sideways Shot-Put Style Results Seen From Long Arm (Studies Students experiment Senior High School 1 Nglames, Madiun County). THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr., AIFO, II: Dr. Sapta Kunta P, M.Pd. Sport Science Program, Graduate Program, Sebelas Maret University. ABSTRACT The main objectives of this research are: (1) The difference between the effect of exercise plyometric medicine ball chest pass and plyometric heavy bag thrust towards increasing yields sideways shot-put style. (2) The difference between the yield increase sideways shot-put style long sleeves that have long, medium and short. (3) The effect of the interaction between plyometric exercise ball chest pass and plyometric heavy bag thrust and long sleeves to increase in shot put results. This study used an experimental method with 2x3 factorial design. The samples consisted of 42 students of class XI of SMAN 1 male Nglames Madiun County has a long arm that long, medium, and short by using simple random sampling. Hypothesis testing is performed with a significance level of Result: (1) exercise medicine ball chest pass plyometric impact of different improvement compared to the heavy bag workout plyometric thrust. It is evident from the value of F = > F = 4.11., (2) students who have a long arm length affect the increase in sideways shot-put style different achievement than students who have long medium and short sleeves. It is evident from the value of F = 4.601> F = 4.26., (3) the interaction between exercise plyometric medicine ball chest pass, heavy bag workout plyometric thrust and sleeve length is very meaningful. Because of F = > F = Conclusion: (1) There is a significant difference between the exercise plyometric medicine ball chest pass and plyometric heavy bag thrust in improving achievement sideways shot-put style. (2) There is a difference in sideways shotput style significant achievement between students who have a long arm long, medium and short. (3) There is a significant interaction effect between exercise plyometric medicine ball chest pass and plyometric heavy bag thrust towards achievement sideways shot-put style. Students who have a long and mediun arm length is more suitable if given the heavy bag workout thrust. Students thrust with a short arm length is more suitable if given exercises medicine ball chest pass. Keywords: medicine plyometric chest pass, heavy bag plyometric thrust, long sleeves, sideways shot-put style.

9 digilib.uns.ac.id 9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 6 C. Batasan Masalah... 6 D. Perumusan Masalah... 7 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Manfaat Penelitian... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Tolak Peluru Metode Latihan Latihan Plaiometrik Panjang Lengan B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN ii iii iv v vii viii ix xi xiii xv

10 digilib.uns.ac.id 10 A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian B. Metode Penelitian C. Variabel Penelitian D. Definisi Operasional Variabel E. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Sampel Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data B. Pengujian Persyaratan Analisis C. Pengujian Hipotesis D. Pembahasan Hasil Analisis BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN... 90

11 digilib.uns.ac.id 11 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Otot-otot di lengan Gambar 2. Cara memeganga peluru Gambar 3. Teknik meletakkan peluru di bahu Gambar 4. Gerakan menolakkan peluru Gambar 5. Gerakan setelah menolak Gambar 6. Rangkaian gerakan peluru gaya menyamping Gambar 7. Gerakan Medicine Ball Chest Pass Gambar 8. Gerakan Heavy Bag Thrust Gambar 9. Antropometri Tubuh Manusia Gambar 10. Faktor-faktor dasar yang menentukan prestasi tolak Peluru Gambar 11. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Prestasi Tolak Peluru Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan Plaiometrik medicine ball chest pass, Latihan Plaiometrik heavy bag thrust dan Panjang lengan Gambar 12. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Pada Tiap Kelompok Perlakuan Gambar 13. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Pada Tiap Kelompok Metode Latihan... 69

12 digilib.uns.ac.id 12 Gamabr 14. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Prestasi TolakPeluru Pada Tiap Kelompok Berdasar Klasifikasi Panjang Lengan Gambar 15. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Prestasi Tolak Peluru... 82

13 digilib.uns.ac.id 13 DAFTAR TABEL Tabel 1 Kelebihan dan Kekurangan Latihan Plaiomerik Medecine Ball Chest Pass Tabel 2 Kelebihan dan Kekurangan Latihan Plaiometrik Heavy Bag Thrust Tabel 3 Kerangka Desain Penelitian Tabel 4 Analisis Variansi dua jalur Tabel 5 Deskripsi Data Hasil Tes Prestasi Tolak Peluru Tiap Kelompok Berdasarkan Pengunaan Metode Latihan dan Panjang Lengan 65 Tabel 6 Nilai Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan) Tabel 7 Nilai Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Masing-masing Kelompok Metode latihan Plaiometrik Tabel 6 Nilai Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Masing-masing Kelompok Berdasarkan Klasifikasi Panjang Lengan Tabel 9 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Tabel 10 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Tabel 11 Ringkasan Nilai Rata-rata Prestasi Tolak Peluru Berdasarkan Jenis Latihan Plaiometrik dan Panjang Lengan Tabel 12 Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan Plaiometrik (A 1 dan A 2 )... 74

14 digilib.uns.ac.id 14 Tabel 13 Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Panjang Lengan (B 1 dan B 2 ) Tabel 14 Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor Tabel 15 Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians 74 Tabel 16 Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B Terhadap Prestasi Lompat Jauh... 81

15 digilib.uns.ac.id 15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Lampiran 2. Petunjuk Pelaksanaan Tes Tolak Peluru Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan Program Latihan Plaiometrik.. 94 Lampiran 4. Program Latihan Plaiometrik dengan Medicine Ball Chest Pass Lampiran 5. Program Latihan Plaiometrik dengan Heavy Bag Thrust 96 Lampiran 6. Program Latihan Teknik Dasar Tolak Peluru Gaya Menyamping Lampiran 7. Deskripsi Pelaksanaan Program Latihan Plaiometrik Medicine Ball Chest Pass Lampiran 8. Deskripsi Pelaksanaan Program Latihan Plaiometrik Heavy Bag Thrust Lampiran 9. Rekapitulasi Data Hasil Pengukuran Panjang Lengan Beserta Klasifikasinya Lampiran 10. Rekapitulasi Tes Prestasi Tolak Peluru Gaya Menyamping Lampiran 11. Rekapitulasi Data Hasil Tes Dan Tes Akhir Prestasi Tolak Peluru Gaya Menyamping Klasifikasi Panjang Lengan Beserta Pembagian Sampel Ke Sel-Sel Lampiran 12. Rekapitulasi Data Tes Awal Dan Tes Akhir Prestasi Tolak Peluru Gaya Menyamping Pada Kelompok

16 digilib.uns.ac.id 16 Lampiran 13. Rekapitulasi Data Tes Awal Dan Tes Akhir Prestasi Tolak Peluru Gaya Menyamping Pada Kelompok Lampiran 14. Uji Normalitas Data Dengan Metode Liliefors Lampiran 15. Tabel Kerja untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis Varians Lampiran 16. Hasil Penghitungan Data untuk Uji Homogenitas dan Analisis Varians Lampiran 17. Uji Homogenitas Dengan Uji Barlet Lampiran 18. Analisis Varians Lampiran 19. Uji Rata-rata Rentang Newman-Keuls Lampiran 20. Surat Perijinan Penelitian Lampiran 21. Surat Keterangan Melakukan Penelitian Lampiran 22. Dokumentasi Penelitian

17 digilib.uns.ac.id 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi dapat dicapai bukan hanya karena faktor bakat dari dalam diri seorang individu, namun faktor latihan juga sangat menentukan tercapainya prestasi yang tinggi. Latihan merupakan faktor yang sangat penting dalam memaksimalkan bakat yang terdapat dalam diri seseorang, oleh karena itu maka latihan harus dilakukan dengan intensif dan terprogram. Latihan intensif adalah latihan yang berkesinambungan yang memperhatikan prinsip-rinsip pelatihan yang sesuai dan benar. Sedangkan latihan yang terprogram adalah latihan yang memiliki tujuan yang jelas, materi yang sesuai, waktu yang terjadwal, serta penerapan strategi latihan sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajari. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang sedang berkembang pada masyarakat Indonesia. Tolak peluru merupakan salah satu nomor atletik yang bersifat individu, sehingga diperlukan suatu keterampilan dari masing-masing individu. Keterampilan tersebut meliputi beberapa unsur kondisi fisik dan bagian-bagian tubuh. Selain itu seorang atlet tolak peluru juga harus menguasai berbagai teknik dasar dalam tolak peluru. Tahapan dalam tolak peluru memiliki tingkat kerumitan dan kompleksitas yang berbeda-beda, baik dari keterampilan yang mudah sampai keterampilam yang

18 digilib.uns.ac.id 18 semakin sulit, dan dari keterampilan yang sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. Tolak peluru tidak hanya sekedar diajarkan sebagai salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan disekolahsekolah. Dengan latihan-latihan khusus, tolak peluru bisa menjadi olahraga prestasi bagi siswa. Pembinaan prestasi olahraga melalui kegiatan di sekolah dapat digunakan sebagai pembinaan olahraga prestasi. Tujuan dari pembinaan olahraga prestasi ini yaitu untuk menjaring siswa-siswa yang kompeten sejak dini, sehingga dapat dilakukan pembinaan lebih awal dan dapat dilakukan secara berjenjang. Siswa sekolah menengah atas (SMA), merupakan salah satu jejang dalam rangka pemilihan dan pembinaan prestasi tolak peluru sejak dini. Agar dapat melakukan tolakan dengan baik diperlukan upaya pelatihan yang sistematis, kontinyu dan prograsif dari seorang siswa SMA. Selain hal itu pembinaan yang jelas dan terarah juga akan menjadikan siswa-siswa SMA menjadi bibit unggul dalam olahraga tolak peluru. Sebagai tuntutan bentuk pembinaan yang terarah dengan jelas tapak pada penyusunan program latihan dan metode latihan yang dilakukan. Gaya menyamping merupakan salah satu gaya dalam tolakan peluru yang diajarkan dalam pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga di jenjang SMA. Gaya menyamping sesuai dengan karateristik siswa SMA karena siswa SMA yang masih tergolong pemula akan lebih mudah belajar gaya

19 digilib.uns.ac.id 19 menyamping. Untuk menunjang dan meningkatkan kemampuan tolak peluru gaya menyamping harus dilakukan latihan dengan menerapkan metode latihan yang baik dan tepat. Karenanya perlu dirancang sebuah metode latihan yang sesuai supaya siswa lebih mudah mempelajarinya dan mengemas metode agar lebih merangsang minat siswa untuk lebih belajar dan tidak jenuh. Pemilihan dan penerapan sebuah metode dalam latihan tolak peluru gaya menyamping untuk siswa putra SMA, agar sebuah metode tersebut dapat meningkatkan hasil latihan maka peneliti akan mencobakan sebuah metode latihan. Metode latihan yang dicobakan adalah latihan plaiometrik. Tuntutan terhadap metode latihan yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan atau gejala-gejala yang timbul dalam latihan. Beberapa alatasan tentang pentingnya kebutuhan metode latihan yang efisien menurut Rusli Lutan (1988:26) adalah (1) efisiensi akan menghemat waktu, energy atau biaya, (2) metode yang efisien akan memungkinkan siswa untuk menguasai tingkat keterampilan yang lebih tinggi. Latihan plaiometrik merupakan suatu metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesegaran biomotorik siswa, termasuk kekuatan dan kecepatan yang memiliki aplikasi yang sangat luas dalam olahraga dan secara khusus latihan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan power. Pola gerakan dalam latihan plaiometrik sebagian besar mengikuti konsep power chain (rantai power) dan sebagian besar latihan, khusus

20 digilib.uns.ac.id 20 melibatkan otot-otot anggota gerak atas, karena gerakan kelompok otot ini secara nyata merupakan pusat power. Pada prinsipnya latihan plaiometrik didasarkan pada prinsip pra peregangan otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon atau penyerapan kejutan dari ketegangan yang dilakukan otot sewaktu latihan. Sebagai metode latihan fisik, latihan plaiometrik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok latihan, yaitu: (1) Latihan anggota gerak bawah, (2) Latihan untuk batang tubuh, dan (3) Latihan untuk anggota gerak atas. Agar metode latihan yang akan diterapkan dapat dirancang dengan baik, terlebih dahulu ditelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tolak peluru gaya menyamping. Untuk meningkatkan hasil tolak peluru khususnya pada jenjang SMA diperlukan latihan yang intensif. Pembinaanya meliputi faktor fisik, teknik, taktik, dan mental. Sebagian besar pelatih atau guru penjasorkes memberikan hanya bersifat latihan teknik saja, mereka beramsumsi bahwa teknik yang meningkat juga akan berpengaruh terhadap kondisi fisik yang otomatis meningkat. Asumsi tersebut kurang benar karena tolak peluru memerlukan unsur kondisi fisik tersendiri sehingga membutuhkan pembinaan dan latihan fisik yang tepat. Unsur kondisi fisik yang diperlukan dalam pelaksanaan gerakan tolak peluru antara lain, power, kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan fleksibilitas. Dalam tolak peluru ada beberapa latihan teknik dasar yang harus dikuasai diantaranya adalah teknik memegang peluru, sikap awal, peluncuran,

21 digilib.uns.ac.id 21 pelepasan, teknik melepaskan peluru, dan teknik penguasaan kerja lengan. Menurut Sudjarwo (1995:43) bahwa teknik dasar adalah penguasaan teknik tingkat awal yang terdiri dari gerakan dasar dari proses gerak bersifat sederhana dan mudah dilakukan. Latihan teknik diberikan setelah setelah pemberian latihan fisik. Keberhasilan dalam tolak peluru gaya menyamping adalah faktor atlet. Perbedaan kemampuan terutama terjadi karena kualitas fisik yang berbeda (sugiyanto, 1997:353). Senada dengan hal tersebut Rusli Lutan (1998:332) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses latihan tolak peluru gaya menyamping adalah: (1) kondisi internal, (2) kondisi eksternal. Kondisi internal mencakup faktor-faktor yang terdapat dalam individu, atau atribut lain yang membedakan atlet satu dengan yang lain. Salah satu faktor internal adalah panjang lengan. Panjang lengan berhubungan dengan penampilan atlet dalam melakukan tolakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa panjang lengan adalah salah satu prasyarat dalam usaha pencapaian hasil tolakan atau prestasi tolak peluru siswa SMA dalam latihan tolak peluru gaya menyamping. Panjang lengan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu panjang lengan panjang, panjang lengan sedang dan panjang lengan pendek. Perbedaan panjang lengan yang ada pada diri siswa harus menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam menentukan metode latihan yang sesuai dengan karakter masing-masing atlet sehingga bisa mencapai hasil latihan optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

22 digilib.uns.ac.id 22 Bedasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini bejudul Pengaruh Metode Latihan Plaiometrik Medicine Ball Chest Pass Dan Heavy Bag Thrust Terhadap Peningkatan Hasil Tolak Peluru Gaya Menyamping Ditinjau Dari Panjang Lengan (Studi Eksperimen Pada Siswa Putra di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nglames, Kabupaten Madiun) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Prestasi tolak peluru gaya menyamping dapat dicapai dari beberapa faktor. 2. Kontribusi metode latihan yang diterapkan dalam proses latihan terhadap hasil latihan. 3. Metode latihan yang tepat digunakan dalam peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping pada jenjang SMA atau pemula. 4. Perlunya metode latihan yang tepat untuk meningkatkan prestasi tolak peluru. 5. Panjang lengan dapat mempengaruhi peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping pada siswa putra SMA. 6. Penerapan metode latihan dan panjang lengan berpengaruh terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping pada siswa SMA.

23 digilib.uns.ac.id 23 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini terbatas pada: 1. Metode latihan yang tepat untuk meningkatkan hasil tolak peluru gaya menyamping. 2. Panjang lengan panjang, sedang dan pendek dapat mempengaruhi hasil tolak peluru menyamping. 3. Penerapan latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust dan panjang lengan serta pengaruhya terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping? 2. Adakah perbedaan peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping antara siswa yang memiliki panjang lengan panjang, sedang dan pendek? 3. Adakah pengaruh interaksi antara latihan plaiometrik dan panjang lengan terhadap peningkatan hasil tolak commit peluru to gaya user menyamping?

24 digilib.uns.ac.id 24 E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Perbedaan pengaruh antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping. 2. Perbedaan peningkatan hasil tolak peluru antara siswa yang memiliki panjang lengan panjang, sedang dan pendek. 3. Pengaruh interaksi antara latihan plaiometrik ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust dan panjang lengan terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan sumbangan pengetahuan terhadap para guru, pembina, dan pelatih cabang olahraga atletik terutama pada nomor tolak peluru tentang pentingnya memilih dan menggunakan latihan yang tepat dalam meningkatkan prestasi. 2. Memberikan masukan kepada para guru dalam menerapkan metode latihan pada pembinaan prestasi di sekolah. 3. Menambah wawasan dalam pelatihan plaiometrik untuk meningkatkan hasil tolak peluru gaya menyamping.

25 digilib.uns.ac.id 25

26 digilib.uns.ac.id 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tolak Peluru Tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolakkan benda berupa peluru sejauh mungkin. Tujuan tolak peluru adalah untuk mencapai tolakan yang sejauh-jauhnya (Yudha M. Saputra, 2001:73). Sesuai dengan namanya, tolak, bukan lempar, alat itu ditolak atau didorong dengan satu tangan, bermula diletakkan di pangkal bahu. Ini berarti, peserta didik yang postur tubuhnya besar, berpeluang untuk menolakkan peluru lebih jauh. Akan tetapi, tidak semua peserta didik yang postur tinggi danbesar, akan menolakkan peluru dengan baik. Pencapaian prestasi tolak peluru membutuhkan koordinasi ketangkasan dan ketepatan, kecepatan tolakan, di samping kekuatan. Menurut Aip Syarifuddin dan Yusuf Adi Sasmita (1996:144) bahwa tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Ada tiga jenis gaya dalam tolak peluru, yaitu tolak peluru gaya menyamping (Ortodok), gaya rotasi dan gaya membelakangi atau gaya Linier atau O Brien. Gaya menyamping lebih sederhana dibandingkan gaya membelakangi. Perlu diperhatikan dari pembelajaran tolak peluru dan terbentuknya kebugaran

27 digilib.uns.ac.id 27 jasmani pada mereka sehingga mereka dapat menjalani kegiatan belajar dengan baik. Hal demikian ditekankan oleh Djumidar (2001:12) sebagai berikut : Banyak Pembina maupun pelatih tidak menyadari bahwa atlet mendapatkan kesenangan dari menolak peluru ataupun benda yang berbentuk semacam peluru. Tetapi hanya sedikit saja yang akan mendapatkan kesenangan jika gerakannya sulit dan benda yang harus dilempar berat. Namun kebayakan pembina maupun pelatih mencoba mengajar nomor ini dalam situasi yang sama seperti halnya seorang atlet kawakan. Jika demikian maka penyajian pembelajaran tolak peluru seyogyanya dilakukan dengan bentuk permainan yang menarik dan terkandung teknik-teknik tolakan. Jika kondisi telah memungkinkan, peserta didik diajak untuk melakukan dengan teknik tolakan yang benar yang sesuai dengan aturan tolak peluru. Sebelum aturan menolak dalam tolak peluru yang sebenarnya diberikan bentuk permainan yang dapat dilakukan melalui latihan gerakan dasar menolak terlebih dahulu. Hal ini penting sebab tujuan dari gerakan-gerakan dasar menolak adalah untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, keterampilan, daya tahan dan kelentukan kemampuan-kemampuan fisik tersebut akan mendukung kegiatan peserta didik dalam proses pembelajaran tolak peluru di samping manfaat lain, seperti terbentuknya tingkat kesegaran jasmani yang baik, memiliki kekebalan terhadap penyakit, dan sikap mental percaya diri, keberanian, kebersamaan serta kedisiplinan (Djumidar, 2001:84-85). Tolakan adalah suatu gerakan menyalurkan tenaga pada suatu bendabenda yang menghasilkan kecepatan commit pada to user benda tersebut dan memiliki daya

28 digilib.uns.ac.id 28 dorong ke depan yang kuat. Perbedaan dengan melempar terletak pada saat melepaskan bendanya, pada menolak pergelangan tidak bergerak dan tenaga diperoleh dari gerakan meluruskan siku lengan. a. Komponen Teknik Tolak Peluru Penguasaan teknik tolak peluru menentukan terhadap pencapaian prestasi tolak peluru. Dengan teknik yang baik maka akan dapat dicapai hasil tolakan secara optimal. Pelaksanaan tolak peluru dibagi menjadi beberapa tahapan teknik. Tahapan pelaksanaan teknik tolak peluru tersebut menurut Jarver, J. (2005:105) yaitu, tahap memegang peluru, cara meluncur, teknik melontarkan (menolakkan peluru dan gerakan setelah menolakkan peluru tadi. Untuk mencapai prestasi tolak peluru unsur teknik dasar tersebut harus dipelajari agar dapat dikuasai dengan baik. Adapun urutan dalam mempelajari teknik tolak peluru, Aip Syarifuddin dan Yusuf Adi Sasmita (1996;145) adalah sebagai berikut, 1) Cara memegang peluru, 2) Sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru, 3) Cara menolakkan peluru, 4) Sikap badan setelah menolakkan peluru, 5) Cara mengambil awalan. Teknik tolak peluru dapat dibagi beberapa komponen yaitu cara memegang peluru, cara mengambil awalan dengan meluncur, cara menolakkan peluru dan sikap badan setelah menolakkan peluru. Berdasarkan gayanya, gaya tolak peluru dapat dilakukan dengan tiga gaya yaitu, gaya menyamping

29 digilib.uns.ac.id 29 (ortodoks), gaya membelakangi sektor lemparan (linear), dan gaya rotasi. Disebut gaya menyamping karena sikap permulaan berdiri miring, sehingga arah tolakan di sebelah samping. Sedangkan Jonath, U., Haag E. & Krempel, R. (1988:46) berpendapat Teknik ortodoks yaitu menolak peluru lepas ke samping setelah loncatan datar, antara teknik tolak peluru dengan gaya menyamping, membelakang dan rotasi pada dasarnya sama, yang berbeda hanyalah cara mengambil awalan dan sikap badan pada saat akan menolak b. Otot-otot Yang Terlibat Pada Tolak Peluru Prestasi tolak peluru dapat dicapai dengan meningkatkan kekuatan dan power otot-otot tubuh yang terlibat pada gerakan menolakkan peluru. Otot-otot yang perlu dilatih untuk mencapai prestasi nomor tolak peluru, tidak sama dengan nomor olahraga yang lain. Tujuan utama tolak peluru adalah menolakkan atau mendorong peluru untuk mencapai karak sejauh-jauhnya yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan. Eksplosif power, khususnya pada otot lengan merupakan faktor yang sangat penting untuk memperoleh jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Eksplosif power tersebut dapat dicapai jika lengan memiliki kekuatan otot dan kecepatan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Jarver, J. (2005:112) bahwa, gerakan menolakkan peluru itu merupakan suatu gerak mendorong dari bahu dengan sekuat tenaga, disertai gerakan merentangkan lengan, pergelangan tangan dan jari-jari yang terarah. Dengan demikian kekuatan otot lengan yang dimiliki oleh atlet sangat menentukan terhadap prestasi tolak peluru tersebut. Gambaran otot-otot di lengan yang terlibat pada gerakan tolak peluru sebagai berikut :

30 digilib.uns.ac.id 30 Gambar 1. Otot-otot di lengan ( Gerakan menolakkan peluru diawali dengan gerakan meluncur, untuk memperoleh kecepatan dalam melakukan tolak peluru. Gerakan meluncur ini

31 digilib.uns.ac.id 31 menurut Jonath, U., Haag, E. & Krempel, R. (1988:52) pelaksanaannya adalah, Dengan lepas tapak melalui tungkai kanan tanpa badan terangkat dengan jelas, jalan peluncuran mendatar kira-kira dua panjang tapak kaki dan sudah mulai membentuk tegangan (puntiran antara poros pinggul dan bahu). Untuk dapat meluncur sangat dibutuhkan kemampuan otot tungkai. Tanpa memiliki daya ledak otot tungkai maka atlet tidak akan meluncur dengan efektif. Selain itu otot tungkai juga berperan dalam membantu perpindahan titik berat badan serta dalam pencurahan tenaga secara maksimal di dalam menolakkan peluru. Hal ini sesuai dengan pendapat Jarver, J. (2005:104) bahwa : (1) Untuk mendapatkan tenaga maksimum baik dalam arah horizontal (mendatar) atau vertikal (tegak), kaki yang letaknya di depan hendaknya tetap berkontak dengan tanah. Sewaktu gerakan melontar dilakukan. (2) Pada saat menolakkan peluru pencurahan tenaga dimulai dengan melakukan rtotasi ke depan dari pinggul kanan, kemudian diikuti batang tubuh si atlit, dan diakhiri dengan gerakan pergelangan tangan ketika peluru terlepas. Gerakan menolakkan peluru harus ditopang oleh otot tubuh yang kuat. Otot-otot penopang tubuh untuk melakukan gerakan menolakkan peluru meliputi, tungkai dan batang badan. Jonath, U., Haag, E & Krempel, R. (1988:62) mengemukakan bahwa, fisik yang harus dimiliki oleh atlet tolak peluru adalah, power otot-otot tungkai (tenaga loncat), otot-otot tubuh (otot pinggul, punggung, perut, otot tubuh melintang), dan otot bahu serta lengan yang telah berkembang baik. Sedangkan menurut Jarver, J. (2005:118) bahwa, latihan yang dilakukan dalam tolak peluru, haruslah melibatkan semua otot tubuh mayor yang ikut serta

32 digilib.uns.ac.id 32 dalam gerakan menolak peluru, yaitu otot-otot kaki, perut, batang tubuh, bahu dan lengan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa otot-otot yang ikut terlibat secara dominan dalam melakukan tolak peluru, yaitu terutama, otot lengan dan bahu, batang tubuh (punggung dan pinggang), perut serta tungkai. Latihan fisik yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi tolak peluru harus mengembangkan unsur fisik seperti yang telah dikemukakan. Latihan diprioritaskan pada otot-otot yang terlibat pada gerakan tolak peluru. Hal ini dengan maksud agar pelaksanaan latihan dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. c. Tolak Peluru Gaya Menyamping (Ortodoks) Karakteristik tolak peluru gaya ortodoks yaitu pelaksanaannya dilakukan menyamping dari sektor lemparan. Upaya mencapai prestasi yang tinggi dalam tolak peluru gaya ortodoks banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Jonath, U., Haag, E & Krempel, R. (1988:44-45) menyatakan bahwa faktor-faktor terpenting yang menentukan prestasi pada tolak peluru antara lain : (1) Lintasan percepatan pelurunya, (2) tinggi berangkat dan sudut berangkat pelurunya, (3) putaran antara poros bahu dan poros commit pinggangnya, to user (4) percepatan peluru dan

33 digilib.uns.ac.id 33 waktu mulai ditolak dan (5) pengakhiran semua tolakan tenaga bagian serta bersama dan pada saat yang tepat, dan terutama koordinasi antara gerak lengan dan kaki. Pendapat tersebut menunjukkan kemampuan seorang atlet tolak peluru memahami biomekanika gerak peluru yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi tolak peluru. Kemampuan fisik yang baik dan penguasaan teknik menolak yang benar tanpa didukung pemahaman biomekanika gerak menolak, maka prestasi yang tinggi dapat dicapai. Untuk menghasilkan tolakan yang baik dan menguntungkan, seorang atlet tolak peluru harus mau berlatih dan belajar dengan tukun teknik dasar tolak peluru yang benar. Dengan belajar latihan teknik dasar yang baik akan diperoleh irama gerakan yang benar dan menghasilkan gaya tolakan yang menguntungkan. Menurut Tamsir Riyadi (1985:122) menyatakan bahwa Teknik dasar tolak peluru meliputi cara memegang peluru, cara meletakkan peluru di bahu, sikap menolak, gerakan menolak dan gerakan setelah menolak. Hal ini penting untuk diketahui oleh atlet karena menyangkut penguasaan teknik dasar tolak peluru. Dengan menguasai teknik dasar tolak peluru ini akan menghasilkan prestasi tolakan yang baik. 1) Cara Memegang Peluru Teknik atau cara memegang peluru merupakan teknik pertama yang harus diperhatikan dan harus dikuasai oleh atlet tolak peluru. Fungsi teknik memegang peluru adalah untuk mendapatkan commit tolakan user yang sejauh-jauhnya dengan

34 digilib.uns.ac.id 34 mengeluarkan tenaga yang seefisien mungkin, serta untuk memenuhi peraturan yang sudah ditetapkan. Teknik memegang peluru dalam suatu perlombaan tolak peluru akan dapat mempengaruhi prestasi tolakan. Untuk itu kepada atlet tolak peluru diharapkan memperhatikan teknik atau carta-cara memegang peluru yang ada dengan berbagai keuntungan yang dihasilkannya. Cara memegang peluru pertama diletakkan pada pangkal jari-jari ditelapak tangan dengan jari-jari terbuka. Tamsir Riyadi (1985:122) menyatakan bahwa ada tiga macam cara memegang peluru, yaitu : (1) Peluru diletakkan tepat pada dataran telapak tangan, (2) seperti cara pertama, tetapi peluru agak digeser ke atas sehingga titik berat peluru terasa berada pada ujung telapak tangan, (3) seperti cara yang kedua, tetapi peluru lebih digeser ke atas lagi. Teknik memegang peluru dengan meletakkan tepat pada dataran telapak tangan, ibu jari dan keempat jari lainnya merenggang seenaknya. Cara ini sangat mudah, tetapi kurang menguntungkan karena saat menolak pergelangan tangan dan jari-jari tangan kurang berfungsi untuk membantu melecutkan peluru. Gambar 2. Cara memegang peluru

35 digilib.uns.ac.id 35 ( Teknik memegang peluru pada ujung telapak tangan. Pada dasarnya teknik ini seperti cara di atas, namun peluru agak digeser ke atas sehingga titik berat peluru terasa berada pada ujung telapak tangan, yaitu kira-kira pada pangkal jari telunjuk, jari tangah dan jari manis. Ibu jari menahan dan sedikit menekan pada peluru, sedangkan jari kelingking menahan secara wajar saja. Cara ini lebih baik dari pada cara memegang di atas, karena pergelangan tangan dan jari-jari tangan akan ikut berfungsi melakukan lecutan saat peluru ditolakkan. Teknik memegang peluru pada ruas-ruas jari tangan. Pada prinsipnya teknik ini seperti juga teknik yang kedua, tetapi letak peluru lebih digeser ke atas lagi sehingga titik berat peluru berada pada ruas-ruas telunjuk, jari tangah dan jari manis. Teknik memegang peluru dengan cara ini sebenarnya paling menguntungkan diantara dua teknik yang lain karena jari-jari dan pergelangan tangan lebih banyak berfungsi untuk melecutkan peluru, namun cara memegang peluru seperti ini hanya sesuai bagi atlet yang memiliki jari-jari tangan yang kokoh yang kuat. 2) Cara Meletakkan Peluru di Bahu Teknik meletakkan peluru di bahu tidak boleh sembarangan, tetapi ada aturannya. Peluru diletakkan di depan bahu (pada tulang selanga dan leher), siku diangkat setinggi bahu. Sebenarnya peluru itu tidak benar-benar diletakkan di atas bahu, tetapi agak turun ke depan melekat commit to pada user pangkal leher. Bagian peluru yang

36 digilib.uns.ac.id 36 terletak di antara ibu jari dan jari telunjuk sedikit melekat pada tulang selangka atau clavicula, sedangkan peluru bagian atas menempel pada pangkal dagu atau rahang bawah. Telapak tangan dan jari-jari tangan melingkupi bagian luar dari peluru yang menempel pada pangkal dagu. Posisi lengan membentuk siku-siku dan dibuka tidak lebih dari 45 o 90 o. Gambar 3. Teknik Meletakkan Peluru di Bahu (www. ienthanzp.blogspot.com) 3) Gerakan Meluncur Gerakan peluncuran bertujuan untuk meningkatkan kecepatan ke arah mendatar. Hal ini sesuai dengan pendapat Jarver, J. (2005:107) bahwa, Tujuan dari gerak meluncur adalah untuk meningkatkan momentum horizontal bagi atlet dan peluru. Juga untuk mendapatkan posisi melontarkan yang enak dan efisien sebelum peluru dilepaskan.

37 digilib.uns.ac.id 37 Pelaksanaan peluncuran pada tolak peluru gaya menyamping yaitu setelah memegang peluru dengan baik, menempatkan diri dalam lingkaran tepat di samping busur bagian belakang, dengan arah tolakan di samping kiri. Berkonsentrasi dengan berat badan dan kaki kanan, kaki kiri diayun-ayunkan ke muka-belakang. Rendahkan badan, bahu kanan mendekat lutut kanan kemudian bergeser dengan cepat ke depan. Kaki kiri menuju ke balok tolakan, diikuti kaki kanan menggeser ke depan. Waktu kaki kanan mendarat, badan makin condong ke samping kanan, ketiak kanan terbuka. Pundak kanan lebih rendah dari yang kiri. Tangan kiri tetap ditekuk di depan kepala atau dagu. Pandangan mata dan sikap kepala ke bawah sewajarnya. Diusahakan badan tetap rendah dengan lutut kaki kanan agak ditekuk. 4) Sikap Menolak Sikap atau posisi badan pada saat akan melakukan gerakan menolak peluru, urutan gerakannya sebagai berikut. Peluru dipegang dan diletakkan pada pangkal leher. Berdiri di dalam lingkaran tolak agak ke belakang atau menjauhi sektor tolakan. Kaki ayun dijulurkan ke belakang hampir lurus dan rileks serta berpijak pada ujung kaki, kemudian diayunkan ke depan. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan keseimbangan. Setelah berat badan mendapatkan keseimbangan yang sempurna, kaki ayun dilemparkan ke arah sektor tolakan hingga mendekati balok tolakan diikuti bergesernya kaki tumpu. Kaki kanan bertumpu dengan seluruh telapak kaki dan letaknya pada garis

38 digilib.uns.ac.id 38 diameter lingkaran tolak agak ke depan. Dalam posisi jari-jari kaki kiri berada suatu garis lurus dengan tumit kanan atau agak ke belakang sedikit, lutut kira-kira berada dalam satu garis vertikal dengan ujung kaki kanan, sedangkan tangan kiri diangkat rileks ke depan atas. Badan segera ditundukkan dengan disertai sedikit putaran ke kanan sehingga punggung, tengkuk dan tungkai belajar merupakan satu garis hampir lurus, letak peluru, lutut kanan dan ujung jari kanan berada dalam satu garis vertical dan sebagian besar berat badan bertumpu pada kaki kanan. Setelah semua siap selanjutnya diteruskan dengan gerakan menolak. Menurut Jarver, J. (2005:111) bahwa tujuan teknik gerakan menolakkan peluru yaitu untuk mengerahkan kecepatan horizontal yang didapat sewaktu meluncur dan memberikan kecepatan yang lebih besar pada peluru dengan cara mengerahkan seluruh kekuatan yang dimiliki, agar menghasilkan jarak tolakan yang lebih jauh. Lengan yang lain menjaga keseimbangan agar tubuh tidak jatuh ke depan. Ballesteros, J.M. (1989:66) menyatakan bahwa Bahu kanan dan tangan mendorong atau menolak peluru karah depan bersamaan dengan gerak meluruskan kedua belah kaki, pinggang dipindahkan ke samping dan berat badan dibagi atas kedua kaki. 5) Gerakan Menolakkan Peluru Gerakan menolak diawali dengan menolakkan kaki kanan sekuat-kuatnya sampai lutut lurus, sehingga pinggul terdorong ke depan dan agak berputar ke kiri sehingga posisi pinggung menghadap ke depan. Pada saat itu bahu berputar ke kiri, dada terbuka dan menghadap serong ke atas depan. Gerakan dilanjutkan dengan meluruskan kaki kiri dengan kuat. Pada saat itu pula lengan kanan

39 digilib.uns.ac.id 39 diluruskan untuk menolakkan peluru disertai dengan lecutan pergelangan tangan dan jari-jari, terutama jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Gambar 4. Gerakan Menolakkan Peluru (Soegito, 1990:28) Selama gerakan menolak berlangsung, kedua kaki harus benar-benar lurus dan serong ke depan serta telapak kaki pada bagian ujungnya tetap kontak atau berhubungan dengan tanah. Ballesteros, J.M. (1989:66) menyatakan bahwa Tolakan telah disempurnakan di atas kaki kiri yang diluruskan penuh pada saat tangan memberikan dorongan atau impuls terhadap peluru. Jadi saat menolak tidak dilakukan dengan melompat, namun kedua kaki terangkat ke atas atau lepas dari tanah karena kuatnya melakukan gerakan menolak. Pada saat menolakkan peluru, posisi kepala dan dada harus tengadah dan pandangan tertuju ke arah sasaran. 6) Gerakan Setelah Menolak

40 digilib.uns.ac.id 40 Gerakan setelah menolak dimulai saat peluru lepas dari tangan dan seluruh badan dijulurkan mengikuti jalannya tolakan ke depan ke arah sasaran. Demikian pula bahu dan lengan kanan dibiarkan menjulur mengikuti jalannya peluru. Agar badan tidak terjerumus atau tersungkur ke luar dari lingkaran tolak, mata kaki kanan atau kaki belakang harus cepat dilangkahkan di depan mendekat, bersamaan itu pula kaki kiri ditarik ke belakang. Perpindahan kaki belakang ke depan ini merupakan gerakan ikutan. Ballesteros, J.M. (1989:66) menyatakan bahwa Setelah gerakan menolak, maka terjadilah gerakan kebalikan dimana terjadi pertukaran kaki, kaki kiri bergerak ke belakang, berat badan ada di atas kaki kanan dan tubuh menurun ke bawah. Untuk mengerem agar badan tidak jatuh ke depan atau keluar dari lingkaran tolak, hendaknya pada saat kaki kanan melangkah ke depan lututnya harus segera ditekuk. Sehubungan dengan itu maka pada lapangan atau lingkaran tolak peluru dipasang balok tolakan yang berfungsi untuk menahan gerakan kaki agar tidak terjerumus keluar dari lingkaran tolak peluru. Oleh sebab itu sesuai dengan peraturan perlombaan tolak peluru apabila bagian kaki penolak menyentuh bidang bagian dalam dari balok penahan tidak dianggap sebagai suatu pelanggaran. Tetapi bila menyentuh atau menginjak bidang bagian atas atau bagian luar dari balok penahan hal ini dinyatakan sebagai suatu pelanggaran atau diskualifikasi, sehingga prestasinya tidak diakui atau tolakannya tidak sah.

41 digilib.uns.ac.id 41 Gamabr 5. Gerakan Setelah Menolak (Soegito, 1990:29) Untuk dapat mencapai prestasi tolakan dengan jarak yang jauh, selain mempelajari teknik dasar dengan baik, awalan dalam tolak peluru memegang peranan penting. Awalan dalam tolak peluru tergantung pada teknik atau gaya yang digunakan. Tamsir Riyadi (1985:126) menyatakan bahwa Ada empat macam gaya dalam tolak peluru, yaitu gaya depan, gaya samping, gaya belakang dan gaya putaran dalam lembar cakram. Sedangkan menurut Soegito (1990:25) yaitu Gaya dalam tolak peluru meliputi gaya orthodox atau gaya menyamping dan gaya O Brien atau membelakangi sektor. Tolak peluru gaya menyamping sektor pada prinsipnya dapat diuraikan sebagai berikut: Peluru siap dipegang dan diletakkan pada pangkal leher. Sikap permulaan berdiri miring menyamping sektor tolakan. Lutut kaki kanan agak ditekuk dan tungkai kaki kiri dijulurkan ke belakang lurus dan rileks yang berpijak pada ujung kaki. Tangan kiri diangkat rileks setinggi bahu atau lebih, berat badan sebagian besar bertumpu pada kaki kanan dan pandangan ke depan

42 digilib.uns.ac.id 42 bawah. Sebelum menjulur ke kiri, kaki kiri diangkat ke depan terus melingkar ke samping kiri dan kembali berpijak ke tempat semula. Ayunan kaki kiri ini hanya merupakan gerakan pendahuluan untuk mencari keseimbangan. Setelah keseimbangan badan benar-benar mantap, maka pada ayunan kaki yang terakhir, kaki kiri tidak diletakkan di tanah, tetapi agak ditarik ke kanan sehingga tungkai kaki kiri berada di belakang tungkai kaki kanan. Dari sini tungkai kaki kiri cepat diayunkan ke kiri disertai tolakan kaki kanan. Tolakan kaki kanan diusahakan rendah saja sehingga seolah-olah seperti gerakan bergeser. Akhir dari gerakan meluncur ke kiri, kaki kanan mendarat terlebih dahulu kira-kira pada pusat lingkaran, sedangkan tungkai kaki kiri dijulurkan jauh ke samping kiri, sehingga saat berpijak di tanah ujung telapak kaki hampir menyentuh bidang dalam balok penahan kemudian dilanjutkan gerakan menolakkan peluru. Gambar 6. Rangkaian Gerakan Tolak Peluru Gaya Menyamping (saldansmpn7.blogspot.com) Untuk menghasilkan prestasi tolak peluru yang baik perlu sekali memperhatikan prinsip-prinsip dasar dalam tolakan. Ballesteros, J.M. (1989:68) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diutamakan di dalam melakukan tolakan dalam tolak peluru yaitu :

43 digilib.uns.ac.id 43 a) Jagalah kaki kiri untuk selalu rendah. b) Lakukan gerakan kaki yang seimbang dan sempurna dengan kaki kiri mendorong ke belakang. c) Bagian atas badan harus selalu rileks, sedangkan bagian bawah selalu bergerak. d) Usahakan gerakan yang cepat dan menjangkau jauh dari kaki kanan. e) Usahakan pinggang kaki kiri dan bahu menghadap ke belakang sejauh mungkin. f) Putarlah kaki kanan ke dalam selama meluncur. g) Usahakan lengan kiri dalam posisi tertutup. h) Tahanlah kuat-kuat dengan kaki kiri. Selain kondisi fisik yang prima, untuk mendukung keberhasilan anak dalam mencapai prestasi optimal dalam tolak peluru, seorang guru perlu untuk mengembangkan model pembelajaran yang dapat menarik minat dan motivasi atlet, sehingga partisipasi maksimal atlet mengikuti pembelajaran akan dapat mendukung keberhasilan atlet dalam meningkatkan keterampilan dan prestasi tolak peluru. 2. Metode Latihan Latihan menurut Aip Syarifudin dan Yusuf Adi Sasmita (1996 : 126) adalah : Proses sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya. Sedangkan Nossek, Josef., (1982:10) menyatakan bahwa, Latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung beberapa tahun sampai atlet tersebut mencapai standard penampilan yang tinggi.yang dimaksud sistematis adalah latihan harus berencana, menurut jadwal telah diprogramkan dari yang mudah ke yang sukar dan dari yang sederhana ke yang rumit serta latihan tersebut harus dilakukan dengan teratur.

44 digilib.uns.ac.id 44 Latihan harus dilakukan berulang-ulang agar gerakan yang semula sulit dilakukan menjadi semakin mudah dan otomatis dalam pelaksanaannya. Latihan fisik yang benar harus diawali dengan peregangan otot rangka dan ligamen, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan. Peregangan bertujuan agar kelentukan tetap terjaga dan untuk mencegah cedera, sedangkan pemanasan untuk mempersiapkan sirkulasi serta mengoptimalkan temperatur sehingga reaksi ensimatik didalam tubuh berjalan dengan baik. Latihan fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata, Namun tidak demikian halnya bila latihan dilakukan secara tidak teratur. Sekarang ini, seperti juga pada masa-masa yang lalu, melalui latihan fisik atlet mempersiapkan diri untuk tujuan tertentu. Tujuan latihan fisik yang utama dalam olahraga prestasi adalah untuk mengembangkan kemampuan biomotornya ke standart yang paling tinggi, atau dalam arti fisiologisnya, atlet berusaha mencapai tujuan perbaikan sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraganya. Untuk dapat mencapai tujuan utama dari latihan yaitu taraf ketrampilan dan prestasi para atlet, maka tujuan umum dari latihan harus dicapai. Maksud dari tujuan umum latihan menurut Bompa (1990 : 14) adalah : a) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multilateral.

45 digilib.uns.ac.id 45 b) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni. a) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraganya. b) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan. c) Untuk mengelola kualitas kemauan. d) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim secara optimal. e) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlit. f) Untuk mencegah cedera. g) Untuk meningkatkan pengetahuan teori. a. Pengaruh Latihan Fisik Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terukur dengan dosis dan waktu yang cukup, menyebabkan perubahan fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan memperbaiki penampilan fisik. Menurut Fox, Edward L., Richard W. Bowers & Merie L. Foss. (1988:324) perubahan fisiologis yang terjadi akibat latihan fisik diklasifikasikan menjadi tiga macam perubahan yaitu : 1) Perubahan yang terjadi pada tingkat jaringan, yakni perubahan yang berhubungan dengan biokimia.

46 digilib.uns.ac.id 46 2) Perubahan yang terjadi secara sistematik, yakni perubahan pada sistem sirkulasi dan respirasi termasuk sistem pengangkutan oksigen. 3) Perubahan lain yang terjadi pada komposisi tubuh, perubahan tekanan darah, dan perubahan yang berkenaan dengan aklimatisasi panas. b. Sistem Energi Energi yang diperlukan untuk suatu kegiatan atau kontraksi otot tidak dapat diserap langsung dari makanan yang dimakan, akan tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosin Triphosphate). ATP inilah yang merupakan sumber energi yang langsung digunakan otot untuk melakukan kontraksi. ATP merupakan suatu komponen kompleks yang tersusun atas satu komponen adenosine dan tiga komponen phosphate. ATP ini tersimpan dalam otot rangka dalam jumlah yang sangat terbatas. Supaya kontraksi otot tetap berlangsung, maka ATP ini ini segera disintesis kembali. ATP bisa diberikan pada sel-sel otot melalui 3 (tiga) cara metabolisme, yaitu : 2 (dua) secara Anaerobik dan 1 (satu) secara aerobik. Ketiga cara ini disebut : (1)Sistem ATP-PC (2) Glikolisis anaerobik; (3) Sistem aerobik. Plaiometrik merupakan gerakan yang sangat cepat dan kuat, yaitu gerakan-gerakan yang eksplosif atau meledak, karenanya diperlukan energi

47 digilib.uns.ac.id 47 yang dapat digunakan secara cepat yakni ATP-PC. Hal ini biasanya dapat dipenuhi melalui sistem energi yang lainnya yakni dengan Glikolisis anaerobik atau sistem energi asam laktat. ATP-PC mempunyai peranan penting dalam pengerahan tenaga secara cepat, karena ATP PC mempunyai power terbesar bila dibandingkan dengan sistem energi yang lain 1) ATP-PC (Sistem Phosphagen) Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot terlatih lebih banyak, maka persediaan ATP menjadi lebih besar. Agar otot dapat berkontraksi beulang-ulang dengan cepat kuat maka ATP harus dibentuk dengan cepat. Pembentuakn kembali ATP(resintesis ATP)diperlukan energi, energi tersebut berasal dari PC (phospho creatine) yang juga terdapat didalam otot. Apabila PC dipecah akan keluar energi, pemecahan tersebut tidak memerlukan oksigen. PC ini jumlahnya sangat sedikit tetapi merupakan sumber energi cepat untuk pembentukan kembali ATP. ATP- PC sudah tersimpan didalam otot, keduanya dapat memberikan energi yang cukup dalam kerja fisik maksimal yang dilakukan dalam waktu 5 10 detik. Substansi tersebut segera dibentuk setelah 30 detik, sumber energi ini sudah terbentuk sekitar 70 %, untuk mencapai 100 % diperlukan waktu 2 3 menit. Sistem ini merupkan sumber energi yang dapat digunakan secara cepat yang diperlukan untuk olahrgan yang memerlukan kecepatan yang tinggi.

48 digilib.uns.ac.id 48 2) Glikolisis anaerobik (sistem asam laktat) Apabila cadangan PC yang digunakan untuk resintesis ATP berkurang, maka dilakukan pemecahan cadangan glikogen tanpa menggunakan oksigen (anaerobik glycolysis). Dalam proses ini diperlukan reaksi yang lebih panjang daripada sistem phosphogen, karena glikolisis ini menghasilkan asam laktat, sehingga pembentukan energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat. Aktivitas yang dilakukan secara maksimal dalam waktu detik menimbulkan akumulasi asam laktat. Asam laktat yang terbentuk dalam glikolisis anaerobik akan menurunkan ph dalam otot maupun darah. Perubahan ph ini akan menghambat kerja enzim-enzim atau reaksi kimia dalam sel tubuh, terutama dalam sel otot, sehingga menyebabkan kontraksi menjadi lemah dan akhirnya otot mengalami kelelahan. Untuk menghilangkannya diperlukan waktu 3-5 menit. Apabila glikolisis anaerobik ini terus berlangsung maka ph akan menjadi sangat rendah sehingga menyebabkan atlet menjadi tidak dapat meneruskan aktivitasnya. Asam laktat merupakan sumber energi yang dapat digunakan sebagai sumber energi untuk metabolisme aerobic dengan cara mengubah asam laktat menjadi asam piruvat dan piruvat lalu masuk ke dalam siklus Kreb`s dan system transport electron sehingga mengasilkan energi H2O dan CO2

49 digilib.uns.ac.id 49 Semua olahraga yang memerlukan kecepatan, pertama-tama menggunakan sistem phosphagen dan kemudian asam laktat. Selanjutnya timbunan asam laktat dapat diubah menjadi glukosa lagi dalam hati. 3. Latihan Plaiometrik Plaiometrik pertama kali dikemukakan pada tahun 1975 oleh Fred will, salah seorang warga Amerika yang berfikiran jauh ke depan tentang kepelatihan atletik. Plaiometrik berasal dari bahasa latin plyo + metrics yang berarti measurable increase atau peningkatan yang terukur. Chu, Donald, A., (1992:1) Menurut Radcliffe, J.C., & Farentinos, R.C. (1985:3-7) latihan plaiometrik adalah suatu latihan yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan dinamik atau regangan yang cepat dari otot-otot yang terlibat. Plaiometrik disebut juga dengan reflek regang atau miotatik atau reflek musle spindle. Pendapat lain dikemukakan oleh Fox, Edward L., Richard W. Bowers & Merie L. Foss (1988:175) mengemukakan bahwa latihan plaiometrik merupakan tipe bentuk program latihan kelima yang mengkombinasikan suatu regangan awal pada unit tendon yang diikuti oleh suatu kontraksi isotonik. Sedangkan menurut Chu, Donald, A.,(1992:1-3) berpendapat bahwa latihan plaiometrik adalah latihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalamwaktu yang sesingkat mungkin. Dari beberapa definisi diatas, walaupun terdapat perbedaan namun pada prinsipnya sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan plaiometrik adalah salah satu bentuk latihan yang didalamnya terdapat commit kontraksi to user dan regangan otot secara cepat

50 digilib.uns.ac.id 50 yang memungkinkan otot mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat. Pada dasarnya latihan plaiometrik adalah gerakan dari rangsangan peregangan otot secara mendadak supaya terjadi kontraksi yang lebih kuat. Latihan tersebut dapat menghasilkan peningkatan daya ledak dan kekuatan kontaksi. Daya ledak dan kekuatan kontaksi otot merupakan cermin peningkatan adaptasi fungsional neuromuscular. Peningkatan kontraksi otot merupakan perbaikan fungsi reflek peregangan dari musle spindle. a. Prinsip-Prinsip Latihan Plaiometrik Latihan plaiometrik sebagai metode latihan fisik untuk mengembangkan kualitas fisik, selain harus mengikuti prinsip-prinsip dasar latihan secara umum, juga harus mengikuti prinsip-prinsip khusus yang terdiri dari : 1) Memberi regangan (stretch) pada otot Tujuan dari pemberian regangan yang cepat pada otot-otot yang terlibat sebelum melakukan kontraksi (gerak), secara fisiologis untuk : (a) memberi panjang awal yang optimum pada otot, (b) mendapatkan tenaga elastik, dan (c) menimbulkan reflek regang. (a) Memberi panjang awal yang optimum pada otot.

51 digilib.uns.ac.id 51 Maksud dari pemberian regangan pada otot sebelum berkontraksi adalah untuk memberikan panjang awal yang optimum pada otot untuk berkontraksi. Panjang awal yang optimum pada otot adalah pada saat otot dalam keadaan panjang istirahat (resting length). Dalam keadaan panjang istirahat, sarkomer mampu menimbulkan daya kontraksi terbesar, Guyton, A. C., & Hall, J. E., (1986:126). Bila otot jauh lebih besar dari pada panjang normal sebelum berkontraksi, timbul regangan istirahat dalam jumlah besar dalam otot, walaupun kontraksi belum berlangsung ; yaitu kedua ujung-ujung otot saling mendekati satu sama lain oleh daya elastik jaringan ikat, sarkolema, pembuluh darah, saraf dan sebagainya. Peningkatan regangan selama kontraksi dinamakan regangan aktif, dan akan menurun bila otot diregangkan di luar panjang normalnya. Bila otot yang sedang istirahat dipendekkan sampai kurang dari panjang regangan penuh normal, tegangan maksimal kontraksi secara progresif menurun dan mencapai nol bila otot telah memendek sampai kira-kira 60 % - 70 % dari panjang istirahat maksimal. (b) Untuk mendapatkan tenaga elastis. Tujuan kedua dari pemberian regangan pada otot sebelum melakukan gerakan adalah untuk mendapatkan tenaga elastis. Pada gerakan plaiometrik selama fase eksentrik atau fase negatif ketika otot diregangkan secara cepat, komponen seri elastis juga akan teregangkan

52 digilib.uns.ac.id 52 sehingga menyimpan kekuatan beban dalam bentuk energi potensial elastis. Sebagian simpanan energi elastis diperoleh selama terjadi fase konsentrik atau fase positif dari kontraksi yang digerakkan oleh reflek regang. Chu, Donald, A (1992:1-3) (c) Menimbulkan reflek regang. Dalam mengunakan dan mengembangkan power, melibatkan proses motorik yang disadari (voluntary) maupun proses motorik yang tidak disadari (involuntary) atau dalam plaiometrik disebut dengan reflek regang ( stretch reflex), miotatik reflex atau muscle spindle reflex. Dalam latihan plaiometrik mekanisme kemauan (akal) yang menegndalikan dan mengkoordinasi otot rangka adalah setingkat lebih penting daripada serabut ototnya sendiri. Perbaikan kontrol otot dan penggabungan reaksi power latihan plaiometrik rupanya akan berhubungan dengan perbaikan susunan saraf otot dan jalur sensomotorik yang kompleks. 2) Beban lebih yang meningkat Dalam latihan plaiometrik harus menerapkan beban lebih (overload) dalam hal beban/ tahanan (resistive), kecepatan (temporal), dan jarak (spatial). Tahan atau beban yang overload biasanya pada latihan plaiometrik diperoleh bentuk perubahan pemindahan dari anggota badan atau tubuh yang cepat, seperti menangulangi akibat jatuh, meloncat, melambung, memantul, dan commit sebagainya. to user

53 digilib.uns.ac.id 53 Temporal (waktu atau kecepatan yang overload dapat diperoleh dengan mengkonsentrasikan pada pelaksanaan gerak yang secepatcepatnya. Spatial (jarak atau ruang gerak) yang overload dapat diperoleh melalui penambahan tinggi atau jarak yang dilakukan berangsur-angsur meningkat 3) Kekhususan Latihan Dalam latihan plaiometrik harus menerapkan prinsip kekhususan, yakni : a) khusus terhadap kelompok otot yang dilatih atau kekhususan neuromusculer, b) harus khusus terhadap sistem energi yang digunakan, dan c) khusus terhadap pola gerakan latihan. (a) Kekhususan pada kelompok otot yang dilatih. Dalam plaiometrik kekhususan kelompok otot yang dilatih berdasarkan fungsi anatomi dan hubungannya dengan gerakan olahraga. Jadi latihan dapat dibagi berdasarkan kelompok otot yang terlibat dan bagaimana hubungannya dengan gerakan-gerakan olahraga yang dikembangkan. Berdasarkan kelompok otot yang dilatih dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : latihan kelompok otot anggota gerak bawah, latihan kelompok otot anggota gerak tengah, dan latihan kelompok otot anggota gerak atas.

54 digilib.uns.ac.id 54 Latihan plaiometrik untuk cabang lompat jauh dalam penelitian ini adalah latihan kelompok otot anggota gerak bawah. Meskipun kelompok otot anggota gerak tengah dan atas juga menentukan tetapi kelompok otot anggota gerak bawah lebih dominan dalam menentukan jauhnya hasil lompatan. (b) Kekhususan pada sistem energi utama yang digunakan. Plaiometrik merupakan gerakan yang sangat cepat dan kuat, yaitu gerakan-gerakan yang eksplosif atau meledak, karenanya diperlukan energi yang dapat digunakan secara cepat. Hal ini biasanya dapat dipenuhi melalui sistem energi yang lainnya. Sistem energi ATP- PC mempunyai peranan penting dalam pengerahan tenaga secara cepat, karena ATP PC mempunyai power terbesar bila dibandingkan dengan sistem energi yang lain. (c) Kekhususan pada pola gerakan latihan. Gerakan plaiometrik sebagian besar mengikuti konsep power chain dan sebagian besar latihan khusus melibatkan kelompok otot anggota gerak bawah, karena gerakan pada kelompok otot ini secara nyata merupakan power dari gerakan olahraga dan benar-benar mempunyai keterlibatan yang besar dalam semua gerakan olahraga.

55 digilib.uns.ac.id 55 Agar latihan power memberikan hasil seperti yang diharapkan, maka harus direncanakan secara dinamik dengan memppertimbangkan aspek-aspek yang menjadi komponennya, yaitu : (1) Volume Untuk meningkatkan power anggota gerak bawah, Radcliffe, J.C., & Farentinos, R.C. (1985:21-27) memberikan pedoman sebagai berikut : (a) Jangka waktu kerja antara 4-15 detik. (b) Jarak yang ditempuh tidak lebih dari 30 meter. (c) Dikerjakan dengan intensitas sedang sampai tinggi. (d) Repetisi antara dalam 2-4 set dengan istirahat 2 menit. (2) Intensitas yang tinggi Intensitas merupakan faktor yang penting dalam latihan plaiometrik. Pelaksanaan yang cepat dengan usaha yang maksimal adalah penting untuk mendapatkan hasil yang optimal. Kecepatan regangan otot lebih penting dari pada panjang regangannya. Respon reflek yang terbesar dicapai jika otot dibebani secara cepat. Radcliffe, J.C., & Farentinos, R.C., (1985:21). Agar memperoleh hasil yang maksimal, latihan plaiometrik harus dikerjakan dengan intensitas sedang sampai tinggi.

56 digilib.uns.ac.id 56 (3) Frekuensi Frekuensi adalah jumlah ulangan berapa kali latihan dikerjakan setiap sesi atau minggunya. Olahraga yang mengutamakan power ternyata pengeluaran energinya sangat tinggi, hal ini dapat menjelaskan mengapa kelelahan lebih cepat timbul dalam latihan power, sehingga disarankan frekuensi latihan dilakukan 5-6 per sesi latihan dan 2-4 kali per minggu. (4) Pulih asal Pulih asal yang dilakukan pada latihan yang bertujuan untuk meningkatkan power menggunakan ratio perbandingan antara kerja dan istirahat 1:5 1:10. Chu, Donald, A, (1992:14 ). Latihan plaiometrik akan memberikan manfaat pada aspek yang dilatih jika dalam pelaksanaan dan penerapannya dilakukan dengan tepat dan memenuhi prinsip-prinsip latihan yang telah disarankan. Dalam menyusun program latihan plaiometrik harus memperhatikan pedoman-pedoman khusus yang mempengaruhi terhadap keberhasilan latihan. Menurut Radcliffe & Farentinos dalam M. Furqon dan Muchsin Doewes (2002:17-22) aspek-aspek khusus untuk melakukan latihan plaiometrik yang tepat dan efektif antara lain adalah : 1) Pemanasan dan pendinginan (warm up and warm down) 2) Intensitas tinggi

57 digilib.uns.ac.id 57 3) Beban lebih progresif 4) Memaksimalkan gaya / meminimalkan waktu 5) Melakukan sejumlah ulangan 6) Istirahat yang cukup 7) Membangun landasan yang kuat terlebih dulu 8) Program latihan individualisasi b. Bentuk Latihan Plaiometrik untuk meningkatkan hasil tolak peluru Berdasarkan pada fungsi anatomi dan hubungannya dengan olahraga Radcliffe, J.C., & Farentinos, R.C. (1985:15-109) mengklarifikasikan latihan plaiometrik menjadi tiga kelompaok latihan, yakni : (1) latihan untuk pinggul dan tungkai (2) latihan untuk batang tubuh togok (3) latihan untuk tubuh bagian atas. Dari beberapa klarifikasi latihan diatas maka ditinjau dari otototot pengerak yang dilatih dalam mendukung gerakan tolak peluru gaya menyamping adalah latihan untuk tubuh bagian atas yang meliputi: 1) Latihan Medicine Ball Chest Pass Latihan Medicine Ball Chest Pass adalah latihan dengan mendorong bola secepatnya keluar oleh salah seseorang menjulurkan kedua lengan sepenuhnya. Latihan ini mempunyai unsur yang sama yaitu menolak yang dibutuhkan dalam tolak peluru.

58 digilib.uns.ac.id 58 Gambar 7. Gerakan Medicine Ball Chest Pass (M. Furqon dan Muchsin Doewes, 2002:63) Sikap awal saling berpasangan dengan berdiri atau berlutut saling berhadapan. Salah seorang memegang bola setinggi dada dengan kedua tangan sedikit kebelakang bola dan kedua lengan ditekuk dengan bagian belakang tangan menyentuh dada. Pasangan yang satunya mengatisipasi datangnya bola medesin dengan menjulurkan kedua lengan ke arah horisontal di dada. Gerakanya yaitu bola didorong secepatnya keuar oleh seorang peserta yang menjulurkan kedua lengan sepenuhnya. Dalam latihan Medicine Ball Chest Pass otot-otot yang dilibatkan adalah triceps, deltoid, pictoralis, dan pergelangan tangan serta lengan bawah. Latihan Medicine Ball Chest Pass dilakukan dengan tidak menggunakan beban berlebih (overload) untuk kelompok otot terterntu, tetapi ini ditekankan pada intensitas/repetisi dari latihan yang dilakukan. Dengan menambah intensitas dan repetisi latihan, diharapkan akan meningkatkan daya ekplosif pada otot lengan. Secara fisiologis latihan Medicine Ball Chest Pass

59 digilib.uns.ac.id 59 gerakannya tampak ringan, namun akan memberikan pengaruh yang baik dalam meningkatkan power otot lengan, dimana otot lengan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan presasi tolak peluru. Agar hasil latihan optimal, maka dalam melakukan gerakan latihan Medicine Ball Chest Pass ada bebarapa faktor yang harus dipahami oleh pelatih dan siswa antara lain: 1. Sebelum melakukan latihan, badan dikondisikan dalam keadaan siap, melalui aktifitas pemanasan yang cukup 2. Latihan Medicine Ball Chest Pass merupakan salah satu dari latihan plaiometrik dengan intensitas rendah (low impact), Sukadiyanto, (2002:96). Oleh karena itu dalam melakukan latihan Medicine Ball Chest Pass gerakan-gerakan harus benar dengan gerak yang benar maka otot-otot yang digerakkan akan sesuai dengan tujuan latihan sehingga dihasilkan peningkatan presasi yang diharapkan. 3. Latihan Medicine Ball Chest Pass sangat cocok untuk siswa yang mempunyai kekuatan otot yang rendah. Karena dalam latihan ini penekanannya pada jumlah gerakan yang dilakukan, bukan pada beban yang lebih. 4. Sebaliknya latihan Medicine Ball Chest Pass ini kurang sesuai untuk siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan tinggi, karena kondisi kekuatan lengan yang tinggi cenderung memerlukan latihan berat sehingga kurang cocok apabila diberikan model latihan repetisi.

60 digilib.uns.ac.id 60 Tabel. 1 Kelebihan dan Kekurangan Latihan Medicine Ball Chest Pass Kelebihan Latihan Medicine Ball Chest Pass a. Meningkatkan otot lengan diantaranya triceps, deltoid, pictoralis. b. Dapat digunakan dengan mudah oleh siswa yang memiliki power otot lengan yang rendah. c. Dengan dorongan yang eksplosif akan meningkatkan power otot lengan setimpal usaha latihan tersebut. d. Latihan ini lebih menekankan pada banyaknya repetisi dilakukan. Jadi penambahan beban pada otot lengan dilakukan dengan latihan gerakan yang sama berkali-kali. e. Banyaknya jumlah ulangan dorongan akan meningkatkan daya tahan anaerabik otot lengan. f. Jumlah doronga lebih banyak. Kekurangan Latihan Medicine Ball Chest Pass a. Dengan doronga ekplosif yang kurang maksimal akan menghasilkan peningkatan power yang kurang maksimal juga. b. Membutuhkan kesiapan yang serius dengan tujuan latihan lebih terpusat untuk meningkatkan kemampuan kekuatan dan daya tahan otot-otot yang terlibat. 2) Latihan Heavy Bag Thrust

61 digilib.uns.ac.id 61 Pelaksanaan latihan plaiometrik model ini adalah latihan dengan cara peserta menghadap ke samsak dengan kedua tungkai pada posisi setengah terbuka, kaki yang berada di samping atau di dekat samsak ditarik kebelakang. Letakkan tangan bagian dalam setinggi dada pada samsak dengan jari-jari menunjuk ke atas, siku harus dekat dengan tubuh dan lengan lurus ditekuk penuh. Kedua kaki diam dan dengan kedua togok, doronglah samsak sejauh mungkin dari tubuh secepat mungkin, lengan dan bahu terjulur penuh. Pentalan samsak ditangkap dengan tangan terbuka dan pecahkan momentumnya dengan menggunakan togok, lengan dan bahu. Dorong samsak ke depan lagi sebelum mencapai posisi awal. Gambar 8. Gerakan Heavy Bag Thrust (M. Furqon dan Muchsin Doewes, 2002:64) Latihan plaiometrik model ini membutuhkan samsak yang digantung dengan tali dan otot-otot yang terlibat dalam gerakan ini adalah otot triceps, deltoid, pectoralis, trapicius perut oblinques external, exsternal pinggul, femoris, gastro nemius. Bentuk latihan ini lebih banyak melibatkan otot-otot tubuh bagian atas dan bawah dibandingkan dengan latihan medecine Ball

62 digilib.uns.ac.id 62 Chest Pass. Selain hal tersebut model latihan ini juga sesuai dengan pola gerakan tolak peluru. Berdasarkan rangkaian gerakan latihan Heavy Bag Thrust di atas, kita bisa menyimpulkan beberapa faktor yang harus dipahami oleh guru atau siswa sendiri agar pada pelaksanaan latihan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan antara lain: 1. Sebelum melakukan latihan, badan dikondisikan dalam keadaan siap, melalui aktifitas pemanasan yang cukup. 2. Latihan Heavy Bag Thrust merupakan salah satu dari latihan plaiometrik dengan intensitas tinggi (Sukadiyanto, 2002:96) namun mempunyai beban yang lebih, karena pada saat melakukan gerakan dorongan samsak lengan menahan samsak. Hal ini sangat berbahaya apabila kondisi fisik sebelum latihan tidak dalam keadaan siap. 3. Memperhatikan beberapahal di atas latihan Heavy Bag Thrust ini sangat cocok untuk siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan tinggi. Karena dalam latihan ini penekanannya pada beban yang lebih/over load, bukan jumlah repetisi dari gerakan yang dilakukan. 4. Sebaliknya latihan Heavy Bag Thrust ini kurang sesuai untuk siswa yang mempunyai kekkuatan otot rendah, karena beban yang lebih ini pada akhir latihan bukan meningkatkan daya ekplosifnya, melainkan akan menemui keadaan over load yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan otot lengan.

63 digilib.uns.ac.id 63 Tabel. 2 Kelebihan dan Kekurangan Dari Latihan Heavy Bag Thrust Kelebihan dari latihan Heavy Bag Thrust a. Menigkatakan power otot triceps, deltoid, pectoralis, trapicius perut oblinques external, exsternal pinggul, femoris, gastro nemius. b. Tolakan kedua dan seterusnya sangat kuat karena efek beban samsak. c. Latihan ini lebih menekankan pada beban otot lengan saat melakukan dorongan. d. Saat mendorong dengan satu tangan yang tinggi dan ekplosif akan meningkatkan power otot lengan setimpal usaha latihan tersebut. e. Latihan ini sangat sesuai dan efektif sekali untuk siswa yang memiliki power otot lengan yang sebelumnya disa dikategorikan sudah baik. Kekurangan dari latihan Heavy Bag Thrust a. Bagi siswa yang mempunyai power otot lengan rendah akan mengalami hambatan untuk melakukan dorongan samsak. b. Membutuhkan kesiapan yang lebih serius sebelum melakukan latihan. c. Siswa mudah sekali mengalami cidera apabila sebelum latihan pemanasan kurang cukup. d. Membutuhkan pengerahan tenaga yang banyak. 4. Panjang Lengan Sebagai sesuatu yang nampak konkrit, tubuh manusia mempunyai bentuk dan susunan tertentu. Susunan yang terdiri dari kerangka tulang dan otot yang terbungkus kulit itulah yang dimaksud commit sebagai to user struktur tubuh. Sejalan dengan itu

64 digilib.uns.ac.id 64 Anwar Pasau (1993:42) mengatakan bahwa: struktur tubuh adalah unsur-unsur atau bagian-bagian tubuh manusia. Struktur tubuh memegang peranan penting dalam melakukan aktivitas olahraga dan menunjang keterampilan gerak seseorang. Hal tersebut sejalan pendapat H.Clarke (1997:11) yang mengatakan bahwa : the type of individual s structure is an essensial factor in his motor performance. Kalimat ini mengandung arti: bentuk struktur tubuh seseorang adalah suatu factor yang sangat mendasar bagi pelaksana geraknya. Panjang lengan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam olahraga khususnya tolak peluru, karena panjang lengan akan memungkinkan dalam pencapaian hasil tolakan yang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa bentuk angggota tubuh atau postur tubuh merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian prestasi yang maksimal (Soeharno H. P : 8). a. Pengukuran panjang lengan Panjang lengan merupakan salah satu anggota tubuh yang tergolong dalam pengukuran Antropometrik yakni salah satu anggota gerak tubuh bagai atas yang terdiri dari : lengan atas, lengan bawah, tangan, dan jari-jari tangan. Dengan demikian panjang lengan meliputi pengukuran anggota gerak tubuh bagian atas yang dimulai dari persendian bahu atau persendian lengan atas sampai pada tangan atau jari tangan yang terpanjang.

65 digilib.uns.ac.id 65 Gambar 9. Antropometri Tubuh Manusia (yukbelajarergonomi.blogspot.com) Keterangan: Nomor 26 : batasan panjang lengan adalah diukur dari kepala tulang lengan (Caput Os. Ocramion) sampai ujung jari tengah. Standar yang digunakan untuk mengukur panjang lengan menggunakan meteran baja (Antropometer) yang diukur melalui pangkal persendian bahu yang paling atas sampai ujung jari tengah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa lengan adalah anggota gerak bagian atas mulai dari gelang bahu sampai ujung jari (Soedarminta, commit 1994:108). to user

66 digilib.uns.ac.id 66 b. Peran Panjang Lengan Terhadap Peningkatan Hasil Tolak Peluru Pengaruh lengan terhadap prestasi tolak peluru pada umumnya sangat besar, ditinjau dari fungsi lengan sebagai penahan, pemegang dan sebagai alat tolakan terakhir dengan gaya dorong. Fungsi lengan dalam tolakan ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan otot lengan adalah kekuatan otot-otot atau kelompok otot untuk mengatasi suatu beban dalam menjalankan suatu aktivitas (Abdul Hamid Syeeh Nur, 1993:135). Makin tinggi dan besar orang yang menolak, makin baik adanya. Orang dengan lengan panjang akan lebih menguntungkan dari pada berlengan pendek. Sebab lengan yang panjang mempunyai jangkauan tolakan yang lebih jauh (Winarno Surachman, 1992:20). Hal senada juga diuratakan oleh (Hidayat, 1997:148) bahwa semakin tinggi jarak tolakan maka akan menetukan jarak dari tolakan. Selain hal tersebut (Hidayat, 1997:240) memberikan contoh tentang adanya implus dan momentum: Peluru yang meledak mengerahkan kekuatan/gayanya. Gaya yang bekerja pada pistol, pengerahannya dilakukan sepanjang larasnya. Karena larasnya pendek, waktu (t) yang dikerahkan juga pendek. Senjata apai yang larasnya panjang, dengan sendirinya t-nya juga besar sehingga implusnya besar, ini berarti jarak tembak senjata api yang larasnya panjang lebih jauh dari laras pendek/pistol Prestasi tolak peluru dapat dicapai jika atlet memiliki kemampuan baik fisik maupun teknik sesuai dengan commit kartakteristik to user tolak peluru.tujuan tolak peluru

67 digilib.uns.ac.id 67 yaitu mencapai jarak horizontal tolakan yang sejauh-jauhnya. Dari segi biomekanika Hay, J.G. (1985:476) mengemukakan mengenai faktor dasar yang menentukan prestasi tolak peluru seperti pada bagan berikut : Jarak Tinggi Pelepasan Faktor Aerodinamik Fisik Posisi Sudut Kecepatan Angin Pengaruh Kecepatan Pelepasan Sudut Pelepasan Pengeraha n Jarak Gambar 10. Faktor-faktor Dasar yang Menentukan Prestasi Tolak Peluru (Hay, J.G. 1985:476)

68 digilib.uns.ac.id 68 Berdasarkan bagan di atas dapat diketahui bahwa jarak tolakan ditentukan oleh : kecepatan pelepasan, sudut pelepasan, tenaga yang dikerahkan, ketinggian pelepasan dan faktor aerodinamika. Tingginya pelepasan peluru ditentukan oleh kemampuan kondisi fisik dan posisi badan saat menolakkan peluru. Orang yang memiliki tubuh kuat dan tinggi besar lebih diuntungkan, karena dapat melepaskan peluru pada posisi yang tinggi dan dapat menolakkan peluru dengan lebih kuat sehingga mencapai jarak yang lebih jauh. jika demikian maka pada prinsip tolak peluru dapat dikatakan bahwa jika seseorang yang mempunyai lengan yang lebih panjang maka pengerahan kekuatanya lebih lama sehingga implus lebih besar. Implus yang lebih besar mengakibatkan momentum juga besar. Maka jarak hasil tolakan peluru kecenderungannya akan maksimal. B. Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan dibutuhkan dalam mendukung kajian teori yang dikemukakan, sehingga dapat dipergunakan sebagai kajian untuk hipotesis. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan khususnya yang trekait dengan program latihan plaiometrik dengan hasil yang bervariasi.

69 digilib.uns.ac.id 69 Penelitian Dwi Gunadi (2005) tentang program latihan plaiometrik dan latihan berbeban terhadap power otot lengan menujukkan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi tolak peluru gaya linier. Penelitian Subandono (2006) tentang pengaruh latihan plaiometrik dan rasio panjang tungkai dan tinggi badan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi lompat jauh. C. Kerangka Berfikir 1. Perbedaan pengaruh antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping. Metode latihan merupakan prosedur dan cara pemilihan jenis latihan dan penataanya menurut kadar kesulitan kompleksitas. Plaiometrik medicine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust juga mempunyai karateristik berbeda dalam upaya peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping. Plaiometrik medicine

70 digilib.uns.ac.id 70 ball chest pass memberikan kontribusi terhadap koordinasi sedangkan plaiometrik heavy bag thrust lebih menekankan pada peningkatan kekuatan, ketahanan otot dan pembentukan otot. Dengan kondisi tersebut tentunya daya didorong atau tolakan akan meningkat. Keuntungan latihan plaiometrik medicine ball chest pass adalah kecepatan gerakan dalam latihan lebih tinggi, sehingga sangat baik dan efektif untuk menghasilkan tenaga pada jenis gerakan (kecepatan gerak jauh lebih baik) resiko cidera otot jauh lebih rendah, sehingga lebih aman saat melakukan latihan, kontrol kesungguhan dan kebenaran dalam pelaksanaan program latihan lebih mudah, peningkatan beban latihan lebih tepat sesuai dengan ketentuan dan memungkinkan sejumlah siswa untuk berlatih bersama, sehingga menghemat waktu. Latihan plaiometrik heavy bag thrust adalah latihan yang menggunakan alat bantu berupa samsak untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot dan pembentukan otot. Sama halnya dengan latihan plaiometrik medicine ball chest pass latihan plaiometrik heavy bag thrust juga mempunyai kelebihan atau keuntungan untuk meningkatkan hasil tolak peluru gaya menyamping yang cukup besar, dengan adanya penambahan beban dari luar, lebih memberikan tantangan bagi pelaku sehingga dapat meningkatkan semangat dan motivasi dalam latihan. Latihan plaiometrik merupakan metode latihan yang dikembangkan untuk mengembangkan ekplosif power. Maksud plaiometrik adalah membangun tenaga yang luar biasa besar dalam waktu yang relatif pendek. Tujuan latihan plaiometrik adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk menjadi lebih bertenaga dan

71 digilib.uns.ac.id 71 lebih cepat. Oleh karena itu latihan plaiometrik merupakan latihan yang sangat cocok untuk meningkatkan daya ledak. Metode latihan yang berulang-ulang dan berkesinambungan akan berpengaruh terhadap power otot lengan sehingga akan beradaptasi terdahap gerakan yang dilakukan. Dengan demikian hasil tolak peluru gaya menyamping pada siswa SMA dapat meningkat. Hal ini disebabkan karena pola gerakan yang digunakan sesuai dengan gerakan pada koordinasi. Oleh karena itu penningkatan dosis metode latihan senbaikya diberikan secara bertahap. Dari uraian diatas dengan memperhatikan metode latihan plaiometrik maka dapat diduga bahwa latihan plaiometrik akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping. 2. Perbedaan peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping antara yang memiliki panjang lengan panjang, sedang dan pendek. Tujuan utama tolak peluru adalah menolak atau mendorong peluru untuk mencapai jarak sejau-jauhnya yang dilakukan dari bahu dengan satu lengan. Lengan adalah salah satu anggota tubuh yang mempunyai bidang gerak besar atau yang paling leluasa bergerak. atau Panjang lengan merupakan salah satu faktor penentu prestasi tolak peluru. Panjang lengan seseorang mencerminkan panjang jangkau seseorang, dimana perbandingan panjang jangkauan dan tinggi badan seseorang adalah relatif sama. Panjang lengan yang dimiliki siswa tidaklah sama. Ada yang panjang, sedang dan pendek.semakain panjang commit lengan to user seseorang, maka dalam pelaksanaan

72 digilib.uns.ac.id 72 tolakaan juga akan mempengaruhi ketinggian saat melepaskan peluru. Semakin tinggi saat pelepasan peluru maka semakin jauh pula jarak yang akan dihasilkan. Selain hal tersebut semakin panjang lengan seseorang maka implus yang terjadi saat menolak peluru semakin besar pula. Dari uraian diatas maka dapat diduga bahwa perbedaan panjang lengan yang panjang, sedang dan pendek diduga dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil tolak peluru gaya menyamping. 3. Pengaruh interaksi antara latihan plaiometrik ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust dan panjang lengan terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping. Latihan plaiometrik merupakan metode latihan yang dikembangkan untuk mengembangkan ekplosif power. Latihan plaiometrik ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust memberikan pengaruh yang positif terhadap power lengan untuk menghasilkan tolakan yang sempurna, karena kedua latihan tersebut memberikan kontribusi terhdap koordinasi, kekuatan, ketahan otot dan pembentukan otot. Bagi siswa yang memiliki panjang lengan yang pendek latihan plaiometrik medecine ball chest pass akan memberikan kontribusi yang positif terhadap penggunaan lengan sebagai tenaga pendorong dalam melakukan tolakan. Sebaliknya bagi siswa yang mempunyai panjang lengan sedang dan panjang

73 digilib.uns.ac.id 73 latihan plaiometrik heavy bag thrust memberikan kontribusi yang efektif terhadap penggunaan lengan sebagai tenaga pendorong dalam melakukan tolakan. Dari uraian di atas dapat diduga terdapat interaksi antara latihan plaiometrik medecine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust dan panjang lengan terhapat peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping. D. Hipotesis 1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping. 2. Ada perbedaan peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping antara yang memiliki panjang lengan panjang, sedang dan pendek. 3. Ada pengaruh interaksi antara latihan plaiometrik medecine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust dan panjang lengan terhadap peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping

74 digilib.uns.ac.id 74 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Nglames Kabupaten Madiun. Alasan peneliti memilih tempat ini karena pada sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang menyangkut permasalahan seperti yang diajukan dalam penelitian ini. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama delapan minggu, dimulai pada 26 Agustus 2013 sampai dengan 12 Oktober 2013 dengan rekuensi latihan tiga kali dalam seminggu pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Penelitian diluar jam pelajaran pendidikan jasmani yaitu pada sore hari mulai pukul s.d WIB. Secara keseluruhan kegiatan perlakuan berlangsung selama 24 kali pertemuan. Uraian terperinci mengenai waktu penelitian tersebut selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

75 digilib.uns.ac.id 75 B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan rancangan faktorial 2 x 3. Rancangan penelitian faktorial ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Kerangka Desain Penelitian

76 digilib.uns.ac.id 76 Metode Latihan (A) Keterangan: Variabel Antributif Variabel Manipulatif Plaiometrik Medicine Ball Chest Pass (A 1 ) Plaiometrik Heavy Bag Thrust (A 2 ) Panjang (B1) Panjang Lengan (B) Sedang (B2) Pendek (B3) a 1 b 1 a 1 b 2 a 1 b 3 a 2 b 1 a 2 b 2 a 2 b 3 a 1 b 1 a 2 b 1 a 1 b 2 a 2 b 2 a 1 b 3 a 2 b 3 : Kelompok siswa yang memiliki panjang lengan panjang dilatih dengan mengunakan latihan medicine ball chest pass : Kelompok siswa yang memiliki panjang lengan panjang dilatih dengan mengunakan latihan heavy bag thrust : Kelompok siswa yang memiliki panjang lengan sedang dilatih dengan mengunakan latihan medicine ball chest pass : Kelompok siswa yang memiliki panjang lengan sedang dilatih dengan mengunakan latihan heavy bag thrust : Kelompok siswa yang memiliki panjang lengan pendek dilatih dengan mengunakan latihan medicine ball chest pass : Kelompok siswa yang memiliki panjang lengan pendek dilatih dengan mengunakan latihan heavy bag thrust C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen) yaitu :

77 digilib.uns.ac.id Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini meliputi : a). Variabel manipulatif yang terdiri latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan latihan plaiometrik heavy bag thrust. b). Variabel atributif yang terdiri dari panjang lengan panjang, sedang dan pendek 2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil tolak peluru gaya menyamping. D. Definisi Operasional Variabel 1. Latihan Plaiometrik adalah salah satu bentuk latihan yang didalamnya terdapat kontraksi dan regangan otot secara cepat yang memungkinkan otot mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat. Latihan plaiometrik dalam penelitian ini adalah medicine ball chest pass dan heavy bag thrust. a) Medicine ball chest pass adalah mendorong bola medicine ke depan sejajar dengan bahu secepat mungkin hingga lengan terjulur penuh. b) Heavy bag thrust adalah latihan dengan kedua kaki diam dan terbuka mendorong samsak menjauh dari tubuh secepat mungkin lengan dan bahu terjulur penuh. 2. Panjang lengan

78 digilib.uns.ac.id 78 Panjang lengan adalah bagian lengan yang diukur dari kepala tulang lengan (Caput Os. Ocramion) sampai ujung jari tengah. 3. Hasil tolak peluru gaya menyamping Hasil tolak peluru adalah hasil yang mampu diraih seorang individu dalam melakukan tolak peluru gaya menyamping. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMAN 1 Nglames Kebupaten Madiun yang berjumlah 96 siswa. 2. Sampel Penelitian Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive random sampling. Menurut Sudjana (2002: 148) teknik purposive random sampling yaitu dari jumlah populasi yang ada untuk menjadi sampel harus memenuhi ketentuan-ketentuan untuk memenihi tujuan penelitian. Dari jumlah siswa yang terpilih selanjutnya dilakukan pengukuran panjang lengan untuk mengetahui siswa yang memiliki panjang lengan panjang, sedang, dan pendek, kemudian dirangking dan dikelompokkan berdasar panjang lengan. Diambil Sebanyak 42 siswa dengan rincian 14 orang siswa yang memiliki panjang lengan panjang, dan 14 siswa yang memiliki panjang lengan sedang dan 14 siswa dengan panjang lengan pendek. Kemudian dari 14

79 digilib.uns.ac.id 79 siswa setiap kelompoknya lengan akan dibagi masing-masing kelompok terdiri 7 orang untuk menjalani latihan medicine ball chest pass dan heavy bag thrust. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara tes dan pengukuran beberapa variabel penelitian: 1) Data panjang lengan Data panjang lengan yang diperhitungkan atas dasar pengukuran lengan yang diukur dari kepala tulang lengan (Caput Os. Ocramion) sampai ujung jari tengah. Panjang lengan diukur pada sikap duduk pada bangku, sikap badan tegak dan tangan diletakkan disamping badan. Data panjang lengan dapat dipakai untuk mengelompokkkan (1) sampel yang memiliki panjang lengan panjang, (2) sampel yang memilki panjang lengan sedang, dan (3) sampel yang memilki panjang lengan pendek. 2) Data Hasil tolak peluru gaya menyamping Teknik pengumpulan data hasil tolak peluru gaya menyamping terdapat data pre-tes dan post- tes. Petunjuk tes tolak peluru gaya menyamping dari Suhendro Andi (1999:3).

80 digilib.uns.ac.id 80 G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analis varian (ANAVA) rancangan faktorial 2 x 3 pada α = 0,05. Jika nila F yang diperoleh (F0) signifikan analisis dilanjutkan dengan uji rentang Newman-keuls (Sujdana, 2002:36). Untuk memenuhi asumsi dalam teknik anava, maka dilakukan uji normalitas (Uji liliefors) dan uji Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett) (Sujdana, 2002: ). Urutan langkah-langkah analisis data ini adalah: 1. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a) Uji Normalitas (Metode Lilliefors) Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak.(sudjana 2002:132) Langkah-langkah : 1) Pengamatan X 1, X 2, X 3,.X n dijadikan bilangan baku Z 1, Z 2, Z 3,..Z n, dengan menggunakan rumus : Z i = { X i X }/ SD, dengan X dan SD masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku. 2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi. 3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung commit peluang to user F(Z i ) = P(Z < Z i ).

81 digilib.uns.ac.id 81 4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu : S(Zi) = i/n. 5) Mencari selisih antara F(Z i ) S(Z i ), dan ditentukan harga mutlaknya. 6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo. Rumusnya : Lo = F(Z i ) S(Z i ) maksimum. Kreteria : Lo < L tab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Lo > L tab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. b) Uji Homogenitas ( Metode Bartlett ) Dalam uji homogenitas menggunakan Uji Bartlett dengan α = 0,05.Dimana rumus homogenitas adalah sebagi berikut : 2 ( x) x n 2 S 1 = n 1 2 2). Uji Hipotesis Data hasil tes akhir tolak peluru dianalisis dengan statistika anava dua jalur dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf signifikan 0,05 % yang ada pada tahap sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas sampel (uji Lilliefors dengan α = 0,05 %) dan uji homogenitas varians (uji Bartlett dengan α = 0,05 %) Selanjutnya prosedur analisis prosedur analisis variansi dua jalur secara rinci sebagai berikut : Tabel 4. Analisis Variansi dua commit jalur to user

82 digilib.uns.ac.id 82 Source of variance SS df MS F Between Grups A B A*B Within groups SS B dfn MS B SS 1 df1 MS 1 SS 2 df 2 MS 2 SS 1x2 df 1x2 MS 1x2 F 1x2 SS w df w MS w F B F 1 F 2 Total SS T df T Langkah-langkah perhitungan : a) Sum of Square 1) Total Sum of Square SSr = X 2 N X 2 2) Between group sum of square (SS B ) X X X X 2 k SS B = 1 N 1 N 2 N k N 2 3) Within group sum of square (SS w ) SSw = SSr - SS B 4) Sum of square for factor 1 (SS 1 ) 2 X sumof each column SS 1 = Nineachcolumn N 2

83 digilib.uns.ac.id 83 5) Sum of square for factor 2 (SS 2 ) 2 X sumof each row SS 2 = N in each row N 2 6) Sum of Square for interactions (SS 1x2 ) SS 1x2 = SS B SS 1 SS 2 b) Degrees of freedom 1) Total Degrees of Freedom dfr = N 1 2). Degree of Freedom Within Groups Df w = N K 3) Degrees of Freedom for Factor 1 Df 1 = one less than the number of levels for factor 1 4) Degrees of Freedom for Factor 2 Df 1 = one less than the number of levels for factor 2 5) Degrees of Freedom for interaction Df 1x2 = df 1 xdf 2

84 digilib.uns.ac.id 84 6). Degrees of Freedom Between Groups df B = k-1 c. Mean Square 1) Mean Square Between Group (MS B ) MS B = SS df B B 2) Mean Square within group (MS w ) MS W = SS df W W 3) Mean Square for Factor 1 (MS 1 ) MS B = SS df 1 1 4) Mean Square for factor 2 (MS 2 ) MS B = SS df 2 2 5) Mean Square for interaction (MS 1x2 ) MS 1 X 2 = SS df 1 X 2 1 X 2 d. Fration and test of significance

85 digilib.uns.ac.id 85 1) Effect of Between group (F B ) F = MS MS B W 2) Effect of factor 1 (F 1 ) F = MS 1 MS W 3) Effect of factor 2 (F 2 ) F = MS 2 MS W 4) Effect of interaction (F 1x2 ) F = MS1 X 2 MS W Penggunaan Anova harus memenuhi persyaratan : (1) observasi untuk masing-masing kelompok independen, (2) setiap kelompok perlakuan memiliki variansi yang sama (Homogen), (3) populasi berdistribusi normal. Selanjutnya untuk menguji perbedaan pengaruh perlakuan menggunakan uji range berganda dari Duncan sebagaimana yang terdapat dalam buku Sudjana (2002 : 105) menyatakan bahwa untuk uji lanjut ( sesudah Fo terbukti signifikan ) bagi penelitian eksperimen dengan ukuran sama untuk setiap kelompok atau dimana n- nya tidak sama. Untuk n yang sama, s.e = MSE / n, sedangkan untuk n yang

86 digilib.uns.ac.id 86 berbeda maka n pada persamaan tersebut diganti dengan n h = a 1 1 a (1 / n) dimana a adalah banyaknya kelompok perlakuan. Untuk menggunakan uji ini ada beberapa prosedur yang perlu dilakukan sebagaimana yang tertera di bawah ini : 1) Urutkan mean perlakuan dari yang terkecil sampai mean yang terbesar. 2) Dengan tabel Range signifikasi Duncan, tentukan : r α (p.f) untuk p = 2, 3,.,ab Dengan : α = taraf signifikansi f = derajad kebebasan (df) error. 3) Ubah range signifikasi seperti pada butir 2 ke dalam ( a 1 ) range signifikasi terkecil, R p dengan terlebih dahulu menghitung s.e sebagaimana yang telah dikemukakan di depan. 4) Komparasikan perbedaan mean absolut dari pasangan mean yang diinginkan dengan range signifikasi terkecil. Mulailah dari pasangan yang menghasilkan perbedaan mean terbesar sampai dengan yang terkecil, secara berturut-turut mulai mean yang terbesar. 5) Dua mean perlakuan dikatakan berbeda secara signifikan jika perbedaaan mean absolut lebih besar dari R p yang menjadi perbandingannya mulai dri R p yang mempunyai nilai yang terbesar commit sampai to user dengan yang terkecil.

87 digilib.uns.ac.id 87 Bila selisih kedua mean yang dipasangkan lebih besar dari nilai R p yang dipasangkan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedua buah mean tersebut berbeda. Selanjutnya untuk menghindari terjadinya kontradiksi, maka diberikan acuan sebagai berikut : Bila dua buah mean yang berbeda tetapi terletak diantara kedua mean lain yang tidak berbeda. Maka perbedaan tersebut dianggap tidak signifikan.

88 digilib.uns.ac.id 88 BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab ini disajikan hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir prestasi tolak peluru gaya menyamping. Berturut-turut berikut disajikan deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil tes prestasi tolak peluru gaya menyamping yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut: Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Tes Prestasi Tolak Peluru Tiap Kelompok Berdasarkan Pengunaan Metode Latihan dan Panjang Lengan Perlakuan Plaiometrik Medecine Ball Chest Pass Plaiometrik Heavy Bag Thrust Tes Awal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir Antrop ometri Jml Rer ata SD Jml Rer ata SD Penin gkata n Jml Rer ata SD Jml Rer ata SD Penin gkata n Panjang Lengan Panjang 52, 1 7,4 2 0,4 0 57, 8 8,2 8 0,3 5 5,74 51, 8 7,2 8 0,8 5 58, 3 8,2 3 0,8 4 6,5 Sedang 51, 4 7,3 0 0,9 5 56, 5 8,2 9 0,9 9 5,13 48, 4 6,7 5 0,8 5 54, 3 7,6 1 0,8 5 5,93 Pendek 42, 8 5,9 3 0,7 9 50, 0 6,9 8 0,7 8 7,22 45, 9 6,8 0 0,6 6 49, 7 7,3 4 0,6 5 3,79

89 digilib.uns.ac.id 89 Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata prestasi tolak peluru maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut: Prestasi Tolak Peluru Pre test Pos test PMB (A1) PHB (A2) KEL PJ (B1) KEL S (B2) KEL PD (B3) Gambar 11. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Prestasi Tolak Peluru Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan Plaiometrik medicine ball chest pass, Latihan Plaiometrik heavy bag thrust dan Panjang lengan PMB PHB = Kelompok latihan Plaiometrik medicine ball chest pass = Kelompok latihan Plaiometrik heavy bag thrust KEL PJ = Kelompok panjang lengan Panjang KEL S = Kelompok panjang lengan Sedang KEL PD = Kelompok panjang lengan pendek = Hasil tes awal = Hasil tes akhir

90 digilib.uns.ac.id 90 Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan prestasi tolak peluru yang berbeda. Nilai peningkatan prestasi tolak peluru masing-masing sel (kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Nilai Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan) No Kelompok Perlakuan (Sel) Nilai Peningkatan Prestasi Tolak Peluru 1 A 1 B 1 (KP 1 ) 0,82 2 A 1 B 2 (KP 2 ) 0,73 3 A 1 B 3 (KP 3 ) 1,03 4 A 2 B 1 (KP 4 ) 0,93 5 A 2 B 2 (KP 5 ) 0,85 6 A 2 B 3 (KP 6 ) 0,54 Nilai rata-rata peningkatan prestasi tolak peluru yang dicapai tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut: Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Rerata 0 A1B1 (KP1) A1B2 (KP2) A1B3 (KP3) A2B1 (KP4) A2B2 (KP5) A2B3 (KP6) Gambar 12. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Pada Tiap Kelompok Perlakuan

91 digilib.uns.ac.id 91 Keterangan : KP 1 = Kelompok siswa dengan panjang lengan panjang yang mendapat perlakuan metode latihan plaiometrik medicine ball chest pass KP 2 = Kelompok siswa dengan panjang lengan sedang yang mendapat perlakuan metode latihan plaiometrik medicine ball chest pass KP 3 = Kelompok siswa dengan panjang lengan pendek yang mendapat perlakuan metode latihan plaiometrik medicine ball chest pass KP 4 = Kelompok siswa dengan panjang lengan panjang yang mendapat perlakuan metode latihan plaiometrik heavy bag thrust KP 5 = Kelompok siswa dengan panjang lengan sedang yang mendapat perlakuan metode latihan plaiometrik heavy bag thrust KP 6 = Kelompok siswa dengan panjang lengan pendek yang mendapat perlakuan metode latihan plaiometrik heavy bag thrust Peningkatan prestasi tolak peluru berdasarkan kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Nilai Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Masing-masing Kelompok Metode latihan Plaiometrik Metode Latihan Rerata peningkatan Prestasi tolak peluru Plaiometrik medicine ball chest 0,861 pass Plaiometrik heavy bag thrust 0,772 Jika antara kelompok mahasiswa yang mendapat latihan Plaiometrik medicine ball chest pass dengan latihan Plaiometrik heavy bag thrust, maka dapat diketahui bahawa kelompok latihan Plaiometrik medicine ball chest pass memiliki peningkatan prestasi tolak peluru 0,089 meter lebih baik dari pada kelompok latihan Plaiometrik heavy bag thrust. Gambaran perbandingan nilai rata-rata peningkatan prestasi tolak peluru yang dicapai tiap kelompok metode latihan disajikan dalam bentuk histogram commit sebagai to berikut: user

92 digilib.uns.ac.id 92 Peningkatan Prestasi Tiap Kelompok Latihan Rerata Plaiometrik medicine ball chest pass Plaiometrik heavy bag thrust Gambar 13. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Pada Tiap Kelompok Metode Latihan Peningkatan prestasi tolak peluru berdasarkan kelompok klasifikasi panjang lengan dapat dilihat pada table berikut: Tabel 8. Nilai Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Masing-masing Kelompok Berdasarkan Klasifikasi Panjang Lengan. Klasifikasi Panjang Lengan Rerata Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Panjang 0,874 Sedang 0,790 Pendek 0,786 Jika antara kelompok siswa yang memiliki panjang lengan panjang, sedang dan pendek dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki panjang lengan panjang memiliki peningkatan prestasi tolak peluru yang paling tinggi, selanjutnya panjang lengan sedang dan pendek. Siswa yang

93 digilib.uns.ac.id 93 memiliki panjang lengan panjang memiliki peningkatan prestasi tolak peluru 0,084 lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki panjang lengan sedang, dan 0,089 meter lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki panjang lengan pendek. Sedangkan siswa yang memiliki panjang lengan sedang memliki peningkatan prestasi tolak peluru 0,004 meter yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki panjang lengan pendek. Gambaran perbandingan nilai rata-rata peningkatan prestasi tolak peluru yang dicapai tiap kelomppok siswa berdasarkan klasifikasi panjang lengan dapat dilihat pada histogram berikut: Peningkatan Prestasi Pada Tiap Kategori Panjang Lengan Panjang Lengan Panjang Panjang Lengan Sedang Panjang Lengan Pendek Rerata Gambar 14. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Pada Tiap Kelompok Berdasar Klasifikasi Panjang Lengan.

94 digilib.uns.ac.id 94 Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut: Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kelompok N M SD L hitung L tabel 5% Kesimpulan Perlakuan KP 1 7 0,820 0,101 0,1201 0,300 Berdistribusi Normal KP 2 7 0,733 0,130 0,1868 0,300 Berdistribusi Normal KP 3 7 1,031 0,061 0,1727 0,300 Berdistribusi Normal KP 4 7 0,929 0,078 0,2050 0,300 Berdistribusi Normal KP 5 7 0,847 0,075 0,2050 0,300 Berdistribusi Normal KP 6 7 0,540 0,056 0,2165 0,300 Berdistribusi Normal Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 1 diperoleh nilai L o = 0,1201. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,300. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 2 diperoleh nilai L o = 0,1868, yang ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0,300. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 2 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 3 diperoleh nilai L o = 0,1727. commit Nilai to tersebut user lebih kecil dari angka batas

95 digilib.uns.ac.id 95 penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0,300. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 3 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 4 diperoleh nilai Lo = 0,2050, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0,300. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 4 juga termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 5 diperoleh nilai L o = 0,2050. Nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0,300. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 5 termasuk berdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 6 diperoleh nilai Lo = 0,2165, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0,300. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 6 juga termasuk berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1 dengan kelompok 2. Hasil uji homogenitas data antara kelompok dan kelompok 2 adalah sebagai berikut: Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Kelompok N i SD 2 gab χ 2 o χ 2 tabel 5% Kesimpulan ,237 11,07 Varians homogen

96 digilib.uns.ac.id 96 Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ 2 o = 6,237. Sedangkan dengan K - 1 = 6 1 = 5, angka χ 2 tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ 2 o = 6,237 lebih kecil dari χ 2 tabel 5% = 11,07. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II. berikut: Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai Tabel 11. Ringkasan Nilai Rata-rata Prestasi Tolak Peluru Berdasarkan Jenis Latihan Plaiometrik dengan Panjang Lengan Variabel A 1 A 2 Rerata Prestasi Tolak Peluru B 1 B 2 B 3 B 1 B 2 B 3 Hasil tes awal 7,44 7,35 6,12 7,41 6,92 6,57 Hasil tes akhir 8,26 8,08 7,15 8,34 7,77 7,11 Peningkatan 0,82 0,73 1,03 0,93 0,85 0,54 Keterangan : A 1 A 2 = Latihan Plaiometrik medicine ball chest pass. = Latihan Plaiometrik heavy bag thrust.

97 digilib.uns.ac.id 97 B 1 B 2 B 3 = Kelompok siswa yang memiliki panjang lengan panjang = Kelompok siswa yang memiliki panjang lengan sedang = Kelompok siswa yang memiliki panjang lengan pendek Tabel 12. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan Plaiometrik (A 1 dan A 2 ) Sumber Variasi dk JK RJK F o F t A 1 0,0842 0,084 11, Kekeliruan 36 0,2733 0,008 Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Panjang Lengan (B 1 dan B 2 ) Sumber Variasi dk JK RJK F o F t B 2 0,0698 0,035 4, Kekeliruan 36 0,2733 0,008 Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor Sumber Variasi Dk JK RJK F o F t Rata-rata Perlakuan 1 28, ,012 A 1 0,0842 0,084 11, B 2 0,0698 0,035 4,6010 3,26 AB 2 0,8481 0,424 55,8645 3,26 Kekeliruan 36 0,2733 0,008 Total 42 29,2870

98 digilib.uns.ac.id 98 Tabel 15. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians KP A2B3 A1B2 A1B1 A2B2 A2B1 A1B3 Rerata 0,540 0,733 0,820 0,847 0,929 1,031 RST A2B3 0,540-0,193 * 0,280 * 0,307 * 0,389 * 0,491 * 0,0952 A1B2 0,733-0,087 0,114 0,196 * 0,299 * 0,1146 A1B1 0,820-0,027 0,109 0,211 * 0,1264 A2B2 0,847-0,081 0,184 * 0,1353 A2B1 0,929-0,103 0,1416 A1B3 1,031 - Keterangan ; Yang bertanda * signifikan pada P 0,05. Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Pengujian Hipotesis I Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan plaiometrik medicine ball chest pass memberikan dampak peningkatan yang berbeda dibandingkan dengan latihan plaiometrik heavy bag thrust. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung = 11,087 > F tabel = Dengan demikian hipotesa nol (H 0 ) ditolak, ini berarti pernyataan ada perbedaan pengaruh antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan latihan plaiometrik heavy bag thrust terhadap prestasi tolak peluru dapat diterima kebenarannya. Latihan plaiometrik medicine ball chest pass memberikan dampak peningkatan yang berbeda dengan latihan plaiometrik heavy commit bag to user thrust. Dari analisis lanjutan dapat

99 digilib.uns.ac.id 99 dikemukakan bahwa latihan plaiometrik medicine ball chest pass memberikan dampak terhadap peningkatan prestos tolak peluru yang lebih baik dari pada latihan plaiometrik heavy bag thrust, dengan rata-rata peningkatan prestasi tolak peluru yaitu 0,77 meter. 2. Pengujian Hipotesis II Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki panjang lengan panjang memberikan dampak peningkatan prestasi tolak peluru yang berbeda dibandingkan dengan siswa yang memiliki panjang lengan sedang dan pendek. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung = 4,601 > F tabel = 4,26. Dengan demikian hipotesa nol (H 0 ) ditolak. Ini berarti bahwa antara siswa yang memiliki panjang lengan panjang, sedang dan pendek memiliki peningkatan prestasi tolak peluru gaya menyamping yang berbeda dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang memiliki panjang lengan panjang memiliki peningkatan prestasi tolak peluru yang lebih baik dari pada siswa yang miliki panjang lengan sedang maupun yang memiliki panjang lengan pendek. Setelah diperbandingkan siswa yang memilki panjang lengan sedang juga memiliki peningkatan prestasi tolak peluru yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memilki panjang lengan pendek. Siswa yang memiliki panjang lengan panjang memiliki ratarata peningkatan prestasi tolak peluru sebesar 0,874 meter, siswa yang memiliki panjang lengan sedang memiliki rata-rata peningkatan presasi tolak peluru sebesar 0,790 meter, sedangkan siswa yang memiliki panjang lengan

100 digilib.uns.ac.id 100 pendek memiliki rata-rata peningkatan presasi tolak peluru sebesar 0, 786 meter. Kelompok siswa yang memiliki panjang lengan panjang memiliki peningkatan prestasi tolak peluru yang paling tinggi, selanjutnya panjang lengan sedang dan pendek. Siswa yang memiliki panjang lengan panjang memilki peningkatan prestasi tolak peluru 0,084 meter lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki panjang lengan sedang, dan 0,089 meter lebih tinggi jika dibandingkan dengan panjang lengan pendek. Sedangkan siswa yang memiliki panjang lengan sedang memiliki peningktan prestasu tolak peluru 0,004 meter lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki panjang lengan pendek. 3. Pengujian Hipotesis III Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass, latihan plaiometrik heavy bag thrust dan panjang lengan sangat bermakna. Karena F hitung = 55,865 > F tabel = 3,26. Dengan demikian hipotesa nol ditolak. Terdapat interaksi yang signifikan antara jenis latihan plaiometrik dan panjang lengan.

101 digilib.uns.ac.id 101 Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu : (a) Ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian. Faktor utama yang diteliti meliputi: 1) Perbedaan jenis latihan plaiometrik 2) Perbedaan panjang lengan (b) Ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Plaiometrik Ball Chest Pass, Latihan Plaiometrik Heavy Bag Thrust Terhadap Prestasi Tolak Peluru Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan latihan medicine ball chest pass dan kelompok siswa yang mendapat latihan plaiometrik heavy bag thrust terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. Pada kelompok siswa yang mendapatkan latihan plaiometrik medicine ball chest pass mempunyai peningkatan prestasi tolak peluru yang lebih baik terjadi pada siswa yang mempunyai panjang lengan pendek. Hal ini disebabkan karena karateristik latihan plaiometrik medicine ball chest pass yang pemberian beban lebih ringan sehingga untuk siswa yang mempunyai lengan pendek lebih baik. Sedangkan kelompok siswa yang mendapatkan latihan

102 digilib.uns.ac.id 102 plaiometrik heavy bag thrust mempunyai peningkatan prestasi tolak peluru yang lebih baik terjadi pada siswa yang mempunyai panjang lengan panjang. ini disebabkan karena karateristik latihan plaiometrik heavy bag thrust yang pemberian beban lebih berat berupa samsak, sehingga untuk siswa yang mempunyai lengan panjang lebih baik. Pelaksanaan latihan plaiometrik medicine ball chest pass pada penelitian ini yaitu melakukan latihan mengunakan alat (beban) yaitu bola medicine yang dilakukan dengan cepat dan eksplosif. Dalam latihan ini otototot atlet (siswa) yang mempunyai panjang lengan pendek secara anatomisnya bahwa seseorang yang mempunyai panjang lengan yang pendek maka penampang otot atau otot-otot yang ada dilengan lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang mempunyai panjang lengan panjang dan sedang. Dengan demikian dapat dikatakan power lengan siswa yang memiliki panjang lengan pendek lebih kecil dari pada siswa yang memiliki panjang lengan panjang dan sedang. Maka latihan plaiometrik medicine ball chest pass yang dalam pemberian beban relative ringan akan memberikan pengaruh gerakan yang sesuai dengan kebutuhan otot siswa yang mempunyai panjang lengan pendek. Sedangkan pelaksanaan plaiometrik heavy bag thrust pada penelitian ini yaitu melakukan latihan mengunakan alat (beban) yaitu bola medicine yang dilakukan dengan cepat dan eksplosif. Dalam latihan ini otot-otot atlet (siswa) yang mempunyai panjang lengan panjang dan sedang secara anatomisnya bahwa seseorang yang mempunyai panjang lengan yang panjang maka penampang otot atau otot-otot yang ada dilengan lebih banyak dibandingkan

103 digilib.uns.ac.id 103 dengan siswa yang mempunyai panjang lengan pendek. Dengan demikian dapat dikatakan power lengan siswa yang memiliki panjang lengan panjang dan sedang lebih baik dari pada siswa yang memiliki panjang lengan pendek. Maka latihan plaiometrik heavy bag thrust yang dalam pemberian beban relative berat akan memberikan pengaruh gerakan yang sesuai dengan kebutuhan otot siswa yang mempunyai panjang lengan panajng dan sedang. Kebutuhan power sangat dominan dalam nomor tolak peluru, karena tipe gerakan menolak peluru adalah cepat dan ekplosif. Latihan ini memiliki karateristik yang sesuai dengan tipe kerja dari masing masing kondisi anatomi siswa atau atltet dalam tolak peluru. Dengan demikian latihan ini sangat baik untuk meningkatkan kemampuan tolak peluru, karena kekuatan yang ekplosif lebih diperlukan dalam tolak peluru. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan persentase prestasi tolak peluru yang dihasilkan oleh latihan plaiometrik medicine ball chest pass lebih baik 0,089 meter dari pada latihan plaiometrik heavy bag thrust. 2. Perbedaan Pengaruh Panjang Lengan Panjang, Sedang Dan Pendek Terhadap Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa dengan panjang lengan panjang dengan panjang lengan sedang dan pendek terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. Pada kelompok siswa dengan panjang lengan panjang

104 digilib.uns.ac.id 104 memberikan dampak peningkatan prestasi tolak peluru lebih tinggi dibanding kelompok siswa dengan panjang lengan sedang dan pendek. Panjang lengan merupakan unsur kondisi fisik yang dapat menunjang atau memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap tolakan peluru. Tinggi pelepasan peluru ditentukan oleh kondisi fisik seseorang. Orang yang memiliki panjang lengan yang lebih panjang pada umumnya mempunyai kondisi fisik tubuh yang besar sehingga akan lebih menguntungkan karena dapat melepaskan peluru pada posisi yang tinggi dan dapat menolak peluru dengan lebih kuat sehingga mencapai jarak yang lebih jauh. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan prestasi tolak peluru pada siswa yang memilki panjang lengan panjang 0,084 meter yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki panjang lengan sedang, dan 0,089 meter lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki panjang lengan pendek. Sedangkan siswa yang memiliki panjang lengan sedang memiliki peningkatan prestasi tolak peluru 0,004 meter lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki panajng lengan pendek. 3. Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan Dengan Panjang Lengan Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, tampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah table di bawah ini:

105 digilib.uns.ac.id 105 Tabel 16. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B Terhadap Prestasi Tolak Peluru. Faktor B = Panjang Lengan A = Metode Taraf B 1 B 2 B 3 Rerata B 1 - B 1 - B 2 - B 2 B 3 B 3 A 1 0,82 0,73 1,03 0,861 0,09 0,21 0,30 A 2 0,93 0,85 0,54 0,772 0,08 0,39 0,31 Latihan Rerata 0,874 0,790 0,786 0,817 0,084 0,089 0,004 A 1 - A 2 0,11 0,12 0,49 0,089 Berdasarkan hasil analisis data dua faktor variabel penelitian yang diteliti memiliki pengaruh interaksi yang signifikan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru gaya menyamping. Interaksi antara dua faktor penelitian yaitu metode latihan dan panjang lengan dapat dilihat pada gambar berikut ini: A1 A

106 digilib.uns.ac.id B1 B2 0.4 B Gambar 15. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Keteraangan: : A 1 = Latihan plaiometrik medicine ball chest pass : A 2 = Latihan plaiometrik heavy bag thrust : B 1 = Panjang lengan panjang : B 2 = Panjang lengan sedang : B 3 = Panjang lengan pendek Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai prestasi tolak peluru adalah tidak sejajar dan bersilangan. Garis perubahan peningkatan presasi antar kelompok memilki satu titik pertemuan atau persilangan. Antara jenis latihan plaiometrik dan panjang lengan memiliki titik

107 digilib.uns.ac.id 107 persilangan. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantaranya keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa panjang lengan berpengaruh signifikan terhadap penggunaan metode latihan plaiometrik. berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa yang memiliki panjang lengan panjang dan sedang memiliki peningkatan prestasi tolak peluru yang lebih baik jika mendapatkan perlakuan latihan plaiometrik heavy bag thrust.. Keefektifan penggunaan metode latihan plaiometrik medicine ball chest pass dipengaruhi oleh klasifikasi panjang lengan yang dimiliki oleh siswa. Siswa dengan panjang lengan pendek lebih cocok jika mendapatkan perlakuan latihan plaiometrik medicine ball chest pass. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata ada interaksi antara metode latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan metode latihan plaiometrik heavy bag thrust dengan panjang lengan, hal itu terlihat bahwa arah perubahan peningkatan prestasi tidak sejajar dan memilki titik penemuan. Bedasarkan hasil penelitian yang dicapai panjang lengan panjang dan sedang memiliki pengaruh interaksi terhadap latihan plaiometrik heavy bag thrust.

108 digilib.uns.ac.id 108 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust dalam meningkatkan prestasi tolak peluru gaya menyamping. Pengaruh latihan plaiometrik medicine ball chest pass lebih baik dari pada plaiometrik heavy bag thrust. 2. Ada perbedaan prestasi tolak peluru yang signifikan antara siswa yang memiliki panjang lengan panjang, panjang lengan sedang dan panjang lengan pendek. Peningkatan prestasi tolak peluru pada siswa yang memiliki panjang lengan panjang lebih baik dari pada siswa yang memiliki panjang lengan sedang dan panjang lengan pendek. 3. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan plaiometrik medicine ball chest pass dan plaiometrik heavy bag thrust terhadap prestasi tolak peluru. (a) Siswa yang memiliki panjang lengan panjang dan sedang lebih cocok jika diberikan latihan heavy bag thrust. (b) Siswa dengan panjang lengan pendek lebih cocok jika diberikan latihan medicine ball chest pass.

109 digilib.uns.ac.id 109 B. Implikasi Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut: 1. Secara umum dapat dikatakan bahwa metode latihan plaiometrik dan panjang lengan merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi peningkatan prestasi tolak peluru gaya menyamping. 2. Latihan plaiometrik medicine ball chest pass ternyata memberikan pengaruh yang lebih tinggi dalam meningkatkan prestasi tolak peluru gaya menyammping terhadap siswa yang memiliki panjang lengan pendek. Sedangkan latihan plaiometrik heavy bag thrust memberikan pengaruh yang lebih tinggi terhadap siswa yang memiliki panjang lengan panjang dan sedang. 3. Berkenaan dengan penerapan kedua bentuk penggunaan metode latihan plaiometrik dapat meningkatkan prestasi tolak peluru gaya menyamping, masih ada faktor lain yaitu panjang lengan. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan prestasi tolak peluru gaya menyamping yang sangat signifikan antara kelompok siswa yang memiliki panjang lengan panjang lebih baik dari pada siswa yang memiliki panjang lengan sedang dan panjang lengan pendek. Hal ini mengisyaratkan kepada pengajar dan pelatih, upaya peningkatan prestasi tolak peluru gaya menyamping hendaknya memperhatikan faktor panjang commit lengan to user

110 digilib.uns.ac.id 110 C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar dan pelatih diberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Latihan plaiometrik medicine ball chest pass memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi tolak peluru untuk siswa yang memiliki panjang lengan pendek sedangkan, latihan plaiometrik heavy bag thrust memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap siswa yang memiliki panjang lengan panjang dan sedang, sehingga pengajar dan pelatih harus memperhatikan bagaimana memilih latihan plaiometrik dalam upaya meningkatkan hasil tolak peluru gaya menyamping siswanya. 2. Penerapan penggunaan metode latihan plaiometrik untuk meningkatkan prestasi tolak peluru, dapat memperhatikan faktor panjang lengan sebagai penunjang peningkatan hasil tolak peluru gaya menyamping.

111 digilib.uns.ac.id 111 DAFTAR PUSTAKA Abdul, Hamid, Syeh, Nur Olahraga Tehnik dan Program Latihan, Akademik Persindo Jakarta Aip, Syarifudin,. Yusuf, Adi, Sasmita AtletikI. Jakarta. Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Anwar, Pasau Fisiologi Olahraga. Bandung:Cipta Raya Jaya Ballesteros, J.M Pedoman Latihan Dasar Atletik.Terjemahan SOS. Jakarta:PT. Enka Parrahyangan Bompa, O. Tudor The Theory and Metodology of Training the Key to Athletic Performance, Dubuque, IOWA:Kendall/Hunt. Bompa, O. Tudor Power Training For Sport : Plyometric for Maximum Power Divelopment. Ontario : coaching association of Canada. Chu, Donald A., Jumping into plyometrics.champaign, Illonis:Leisure Press Clarke Principles of Sport Training. Berlin: Sportverlag Djumidar Dasar-Dasar Atletik. Jakarta:PPUT Fox, Edward L., Richard W. Bowers & Merie L. Foss The Psysiological Basis of Physical Education and Athletik. Philadelpia : WB. Sounders Company. Dwi, Gunadi Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Plaiometrik dan Latihan Berbeban Terhadap Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Gaya Rotasi Ditinjau dari Power Otot Lengan: Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Jasmani UTP Surakarta. Tesis. Surakarta: Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana Univesitas Sebelas Maret. Guyton, A. C., & Hall, J. E., (1986). Teks Book of Medical Physiologi. Philadelphia: W.B. Saunders Company. Harsono.,2001. Latihan Kondisi Fisik: Panduan Pelatihan Untuk Pelatih Tingkat Muda. Hay, James G The Biomekanics of Sport Techniques. New Jersey: Prentice Hall, Upper Saddle River.

112 digilib.uns.ac.id 112 Heho Antropometri. ( Diakses 12 Juli 2013 Hidayat Biomekanika. Bandung:FPOK IKIP Bandung Jarver, J.,2005.Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Jaya Jonat, U., Hagg, E., Krempel, R,1988. Atletik I, Alih bahasa Suparno. Jakarta: PT. Rosda Jaya. Nanda Cara Meletakkan Peluru ( diakses 12 Juli 2013 Nossek, J General Theory of Training. Logos: Pan African Press Putra Otot-otot di Lengan. ( Diakses 12 juli 2013 Radcliffe, J.C., Farentinos, R. C Plyometrics. Illionis : Human kinetics Publiser. Inc. Rosy Cara Memegang Peluru. ( ienthanzp.blogspot.com.) diakses 12 juli 2013 Rusli, Lutan Belajar Keterampilan Motorik. Pengantar Teori dan Metode. Jakarta. Depdikbud Saldan Tolak Peluru GayaMenyamping ( Diakses 12 juli 2013 Soedarminta Laporan Penelitian Penentuan Tinggi Badan Dari Tulang Panjang dan Ukuran Beberapa Bagian Tubuh. Medan: FK USU Soeharno, H.P Alat-Alat Tes Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta Soegito Teori dan Praktek Atletik Dasar. Surakarta: Sebelas Maret University Press Subandono Pengaruh Metode Latihan Plaiometrik Terhadap Peningkatan Prestasi Lompat Jauh ditinjau Dari Panjang Tungkai dan Tinggi Badan: Studi Eksperimen di SMAN 1 Boyolali. Tesis. Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Sudjana, Metode Statiska. Bandung: Tarsito Sudjarwo Ilmu Kepelatihan. commit Surakarta: to user Sebelas Maret University Press

113 digilib.uns.ac.id 113 Sugiyanto Perkembangan Gerak. Surakarta. UNS Press Suhendro, Andi Dasar-dasar Kepelatihan. Jakarta: PPUT Sukadiyanto Pengantar Teori dan Metodelogi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK UNY Tamsir, Riyadi Petunjuk Atletik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Winarno, Surachman Tes dan Pengukuran. Malang: IKIP Malang Yudha, M, Saputra Dasar-dasar Ketrampilan Atletik Pendekatan Bermain Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama dengan Direktorat Jendral Olahraga.

114 digilib.uns.ac.id 114 Lampiran - lampiran

115 digilib.uns.ac.id 115 Lampiran 1 PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN (Mulai bulan Agustus 2013 s/d Oktober 2013) Minggu ke No Kegiatan 1 Persiapan Penelitian - Persiapan program - Persiapan perlengkapan - Penyiapan data siswa 2 Pelaksanaan - Pengukuran panajgn lengan - Pretes tolak peluru gaya menyamping - Pengelompokan sel - Latihan/perlakuan - posttest hasil penelitian 3 Pengolahan hasil - Penyusunan hasil - Pengolahan hasil Agust 13 Sept 13 Okt Keterangan : : Pelaksanaa kegiatan A. Penyusunan usulan penelitian antara lain: 1. Judul Tesis 2. Konsultasi Proposal penelitian seminar proposal 3. Revisi proposal penelitian

116 digilib.uns.ac.id 116 B. Persiapan Penelitian 1. Mengurus ijin penelitian 2. Menghubungi tenaga ahli (expert) 3. Menghubungi orang coba penelitian 4. Menyiapkan alat ukur 5. Tenaga pembantu pelaksanaan penelitian C. Ujian Tesis D. Revisi Tesis E. Pelaksanaan Penelitian Antara lain: 1. Pre tes 2. Perlakuan 3. Post tes F. Tempat Penelitian Lapangan SMA N 1 Nglames Madiun G. Orang Coba Siswa putra SMA N 1 Nglames MAdiun

117 digilib.uns.ac.id 117 Lampiran 2 PETUNJUK PELAKSANAAN TES TOLAK PELURU A. Alat dan perlengkapan: 1. Lapangan tolak peluru 2. Peluru 5 kg 3. Roll Meter 4. Bendera 5. Blangko dan alat tulis B. Petugas: 1. Seorang bertugas menancapkan bendera pada bekas jatuhnya peluru 2. Dua orang pengukur 3. Seorang pencatat C. Pelaksanaan: 1. Testi harus masuk lapangan dan keluar lapangan melalui setengah lingkaran belakang 2. Testi yang mendapat kesempatan untuk melakukan tolak peluru masuk ke lapangan dengan memegang peluru 3. Testi siap melakukan tolakan peluru 4. Setiap testi diberikan kesempatan menolak sebanyak tiga kali kesempatan 5. Tolakan dinyatakan gagal apabila: a) Testi masuk dan keluar lapangan dari setengah lingkaran bagian depan b) Testi menyentuh atau masuk ke dalam sektor lingkaran c) Tolakan keluar dari srktor tolakan

118 digilib.uns.ac.id 118 D. Penilaian: 1. Dari ketiga tolakan yang dilakukan hasilnya semua dicatat dalam satuan meter 2. Prestasi yang dicapai adalah tolakan yang terjauh

119 digilib.uns.ac.id 119 Lampiran 3 Petunjuk Pelaksanaan Program Latihan Plyometrics 1. Latihan dilaksanakan dalam 3 bagian, yaitu : a. Pendahuluan ( pemanasan) selama 10 menit. b. Inti (pelaksanaan program latihan) ± 60 menit c. Penenangan (penutup) selama 10 menit. 2. Sebelum latihan, dilaksanakan tes uji coba untuk menentukan intensitas beban latihan dan tes ini dilakukan terhadap semua sampel Tes yang dilakukan berupa tes gerakan plaiometrik medicine ball chest pass dan latihan plaiometrik heavy bag thrust semaksimal mungkin selama 30 detik (beban maksimal) 3. Beban awal latihan 50 % dari beban maksimal dengan irama cepat. Jenis latihan yang dilakukan sampel adalah plaiometrik medicine ball chest pass dan latihan plaiometrik heavy bag thrust. 4. Program latihan ini didasarkan atas pendapat Nosseck (1982:81) yang menyatakan bahwa, Beban latihan untuk latihan kekuatan eksplosif dan kecepatan adalah dengan intensitas 50% 75 %, set 4 6, interval 3 5 menit, irama eksplosif / cepat, periode kerja selama detik dan periode istirahat antara detik.

120 digilib.uns.ac.id 120 Lampiran 4 Program Latihan Plyometrics dengan medicine ball chest pass Minggu Hari Pertemuan Repetisi Set Recovery Tes Awal (pre-test) Tolak Peluru Gaya Menyamping I II III IV V VI VII VIII Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Sabtu % 4 2 menit 55% 4 2 menit 60 % 4 2 menit 65 % 5 2 menit 65 % 5 2 menit 70 % 5 2 menit 75 % 6 2 menit 75 % 6 2 menit Tes Akhir (Post-test) Tolak Peluru Gaya Menyamping

121 digilib.uns.ac.id 121

122 digilib.uns.ac.id 122 Lampiran 5 Program Latihan Plyometrics dengan heavy bag thrust. Minggu Hari Pertemuan Repetisi Set Recovery Tes Awal (pre-test) Tolak Peluru Gaya Menyamping I II III IV V VI VII VIII Selasa Kamis Sabtu % 4 2 menit Selasa 4 Kamis 5 55% 4 2 menit Sabtu 6 Selasa 7 Kamis 8 55 % 4 2 menit Sabtu 9 Selasa 10 Kamis % 5 2 menit Sabtu 12 Selasa 13 Kamis 14 65% 5 2 menit Sabtu 15 Selasa 16 Kamis % 5 2 menit Sabtu 18 Selasa 19 Kamis % 6 2 menit Sabtu 21 Selasa 22 Kamis % 6 2 menit Sabtu 24 Tes Akhir (Post-test) commit Tolak Peluru to user Gaya Menyamping

123 digilib.uns.ac.id 123 Lampiran 6 PROGRAM LATIHAN TEKNIK DASAR TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa memahami dengan baik cara melakukan tolak peluru gaya menyamping Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik Pertama a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan cara memengang dan meletakkan peluru. Latihan cara Meluncur Latihan Menolak Latihan gerakan lanjutan setelah menolak Latihan gerak keseluruhan tanpa peluru d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit 10 Menit 50 Menit 10 Menit 10 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set 10/3 2 Menit

124 digilib.uns.ac.id 124 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Kedua a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan/ gaya keseluruhan tanpa peluru Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas submaksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

125 digilib.uns.ac.id 125 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Ketiga a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas submaksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

126 digilib.uns.ac.id 126 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Keempat a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas submaksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

127 digilib.uns.ac.id 127 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Kelima a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas submaksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

128 digilib.uns.ac.id 128 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Keenam a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas submaksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

129 digilib.uns.ac.id 129 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Ketujuh a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas submaksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

130 digilib.uns.ac.id 130 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Kedelapan a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas submaksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

131 digilib.uns.ac.id 131 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyampin g dengan baik dan benar Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik Kesembilan a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas submaksimal d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit 10 Menit 50 Menit 10 Menit 10 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set 10/3 2 Menit

132 digilib.uns.ac.id 132 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Kesepuluh a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas maksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

133 digilib.uns.ac.id 133 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Kesebelas a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas maksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

134 digilib.uns.ac.id 134 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Keduabelas a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas maksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

135 digilib.uns.ac.id 135 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Ke Tiga belas a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas maksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

136 digilib.uns.ac.id 136 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Keempat belas a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang bertahap dari dekat ke jauh Intensitas maksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

137 digilib.uns.ac.id 137 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Kelima belas a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang maksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit Intensitas maksimal d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

138 digilib.uns.ac.id 138 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Keenam belas a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang maksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit Intensitas maksimal d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

139 digilib.uns.ac.id 139 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Ketujuh belas a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang maksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit Intensitas maksimal d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

140 digilib.uns.ac.id 140 Tujuan Latihan Pertemuan Materi Latihan Siswa dapat melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan baik dan benar Kedelapan belas a. Informasi Siswa berbaris 3 sap. Informasi tentang latihan yang akan dilakukan Waktu (Menit) 5 Menit 5 Menit Repetisi/Set Istirahat antar Set Siswa memiliki perasaan terhadap control peluru yang baik b. Latihan Pendahuluan Penguluran dan Kalestenik c. Latihan Inti Latihan gerakan menolak peluru dengan jarak yang maksimal 10 Menit 50 Menit 10/3 2 Menit Intensitas maksimal d. Latihan Penutup Melakukan penguluran Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit 10 Menit

141 digilib.uns.ac.id 141 Lampiran 7 DESKRIPSI PELAKSANAAN PROGRAM LARIHAN PLAIOMETRIK MEDICINE BALL CHEST PASS Minggu ke 1 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 1 s/d 3 1. Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik 1. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Medicine Ball Chest Pass (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 50%, 4 Set Istirahat setiap perlakuan2 menit. Beban yang digunakan berupa bola Medicine dengan berat 5 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan dengan berpasangan

142 digilib.uns.ac.id 142 Minggu ke 2 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 4 s/d 6 1. Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik 1. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Medicine Ball Chest Pass (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 55%, 4 Set Istirahat setiap perlakuan2 menit. Beban yang digunakan berupa bola Medicine dengan berat 5 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan dengan berpasangan

143 digilib.uns.ac.id 143 Minggu ke 3 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 7 s/d 9 1. Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik 1. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Medicine Ball Chest Pass (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 50%, 4 Set Istirahat setiap perlakuan2 menit. Beban yang digunakan berupa bola Medicine dengan berat 5 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan dengan berpasangan

144 digilib.uns.ac.id 144 Minggu ke 4 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 10 s/d Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Medicine Ball Chest Pass (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 60%, 5 Set Istirahat setiap perlakuan2 menit. Beban yang digunakan berupa bola Medicine dengan berat 5 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan dengan berpasangan

145 digilib.uns.ac.id 145 Minggu ke 5 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 10 s/d Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Medicine Ball Chest Pass (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 65%, 5 Set Istirahat setiap perlakuan2 menit. Beban yang digunakan berupa bola Medicine dengan berat 5 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan dengan berpasangan

146 digilib.uns.ac.id 146 Minggu ke 6 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 16 s/d Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik 1. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Medicine Ball Chest Pass (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 70%, 5 Set Istirahat setiap perlakuan 2 menit. Beban yang digunakan berupa bola Medicine dengan berat 5 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan dengan berpasangan

147 digilib.uns.ac.id 147 Minggu ke 7 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 19 s/d Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Medicine Ball Chest Pass (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 70%, 5 Set Istirahat setiap perlakuan2 menit. Beban yang digunakan berupa bola Medicine dengan berat 5 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan dengan berpasangan

148 digilib.uns.ac.id 148 Minggu ke 8 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 22 s/d Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Medicine Ball Chest Pass (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 75%, 6 Set Istirahat setiap perlakuan 2 menit. Beban yang digunakan berupa bola Medicine dengan berat 5 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan dengan berpasangan

149 digilib.uns.ac.id 149 Lampiran 8 DESKRIPSI PELAKSANAAN PROGRAM LARIHAN PLAIOMETRIK HEAVY BAG THRUST Minggu ke 1 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 1 s/d 3 1. Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Heavy Bag Thrust (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 50%, 4 Set Istirahat setiap perlakuan2 menit. Beban yang digunakan berupa Samsak dengan berat 20 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan secara individu, menghadap ke samsak

150 digilib.uns.ac.id 150 Minggu ke 2 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 4 s/d 6 1. Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti Lakukan latihan Heavy Bag Thrust (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 55%, 4 Set Istirahat setiap perlakuan 2 menit. Beban yang digunakan berupa Samsak dengan berat 20 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan secara individu, menghadap ke samsak

151 digilib.uns.ac.id 151 Minggu ke 3 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10s Menit ke 7 s/d 9 1. Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti Lakukan latihan Heavy Bag Thrust (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 50%, 4 Set Istirahat setiap perlakuan 2 menit. Beban yang digunakan berupa Samsak dengan berat 20 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan secara individu, menghadap ke samsak

152 digilib.uns.ac.id 152 Minggu ke 4 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 10 s/d Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti Lakukan latihan Heavy Bag Thrust (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 60%, 5 Set Istirahat setiap perlakuan 2 menit. Beban yang digunakan berupa Samsak dengan berat 20 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan secara individu, menghadap ke samsak

153 digilib.uns.ac.id 153 Minggu ke 5 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 10 s/d Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Heavy Bag Thrust (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 65%, 5 Set Istirahat setiap perlakuan 2 menit. Beban yang digunakan berupa Samsak dengan berat 20 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan secara individu, menghadap ke samsak

154 digilib.uns.ac.id 154 Minggu ke 6 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 16 s/d Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Heavy Bag Thrust (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 70%, 5 Set Istirahat setiap perlakuan 2 menit. Beban yang digunakan berupa Samsak dengan berat 20 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan secara individu, menghadap ke samsak

155 digilib.uns.ac.id 155 Minggu ke 7 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 19 s/d Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Heavy Bag Thrust (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 70%, 5 Set Istirahat setiap perlakuan 2 menit. Beban yang digunakan berupa Samsak dengan berat 20 Kg) 50 Menit a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan Latihan secara individu, menghadap ke samsak 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 10 Menit

156 digilib.uns.ac.id 156 Minggu ke 8 Materi kegiatan Waktu Keterangan Pertemuan 10 Menit ke 22 s/d Pemanasan a. Stretching b. Kalestenik a. Penjelasan prosedur pelaksanaan latihan 2. Latihan Inti a. Lakukan latihan Heavy Bag Thrust (Latihan dilakukan dengan itensitas tinggi, repetisi 75%, 6 Set Istirahat setiap perlakuan 2 menit. Beban yang digunakan berupa Samsak dengan berat 20 Kg) 3. Penutup a. Melakukan penguluran b. Evaluasi terhadap latihan yang talah dilakukan 50 Menit 10 Menit Latihan secara individu, menghadap ke samsak

157 digilib.uns.ac.id 157 Lampiran 9 Rekapitulasi data hasil pengukuran panjang lengan beserta klasifikasinya No Nama Panjang Lengan Kategori 1 Atok Budiyanto 81 Panjang cm 2 Damas saputro 79 Panjang 3 Istiyan 80 Panjang 4 Slamet Arifin 77 Panjang 5 Sukamto 78 Panjang 6 Wahyu Dwi.P 79 Panjang 7 Wahyudi 79 Panjang 8 Tri Hantoro 77 Panjang 9 Korie Bunayya 78 Panjang 10 Agung Santoso 80 Panjang 11 Kurniawan 82 Panjang 12 Ahmad Jundhi 79 Panjang 13 Amirul Ali 79 Panjang 14 Edi Munandar 80 Panjang 15 Yusuf Setyawan 72 Sedang cm 16 Ariyanto 71 Sedang 17 M. Beni Setyawan 74 Sedang 18 Andi Chaniago 70 Sedang 19 Dimas saputro 74 Sedang 20 Maulana Mustaqim 73 Sedang 21 Septian Eko 70 Sedang 22 Ansori 72 Sedang 23 Bayu Pamungkas 71 Sedang 24 Bayu Eko Prasetyo 74 Sedang 25 Akbar Mufida 74 Sedang 26 Aldo Nugroho 70 Sedang 27 Windy Lukito 73 Sedang 28 Eko Ariyanto 74 Sedang 29 M. Rifki 66 Pendek cm 30 Budi Prasetyo 66 Pendek 31 Didik Indra T. 65 Pendek 32 Ikhwan Adi N. 67 Pendek 33 Farid al Mansyuri 64 Pendek 34 Herlambang commit 66 to user Pendek

158 digilib.uns.ac.id Joni Supriyanto 66 Pendek 36 Galuh Sasongko 65 Pendek 37 Langgeng Wicaksono 67 Pendek 38 Moch Aldi H 65 Pendek 39 Muhammad Diki W 63 Pendek 40 Herianto 65 Pendek 41 Pramujianto 66 Pendek 42 Qohar Arsyanto 67 Pendek

159 digilib.uns.ac.id 159 Lampiran 10 Rekapitulasi hasil tes prestasi tolak peluru gaya menyamping Prestasi Tolak Peluru No Nama Tes Tes Awal Akhir 1 Atok Budiyanto 7, 86 8,52 2 Damas saputro 7,43 8,20 3 Istiyan 6,84 7,66 4 Slamet Arifin 8,04 8,80 5 Sukamto 7,42 8,28 6 Wahyu Dwi.P 7,32 8,28 7 Wahyudi 7,20 8,11 8 Tri Hantoro 7,00 7,71 9 Korie Bunayya 8,60 9,26 10 Agung Santoso 5,75 6,34 11 Kurniawan 6,78 7,43 12 Ahmad Jundhi 8,14 8,91 13 Amirul Ali 7,30 8,29 14 Edi Munandar 7,85 8,61 15 Yusuf Setyawan 7,55 8,57 16 Ariyanto 5,93 6,98 17 M. Beni Setyawan 5,85 6,89 18 Andi Chaniago 6,60 7,54 19 Dimas saputro 6,35 7,48 20 Maulana Mustaqim 5,28 6,34 21 Septian Eko 5,30 6,28 22 Ansori 6,84 7,70 23 Bayu Pamungkas 9,25 10,12 24 Bayu Eko Prasetyo 7,30 8,23 25 Akbar Mufida 6,76 7,61 26 Aldo Nugroho 6,95 8,02 27 Windy Lukito 7,50 8,47 28 Eko Ariyanto 7,28 8,23 29 M. Rifki 8,30 9,21 30 Budi Prasetyo 6,75 7,61 31 Didik Indra T. 7,28 8,07 32 Ikhwan Adi N. 6,50 7,35 33 Farid al Mansyuri commit 6,20 to user 7,17

160 digilib.uns.ac.id Herlambang 5,83 6,62 35 Joni Supriyanto 7,60 8,36 36 Galuh Sasongko 7,10 7,62 37 Langgeng Wicaksono 7,32 7,87 38 Moch Aldi H 6,25 6,79 39 Muhammad Diki W 6,90 7,34 40 Herianto 6,80 7,43 41 Pramujianto 6,20 6,76 42 Qohar Arsyanto 5,40 5,94

161 digilib.uns.ac.id 161 Lampiran 11 Rekapitulasi data hasil tes awal dan tes akhir prestasi tolak peluru gaya menyamping klasifikasi panjang lengan beserta pembagian sampel ke sel-sel No Nama Prestasi Tolak Peluru Panjang Lengan Tes Tes Awal Akhir 1 Atok Budiyanto 7, 86 8,52 Panjang 2 Damas saputro 7,43 8,20 Panjang 3 Istiyan 6,84 7,66 Panjang 4 Slamet Arifin 8,04 8,80 Panjang 5 Sukamto 7,42 8,28 Panjang 6 Wahyu Dwi.P 7,32 8,28 Panjang 7 Wahyudi 7,20 8,11 Panjang 8 Yusuf Setyawan 7,00 7,71 Sedang 9 Ariyanto 8,60 9,26 Sedang 10 M. Beni Setyawan 5,75 6,34 Sedang 11 Andi Chaniago 6,78 7,43 Sedang 12 Dimas saputro 8,14 8,91 Sedang Maulana 13 Mustaqim 7,30 8,29 Sedang 14 Septian Eko 7,85 8,61 Sedang 15 M. Rifki 7,55 8,57 Pendek 16 Budi Prasetyo 5,93 6,98 Pendek 17 Didik Indra T. 5,85 6,89 Pendek 18 Ikhwan Adi N. 6,60 7,54 Pendek 19 Farid al Mansyuri 6,35 7,48 Pendek 20 Herlambang 5,28 6,34 Pendek 21 Joni Supriyanto 5,30 6,28 Pendek 22 Tri Hantoro 6,84 7,70 Panjang 23 Korie Bunayya 9,25 10,12 Panjang 24 Agung Santoso 7,30 8,23 Panjang 25 Kurniawan 6,76 7,61 Panjang 26 Ahmad Jundhi 6,95 8,02 Panjang 27 Amirul Ali 7,50 8,47 Panjang 28 Edi Munandar 7,28 8,23 Panjang 29 Ansori 8,30 9,21 Sedang 30 Bayu Pamungkas commit 6,75 to user 7,61 Sedang Sel A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2

162 digilib.uns.ac.id Bayu Eko Prasetyo 7,28 8,07 Sedang 32 Akbar Mufida 6,50 7,35 Sedang 33 Aldo Nugroho 6,20 7,17 Sedang 34 Windy Lukito 5,83 6,62 Sedang 35 Eko Ariyanto 7,60 8,36 Sedang 36 Galuh Sasongko 7,10 7,62 Pendek Langgeng 37 Wicaksono 7,32 7,87 Pendek 38 Moch Aldi H 6,25 6,79 Pendek 39 Muhammad Diki W 6,90 7,34 Pendek 40 Herianto 6,80 7,43 Pendek 41 Pramujianto 6,20 6,76 Pendek 42 Qohar Arsyanto 5,40 5,94 Pendek A2B3

163 digilib.uns.ac.id 163 Lampiran 12 Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir prestasi tolak peluru gaya menyamping pada kelompok 1 (kelompok latihan Latihan plyometrics medicine ball chest pass) No Nama Sel Prestasi Tolak Peluru Gaya Menyamping Tes Awal Tes Akhir Gain Score 1 Atok Budiyanto Damas saputro Istiyan Slamet Arifin A1B Sukamto Wahyu Dwi.P Wahyudi Jumlah Mean SD Yusuf Setyawan Ariyanto M. Beni Setyawan Andi Chaniago A1B Dimas saputro Maulana Mustaqim Septian Eko Jumlah Mean SD M. Rifki Budi Prasetyo Didik Indra T Ikhwan Adi N. A1B Farid al Mansyuri Herlambang Joni Supriyanto Jumlah Mean SD

164 digilib.uns.ac.id 164 Lampiran 13 Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir prestasi tolak peluru gaya menyamping pada kelompok 2 (kelompok latihan Latihan plyometrics heavy bag thrust) No Nama Sel Prestasi Tolak Peluru Gaya Menyamping Tes Awal Tes Akhir Gain Score 1 Tri Hantoro Korie Bunayya Agung Santoso Kurniawan A2B Ahmad Jundhi Amirul Ali Edi Munandar Jumlah Mean SD Ansori Bayu Pamungkas Bayu Eko Prasetyo Akbar Mufida A2B Aldo Nugroho Windy Lukito Eko Ariyanto Jumlah Mean SD Galuh Sasongko Langgeng Wicaksono Moch Aldi H Muhammad Diki W A2B Herianto Pramujianto Qohar Arsyanto Jumlah Mean SD

165 digilib.uns.ac.id 165 Lampiran 14 Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors 1 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrik medecine ball chest pass kategori panjang lengan panjang Dari penghitungan data diperoleh : M = SD = Tabel 11. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrik medecine ball chest pass kategori panjang lengan panjang X i Z i F(Z i ) S(Z i ) F(Z i )-S(Z i ) Kesimpulan : Dari penghitungan di atas diperoleh L hitung = Dengan n = 7 dan taraf signifikansi 5%. nilai L tabel = Ternyata nilai L hitung lebih kecil dari L tabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk berdistribusi normal.

166 digilib.uns.ac.id 166 Lampiran 15 2 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrik medecine ball chest pass kategori panjang lengan sedang Dari penghitungan data diperoleh: M = SD = Tabel 12. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrikmedecine ball chest pass kategori panjang lengan sedang X i Z i F(Z i ) S(Z i ) F(Z i )-S(Z i ) Kesimpulan : Dari penghitungan di atas diperoleh L hitung = Dengan n = 7 dan taraf signifikansi 5%. nilai L tabel = Ternyata nilai L hitung lebih kecil dari L tabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk berdistribusi normal.

167 digilib.uns.ac.id 167 Lampiran 16 3 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrik medecine ball chest pass kategori panjang lengan pendek Dari penghitungan data diperoleh: M = SD = Tabel 13. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrik medecine ball chest pass kategori panjang lengan pendek X i Z i F(Z i ) S(Z i ) F(Z i )-S(Z i ) Kesimpulan : Dari penghitungan di atas diperoleh L hitung = Dengan n = 7 dan taraf signifikansi 5%. nilai L tabel = Ternyata nilai L hitung lebih kecil dari L tabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk berdistribusi normal.

168 digilib.uns.ac.id 168 Lampiran 17 4 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrik heavy bag thrust kategori panjang lengan panjang Dari penghitungan data diperoleh: M = SD = Tabel 13. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrik heavy bag thrust kategori panjang lengan panjang X i Z i F(Z i ) S(Z i ) F(Z i )-S(Z i ) Kesimpulan : Dari penghitungan di atas diperoleh L hitung = Dengan n = 7 dan taraf signifikansi 5%. nilai L tabel = Ternyata nilai L hitung lebih kecil dari L tabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk berdistribusi normal.

169 digilib.uns.ac.id 169 Lampiran 18 5 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrik heavy bag thrust kategori panjang lengan sedang Dari penghitungan data diperoleh: M = SD = Tabel 13. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrik heavy bag thrust kategori panjang lengan sedang X i Z i F(Z i ) S(Z i ) F(Z i )-S(Z i ) Kesimpulan : Dari penghitungan di atas diperoleh L hitung = Dengan n = 7 dan taraf signifikansi 5%. nilai L tabel = Ternyata nilai L hitung lebih kecil dari L tabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk berdistribusi normal.

170 digilib.uns.ac.id 170 Lampiran 19 6 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrik heavy bag thrust kategori panjang lengan pendek Dari penghitungan data diperoleh: M = SD = Tabel 13. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan plaiometrik heavy bag thrust) kategori panjang lengan pendek X i Z i F(Z i ) S(Z i ) F(Z i )-S(Z i ) Kesimpulan : Dari penghitungan di atas diperoleh L hitung = Dengan n = 7 dan taraf signifikansi 5%. nilai L tabel = Ternyata nilai L hitung lebih kecil dari L tabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk berdistribusi normal.

171 digilib.uns.ac.id 171 Lampiran 20

172 digilib.uns.ac.id 172 Lampiran 21

173 digilib.uns.ac.id 173 Lampiran 22

174 digilib.uns.ac.id 174

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERBEDAAN PENGARUH JENIS PERMAINAN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR (Eksperimen Pada Siswa Umur 6-7 tahun dan Siswa Umur 10-11 tahun pada SD Negeri Jombor 01 Sukoharjo) TESIS

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan. Oleh: Agus Widayat A

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan. Oleh: Agus Widayat A PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN PLAIOMETRIK DAN LATIHAN BERBEBAN TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LEMPAR LEMBING GAYA LANGKAH SILANG DITINJAU DARI RASIO PANJANG LENGAN BAWAH DAN ATAS (Studi Eksperimen pada

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAEGERI CUDAN

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAEGERI CUDAN PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAEGERI CUDAN (Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Step-up Jump dan Box To Box pada Karateka Putra UKM INKAI UNS Surakarta)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL PENGARUH METODE LATIHAN DRILL DAN INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI 50 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG TUNGKAI DENGAN TINGGI BADAN SISWA EKSTRAKURIKULER ATLETIK SD NEGERI SURODADI 1 MAGELANG TESIS Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga pada pagi

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BOLAVOLI DAN KOORDINASI MATA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN SERVIS ATAS

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BOLAVOLI DAN KOORDINASI MATA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN SERVIS ATAS PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BOLAVOLI DAN KOORDINASI MATA TANGAN TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN SERVIS ATAS (Studi Eksperimen Menggunakan Ketinggian Net Bertahap, Jarak Servis Bertahap dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga atletik khususnya dalam nomor lompat. Lompat

Lebih terperinci

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH Beragam kegiatan lempar beban telah ada lebih dari 2000 tahun lalu di Kepulauan Britania. Pada awalnya, kegiatan ini diselenggarakan dengan menggunakan bola batu.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

(Studi Eksperimen pada Siswa Ekstrakurikuler Bolavoli SD Negeri Kemiren Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang) TESIS

(Studi Eksperimen pada Siswa Ekstrakurikuler Bolavoli SD Negeri Kemiren Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang) TESIS PENGARUH METODE LATIHAN MASSED PRACTICE DAN DISTRIBUTED PRACTICE TERHADAP KETERAMPILAN DASAR PASSING BOLAVOLI DITINJAU DARI FLEKSIBILITAS PUNGGUNG DAN TUNGKAI SISWA PUTRA SD KEMIREN SRUMBUNG MAGELANG (Studi

Lebih terperinci

PROGAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PRAKTEK DISTRIBUSI DAN METODE PRAKTEK PADAT TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM SEPAKBOLA DITINJAU DARI KEMAMPUAN GERAK (MOTOR ABILITY) (Studi Siswa SMAN 1 Pulokulon

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

ABSTRAK Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Acceleration Sprint dan Sprint Training Terhadap Prestasi Lompat Jauh Ditinjau dari Power Otot Tungkai

ABSTRAK Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Acceleration Sprint dan Sprint Training Terhadap Prestasi Lompat Jauh Ditinjau dari Power Otot Tungkai ABSTRAK Djoko Priyanto. 2016. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Acceleration Sprint dan Sprint Training Terhadap Prestasi Lompat Jauh Ditinjau dari Power Otot Tungkai (Studi Eksperimen Metode Latihan Pada

Lebih terperinci

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta KETERAMPILAN DASAR ATLETIK Lempar (Throw) Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LEMPAR (THROW) Lempar Lembing (Javelin Throw) Tolak Peluru (Shot Put) Lempar

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN BALL HANDLING TERHADAP KETERAMPILAN DRIBBLE BOLA BASKET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN TESIS

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN BALL HANDLING TERHADAP KETERAMPILAN DRIBBLE BOLA BASKET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN TESIS PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN BALL HANDLING TERHADAP KETERAMPILAN DRIBBLE BOLA BASKET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN (Studi Eksperimen Latihan Dribble Crossover Dan Two Ball Dribble Pada Pemain Tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH (Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya. bermula diletakkan dipangkal bahu.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya. bermula diletakkan dipangkal bahu. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya Tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolakkan benda berupa peluru sejauh mungkin.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRICS SQUAT JUMP DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP KETEPATAN LONG PASS SEPAKBOLA DITINJAU DARI PANJANG TUNGKAI

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRICS SQUAT JUMP DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP KETEPATAN LONG PASS SEPAKBOLA DITINJAU DARI PANJANG TUNGKAI PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRICS SQUAT JUMP DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP KETEPATAN LONG PASS SEPAKBOLA DITINJAU DARI PANJANG TUNGKAI (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi Sepakbola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempar lembing merupakan salah satu nomor lempar dan nomor yang diperlombakan dalam cabang atletik. Peraturan-peraturan umum perlombaan lempar lembing 1) lembing

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN LOMPAT DAN RASIO PANJANG TELAPAK KAKI : TINGGI BADAN TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN LOMPAT DAN RASIO PANJANG TELAPAK KAKI : TINGGI BADAN TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN LOMPAT DAN RASIO PANJANG TELAPAK KAKI : TINGGI BADAN TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK (Studi Eksperimen Pembelajaran Lompat Melewati Rintangan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Atletik Menurut Mukholid, (2004:100) bahwa istilah atletik berasal dari kata athlon (bahasa Yunani) yang artinya berlomba atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN BAHU TERHADAP HASIL TOLAK PELURU GAYA ORTHODOX SISWA PUTRA KELAS XI ILMU ILMU SOSIAL 5 SMA N 2 TUALANG

HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN BAHU TERHADAP HASIL TOLAK PELURU GAYA ORTHODOX SISWA PUTRA KELAS XI ILMU ILMU SOSIAL 5 SMA N 2 TUALANG 1 HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN BAHU TERHADAP HASIL TOLAK PELURU GAYA ORTHODOX SISWA PUTRA KELAS XI ILMU ILMU SOSIAL 5 SMA N 2 TUALANG Boyke Johanes, 1. Drs. Saripin, M.kes, AIFO, 2. Ni Putu Nita Wijayanti,

Lebih terperinci

PROGAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

PROGAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 HUBUNGAN KEMAMPUAN KINESTETIK, KECEPATAN DRIBBLE, KOORDINASI MATA TANGAN, PANJANG LENGAN DAN TINGGI BADAN DENGAN KEMAMPUAN TEMBAKAN LAY UP DALAM PERMAINAN BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMAN 1 GABUS

Lebih terperinci

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Putera Penjaskesrek JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ) TESIS

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Putera Penjaskesrek JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ) TESIS PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PRESTASI SPRINT 100 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG TUNGKAI : TINGGI BADAN (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Putera Penjaskesrek

Lebih terperinci

Tolak Peluru. Presented By Suci Munasharah

Tolak Peluru. Presented By Suci Munasharah Tolak Peluru Presented By Suci Munasharah A. Teknik Dasar Tolak Peluru Terdapat beberapa teknik dasar dalam tolak peluru, diantaranya : Teknik Memegang Peluru Ada 3 teknik memegang peluru : Jari-jari direnggangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang terdiri atas nomor lari, jalan, tolak dan lempar. Pada nomor

Lebih terperinci

PENGARUH LONCAT KATAK DAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH. Jurnal. Oleh JODIEKA PERMADI

PENGARUH LONCAT KATAK DAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH. Jurnal. Oleh JODIEKA PERMADI 1 PENGARUH LONCAT KATAK DAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH Jurnal Oleh JODIEKA PERMADI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 ABSTRACT EFFECT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan olahraga. Bahkan dapat dikatakan, kemampuan kondisi fisik yang baik merupakan

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dapat mengerti dan memahami berbagai ilmu pengetahuan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. nomor ini mempunyai karakteristik tersendiri yaitu peluru tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. nomor ini mempunyai karakteristik tersendiri yaitu peluru tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Tolak Peluru Tolak Peluru merupakan bagian dari nomor lempar dalam atletik, nomor ini mempunyai karakteristik tersendiri yaitu peluru tidak dilemparkan

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh SUSMONO S

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh SUSMONO S EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DITINJAU DARI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Atletik BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding

Lebih terperinci

FAKTOR ANTHROPOMETRI DAN FISIK DOMINAN PENENTU PRESTASI RENANG GAYA CRAWL

FAKTOR ANTHROPOMETRI DAN FISIK DOMINAN PENENTU PRESTASI RENANG GAYA CRAWL FAKTOR ANTHROPOMETRI DAN FISIK DOMINAN PENENTU PRESTASI RENANG GAYA CRAWL ( Analisis Faktor pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi UNP Kediri ) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR MEMANAH DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR MEMANAH DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR MEMANAH DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI (Eksperimen Pembelajaran dengan Metode Taktis dan Drill Pada Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah kemampuan atau kondisi fisik. Menurut Harsono (2000:4) mengemukakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN KECEMASAN TERHADAP HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA (BREAST STROKE)

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN KECEMASAN TERHADAP HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA (BREAST STROKE) digilib.uns.ac.id PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN KECEMASAN TERHADAP HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA (BREAST STROKE) (Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain Menggunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim

PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

MANAJEMEN KELAS KHUSUS BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA (BIO) DI SEKOLAH MENENGAH ATAS EKS KARESIDENAN SURAKARTA

MANAJEMEN KELAS KHUSUS BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA (BIO) DI SEKOLAH MENENGAH ATAS EKS KARESIDENAN SURAKARTA MANAJEMEN KELAS KHUSUS BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA (BIO) DI SEKOLAH MENENGAH ATAS EKS KARESIDENAN SURAKARTA (Studi Kasus pada 3 Sekolah Kelas Khusus Bakat Istimewa Olahraga) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2)

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) 6 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat,

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN BOLA TENIS TERHADAP HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS DI SMP

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN BOLA TENIS TERHADAP HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS DI SMP PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN BOLA TENIS TERHADAP HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS DI SMP Nia Daniati, Eka Supriatna, Edi Purnomo Program Study Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Untan

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: IKA NOVIANTARI NIM S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: IKA NOVIANTARI NIM S digilib.uns.ac.id 0 EKSPERIMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI

Lebih terperinci

(Studi Eksperimen pada siswa putra ekstrakurikuler SMP N 1 Cepu) TESIS

(Studi Eksperimen pada siswa putra ekstrakurikuler SMP N 1 Cepu) TESIS PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN UP HILL SPRINT DAN DOWN HILL SPRINT TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 100 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG TUNGKAI DAN TINGGI BADAN (Studi Eksperimen pada siswa putra

Lebih terperinci

PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP

PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP LEBIH MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH DARI PADA PELATIHAN PLYOMETRIC BOX JUMP PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP PGRI 2 DENPASAR ABSTRAK Lompat jauh merupakan cabang atletik

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program studi Teknologi Pendidikan. Oleh. Istanto S

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program studi Teknologi Pendidikan. Oleh. Istanto S PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN COMPETENCY BASED TRAINING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MELAKUKAN PERBAIKAN DAN ATAU SETING ULANG KONEKSI JARINGAN BERBASIS LUAS (WIDE

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH. HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH Zukrur Rahmat 1 Abstrak Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga, proses latihan seyogyanya berpedoman pada teori dan prinsip-prinsip serta norma-norma latihan yang benar, sehingga

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW DAN PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA DI PURWODADI GROBOGAN Tesis Untuk

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh 15 BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Begitu besar peran olahraga terhadap kehidupan manusia, sehingga olahraga dapat dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu alat dalam pendidikan yang dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak didik menjadi manusia secara keseluruhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam melakukan gerakan meroda memerlukan berbagai aspek, seperti fisik antara lain kekuatan, keseimbangan

Lebih terperinci

Eksperimentasi Pembelajaran. Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

Eksperimentasi Pembelajaran. Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) yang Dimodifikasi Pada Materi Persamaan Garis Lurus Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK MULTIPLE BOX TO BOX JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE LEG BOUNDING TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS XI SMKN 1 GROGOL KEDIRI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. berlomba atau bertanding. Kita dapat menjumpai pada kata penthatlon yang terdiri atas kata

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. berlomba atau bertanding. Kita dapat menjumpai pada kata penthatlon yang terdiri atas kata A. Kajian Teoritis 1. Hakikat Atletik BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Muhajir,( 2006:35) Istilah atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang berarti berlomba atau bertanding. Kita dapat menjumpai

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MAHASISWA KOST DAN

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MAHASISWA KOST DAN PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MAHASISWA KOST DAN MAHASISWA NON KOST DI TINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER 2 (Di AKPER Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

(Studi Eksperimen pada Siswa Ekstrakurikuler Bola Voli SD Negeri Sidoagung 3 Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang) TESIS

(Studi Eksperimen pada Siswa Ekstrakurikuler Bola Voli SD Negeri Sidoagung 3 Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang) TESIS PENGARUH METODE LATIHAN INTERVAL DAN METODE LATIHAN KONTINYU TERHADAP KETERAMPILAN PASSING BAWAH SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI MINI SD NEGERI SIDOAGUNG 3 MAGELANG DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA (Studi

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBELAJARAN TOLAK PELURU MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK PADA SISWA KELAS IV SDN I JOMBOR KECAMATAN JUMO TEMANGGUNG SKRIPSI

PENINGKATAN PEMBELAJARAN TOLAK PELURU MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK PADA SISWA KELAS IV SDN I JOMBOR KECAMATAN JUMO TEMANGGUNG SKRIPSI PENINGKATAN PEMBELAJARAN TOLAK PELURU MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK PADA SISWA KELAS IV SDN I JOMBOR KECAMATAN JUMO TEMANGGUNG SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai

Lebih terperinci

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian ini di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Kuningan, Kecamatan Cilimus.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI LEMPAR CAKRAM PADA SISWA KELAS X SMAN 3 PRAYA TAHUN PELAJARAN

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI LEMPAR CAKRAM PADA SISWA KELAS X SMAN 3 PRAYA TAHUN PELAJARAN HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI LEMPAR CAKRAM PADA SISWA KELAS X SMAN 3 PRAYA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Susi Yundarwati dan Intan Primayanti Dosen Pendidikan Olahraga

Lebih terperinci

LOMPAT JANGKIT. Dalam lompat jangkit ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Tahapan Hop ( Jingkat ) Design by R2 Bramistra

LOMPAT JANGKIT. Dalam lompat jangkit ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Tahapan Hop ( Jingkat ) Design by R2 Bramistra LOMPAT JANGKIT Definisi lompat jangkit : Lompat jangkit disebut juga lompat-lompat tiga, karena dilakukan dengan tiga lompatan yaitu jingkat (hop), langkah (step), lompat (jump) atau jingkat langkah lompat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan serta peningkatan prestasi. Peningkatan ini perlu, karena atletik

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP HASIL TOLAK PELURU. (Jurnal) Oleh YANDRI NAULI

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP HASIL TOLAK PELURU. (Jurnal) Oleh YANDRI NAULI PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP HASIL TOLAK PELURU (Jurnal) Oleh YANDRI NAULI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 03 ABSTRACT

Lebih terperinci

SUMBANGAN TINGGI BADAN, PANJANG LENGAN, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN FREE THROW SHOOT PADA ATLET BOLABASKET PUTRI

SUMBANGAN TINGGI BADAN, PANJANG LENGAN, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN FREE THROW SHOOT PADA ATLET BOLABASKET PUTRI SUMBANGAN TINGGI BADAN, PANJANG LENGAN, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN FREE THROW SHOOT PADA ATLET BOLABASKET PUTRI (Studi Korelasional Kemampuan Free Throw Shoot pada Atlet

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, RENTANG LENGAN DAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PADA PRESTASI RENANG GAYA CRAWL 100 METER

KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, RENTANG LENGAN DAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PADA PRESTASI RENANG GAYA CRAWL 100 METER KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, RENTANG LENGAN DAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PADA PRESTASI RENANG GAYA CRAWL 100 METER (Studi Korelasi pada Mahasiswa Putra Pembinaan Prestasi Renang UNS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan

Lebih terperinci

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani Gerak Berirama Gerak berirama disebut juga gerak ritmik. Gerak ini dilakukan dalam gerakan dasar di tempat. Contoh dari gerakan yang berirama adalah gerak jalan, menekuk, mengayun, dan sebagainya. Ayo

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN PERSEPSI KINESTETIK TERHADAP HASIL BELAJAR KETEPATAN SHOOTING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN PERSEPSI KINESTETIK TERHADAP HASIL BELAJAR KETEPATAN SHOOTING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN PERSEPSI KINESTETIK TERHADAP HASIL BELAJAR KETEPATAN SHOOTING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA (Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Random dan Block pada siswa ekstrakurikuler

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA Negeri 1 Godean : Penjasorkes : XII/Satu : Tolak Peluru : 3 JP (3 X 45 menit) A. Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Zainal Arifin S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Zainal Arifin S EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN MATERI BANGUN DATAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII MTs KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pendidikan jasmani di sekolah harus ada usaha ke arah perbaikan metode melatih dalam kemampuan gerak siswa. Perbaikan metode dalam proses belajar melatih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan berat badan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh ( Studi eksperimen dengan latihan Double Leg bound dan Alternate Leg Bound pada siswa putra kelas VIII MTS

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR TERHADAPPENGETAHUAN PEMASANGAN KONTRASEPSI IUD

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR TERHADAPPENGETAHUAN PEMASANGAN KONTRASEPSI IUD PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR TERHADAPPENGETAHUAN PEMASANGAN KONTRASEPSI IUD (PRODI D III KEBIDANAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan EFEKTIVITAS INTERNALISASI NILAI KARAKTER MELALUI MODEL VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII SMP 4 SURAKARTA TESIS

Lebih terperinci

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2016

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2016 HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh PP 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan cabang olahraga tertua, karena gerakan-gerakan dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh Lompat Jauh A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 56 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil tes awal dan tes akhir kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang dilakukan pada kelompok I (Box Jump /K1) dan kelompok II

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SKRIPSI Oleh: YUYUN DWI ARI WIBOWO X.5606045 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan. Oleh Eko Budi Prasetyo A

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan. Oleh Eko Budi Prasetyo A PERBEDAAN PENGARUH TERAPI SINAR INFRA MERAH DAN BACK EXERCISE TERHADAP NYERI PUNGGUNG BAWAH DAN FLEXIBILITAS TULANG BELAKANG DITINJAU DARI JENIS KELAMIN (Studi Experimen Terapi Sinar Infra Merah dan William

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIVITAS JARAK APLIKASI INFRAMERAH TERHADAP PENINGKATAN AMBANG NYERI DITINJAU DARI TINGKAT USIA

PERBEDAAN EFEKTIVITAS JARAK APLIKASI INFRAMERAH TERHADAP PENINGKATAN AMBANG NYERI DITINJAU DARI TINGKAT USIA PERBEDAAN EFEKTIVITAS JARAK APLIKASI INFRAMERAH TERHADAP PENINGKATAN AMBANG NYERI DITINJAU DARI TINGKAT USIA (Studi Eksperimen Jarak Aplikasi Inframerah 30 Cm, 35 Cm, 40 Cm Dan 45 Cm Pada Dewasa Dini (18

Lebih terperinci

PENGARUH ALAT BANTU TERHADAP GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA MELENTING. (Jurnal Skripsi) Oleh YULI SUPRIHATIN

PENGARUH ALAT BANTU TERHADAP GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA MELENTING. (Jurnal Skripsi) Oleh YULI SUPRIHATIN 1 PENGARUH ALAT BANTU TERHADAP GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA MELENTING (Jurnal Skripsi) Oleh YULI SUPRIHATIN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013 2 ABSTRACT THE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP PRESTASI LARI CEPAT 100 METER

PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP PRESTASI LARI CEPAT 100 METER PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP PRESTASI LARI CEPAT 100 METER (Studi Eksperimen Hollow Sprint Dan Acceleration Sprint Pada Siswa Putra SMA Negeri 1 Kalasan Yogyakarta) TESIS Untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM:

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM: HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADA SISWA PUTRA KELAS X SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan prestasi akademik yang tinggi.selain itu pendidikan jasmani yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan prestasi akademik yang tinggi.selain itu pendidikan jasmani yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan rangkaian aktivitas jasmani, bermain dan berolahraga untuk membangun peserta didik yang sehat dan kuat sehingga dapat menghasilkan

Lebih terperinci

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : Endang Lestari S

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : Endang Lestari S PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY (IT) PADA PEMBELAJARAN IPA TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR DI GUGUS DIPONEGORO UNIT PELAKSANA TUGAS (UPT) PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENCAPAIAN KETERAMPILAN POOMSAE DITINJAU DARI KECEPATAN, FLEKSIBILITAS, KESEIMBANGAN, KOORDINASI, POWER OTOT TUNGKAI DAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL

PENCAPAIAN KETERAMPILAN POOMSAE DITINJAU DARI KECEPATAN, FLEKSIBILITAS, KESEIMBANGAN, KOORDINASI, POWER OTOT TUNGKAI DAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PENCAPAIAN KETERAMPILAN POOMSAE DITINJAU DARI KECEPATAN, FLEKSIBILITAS, KESEIMBANGAN, KOORDINASI, POWER OTOT TUNGKAI DAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (Studi Korelasional pada Taekwondoin Putra Kabupaten Ngawi)

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HlPOTESIS. Olahraga ini menguji kekuatan atlet untuk menolakkan peluru sejauh mungkin,

BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HlPOTESIS. Olahraga ini menguji kekuatan atlet untuk menolakkan peluru sejauh mungkin, 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HlPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru a. Pengertian Tolak Peluru Secara teknis, tolak peluru berbeda dengan nomor lempar lainnya. Olahraga ini

Lebih terperinci