DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL BAGI ANAK DAN REMAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL BAGI ANAK DAN REMAJA"

Transkripsi

1 MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran Tahun 2016: 60 Kab/Kota) DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL BAGI ANAK DAN REMAJA Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017

2

3 MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran Tahun 2016: 60 Kab/Kota) DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL BAGI ANAK DAN REMAJA Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017

4 Tim Penyusun Modul Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan: Dukungan Psikologis Awal bagi Anak dan Remaja Pengarah Sukiman, Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Palupi Raraswati, Kasubdit Pendidikan Orang Tua Nanik Suwaryani, Kasubdit Pendidikan Anak dan Remaja Tim Penyusun Agus Mohamad Solihin, Kasi Sumber Belajar Orang Tua Suradi, Kasi Pendampingan Pembelajaran Orang Tua Sugiyanto, Kasi Pendampingan Pembelajaran Anak dan Remaja Aria Ahmad Mangunwibawa, Kasi Sumber Belajar Anak dan Remaja Sri Lestari Yuniarti Mohamad Roland Zakaria Lilis Hayati Tim Pendukung Nugroho Eko Prasetyo, Anom Haryo Bimo Surya Nilasari Reza Oklavian Desain Sampul dan Tata Letak Larasati Paramita Renita Della Anggraini Narahubung Surel: (021) Laman: sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id (021) Sila hubungi salah satu kanal informasi di atas untuk memberikan masukan dan pengayaan atas materi ini ii

5 Modul ini merupakan acuan dalam pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan pendidikan keluarga pada satuan pendidikan tingkat kabupaten/kota. Namun demikian, narasumber, fasilitator, dan penyelenggara dapat mengembangkan sesuai dengan kebutuhan di lapangan tanpa mengurangi esensinya. iii

6 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...iv KATA PENGANTAR...vi A. PENDAHULUAN...1 B. TUJUAN...1 C. HASIL YANG DICAPAI...2 D. PERTANYAAN KUNCI...3 E. PETUNJUK UMUM...3 F. METODE...4 G. SUMBER, BAHAN, DAN MEDIA...4 H. WAKTU...4 I. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN...4 iv

7 KATA PENGANTAR Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, diperlukan kemitraan yang kuat antara keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat (tri sentra pendidikan). Sehingga terbentuk ekosistem yang mendukung lingkungan pendidikan yang kondusif bagi ruang belajar anak.. Didorong oleh semangat untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang selaras dan harmoni tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, di bawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Ditjen PAUD dan Dikmas). Tugas Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 adalah melakukan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pendidikan keluarga. Sedangkan fungsinya adalah terkait dengan perumusan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendampingan pembelajaran, sumber belajar, dan pendanaan pendidikan keluarga; peningkatan kualitas pendidikan karakter anak dan remaja; fasilitasi sumber belajar dan pendanaan pendidikan keluarga; fasilitasi penjaminan mutu pendidikan keluarga; penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) di bidang pendampingan pembelajaran, sumber belajar, dan pendanaan pendidikan keluarga; serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendidikan keluarga. Pada tingkat satuan pendidikan, kepala satuan pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis untuk membangun komitmen secara internal dan menjalin kemitraan dengan keluarga (orang tua/wali murid), serta masyarakat guna mewujudkan ekosistem pendidikan yang baik. vi

8 Pada tahun anggaran 2015, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga menyelenggarakan kegiatan bimbingan teknis penyelenggaraan pendidikan keluarga bagi satuan pendidikan di 100 kabupaten/kota. Sedangkan pada tahun 2016 menyelenggarakan bimbingan teknis bagi satuan pendidikan di 100 kabupaten/kota (sasaran tahun 2015) dan bagi satuan pendidikan di 60 kabupaten/kota (sasaran tahun 2016). Sebagai kelanjutan program pendidikan keluarga di satuan pendidikan, pada tahun anggaran 2017, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga menyelenggarakan bimbingan teknis penyelenggaraan pendidikan keluarga bagi satuan pendidikan di 60 kabupaten/kota (sasaran tahun 2016 ) dan bagi satuan pendidikan di 80 kabupaten/kota (sasaran tahun 2017). Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan bimbingan teknis tersebut, disusunlah modul bimbingan teknis penyelenggaraan pendidikan keluarga sebagai acuan bagi penyelenggara, narasumber, dan fasilitator pusat maupun daerah. Modul ini dirancang dengan metode pendekatan pembelajaran partisipatif yang melibatkan peserta secara aktif dalam setiap sesi penyampaian materi. Saya mengucapkan terima kasih kepada tim yang sudah menyusun modul bimbingan teknis penyelenggaraan pendidikan keluarga, semoga memberi manfaat bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Jakarta, Maret 2017 Direktur, Dr. Sukiman, M.Pd NIP vii

9 A. PENDAHULUAN Remaja utama tidak mengalami krisis, jika remaja mengalami krisis (situasi sulit) dengan adanya dukungan psikologis awal diharapkan dapat kembali kepada pencapaian remaja utama. Situasi sulit diantaranya merupakan situasi yang sering kali dihadapi anak dan remaja dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari hal kecil seperti memiliki hambatan belajar, sulit beradaptasi sampai dengan hal-hal seperti bullying dan kekerasan yang dialami baik di keluarga, satuan pendidikan atau pun masyarakat. Jika situasi ini teridentifikasi dan segera diatasi tentunya akan memiliki dampak pemulihan psikologis lebih cepat dan tidak menjadi lebih berat. B. TUJUAN Setelah mengikuti sesi ini, para peserta diharapkan mampu: 1. mengetahui masalah psikososial anak dan remaja di sekolah; 2. mengetahui dampak psikososial dari situasi sulit; 3. mengetahui bahwa dampak situasi sulit adalah sesuatu yang wajar ; 4. memahami pentingnya dukungan dari orang lain dalam menghadapi situasi sulit; 5. memahami bahwa sesama orang yang terkena situasi sulitpun bisa saling membantu untuk meringankan beban; 6. mengetahui apa itu Dukungan Psikologis Awal atau PFA; 7. mengetahui langkah-langkah dalam memberikan DPA baik itu langkah persiapan maupun inti di satuan pendidikan. 1

10 C. HASIL YANG DICAPAI Hasil yang ingin dicapai dari sesi ini adalah sebagai berikut: 1. Adanya pengetahuan tentang masalah psikososial anak dan remaja di sekolah; 2. Adanya pengetahuan tentang dampak psikososial dari situasi sulit; 3. Adanya pengetahuan bahwa dampak situasi sulit adalah sesuatu yang wajar ; 4. Adanya pemahaman tentang pentingnya dukungan dari orang lain dalam menghadapi situasi sulit; 5. Adanya pemahaman bahwa sesama orang yang terkena situasi sulitpun bisa saling membantu untuk meringankan beban; 6. Adanya pengetahuan apa itu Dukungan Psikologis Awal atau PFA; 7. Adanya pengetahuan tentang langkah-langkah dalam memberikan DPA baik itu langkah persiapan maupun inti di satuan pendidikan. D. PERTANYAAN KUNCI Beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapatkan jawaban dari kegitan dalam sesi ini antara lain: 1. Apakah permasalahan psikologis anak, bentuknya? 2. Bagaimana dampaknya? 3. Apa itu dukungan psikologis awal? 4. Apa bentuk keterampilan yang dimiliki? 5. Bagaimana pelaksanaan di satuan pendidikan? E. PETUNJUK UMUM Agar pelaksanaan sesi ini dapat berjalan dengan baik, berikut beberapa petunjuk umum: 1. Memfasilitasi proses pembelajaran peserta; 2. Berperan aktif untuk menciptakan atmosfer belajar yang aktif partisipatif; 2

11 3. Bekerjasama dengan co-fasilitator dalam proses belajar peserta; 4. Mengatur peserta untuk duduk berkelompok, disarankan menggunakan format melingkar; 5. Menyiapkan bahan presentasi tentang dukungan psikologi awal atau Psychological First Aid (PFA); 6. Menggunakan beberapa metode berikut dengan tujuan pe serta terinspirasi/tergugah semangatnya: 7. Penayangan video inspiratif tentang DPA 8. Role Play 9. Belajar dari pengalaman 10. Demontrasi 11. Curah Pendapat 12. Memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang disajikan; 13. Menstimulasi peserta untuk aktif berdiskusi dalam kelom pok; 14. Fasilitator memberikan penguatan di akhir sesi. F. METODE Metode yang digunakan pada sesi ini adalah: 1. Diskusi 2. Round Robin 3. Role Play 4. Ceramah 5. Tanya Jawab G. SUMBER, BAHAN DAN MEDIA 1. Presentasi: Dukungan Psikologi Awal/ PFA 2. Video Dukungan Psikologi Awal/PFA 3. Kertas Kerja Peserta; dan 4. ATK: kertas plano, spidol, pena, post-it berwarna, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting 3

12 5. Proyektor LCD 6. Laptop untuk presentasi 7. Layar proyektor LCD H. WAKTU Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 120 menit. Rincian alokasi waktu dapat dilihat pada langkah-langkah kegiatan. I. LANGKAH - LANGKAH KEGIATAN PENGANTAR ( 5 menit ) 1. Fasilitator mengucapkan salam dan memperkenalkan diri; ( 1 Menit ) 2. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan ice breaking; ( 3 Menit ) 3. Fasilitator menyampaikan latar belakang, tujuan, dan hasil yang diharapkan dari kegiatan sesi ini; dan ( 1 Menit ) APLIKASI ( 110 menit ) Kegiatan1: Dampak Psikososial dari Situasi Sulit ( 20 Menit ) Fasilitator memberikan beberapa pertanyaan kunci terkait peserta dalam menghadapi situasi sulit dengan brainstorming atau round robin; Pernahkah Bapak atau Ibu di sini mengalami situasi sulit? Mari kita lihat kembali apa yang terjadi pada waktu itu? Bagaimana situasinya pada waktu itu? Apa yang dirasakan? Apa yang dipikirkan? 4

13 Fisik Lutut lemas Jantung berdebar Emosi Cemas Takut Khawatir Pemikiran Merasa tidak berdaya Tidak tahu apa yang harus dilakukan Tingkah Laku Lari Duduk terdiam Ilustrasi tersebut menggambarkan situasi sulit. Hal tersebut membuat kita merasa TIDAK NYAMAN. Fasilitator menyampaikan bahwa ini reaksi wajar dan kita memiliki kemampuan mengatasinya. Fasilitator menanyakan kepada peserta: Apakah wajar pada saat mengalami situasi sulit kita panik, takut, menangis? Siapa sajakah yang mengalami? (Beri kesempatan pada peserta untuk mengemukan ceritanya dan beri kesempatan terlebih dahulu kepada peserta yang belum berbicara) Penting untuk dipahami bahwa reaksi-reaksi tersebut adalah reaksi wajar ketika seseorang dihadapkan dengan situasi sulit. Setiap orang dapat mengalami reaksi yang berbeda walaupun terpapar oleh peristiwa yang sama. Pembelajaran apa yang bisa kita dapat dari pohon yang terkena angin jika dikaitkan dengan situasi sulit yang terjadi? Sampaikan pada peserta bahwa pada dasarnya setiap orang yang mengalami masalah memiliki kemampuan alamiah untuk memulihkan diri. Kita bukan hanya sekedar korban yang tidak berdaya akan tetapi ada sesuatu yang bisa kita lakukan. 5

14 Kita adalah PENYINTAS (survivor): orang yang selamat, bertahan dan dapat berbuat sesuatu untuk mengatasi situasi sulit yang ada. Kegiatan 2: Dasar Dukungan Awal Psikologis (30 menit) Fasilitator menggali pengalaman peserta dengan bertanya (brainstorming atau round robin): Apa yang Bapak atau Ibu rasakan bila saat mengalami masalah ada orang lain di sekitar yang HADIR dan MEMBERIKAN PERTOLONGAN? Rangkum berbagai cerita dan jawaban dari peserta dengan sebuah pesan bahwa: keberadaan dan dukungan dari orang lain saat kita mengalami situasi sulit merupakan hal yang sangat membantu dan meringankan beban yang kita rasakan. Kemampuan seseorang untuk pulih kembali akan lebih cepat karena adanya dukungan dari orang di sekitar kita. (5 menit) Fasilitator bertanya kepada peserta berdasarkan pendapat mereka. Rangkum semua pembicaraan peserta. Sampaikan pesan kepada para peserta bahwa: Seperti juga pada pemulihan fisik pada pemulihan psikologis atau kondisi kejiwaan, kita dapat saling membantu satu sama lain agar dapat pulih lebih cepat atau mengatasi masalah. Hubungan saling membantu dapat meningkatkan kemampuan kita untuk pulih. Strategi mengelola masalah atau situasi sulit dapat dianalogikan seperti mengurangi balon yang penuh dengan tekanan. Gali pengalaman peserta ( 10 Menit ) Fasilitator menyampai pesan kepada para peserta bahwa: Kita dapat memberikan bantuan dengan melakukan prinsip-prinsip Dukungan Psikologis Awal (DPA) atau PFA (Psychological First Aid). Apa itu PFA atau Dukungan Psikologis Awal? Dukungan Psikologis Awal merupakan serangkaian keterampilan yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari situasi sulit dan mencegah timbulnya gangguan kesehatan mental yang lebih buruk ( 5 Menit ) 6

15 KONEKSI ( 5 Menit ) 1. Fasilitator menayangkan film tentang DPA dalam konteks satuan pendidikan 2. Fasilitator meminta peserta untuk memberikan tanggapan terhadap video tersebut; ( 2 Menit ) 3. Fasilitator mengulas tentang keterampilan yang dibutuhkan: - Hadir - Empati - Komunikasi interpersonal (mendengar aktif/percakapan penguatan) Keterampilan memberikan dukungan: LIHAT DENGARKAN HUBUNGKAN (LOOK - LISTEN LINK) Kegiatan 3: Langkah Dukungan Psikologis Awal ( 50 menit ) Fasilitator mengawali topik Langkah Dukungan Psikologis Awal dengan membacakan cerita monyet dan ikan: Dahulu kala, ada seekor monyet yang baik hati dan suka menolong. Suatu hari ketika sedang bersantai di pinggir sungai, si monyet melihat seekor ikan berenang. Si ikan sangat menikmati berenang di sungai yang jernih. Si monyet tidak tahu bahwa si ikan senang berenang dan hidup di air, si monyet sangat khawatir si ikan akan tenggelam. Si monyet merasa kasihan dengan si ikan dan memutuskan mengeluarkan si ikan dari air. Si monyet meletakkan si ikan di tempat yang kering. Kemudian si monyet pergi mencari makanan yang akan diberikan kepada si ikan. Ternyata ketika si monyet kembali, si ikan telah mati. Si monyet menangis sedih. Si monyet bertanya apa yang salah dengan yang dilakukannya, si monyet hanya bermaksud untuk menolong si ikan. 7

16 Fasilitator kemudian bertanya kepada para peserta (braindstorming/ round robin): Pembelajaran apa yang bisa kita tarik dari cerita tentang seekor monyet yang berusaha menolong seekor ikan? Tampung dan rangkum semua jawaban peserta dan sampaikan bahwa: Untuk dapat memberikan dukungan yang tepat, kita harus memahami konteks situasi yang terjadi agar dukungan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan. Saat mengalami situasi sulit seseorang akan sangat sensitif terhadap perbuatan orang lain. Pemberian bantuan yang tidak sesuai konteks situasi dapat diartikan sebagai perbuatan yang tidak menyenangkan dan dapat memperparah dampak yang dialami sebagaimana cerita monyet dan ikan. Niat baik saja tidak cukup tanpa didukung pemahaman atas situasi yang terjadi. ( 5 Menit ) Fasilitator bertanya: Apakah para peserta mau menerima bantuan yang ditawarkan oleh orang yang tidak Anda kenal dan berpenampilan aneh? Dengan bantuan yang anda tidak tahu juga. Rangkum semua pendapat dan sampaikan pesan bahwa: Hubungan yang baik diperlukan untuk memberikan dukungan psikologis awal yang efektif. Bila hubungan baik sudah terbangun, proses pemberian dukungan akan berjalan dengan lancar dan tepat karena adanya rasa saling percaya. Tanpa adanya rasa saling percaya atau hubungan yang baik antara pemberi dukungan dan orang yang akan didukung, pemberian dukungan yang tepat akan sulit dilakukan.( 5 Menit ) Sampaikan pesan pada para peserta pada para peserta bahwa hal mendasar dari pemberian dukungan psikologis awal adalah dengan: Memberikan Rasa Aman dan Nyaman ( 5 Menit ) Sampaikan juga bahwa: Menghindarkan dari bahaya Menyediakan tempat yang aman Memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, minum, dan pakaian Menyediakan informasi yang dapat dipercaya 8

17 Tanyakan kepada peserta: Apa yang bisa kita lakukan secara psikologis untuk mendorong orang agar dia merasa NYAMAN dan berpikir dengan TENANG kembali? (brainstorming/round robin) Tampung semua cerita tersebut dan dirangkum bahwa setelah target rasa aman terpenuhi target selanjutnya adalah mendorong orang untuk berfungsi kembali, dia bisa berpikir relatif lebih jernih memahami situasi yang terjadi dan apa saja yang dapat dia lakukan untuk mengatasi masalah yang ada. Sampaikan juga bahwa tujuan mendorong keberfungsian adalah: Memberikan kenyamanan, menenangkan, dan mengupayakan kondisi yang lebih stabil Adapun hal-hal yang bisa dilakukan dalam rangka mendorong keberfungsian adalah sebagai berikut: Berikan perhatian melalui kata-kata dan perbuatan yang tidak menyakiti atau menyinggung perasaan orang yang ingin kita bantu. Ingat kembali keterampilan menanggapi : 1. Berbicara jelas dan bisa dimengerti 2. Tidak berusaha menasehati atau memberikan memberikan pendapat pribadi. 3. Merespon terhadap kemarahan dengan tenang, tidak dengan membela diri, marah atau sakit hati. 4. Hindari memotong atau menyela pembicaraan 5. Hindari kata-kata atau bahasa tubuh yang mengancam, menyalahkan, atau mempermalukan. Beri kesempatan peserta menceritakan kembali pengalaman apa yang mereka lakukan setelah mengalami situasi sulit. Pesan pembelajaran dari target membantu merencanakan tindak lanjut bahwa hal yang bisa kita lakukan adalah: mendorong orang untuk terlibat aktif dalam mengenali dan mengatasi masalahnya. 9

18 Fasilitator menanyakan kepada para peserta: Apakah DPA atau Dukungan Psikologis Awal saja sudah cukup? Apa yang perlu dilakukan selanjutnya? Rangkum semua jawaban peserta beserta layanan lain apa saja yang mereka butuhkan. Kemudian jelaskan: Perlu disadari bahwa PFA adalah layanan awal dimana tidak semua masalah bisa diselesaikan oleh seorang penyedia layanan. Oleh karena itu menjadi penting untuk menghubungkannya ke dalam layanan lain yang lebih kolaboratif. Hal yang perlu diperhatikan : 1. Rujuk pada penyedia layanan berdasarkan kebutuhan. 2. Sampaikan tentang berbagai layanan rujukan yang ada. 3. Libatkan dalam menentukan layanan mana yang akan dipilih. Kegiatan 4: Simulasi/Role Play ( 10 menit ) Fasilitator meminta peserta untuk mendemontrasikan mendengar aktif, membahas kegiatan bermain peran tersebut mengenai: (1) hal yang sudah baik yang sudah ditampilkan oleh pendengar, dan (2) hal yang masih bisa ditingkatkan lagi dari pendengar, serta (3) bagaimana respons pencerita terhadap pendengar. ( 5 Menit ) Fasilitator memberikan penjelasan tentang perbedaaan mendengar dan mendengar aktif Fasilitator memberikan penjelasan mengenai mendengar aktif (5 Menit): 1. Bagaimana melakukannya & apa manfaatnya 2. Mendengar aktif adalah dasar penting untuk membangun hubungan yang penting dalam membangun hubungan dengan orang yang kita akan kita bantu. 3. Dengan didengarkan orang akan merasa dimengerti dan diperhatikan. Dia akan merasa nyaman dan terbantu dengan kehadiran kita. 10

19 4. Mendengar itu mencakup aspek verbal dan non-verbal (atau bahasa tubuh) REFLEKSI ( 5 menit ) Fasilitator berperan sebagai narasumber untuk memberikan penguatan tentang PFA dan implementasinya di satuan pendidikan. PENGUATAN MANDIRI Fasilitator mendorong peserta untuk membaca bahan-bahan bacaan lainnya terkait DPA. 11

20 Catatan: 12

21 Catatan: 13

22 Catatan: 14

23

24 6 6 Sahabat Keluarga Sahabatkeluarga

PELAKSANAAN KELAS INSPIRASI. MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan

PELAKSANAAN KELAS INSPIRASI. MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran tahun 2016 : 60 kabupaten/kota) PELAKSANAAN KELAS INSPIRASI Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat

Lebih terperinci

MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan. (Sasaran Tahun 2016: 60 Kab/Kota) PENGASUHAN POSITIF

MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan. (Sasaran Tahun 2016: 60 Kab/Kota) PENGASUHAN POSITIF MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran Tahun 2016: 60 Kab/Kota) PENGASUHAN POSITIF Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KELUARGA DI ERA DIGITAL

PENDIDIKAN KELUARGA DI ERA DIGITAL MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran Tahun 2016: 60 Kab/Kota) PENDIDIKAN KELUARGA DI ERA DIGITAL Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat

Lebih terperinci

MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran tahun 2016: 60 Kab/Kota) RENCANA AKSI

MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran tahun 2016: 60 Kab/Kota) RENCANA AKSI MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran tahun 2016: 60 Kab/Kota) RENCANA AKSI Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERTEMUAN WALI KELAS DENGAN ORANG TUA/WALI

PELAKSANAAN PERTEMUAN WALI KELAS DENGAN ORANG TUA/WALI MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran tahun 2016 : 60 kabupaten/kota) PELAKSANAAN PERTEMUAN WALI KELAS DENGAN ORANG TUA/WALI Direktorat Pembinaan Pendidikan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS. MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan

KEBIJAKAN TEKNIS. MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran tahun 2016 : 60 kabupaten/kota) KEBIJAKAN TEKNIS Pelibatan Keluarga dan Masyarakat di Satuan Pendidikan Direktorat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KELAS ORANG TUA. MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan

PELAKSANAAN KELAS ORANG TUA. MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan MODUL BIMBINGAN TEKNIS Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga pada Satuan Pendidikan (Sasaran tahun 2016 : 60 kabupaten/kota) PELAKSANAAN KELAS ORANG TUA Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat

Lebih terperinci

MODUL BIMBINGAN TEKNIS

MODUL BIMBINGAN TEKNIS MODUL BIMBINGAN TEKNIS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA PADA SATUAN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT

Lebih terperinci

Menumbuhkan KARAKTER BERSAHABAT pada Anak

Menumbuhkan KARAKTER BERSAHABAT pada Anak Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Menumbuhkan KARAKTER BERSAHABAT pada Anak C3.2.SPOT.004 Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Menumbuhkan KARAKTER BERSAHABAT pada Anak C3.2.SPOT.004 Judul Buku Seri Pendidikan

Lebih terperinci

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Wahyu Cahyono hanyasatukata@yahoo.com / 0813 140 23 148 Tim Pengembang Dukungan Psikologis Awal Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Outline

Lebih terperinci

Mendampingi Anak Belajar Di Rumah

Mendampingi Anak Belajar Di Rumah C3.2.SPOT.005 Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Mendampingi Anak Belajar Di Rumah Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Mendampingi Anak Belajar Di Rumah C3.2.SPOT.005 Judul Buku Seri Pendidikan Orang Tua : Mendampingi

Lebih terperinci

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Yogyakarta, 11 Februari 2017 Wahyu Cahyono hanyasatukata@yahoo.com Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI Diskusi Jika kita mengalami situasi sulit

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN TANGGUNG JAWAB PADA ANAK C3.2.SPOT.010

MENGEMBANGKAN TANGGUNG JAWAB PADA ANAK C3.2.SPOT.010 MENGEMBANGKAN TANGGUNG JAWAB ANAK PADA C3.2.SPOT.010 MENGEMBANGKAN TANGGUNG JAWAB ANAK PADA Judul Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Mengembangkan Tanggung Jawab Pada Anak Cetakan Pertama Desember 2016 CATATAN:

Lebih terperinci

Menumbuhkan Minat Baca Anak

Menumbuhkan Minat Baca Anak Seri Pendidikan Orang Tua KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Menumbuhkan Minat Baca Anak Untuk Keluarga Dengan Anak Usia Dini C3.2.SPOT.030 Seri Pendidikan Orang Tua Menumbuhkan

Lebih terperinci

Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Mengelola. Sumber Daya Keluarga C3.2.SPOT.008

Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Mengelola. Sumber Daya Keluarga C3.2.SPOT.008 Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Mengelola Sumber Daya Keluarga C3.2.SPOT.008 Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Mengelola Sumber Daya Keluarga C3.2.SPOT.008 Judul Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Mengelola

Lebih terperinci

Mendampingi Anak Ketika Bermasalah

Mendampingi Anak Ketika Bermasalah Seri Pendidikan Orang Tua KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Mendampingi Anak Ketika Bermasalah C3.2.SPOT.021 Seri Pendidikan Orang Tua Mendampingi Anak Ketika Bermasalah Kementerian

Lebih terperinci

Seri Pendidikan Orang Tua Mendampingi Anak Siap Belajar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA C3.2.SPOT.029

Seri Pendidikan Orang Tua Mendampingi Anak Siap Belajar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA C3.2.SPOT.029 Seri Pendidikan Orang Tua Mendampingi Anak Siap Belajar C B A KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA A B C3.2.SPOT.029 C Seri Pendidikan Orang Tua Mendampingi Anak Siap Belajar Kementerian

Lebih terperinci

Judul Buku Seri Pendidikan Orang Tua : Menumbuhkan Sikap Toleran pada Anak Cetakan Pertama Desember 2016

Judul Buku Seri Pendidikan Orang Tua : Menumbuhkan Sikap Toleran pada Anak Cetakan Pertama Desember 2016 Judul Buku Seri Pendidikan Orang Tua : Menumbuhkan Sikap Toleran pada Anak Cetakan Pertama Desember 2016 CATATAN: Buku ini merupakan buku untuk pegangan orang tua yang dipersiapkan Pemerintah dalam upaya

Lebih terperinci

MENDAMPINGI ANAK MENGHADAPI BAHAYA PORNOGRAFI

MENDAMPINGI ANAK MENGHADAPI BAHAYA PORNOGRAFI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA No: C3.2.SPOT.012 Seri Pendidikan Orang Tua: MENDAMPINGI ANAK MENGHADAPI BAHAYA PORNOGRAFI A B Seri Pendidikan Orang Tua MENDAMPINGI ANAK MENGHADAPI

Lebih terperinci

Keluarga Hebat Tanpa Narkoba

Keluarga Hebat Tanpa Narkoba Seri Pendidikan Orang Tua KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Keluarga Hebat Tanpa Narkoba C3.2.SPOT.026 Seri Pendidikan Orang Tua Keluarga Hebat Tanpa Narkoba Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP

UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP Pendahuluan Pembelajaran di dalam kelas, pada dasarnya dimaksudkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2018 PEDOMAN PELAKSANAAN DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL DI SATUAN PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2018 PEDOMAN PELAKSANAAN DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL DI SATUAN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2018 PEDOMAN PELAKSANAAN DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL DI SATUAN PENDIDIKAN Judul: PEDOMAN PELAKSANAAN DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL DI SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI. : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan

MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI. : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan LAMPIRAN 1. Informed Consent 152 153 154 LAMPIRAN 2. Modul Psikoedukasi 155 MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI Sesi 1 Tema Tujuan : ice breaking : Menjalin rapport

Lebih terperinci

Menanamkan Hidup Sederhana

Menanamkan Hidup Sederhana Buku Seri Pendidikan Orang Tua Menanamkan Hidup Sederhana 5 5 C3.2.SPOT.006 Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Menanamkan Hidup Sederhana 5 5 C3.2.SPOT.006 Judul Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Menanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang memiliki pengetahuan,

Lebih terperinci

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS TUJUAN Memahami pengertian bencana dan krisis Memahami penyebab terjadinya bencana Mengidentifikasi proses terjadinya bencana Mengidentifikasi respons individu terhadap

Lebih terperinci

PB 1. Visi Undang-undang Desa

PB 1. Visi Undang-undang Desa PB 1 Visi Undang-undang Desa SPB 1.1. Visi Perubahan Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan visi UU Desa tentang perubahan desa yang maju, kuat, mandiri, berkeadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN

PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKem) Waktu: 2 jam A. PENGANTAR Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan.

Lebih terperinci

Dicky Pelupessy Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI. Sesi Pembelajaran Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB) 29 November 2011

Dicky Pelupessy Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI. Sesi Pembelajaran Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB) 29 November 2011 Dicky Pelupessy Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI Sesi Pembelajaran Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB) 29 November 2011 Intervensi Psikososial Intervensi yang menekankan hubungan yang dinamis antara

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA PADA SATUAN PENDIDIKAN

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA PADA SATUAN PENDIDIKAN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH Pendahuluan Pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan profesional yang berfungsi sebagai unsur pelaksana supervisi pendidikan yang mencakup supervisi

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KEMITRAAN SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DENGAN KELUARGA DAN MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS KEMITRAAN SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DENGAN KELUARGA DAN MASYARAKAT PETUNJUK TEKNIS KEMITRAAN SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DENGAN KELUARGA DAN MASYARAKAT Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran adalah suatu hal yang penting dalam sebuah pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti pembelajaran yang dapat menjadi

Lebih terperinci

KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA

KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM

Lebih terperinci

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT Modul Pelatihan MODUL MP-1 BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC) I. DESKRIPSI SINGKAT Dalam suatu pelatihan terutama pelatihan dalam kelas, bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

PELIBATAN KELUARGA DI SATUAN PENDIDIKAN

PELIBATAN KELUARGA DI SATUAN PENDIDIKAN PELIBATAN KELUARGA DI SATUAN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAN PENDIDIKAN KELUARGA 2016 Refleksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang memaparkan uraian masing-masing siklus, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

Lebih terperinci

PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN

PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN Pebruari 2013 Modul Pelatihan Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bagian ini akan dijelaskan berbagai uraian tentang pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2. Analisis data berdasrkan pengamatan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA Ramtia Darma Putri tyadhuarrma27@gmail.com Universitas PGRI Palembang Erfan Ramadhani erfankonselor@gmail.com

Lebih terperinci

UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS

UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS Pendahuluan Dalam banyak kesempatan, ide-ide perubahan pembelajaran telah dikenalkan. Akan tetapi, ide tersebut seakan-akan hanya

Lebih terperinci

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik.

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik. UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? (Unit 7 ini khusus untuk Pelatihan Fasilitator) UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? Pendahuluan Guru seringkali mengalami kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, berakhlak

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 3 : Tugasku Sebagai Umat Beragama Pembelajaran Ke : 6 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS KELOMPOK EXAMPLE NON EXAMPLE. Mata Kuliah: METODE PEMBELAJARAN. Dosen Pengampu: Ahmad Nasir Aribowo, M.Pd.

MAKALAH TUGAS KELOMPOK EXAMPLE NON EXAMPLE. Mata Kuliah: METODE PEMBELAJARAN. Dosen Pengampu: Ahmad Nasir Aribowo, M.Pd. MAKALAH TUGAS KELOMPOK EXAMPLE NON EXAMPLE Mata Kuliah: METODE PEMBELAJARAN Dosen Pengampu: Ahmad Nasir Aribowo, M.Pd. Disusun oleh: Rizma Alifatin (14144600176) Arif Rahman (14144600180) Tutut Widyanti

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA PELATIHAN (RBPMP)

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA PELATIHAN (RBPMP) RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA PELATIHAN (RBPMP) 1 Nama Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan V 2 Mata Pelatihan : Dinamika Kelompok 3 Alokasi Waktu : 6 Jam Pelajaran / 2 sesi = 270

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 2 : Tugasku Sehari-Hari di Sekolah Pembelajaran Ke : 4 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN

BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN Pokok Bahasan Perkenalan dan Kontrak Belajar Langkah-langkah Fasilitasi Perkenalan Langkah-langkah Fasilitasi Kontrak Belajar Penulis Muchtadlirin Penyelia Tulisan Fahsin M.

Lebih terperinci

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN SD Negeri 02 Wuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan kediriannya agar menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri,

Lebih terperinci

Program Subdit Pendidikan Anak dan Remaja. Yogyakarta, 9-12 Februari

Program Subdit Pendidikan Anak dan Remaja. Yogyakarta, 9-12 Februari Program Subdit Pendidikan Anak dan Remaja Yogyakarta, 9-12 Februari 2 Fungsi Subdit Pendidikan Anak dan Remaja (a) penyusunan bahan perumusan, koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan

Lebih terperinci

Setelah mengikuti sesi ini, pengawas diharapkan mampu: Mengenali pelaksanaan supervisi yang lebih baik

Setelah mengikuti sesi ini, pengawas diharapkan mampu: Mengenali pelaksanaan supervisi yang lebih baik UNIT 5a PENDAMPINGAN UNIT 5a PENDAMPINGAN Pendahuluan Pengawas Mata Pelajaran (selanjutnya disebut Pengawas) mempunyai posisi dan peran yang sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Pengawas adalah

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS PENGUATAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA PADA SATUAN PENDIDIKAN

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS PENGUATAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA PADA SATUAN PENDIDIKAN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS PENGUATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

FORMULIR CATATAN ASESMEN PESERTA DIDIK

FORMULIR CATATAN ASESMEN PESERTA DIDIK Hari/tanggal : Nama sekolah : Data Diri Peserta didik Nama : L/P Tempat, tanggal lahir : (Usia: ) Kelas : Dukungan Sosial Hubungan dengan wali murid (termasuk orang tua apabila peserta didik tidak tinggal

Lebih terperinci

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3 UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGJAR UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGAJAR Pendahuluan Persiapan dan praktik mengajar adalah salah satu unit yang penting dalam setiap tahapan pelatihan. Unit ini memberikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 1 : Bermain di Lingkungan Rumah Pembelajaran Ke : 3 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan manusia menuju kedewasaan (KH. Dewantara dalam Djumali dkk, 2011: 2). Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyararakat

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyararakat i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyararakat Tim Penyusun Petunjuk Teknis Kemitraan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan Keluarga dan Masyarakat Pengarah Ir.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 4 : Tugasku Dalam Kehidupan Sosial Pembelajaran Ke : 1 : 1 x Pertemuan (6 x 35

Lebih terperinci

Seri Pendidikan Orang Tua KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA AYO, BANTU ANAK HINDARI PERUNDUNGAN C3.2.SPOT.

Seri Pendidikan Orang Tua KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA AYO, BANTU ANAK HINDARI PERUNDUNGAN C3.2.SPOT. Seri Pendidikan Orang Tua KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA AYO, BANTU ANAK HINDARI PERUNDUNGAN C3.2.SPOT.025 Seri Pendidikan Orang Tua Ayo, Bantu Anak Hindari Perundungan Kementerian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1220, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Taruna. Siaga Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM TARUNA SIAGA BENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan sebagai wahana yang digunakan untuk mencerdaskan dan memberikan perubahan kehidupan bagi siswa yang bersifat progresif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Setiap aktivitas yang

Lebih terperinci

BLUEPRINT SKALA KECEMASAN TMAS

BLUEPRINT SKALA KECEMASAN TMAS BLUEPRINT SKALA KECEMASAN TMAS Aspek Favorable Unfavorable Fisiologis 2. Saya terganggu oleh serangan mual 8. Saya sering melihat tangan saya gemetar ketika saya mencoba untuk melakukan sesuatu 10. Saya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP Negeri 3 Pajangan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP Negeri 3 Pajangan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP Negeri 3 Pajangan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) : VII/I : Berkomitmen Terhadap

Lebih terperinci

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA Letkol Laut (K/W) drg. R. Bonasari L.T, M.Si Dikum Terakhir : Magister Sains Psikologi UI Jakarta Dikmil Terakhir

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Piyungan : Prakarya (kerajinan) : VIII / Ganjil : Kerajinan dari Bahan Alam. :

Lebih terperinci

Cara Penyampaian Materi Aku Cerdas Berinternet

Cara Penyampaian Materi Aku Cerdas Berinternet KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA Cara Penyampaian Materi Aku Cerdas Berinternet Tujuan : 1. Memberikan pemahaman tentang bermain games yang sesuai dengan usia

Lebih terperinci

WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IV WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN WORKSHOP ANALISIS DATA 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II Modul PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Modul Pelatihan Praktik

Lebih terperinci

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Pendahuluan Oleh Dinar dan Ahmad Juanda: Latifa Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS 2010 FIS UNY Sejatinya pendidikan merupakan

Lebih terperinci

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2 KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN Nama Sekolah : SDN MANUKAN KULON Kelas / Semester : V / 2 Nama Guru NIP / NIK : EKO BUDIYONO

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan :... Kelas / Semester : III (Tiga) / 2 Tema / Topik : Menjaga Kelestarian Lingkungan Petemuan ke : 1 Alokasi Waktu : 1 Hari A. KOMPETENSI INTI 1.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK. : Kerajinan dari Bahan Tekstil (Kai Flanel).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK. : Kerajinan dari Bahan Tekstil (Kai Flanel). RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Piyungan : Prakarya (kerajinan) : VIII / Ganjil : Kerajinan dari Bahan Tekstil

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK 00 LATAR BELAKANG Social Mapping, Pemetaan Sosial atau Pemetaan Masyarakat yang dilakukan oleh anak dimaksudkan sebagai upaya anak menyusun atau memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan merupakan aspek terpenting dalam usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pembangunan

Lebih terperinci

PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H

PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H DIREKTORRAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP Negeri 3 Pajangan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP Negeri 3 Pajangan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP Negeri 3 Pajangan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) : VII/I : Berkomitmen terhadap

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 4 : Tugasku Dalam Kehidupan Sosial Pembelajaran Ke : 5 : 1 x Pertemuan (6 x 35

Lebih terperinci

Mei 2017 Undangan Doa Topik: Formasi Spiritual Menyediakan Ruang Bagi Tuhan 11 Mei 2017

Mei 2017 Undangan Doa Topik: Formasi Spiritual Menyediakan Ruang Bagi Tuhan 11 Mei 2017 Mei 2017 Undangan Doa Topik: Formasi Spiritual Menyediakan Ruang Bagi Tuhan 11 Mei 2017 Bergabunglah bersama YWAMers di seluruh dunia dalam berdoa dan mendengar dari Tuhan. Ia telah mengundang Anda! Menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks kenegaraan, penyelenggaraan pendidikan diatur dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 2004. Dalam Undang-Undang tersebut, pendidikan diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 4 : Tugasku Dalam Kehidupan Sosial Pembelajaran Ke : 2 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP?

UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? (Unit 8 ini khusus untuk Pelatihan Fasilitator) UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? Pendahuluan Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan bangsa dan negara. Agar keberlangsungan bangsa dan negara dapat tercapai, maka

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN UNIT 6 9.2 Memberi komentar tentang isi pidato/ ceramah/ khotbah 10.2 Menerapkan prinsip-prinsip diskusi 15.2 Membandingkan karakteristik novel angkatan 20-30 an 16.2 Menulis naskah drama berdasarkan peristiwa

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SMK PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci