TINDAK TUTUR ILOKUSI DEKLARATIF PARA GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PADA SISWA KELAS X SMK YOS SUDARSO REMBANG (KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINDAK TUTUR ILOKUSI DEKLARATIF PARA GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PADA SISWA KELAS X SMK YOS SUDARSO REMBANG (KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI"

Transkripsi

1 TINDAK TUTUR ILOKUSI DEKLARATIF PARA GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PADA SISWA KELAS X SMK YOS SUDARSO REMBANG (KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh Elisabet Riski Titasari NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

2 ii

3 iii

4 MOTO ***Tuhan tak selalu memberi apa yang kita mau, tetapi Dia selalu memberi apa yang kita butuhkan. Sekalipun berawal dengan kegagalan, ada keberhasilan luar biasa yang sudah Dia rencanakan.*** (Elisabet Riski Titasari) ***Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.*** (Filipi 4:13) ***Belajarlah dari air, dari celah dan retakan gunung. Menderu deras dari kawah uap. Namun mengalir dengan tenang di sungai. Sesuatu yang kosong berbunyi nyaring. Sesuatu yang penuh tidak berbunyi, yang bodoh seperti tempayan yang berisi separuh, yang bijaksana seperti kolam dalam yang tenang.*** (Sutta Nipata: ) ***Tuhan tak akan mengubah nasibmu, jika kamu sendiri tak mau mengubahnya.*** (Bhagavadgita Sloka ke-3) iv

5 PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur serta ucapan terima kasih, skripsi ini saya persembahkan kepada Bapa di Surga, yang selalu melindungi dengan curahan roh kudus. Untuk keluarga tercinta, Alm. Bapak Ephraim Maria Dwi Tristanto yang menjadi motivasi dalam penulisan skripsi, Ibu Paulina Rita Punto Dewi yang selalu memberi semangat dan motivasi serta dengan setia tanpa lelah menjadi tempat mencurahkan segala kegelisahan, kakak dan adik Yosep Yogi Prasetyo Jati, Thomas Bagas Kukuh Santoso, dan Brigita Ratih Purwandari yang telah setia mengingatkan penulis akan kewajiban dalam menyelesaikan skripsi, serta selalu mengingatkan penulis ketika mulai malas dalam mengerjakan skripsi ini. v

6 vi

7 vii

8 ABSTRAK Titasari, Elisabet Riski Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur ilokusi deklaratif para guru ketika interaksi belajar mengajar, mendeskripsikan makna pragmatis, dan mendeskripsikan ciri-ciri. Sasaran utama dalam penelitian ini adalah para guru yang sedang melakukan kegiatan interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang tuturan guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap, teknik observasi, dan teknik wawancara. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan peneliti untuk memperoleh data yang lengkap mengenai tindak tutur ilokusi deklaratif. Peneliti melakukan analisis data meliputi empat tahap: identifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan. Hasil dari penelitian ini ditemukan 96 tuturan yang memiliki tujuh jenis : 32 tindak tutur deklaratif jenis memutuskan, 34 tindak tutur deklaratif jenis mengesahkan, 15 tindak tutur deklaratif jenis penamaan, 3 tindak tutur deklaratif jenis menghukum, 6 tindak tutur deklaratif jenis melarang, 4 tindak tutur deklaratif jenis berpasrah, dan 2 tindak tutur deklaratif jenis mengangkat. Adapaun makna pragmatik yang ditemukan dengan rincian 35 makna mengarahkan, 15 makna menguatkan, 4 makna suruhan, 25 makna meyakinkan, 1 makna persilaan, 12 makna mengingatkan, 1 makna ajakan, dan 3 makna larangan. Setiap tindak tutur tentunya memiliki ciri atau kekhasan yang menjadi pembeda. Setelah melakukan analisis, ditemukan beberapa ciri atau kekhasan dari, yakni: (a) tuturan deklaratif memiliki sifat performatif, (b) setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik, dan (c) setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang mendasari. Hasil penelitian membuktikan bahwa untuk memahami makna maupun maksud dari suatu tuturan, penutur dan mitra tutur harus memahami konteks situasi yang mendasari tuturan tersebut. Pemahaman konteks situasi sangat berpengaruh ketika terjadi peristiwa tutur. Pentingnya pemahaman konteks situasi tuturan dari pihak penutur maupun mitra tutur dapat mengurangi adanya salah tafsir dari maksud tuturan. Kata kunci:, jenis ilokusi deklaratif, makna pragmatik viii

9 ABSTRACT Titasari, Elisabet Riski Teacher s Declarative Illocutionary Speech Act in The Teaching and Learning Process toward The Student of Class X SMK Yos Sudarso Rembang. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literary Education Study Program, Department of Language Education and Arts, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University. This research attempts to describe kinds of teacher s declarative illocutionary speech act in teaching and learning process, to describe pragmatic meaning, and describe the characteristic of declarative illocutionary speech act. The main objective of this research are teachers doing teaching and learning process in class X SMK Yos Sudarso Rembang. The kind of this reseacrh is qualitative descriptive research and to find description of teracher s speech in teaching and learning process objectivly in class X SMK Yos Sudarso Rembang. The method of collecting the data used in this research is uninvolved conversation observation technique, observation, and interview. Those method used to find the complete data of declarative illocutionary speech act. The data analysis consist of four phases: identification, classification, interpretation, and report. The result of this research finds 96 speech consist thing seven kind declarative illocutionary speech act: 32 declarative illocutionary speech act decision, 34 declarative illocutionary speech act validity, 15 declarative illocutionary speech act naming, 3 declarative illocutionary speech act sentencing, 6 declarative illocutionary speech act prohibitive, 4 declarative illocutionary resigning, and 2 declarative illocutionary speech act appointing. More over the pragmatic meaning a found in this research are 35 directional meaning, 15 strenghten meaning, 4 order meaning, 25 convinsing meaning, 1 permission meaning, 12 reminded meaning, 1 invitation meaning, and 3 prohibition meaning. The analysis also find the spesific characteristic of declarative illocutionary speech act: (a) performative declarative speech, (b) physical a declarative speech, and (c) each declarative speech has the signifikan meaning based on the context. The result of the research show the necessity of understanding the context underlying the situation of the speech before understanding the speech meaning. The meaning of the speech can be found if the speaker and hearer understand the context based on the situation happened. The important of understanding the context of situation from the speaker or the hearer can reduce mis interpretation. Key word: declarative illocutionary speech act, type of declarative illocutinary, pragmatic meaning ix

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Yang Mahakuasa atas berkat dan rahmat-nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Penelitian ini disusun demi menelaah dan mengkaji jenis-jenis, makna atas tuturan para guru ketika sedang mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang, serta ciri-ciri. Maka dari itu, penulis memecahkan atau menjawab permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian menggunakan ilmu pragmatik sebagai dasar untuk menganalisis tuturan-tuturan para guru yang dicurigai mengandung tindak tutur ilokusi deklaratif. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing tunggal, atas kesabaran dalam membimbing serta bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi solusi dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen triangulaor yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengoreksi dan memberi masukan terhadap data-data penelitian penulis. 5. Para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberi banyak ilmu mengenai bahasa dan sastra Indonesia, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. x

11 xi

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii MOTO...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS...vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vii ABSTRAK...viii ABSTRACT...ix KATA PENGANTAR...x DAFTAR ISI...xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Definisi Istilah Manfaat Penelitian Sistematika Penyajian...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Landasan Teori Pragmatik Konteks Tindak Tutur Tindak Tutur Ilokusi...19 xii

13 2.2.5 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Kerangka Berpikir...23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Sumber Data dan Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Simak Bebas Libat Cakap Teknik Observasi Teknik Wawancara Instrumen Penelitian Teknik Analisis Data Triangulasi...32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Hasil Analisis Data Jenis Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Penamaan Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Menghukum Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Melarang Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Mengangkat Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Memutuskan Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Mengesahkan Makna Pragmatik Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang Makna Pragmatik Mengarahkan Makna Pragmatik Menguatkan...59 xiii

14 Makna Pragmatik Suruhan Makna Pragmatik Meyakinkan Makna Pragmatik Persilaan Makna Pragmatik Mengingatkan Makna Pragmatik Ajakan Makna Pragmatik Larangan Ciri-ciri Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Tuturan deklaratif memiliki sifat performatif Setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik Setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang mendasari Pembahasan Jenis Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang Makna Pragmatis Tindak Tutur Ilokusi Dekalratif Para Guru dalam Interkasi Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang Ciri-ciri Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif...80 BAB V PENUTUP Simpulan Saran...85 DAFTAR PUSTAKA...86 BIODATA PENULIS LAMPIRAN...90 xiv

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi, seseorang bisa mendapatkan informasi, menyampaikan pendapat, maupun menyampaikan informasi. Manusia melakukan komunikasi sebagai salah satu bentuk interaksi terhadap sesama. Manusia saling berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan manusia untuk bertutur kata. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi juga bermacam-macam, menggunakan bahasa Indonesia, bahasa asing, maupun bahasa daerah. Melalui bahasa, manusia dapat saling berkomunikasi untuk saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Di dalam komunikasi, dapat diasumsi bahwa seorang penutur mengartikulasi tuturan dengan maksud untuk menginformasikan sesuatu kepada mitra tuturannya, dan mengharap mitra tuturnya (pendengar) dapat memahami apa yang hendak disampaikan. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari berbagai hal yang berhubungan dengan tuturan. Suatu tuturan yang mengandung tindakan disebut tindak tutur. Tindak tutur adalah kegiatan yang menggunakan media bahasa sebagai sarana dasar untuk mengungkapkan ide, saran atau pendapat dan perasaan yang diungkapkan secara lisan. Tindak tutur dapat didefinisikan sebagai unit terkecil dari aktivitas percakapan yang dapat dikatakan memiliki fungsi, 1

16 2 seperti melaporkan, menyatakan, memperingatkan, mengarahkan, menyarankan, menyajikan, mengkritik, dan meminta. Searle (melalui Rahardi, 2008: 35-36) menyatakan bahwa dalam praktiknya terdapat tiga macam tindak tutur antara lain tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusi. Searle pun membagi tindak tutur ilokusi ke dalam lima macam bentuk tuturan, yakni asertif, ekspresif, direktif, komisif, dan deklarasi. Kelima macam tuturan ini memiliki fungsi tuturan yang berbeda-beda. Tuturan yang terjadi dalam sebuah interaksi berbahasa memiliki bermacam-macam makna maupun maksud yang ingin disampaikan. Berkenaan dengan bermacam-macam maksud tersebut, Leech (1993:19-20) menyatakan bahwa ada empat aspek dalam tindak tutur, yakni: (a) penutur dan mitra tutur, (b) konteks tuturan, (c) tujuan tuturan, (d) tindak tutur sebagai bentuk tindak atau aktivitas, dan (e) tuturan sebagai produk tindak verbal. Dalam interaksi belajar mengajar tentunya banyak terjadi tindak tutur dari siswa maupun guru. Ketika proses interaksi belajar mengajar, siswa dan guru saling berkomunikasi. Tuturan yang terjadi di dalam kelas khususnya ketika interaksi belajar mengajar berlangsung ada berbagai macam seperti tuturan melarang, memerintah, bertanya dan tuturan yang bersifat pernyataan. Tindak tutur yang menjadi daya tarik peneliti. Tindak tutur ilokusi deklaratif adalah tuturan yang isi tuturannya berhubungan dengan hal nyata yang sedang terjadi. Tindak tutur ilokusi deklaratif yang terjadi di setiap sekolah tentunya berbeda-beda, hal itu terjadi karena konteks yang mendasari sebuah tuturan. Tindak tutur dalam percakapan guru dan siswa menggunakan aneka strategi tuturan yang berbeda-beda. Berkaitan dengan aneka strategi tutur

17 3 yang digunakan dalam percakapan tersebut, Purwo (1984:14) menjelaskan bahwa penciptaan strategi-strategi dalam memproduksi tuturan tersebut ada kalanya penutur harus mengucapkan sesuatu yang berbeda dengan yang dimaksudkannya dengan tujuan tertentu, ujaran yang disampaikan bermakna implisit. Dengan demikian setiap tuturan seseorang memiliki fungsi tuturan yang berbeda-beda. SMK Yos Sudarso Rembang memiliki sejumlah siswa dan guru dengan bekal komunikasi yang berbeda-beda. Hal itu terjadi karena latar belakang dari pihak guru maupun latar belakang dari pihak siswa. Siswa dengan latar belakang pedesaan tentu saja cara berkomunikasinya berbeda dengan siswa yang memiliki latar belakang perkotaan. Latar belakang yang berbeda itulah yang menyebabkan respons terhadap tuturan guru berbeda pula. Selain latar belakang tempat tinggal, latar belakang usia juga mempengaruhi siswa ketika merespons tuturan guru, terutama pada kelas X yang masih terbawa sikap anak-anak karena baru saja meninggalkan bangku SMP. Munculnya dalam tuturan guru ketika interaksi belajar mengajar dipengaruhi dari kondisi atau situasi kelas yang mendukung tuturan deklaratif itu terjadi. Selain karena kondisi kelas, materi yang sedang diajarkan guru juga berpengaruh dalam munculnya tuturan yang bersifat deklaratif. Pada dasarnya, dalam interaksi belajar mengajar peran guru tidak terlepas dari usaha membimbing siswa supaya mampu memiliki kepribadian yang baik di dalam kegiatan belajar mengajar maupun di luar kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut terhadap tindak tutur deklaratif. Peneliti akan mengkaji tuturan

18 4 khususnya para guru dalam interaksi belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Peneliti ingin mengetahui seberapa banyak jenis yang terdapat dalam tuturan para guru ketika berinteraksi dengan siswa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan, penelitian ini akan membahas bagaimana para guru dalam interaksi belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang? Ditinjau dari rumusan masalah tersebut, ada beberapa sub masalah yang akan diteliti, yakni: a. Jenis-jenis seperti apakah yang sering muncul dalam tuturan guru ketika interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang? b. Bagaimana makna pragmatis dalam tuturan guru pada saat interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang? c. Bagaimana ciri-ciri yang terdapat dalam tuturan guru ketika interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang berlangsung?

19 5 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan para guru dalam interaksi belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Adapun tujuan penelitian dari sub masalah adalah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan jenis-jenis tuturan guru yang dicurigai mengandung pada saat interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. b. Mendeskripsikan makna pragmatis yang terdapat dalam tuturan guru pada saat interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. c. Mendeskripsikan ciri-ciri sesuai dengan jenis tindak tutur deklaratif yang terdapat dalam tuturan guru ketika interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang berlangsung. 1.4 Definisi Istilah a. Pragmatik Yule (2006:3) menegaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.

20 6 b. Konteks Kridalaksana (2011:134) mengartikan konteks adalah (1) aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, (2) pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara. c. Tindak Tutur Cummings (2007:362) mengatakan tindak tutur merupakan fenomena pragmatik penyelidikan linguistik klinis yang sangat menonjol. d. Tindak Tutur Ilokusi Leech (1993:21) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dalam komunikasi yang berorientasi pada tujuan atau meneliti makna sebuah tuturan merupakan usaha untuk merenkonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur ketika ia memproduksi tuturannya. e. Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Yule (2006:92) mengatakan bahwa deklaratif merupakan jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Yule memberikan contoh tuturan deklarasi dalam konteks menghukum yaitu : Jury Foreman, We find the defendant guity (kami nyatakan terdakwa bersalah).

21 7 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis: Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk memahami bidang kajian pragmatik, khususnya. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang lain. b. Manfaat Praktis : Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai jenis, makna pragmatis, dan ciri-ciri tindak tutur ilokusi deklaratif. Selain itu dalam pembelajaran bahasa, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai pemahaman sebuah tuturan, sehingga mitra tutur atau pendengar dapat memahami maksud sebuah tuturan yang mengandung tindak tutur deklaratif. 1.6 Sistematika Penyajian Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca di dalam memahami penelitian ini. Bab satu adalah bab pendahuluan. Bab ini mengulas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, identifikasi masalah, manfaat penelitian, batasan, dan sistematika penyajian. Bab dua adalah kajian pustaka. Bab ini berisi penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian peneliti saat ini. Dan kerangka teoretis yaitu teori-teori yang berkaitan langsung dengan penulisan penelitian ini.

22 8 Bab tiga adalah metodologi penelitian. Bab ini membahas seputar pendekatan penelitian, data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan trianggulansi data. Bab empat adalah deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasan. Peneliti akan menyajikan deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasan. Deskripsi data dan analisis data akan diuraikan peneliti secara mendalam supaya memudahkan pembaca. Bab lima terdapat kesimpulan dan saran. Bab ini akan berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang dibahas oleh peneliti serta terdapat saran atau masukan untuk masalah penelitian yang dapat membantu penelitian selanjutnya. Setelah kelima bab tersebut selesai, peneliti memberikan halaman untuk daftar pustaka. Selain itu peneliti juga mencantumkan lampiran berupa kumpulan data yang ditemukan peneliti selama berada di lapangan.

23 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini secara khusus akan menguraikan penelitian terdahulu yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Khusus untuk bagian kedua yaitu landasan teori, akan diuraikan mengenai (a) kajian pragmatik, (b) konteks, (c) tindak tutur, (d) tindak tutur ilokusi, dan (e). 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai tindak tutur deklaratif memang sudah pernah ada yang melakukan sebelumnya. Namun kajian secara khusus mengenai penelitian tindak tutur deklaratif dalam interaksi belajar mengajar belum ada yang melakukan. Peneleliti mencantumkan dua penelitian terdahulu yang relevan dalam penelitian ini. Pertama, penelitian Eli Hidayat (2014) dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Deklaratif Dalam Wacana Khotbah Jumat Bahasa Sunda Di Masjid Baiturrahman Desa Bener Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap. Peneliti berusaha menganalisis dan menguraikan tindak tutur deklaratif yang terdapat dalam wacana khotbah Jumat bahasa Sunda yang terjadi di masjid Baiturrahman. Objek yang menjadi fokus penelitian tersebut adalah: (1) bentuk tindak tutur deklaratif dalam wacana khotbah Jumat bahasa Sunda, (2) fungsi tindak tutur deklaratif dalam wacana khotbah Jumat bahasa Sunda. 9

24 10 Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode simak. Peneliti menyimak secara langsung penggunaan bahasa yang digunakan dalam khotbah Jumat bahasa Sunda di masjid Baiturrahman. Adapun teknik lain yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang berkualitas, yakni teknik catat dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan peneliti adalah metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Adapun langkah langkah yang digunakan peneliti dalam melakukan analisis data, yakni: (a) transkripsi data yaitu pada tahap transkripsi data, penulis mentranskripsi data yang berasal dari tuturan khatib ke dalam Bahasa Indonesia. Selanjutnya diklasifikasikan ke dalam bagan atau tabel data. Setiap tabel data tersebut sudah mempunyai klasifikasi atau macam-macam tuturan deklaratif. (b) Pemaparan hasil analisis data, dalam memaparan hasil analisis menggunakan analisis secara formal yaitu pemaparan dengan menggunakan perumusan kata-kata biasa. Hasil dari penelitian mengenai tindak tutur deklaratif dalam wacana khotbah jumat bahasa Sunda yaitu peneliti berhasil menemukan bentuk tindak tutur deklaratif yang menurut Searle dibedakan menjadi lima, yakni: memutuskan, membatalkan, melarang, mengijinkan, dan memberikan maaf atau mengampuni. Serta mampu mengungkapkan fungsi tindak tutur deklaratif khususnya dalam wacana khotbah Jumat bahasa Sunda. Penelitian tersebut mengacu pada teori Leech, maka fungsi dari tindak tutur yang ia ungkapkan dalam penelitian tindak tutur pada wacan khotbah Jumat bahasa Sunda terbagi menjadi empat fungsi, yakni: (1) fungsi kompetitif, (2) fungsi menyenangkan, (3) fungsi bekerja sama, dan (4) bertentangan.

25 11 Kedua, penelitian dari Juang Rizki Faznur, Hasnah Faizah, dan Charlina (2016) dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Riau dalam jurnal penelitian yang berjudul Perbandingan tuturan Deklaratif Bermakna Imperatif Dalam Novel Tebusan Darah dengan Hempasan Gelombang. Peneliti berusaha menganalisis perbandingan tuturan deklaratif bermakna imperatif dalam novel. Objek yang menjadi fokus penelitian adalah mengkaji tuturan deklaratif bermakna imperatif yang terdapat dari dua novel yang memiliki latar belakang sama namun memiliki waktu atau generasi yang berbeda. Para peneliti ingin menganalisis apakah tuturan deklarartif bermakna imperatif pada angkatan pertama berbeda dengan angkatan sekarang, atau tidak terjadi pergeseran bahasa dalam hal tuturan deklarartif bermakna imperatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, yakni peneliti mengamati secara langsung isi cerita novel dan mengamati setiap kalimat dan dialog yang terdapat pada novel tersebut. Dalam penelitian ini, data-data diambil dari dalam novel yang mengandung wujud tuturan deklaratif bermakna imperatif. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis atau menguraikan data yang diperoleh (kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekadar angka atau frekuensi. Dengan menggunakan metode tersebut, peneliti menjabarkan hasil temuannya mengenai perbandingan tuturan deklaratif bermakna imperatif dalam novel Tebusan Darah dengan Hempasan Gelombang.

26 12 Hasil dari penelitian mengenai perbandingan tuturan deklaratif bermakna imperatif dalam novel Tebusan Darah dengan Hempasan Gelombang, peneliti berhasil mengetahui perbandingan tuturan deklaratif bermakna imperatif. Penggunaan perbandingan tuturan deklaratif bermakna imperatif dalam novel Tebusan Darah karya Soeman dengan novel Hempasan Gelombang karya Taufik Ikram Jamil. Terbagi menjadi enam, yaitu suruhan, ajakan, permohonan, persilaan, larangan, dan permintaan. Dua penelitian terdahulu yang ditemukan peneliti memiliki fokus penelitian yang berbeda. Penelitian terdahulu yang pertama fokus penelitiannya adalah penggunaan tindak tutur deklaratif dalam wacana, sedangkan fokus penelitian terdahulu yang kedua adalah perbandingan tuturan deklaratif bermakna imperatif yang terdapat di antara novel Tebusan Darah dengan Hempasan Gelombang. Keduanya memang memiliki dasar yang sama yakni tindak tutur ilokusi deklaratif, hanya saja terdapat perbedaan dalam fokus penelitian. Keterkaitan dengan penelitian yang sekarang adalah sama-sama mengenai tindak tutur ilokusi deklaratif. Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian serupa, yakni mengenai. Namun, fokus penelitian yang digunakan adalah tuturan para guru ketika berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya mengenai dengan menggunakan teknik penelitian yang berbeda. Sumber data dari penelitian ini adalah para guru yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso

27 13 Rembang. Sementara itu, data dari penelitian ini adalah tuturan para guru yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar di SMK Yos Sudarso Rembang. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menemukan jenis-jenis tindak tutur ilokusi deklaratif, makna pragmatis, serta ciri-ciri yang terdapat pada tuturan para guru. Dengan demikian penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, terutama pada teknik dan fokus permasalahan. 2.2 Landasan Teori Landasan teori merupakan pisau analisis yang harus diketahui peneliti sebelum melakukan penelitian. Dalam landasan teori akan dijabarkan atau dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan atau berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti dan menjadi acuan dalam penelitian Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru Dalam Interaksi Belajar Mengajar Pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Penulisan penelitian ini didukung oleh teori-teori yang menurut peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan sehingga dapat menjadi acuan penelitian Pragmatik Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasisituasi ujar (speech situations). Levinson (1983:24) menegaskan bahwa Pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pengguna bahasa untuk mengaitkan kalimatkalimat dengan konteks yang sesuai (pragmatics is the study of the ability of language users to pair sentences with the contexs in which they would be appropriate). Levinson (melalui Nadar, 2009:5) juga menegaskan bahwa pragmatik merupakan suatu istilah yang mengesankan bahwa sesuatu yang sangat

28 14 khusus dan teknis sedang menjadi objek pembicaraan, padahal istilah tersebut tidak mempunyai arti yang jelas. Pada dasarnya pragmatik merupakan kajian yang menghubungkan antara bahasa dan konteks yang terkodifikasi dalam struktur bahasa. Dalam pragmatik makna diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa (Leech 1993:8). Leech juga menekankan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Yule (2006:3) menegaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca. Oleh karena itu, studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis - analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya (penutur) daripada tentang makna setiap kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pada dasarnya pragmatik memang bidang studi yang mengkaji makna dalam situasi ujar. Leech (1993:53) memberi penegasan mengenai makna dalam pragmatik, makna yang digunakan dalam pragmatik merupakan suatu maksud refleksif, yaitu suatu maksud yang hanya dapat dicapai bila maksud tersebut diketahui oleh penutur. Pragmatik merupakan telaah penggunaan bahasa untuk menuangkan maksud dalam tindak komunkasi sesuai dengan konteks dan keadaan pembicaraan. Pragmatik menelaah bentuk bahasa dengan mempertimbangkan satuan-satuan yang menyertai sebuah ujaran: konteks lingual (co-text) maupun konteks ekstralingual: tujuan, situasi, partisipan, dan lain sebagainya (Bagus 2014:14). Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap penutur untuk memahami maksud lawan tutur. Penutur dan lawan tutur dapat memanfaatkan pengetahuan atas

29 15 pengalaman bersama untuk memperoleh kemudahan dalam berinteraksi. Pragmatik mengkaji makna dalam situasi ujar, oleh karena itu penutur tidak dapat membuat pernyataan-pernyataan pragmatis mengenai apa yang terjadi dalam pikiran seseorang. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pragmatik tidak dapat dilepaskan dari bahasa dan konteks. Fokus dalam pragmatik adalah hubungan antara bahasa dan konteks. Dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penutur untuk mengetahui kesesuaian antara ujaran dengan konteks ujaran, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar serta tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran. Perlu diketahui bahwa kemampuan berbahasa yang baik tidak hanya terletak pada kesesuaian aturan gramatikalnya saja, tetapi juga pada aturan pragmatik. Pragmatik menganalisis fungsi kalimat dalam komunikasi, dan kalimat itu harus kita anggap sebagai ujaran. Pragmatik juga mempelajari hubungan konsep (pengertian atau maksud) dengan tanda Konteks Konteks tidak bisa dipisahkan dari kajian pragmatik, karena konteks merupakan aspek penting dalam kajian pragmatik. Setiap pembicaraan mengenai pragmatik pasti akan disertai pula pembahasan mengenai konteks. Peran konteks situasi tuturan juga diungkapkan oleh Malinowski (melalui Verschueren 1998:75) yang mengatakan bahwa persis seperti dalam kenyataan bahasa lisan atau tulisan, sebuah kata tanpa konteks linguistik hanyalah isapan jempol belaka dan tidak berarti apa-apa, jadi dengan kenyataan lidah yang lisan, ujaran itu tidak berarti tanpa konteks situasi (exactly as in the reality of spoken or written languages, a

30 16 word without linguistic context is a mere figment and stands for nothing by itself, so in the reality of a spoken living tongue, the utterance has no meaning except in the context of situation). Malinowski menganggap bahwa sebuah bahasa tanpa konteks diibaratkan sebagai isapan jempol belaka, yang artinya tidak memiliki arti. Malinowski (melalui Pateda, 1988:104) menambahkan bahwa untuk memahami ujaran harus memahami konteks situasi, dengan memperhatikan konteks situasi, sehingga aspek-aspek bermakna linguistik maupun nonlinguistik dapat dikorelasikan. Kridalaksana (2011:134) mengungkapkan pengertian konteks adalah (a) aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, (b) pengetahuan yang sama-sama memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara. Kridalaksana (melalui Bagus, 2014:94) menyatakan bahwa konteks adalah latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu. Cummings (2007:5) juga menjelaskan bahwa kita tidak dapat mendapatkan definisi yang lengkap bila konteksnya tidak disebutkan. Dalam bukunya, Cummings mengatakan bahwa gagasan tentang konteks berada di luar pengejawantahannya yang jelas seperti latar fisik tempat dihasilkannya suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor linguistik, sosial, dan epistemis. Pierce dan Beekam (melalui Cummings, 2007:363) mengkaji pengaruh konteks linguistik dan ekstra-linguistik terhadap pemahaman konstruktif aktif yang dapat dibalik.

31 17 Konteks merupakan seperangkat pemikiran dan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam membangun suatu komunikasi. Kesinambungan suatu percakapan atau pembicaraan tergantung oleh latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh penutur maupun mitra tutur. Peran penting konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijaya (melalui Nadar, 2009:4) yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks. Dalam suatu tindak tutur, penutur dan mitra tutur harus paham mengenai konteks selama tuturan. Hal ini perlu diketahui agar tidak terjadi salah tafsir antara tuturan penutur dan penangkapan maksud dari mitra tutur. Berdasarkan pendapat mengenai konteks di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari tuturan, baik lisan maupun tulisan. Untuk memahami makna dan maksud dari sebuah tuturan, penutur maupun mitra tutur harus memahami konteks yang mendasari terjadinya suatu tuturan. Apabila penutur dan mitra tutur tidak memahami konteks suatu tuturan, maka maksud dari tuturan tersebut tidak akan dipahami. Oleh karena itu, penutur dan mitra tutur harus sama-sama saling mengetahui konteks tuturan, sehingga apa yang disampaikan penutur dapat diterima dengan baik oleh mitra tutur Tindak Tutur Tindakan tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak tutur (Yule, 2006:82). Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam mengahadapi situasi tertentu (Chaer & Agustina, 2004: 50). Austin

32 18 (melalui Rusminto, 2010:22) mengemukakan bahwa aktivitas bertutur tidak hanya terbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu atas dasar tuturan itu. Tindak tutur merupakan tuturan yang didalamnya terdapat tindakan. Dengan mengucapkan sesuatu, penutur juga melakukan sesuatu. Austin (1962:12) menegaskan mengenai tindak tutur bahwa di dalam mengatakan sesuatu, kita juga melakukan sesuatu (in which to say something is to do something or in which by saying or in saying something we are doing something). Menurut Austin, dalam menyampaikan sesuatu, penutur juga melakukan tindakan melalui ujaran yang disampaikannya. Pendapat Austin ini didukung oleh Searle (melalui Rusminto, 2010:22) dengan mengatakan bahwa unit terkecil komunikasi bukanlah kalimat, melainkan tindakan tertentu, seperti membuat pernyataan, pertanyaan, perintah, dan permintaan. Jika dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Cummings (2007:362) mengatakan tindak tutur sebagai fenomena pragmatik penyelidikan linguistik klinis yang sangat menonjol. Searle (melalui Rahardi, 2008: 35-36) juga menyatakan bahwa dalam praktiknya terdapat tiga macam tindak tutur antara lain tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusi. Tindak lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Dalam lokusioner tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh si penutur. Tindak ilokusioner adalah tindak

33 19 melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula. Tindakan perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah suatu tuturan yang memiliki maksud tertentu yang diungkapkan dengan suatu tindakan. Tindak tutur yang memiliki maksud tertentu tersebut tidak dapat dipisahkan dari konsep situasi tutur. Konsep tersebut memperjelas pengertian tindak tutur sebagai suatu tindakan yang menghasilkan tuturan sebagai produk tindak tutur. Tindak tutur didasarkan pada hubungan tuturan dengan tindakan yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tuturnya dalam berkomunikasi. Artinya, tuturan baru bermakna jika direalisasikan dalam tindakan komunikasi nyata Tindak Tutur Ilokusi Lyons (1997:730) mengatakan bahwa tindak ilokusi adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam mengatakan sesuatu seperti membuat janji, membuat pernyataan, mengeluarkan perintah atau permintaan, memberikan nama, dan lain sebagainya. Austin (1962:142) menegaskan bahwa tindak ilouksi adalah tindakan dalam mengatakan sesuatu. Maksud dari tindak dalam mengatakan sesuatu adalah sesuatu yang mengandung tanggung jawab penutur untuk melaksanakan sesuatu sehubungan dengan isi ujarannya. Rohmadi (2004:31) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu, disebut juga the act of doing something. Searle (melalui Rahardi, 2008:36) menjelaskan tindak ilokusioner adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi

34 20 tertentu pula. Tuturan perutku perutku lapar diucapkan penutur bukan sematamata dimaksudkan untuk memberitahukan mitra tutur bahwa pada saat dituturkannya tuturan tersebut, penutur sedang merasa lapar. Namun lebih dari itu, penutur menginginkan mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya mitra tutur mengambilkan makanan. Leech (1993:21) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dalam komunikasi yang berorientasi pada tujuan atau meneliti makna sebuah tuturan merupakan usaha untuk merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur ketika ia memproduksi tuturannya. Leech menegaskan bahwa tuturan ilokusi memiliki maksud dan tujuan penutur. Mitra tutur diajak untuk membayangkan apa yang dimaksudkan penutur melalui ekspresi bahasanya. Selanjutnya, Searle (melalui Rahardi, 2008:36) menggolongkan tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat dirangkum sebagai berikut: Asertif (assertives), yakni bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), menbual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming). Direktif (directives), yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya, memesan (orderin), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending). Ekspresif (expressives), adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu

35 21 keadaan, misalnya berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blambing), memuji (praising), berbelasungkawa (condoling). Komisif (commissives), yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering). Deklarasi (declarations), yaitu bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membaptis (chistening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan (excommicating), dan menghukum (sentencing). Pendapat para ahli mengenai tindak tutur ilokusi di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ilokusi merupakan suatu tuturan yang memiliki sifat pernyataan, tawaran, penjelasan, maupun fungsi komunikatif bahasa lainnya. Tindak tutur ilokusi melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu. Pada tindak tutur ilokusi, penutur menyatakan sesuatu dengan menggunakan suatu daya yang khas, yang membuat si penutur bertindak sesuai dengan apa yang dituturkanya. Tindakan ini mengandung makna yang berhubungan dengan fungsi sosial. Maksudnya adalah penutur tidak hanya menyampaikan informasi kepada mitra tutur, melainkan dalam tuturannya penutur mampu mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan yang dimaksudkan oleh penutur Tindak Tutur Ilokusi Jenis Deklaratif Tindak tutur deklaratif merupakan bentuk tuturan yang berisi tentang pernyataan ringkas dan padat. Searle (melalui Leech, 2993:165) mengatakan bahwa tindakan-tindakan deklaratif merupakan kategori tindak ujar yang sangat

36 22 khusus, karena tindakan-tindakan ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang dalam sebuah kerangka acuan kelembagaan diberi wewenang untuk melakukannya. Dengan kata lain, penutur yang mengucapkan tuturan deklarasi menggunakan bahasa hanya sebatas sebagai tanda lahiriah bahwa suatu tindakan (sosial, keagamaan, hukum) telah dilaksanakan. Bentuk tutur deklaratif atau deklarasi merupakan bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membaptis (christening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan (excommunicating), dan menghukum (sentencing) (Rahardi, 2003:73). Dalam bahasa Indonesia, kalimat deklaratif memiliki maksud ingin menyampaikan sesuatu kepada mitra tutur. Suatu yang diberitakan kepada mitra tutur itu merupakan ungkapan suatu kejadian. Rahardi (2008:75) mengatakan bahwa kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia dapat merupakan tuturan langsung dan dapat pula merupakan tuturan tidak langsung. Yule (2006:92) mengatakan bahwa deklaratif merupakan jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Yule memberikan contoh tuturan deklarasi dalam konteks menghukum yaitu : Jury Foreman, We find the defendant guity (kami nyatakan terdakwa bersalah). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa deklaratif memiliki definisi pernyataan yang bersifat ringkas dan jelas. Tindak tutur deklaratif memiliki pengertian segala tindak tutur yang berisi sebuah pernyataan. Tindak tutur deklaratif merupakan bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya. Tindak tutur deklaratif merupakan bagian dari tindak ilokusioner dan merupakan bagian dalam kajian pragmatik. Tuturan yang

37 23 mengandung deklaratif hanya meminta pendengar atau yang mendengar kalimat itu untuk menaruh perhatian saja, tidak usah melakukan apa-apa sebab maksud si pengujar hanya untuk memberitahukan saja, karena pada dasarnya deklaratif adalah pernyataan. 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian mengenai tindak tutur deklaratif para guru dalam interaksi belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang memiliki kerangka berpikir. Kerangka berpikir digunakan sebagai fondasi dalam suatu pemikiran dari seluruh proses penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari kerangka berpikir adalah memudahkan peneliti dalam menjelaskan alur penelitian tindak tutur deklaratif para guru dalam interaksi belajar mengajar siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Dalam kerangka berpikir ini, peneliti akan berusaha membahas permasalahan yang diangkat, yakni jenis beserta ciri tindak tutur deklaratif dan makna pragmatis yang terkandung dalam tuturan guru yang dicurigai mengandung tindak tutur deklaratif. Pembahasan masalah tersebut akan dijelaskan dengan konsep, teori, dan metode yang berhubungan dengan masalah penelitian. Peneliti menggunkaan teori pragmatik sebagai pisau analisis dalam penelitian. Permsalahan dalam penelitian ini adalah tindak tutur deklaratif para guru yang merupakan bentuk ujaran, maka peneliti berpkir bahwa teori pragmatik sangat tepat digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian. Komponen penting dalam teori pragmatik yang menjadi fokus peneliti adalah tindak tutur ilokusi deklaratif. Penelitian ini menggunakan menggunakan metode penelitian

38 24 kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode yang menghasilkan data deskriptif dalam bentuk lisan maupun tertulis. Peneliti memberi gambaran menyeluruh mengenai data penelitian berdasarkan proses pengumpulan data dan analisis data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi dan mengumpulkan data-data untuk menjawab permasalahan penelitian yang diangkat. Data yang telah terkumpul dari sumber data akan diproses melalui analisis data. Analisis data merupakan penelusuran melalui catatan-catatan maupun temuan-temuan yang diperoleh peneliti. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah didapatkan dari berbagai sumber. Analisis data merupakan cara peneliti mengolah data terkumpul guna menjawab permasalahan dalam penelitian. Dari kegiatan pengumpulan data dan analisis data, peneliti berupaya untuk menuliskan hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai peneliti dalam penelitiannya. Dalam hasil penelitian, peneliti menguraikan secara runtut proses penelitian yang kemudian mendeskripsikan secara singkat dalam butir-butir yang spesifik. Secara ringkas, alur penelitian ini adalah sebagai berikut:

39 25 Skema 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian TINDAK TUTUR TUTURAN PARA GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PADA SISWA KELAS X SMK YOS SUDARSO REMBANG TINDAK TUTUR ILOKUSI DEKLARATIF JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DEKLARATIF MAKNA PRAGMATIS TINDAK TUTUR DEKLARATUIF CIRI-CIRI TINDAK TUTUR DEKLARATIF

40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis deskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang tuturan guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Menurut Nazir (2013:43) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada. Selanjutnya, metode penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis,faktual, dan akurat mengenai data, sifatsifat serta hubungan fenomena-fenomena yang sedang diteliti sesuai dengan sifat alamiah data itu sendiri (Sukmadinata, 2009:72). Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Moleong (2007: 6) mengungkapkan penelitian kualitatif sebagai suatu jenis penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistic, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah, serta memanfaatkan berbagai metode 26

41 27 ilmiah. Penelitian kualitatif menggunakan data-data alamiah untuk menerangkan gejala atau fenomena secara menyeluruh. Penelitian kualitatif dilakukan pada objek yang alamiah, yaitu objek yang berkembang adanya dan tidak dimanipulasi peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi kehadiran pada objek tersebut. Gunawan (2013:80) menegaskan bahwa penelitian kualitatif bertujuan mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory) dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi. 3.2 Sumber Data dan Data Sumber data adalah letak atau tempat ditemukannya data yang hendak diteliti. Dalam penelitian, sumber data harus jelas supaya dapat memperoleh data yang valid dan akurat. Penelitian ini sumber data yang digunakan adalah tuturan para guru SMK Yos Sudarso Rembang yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas X. Data merupakan hasil capaian yang nantinya akan diolah untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diangkat oleh peneliti. Moleong (2007:157) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif memiliki data utama berupa katakata atau bahasa, sedangkan data pendukungnya berupa dokumen. Data yang digunakan peneliti adalah tuturan guru yang dicurigai mengandung ilokusi deklaratif.

42 Teknik Pengumpulan Data Dalam sebuah penelitian, data merupakan fakta atau keterangan mengenai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyusun informasi. Setiap data atau fakta yang dikumpulkan harus bisa memberikan gambaran maupun keterangan yang jelas. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk memilih teknik pengumpulan data yang tepat supaya bisa memperoleh data yang tepat. Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang akan dikupas, guna menjawab permasalahan dalam penelitian Teknik Simak Bebas Libat Cakap Teknik ini merupakan teknik penjaringan data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan. Dengan menggunakan teknik ini, peneliti tidak melibatkan diri secara langsung untuk pembentukan calon data. Namun dalam teknik ini peneliti hanya sebagai pengamat calon data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan. Dalam teknik simak bebas libat cakap ini, peneliti menggunakan alat perekam untuk merekam pembicaraan atau merekam informasi yang ada di lapangan. Rekaman merupakan cara pengumpulan data yang dapat menghasilkan data-data lengkap. Dengan merekam kejadian di lapangan, maka peneliti tidak akan kehilangan data sedikitpun. Selain itu, dengan merekam peneliti akan memperoleh data yang lengkap dan bukan sekadar perkiraan. Rekaman yang

43 29 diambil adalah rekaman suara ketika guru bertutur di dalam kelas pada saat interaksi belajar mengajar berlangsung Teknik Observasi Penelitian ini berlangsung melalui proses pengamatan atau observasi yang dilakukan secara langsung oleh peneliti untuk mendapatkan informasi tentang tindak tutur deklaratif para guru dengan cara mengamati, melihat, mencatat selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Teknik penelitian obeservasi berarti peneliti melihat dan mendengarkan apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitasnya. Untuk melengkapi cara memperoleh data yang lengkap penulis mempergunakan metode observasi, yaitu mengamati, mencari data dari beberapa fakta mengenai hal yang ada hubungannya dengan permasalahan. Observasi adalah satu pengamatan yang sistematis terhadap suatu kegiatan, dimana alat indera sebagai alat yang utama. Peneliti menggunakan jenis observasi pastisipasi pasif. Dalam hal ini, peneliti datang di lokasi penelitian. Observasi merupakan teknik yang langsung dapat digunakan untuk memperoleh data dari berbagai aspek tingkah laku. Teknik ini peneliti terapkan untuk mendapatkan kejelasan dan memberikan keyakinan tentang data yang perlu untuk dilaporkan. Dengan menggunakan teknik observasi, data yang diraih lebih dapat dipercaya, selain itu data yang dikumpulkan lebih efektif dan efisien Teknik Wawancara Esterberg (melalui Sugiyono, 2012:231) mengatakan wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

44 30 sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam stautu topik tertentu. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara untuk menggali informasi dari lapangan secara mendalam. Dengan melakukan wawancara, peneliti akan mengetahui lebih dalam mengenai situasi maupun fenomena yang terjadi. Proses wawancara akan dilakukan peneliti bersamaan ketika peneliti melakukan observasi. Jenis wawancara yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur (Structured Interview). Wawancara terstruktur digunakan peneliti untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan. Dalam wawancara jenis ini, peneliti telah menyiapkan instrumen pertanyaan yang nantinya akan membantu peneliti dalam mendapatkan data yang akurat. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan peneliti dalam memperoleh data atau fakta. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa Human Instrument. Human Instrument merupakan instrumen penelitian atau alat penelitian yang melibatkan manusia atau peneliti itu sendiri. Dalam hal ini peneliti sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif berbekal teori pragmatik dan teori tindak tutur. Dengan menggunakan manusia sebagai instrumen, kenyataan yang terjadi di lapangan dapat dipahami dan disadari serta dapat secara langsung mengetahui faktor yang merugikan maupun menguntungkan di lapangan serta mampu mengatasinya.

45 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan penelusuran melalui catatan-catatan maupun temuan-temuan yang diperoleh peneliti. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah didapatkan dari berbagai sumber. Analisis kualitatif berbeda dengan kuantitatif yang cara analisis dilakukan setelah data terkumpul semua, tetapi analisis kualitatif dilakukan sepanjang penelitian dari awal hingga akhir. Hal ini dilakukan karena penelitian kualitatif mendapat data yang membutuhkan analisis sejak awal penelitian. Bahkan hasil analisis awal akan menentukan proses penelitian selanjutnya. Proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 4 tahap yang meliputi identifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan. Pertama, tahap identifikasi, pada tahap ini peneliti akan mengidentifikasi semua tuturan ketika interaksi belajar mengajar berlangsung yang dicurigai mengandung tindak tutur deklaratif. Selain itu, pada proses identifikasi ini, peneliti akan mengidentifikasi tuturan tersebut berdasarkan jenis-jenis tindak tutur deklaratif. Kedua, tahap klasifikasi, pada tahap ini peneliti akan mengklasifikasikan atau mengelompokkan tuturan yang diperoleh berdasarkan jenis-jenis tindak tutur deklaratif. Ketiga, tahap interpretasi, pada tahap interpretasi atau tahap penafsiran, peneliti akan menafsirkan data atau fakta yang diperoleh. Dari data atau fakta yang telah diperoleh itu, peneliti akan menetapkan makna-makna yang terdapat pada data atau fakta yang telah peneliti temukan dalam lapangan. Keempat, tahap pelaporan setelah menyelesaikan tahap identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi, peneliti akan melaporkan hasil temuan atau penelitiannya dalam bentuk deskriptif.

46 Triangulasi Untuk menguji keabsahaan data yang telah dikumpulkan, peneliti akan melakukan teknik triangulasi data. Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat berharga dalam penelitian, dari data terkumpul akan dilakukan analisis yang digunakan sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan, melihat begitu besarnya posisi data maka keabsahan data yang terkumpul menjadi sangat vital. Data yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah pula, demikian sebaliknya, data yang sah (valid/kredibel) akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.

47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan berisi tentang deskripsi data, hasil analisis data, serta pembahasan. Deskripsi data yang diperoleh merupakan deskripsi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan membuat klasifikasi data berdasarkan kategori dan jenis para guru. Pada bagian analisis data akan dipaparkan secara singkat beberapa bentuk analisis data yang telah dicantumkan dalam lampiran. Sedangkan pada bagian pembahasan berisi tentang uraian jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. 4.1 Deskripsi Data Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMK Yos Sudarso Rembang yang beralamat di Jalan P. Diponegoro No.95 Rembang, Jawa Tengah. Sumber data dari penelitian ini adalah tuturan para guru SMK Yos Sudarso Rembang saat proses interaksi belajar mengajar di kelas X, sedangkan datanya adalah yang dicurigai mengandung. Penelitian dilakukan di masing-masing jurusan kelas X SMK Yos Sudarso Rembang, yang terdiri dari jurusan Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki), Akuntansi (9 perempuan, 1 lakilaki), Administrasi Perkantoran (13 perempuan, 4 laki-laki), dan Farmasi (10 perempuan, 2 laki-laki). Fokus penelitian ini berupa tuturan ilokusi deklaratif para guru ketika kegiatan belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang berlangsung. Data yang berhasil dikumpulkan ada 96 data. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, menyimak ketika 33

48 34 guru dan siswa sedang melakukan kegiatan belajar mengajar, serta wawancara dengan beberapa guru. Pengambilan data melalui teknik observasi, wawancara, dan simak bebas libat cakap mulai dilaksanakan pada tanggal 29 Maret Hasil dari penelitian tersebut ditemukan tujuh jenis. Ketujuh jenis tersebut adalah 32 memutuskan, 34 tindak tutur ilokusi deklaratif mengesahkan, 15 penamaan, 3 menghukum, 6 melarang, 4 berpasrah, dan 2 tindak tutur ilokusi deklaratif mengangkat. Selain itu, ditemukan pula delapan jenis makna pragmatik. Delapan makna pragmatik tersebut adalah 35 mengarahkan, 15 menguatkan, 4 suruhan, 25 meyakinkan, 1 persilaan, 12 mengingatkan, 1 ajakan, dan 3 larangan. Data dari penelitian ini telah melalui tahap triangulasi. Triangulasi data dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Juni Triangulasi data dilakukan oleh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yaitu Dr. B. Widharyanto,M.Pd. Berdasarkan hasil triangulasi, terdapat 6 dari 96 data yang tidak disetujui oleh dosen triangulator (dapat dilihat pada lampiran).

49 Hasil Analisis Data Analisis data yang peneliti gunakan sejalan dengan pandangan Bloomfield (melalui Pateda, 1998:37) dalam analisis bahasa yang bersifat behavioristic antimentalist. Berdasarkan pandangan behaviorisme, harus memperhatikan tingkah laku manusia yang dapat ditangkap oleh alat indera. Kaitannya dengan penelitian ini adalah para guru ketika interkasi belajar mengajar dengan para siswa. Peneliti memperhatikan tuturan-tuturan guru dan mencermati bahasa-bahasa simbol atau bahasa tubuh penutur yang mengisyaratkan suatu maksud tuturan untuk mitra tutur. Tindak tutur ilokusi deklaratif merupakan bentuk tindak tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya. Artinya, apa yang dituturkan oleh penutur merupakan gambaran dari keadaan yang sebenarnya. Tanggapan yang diharapkan timbul dari mitra tutur dapat berupa verbal maupun nonverbal yang mengisyaratkan sebuah tindakan atau respons dari tuturan penutur. Tindakan dari mitra tutur akan terjadi apabila mitra tutur memahami maksud dari tuturan penutur. Sehubungan dengan maksud tuturan penutur, perlu dilakukan identifikasi berdasarkan konteks tuturan. Konteks menjadi peran penting dalam menafsirkan maksud penutur, karena konteks merupakan latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki penutur maupun mitra tutur. Setiap tuturan tentunya memiliki makna maupun maksud yang ingin disampaikan kepada mitra tutur. Makna tuturan dapat dikethaui berdasarkan konteks situasi tuturan yang sedang terjadi. Penutur dan mitra tutur harus saling

50 36 memahami konteks tuturan, hal ini bertujuan supaya tidak terjadi salah tafsir antara maksud tuturan penutur dengan respon mitra tutur. Pemahaman konteks menurut Kridalaksana (2011:134) adalah (a) aspekaspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, (b) pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara. Setiap tuturan yang diucapkan guru ketika interaksi belajar mengajar berlangsung tentunya memiliki makna dan maksud yang baik untuk para siswa. Informasi yang disampaikan dalam sebuah tuturan guru, mengandung pesan yang harus dilaksanakan oleh siswa. Pesan yang disampaikan tersebut sesuai dengan situasi dan latar belakang pengetahuan yang telah dimiliki oleh penutur maupun mitra tutur, sehingga tuturan tersebut dapat dipahami oleh mitra tutur. Misalnya tuturan guru mata pelajaran Kewaeganegaraan yang sedang mengajar di kelas X Administrasi Perkantoran SMK Yos Sudarso Rembang, berikut ini : TKI itu adalah orang Indonesia yang bekerja di luar negeri. Siapapun yang bekerja di luar negeri sebagai apapun itu, selalu disebut sebagai TKI. Tuturan tersebut memiliki dua konteks, yakni konteks fisik dan konteks asumsi atau latar belakang pengetahuan yang sama. Pertama, konteks fisik dalam tuturan tersebut adalah seorang guru yang sedang mengajar mata pelajaran kewarganegaraan di kelas X Administrasi Perkantoran yang memiliki 17 siswa (13 perempuan, 4 laki-laki). Pada saat tuturan ini terjadi, guru sedang menerangkan materi kepada para siswa tentang warga Negara. Kedua, konteks asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama dalam tuturan tersebut adalah

51 37 penutur dan mitra tutur memiliki asumsi dan latar belakang pengetahuan yang sama bahwa tenaga kerja dari Indonesia yang dikirim ke luar negeri untuk bekerja itu disebut TKI. Jika ditinjau dari segi konteksnya, tuturan di atas memiliki makna meyakinkan. Penutur yakni seorang guru kewarganegaraan ingin membuat mitra tutur yakni para siswa kelas X Administrasi Perkantoran untuk lebih paham mengenai materi yang diajarkan guru. Penanda makna pragmatis meyakinkan dalam tuturan tersebut terbentuk dari konteksnya yakni pengetahuan dari penutur dan mitra tutur terhadap penggalan tuturan: Siapapun yang bekerja di luar negeri sebagai apapun itu, selalu disebut sebagai TKI. Melalui tuturannya itu, penutur berusaha untuk menyakinkan mitra tutur terhadap materi yang sedang ia ajarkan. Berdasarkan asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama mengenai tenaga kerja Indonesia adalah orang Indonesia yang bekerja di luar negeri, diharapkan mampu menambah wawasan dan pemikiran mitra tutur terhadap ketenagakerjaan Jenis Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru Dalam Interaksi Belajar Mengajar Pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang Setelah melakukan penelitian secara mendalam, ditemukan enam jenis dalam tuturan para guru ketika proses interaksi belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Keenam jenis tersebut adalah memutuskan, mengesahkan, tindak tutur ilokusi deklaratif penamaan, menghukum, dan tindak tutur ilokusi deklaratif melarang, dan

52 38 mengangkat. Berikut akan dijelaskan satu persatu mengenai jenis tindak tutur ilokusi deklaratif yang berhasil ditemukan Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Penamaan Berdasarkan hasil penelitian dan jumlah data yang terkumpul, terdapat 15 jenis penamaan. Kridalaksana (1982:160) mengatakan bahwa penamaan merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya. Tindak tutur ilokusi deklaratif penamaan adalah tuturan yang memiliki sifat memberi nama atau mengangkat sebuah nama dari suatu peristiwa maupun benda. Untuk mempermudah pemahaman pembaca, di bawah ini akan dijelaskan tindak tutur ilokusi deklaratif penamaan : Tuturan (1): Opini itu adalah pendapat. Pendapatmu mengenai suatu hal. Sebagai pelajar yang aktif, kalian harus berani beropini. Tujuannya untuk apa? Tujuannya ya untuk melatih keterampilan kalian dalam berbicara, keterampilan supaya bisa lebih kritis dalam menanggapi suatu hal maupun keadaan. (Data 68) Tututran deklaratif: Opini itu adalah pendapat. Ko-teks: Pendapatmu mengenai suatu hal. Sebagai pelajar yang aktif, kalian harus berani beropini. Tujuannya untuk apa? Tujuannya ya untuk melatih keterampilan kalian dalam berbicara, keterampilan supaya bisa lebih kritis dalam menanggapi suatu hal maupun keadaan. Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru mata pelajaran Kewarganegaraan ketika menjelaskan materi kepada siswasiswanya di kelas X Administrasi Perkantoran. Guru meminta para siswa untuk bertanya mengenai materi yang kurang paham. Namun, siswa tetap pasif dan tidak mau mengeluarkan pendapatnya terhadap materi yang diajarkan. Mengetahui hal tersebut, guru menyampaikan suatu tuturan mengenai opini. Tuturan (2): Berdoa itukan berbicara dengan Tuhan, masa kalian buat bercanda. Ngomong sama orangtua aja tidak boleh sembarangan, harus yang sopan, masa kamu berbicara sama Tuhan malah seenaknya sendiri. Mengerti? (Data 76)

53 39 Tuturan deklaratif: Berdoa itukan berbicara dengan Tuhan, masa kalian buat bercanda. Ko-teks: Ngomong sama orangtua aja tidak boleh sembarangan, harus yang sopan, masa kamu berbicara sama Tuhan malah seenaknya sendiri. Mengerti? Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran Kewirausahaan di kelas X Multimedia yang memiliki 19 siswa (2 perempuan, 17 laki-laki) ketika ia melihat ada siswa yang bercanda ketika berdoa. Guru ingin siswa-siswinya tidak menganggap berdoa itu sebagai lelucon, dan menginginkan supaya siswa-siswinya serius dalam berdoa. Berdasarkan proses analisis data, tuturan (1) yang menjadi data sebagai tuturan deklaratif adalah opini itu adalah pendapat, sedangkan tuturan yang mendampingi data tersebut adalah ko-teks. Ko-teks pada tuturan (1) adalah pendapatmu mengenai suatu hal. Sebagai pelajar yang aktif, kalian harus berani beropini. Tujuannya untuk apa? Tujuannya ya untuk melatih keterampilan kalian dalam berbicara, keterampilan supaya bisa lebih kritis dalam menanggapi suatu hal maupun keadaan. Dapat dikatakan sebagai koteks karena tuturan tersebut memperjelas maksud dari data. Keberadaan ko-teks dalam suatu wacana menunjukkan bahwa struktur suatu teks memiliki hubungan dengan teks lainnya. Hal itulah yang membuat suatu wacana menjadi utuh dan lengkap. Tuturan tersebut memiliki sifat pernyataan yang memberitahukan, seperti sifat dasar tuturan deklaratif, yakni tuturan yang memiliki maksud untuk memberitahu. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan deklaratif jenis penamaan, karena dalam tuturan tersebut penutur telah memberikan nama. Tuturan tersebut diucapkan oleh guru mata pelajaran Kewarganegaraan di kelas X Administrasi Perkantoran (13 perempua, 4 laki-laki) ketika menjelaskan suatu materi kepada para siswa. Sesuai dengan pendapat dari Kridalaksana di atas bahwa penamaan merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek,

54 40 konsep, proses, dan sebagainya. Tuturan deklaratif jenis penamaan berupa sebuah pernyataan yang bertujuan untuk mengangkat sebuah nama atau memberi nama dari peristiwa, maupun benda. Pada tuturan tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa penutur telah mengangkat sebuah nama atau memberikan nama bahwa opini adalah pendapat. Kaitannnya dengan pendapat Kridalaksana adalah pencarian lambang bahasa, bahwa yang disebut sebagai opini adalah pendapat. Pemberian nama atau istilah pada tuturan tersebut adalah mengangkat suatu istilah bahwa yang dimaksud opini adalah penadapat, begitu pula sebaliknya. Ditinjau dari segi, tuturan (1) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan mengenai beropini, ia menghimbau para siswa supaya berani untuk berpendapat dan kritis. Tindakan yang dihasilkan dari tuturan tersebut adalah beberapa siswa bertanya kepada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Tuturan (2) juga termasuk dalam. Data pada tuturan tersebut yang menjadi pokok analisis serta dicurigai mengandung tindak tutur ilokusi deklaratif adalah berdoa itukan berbicara dengan Tuhan, masa kalian buat bercanda, sedangkan tuturan yang mendampingi data tersebut adalah ko-teks. Ko-teks pada tuturan (2) adalah ngomong sama orangtua aja tidak boleh sembarangan, harus yang sopan, masa kamu berbicara sama Tuhan malah seenaknya sendiri. Mengerti? Dapat dikatakan sebagai ko-teks karena tuturan tersebut memperjelas maksud dari data. Keberadaan ko-teks dalam

55 41 suatu wacana menunjukkan bahwa struktur suatu teks memiliki hubungan dengan teks lainnya. Hal itulah yang membuat suatu wacana menjadi utuh dan lengkap. Tuturan tersebut memiliki sifat pernyataan yang memberitahukan, seperti sifat dasar tuturan deklaratif, yakni tuturan yang memiliki maksud untuk memberitahu. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan deklaratif jenis penamaan, karena dalam tuturan tersebut penutur telah memberikan nama. Tuturan tersebut disampaikan guru mata pelajaran Kewirausahaan di kelas X Multimedia yang memiliki 19 siswa (2 perempuan, 17 laki-laki) ketika ia melihat ada siswa yang bercanda ketika berdoa. Guru ingin siswa-siswinya tidak menganggap berdoa itu sebagai lelucon, dan menginginkan supaya siswa-siswinya serius dalam berdoa. Sesuai dengan pendapat dari Kridalaksana di atas bahwa penamaan merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya. Tuturan deklaratif jenis penamaan berupa sebuah pernyataan yang bertujuan untuk mengangkat sebuah nama atau memberi nama dari peristiwa, maupun benda. Pada tuturan tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa penutur telah mengangkat sebuah nama atau memberikan nama bahwa berdoa adalah berbicara dengan Tuhan. Kaitannnya dengan pendapat Kridalaksana adalah pencarian lambang bahasa, bahwa yang disebut sebagai berdoa adalah berbicara dengan Tuhan. Pemberian nama atau istilah pada tuturan tersebut adalah mengangkat suatu istilah bahwa yang dimaksud berdoa adalah berbicara dengan Tuhan, begitu pula sebaliknya. Ditinjau dari segi, tuturan (2) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan

56 42 sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan bahwa berdoa adalah berbicara dengan Tuhan, ia menghimbau para siswa supaya tidak bercanda ketika sedang berdoa. Tindakan yang dihasilkan dari tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud penutur atau guru, dan mengulangi berdoa dengan serius Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Menghukum Menghukum adalah menjatuhkan hukuman kepada seseorang yang melakukan suatu kesalahan atau hal yang menyimpang dari peraturan. Menurut Suwarno (2002:115) menghukum adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak didik yang menjadi anak asuh kita dengan maksud supaya penderitaan itu betul-betul di rasakan untuk menuju kebaikan. Hukuman sebagai alat pendidikan yang tidak menyenangkan bagi siswa. Namun, hukuman diberlakukan untuk meninggalkan perbuatan atau hal-hal yang kurang menguntungkan bagi dirinya dan mengarahkan agar senantiasa selalu bertingkah laku yang baik dan bermanfaat bagi hasil belajarnya, perkembangannya, serta kemajuannya. Berikut akan dijelaskan mengenai tindak tutur ilokusi deklaratif menghukum : Tuturan (3): Kelompok yang kalah harus mau menerima konsenkuensinya, tadi sudah disepakati to yang kalah harus menyanyi di depan kelas. Bagi yang merasa kelompoknya kalah, nyanyi di depan kelas. (Data 82) Tuturan deklaratif: Bagi yang merasa kelompoknya kalah, nyanyi di depan kelas. Ko-teks: Kelompok yang kalah harus mau menerima konsekuensinya. Tadi sudah disepakati to yang kalah harus menyanyi di depan kelas. Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru bahasa Indonesia di kelas X Administrasi Perkantoran ketika ada kelompok yang kalah dalam bermain kuis.

57 43 Tuturan (4): Boni, handphone kamu saya sita karena kamu sudah membuka handphone di pelajaran saya. Kalau pelajaran saya handphone disimpan. (Data 84) Tuturan deklaratif: Boni, handphone kamu saya sita Ko-teks: karena kamu sudah membuka handphone di pelajaran saya. Kalau pelajaran saya handphone disimpan. Konteks non-linguistik: Tuturan ini muncul ketika ada salah satu siswa yang ketahuan bermain handphone ketika jam pelajaran berlangsung. Pelajaran yang berlangsung adalah pelajaran Kewirausahaan di kelas X Multimedia yang memiliki 19 siswa (2 perempuan, 17 laki-laki). Dalam hal ini siswa dan guru sudah mengetahui bahwa peraturan sekolah adalah tidak boleh menggunakan handphone ketika jam pelajaran berlangsung tanpa perintah dari guru. Sesuai dengan pendapat Surwarno di atas, tuturan (3) termasuk dalam menghukum melalui tuturan tersebut penutur telah menjatuhkan sebuah hukuman kepada mitra tutur. Tuturan tersebut disampaikan oleh guru bahasa Indonesia di kelas X Administrasi Perkantoran (13 perempuan, 4 laki-laki) ketika ada kelompok yang kalah dalam bermain kuis. Bukti yang mengatakan bahasa penutur telah menjatuhkan hukuman kepada mitra tutur adalah penggalan tuturan berikut: Bagi yang merasa kelompoknya kalah, nyanyi di depan kelas. Kaitannya pendapat Suwarno dengan tuturan di atas adalah hukuman yang diberikan guru berguna untuk mengarahkan siswa untuk berperilaku baik dan bermanfaat bagi kehidupannya. Melalui tuturan tersebut guru menghukum dengan mengajarkan siswa untuk selalu berani menghadapi berbagai konsekuensi atas keputusan maupun kesepakatan yang telah disetujui bersama. Ditinjau dari segi, tuturan (3) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan.

58 44 Guru menyampaikan suatu tuturan bahwa kelompok yang kalah harus menyanyi di depan kelas sesuai dengan kesepakatan bersama. Tindakan yang dihasilkan dari tuturan tersebut adalah para siswa yang berada pada kelompok kalah maju di depan kelas dan bernyanyi. Para siswa yang termasuk dalam kelompok kalah melaksanakan hukuman sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui bersama. Berbeda dengan Suwarno, menurut Purwanto (2005:186) maksud dari pemberian hukuman ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sejajarnya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan. Hukuman yang diberikan guru kepada siswa tersebut terjadi karena siswa telah melakukan suatu kesalahan, yakni berbicara ketika guru sedang memberi penjelasan. Tuturan (4) juga termasuk dalam menghukum melalui tuturan tersebut penutur telah menjatuhkan sebuah hukuman kepada mitra tutur. Tuturan tersebut muncul ketika ada salah satu siswa yang ketahuan bermain handphone ketika jam pelajaran berlangsung. Pelajaran yang berlangsung adalah pelajaran Kewirausahaan di kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki). Dalam hal ini siswa dan guru sudah mengetahui bahwa peraturan sekolah adalah tidak boleh menggunakan handphone ketika jam pelajaran berlangsung tanpa perintah dari guru. Bukti yang mengatakan bahsa penutur telah menjatuhkan hukuman kepada mitra tutur adalah penggalan tuturan berikut: Boni, handphone kamu saya sita karena kamu sudah membuka handphone di pelajaran saya. Penutur memberi hukuman kepada mitra tutur karena mitra tutur telah melanggar peraturan, dalam konteks tuturan tersebut adalah peraturan sekolah. Sejalan

59 45 dengan pendapat Purwanto di atas bahwa hukuman terjadi karena kesalahan dari pihak yang diberikan hukuman. Siswa telah melakukan suatu pelanggaran, yakni bermain handphone ketika jam pelajaran berlangsung. Ditinjau dari segi tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan (4) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan bahwa ia akan menyita handphone salah satu siswanya yang bernama Boni, karena telah bermain handphone ketika pelajaran berlangsung. Tindakan yang dilakukan guru adalah mengambil handphone siswa tersebut, sedangkan siswa yang handphonenya disita meminta maaf kepada guru atas kesalahan yang telah diperbuat. Namun guru tetap menyita handphone Boni sebagai hukuman dan mengingatkan para siswa lainnya supaya tidak mengulang kesalahan serupa Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Melarang Dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan tindak tutur ilokusi deklaratif jenis melarang. Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa melarang adalah tidak memeperbolehkan melakukan sesuatu, dalam tuturan ini kaitannya adalah tidak diperbolehkan melakukan hal yang menyimpang yakni membolos sekolah. Jenis tindak tutur ini memang kerap kali dijumpai dalam interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa. Berikut penjelasannya dapat dilihat di bawah: Tuturan (5): Ibu sudah ngomong keras tapi kamu malah sibuk main handphone, maunya apa? Sekali lagi kamu ketahuan main handphone, saya sita dan tidak akan saya kembalikan. Mengerti? (Data 89) Tuturan deklaratif: Sekali lagi kamu ketahuan main handphone, saya sita dan tidak akan saya kembalikan.

60 46 Ko-teks: Ibu sudah ngomong keras tapi kamu malah sibuk main handphone, maunya apa? Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru Kewirausahaan di kelas X Multimedia, guru menemukan salah satu siswanya bermain handphone ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Guru dan siswa sudah sama-sama mengetahui bahwa ketika pelajaran berlangsung dilarang untuk bermain handphone. Tuturan (6): Dari tadi mondar mandir aja ke toilet, kamu itu kenapa to? Nanti lagi ke toiletnya pas istirahat, baru masuk kok udah mau keluar lagi. (Data 90) Tuturan deklaratif: Nanti lagi ke toiletnya pas istirahat, baru masuk kok udah mau keluar lagi. Ko-teks: Dari tadi mondar mandir aja ke toilet, kamu itu kenapa to? Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru mata pelajaran Akuntansi di kelas X Akuntansi ketika ada salah satu siswa yang sering izin ke toilet. Guru menegur siswa tersebut karena selalu ke toilet ketika guru menerangkan materiibu sudah ngomong keras tapi kamu malah sibuk main handphone, maunya apa? Tuturan (5) juga termasuk dalam melarang melalui tuturan tersebut penutur telah memberi larangan kepada sikap mitra tutur yang menyimpang. Tuturan tersebut disampaikan oleh guru Kewirausahaan di kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki) ketika guru menemukan salah satu siswanya bermain handphone ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Guru dan siswa sudah sama-sama mengetahui bahwa ketika pelajaran berlangsung dilarang untuk bermain handphone. Bukti yang mengatakan bahwa penutur telah memberikan larangan kepada mitra tutur adalah penggalan tuturan berikut: Sekali lagi kamu ketahuan main handphone, saya sita dan tidak akan saya kembalikan. Mengerti?. Melalui tuturan tersebut guru melarang atau tidak memperbolehkan para siswa untuk bermain handphone. Ditinjau dari segi tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan (5) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur

61 47 ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan bahwa ia akan menyita handphone jika melihat siswa bermain handphone ketika pelajaran sedang berlangsung. Tindakan yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah siswa yang bermain handphone menyimpan handphone di dalam tas dan mendengarkan guru. Tuturan (6) juga termasuk dalam melarang melalui tuturan tersebut penutur telah memberi larangan kepada mitra tutur. Tuturan tersebut disampaikan oleh guru mata pelajaran Akuntansi di kelas X Akuntansi (9 perempuan, 1 laki-laki) ketika ada salah satu siswa yang sering izin ke toilet. Guru menegur siswa tersebut karena selalu ke toilet ketika guru menerangkan materi. Bukti yang mengatakan bahsa penutur telah memberikan larangan kepada mitra tutur adalah penggalan tuturan berikut: Nanti lagi ke toiletnya pas istirahat, baru masuk kok udah mau keluar lagi. Melalui penggalan tuturan tersebut penutur melarang atau tidak memperbolehkan mitra tuturnya untuk ke toilet. Ditinjau dari segi, tuturan (6) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan yang bersifat menegur terhadap seorang siswa yang terlalu sering ke toilet. Tindakan guru dalam tuturan tersebut adalah menutup pintu supaya siswa tidak keluar kelas. Efek tindakan yang muncul akibat dari tuturan guru tersebut adalah siswa dan tidak pergi ke toilet.

62 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Mengangkat Hasil dari penelitian ini, ditemukan 2 tuturan yang memiliki jenis mengangkat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengangkat adalah melakukan (menyatakan), menaikkan (pangkat dan sebagainya), menetapkan menjadi (pegawai dan sebagainya), mengambil, menjadikan, mengakui sebagai (anak, saudara, dan sebagainya). Mengangkat adalah menetapkan sebagai sesuatu yang telah diputuskan atau yang dikehendaki penutur. Di bawah ini akan diberikan penjelasan mengenai hasil penelitian mengangkat untuk mempermudah pemahaman pembaca: Tuturan (7): Oke permainan sudah selesai, selamat kelompok B kalian menjadi pemenangnya. Untuk kelompok-kelompok lain, lebih banyak belajar ya, jadi besok kalau ada pelajaran saya terus ada games lagi kalian bisa menang. Pelajaran kalau diselingi games ginikan jadi enak to? Jadi bersemangat to? (Data 95) Tuturan deklaratif: Oke permainan sudah selesai, selamat kelompok B kalian menjadi pemenangnya. Ko-teks: Untuk kelompok-kelompok lain, lebih banyak belajar ya, jadi besok kalau ada pelajaran saya terus ada games lagi kalian bisa menang. Pelajaran kalau diselingi games ginikan jadi enak to? Jadi bersemangat to? Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia ketika mengajarkan materi di kelas X Administrasi Perkantoran. Tuturan (8): Tadi nama-nama yang sudah saya sebutkan itu menjadi koordinator kelompok, yakni supaya setiap kelompok ada penanggungjawabnya. (Data 96) Tuturan deklaratif: Tadi nama-nama yang sudah saya sebutkan itu menjadi koordinator kelompok Ko-teks: supaya setiap kelompok ada penanggungjawabnya. Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru mata pelajaran Agama Katholik ketika memberikan tugas di kelas X Farmasi.

63 49 Guru membagi siswa ke dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Sejalan dengan pengertian mengangkat dari KBBI, tuturan (7) termasuk dalam mengangkat melalui tuturan tersebut penutur menetapkan sebagai sesuatu yang telah dikehendaki penutur. Tuturan tersebut disampaikan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia ketika mengajarkan materi di kelas X Administrasi Perkantoran (13 perempuan, 4 laki-laki). Bukti yang mengatakan tuturan tersebut mengandung unsur mengangkat adalah: Oke permainan sudah selesai, selamat kelompok B kalian menjadi pemenangnya. Melalui tuturan tersebut penutur telah menetapkan kelompok B sebagai pemenang, artinya penutur telah mengangkat kelompok B sebagai pemenang. Ditinjau dari segi, tuturan (7) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan mengangkat pemenang dari permainan yang telah berlangsung. Tindakan yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah kelompok siswa yang menang dalam permainan maju di depan dan guru memberikan hadiah tanda kemenangan. Tuturan (8) juga termasuk dalam mengangkat melalui tuturan tersebut penutur menetapkan sebagai sesuatu yang telah diputuskan atau yang dikehendaki penutur. Tuturan tersebut disampaikan oleh guru mata pelajaran Agama Katholik ketika memberikan tugas di kelas X Farmasi 10 perempuan, 2 laki-laki). Guru membagi siswa ke dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Bukti yang mengatakan tuturan tersebut

64 50 mengandung unsur mengangkat adalah: Tadi nama-nama yang sudah saya sebutkan itu menjadi koordinator kelompok, melalui tuturan tersebut penutur telah menetapkan beberapa nama yang telah ia sebutkan untuk menjadi koordinator kelompok, artinya penutur telah mengangkat mitra tutur sebagai koordinator kelompok. Ditinjau dari segi, tuturan (8) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan yang isinya mengangkat beberapa siswa menjadi koordinator kelompok. Tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah para siswa yang telah dipilih untuk menjadi koordinator kelompok mencatat nama-nama teman yang bergabung dalam satu kelompok dan guru memberikan beberapa lembar kerta tugas yang akan dikerjakan bersama dengan kelompok Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Memutuskan Memutuskan adalah menegaskan suatu hal menjadi keadaan yang pasti dan mampu meyakinkan maupun mempengaruhi orang lain. Dari data yang telah terkumpul, peneliti memperoleh 32 tuturan deklaratif memutuskan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, memutuskan adalah menjadikan (menyebabkan) putus (tidak bersambung atau berhubungan lagi), menetapkan, menghentikan, membatalkan, mengurungkan, meniadakan (tentang janji, hubungan kasih,menyudahi, mengakhiri (tentang yang sebenarnya belum berakhir). Tindak tutur memutuskan merupakan tuturan yang disampaikan oleh penutur untuk memberi penegasan yang mampu mengarahkan orang lain atau mitra tutur. Jenis

65 51 tindak tutur memutuskan ditentukan oleh konteks yang mendasarinya, tindak tutur ilokusi deklaratif memutuskan dapat dilihat pada contoh tuturan di bawah ini: Tuturan (9): Dalam mengerjakan akuntansi harus diberi keterangan yang jelas. Misalnya laba atau rugi. (Data 06) Tuturan deklaratif: Dalam mengerjakan akuntansi harus diberi keterangan yang jelas. Ko-teks: Misalnya laba atau rugi. Konteks non-linguistik: Tuturan ini dituturkan oleh guru mata pelajaran Akuntansi ketika mengajar di kelas X Akuntansi. Guru memberi soal kepada siswa mengenai jurnal Akuntansi. Ketika siswa mengerjakan soal, banyak siswa yang tidak menulis keterangan di jawaban mereka. Karena itu guru memberi tahu bahwa dalam mengerjakan Akuntansi harus diberi keterangan yang jelas. Tuturan (10): Kalau belum paham ya tanya, jangan diam saja. Sayang dong belum paham tidak tanya, nanti kapan pahamnya? (Data 27) Tuturan deklaratif: Kalau belum paham ya tanya, jangan diam saja. Ko-teks: Sayang dong belum paham tidak tanya, nanti kapan pahamnya? Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran Kewarganegaraan sedang menerangkan materi mengenai warga negara di kelas X Administrasi Perkantoran yang memiliki 17 siswa (13 perempuan, 4 laki-laki) dan meminta siswa-siswinya untuk bertanya mengenai materi yang kurang dipahami. Namun, respons siswa hanya diam saja tidak ada yang mau bertanya. Setelah tuturan guru tersebut, ada beberapa siswa yang bertanya berkaitan dengan materi. Memutuskan adalah menetapkan suatu tuturan yang mampu meyakinkan maupun mempengaruhi mitra tutur. Tuturan (9) termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklaratif memutuskan karena dalam tuturan itu penutur mengungkapkan suatu pernyataan yang bersifat memutuskan, yakni dalam mengerjakan akuntansi harus diberi keterangan yang jelas. Tuturan tersebut dituturkan oleh guru mata pelajaran Akuntansi ketika mengajar di kelas X Akuntansi (9 perempuan, 1 laki-laki). Guru memberi soal kepada siswa mengenai jurnal

66 52 Akuntansi. Ketika siswa mengerjakan soal, banyak siswa yang tidak menulis keterangan di jawaban mereka. Karena itu guru memberi tahu bahwa dalam mengerjakan Akuntansi harus diberi keterangan yang jelas. Melalui tuturan tersebut guru telah menetapkan bahwa dalam mengerjakan soal akuntansi harus diberi keterangan yang jelas. Analisis tindak tutur dalam tuturan tersebut adalah tindakan oleh mitra tutur dalam menanggapi pernyataan dari penutur. Tindakan mitra tutur yakni para siswa kelas X akuntansi dalam menanggapi pernyataan penutur adalah mitra tutur langsung melakukan tindakan berkaitan dengan pernyataan penutur, yakni menuliskan keterangan ketika mengerjakan soal akuntansi. Hal ini membuktikan bahwa tuturan tersebut tidak sekadar tuturan, melainkan suatu bentuk tindak tutur. Ditinjau dari segi tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan (9) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan bahwa ketika mengerjakan soal akuntansi harus menuliskan keterangan yang jelas. Tindakan yang terjadi pada tuturan tersebut adalah guru memberi contoh terhadap salah satu pekerjaan siswa mengenai cara mengerjakan soal akuntansi yang benar yakni dengan menuliskan keterangan pada jawaban. Ilokusi yang terjadi adalah para siswa menuliskan keterangan di setiap jawaban soal yang semula tidak diberi keterangan. Tuturan (10) termasuk dalam memutuskan karena dalam tuturan itu penutur mengungkapkan suatu pernyataan yang bersifat memutuskan, yakni kalau belum paham ya tanya, jangan diam saja. Tuturan

67 53 tersebut disampaikan guru mata pelajaran Kewarganegaraan sedang menerangkan materi mengenai warga negara di kelas X Administrasi Perkantoran yang memiliki 17 siswa (13 perempuan, 4 laki-laki) dan meminta siswa-siswinya untuk bertanya mengenai materi yang kurang dipahami. Namun, respons siswa hanya diam saja tidak ada yang mau bertanya. Setelah tuturan guru tersebut, ada beberapa siswa yang bertanya berkaitan dengan materi. Ditinjau dari segi tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan (10) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan yang isinya menasehati siswa supaya berani bertanya. Tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah beberapa siswa berani bertanya setelah mendengarkan nasehat guru Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Mengesahkan Tuturan mengesahkan juga merupakan salah satu dari jenis tindak tutur ilokusi deklaratif. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), mengesahkan adalah menjadikan, menyetujui, menguatkan, membenarkan, menetapkan suatu hal maupun peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan. Di dalam penelitian ini, peneliti menemukan 34 tuturan yang menggambarkan tindak tutur ilokusi deklaratif, penjelasan dapat dilihat di bawah ini: Tuturan (11): Harus mengingat waktu ketika kalian mengerjakan akuntansi, meskipun soalnya sedikit jawabannya sangat banyak. (Data 37) Tuturan deklaratif: Harus mengingat waktu ketika kalian mengerjakan akuntansi Ko-teks: meskipun soalnya sedikit jawabannya sangat banyak. Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru Akuntansi di kelas X Akuntansi yang memiliki 10 siswa (9 perempuan, 1 laki-laki). Suasana

68 54 siswa di dalam kelas sangat ramai ketika mengerjakan soal dari guru. Guru dan siswa tahu bahwa jawaban soal Akuntansi tidak sedikit. Dalam mengerjakan Akuntansi harus mengingat waktu yang ada. Tuturan (12): Kalau nggak bisa berbicara dengan bahasa Jawa yang halus ya pakai bahasa Indonesia. Berbicara sama gurunya kok pakai ngoko, nggak sopan itu. Bukan hanya dengan guru, dengan oranglain pun yang usianya lebih tua dari kalian, kalian harusnya juga berbicara menggunakan bahasa yang sopan. (Data 49) Tuturan deklaratif: Kalau nggak bisa berbicara dengan bahasa Jawa yang halus ya pakai bahasa Indonesia. Ko-teks: Berbicara sama gurunya kok pakai ngoko, nggak sopan itu. Bukan hanya dengan guru, dengan oranglain pun yang usianya lebih tua dari kalian, kalian harusnya juga berbicara menggunakan bahasa yang sopan. Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran Akuntansi di kelas X Akuntansi yang memiliki 10 siswa (9 perempuan, 1 laki-laki) ketika mendengar siswanya berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa kasar kepadanya. Padahal etika Jawa sudah jelas bahwa harus berbicara yang sopan terhadap orang yang lebih tua. Tuturan (11) termasuk dalam mengesahkan, karena dalam tuturan itu penutur telah menyatakan hal pengesahan mengenai proses mengerjakan akuntansi harus selalu mengingat waktu. Data yang membuktikan bahwa tuturan tersebut mengandung deklaratif adalah: Harus mengingat waktu ketika kalian mengerjakan akuntansi. Tuturan ini disampaikan oleh guru Akuntansi di kelas X Akuntansi (9 perempuan, 1 lakilaki). Suasana siswa di dalam kelas sangat ramai ketika mengerjakan soal dari guru. Penutur telah menetapkan bahwa ketika mengerjakan soal harus mengingat waktu. Menetapkan sesuatu termasuk dalam jenis mengesahkan. Ditinjau dari segi, tuturan (11) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan

69 55 sesuatu tindakan. Guru mengingatkan para siswa untuk selalu mengingat waktu ketika mengerjakan soal. Tindakan yang dilakukan guru dalam tuturan tersebut adalah mengetuk papan tulis dengan penghapus untuk menghentikan siswa yang ramai. Tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah siswa yang semula ramai ketika mengerjakan soal menjadi diam dan serius dalam mengerjakan soal dari guru.. Tuturan (12) juga termasuk dalam mengesahkan, karena dalam tuturan itu penutur telah menyatakan hal pengesahan mengenai proses mengerjakan akuntansi harus selalu mengingat waktu. Data yang membuktikan bahwa tuturan tersebut mengandung deklaratif adalah: Kalau nggak bisa berbicara dengan bahasa Jawa yang halus ya pakai bahasa Indonesia. Tuturan ini disampaikan oleh guru mata pelajaran Akuntansi di kelas X Akuntansi yang memiliki 10 siswa (9 perempuan, 1 laki-laki) ketika mendengar siswanya berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa kasar kepadanya. Padahal etika Jawa sudah jelas bahwa harus berbicara yang sopan terhadap orang yang lebih tua. Penutur telah menetapkan bahwa ketika berbicara dengan orang yang lebih tua harus dengan sopan santun. Menetapkan sesuatu termasuk dalam jenis mengesahkan. Ditinjau dari segi, tuturan (12) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Tindakan yang dilakukan guru dalam tuturan tersebut adalah memotong perkataan siswa dengan menepuk pundak siswa tersebut, lalu memberikan nasehat bahwa berbicara dengan orang

70 56 yang lebih tua harus sopan. Ilokusi yang terjadi adalah mitra tutur atau siswa yang mendapat teguran minta maaf dan memperbaiki bahasa tuturannya dengan baik Makna Pragmatik Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru Dalam Interaksi Belajar Mengajar Pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang Setiap ujaran baik secara lisan maupun tertulis, tentu memiliki makna maupun maksud yang ingin disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Bloomfied (melalui Abdul Wahab 1995:40) menjelaskan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batasan unsur-unsur penting situasi (konteks) di mana penutur mengujarnya. Hasil penelitian dan analisis terhadap tuturan ilokusi deklaratif para guru dalam interaksi belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang mengandung makna atau maksud pragmatik tertentu. Adapun makna atau maksud pragmatik yang dapat diidentifikasi dari tuturan ilokusi deklaratif para guru 35 mengarahkan, 15 menguatkan, 4 suruhan, 25 meyakinkan, 1 persilaan, 12 mengingatkan, 1 ajakan, dan 3 larangan. Untuk lebih jelas dan dapat mendalami lebih jauh mengenai makna pragmatik yang terkandung dalam para guru dalam interaksi belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang, dapat dilihat di bawah ini Makna Pragmatik Mengarahkan Hasil dari analisis penelitian ini, ditemukan 35 makna pragmatik mengarahkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengarahkan dapat

71 57 diartikan sebagai menujukan, membimbing, menghadap, maupun memaksudkan. Makna mengarahkan dapat dilihat penjelasannya di bawah ini: Tuturan (13): Handphone itu digunakan ketika kalian pulang belum ada yang menjemput atau pulang telat, barulah untuk memberitahu orang tua. Bukan ketika pelajaran ada guru berbicara kalian malah membuat status, membuka internet tanpa perintah dari guru. (Data 07) Tuturan deklaratif: Handphone itu digunakan ketika kalian pulang belum ada yang menjemput atau pulang telat, barulah untuk memberitahu orang tua. Ko-teks: Bukan ketika pelajaran ada guru berbicara kalian malah membuat status, membuka internet tanpa perintah dari guru. Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran Kewirausahaan di kelas X Multimedia yang memiliki 19 siswa (2 perempuan, 17 laki-laki). Tuturan ini terjadi ketika guru melihat salah satu siswanya bermain handphone ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Guru dan siswa sama-sama tahu bahwa tidak boleh menggunakan handphone ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung tanpa ada izin dari guru mata pelajaran yang bersangkutan. Tuturan (14): Kalau pelajaran Akuntansi itu ya harusnya kalkulator selalu dibawa, itukan sudah menjadi perangkat penting untuk kalian. Itu di laboratorium akuntansi ada kalkulator. (Data 61) Tuturan deklaratif: Kalau pelajaran Akuntansi itu ya harusnya kalkulator selalu dibawa Ko-teks: itukan sudah menjadi perangkat penting untuk kalian. Itu di laboratorium akuntansi ada kalkulator. Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran Akuntansi di kelas X Akuntansi yang memiliki 10 siswa (9 perempuan, 1 laki-laki) ketika mengetahui bahwa siswa-siswanya banyak yang tidak membawa kalkulator, padahal sedang diberi tugas yang membutuhkan kalkulator. Tuturan (13) mengandung makna mengarahkan. Melalui tuturan tersebut penutur ingin memberi pengarahan kepada mitra tutur. Terbukti melalui penggalan tuturan: Handphone itu digunakan ketika kalian pulang belum ada yang menjemput atau pulang telat, barulah untuk memberitahu orang tua. Penutur melalui tuturannya ingin mengarahkan mitra tutur supaya dapat menggunakan handphone pada situasi yang penting dan tidak menggunakan

72 58 handphone ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa yang merasa bermain handphone ketika jam pelajaran langsung menyimpan handphone mereka di dalam tas. Mitra tutur memahami maksud dari tuturan penutur, yakni supaya tidak bermain handphone ketika jam pelajaran berlangsung. Tuturan (14) mengandung makna mengarahkan. Melalui tuturan tersebut penutur ingin memberi pengarahan kepada mitra tutur. Penutur memiliki tujuan untuk membimbing mitra tutur, melalui tuturannya ia ingin mengarahkan para siswa supaya selalu membawa kalkulator ketika pelajaran Akuntansi, karena kalkulator merupakan perangkat penting bagi jurusan Akuntansi. Terbukti melalui penggalan tuturan: Kalau pelajaran Akuntansi itu ya harusnya kalkulator selalu dibawa, itukan sudah menjadi perangkat penting untuk kalian. Penutur ingin mengarahkan mitra tuturnya supaya selalu membawa kalkulator setiap pelajaran akuntansi. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah beberapa siswa mengambil kalkulator di laboratorium akuntansi setelah guru mengatakan tuturan yang mengandung maksud menyuruh siswa untuk mengambil kalkulator, terbukti dalam tuturan itu di laboratorium akuntansi ada kalkulator. Ilokusi merupakan tuturan untuk melakukan sesuatu. Tuturan guru yang disampaikan kepada para siswa memiliki maksud untuk meminta siswa melakukan sesuatu, yakni mengambil kalkulator di laboratorium akuntansi.

73 Makna Pragmatik Menguatkan Hasil dari penelitian ini, ditemukan 15 makna pragmatik menguatkan. Berikut 1 dari 15 makna menguatkan yang mengandung tindak ilokusi dapat dilihat di bawah ini: Tuturan (15): Oke permainan sudah selesai, selamat kelompok B kalian menjadi pemenangnya. Untuk kelompok-kelompok lain, lebih banyak belajar ya, jadi besok kalau ada pelajaran saya terus ada games lagi kalian bisa menang. Pelajaran kalau diselingi games ginikan jadi enak to? Jadi bersemangat to? (Data 95) Tuturan deklaratif: Oke permainan sudah selesai, selamat kelompok B kalian menjadi pemenangnya. Ko-teks: Untuk kelompok-kelompok lain, lebih banyak belajar ya, jadi besok kalau ada pelajaran saya terus ada games lagi kalian bisa menang. Pelajaran kalau diselingi games ginikan jadi enak to? Jadi bersemangat to? Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia ketika mengajarkan materi di kelas X Administrasi Perkantoran yang memiliki 17 siswa (13 perempuan, 4 laki-laki). Tuturan (16): Pelajaran meskipun sudah berlalu beberapa tahun yang lalu ya harusnya tetap diingat. Itukan berguna buat masa depan kalian yang akan datang. Coba catatannya dibaca lagi. (Data 30) Tuturan deklaratif: Pelajaran meskipun sudah berlalu beberapa tahun yang lalu ya harusnya tetap diingat. Ko-teks: Itukan berguna buat masa depan kalian yang akan datang. Coba catatannya dibaca lagi. Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran Kewarganegaraan di kelas X Administrasi Perkantoran yang memiliki 17 siswa (13 perempuan, 4 laki-laki) ketika sedang mengingatkan siswa untuk selalu mengingat materi yang sudah lama diajarkan. Tuturan (15) mengandung makna menguatkan. Menguatkan adalah meneguhkan dugaan, pendapat, alasan, maupun keputusan. Melalui tuturan tersebut penutur meneguhkan pendapatnya kepada mitra tutur. Makna yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah menguatkan. Makna menguatkan terdapat dalam tuturan penutur bagian: Pelajaran kalau diselingi games ginikan jadi

74 60 enak to? Jadi bersemangat to? Melalui tuturan tersebut penutur memberi penguatan bahwa pelajaran akan lebih menyenangkan jika diselingi dengan permainan. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah kelompok yang diangkat sebagai pemenang maju ke depan kelas setelah guru mengumumkan pemenang dari permainan. Tuturan (16) mengandung makna menguatkan. Menguatkan adalah meneguhkan dugaan, pendapat, alasan, maupun keputusan. Guru memberi penguatan kepada para siswanya supaya tidak melupakan pelajaran yang sudah lama dipelajari. Terbukti melalui penggalan tuturan: Pelajaran meskipun sudah berlalu beberapa tahun yang lalu ya harusnya tetap diingat. Itukan berguna buat masa depan kalian yang akan datang. Melalui tuturan tersebut penutur memberi penguatan bahwa setiap pelajaran harus selalu diingat untuk masa depan. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa membaca kembali buku pelajaran mengenai materi pelajaran yang sudah diajarkan guru sebelumnya. Ilokusi merupakan tuturan untuk melakukan sesuatu. Melalui tuturan tersebut penutur berharap mitra tutur melakukan yang ia maksudkan. Hasil dari tuturan tersebut adalah mitra tutur melakukan maksud yang ingin disampaikan penutur. Hal ini membuktikan bahwa tuturan tersebut mengandung tindak tutur ilokusi Makna Pragmatik Suruhan Dalam penelitian ini juga ditemukan makna suruhan. Ada 4 makna pragmatik dalam tuturan ilokusi deklaratif yang ditemukan. Berikut akan dijelaskan makna suruhan yang mengandung tindak ilokusi :

75 61 Tuturan (17): Dalam mengerjakan akuntansi harus diberi keterangan yang jelas, misalnya laba atau rugi. (Data 06) Tuturan deklaratif: Dalam mengerjakan akuntansi harus diberi keterangan yang jelas. Ko-teks: Misalnya laba atau rugi. Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran Akuntansi ketika mengajar di kelas X Akuntansi yang memiliki 10 siswa (9 perempuan, 1 laki-laki). Guru memberi soal kepada siswa untuk mengerjakan jurnal aluntansi. Ketika siswa mengerjakan soal, banyak siswa yang tidak menulis keterangan di jawaban mereka. Menuliskan keterangan ketika mengerjakan soal yang memiliki banyak kode seperti Akuntansi sangatlah perlu. Tujuannya adalah untuk memperjelas jawaban dari soal tersebut. Tuturan (18): Kalau membaca harus yang keras, lantang, ada iramanya yang jelas. Apalagi kita ini kan lagi membacakan puisi ya. (Data 63) Tuturan deklaratif: Kalau membaca harus yang keras, lantang, ada iramanya yang jelas. Ko-teks: Apalagi kita inikan lagi membacakan puisi ya. Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran Kewirausahaan ketika hendak memulai pelajaran dan mengawali dengan puisi. Guru tersebut menyuruh salah satu siswanya untuk membacakan puisi. Namun siswa tersebut suaranya kurang keras dan kurang jelas. Tuturan (17) mengandung makna suruhan. Menurut KBBI suruhan dapat diartikan sebagai bentuk perintah, sesuatu yang disuruhkan, perbuatan menyuruh, dan orang yang disuruh atau pesuruh. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin memberikan perintah kepada mitra tutur supaya menuliskan keterangan ketika mengerjakan soal akuntansi. Terbukti melalui penggalan tuturan: Dalam mengerjakan akuntansi harus diberi keterangan yang jelas, misalnya laba atau rugi. Melalui tuturan tersebut penutur memberi perintah kepada mitra tutur untuk menulis keterangan pada jawaban soal akuntansi. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud dari penutur atau guru, yakni menuliskan keterangan yang jelas ketika

76 62 mengerjakan soal akuntansi. Ilokusi merupakan tuturan yang disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur atau guru menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra tutur atau para siswa melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur. Tuturan (18) juga mengandung makna suruhan. Menurut KBBI suruhan dapat diartikan sebagai bentuk perintah, sesuatu yang disuruhkan, perbuatan menyuruh, dan orang yang disuruh atau pesuruh. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin menyuruh mitra tutur supaya membaca dengan baik dan benar. Terbukti melalui penggalan tuturan: Kalau membaca harus yang keras, lantang, ada iramanya yang jelas. Melalui tuturan tersebut penutur ingin menyuruh mitra tuturnya supaya ketika membaca dapat dengan keras, lantang, dan jelas. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah siswa yang semula membaca dengan tidak jelas dan kurang lantang menjadi lebih baik. Ilokusi merupakan tuturan untuk melakukan sesuatu. Melalui tuturan tersebut penutur berharap mitra tutur melakukan yang ia maksudkan. Hasil dari tuturan tersebut adalah mitra tutur melakukan maksud yang ingin disampaikan penutur. Hal ini membuktikan bahwa tuturan tersebut mengandung tindak tutur ilokusi Makna Pragmatik Meyakinkan Dalam penelitian ini juga ditemukan makna meyakinkan. Ada 25 makna pragmatik dalam yang ditemukan. Berikut penjelasaanya dapat dilihat di bawah ini: Tuturan (19): Ada kalanya orang itu sabar, diam saja dengan omongan orang lain, diapa-apain tetap diam saja. Tapi jangan salah, sesabar

77 63 sabarnya orang sabar pasti juga bisa merasakan marah atau kesal. (Data 47) Tuturan deklaratif: Tapi jangan salah, sesabar sabarnya orang sabar pasti juga bisa merasakan marah atau kesal. Ko-teks: Ada kalanya orang itu sabar, diam saja dengan omongan orang lain, diapa-apain tetap diam saja. Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran Matematika di kelas X Multimedia yang memiliki 19 siswa (2 perempuan, 17 laki-laki) pada saat ia selesai memberi nasehat kepada siswa-siswinya dengan nada marah. Kemudian guru tersebut memberi penjelasan kepada siswasiswinya supaya mereka paham. Tuturan (19) juga mengandung makna meyakinkan. Menurut KBBI meyakinkan dapat diartikan sebagai memberikan kepastian untuk mendapat kepercayaan. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin meyakinkan mitra tutur. Terbukti melalui penggalan tuturan: Tapi jangan salah, sesabarsabarnya orang sabar pasti juga bisa merasakan marah atau kesal. Melalui tuturan tersebut, penutur sesungguhnya ingin meyakinkan mitra tutur, penutur memberikan kepastian kepada mitra tutur supaya mitra tutur percaya akan pernyataan yang disampaikan. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah siswa diam dan tidak ramai di dalam kelas. Ilokusi merupakan tuturan untuk melakukan sesuatu. Melalui tuturan tersebut penutur berharap mitra tutur melakukan yang ia maksudkan. Hasil dari tuturan tersebut adalah mitra tutur melakukan maksud yang ingin disampaikan penutur. Hal ini membuktikan bahwa tuturan tersebut mengandung tindak tutur ilokusi Makna Pragmatik Persilaan Dalam penelitian ini juga ditemukan makna persilaan. Ada 1 makna pragmatik dalam yang ditemukan. Berikut penjelasaanya dapat dilihat di bawah ini:

78 64 Tuturan (20): Spidolnya sudah habis itu isinya, di perpustakaan ada isi spidol itu lho. Petugas piket itu tugasnya tidak hanya bersih-bersih kelas, tetapi juga mengecek spidol masih bisa digunakan atau tidak. Supaya tidak mengganggu guru ketika mengajar dan ingin menulis. (Data 09) Tuturan deklaratif: Petugas piket itu tugasnya tidak hanya bersih-bersih kelas, tetapi juga mengecek spidol masih bisa digunakan atau tidak. Ko-teks: Supaya tidak mengganggu guru ketika mengajar dan ingin menulis. Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran Kewarganegaraan di kelas X Administrasi Pekrantoran yang memiliki 17 siswa (13 perempuan, 4 laki-laki). Ketika hendak menggunakan spidol, ternyata isi spidol tersebut habis. Petugas piket tidak memeriksa spidol tersebut. Petugas piket tidak hanya bertugas untuk membersihkan kelas, tetapi juga memeriksa segala sesuatu di dalam kelas seperti spidol. Petugas piket hendaknya selalu memeriksa tinta dalam spidol. Tuturan (20) mengandung makna persilaan. Persilaan dapat diartikan sebagai kalimat perintah yang paling halus. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin menyuruh mitra tuturnya untuk mengisi spidol. Terbukti melalui penggalan tuturan: Spidolnya sudah habis itu isinya, di perpustakaan ada isi spidol itu lho. Melalui tuturan tersebut, penutur sesungguhnya ingin menyuruh mitra tutur untuk mengisi spidol yang isinya sudah habis. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud dari penutur atau guru, yakni mengisi spidol di perpustakaan. Ilokusi merupakan tuturan yang disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur atau guru menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra tutur atau para siswa melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur. Terbukti bahwa tuturan tersebut mengandung ilokusi, karena mitra tutur melakukan maksud dari penutur.

79 Makna Pragmatik Mengingatkan Dalam penelitian ini juga ditemukan makna mengingatkan. Ada 12 makna pragmatik mengingatkan dalam yang ditemukan. Berikut penjelasaanya dapat dilihat di bawah ini: Tuturan (21): Sudah berapa kali ya ibu menemukan beberapa siswa main handphone di kelas. Guru sedang menjelaskan kalian sibuk main handphone. Apa kalian itu tidak bisa merasakan jadi orang yang sedang berbicara menerangkan tapi malah dicuekin, tidak dihargai. Kelak orang-orang yang tidak menghargai gurunya pasti juga akan mengalami hal yang sama. Cobalah kalian itu menghargai guru sedikit saja, dengan mendengarkan dan memperhatikan saja guru itu sudah senang lo. (Data 17) Tuturan deklaratif: Cobalah kalian itu menghargai guru sedikit saja, dengan mendengarkan dan memperhatikan saja guru itu sudah senang lo. Ko-teks: Sudah berapa kali ya ibu menemukan beberapa siswa main handphone di kelas. Guru sedang menjelaskan kalian sibuk main handphone. Apa kalian itu tidak bisa merasakan jadi orang yang sedang berbicara menerangkan tapi malah dicuekin, tidak dihargai. Kelak orangorang yang tidak menghargai gurunya pasti juga akan mengalami hal yang sama. Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran Kewirausahaan di kelas X Multimedia yang memiliki 19 siswa (2 perempuan, 17 laki-laki). Tuturan ini terjadi ketika guru melihat salah satu siswanya bermain handphone ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Guru memberi nasehat siswa supaya bisa mengharagi orang yang sedang berbicara menjelaskan. Ketika sedang menerangkan materi guru akan senang apabila para siswa mau memperhatikan dan tidak sibuk dengan kegiatan lain selama proses belajar mengajar berlangsung. Tuturan (22): Internet itu disediakan supaya ketika guru menyuruh kalian mencari materi secara online kalian bisa dengan mudah mencari. Bukannya digunakan untuk membuka facebook, membuka youtube, update status-status galau pas pelajaran. Itu kan kurang pas ya. (Data 21) Tuturan deklaratif: Internet itu disediakan supaya ketika guru menyuruh kalian mencari materi secara online kalian bisa dengan mudah mencari. Ko-teks: Bukannya digunakan untuk membuka facebook, membuka youtube, update status-status galau pas pelajaran. Itu kan kurang pas ya. Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran Teknik Informasi dan Komputer di kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-

80 66 laki) ketika ia menemukan siswa yang membuka internet tanpa ada perintah dari guru. Internet yang disediakan di sekolah digunakan untuk kepentingan sekolah salah satunya adalah untuk mencari informasi penting ketika pelajaran berlangsung. Tuturan (21) mengandung makna mengingatkan. Menurut KBBI, mengingatkan dapat diartikan sebagai memberi nasihat (teguran dan sebagainya) supaya ingat akan kewajibannya. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin memberi teguran kepada mitra tutur supaya mitra tutur ingat dengan kewajibannya, khususnya pada konteks ini adalah kewajiban mitra tutur sebagai siswa. Terbukti melalui penggalan tuturan: Sudah berapa kali ya ibu menemukan beberapa siswa main handphone di kelas. Melalui tuturan tersebut, penutur sesungguhnya ingin memberi nasehat atau teguran kepada mitra tutur supaya selalu ingat bahwa kewajiban sebagai siswa di dalam kelas adalah mendengarkan guru yang sedang menerangkan materi. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud dari penutur atau guru, yakni tidak bermain handphone ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Ilokusi merupakan tuturan yang disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur atau guru menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra tutur atau para siswa melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur. Terbukti bahwa tuturan tersebut mengandung ilokusi, karena mitra tutur melakukan maksud dari penutur. Tuturan (22) mengandung makna mengingatkan. Menurut KBBI, mengingatkan dapat diartikan sebagai memberi nasihat (teguran dan sebagainya) supaya ingat akan kewajibannya. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin memberi teguran kepada mitra tutur supaya mitra tutur ingat dengan

81 67 kewajibannya. Selain itu, penutur juga ingin mengingatkan kepada mitra tutur kegunaan dari internet, khususnya pada konteks ini adalah internet digunakan ketika ada perintah dari guru untuk mencari materi pelajaran atau bahan belajar. Terbukti melalui penggalan tuturan: Internet itu disediakan supaya ketika guru menyuruh kalian mencari materi secara online kalian bisa dengan mudah mencari. Melalui tuturan tersebut, penutur sesungguhnya ingin memberi nasehat atau teguran kepada mitra tutur supaya selalu ingat akan kegunaan internet di sekolah supaya tidak disalahgunakan. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud dari penutur atau guru, yakni tidak menyalahgunakan internet. Ilokusi merupakan tuturan yang disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur atau guru menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra tutur atau para siswa melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur. Terbukti bahwa tuturan tersebut mengandung ilokusi, karena mitra tutur melakukan maksud dari penutur dengan mematikan internet dan tidak menyalahgunakan internet Makna Pragmatik Ajakan Dalam penelitian ini juga ditemukan makna ajakan. Ada 1 makna pragmatik dalam yang ditemukan. Berikut penjelasaanya dapat dilihat di bawah ini: Tuturan (23): Lain kali jangan dicoret-coret ya, pakai penggaris supaya rapi. (Data 64) Tuturan deklaratif: Lain kali jangan dicoret-coret ya Ko-teks: Pakai penggaris supaya rapi Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran Akuntansi ketika mengajar di kelas X Akuntansi (9 perempuan, 1 lakilaki). Guru melihat siswa ketika membuat jurnal akuntansi tidak rapi

82 68 karena membuat garis tidak menggunakan penggaris. Guru dan siswa sama-sama tahu bahwa tanpa menggunakan penggaris pekerjaan tidak akan rapi. Tuturan (23) mengandung makna ajakan. Makna ajakan merupakan salah satu makna yang berfungsi untuk menyampaikan keinginan pembicara pada seseorang, agar mengikuti ajakannya atau perintahnya. Namun, kalimat ini berbeda dengan kalimat perintah. Kalimat ajakan hanya bersifat mengajak, tidak mengharuskan orang yang diajak untuk mengikuti ajakannya. Berbeda dengan kalimat perintah yang secara langsung mengharuskan yang diperintahnya untuk melakukan apa yang diperintahkan. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin mengajak mitra tuturnya untuk menggunakan penggaris dalam mengerjakan soal akuntansi. Terbukti melalui penggalan tuturan: Pakai penggaris supaya rapi. Tuturan tersebut secara tidak langsung dapat dimaknai sebagai bentuk ajakan penutur kepada mitra tutur. Melalui tuturan tersebut penutur sesungguhnya ingin mitra tutur melakukan hal yang ia inginkan, yakni menggunakan penggaris ketika hendak membuat garis supaya pekerjaan rapi. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud dari penutur atau guru, yakni menggunakan penggaris dalam membuat garis, supaya rapi. Ilokusi merupakan tuturan yang disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur atau guru menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra tutur atau para siswa melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur. Terbukti bahwa tuturan tersebut mengandung ilokusi, karena mitra tutur melakukan maksud dari penutur. Setelah penutur menyampaikan tuturannya

83 69 tersebut, mitra tutur menanggapi tuturan dengan melakukan suatu tindakan, yakni menggunakan penggaris dalam mengerjakan soal Makna Pragmatik Larangan Dalam penelitian ini juga ditemukan makna larangan. Ada 3 makna pragmatik dalam yang ditemukan. Berikut 2 dari 3 penjelasaanya dapat dilihat di bawah ini: Tuturan (24): Boni, handphone kamu saya sita karena kamu sudah membuka handphone di pelajaran saya. Kalau pelajaran saya handphone disimpan. (Data 84) Tuturan deklaratif: Boni, handphone kamu saya sita karena kamu sudah membuka handphone di pelajaran saya. Ko-teks: Kalau pelajaran saya handphone disimpan. Konteks non-linguistik: Tuturan ini muncul ketika ada salah satu siswa yang ketahuan bermain handphone ketika jam pelajaran berlangsung. Pelajaran yang berlangsung adalah pelajaran Kewirausahaan di kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki). Dalam hal ini siswa dan guru sudah mengetahui bahwa peraturan sekolah adalah tidak boleh menggunakan handphone ketika jam pelajaran berlangsung tanpa perintah dari guru. Tuturan (25): Jangan bermain handphone ketika pelajaran saya, karena pasti akan saya sita. (Data 85) Tuturan deklaratif: Jangan bermain handphone ketika pelajaran saya. Ko-teks: Pasti akan saya sita Konteks non-linguistik: Disampaikan guru Kewirausahaan memberi nasehat kepada siswa kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki) supaya tidak menggunakan handphone ketika jam pelajaran berlangsung tanpa perintah dari guru. Tuturan (24) mengandung makna larangan. Larangan merupakan suatu perintah dari seseorang maupun kelompok untuk mencegah melakukan sesuatu. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin memberi larangan atau mencegah mitra tutur untuk tidak melakukan sesuatu, berkaitan dengan tuturan di atas adalah penutur melarang mitra tutur untuk tidak bermain handphone ketika

84 70 jam pelajaran berlangsung. Terbukti melalui penggalan tuturan: Kalau pelajaran saya handphone disimpan. Tuturan tersebut secara tidak langsung dapat dimaknai sebagai bentuk larangan penutur kepada mitra tutur. Melalui tuturan tersebut penutur sesungguhnya ingin melarang mitra tutur supaya tidak menggunakan handphone saat pelajaran berlangsung. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud dari penutur atau guru, yakni tidak membuka handphone ketika pelajaran berlangsung. Ilokusi merupakan tuturan yang disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur atau guru menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra tutur atau para siswa melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur. Terbukti bahwa tuturan tersebut mengandung ilokusi, karena mitra tutur melakukan maksud dari penutur. Setelah penutur menyampaikan tuturannya tersebut, mitra tutur menanggapi tuturan dengan mematikan handphone dan menyimpan di dalam tas. Tuturan (25) mengandung makna larangan. Larangan merupakan suatu perintah dari seseorang maupun kelompok untuk mencegah melakukan sesuatu. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin memberi larangan atau mencegah mitra tutur untuk tidak melakukan sesuatu, berkaitan dengan tuturan di atas adalah penutur melarang mitra tutur untuk tidak bermain handphone ketika jam pelajaran berlangsung. Terbukti melalui penggalan tuturan: Jangan bermain handphone ketika pelajaran saya, karena pasti akan saya sita Tuturan tersebut secara jelas melarang para siswa untuk tidak menggunakan handphone ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud dari penutur atau guru,

85 71 yakni tidak membuka handphone ketika pelajaran berlangsung. Ilokusi merupakan tuturan yang disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur atau guru menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra tutur atau para siswa melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur. Terbukti bahwa tuturan tersebut mengandung ilokusi, karena mitra tutur melakukan maksud dari penutur. Setelah penutur menyampaikan tuturannya tersebut, mitra tutur menanggapi tuturan dengan mematikan handphone dan menyimpan di dalam tas Ciri-Ciri Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Setiap tindak tutur pasti memiliki ciri-ciri atau kekhasan yang menandai keberadaan tuturan. Dalam penelitian tindak tutur yang dilakukan peneliti, ditemukan tujuh jenis tindak tutur deklaratif. Setiap tuturan tentu memiliki ciri atau kekhasan yang membuat setiap tuturan memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Secara keseluruhan, Leech (1993:285) telah mengemukakan pendapatnya mengenai ciri atau kekhasan yang terdapat pada tuturan deklaratif, diantaranya adalah (a) tuturan deklaratif memiliki sifat performatif, (b) setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik, dan (c) setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang mendasari. Setelah melakukan proses analisis data, peneliti menemukan beberapa ciri-ciri sesuai dengan yang dikemukakan oleh Leech di atas Tuturan deklaratif memiliki sifat performatif Performatif merupakan adalah tuturan untuk melakukan sesuatu. Leech (1993: 280) mengatakan bahwa tuturan performatif tidak dievaluasi sebagai benar atau salah, tetapi sebagai tepat atau tidak tepat, misalnya: I promise that I shall be

86 72 there (Saya berjanji bahwa saya akan hadir di sana) dan performatif primer atau tuturan primer I shall be there (Saya akan hadir di sana). Tuturan performatif berbeda dengan tuturan yang dapat diperiksa benar atau salahnya, oleh karena itu pula dapat ditentukan kandungan makna dari ucapan tersebut maka ucapan performatif tidak dapat diperlakukan seperti itu. Ucapan performatif tidak dapat dikatakan benar atau salah melainkan pantas atau tidak pantas untuk diucapkan seseorang. Berikut contoh dari yang memiliki ciri bersifat performatif. (26) Jangan bermain handphone ketika pelajaran saya, karena pasti akan saya sita. (Konteks: Disampaikan guru Kewirausahaan memberi nasehat kepada siswa kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki) supaya tidak menggunakan handphone ketika jam pelajaran berlangsung tanpa perintah dari guru.) Tuturan (26) dapat dilihat bahwa tuturan deklaratif bersifat performatif. Tuturan tersebut diucapkan untuk melakukan sesuatu, yakni penutur menuturkan bahwa ia akan menyita handphone. Ucapan performatif tidak dapat dikatakan salah atau benar melainkan pantas atau tidak pantas. Tuturan di atas disampaikan oleh guru mata pelajaran Kewirausahaan di kelas X Multimedia yang memiliki19 siswa (2 perempuan, 17 laki-laki) ketika memperingatkan para siswa supaya tidak menggunakan handphone tanpa perintah guru. Hal ini tidak dapat dikatakan bahwa tuturan tersebut salah atau benar, melainkan pantas atau tidak pantas. Tuturan tersebut pantas disampaikan oleh guru untuk memperingatkan kepada para siswa.

87 Setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik Tuturan deklarasi disertai dengan tindakan fisik maksudnya adalah penutur tidak hanya berujar, tetapi menggunakan bahasa tubuhnya sebagai pendukung dari kalimat yang ia ujarkan. Misalnya wasit mengangkat kartu merah, seorang polisi meniupkan peluit, guru menyurh siswanya diam dengan mengangkatkan salah satu tangan. Selain itu, tindakan fisik tidak hanya yang dapat dilihat maupun didengar, melainkan dapat pula dirasakan seperti seorang guru memberi semangat kepada murid dengan menepuk bahu. Berikut akan diberikan contoh dari tindak tutur ilokusi deklaratif yang memiliki ciri disertai tindakan fisik. (27) Boni, handphone kamu saya sita karena kamu sudah membuka handphone di pelajaran saya. Kalau pelajaran saya handphone disimpan. (Konteks: Tuturan ini muncul ketika ada salah satu siswa yang ketahuan bermain handphone ketika jam pelajaran berlangsung. Pelajaran yang berlangsung adalah pelajaran Kewirausahaan di kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 lakilaki). Guru menyita handphone milik siswa yang melanggar aturan. Dalam hal ini siswa dan guru sudah mengetahui bahwa peraturan sekolah adalah tidak boleh menggunakan handphone ketika jam pelajaran berlangsung tanpa perintah dari guru.) Tuturan deklarasi memang selalu diiringi dengan tindakan fisik, salah satu contohnya adalah tuturan (27). Tuturan tersebut dapat dilihat bahwa tuturan deklarasi selalu diringi dengan tindakan fisik. Pada tuturan di atas, penutur berkata kepada mitra tutur...handphone kamu saya sita! dan diiringi dengan mengambil handphone dari mitra tutur tersebut. Selain bertutur kata, penutur juga menggunakan bahasa tubuhnya yakni mengambil handphone mitra tutur sebagai pendukung kalimat yang penutur ujarkan.

88 Setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang mendasari Setiap ujaran tentunya memiliki makna maupun maksud yang disampaikan penutur kepada mitra tutur, begitu pula dengan tindak tutur deklaratif. Makna yang terdapat pada tindak tutur deklaratif didasarkan pada konteks terjadinya tuturan tersebut. Peran konteks situasi tuturan juga diuangkapkan oleh Malinowski (melalui Verschueren 1998:75) yang mengatakan bahwa persis seperti dalam kenyataan bahasa lisan atau tulisan, sebuah kata tanpa konteks linguistik hanyalah isapan jempol belaka dan tidak berarti apa-apa, jadi dengan kenyataan lidah yang lisan, ujaran itu tidak berarti tanpa konteks situasi. Berikut akan diberikan contoh dari yang memiliki ciri bahwa setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang mendasari. (28) Guru itukan orangtua kedua kalian di sekolah, kalau kalian salah ya pasti dapat teguran. Kalau kalian nggak bisa ditegur ya sudah, terserah kalian mau jadi apa, yang penting guru sudah berusaha yang terbaik untuk kalian. (Konteks: Disampaikan guru mata pelajaran Akuntansi di kelas X Akuntansi (9 perempuan, 1 laki-laki) ketika ada salah satu siswanya melakukan kesalahan yakni tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Siswa tersebut sudah sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah.) Ujaran deklarasi selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang mendasarinya. Tuturan (28) merupakan salah satu contoh yang membuktikan ciri-ciri bahwa tuturan deklarasi selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteksnya. Makna dari tuturan tersebut adalah mengarahkan. Makna mengarahkan dapat ditemukan setelah melihat konteks dari tuturan

89 75 tersebut. Tuturan tersebut memiliki dua konteks. Pertama, konteks fisik dalam tuturan tersebut adalah seorang guru mata pelajaran Akuntansi yang mengajar di kelas X Akuntansi dengan 10 siswa (9 perempuan, 1 laki-laki). Kedua, konteks asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama dalam tututan tersebut adalah tuturan ini terjadi ketika guru mengetahui salah satu siswanya melakukan kesalahan yakni tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Siswa tersebut sudah sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Berdasarkan analisis konteks, dapat dipastikan bahwa makna dari tuturan tersebut adalah mengarahkan. Penutur ingin mengarahkan mitra tutur supaya dapat menjadi siswa yang baik. 4.3 Pembahasan Penelitian berjudul Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis, makna pragamtik, dan ciri-ciri. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teori acuan pragmatik, konteks, tindak tutur, tindak tutur ilokusi, dan. Sasaran dalam penelitian ini adalah tuturan guru saat berinteraksi dengan siswa ketika interaksi belajar mengajar sedang berlangsung. Peneliti mengangkat sebagai topik penelitian karena penelitian tersebut masih jarang dilakukan. Selain itu, peneliti melakukan penelitian di SMK Yos Sudarso Rembang dengan mengambil sasaran para guru yang mengajar di kelas X karena peneliti telah melihat kenyataan di lapangan, yakni kemampuan berbahasa serta pengetahuan

90 76 siswa dan guru yang berbeda-beda. Proses interaksi belajar mengajar guru pun menjadi pertimbangan peneliti sebelum melakukan penelitian tindak tutur ilokusi deklaratif para guru lebih lanjut. Bentuk ujaran guru ketika menyampaikan materi maupun menegur siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal itu tak lain juga dipengaruhi oleh latar belakang para guru sehingga dapat membentuk suatu ujaran deklaratif. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, simak bebas libat cakap, dan wawancara. Berdasarkan tiga teknik tersebut diharapkan mampu menghasilkan data yang berkualitas dan akurat Jenis Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi dan teknik simak bebas libat cakap sebagai tahap pertama dalam pengumpulan data. Teknik penelitian obeservasi berarti peneliti melihat dan mendengarkan apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitasnya. Selain teknik observasi, peneliti juga menggunakan teknik simak bebas libat cakap untuk memperkuat pemerolehan data. Dalam teknik simak bebas libat cakap ini, peneliti menggunakan alat perekam untuk merekam pembicaraan atau merekam informasi yang ada di lapangan. Rekaman merupakan cara pengumpulan data yang dapat menghasilkan data-data lengkap. Penelitian ini mengkaji tentang tindak tutur ilokusi, khususnya tindak tutur ilokusi deklaratif. Rohmadi (2004:31) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu, disebut juga the act of doing something. Leech (1993:21) juga menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dalam

91 77 komunikasi yang berorientasi pada tujuan atau meneliti makna sebuah tuturan merupakan usaha untuk merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur ketika ia memproduksi tuturannya. Searle (melalui Leech 1993:165) mengatakan bahwa tindakan-tindakan deklaratif merupakan kategori tindak ujar yang sangat khusus, karena tindakan-tindakan ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang dalam sebuah kerangka acuan kelembagaan diberi wewenang untuk melakukannya. Dalam bahasa Indonesia, kalimat deklaratif memiliki maksud ingin menyampaikan sesuatu kepada mitra tutur. Suatu tuturan yang diberitakan kepada mitra tutur merupakan ungkapan dari suau kejadian. Tuturan-tuturan para guru ketika interaksi belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang dianalisis menggunakan teori tindak tutur ilokusi deklaratif untuk mengetahui jenis-jenis yang terdapat pada setiap tuturan tersebut. Rahardi (2003:73) mengungkapkan beberapa jenis dari tindak tutur ilokusi deklaratif, di antaranya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membaptis (christening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan (excommunicating), dan menghukum (sentencing). Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, berhasil ditemukan tujuh jenis tindak tutur ilokusi deklaratif, yakni penamaan, menghukum, melarang, berpasrah, mengangkat, memutuskan, dan mengesahkan. Jenis-jenis dari tindak tutur ilokusi deklaratif yang dapat ditemukan, tidak lepas dari hasil pengamatan berdasarkan konteks situasi ujaran. Tanpa memahami konteks situasi ujaran, maka tidak dapat mengidentifikasi jenis tuturan guru yang diucapkan kepada para siswa. Konteks tuturan menjadi hal penting bagi pendengar untuk memahami maksud dari

92 78 penutur. Pada, tuturan yang diucapkan tidak hanya sekadar memberi informasi, melainkan menuntut tindakan yang akan terjadi akibat dari tuturan yang disampaikan oleh penutur. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa suatu tindak tutur selalu diiringi dengan tuturan dan tindakan. Dalam menuturkan sesuatu penutur juga melakukan tindakan. Terbukti pada tuturan guru pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Identifikasi mengenai jenis pun dapat dipahami ketika mengamati tindakan yang terjadi pada suatu ujaran. Seperti yang diungkapkan oleh Austin (1962:12) mengenai tindak tutur bahwa di dalam mengatakan sesuatu, kita juga melakukan sesuatu (in which to say something is to do something or in which by saying or in saying something we are doing something). Menurut Austin, dalam menyampaikan sesuatu, penutur juga melakukan tindakan melalui ujaran yang disampaikannya. Pendapat Austin ini didukung oleh Searle (melalui Rusminto, 2010:22) dengan mengatakan bahwa unit terkecil komunikasi bukanlah kalimat, melainkan tindakan tertentu, seperti membuat pernyataan, pertanyaan, perintah, dan permintaan Makna Pragmatis Tindak Tutur Ilokusi Dekalratif Pemahaman mengenai makna maupun maksud dari setiap ujaran, tidak pernah lepas dari konteks. Dalam penelitian ini, berhasil ditemukan beberapa makna dari tindak tutur ilokusi deklratif. Makna pragmatik dari ujaran tersebut dapat diketahui setelah memahami konteks situasi terjadinya suatu tuturan. Leech (1993: 20) mendefinisikan konteks sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial dalam sebuah tuturan. Konteks merupakan

93 79 unsur yang membangun makna dari suatu tuturan. Kehadiran konteks dalam sebuah tuturan menjadi suatu keharusan. Malinowski (melalui Pateda, 1988:104) menambahkan bahwa untuk memahami ujaran, harus memahami konteks situasi, dengan memperhatikan konteks situasi, aspek-aspek bermakna linguistik maupun nonlinguistik dapat dikorelasikan. Malinowski (melalui Verschueren 1998:75) mengatakan bahwa persis seperti dalam kenyataan bahasa lisan atau tulisan, sebuah kata tanpa konteks linguistik hanyalah isapan jempol belaka dan tidak berarti apa-apa, jadi dengan kenyataan lidah yang lisan, ujaran itu tidak berarti tanpa konteks situasi (exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without linguistic context is a mere figment and stands for nothing by itself, so in the reality of a spoken living tongue, the utterance has no meaning except in the context of situation). Pemahaman mengenai konteks akan sangat membantu penutur maupun mitra tutur dalam memahami maksud maupun makna yang terdapat dalam suatu ujaran. Jika antara penutur dan mitra tutur tidak dapat menangkap makna atau maksud ketika berkomunikasi, maka suatu tuturan dianggap gagal. Karena sesuatu yang menjadi tujuan penutur tidak sama dengan yang ditangkap oleh pemikiran mitra tutur. Akhirnya, hal yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tutur tidak tersampaikan dengan baik. Kridalaksana (melalui Ida Bagus 2014:94) menyatakan bahwa konteks adalah sebagai latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu. Interpretasi makna.

94 80 Dalam penelitian ini, ditemukan delapan makna pragmatik, di antaranya mengarahkan, menguatkan, suruhan, meyakinkan, persilaan, mengingatkan, ajakan, dan larangan. Makna yang terkandung dalam data yang peneliti temukan tak luput dari proses analisis data berulang-ulang dan secara mendalam. Setelah melakukan analisis data dan mengklasifikasikan berdasarkan jenis tindak tutur deklaratif, maka dapat diketahui makna dari tuturan tersebut. Setiap ujaran atau tuturan yang disampaikan penutur tentu saja memiliki makna yang berbeda. Makna tersebut disesuaikan dengan konteks terjadinya tuturan. Harapan penutur terhadap tuturannya adalah dapat dipahami dan mendapat respons dari mitra tutur, baik verbal maupun non-verbal. Tuturan akan dikatakan berhasil sampai ke mitra tutur jika tuturan tersebut mendapat respons atau tanggapan dari mitra tutur atau lawan bicara Ciri-Ciri Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Setiap tindak tutur pasti memiliki ciri-ciri atau kekhasan yang menandai keberadaan tuturan. Dalam penelitian tindak tutur yang dilakukan peneliti, ditemukan lima jenis tindak tutur deklaratif. Masing-masing jenis tindak tutur itu memiliki ciri atau kekhasan yang menandai keberadaan tuturan tersebut. Setiap tuturan tentu memiliki ciri atau kekhasan yang membuat setiap tuturan memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Secara keseluruhan, Leech (1993:285) telah mengemukakan pendapatnya mengenai ciri atau kekhasan yang terdapat pada tuturan deklaratif, di antaranya adalah: (a) tuturan deklaratif memiliki sifat performatif, (b) setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik, dan (c) setiap

95 81 ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang mendasari. Pertama, Performatif merupakan tuturan untuk melakukan sesuatu. Leech (1993: 280) mengatakan bahwa tuturan performatif tidak dievaluasi sebagai benar atau salah, tetapi sebagai tepat atau tidak tepat, misalnya: I promise that I shall be there (Saya berjanji bahwa saya akan hadir di sana) dan performatif primer atau tuturan primer I shall be there (Saya akan hadir di sana). Tuturan performatif berbeda dengan tuturan yang dapat diperiksa benar atau salahnya, oleh karena itu pula dapat ditentukan kandungan makna dari ucapan tersebut maka ucapan performatif tidak dapat diperlakukan seperti itu. Ucapan performatif tidak dapat dikatakan benar atau salah melainkan pantas atau tidak pantas untuk diucapkan seseorang. Kedua, setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik. Tuturan deklarasi disertai dengan tindakan fisik maksudnya adalah penutur tidak hanya berujar, tetapi menggunakan bahasa tubuhnya sebagai pendukung dari kalimat yang ia ujarkan. Misalnya wasit mengangkat kartu merah, seorang polisi meniupkan peluit, guru menyurh siswanya diam dengan mengangkatkan salah satu tangan. Selain itu, tindakan fisik tidak hanya yang dapat dilihat maupun didengar, melainkan dapat pula dirasakan seperti seorang guru memberi semangat kepada murid dengan menepuk bahu. Ketiga, setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang mendasari. Peran konteks situasi tuturan juga diuangkapkan oleh Malinowski (melalui Verschueren 1998:75) yang mengatakan bahwa persis

96 82 seperti dalam kenyataan bahasa lisan atau tulisan, sebuah kata tanpa konteks linguistik hanyalah isapan jempol belaka dan tidak berarti apa-apa, jadi dengan kenyataan lidah yang lisan, ujaran itu tidak berarti tanpa konteks situasi. Ujaran deklarasi selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang mendasarinya.

97 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data mengenai para guru, peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan. Pertama, mengenai jenis-jenis. Kedua, makna pragmatik dalam tindak tutur ilokusi deklaratif. Ketiga, ciri-ciri. Interaksi para guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang merupakan salah satu bentuk dari tindak tutur. Tuturan para guru ketika kegiatan belajar mengajar tidak hanya dipahami sebagai rentetan kalimat. Namun, tuturan guru dalam interaksi belajar mengajar memiliki makna maupun maksud yang ingin disampaikan kepada para siswa. Pernyataan penutur berdasarkan kenyataan yang bersifat mengubah mitra tutur disebut tindak tutur deklaratif. Tindak tutur deklaratif merupakan tuturan yang isi tuturannya berkaitan dengan kenyataan, serta dari tuturan tersebut dapat mengubah mitra tutur. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Jenis-Jenis Tindak Tutur Ilokusi Deklratif Tindak tutur ilokusi deklratif merupakan tindak tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya. Hasil dari penelitian ini ditemukan enam jenis. Keenam jenis tersebut adalah memutuskan, mengesahkan, penamaan, tindak tutur 83

98 84 ilokusi deklaratif menghukum, melarang, dan mengangkat. Jenis-jenis tindak tutur ilokusi deklaratif dapat ditemukan setelah melakukan pengamatan mengenai situasi terjadinya tuturan dan proses analisis data secara mendalam. b. Makna Prgamatik Tindak Tutur Ilokusi Dekalaratif Selain menganalisis jenis-jenis, penelitian ini juga memiliki tujuan untuk menganalisis makna pada tuturan deklaratif. Penemuan makna ini didasari dengan pemahaman konteks situasi tuturan. Peneliti mencoba untuk memahami konteks situasi tuturan dengan baik untuk mengetahui makna yang terdapat pada tuturan. Hasil dari penelitian ini, ditemukan delapan jenis makna pragmatik. Delapan makna pragmatik tersebut adalah 35 mengarahkan, 15 menguatkan, 4 suruhan, 25 meyakinkan, 1 persilaan, 12 mengingatkan, 1 ajakan, dan 3 larangan. c. Ciri-Ciri Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Setiap tuturan tentunya memiliki pembeda dari tuturan satu dan yang lainnya, begitu pula dengan tuturan deklaratif. Ciri-ciri tersebut berguna untuk membantu pemahaman pembaca mengenai perbedaan dari setiap tuturan. Pada, terdapat tiga ciri atau karakteristik yang dapat diidentifikasi oleh peneliti, yakni: (a) tuturan deklaratif memiliki sifat performatif, (b) setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik, dan (c) setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang mendasari.

99 Saran Dalam penelitian ini, peneliti hanya membahas tiga hal di antaranya jenis tindak tutur deklaratif para guru dalam interaksi belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang, makna pragmatis tindak tutur deklaratif para guru, dan ciri-ciri tindak tutur deklaratif. Bagi pihak-pihak yang hendak melakukan penelitian bahasa, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis dengan bahasan yang berbeda, misalnya tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, atau yang sejenis lainnya. Apabila pembaca ingin melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, pembaca dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian sejenis yang hendak dilakukan.

100 DAFTAR PUSTAKA Abdul, Wahab Teori Semantik. Surabaya: Airlangga University Press. Austin,J.L How to Do Things with Words. New York: Clardon Press. Bagus, Ida Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bloomfield, L Language: Bahasa (terjemahan). Jakarta: Gramedia. Chaer, Abdul & Agustina Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Chaer, Abdul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Cummings, Louise Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ghony, Djunaidi & Almanshur Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Gunawan, Imam Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Horn & Word The Handbook of Pragmatics. Australia: Blackwell Publishing. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Kamus Linguistik (ed. 4). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Langendoen The London School of Linguistics: A Study of The Linguistics Theories of B. Malinowski and J.R. Firth. Cambridge: The Massachusetts Institute of Technology. Leech, Geoffrey Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Levinson, Stephen Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. Lubis Analisis Wacana Pragmatik (edisi revisi). Bandung: Penerbit Angkasa. Lyons, John Semantics (Vol.2). Cambridge: Cambridge University Press Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Greamedia. 86

101 Linguistic Semantic: An Introduction. Cambridge: Cambridge University Press. Mahsun Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Miles & Huberman Qualitative Data Analysis. Sage Publications, Inc. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Muhammad Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Nadar Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pateda, Mansoer Linguistik Sebuah Pengantar. Bandung: Penerbit Angkasa. Pranowo Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Purwanto Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan: Pengembangan dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Purwo Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Putra, Nusa Penelitian Kualitatif: Proses & Aplikasi. Jakarta: PT INDEKS. Rahardi, Kunjana Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Percetakan DIOMA Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga Sosiopragmatik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Richards, Jack dkk Longman Dictionary of Applied Linguistics. Longman: Longman Group UK Limited. Rohmadi, Muhammad Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media. Rose, Kenneth & Kasper Pragmatics in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press. Rusminto, N.E Analisis Wacana Bahasa Indonesia. (Buku Ajar). Bandarlampung: FKIP Universitas Lampung Memahami Bahasa Anak-anak. Bandar Lampung: Universitas Lampung. 87

102 Straus, Anselm & Corbin Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta. Sukmadinata,N.S Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suwarno Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru. Tarigan, Diago Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: Angkasa. Verschueheren, Jef Understanding Pragmatics. New York: Arnold Publisher. Yule, George Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 88

103 BIODATA PENULIS Elisabet Riski Titasari panggilan Riski lahir di Rembang pada tanggal 25 November 1995 dari pasangan suami istri Bapak Ephraim Maria Dwi Tristanto dan Ibu Paulina Rita Punto Dewi. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis sekarang bertempat tinggal di Mangunan, Harjobinangun, Pakem. Pendidikan yang telah ditempuh penulis yaitu SD K Santa Maria Rembang lulus tahun 2007, SMP K OV Slamet Riyadi Rembang lulus tahun 2010, SMA K Santa Maria Rembang lulus tahun 2013, dan mulai tahun 2013 mengikuti Program S1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 89

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK)

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK) TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK) RACHMAN Abhyrachman1707@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA i FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) Sri Sundari 1, Wahyudi Rahmat 2, Ria Satini 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RASMIAYU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode pada dasarnya adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabang linguistik yang mempelajari tentang penuturan bahasa secara mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu ujaran

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Abstrak. ILLOCUTIONARY SPEECH ACT OF INDONESIA LANGUAGE LEARNING INTERACTION (An Ethnography Communication in Ehipassiko Senior High School BSD)

Abstrak. ILLOCUTIONARY SPEECH ACT OF INDONESIA LANGUAGE LEARNING INTERACTION (An Ethnography Communication in Ehipassiko Senior High School BSD) TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (Kajian Etnografi Komunikasi di SMA Ehipassiko School BSD) Meirisa, Yumna Rasyid 1, Fathiaty Murtadho 2 Universitas Negeri Jakarta, Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik)

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik) Linguista, Vol.1, No.1, Juni 2017, hal 6-11 ISSN (print): 2579-8944; ISSN (online): 2579-9037 Avaliable online at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/linguista 6 Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan menggunakan referensi yang berhubungan, ini tidak terlepas dari buku-buku dan karya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan menggunakan referensi yang berhubungan, ini tidak terlepas dari buku-buku dan karya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA Oleh Septia Uswatun Hasanah Mulyanto Widodo Email: septiauswatunhasanah@gmail.com Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang representasi kekuasaan pada tindak tutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap 1 BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan alat komunikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan dibutuhkan manusia untuk dapat bersosialisasi. Ada dua bentuk komunikasi yaitu verbal dan non-verbal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA DONGENG ANAK KARYA LIA HERLIANA

ANALISIS FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA DONGENG ANAK KARYA LIA HERLIANA ANALISIS FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA DONGENG ANAK KARYA LIA HERLIANA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) Oleh: Destoro Setyawan 1201040077

Lebih terperinci

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA Naskah Publikasi Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi.

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM 120388201079 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pragmatik adalah salah satu bagian dari ilmu linguistik. Pragmatik adalah kajian mengenai arti dalam hubungannya dengan situasi pada saat tuturan diucapkan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain, alat yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Rena Anggara 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah media komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Hal itu berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah

Lebih terperinci

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN SISWA TAMAN KANAK-KANAK PERTIWI DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR Novita Carolina, Sudaryono* FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This study is aimed to describe the types and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK)

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK) TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN KUNINGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Studi deskriptif dilihat dari lokusi, ilokusi, dan perlokusi) Ida Hamidah

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendayagunaan konteks dalam

3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendayagunaan konteks dalam 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendayagunaan konteks dalam tindak tutur anak usia tujuh tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERSPEKTIF PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERSPEKTIF PRAGMATIK ISBN: 978-602-361-045-7 KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERSPEKTIF PRAGMATIK Andi Sadapotto, Muhammad Hanafi STKIP MUHAMMADIYAH SIDRAP Sadapotto.andi@yahoo.co.id ABSTRACT: The diversity of form and function

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) WILDASARI NIM 110388201136

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS 9 BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengantar Sehubungan dengan masalah yang ditemukan pada penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan wujud Prinsip Kerja Sama di dalam dialog antartokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik manusia. Bahasa merupakan salah satu ciri pembeda utama umat manusia dengan makhluk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Salah satu ciri penelitian kualitatif itu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Salah satu ciri penelitian kualitatif itu 67 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Salah satu ciri penelitian kualitatif itu bersifat deskriptif. Artinya, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci