SINTESIS DAN ANALISIS STRUKTUR KRISTAL SENYAWA N-123 DAN NY-123
|
|
- Yohanes Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PENELITIAN MANDIRI JUDUL PENELITIAN SINTESIS DAN ANALISIS STRUKTUR KRISTAL SENYAWA N-123 DAN NY-123 OLEH : Dr. Drs. Wayan Gede Suharta, M.Si. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA Januari, 2016
2
3 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL. i HALAMAN PENGESAHAN.. ii DAFTAR ISI. iii DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR TABEL. v ABSTRAK.... vi ABSTRACT vii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian.. 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 5 BAB IV. HASIL PENELITIAN Pola difraksi sinar-x superkonduktor Y-123 dan NY Proses Pencocokan Puncak Difraksi (Search Match) Penghalusan Pola Difraksi (Refinement) BAB V. KESIMPULAN.. 26 DAFTAR PUSTAKA.. 27
4 ABSTRAK Pada penelitian ini telah diteliti sintesis dan analisis struktur kristal senyawa Y-123 dan NY-123 dengan menggunakan metode pencampuran basah. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan sampel Y-123 dan NY-123 dengan kemurnian tinggi dan mengetahui keterkaitan jumlah atom dalam bidang kristal terhadap intensitas yang dihasilkan. Langkah-langkah penelitian meliputi : penimbangan bahan awal esuai dengan komposisi nominal, kemudian dilarutkan dengan HNO 3. Dilanjutkan dengan proses kalsinasi pada 600 o C selama 3 jam dan sintering pada suhu 970 o C selama 10 jam. Semua proses ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA UNUD. Karakterisasi yang dilakukan adalah X-ray Diffraction (XRD), kemudian dilakukan pencocokan puncak difraksi (search match) dan penghalusan pola difraksi (refinement). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penambahan Nd pada senyawa superkonduktor Y-123 mengakibatkan pergeseran puncak ke arah sudut 2θ lebih kecil atau pergeseran puncak ke arah d hkl lebih besar. Sintesis sampel Y-123 dan NY-123 pada suhu sintering 970 o C selama 10 jam masih menyisakan fasa impuritas berupa BaCUO 2 dan BaNd 2 O 4 atau BaY 2 O 4 dengan intensitas relatif kecil yaitu antara %. Jumlah atom yang terdapat pada bidang d hkl sesuai dengan besarnya intensitas yang dihasilkan dari masing-masing puncak difraksi. Kata Kunci : metode pencampuran basah, XRD, search match, refinement ABSTRACT In this study has investigated the synthesis and analysis of the crystal structure of the compound of Y-123 and NY-123 by using a wet mixing method. The purpose of this research is to produce samples of Y-123 and NY-123 with high purity and determine relevance number of atoms in the crystal planes to the intensity generated. Research steps include: weighing the starting materials follows nominal composition, then dissolved with HNO 3. Followed by calcination at 600 o C for 3 hours and sintering at a temperature of 970 o C for 10 hours. All this process is carried out in the Laboratory of Material Physics Department of Physics, UNUD. Characterization is done is X-ray Diffraction (XRD), then the matching of diffraction peaks (search match) and smoothing the diffraction pattern (refinement). The result showed that the addition of Nd at a compound superconducting Y-123 resulted in a shift in the peak toward smaller 2θ angle or peak shift toward greater d hkl. Synthesis sample Y-123 and NY-123 at the sintering temperature of 970 o C for 10 hours to spare in the form of an impurity phase BaCuO 2 and BaNd 2 O 4 or BaY 2 O 4 with relatively small intensity of between %. The number of atoms contained in d hkl field in accordance with the magnitude of the resulting intensity of each diffraction peak. Keywords : wet mixing method, XRD, search match, refinement
5 PRAKATA Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatnya maka penelitian Mandiri ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penelitian dengan judul Sintesis dan Analisis Struktur Kristal Senyawa Y-123 dan NY- 123 dilakukan dengan biaya sendiri mengingat pentingnya permasalahan yang diangkat pada penelitian ini. Keberhasilan tersebut tentu saja tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami menghaturkan banyak-banyak terimakasih kepada : 1. Dekan Fakultas MIPA yang telah mengijinkan untuk melakukan penelitian 2. Ketua Lemlit Universitas Udayana yang telah mengijinkan untuk melakukan penelitian 3. Teman-teman yang sudah membantu kelancaran penelitian ini, baik secara spiritual maupun material Mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, bagi bangsa dan rakyat Indonesia, khususnya bagi civitas akademika. Penulis
6 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneliti tertarik dengan penelitian superkonduktor Y-123 dan NY-123 mengingat aplikasi bahan tersebut sangat luas, seperti untuk superconducting quantum interference device, magnetic levitation, dan lain-lain. Permasalahannya adalah suhu kritis (T c ), rapat arus kritis (J c ) dan medan magnetik kritis (H c ) masih sangat rendah sehingga belum bisa diaplikasikan. Disamping itu senyawa dengan homogenitas tinggi dan menghasilkan sampel dengan fasa tunggal maupun kristal tunggal masih sulit dilakukan sampai saat ini. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa superkonduktor Y-123 dan NY-123 dengan metode pencampuran basah untuk menghasilkan sampel dengan homogenitas tinggi dan sampel dalam bentuk kristal tunggal Permasalahan Berdasarkan uraian di atas maka dapat diangkat beberapa permasalahan yaitu : 1. Bagaimana perubahan struktur kristal senyawa Y-123 dengan penambahan unsur Nd. 2. Bagaimana keterkaitan intensitas puncak difraksi terhadap struktur kristal Y-123 dan NY Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan sampel Y-123 dan NY-123 dengan homogenitas tinggi dan struktur kristal tunggal. Disamping itu untuk memahami keterkaitan antara intensitas puncak difraksi dengan struktur kristal.
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suatu bahan dapat dikatakan sebagai bahan superkonduktor, apabila mempunyai resistivitas nol atau konduktivitas tak terhingga pada suhu di bawah suhu kritis ( = 0 pada T Tc, atau = ~ ). Salah satu superkonduktor suhu tinggi adalah superkonduktor keramik YBa 2 Cu 3 O 6+x (Y-123). Sifat-sifat superkonduktor keramik sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen yang terdapat dalam senyawa tersebut. Kandungan oksigen ditentukan oleh perlakuan pada proses pembuatannya. Superkonduktor sistem YBa 2 Cu 3 O 6+x mempunyai dua struktur yaitu struktur tetragonal (0 x 0.5) yang bersifat semikonduktor dan struktur orthorhombik (1 x 0.5) yang bersifat superkonduktor. Secara mikroskopik, struktur kristal YBa 2 Cu 3 O 6+x adalah tri- Perovskite non-stoikiometrik dengan struktur idealnya adalah YBa 2 Cu 3 O 7 (Chatterji 2006). Struktur kristal YBa 2 Cu 3 O 6+x terdiri dari lapisan CuO x, BaO, CuO 2, Y, CuO 2, BaO, dan CuO x. Lapisan CuO x disebut lapisan basal dimana terdapat oksigen nonstoikiometri. Untuk x = 0 bidang basal hanya terdiri dari atom Cu. Posisi oksigen (yang disebut O4 dan O5) kosong. Untuk x = 1, posisi O5 kosong, tetapi posisi O4 mengubah lapisan menjadi bidang Cu-O sepanjang sumbu b. Proses doping sangat berpengaruh dalam lapisan CuO x. Valensi atom Cu (posisi Cu1) dalam bidang basal untuk x = 0 adalah Cu 1+ sedangkan valensi ion Cu (posisi Cu2) dalam lapisan ganda CuO 2 adalah Cu 2+. Dengan penambahan jumlah oksigen, akan terjadi perubahan terbesar dalam keadaan oksidasi pada atom Cu dalam bidang basal CuO x dan keadaan oksidasi dari ion Cu ini berkisar antara +2 dan +3. Gambar struktur kristal superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 6+x diperlihatkan pada Gambar 2.1. Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik dengan orde panjang gelombang 0,5-2,5. Sumber sinar-x adalah elektron yang dihasilkan oleh filamen dengan sumber tegangan rendah. Elektron-elektron tersebut kemudian dipercepat oleh tegangan tinggi sehingga memperoleh energi kinetik yang sangat besar. Pada saat menumbuk anoda, elektron-elektron tersebut akan melepaskan energi kinetiknya dan sebagian kecil dari energi tersebut akan berubah menjadi energi gelombang elektromagnetik yang disebut sebagai sinar-x.
8 c b a Gambar 3.1. Struktur kristal sampel YBa 2 Cu 3 O 7- Difraksi sinar-x adalah suatu metode yang digunakan untuk mengamati struktur atom suatu senyawa padatan, yang berkaitan dengan sifat gerak gelombang. Apabila berkas sinar-x dijatuhkan pada cuplikan, maka hamburan koheren yang terjadi pada arah sudut-sudut tertentu, sesuai dengan perumusan Bragg : 2 d(hkl) sin θ (hkl) = λ dengan d(hkl) adalah jarak antar bidang Miller, λ adalah panjang gelombang sinar-x dan θ adalah sudut hamburan. Hamburan Thomson untuk satu electron dinyatakan dengan differential cross section d ( s ), yang merepresentasikan probabilitas sinar-x terhambur dalam detektor yang d didefinisikan sebagai :
9 2 d s I er 2 1 cos re d I o 2 2 dengan I e menyatakan intensitas sinar-x yang dihamburkan, I o intensitas sinar-x datang, r e adalah jari-jari elektron, (1+cos 2 θ) adalah faktor polarisasi (Agarwal 1991). Berkas sinar-x yang dihamburkan oleh cuplikan bergantung pada resultan gelombang hambur oleh seluruh atom di dalam sel satuan yang disebut sebagai faktor struktur geometri F. Sehingga differential cross section dapat ditulis sebagai : d c d r 2 e 1 cos 2 dan faktor struktur (F) dinyatakan dengan : N F f e 1 2i 2 hukvlw F( k) dengan f adalah faktor hamburan atom, N jumlah atom dalam sel satuan dan (uvw) menyatakan koordinat atom dalam sel satuan. 2 Selain itu ada beberapa faktor yang berperan dalam menentukan intensitas sinar-x yang dihamburkan, antara lain faktor multiplisitas, absorpsi, suhu dan faktor polarisasi Lorentz. Dengan memperhitungkan seluruh faktor-faktor tersebut, secara umum intensitas pola difraksi yang dihasilkan oleh pantulan Bragg dapat dituliskan sebagai berikut (Gullity 1978): I oe I 2 m c 3 A 1 F 2 32r v cos 2 e p 2 sin cos 2 4 M 2 4 dengan e adalah muatan elektron, m massa elektron, c kecepatan cahaya, λ panjang gelombang sinar-x, A penampang lintang sinar datang, r jari-jari difraktometer, p faktor multiplisitas, v volume sel satuan, F faktor struktur, e -2M faktor suhu dengan M = B sin 2 θ/λ 2, B faktor Debye- Waller, μ koefisien absorpsi linier, θ sudut hamburan Bragg.
10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan-bahan yang digunakan adalah Y 2 O 3 (99,9 %), Nd 2 O 3 (99,9 %), BaCO 3 (99,9 %) dan CuO(99,9 %). Langkah-langkah proses sintesis : 1. Bahan awal penyusun ditimbang sesuai dengan komposisi molar atau komposisi berat senyawa. 2. Proses pencampuran basah : a. Masing-masing senyawa dicampur dengan HNO 3 menjadi satu dan diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai mengerak. b. Senyawa dalam bentuk kerak dipanaskan pada suhu 100 o C selama satu jam sehingga diperoleh senyawa kering. 3. Senyawa tersebut di kalsinasi pada suhu 600 o C selama 3 (tiga) jam. 4. Proses sintering dilakukan pada suhu dari 970 o C selama 10 jam. 5. Sampel yang telah berhasil disintesis dikarakterisasi menggunakan : a. X-ray difraction (XRD). b. Kemudian dilakukan pencocokan puncak difraksi (search match). c. Selanjutnya dilakukan penghalusan pola difraksi (refinement). Proses sintesis secara lengkap, mulai dari penimbangan bahan, proses pencampuran basah, kalsinasi dan sintering diperlihatkan pada Gambar 3.1.
11 . Penimbangan Bahan Awal (Y 2 O 3, Nd 2 O 3, BaCO 3, CuO) Masing-masing bahan awal dicampur dengan nitric acid dan diaduk sampai mengerak Senyawa dipanaskan pada suhu 100 o C selama 1 jam Kalsinasi pada suhu 600 o C selama 3 jam Sintering pada suhu (970 o C) Karakterisasi XRD Search match Refinement Gambar 3.1. Diagram alir proses sintesis superkonduktor Gd 1-x La x Ba 2 Cu 3 O 7-δ
12 Intensitas (arbitrary units) BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Pola difraksi sinar-x superkonduktor Y-123 dan NY-123 Hasil karakterisasi XRD sampel Y-123 dan NY-123, diperlihatkan pada Gambar 4.1. Dari gambar terlihat puncak-puncak tajam yang menandakan bahwa sampel yang telah disintesis dengan menggunakan metode pencampuran basah dan di sintering pada suhu 970 o C selama 10 (sepuluh) jam, sudah mengkristal dengan baik. Hasil karakterisasi memperlihatkan puncakpuncak sebagai hubungan antara intensitas dengan d hkl (jarak antar bidang). NY-123 Y d (A o ) Gambar 4.1. Pola difraksi sinar-x (CuK radiation) sampel Y-123 dan NY-123
13 Intensitas (arbitrary unit) Gambar 4.1. memperlihatkan spektrum secara global, dimana secara kasat mata terlihat bahwa masing-masing puncak yang dihasilkan hampir berada pada jarak antar bidang (d hkl ) yang sama untuk sampel Y-123 dan NY-123. Akan tetapi perbedaan antara dua sampel tersebut akan terlihat dengan jelas apabila dilakukan pemfokusan terhadap hanya pada satu puncak tertentu. Sperti terlihat pada Gambar 4.2, yang merupakan hasil pola difraksi sinar-x (CuK radiation) sampel Y-123 dan NY-123 pada d hkl antara 2.65 dan 2.90 Å. Spektrum tersebut memperlihatkan pergeseran puncak, dimana harga d hkl untuk sampel NY-123 lebih besar dibandingkan sampel Y Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan jari-jari ion Y 3+ dan Nd 3+, dimana jari-jari ion Y 3+ (104 pm) lebih kecil dibandingkan jari-jari ion Nd 3+ (112.3 pm) (Shannon 1976). Secara teori, diketahui hubungan rumusan Bragg : n 2d sin dan 1 h k l d 2 2 a b c 2 hkl dimana λ adalah panjang gelombang sinar datang, d adalah jarak antar bidang, θ adalah sudut sinar datang, (hkl) adalah indeks Miller dan (a, b, c) adalah besaran sel satuan ke arah sumbu x, y dan z. Jari-jari ion atau atom yang membentuk satu sel satuan akan mempengaruhi besaran sel satuan a, b dan c. Semakin kecil jari-jari atom maka besaran sel satuan juga semakin kecil dan dari hubungan rumusan Bragg mengakibatkan nilai θ menjadi semakin besar dan jarak antar bidang d hkl menjadi semakin kecil d (A o ) Gambar 4.2. Pola difraksi sinar-x (CuK radiation) sampel Y-123 dan NY-123 pada d antara 2.65 dan 2.90 Å
14 Intensitas (arbitrary units) Semua puncak yang muncul mengalami pergeseran sudut 2θ atau pergeseran jarak antar bidang d hkl seperti terlihat pada hasil pola difraksi sinar-x sampel NY-123 pada d hkl antara 1.54 dan 1.64 Å (Gambar 4.3) d (A o ) Gambar 4.3. Pola difraksi sinar-x (CuK radiation) sampel Y-123 dan NY-123 pada d antara 1.54 dan 1.64 Å 4.2. Proses Pencocokan Puncak Difraksi (Search Match) Secara umum setiap sampel memperlihatkan puncak tajam yang mengindikasikan bahwa sampel sudah mengkristal dengan baik, walaupun di beberapa sudut masih memperlihatkan adanya penumpukan (overlapping) maupun puncak yang belum terpisah secara sempurna. Pola difraksi sinar-x hampir sama untuk semua sampel, baik posisi sudut 2θ, maupun intensitasnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa komposisi kimia dari campuran senyawa awal sudah sesuai dengan komposisi kimia yang diharapkan. Untuk mengamati fasa-fasa yang terkandung dalam sampel superkonduktor dilakukan proses pencocokan puncak difraksi dengan mengacu pada referensi database puncak menggunakan program Match. Pada kasus ini pencocokan agak sulit dilakukan karena belum tersedianya referensi PDF untuk sampel yang sesuai dengan komposisi awal bahan yang disintesis pada penelitian ini. Oleh karena itu proses pencocokan dilakukan dengan mengacu pada dua PDF, yaitu untuk sistem Nd-123 dan Y-123.
15 Untuk sistem NY-123 pencocokan mengacu pada PDF dengan nomor (Antipov, 1994) dengan rumus senyawa NdBa 2 Cu 3 O 6.88 yang mempunyai struktur kristal ortorombik, grup ruang Pmmm (47), dengan parameter kisi a (3,8214 ), b (3,8877 ) dan c (11,693 ). PDF nomor (Shpanchenko, 1988) dengan rumus senyawa NdBa 2 Cu 3 O 7-x yang mempunyai struktur kristal tetragonal, dan parameter kisi a ( ) dan c (11,709 ). PDF nomor (Wong-Ng, 1987) dengan rumus senyawa BaCuO 2, grup ruang Im3m (229), struktur kristal cubic dengan parameter kisi a (18.29 ). PDF nomor (Wong-Ng, 1991) dengan rumus senyawa BaNd 2 O 4, grup ruang Pnam (62), struktur kristal ortorombik, dan parameter kisi a ( ), b (12.45 ), dan c (3,6039 ). Hasil pencocokan puncak difraksi sampel NY-123 diperlihatkan pada Gambar 4.6 dan untuk sampel Y-123 diperlihatkan pada Gambar 4.7. Gambar 4.6. Hasil pencocokan puncak difraksi sampel NY-123
16 Untuk sampel Y-123 mengacu pada PDF nomor (Kaduk, 1994), dengan rumus senyawa NdBa 2 Cu 3 O 6+x, grup ruang Pmmm (47), struktur kristal ortorombik dengan parameter kisi a ( ), b ( ), dan c (11,7743 ). PDF nomor (Chen, 1995), dengan rumus senyawa NdBa 2 Cu 3 O 6, grup ruang P4/mmm (123), struktur kristal tetragonal dengan parameter kisi a (3.903 ) dan c (11,8342 ). PDF nomor (Wong-Ng, 1988), dengan rumus senyawa YBa 2 Cu 3 O 6, grup ruang P4/mmm (123), struktur kristal tetragonal dengan parameter kisi a ( ) dan c ( ). Intensitas tertinggi muncul pada puncak dengan indeks Miller (110), dengan intensitas 2115 cps pada sampel YBa 2 Cu 3 O 7-. Secara keseluruhan fasa NdY-123 dengan struktur ortorombik dan grup ruang Pmmm telah mendominasi puncak-puncak difraktogram. Pada daerah 2θ antara o masih terdeteksi kemunculan fasa impuritas berupa fasa BaCuO 2 dan fasa BaNd 2 O 4 dengan intensitas kecil. Gambar 4.7. Hasil pencocokan puncak difraksi sampel Y-123
17 Nilai prosentase fraksi berat fasa Nd x Y 1-x -123 dan fasa impuritas pada suhu sintering 970 o C selama 10 jam diperlihatkan pada Tabel 4.1. Fraksi berat dihitung dengan menggunakan rumus : FB I S IS I imp dimana : FB = Fraksi Berat I S = intensitas fasa superkonduktor I imp = intensitas fasa impuritas Tabel 4.1. Nilai prosentase fraksi berat fasa Nd x Y 1-x -123 dan fasa impuritas pada suhu rekalsinasi 970 o C Sampel Fraksi Berat (%) Nd x Y 1-x -123 BaCuO 2 BaNd 2 O 4 atau BaY 2 O 4 Nd 0,5 Y 0, ,8 1,9 1,3 Y ,6 2,1 1, Penghalusan Pola Difraksi (Refinement) Penghalusan pola difraksi (refinement) dilakukan dengan analisis Rietveld menggunakan program FullProf. Penghalusan pola difraksi dengan analisis Rietveld adalah sebuah metode pencocokan tak linier kurva pola difraksi terhitung (model) dengan pola difraksi terukur yang didasarkan pada data struktur kristal dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least squares). Analisa Rietveld tidak lain adalah problema optimasi fungsi non-linier dengan pembatas (constrains) atau dalam bahasa matematik dinyatakan sebagai berikut : f (x) = w i [ y i (o) y i (c)] 2 dengan menunjukkan penjumlahan yang dilakukan terhadap semua titik pada pola difraksi mulai dari titik ke-i hingga ke-n. Sedangkan w i = 1/y i (o) adalah faktor bobot (weighting factor), sedangkan y i (o) dan y i (c) berturut-turut adalah intensitas terukur pada titik data ke-i dan nilai intensitas terhitung.
18 Ukuran yang menunjukkan derajat persesuaian antara profil difraksi hasil perhitungan dan profil difraksi hasil pengamatan dinyatakan dengan faktor profil (R p ), faktor profil terbobot (R wp ), indeks goodness-of-fit (GoF) dan faktor Bragg (R B ), yang didefinisikan sebagai berikut : R R wp p 2 i yi ( o) yi ( c) 2 w y ( o) 1/ 2 1/ 2 w R wp, GoF dengan Rekp i i yi ( o) yi ( c), y ( o) i R B Ii i i I I i ic N P wi yi i Rekp 2 dimana N adalah jumlah titik data, P adalah jumlah parameter yang terlibat dalam sebuah penghalusan, I i dan I ic adalah intensitas-intensitas terpadu terukur dan terhitung untuk sebuah refleksi Bragg. Harga faktor R yang kecil menunjukkan baiknya persesuaian antara pola difraksi hasil pengamatan dan pola difraksi hasil perhitungan. Hasil refinement sampel NY-123 diperlihatkan pada Gambar 4.8 yang merupakan hubungan antara jarak antar bidang d hkl dengan intensitas. (110) (200) (116) (113) (005) (100) (010) Gambar 4.8. Hasil refinement sampel NY-123
19 Intensitas (cps) Untuk memprediksi intensitas yang dihasilkan dari refleksi bahan, dapat digambarkan refleksi Bragg yang diproyeksikan dengan indeks Miller. Gambar struktur kristal di bawah ini (Gambar 4.9) adalah jarak antar bidang (d hkl ) dengan indeks Miller (110). Puncak atau fasa dengan indeks Miller (110) mempunyai intensitas paling tinggi pada sampel NY-123, yaitu sekitar 1925 cps. Hal tersebut dapat dipahami dengan membandingkan dengan gambar struktur kristalnya, dimana pada bidang (110) terdapat jumlah atom paling banyak diantara fasa yang lain. Semakin banyak atom yang terdapat dalam satu bidang kristal, maka refleksi yang dihasilkan juga semakin besar, yang mana akan memperbesar intensitas yang dihasilkan. Pada bidang kristal (110) terdapat satu atom Nd atau Y, dua atom Ba, delapan atom Cu dan empat atom oksigen. Ilustrasi struktur kristal untuk bidang d hkl dengan indeks Miller (110) diperlihatkan pada Gambar Ilustrasi tersebuit dibuat sedemikian rupa sehingga perbandingan antara parameter kisi a, b dan c sama dengan perbandingan parameter kisi hasil refinement (110) d (A o ) Gambar 4.9. Pola difraksi sinar-x (CuK radiation) NY-123 dengan indeks Miller (110)
20 (110) Gambar Stuktur kristal senyawa NY-123 pada bidang d hkl dengan indeks Miller (110)
21 Intensitas (cps) Intensitas (cps) Puncak atau fasa dengan indeks Miller (200) mempunyai intensitas sekitar 850 cps seperti diperlihatkan pada Gambar Pada bidang kristal (200) terdapat satu atom Nd atau Y, dua atom Ba, delapan atom oksigen seperti terlihat pada Gambar (200) d (A o ) Gambar Pola difraksi sinar-x (CuK radiation) NY-123 dengan indeks Miller (200) Puncak atau fasa dengan indeks Miller (116) mempunyai intensitas sekitar 500 cps seperti diperlihatkan pada Gambar Pada bidang kristal (116) terdapat satu atom Nd atau Y, dua atom Ba, delapan atom oksigen seperti terlihat pada Gambar (116) d (A o ) Gambar Pola difraksi sinar-x (CuK radiation) NY-123 dengan indeks Miller (116)
22 (200) Gambar Stuktur kristal senyawa NY-123 pada bidang d hkl dengan indeks Miller (200)
23 (116) Gambar Stuktur kristal senyawa NY-123 pada bidang d hkl dengan indeks Miller (116)
24 Intensitas (cps) Puncak atau fasa dengan indeks Miller (113) dan (005) mempunyai intensitas sekitar 350 cps dan 200 cps seperti diperlihatkan pada Gambar Pada bidang kristal (113) terdapat satu atom Ba, empat atom Cu, sedangkan pada bidang kristal (005) terdapat satu atom Ba dan empat atom oksigen seperti terlihat pada Gambar (113) (005) d (A o ) Gambar Stuktur kristal senyawa NY-123 pada bidang d hkl dengan indeks Miller (113) dan (005) (113) (005) Gambar Stuktur kristal senyawa NY-123 pada bidang d hkl dengan indeks Miller (113) dan (005)
25 Intensitas (cps) Puncak atau fasa dengan indeks Miller (010) dan (100) mempunyai intensitas sekitar 100 cps dan 190 cps seperti diperlihatkan pada Gambar Pada bidang kristal (010) terdapat delapan atom Cu, enam atom oksigen, sedangkan pada bidang kristal (100) terdapat delapan atom Cu dan delapan atom oksigen seperti terlihat pada Gambar 4.18 dan Gambar 4, (100) (010) d (A o ) Gambar 3.2. Pola difraksi sinar-x (CuK radiation) NY-123 dengan indeks Miller (010) dan (100)
26 (010) Gambar Stuktur kristal senyawa NY-123 pada bidang d hkl dengan indeks Miller (010)
27 (100) Gambar Stuktur kristal senyawa NY-123 pada bidang d hkl dengan indeks Miller (100)
28 BAB V KESIMPULAN 1. Penambahan Nd pada senyawa superkonduktor Y-123 mengakibatkan pergeseran puncak ke arah sudut 2θ lebih kecil atau pergeseran puncak ke arah d hkl lebih besar. 2. Sintesis sampel Y-123 dan NY-123 pada suhu sintering 970 o C selama 10 jam masih menyisakan fasa impuritas berupa BaCUO 2 dan BaNd 2 O 4 atau BaY 2 O 4 dengan intensitas relatif kecil yaitu antara %. 3. Jumlah atom yang terdapat pada bidang d hkl sesuai dengan besarnya intensitas yang dihasilkan dari masing-masing puncak difraksi.
29 DAFTAR PUSTAKA Agarwal, B. K., "X-Ray Spectroscopy", Second Edition, Springer Verlag, Berlin, (1991). Antipov, E., Abakumov, A., Moscow State Univ., Russia, ICDD Grant-in-Aid, (1994). Chatterji, T., "Neutron Scattering fron Magnetic Materials", Institut Laue-Langevin, France, (2006). Chen, X., Eysel, W., Mineral.-Petrograph. Inst., Univ. Heidelberg, Germany, ICDD Grant-in- Aid, (1995). Gullity, B. D., "Element of x-ray Diffraction", Addison Wesley Publishing Company, Inc, Second Edition, England, (1978). Kaduk, J., Chen, Y.-M., Amoco Corporation, Naperville, IL, USA, Private Communication, (1994). Shpanchenko, R., Antipov, E., Abakumov, A., Lykova, L., Kovba, L., Vestn. Mosk. Univ., Ser. 2: Khim. 29, 589 (1988) Wong-Ng, W., McMurdie, H., Paretzkin, B., Hubbard, C., Dragoo, A., NBS (USA)., Powder Diffraction 3, 114 (1988). Wong-Ng, W., McMurdie, H., Paretzkin, B., Hubbard, C., Dragoo, A., NBS, Gaithersburg, MD, USA, ICDD Grant-in-Aid, (1987). Wong-Ng, W., Paretzkin, B, Private Communication, (1991).
350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2
Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ ELECTRON-DOPED
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 216 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ
Lebih terperinci+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X
A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik radiasi sinar-x 2. Mempelajari pengaruh tegangan terhadap intensitas sinar x terdifraksi 3. Mempelajari sifat difraksi sinar-x pada kristal 4. Menentukan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menampilkan bentuk struktur mikro sampel, cuplikan yang terdapat pada sample holder dietsa dengan larutan HCL yang telah diencerkan dengan aquades. Pengenceran dilakukan dengan mencampurkan HCL pekat
Lebih terperinciLOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP
LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS
Lebih terperinciMETODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M
SINTESIS SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag DENGAN METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M0204046 (Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag Superconductor Synthesis with Sol-Gel Method) INTISARI Telah dibuat superkonduktor sistem BSCCO
Lebih terperinciSINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak
SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK 1) Luluk Indra Haryani, 2) Suminar Pratapa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI UNDER-DOPED SUPERKONDUKTOR DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor SINTESIS DAN KARAKTERISASI UNDER-DOPED SUPERKONDUKTOR DOPING ELEKTRON Eu
Lebih terperinciPENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR
Lebih terperinciSINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF
SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF YUNI SUPRIYATI M 0204066 Jurusan Fisika Fakultas MIPA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan analisis struktur kristal semen gigi seng oksida eugenol untuk mengetahui keterkaitan sifat mekanik dengan struktur kristalnya. Ada lima sampel
Lebih terperinciBab IV. Hasil dan Pembahasan
Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TEMPERATUR SINTERING TERHADAP STRUKTUR KRISTAL SUPERKONDUKTOR Y 0.5 La 0.5 Ba 2 Cu 3 O 7-δ
PENGARUH VARIASI TEMPERATUR SINTERING TERHADAP STRUKTUR KRISTAL SUPERKONDUKTOR Y 0.5 La 0.5 Ba 2 Cu 3 O 7-δ I G. Cahya Pradhana 1, Wayan Gede Suharta 2, I Gusti Agung Widagda 3 1 Jurusan Fisika, Fakultas
Lebih terperinciMAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)
MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Superkonduktor Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz, wet-mixing, nanopartikel, sintering, ferromagnetik, XRD, TEM, VSM.
ABSTRAK Telah dilakukan sintesis mengenai optimasi waktu sintering pada pembentukan kristal nanopartikel Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz dengan metode wet-mixing. Proses sintesis dilakukan dengan melakukan
Lebih terperinciNANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU KALSINASI DAN SINTER
NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU KALSINASI DAN SINTER UTIYA HIKMAH, DARMINTO, MALIK ANJELH B. Jurusan Fisika FMIPA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena sifat resistivitas nol yang dimilikinya dan dapat melayang dalam medan magnet. Kedua sifat
Lebih terperinciKARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR YBa 2 Cu 3 O 7-x DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR-X MENGGUNAKAN CELREF
KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR YBa 2 Cu 3 O 7-x DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR-X MENGGUNAKAN CELREF DISUSUN OLEH: AHMAD FAJAR PURWANTO M0209003 SKRIPSI JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciEfek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz
Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz Zahratul Jannah AR Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang,
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri
Lebih terperinciSTRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI
STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana Sains Jurusan Fisika Fakultas
Lebih terperinciKARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2223 YANG DISINTESIS DENGAN METODE REAKSI PADATAN
KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2223 YANG DISINTESIS DENGAN METODE REAKSI PADATAN Disusun Oleh : SARI MAHMUDAH M0207057 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI PELARUT ANTARA AMONIAK DAN AQUADES TERHADAP KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR-X BAHAN SnO2. Posman Manurung
PENGARUH VARIASI PELARUT ANTARA AMONIAK DAN AQUADES TERHADAP KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR-X BAHAN SnO2 Posman Manurung E-mail: reip65@yahoo.com dan posman65@unila.ac.id Penulis Posman Manurung adalah staf
Lebih terperinciGambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai
Lebih terperinciPENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI. M. Misnawati 1, Erwin 2, Salomo 3
PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI M. Misnawati, Erwin, Salomo Mahasiswa Porgram Studi S Fisika Bidang Karakterisasi Material Jurusan Fisika Bidang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan material yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa adanya hambatan atau resistansi (ρ = 0), sehingga dapat menghantarkan arus listrik tanpa kehilangan
Lebih terperinciSINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN
LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-x. Sinar-X digunakan untuk tujuan
Lebih terperinciKaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr
Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Esmar Budi a,* a Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X
IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X SAHRIAR NUR AULIA H 1105 100 026 PEMBIMBING : Drs. SUMINAR PRATAPA, M.Sc., P.hD. Page 2 PENDAHULUAN TUJUAN Mengetahui
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN
Pengaruh Variasi Massa... (Annisa Dyah ) 238 PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN THE EFFECT OF MATERIAL MASS ON
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas
Lebih terperinciSINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA
27 SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA Synthesis of Metal Oxide Aurivillius SrBi 4 Ti 4 O 15 Using Hydrothermal Method
Lebih terperinciSpektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)
Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan
Lebih terperinciEksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.8, No.2, April 2005, hal 53-60 Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux Indras Marhaendrajaya Laboratorium Fisika Zat Padat Jurusan Fisika
Lebih terperinciEksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metoda Lelehan
Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metoda Lelehan Indras Marhaendrajaya Laboratorium Fisika Zat Padat Jurusan Fisika FMIPA UNDIP Abstrak Telah dilakukan sintesis superkonduktor BPSCCO-2223
Lebih terperinciSINTESIS DAN STRUKTUR KRISTAL BAHAN LaMnO 3 DAN La 0,7 Er 0,3 MnO 3 PEROVSKITE SKRIPSI
SINTESIS DAN STRUKTUR KRISTAL BAHAN LaMnO 3 DAN La 0,7 Er 0,3 MnO 3 PEROVSKITE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata satu Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciPREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN
Preparasi dan Karakterisasi.(Iin Astarinugrahini) 298 PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN PREPARATION AND CHARACTERIZATION
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb
SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb Oleh: Tahta A 1, Darminto 1, Malik A 1 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,
Lebih terperinciAnalisis Puncak Difraksi
Pertemuan ke-8 Analisis Puncak Difraksi Nurun Nayiroh, M.Si DIFRAKSI SINAR-X ANALISIS PUNCAK DIFRAKSI Keluaran utama dari pengukuran data difraksi serbuk dengan difraktometer adalah sudut 2θ dan intensitas
Lebih terperinciUJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X
UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X Sahriar Nur Aulia H Jurusan Fisika-FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111, Indonesia Email:
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA
J. Sains Dasar 2015 4 (2) 198-203 STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA THE STRUCTURE AND CHEMICAL
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan
Lebih terperinciThe Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C
The Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C Evi Yufita dan Nurmalita* Laboratorium Fisika Material,
Lebih terperinciGabriella Permata W, Budhy Kurniawan Departemen Fisika, FMIPA-UI Kampus Baru UI, Depok ABSTRAK ANALISIS SISTEM DAN UKURAN KRISTAL PADA MATERIAL
ANALISIS SISTEM DAN UKURAN KRISTAL PADA MATERIAL La 0.67 Ba 0.33 Mn 1-x Ti x O 3 DENGAN VARIASI X=0; 0.02; 0.04; 0.06 MELALUI PROSES MECHANICAL ALLOYING Gabriella Permata W, Budhy Kurniawan Departemen
Lebih terperinciSTUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH
STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH Istianah () Dosen Pembimbing Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN MATERIAL JURUSAN
Lebih terperinciKAJIAN SIFAT STRUKTUR KRISTAL PADA BAHAN BARIUM HEKSAFERIT YANG DITAMBAH VARIASI Fe2O3 MENGGUNAKAN ANALISIS RIETVELD
Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 2, April 2015, Hal 165-172 KAJIAN SIFAT STRUKTUR KRISTAL PADA BAHAN BARIUM HEKSAFERIT YANG DITAMBAH VARIASI Fe2O3 MENGGUNAKAN ANALISIS RIETVELD Kilat
Lebih terperinciIDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM
IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.
Lebih terperinciPETUNJUK PENGGUNAAN PROGRAM RIETICA UNTUK ANALISIS DATA DIFRAKSI DENGAN METODE RIETVELD
PETUNJUK PENGGUNAAN PROGRAM RIETICA UNTUK ANALISIS DATA DIFRAKSI DENGAN METODE RIETVELD I. PENDAHULUAN Analisis Rietveld adalah sebuah metode pencocokan tak-linier kurva pola difraksi terhitung (model)
Lebih terperinciMETODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme
Lebih terperinciPENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS
PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS TEMPERATURE CURIE DETERMINATION OF THE CRYSTAL STRUCTURE OF THE FOUR-LAYER AURIVILLIUS OXIDES
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar
Lebih terperinciPENGGUNAAN DOPAN Pb, Ba DALAM SINTESIS BAHAN SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O FASA 1223 MELALUI METODE PENCAMPURAN BASAH
PENGGUNAAN DOPAN Pb, Ba DALAM SINTESIS BAHAN SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-a-u-O FASA MELALUI METODE PENAMPURAN BASAH M Shohib Anwar, dan Darminto Jurusan Fisika FMIPA ITS Kampus ITS Suklilo, Surabaya 60 Email
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S 0,4 Te 0,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN
286 Kristal Sn(S.4Te.6)... (Erda Harum Saputri) PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S,4 Te,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN THE EFFECT OF FLOW HEATING TIME FOR CRYSTAL QUALITY
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciOPTIMASI KOMPOSISI MOLAR AWAL OFF-STOIKHIOMETRI PADA SINTESIS SUPERKONDUKTOR SISTEM Bi-2223
Berkala Fisika Indoneia Volume 8 Nomor 1 Januari 2016 OPTIMASI KOMPOSISI MOLAR AWAL OFF-STOIKHIOMETRI PADA SINTESIS SUPERKONDUKTOR SISTEM Bi-2223 Dwi Teguh Rahardjo E-mail: teguhra@yahoo.com, teguhra@gmail.com
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas
III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif
Lebih terperinciJurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : xnd x )Cu 3 O 10+δ ) M. Sumadiyasa Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana Bali
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : 1-5 1 Pengaruh Penggantian Ca dengan Nd pada Pembentukan Fase Bi-2223 pada Superkonduktor Sistem (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-O: (Bi 1.4 Pb 0.6 )Sr 2 (Ca 2-x Nd x )Cu 3 O δ
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO
Lebih terperinciUji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar
dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar
Lebih terperinciPENGARUH ATOM SULFUR PADA PARAMETER KISI KRISTAL MATERIAL SEL SURYA Cd(Se 1-x,S x ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN
PENGARUH ATOM SULFUR PADA PARAMETER KISI KRISTAL MATERIAL SEL SURYA Cd(Se 1-x,S x ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN Ariswan Prodi Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta E-mail : ariswan@uny.ac.id
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup:
PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup: Teknologi Superkomputer dan Teknologi Transmisi Daya Listrik serta Teknologi Kereta Api Berkecepatan Tinggi. Oleh
Lebih terperinciKARAKTERISASI SIFAT OPTIK BAHAN BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) DENGAN MENGUNAKAN SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-Vis)
KARAKTERISASI SIFAT OPTIK BAHAN BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) DENGAN MENGUNAKAN SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-Vis) R. Yulis 1, Krisman 2, R. Dewi 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciKarakterisasi XRD. Pengukuran
11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi
Lebih terperinciASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS
ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperincidengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu
6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis
41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui
Lebih terperinciSUPERKONDUKTOR 1. Sejarah Superkonduktor 2. Teori Superkonduktor 2.1. Pengertian Superkonduktor
SUPERKONDUKTOR 1. Sejarah Superkonduktor Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang fisikawan Belanda, Heike Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun 1911. Pada tanggal 10 Juli 1908,
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas
29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. XRD Uji XRD menggunakan difraktometer type Phylips PW3710 BASED dilengkapi dengan perangkat software APD (Automatic Powder Difraction) yang ada di Laboratorium UI Salemba
Lebih terperinciGambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk
Lebih terperinciMuhammad Kadri and Eko Banjarnahor Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK. Kata Kunci: metode resistivitas, XRD, dan batu kapur.
PENENTUAN DAN IDENTIFIKASI FLUIDA GEOTHERMAL DAN MINERAL PENYUSUNNYA DI DAERAH GEOTHERMAL TINGGI RAJA SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA MENGGUNAKAN PENCITRAAN RESISTIVITAS 2D DAN XRD ABSTRAK Muhammad Kadri and
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING
PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING I Dewa Gede Panca Suwirta 2710100004 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,
Lebih terperinciBAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X
BAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X I. PENDAHULUAN Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah berjalan hampir satu abad ketika tulisan ini disusun. Tahun 191 adalah awal dari studi intensif mengenai difraksi
Lebih terperinciSintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi
Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan
27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji
Lebih terperinciDIFRAKSI KRISTAL dan KISI RESIPROK
1 DIFRAKSI KRISTAL dan KISI RESIPROK Rita Prasetyowati 3/7/2012 2 Rita Prasetyowati 3/7/2012 Tujuan Menentukan/mempelajari struktur kristal secara eksperimen Syarat agar terjadi difraksi pada kristal :
Lebih terperinciKARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA
KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di berbagai bidang sangat pesat terutama dalam bidang mikroelektronika atau miniaturisasi peralatan elektronik. Mikroelektronika didorong oleh
Lebih terperinciBAB 4 DATA DAN ANALISIS
BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis
Lebih terperinciSintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X B-81 Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb Tahta A, Malik A. B, Darminto Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer
7 Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer 3. Sumber Cahaya (Polikromatis) 4. Fiber Optik 5. Holder 6. Samp 7. Gambar 7 Perangkat spektrofotometer UV-VIS. Karakterisasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized
Lebih terperinciBab III Metoda Penelitian
28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens
Lebih terperinciTESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Fisika. Oleh: YUNITA SUBARWANTI NIM S
PENGARUH KOMPOSISI STRONTIUM (Sr) TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN STRUKTUR MIKRO MATERIAL FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba 1-x Sr x TiO 3 ) YANG DIBUAT DENGAN METODE CO-PRECIPITATION TESIS Disusun
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhitung sejak bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat yang berbeda
Lebih terperinciSPEKTROMETRI SINAR X. Divisi Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB
SPEKTROMETRI SINAR X Divisi Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB 1 1. Absorpsi sinar X 2. Difraksi Sinar X 3. Fluoresense Sinar X APLIKASI ANALITIK 2 Absorpsi Sinar X Jika panjang gelombang sinar
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan Bab ini memaparkan hasil dari sintesis dan karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit Sr 2 Mg 1-X Fe x MoO 6-δ dengan x = 0,2; 0,5; 0,8; dan
Lebih terperinciPASI NA R SI NO L SI IK LI A KA
NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciGambar 2.1. Kurva histerisis (Anggraini dan Hikam, 2006)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Feroelektrik Pada tahun 1920 Valasek menemukan fenomena feroelektrik dengan meneliti sifat garam Rochelle (NaKC 4 H 4 O 6.4H 2 O) (Rizky, 2012). Feroelektrik adalah
Lebih terperinci