TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM ARTIKEL RUBRIK NASIONAL DI KOMPAS: TELAAH ATAS RENCANA PENGOSONGAN KOLOM AGAMA DI KTP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM ARTIKEL RUBRIK NASIONAL DI KOMPAS: TELAAH ATAS RENCANA PENGOSONGAN KOLOM AGAMA DI KTP"

Transkripsi

1 TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM ARTIKEL RUBRIK NASIONAL DI KOMPAS: TELAAH ATAS RENCANA PENGOSONGAN KOLOM AGAMA DI KTP M. Khoirunnada Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Abstract This article purposed to describe illocutionary speech acts (assertive/representative, directive, and commissive) appeared in some articles that discuss an issue about blanking out a religious column in Citizenzenship Identity Card. The theory used in this research is Austin s speech acts theory then specified to Searle s illocutionary theory. The method used is analytical descriptive qualitative based on data information. Finally, this research ended by finding types of illocutionary speech acts such as assertive/representative (stating and complaining), directive (advising and requesting impositive), and commissive (promising) while for the expressive and declarations illocutionary are not found. Keywords: illocutionary speech acts (assertive/representative, directive, commissive, expressive and declarations) I. PENDAHULUAN Tidak dipungkiri bahwa setiap orang membutuhkan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga dapat berfungsi sebagai penyampai pesan seseorang kepada orang lain. Namun, dalam berkomunikasi tidak semua maksud dari si penutur diungkapkan lewat bahasa secara tersurat, terkadang penutur menggunakan bahasa secara tersirat untuk menyampaikan maksudnya. Maka dari itu, guna mendapatkan pemahaman yang lengkap akan maksud tersebut, seyogyanya mitra tutur tidak hanya memperhatikan sisi teksnya (kata, frasa, kalimat, atau klausa) yang digunakan oleh penutur, tetapi juga harus memperhatikan sisi konteksnya fenomena di luar kebahasaan. Usaha memahami makna lewat konteks merupakan salah satu dari tujuan studi pragmatik, selain studi tentang maksud penutur, studi tentang bagaimana cara menyampaikan makna yang lebih dari apa yang dituturkan, juga studi tentang bentuk ungkapan menurut jarak hubungan (Yule, 1996: 3). Berkenaan dengan studi pragmatik di atas, penulis mencoba menganalisis tuturan-tuturan yang dituturkan oleh penjabat pemerintaan (eksekutif) dalam hal ini diwakili oleh Tjahjo Kumolo selaku Menteri Dalam Negeri mengenai rencana pengosongan kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Ide positif tersebut kemudian mendapatkan beragam tanggapan dari berbagai kalangan, baik dari pejabat pemerintahan sekelas badan legislatif misalnya ada Fahri Hamzah, Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, sampai sekaliber Wakil Presiden RI Bapak Jusuf Kalla maupun dari institusi-institusi lainnya seperti dari MUI-Majelis Ulama Indonesia dan Setara Institut. Selanjutnya, untuk lebih mengerucutkan pembahasan, maka penulis mengambil judul dalam penelitian ini ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM ARTIKEL RUBRIK NASIONAL DI KOMPAS: TELAAH ATAS RENCANA PENGOSONGAN KOLOM AGAMA DI KTP Dalam penganalisisan data yang berupa tindak tutur tersebut, penulis akan mengklasifikasikannya ke dalam jenis-jenis tindak tutur. Dalam analisis ini penulis menggunakan teori Searle tentang jenis-jenis tindak tutur, yakni: deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif Penelitian Sejenis Yang Telah Dilakukan Berdasarkan studi pustaka, penulis menemukan referensi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Studi penelitian terdahulu dijadikan perbandingan oleh penulis untuk mengetahui mengenai kajian apa saja yang sudah diteliti dengan pendekatan yang sama. Sebelumnya telah ada penelitian mengenai analisis tindak tutur ilokusi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Zulfira Hildana 46

2 R. dengan judul TINDAK TUTUR ILOKUSI REPRESENTATIF DALAM KOMIK SERATOES PLOES ASPIRASI KARYA HARYADHI: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK. Dalam penelitian itu Hildana menggunakan teori tindak tutur Austin, kemudian ditambahkan dengan teori tindak tutur ilokusi (representatif) dari Searle. Hasil yang dipaparkannya, Hildana menemukan tindak tutur ilokusi representatif yaitu: menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, memberi kesaksian. Penelitian Hildana tersebut membantu penulis dalam melakukan penelitian ini. Dari segi kesamaannya, baik Hildana maupun penulis sama-sama menggunakan teori tindak tutur ilokusi dari Searle. Adapun perbedaannya, dalam penelitiannya, Hildana hanya mengfokuskan pada tindak tutur ilokusi representatif dengan komik sebagai objek penelitiannya, sedangkan penulis tidak hanya membatasi analisisnya dengan tindak tutur ilokusi representatif saja, tetapi juga menganalisis tindak tutur ilokusi direktif dan komisifnya. Sementara untuk objek penelitiannya, penulis menggunakan kumpulan beberapa artikel dengan judul yang berbeda-beda tetapi dengan topik pembahasan yang sama, yaitu tentang upaya pemerintah untuk mengosongkan kolom agama di KTP guna mengakomodir dan memudahkan masyarakat (beraliran kepercayaan) yang selama ini belum atau sangat susah untuk mendapatkan KTP. 1.3 Tujuan Berbicara masalah agama memang kadang menjadi sensitif. Karena dalam budaya timur, agama seringkali diidentikkan dengan identitas masyarakatnya atau bahkan bangsa. Apalagi isu yang kemudian muncul adalah upaya pemerintah, dalam hal ini diwakili oleh Menteri Dalam Negeri (Tjahjo Kumolo), untuk mengkosongkan kolom agama di KTP. Maka tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui respon masyarakat pada umumnya, dan pejabat pemerintah pada khususnya dalam menyikapi rencana pengosongan kolom agama di KTP. Kedua, untuk mengetahui dengan cara tindak tutur ilokusi apakah seseorang menyampaikan gagasannya atau seseorang menganggapi mengenai rencana pengosongan kolom agama di KTP tersebut. II. TINJAUAN PUSTAKA a. Definisi Pragmatik Geoffrey N. Leech dalam Principles of Languages mengatakan bahwa Pragmatics can be usefully defined as the study of how utterances have meanings in situations (1983: 1). Pengertian ini mengindikasikan bahwa pemahaman akan makna tuturan sangat berkaitan dengan situasi pada saat tuturan tersebut diproduksi oleh penutur. Karena jika suatu tuturan tidak dipahami beserta konteksnya, maka tuturan tersebut hanya menyajikan sebatas makna semantisnya saja. Dengan kata lain, bahwa studi pragmatik tidak terbatas pada makna semantisnya saja, tetapi lebih dari itu. Hal yang sama juga disampaikan oleh George Yule. Yule (1996: 3) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics dengan lebih terperinci mendefinisikan pragmatik sebagai: a. Pragmatics is concerned with the study of meaning as communicated by a speaker (or writer) and interpreted by a listener (or reader)... Pragmatics is the study of speaker meaning. b. This type study necessarily involves the interpretation of what people mean in a particular context and how the context influences what is said... Pragmatics is the study of contextual meaning. c. This type of study explores how a great deal of what is unsaid is recognized as part of what is communicated... Pragmatics is the study of how more gets communicated than is said. d. On the assumption of how close or distant the listener is, speakers determine how much needs to be said... Pragmatics is the study of the expression of relative distance. Dari keempat pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pragmatik tidak hanya suatu usaha untuk memahami makna tuturan dari maksud penutur saja, tetapi tuturan tersebut juga harus dipahami lewat konteksnya. Selain itu, pragmatik berkaitan dengan bagaimana cara menyampaikan makna atau pesan tuturan lebih dari apa yang dituturkan. Dan berkenaan dengan bagaimana bentuk ungkapan atau tuturan yang ditentukan menurut jarak hubungan antara penutur dan petutur (speaker dan listener). 47

3 b. Definisi Tindak Tutur Berkat seseorang yang bernama John L. Austin, kajian pragmatik mulai diperkenalkan. Kajian ini kemudian mengorbit di antara kajian ilmu-ilmu lainnya yang sudah terlebih dahulu muncul, kemudian kokoh dan stabil. Intisari pemikiran Austin dapat dipetik dari buku fenomenalnya How to Do Things With Words buku ini merupakan kumpulan beberapa materi kuliah yang disampaikan Austin yang dibukukan oleh dua muridnya J.O. Urmson dan G.J. Warnock (1962) setelah Austin meninggal muda {dalam usia 48 tahun}. Teori tindak tutur (speech acts) merupakan pemikiran Austin yang sangat penting selain teori konstatif dan performatif. Teori tindak tutur dapat dibedakan dalam tiga jenis tuturan tindak tutur lokusi (locutionary acts), tindak tutur ilokusi (illocutionary acts), dan tindak tutur perlokusi (perlocutionary acts). Dalam hal ini Austin (1962: 108) menjabarkan ketiga jenis tuturan tersebut, yakni:...we perform a locutionary act, which is roughly equivalent to uttering a certain sentence with a certain sense and reference, which again is roughly equivalent to meaning in the traditional sense...we also perform illocutionary acts such as informing, ordering, warning, undertaking, i.e. utterances which have a certain (conventional) force...we may also perform perlocutionary acts: what we bring about or achieve by saying something, such as convincing, persuading, deterring, and even, say, surprising or misleading. Ketiga teori tindak tutur Austin dapat disimpulkan, bahwa tindak tutur lokusi merupakan tindakan mengatakan sesuatu yang sesuai dengan makna semantisnya, maksudnya, tuturan tersebut hanya mengacu kepada makna kata, frasa, atau kalimat yang dituturkan oleh penutur saja tanpa mengikutsertakan konteksnya. Sedangkan tindak tutur ilokusi berkenaan dengan daya tindak tutur oleh penutur, seperti menginformasikan, pemesanan, peringatan, dan lain sebagainya. Adapun tindak tutur perlokusi adalah efek dari sesuatu yang diucapkan penutur kepada mitra tutur dan reaksinya. Tindak tutur ini berhubungan dengan hasil dari suatu tuturan yang diharapkan oleh penutur misalnya, meyakinkan, membujuk, menghalangi, dan bahkan, katakanlah, mengejutkan atau menyesatkan. c. Definisi Tindak Tutur Ilokusi Seperti telah disinggung sebelumnya, tindak tutur ilokusi diteorikan oleh Austin selain tindak tutur lokusi dan tindak tutur perlokusi. Berbeda dengan tindak tutur lokusi yang hanya bersandar pada makna semantisnya atau istilah yang digunakan Austin adalah meaning in the traditional sense. Tindak tutur ilokusi mengisyaratkan lebih dari pada itu. Maksudnya tuturan tidak hanya dapat dipahami sebatas makna leksikalnya (tekstualnya) saja, melainkan harus mengikursertakan konteksnya juga. Dalam tindak tutur ilokusi tersimpan daya tuturan yang dapat berupa pernyataan, pertanyaan, tawaran, janji, perintah, peringatan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh dalam tuturan ruangan ini panas sekali. Secara lokusi tuturan tersebut dapat dimaknai bahwa di dalam ruangan tersebut kondisinya sangat panas. Sedangkan secara ilokusi, tuturan tersebut tidak hanya bermakna demikian, melainkan ada upaya permintaan atau perintah kepada kawan atau mitra tutur untuk melakukan sesuatu terhadap si penutur. Permintaan atau perintah tersebut dapat berupa permintaan untuk menyalakan AC, atau sekedar membuka pintu, jendela dan lain sebagainya. Adanya daya tuturan semacam inilah yang membedakan antara tindak tutur lokusi dan ilokusi. Kemudian teori ilokusinya Austin tersebut dikritik lalu dikembangkan lebih detil oleh seorang yang bernama John R. Searle dengan membagi tindak ilokusi memjadi lima representatif (asertif), direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi (lihat Leech, 1983). 2.4 Tindak Tutur Ilokusi Asertif/Representatif, Direktif, Komisif, Ekspresif, dan Deklarasi Searle memang tidak hanya mengkritik teori ilokusinya Austin, tetapi juga mengembangkan teori tersebut dengan mengklasifikasikannya ke dalam lima kategori, yakni: representatif, direktif, komisif, ekspresif dan deklarasi. Adapun kelima kategori ilokusinya Searle tersebut dirangkum oleh Leech (1983: ) sebagai berikut: a. ASSERTIVES commit s to the truth of the expressed proposition: eg stating, suggesting, boasting, complaining, claiming, reporting. 48

4 b. DIRECTIVES are intended to produce some effect through action by the hearer: ordering, commanding, requesting, advising, and recommanding are examples. c. COMMISSIVES commit s (to a greater or lesser degree) to some future action; eg promising, vowing, offering. These tend to be convivial rather than competitive, being performed in the interests of someone other than the speaker. d. EXPRESSIVES have the function of expressing, or making known, the speaker s psychological attitude towards a state of affairs which the illocution presupposes ; eg thanking, congratulating, pardoning, blaming, praising, condoling, etc. e. DECLARATIONS are illocutions whose successful performance...brings about the correspondence between the propositional content and reality ; resigning, dismissing, christening, naming, excommunicating, appointing, sentencing, etc. Dalam hal ini Leech menamai tindak tutur representatif dengan istilah asertif. Keduanya hanya berbeda dalam peristilahan saja, namun maksud dari keduanya adalah sama. Asertif merupakan tuturan untuk menyatakan kebenaran, maksudnya tuturan tersebut mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang dituturkannya. Tuturan asertif bisa berupa suatu pernyataan, saran, keluhan, pelaporan, dan lain sebagainya. Tuturan direktif sengaja ditujukan kepada mitra tutur (pendegar) supaya mitra tutur melakukan sesuatu. Tuturan direktif dapat berupa perintah, permintaan, nasehat, dan rekomendasi. Tuturan komisif dihubungkan dengan suatu tuturan yang mengikat penutur di masa yang akan datang, seperti janji / menjanjikan, sumpah / bersumpah, dan tawaran / menawarkan. Sementara itu, tuturan ekspresif adalah suatu tuturan yang melukiskan perasaan psikologi penutur, misalnya berterima kasih, ucapan selamat, mengampuni, menyalahkan, memuji, dan sebagainya. Adapun tuturan deklarasi dikategorikan sebagai tuturan yang dinyatakan untuk perubahan status. Yang termasuk dalam tuturan ini misalnya pengunduran diri, pembaptisan, penamaan, penunjukan, hukuman, dan lain sebagainya. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan desain studi kasus yang bersifat deskriptif-analitis (Gay et al, 2006). Pendekatan kualitatif ini lebih cocok digunakan karena data yang dianalisis bukan berupa angka dan bukan pula untuk mencari prosentase. Penelitian ini bersifat analisis karena peneliti menginterpretasikan data dengan landasan teori tertentu (dalam hal ini peneliti mengacu pada teori tindak tutur ilokusi Searle) dan kemudian data tersebut dideskripsikan dalam pembahasan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah artikel-artikel yang diterbitkan di bulan November tahun 2014 dengan kategori artikel Nasional yang diunduh dari Kompas online. Artikel-artikel tersebut dipilih berdasarkan kesamaan topik pembahasannya yaitu mengenai rencana Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo (pemerintah) untuk mengosongkan kolom agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dalam menganalisis data tersebut, peneliti menerapkan beberapa langkah kerja sebagai berikut: IV. 1. Mengambil tuturan yang hanya berkenaan dengan topik penelitian rencana pengosongan kolom agama di KTP yang terdapat di beberapa artikel tersebut. 2. Mengklasifikasikan tuturan ke dalam jenis-jenis tindak tutur (lokusi, ilokusi, dan perlokusi). 3. Mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi tersebut ke dalam kategorikategorinya deklaratif, representatif/asertif, ekspresif, direktif, dan komisif. HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan tujuan pembuatan penelitian ini, maka penulis akan mendeskripsikan tuturan-tuturan yang dapat dikategorikan sebagai tindak tutur ilokusi (asertif/representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif). Namun, tidak semua kategori tindak tutur ilokusi tersebut terpenuhi, hal ini semata-mata mengacu berdasarkan data yang tersedia. Dalam analisis tindak tutur ilokusi (asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif) terhadap data yang tersedia, maka dapat disimpulkan hasilnya sebagai berikut: 49

5 No Kategori Tindak Tutur (Ilokusi) Jumlah 1. Asertif/Representatif 7 2. Direktif 6 3. Komisif 1 4. Ekspresif 0 5. Deklaratif 0 Setelah proses pengklasifikasian data terpenuhi, penulis kemudian memberikan contoh tuturan beserta analisisnya secara lebih detail seperti penjelasan di bawah ini: a. Tindak Tutur Ilokusi Asertif/Representatif 1. Pernyataan (Stating) 1)...tak masalah dengan rencana Kementerian Dalam Negeri yang memperbolehkan pengosongan kolom agama di kartu tanda penduduk elektronik (e-ktp). Kebijakan ini adil untuk semua warga negara Indonesia. (Jusuf Kalla - Wakil Presiden RI) 2) "Itu kan masalah personal di agama. Kan orang cuma datang ke kelurahan, isi formulir, kalau tidak mau isi formulir (kolom agama), ya masa mau dipaksa," (Jusuf Kalla - Wakil Presiden RI) 3) "Bentuk pengakuan itu gimana implementasinya? Apakah negara mengakui itu atau tidak, kita tidak boleh terjebak dalam diskursus seperti itu, tapi warga negara dijaga kebebasannya untuk memeluk dan mempercayai agama tertentu," (Lukman Hakim Saifuddin Menteri Agama) 4) "Kolom agama di KTP ada pada tahun Sejak Indonesia merdeka sampai tahun 1967, di KTP tidak ada kolom agama. Karena kebijakan antikomunis (oleh) Orde Baru, semua WNI harus cantumkan (informasi) agama," (Bonar Tigor Naipospos - Wakil Ketua Umum Setara Institute) tindak tutur ilokusi asertif/representatif menyatakan (stating). Semua penutur baik no. 1 & 2 (Jusuf Kalla), no. 3 (Lukman Hakim Saifuddin) dan no. 4 (Bonar Tigor Naipospos) menyatakan persetujuan dan dukungannya terhadap langkah Menteri Dalam Negeri (Tjahyo Kumolo) yang berencana mengosongkan kolom agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi masyarakat yang tidak memeluk satu dari enam agama yang dianggap sah di Indonesia. Bahkan Jusuf Kalla atau akrab dipanggil dengan JK lebih tajam berpendapat bahwa masalah agama merupakan urusan individu seseorang. Maka tidak ada alasan bagi pemerintah (negara) untuk memaksanya. Dengan sejuk Menag berpesan, bahwa apapun pilihan masyarakat dalam menentukan agama atau kepercayaannya, harus dihormati, dan suatu keharusan bagi negara untuk melindunginya. Sementara itu, Bonar Tigor Naipospos lebih melihat dari segi historisnya dengan memberikan penjelasan mengenai tidak adanya kolom agama di KTP sejak Indonesia merdeka sampai tahun Dan pencantuman agama di KTP merupakan propaganda Orde Baru dalam menghalau laju komunisme di Indonesia. 2. Keluhan (Complaining) 1) "Apakah orang yang di luar (penganut) enam agama itu tidak boleh punya KTP? Padahal, KTP itu macam-macam urusannya," (Tjahjo Kumolo Menteri Dalam Negeri) 2) "Saya mendapat laporan bahwa ada warga di daerah menolak membuat KTP karena harus ditulis Islam, Kristen, Buddha, Hindu, atau Khonghucu. Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak punya agama dalam artian penganut kepercayaan? Bagaimana mereka mau dapat E-KTP kalau mereka tidak bisa menuliskan keyakinan mereka?" (Tjahjo Kumolo Menteri Dalam Negeri) 3) "Sebenarnya bukan pengosongan yang dikehendaki, tapi kolomnya tetap, cuma kan di Indonesia hanya agama yang enam itu yang diatur, lalu untuk mereka yang memiliki selain enam agama ini bagaimana?" (Lukman Hakim Saifuddin Menteri Agama) tindak tutur ilokusi asertif/representatif keluhan (complaining). Penutur no. 1 & 2 (Tjahyo Kumolo) dan no. 3 (Lukman Hakim Saifuddin) menghimbau terhadap masyarakat pada umumnya dan Ormas Islam pada khususnya yang menolak pengosongan kolom agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi masyarakat yang selain pemeluk salah satu dari enam agama yang dianggap sah di Indonesia, untuk memperhatikan kenyataan bahwa sangat banyak sekali masyarakat yang menganut aliran kepercayaan tertentu di luar enam agama tersebut. Pernyataan no. 1 dan 2 oleh Mendagri didasari oleh kenyataan yang ada, bahwa Indonesia sebagai negara yang plural mempunyai keanegaragaman budaya, adat-istiadat, ras, bahkan agama dan 50

6 kepercayaan. Maka, dengan demikian pembuatan KTP (E-KTP) harus dapat mengakomodir kenyataan pruralitas yang ada, salah satunya yaitu dengan dibolehkannya mengosongkan kolom agama bagi mereka yang tidak menganut satu dari enam agama yang telah diakui oleh pemerintah. Sikap senada juga dilontarkan oleh Menag dalam pernyataan no. 3 yang menyangkan kepada orang yang takut secara berlebihan terhadap rencana tersebut. Padahal maksud dari rencana itu bukan penghapusan kolom agamanya, tetapi bahwa pengisian di kolom agama tersebut bersifat tidak memaksa. Bagi masyarakat yang mempunyai agama atau keyakinan di luar dari enam agama yang telah diretui oleh pemerintah boleh tidak mengisi/mengosongkan kolom (agama) tersebut. b. Tindak Tutur Ilokusi Direktif i. Himbauan (Advising positive) 1) "Bagi mereka yang tidak merasa menganut enam agama itu, mereka boleh mengosongkan (kolom agama di KTP), tetapi data mereka dimasukkan ke database administrasi kependudukan." (Ma ruf Amin Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat) 2) "Yang terpenting bagaimana memastikan bahwa semua orang Indonesia yang beragama beragam ini bisa dilindungi." (Bonar Tigor Naipospos - Wakil Ketua Umum Setara Institute) 3) "Dengan demikian, kami berharap Undang-undang Perlindungan Umat Beragama harus menjadi musyawarah mufakat semua elemen dari masyarakat sehingga tidak mengatur ritual, ekspresi umat beragama." (Benny Susatyo - Anggota Dewan Nasional Setara Institute) tindak tutur ilokusi direktif himbauan (advising). Semua tuturan tersebut menyatakan dukungannya mengenai rencana pengosongan kolom agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi masyarakat yang tidak memeluk satu dari enam agama yang dianggap sah di Indonesia. Penutur no. 2 (Bonar Tigor Naipospos) menghimbau pemerintah untuk menjamin keragaman agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat Indonesia. Bonar tidak mempermasalahkan apapun agamanya, hal yang paling utama adalah bagaimana pemerintah dapat menjamin bahwa semua warga negara berhak diperlakukan sama, yakni mendapatkan perlindungan dari segala intimidasi dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Penutur no. 3 (Benny Susatyo) menambahkan pernyataannya dengan meminta kepada pemerintah untuk tidak terlalu mengatur ritual keagamaan. Beliau menganggap hal itu (ritual keagamaan) sebagai domain privat bukan domain publik. Jadi, biarlah masyarakat mengekspresikan keyakinan/kepercayaannya sendiri tanpa diintervensi oleh peraturan yang membelitnya, sejauh bentuk ekspresi keyakinan/kepercayaan tersebut tidak mengganggu masyarakat pada umumnya. Senada dengan Bonar dan Benny, Wakil Ketua MUI, KH. Ma ruf Amin pun berpandangan demikian. Beliau memberikan himbauan untuk memberikan kebebasan kepada masyarakat yang tidak menganut salah satu dari enam agama yang diakui di Indonesia supaya diperbolehkan untuk tidak mengisi kolom agama di KTPnya. ii. Permintaan (Requesting impositive) 1) Kebijakan pengosongan kolom agama bagi penganut kepercayaan tersebut lebih cocok diterapkan di negara Barat...Kolom agama di negara Timur sangat penting, yakni sebagai identitas warga negara. (Fahri Hamzah Dewan Perwakilan Rakyat, PKS) 2) "Kita menentang hilangnya kolom agama di dalam kartu identitas." (Fahri Hamzah Dewan Perwakilan Rakyat, PKS) 3) "Semua diatur oleh agama. Karena itulah, (agama) enggak mungkin dihilangkan dari identitas pribadi. Bahaya pula kalau ada orang yang ingin menghilangkan itu." (Fahri Hamzah Dewan Perwakilan Rakyat, PKS) tindak tutur ilokusi direktif permintaan/requesting (impositive bersifat bersaing/bertanding). Semua tuturan tersebut menyatakan penolakannya terhadap pengosongan kolom agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP). Fahri merasa fobia dengan menganggap pengosongan kolom agama akan mempengaruhi identitas bangsa Indonesia, atau bahkan mungkin dapat menggoyahkan 51

7 keimanan umat beragama di Indonesia. Statemen Fahri ini menurut penulis berlebihan dan terkesan tidak memahami (istilah anak muda sekarang gagal paham ) akan maksud dari Mendagri Tjahjo Kumolo. Pertama, dia (Fahri) tidak menghargai dengan keyakinan/kepercayaan masyarakat untuk memilih agama/keperyaannya selain dari enam agama yang telah diakuai oleh pemerintah. Padahal kita semua tahu bahwa kebebasan memilih agama/kepercayaan merupakan hak asasi manusia. Hak asasi manusia yang pada prinsipnya adalah sebagai hak dasar, hak kodrati, dan hak fundamental yang dimiliki manusia sejak berada dalam kandungan dan merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu, hak asasi manusia yang bersifat fundamental ini harus diakui, dihormati, dan dilindungi oleh negara. Kedua, yang diwacanakan oleh Mendagri sebenarnya bukan penghilangan kolom agamanya, melainkan pengkosongan kolom agama di KTP. Karena selama ini kolom agama yang ada di KTP selalu (wajib) diisi oleh semua warga negara RI, tak terkecuali bagi mereka yang beragama/berkepercayaan selain dari enam agama atau bahkan mereka yang tidak beragama sekalipun. Maka dari itu, wacana ini dirasa perlu dan diharapkan dapat mengakomodir bagi sebagian masyarakat yang tidak memeluk di antara enam agama yang telah ditetapkan oleh pemerintah supaya mengosongkan kolom tersebut, dengan kata lain tidak ada paksaan untuk mengisinya. c. Tindak Tutur Ilokusi Komisif i. Janji (Promising) 1) "Ya sudah, hanya dipikirkan jalan keluarnya. Ini kan usulan mereka, jadi kami tampung." (Tjahjo Kumolo Menteri Dalam Negeri) tindak tutur ilokusi komisif janji (promising). Dalam hal ini, Tjahyo Kumolo berjanji akan mengakomodir pihak-pihak yang termarjinalkan (penganut aliran kepercayaan atau penganut agama selain dari enam agama yang diakui oleh pemerintah) dengan merencanakan pengosongan kolom agama di Kartu Tanda Penduduk. Mendagri berusaha berlaku adil dengan menampung aspirasi dari masyarakat tersebut. Memang, sepatutnya bagi siapapun yang diamanahi sebagai pejabat pemerintah apalagi setingkat menteri, harus peka terhadap keluh kesah masyarakat yang mana hak-haknya belum terpenuhi dengan semestinya. V. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari hasil analisis terhadap data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua kategori tindak tutur ilokusi ada atau terpenuhi dalam data yang digunakan di penelitian ini. Penulis hanya menemukan tiga dari lima jenis tindak tutur ilokusi, yakni: ilokusi asertif/representatif (hanya pernyataan/stating dan keluhan/complaining), ilokusi direktif (hanya himbauan/advising dan permintaan/impositive requesting bersifat bersaing/bertading), dan ilokusi komisif (hanya janji/promising). Sementara untuk tindak tutur ilokusi eksresif dan deklaratif tidak ditemukan. Berdasarkan data tersebut, ditemukan total ada 14 tindak tutur ilokusi dengan perincian: tujuh tindak tutur asertif/representatif (empat jenis pernyataan/stating dan tiga jenis keluhan/complaining), enam tindak tutur direktif (tiga jenis himbauan/advising dan tiga jenis permintaan/requesting), dan satu tindak tutur komisif (janji/promising). Tindak tutur ilokusi asertif/representatif yang berupa pernyataan (stating) ditemukan dalam pernyataan Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI) berjumlah dua pernyataan (pernyataan 1 dan 2), satu pernyataan dari Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama) dalam pernyataan no. 3 dan dari Bonar Tigor Naipospos selaku Wakil Ketua Umum Setara Institute dalam pernyataan no. 4. Kemudian, tindak tutur ilokusi asertif/representatif yang berupa keluhan/complaining terdapat dalam dua pernyataan dari Tjahjo Kumolo selaku Menteri Dalam Negeri (pernyataan no. 1 dan 2) dan satu dari Lukman Hakim Saifuddin (pernyataan no. 3). Untuk tindak tutur direktif yang berupa himbauan/advising muncul dalam satu pernyataan dari Ma ruf Amin selaku Wakil Ketua MUI-Majelis Ulama Indonesia Pusat (pernyataan no. 1), dari Bonar Tigor Naipospos (Wakil Ketua Umum Setara Institute) pernyataan no. 2 dan terakhir dari Benny Susatyo sebagai Anggota Dewan Nasional Setara Institute (pernyataan no. 3). Adapun tiga tindak tutur direktif lainnya berupa permintaan/requesting yang ketigatiganya terlontar dari mulut Fahri Hamzah selaku anggota DPR-Dewan Perwakilan Rakyat. Dan satu pernyataan terakhir yaitu tindak tutur komisif (janji/promising) yang 52

8 bersumber dari pernyataan Tjahjo Kumolo selaku Menteri Dalam Negeri. 4.2 Saran Bagi para pembaca, semoga tulisan ini dapat memberikan informasi yang komprehensif mengenai isu rencana pengosongan kolom agama dalam KTP. Tulisan ini tidak hanya menyajikan analisis tuturan dari beberapa tokoh yang setuju akan rencana tersebut, tetapi juga komentar yang dilontarkan oleh kalangan yang tidak menyetujuinya. Sedangkan bagi calon penulis atau peneliti yang akan meneliti dengan menggunakan alat analisis yang sama (tindak ilokusi), diharapkan membaca teori tersebut dengan seksama sebelum mengaplikasikannya ke dalam analisis teks (tuturan). Dalam hal ini pembacaan teori secara runtut sangat diperlukan, guna memahami keunggulan dan kelemahan masing-masing dari teori tersebut. Pemahaman akan teori menjadi penting agar teori itu dapat diterapkan dengan takaran yang pas terhadap data yang dianalisisnya. Terakhir, besar harapan tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada khalayak umum (baik pembaca maupun peneliti) supaya tidak lekas reaktif terhadap isu-isu yang berkembang sebelum membaca dan memahaminya sendiri dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati. Daftar Pustaka Austin J.L How to do things with Words. New York: Oxford University Press. Gay, L.R. et al Educational Research: Competencies for Analysis and Application. 8th Ed. Pearson Education Ltd. Ohio Leech, Geoffrey Principles of Pragmatics. London and New York: Longman. Yule, George Pragmatics. New York: Oxford University Press. 53

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK)

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK) TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK) RACHMAN Abhyrachman1707@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

Abstrak. ILLOCUTIONARY SPEECH ACT OF INDONESIA LANGUAGE LEARNING INTERACTION (An Ethnography Communication in Ehipassiko Senior High School BSD)

Abstrak. ILLOCUTIONARY SPEECH ACT OF INDONESIA LANGUAGE LEARNING INTERACTION (An Ethnography Communication in Ehipassiko Senior High School BSD) TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (Kajian Etnografi Komunikasi di SMA Ehipassiko School BSD) Meirisa, Yumna Rasyid 1, Fathiaty Murtadho 2 Universitas Negeri Jakarta, Program

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Kata kunci: Tindak tutur, ilokusi, respons, kalimat, dan pembelajaran bahasa Inggris

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Kata kunci: Tindak tutur, ilokusi, respons, kalimat, dan pembelajaran bahasa Inggris 1 ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Robi Kuswara (0903653) Pembimbing: Dian Indihadi dan Seni Apriliya ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis ilokusi beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK. Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana

ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK. Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana 1 ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract There are many ways to create a communication

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan dibutuhkan manusia untuk dapat bersosialisasi. Ada dua bentuk komunikasi yaitu verbal dan non-verbal.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN KUNINGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Studi deskriptif dilihat dari lokusi, ilokusi, dan perlokusi) Ida Hamidah

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) 1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan menggunakan referensi yang berhubungan, ini tidak terlepas dari buku-buku dan karya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan menggunakan referensi yang berhubungan, ini tidak terlepas dari buku-buku dan karya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, ini tidak terlepas

Lebih terperinci

LOCUTIONARY AND ILLOCUTIONARY ACTS FOUND IN INFOMALANG TWITTER ACCOUNT THESIS

LOCUTIONARY AND ILLOCUTIONARY ACTS FOUND IN INFOMALANG TWITTER ACCOUNT THESIS LOCUTIONARY AND ILLOCUTIONARY ACTS FOUND IN INFOMALANG TWITTER ACCOUNT THESIS BY DESI KURNIA NIM 105110101111028 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES FACULTY OF CULTURAL STUDIES

Lebih terperinci

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik)

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik) Linguista, Vol.1, No.1, Juni 2017, hal 6-11 ISSN (print): 2579-8944; ISSN (online): 2579-9037 Avaliable online at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/linguista 6 Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA Oleh Septia Uswatun Hasanah Mulyanto Widodo Email: septiauswatunhasanah@gmail.com Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

TINDAK UJAR EKSPRESIF DALAM FILM FREEDOM WRITER KARYA ERIN GRUWELL SUATU KAJIAN PRAGMATIK JURNAL

TINDAK UJAR EKSPRESIF DALAM FILM FREEDOM WRITER KARYA ERIN GRUWELL SUATU KAJIAN PRAGMATIK JURNAL TINDAK UJAR EKSPRESIF DALAM FILM FREEDOM WRITER KARYA ERIN GRUWELL SUATU KAJIAN PRAGMATIK JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai GelarSarjanaIlmuBudaya Oleh JANSEN ANDREANUS 110912125 JurusanSastraInggris

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERSPEKTIF PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERSPEKTIF PRAGMATIK ISBN: 978-602-361-045-7 KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERSPEKTIF PRAGMATIK Andi Sadapotto, Muhammad Hanafi STKIP MUHAMMADIYAH SIDRAP Sadapotto.andi@yahoo.co.id ABSTRACT: The diversity of form and function

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang menganalisis tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang menganalisis tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pragmatik Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang menganalisis tentang tuturan-tuturan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur yang dapat menghasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) WILDASARI NIM 110388201136

Lebih terperinci

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang Abstrak: Ungkapan penerimaan dan penolakan merupakan bagian dari ungkapan persembahan dalam suatu tindak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang memiliki keterkaitan dengan penelitian terhadap tuturan performative yang kemudian digunakan untuk menganalisis data pada bab tiga. Teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabang linguistik yang mempelajari tentang penuturan bahasa secara mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu ujaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS 9 BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengantar Sehubungan dengan masalah yang ditemukan pada penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan wujud Prinsip Kerja Sama di dalam dialog antartokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB II JENIS-JENIS TINDAK TUTUR YANG DIGUNAKAN AHOK. berkomunikasi, khususnya perilaku berbahasa Ahok yang ada di youtube dengan

BAB II JENIS-JENIS TINDAK TUTUR YANG DIGUNAKAN AHOK. berkomunikasi, khususnya perilaku berbahasa Ahok yang ada di youtube dengan BAB II JENIS-JENIS TINDAK TUTUR YANG DIGUNAKAN AHOK 2.1 Pengantar Bab ini membahas jenis tindak tutur yang digunakan Ahok saat berkomunikasi, khususnya perilaku berbahasa Ahok yang ada di youtube dengan

Lebih terperinci

Maftuchah Dwi Agustina ABSTRACT

Maftuchah Dwi Agustina ABSTRACT ANALISIS KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENGANCAM MUKA NEGATIF MITRA TUTUR PADA TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK THE ADVENTURES OF SHERLOCK HOLMES Maftuchah Dwi Agustina uwiequw@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DEKLARATIF PARA GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PADA SISWA KELAS X SMK YOS SUDARSO REMBANG (KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI

TINDAK TUTUR ILOKUSI DEKLARATIF PARA GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PADA SISWA KELAS X SMK YOS SUDARSO REMBANG (KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI TINDAK TUTUR ILOKUSI DEKLARATIF PARA GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PADA SISWA KELAS X SMK YOS SUDARSO REMBANG (KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan 1 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Bahasa merupakan produk budaya yang paling dinamis dalam pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan pemikiran, permintaan, dan perasaan

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM 120388201079 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan bisa melalui gestur, ekspresi, dan dialog. Setiap dialog yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan bisa melalui gestur, ekspresi, dan dialog. Setiap dialog yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah media komunikasi massa yang relatif mudah diterima oleh masyarakat. Perpaduan suara dan gambar yang disajikan dapat memudahkan pembuat film dalam menyampaikan

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RASMIAYU

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN KOMISIF DALAM DEBAT CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 2014: STUDI ANALISIS WACANA

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN KOMISIF DALAM DEBAT CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 2014: STUDI ANALISIS WACANA TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN KOMISIF DALAM DEBAT CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 2014: STUDI ANALISIS WACANA Silvia Ratna Juwita Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA DONGENG ANAK KARYA LIA HERLIANA

ANALISIS FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA DONGENG ANAK KARYA LIA HERLIANA ANALISIS FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA DONGENG ANAK KARYA LIA HERLIANA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) Oleh: Destoro Setyawan 1201040077

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. makna dalam bahasa. Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos

BAB II KAJIAN PUSTAKA. makna dalam bahasa. Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pragmatik dan Semantik Pragmatik dan semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna dalam bahasa. Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos yakni

Lebih terperinci

ILLOCUTIONARY ACT FOUND IN JUST ALVIN TALK SHOW ON METRO TV CINTA UNTUK AINUN THESIS RISHA AMIRO NIM

ILLOCUTIONARY ACT FOUND IN JUST ALVIN TALK SHOW ON METRO TV CINTA UNTUK AINUN THESIS RISHA AMIRO NIM ILLOCUTIONARY ACT FOUND IN JUST ALVIN TALK SHOW ON METRO TV CINTA UNTUK AINUN THESIS BY RISHA AMIRO NIM 0911110248 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITTERATURE FACULTY OF CULTURAL STUDIES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak akan saling terhubung. Berkomunikasi pada umumnya melibatkan dua

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam menangani siswa bermasalah dilihat dari tindak tuturnya. Selain itu telah dibahas juga mengenai bentuk ilokusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan alat komunikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap 1 BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

A STUDY OF SPEECH ACTS PRODUCED BY THE MAIN CHARACTER IN DORAEMON COMIC THE 1 st VOLUME THESIS BY IIS MARDIANTI

A STUDY OF SPEECH ACTS PRODUCED BY THE MAIN CHARACTER IN DORAEMON COMIC THE 1 st VOLUME THESIS BY IIS MARDIANTI A STUDY OF SPEECH ACTS PRODUCED BY THE MAIN CHARACTER IN DORAEMON COMIC THE 1 st VOLUME THESIS BY IIS MARDIANTI 105110100111065 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES FACULTY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M., yang biasa disapa Ahok adalah seorang politisi yang memiliki fungsi dan kedudukan khusus di DKI Jakarta. Ahok dikenal sebagai seorang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk berinteraksi, bermasyarakat, dan bekerja sama dalam kehidupannya sehari-hari. Sarana manusia untuk bersosialisasi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK Evi Chamalah dan Turahmat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Sultan Agung chamalah@unissula.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bahasa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bahasa sebagaimana digunakan dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam tujuan sesuai dengan keterbatasan kemampuannya.

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udaya. Abstract

Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udaya. Abstract 1 WACANA KAMPANYE POLITIK DALAM BALIHO DAN SPANDUK PEMILIHAN GUBERNUR WAKIL GUBERNUR BALI TAHUN 2013 DAN PEMILIHAN LEGISLATIF DI BALI TAHUN 2014 : KAJIAN PRAGMATIK Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Untuk membedakan penelitian Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Sepeda Motor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Untuk membedakan penelitian Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Sepeda Motor BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Untuk membedakan penelitian Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Sepeda Motor pada Surat Kabar Suara Merdeka dengan penelitian sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap

Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap Oleh: Agus Setiaji Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa agussetiaji94 @yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pragmatik adalah salah satu bagian dari ilmu linguistik. Pragmatik adalah kajian mengenai arti dalam hubungannya dengan situasi pada saat tuturan diucapkan

Lebih terperinci

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV digilib.uns.ac.id Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV No. Jenis Tindak Tutur Nomor Data Jumlah data Mengkritik A. Mengkritik Langsung 1. Penilaian Negatif 01, 02,

Lebih terperinci

Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Tak Langsung pada Film Harry Potter and the Deathly Hallows

Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Tak Langsung pada Film Harry Potter and the Deathly Hallows Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Tak Langsung pada Film Harry Potter and the Deathly Hallows Oleh Adrian Kurniawan Zahar * ABSTRAK Jurnal ini menjelaskan tentang strategi kesopanan dalam tindak tutur

Lebih terperinci

COMMISSIVE AND DIRECTIVE ACTS PERFORMED BY DAVID CAMERON IN HIS DAVOS SPEECH THESIS BY NANDA BAGUS PRATAMA NIM

COMMISSIVE AND DIRECTIVE ACTS PERFORMED BY DAVID CAMERON IN HIS DAVOS SPEECH THESIS BY NANDA BAGUS PRATAMA NIM COMMISSIVE AND DIRECTIVE ACTS PERFORMED BY DAVID CAMERON IN HIS DAVOS SPEECH THESIS BY NANDA BAGUS PRATAMA NIM 0911110223 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURE FACULTY OF CULTURAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH UTAMA DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG SUTRADARA TYA SUBIYAKTO DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS X SMA Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Lebih terperinci

PERILAKU BERBAHASA AHOK: KAJIAN TINDAK TUTUR. Abstract

PERILAKU BERBAHASA AHOK: KAJIAN TINDAK TUTUR. Abstract PERILAKU BERBAHASA AHOK: KAJIAN TINDAK TUTUR Tityn Asmitasari Siregar 1*, I Wayan Simpen 2, I Nengah Sukartha 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia Fakulas Sastra dan Budaya Universitas Udayana 1 [Tityn_asmitasari@yahoo.com]

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) Sri Sundari 1, Wahyudi Rahmat 2, Ria Satini 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

TINDAK ILOKUSI DALAM FILM THE CHANGE-UP KARYA DAVID DOBKIN SUATU ANALISIS PRAGMATIK J U R N A L

TINDAK ILOKUSI DALAM FILM THE CHANGE-UP KARYA DAVID DOBKIN SUATU ANALISIS PRAGMATIK J U R N A L TINDAK ILOKUSI DALAM FILM THE CHANGE-UP KARYA DAVID DOBKIN SUATU ANALISIS PRAGMATIK J U R N A L Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk mencapai gelar Sarjana Sastra Oleh : Trisna M. M. Sondakh 100912085

Lebih terperinci

Pelaksanaan Tindak Ujaran. Dwiyanti Nandang ( ) Meita Winda Lestari ( ) Pamela Yunita Sari ( ) Riza Indah Rosnita ( )

Pelaksanaan Tindak Ujaran. Dwiyanti Nandang ( ) Meita Winda Lestari ( ) Pamela Yunita Sari ( ) Riza Indah Rosnita ( ) Pelaksanaan Tindak Ujaran Dwiyanti Nandang ( 056174 ) Meita Winda Lestari ( 0608215 ) Pamela Yunita Sari ( 056089 ) Riza Indah Rosnita ( 056255 ) Ujaran Tujuan Lokusi ( saying something ) Tujuan dari ujaran

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

PRAKTIK TINDAK TUTUR ANAK KELAS B TK BINA INSAN CEMERLANG SURABAYA. Prawita Dini Arumsari

PRAKTIK TINDAK TUTUR ANAK KELAS B TK BINA INSAN CEMERLANG SURABAYA. Prawita Dini Arumsari PRAKTIK TINDAK TUTUR ANAK KELAS B TK BINA INSAN CEMERLANG SURABAYA Prawita Dini Arumsari Child speech act can be seen as they interact with peers and teachers while in kindergarten. This study aimed to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci